penilaian kinerja
DESCRIPTION
kompensasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber kegunaan kompetitif
dan sebuah kunci untuk meraih kesuksesan dalam bersaing untuk mencapai
tujuan. Sumber daya manusia di dalam sebuah perusahaan adalah tolak ukur
berjalannya sebuah perusahaan, sumber daya yang baik akan membuat
berjalannya usaha dengan baik begitu pula sebalikanya ketika sumber daya
tidak memadai akan membuat sebuah perusahaan tidak akan bejalan dengan
baik. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia bagi organisasi hal
yang penting. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif dari karyawan
itu sendiri, ketika perusahaan atau organisai memiliki alat yang begitu hebat
tetapi tidak ada karyawan yang dapat menggunakan alat tersebut, alat tersebut
tidak akan berarti apa apa.
Salah satu hal yan paling penting dalam mengelola sumber daya manusia
dalam organisasi adalah menilai kinerja pegawai. Kinerja adalah keluaran
yang dihasilkan oleh fugsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau
suatu profesi dalam waktu tertentu (wirawan,2009). Penilaian kinerja
merupakan bagian esensial dari manajemen, khususnya manajemen sumber
daya manusia. Penilaian kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan atau kinerja yang dimiliki oleh karyawan serta
seberapa tepat karyawan melakukan fungsinya. Penilaian kinerja dimaksudkan
untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat sehingga karyawan
dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan. Ketepatan pegawai
dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian kinerja
pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan
karyawan.
Namun demikian, terkadang penilaian yang dilakukan oleh tim penilai
kurang tepat. Ketidak tepatan dalam penilaian dapat disebapkan oleh banyak
faktor. Beberapa faktor yang membuat ketidak tepatan adalah ketidak jelasan
1
dalam sebuah ketidak pahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan
juga ketidak pedulian pemimpin dalam pengelolaan kinerja.
Penilaian kinerja adalah keputusan manajemen yang memengaruhi
ingatan, pemecatan, promosi, demosi, pemindahan, peningkatan atau
pemotongan gaji, atau pengikutsertaan individu pada suatu program pelatihan
(Latham, Gary P. & Wexley, Kenneth N. 1994). Penilaian kinerja tidak hanya
untuk mengetahui seberapa baik dan seberapa tepat pekerjaan yang telah
dilakukan oleh pegawai. Tetapi, penilaian kinerja juga terkait dengan sebuah
penilaian yang didasarkan atas kinerja yang telah dilakukan seberapa baik dan
pada akhirnya dari hasil yang telah dia kerjakan akan membuat sebuah
keputusan. Dari keputusan yang telah dibuat oleh manajer sejalan dengan
pemahaman oleh Latham mengenai sebuah keputusan dari penilaian kinerja
akan didapatkan bahwa dari hasil penilaian kinerja akan muncul mengenai
seberapa besar pekerjan yang telah dilakukan akan berujung pada feed back
yang diberikan. Penilaian kinerja akan mempengaruhi sebuah karier seseorang
di dalam sebuah perusahaan, dala promosi jabatan, pemindahan, kenaikan
ataupun pemotongan gaji. Hal tersebut mengenai penilaian kinerja yang akan
berhubungan dengan sebuah kompensasi, oleh karena itu perlu nya dibahas
dalam bab ini mengenai penilaian kinerja dalam hal kompensasi atas hasil
yang telah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa peran penilaian kinerja terhadap pemberian kompensasi?
2. Bagaimana cara untuk mngukur kinerja pekerjaan?
3. Bagamana cara untuk mengurangi kesalhan dalam penilaian?
1.3 Tujuan Penulisan
Menambah referensi bagi pembaca mengenai arti penting sebuah penilaian
kinerja dan pembuatan keputusan untuk pemberian kompensasi. Dengan
demikian akan lebih memahami apa saja strategi dalam pengukuran kinerja
juga mengenai kesalahan dalam melakukan penilaian kinerja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Evaluasi adalah mengumpulkan informasi mengenai objek evaluasi dan
menilai objek evaluasi dengan membandingkannya dengan standar evaluasi
(wirawan, 2009:3). Evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan mengenai
objek yang di evaluasi seperti keputusan dalam kinerja. Kinerja memiliki
pengertian yaitu keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (Wirawan,
2009:5).
Menurut Milkovich dan Newman (2005:6) bahwa kompensasi mengacu
pada semua wujud, dari imbalan keuangan serta jasa dan manfaat terukur yang
karyawan terima sebagai bagian dari satu hubungan ketenagakerjaan. Sistem
imbalan didesain dan dikelola untuk memastikan tercapainya tujuan. Tujuan yang
paling utama dalam pemberian imbalan adalah efisiensi, keadilan dan pemenuhan.
