penilaian risiko
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI PENILAIAN RISIKO
Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah program kesehatan kerja
Disusun oleh:
Ardian Permana
Fajar Nurzaman
Nisa Nur Alam
Rika Rismawati
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar
2012/2013
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah karena atas rahmat dan hidayah-
Nya makalah ini yang berjudul “IDENTIFIKASI PENILAIAN RISIKO” sebagai
tugas mata kuliah program kesehatan kerja dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha sebaik- baiknya, agar isi
makalah ini dapat digunakan dalam segala hal bagi yang memerlukannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam mencari ilmu pengetahuan yang
tiada batas. Aamiin
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan kami, baik yang
berkenaan dengan tata bahasa yang digunakan maupun sifat keilmiahan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran bagi yang
membacanya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat
bagi kita semua dan kami ucapkan terima kasih.
Banjar, Februari 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Luar i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BABI PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Identifikasi risiko 4 B. Penilaian Risiko 6 C. Upaya Pengendalian Risiko 11
BAB III PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16 B. Saran 16
Daftar Pustaka 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang. Manajemen risiko dimulai pada tahun 2100 sm. Di babilonia,
hammurabi mencetuskan konsep ‘bottomry’, yaitu bentuk asuransi untuk
perkapalan, dimana pemilik suatu kapal dapat meminjam uang untuk
membeli kargo dan tidak harus membayar utangnya bila kapal pengangkut
kargo tersebut hilang di lautan.
Setelah era ‘bottomry’, manajemen risiko beralih ke tahapan first
age. Pada tahapan ini, perusahaan hanya mempertimbangkan risiko non-
entepreneural dalam menjalankan bisnisnya. Asuransi merupakan sarana
manajemen risiko yang paling diandalkan pada era ini. Bisnis yang
dilakukan hanya memfokuskan diri pada risiko internal tanpa
mempertimbangkan keadaan pasar. Selain itu, strategi manajemen risiko
yang dijalankan juga tidak terkoordinasi, dimana pengelolaan manajemen
risiko hanya dilakukan pada beberapa aspek saja.
Kemudian manajemen risiko masuk ke tahapan second age. Di
tahap ini, dengan tetap menggunakan asuransi, manajemen risiko mulai
mempertimbangkan pengelolaan risiko secara preventif. Perusahaan yang
menjalankan manajemen risiko tidak hanya menanggulangi risiko ketika
risiko itu terjadi, namun juga melakukan tindakan pencegahan sebelum
risiko itu terjadi.
Akhirnya, manajemen risiko masuk ke era third age. Di era ini,
manajemen tidak hanya mempertimbangkan risiko non-entrepreneurial,
namun juga risiko entrepreneurial. Usaha manajemen risiko juga lebih
dipusatkan pada tindakan preventif dibandingkan penanggulangan.
2
Manajemen risiko juga tidak hanya memperhatikan keadaan internal
perusahaan, namun juga keadaan pasar dan perkembangan yang sedang
terjadi yang diperkirakan dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan
tersebut. Selain itu, strategi manajemen yang dilakukan ialah sistematis,
dimana pengelolaan manajemen risiko dilakukan secara menyeluruh di
dalam suatu perusahaan.
Di akhir tahun 1990, manajemen risiko mulai lebih memperhatikan
tentang laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi bagian yang wajib
dipantau untuk dapat mengelola risiko dengan baik.
Risiko memiliki peran penting dalam merencanakan upaya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Hal ini disebabkan karena risiko merupakan
probabilitas kejadian yang dapat mempengaruhi suatu tujuan perusahaan.
Floyd (1991) mengungkapkan adanya kepedulian publik terhadap
risiko yang berhubungan lingkungan telah tumbuh dengan pesat sekitar
tahun 1980 an. Hal ini dibuktikan dari beberapa literatur yang membahas
mengenai manajemen risiko.
Banyak penelitian risiko lingkungan yaitu herman, et al (2006);
lagrega, et al (2001); ramanathan (2001); harris, et al (1994) dan smith
(1987) meneliti mengenai identifikasi dan penilaian risiko, menurut the
australian/new zealand standards (1999) dalam bramanti (2007) dan
institute risk management (irm), et al (2002) menambahkan bahwa dalam
manajemen risiko tidak hanya mengidentifikasi dan menilai risiko tetapi
juga perlu menganalisa dan memitigasi risiko agar dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya dampak.
