pengujian undang-undang nomor 17 tahun 2012,...

41
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013 PERKARA NOMOR 60/PUU-XI/2013 PERKARA NOMOR 65/PUU-XI/2013 PERKARA NOMOR 22/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012, DAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PERKOPERASIAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN JAKARTA, RABU, 28 MEI 2014

Upload: dangdat

Post on 29-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

---------------------RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 60/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 65/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 22/PUU-XII/2014

PERIHALPENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012,

DANPENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009

TENTANG PERKOPERASIANPENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2012TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL

PRESIDEN,

ACARAPENGUCAPAN PUTUSAN

JAKARTA,

RABU, 28 MEI 2014

i

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

--------------RISALAH SIDANGPERKARA NOMOR

PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 60/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 65/PUU-XI/2013PERKARA NOMOR 22/PUU-XII/2014

PERIHAL

- Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian [Pasal 1 angka 1, Pasal 50 ayat (1), Pasal 55ayat (1), Pasal 56 ayat (1), Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74,Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 80, Pasal 82, Pasal 83]

- Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian [Pasal 1 angka 1, Pasal 1 angka 11, Pasal 1angka 18, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1), Pasal 50 ayat (1) huruf a, Pasal 50 ayat (2), huruf e, Pasal 55 ayat (1), Pasal 56ayat (1), Pasal 63, Pasal 65, Pasal 66 ayat (2) huruf b, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,Pasal 118, dan Pasal 119]

- Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perkoperasian [Pasal 93 ayat (5) dan Pasal 120 ayat (1)huruf j]

- Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presidan dan Wakil Presidan [Pasal 260]

PEMOHON

1. Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI)2. Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD)3. Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (PUSKOWANJATI)4. Yayasan Bina Sadajiwa5. Koperasi Karya Insani6. Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga7. Dewan Pengurus Koperasi Usaha Pemuda KNPI Kota Cimahi8. Iwan Dermawan9. Muhamad Hatta10. Ifdal Kasim11. Supriyadi Widodo Eddyono

ACARA

Pengucapan Putusan

Rabu, 28 Mei 2014, Pukul 08.35-10.00 WIBRuang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN1) Hamdan Zoelva (Ketua)2) Arief Hidayat (Anggota)3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)4) Maria Farida Indrati (Anggota)5) Patrialis Akbar (Anggota)6) Muhammad Alim (Anggota)7) Anwar Usman (Anggota)8) Aswanto (Anggota)9) Wahiduddin Adams (Anggota)

Cholidin Nasir Panitera PenggantiSunardi Panitera PenggantiIda Ria Tambunan Panitera PenggantiYunita Rhamadani Panitera Pengganti

ii

Pihak yang Hadir:

A. Pemohon Perkara Nomor 22/PUU-XII/2012:

1. Supriyadi Widodo Eddyono2. Ifdal Kasim3. Anggara Suwahyu4. Erasmus Napitupulu5. Wahyudi Djafar

B. Pemohon Perkara Nomor 28/PUU-XII/2013:

1. Abdul Muhaimin2. Aloowi3. Sri Untari4. Yayuk Wahyu Ningsih5. Herman6. Aan Eko Widiarto7. Iwan Permadi8. Haru Permadi

C. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 60/PUU-XII/2014:

1. Wigatiningsih2. Sri Agustin

D. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 65/PUU-XII/2013:

1. Mulyono

E. PEMERINTAH:

1. Boediono2. Agus Hariadi3. Setyo Heryanto4. Basuki5. Tri Rahmanto6. Tengku Perdana7. Mareta

F. DPR:

1. Dwi Frihartomo

1

1. KETUA: HAMDAN ZOELVA

Sidang Mahkamah Konstitusi untuk pengucapan putusan dalamPerkara Nomor 28, Nomor 20, Nomor 65/PUU-XI/2013 dan Nomor22/PUU-XII/2014 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Saya mau absen dahulu Perkara Nomor28 hadir Pemohon?Hadir. Perkara Nomor 60, hadir? Perkara Nomor 65Tahun 2013 tidak hadir ya.perkara Nomor 22.

2. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 22/PUU-XII/2014:WAHYUDI DJAFAR

Hadir, Yang Mulia.

3. KETUA: HAMDAN ZOELVA

Oke, baik.Kita mulai pengucapan … maaf.Pemerintah hadir ya?

4. PEMERINTAH: AGUS HARIADI

Hadir, Yang Mulia.

5. KETUA: HAMDAN ZOELVA

Ya, hadir.DPR?Hadir, sori.Kita mulai dari Perkara Nomor 28.

PUTUSANNomor 28/PUU-XI/2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang PerkoperasianterhadapUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,yang diajukan oleh:

[1.2] 1. Nama : Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia(GKPRI) Provinsi Jawa Timur

Alamat : Jalan Pasar Besar Nomor 38 Kecamatan BubutanKota Surabaya Provinsi Jawa Timur

SIDANG DIBUKA PUKUL 08.35WIB

KETUK PALU 3X

2

Sebagai --------------------------------------------------- Pemohon I;2. Nama : Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) Jawa Timur

Alamat : Jalan Kemayoran Baru Nomor 15 Kota SurabayaSebagai -------------------------------------------------- Pemohon II;

3. Nama : Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (Puskowanjati)Alamat : Jalan Balearjosari Nomor 38 MalangSebagai ------------------------------------------------- Pemohon III;

4. Nama : Pusat Koperasi An-nisa’ Jawa TimurAlamat : JalanRaya Darmo Nomor 96 Kota Surabaya

Provinsi Jawa TimurSebagai ------------------------------------------------- Pemohon IV;

5. Nama : Pusat Koperasi BUEKA Assakinah Jawa TimurAlamat : Jalan Plampitan VIII Nomor 38 Kelurahan Peneleh

Kecamatan Genteng Kota SurabayaSebagai -------------------------------------------------- Pemohon V;

6. Nama : Gabungan Koperasi Susu IndonesiaAlamat : Jalan Raya Lebaksari Kecamatan Pandaan

Kabupaten PasuruanSebagai ------------------------------------------------- Pemohon VI;

7. Nama : Agung HaryonoJabatan : Anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia

(KPRI) Universitas Negeri MalangAlamat : Jalan Candi IV C/225 RT 008/006

Karangbesuki Kecamatan Sukun, Jawa TimurSebagai ------------------------------------------------ Pemohon VII;

8. Nama :MulyonoPekerjaan : Pensiunan Pegawai TelkomAlamat :Jalan Pemuda Gang Yakub Nomor 27,Bojonegoro,

Jawa TimurSebagai ----------------------------------------------- Pemohon VIII;

Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Februari 2013memberi kuasa kepada 1) Aan Eko Widiarto, S.H., M.Hum.,2) Dr. IwanPermadi, S.H., M.H., dan 3) Haru Permadi, S.H.,konsultan hukumdariFakultas Hukum Universitas Brawijaya yang beralamat di Jalan MTHaryono 169 Malang, Jawa Timur, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa;Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------------para Pemohon;[1.3] Membaca permohonan para Pemohon;

Mendengar keterangan para Pemohon;Mendengar dan membaca keteranganPresiden;Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat;Mendengar keterangan saksi dan ahli para Pemohon danPresiden;Memeriksa bukti-bukti para Pemohon;Membaca kesimpulan para Pemohon dan Presiden;

3

6. HAKIM ANGGOTA: ARIEF HIDAYAT

Pendapat Mahkamah[3.15] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan isu

konstitusional sebagaimana diuraikan di atas,Mahkamah terlebihdahulu mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Sistem ekonomi suatu negara bukan merupakan sistemyang sepenuhnya netral, karena ekonomi sebagai suatu sistemsangat terkait dengan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakattempat sistem ekonomi tersebut lahir dan berlaku.Nilai-nilaitersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan sejaraheksistensi berkembangnya masyarakat.Indonesia sebagai suatumasyarakat yang mengikatkan diri menjadi bangsa dan negaramemiliki pula cita tertentu tentang sistem ekonomi yang ingindibangun sesuai dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembangdi dalam masyarakat yang dijunjung tinggi.

Dalam perspektif historis konstitusional, masyarakatyang kemudian mengikatkan diri menjadi suatu bangsa dannegara Indonesia tersebut semula hidup dalam ketiadaanperikemanusiaan dan perikeadilan sebagai akibat adanyapenjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing dengan sistemekonomi yang dipraktikkannya.Getirnya kehidupan yang demikianitu membulatkan tekad, berjuang menghapuskan penjajahan,bahkan dari muka bumi manapun, supaya hidup merdeka, bebasdari penjajahan.Ketika kemerdekaan telah dicapai danmembentuk negara maka salah satu tujuannya adalahmemajukan kesejahteraan umum dengan mewujudkan keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia[Pembukaan UUD 1945].

Kebersamaan dalam ikatan kebangsaan yangmembentuk tekad dan perjuangan kemerdekaan yang telahmengantarkan bangsa ini menegara, pada hakikatnya merupakanmodal sosial sebagai suatu nilai yang terus dipelihara dandijunjung tinggi, karena telah terbukti secara historis sangatefektif mengantarkan tercapainya cita-cita.Nilai itulah yangkemudian ketika UUD 1945 disusun terkait dengan sistemekonomi. Pasal 33 ayat (1) dirumuskan sebagai berikut:“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asaskekeluargaan”.

Berdasarkan uraian tersebut maka sistem ekonomiIndonesia harus disusun oleh negara.Negara tidak bolehmembiarkan sistem ekonomi tumbuh dan berkembang secaraalamiah menurut mekanisme pasar yang berjalan berdasarkanpenawaran dan permintaan (supply and demand). Sistemekonomi dengan mekanisme yang demikian pada gilirannya

4

akanmembentuk nilai serba materi di dalam masyarakat. Ketikaitulah masyarakat mengagungkan materi dan ketika itu pulamodal materiil adalah segala-galanya.

Secara konseptual, penyusunan sistem ekonomi harusmemandu masyarakat ke arah terbentuknya sistem perekonomiansebagai usaha bersama. Hal tersebut sejalan dengankebersamaan dalam ikatan kebangsaan yang telah mengantarkanmasyarakat menjadi bangsa yang membentuk negara sendirisecara bebas dan merdeka. Usaha bersama tersebut merupakanmodal utama untuk mencapai tujuan bersama, memajukankesejahteraan umum dengan mewujudkan keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia.Dalam usaha bersama tersebut terdapatindividu sebagai sumber daya manusia dengan ilmu pengetahuan,keahlian, semangat, daya juang dan sebagainya yang jugamerupakan bagian penting dari suatu modal, di samping modallain seperti modal keuangan, peralatan, teknologi dan modalmateriil lainnya. Keseluruhan individu tersebut terjalin di dalamsuatu ikatan upaya secara bersama-sama dalam rangka mencapaitujuan bersama.

