penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas
TRANSCRIPT
Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019 ISSN : 2088-3102
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS
MASYARAKAT MELALUI PEREMPUAN FATAYAT NU
DI ERA GLOBALISASI
Anista Ika Surachman
Sekolah Tinggi Agama Islam Pati
ABSTRAK
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperkuat karakter siswa melalui
gerakan nasional revolusi mental. Program ini dilakukan guna
mempersiapkan generasi milenial terhindar dari dampak negatif kemajuan
teknologi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja serta mulai
memudarnya nilai-nilai religiulitas dan kearifan lokal budaya bangsa. Salah
satu konsep dasar PPK yaitu PPK berbasis komunitas masyarakat yang
didalamnya melibatkan peran organisasi kemasyarakatan yang ada.
Eksistensi keberadan Fatayat NU sebagai organisasi perempuan
kemasyarakatan hingga Anak Ranting di Kabupaten Pati menunjukkan
bahwa Fatayat NU dapat dijadikan sebagai kolabolator yang potensial
dalam mengembangkan PPK. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
mendeskripsikan konsep-konsep mengembangkan nilai-nilai PPK melalui
peran perempuan Fatayat NU pada anak untuk menghadapi tantangan
global yang meliputi olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, dan olah raga
dalam bentuk kristalisasi nilai-nilai karakter yang meliputi religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Metode yang digunakan
yaitu deskripsi kualitatif. Pengembangan nilai-nilai PPK melalui perempuan
Fatayat NU memberikan pemahaman yang lebih diterima oleh anak milenial
mengingat keanggotaan dari Fatayat NU itu sendiri didominasi oleh
perempuan muda atau ibu-ibu muda sehingga akan lebih fleksibel untuk
melakukan pendekatan dalam menguatkan karakter anak di era globalisasi.
Kata Kunci: Penguatan pendidikan karakter, Fatayat NU, era globalisasi
ABSTRACT
Strengthening Character Education (PPK) is a program of the Ministry of
Education and Culture to strengthen student character through the national
movement of mental revolution. This program is carried out to prepare the
millennial generation to avoid the negative impact of technological advances
and communication on adolescent lifestyles and begin to fade the values of
religiosity and local wisdom of the nation's culture. One of the basic
18 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
concepts of KDP is community-based KDP, which involves the role of
existing community organizations. The existence of Fatayat NU as a social
women's organization to the Twigs in Pati District shows that Fatayat NU
can be used as a potential collaborator in developing KDP. The writing of
this article aims to describe the concepts of developing KDP values through
the role of Fatayat NU women in children to face global challenges which
include thought, heart processing, taste and intention, and sports in the form
of crystallization of character values that include religious, nationalist,
independent, mutual cooperation and integrity. The method used is a
qualitative description. The development of KDP values through Fatayat NU
women gives a more accepted understanding to millennial children
considering the membership of Fatayat NU itself is dominated by young
women or young mothers so that it will be more flexible to approach in
strengthening the character of children in the globalization era.
Keywords: Strengthening character education, Fatayat NU, globalization
era
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 19
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi di era globalisasi
menjadi tantangan tersendiri bagi setiap bangsa dalam mempertahankan karakter
budaya bangsa. Globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mendunia di
mana mendunia saat ini tidak perlu dilakukan dengan datang mengelilingi dunia
namun dapat dilakukan hanya dengan melalui Smartphone. Kemudahan dalam
mengakses internet tanpa batas melalui Smartphone di era global ini telah merubah
perilaku individu/ kelompok masyarakat, khususnya anak milineal untuk selalu update
dalam mengikuti perkembangan yang ada di dunia.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya anak milineal atau remaja saat ini dapat
dikatakan sebagai “anak sosmed” atau anak sosial media. Segala macam informasi
dapat diakses dengan cepat melalui sosial media. Posistif negatif semuanya ada,
namun tidak semua remaja bisa memanfatkan kemajuan teknologi informasi melalui
Smartphone ini dengan bijak, khususnya remaja.
Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa transisi, masa disaat individu
berkembang dari pertama kali menunjukkan perubahan tanda-tanda seksual,
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa,
serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan
yang mandiri dan masa di mana pengambilan keputusan meningkat (Santrock, 2002:
16). Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa kritis identitas atau masalah identitas
ego remaja. Dekadensi moral di kalangan remaja saat ini tidak kalah memprihatinkan.
Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih
kerap diperlihatkan oleh remaja. Maraknya bentuk-bentuk kenakalan remaja atau
krisis akhlak sebagai akibat dari pencarian jati diri remaja itu sendiri. Hal ini membuat
pemerintah selalu melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap program atau
kebijakan yang diambil dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang handal, khususnya dalam dunia pendidikan.
Salah satu upaya pemerintah untuk untuk mewujudkan kulaitas SDM yang
handal menuju generasi emas 2045 yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan
memilki keunggulan daya saing di era global yaitu melalui Program Penguatan
Karakter (PPK). PPK merupakan program pendidikan di sekolah yang ditujuan untuk
memperkuat karakter siswa sebagai bentuk Gerakan Nasioanal Revolusi Mental
(GNRM) melalui harmonisasi antara olah hati, rasa, pikir dan olah raga dengan
dukungan keterlibatan publik dan kerjasama antar sekolah, keluarga, dan masyarakat.
20 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
PPK ini dibentuk sebagai wujud nyata Agenda Nawacita Pemerintah nomor 8 yaitu
tentang penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan
karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental. Hal ini sesuai Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan
Pendidikan Nasional adalah mengembang-kan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pada dasarnya pendidikan karakter tidak semata-mata menjadi persoalan
lingkup lembaga pendidikan formal saja, namun menjadi urusan semua orang.
Prakteknya dalam menumbuhkan dan menbentuk karakter/ kepribadian yang baik
untuk individu pada lembaga pendidikan, tidak terlepas adanya kerjasama dengan
pihak luar lembaga pendidikan seperti keluarga dan masyarakat. Hal ini didukung hasil
penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat begitu
antusias menyambut program PPK, dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi
secara aktif dalam ikut mensukseskan program PPK (Yetri & Firdous, 2017: 276).
Bentuk pelaksanaan PPK salah satunya dengan kolaboratif. Kolaboratif adalah
pembelajaran yang mengkolaborasikan dan memberdayakan berbagai potensi
sebagai sumber belajar dan/ atau pelibatan masyarakat yang mendukung Penguatan
Pendidikan Karakter (Kemendikbud, 2017: 19). Pelibatan publik memanglah sangat
penting dalam mewujudkan tujuan dari PPK sebagi wujud gerakan revolusi mental.
Publik yang dimaksud adalah komunitas, organisasi, masyarakat, lembaga
pemerintah ataupun nonpemerintah (Koesoemo: 2018: 37). Elemen-elemen yang ada
dalam pelibatan publik pada PKK dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 21
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
Gambar 1. Konsep Pelibatan Publik dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Gambar 1, terlihat bahwa komponen utama pelibatan publik dalam PPK yaitu
orang tua, komite sekolah, dan masyarakat eksternal lingkungan sekolah. Elemen
masyarakat eksternal lingkungan sekolah salah satunya yaitu ahli/ komunitas/
organisasi/ lembaga masyarakat.
Keberadaan komunitas masyarakat memiliki peran yang penting dalam
mendukung jalanya PPK bagi siswa di lembaga pendidikan. Secara sederhana,
komunitas dapat diartikan sebagai kumpulan individu yang memiliki persamaan
kepentingan, kebutuhan dan tujuan. Komunitas dalam pelaksaan PPK tidak sebatas
pada komunitas sekolah namun komunitas diluar sekolah. Komunitas (Koeseoma,
2018: 22) adalah kumpulan individu yang memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan.
Konsep komunitas seperti yang disebutkan (Soekanto, 2015: 102) bahwa kelompok
sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama, karena adanya hubungan yang menyangkut hubungan timbal balik yang
saling memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.
