penilaian kinerja

26
BANTUAN TEKNIS PENYEHATAN PDAM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA LAPORAN ANTARA B A B 4 B A B 4 PENILAIAN KINERJA PDAM PENAJAM 4.1 Kriteria Penilaian PDAM Tingkat kinerja PDAM dinilai berdasarkan penilaian terhadap indikator-indikator yang menggambarkan proses operasional PDAM dalam menjalankan fungsi pokok pelayanan air minum kepada masyarakat. Berdasarkan model penilaian kinerja PDAM yang dikembangkan oleh BPPSPAM, indikator penilaian kinerja dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek utama yaitu aspek keuangan, manajemen dan teknis. 4.1.1 Aspek Keuangan Aspek keuangan terdiri dari 4 (empat) indikator yaitu operating ratio, rasio hutang jangka panjang terhadap total aktiva, rasio pendapatan terhadap hutang jangka panjang dan kas terhadap pendapatan per hari. 1. Operating Rasio Indikator Operating Rasio atau rasio operasi mengindikasikan jumlah biaya yang diperlukan untuk CV. ERA TEKNIK CONSULTANT IV - 1

Upload: annas-frendytre

Post on 29-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penilaian kinerja PDAM

TRANSCRIPT

B A B 1

BANTUAN TEKNIS PENYEHATAN PDAM

KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

LAPORAN ANTARA

B A B 4 PENILAIAN KINERJA

PDAM PENAJAM

4.1 Kriteria Penilaian PDAM

Tingkat kinerja PDAM dinilai berdasarkan penilaian terhadap indikator-indikator yang menggambarkan proses operasional PDAM dalam menjalankan fungsi pokok pelayanan air minum kepada masyarakat.

Berdasarkan model penilaian kinerja PDAM yang dikembangkan oleh BPPSPAM, indikator penilaian kinerja dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek utama yaitu aspek keuangan, manajemen dan teknis.

4.1.1 Aspek Keuangan

Aspek keuangan terdiri dari 4 (empat) indikator yaitu operating ratio, rasio hutang jangka panjang terhadap total aktiva, rasio pendapatan terhadap hutang jangka panjang dan kas terhadap pendapatan per hari.

1. Operating Rasio

Indikator Operating Rasio atau rasio operasi mengindikasikan jumlah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan Pendapatan. Nilai Operating Ratio diukur dengan menggunakan persamaan :

=

Total Biaya Operasional

Operating Ratio

Total Pendapatan

Semakin besar nilai rasio berarti semakin kecil laba diperoleh, untuk nilai rasio operasi > 1.0 berarti PDAM mengalami kerugian atau pendapatan lebih kecil dibanding jumlah biaya.

2. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Aktiva

Indikator tersebut mengindikasikan besaran dana pinjaman atau hutang yang diambil untuk membiayai asset perusahaan. Nilai Rasio ini diukur dengan menggunakan persamaan :

Aktiva

Total

Panjang

Jangka

Hutang

Total

Asset

Total

to

Debt

=

Semakin besar nilai rasio hutang terhadap total aktiva berarti semakin tinggi resiko kegagalan pembayaran yang akan dihadapi oleh PDAM.

3. Rasio Pendapatan Terhadap Hutang Jangka Panjang

Indikator rasio pendapatan terhadap hutang jangka dipergunakan untuk mengukur besaran pendapatan diperoleh dari dana pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Nilai Rasio ini diukur dengan menggunakan persamaan :

Panjang

Jangka

Hutang

Total

Pendapatan

Total

Debt

Total

to

Revenue

=

Semakin kecil nilai rasio yang diperoleh berarti jangka waktu pemenuhan dana untuk memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo menjadi semakin panjang.

4. Kas terhadap Pendapatan per Hari

Indikator rasio kas terhadap pendapatan per hari digunakan untuk mengukur jumlah hari uang tunai yang tersedia/dimiliki dari tingkat pendapatannya, terlalu kecil atau terlalu besar mengindikasikan adanya ketidaktepatan dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Nilai, bobot dan kriteria untuk masing-masing indikator ditetapkan sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 4.1.

Nilai, Bobot dan Kriteria Aspek Keuangan

Indikator Aspek Keuangan

Bobot

Nilai dan Kriteria

Baik

Cukup

Tidak Baik

3

2

1

Rasio Operasi

0,150

< 0,7

0,7 1,0

> 1,0

Rasio hutang jangka panjang terhadap total aktiva

0,125

< 45%

45% - 70%

> 70%

Rasio pendapatan terhadap hutang jangka panjang

0,100

> 1,0

0,6 1,0

< 0,6

Kas terhadap Pendapatan per Hari

0,175

45 - 60

> 35 - < 45

60

Sumber : Program Penyehatan PDAM & BPPSPAM

4.1.2 Aspek Manajemen

Aspek manajemen terdiri dari 3 (tiga) indikator yaitu konsumsi air, struktur pelanggan dan rasio pegawai per 1000 pelanggan.

