pengujian kausalitas granger antara nilai tukar, suku bunga deposito dan harga saham di lima...

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan di Asia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini disebabkan oleh beberapa faktor. Pemicu awal krisis ini ditandai oleh penurunan nilai mata uang regional terhadap Dollar AS sejak tahun 1995. Hal ini ditambah dengan adanya guncangan ekternal seperti penurunan nilai ekspor sejak tahun 1996 di wilayah Asia yang membawa kecemasan terhadap pembiayaan neraca transaksi berjalan yang defisit yang mengarah pada akumulasi pinjaman jangka pendek dan penurunan nilai mata uang. Penambahan pinjaman jangka pendek oleh sektor swasta

Upload: contoh-makalah-skripsi-dan-tesis

Post on 28-Jul-2015

643 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER PERIODE 1995.1 – 2004.6Baca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.com

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan di Asia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini

disebabkan oleh beberapa faktor. Pemicu awal krisis ini ditandai oleh

penurunan nilai mata uang regional terhadap Dollar AS sejak tahun

1995. Hal ini ditambah dengan adanya guncangan ekternal seperti

penurunan nilai ekspor sejak tahun 1996 di wilayah Asia yang

membawa kecemasan terhadap pembiayaan neraca transaksi

berjalan yang defisit yang mengarah pada akumulasi pinjaman

jangka pendek dan penurunan nilai mata uang. Penambahan

pinjaman jangka pendek oleh sektor swasta mulanya memang tidak

mengkhawatirkan, mengingat nilai valas yang stabil dan

kemampuan ekspor yang baik, akan mampu membayar pinjaman

tersebut. Namun saat kegiatan perekonomian menurun dan krisis

Page 2: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I PENDAHULUAN

mata uang mulai tampak, terjadi penekanan kemampuan

pembayaran pinjaman oleh sektor swasta domestik.

Sampai pada pertengahan dekade 1990, modal dan hutang

internasional masuk dengan deras ke dalam negara-negara di Asia.

Namun pengalokasian yang lebih banyak pada sektor non-

perdagangan dan beresiko tinggi, seperti properti dan pasar saham,

membuat tingkat pengembalian oleh penghutang domestik lebih

sulit untuk dilakukan saat terjadi penurunan kegiatan ekonomi dan

melonjaknya suku bunga domestik.

Tertekannya tingkat kemampuan pengembalian oleh

penghutang domestik terlihat dari menurunnya peringkat kredit oleh

para pemeringkat kredit internasional. Tingkat krisis di kawasan

Asean yang semakin memanas meningkatkan resiko dan merusak

sentimen pasar maupun kepercayaan investor. Maka aliran modal

yang masuk berubah menjadi penarikan modal besar-besaran

(masive capital outflow) oleh para investor.

Serangan spekulatif terhadap sejumlah mata uang Asia,

kerapuhan mekanisme pasar serta kerapuhan sistem perbankan

merupakan pemicu dari krisis, namun mendalamnya efek penularan

(contagion effect) sangat menentukan aliran arus balik modal yang

2

Page 3: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I PENDAHULUAN

menjadikan kerawanan pada pasar finansial di Asia. Tekanan yang

berawal dari currency turmoil yang melanda Thailand segera

menyebar ke Indonesia dan negara Asean lainnya sehubungan

dengan karakteristik perekonomian yang mirip1.

Pada awalnya upaya menstabilkan mata uang dan menahan

tekanan spekulatif di pasar uang dan bursa saham di beberapa

negara anggota Asean, seperti Indonesia dan Malaysia, dilakukan

dengan melakukan intervensi langsung di pasar valas, menaikan

suku bunga dan menerapkan beberapa pembatasan aliran uang

serta kontrol devisa2. Namun intervensi di pasar valas telah

menyebabkan cadangan devisa negara habis karena ekspor yang

sedang melemah tidak dapat dijadikan andalan sebagai sumber

pemasukan devisa. Melemahnya nilai tukar domestik telah

memberikan dampak serius pada kegiatan ekonomi riil, khususnya

usaha yang tergantung pada bahan baku impor dan pembiayaan

non-rupiah. Sedangkan tindakan pemerintah untuk menaikkan

tingkat suku bunga guna menopang nilai mata uang menyebabkan

1 Soedradjad Djiwandono. 11 Agustus 1998. The Rupiah – One Year After The Float. Pointers for an address to be delivered at a luncheon organized by The Indonesian Australian Business Council.2 Bank Negara Malaysia. Juni 1998. Krisis Asia Timur – Penyebab, Kebijakan Penanggulangan, Pelajaran dan Wawasan., Kertas Kerja Pertemuan G-15.