Pengembangan tujuan pembayaran imbalan sangat tergantung pada masing-
masing perusahaan dan jenis usaha. Dengan demikian evaluasi kinerja dapat
dikatakan bahwa informasi dan menilai sebuah keluaran atau hasil sebuah
pekerjaan.
2.2 Peran dari Penilaian Kinerja pada Keputusan Kompensasi
Didalam sebuah organisasi penilaian kinerja digunakan sebagai ulasan
kinerja karyawan, pemimpin tidak menanyakan hasil tetapi untuk memperluas
keputusan organisasi untuk sebuah pertimbanagn dari peningkatan hasil yang
dicapai. Pada umumnya untuk membuat perbedaan diantara menilai kinerja dan
peringkat kinerja. Peringkat kinerja berati harus pada pengaruh dari pekerja tetap
dari faktor tingkat pada perilaku organisasi.
Karyawan yang tidak merasa senang dengan proses penilaian kinerja,
mereka akan tidak puas, tidak akan berkomitmen dan akan ada perputaran
karyawan. Karyawan tidak puas karena merasa penilaian yang dilakukan adalah
3
penilaian subjektif dan mereka merasa penilaian yang tidak benar-benar sesuai
dengan hasil yang mereka capai.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat dipercaya
dengan memperkirakan antara 13 persen dari waktu pekerjaan dan 70 persen dari
manajerial karyawan. Kinerja pekerja adalah ukuran, terkadang kuantitif.
Meskipun tidak seperti pengukuran kinerja dengan objektif, banyak mahasiswa
akuntansi mengetahui, bahwa pengukuran keuangan melalui proses pembuatan
keputusan secara subyektif. Dimana penutupan di akhir tahun, sepertinya akan
berdampak pada laporan yang di muat di publik.
11.1 common errors in the appraisal process
Menurut para ahli bahwa peniaian kinerja harus menerapkan prinsip total
quality management agar proses penilaian kinerja menjadi baik. Langkah pertama
adalah dengan pengakuan bahwa bagian dari kinerja dipengaruhi oleh lingkungan
kerja dan sistem dibandingkan dengan perilaku organisasi, karena sistem yang
berhubungan dan akan berakibat pada kinerja karyawan. Langkah kedua dengan
melibatkan sebagian besar proses, berhubungan dengan identifikasi strategi untuk
memahami dan mengukur kinerja lebih baik. Dengan hal tersebut akan
mengurangi jumlah dan jenis kesalahan.
2.3 Kesalahan pada Penilaian Kinerja
Dalam sebuah organisasi terdapat banyak karyawan misalkan 1000
karyawan. Disitu akan muncul pertanyaan, berapa banyak harapan penilaian pada
tingkat tertinggi, dan mendapatkan hasil rata-rata di bawah atau di atas. Dalam
proyek konsultasi dalam melakukan kinerja dapat dilakukan selama lebih dari satu
tahun dengan menumpulkan peringkat kinerja dan dari situ akan mengetahui rata-
rata hasil kinerja dalam posisi bawah atau atas.
Rating of manger
Dalam melakukan penilaian kinerja akan terjadi yang namanya
penyimpangan, sebagian penilai cenderung membuat kesalahan. Tidak
4
mengherankan, potensi kesalahan penyebapkan karyawan untuk kehilangan
kejujuran dalam proses penilaian kinerja. Karyawan enggan memayar sistem
terikat seperti pemberian peringkat kinerja syarat kesalahan. Setidaknya, biaya
proses evaluasi politik. Beberapa faktor yang menyebapkan penilai memberikan
penilaian yang tidak akuat: 1. Rasa bersalah, 2. Malu akan pemberian pujian, 3.
Mengambil hal-hal untuk diberikan, 4. Tidak memperhatikan, 5. hallo efek, 6.
Tidak suka konfrontasi, dan 7. Pengeluaran terlalu sedikit waktu persiapan
penilaian. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan dan peneliti yang sama
telah mengeluarkan banyak waktu dan uang untuk mengidentifikasi kinerja dan
cara mengukur lebih baik.
2.4 Strategi untuk Lebih Memahami dan Megukur Kinerja Pekerjaan
Untuk meningkatkan proses penilaian kinerja perlu mengambil beberapa
hal. Pertama, peneliti dan pemberi imbalan mengabdikan cukup berenergi untuk
mendefinisikan kinerja pekerjaan. Manajer dapat dikelompokkan ke dalam salah
satu dari tiga kategori berdasarkan jenis perilaku karyawan. Pada kinerja tugas,
bagaimana seorang karyawan melakuka tanggung jawab pekerjaan mereka.