Komunitas dalam masyarakat yang dapat diajak kerjasama dalam PPK tentunya
banyak sekali, salah satunya yaitu komunitas perempuan Fatayat NU.
Fatayat NU merupakan oraganisasi perempuan kemasyarakatan di bawah
badan otonom ormas besar di Indonesia yaitu Nahdlotul Ulama (NU). Sebagai salah
satu organisasi besar, struktur organisasinya juga semakin kuat, yang dibuktikan
dengan kepengurusan Fatayat mulai dari yang paling rendah tingkat desa (Anak
Ranting dan Ranting) sampai tingkat nasional tingkat pusat. Sebagai organisasi besar,
22 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
tentu saja organisasi ini memberikan kontribusi positif kepada daerah, salah satunya
dalam bidang penerangan dan pendidikan.
Tujuan didirikan organisasi perempuan Fatayat NU yaitu salah satunya
terbentuknya pemudi islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia
(alkarimah), bermoral, cakap, tanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan
bangsa. Hal ini menunjukkan bahwasanya organisasi/ komunitas ini sejalan dengan
apa yang ditujukan oleh kebijakan pemerintah tentang PPK sebagai wujud gerakan
revolusi mental bangsa. Hal ini menunjukkan bahwasanya organisasi/ komunitas ini
sejalan dengan apa yang ditujukan oleh kebijakan pemerintah tentang PPK sebagai
wujud gerakan revolusi mental bangsa. Berdasarkan hal tersebut maka perempuan
Fatayat NU memiliki peran strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam
mengembangkan PPK pada anak. Keangotaan yang didominasi oleh ibu-ibu muda
membuat lebih fleksibel dalam meumbuhkan dan membentuk karakter anak. Selain
sebagai anggota organisasi Fatayat NU, perempuan Fatayat Nu ini juga berperan
sebagai ibu dalam rumah tangga yang tentunya dalam hal ini memilki kontak secara
langsung dengan anak sehingga lebih mudah dalam melakukan pendekatan guna
mewujudkan tujuan PPK.
Penelitian mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebelum-
sebelumnya pada umumnya PPK berbasis sekolah, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Andiarini, Imron & Nurabadi, tentang “Implementasi Program Penguatan
Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan dalam Peningkatan Mutu
Sekolah”, selanjutnya Nurkholis, Masrukhi & Juhadi tentang “Full-day School
Application and Its Effect on Character Building of Students” yang menunjukkan
bahwa Full-Day School memberikan dampak positif terhadap karakter siswa seperti
siswa lebih disiplin, tanggungjawab, sopan dan mandiri. Martini (2018) tentang
“Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Kecakapan Abad 21” yang menyebutkan bahwa pengembangan karakter untuk
generasi muda saat ini tidak lepas dari budaya dan tiga lingkungan yang mendukung
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh
Hermawan (2017) tentang “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
Pada Kegiatan Student Exchange SD Muhammadiyah Paesan Pekalongan” yang
menyebutkan bahwa nilai karakter yang berkembang selain sholeh dan kreatif adalah
sikap bersahabat dan peduli sosial maupun lingkungan. Selanjutnya penelitian
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 23
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
Vinasari (2018) tentang “Peran Komunitas Ledhok Timoho Dalam Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini di Sekolah Gajah Wong Yogyakarta”.