3

Page 4: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I PENDAHULUAN

tekanan terhadap perekonomian khususnya di sektor riil dan akan

dapat semakin menjatuhkan harga saham di bursa.

Akhirnya pihak yang berwenang pada masing-masing negara

anggota Asean berupaya mencari jalan lain untuk bisa mengatasi

krisis finansial yang terjadi. Reformasi dan restrukturisasi ekonomi

dan sektor perbankan menjadi pilihan untuk mengatasi kelemahan di

kedua sektor ini. Di Indonesia, Thailand, dan Malaysia tindakan ini

diwujudkan dalam penutupan bank-bank dan lembaga keuangan

yang insolven, sedangkan lembaga keuangan yang masih bisa

bertahan diperbaiki melalui rekapitalisasi dan merger. Di Indonesia

untuk mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka

terjadi perubahan sistem nilai tukar dengan menghapus rentang

intervensi dan menganut sistem tukar mengambang bebas (flexible

exchange rate).

Upaya pemerintah di tiap negara Asia yang terkena krisis

moneter lebih difokuskan pada empat bidang utama dimana dua

diantaranya yaitu, bidang moneter, dengan melakukan kebijakan

moneter ketat untuk mengurangi penurunan atau depresiasi nilai

mata uang domestik yang berlebihan, serta bidang perbankan yang

ditempuh dengan kebijakan perbaikan kelemahan sistem perbankan

4

Page 5: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I PENDAHULUAN

untuk memperbaiki dampak krisis dan menghindari krisis di masa

yang akan datang3.

Krisis di Asia memperlihatkan fluktuasi pada nilai tukar

domestik, suku bunga dan harga saham di tiap negara anggota

Asean. Devaluasi Bath Thailand pada pertengahan tahun 1997 telah

diikuti oleh beberapa negara anggota Asean lain. Fluktuasi ini terus

terjadi saat upaya perbaikan krisis dilakukan. Hal ini tidak hanya

terjadi sebagai dampak dari faktor fundamental ekonomi tapi juga

didukung oleh aksi spekulan valas.

Tabel 1.1 memperlihatkan perubahan nilai tukar di lima negara

Asean periode 1996 – 2003. Gambar 1.1 memperlihatkan

pergerakan pada indeks harga saham di lima negara Asean periode

1995 – Januari 2004. Sedangkan tabel 1.2 memperlihatkan

perubahan tingkat suku bunga deposito 3 bulanan dalam rata-rata

tiap tahun 5 negara Asean periode 1996 – 2003.

Tabel 1.1

Nilai Tukar Nominal Domestik Terhadap Dollar (USD)

di Lima Negara Anggota Asean

Periode 1996 – 2003

3 Sabirin, Syahril. 2000. Upaya Pemulihan Ekonomi Melalui Strategi Kebijakan Moneter-Perbankan dan Independensi Bank Indonesia. Publikasi Bank Indonesia.

5

Page 6: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

BAB I PENDAHULUAN

Tahun

Indonesia

Malaysia

Filipina

Singapura

Thailand

1996 2,342 2.52 26.22 1.41 25.32

1997 2,909 2.81 29.47 1.48 31.32

1998 10,014 3.92 40.89 1.67 41.31

1999 7,855 3.80 39.09 1.69 37.79

2000 8,422 3.80 44.19 1.72 40.11

2001 10,250 3.80 50.99 1.79 44.43

2002 9,318 3.80 51.77 1.79 42.96

2003 8,575 3.80 54.20 1.74 41.51

Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit

Grafik 1.1

Indeks Harga Saham Gabungan di Lima Negara Asean

Periode 1995 – Januari 2004

Sumber : Statistik Pasar Modal – Biro PIR Bapepam

Keterangan :

Indonesia : IHSG

Singapura : STI

Malaysia : KLSE

Thailand :SETI

Filipina : PSE

6

Page 7: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

Tabel 1.2

Tingkat Suku Bunga Rata-Rata Deposito 3 Bulanan

di Lima Negara Asean Periode 1996 – 2003

Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit

Setelah mengamati kondisi perekonomian di kawasan negara

anggota Asean sebelum, selama dan setelah krisis, maka fluktuasi

nilai tukar domestik, suku bunga dan harga saham merupakan

salah satu hal yang menarik untuk dicermati. Krisis moneter di

kawasan Asia diperlihatkan oleh fluktuasi yang tinggi pada ketiga

indikator moneter tersebut. Maka timbul pertanyaan apakah

pergerakan pada salah satu variabel diatas memiliki pengaruh pada

masing-masing variabel lainnya.

