penilaian risiko & prosedur analitis

28
(1) Penilaian Risiko, Tipe-tipe risiko, Metode dalam menilai risiko, Hubungan Timbal Balik Antar Risiko Resiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian suatu tujuan. Sedangkan menurut beberapa ahli arti dari resiko adalah sebagai berikut : Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H) Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A. Abas Salim) Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto) Resiko adalah probalitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (Herman Darmawi) Sedangkan penilaian resiko menurut Muhammad Badrus adalah sebuah aktifitas yang dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan atau penurunan kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. Pendapat lainnya, penilaian risiko adalah mengkuantitatifkan atau menggolongkan tingkatan risiko agar mudah dikelola dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai prinsip Cost and Benefit. Penentuan resiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. Bagi manajemen penentuan resiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus. Karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Banyak

Upload: detoxaza

Post on 06-Aug-2015

463 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

(1) Penilaian Risiko, Tipe-tipe risiko, Metode dalam menilai risiko, Hubungan Timbal Balik

Antar Risiko

Resiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian suatu tujuan.

Sedangkan menurut beberapa ahli arti dari resiko adalah sebagai berikut :

• Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu

(Arthur Williams dan Richard, M.H)

• Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian

(loss) (A. Abas Salim)

• Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)

• Resiko adalah probalitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang diharapkan

(Herman Darmawi)

Sedangkan penilaian resiko menurut Muhammad Badrus adalah sebuah aktifitas yang

dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan atau penurunan

kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. Pendapat lainnya, penilaian risiko adalah

mengkuantitatifkan atau menggolongkan tingkatan risiko agar mudah dikelola dan dilakukan

penanganan yang tepat sesuai prinsip Cost and Benefit. Penentuan resiko (risk assessment)

merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. Bagi manajemen penentuan resiko

merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus. Karena

manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah mengasumsikan bahwa tujuan

tersebut telah tercapai. Banyak hambatan yang timbul dalam pencapaian tujuan tersebut dan

hambatan tersebut bisa berasal dari luar entitas maupun dari dalam entitas. Sejumlah resiko

tidaklah dalam bentuk yang statis tetapi juga dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi

sehingga selalu ada resiko-resiko baru yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan

resiko harus berjalan berkelanjutan dalam proses manajemen yang dilakukan secara terorganisir

dan berurutan.

Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil penentuan resiko

ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan memang

diterapkan untuk mengurangi risiko. Resiko dalam audit atau resiko audit memperlihatkan resiko

yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga

dan pendapat auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak

benar dan materialitasnya tinggi. hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi

Page 2: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya mampu

mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa

menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan

standar audit yang berlaku.

Menurut studi yang dilakukan oleh COSO, pembahasan tentang penentuan resiko adalah

sebagai berikut:

“Setiap entitas menghadapi berbagai resiko baik dari lua maupun dari dalam yang harus

ditentukan. Persyaratan awal untuk menentukan resiko adalah adanya penetapan tujuan

yang dihubungkan pada tingkat-tingkat yang berbeda dan konsisten di dalam organisasi.

Penentuan resiko adalah identifikasi dan analisis resiko-resiko yang relevan untuk

mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara

pengelolaan resiko. Karena kondisi ekonomi, industri, peraturan, dan operasi akan terus

menerus berubah, maka dibutuhkan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menangani

resiko-resiko khusus yang berhubungan dengan perubahan.”

Pada proses perencanaan audit, salah satu proses yang harus dilakukan oleh seorang

auditor adalah melakukan penilaian resiko bisnis klien. Auditor mempergunakan pengetahuan

yang didapatkan dari pemahaman sistem strategi akan bisnis dan industri klien untuk melakukan

penilaian resiko tersebut. Resiko bisnis klien adalah resiko dimana klien akan gagal dalam

mencapai tujuannnya. Perhatian utama seorang auditor adalah resiko dari salah saji material

dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh resiko bisnis klien. Dalam menilai resiko bisnis

klien juga harus mempertimbangkan kontrol manajemen yang bisa mengurangi resiko bisnis .