Fakta bahwa individu sebagai sumber daya manusiayang terjalin di dalam suatu ikatan usaha bersama, dengan ilmupengetahuan, keahlian, semangat, daya juang, dan sebagainyaadalah beragam, tidak sama, atau berbeda antara satu denganyang lainnya, bahkan perbedaan tersebut bisa jadi sangat jauh.Supaya perbedaan tersebut tidak menimbulkan kesenjanganekonomi dan ketidakadilan maka asas kekeluargaan, yangimplementasinya berupa tolong menolong, atau yang secara khasdisebut gotong royong, harus menjadi dasar atau prinsip yangmemandu usaha bersama dan hasil dari tujuan bersama,memajukan kesejahteraan umum dengan mewujudkan keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Koperasi merupakan bangun persekutuan yangmengimplementasikan prinsip dalam susunan perekonomiansebagaimana diuraikan di atas dalam skala yang lebihsempit.Prinsip tersebut merupakan ketentuan konstitusional didalam UUD 1945.

Mohammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesiadalam Buku Kumpulan Pidato II menyatakan, “... Asaskekeluargaan itu ialah kooperasi. Asas kekeluargaan itu adalahistilah dari Taman Siswa, untuk menunjukkan bagaimana gurudan murid-murid yang tinggal padanya hidup sebagai suatukeluarga. Itu pulalah hendaknya corak kooperasi Indonesia.Hubungan antara anggota-anggota kooperasi satu sama lainharus mencerminkan orang-orang bersaudara, suatu keluarga.Rasa solidarita dipupuk dan diperkuat. Anggota dididik menjadi

5

orang yang mempunyai individualita, insaf akan harga dirinya.Apabila ia insaf akan harga dirinya sebagai anggota kooperasi,tekadnya akan kuat untuk membela kepentingan kooperasinya. ...Individualita lain sekali dari individualisme. Individualisme adalahsikap yang mengutamakan diri sendiri dan mendahulukankepentingan diri sendiri dari kepentingan orang lain. Kalau perlumencari keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankankepentingan orang lain. Individualita menjadikan seorang anggotakooperasi sebagai pembela dan pejuang yang giat bagikooperasinya.” ...(MohammadHatta, Kumpulan PidatoII,hal.215,PT. Toko Gunung Agung Tbk.Jakarta 2002).

Dalam buku yang lain MohammadHatta, menyatakan “...Koperasi punya disiplin dan dinamik sendiri. Sandarannya adalahorang, bukan uang! Koperasi adalah merupakan kumpulan daripada manusia, sedangkan uang faktor kedua. Sedang PT adalahmerupakan kumpulan modal.” (MohammadHatta, Bung HattaMenjawab,hal. 183,PT. Toko Gunung Agung Tbk.Jakarta 2002);

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamahselanjutnya akan mempertimbangkan secara khususkonstitusionalitas dari pasal-pasal yang dimohonkan pengujiankonstitusionalitasnya oleh para Pemohon sesuai isu konstitusionalsebagai berikut:

Pengertian Koperasi (Pasal 1 angka 1 UU 17/2012)[3.16] Menimbang,para Pemohon mendalilkan bahwa frasa

“orangperseorangan” dalam pengertian koperasi yang termuatdalam Pasal 1 angka 1 UU 17/2012 bertentangan dengan Pasal 33ayat (1) UUD 1945 dengan alasan bahwa rumusan pengertiantersebut mengarah ke individualisme.

Mengingat bahwa suatu pengertian merupakan soal yangfundamental dalam Undang-Undang, karena memuat filosofi darientitas yang diaturnya, Mahkamah akan mempertimbangkanbukan saja yang terkait dengan frasa “orangperseorangan”,melainkan terhadap keseluruhan rumusan pengertian dalam pasaltersebut sebagai berikut:

Bab I Ketentuan Umum suatu peraturan perundang-undangan menurut Lampiran II angka 107 Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234) adalah berfungsi untuk menjelaskanmakna suatu kata atau istilah. Dengan demikian, meski tidakmengandung norma, namun suatu pengertian memiliki posisipenting dalam Undang-Undang, terlebih lagi manakala pengertiantersebut dikaitkan dengan pasal lain. Pasal 1 angka 1 UU 17/2012selengkapnya menyatakan, “Koperasi adalah badan hukum yang

6

didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modaluntuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dankebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuaidengan nilai dan prinsip Koperasi”. Menurut Mahkamah, koperasipada hakikatnya merupakan bagian dari tata susunan ekonomiIndonesiayang diamanatkan oleh Pasal 33 ayat (1) UUD 1945yang menyatakan, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersamaberdasar atas asas kekeluargaan”. Pasal tersebut diletakkan didalam Bab XIV yang berjudul, “Perekonomian Nasional DanKesejahteraan Sosial”. Atas dasar judul tersebut denganmengaitkan rumusan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 dapat dipahamisecara jelas pengertian filosofisnya. Pasal tersebut merupakanpasal yang tidak diubah pada waktu perubahan UUD 1945. Selainitu, untuk memperoleh pengertian yang menjadi intensi daripembentuk UUD 1945 secara lebih tepat dari pasal tersebut perludikutip Penjelasannya (sebelum perubahan) sebagai dokumenpenting yang menyatakan, “Dalam pasal 33 tercantum dasardemokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuksemua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggotamasyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukankemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusunsebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangunperusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.

Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 besertaPenjelasannya tersebut, koperasi merupakan bagian penting daritata susunan ekonomi nasional atau tata susunan ekonomiIndonesia. Suatu tata susunan ekonomi mesti dirancang sesuaidengan nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa yang membentuknegara ini, nilai yang kemudian menjadi karakternyasebagaimana diuraikan di muka, yaitu nilai dan karakter kolektif,yang merupakan kebalikan dari nilai individualistik yang tidakdianut oleh UUD 1945. Koperasi sebagai bagian dari suatu tatasusunan ekonomi mesti didesain, disosialisasikan, diperjuangkan,dan dilaksanakan, bukan tata susunan yang diserahkan kepadamekanisme pasar, meski pasar harus menjadi perhatian pentingdalam percaturan perekonomian internasional. Dengan demikianmaka sistem perekonomian nasional adalah merupakan sistemperekonomian yang berkarakter. Nilai yang dijunjung tinggi yangkemudian menjadi karakternya tersebut telah dirumuskan dalamPasal 33 ayat (1) UUD 1945, yaitu suatu tata susunan ekonomisebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya,nilai sosial yang dijunjung tinggi dan diimplementasikan olehbangsa yang kemudian menjadi karakternya tersebut di dalam

7

UUD 1945 dirumuskan menjadi demokrasi ekonomi yangbertumpu pada dasar usaha bersama dan asas kekeluargaan.

Selanjutnya, untuk mempertimbangkan apakah pengertiankoperasi dalam Pasal 1 angka 1 tersebut mengarah keindividualisme sebagaimana di dalilkan para Pemohon, Mahkamahperlu mengutip pengertian koperasi dalam berbagai Undang-Undang yang pernah berlaku sebagai bahan perbandingan:Pertama, Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958tentang Perkumpulan Koperasi:“Koperasi ialah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang tidak merupakankonsentrasi modal”.Kedua, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentangPerkoperasian:“Koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat Revolusi yangberfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat sertawahana menuju Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila”.Ketiga, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentangPokok-Pokok Perkoperasian:“Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyatyangberwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badanhukum Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagaiusaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.Keempat, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992tentang Perkoperasian:“Koperasi adalah badan usahayang beranggotakan orang-seorangatau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannyaberdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomirakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.

Dengan membandingkan beberapa pengertian dalamberbagai Undang-Undang tersebut, menurut Mahkamah, jelasbahwa hal yang ditonjolkan dalam perumusan pengertian koperasiadalah mengenai siapa koperasi itu, atau dengan perkataan lain,rumusan yang mengutamakan koperasi dalam perspektif subjekatau sebagai pelaku ekonomi, yang merupakan sebagian darisistem ekonomi. Untuk maksud tersebut dirumuskan dengan kataatau frasa, perkumpulan,organisasi ekonomi,atau organisasiekonomi rakyat. Atau, paling tidak dalam Undang-Undangsebelum UU 17/2012 koperasi dirumuskan sebagai “badan usaha”.Rumusan tersebut sangat berbeda dengan Pasal 1 angka 1 UU17/2012 yang menyatakan bahwa koperasi adalah badan hukum.Rumusan bahwa koperasi adalah badan hukum tidak mengandungpengertian substantif mengenai koperasi sebagaimana dimaksudPasal 33 ayat (1) UUD 1945 dan Penjelasannya yang merujukpada pengertian sebagai bangun perusahaan yang khas. Dengan

8

demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon bahwa pengertiankoperasi dalam pasal tersebut mengandung individualisme,sehingga dalil permohonan para Pemohon a quo beralasanmenurut hukum;

7. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI

Gaji Pengurus dan Imbalan Pengawas (Pasal 37 ayat (1) huruf f danPasal 57 ayat (2) UU 17/2012)[3.17] Menimbang para Pemohon mendalilkan bahwa Pasal 37 ayat (1)

huruf f dan Pasal 57 ayat (2) UU 17/2012 bertentangan denganPasal 33 ayat (1) UUD 1945. Terhadap isu tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Pasal 37 ayat (1) UU 17/2012pada pokoknya memuatnorma bahwa dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagaiperangkat organisasi koperasi yang memegang kekuasaantertinggi [vide Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 32 UU 17/2012] makaRAT tersebut memiliki kewenangan, antara lain, untuk memintaketerangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawasdan pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing [videPasal 33 huruf f UU 17/2012]. Oleh karena itu, pengawasbertugas, antara lain, melaporkan hasil pengawasan kepada RAT[vide Pasal 50 huruf d UU 17/2012]. Demikian pula pengurusjuga bertugas, antara lain, menyusun laporan keuangan danpertanggungjawaban pelaksanaan tugas untuk diajukan kepadaRAT [vide Pasal 58 huruf d UU 17/2012]. Khusus untuk pengurus,dalam laporan pertanggungjawaban dimaksud pengurusmenyampaikan pelaksanaan tugasnya, termasuk laporankeuangan, yang antara lain, mengenai besar imbalan bagipengawas serta gaji dan tunjangan lain bagi pengurus. MenurutMahkamah, materi muatan laporan keuangan sebagai bagian darilaporan pertanggungjawaban adalah hal yang wajar manakalapengawas dan pengurus memang benar-benar mendapatkannya.Oleh karena itu, sepanjang mengenai hal tersebut dalil Pemohontidak beralasan menurut hukum;

Adapun khusus tentang apakah pengawas secarakonstitusional dapat diberikan imbalan sebagaimana ditentukandalam Pasal 49 ayat (3) UU 17/2012, demikian pula bagi pengurusdapat diberikan gaji dan tunjangan sebagaimana ditentukandalam Pasal 57 ayat (2) UU 17/2012. Terhadap isu tersebut,Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:

Pengawas berdasarkan Pasal 1 angka 6 juncto Pasal 50ayat (1) UU 17/2012 adalah perangkat organisasi koperasi yangpada pokoknya bertugas mengawasi pengurus koperasi. Pengurusberdasarkan Pasal 1 angka 7 adalah perangkat organisasi koperasi

9

yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan koperasiuntuk kepentingan dan tujuan koperasi, serta mewakili koperasibaik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam rangkakepengurusan koperasi dimaksud, ketentuan Pasal 58 pengurusbertugas pada pokoknya mengelola koperasi, pendidikan danpelatihan, pembinaan karyawan, dan melakukan upaya bagikepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan koperasi.