1. Konsumsi Air (m3/pelanggan/bulan)

Indikator tingkat konsumsi air dipergunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan pembacaan meter apakah dijalankan dengan tepat, sehingga dapat memenuhi keinginan pelanggan. Semakin kecil konsumsi air oleh pelanggan mengindikasikan terjadi kekeliruan dalam pembacaan meter, sistem distribusi air ataupun kualitas air yang kurang baik.

2. Struktur Pelanggan

Mengindikasikan ketepatan dalam pengelompokan golongan pelanggan atau struktur pelanggan yang dijalankan dengan sistem progresif. Struktur pelanggan dikategorikan dalam kelompok industri dan usaha, kelompok rumah tangga dan kelompok sosial. Semakin besar kelompok golongan pelanggan Industri dan Usaha, berarti pendapatan dari penjualan air semakin tinggi.

3. Rasio Pegawai per 1.000 Pelanggan

Indikator rasio pelanggan dengan pegawai dipergunakan untuk mengukur efisiensi jumlah pegawai dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Nilai rasio yang semakin besar akan mengindikasikan ketidakefisienan jumlah pegawai atau kelebihan jumlah pegawai.

Nilai dan kriteria untuk masing-masing indikator ditetapkan sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 4.2.

Nilai, Bobot dan Kriteria Aspek Manajemen

Indikator Aspek Manajemen

Bobot

Nilai dan Kriteria

Baik

Cukup

Tidak Baik

3

2

1

Tingkat Konsumsi Air

0,090

> 24

18 - 24

< 18

Struktur Pelanggan

- Industri dan Usaha

0,075

>20%

10% 20%

< 10%

- Rumah Tangga

0,065

80%

- Sosial

0,055

10%

Rasio Pegawai per 1000 pelanggan

0,015

8

8 - 10

> 10

Sumber : Program Penyehatan PDAM & BPPSPAM

4.1.3 Aspek Teknis

Aspek teknis terdiri dari 4 (empat) indikator yaitu tingkat kebocoran air, efisiensi produksi, jam operasi dan kapasitas yang belum termanfaatkan.

1. Tingkat Kebocoran Air

Ukuran tingkat kebocoran air mengindikasikan tingkat kinerja sistem distribusi serta usia sistem. Semakin tinggi tingkat kebocoran yang terjadi menggambarkan semakin tidak efisien sistem yang dioperasikan oleh PDAM.

2. Efisiensi Produksi

Indikator efisiensi produksi merupakan ukuran untuk mengindikasikan rasio antara kapasitas yang optimal dengan kapasitas yang terpasang. Semakin tinggi angka rasio efisiensi produksi mengindikasikan sistem produksi mampu beroperasi sesuai perencanaan produksi.

3. Jam Operasi

Indikator jam operasi sistem menggambarkan kontinuitas tingkat kemampuan sistem penyediaan air minum dalam memanfaatkan sistem produksi. Semakin tinggi jam operasi, mengindikasikan tingkat pemanfaatan sistem penyediaan air minum semakin baik.

4. Kapasitas yang Belum Termanfaatkan

Ukuran kapasitas sisa (idle capacity) mengindikasikan rasio atau perbandingan antara operasi sistem produksi dengan produksi optimal. Semakin tinggi angka rasio kapasitas sisa menggambarkan besarnya kapasitas yang belum dapat termanfaatkan.

Nilai dan kriteria untuk masing-masing indikator ditetapkan sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 4.3.

Nilai, Bobot dan Kriteria Aspek Teknis

Indikator Aspek Teknis

Bobot

Nilai dan Kriteria

Baik

Cukup

Tidak Baik

3

2

1

Tingkat Kebocoran Air

0,055

< 25%

25% - 35%

> 35%

Efisiensi Produksi

0,035

> 90%

80% - 90%

< 80%

Jam Operasi

0,040

23 - 24

20 - 23

< 20

Kapasitas Sisa

0,020

< 10%

10% - 20%

> 20%

Sumber : Program Penyehatan PDAM & BPPSPAM

Penilaian kinerja PDAM dengan melakukan pembobotan terhadap indikator-indikator diatas dengan sistem perhitungan penilaian kinerja seperti pada skema dibawah ini.

