pengukuran suhu

26
LAPORAN INSTRUMENTASI GEOFISIKA BAB I PENDAHULUAN i. PENDAHULUAN Perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan di bidang instrumentasi kian pesat, begitu pula pada bidang Geofisika atau sering disebut instumentasi Geofisika. Instrumentasi Geofisika tersebut bermaksud untuk memahami lebih dalam tentang teori dan aplikasi instrumentasi dalam bidang Geofisika. Dengan mempelajari Instumentasi Geofisika, mahasiswa akan lebih mudah memahami cara kerja alat survey dan alat laboratorium Geofisika. Selain itu juga dapat menguasai penggunaan alat Geofisika secara baik dan benar. Salah satu contoh instrumen yang digunakan dalam Geofisika adalah alat pengukuran suhu dengan Termokopel. Alat tersebut berfungsi untuk mengkonversi suhu menjadi GGL atau gaya gerak listrik. Penggunaan termokopel harus dipahami secara benar karena merupakan dasar instrumen Geofisika. ii. TUJUAN Tujuan dari percobaan pengukuran suhu ini adalah : 1. Untuk mengamati watak thermometer air raksa 2. Untuk menamati watak termistor jenis NTC.

Upload: iastya

Post on 24-Jul-2015

266 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

report

TRANSCRIPT

Page 1: pengukuran suhu

BAB I

PENDAHULUAN

i. PENDAHULUAN

Perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan di bidang instrumentasi kian

pesat, begitu pula pada bidang Geofisika atau sering disebut instumentasi Geofisika.

Instrumentasi Geofisika tersebut bermaksud untuk memahami lebih dalam tentang

teori dan aplikasi instrumentasi dalam bidang Geofisika. Dengan mempelajari

Instumentasi Geofisika, mahasiswa akan lebih mudah memahami cara kerja alat

survey dan alat laboratorium Geofisika. Selain itu juga dapat menguasai penggunaan

alat Geofisika secara baik dan benar.

Salah satu contoh instrumen yang digunakan dalam Geofisika adalah alat

pengukuran suhu dengan Termokopel. Alat tersebut berfungsi untuk mengkonversi

suhu menjadi GGL atau gaya gerak listrik. Penggunaan termokopel harus dipahami

secara benar karena merupakan dasar instrumen Geofisika.

ii. TUJUAN

Tujuan dari percobaan pengukuran suhu ini adalah :

1. Untuk mengamati watak thermometer air raksa

2. Untuk menamati watak termistor jenis NTC.

Page 2: pengukuran suhu

BAB II

DASAR TEORI

Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk

mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).

Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama,

serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas

kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck menemukan

bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien akan

menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur

perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda

panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan

mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.

Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang

berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran,

yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70

microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa

kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,

kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa

termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.

Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur

referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. contoh, pada gambar di atas,

hubungan dingin akan ditempatkan pada tembaga pada papan sirkuit. Sensor suhu yang lain akan

mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang diperiksa dapat dihitung.

Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap

sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke

suhu yang lebih rendah. Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang

memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan

Page 3: pengukuran suhu

pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana

termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen

kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain

yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau diode) untuk mengukur suhu sambungan input

pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.

Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan, dan

koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin.

Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi

atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan

jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini

lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi

pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup

fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu

yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi.

Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah. Mereka memakai perbedaan kecil,

biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien termoelektrik yang

sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat

kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi

rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang diperoleh

kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini

menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara sambungan panas dan

dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan ditambahkan

pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas dan dingin.

Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan termokopel bukan

merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi polinomial

Koefisien an memiliki n antara 5 dan 9. Agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat, persamaan

biasanya diimplementasikan pada kontroler digital atau disimpan dalam sebuah tabel

pengamatan. Beberapa peralatan yang lebih tua menggunakan filter analog.

Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya

Page 4: pengukuran suhu

1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))

Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga

+1200 °C.

1. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))

Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur

rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.

1. Tipe J (Iron / Constantan)

Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K

Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C

1. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))

Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu

yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39

µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K

Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang

hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah

(sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi

(>300 °C).

1. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 °C

hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.

1. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)

Page 5: pengukuran suhu

Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat

mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.

1. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)

Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat

mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S

digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).

1. Type T (Copper / Constantan)

Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan

yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak

penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga 2300°C.

Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus diukur

dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C.

Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang

umum antara lain :

Industri besi dan baja

Pengaman pada alat-alat pemanas

Untuk termopile sensor radiasi

Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.