Idealnya, yang melekat pada koperasi adalah bahwapengurus koperasi tidak mendapat gaji. Pengurus koperasi hanyamendapat uang transport setiap kali menghadiri sidang. Padakoperasi yang mendapat gaji adalah mereka yang terus menerusbekerja sebagai direktur dan buruh-buruhnya dari satuperusahaan koperasi yang gajinya tidak boleh lebih rendah dariperusahaan swasta biasa (Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II,2002, 220).

Menurut Mahkamah, gaji dan tunjangan bagi pengurus,termasuk imbalan bagi pengawas sebagaimana diuraikan di atas,bukanlah persoalan konstitusionalitas. Sebab, koperasi sebagaisalah satu pelaku ekonomi bukanlah suatu entitas yang statis,melainkan dinamis. Dinamika koperasi yang sehat tentu bukansaja akan membentuk daya tahan koperasi melainkan juga akanmembawanya pada kemajuan sebagaimana entitas pelakuekonomi yang lain. Ketika koperasi masih sangat sederhana, halyang diurus tentulah relatif sedikit. Ketika itu maka pengawasmaupun pengurus masih dapat melakukan pekerjaan lain untukmemenuhi kebutuhan ekonomi bagi diri maupun keluarganya.Namun demikian, manakala koperasi telah mencapai suatukemajuan pada posisi tertentu, tentu akan berpengaruh padakesibukan perangkat atau organ koperasi. Ketika itulah, bisa jadipengawas ataupun pengurus tak lagi sempat melakukanpekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi diri dankeluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Permasalahannyaadalah apakah dalam keadaan yang demikian, adilkah tidakmemberikan imbalan bagi pengawas dan tidak memberikan gajiserta tunjangan kepada pengurus. Dengan demikian makapemberian imbalan kepada pengawas serta pemberian gaji dantunjangan kepada pengurus merupakan hak dan kewenanganRAT sebagai mekanisme kedaulatan para anggota koperasi untukmenentukan perlu atau tidak perlunya imbalan pengawas sertapemberian gaji dan tunjangan kepada pengurus atau manakalahal tersebut telah ditetapkan berapa besarannya pun menjadiruang lingkup kebijakan RAT untuk menentukannya. Oleh karenaitu, menurut Mahkamah, dalil para Pemohon tidak beralasanmenurut hukum;

10

Tugas dan Kewenangan Pengawas (Pasal 50 ayat (1) huruf a danayat (2) huruf a dan huruf e serta Pasal 56 ayat (1) UU 17/2012)

[3.18] Menimbang paraPemohon mendalilkan bahwa Pasal 50 ayat (1)huruf a dan ayat (2) huruf a dan huruf e serta Pasal 56 ayat (1)UU 17/2012 bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2) dan Pasal 33ayat (1) UUD 1945. Isu spesifik dari pasal-pasal tersebut adalah(i) tugas pengawas mengusulkan pengurus; (ii)kewenangan pengawas menerima dan menolak anggota baruserta memberhentikan anggota; dan (iii) kewenangan pengawasmemberhentikan pengurus untuk sementara waktu. Terhadap haltersebut, Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:

Mengenai tugas dan kewenangan pengawas tersebut,menurut Mahkamah, haruslah dikaitkan dengan hakikat koperasisebagai salah satu entitas penting pelaku dalam sistem ekonomiyang berkarakter demokrasi. Demokrasi dan persamaan secaraexpressis verbis juga dinyatakan sebagai nilai yang mendasarikoperasi [vide Pasal 5 ayat (1) huruf d dan huruf e UU 17/2012].Sesuai dengan karakter yang demikian maka anggota koperasiadalah pemegang kedaulatan dalam koperasi. Sebagai pemegangkedaulatan anggota memiliki hak untuk memilih dan dipilih [videPasal 29 ayat (2) huruf c UU 17/2012]. Artinya, terkait denganpengurus koperasi, anggota berhak memilih anggota yang manauntuk menjadi pengurus dan bersamaan dengan itu anggota jugaberhak untuk dipilih sebagai pengurus. RAT, terkait denganpengurus koperasi, adalah mekanisme demokratis yangmerupakan forum bagi setiap anggota dalam melaksanakankedaulatannya dengan menggunakan haknya untuk memilih dandipilih [vide Pasal 33 huruf c UU 17/2012]. Berdasarkanpertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, terdapat kontradiksiantara Pasal 50 ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a dan huruf e,serta Pasal 56 ayat (1) UU 17/2012, yang masing-masingmemberikan tugas kepada pengawas mengusulkan pengurus,memberikan kewenangan kepada pengawas menerima danmenolak anggota baru, memberhentikan anggota, sertamemberhentikan pengurus untuk sementara waktu, dengan Pasal5 ayat (1) huruf d dan huruf e serta Pasal 29 ayat (2) huruf c UU17/2012, yang menjadikan demokrasi dan persamaan sebagainilai dasar kegiatan koperasi serta hak bagi anggota untukmemilih dan dipilih. Dengan demikian maka berarti pulabertentangan dengan prinsip demokrasi ekonomi sebagaimanadimaksud Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Bahwa dengankewenangan pengawas yang demikian akan mereduksi, bahkanmenegasikan kedaulatan anggota dan eksistensi RAT.Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalil permohonan paraPemohon mengenai Pasal 50 ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a

11

dan huruf e, serta Pasal 56 ayat (1) UU 17/2012 beralasanmenurut hukum;Pengangkatan Pengurus dari Non-Anggota

[3.19] Menimbang,para Pemohon mendalilkan bahwa Pasal 55 ayat (1)UU 17/2012yang menentukan bahwa pengurus koperasi dipilihdari non-anggota (frasa non-anggota), bertentangan denganPasal 33 ayat (1)UUD 1945. Terhadap dalil tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Untuk mempertimbangkan isu pengurus koperasi dipilihdari non-anggota yang dihadapkan dengan Pasal 33 ayat (1) UUD1945, menurut Mahkamah, pertimbangan hukum tentang dalilkoperasi sebagai subjek atau pelaku dalam susunanperekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dalamparagraf [3.16] dan paragraf [3.18] mutatis mutandis berlakusebagai pertimbangan terhadap isu dalam Pasal 55 ayat (1) UU17/2012. Secara khusus ketentuan tersebut menghalangi ataubahkan menegasikan hak anggota koperasi untuk menyatakanpendapat, memilih, dan dipilih [vide Pasal 29 ayat (2) huruf a danc] serta nilai kekeluargaan, bertanggung jawab, demokrasi, danpersamaan yang menjadi dasar koperasi [vide Pasal 5 ayat (1)huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf e] serta nilai keterbukaan dantanggung jawab yang diyakini anggota koperasi [Pasal 5 ayat (2)huruf b dan huruf c] yang kesemuanya itu merupakan derivasidari demokrasi ekonomi Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.Apabilaalasannya adalah untuk membangun koperasi yang lebihprofesional, justru yang harus dibangun adalah anggotakoperasisupaya menjadi tenaga professional, sehingga tidak perlumerekrut non-anggota untuk menjadi pengurus. Hal tersebuttentu tidak menjadi persoalan apabila tenaga profesional tersebutdirekrut menjadi karyawan koperasi. Berdasarkan pertimbangantersebut maka permohonan para Pemohon mengenai pengujiankonstitusional frasa non-anggota dalam Pasal 55 ayat (1) UU17/2012 beralasan menurut hukum;Modal Koperasi [Pasal 66 s.d. 77 UU 17/2012]

[3.20] Menimbang para Pemohon mendalilkan bahwa BAB VII UU17/2012tentang Modal Koperasi, yaitu Pasal 66 sampai denganPasal 77 bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) dan Pasal 33ayat (1)UUD 1945. Terhadap dalil tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Mengenai modal koperasi berdasarkan Pasal 66 UU17/2012 adalah terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat ModalKoperasi sebagai modal awal. Selain itu, modal koperasi dapatberasal dari hibah, modal penyertaan, modal pinjaman yangberasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya,bank, dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan

12

surat hutang lainnya, dan/atau Pemerintah dan PemerintahDaerah dan/atau sumber lain yang sah yang tidak bertentangandengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturanperundang-undangan.

Setoran pokok adalah sejumlah uang, yang wajib dibayaroleh seorang atau badan hukum Koperasi pada saat yangbersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan pada suatukoperasi [vide Pasal 1 angka 8 UU 17/2012]. Sertifikat ModalKoperasi adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modalKoperasi [vide Pasal 1 angka 9 UU 17/2012]. Hibah adalahpemberian uang dan/atau barang kepada Koperasi secara sukarela tanpa imbalan jasa, sebagai modal usaha [vide Pasal 1 angka10 UU 17/2012]. Modal Penyertaan adalah penyetoran modalpada Koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilaidengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badanhukum untuk menambah dan memperkuat permodalan Koperasiguna meningkatkan kegiatan usahanya [vide Pasal 1 angka 11 UU17/2012].

Pemohon mendalilkan bahwa skema modal awal koperasiyang terdiri atas setoran pokok dan sertifikat modal koperasi [videPasal 66 ayat (1) UU 17/2012], setoran pokok tidak dapatdikembalikan [vide 67 ayat (1) UU 17/2012], sertifikat modalkoperasi tidak dapat ditarik dan hanya dapat dijual kepadasesama anggota [vide Pasal 70 ayat (2) huruf d UU 17/2012] ataucalon anggota atau ditalangi maksimal 20% dari surplus hasilusaha (SHU) [Pasal 70 ayat (3)] adalah bentuk perampasansecara sewenang-wenang terhadap hak milik pribadi [Pasal 28ayat (4) UUD 1945] yang bertentangan dengan hakikat usahabersama berdasar asas kekeluargaan. Selain itu, Pemohonmendalilkan secara umum bahwa modal koperasi yang diaturdalam BAB VII telah membuka peluang intervensi pihak luar,termasuk pemerintah dan pihak asing, melalui permodalan,karena tidak ada pembatasan proporsi dana dari pihak luar danketentuan yang menjamin otonomi koperasi. Revitalisasi semacamini tidak sesuai dengan prinsip koperasi sebagai usaha bersamayang dikendalikan oleh anggotanya [vide Pasal 68 sampai denganPasal 77 UU 17/2012].