Terdapat banyak argumen berkaitan dengan pandangan diatas.

Bahkan Granger (2000) menyatakan, hubungan antara variabel bisa

Negara199

6199

7199

9200

0200

1200

2200

3

Indonesia17.0

323.9

212.9

513.2

417.2

413.6

37.14

Malaysia 7.21 9.06 3.33 3.47 3.21 3.20 3.00

Filipina 9.7312.5

07.18

12.09

8.83 3.80 5.34

Singapura

3.41 4.10 1.68 1.70 1.10 0.78 0.42

Thailand 9.75 11.5 3.75 3.00 2.25 1.75 1.00

Page 8: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

dua arah4. Misalnya Granger menyatakan, fluktuasi pada nilai tukar

akan dapat mengarah pada pergerakan harga saham, hal ini

disebut juga pendekatan tradisional (traditional approach).

Sebaliknya pergerakan bursa saham dapat menyebabkan aliran

modal yang berakhir pada fluktuasi nilai tukar. Ini dikenal dengan

pendekatan portfolio (portfolio approach).

Disamping itu variabel suku bunga juga ikut mempengaruhi

fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi

salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya.

Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset

berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset.

Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran

modal di suatu negara.

Maka berdasarkan uraian di atas dan perkembangan

perekonomian di lima negara anggota Asean dari sejak awal krisis

hingga saat ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul : “PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI

4 Hooi-Hooi et all. 2003. Bivariate Causality Between Exchange Rate and Stock Price On Major Asian Countries. Departement Of Economics National University Of Singapore.

Page 9: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN HARGA SAHAM DI LIMA

NEGARA ASEAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER

PERIODE 1995.1 – 2004.6“

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, maka

pembahasan skripsi ini akan dibatasi pada beberapa pokok

permasalahan sebagai berikut:

1 Bagaimanakah pengaruh nilai tukar domestik terhadap

Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga

deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara

anggota Asean ?

2 Bagaimanakah pengaruh indeks harga saham pada nilai

tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga

deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara

anggota Asean ?

3 Bagaimanakah pengaruh suku bunga deposito pada nilai

tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks harga

Page 10: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota

Asean ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar domestik terhadap

Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga

deposito sebelum dan setelah krisis di lima negara

anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6

2. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga saham pada

nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga

deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara

anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6.

3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga deposito pada

nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks

harga saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara

anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6.

Page 11: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek akademis.

1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi

yang lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam

memecahkan permasalahan perekonomian Indonesia dalam

bidang makroekonomi berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar,

suku bunga deposito dan harga saham

2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang

lebih lanjut dan mendalam serta dapat memacu motivasi

kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis

dengan menggunakan metode yang lain.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah sejumlah mata uang asing yang bisa

didapatkan dengan satu unit mata uang domestik. Dengan kata

lain, nilai tukar menjelaskan daya beli mata uang domestik atas

mata uang negara lain. Ketika terjadi kenaikan nilai mata uang

Page 12: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

domestik relatif terhadap mata uang negara lain maka dikatakan

mata uang domestik mengalami apresiasi, mata uang domestik kini

dapat ‘membeli’ lebih banyak mata uang lain.

Sebaliknya, ketika mata uang domestik mengalami penurunan

nilai relatif terhadap mata uang negara lain maka mata uang

domestik dikatakan mengalami depresiasi, mata uang domestik kini

hanya mampu ‘membeli’ lebih sedikit mata uang negara lain.

Berdasarkan definisi diatas maka nilai tukar mengacu pada

harga relatif, sehingga nilai tukar seharusnya ditentukan oleh

kekuatan permintaan dan penawaran relatif. Karena harga relatif

melibatkan dua mata uang, maka nilai tukar seharusnya

berhubungan dengan permintaan dan penawaran dari kedua jenis

mata uang tersebut.