Gambar 4.1. Skema Penilaian Kinerja PDAM

Penilaian indikator-indikator dari ketiga aspek tersebut digunakan untuk menetapkan kategori kinerja PDAM dimana kategori tersebut dibagi atas tiga kategori, yaitu kategori sehat dengan nilai pembobotan > 2,0, kategori kurang sehat dengan nilai pembobotan 1,7 hingga 2,0 dan kategori sakit dengan nilai pembobotan < 1,7. Penjelasan ketiga kategori diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4.

Kategori Kinerja PDAM

Kategori 1 (Sehat)

PDAM mampu berkembang dan memperoleh keuntungan untuk memperbaiki kondisi kas serta jaminan kewajiban pinjaman dan penggantian instalasi untuk tetap beroperasi secara efisien dalam pelayanannya. Nilai diperoleh dari pembobotan > 2,0

Kategori 2 (Kurang Sehat)

PDAM akan menanggung resiko atas semua keadaan kas dan pinjaman untuk berkembang dalam pelayanannya. Nilai diperoleh dari pembobotan >1,7 hingga 2,0

Kategori 3 (Sakit)

PDAM tidak mampu menanggung resiko kas dan pinjaman dalam memberikan pelayanan ke masyarakat, operasi perusahaan didasarkan pada kondisi sumber daya yang tersedia. Nilai diperoleh dari pembobotan 1,7

Sumber : Program Penyehatan PDAM & BPPSPAM

4.2 ASPEK KEUANGAN

Kinerja aspek keuangan PDAM yang dinilai terdiri dari Operating Ratio (bobot 0,150), Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Aktiva (bobot 0,125), Rasio Pendapatan terhadap Hutang Jangka Panjang (bobot 0,100) dan Rasio Kas terhadap Pendapatan per Hari (bobot 0,175).

4.2.1 Operating Ratio

Operating Ratio mengindikasikan berapa besar biaya operasional yang dibutuhkan untuk untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi total biaya operasional dengan pendapatan usaha. Semakin besar nilai rasio ini semakin kecil laba yang diperoleh dan untuk nilai rasio >1 maka PDAM mengalami kerugian.

Tabel 4.5

Operating Ratio PDAM Kab Penajam Paser Utara

Keterangan

2007

2008

2009

Jumlah Biaya Operasional

2.660.389.529

2.590.406.981

2.443.393.662

Pendapatan Operasional

1.303.132.500

1.128.490.455

1.399.080.200

Operating Ratio

204%

230%

175%

Nilai Indikator

1

1

1

Bobot Nilai

0,150

0,150

0,150

Bobot Kriteria

0.150

0.150

0.150

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

Operating ratio tinggi disebabkan besarnya biaya operasi perusahaan, biaya operasi yang tinggi antara lain biaya pegawai. Biaya pegawai pada tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 36,9% dari total biaya, tahun 2009 naik menjadi 48,7% . Biaya pegawai bagian umum dan administrasi yang tinggi ini belum menaikkan pendapatan

Menginjak tahun 2008 operating ratio naik menjadi 230% yang artinya PDAM dalam menjalankan operasionalnya tidak menguntungkan dalam arti mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan karena biaya operasionalnya lebih besar daripada pendapatan usaha. Sedangkan tahun 2009 PDAM mampu melaksanakan efisiensi biaya, hal ini terlihat dari pendapatan operasional meningkat tetapi biaya operasional justru mengalami penurunan. Operating rasio pada tahun 2009 yaitu 175%. ini menunjukkan adanya peningkatan rasio operasional, tetapi peningkatan ini karena biaya listrik subsisi Pemda tidak dimasukkan dalam biaya pengolahan. Apabila dilihat dari trend tahun 2007 maka terdapat tren peningkatan beban operasional tetapi menginjak tahun 2009 trend nya turun. Dalam aspek rasio ini kinerja PDAM diberi nilai 1 untuk tahun 2006, 2007 dan 2008.

4.2.2 Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Total Aktiva

Rasio hutang jangka panjang terhadap total aktiva mengindikasikan berapa besar dana yang dipinjam untuk membiayai asset perusahaan. Rasio ini diperoleh dengan membagi total aktiva terhadap hutang jangka panjangnya. Semakin besar nilai rasio semakin tinggi risiko kegagalan yang akan dihadapi.

Tabel 4.6

Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Total Aktiva

Keterangan

2007

2008

2009

Hutang Jangka Panjang

0

0

0

Total Aktiva

5.790.345.605

5.640.196.263

5.329.409.857

Rasio

0

0

0

Nilai Indikator

3

3

3

Bobot Nilai

0,125

0,125

0,125

Bobot Kriteria

0.375

0.375

0.375

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut diketahui bahwa rasio hutang jangka panjang terhadap total aktiva adalah sangat kecil yang menunjukkan kondisi PDAM dalam aspek rasio ini sangat baik. Pada tahun 2007 dan tahun 2008 perusahaan tidak memiliki hutang jangka panjang sehingga perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk membayar hutang jangka panjang dengan demikian untuk aspek ini PDAM diberi nilai angka 3.