Pelibatan komunitas masyarakat dalam mensukseskan program PPK yang
dicanangkan oleh pemerintah sebagai bentuk gerakan revolusi mental sangat
diperlukan. Hal ini karena peran serta masyarakat sangat efektif dalam memberikan
dukungan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berkembang salah satunya di
Kabupaten Pati. Bentuk sumber daya lokal yang berkembang pesat di Kabupaten Pati
salah satunya yaitu Fatayat NU. Kegiatan Perempuan Fatayat NU di Kabupaten Pati
dapat dikatakan termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan rutinan
setiap satu bulan sekali yang aktif hingga Anak Ranting. Berdasarkan hal tersebut
menunjukan bahwasanya Perempuan Fatayat NU dapat dijadikan sebagai salah satu
kolabolator pihak sekolah formal dalam mendukung program PPK pemerintah
sehingga perlu adanya kajian mengenai konsep tentang program Penguatan
Pendidikan Karakter bagi anak melalui Perempuan Fatayat NU dalam mengahdapi
era globalisasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitaif yang
bersifat studi pustaka (library research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan menggunakan dokumen berupa buku literature dan jurnal penelitian
sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan
menelaah buku literature dan jurnal penelitian sebelumnya yang dapat memberikan
gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis
mengenai nilai-nilai dan konsep pengembangan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) berbasis komunitas masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Konsep Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Komunitas
Masyarakat
Peningkatan kualitas karakter bangsa, khususnya remaja dapat dilakukan
melalui pendidikan karakter dimana karakter dari individu tercermin dari pola
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karakter berkaitan dengan moral,
berkonotasi positif, bukan netral, sehingga orang disebut berkarakter ketika
24 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
orang tersebut mempunya kualitas moral (tertentu) positif (Komalasari &
Saripudin, 2017: 2). Pendidikan membangun karakter berarti membangun sifat
atau pola perilaku yang berkaitan dengan kualitas moral yang baik atau positif.
Salah satu yang melatarbelakangi urgensi dari Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) yaitu untuk mengatasi dampak negatif dari perkembangan dunia
teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi terhadap gaya hidup
remaja dan pudarnya nilai-nilai religiulitas dan kearifan local budaya bangsa.
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah Gerakan
pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,
dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
(Perpres No.87, 2017: 5). Konsep pengembangan nilai-nilai karakter pada PPK
dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 2. Bagan Pengembangan Nilai-Nilai Karakter
Karakter dari individu secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan,
kapasitas moral dan ketegaran dalam mengahadapi kesulitan dan tantangan
(Komalasari & Saripudin, 2017: 3). Pengembangan nilai-nilai karakter
disesuaikan dengan kondisi sekolah/wilayah masing-masing, bisa dimulai
dengan hal-hal yang mudah dan sederhana seperti sikap religius, jujur, toleransi,
disiplin dan lain sebagainya. Gerakan PPK yang dicanangkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan mengidentifikasi lima nilai utama karakter yang
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 25
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai
prioritas, yaitu (Kemendikbud, 2017: 8):
a. Religius, mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Nasionalis, menempatkan kepenti-ngan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
c. Mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
d. Gotong Royong, merukapan karakter mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama.
e. Integritas, upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Dalam menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentunya tidak
cukup hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Pelibatan publik dengan memper-
timbangkan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti kebera-
daan serta dukungan pegiat seni & budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha dan
dunia industri juga dibutuhkan oleh sekolah dalam membentuk karakter peserta
didik. Sinkronisasi program dan kegiatan melalui kerja sama dengan orang tua
murid, akademisi, pegiat pendidikan, organisasi, komunitas masyarakat juga
diperlukan untuk memperkuat karakter generasi muda penerus bangsa.
Komunitas masyarakat dapat menjadi kontributor bagi sekolah untuk
memecahkan masalah disekitarnya khususnya terkait dengan akhlak peserta
didik. Kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya
ditentukan oleh keterlibatan orang-orang dalam, melainkan juga ditentukan oleh
adanya keterlibatan “orang-orang luar” sekolah yaitu orang tua siswa dan
komunitas karakter (Hermawan, 2017: 120). Berikut adalah enam langkah
pengembangan desain pendidikan karakter berbasis komunitas melalui Fatayat
NU sesuai dengan rationale menurut Albertus (Koesoema, 2018: 140).
a. Prioitas Keutaman Nilai
Prioritas nilai karakter yang dikem-bangkan sesuai dengan nilai utama
karakter yang terdiri dari nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong
dan integritas. Prioritas keutaman nilai meliputi fokus kegiatan, deskripsi
kegiatan dan relevansi. Fokus kegia-tan sesuai dengan nilai karakter yang
26 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
dikembangkan dan memiliki relevansi antara kegiatan dengan komunitas/
organisasi itu sendiri.
