pengukuran air

21
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia yaitu Ph, O 2 terlarut dan CO 2 bebas, sedangkan untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos. Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut, danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya. Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Dalam praktikum ini, mengukuran kualitas air dilakukan diwaduk FAPERIKA UR dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan

Upload: muhamad-nur-reza-w

Post on 10-Jul-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fisika lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Pengukuran Air

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang

diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%

permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.

Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air

baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan,

tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas,

sedangkan untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos. 

Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut,

danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.

Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Dalam

praktikum ini, mengukuran kualitas air dilakukan diwaduk FAPERIKA UR dengan

menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan

memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan. Analisis yang

dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara insitu, yaitu analisis sampel yang

dilakukan langsung dilokasi pengamatan dan analisis secara eksitu, yaitu analisis yang dilakukan

di laboratorium namun sebelumnya sampel telah diambil dilokasi pengamatan.

1.2  Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kualitas air di waduk

FAPERIKA UR dan sebagai informasi mengenai kualitas air bagi para pembaca, khususnya

Page 2: Pengukuran Air

mahasiswa FAPERIKA UR juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Ekologi

Perairan mengenai Pengukuran Kualitas Air.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui seberapa layak air

yang ada diwaduk FAPERIKA UR untuk digunakan. Kita juga dapat memahami langkah-

langkah untuk mengukur kualitas air disuatu perairan sehingga juga dapat dilakukan pada area

yang lainnya. Tak hanya itu, penulisan makalah ini juga dapat menambah wawasan atau

pengetahuan kita bagaimana  cara pengukuran parameter lingkungan perairan sehingga dapat

meningkatkan pemahaman praktikan tentang cara pengukuran parameter fisika dan parameter

kimia.

Page 3: Pengukuran Air

II. TINJAUAN PUSTAKA

Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi

lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan

pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia

yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,

2005).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah

pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,

konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air

dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).

Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi

serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).

Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya

matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga

oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping

itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di

akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,

penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena

cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).

Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus

suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.

Page 4: Pengukuran Air

Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari

permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Page 5: Pengukuran Air

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Perairan mengenai Pengukuran Kulitas Air dilaksanakan pada tanggal

19 Maret 2013 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB bertempat di Waduk

FAPERIKA UR dan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan UR,

Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sampel, tiosulfat, amilum, MnSO4,

NaOHKI, H2SO4, Pnolpthealin (PP) dan Na2CO3.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti tabung enlemeyer, jarum suntik,

pipet tetes, meteran ( penggaris panjang), turbidimeter, secchi disk kertas lakmus, tissue,

thermometer dan wadah penampung (botol air mineral.)

3.3  Metodologi Praktikum

Page 6: Pengukuran Air

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey, yakni

penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan analisis secara in situ dan ek situ,

3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-alat yang akan

digunakan nantinya. Asisten juga menjelasakan cara perhitungan analisis untuk masing-masing

parameter. Kemudian, asisten beserta praktikan pergi menuju waduk sambil membawa alat-alat

yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian. Semua penelitian langsung di daerah

penelitian, kecuali pengukuran kekeruhan karena alat pengukur kekeruhan berada di

laboratorium.

3.4.1 PARAMETER FISIKA

A. Suhu

Pertama sekali siapakan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni thermometer.

Kemudian  tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya. Setelah lokasi pengukuran didapatkan,

ikat bagian pangkal thermometer (bukan ujung air raksa) lalu masukkan thermometer ke air

dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan kemudian gantung thermometer

tersebut pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah thermometer menunjukkan angka

yang konstan, baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu catat hasilnya.

B. Kecerahan

Siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti secchi disk dan meteran. Lalu tentukan

lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi didapatkan, turunkan secchi disk secara perlahan

hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian

Page 7: Pengukuran Air

ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah itu, secara perlahan tarik

secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut  kembali terlihat lalu ukur juga

berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan batas tampak

telah didapat, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai

kecerahan.

Untuk lebih jelasnya rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,

Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)

                                                                        2

C. Kekeruhan

            Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol dengan air

sampel secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu air

sampel tersebut dipindahkan kedalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang

menjadi patokan (standar). Masukkan air yang menjadi patokan (standar) kedalam turbidimeter

sehingga jarum turbidimeter menunjukkan angka standarnya. Setelah itu, keluarkan gelas piala

yang berisi air standar tadi lalu masukkan air sampel kedalam gelas piala lainnya dan kocok.