PDAM tidak memiliki hutang jangka panjang merupakan kondisi yang baik, berarti PDAM tidak pernah meminjam dana ke pihak lain dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan atau bisa saja pihak lain belum dapat meminjamkan dana karena kinerja perusahaan yang dianggap belum baik, sehingga perusahaan untuk meningkatkan kinerja hanya mengandalkan aktiva saja.

4.2.3 Rasio Pendapatan Terhadap Hutang Jangka Panjang

Rasio pendapatan terhadap hutan jangka panjang mengindikasikan berapa besar pendapatan oparasional diperoleh dari besarnya dana pinjaman jangka panjang yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan operasional. Semakin kecil nilai rasionya berarti semakin lambat dalam pemenuhan dana untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Tabel 4.7

Rasio Pedapatan Terhadap Hutang Jangka Panjang

Keterangan

2007

2008

2009

Pendapatan Operasional

1.303.132.500

1.128.490.455

1.399.080.200

Hutang Jangka Panjang

0

0

0

Rasio

~

~

~

Nilai Indikator

3

3

3

Bobot Nilai

0.100

0.100

0.100

Bobot Kriteria

0.3

0.3

0.3

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

BerdasarkanTabel 4.7 diketahui bahwa perusahaan hanya mendapatkan pendapatan operasional dan tidak memiliki hutang jangka panjang, sehingga perusahaan tidak berkewajiban membayar hutang jangka panjang. Oleh karena itu dalam rasio ini perusahaan mendapatkan peningkatan dari pendapatan operasional tanpa mempunyai hutang jangka panjang, dengan demikian dalam aspek ini PDAM diberi nilai angka 3.

PDAM tidak memiliki hutang jangka panjang merupakan kondisi yang baik, berarti PDAM tidak pernah meminjam dana ke pihak lain dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan atau bisa saja pihak lain belum dapat meminjamkan dana karena kinerja perusahaan yang dianggap belum baik, sehingga perusahaan untuk meningkatkan kinerja hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan air saja.

4.2.4 Rasio Kas Terhadap Pendapatan Per Hari

Rasio kas terhadap pendapatan per hari mengindikasikan lama hari kas yang tersedia dan dimiliki dari tingkat pendapatannya. Terlalu kecil atau terlalu lama jumlah hari dari kas yang dimiliki dari jumlah pendapatannya mengindikasikan adanya ketidak tepatan dalam mengelola keuangan yang diterapkannya.

Tabel 4.8

Rasio Kas Terhadap Pendapatan per Hari

Keterangan

2007

2008

2009

Kas dan Bank

66.847.185

272.961.308

128.912.888

Pendapatan Operasional

1.303.132.500

1.128.490.455

1.399.080.200

Rasio (hari)

18

87

33

Nilai Indikator

1

1

2

Bobot Nilai

0,175

0,175

0,175

Bobot Kriteria

0.175

0.175

0.350

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa dalam mengelola keuangan (dalam hal ini kas), PDAM dapat mengelolanya dengan tepat. Untuk tahun 2007 jumlah hari yang dimiliki kas atas pendapatannya selama 18 hari. Menginjak tahun 2008 jumlah hari yang dimilikinya naik menjadi 87 hari, Meskipun rasio ini mengalami kenaikan tetapi karena jumlah harinya di atas 60 hari maka ini menceminkan dana itu menganggur yang seharusnya bisa difungsikan. Pada tahun 2009 jumlah hari yang dimilikinya menurun menjadi 33 hari, Rasio ini mengalami penurunan dan jumlah harinya dibawah 60 hari .

Berdasarkan hal tersebut maka dalam aspek rasio kas terhadap pendapatan per hari, PDAM untuk tahun 2007 sampai 2009 diberi nilai indikator 3 (tiga) dan 2 ( dua). Tahun 2008 nilai indikator 1 (satu) karena rasionya masih diatas 60 hari.