Disamping itu penelitian risiko lingkungan yang ada hanya menilai
konsekuensi (dampak) dengan berbagai kriteria, padahal bramanti (2007)
mengungkapkan bahwa menilai risiko juga perlu memperhatikan
likelihood (probabilitas) kejadian risiko. Setelah diketahui konsekuensi
dan likelihood tiap risiko, maka perlu dilakukan analisis risiko sehingga
dapat diketahui akar permasalahan penyebab risiko. Hasil dari 2 analisis
ini, dapat digunakan sebagai acuan mitigasi risiko.
3
Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat
peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja,
kerusakan atau kerugian aset produksi, biaya premi asuransi, moral kerja
dan sebagainya, sangat mempengaruhi produktivitas dan keuntungan
perusahaan. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan
peraturan perundangan yang tercermin pada segi kemanusiaan,
kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan penyelenggaraan
manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak terkait
(sugeng budiono, 2010).
Pada prinsipnya manajemen risiko merupakan upaya mengurangi
dampak negatif risiko yang mengakibatkan kerugian pada aset organisasi
baik berupa manusia, material, mesin, metoda, hasil produksi maupun
finansial (sugeng budiono, 2010).
B. Rumusan masalah
1. Apa saja risiko akibat manifestasi potensi bahaya pada setiap proses
kerja ?
2. Bagaimana penilaian risiko di tempat kerja setiap proses kerja ?
3. Bagaimana upaya pengendalian risiko pada setiap proses kerja ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui risiko bahaya pada setiap proses kerja yang ada pada
industri bakso
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apa saja risiko akibat manifestasi potensi bahaya
pada setiap proses kerja.
b. Mengetahui bagaimana penilaian risiko di industri bakso pada
setiap proses kerja.
c. Mengetahui upaya pengendalian risiko pada setiap proses kerja.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi risiko berdasarkan potensial bahaya yang ada pada tempat
kerja pada setiap proses kerja adalah sebagai berikut:
No Aktifitas Sumber Potensial Bahaya Risiko
1 Pemotongan
Daging - -
Khusus Proses Ini Industri Mas Yoyo Membeli Daging Potong Yang Siap
Digiling - -
2 Penggilingan Daging
- -
Daging Biasanya Di Bawa Ketempat
Penggilingan Daging
- -
3 Pengolahan
Bumbu Lampu Pencahayaan Yang Kurang Kelelahan Mata
Mesin Blender Suara Bising Terpapar
Kebisingan
Ventilasi Yang
Kurang Suhu Ruangan
Yang Panas Dehidrasi
Sikap Duduk Yang Tidak
Benar Kelelahan Otot
Mesin Blender Tersengat Listrik Luka Fatal
4 Pengadonan Lampu Pencahayaan Yang Kurang Kecacatan Mata
Mesin Blender Suara Bising Terpapar
5
Kebisingan
Ventilasi Yang
Kurang Suhu Ruangan
Yang Panas Dehidrasi
Daging Sapi Bau- Bauan
Mual (Mengganggu Kenyamanan
Pekerja)
Tepung Tapioka
Terpapar Partikel Tepung
Partikel Tepung Yang Terhirup
Daging Sapi Yang Tertular
Bakteri Antraks
Tertular Bakteri Antraks
Penyakit Antraks
Sikap Duduk Yang Tidak
Benar Kelelahan Otot Sakit Skeolosis
5 Pembentukan
Bola- Bola Bakso
Lampu Kurang
Pencahayaan Kelelahan Mata
Ventilasi Yang Kurang
Suhu Ruangan Yang Panas
Dehidrasi
Posisi Duduk Yang Tidak
Benar Kelelahan Otot Sakit Skeolosis
Beban Kerja Stress Gangguan Mental Dan Emosional
Uap Air Terciprat Air Panas
Kulit Melepuh
6 Perebusan Ventilasi Yang Kurang
Suhu Ruangan Yang Panas
Dehidrasi
Air Rebusan Terkena
Tumpahan Air Panas
Luka Bakar
Katup Gas Suara Bising Terpapar
Kebisingan Lampu Pencahayaan Kelelahan Mata
6
Yang Kurang
Posisi Duduk Yang Salah
Kelelahan Otot Sakit Skeolosis
Tabel 2.1 : Identifikasi Risiko
B. Peniliaian Risiko
Teknik evaluasi risiko merupakan bagian dari proses penilaian yang
dilakukan melalui teknik tertentu baik secara kualitatif atau kuantitatif dan
dikembangkan dalam bentuk matriks guna mempermudah pemahaman
penilaian risiko.