b. Tujuan
Tujuan yang dimaksud yaitu tujuan dari kegiatan program yang akan
dilakukan sesuai dengan pengem-bangan nilai-nilai karakter.
c. Perilaku yang Harapan
Perilaku yang diharapkan yaitu perilkau yang terbentuk dalam setiap
program kegiatan komunitas/ orga-nisasi masyarakat sesuai dengan
tujuan program kegiatan.
d. Ruang bagi Tindakan
Ruang tindakan terdiri dari tiga poin, yaitu pertama, bentuk kegiatan
program kegiatan berbasis komunitas yang dapat dilakukan dengan
misal-nya seminar atau kegiatan rutinan keorganisasian. Kedua yaitu
langkah kegiatan yang dapat dilakukan dengan mulai mendesain/
merumuskan prog-ram berdasarkan perma-salahan yang sedang
dibutuhkan solusinya dan melaksanakan bentuk program kegia-tan.
Ketiga yaitu metode yang digunakan dapat dilakukan dengan pemberian
informasi mengenai pro-gram kegiatan, pembiasaan terstruktur
dilingkungan komunitas itu sendiri. Keempat sarana yang dibutuh-kan
dalam pengembangan program seperti booklet, modul, hand out materi,
proyektor dan LCD dan lain sebagainya.
e. Penilaian
Penilaian atau evaluasi digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksa-
naan program sudah sesui dengan tujuan program yang direncanakan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat apakah program yang disusun
sudah terlaksana dengan baik atau belum dan evaluasi secara individual
masing-maisng peserta program kegiatan.
f. Refleksi
Refleksi fokus pada pengalaman individual peserta program kegiatan
PPK berbasis komunitas masyarakat.
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 27
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
Gambar 3: Langkah-langkah Pengembangan Pengutan Pendidikan
Karakter (PPK) Berbasis Komunitas Masyarakat
2. Peran Perempuan Fatayat NU dalam Mengembangkan Program Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK)
Fatayat NU sebagai organisasi perumpuan, tentunya memiliki peranan
penting dalam pembentukan karakter generasi muda khususnya pada era
globalisasi ini. Joseph Klausner menyebutkan bahwa “the social position of
women in any land is the evidence of the country‟s cultural state”, artinya posisi
wanita di tanah manapun adalah bukti dari posisi budaya dari negara itu
(Mawardi, 2016: 1). Melalui perempuan, generasi muda dibentuk agar menjadi
generasi bangsa yang berkarakter, sehat, dan cerdas. Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan memiliki posisi strategis dalam pembentukan karakter anak.
a. Peran Fatayat NU Sebagai Organisasi/ Komunitas Kemasyarakatan
28 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
Tabel 1 menunjukkan gambaran mengenai konsep pengembangan
PPK Berbasis Komunitas Masyarakat Melalui Fatayat NU. Konsep yang
dikembangkan menyesuaikan dengan permasalahan yang ada saat ini. Era
globalisasi yang dapat dikatakan sebagai eranya digital membuat
Komunitas Fatayat NU harus bisa beradaptasi menyesuaiakan kebutuhan
anak milineal khususnya membentuk karakter atau akhlak remaja.
Sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang struktur
organisasinya aktif hingga tingkat Ranting (Desa) bahkan Anak Ranting
(Dusun) khususnya di Kabupaten Pati, menunjukkan bahwa Fatayat NU
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 29
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
memiliki posisi strategis dalam dalam kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan
Fatayat NU yang rutin diadakan satu bulan sekali menunjukkan bahwa
Fatayat NU di Kabupaten Pati memiliki celah yang sangat efektif dalam
menunjang implementasi PPK.
b. Sebagai Anggota Perempuan Fatayat NU
Sebagai anggota, tentunya perempuan Fatayat NU memiliki peran
ganda, yaitu sebagai perempuan anggota Fatayat NU itu sendiri dan orang
tua, dimana seorang ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi
anak-anaknya. Melalui anggota Fatayat inilah yang nantinya terjun
langsung membaur dengan anak dan lingkungan masyarakatnya.