4.2.5 Rekapitulasi Bobot Kinerja Aspek Keuangan.

Berdasarkan Tabel 4.5 - Tabel 4.8, maka bobot kriteria untuk aspek keuangan dapat dilihat dari Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Rekap Bobot Nilai Kinerja Aspek Keuangan

Keterangan

2007

2008

2009

Operating Ratio

0,150

0,150

0,150

Rasio Hutang Jk Panjang terhadap Total Aktiva

0,375

0,375

0,375

Rasio Pendapatan terhadap Hutang Jk Panjang

0,30

0,30

0,30

Rasio Kas terhadap Pendapatan per Hari

0,175

0,175

0,350

Jumlah Bobot Nilai Kriteria

1.0

1.0

1,175

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

Berdasarkan Tabel 4.14 tersebut maka jumlah bobot nilai kriteria untuk aspek keuangan untuk tahun 2007 , 2008, 2009 memiliki jumlah bobot nilai yang berbeda 1,35, 1,0 dan 1,175.

4.3 ASPEK MANAJEMEN

Kinerja aspek manajemen yang dinilai terdiri atas aspek konsumsi air (0,09), struktur pelanggan efesiensi poroduksi, yang terbagi atas rasio pelanggan industri dan usaha (0,075), rasio pelanggan rumah tangga (0,065) dan rasio pelanggan sosial (0,055), serta penilaian terhadap rasio pegawai per 1000 pelanggan (0,015).

4.3.1 Konsumsi Air

Besarnya konsumsi air dihitung dari jumlah pemakaian air (m3) dibagi dengan jumlah pelanggan (SL) per bulan (12 bulan dalam setahun).

bulan

12

Pelanggan

Jumlah

Air

Pemakaian

Jumlah

Air

Konsumsi

=

Tingkat konsumsi air minum masyarakat Kab Penajam Paser Utara dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami kenaikan dari 18,20 m3/pel/bulan menjadi 20,20 m3/pel/bulan. Karena tingkat konsumsi air berada dibawah 24 m3/pel/bulan maka kinerja PDAM dalam hal ini masuk kategori cukup atau mendapat nilai 2. Dari perhitungan penilaian kinerja untuk konsumsi air, PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara mendapat bobot kinerja 0,180 untuk tahun 2008 dan 2009.

Tabel 4.10

Tingkat Konsumsi Air Kab Penajam Paser Utara

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Jumlah Pelanggan (SL)

3.022

3.017

3.095

2

Pemakaian Air (m3)

721.147

656.986

749.497

3

Konsumsi Air (m3/pel/bln)

19,89

18,20

20,20

4

Nilai Indikator

2

2

2

5

Bobot Nilai

0.090

0.090

0.090

6

Bobot Kinerja

0.180

0.180

0.180

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.3.2 Komposisi Pelanggan

Struktur pelanggan PDAM Kabupaten Penajam berdasarkan tagihan pelanggan terdiri dari rumah tangga, niaga kecil, niaga besar, sosial, kran umum, industri dan pemerintah. Untuk penilaian kinerja manajemen maka dilakukan pengelompokan menjadi rumah tangga, industri dan usaha (niaga kecil, niaga besar dan industri), sosial (sosial, kran umum dan pemerintah).

1. Rasio Pelanggan Industri Dan Usaha

Komponen industri dan usaha di PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara relatif kecil, hingga tahun 2009 jumlah sambungan industri dan usaha 80% dari total sambungan yang ada. Untuk indikator ini PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara mendapat nilai 1 sehingga bobot kinerja untuk rasio pelanggan rumah tangga PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara mendapat bobot kinerja 0,065 untuk tahun 2007 s/d 2009. Berikut ini tabel rasio pelanggan rumah tangga:

Tabel 4.12

Bobot Kinerja Rasio Pelanggan Rumah Tangga

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Jumlah Pelanggan Rumah Tangga

2.816

2.808

2.887

2

Jumlah Pelanggan (SL)

3.022

3.017

3.095

3

Persentase Pelanggan Rumah Tangga (%)

93,18%

93,07%

93,28%

4

Nilai Indikator

1

1

1

5

Bobot Nilai

0.065

0.065

0.065

6

Bobot Kinerja

0.065

0.065

0.065

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

3. Rasio Pelanggan Sosial

Jumlah sambungan sosial di PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara relatif kecil, hingga tahun 2009 jumlah sambungan sosial < 5% dari total jumlah sambungan. Untuk indikator ini PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara mendapat nilai 3 sehingga bobot kinerja untuk rasio pelanggan sosial mendapat bobot kinerja 0,165 untuk tahun 2008 dan 2009. Berikut tabel dan grafik rasio pelanggan sosial.