Karakteristik Thermocouple

Karakteristik serbaguna termokopel dikombinasikan dengan sifat mereka yang

relatif murah membuat mereka ideal untuk digunakan dalam aplikasi industri, terutama

pada suhu ekstrim di mana menggunakan peralatan yang lebih sensitif dapat

menyebabkan merusak sensor yang lebih kompleks dan berharga. Sebuah platinum

rhodium termokopel, misalnya, memiliki kapasitas untuk mengambil pembacaan jangka

Page 6: pengukuran suhu

pendek dalam suhu -58 derajat mulai dari Fahrenheitto 3092 derajat Fahrenheit, membuat

ini bahkan alat praktis untuk mengukur suhu logam cair untuk keperluan analisis

metalurgi. Bahkan termokopel dibangun dari bahan eksotis kurang memiliki kemampuan

untuk mengambil bacaan akurat dalam lingkungan suhu yang lebih umum.

Kelemahan: Termokopel tidak dapat mengukur suhu awal dari suatu termometer pada

suhu awal dari suatu termometer pada umumnya karena alat ini tidak

dapat dikalibrasi. Sehinnga ketika termokopel pada posisi ON, langsung

muncul suhu ruangan.

Kelebihan : Termokopel paling cocok digunakan untuk mampu mengukur suhu yang

sangat tinggi dan juga suhu rendah dari -200 hingga 1800 C.⁰

Termistor

Thermistor adalah salah satu tipe lain dari transduser suhu yang mengukur suhu melalui

perubahan resistansi bahan. Karakteristik perangkat ini sangat berbeda dengan RTD, dan

tergantung pada perilaku khusus antara tahanan dengan suhu   semikonduktor.

Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan

temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi

energi listrik. Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada

lingkunganyang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban udara, cairan,

permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa berada dalam

alat±alat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok,dan satelit. Ukurannya kecil

dibandingkan dengan termometer lain, ukurannya dalam range 0.2mm sampai 2mm. Termistor

dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang mempunyaikoefisien negatif, yang disebut NTC

(Negative Temperature Coefisient), temistor yang mempunyai koefisien positif yang disebut

PTC (Positive TemperatureCoefisient). Kedua jenis termistor ini mempunyai fungsinya masing

masing, tetapidi pasaran, yang lebih banyak digunakan adalah termistor NTC. Karena termistor

NTC material penyusunnya yaitu metal oksida, dimana harganya lebih murah darimaterial

penyusun PTC yaitu Kristal tunggal.

Page 7: pengukuran suhu

TIPE THERMISTOR DIBAGI 2 :

1. NTC

NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif. Dimana bahannya terbuat

dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompress dan disinter pada

temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa mengandung unsur -

unsur seperti Mn2O3, NiO, CO2O3, Cu2O, Fe2O3, TiO2, dan U2O3. Oksida-oksida ini

sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan

semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai valensi yang

berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi perubahan

temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah 2000K sampai

7000K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi, thermistor dibuat dari Al2O3, BeO,

MgO, Y2O3, dan Dy2O3.

2. PTC

PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki

perbedaan dengan NTC antara lain :

1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal temperatur

tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif,

2. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar daripada

termistor NTC.

Kebanyakan termistor digunakan pada daerah temperatur dalam konsentrasi inonisasi (n

atau p) yang berpengaruh terhadap fungsi temperatur. Dimana energy aktivasi Ea adalah

hubungan pada energi gap dan tingkat impuritas. Dimana nilai hambatan semakin kecil ketika

temperaturnya dinaikkan, ini yang biasa disebut termistor NTC

Dimana R adalah hambatan pada suhu T, R0 adalah hambatan awal ketika T0 (pada

temperatur ruang), B adalah Konstanta termistor dimana besarnya bergantung dari jenis bahan

dan memiliki dimensi yang sama dengan suhu. Hargakonstanta termistor yang memenuhi pasar

biasanya antara rentang 2000-5000 K.

Page 8: pengukuran suhu

Dengan ρ=RAl

merupakan resistivitas listrik thermistor. Selain konstanta thermistor (B),

sensitivitas (α)juga menentukan karakteristik dari termistor. Nilai sensitivitas menentukan sejauh

mana termistor yang dibuat dapat dengan cepat mendeteksi perubahan temperatur lingkunagan

termistor. Termistor yang baik sensitifitasnya lebih besar dari -2,2%/K.

Ciri khas dari harga α adalah sekitar = -5% yang mana 10 kali lebih sensitiv dari pada

detektor temperatur resistansi metal. Resistansi dari termistor berada pada daerah 1 KΩ sampai

10 MΩ.

Page 9: pengukuran suhu

BAB III

METODE EKSPERIMEN

i. METODE YANG DIGUNAKAN

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

langsung. Praktikan mengamati data yang diperoleh dari percobaan kemudian

mencatat di laporan sementara. Setelah itu data eksperimen diolah untuk

dijadikan grafik dengan metode grafik.

ii. ALAT DAN BAHAN

Peralatan dan bahan yang digunakan selama praktikum pengukuran suhu

adalah:

1. Termometer air raksa

2. Thermocouple

3. Termistor NTC

4. Box logam dengan pemanas

5. Dua multimeter, satu sebagai ohmmeter dan satu lagi sebagai voltmeter

6. Kabel penghubung

iii. SKEMA PERCOBAAN

Box logam dengan pemanas

NTC tipe 1

NTC tipe 2

Termometer air raksa

Page 10: pengukuran suhu

iv. TATA LAKSANA PERCOBAAN

Langkah-langkah percobaan adalah sebagai berikut:

1. Rangkaian dipasang sesuai dengan skema

2. Kedua multimeter dihidupkan, setting berada pada area hambatan

3. Kabel power dipasang

4. Kenaikan suhu yang terjadi diamati, nilai suhu pada thermometer dicatat

pada tiap kenaikan 1°C

5. Nilai hambatan tiap kenaikan suhu dicatat

6. Kabel power dilepas

7. Penurunan suhu diamati, nilai suhu dicatat tiap turun 1°C begitu pula

dengan nilai hambatan.

Page 11: pengukuran suhu

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

i. DATA

Data percobaan pertama (suhu naik)

No Suhu T

(°Celsius)

Tegangan (V)

(volt)

Hambatan R

(ohm)

1 37 0.1 6.06

2 38 0.2 5.72

3 39 0.3 5.41

4 40 0.4 5.09

5 41 0.4 4.88

6 42 0.5 4.62

7 43 0.5 4.44

8 44 0.6 4.24

9 45 0.6 4.07

10 46 0.7 3.89

11 47 0.7 3.62

12 48 0.8 3.56

13 49 0.8 3.42

14 50 0.9 3.30

15 51 0.9 3.20

16 52 1 3.07

17 53 1 2.97

18 54 1.1 2.84

19 55 1.1 2.73

20 56 1.2 2.63

Page 12: pengukuran suhu

Data percobaan saat suhu turun

No Suhu T

(°Celsius)

Tegangan (V)

(volt)

Hambatan R

(ohm)

1 37 0.1 6.07

2 38 0.2 5.81

3 39 0.2 5.60

4 40 0.3 5.40

5 41 0.3 5.22

6 42 0.4 5.02

7 43 0.4 4.83

8 44 0.4 4.63

9 45 0.5 4.47

10 46 0.5 4.31

11 47 0.5 4.15

12 48 0.6 3.99

13 49 0.6 3.87

14 50 0.7 3.71

15 51 0.7 3.58

16 52 0.7 3.44

17 53 0.8 3.30

18 54 0.8 3.15

19 55 0.9 3.04

20 56 1.0 2.93

Page 13: pengukuran suhu

ii. GRAFIK

Grafik hubungan antara suhu dengan tegangan.

Page 14: pengukuran suhu

Grafik hubungan antara resistansi dengan suhu

Page 15: pengukuran suhu

iii. ANALISIS DATA

- Termocuple

Thermocouple merupakan sensor suhu yang berfungsi untuk mengkonversi suhu

menjadi ggl atau tegangan berdasar efek Seebeck. Secara teori, hubungan tegangan

dengan temperature adalah sebagai berikut.

V= α(T1-Tref)

Dimana: 

V   =Tegangan Ukur

T1 = suhu ukur (K)

Tref = suhu referensi (K)

α  = koefisien seebek

Namun hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan termokopel

bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi polinomial.

Pengolahan data dengan metode grafik dengan sumbu x diwakili oleh suhu dan sumbu y diwakili

oleh tegangan memberikan hasil grafik dengan fungsi interpolasi polinomial.

- Termistor

Termistor merupakan alat sensor suhu yang memiliki sifat termal resistor, yaitu

semakin tinggi suhunya maka hambatan akan semakin rendah.

Menurut teori, kurva atau grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu termistor

merupakan polinomial. Persamaan resistansi dengan suhu adalah sebagai berikut,

Dimana R merupakan hambatan, T merupakan suhu dan β adalah konstanta sensitivitas

termistor.

Setelah dilakukan pengolahan data, grafik yang dihasilkan adalah berupa

polynomial walaupun ada beberapa titik data yang menyimpang.

Page 16: pengukuran suhu

BAB V

PEMBAHASAN

i. Pembahasan metode yang digunakan

Pada percobaan pengukuran suhu dengan menggunakan termokopel dan termistor

tersebut metode yang pertama digunakan adalah metode pengamatan langsung. Metode

tersebut diterapkan pada saat melakukan percobaan. Praktikan melakukan percobaan,

kemudian mengamati gejala-gejala yang timbul pada eksperimen pengukuran suhu dan

mencatat parameter-parameter yang dibutuhkan untuk pengolahan data. Parameter-

parameter tersebut adalah temperatur, tegangan dan hambatan dengan variable

temperature sebagai variasi.