Di era global, peran ibu sebagai pendidik dan penggerak revoluasi
mental sangatlah besar karena ibu memiliki kedekatan dengan anak baik
secara emosional ataupun secara edukasional. Oleh sebab itu, sebagai
perempuan ataupun seorang ibu di zaman now harus menjadi sosok hebat,
inspiratif, menjadi role model bagi anak bangsa sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi. Dalam membentuk karakter anak yang
terarah, ada empat tahapan, yaitu karakter dibentuk dari 1) pola tingkah
laku (behavior pattern) dan kebiasaan seseorang dalam berperilaku, 2)
keyakinan dari hati untuk berubah dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam
diri seseorang, 3) pemahaman dan 4) lesson plan, perencanaan
pembelajaran (Komalasari & Saripudin, 2017: 8).
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era
global telah mempermudah hubungan antarindividu, khususnya kalangan
remaja. Sebagai orang tua di era global harus bisa memanfaatkan
kemudahan dalam berkomunikasi dan informasi untuk dapat melakukan
pengawasan kepada perilaku anak. salah satu cara yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi antar orang tua saat ini melalui group whatsspp.
Dengan semakin mudahnya cara berkomunikasi setidaknya bisa menjadi
lebih mudah bagi orang tua khususnya ibu dalam melakukan pengawasan
terhadap perilaku anak.
Melalui bekal pengetahuan yang sudah diperoleh dari organisasi/
komunitas Fatayat NU, dalam menerapkan PPK dikehidupan sehari-hari
tentunya akan lebih memudahkan perempuan/ ibu dalam membangun
karakter kepribadian anak. Penerapan PPK dilaksanakan mulai dari sedikit,
30 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
esensial, sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi
masing-masing (Komalasari & Saripudin, 2017: 7). Sebagai anggota
perempuan Fatayat NU, pengembangan karakter pada anak dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1. Pembiasaan; merupakan cara yang mudah dalam menerapkan PPK
pada anak. Kemendiknas juga sudah menyebutkan bahwa pendidikan
karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
bersadarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya
(Kemendiknas, 2011: 6). Proses pembiasaan menekankan pada
pengalaman langsung dan berfungsi sebagai perekat antara tindakan
karakter dan diri seseorang. Pembiasaan dapat dilakukan dengan
membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian.
2. Keteladanan; sebagai orang tua khususnya ibu, harus bisa menjadi suri
tauladan yang baik bagi anggota keluarganya. Sebagai ibu harus bisa
menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai yang ingin
dikembangkan. Bahkan dalam sistem pendidikan yang dirancang oleh
Ki Hajar Dewantara juga menegakan perlu-nya keteladanan dengan
istilah “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani”. Penanaman nilai dalam keluarga sangat tergantung dari
eksposisi nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh oran tua, dan
dilihat, didengar oleh anak-anak dalam sikap dan perkataan (Koesoema,
2018: 85).
3. Nasehat, nasehat merupakan metode yang efektif dalam membentuk
keimanan anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya.
4. Perhatian dan pengawasan, senantiasa mencurahkan perhatian penuh,
mengikuti perkembangan anak dan mengawasinya dalam membentuk
akidah, akhlak, mengawasi kesiapan mental, rasa sosial dan juga terus
mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik maupun intelektualnya.
Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan sebagai anggota
perempuan Fatayat NU sekaligus perempuan/ ibu dalam keluarga adalah
sebagai berikut (Supriyono, Iskandar & Gutama, 2015: 92):
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 31
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
1. Menanamkan pendidikan agama/ spiritual di lingkungan keluarga,
menumbuhkan kesadaran beribadah sesuai dengan ajaran agama,
bertaqwa kepada Tuhan YME.