Setelah itu masukkan air sampel tersebut kedalam turbidimeter dan atur sehingga turbidimeter

menunjukkan angka konstan. Catat hasil yang ditunjukkan oleh jarum turbidimeter.

D. Kedalaman

Siapakan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan yang akan

diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam praktik saat ini

menggunakan penggaris panjang) kedalam perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat

kedalaman yang diperoleh.

Page 8: Pengukuran Air

3.4.2 PARAMETER KIMIA

A. Pengukuran pH

Sediakan alat yang akan digunakan, yakni kertas pH dan pH meter. Celupkan kertas pH

kedalam perairan, setelah kertas pH basah angkat keras pH tersebut lalu tunggu beberapa saat.

Lihat perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan bandingkan warna tersebut dengan papan

standar nilai pH lalu catat hasilnya.

B. Oksigen Terlarut ( Disolved Oxygen-DO )

Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan, seperti , tiosulfat, amilum, MnSO4,

NaOHKI, H2SO4, tabung erlenmeyer, jarum suntik, botol BOD ( botol Winkler) dan pipet tetes.

Kemudian tentukan lokasi pengambilan air sampel. Setelah itu ambil air sampal menggunakan

botol BOD namun jangan samapai terjadi gelembung udara. Caranya yaitu dengan

menenggelamkan tabung erlenmeyer secara perlahan kedalam perairan, setelah tabung terisi

penuh tutup mulut tabung dengan rapat. Lalu periksa apakah didalam tabung yang berisi air

terdapat gelembung udara atau tidak, jika ada maka ulangi kembali hingga gelembung udara

benar-benar tidak ada didalam tabung. Tapi, jika gelembung udara tidak ada maka dengan

menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes tamabahkan 2 ml larutan MnSO4 , 2 ml NaOHK.

Tutup botol dengan rapat lalu kocok dengan cara membalik-balikkan botol hingga beberapa kali.

Beberapa saat kemudian akan terjadi gumpalan dan tunggu beberapa saat hingga proses

pengendapan sempurna. Setelah itu, ambil bagian larutan yang masih jernih dengan

menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes sebanyak 100 ml dan pindahkan kedalam tabung

erlenmeyer. Pada larutan yang tadinya terdapat endapan, tambahkan 2 ml H2SO4 lalu kocok

dengan perlahan hingga semua endapan larut, lalu pindahkan larutan tersebut kedalam tabung

erlenmeyer dan titrasi dengan tiosulfat hingga larutan berwarna coklat muda. Pada larutan ini,

Page 9: Pengukuran Air

tambahkan amilum beberapa tetes hingga larutan berubah menjadi warna biru, kemudian titrasi

kembali dengan larutan tiosulfat hingga warna biru pada larutan tersebut hilang. Lalu catat

hasilnya dengan menggunaka rumus :

OT = a x N x 8 x 1000

V-4

Keterangan :

OT       : O2 terlarut ( mg O2/L )

a          : volume titran Na-thiosulfat ( ml )

N         : Normalitas larutan thiosulfat ( 0,025 N)

V         : Volume botol Winkler ( ml )

C. Karbondioksida Bebas

Siapakan bahan dan alat yang akan digunakan seperti PP, NA2CO3, tabung erlenmeyer,

dan pipet tetes atau jarum suntik.  Ambil sampel air yang akan diuji namun usahakan agar air

sampel terhindar kontak dengan udara. Dengan menggunakan pipet tetes masukkan air sampel

kedalam tabung erlenmeyer secara perlahan agar pengaruh aerasi tidak begitu besar. Kemudian

tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika larutan berwarna pink berarti tidak ada CO2 dan segera

titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil. Lalu catat hasilnya dengan

menggunakan rumus Alaert dan Santika

CO2 = A x N x 22 x 1000

     V

Keterangan :

A         : volume titran Na2CO3 yang terpakai ( ml )

N         : normalitas larutan ( 0,0454 N )

Page 10: Pengukuran Air

V         : Volume sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Suhu yang diukur dengan menggunakan thermometer menunjukkan bahwa udara yang

permukaan perairan adalah 280C, sedangkan suhu permukaannya  320C, ini artinya suhu

permukaan air waduk FAPERIKA adalah diatas baku mutu.

Kecerahan yang diukur dengan menggunakan secchi disk yakni sebesar 70,5 cm, artinya

kecerahan perairan sesuai dengan baku mutu.

Kekeruhan yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan turbidimeter adalah

sebesar 5 NTU, ini artinya kekeruhan perairan juga sesuai dengan baku mutu.