Tabel 4.13

Bobot Kinerja Rasio Pelanggan Sosial

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Jumlah Pelanggan Sosial

78

78

78

2

Jumlah Pelanggan (SL)

3.022

3.017

3.095

3

Persentase Pelanggan Sosial (%)

2,58%

2,59%

2,52%

4

Nilai Indikator

3

3

3

5

Bobot Nilai

0.055

0.055

0.065

6

Bobot Kinerja

0.165

0.165

0.165

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.3.3 Rasio Pegawai Per 1000 Pelanggan

Rasio pegawai di PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara hampir mendekati angka 10 yaitu 9,6, 9,61 dan 9,37 pada tahun 2007 s/d 2009. Dengan rasio < 10 orang/1000 pelanggan tersebut mendapatkan nilai 2 dan bobot kinerja untuk rasio pegawai per 1000 pelanggan adalah 0,030.

Tabel 4.14

Bobot Kinerja Rasio Pegawai Per 1000

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Jumlah Pegawai

29

29

29

2

Jumlah Pelanggan (SL)

3.022

3.017

3.095

3

Rasio Pegawai per 1000 Pelanggan

9,60

9,61

9,37

4

Nilai Indikator

2.0

2.0

2.0

5

Bobot Nilai

0.015

0.015

0.015

6

Bobot Kinerja

0.030

0.030

0.030

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.3.4 Rekapitulasi Bobot Kinerja Aspek manajemen

Berdasarkan hasil pembobotan indikator kinerja diatas maka total bobot kinerja untuk aspek manajemen untuk tahun 2007 s/d 2009 adalah sebesar 0,515. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah ini.

Tabel 4.15

Rekapitulasi Bobot Kinerja Aspek Manajemen

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Bobot Kinerja Konsumsi Air

0.180

0.180

0.180

2

Bobot Kinerja Pelanggan Industri & Usaha

0.075

0.075

0.075

3

Bobot Kinerja Rumah Tangga

0.065

0.065

0.065

4

Bobot Kinerja Sosial

0.165

0.165

0.165

5

Bobot Kinerja Rasio Pegawai per 1000 Pelanggan

0.030

0.030

0.030

Bobot Kinerja Aspek Manajemen

0.515

0.515

0.515

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.4 PENILAIAN KINERJA ASPEK TEKNIS

Kinerja aspek teknis yang dinilai terdiri atas aspek kehilangan air (0.055), efesiensi produksi (0.035) dan rata-rata jam produksi (0.04).

4.4.1 Kehilangan Air

Besarnya kehilangan air dihitung dari selisih antara jumlah air terdistribusi dengan penjualan air.

Tingkat kehilangan air rata-rata pada tahun 2008 = 31,8 % dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan menjadi 32,5 %, sehingga masuk ke dalam kategori cukup dan mendapat nilai 2, bobot kinerja PDAM Kabupaten Penajam tersebut pada tahun 2008 dan tahun 2009 adalah 0,110.

Tabel 4. 16

Bobot Kinerja Kehilangan Air PDAM Kabupaten Penajam

No

Keterangan

2008

2009

1

Distribusi Air (m3/thn)

977.087

1.129.477

2

Penjualan Air (m3/thn)

666.335

762.743

3

Kebocoran (m3/thn)

310.752

366.734

4

Kebocoran Air (%)

31,8

32,5

5

Nilai Indikator

2

2

6

Bobot Nilai

0.055

0.055

7

Bobot Kinerja

0.110

0.110

Sumber: Analisa Konsultan, 2010

4.4.2 Efisiensi Produksi

Besarnya Efisiensi produksi dihitung dari produksi terpakai dibagi dengan produksi terpasang dikali 100%.

%

100

Pr

Pr

x

Terpasang

oduksi

Terpakai

oduksi

produksi

Efisiensi

=

Besar Efisiensi produksi PDAM Kabupaten Penajam tidak mengalami perubahan sejak tahun 2007 yaitu tetap 77,70 %. Dengan kondisi tersebut PDAM Kabupaten Penajam dari aspek efisensi produksi masuk dalam kategori tidak baik dan mendapat nilai 1. Sehingga bobot kinerja PDAM Kabupaten Penajam adalah sebesar 0,035.

Tabel 4.17

Bobot Kinerja Efisiensi Produksi

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Produksi Terpasang (m3/thn)

57,5

57,5

57,5

2

Produksi Terpakai (m3/thn)

44,65

44,65

44,65

3

Efisiensi Produksi (%)

77,70

77,70

77,70

4

Nilai Indikator

1

1

1

5

Bobot Nilai

0.035

0.035

0.035

6

Bobot Kinerja

0.035

0.035

0.035

Sumber: Analisa Konsultan, 2010

4.4.3 Rata-rata Jam Operasi

Besarnya rata-rata jam produksi diperoleh dari pengoperasain pompa dalam satu tahun dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun. Setiap tahunnya, jam operasi produksi PDAM Kabupaten Penajam rata-rata selama 20,80 jam. Pengoperasian tersebut dibawah dari 24 jam, sehingga mendapat nilai 2, dengan bobot kinerja sebesar 0,04. Jumlah jam operasi rata-rata PDAM belum mencapai 24 jam, hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan yang masih relatif sedikit juga terkendala masalah aliran listrik dari PLN ( Unit Sepaku).