2. Menamkan nilai-nilai moral, dimana proses menjadikan seseorang
dalam hal ini anak, tumbuh kembang sebagai warga masyarakat yang
memahami, menghayati dengan tingkah laku yang sesuai dengan
kebiasaan dan adat istiadat pada masyarakat setempat, yang melipiti
nilai-nilai dan norma-norma, seperti tata-krama, nlai sopan-santun,
kebersamaan dan gotong royong, teloransi, kebersihan lingkungan,
kerapian, kedisiplinan dan nilai kesabaran dan keuletan.
3. Menamkan jiwa sosial pada anak, kehidupan di dalam keluarga yang
penuh dengan rasa kasih sayang, tolong-menolong, gotong-royong,
teleransi, saling asah-asih-asuh, dan saling melengkapi. Social
behaviors such as helping, helping, giving, donate, or can be viewed as
an act of charity that has a positive social consequences (Kamarudin,
2012: 226) yang berarti bahwa perilaku sosial ditunjukkan dnegan
membantu, membantu, memberi, mendonasikan atau dapat dipandang
sebagai tindakan amal yang memiliki konsekuensi positif.
4. Mengembangkan ketrampilan kerumahtanggaan, dengan cara
bekerjasama dan sekaligus mengajarkan pada anak untuk belajar
menyelesaikan kebutuhan kerumahtanggaannya secara mandiri,
seperti membereskan tempat tidur, membersihkan kamar mandi,
membersihkan lingkungan rumah, mencuci piring setelah makan,
menata dan merapikan buku-buku miliknya sesuai dengan kebutuhan
anak itu sendiri.
5. Menanamkan dan mengembang-kan keterampilan okupasional dan
vokasional pada anak. Ketrampilan okupasional adalah ketrampilan
yang terkait dengan penyelesaian urusan-urusan pribadi sampai
dengan memenuhi kebutuhan ekonominya secara mandiri, sedangkan
ketrampilan vokasional adalah keterampilan yang terkait dengan
kemampuan mengerjakan pekerjaan yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi tingkat dasar dan yang meng-hasilkan nafkah.
Penanaman karakter pada anak tidak bisa dilakukan secara instan,
namun dapat dilakukan secara berkesinambungan sehingga muncul
32 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
kesadaran pada diri anak dalam melakukan hal-hal atau perilaku yang
positif. Sebagai perempuan dewasa/ ibu dalam sebuah keluarga tentunya
bisa memberikan pendampingan dan edukasi terhadap anak dalam
berperilaku. Seorang ibu di era global harus bisa menjadi seorang teman,
ibu yang mengerti akan kebutuhan bagi anak-anaknya dengan
menyesuaikan perkembangan yang ada khususnya remaja sekarang. Hal
ini dapat membuat anak lebih leluasa untuk bertukar pikiran, opini,
menyalurkan kreatifitas dengan memanfaatkan sisi-sisi positif dari
perkembangan dunia teknologi dan informasi. Penanam pendidikan
karakter pada anak bukan semata-mata mengajarkan benar salah saja,
akan tetapi juga melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),
perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik
(moral action). Melalui pelibatan pengetahuan, perasaan dan perilaku yang
baik maka akan terwujud perilaku berkarakter seutuhnya yang
memcerminkan nilai-nilai utama dalam PPK yaitu religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong dan integritas.
SIMPULAN
Pelibatan komunitas masyarakat dalam pengembangan konsep Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) memperhatikan potensi sumber daya lokal yang ada. Di
Kabupaten Pati, komunitas/ organisasi kemasyarakatan yang potensial salah satunya
yaitu Fatayat NU. Melalui keaktifan perempuan Fatayat NU, dapat menjadikan
komunitas ini menjadi salah satu kolaborator bagi sekolah formal dalam menunjang
program PPK sebagai gerakan revolusi mental.