Terhadap dalil Pemohon tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Mahkamah mempertimbangkan tentang penggunaan istilahsetoran pokok. Istilah setoranpokok, menurut Mahkamah, lebihmenekankan pada pengertiannya sebagai penyerahan sejumlahuang sebagai modal, sehingga konsekuensinya tidak dapat ditarikkembali bila yang bersangkutan keluar atau berhenti sebagaianggota koperasi. Berbeda dengan penggunaan istilah simpanan

13

pokok yang maknanya bahwa anggota koperasi menyimpansejumlah uang sebagai modal. Koperasi adalah tempat, yangmenurut anggota, aman karena pengurus yang sesungguhnyaadalah sesama anggota sepertinya bersifat amanah. Dengandemikian setiap anggota yang membayar simpanan pokok sebagaimodal koperasi memercayai simpanan tersebut aman, sehinggamanakala yang bersangkutan keluar atau berhenti karena suatualasan maka simpanan tersebut dapat diambil kembali. Jadi,dalam konsep simpanan pokok, uang yang disimpan itu tidaksemata-mata menjadi modal koperasi tetapi juga berfungsisebagai tabungan dari anggota.Kekayaan anggota yangmerupakan modal koperasi inilah yang disebut simpanananggota.Karena itu, setoran pokok dalam koperasi harus dilihatsebagai wujud keputusan seseorang untuk menggabungkan dirisecara suka rela sebagai anggota koperasi.Atas dasarkesukarelaan tersebut bila anggota tersebut memutuskan untukkeluar atau berhenti karena suatu alasan maka adalah wajar bilasimpanan pokok tersebut ditarik kembali. Apabila Pasal 67 ayat(1) tetap berlaku maka makna tetap atau bertahan menjadianggota koperasi adalah suatu keterpaksaan. Dengan demikianketentuan tersebut jelas bertentangan dengan prinsipkoperasiyang bersifat sukarela dan terbuka [Pasal 6 ayat (1) hurufa yang merupakan derivasi dari Pasal 33 ayat (1) UUD 1945],yaitu sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Terhadap Pasal 68 dan Pasal 69 yang mengharuskananggota koperasi membeli sertifikat modal koperasi, menurutMahkamah, adalah norma yang tidak sesuai denganprinsipkoperasiyang bersifat sukarela dan terbuka [vide Pasal 6ayat (1) huruf a UU 17/2012] yang merupakan derivasi dari Pasal33 ayat (1) UUD 1945, yaitu sebagai usaha bersama berdasar atasasas kekeluargaan,karena ketentuan tersebut jelas bahwa modalmateriil telah menjadi hal utama dalamberkoperasi. Hal iniberarti, orientasi koperasi telah bergeser ke arahkumpulan modal,yang dengan demikian telah mengingkari jati diri koperasi sebagaiperkumpulan orang dengan usaha bersama sebagai modalutamanya. Modal materiil dan finansial merupakan hal yangpenting, namun konsep modal koperasi harus berkelindan denganmakna “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasaratas asas kekeluargaan” sebagaimana diamanatkan Pasal 33 ayat(1) UUD 1945.Secara teoritik ”modal sosial” memiliki makna dantujuan utama mencapai kesejahteraan sosial.Di dalamnyaterkandung nilai-nilai: (i) saling percaya antar individu maupunantar-kelompok (trust), (ii) pranata sosial (institution), dan (iii)jaringan sosial (network)[vide keterangan ahli Prof.Dr.Maryunani].Konsep modal sosial inilah yang menjadi jati diri

14

koperasi dan sangat cocok dengan kondisi rakyat Indonesia yangtelah memiliki tradisi gotong royong, yang kemudian di dalamPasal 33 ayat (1) UUD 1945 dirumuskan sebagai usaha bersamaberdasarkan asas kekeluargaan. Skema permodalan koperasisebagaimana diatur dalam pasal-pasal tersebut dapat menjadikanmodal koperasi sebagian besar dimiliki oleh satu, dua, ataubeberapa anggota saja, sehingga tidak tertutup kemungkinanpemegang sertifikat modal terbesar akan memiliki pengaruh kuatuntuk menentukan arah jalannya koperasi, meskipun sertifikatmodal koperasi tidak menjadi dasar hak suara di dalam RAT[videPasal 69 UU 17/2012]. Terlebih lagi di dalam UU 17/2012tidak ada ketentuan batas maksimal sertifikat modal koperasidapat disetor [vide keterangan ahli Ahmad Erani Yustika].Meskipun modal tidak memiliki suara, namun perbedaan pemilikanmodal dipastikan akan berakibat pada perbedaan kekuatan danpengaruh dalam pengelolaan koperasi, sehingga hal tersebutbertentangan dengan prinsip keanggotaan yang berdasarkankebersamaan dan kesukarelaan [videketerangan ahli Dr. M. AliSafaat].

Terhadap Pasal 70 ayat (2) huruf d UU 17/2012 yangdidalilkan oleh para Pemohon bertentangan dengan UUD 1945dengan alasan karena ketika anggota berhenti atau keluar darikoperasi sertifikat modal koperasi tidak dapat ditarik kembali danhanya dapat dijual ke sesama anggota atau calon anggota atauditalangi maksimal 20% dari surplus hasil koperasi tahun bukuberjalan,mirip dengan ketentuan tentang setoran pokok [videPasal66, Pasal 67 UU 17/2012], menurut Mahkamah, anggota akankehilangan atas kepemilikan sertifikat modal koperasimanakalatidak ada anggota lain yang membeli atau dana talangan tidakmencukupi. Walaupun maksud pembentuk Undang-Undangdengan adanya sertifikat modal koperasi serta setoran pokok yangtidak dapat ditarik kembali adalah dalam rangka memperkuatmodal koperasi, akan tetapi, menurut Mahkamah, cara demikianadalah tidak tepat karena hal tersebut bertentangan denganprinsip dasar koperasi sebagai usaha bersama yang berdasarkanasas kekeluargaan sebagaimana telah diuraikan di atas. Untukmemperkuat koperasi haruslah meningkatkan kemampuanmasyarakat dalam mengelola koperasi sebagai usaha bersamatanpa mengabaikan filosofi dasar koperasi. Oleh karena itu,menurut Mahkamah, pasal a quo merupakan norma yang tidaksesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, jaminan atas hak milikpribadi anggota koperasi sebagaimana dijamin Pasal 28 H ayat (1)dan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 atau setidak-tidaknya tidak adakepastian hukum dan keadilan sebagaimana dimaksud Pasal 28Dayat (1) UUD 1945;

15

Terhadap dalil Pemohon bahwa Pasal 75 yang mengatur modalpenyertaan bertentangan dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945,karena membuka intervensi pihak luar, termasuk pemerintah danpihak asing, melalui permodalan tanpa batas, menurutMahkamah, pertimbangan hukum terhadap Pasal 68 dan Pasal 69tersebut di atas mutatis mutandis berlaku sebagai pertimbanganterhadap Pasal 75, karena pasal-pasal tersebut secara substansialmengatur tentang modal penyertaan, hanya bedanya yang diaturdalam Pasal 75 ini berasal dari pihak di luar anggota koperasi.Oleh karena itu, terkait dengan modal penyertaan dalam pasal aquo, Mahkamah mempertimbangkan secara khusus bahwakoperasi sebagai perkumpulan orang dengan demikian menjaditidak berbeda dengan Perseroan Terbatas sebagai kumpulanmodal, atau bahkan sebagai Perseroan Terbatas terbuka yang gopublic yang menghimpun modal sebanyak-banyaknya dengantanpa batas dengan resiko terbukanya peluang intervensi daripihak di luar koperasi;

Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan tidak perlumempertimbangkan lagi secara khusus pasal-pasal yang belumatau tidak dipertimbangkan, permohonan pengujiankonstitusionalitas para Pemohon mengenai BAB VII UU17/2012tentang Modal Koperasi, yaitu Pasal 66 sampai denganPasal 77 beralasan menurut hukum;

8. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Larangan Pembagian Surplus Hasil Usaha Yang Berasal Dari TransaksiDengan Non-Anggota (Pasal 78 ayat (2) UU 17/2012)[3.21] Menimbang para Pemohon mendalilkan bahwa Pasal 78 ayat (2)

UU 17/2012bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) danPasal 33ayat (1)UUD 1945. Terhadap dalil tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Pasal tersebut termuat dalam Bab VIII Selisih Hasil UsahaDan Dana Cadangan. Pasal 1 angka 12 UU 17/2012 menyatakan,“Selisih Hasil Usaha adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit HasilUsaha yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan Koperasidalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaranatas berbagai beban usaha”. Selisih hasil usaha, berdasarkanpasal tersebut terdiri atas dua macam, yaitu surplus hasil usahadan defisit hasil usaha. Pasal 78 ayat (2) melarang pembagiansurplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dengan non-anggota kepada anggota manakala koperasi mengalami surplushasil usaha. Sementara itu, Pasal 80 mewajibkan kepada anggotamenyetor sertifikat modal koperasi manakala koperasi mengalamidefisit hasil usaha. Berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (2) dan

16

Pasal 80 tersebut, terdapat ketidakadilan terkait dengan hak dankewajiban, yaitu ketika koperasi mengalami surplus hasil usahaanggota tak berhak atas surplus – meski hanya yang berasal daritransaksi dengan non-anggota - tapi ketika koperasi mengalamidefisit hasil usaha, baik disebabkan oleh transaksi dengan anggotaatau non-anggota, anggota wajib menyetor sertifikat modalkoperasi sebagai tambahan modal;

Anggota koperasi sebagai pemilik dan pengguna jasaseharusnya juga menerima surplus hasil usaha, baik dari transaksiyang berasal dari anggota maupun dari non-anggota. Dengandemikian, kesejahteraan bersama atau kesejahteraan yangberkeadilan akan terwujud dan sikap individualisme dapatdihindarkan. Adanya pembatasan membagikan surplus hasil usahajustru mencerminkan ketidakberpihakan pada anggotakoperasisebagai pemilik koperasi. Dalam hal ini seharusnya yangdikedepankan justru mencari laba untuk memberi kesejahteraankepada anggotanya, sehingga setidak-tidaknya, dibagi atau tidakdibaginya surplus hasil usaha, ketentuannya diserahkan kepadaanggota dengan menggunakan mekanisme yang tersedia;

Oleh karena itu, pembatasan tersebut berartimenyampingkan hak untuk menikmati hasil usaha koperasi, yangdengan demikianberarti pula dalil permohonan para Pemohonberalasan menurut hukum;

Penambahan Sertifikat Modal Koperasi[3.22] Menimbang para Pemohon mendalilkan bahwa Pasal 80 perihal

kewajiban menyetor tambahan sertifikat modal koperasi jikaterjadi defisit hasil usahakhusus pada Koperasi Simpan Pinjam(KSP) yang didalilkan pemohon bertentangan dengan Pasal 28Dayat (2) dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Terhadap dalil paraPemohon tersebut oleh karena Mahkamah telahmempertimbangkan tentang modal koperasi dalam paragraf[3.19]yang pada pokoknya dalil para Pemohon beralasan menuruthukum maka dalil tersebut dianggap telah dipertimbangkan;

Jenis Koperasi(Pasal 82, Pasal 83, dan Pasal 84 UU 17/2012)[3.23] Menimbang para Pemohon mendalilkan Pasal 82, Pasal 83, dan