Sebuah kelompok terlihat terutama pada kinerja tugas, bagaimana karyawan
melakukan tanggung jawab pekerjaan mereka. Kelompok kedua terlihat terutama
pada kinerja kontraproduktif mengevaluasi didasarkan pada perilaku organisasi
negatif. Kelompok yang terakhir dari kedua perilaku. Fokus penelitian mengkaji
faktor-faktor yang lebih spesifik pada dimensi kinerja seperti perencanaan dan
pengorganisasian, pelatihan, pembinaan, pengembangan bawahan, serta
kemapuan teknis.
Pekerjaan lebih dinamis, dan kebutuhan untuk pekerja beradaptasi dan
tumbuh semakin ditekankan. Fokus karakteristik individu atau kompensasi
pribadi, ini konsisten dengan kecenderungan seluruh pengukuran kompensasi
pekerjaan. Arah ketiga untuk meningkatkan kualitas peringkat kinerja pusat pada
identifikasi format penilaian terbaik, menggunakan ukuran kinerja leih baik dan
lebih akurat. Arah keempat, mengidentifikasi sekelompok penilai (supervisor,
teman sebaya, bawahan, pelanggan, diri sendiri) memeriksa apakah kelompok
5
tersebut mengarah ke peringkat lebih baik atau buruk. Arah ke lima, upaya untuk
mengidentifikasi bagaimana penilai memproses informasi tentan kinerja dan
menerjemahkannya ke dalam penilaian kinerja. Pada akhirnya pendekatan ini
untuk memahami dan mengukur kinerja lebih baik: meningkatkan format,
memilih penilai yang tepat, pemahaman penilai dengan cara memproses
informasi, dan pelatihan penilai untuk meningkatkan ketrampilan penilai.
2.4.1 Strategi 1: Meningkatkan Format Penilaian
Jenis Format
Terbagi menjadi dua kategori yaitu peingkat dan penilai,
1. Format Peringkat membandingkan karyawan satu dengan yang lainnya
untuk menentukan relatif pemesanan kelompok pada beberapa ukuran
kinerja.
Prosedur peringkat, peringkat karyawan relatif terhadap satu
sama lain
Menunjukkan karyawan terbaik dan terburuk, dan ini lebih
banyak praktek sebelum membuat peredaan.
Perbandingan peringkat metode penyerderhanaan proses
dengan memasangkan orang. Dibandingkan dngan yang lain
dalam satu kelompok.
2. Format Penilaian,memerlukan penilaian untuk mengevaluasi karyawan
pada beberapa standar mutlak daripada relatif terhadap karyawan lain.
Setiap standar diukur pada skala dimana penilai dapat memeriksa titik
yang paling mewakili kinerja karyawan.
11.3 Three rangking formats
Pengertian ini mungkin disebut dengan kata sifat, perilaku atau
hasil. format disebut dengan standar penilaian. Penilaian perilaku
organisasi biasanya diukur dengan menggunakan Behaviorally
anchoredrating scales (BARS’s) sebuah standar penilaian perilaku yang
6
paling umum digunakan. Pengggunakan standar ini diharapkan untuk
membuat evaluasi kurang subyektif.
11.4 Rating scale using absolute standards
Dalam kedua stadar skala penilaian dan BARS, keseluruhan kinerja
dihitung sebagai bebrapa rata-rata tertimbang peringka pada semua
dimensi. Model alternatif untuk mendapatkan peringka keseluruhan akan
memungkinkan kebijaksanaan rating tidak hanya dalam penilaian kinerja
individu, tetapi juga dalam menetapkan penilaian secara keseluruhan.
Evaluasi secra keseluruhan akan didasarkan pada penilaian subjektif dan
internal oleh rating.
Selain sifat dan perilaku, hasi juga digunakan sebagai standar. Bentuk
yang paling umum adalah manajemen berdasarkan sasaran (MBO). MBO
adalah perencanaan dan alat penilian yang memiliki banyak variasi yang
berbeda si seluruh perusahaan. Langkah pertama, tujuan organisasi
diidentifikasikan dari rencana strategis perusahaan. Setiap tingkat yang
lebih rendah berturut-turut dalam hirarki organisas dituntut dengan
mengidentifikasi tujuan pekerjaan yang akan mendukung pencapaian
tujuan organisasi. Dari penerapan MBO dimana penilaian kinerja
ditentukan berdasarkan seberapa baik tujuan dipenuhi, menggabungkan
pendekatan MBO berfokus pada hasil serangkaian langkah-langah yang
dirancang untuk menilai bagaimana hasil mereka dicapai. Dan untuk
memastikan tujuan individu sejalan dengan perusaaan dan departemen.
11.5 standar rating scale with behavioral scae anchors
11.6 an example of employee appraisal
11.7 example of MBO objective for communications skill
Langkah-langkah lain: kualitas kerja, pemanfaatan sumber saya,
ketepatan waktu untuk menyelesaikan tujuan, inovasi, dan kepemimpinan.