Metode kedua yang digunakan untuk pegolahan data adalah metode grafik.

Pengolahan data yang dilakukan dengan metode grafik terdapat kekurangan dan

kelebihan. Kelebihan metode grafik tersebut adalah banyak informasi yang akan

diperoleh dengan melihat grafik yang ada. Dari grafik tersebut dapat diketahui titik-titik

pada data ke berapa mulai terjadi penyimpangan. Sedangkan kelemahan metode grafik

yaitu titik – titik data yang kurang bagus akan terambil dan diikutsertakan dalam penge-

plotan grafik sehingga nilai dari pembacaan grafik akan kurang begitu bagus. Grafik yang

dihasilkan keduanya berbentuk polinomial.

ii. Pembahasan hasil eksperimen dan perhitungan

Data hasil eksperimen pengukuran suhu yang diolah dengan metode grafik

menghasilkan grafik berbentuk interpolasi polinomial (untuk hubungan tegangan dan

suhu maupun hambatan dan suhu). Hal ini sesuai dengan teori bahwa grafik untuk

termocouple maupun termistor adalah berbentuk polinomial. Hubungan antara suhu dan

tegangan adalah berbanding lurus. Tegangan akan bernilai semakin besar apabila suhu

termocouple juga semakin besar. Sedangkan hubungan antara resistansi dengan suhu

adalah berbanding terbalik, semakin besar suhu maka resistansi akan semakin kecil. Hal

ini juga sama dengan teori pada referensi.

Termometer air raksa dapat menimbulkan GGL atau beda potensial listrik di

tinjau dari sisi pergerakan atom-atom logam yang digunakan pada termokopel. Suatu

Page 17: pengukuran suhu

logam apabila dipanaskan maka akan mengalami pemuaian, baik muai panjang maupun

muai luas dan volume. Pemuaian ini diakibatkan oleh pergerakan atom-atom atau

elektron dari suhu tinggi menuju ke suhu yang lebih rendah. Nilai beda potensial pada

voltmeter yang terbaca juga berubah-ubah. Hal ini dikarenakan ujung logam yang berada

di suhu yang panas dan dingin sehingga terjadi pergerakan elektron di saat kedua

termometer menujukan suhu yang sama. Sehingga semakin tinggi kenaikan pada

temperatur, maka semakin besar beda potensial yang dihasilkan.

Dalam operasinya termistor memanfaatkan perubahan resistivitas terhadap

temperatur, dan umumnya nilai tahanannya turun terhadap temperatur secara

eksponensial untuk jenis NTC. Hubungan antara suhu dan tahanan tidak linear untuk

daerah ukur -100 sampai dengan 200 derajat celcius dan ini sesuai dengan grafik hasil

percobaan. Termistor bersifat termal resistor dengan koefisien tahanan temperatur yang

tinggi sehingga hubungan suhu dan hambatan berbanding terbalik. Kepekaan yang tinggi

terhadap perubahan temperature membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran,

pengontrolandan kompensasi temperature secara presisi.

Percobaan dapat dikatakan berhasil karena terbukti bahwa sensor thermistor yang

digunakan adalah jenis NTC, karena semakin bertambahnya suhu pada thermistor maka

nilai resistansi akan semakin berkurang. Begitu pula pada thermocouple, semakin

bertambahnya suhu maka beda potensial juga akan semakin bertambah.

Adanya titik-titik data yang menyimpang sehingga grafik tidak polinomial

sempurna dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

Kekurangtelitian praktikan baik itu saat pengambilan data ataupun saat

pengeplotan data pada grafik.

Peralatan eksperimen kurang bekerja dengan baik.

Pengaruh suhu ruangan.

Page 18: pengukuran suhu

BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:

1. Thermocouple merupakan sensor suhu, sambungan dua macam logam yang dapat

mengubah besaran suhu menjadi beda potensial atau GGL.

2. Thermistor merupakan sensor suhu, bahan semikonduktor dengan sifat tahanan yang dapat

mengkonversi suhu menjadi hambatan.

3. Grafik hubungan antara beda potensial dengan suhu thermocouple adalah interpolasi

polynomial.

4. Grafik hubungan antara hambatan dengan suhu termistor adalah polynomial.

5. Beda potensial berbanding lurus dengan suhu.

6. Hambatan berbanding terbalik dengan suhu.

Page 19: pengukuran suhu

REFERENSI

http://elektronika-dasar.com/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-termistor/

http://echo-corner.blogspot.com/2012/03/termokopel-dalam-dunia-elektronika.html

http://wikipedia.org/termokopel

http://wikipedia.org/termistor

Page 20: pengukuran suhu

PENGESAHAN

Laporan resmi praktikum Instrumen Geofisika “Pengukuran Suhu” telah

diselesaikan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 14 Mei 2012

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan

(Lutfi Aziza) (Nurti Lestari)