Pasal 84 UU 17/2012 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (1)danayat (4) UUD 1945. Terhdap dalil tersebut, Mahkamahmempertimbangkan sebagai berikut:

Pasal 82 pada pokoknya memerintahkan supaya setiapkoperasi dalam Anggaran Dasarnya (AD) menentukan jeniskoperasi, yang didasarkan pada kesamaan kegiatan usahadan/atau kepentingan ekonomi anggota. Pasal 83 dan Pasal 84pada pokoknya menentukan dalam merumuskan kegiatannyajenis koperasi terdiri dari: (i) koperasi konsumen; (ii) koperasiprodusen; (iii) koperasi jasa; dan (iv) koperasi simpan pinjam;

17

Ketentuan dalam tiga pasal tersebut, menurut Mahkamah,mengandung pengertian pembatasan jenis kegiatan usaha yangdapat dilakukan oleh koperasi. Dengan adanya pembatasantersebut maka pengertian ikutannya secara normatif adalahbahwa (i) kegiatan usaha koperasi hanya ada empat jenis yangditentukan; dan (ii) koperasi hanya boleh memilih salah satu dariempat jenis kegiatan usaha yang telah ditentukan;

Menurut Mahkamah, membatasi jenis kegiatan usahakoperasi hanya empat jenis telah memasung kreativitas koperasiuntuk menentukan sendiri jenis kegiatan usaha, yang bisa jadi,berseiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,budaya, dan ekonomi, berkembang pula jenis kegiatan usahauntuk memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Terlebih lagi,manakala ketentuan tersebut dimaknai bahwa satu koperasi harusmemilih satu jenis kegiatan usaha. Ketentuan tersebut tidaksesuai dengan aspek empirik dari kegiatan usaha koperasi yangtelah berjalan, yang berarti dengan ketentuan tersebut koperasiyang telah menjalankan kegiatan serba usaha harus menutupkegiatan usaha yang lain dan harus memilih satu jenis sajakegiatan usahanya. Padahal, banyak koperasi serba usaha (multipurpose cooperative) justru berhasil [videketerangan ahliM.Fathorrazi].Apalagi untuk koperasi yang berskala kecil yangkebanyakan berada di pedesaan tidak mungkin mendirikankoperasi hanya dengan satu jenis usaha tertentu, melainkan harusmerupakan koperasi serba usaha, baik karena keterbatasanmodal, pengurus, anggota, dan jaringan. Oleh karena itu, jikapembatasan jenis usaha koperasi diberlakukan maka hal ini dapatmengancam fleksibilitas usaha dan pengembangan usahakoperasi. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa koperasiakan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan paraanggota, misalnya, koperasi konsumen yang kemudianberkembang dan bertambah menjadi koperasi produsen. Dengandemikian, membatasi jenis usaha koperasi dengan menentukansatu jenis usaha koperasi (single purpose cooperative)bertentangan dengan hakikat koperasi sebagai suatu organisasikolektif dengan tujuan memenuhi keperluan hidup untukmencapai kesejahteraan anggota.Seharusnya suatu koperasisebagai usaha bersama diberi keleluasaan berusaha tanpamembatasi satu jenis tertentu.Hal tersebut bukanlah berarti tidakboleh mendirikan suatu koperasi dengan satu jenis usahatertentu, melainkan sangat tergantung pada kehendak paraanggota sesuai kebutuhan yang dihadapinya. Hal ini pun berlakupada Perseroan Terbatas, yang dalam Undang-Undang PerseroanTerbatas tidak membatasi jenis usaha setiap satu PerseroanTerbatas harus satu jenis usaha.Lagipula, salah satu fungsi

18

koperasi adalah merasionalisasi ekonomi dengan memendekkanjalur perekonomian sehingga dapat mensejahterakan anggotanya.Fungsi ini tidak akan dapat tercapai jika ada pembatasan jenisusaha.Dengan demikian dalil para Pemohon beralasan menuruthukum;

[3.24] Menimbang, berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, olehkarena pengertian koperasi sebagaimana diatur dalam UU17/2012, filosofinya telah ternyata tidak sesuai dengan hakikatsusunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkanasas kekeluargaan yang termuat di dalam Pasal 33 ayat (1) UUD1945 sebagaimana dipertimbangkan di atas. Demikian pulapengertian tersebut telah ternyata dielaborasi dalam pasal-pasallain di dalam UU 17/2012, sehingga di suatu sisi mereduksi ataubahkan menegasikan hak dan kewajiban anggota denganmenjadikan kewenangan pengawas terlalu luas, dan skemapermodalan yang mengutamakan modal materiil dan finansialyang mengesampingkan modal sosial yang justru menjadi cirifundamental koperasi sebagai suatu entitas khas pelaku ekonomiberdasarkan UUD 1945. Pada sisi lain koperasi menjadi sama dantidak berbeda dengan Perseroan Terbatas, sehingga hal demikiantelah menjadikan koperasi kehilangan ruh konstitusionalnyasebagai entitas pelaku ekonomi khas bagi bangsa yang berfilosofigotong royong. Dengan demikian, menurut Mahkamah, meskipunpermohonan para Pemohon hanya mengenai pasal tertentu,namun oleh karena pasal tersebut mengandung materi muatannorma substansial yang menjadi jantung UU 17/2012, sehinggajikapun hanya pasal-pasal tersebut dinyatakan bertentangandengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukummengikat maka akan menjadikan pasal-pasal yang lain dalam UU17/2012 tidak dapat berfungsi lagi. Oleh karena itu permohonanpara Pemohon harus dinyatakan beralasan menurut hukum untukseluruh materi muatan UU 17/2012;

[3.25] Menimbang, berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut di atasdan untuk menghindari kevakuman hukum di bidang koperasiyang dapat menimbulkan ketidakpastian dan ketidakadilan makauntuk sementara waktu, sebelum terbentuknya Undang-Undangtentang perkoperasian sebagai pengganti Undang-Undang a quomaka demi kepastian hukum yang adil Undang-Undang Nomor 25Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3502) berlaku untuk sementara waktu;

9. KETUA: HAMDAN ZOELVA

19

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikandi atas, Mahkamah berkesimpulan:[4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo;[4.2] Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon IV tidak memiliki

kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukanpermohonan a quo;

[4.3] PemohonIII, Pemohon V, Pemohon VI, Pemohon VII, danPemohon VIII memiliki kedudukan hukum (legal standing) untukmengajukan permohonan a quo;

[4.4] Pokok permohonan para Pemohonberalasan menurut hukumuntuk seluruh materi muatan Undang-Undang a quo.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5226),dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5076);

AMAR PUTUSAN Mengadili,

Menyatakan:

1. Permohonan Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon IV tidak dapatditerima;

2. Mengabulkan permohonan Pemohon III, Pemohon V, Pemohon VI,Pemohon VII, dan Pemohon VIII;2.1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355)bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negera RepublikIndonesia Tahun 1945;

2.2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355)tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

2.3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502)berlaku untuk sementara waktu sampai dengan terbentuknyaUndang-Undang yang baru;

20

3. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RepublikIndonesia sebagaimana mestinya;

Demikian diputuskan dalam RapatPermusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu HamdanZoelva selaku Ketua merangkap Anggota, Arief Hidayat, MuhammadAlim, Maria Farida Indrati, Harjono, Anwar Usman, Ahmad FadlilSumadi, dan Patrialis Akbar, masing-masing sebagai Anggota, pada hariSenin, tanggal tiga, bulan Februari, tahun dua ribu empat belas, dandiucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untukumum pada hari Rabu, tanggal dua puluh delapan, bulan Mei, tahun duaribu empat belas, selesai diucapkan pukul 09.30 WIB, oleh sembilanHakim Konstitusi yaitu Hamdan Zoelva selaku Ketua merangkap Anggota,Arief Hidayat, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, Anwar Usman,Ahmad Fadlil Sumadi, Patrialis Akbar, Wahiduddin Adams, dan Aswanto,masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Cholidin Nasir sebagaiPanitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Pemerintah atauyang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili.

Selanjutnya Putusan Nomor 60.

PUTUSANNomor 60/PUU-XI/2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2002 tentang Perkoperasian terhadapUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,yang diajukan oleh:

[1.2] 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam hal ini diwakili oleh:Nama : Dwi AstutiWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ketua Pengurus Yayasan Bina Desa

SadajiwaAlamat : Jalan Saleh Abud Nomor 18, RT. 013/RW.

008, Kelurahan Bidara Cina, KecamatanJatinegara, Jakarta Timur

Disebut -------------------------------------------------- Pemohon I;2.Koperasi Karya Insani, dalam hal ini diwakili oleh:

Nama : Yuyu RahayuWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ketua Koperasi Karya Insani

KETUK PALU 1X

21

Alamat : Jalan Saleh Abud Nomor 18–19, RT.023/RW. 008, Kelurahan Bidara Cina,Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

Disebut ------------------------------------------------- Pemohon II;3. Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga, dalam

hal ini diwakili oleh:Nama : Ir. ZulminarniWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ketua PengurusAlamat : Duren Sawit Asri, Kav. 1, Jalan Lapangan I

Nomor 2A, Rawa Domba, Duren Sawit,Jakarta Timur 13440

Disebut ------------------------------------------------ Pemohon III;4. Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK),

dalam hal ini diwakili oleh:Nama : Ny. Endang SusilowatiWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ketua Pengurus Komite Eksekutif Nasional

Asosiasi Pendamping Perempuan UsahaKecil (ASPPUK)

Alamat : Jalan Danau Poso Nomor 5, Pagutan, RT 8,Kelurahan Pagutan Barat, KecamatanMataram, Kota Mataram, Nusa TenggaraBarat

Disebut ------------------------------------------------- Pemohon IV;5. Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW),

dalam hal ini diwakili oleh:Nama : Ir. Kodar Tri Wusaningsih, MSWarga Negara : IndonesiaJabatan : Sekretaris Badan PengurusAlamat : Jalan Balimbing I, Blok E2, Nomor 19, RT

002, RW 013, Kelurahan Tegal Gundil,Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor

Disebut -------------------------------------------------- Pemohon V;6. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Koperasi (LePPek),

dalam hal ini diwakilih oleh :Nama : SurotoWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ketua Yayasan Lembaga Pengkajian dan

Pengembangan KoperasiAlamat : Jalan Pamujan Baru I, Nomor 50, RT

05/010, Teluk, Purwokerto Selatan,Banyumas Jawa Tengah

Nama : Sukma Fitri AstutiWarga Negara : Indonesia

22

Jabatan : Bendahara Yayasan Lembaga Pengkajiandan Pengembangan Koperasi

Alamat : Jalan PLK Duren Tiga, RT/RW 008/005,Kelurahan Duren Tiga, KecamatanPancoran, Jakarta Selatan

Disebut ------------------------------------------------- Pemohon VI;7. Nama: Wigatiningsih

Warga Negara : IndonesiaPekerjaan : WiraswastaAlamat : Jalan Tugu RT. 004/RW. 004, Cipayung,

Jakarta TimurDisebut ------------------------------------------------ Pemohon VII;

8. Nama :Sri Agustin TrisnantariWarga Negara : IndonesiaJabatan : Ibu Rumah TanggaAlamat : Bukit Duri Tanjakan Batu Nomor 21, RT.