Formula umum ririko biasanya dinyatakan sebagai perkalian antara
P(probability) dan C(consequence) sehingga:
Risk = P (Probability) x C (Consequence)
Perubahan variabel P atau C atau keduanya akan memberikan hasil risiko
yang berubah pula.
Probability merupakan kemungkinan terjadi suatu peristiwa termasuk
kekerapan/ frekuensi nya.
Tabel pengkategorian yang digunakan untuk menentukan probability
Kategori Peluang
Sangat Sering (SS) Dapat terjadi kapan saja
Sering(S) Dapat terjadi secara berkala
Sedang(Sd) dapat terjadi pada kondisi tertentu
Jarang(J) Dapat terjadi, tapi jarang
SJ(Sangat Jarang) Memungkinan tidak pernah terjadi
Tabel 2.2 : kategori probability
Consequences (C) adalah akibat / pengaruh dari peristiwa tersebut yang dapat
dibedakan pula dalam akibat terhadap manusia, masyarakat, lingkungan tau
peralatan produksi lainnya.
Tabel pengkategorian yang digunakan dalam menentukan konsekuen
7
TS (Tidak Signifikan) M (Minor) S (Sedang) B (Berat)
BB (Bencana Besar)
Iritasi Mata Luka Gores
Pada Permukaan Tubuh
Luka Terkoyak Terbakar Patah Tulang
Berat
Ketidak Nyamanan
Tergores Patah Tulang Ringan
Gegar Otak Amputasi
Pegal- Pegal Terpotong/Tersayat
Sakit/ Radang Kulit
Terkilir Serius
Luka Fatal
Lelah Bising Asma Keracunan Luka Kompleks
Sakit Kepala/ Pusing
Cacat Minor Permanen
Kanker
Memar Penyakit Mematikan
Penyakit Fatal Akut
Kematian Tuli
Tabel 2.4 : Pengkategorian Konsekuen
Menentukan probability berdasarkan pada poin A adalah sebagai berikut :
No Aktifitas Risiko Probabiliti
SS S Sd J SJ
1 Pemotongan Daging Tidak Ada - - - - -
2 Penggilingan Daging Tidak Ada - - - - -
3 Pengolahan Bumbu Kelelahan Mata v
Terpapar Kebisingan v
Dehidrasi v
Sakit Skeolosis v
Tersengat Listrik v
8
4 Pengadonan Kecacatan Mata v
Terpapar Kebisingan v
Dehidrasi v
Mual v
Partikel Tepung
Yang Terhirup v
Penyakit Antaks v
Sakit Skeolosis v
5 Pembentukan Bola-
Bola Bakso Kelelahan Mata v
Dehidrasi v
Sakit Skeolosisi v
Gangguan
Emosional v
Kulit Melepuh v
6 Perebusan Dehidrasi v
Luka Bakar v
Terpapar Kebisingan v
Kelelahan Mata v
Sakit Skeolosis v
Tabel 2.3 : Menentukan Probability
Menentukan konsekuensi berdasarkan pada point A adalah sebagai berikut :
No Aktifitas Risiko Konsekuensi
TS M S B BB
1 Pemotongan Daging Tidak Ada - - - - -
2 Penggilingan Daging Tidak Ada - - - - -
9
3 Pengolahan Bumbu Kelelahan Mata v
Terpapar
Kebisingan v
Dehidrasi v
Sakit Skeolosis v
Tersengat Listrik v
4 Pengadonan Kecacatan Mata v
Terpapar
Kebisingan v
Dehidrasi v
Mual v
Partikel Tepung
Yang Terhirup v
Penyakit Antraks v
Sakit Skeolosis v
5 Pembentukan Bola-
Bola Bakso Kelelahan Mata v
Dehidrasi v
Sakit Skeolosis v
Gangguan
Emosional v
Kulit Melepuh v
6 Perebusan Dehidrasi v
Luka Bakar v
Terpapar
Kebisingan v
10
Kelelahan Mata v
Sakit Skeolosis v
Tabel 2.5 : Menentukan Konsekuen
Berdasarkan penjelasan kedua tabel diatas (penilaian probability dan konsekuen)