1.5.2 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham mengukur kinerja keseluruhan dari saham

yang masuk dalam indeks. Suatu indeks dapat digunakan dalam

mengevaluasi bagaimana kinerja suatu saham atau reksa dana

relatif terhadap saham lain yang ada dalam indeks.Total dari saham

Page 13: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

yang ada dalam indeks adalah seluruh saham yang

diperdagangkan, atau kelompok saham tertentu berdasarkan

nilainya maupun jenis perusahaannya.

Penghitungan indeks di bursa adalah indeks yang

menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value

weighted average index). Rumus dasar penghitungan adalah5:

……………………………………………. (1.1)

Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga

pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula:

….. …………………………………………….. (1.2)

Dimana:    c   = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.    n   = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks (jumlah

saham yang tercatat) untuk emiten ke-i N = Jumlah emiten yang tercatat di bursa saham.

1.5.3 Suku Bunga

Suku bunga merupakan pengembalian (return) dari

peminjaman saat ini dan biaya dari peminjaman saat ini. Atau suku

bunga juga dapat diartikan sebagai pengembalian (return) dari

pengeluaran di masa depan dan biaya dari pembayaran di masa

5 PT Bursa Efek Jakarta. 2001. Panduan Pemodal Seri I : Investasi di Pasar Modal.

Page 14: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

depan. Lebih lanjut, tingkat suku bunga merepresentasikan time

value of money dimana seseorang dapat menukarkan nilai beli

(purchasing power) saat ini dengan nilai beli masa depan.

Perubahan pada tingkat suku bunga dipengaruhi oleh perubahan

pada permintaan dan/atau penawaran atas dana. Dimana

permintaan dari dana dipengaruhi oleh pendapatan dan

produktifitas dari suatu investasi. Penawaran atas dana dipengaruhi

oleh kelebihan dana pengeluaran (surplus spending unit) dari pihak

rumah tangga, perusahaan, dan asing serta kebijakan pemerintah

dalam ketersediaan cadangan pada lembaga keuangan. Hal-hal

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran atas dana juga

mempengaruhi pergerakan dari tingkat suku bunga.

Pelaku ekonomi yang berniat untuk melakukan transaksi pinjam

meminjam akan sangat memperhatikan tingkat suku bunga

nominal dan inflasi. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat

bunga riil ditambah ekspektasi atas inflasi :

................................................................................

( 1.3)

Page 15: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

Maka tingkat suku bunga nominal akan selalu dipengaruhi oleh

pergerakan inflasi. Sementara tingkat suku bunga riil adalah tingkat

bunga yang sudah disesuaikan dengan perubahan nilai beli atas

uang (inflasi)

1.5.4 Teori Portfolio

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

membeli suatu aset, yakni6 :

1 Kekayaan (Wealth), jika kekayaan seseorang semakin

meningkat maka ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi

untuk membeli aset.

2 Harapan Hasil (Expected Return), yakni harapan atas hasil

yang didapatkan dari kepemilikan suatu aset. Pada saat

seseorang menyimpan asetnya dalam mata uang domestik

atau mata uang asing baik berupa giro, tabungan, deposito

atau saham maka ia akan mempertimbangkan ekspektasi

keuntungan yang bisa didapat dari mata uang domestik

atau mata uang asing baik berupa giro, tabungan,

deposito atau saham. Apabila ekspektasi terhadap

6 Mishkin, Frederic. 2001. The Economics of Money Banking and Financial Market. Sixth Edition. Harper Collins.

Page 16: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

melemahnya mata uang domestik semakin tinggi maka

permintaan terhadap mata uang asing semakin meningkat.

3 Resiko (Risk), yaitu tingkat ketidakpastian yang

dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset

lainnya.Biasanya aset yang memiliki tingkat resiko tinggi

memiliki return yang cukup besar. Seorang risk averse

akan cenderung menghindari kepemilikan aset yang

beresiko tinggi, sebaliknya seorang risk preferer akan

cenderung memilih aset yang beresiko tinggi dengan

return yang tinggi sebagai kompensasinya.

4 Likuiditas (Liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah

suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai (cash). Suatu

aset akan semakin likuid jika memiliki banyak pembeli dan

penjual serta biaya transaksi yang rendah.