01/RW. 008, Bukit Duri, Tebet, JakartaSelatan

Disebut ----------------------------------------------- Pemohon VIII;9. Nama :Sabiq Mubarok

Warga Negara : IndonesiaJabatan : WartawanAlamat : Jalan Saleh Abud Nomor 19, RT. 13/RW.

08, Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur Disebut ------------------------------------------------ Pemohon IX;

10. Nama :Maya Saphira, S.EWarga Negara : IndonesiaJabatan : Karyawan SwastaAlamat : Jalan Duren Tiga Barat VI, RT. 05/RW. 02,

Duren Tiga, Pancoran, Jakarta SelatanDisebut -------------------------------------------------- Pemohon X;

11. Nama : Chaerul UsmanWarga Negara : IndonesiaJabatan : Karyawan SwastaAlamat : Jalan Saleh Abud Nomor 19, RT. 13/RW.

08, Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta TimurDisebut ------------------------------------------------- Pemohon XI;

Dalam hal ini berdasarkan surat kuasa khusus bertanggal 21Maret 2013 memberi kuasa kepada Febi Yonesta, S.H., AhmadBiky, S.H., Restaria F. Hutabarat, S.H., M.A., Maruli TuaRajagukguk, S.H., Edy Halomoan Gurning, S.H., Pratiwi Febry,S.H., Muhamad Isnur, S.H.I., Sidik, S.H.I., Tommy Albert M.Tobing, S.H., Yunita, S.H., Alghiffari Aqsa, S.H., Arif Maulana,S.H., M.H., Handika Febrian, S.H., dan Sudiyanti, S.H., semuanyaadalah Advokat dan Asisten Pengacara Publik dari Lembaga

23

Bantuan Hukum (LBH Jakarta), yang beralamat di JalanDiponegoro Nomor 74, Jakarta Pusat;Berdasarkan surat kuasa subtitusi dari Tommy Albert Tobing,S.H., dan Yunita, S.H., bertanggal 15 Juli 2013 memindahkan ataumengalihkan kuasa yang telah diberikan oleh pemberi kuasakepada Nelson Nikodemus Simamora, S.H., dan Rachmawati Putri,S.H., keduanya adalah Pengacara Publik LBH Jakarta, beralamat diJalan Diponegoro Nomor 74 Jakarta Pusat;Selanjutnya disebut sebagai ------------------------- para Pemohon;

[1.3] Membaca permohonan para Pemohon;Mendengar keterangan para Pemohon;Mendengar dan membaca keterangan Presiden;Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat;Mendengar dan membaca keterangan saksi dan ahli paraPemohon;Mendengar dan membaca keterangan ahli Presiden;Membaca keterangan ahli Ad Informandum Pemohon;Membaca keterangan Pihak Terkait Ad Informandum;Memeriksa bukti-bukti Pemohon;Membaca kesimpulan Pemohon, Pemerintah, dan Pihak Terkait AdInformandum;

10. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI

Pendapat Mahkamah

[3.14] Menimbang bahwa setelah Mahkamah mencermati dengansaksama permohonan dari para Pemohon,bukti surat/tulisan daripara Pemohon (bukti P-1 sampai dengan bukti P-27), keterangansaksi dan keterangan ahli dari para Pemohon, keterangan lisandan keterangan tertulis dari Presiden, dan DPR, keterangan AdInformandum dari Pihak Terkait, dan kesimpulan tertulis dari paraPemohon, Presiden, dan Ad Informandum dari PihakTerkaitsebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berpendapatsebagai berikut:

[3.15] Menimbang bahwa pasal-pasal yang dimohonkan pengujiankonstitusionalitasnya oleh para Pemohon terdapat di dalamUndang-Undang yang sama dengan permohonan yang telahdipertimbangkan dan diputus Mahkamah dalam Putusan Nomor28/PUU-XI/2013, bertanggal 28 Mei 2014, pukul 09.30 WIB.Dengan demikian maka permohonan Pemohon telah kehilanganobjeknya. Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat finalsebagaimana ditentukan dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945,yang dimuat kembali dalam Pasal 10 ayat (1) UU MK, dan selainitu juga bersifat erga omnes. Artinya, putusan tersebut berlakuumum yang mengikat seluruh warga negara termasuk Pemohon.

24

Meskipun permohonan Pemohon kehilangan objek, namun yangdimohonkan oleh Pemohon serta alasan-alasan dan bukti-buktiyang telah diajukan oleh Pemohon dalam persidangan telahdipertimbangkan dan diputus Mahkamah dalam Putusan Nomor28/PUU-XI/2013, bertanggal 28 Mei 2014, sehingga pertimbangandan putusan tersebut mutatis mutandis berlaku juga terhadappermohonan a quo.

11. KETUA: HAMDAN ZOELVA

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum tersebut di atas,Mahkamah berkesimpulan bahwa:[4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan para

Pemohon;[4.2] Para Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing)

untuk mengajukan permohonan a quo;[4.3] Permohonan para Pemohon telah kehilangan objek;

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5226), dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5076);

AMAR PUTUSANMengadili,

Menyatakan permohonan para Pemohon tidak dapat diterima

Demikian diputuskan dalam RapatPermusyawaratan Hakim oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu HamdanZoelva selaku Ketua merangkap Anggota, Arief Hidayat, Maria FaridaIndrati, Harjono, Muhammad Alim, Anwar Usman, Ahmad Fadlil Sumadi,dan Patrialis Akbar, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Senin,tanggal tiga, bulan Februari, tahun dua ribu empat belas, dan diucapkandalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hariRabu, tanggal dua puluh delapan, bulan Mei, tahun dua ribu empatbelas, selesai diucapkan pukul 09.35 WIB, oleh sembilan HakimKonstitusi yaitu Hamdan Zoelva selaku Ketua merangkap Anggota, Arief

KETUK PALU 1X

25

Hidayat, Maria Farida Indrati, Muhammad Alim, Anwar Usman, AhmadFadlil Sumadi, Patrialis Akbar, Wahiduddin Adams, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Sunardi sebagai PaniteraPengganti, serta dihadiri oleh para Pemohon/kuasanya, Presiden atauyang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili.

Selanjutnya Permohonan Nomor 65.

PUTUSANNomor 65/PUU-XI/2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian terhadapUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,yang diajukan oleh:

[1.2] 1.Dewan Pengurus Koperasi Usaha Pemuda – Komite NasionalPemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi, berdasarkan AktaPendirian Nomor 6 tanggal 19 Juli 2012 Notaris Pembuat AktaKoperasi Evienty Zahar,S.H.,M.Kn. berkedudukan di Lantai DasarGedung Pasar Atas Baru Kota Cimahi, Kelurahan Cimahi,Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, telah mendapatkanKeputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Republik IndonesiaNomor128/KOPINDAGTAN/BH/XIII/24/VIII/2012 tentangPengesahan Akta Pendirian Koperasi, dan telah mendapatkan ijindari Pemerintah Kota Cimahi Dinas Koperasi UMKM PerindustrianPerdagangan dan Pertanian berupa: Surat Ijin Usaha JasaKeuangan Syariah, Nomor518/1193/SIUJKS/Kopindagtan/IX/2012, dalam hal iniberdasarkan Surat Kuasa yang diberikan oleh Pengurus Unit JasaKeuangan Syariah Koperasi Usaha Pemuda – Komite NasionalPemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi tertanggal 15 Juli 2013maka berhak diwakili oleh Yudha Indrapraja dalam kedudukannyasebagai Ketua Dewan Pengurus Koperasi Usaha Pemuda – KomiteNasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi, oleh karenanyasah untuk dan atas nama Pengurus Unit Jasa Keuangan SyariahKoperasi Usaha Pemuda – Komite Nasional Pemuda Indonesia(KNPI) Kota Cimahi;

sebagai ---------------------------------------------------------Pemohon I;

2. Nama : Iwan DermawanPekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Jalan Margaluyu Nomor 2B, RT 007, RW

26

002, Kelurahan Cimahi, Kecamatan CimahiTengah, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat;

sebagai ------------------------------------------------ Pemohon II; 3. Nama : Mohamad Hatta Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Perumnas Cijerah II Blok 12 Nomor 17, RT

01, RW 7, Kelurahan Melong, KecamatanCimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi JawaBarat;

sebagai ------------------------------------------------ Pemohon III; 4. Nama : Jhon Iqbal Farabi Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jalan Lurah Nomor 76, RT 002, RW 003,

Kelurahan Karangmekar, Kecamatan CimahiTengah, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat;

sebagai --------------------------------------------------Pemohon IV; 5. Nama : Ai Rukmintarsih Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Alamat : Jalan Margaluyu Nomor 266, RT 001, RW

002, Kelurahan Cimahi, Kecamatan CimahiTengah, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat;

sebagai ---------------------------------------------------Pemohon V; 6. Nama : Seno Wijayanto Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Padasuka Indah Blok F-3 Nomor 2, RT 007,

RW 009, Desa Gadobangkong, KecamatanNgamprah, Kabupaten Bandung Barat,Provinsi Jawa Barat;

sebagai ------------------------------------------------- Pemohon VI; 7. Nama : Husni Farhani Mubarak

Pekerjaan : Dosen Alamat : Jalan Terusan Pesantren VII-97, RT

002/RW 016, Kelurahan Sukamiskin,Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung,Provinsi Jawa Barat

sebagai -------------------------------------------------Pemohon VII; 8. Nama : Budi Miftahudin Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat : Jalan Karya Bhakti Nomor I/98, RT 001, RW

016, Kelurahan Cipageran, KecamatanCimahi Utara, Kota Cimahi, Provinsi JawaBarat;

sebagai ----------------------------------------------- Pemohon VIII; 9. Nama : Indra Budi Jaya Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum

27

Fakultas Syariah dan Hukum UniversitasIslam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Alamat : Kampung Bojong, RT 001/RW 003, DesaCigentur, Kecamatan Paseh, KabupatenBandung, Provinsi Jawa Barat;

sebagai --------------------------------------------------Pemohon IX; 10. Nama : Tayep Suparli Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Muamalah

Fakultas Syariah dan Hukum UniversitasIslam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Alamat : Kampung Bunikasih, RT 012/RW 013, DesaSukamanah, Kecamatan Cikadu, KabupatenCianjur, Provinsi Jawa Barat;

sebagai -------------------------------------------------- Pemohon X; 11. Nama : Fahadil Amin Alhasan Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Muamalah

Fakultas Syariah dan Hukum UniversitasIslam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Alamat : Kampung Sukamanah, RT 004/RW 014,Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey,Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat;

sebagai ------------------------------------------------- Pemohon XI; 12. Nama : Muhammad Kurnia Fawzi Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum,

Fakultas Syariah dan Hukum UniversitasIslam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Alamat : Jalan Leuwi Sari II Nomor 29, RT 003/RW008, Kelurahan Kebon Lega, KecamatanBojong Loa Kidul, Kota Bandung, ProvinsiJawa Barat;

sebagai -------------------------------------------------Pemohon XII; 13. Nama : Fikri Ahmad Taufik Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Muamalah,

Fakultas Syariah dan Hukum UniversitasIslam negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Alamat : Jalan Kembar Baru Utara I Nomor 18, RT004/RW 011, Kelurahan Cigereleng,Kecamatan Regol, Kota Bandung, ProvinsiJawa Barat;

sebagai ----------------------------------------------- Pemohon XIII;Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 15 Juli 2013Pemohon III, Pemohon IV, dan Pemohon V memberi kuasa kepadaYudha Indrapraja, Ketua Dewan Pengurus Koperasi Usaha Pemuda KNPIKota Cimahi, beralamat di Kantor Usaha Pemuda Komite NasionalPemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi, Lantai Dasar Gedung Pasar Atas

28

Baru Kota Cimahi, Jalan Kolonel Masturi Nomor 121, Kelurahan Cimahi,Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, bertindak untuk dan atas namapemberi kuasa;

Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------------para Pemohon;

[1.3] Membaca permohonan para Pemohon;Mendengar keterangan para Pemohon;Mendengar dan membaca keterangan Presiden;Membaca keterangan tertulis Dewan Perwakilan Rakyat;Mendengar dan membaca keterangan tertulis ahli para Pemohon dan

Presiden;Memeriksa bukti-bukti para Pemohon;

Membaca kesimpulan tertulis para Pemohon dan Presiden.

12. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO

Pendapat Mahkamah

[3.12] Menimbang bahwa setelah Mahkamah mencermati dengansaksama permohonan dari para Pemohon, bukti surat/tulisan daripara Pemohon (bukti P-1 sampai dengan bukti P-22), keteranganahli dari para Pemohon dan Presiden, keterangan lisan danketerangan tertulis dari Presiden, keterangan tertulis dari DewanPerwakilan Rakyat, serta kesimpulan tertulis dari para Pemohon,Presiden sebagaimana telah diuraikan dalam Duduk Perkara,Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

[3.13] Menimbang bahwa pasal-pasal yang dimohonkan pengujiankonstitusionalitasnya oleh para Pemohon terdapat di dalamUndang-Undang yang sama dengan permohonan yang telahdipertimbangkan dan diputus Mahkamah dalam Putusan Nomor28/PUU-XI/2013, bertanggal 28 Mei 2014, pukul 09.30 WIB.Dengan demikian maka permohonan para Pemohon telahkehilangan objeknya. Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat finalsebagaimana ditentukan dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945,yang dimuat kembali dalam Pasal 10 ayat (1) UU MK, dan selainitu juga bersifat erga omnes. Artinya, putusan tersebut berlakuumum yang mengikat seluruh warga negara termasuk paraPemohon. Meskipun permohonan para Pemohon kehilanganobjek, namun yang dimohonkan oleh para Pemohon serta alasan-alasan dan bukti-bukti yang telah diajukan oleh para Pemohondalam persidangan telah dipertimbangkan dan diputus Mahkamahdalam Putusan Nomor 28/PUU-XI/2013, bertanggal 28 Mei 2014,sehingga pertimbangan dan putusan tersebut mutatis mutandisberlaku juga terhadap permohonan a quo.

13. KETUA: HAMDAN ZOELVA

29

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamahberkesimpulan bahwa:[4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo;[4.2] Para Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing)

untuk mengajukan permohonan a quo;[4.3] Permohonan para Pemohon telah kehilangan objek.Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5226), Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5076).

AMAR PUTUSANMengadili,

Menyatakan permohonan para Pemohon tidak dapatditerima

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim olehdelapan Hakim Konstitusi yaitu Hamdan Zoelva selaku Ketua merangkapAnggota, Arief Hidayat, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, Harjono,Anwar Usman, Ahmad Fadlil Sumadi, dan Patrialis Akbar, masing-masingsebagai Anggota, pada hari Senin, tanggal tiga, bulan Februari, tahundua ribu empat belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno MahkamahKonstitusi terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal dua puluhdelapan, bulan Mei, tahun dua ribu empat belas, selesai diucapkan pukul09.40 WIB, oleh sembilan HakimKonstitusiyaitu Hamdan Zoelva,selakuKetuamerangkapAnggota, Arief Hidayat, Maria Farida Indrati,Ahmad Fadlil Sumadi, Muhammad Alim, Anwar Usman, Aswanto,Wahiduddin Adam dan Patrialis Akbar, masing-masingsebagaiAnggota,dengan didampingi oleh Ida Ria Tambunan sebagai Panitera Pengganti,serta dihadiri oleh Presiden atau yang mewakili dan Dewan PerwakilanRakyat atau yang mewakili, tanpa dihadiri para Pemohon atau kuasanya;

Terakhir Putusan Nomor 22.

KETUK PALU 1X

30

PUTUSANNomor 22/PUU-XII/2014

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presidendan Wakil Presiden terhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh:

[1.2] Nama : Ifdhal Kasim, S.H.Pekerjaan : Pengacara

Alamat : Jalan Kembang 1 Nomor 1, RT 005 RW 013,Pancoran Mas, Depok.

sebagai --------------------------------------------------------------Pemohon I;Nama : Supriyadi Widodo Eddyono, S.H.Pekerjaan : Advokat pada Indonesian Institute for

Constitutional DemocracyAlamat : Jalan Teratai XV Blok Q No 6 Tanjung Barat

Indah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

sebagai -------------------------------------------------------------Pemohon II;Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 23 Januari2014, memberi kuasa kepada Wahyudi Djafar, S.H., Anggara, S.H.,Erasmus Napitupulu, S.H., dan Rully Novian, S.H.,pengacara publik yangmemilih domisili hukum pada Indonesian Institute for ConstitutionalDemocracy (IICD), yang beralamat di Jalan Cempaka Nomor 4, PasarMinggu, Jakarta Selatan, bertindak untuk dan atas nama pemberikuasa;Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------para Pemohon;

[1.3] Membaca permohonan para Pemohon;Mendengar keterangan para Pemohon;Mendengar keterangan Presiden;Memeriksa bukti-bukti para Pemohon;

14. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Pendapat Mahkamah

[3.14] Menimbang bahwa hak warga negara untuk memilih dan dipilihadalah hak yang dijamin oleh konstitusi, Undang-Undang, maupunkonvensi internasional. Konstitusi sebagaimana disebutkan dalamPasal 27 ayat (1) UUD 1945 mengatur bahwa, “Segala warga

31

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum danpemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itudengan tidak ada kecualinya”. Jaminan persamaan di depanhukum ini dimuat kembali dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945yang menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil sertaperlakuan yang sama di hadapan hukum”. Pasal 28I ayat (2) UUD1945 mengatur bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuanyang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhakmendapatkan perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif itu.

[3.15] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, jelasbahwa setiap warga negara pada dasarnya memiliki hak untukmemilih dan dipilih berdasarkan konstitusi yang menjamin hakmemilih dan dipilih sebagai hak asasi, namun Pasal 260 UU42/2008 yang dimohonkan pengujian konstitusionalitasnya olehpara Pemohon justru memberikan batasan atas hak anggota TNIdan anggota Polri untuk ikut memilih dalam pemilihan umum.Ketentuan pembatasan hak memilih dan dipilih ini juga diaturdalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia (selanjutnya disebut UU Polri) danUndang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara NasionalIndonesia (selanjutnya disebut UU TNI). Dalam Pasal 2 huruf dUU TNI menyatakan, “Tentara Profesional, yaitu tentara yangterlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis,tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikutikebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi,supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional,dan hukum internasional yang telah diratifikasi”. Frasa “tidakberpolitik praktis” dalam ketentuan tersebut, ditegaskan dalamPasal 39 UU TNI yang menyatakan, “Prajurit dilarang terlibatdalam:1. kegiatan menjadi anggota partai politik;2. kegiatan politik praktis;3. kegiatan bisnis; dan4. kegiatan untuk dipilih menjadi anggota legislatif dalam

pemilihan umum dan jabatan politis lainnya.”Demikian juga bagi anggota Polri, Pasal 28 UU Polri menyatakan,(1)Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam

kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatanpolitik praktis;

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidakmenggunakan hak memilih dan dipilih;

(3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapatmenduduki jabatan di luar kepolisian setelah mengundurkandiri atau pensiun dari dinas kepolisian.

32

Secara historis, UU Polri dan UU TNI mendasarkan padaKetetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TentaraNasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara RepublikIndonesia yang menentukan mengenai netralitas dari TNI danPolri (selanjutnya disebut Tap MPR Nomor VII/2000), Pasal 5 TapMPR tersebut menetapkan mengenai keikutsertaan TNI dalampenyelenggaraan negara, yaitu:

(1) Kebijakan politik negara merupakan dasar kebijakan danpelaksanan tugas Tentara Nasional Indonesia;

(2) Tentara Nasional Indonesia bersikap netral dalam kehidupanpolitik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis;

(3) Tentara Nasional Indonesia mendukung tegaknya demokrasi,menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia;

(4) Anggota Tentara Nasional Indonesia tidak menggunakan hakmemilih dan dipilih. Keikutsertaan Tentara Nasional Indonesiadalam menentukan arah kebijakan nasional disalurkan melaluiMajelis Permusyawaratan Rakyat paling lama sampai dengantahun 2009;

(5) Anggota Tentara Nasional Indonesia hanya dapat mendudukijabatan sipil setelah mengundurkan diri atau pensiun daridinas ketentaraan.

Pasal 10 Tap MPR tersebut juga menetapkan mengenaikeikutsertaan Polri dalam penyelenggaraan negara yaitu:(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam

kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatanpolitik praktis;

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidakmenggunakan hak memilih dan dipilih. KeikutsertaanKepolisian Negara Republik Indonesia dalam menentukan arahkebijakan nasional disalurkan melalui Majelis PermusyawaratanRakyat paling lama sampai dengan tahun 2009;

(3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapatmenduduki jabatan di luar kepolisian setelah mengundurkandiri atau pensiun dari dinas kepolisian.

[3.16] Menimbang bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya,yaitu Putusan Nomor 29/PUU-V/2007, bertanggal 30 April 2008,antara lain, mempertimbangkan, “Derogable rights adalah hak-hak yang masih dapat ditangguhkan, dibatasi, dan/atau dikurangipemenuhannya oleh negara dalam kondisi tertentu. Misalnya, hakkebebasan berekspresi dan hak untuk ikut dalam organisasi.Demikian pula hak untuk bekerja dan hak untuk mendapatkanpendidikan dan berkebudayaan yang termasuk dalam hak-hakekonomi, sosial, dan budaya, juga tidak bersifat absolut. Derogasiini dapat dilakukan oleh negara jika terdapat kasus-kasus

33

pengecualian yang mendasar (highly exceptional cases).Sedangkan non-derogable rights adalah HAM yang tidak dapatdikurangi dalam keadaan apapun, misalnya menurut UDHR adalahhak untuk tidak direndahkan martabatnya sebagai manusia, hakdiakui sebagai pribadi di depan hukum, hak untuk hidup, hakuntuk tidak dituntut oleh hukum yang berlaku surut, dankebebasan berpikir dan berkeyakinan agama.”