maka penilaian risiko dilakukan sebagai berikut :
No Aktifitas Risiko Tingkat risiko
P C Nilai risiko
1 Pemotongan Daging Tidak Ada - - -
2 Penggilingan Daging Tidak Ada - - -
3 Pengolahan Bumbu Kelelahan Mata S M Risiko Tinggi
Terpapar
Kebisingan S BB Ekstrim
Dehidrasi Sd BB Risiko Tinggi
Sakit Skeolosis S TS Risiko Sedang
Tersengat Listrik SJ BB Risiko Tinggi
3 Pengolahan Bumbu Kelelahan Mata S M Risiko Tinggi
Terpapar
Kebisingan S BB Ekstrim
Dehidrasi Sd BB Risiko Tinggi
Sakit Skeolosis S TS Risiko Sedang
Tersengat Listrik SJ BB Risiko Tinggi
4 Pengadonan Kecacatan Mata S S Risiko Tinggi
Terpapar
Kebisingan S BB Ekstrim
Dehidrasi S BB Ekstrim
Mual Sd TS Risiko Rendah
Partikel Tepung
Yang Terhirup S S Risiko Tinggi
11
Penyakit Antraks S BB Ekstrim
Sakit Skeolosis S TS Risiko Sedang
5 Pembentukan Bola-
Bola Bakso Kelelahan Mata S M Risiko Tinggi
Dehidrasi S BB Ekstrim
Sakit Skeolosis S TS Risiko Sedang
Gangguan
Emosional Sd TS Risiko Rendah
Kulit Melepuh S S Risiko Tinggi
6 Perebusan Dehidrasi S BB Ekstrim
Luka Bakar S B Ekstrim
Terpapar
Kebisingan S M Risiko Tinggi
Kelelahan Mata S M Risiko Tinggi
Sakit Skeolosis S TS Risiko Sedang
Tabel 2.6 : Penilaian Risiko
C. Upaya Pengendalian Risiko
Belum ada usaha pengendalian risiko yang dilakukan oleh pemilik pabrik
bakso, ini upaya yang disarankan observer untuk meminimalisasi risiko
kerja terhadap pekerja. Berdasarkan poin B dapat dilakukan sebagai
berikut :
No Risiko Sumber Upaya Pengendalian
1 kelelahan mata
kecacatan mata
lampu ruangan
redup
belum banyak upaya
yang dilakukan untuk
meminimalisasi
kelelahan dan kecacatan
mata. Memperbesar
12
intensitas penerangan
mungkin dapat
meminimalisasi
kelelahan dan kecacatan
mata
2
terpapar kebisingan
(kerusakan pada
pendengaran)
katus gas
mesin blender
dikarenakan intensitas
kebisingan belum
melebihi ambang batas,
maka untuk mengurangi
kebisingan bisa di
lakukan dengan memakai
tutup kuping, memakai
alat peredam bunyi
3 tersengat listrik kabel yang rusak
untuk risiko tersengat
listrik, para pekerja
menganggap hal yang
tidak mungkin namun
dapat di minimalisasi
dengan cara saat
menyalakan barang
barang elektronik
pastikan tangan dan
lantai dalam keadaan
kering (bebas dari
genangan air), jika
terdapat kabel yang rusak
jangan paksakan untuk
dipakai dan segera
perbaiki.
4 partikel tepung yang saat menuangkan memakai masker pada
13
terhirup tepung pada
campuran adonan
saat bekerja. Selain
melindungi diri dari
partikel tepung yang
mungkin akan terhirup,
memakai masker juga
dapat menjaga higien
makanan tersebut.
Namun dari pihak
pekerja belum ada upaya
yang dilakukan.
5 Tertular penyakit
antraks
daging yang
didalamnya
terdapat bakteri
antraks atau spora
antraks yang
terhirup
belum ada upaya yang
dilakukan namun dapat
di minimalisasi dengan
cara membeli daging di
tempat yang sudah
memiliki izin dari dinas
kesehatan. Atau sudah di
percaya kebersihannya.