1.5.5 Interest Parity Condition

Salah satu hal yang mendasari fluktuasi mata uang adalah teori

kesamaan tingkat bunga (interest parity theory). Teori paritas suku

bunga mencerminkan terjadinya keseimbangan di pasar valuta

Page 17: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

asing. Pasar valas berada dalam keseimbangan jika deposito dari

semua mata uang memberikan harapan hasil yang sama.

Kondisi paritas suku bunga terbagi menjadi covered dan

uncovered. Perbedaan keduanya terletak pada risiko perubahan

nilai tukar yang dihadapi. Pada kasus uncovered paritas suku

bunga, nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar yang

diekspektasikan, sedangkan untuk covered paritas suku bunga,

yang dipakai adalah nilai tukar forward, yaitu nilai tukar yang

disepakati untuk waktu yang akan datang. Nilai tukar forward bisa

berbeda dari nilai yang diekspektasikan. Formulasi uncovered

paritas suku bunga :

i = i* + (EeRp/$ - ERp/$) / ERp/$ ……….....................….....……………………………………( 1.4)

Dari uraian diatas maka, arus dana dari suatu negara ke negara

lain dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku. Adanya

perbedaan tarif bunga antar negara pada dasarnya memberi

kesempatan untuk mengalirkan dana dari suatu mata uang tertentu

ke mata uang yang lain. Oleh sebab itu, pergerakan arus dana

antar dua mata uang dalam rangka mengambil manfaat dari

adanya perbedaan tingkat bunga ditentukan oleh perbedaan kurs

forward dan spot. Dalam pasar yang efisien tanpa adanya biaya

Page 18: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

transaksi, perbedaan tingkat bunga akan kurang lebih sama dengan

perbedaan kurs spot dan forward.

1.5.6 Model Mundel Fleming7

Model mundel Fleming merupakan model analisis permintaan

agregat dengan asumsi perekonomian terbuka kecil dengan

mobilitas sempurna. Maka tingkat suku bunga domestik, r, harus

sama dengan tingkat suku bunga dunia r*. Secara matematis :

r = r* …………………………….........................…………. (1.5)

Persamaan diatas menunjukan asumsi bahwa aliran modal

internasional cukup memadai untuk mempertahankan tingkat

bunga domestik sama dengan tingkat bunga dunia. Namun

demikian, karena beberapa alasan tingkat suku bunga di berbagai

negara di dunia berbeda. Ada dua hal yang dapat menyebabkan

perbedaan tersebut, yaitu resiko negara dan perubahan yang

diharapkan dalam kurs. Maka tingkat suku bunga dalam

perekonomian terbuka kecil ditentukan oleh tingkat bunga dunia

r* ditambah premi resiko (θ):

7 Mankiw, Grgory. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi empat. Erlangga. Jakarta

Page 19: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

r = r* + θ …………..…………………......…...................………

(1.6)

Implikasinya adalah, ekpektasi bahwa mata uang akan

kehilangan nilainya dimasa depan menyebabkan mata uang

tersebut kehilangan nilainya pada saat ini. Dalam jangka pendek,

biasanya resiko dalam suatu negara akan menyebabkan mata uang

mengalami depresiasi.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian

Analisis penelitian dibatasi pada pengaruh antar variabel.

Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel nilai tukar riil

domestik terhadap Dollar (USD), indeks harga saham, dan suku

bunga deposito riil. Penelitian ini dilakukan pada 5 (lima) negara

anggota Asean yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan

Thailand. Adapun data yang digunakan adalah data bulanan dengan

periode penelitian 1995.1 – 2004.6.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Page 20: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah data

sekunder yang bersumber dari :

International Financial Statistics dari IMF

Indikator makroekonomi dari ASEAN

Bursa Efek Jakarta

Berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal,

internet, buletin, buku, artikel, surat kabar, majalah dan

hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan.

1.6.3 Metode Analisis

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode analisis

deskriptif-kuantitatif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan

menggunakan analisis tabel dan grafik, berdasarkan data sekunder

yang diperoleh, sementara metode analisis kuantitatif dilakukan

dengan membuat persamaan regresi model ekonometrika dengan

metode time serries untuk menggambarkan ada atau tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Program yang digunakan dalam pengolahan data adalah Excel dan

Eviews 4.1.