Peringkat pada langkah-langkah kedua harus disertai contoh perilaku yang
ditunjukkan oleh kayawan yang membenarkan peringkat tertentu.
7
11.8 components of a successful MBO program
11.9 usage of performance evaluation formats
Dari perusahaan yang menggunakan MBI menunjukan perbaikan
yang umumnya positif dan baik kinerja individu maupun organisasi.
Peningkatan kinerja ini disertai oleh manajerial sikap MBO yang tenjadi
lebih positif dari waktu ke waktu, terutama ketika sistem direvisi secara
berkala untuk mencerminkan umpan balik dari peserta. Cara MBO
menyediakan arah ke unit kerja, meningkatkan proses perencanaan, dan
meningkatkan komunikasi superior bawahan. Di sisi negatif MBO
meminta dokumen-dokumenlain dan untuk meningkatkan kinerja tekanan
dan stres.
Format Evaluasi Penilaian Kinerja
Format penilaian umumnya dievaluasi terhadap lima kriteria: potensi
pengembangan 1. Karyawan, 2. Kriteria administratif, 3. Kriteria penilaian
personil, 4. Biaya, validitas. Diakui, organisasi yang berbeda akan
melampirkn berbeda bobot dimensi ini.
1. Pengemabangan Kriteria Karyawan, apakah metode
mengkomunikasikan tujuan dan sasaran organisasi? Apakah umpan
balik terhadap karyawan hasil alami dari format evaluasi, sehingga
kebutuhan perkembangan karyawan dapat diidentifikasi dan dapat
dilayani dengan mudah? Perlu diingat, bahwa keinginan untuk umpan
balik tidak meluas di semua budaya. Menurut Lucent Technologies
menemukan bahwa budaya tertentu sangat sulit untuk memberikan
umpan balik, baik positif maupun negatif. Dalam budaya asing umpan
balik dianggap dengan kecurigaan yang besar, dan hanya eksekutif
yang berani akan membahayakan reputasi.
2. Kriteria Administrasi, bagaimana dengan mudah dapat hasil evaluasi
digunakan utuk keputusan administrasi mengenai kenaikan upah,
promosi, penurunan pangkat, pengakhiran dan transfer? Perbandingan
antara individu untuk tindakan personil memerlukan beberapa
nominator umum. Biasanya ini adalah nilai numerik kinerja.
8
3. Kriteria Penelitian Personil, apakah instrumen meminjamkan sendiri
baik untuk memvalidasi tes kerja? Dapat pelamat diprediksikan tampil
dengan baik dipantau melalui evaluasi kinerja? Demikian pula, dapat
keberhasilan berbagai karyawan dan program pengembangan
organisasi ditelusuri dampak terhadap kinerja karyawan? Seperti
kriteria administrasi, evaluasi biasanya perlu kuantitatif untuk
mengizinkan uji statistik begitu umum dalam penelitian personil.
4. Kriteria Biaya, apakah bentuk evaluasi awalnya membutuhkan waktu
yang lama untuk di kembangkan? Apakah memakan waktu bagi
pengawas untuk digunakan dalam penilaian karywan mereka? Apakah
mahal? Semua faktor meningkatkan biaya format.
5. Kriteria Vaiditas, sejauh ini penelitian tentang format daam beberapa
tahun terakhr telah dfokuskan pada pengurangan kesalahan dan
meningkatkan akurasi. Sukses dalam hal ini bahwa pembuatan
keputusan berdasarkan peringkat kinerja (promisi, jasa meningkat)
yang dibuat dengan meningkatkan kepercayaan diri. Seara umum,
pencarian format yang tepat untuk menghilangkan kesalahan rating
dan meningkatkan akurasi telah berhasil.
11.10 An evaluation of performance appraisal formats
Manakah format penilaian yang terbaik? Jawabanya tergantung,
keeley menunjukkan bahwa pilihan format penilaian tergantung pada
jenis-jenis tugas yang sedang dilakukan. Format penilaian yang berbeda
membutuhkan asumsi tentang sejauh perilaku uang benat untuk tugas
prestasi dapat ditentukan. Pilihan format memerlukan pencocokan format
dengan tugas-tugas yang memenuhi asumsi format. Keeley berpendapat
bahwa skala rating perilaku pada kategori ini. Jangka perilaku menentukan
kinerja harapan mewakili tingkat berbeda dari performa seorang karyawan.
Tugas-tugas rutin untuk menentukan harapan perilaku, untuk tugas-tugas
rutin ini dimungkinkan untuk mengidentifikasi satu urutan tepat perilaku
untuk mencapai tujuan. Akibatnya, dimungkinkan untuk mengidentifikasi
9
perilaku untuk skala kinerja yang menggambarkan berbagai tingkat
pencapaian urutan kegiatan.