Auditor menerima sejumlah tingkat resiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan

fungsi auditnya. Auditor mengenali bahwa terdapat suatu ketidakpastian tentang kompetensi

bukti, ketidakpastian tentang efektivitas dari dari pengendalian intern yang dimiliki klien, serta

ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar pada saat audit

telah selesai dilakukan. Auditor yang efektif mengenali kehadiran sejumlah risiko serta akan

bergumul dengan risiko-risiko tersebut dalam suatu cara pendekatan yang tepat. Mayoritas risiko

yang dihadapi oleh auditor sulit untuk diukur serta membutuhkan pemikiran yang cermat agar

dapat direspons dengan tepat. Menjawab berbagai risiko ini secara tepat merupakan suatu hal

kritis dalam rangka menghasilkan suatu audit yang berkualitas tinggi.

Page 3: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Auditor mendapat sebuah pemahaman tentang bisnis dan industri klien dan menilai risiko

bisnis klien untuk menilai kemungkinan salah saji mateial dalam laporan keuangan klien.

Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan lebih jauh potensial untuk

kesalahan saji dan dimana mereka paling mungkin terjadi.

A. Tipe-tipe Resiko

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi

pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah

saji material. Tipe-tipe risiko audit adalah sebagai berikut:

1. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko Deteksi (Detection Risk), adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi

salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi

efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian

karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun

atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun

saldo akun atau golongan transaksi tersebut telah diperiksa 100%. Ketidakpastian lain

semacam itu bisa timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak

sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara

keliru hasil audit. Ketidakpastian seperti ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang

dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai serta pelaksanaan praktek

audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

2. Risiko Bawaan (Inheren Risk)

Risiko Bawaan (Inherent Risk), adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan

transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

pengendalian yang terkait (maksudnya bahwa risiko bawaan timbul dengan asumsi

pengedalian intern dalam perusahaan tidak ada. Jika sekiranya pengendalian intern dalam

perusahaan memadai serta efektif dalam pelaksanaannya dengan sendirinya risiko

bawaan akan dapat diminimalisasi). Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada

saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai

contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan

perhitungan yang sederhana. Uang tunai dalam perusahaan lebih mudah dicuri daripada

persediaan. Suatu akun dalam laporan keuangan yang berasal dari estimasi akuntansi

Page 4: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

cenderung mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya

relatif rutin dan berisi data faktual. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang

memproduksi barang-barang hi-tech seperti misalnya handphone akan lebih berisiko

terjadinya penumpukan persediaan yang usang karena tidak sesuai lagi dengan tuntutan

pasar.

3. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko Pengendalian (Control Risk), adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang

dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh

pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi

pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan

laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena

keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

4. Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk)

Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat

kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih

mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu

laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk

menetapkan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti

bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan

keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan

suatu tingkat resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.

Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat keyakinan, yaitu merupakan

pelengkap dari resiko akseptibilitas audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan

satu dikurangi resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko akseptibilitas

audit sebesar 2 persen sama dengan tingkat audit assurance sebesar 98 persen.

Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya hubungan yang searah antara

resiko akseptibilitas audit dan resiko deteksi terencana, serta hubungan yang saling

berlawanan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai

contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko akseptibilitas audit, maka

akan mengurangi pula resiko deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan

dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus menugaskan staf yang

Page 5: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

lebih berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan

tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah.

5. Risiko Kecurangan

Resiko kecurangan merupakan resiko selain 4 resiko di atas dan resiko ini biasanya di

perhitungkan di luar dari model resiko audit. Karena resiko kecurangan secara konsep

dan praktek sangat sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis resiko di atas.

Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja

dalam bentuk penggelapan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan.

Untuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan

luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya resiko

kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik kelompok maupun

individual, kesempatan yang tercipta, dan perilaku manajemen untuk membiarkan

terjadinya tindakan ketidakjujuran tersebut.

B. Penilaian Resiko

1. Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk)

Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit

selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan. Risiko

penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang

membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan

audit sudah benar. Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai

setiap faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima Faktor faktor utama

yang mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang audit yang dapat

diterima antara lain:

a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan

b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan

c. Integritas manajemen

Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima

a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan

- Menelaah laporan keuangan

- Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa depan

Page 6: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

- Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen.

b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan

- Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur analitis

lainnya

- Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus kas

masuk dan keluar

c. Integritas manajemen

- Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.

- Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus kas

masuk dan keluar

d. Integritas manajemen

- Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.