Page 21: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

Metode pengujian dalam penelitian ini adalah pengujian

kausalitas Granger. Sebelumnya sangat dianjurkan melakukan

pengujian-pengujian awal pada data dengan harapan hasil

pengujian kausalitas Granger akan lebih dapat dipercayai.

Pengujian-pengujian awal yang dianjurkan untuk dilakukan adalah

pengujian stasioneritas, pengujian kointegrasi, dan pendeteksian

adanya gangguan autokorelasi.

1.6.3.1 Tes Stasioneritas

Pengujian stasioneritas data yang akan dianalisis, dilakukan

dengan menggunakan pengujian uji akar (unit root test). Uji

stasioneritas penting untuk dilakukan karena jika data time serries

yang diteliti tidak bersifat stasioner, maka regresi yang berkaitan

dengan data time serries biasanya mengandung R yang relatif

tinggi dan DW yang rendah. Dengan kata lain, kita menghadapi

masalah spurious regression8. Prosedur pengujian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

Misalnya model time series memiliki bentuk seperti berikut:

8 Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. Mcgraw Hill.pp 806-807

Page 22: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

1. (tanpa

intercept) .......................(1.7)

2. (dengan

intercept) .....................(1.8)

3. (intercept dan trend waktu)...

(1.9)

Dengan menggunakan tabel yang sesuai dengan salah satu

model time series diatas maka hipotesa yang akan diuji :

Ho : 0 , model tersebut tidak stasioner

H : , model tersebut stasioner

Null hypothesis yang menyatakan tidak adanya sifat stasioner

dalam model akan ditolak, apabila nilai t-statistik yang diperoleh

berkaitan dengan koefisien regresi model ini lebih kecil dari nilai t-

tabel pada tingkat signifikan tertentu.

1.6.3.2 Tes Kointegrasi

Teori kointegrasi telah dikembangkan oleh Engel dan Granger.

Tes ini penting untuk menghindari masalah spurious regresion. Jika

suatu variabel tidak stasioner, variabel tersebut masih dapat

Page 23: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

diregres dengan catatan terkointegrasi. Adapun pengujian

kointegrasi menyangkut elemen residual dari suatu model regresi

sehingga variabel-variabel dalam suatu model dinyatakan punya

hubungan jangka panjang. Misalnya dalam model regresi berikut :

………………………….......…………....

(1.10)

Melalui pengujian Dicky-Fuller akan ditemukan bahwa ER

dan SP yang merupakan variabel random walk, bersifat non

stasionary. Dengan ini, model diatas yang disebut model regresi

kointegrasi ditaksir dengan prosedur regresi biasa kemudian diuji

apakah elemen residualnya yaitu bersifat stasioner:

...........................................................................

(1.11)

ER dan SP saling berkointegrasi (cointegrated) apabila elemen

residual dari model regresi kointegrasi bersifat stasioner.

1.6.3.3 Tes Autokorelasi

Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya

autokorelasi pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test

atau sering juga disebut Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini

Page 24: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

merupakan salah satu tes autokorelasi yang bisa dilakukan pada

regresi dimana terdapat lag dari dependen variabel sebagai

variabel independen dan lebih direkomendasikan untuk jumlah

observasi yang cukup besar9. Disamping itu LM test dapat

dilakukan pada derajat aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1),

AR(2) dan seterusnya.

Misalnya dari persamaan 1.10 diasumsikan bahwa residualnya

mengikuti autokorelasi derajat 2 atau AR(2) :

.......................................................... (1.12)

Maka residual dari persamaan (1.10) diregres terhadap semua

variabel independen lainnya serta nilai lag dari residual pada

persamaan (1.12) sebagai regresor tambahan dalam model :

................................ (1.13)

Null hypothesis pada LM test diatas adalah Ho = atau

tidak terdapat autokorelasi pada derajat 2. Penentuan ditolak atau

tidaknya Null hypothesis mengikuti tabel chi square dengan

sebagai derajat kebebasannya. Jika nilai yang didapat dari

9 Gujarati, Damodar.2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. Mcgraw Hill.p 681.

Page 25: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

persamaan (1.13) lebih besar dari nilai chi square maka null

hypothesis ditolak, dengan kata lain terdapat masalah autokorelasi.