Namun, ketiga tugas-tugas rutin kurang, lebih sulit untuk
menentukan urutan tunggal prosedur yang harus diikuti untuk mencapai
tujuan. Sebaliknya, beberapa strategi layak dan tapat untuk mencapai
tujuan akhir. Keeley, bahwa format penilaian harus fokus pada
mengevaluasi sejauh mana tujuan akhir dapat spesifik dan ketika kurang
yakin tugas MBO strategi akan sesuai. Sebagai tujuan akhir dapat
ditentukan, kinerja dapat dievaluasi dalam kaitannya dengan tujuan itu
tanpa menentukan atau mengevaluasi peilaku yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu. Fokusnya adalah pada tingkat pencapaian tujuan.
Tingkat ketidak pastian ini membuat penilaian jenis ini sangat subyektif
dan mungkin juga menjelaskan mengapa skala rating bersifat terbuka
dikritik untuk jumlah kesalahan yang terjadi dalam evalasi kinerja.
2.4.2 Strategi 2: memilih penilai yang benar
Cara kedua bahwa perusahaan telah mencoba untuk meningkatkan akurasi
penilaian kinerja adalah dengan berfokus pada yang mungkin melakukan
penilaian dan yang dari sumber-sumber ini cenderung akurat. Misalnya, bukti
terbaru menunjukkan penilai yang tidak konsisten dan penilaiyang terlalu senang
cenderung memberikan evaluasi tinggi. Untuk mengurangi dampak dari satu
informasi, dan untuk meningkatkan dala proses partisipasi,
Pengawas sebagai penilai
Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen dari
masukan untuk rating peformance berasal dari supervisor. Ada alasan yang
baik supervisor memainkan peran yang dominan tersebut. Pengawas
menetapkan (atau bersama-sama menentukan) apa pekerjaan karyawan untuk
melakukan. Hal ini membuat pengetahuan supervisor cukup tentang pekerjaan
dan dimensi menjadi tarif.
Teman sebagai penilai
10
Salah satu kekuatan utama menggunakan rekan-rekan sebagai peniai
adalah bahwa mereka bekerja lebih erat dengan nilai dan mungkin memiliki
perspektif terdistorsi kinerja khas, khususnya dalam tugas kelompok (sebagai
lawan pengawas bisa mengamati dalam berjalan-jalan santai di sekitar area
kerja) .
Diri sendiri sebagai penilai
Beberapa organisasi telah bereksperimen dengan penilaian diri. Jelas
Peringkat diri turun oleh seseorang yang memiliki pengetahuan paling lengkap
tentang penilaian kinerja itu. Sayangnya, meskipun Peringkat diri umumnya
lebih lain dan mungkin lebih bisa diandalkan daripada peringkat membentuk
sumber lain.
Pelanggan sebagai penilai
Ini adalah era pelanggan. Dorongan untuk kualitas berarti banyak
perusahaan yang recogmizing pentingnya pelanggan. Salah satu hasil logis
dari meningkatnya minat ini peringkat dari pelanggan.
Bawahan sebagai penilai
Secara historis, umpan balik atas telah dilihat sebagai budayanya, tapi
budaya dalam organisasi telah mengalami sebuah revolusi dalam 10 tahun
terakhir dan pandangan yang selalu berubah. Gagasan bawahan sebagai
penilai yang menarik karena sebagian besar karyawan ingin sukses dengan
orang-orang yang melaporkan kepada mereka.
2.4.3 Strategi 3: memahami bagaimana memproses informasi penilai
Cara ketiga untuk meningkatkan peringkat prestasi kerja adalah untuk
memahami bagaimana penilai berpikir. Ketika kita mengamati dan mengevaluasi
kinerja, apa lagi mempengaruhi peringkat selain kinerja karyawan. Para peneliti
terus mengeksplorasi bagaimana proses informasi penilai tentang kinerja orang-
orang yang mereka nilai. Secara umum, kita berpikir macam berikut proses terjadi
demikian.
11
1. penilai mengamati perilaku dari yang dinilai.
2. penilai mengkodekan perilaku ini sebagai bagian dari gambaran total nilai
tersebut.
3. penilai informasi ini dalam memori, yang tunduk pada kedua kerusakan
jangka pendek dan panjang, sederhana keluar, penilai melupakan hal-hal.
4. ketika tiba saatnya untuk mengevaluasi sebuah penilai, penilai menelaah
dimensi kinerja dan mengambil disimpan observasi/ tayangan untuk
menentukan relevansinya dengan dimensi kinerja.
5. informasi tersebut dipertimbangkan kembali dan terintegrasi dengan
informasi lain yang tersedia sebagai Desides penilai pada peringkat akhir.