Tabel 4.18

Bobot Kinerja Rata-rata Jam Operasi

Keterangan

2007

2008

2009

Jam operasi harian rata-rata

20,80

20,80

20,80

Nilai Indikator

2

2

2

Bobot Nilai

0.04

0.04

0.04

Bobot Kinerja

0.08

0.08

0.08

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.4.4 Kapasitas Yang Belum Termanfaatkan

Besarnya kapasitas belum termanfaatkan (idle capacity) diperoleh dari 100% dikurangi kapasitas yang termanfaatkan. Produksi yang termanfaatkan diperoleh dari produksi terpakai dibagi produksi terpasang dikali 100%.

%)

100

Pr

Pr

(

%

100

x

Terpasang

oduksi

Terpakai

oduksi

Capacity

Idle

=

Besarnya kapasitas belum termanfaatkan (idle capacity) pada tahun 2007 dan tahun 2008 adalah 37,60 % dan pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 35,96 %. Adanya selisih kapasitas tidak terpakai sebenarnya bukan dalam artian kapasitas belum termanfaatkan atau idle capacity yang sebenarnya, akan tetapi disebabkan karena menurunnya kapasitas pompa di unit air baku sehingga kapasitas produksi IPA menurun.

Kapasitas tidak terpakai dinilai lebih besar dari 20%, dimana termasuk dalam kategori tidak baik, sehingga mendapat nilai 1 dan memiliki bobot kinerja 0,02.

Tabel 4.19

Bobot Kinerja Kapasitas Yang Belum Termanfaatkan

No

Keterangan

2007

2008

2009

1

Produksi Terpasang (m3/thn)

1.788.480

1.788.480

1.788.480

2

Produksi Terpakai (m3/thn)

1.116.148

1.116.148

1.145.273

3

Idle Capacity (%)

37,60

37,60

35,96

4

Nilai Indikator

1

1

1

5

Bobot Nilai

0.020

0.020

0.020

6

Bobot Kinerja

0.020

0.020

0.020

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.4.5 Rekapitulasi Bobot Kinerja Aspek Teknis

Berdasarkan hasil pembobotan indikator kinerja, maka total bobot kinerja untuk aspek teknis adalah 0,245 untuk tahun 2007, 2008 dan tahun 2009. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut

Tabel 4.20

Rekapitulasi Bobot Kinerja Aspek Teknis

No

Uraian

2007

2008

2009

1

Bobot Kinerja Kebocoran Air

0.11

0.11

0.11

2

Bobot Kinerja Efesiensi Produksi

0.035

0.035

0.035

3

Bobot Kinerja Rata rata Jam Operasi

0.08

0.08

0.08

4

Bobot Kinerja Kap Tak Termanfaatkan

0.02

0.02

0.02

Nilai Kinerja Aspek Teknis

0.245

0.245

0.245

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2010

4.5 Rekapitulasi Kinerja PDAM Kabupaten Penajam

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa seluruh aspek baik teknis, manajemen maupun keuangan, untuk periode pemantauan kinerja PDAM mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, terdapat kenaikan penilaian kinerja untuk aspek keuangan dari nilai 1,0 pada tahun 2008 naik menjadi 1,175 pada tahun 2009, sedangkan aspek teknis dan manajemen belum mengalami kenaikan.

Secara keseluruhan hasil penilaian kinerja sampai dengan tahun 2009, status PDAM Kabupaten Penajam masih masuk dalam kategori kurang sehat, dimana nilai total bobot kinerja < 2,0.

Tabel 4.21.