1.6.3.4 Tes Kausalitas Granger

Tes kausalitas Granger digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yang secara teori memiliki hubungan. Prinsip

dasar dari pengujian Granger pada penelitian ini adalah untuk

membantu menjelaskan hubungan antara SP (harga saham – Stock

Price), ER (nilai tukar – Exchange Rate), DR (suku bunga deposito-

Deposit Interest Rate).

Jika dalam suatu penelitian diketahui tiga variabel SP, ER, dan

DR maka akan ditentukan apakah :

Antara variabel SP dan ER

(1) variabel SP ditentukan oleh variabel ER,

(2) variabel ER ditentukan oleh variabel SP,

(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel SP dan ER,

atau

(4) kedua variabel tersebut saling independen.

Antara variabel SP dan DR

Page 26: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

(1) variabel SP ditentukan oleh variabel DR,

(2) variabel DR ditentukan oleh variabel SP,

(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel SP dan DR,

atau

(4) kedua variabel tersebut saling independen

Antara variabel ER dan DR

(1) variabel ER ditentukan oleh variabel DR,

(2) variabel DR ditentukan oleh variabel ER,

(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel ER dan DR,

atau

(4) kedua variabel tersebut saling independen

Dalam penggunaan metode Granger, dibentuk dua model

regresi atas dua perangkat data time series, yaitu :

Pengujian kausalitas Granger antara SP dan ER

Apakah ER mempengaruhi SP :

SP = + …………………………

( 1.14)

Page 27: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

Apakah SP mempengaruhi ER :

……………………..….…... (1.15)

Pengujian kausalitas Granger antara SP dan DR

Apakah DR mempengaruhi SP :

SP = + ……………..…………

( 1.16)

Apakah SP mempengaruhi DR :

……………..…...………… (1.17)

Pengujian kausalitas Granger antara ER dan DR

Apakah DR mempengaruhi ER :

………………………….. (1.18)

Apakah ER mempengaruhi DR :

…………………………... (1.19)

Dimana :

Page 28: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

SP : Indeks harga saham (Stock Price) negara z

ER : Nilai tukar nominal (Exchange Rate) negara z

DR : Suku bunga deposito riil (Deposit Interest Rate)negara z

SP : Indeks harga saham negara z periode sebelumnya

ER : Nilai tukar nominal negara z periode sebelumnya

DR : Suku bunga deposito riil negara z periode sebelumnya

u dan v : error terms ; m = n = r = s dan tidak saling

berkorelasi

z : 1,2,3,4,5 (lima negara anggota Asean, 1 = Indonesia, 2 =

Malaysia,

3 =Singapura, 4 =Filipina, 5 = Thailand)

Dalam melakukan pengujian adanya hubungan kausalitas

antara kedua variabel tersebut dikenal dua macam metode yaitu :

1. Melihat koefisien-koefisian regresi secara keseluruhan model

regresi linier dan menguji t yang didapat. Misalnya pada

persaman (1.14) dan (1.15) terbagi atas kondisi :

a) Kausalitas satu arah dari SP ke ER

terjadi jika dan

Page 29: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

b) Tidak ada hubungan antara ER ke SP

terjadi jika dan

c) Kausalitas satu arah dari ER ke SP

terjadi jika dan

d) Kausalitas dua arah antara ER dan SP

terjadi jika dan

Langkah pengujian :

Persamaan model Granger diregresi sehingga memperoleh nilai t

dari variabel independennya. t yang diperoleh dibandingkan

dengan nilai t .

Ho = Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen

H = Variabel independen mempengaruhi variabel dependen

Kondisi Ho ditolak jika t > t .

2. Menggunakan dua model regresi yaitu regresi tanpa

pembatasan (unrestriction regresion) dan regresi dengan

Page 30: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

pembatasan (resticted regresion).

Model persamaaan tanpa pembatasan

……………………. (1.20)

Model dengan pembatasan

………………………….....……… (1.21)

Langkah pengujian :

Regresikan masing-masing model sehingga mendapatkan 2

macam nilai residual sum of square (RSS) yaitu RSS dan RSS .

Dalam pengujian Granger dengan menggunakan pembatasan kita

perlu mengacu pada definisi kausalitas Granger. Menurut Granger

apabila terdapat dua variabel yaitu Xt dan Yt maka variabel Xt

dikatakan mempengaruhi Yt jika nilai Yt dapat diduga lebih baik

apabila seluruh informasi pada periode yang lalu (t-i) di dalam

semesta digunakan untuk memprediksi Yt, daripada nilai X

dikeluarkan dari semesta.