Kesalahan dalam proses pemeringkatan
Idealnya penilai harus melihat faktor hanya kinerja terkait ketika
mereka mengamati perilaku karyawan. Bahkan, semua tahapan proses harus
dipandu oleh kinerja relevansi. Di sisi negatif, meskipun, faktor kinerja yang
tidak relevan muncul untuk mempengaruhi peringkat, dan mereka dapat
menyebabkan kesalahan dalam proses evaluasi.
Kesalahan dalam pengamatan
Umumnya, para peneliti telah bervariasi ada jenis informasi masukan
untuk melihat apa ternilai memperhatikan ketika mereka mengumpulkan
informasi untuk penilaian kinerja. Pertama, tampak bahwa penilai dipengaruhi
oleh karakteristik penampilan umum dari penilai. Pria yang dinilai lebih tinggi
dibandingkan perempuan (hal-hal lain yang aqual). Sebuah nilai perempuan
diamati bukan sebagai nilai tetapi sebagai nilai perempuan. Sebuah penilai
dapat membentuk tayangan berdasarkan keyakinan stereotip tentang
perempuan daripada realitas situasi kerja yang cukup terpisah membentuk
informasi kinerja apapun.
Kesalahan dalam penyimpanan penarikan kembali
Penelitian menunjukkan bahwa penilai menyimpan informasi dalam
bentuk sifat. Mote penting, mereka cenderung untuk mengingat informasi
12
dalam bentuk kategori sifat. Sebagai contoh, penilai yang mengamati perilaku
spesifik seperti istirahat karyawan selama jam kerja. Toko penilai informasi
ini bukan sebagai perilaku spesifik tetapi rether dalam bentuk suatu sifat,
seperti pekerja yang malas.
Kesalahan dalam penyimpanan dan ingat juga tampak muncul dari
pembusukan memori. Setidaknya satu studi menunjukkan bahwa akurasi
Peringkat adalah fungsi dari penundaan antara kinerja dan penilaian
selanjutnya.
Kesalahan dalam evaluasi aktual
Konteks dari proses evaluasi yang sebenarnya juga dapat
mempengaruhi evaluasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa tujuan
evaluasi efek proses pemeringkatan. Sebagai contoh, penilaian kinerja kadang-
kadang melayani politik dan. Pengawas telah dikenal untuk menurunkan
kinerja untuk mengirim sinyal kepada karyawan Anda tidak ingin kelinci.
Pengawas juga cenderung untuk menimbang atribut negatif lebih heavlily dari
atribut positif Anda lebih mungkin untuk menerima skor yang jauh lebih
rendah jika Anda berkinerja buruk daripada menerima skor proporsional
tertinggi jika Anda melakukan dengan baik.
2.4.4 Strategi 4: Pelatihan penilai untuk menilai lebih akurat
Meskipun ada beberapa bukti bahwa pelatihan tidak efektif atau kurang
penting dalam mengurangi kesalahan daripada faktor lainnya, sebagian besar
penelitian menunjukkan pelatihan penilai merupakan metode yang efektif untuk
mengurangi kesalahan penilaian. Program pelatihan penilai dapat dibagi menjadi
ada kategori yang berbeda. (1) pelatihan kesalahan penilai, (2) pelatihan dimensi
kinerja, (3) pelatihan standartd kinerja. Beberapa generalisasi tentang cara-cara
untuk meningkatkan pelatihan penilai dapat diringkas dari penelitian ini:
1. kuliah mudah untuk penilai tentang cara-cara untuk meningkatkan kualitas
penilaian mereka umumnya tidak efektif.
13
2. bagian diskusi kelompok individual atau kecil lebih efektif dalam
menyampaikan prosedur Peringkat yang tepat.
3. ketika sesi ini digabungkan dengan praktek yang luas yang sesi umpan
balik, akurasi Peringkat signifikan meningkatkan.
4. program pelatihan yang lebih lama umumnya lebih sukses daripada
program pendek.
Pelatihan dimensi 5 kinerja dan pelatihan standar kinerja umumnya
bekerja lebih baik daripada pelatihan kesalahan penilai, terutama ketika
digabungkan.
6 keberhasilan terbesar telah datang upaya bentuk untuk mengurangi hallo
effect dan meningkatkan akurasi.
2.5 EEO dan Evaluasi Kinerja
Kesempatan yang sama kerja (EEO) dan tindakan afirmatif telah
mempengaruhi HR pengambilan keputusan selama hampir 30 tahun sekarang.
Walaupun ada pasti kritik dari program ini, setidaknya satu tren penting dapat
ditelusuri ke hak-hak sipil di tempat kerja. Secara khusus, EEO telah memaksa
organisasi untuk mendokumentasikan keputusan dan untuk memastikan kinerja
mereka atau kinerja yang diharapkan. Penilaian kinerja tunduk pada pengawasan
yang sama seperti tes kerja. Petunjuk tentang cara untuk menyelesaikan penilaian
tersebut harus spesifik dan tertulis. Dimensi kinerja, kriteria, dan tingkat skala
harus ditulis, obyektif, dan jelas. Pertimbangkan penggunaan peringkat kinerja
dalam membuat keputusan tentang promosi.