UUD 1945 memungkinkan hak asasi manusia dibatasihanya dengan Undang-Undang sebagaimana ditentukan dalamPasal28J ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan, “Dalammenjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tundukkepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undangdengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan sertapenghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untukmemenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatumasyarakat demokratis”.

Selain itu, UUD 1945 juga mengenal adanya hak asasi yangtidak dapat dibatasi, walaupun tidak berlaku mutlak, sebagaimanaditentukan dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan,“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaanpikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidakdiperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surutadalah hak asasi yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.

Berdasarkan putusan Mahkamah dan UUD 1945 tersebutmaka pembatasan hak asasi manusia itu tergantung padasubstansi hak tersebut dan penilaian pembentuk Undang-Undangmengenai keadaan nyata yang terjadi pada suatu negara.Pembatasan tersebut hanya dapat ditetapkan dengan Undang-Undang dengan maksud semata-mata untuk menjaminpengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan oranglain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai denganpertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertibanumum dalam suatu masyarakat demokratis, sebagaimanaditentukan oleh UUD 1945.

Pasal 260 UU 42/2008 yang melarang pengggunaan hakpilih bagi anggota TNI dan anggota Polri sesungguhnya adalahsebuah pembatasan hak. Selanjutnya yang menjadi persoalanadalah apakah hak pilih bagi anggota TNI dan Polri adalah hakyang dapat dibatasi?

Mengenai pembatasan hak, Mahkamah Konstitusi dalamberbagai putusannya telah memberikan pendapat, dalam PutusanNomor 29/PUU-V/2007, tanggal 30 April 2008, Mahkamah

34

mempertimbangkan, antara lain, “negara hanya dapatmengurangi, membatasi atau mengesampingkan hak-hak tertentuapabila dipenuhi syarat sebagai berikut:(1) Sepanjang ada situasi mendesak yang secara resmi dinyatakan

sebagai keadaan darurat yang mengancam kehidupanbernegara;

(2) Penangguhan atau pembarasan tersebut tidak bolehdidasarkan atas agama, suku, ras, etnik, kelompok golongan,status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinanpolitik yang berakibat pengurangan, penyimpangan, ataupenghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hakasasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baikindividual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya;

Dalam Putusan Mahkamah Nomor 013/PUU-I/2003, tanggal23 Juli 2004, Mahkamah berpendapat bahwa semua hak asasidapat dibatasi, kecuali dinyatakan sebaliknya dalam UUD. DalamPutusan Mahkamah Nomor 065/PUU-II/2004, tanggal 3 Maret2005, Mahkamah berpendirian bahwa hak yang tidak dapatdikurangi dalam keadaan apa pun yang ditentukan dalam Pasal28I ayat (1) UUD 1945 haruslah dibaca bersama-sama denganPasal 28J ayat (2) UUD 1945, sehingga Mahkamah berpendirianbahwa hak yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945tidaklah bersifat mutlak. Putusan Mahkamah Nomor 2-3/PUU-V/2007, tanggal 30 Oktober 2007, Mahkamah berpendirian,bahwa hak hidup yang dalam UUD 1945 disebutkan sebagai hakyang tidak dapat dibatasi dalam keadaan apa pun adalah bersifattidak mutlak sebagaimana ketentuan dalam berbagai instrumenhukum internasional yang menunjukkan bahwa pemberlakuanpidana mati atau penghilangan nyawa dibenarkan sepanjangmemenuhi persyaratan atau pembatasan yang ditentukan.Dengan demikian frasa “tidak dapat dikurangi dalam keadaanapapun” dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 tidaklah bersifatmutlak. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 132/PUU-VII/2009,tanggal 29 Desember 2009, mengenai pengujian UU PemiluAnggota DPR, DPD, dan DPRD, antara lain, mempertimbangkan,“berdasarkan perspektif original intent pembentuk UUD 1945,seluruh hak asasi manusia yang tercantum dalam Bab XA UUD1945 keberlakuannya dapat dibatasi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD1945] sebagai pasal penutup dari seluruh ketentuan yangmengatur tentang hak asasi manusia dalam Bab XA UUD 1945tersebut berdasarkan penafsiran sistematis (sistematischeinterpretatie), hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28Asampai dengan Pasal 28I UUD 1945 tunduk pada pembatasanyang diatur dalam Pasal 28J ayat (2) UUD 1945”;

35

[3.17] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamahmasih tetap dalam pendirian bahwa setiap hak asasi manusiadapat dibatasi, dan tidak bersifat mutlak, termasuk hak untukmemilih dan dipilih. Pembatasan yang diatur dalam konstitusiadalah sebagaimana disebutkan dalam Pasal28J ayat (2) UUD1945 menegaskan, “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkandengan undang-undang dengan maksud semata-mata untukmenjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dankebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adilsesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”. Pasal28J ayat (2) UUD 1945 merupakan pasal penutup dari seluruhketentuan mengenai hak asasi manusia yang diatur dalam Bab XAUUD 1945, sehingga seluruh hak asasi manusia yang diatur dalamBab XA UUD 1945 tunduk pada pembatasan yang ditentukandalam Pasal 28J ayat (2) UUD 1945;

[3.18] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,UU Polri dan UU TNI yang mengatur mengenai larangan untukberpolitik praktis dan UU Pemilihan Umum Lembaga Perwakilanserta UU Pemilihan Umum Presiden yang mengatur bahwaanggota TNI dan anggota Polri tidak menggunakan haknya untukmemilih adalah merupakan pilihan kebijakan pembentuk Undang-Undang. Pasal 30 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, “Usahapertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistempertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara NasionalIndonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagaikekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung”.Adapun Pasal 30 ayat (4) UUD 1945 menyatakan, “KepolisianNegara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjagakeamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”.Menurut Mahkamah, oleh karena tugas TNI dan Polri yang sangatstrategis tersebut memerlukan sikap netral dalam politik praktismaka Pasal 260 UU 42/2008 adalah kebijakan politik pembentukUndang-Undang yang tidak bertentangan dengan UUD 1945;

Keterangan Presiden yang disampaikan dalam persidanganMahkamah juga menegaskan mengenai pentingnya netralitasanggota TNI dan anggota Polri, mengingat keberadaan TNI danPolri dibutuhkan dari tingkat pusat sampai tingkat desa. TNI danPolri tersebut pada intinya menjalankan fungsi stabilitas dalampertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia,bukan sebagai pelaku politik praktis. Di samping itu menurutPresiden, penegasan tersebut untuk menghindari terjadinyakonflik internal di dalam lembaga TNI atau Polri mengingat

36

beberapa calon presiden dan tokoh partai politik dapat berasaldari anggota TNI maupun anggota Polri yang telah mengundurkandiri atau telah pensiun. Untuk menjaga eksistensi TNI dan Polrisebagai aparatur pertahanan dan keamanan maka menurutPresiden adalah tepat jika TNI dan Polri tetap netral dalamPemilihan Umum Presiden Tahun 2014.

[3.19] Menimbang bahwa pentingnya netralitas anggota TNI dan Polrisebagaimana termaktub dalam Pasal 260 UU 42/2008 denganmenyatakan bahwa anggota TNI dan Polri tidak menggunakanhaknya untuk memilih, sesungguhnya merupakan pengakuanbahwa anggota TNI dan Polri pada dasarnya memiliki hak untukmemilih sebagaimana warga negara Indonesia lainnya, namunfrasa “tidak menggunakan haknya untuk memilih” justrumenegaskan sikap yang harus diambil oleh para anggota TNI danPolri untuk netral;

[3.20] Menimbang bahwa Pasal 260 UU 42/2008 yang menyebutkan,“Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota KepolisianNegara Republik Indonesia tidak menggunakan haknya untukmemilih”, menurut Mahkamah justru tidak memberikan kepastianhukum karena dengan demikian, dalam Pemilihan Umum Presidendan Wakil Presiden yang akan berlangsung pada tahun 2014ketentuan a quo tidak berlaku, atau anggota TNI dan anggotaPolri dapat menggunakan hak pilihnya, dan tidak perlu lagimenjaga netralitasnya. Hal tersebut tidak sesuai denganpertimbangan Mahkamah di atas, sehingga menurut Mahkamahuntuk menghindari ketidakpastian hukum yang justrubertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, frasa “tahun2009” dalam Pasal 260 UU 42/2008 harus dibaca sebagaimanaamar dalam putusan ini. Dengan demikian permohonan paraPemohon beralasan menurut hukum.

15. KETUA : HAMDAN ZOELVA

KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikandi atas, Mahkamah berkesimpulan:[4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo;[4.2] Para Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing)

untuk mengajukan permohonan a quo;[4.3] Pokok permohonan para Pemohon beralasan menurut hukum

untuk seluruhnya;Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

37

Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5226),dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5076);

AMAR PUTUSAN Mengadili,

Menyatakan:1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;

1.1. Frasa “tahun 2009” dalam Pasal 260 Undang-Undang Nomor 42Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4924) bertentangan dengan Undang-Undang DasarNegara Republik IndonesiaTahun 1945, sepanjang tidakdimaknai “tahun 2014”;

1.2. Frasa “tahun 2009” dalam Pasal 260 Undang-Undang Nomor 42Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4924) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,sepanjang tidak dimaknai “tahun 2014”;

2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RepublikIndonesia sebagaimana mestinya.

38

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim olehsembilan Hakim Konstitusi,yaitu Hamdan Zoelva selaku Ketua merangkapAnggota, Arief Hidayat, Patrialis Akbar, Ahmad Fadlil Sumadi, AnwarUsman, Maria Farida Indrati, Muhammad Alim, Aswanto, dan WahidudinAdams, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu, tanggal duapuluh satu, bulan Mei, tahun dua ribu empat belas, dan diucapkan dalamSidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Rabu,tanggal dua puluh delapan, bulan Mei, tahun dua ribu empat belas,selesai diucapkan pukul 09.52 WIB, oleh sembilan Hakim Konstitusi,yaituHamdan Zoelva selaku Ketua merangkap Anggota, Arief Hidayat, PatrialisAkbar, Ahmad Fadlil Sumadi, Anwar Usman, Maria Farida Indrati,Muhammad Alim, Aswanto, dan Wahidudin Adams, masing-masingsebagai Anggota, dengan didampingi oleh Yunita Rhamadani sebagaiPanitera Pengganti, dihadiri oleh para Pemohon, Presiden/yang mewakili,dan Dewan Perwakilan Rakyat/yang mewakili.

Jakarta, 28Mei 2014Kepala Sub Bagian Risalah,

t.t.d

Rudy HeryantoNIP. 19730601200604 1 004

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.00 WIB

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di MahkamahKonstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.