Konsep program kegiatan yang dapat dikembangkan oleh komunitas/
organisasi Fatayat NU tentunya sesuai dengan nilai-nilai utama dalam PPK. Peran
Fatayat NU dalam pengembangan PPK sebagai organisasi diantaranya Fatayat
fasilitator remaja masjid, edukasi literasi digital, gerakan ekonomi kreatif, Fatayat
berbagi dan training integrity, sedangkan peran perempuan Fatayat NU sebagai
anggota sekaligus ibu dan orang tua, nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan
diantaranya menanamkan pendidikan agama, nilai-nilai moral, sosial, ketrampilan
kerumahtanggaan, ketrampilan okupasional dan vokasional pada anak. Metode yang
dapat dilakukan dalam pengembangan PPK dengan pembiasaan, keteladanan,
nasehat serta perhatian dan pengawasan terhadap anak.
Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 33
| Anista Ika Surachman|
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Andiarini, S. E., Arifin, I., & Nurabadi, A. 2018. Implementasi Program Penguatan
Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan dalam Peningkatan Mutu
Sekolah. JAMP: Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan. 1 (2) : 238-
244.
http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/article/download/3208/2224. (diakses pada
25 April 2019).
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter. Jakarta: Depdiknas.
Hermawan. 2017. “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat Pada
Kegiatan Student Exchange SD Muhammadiyah Paesan Pekalongan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam -Ta’lim. 15 (2) : 113-126.
http://jurnal.upi.edu/file/04_Implementasi_Pendidikan_Karakter_-_Hermawan1.pdf.
(diakses pada 10 April 2019).
Kamaruddin, S.A. 2012. Character Education and Students Social Behavior. Journal
of Education and Learning. 6 (4): 223-230.
http://journal.uad.ac.id/index.php/EduLearn/article/view/166. (diakses tanggal 13 Mei
2019)
Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Kemendikbud.
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?wpdmpro=buku-konsep-dan-pedoman-
ppk. (diakses pada 10 April 2019).
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
http://repository.unand.ac.id/22742/1/4_PANDUAN_PELAKS_PENDIDIKAN_KARAK
TER.pdf. (diakses pada 10 April 2019).
Koesoema A, Doni. 2018. Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas: Memberdayakan
Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. PT Kanisius: Yogyakarta.
Komalasari, K. & Saripudin, D. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasi Living
Values Education. Bandung: Refika Aditama.
Martini. 2018. Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran
Berbasis Kecakapan Abad 21. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan.
3 (2) : 21-27.
34 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019
Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi
| Anista Ika Surachman|
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/1038. (diakses tanggal 10 April
2019).
Mawardi, A.I. 2016. Peran Perempuan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa:
Pembacaan Kembali Atas Dasar Perspektif Islam Kontemporer. Lentera: Jurnal
Studi Perempuan 12 (1) : 1 – 14.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/lentera/article/download/2523/1630. (diakses
tanggal 10 April 2019).
Nurkholis, I., Masrukhi2 & Juhadi. 2018. Full-day School Application and Its Effect on
Character Building of Students (Case Study at Elementary School Nasima
Semarang). Journal of Educational Social Studies. 7 (2) : 224 – 230.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/download/27787/12196/.
(diakses tanggal 13 Mei 2019).
Soekanto, S. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid 2,
Penerjemah: Chusairi dan Damanik). Jakarta: Erlangga.
Supriyono, Iskandar, H., & Gutama. 2015. Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.
http://repositori.kemdikbud.go.id/6173/1/PKPKB%20OK%20PRINT.pdf. (diakses
tanggal 20 April 2019)
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta:
Depdiknas.
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. (diakses 15 April 2019).
Vinasari, W. R. 2018. Peran Komunitas Ledhok Timoho Dalam Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini di Sekolah Gajah Wong Yogyakarta. Jurnal Kebijakan
Pendidikan. 7 (2) : 176-189.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/sakp/article/viewFile/13078/1263
4. (diakses tanggal 25 April 2019)
Yetri & Firdous, Rijal. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Di Kabupaten Tulang
Bawang Provinsi Lampung. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. 8 (2) : 267-
279.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/download/2131/1615.
(diakses tanggal 20 April 2019)