Rekapitulasi Bobot Kinerja PDAM Kab Penajam Paser Utara

No

Aspek Keuangan

Bobot

2008

2009

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Rasio Operasi

0,15

2,3

1

0,150

1,75

1

0,150

2

Rasio Hutang Jk Panjang thd Total Aktiva

0,125

-

3

0,375

-

3

0,375

3

Rasio Pendapatan thd Hutang Jk Panjang

0,1

-

3

0,300

-

3

0,300

4

Kas thd Pendapatan per Hari

0,175

87

1

0,175

33

2

0,35

Nilai Kinerja Aspek Keuangan

1,000

1,175

No

Aspek Manajemen

Bobot

2008

2009

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Konsumsi Air

0,09

18,21

2

0,18

20,54

2

0,18

2

Pelanggan Industri & Usaha

0,075

4,34%

1

0,075

4,2%

1

0,075

3

Pelanggan Rumah Tangga

0,065

93,1%

1

0,065

93,28%

1

0,065

4

Pelanggan Sosial

0,055

2,59%

3

0,165

2,52%

3

0,165

5

Rasio Pegawai per 1000 Pelanggan

0,015

9,61

2

0,030

9,37

2

0,030

Nilai Kinerja aspek Manajemen

0,515

0,515

No

Aspek Teknis

Bobot

2008

2009

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Tingkat Kebocoran Air

0,055

30,90%

2

0,11

32,50%

2

0,11

2

Efesiensi Produksi

0,035

77,7%

1

0,035

77,70%

1

0,035

3

Jam Operasi

0,04

20,80

2

0,08

20,80

2

0,08

4

Kapasitas Sisa

0,02

37,60%

1

0,02

35,96%

1

0,02

Nilai Kinerja Aspek Teknis

0,245

0,245

Total

1,760

1,935

Kategori PDAM Penajam

Kurang Sehat

Kurang Sehat

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2010

Tabel 4.22.

Rekapitulasi Bobot Kinerja PDAM Kab Penajam Paser Utara

(Format BPPSPAM Baru)

No

Aspek Keuangan

Bobot

2007

2008

2009

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Return On Investment

0,055

- 4,8 %

1

0,055

- 6,5 %

1

0,055

- 0,8 %

1

0,055

2

Ratiop Operasional

0,055

2,04

1

0,055

2,3

1

0,055

1,75

1

0,055

3

Ratio Kas

0,055

63 %

3

0,165

244 %

5

0,275

305 %

5

0,275

4

Efektivitas Penagihan

0,055

80%

3

0,175

82 %

3

0,175

86 %

4

0,220

5

Solvabilitas

0,030

930%

5

0,150

745 %

5

0,150

633 %

5

0,150

Nilai Kinerja aspek Keuangan

0,600

0,700

0,755

Aspek Pelayanan

Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Cakupan Pelayanan Teknis

0,05

11,23%

1

0,050

11,23%

1

0,050

11,23%

1

0,050

2

Pertumbuhan Pelanggan (% per tahun)

0,05

2,6%

1

0,050

-0,02%

1

0,05

2,6%

1

0,050

3

Tingkat Penyelesaian Pengaduan

0,025

20%

1

0,025

20%

1

0,025

20%

1

0,025

4

Kualitas Air Pelanggan

0,075

20%

1

0,075

20%

1

0,075

20%

1

0,075

5

Konsumsi Air Domestik

0,05

19,9%

2

0,10

18,4%

2

0,10

22,5%

2

0,100

Nilai Kinerja aspek Pelayanan

300

300

0,300

Bidang Operasional

Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Efisiensi Produksi

0,07

77

3

0,21

78

3

0,21

77

3

0,21

2

Tingkat Kehilangan Air

0,07

31

3

0,21

31

3

0,21

33

3

0,21

3

Jam Operasi Pelayanan

0,08

20,8

5

0,40

20,8

5

0,40

20,8

5

0,40

4

Tekanan Air Sambungan

0,065

60

4

0,260

60

4

0,260

60

4

0,260

5

Penggantian Meter Air

0,065

< 5%

1

0,065

< 5%

1

0,065

< 5%

1

0,065

Nilai Kinerja Aspek Operasional

1.145

1.145

1,145

Bidang SDM

Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

Kondisi

Nilai

Nilai x Bobot

1

Ratio jumlah pegawai/ 1000pelanggan

0,07

10

3

0,21

10

3

0,21

10

3

0,21

2

Ratio Diklat Pegawai

0,04

1

0,04

1

0,04

27,6%

2

0,08

3

RatioBiaya Diklat thdp biaya pegawai

0,04

0,32%

1

0,04

0

1

0,04

0

1

0,04

Nilai Kinerja Aspek SDM

0,29

0,29

0,330

T O T A L

2.335

2.435

2,530

Kurang Sehat

Kurang Sehat

Kurang Sehat

Kehilangan air (m3/thn) = Distribusi air (m3/thn) Penjualan air (m3/thn)

Kategori

Nilai

Kinerja

Nilai

Bobot

Indikator

Terpilih

Teknis

0.15

Manajemen

0.30

Keuangan

0.55

Bobot Aspek

CV. ERA TEKNIK CONSULTANTIV - 15

_1308493648.unknown
_1311265186.unknown
_1307427913.unknown
_1308493622.unknown
_1307562244.unknown
_1307427640.unknown