2.6 Kinerja Dinilai Subyektif
Isu sentral yang melibatkan membayar jasa adalah, bagaimana kita
mendapatkan karyawan untuk menimbulkan sebagai hadiah untuk kinerja. Sangat
sederhana, organisasi sering memberikan peningkatan yang tidak dirancang atau
dikomunikasikan terkait dengan kinerja. Mungkin alasan utama untuk ini adalah
cara membayar jasa dikelola. Banyak perusahaan melihat menimbulkan tidak
14
sebagai alat motivasi untuk membentuk perilaku tetapi sebagai item baris
anggaran untuk mengendalikan biaya.
Dua jenis kenaikan gaji pedoman dengan potensi motivasi rendah
memberikan peningkatan yang sama kepada semua karyawan terlepas dari
kinerja. Tipe pertama, peningkatan umum, biasanya ditemukan di perusahaan-
perusahaan serikat pekerja. Sebuah kontrak dinegosiasikan yang menentukan
sebuah seluruh papan, kenaikan yang sama untuk setiap tahun kontrak.
Bentuk ketiga pedoman datang agak lebih dekat dengan mengikat
membayar untuk kinerja. Senioritas meningkat mengikat kenaikan gaji ke PetterN
perkembangan yang telah ditetapkan berdasarkan senioritas. Sebagai contoh,
menunjukkan lebih dari perilaku berikut dikaitkan dengan prestasi meningkat
lebih tinggi:
Kompetensi: customer care
1. berikut melalui komitmen kepada pelanggan jn secara tepat waktu
2. mendefinisikan dan mengkomunikasikan kebutuhan pelanggan
3. menyelesaikan masalah pelanggan secara tepat waktu
4. menunjukkan empati perasaan pelanggan
5. menyajikan citra positif kepada pelanggan
6. menampilkan citra profesional setiap saat
7. mengkomunikasikan citra positif perusahaan dan individu untuk
cusromers
Kinerja dan berbasis pedoman posisi
Mengingat kenaikan gaji matriks, prestasi meningkat relatif mudah
untuk menentukan. Sebagai pameran 11.13 menunjukkan, seorang karyawan
di bagian atas nya membayar kelas yang menerima rating yang kompeten akan
menerima kenaikan 4 persen gaji pokok. Sebuah trainee baru mulai keluar di
bawah minimum dari kelas membayar akan menerima kenaikan 10 persen
untuk peringkat kinerja yang unggul.
Merancang pedoman jasa
15
Merancang pedoman jasa melibatkan menjawab pertanyaan. Pertama,
apa yang harus pemain termiskin harus dibayar sebagai peningkatan
pemberitahuan bahwa angka ini soldom negatif. Gaji pokok yang, sayangnya,
dianggap sebagai hak. Pemotongan upah terkait dengan kinerja yang buruk
sangat jarang. Sebagian besar organisasi, meskipun, bersedia untuk tidak
memberikan meningkat menjadi pemain yang sangat miskin, mungkin sebagai
awal untuk penghentian jika tidak ada perbaikan yang akan ditampilkan.
2.7 Meningkatkan Gaji Sebagai Alat untuk Kinerja
Bahwa perusahaan memiliki metode kinerja yang baik penghargaan selain
dengan memberikan kenaikan gaji. Salah satu yang paling efektif adalah promosi
disertai dengan kenaikan gaji, umumnya dilaporkan sebagai berada di kisaran 8
sampai 12 persen. Metode ini menghubungkan gaji terhadap kinerja memiliki
setidaknya dua karakteristik yang membedakannya membentuk jasa kenaikan gaji
tahunan tradisional. Pertama, sangat ukuran selisi adalah sekitar dua kali lipat
peningkatan prestasi normal. Pesan yang lebih jelas dikirim kepada karyawan,
dalam bentuk uang dan promosi, bahwa kinerja yang baik dihargai dan dihargai
secara nyata. Kedua, promosi kenaikan mewakili, dalam arti, hadiah kepada
karyawan atas komitmen dan kinerja yang patut dicontoh selama periode waktu
yang berkelanjutan. Promosi umumnya tidak acara tahunan. Mereka melengkapi
penghargaan prestasi tahunan dengan menunjukkan karyawan bahwa ada manfaat
untuk kedua produktivitas tahun tunggal dan kelanjutan dari perilaku yang
diinginkan.