Berdasarkan definisi tersebut maka untuk menyatakan SP

mempengaruhi ER, varian dari model regresi tanpa pembatasan

Page 31: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

haruslah lebih kecil dari varian dari model regresi dengan

pembatasan. Hal ini diperlukan pada uji F untuk mengetahui apakah

nilai dari model regresi dengan pembatasan dinyatakan dengan

nilai yang signifikan.

Menghitung F uji :

(RSS - RSS ) /m

RSS / n-k ......................................................... (1.22) Dimana :

m = jumlah lag yang digunakan dalam model

n = jumlah observasi

k = jumlah parameter dalam regesi unrestricted.

Dengan uji F kemudian melakukan pengujian apakah secara

keseluruhan nilai-nilai yaitu parameter-parameter yang berkaitan

dengan SP secara signifikan tidak sama dengan nol.

Hasil pengujian :

Ho : , maka SP tidak mempengaruhi ER

H = , maka SP mempengaruhi ER

Ho diterima jika F < F . Berarti SP tidak mempengaruhi

ER dan sebaliknya prosedur pengujian yang sama dapat dilakukan

F =

Page 32: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

untuk menguji hipotesis nol yang lain yaitu ER tidak mempengaruhi

SP. Hal ini juga berlaku untuk persamaan lain pada penelitian ini.

Dalam pengujian kausalitas Granger ini sangat dianjurkan

melakukan pengujian-pengujian awal pada data dengan harapan

hasil pengujian kausalitas Granger akan lebih dapat dipercayai.

Pengujian-pengujian awal yang dianjurkan untuk dilakukan adalah

pengujian stasioneritas, pengujian kointegrasi, dan pendeteksian

adanya gangguan autokorelasi.

Untuk lebih jelasnya bagan alur proses penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 13.

1.6.4 Spesifikasi Data

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa data-data yang menjadi

objek penelitian adalah sebagai berikut :

Nilai tukar terhadap Dollar (USD)

Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar riil domestik

terhadap Dollar US yang berasal dari lima negara anggota Asean;

Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina untuk periode

1995.1 – 2004.6. Nilai ini didapat dengan mengalikan nilai tukar

nominal dengan rasio antara tingkat harga agregat luar negeri

Page 33: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

terhadap tingkat harga agregat dalam negeri. Tingkat harga

agregat diproksi dengan indeks harga konsumen atau consumer

price index (CPI). Baik data nilai tukar nominal dan CPI didapat dari

International Financial Statistics dari IMF dengan tahun 2000

sebagai tahun dasar.

Suku Bunga Deposito riil

Tingkat suku bunga deposito yang digunakan adalah tingkat

suku bunga deposito riil dari 5 negara anggota Asean ; Indonesia,

Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina untuk periode 1995.1 –

2004.6. Nilai ini didapat dengan mengurangi tingkat suku bunga

nominal deposito dengan tingkat inflasi yang terjadi pada masing-

masing negara anggota Asean yang diteliti. Inflasi diproksi dengan

CPI. Baik suku bunga nominal dan CPI didapat dari data sekunder

International Financial Statistics dari IMF dengan tahun 2000

sebagai tahun dasar. Di Indonesia, Singapura, dan Filipina tingkat

suku bunga deposito yang digunakan adalah suku bunga deposito

rata-rata mengambang tiga bulanan, di Malaysia menggunakan

tingkat suku bunga deposito rata-rata tiga bulanan yang telah

ditetapkan. Sedangkan di Thailand menggunakan tingkat suku

bunga deposito rata-rata perbankan domestik. Perbedaan tingkat

Page 34: PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER  ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN  HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN  SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER  PERIODE 1995.1 – 2004.6

suku bunga deposito yang digunakan disebabkan keterbatasan data

yang tersedia. Tingkat suku bunga lainnya tidak lengkap dimiliki

oleh masing-masing negara.

1.6.4.3 Indeks harga saham

Indeks harga saham yang digunakan adalah nilai indeks rata-

rata tiap bulan yang diambil dari data harian dan berasal dari JSX

untuk indonesia, KLSE untuk Malaysia, SGX untuk Singapura, PSE

untuk Filipina, dan SET untuk Thailand pada periode 1995.1 – 2004.