2. Menilai Resiko Bawaan (Inheren Risk)

Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan

memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi

informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren

yang tepat bagi setiap tujuan audit. Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren :

a. Sifat bisnis klien

Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman

auditor atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini.

b. Hasil audit sebelumnya

Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi dalam

audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit

tahun sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan.

c. Penugasan awal vs penugasan berulang

Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah

saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko

inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada

tahun berikutnya karena telah semakin memahami klien.

d. Pihak pihak yang terkait

Page 7: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen

dan entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat

tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih besar.

e. Transaksi non rutin

Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi

rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.

f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat

Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi

dan banyak pertimbangan manajemen.

3. Menilai Risiko Deteksi (Detection Risk)

Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko deteksi yang

direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka lakukan.

a. Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan

mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji .

b. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi

pengumpulan bukti .

4. Menilai Resiko Pengendalian (Control Risk)

Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal

untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian. Setelah memahami

pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas risiko

pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko secara keseluruhan. Penilaian ini

merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah

saji material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika terjadi.

Banyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matrix) untuk

membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah menyediakan cara

yang mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit.

Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian:

Mengidentifikasi tujuan audit

Mengidentifikasi pengendalian yang ada

Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit

Page 8: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang

signifikan dan kelemahan yang material

Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dengan

tujuan audit terkait.

Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.

5. Menilai Risiko Kecurangan

Dalam menilai risiko kecurangan, SAS 99 memberikan pedoman bagi auditor. Auditor

harus mempertahankan sikap skeptisisme profesional ketika memepertimbangkan

serangkaian informasi termasuk faktor faktor risiko kecurangan, untuk dapat

mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan

a. Skeptisisme professional

Selama penugasan, bahwa tim auditor harus mempertahankan sikap dan pikiran

yang selalu mempertanyakan.

b. Evaluasi kritis atas bukti

Auditor harus menyelidiki secara mendalam permasalahan dan kemungkinan

kesalahan salah saji yang material karen kecurangan.

c. Komunikasi di antara tim audit

Diantara auditor dapat saling bertukar pendapat terutama dengan yang telah

berpengalaman mengenai penilaian risiko kecurangan, dan bagaimana kecurangan

kecurangan itu biasanya terjadi dalam organisasi atau entitas yang diaudit.

d. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen

Untuk menilai risiko kecurangan, auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan

secara langsung kepada manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi, sehingga

terbuka kesempatan datangnya informasi yang dalam kondisi lain tidak

diungkapkan oleh manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi.

e. Prosedur analitis

Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan audit dan

penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi kecurangan kecurangan.

f. Faktor faktor risiko

Page 9: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Untuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan adalah adanya

faktor faktor risiko kecurangan (segitiga kecurangan/ fraud triangle), yaitu adanya

tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.

C. Metode dalam menilai risiko

Cara utama yang dipergunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan risiko yang ada dalam

merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah melalui penerapan model risiko

audit (audit risk model). Sumber dari model risiko audit ini adalah literatur profesional yang

terdapat dalam SAS 39 (AU350) tentang sampling audit serta dalam SAS 47 (AU 312)

tentang materialitas dan risiko. Model resiko audit umumnya digunakan bagi berbagai tujuan

perencanaan untuk memutuskan berapa banyak bukti audit yang akan dikumpulkan pada

setiap siklusnya. Formula atas model resiko audit adalah sebagai berikut:

DR= ARIR xCR

Keterangan :

DR : Detection Risk (rentang bukti yang harus dikumpulkan auditor)

AR : Audit Risk (tingkatan resiko yang masih bisa diterima auditor)

IR : Inheren Risk (keyakinan atas tidak adanya salah saji diluar SPI)

CR : Control Risk (keyakinan atas efektifitas SPI)

D. Hubungan Timbal Balik Antar Risiko

Konsep – konsep materialitas dan resiko dalam auditing saling terkait erat dan tak

terpisahkan. Resiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas

merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama-sama, kedua hal

tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu. Sebagai

contoh, suatu pernyataan bahwa auditor berencana untuk mengumpulkan bukti audit

sedemikian rupa hingga hanya terdapat suatu tingkat resiko (resiko akseptibilitas audit)

sebesar 5 persen saja atas kegagalan dalam mengungkapkan suatu salah saji yang melebihi

nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi sebesar $400,000 (materialitas) merupakan suatu

Page 10: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

pernyataan yang sangat akurat dan penuh arti. Jika, baik bagian yang menyatakan risiko atau

materialitas dari pernyataan tersebut dihapuskan, maka pernyataan tersebut tidak akan

memiliki arti apapun. Suatu tingkat risiko sebesar 5 persen tanpa diikuti dengan suatu ukuran

materialitas yang spesifik dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu salah saji

yang bernilai $100 atau $1,000,000 pun dapat diterima. Suatu overstatement sebesar

$442,000 tanpa diikuti dengan suatu tingkat risiko yang spesifik dapat menyatakan secara

tidak langsung bahwa suatu tingkat risiko sebesar 1 persen atau 80 persen pun dapat diterima.