16
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Studi Kasus
Dalam menjalani karirnya sebagai HR di PT. Ruyung Karya Mandiri, Pak
Aswani menyampaikan bahwa banyak masalah yang ia hadapi terkait dengan
hubungan dengan kepegawaian diantaranya banyak karyawan yang pindah kerja,
dan pak Asmawi terkadang merasa sangat kewalahan dengan memperkerjakan
karyawan baru. Karyawan baru tersebut harus mulai mempelajari segala sesuatu
dari awal dan menurut beliau ini bisa menjadi masalah besar ketika perusahan ini
sedang mendapatkan permintaan pengiriman tenaga kerja. Selanjutnya,
permasalahan yang umum terjadi adalah upah atau gaji yang sering kali di nilai
terlalu rendah. Dan yang terakhiri ialah konflik yang sering terjadi antara expatriat
atau staff asing yang di tempatkan oleh perusahan yang menjalin kerja sama
dengan PT. Ruyung Karya Mandiri dengan karyawan setempat. Beberapa
karyawan mengaku bahwa terkadang perbedaan budaya yang sering kali
mengakibatkan munculnya kesalahpahaman. Pada contoh kasus di tahun 2007,
PT.Ruyung Karya Mandiri menjalin kerjasama dengan salah satu hotel di Dubai
dalam mencari waitres serta room cleaning service untuk hotel tersebut. Sekitar 3
orang delegasi dari Dubai pun ditugaskan ke Jakarta untuk menyeleksi calon
kandidat, karena perbedaan budaya dimana orang Dubai berbicara memang
dengan nada keras dan lantang beberapa karyawan merasa bahwa mereka
diperlakukan tidak baik. Padahal orang Dubai tidak bermaksud demikian, hal
tersebut karena kebiasaan menggunakan intonasi yang tinggi.
3.2 Pembahasan
Melihat dari beberapa permasalahan yang di hadapi oleh bapak Asmawi di PT.
Ruyung Karya Mandiri, kita dapat melihat bahwa permasalahan ini semua
bersumber kepada rendah nya gaji karyawan sehingga membuat karyawan
menjadi tidak mempunyai tanggung jawab dan mudah untuk tergoda dengan
17
penawaran kerja di tempat lain yang menawarkan gaji dan tunjangan yang lebih
tinggi daripada di PT. Ruyung Karya Mandiri. Padahal dengan mengrekrut
karyawan baru sebenarnya akan membuang lebih banyak waktu untuk mengajari
dari awal hal-hal mendasar pada perusahaan yang secara tidak langsung sama saja
dengan pemborosan pada hal materi dan juga membutuhkan biaya tambahan.
Untuk mengatasi hal ini perusahaan tidak selalu harus menaikkan gaji tapi
dapat di gantikan dengan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk
dilibatkan dalam pengambilan keputusan pekerjaan sehingga ia merasa memiliki
wewenang dan tanggung jawab atas pekerjaannya sendiri. Disamping itu,
pemberian jaminan kesehatan atau pendidikan untuk yang sudah memiliki anak
dapat di lakukan sebagai bentuk fasilitas yang diberikan perusahan.
Selanjutnya, penanganan terhadap kesalah pahaman dan konflik kepada staff
asing atau expatriat dapat di lakukan dengan cara mempersiapkan penataran baik
untuk staff asing maupun karyawan perusahan dengan menjelaskan mengenai
perbedaan budaya, karakteristik, pengharapan, dan etika dari masing-masing
budaya yang berbeda tersebut sehingga nantinya dapat meminimalisir konflik
yang dapat terjadi dan dapat mencapai tujuan yang ingin di raih kedua belah pihak
dapat tercapai dengan baik dan optimal.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penilaian kinerja dalam sebuah organisasi digunakan utuk menilai
hasil kinerja selama periode tertentu, selain itu juga digunakan untuk
pemberian balas jasa atas kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Dalam
melakukan penilaian kinerja hasil yang dihasilkan terkadang tidak dapat
dipercaya begitu saja karena terkadang tingkat keakuratannya tidak sama
seperti kenyataan. Masih saja dalam penilaian terjadi kecurangan dalam
penilaian. Oleh karena itu terdapat stratei untuk hasil penilaian yangbaik
dan juga terdapat pelatihan untuk orang yang ditunjuk sebagai penilai.
Selain itu juga dilakukan nya peningkatakan gaji sebagai
peningkatan kinerja, karena gaji juga sebagai tolok ukur peningkatan
kineja. Selain itu juga keikutsertaan karyawan dalam berpendapat juga
digunakan sebagai motivasi kayawan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Milkovich GT. and JM Newman. 2005. Compensation, International Edition,
McGraw-Hill
20
LAMPIRAN
11. 1 common errors in the appraisal process
11.2 ratings of manajer
11.9 usage performance evaluation formats
21
11.10 an evaluation of performance appraisal formats
11.11 tips on appraising employee performance
22
23