Sedangkan kedalaman yang didapat dengan menggunakan penggaris panjang adalah 65

cm.

Dengan menggunakan kertas pH dan pH meter, pH diperairan waduk FAPERIKA adalah

6, yakni normal.

Dalam pengukuran O2 terlarut ( DO ) menghasilkan 8,33 mg/L, artinya DO sesuai dengan

baku mutu.

Sedangkan dalam pengukuran karbondioksida bebas menghasilkan 9,988 mg/L, artinya

CO2 bebas sesuai dengan baku mutu.

4.2 Pembahasan

Pengukuran suhu permukan perairan diwaduk FAPERIKA UR dilakukan dengan

menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan. Setelah

thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka baca hasilnya. Dalam praktikum ini

menghasilkan suhu permukaan air di waduk adalah 320C dan suhu udara sebesar 280C.

Page 11: Pengukuran Air

Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk dengan cara

menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada

secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris

panjang, dalam praktik ini batas tidak tampak yang dihasilkan adalah 88 cm . Setelah itu, secara

perlahan tarik secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut  kembali terlihat

lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam praktikum ini menghasilkan

batas tampak sebesar 53 cm. Setelah nilai batas tampak dan nilai batas tidak tamapak telah

diperoleh, maka hasil tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk menghitung kecerahannya,

yakni sebagi berikut

Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)

                                                                        2

      Kecerahan air (cm) = 88 + 53

                                              2

                                      = 70,5 cm

Ini artinya kecerahan di perairan waduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.

Pada pengukuran kekeruhan menggunakan turbidimeter. Air sampel dia ambil dari

waduk kemudian dibawa ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Pada praktikum ini

mengahasilkan kekeruhan air sebesar 5 NTU. Ini artinya kekeruhan air di waduk FAPERIKA

masih sesuai dengan baku mutu.

Pada pengukuran kedalam biasanya dilakukan dengan menggunakan meteran yang diberi

pemberat lalu dimasukkan kedalama air, namun praktikum kali ini dilakukan dengan

menggunakan penggaris panjang lalu dimasukkan kedalam perairan hingga mengenai dasar

perairan tersebut. Dalam praktikum ini kedalaman yang diperoleh adalah 165 cm.

Page 12: Pengukuran Air

            Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH dan pH meter dengan cara

mencelupkan kertas pH kedalam perairan lalu amati perubahan yang terjadi pada kertas tersebut

dan sesuaikan dengan menggunakan pH meter. Adapun pH perairan yang diperoleh adalah 6. Ini

artinya pH perairan waduk FAPERIKA adalah normal, tidak asam dan juga tidak basa.

Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat dan air didalam tabung

enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan tiosulfat yang digunakan adalah

sebanyak 4 ml dan  volume air adalah 100 ml. untuk menghitung DO digunakan rumus sebagai

berikut

OT = a x N x 8 x 1000

     V-4

                              = 4 x 0,025 x 8 x 1000

                                         100-4

                              = 8,33 mg/L

Ini berarti DO diperairan waduk sesuai dengan baku mutu

            Pada pengukuran CO2 bebas menggunakan larutan Na2CO3 dan air didalam tabung

enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan Na2CO3 yang digunakan adalah

sebanyak 1 ml dan  volume air adalah 100 ml. untuk menghitung CO2 bebas digunakan rumus

sebagi berikut

CO2 = A x N x 22 x 1000

 V

                   

 = 1 x 0,0454 x 22 x 1000

                                       100

Page 13: Pengukuran Air

                         = 9,988 mg/L

Ini artinya CO2 bebas diwaduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.

 V.  KESIMPULAN DAN SARAN

Page 14: Pengukuran Air

5.1 Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum pengukuran kualitas air di waduk FAPERIKA UR,

didapatkan hasil bahwa suhu dipermukaan air waduk adalah 32ͦC, kecerahan 70,5 cm, kekeruhan

5 NTU,  kedalaman 165 cm, pH 6, DO 8,33 mg/L dan CO2 bebas 9,988 mg/L. Maka, dapat

disimpulkan bahwa kualitas air di waduk FAPERIKA UR adalah baik.

5.2 Saran

            Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada semua pihak

agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air diwaduk saat ini adalah baik,

namun apabila tidak dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka, marilah bersama-sama kita jaga

agar air di waduk tersebut tetap sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan tidak tercemar.

           

Page 15: Pengukuran Air

Daftar Pustaka

Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.

Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan

Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai. Skripsi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak diterbitkan).

Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan UR. Pekanbaru.

Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.