Matriks hubungan antar risiko dan bukti audit

Situasi Audit RiskInheren

RiskControl

RiskDetection

RiskJumlah Bukti

yang Diperlukan1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Sedangkan hubungan antara komponen risiko audit dengan sifat, saat, dan luas nya pengujian

substantif dapat dilihat pada gambar di bawah.

Page 11: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

(2) Prosedur Analitis

DEFINISI

PSA No. 22 (SA 329.02) merumuskan prosedur analitis sebagai “evaluasi informasi keuangan

yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu

dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.”

Prosedur analitis terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang memiliki

hubungan(Jusup, 2001:137). Prosedur analitis mencakup perbandingan yang paling sederhana

hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data (Jusup, 2001:188).

Prosedur ini mencakup perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau

laporan perbandingan, perbandingan antara jumlah sesungguhnya dengan data historis atau

anggaran, dan penggunaan model-model matematika dan statistika seperti analisa regresi.

Prosedur analitis menghasilkan bukti analitis.

TUJUAN DAN MANFAAT PROSEDUR ANALITIS

Tujuan prosedur analitis dalam auditing, antara lain:

1. Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan

luas prosedur audit lainnya.

2. Pada tahap pengujian, sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi

tertentu, yang berhubungan dengan saldo rekening atau jenis transaksi.

3. Pada tahap review akhir audit/penyelesaian audit, sebagai review menyeluruh informasi

keuangan dalam laporan keuangan setelah diaudit.

Dalam tahap perencanaan audit, prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam:

1. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien

2. Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan fluktuasi yang tidak diharapkan

dalam data yang bisa menunjukkan bidang-bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko

salah saji. Manfaat dari prosedur audit ini disebut sebagai tujuan pengarah perhatian dari

prosedur analitis.

PROSEDUR ANALITIS UTAMA

1. Perbandingan data absolut. Prosedur ini melibatkan perbandingan sederhana suatu jumlah

saat ini (seperti saldo akun) dengan suatu jumlah yang diharapkan atau diprediksi.

2. Laporan keuangan ukuran umum (atau analisis vertikal). Teknik ini melibatkan

penghitungan persentase dari total yang berhubungan yang direpresentasikan oleh

Page 12: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

komponen laporan keuangan (misalnya kas sebagai persentase dari total aktiva). Persentase

kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan.

3. Analisis Rasio. Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen atau analis

keuangan dapat dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan untuk rasio

tersebut. Jumlah dari hasil perhitungan dapat dianalisis secara individual atau dalam

kelompok yang berhubungan seperti rasio solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas.

4. Analisis tren. Analisis ini melibatkan perbandingan beberapa data untuk beberapa periode

akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang tidak dapat diketahui hanya

dengan membandingkan data dua periode berurutan.

5. Hubungan antara informasi keuangan dengan nonkeuangan yang relevan. Contohnya : data

nonkeuangan seperti jumlah karyawan mungkin berguna dalam memperkirakan saldo akun

beban gaji.

PENTINGNYA PROSEDUR ANALITIS

Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara

data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya.

Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara

lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi

acak, atau salah saji (SA 329.02). Dengan demikian, hasil analisis terhadap hubungan data dapat

digunakan dalam tahap perencanaan audit, tahap pengujian, dan tahap review akhir

audit/penyelesaian audit, sebagaimana tersebut di atas.

PROSEDUR ANALITIS DAN PERTIMBANGAN AUDITOR

Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan mengevaluasi hasil

prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya pengetahuan tentang klien dan

industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan

keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang

digunakan, serta kesimpulan yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan

yang diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor. (SA 329.03)

PROSEDUR AUDIT: PERBANDINGAN DENGAN HARAPAN AUDITOR

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung

dari jumlah-jumlah yang tercatat dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.

Page 13: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan

yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor

mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan

dalam mengembangkan harapan:

1. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan

memperhatikan perubahan yang diketahui.

2. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari

data interim atau tahunan.

3. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.

4. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.

5. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

PROSEDUR ANALITIS DAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS AUDITOR

Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang

berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari:

1. pengujian rinci,

2. prosedur analitik, atau

3. kombinasi keduanya.

Dalam beberapa hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk

mencapai tujuan pengujian substantif.

Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan

pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit

yang ada.

Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya dari pengujian

substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau

kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi

tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun,

pada asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam

memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.

Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan

kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

Page 14: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

1. Sifat asersi.

Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang

kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti

yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji

yang dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran yang tidak

sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi individual. Perbedaan dari

hubungan yang diharapkan dapat juga menunjukkan kemungkinan penghilangan dari

catatan akuntansi bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang

seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia.

2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi masuk

akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian,

sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Di samping

itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan dapat memberikan bukti yang penting

jika diteliti secara memadai.

Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik dibutuhkan

lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan. Hubungan dalam satu

lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada hubungan dalam satu

lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi

cenderung lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun neraca,

karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu periode waktu, sementara

akun neraca mencerminkan saldo pada satu titik waktu. Hubungan yang menyangkut

transaksi yang tergantung pada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat

diduga. Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan biaya

pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap atau mereka mungkin menunda suatu

pengeluaran klien.

3. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan taksiran bagi

beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan, penjualan yang

ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi

atau ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan untuk asersi

Page 15: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia dan mungkin akan lebih efektif

clan efisien untuk menggunakan catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi

tersebut.

Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan atas konsistensi

jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang diperoleh dari

sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus

sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Auditor harus

menilai keandalan data dengan mempertimbangkan sumber data dan kondisi yang

melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin dimiliki auditor

mengenai data itu. Faktor berikut ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap

keandalan data untuk mencapai tujuan audit:

a) Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di

dalam entitas.

b) Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab

atas jumlah yang diaudit.

c) Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian

memadai.

d) Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya.

e) Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.

4. Ketepatan harapan.

Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan

sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang material, baik secara

individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk

diaudit oleh auditor. Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang

diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara

hasil prosedur analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan

besar karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan

pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi

jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan

harapan.

Page 16: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai contoh, penjualan

dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk. Sebaliknya, masing-masing hal

itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan faktor yang bertentangan dapat menutupi salah

saji. Identifikasi yang lebih efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi

hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya keyakinan yang

diinginkan dari prosedur analitik.

Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya mempunyai kemungkinan

yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu dari pada perbandingan

secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dari pada jumlah tahunan dan

perbandingan berdasarkan lokasi atau jalur usaha biasanya akan lebih efektif dari pada

membandingkan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan

dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang

material menjadi kabur akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi

klien menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan membantu

mengurangi risiko ini.

KAPAN PROSEDUR ANALITIS DILAKUKAN

Untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang

ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia,prosedur analitis wajib dilakukan pada tahap:

1. Perencanaan audit

Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam

perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk

memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu.

Penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit yang efektif meliputi

tahapan-tahapan sistematis berikut ini:

a) Mengidentifikasi perhitungan-perhitungan/perbandingan yang akan dibuat

b) Mengembangkan ekspektasi

c) Melakukan perhitungan-perhitungan/perbandingan-perbandingan.

d) Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang signifikan.

e) Menyelidiki perbedaan signifikan yang tak diharapkan

f) Menentukan pengaruhnya terhadap perencanaan audit.

Page 17: Penilaian Risiko & Prosedur Analitis

2. Penyelesaian audit

Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah untuk

membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi

penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur analitik

mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi

pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:

a) Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau

yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam

pelaksanaan audit, dan

b) Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak

diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin

diperlukan

Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pengujian bersifat pilihan (opsional).

Akan tetapi Boynton, Johnson, dan Kell (2002:296) menyarankan untuk merancang

prosedur analitis dalam rangka memperoleh bukti mengenai setiap saldo akun yang

material atau golongan transaksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://dhianadhe.at.ua/_ld/0/15_2-Risk_Asessmen.docx

http://estehmanishangatnggakpakegula.blogspot.com/2012/04/konsep-risiko-3-habis-risiko-

audit.html

PSA No. 22 (SA Seksi 329). Prosedur Analitik. Standar Profesional Akuntan Publik.

Jusup, A.H. 2001. Auditing. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.

Boynton, W.C., Johnson, R.N. dan Kell, W.G. 2001. Modern Auditing. Jakarta: Penerbit

Erlangga.