6 dehidrasi suhu ruangan yang
panas
sediakan air minum di
tempat kerja (usahan
minum sesering mungkin
walau dalam jumlah yang
sedikit), istirahat (untuk
menghindari efek
kelelahan kumulatif,
gunakan pakaian yang
longgar, perbaiki
sirkulasi udara. Dari
pihak pekerja masih
belum ada upaya yang
14
dilakukan untuk
meminimalisasi risiko.
7 mual bau daging sapi
hal ini masih dianggap
masalah kecil namun jika
bau- bauan benar- benar
mengganggu para
pekerja, pemilik pabrik
dapat memakai air
condition yang tepat.
8 gangguan emosional
beban kerja
(pembuatan bakso
tidak sesuai dengan
pesanan)
belum banyak upaya
yang dilakukan untuk
mengendalikan gangguan
emosional, terutama jika
pesanan tidak sesuai
dengan persedian bakso
9 Luka Bakar tumpahan larutan
panas
untuk menghindari luka
bakar akibat tumpahan
larutan panas, pekerja
harus berusaha bekerja
dengan hati- hati,
mendekatkan peralatan
ketika akan
memindahkan bakso
hasil perebusan. Dari
pihak pekerja masih tidak
ada upaya perlindungan
yang dilakukan untuk
meminimalisasi kontak
dengan larutan panas
seperti menggunakan
15
sarung tangan saat
bekerja
10 kelelahan otot posisi duduk yang
tidak benar
ada upaya yang sudah
dilakukan untuk
mengurangi akibat dari
sikap duduk yang kurang
benar, seperti
menggunakan tempat
duduk yang sesuai.
Sehingga para pekerja
tidak jongkok saat
melakukan pekerjaan.
Tabel 2.7 : Upaya Pengendalian
16
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan observasi penilaian risiko yang ada pada industri bakso
Mas Yoyo menurut proses kerjanya misalnya risiko kelelahan mata,
terpapar kebisingan, dehidrasi, sakit skeolosis, tersengat listrik pada
saat proses pengolahan bumbu. Pada saat pengadonan risiko kecacatan
mata, terpapar kebisingan, dehidrasi, mual, partikel tepung yang
terhirup, penyakit antraks, skeolosis. Pada saat pembentukan bola- bola
terdapat risiko kelelahan mata, dehidrasi, skeolosis, gangguan
emosional, kulit melepuh. Pada saat perebusan terdapat risiko dehidrasi,
luka bakar, terpapar kebisingan, kelelahan mata, skeolosis.
2. Ada sedikit upaya yang dilakukan baik oleh pemilik pabrik ataupun
oleh pekerjanya sendiri untuk meminimalisasi sakit skeolosis misalnya
menggunakan kursi yang pas pada saat bekerja
B. Saran
1. Meningkatkan upaya untuk menjaga kesehatan kerja melalui upaya :
a. Sikap kerja yang tidak benar (tidak ergonomis)
1) Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh
2) Latihan otot yang mengalami gangguan
b. Bising
1) Memakai alat pelindung untuk mengurabgi kebisingan seperti
penyumbat telinga.
2) Menggilir pekerja yang bekerja di tempat kebisingan yang tinggi.
17
c. Panas
1) Memperbaiki ventilasi
2) Selalu sediakan air minum
d. Tumpahan larutan panas
1) Melakukan pekerjaan secara hati-hati
2) Penempata alat kerja sesuai pada tempat yang aman
3) Menggunakan sarung tangan
e. Uap zat kimia
1) Posisi kerja menghadap searah arah angin
2) Tidak merokok saat bekerja
3) Menggunakan masker
4) Mengatur ventilasi
f. Pencahayaan
1) Memperbesar intensitas pencahayaan
2) Menjaga kebersihan dinding, langit- langit, lampu dan
perangkatnya.
3) Mencegah kesilauan.
18
DAFTAR PUSTAKA
henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../TSI_bank_2_SIP.ppt
http://msmunir-ina.blogspot.com/2012/01/penilaian-risiko-di-tempat-kerja.html
http://etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/Komponen-dan-def.pdf
http://my.opera.com/andika85/blog/2012/10/04/tahapan-penilaian-risiko
http://www.mukti-tyre.com/2011/03/manajemen-risiko-k3.html