penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas

18
Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli Desember 2019 ISSN : 2088-3102 PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS MASYARAKAT MELALUI PEREMPUAN FATAYAT NU DI ERA GLOBALISASI Anista Ika Surachman Sekolah Tinggi Agama Islam Pati [email protected] ABSTRAK Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperkuat karakter siswa melalui gerakan nasional revolusi mental. Program ini dilakukan guna mempersiapkan generasi milenial terhindar dari dampak negatif kemajuan teknologi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja serta mulai memudarnya nilai-nilai religiulitas dan kearifan lokal budaya bangsa. Salah satu konsep dasar PPK yaitu PPK berbasis komunitas masyarakat yang didalamnya melibatkan peran organisasi kemasyarakatan yang ada. Eksistensi keberadan Fatayat NU sebagai organisasi perempuan kemasyarakatan hingga Anak Ranting di Kabupaten Pati menunjukkan bahwa Fatayat NU dapat dijadikan sebagai kolabolator yang potensial dalam mengembangkan PPK. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep-konsep mengembangkan nilai-nilai PPK melalui peran perempuan Fatayat NU pada anak untuk menghadapi tantangan global yang meliputi olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, dan olah raga dalam bentuk kristalisasi nilai-nilai karakter yang meliputi religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Metode yang digunakan yaitu deskripsi kualitatif. Pengembangan nilai-nilai PPK melalui perempuan Fatayat NU memberikan pemahaman yang lebih diterima oleh anak milenial mengingat keanggotaan dari Fatayat NU itu sendiri didominasi oleh perempuan muda atau ibu-ibu muda sehingga akan lebih fleksibel untuk melakukan pendekatan dalam menguatkan karakter anak di era globalisasi. Kata Kunci: Penguatan pendidikan karakter, Fatayat NU, era globalisasi ABSTRACT Strengthening Character Education (PPK) is a program of the Ministry of Education and Culture to strengthen student character through the national movement of mental revolution. This program is carried out to prepare the millennial generation to avoid the negative impact of technological advances and communication on adolescent lifestyles and begin to fade the values of religiosity and local wisdom of the nation's culture. One of the basic

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019 ISSN : 2088-3102

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

MASYARAKAT MELALUI PEREMPUAN FATAYAT NU

DI ERA GLOBALISASI

Anista Ika Surachman

Sekolah Tinggi Agama Islam Pati

[email protected]

ABSTRAK

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperkuat karakter siswa melalui

gerakan nasional revolusi mental. Program ini dilakukan guna

mempersiapkan generasi milenial terhindar dari dampak negatif kemajuan

teknologi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja serta mulai

memudarnya nilai-nilai religiulitas dan kearifan lokal budaya bangsa. Salah

satu konsep dasar PPK yaitu PPK berbasis komunitas masyarakat yang

didalamnya melibatkan peran organisasi kemasyarakatan yang ada.

Eksistensi keberadan Fatayat NU sebagai organisasi perempuan

kemasyarakatan hingga Anak Ranting di Kabupaten Pati menunjukkan

bahwa Fatayat NU dapat dijadikan sebagai kolabolator yang potensial

dalam mengembangkan PPK. Penulisan artikel ini bertujuan untuk

mendeskripsikan konsep-konsep mengembangkan nilai-nilai PPK melalui

peran perempuan Fatayat NU pada anak untuk menghadapi tantangan

global yang meliputi olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, dan olah raga

dalam bentuk kristalisasi nilai-nilai karakter yang meliputi religius,

nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Metode yang digunakan

yaitu deskripsi kualitatif. Pengembangan nilai-nilai PPK melalui perempuan

Fatayat NU memberikan pemahaman yang lebih diterima oleh anak milenial

mengingat keanggotaan dari Fatayat NU itu sendiri didominasi oleh

perempuan muda atau ibu-ibu muda sehingga akan lebih fleksibel untuk

melakukan pendekatan dalam menguatkan karakter anak di era globalisasi.

Kata Kunci: Penguatan pendidikan karakter, Fatayat NU, era globalisasi

ABSTRACT

Strengthening Character Education (PPK) is a program of the Ministry of

Education and Culture to strengthen student character through the national

movement of mental revolution. This program is carried out to prepare the

millennial generation to avoid the negative impact of technological advances

and communication on adolescent lifestyles and begin to fade the values of

religiosity and local wisdom of the nation's culture. One of the basic

Page 2: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

18 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

concepts of KDP is community-based KDP, which involves the role of

existing community organizations. The existence of Fatayat NU as a social

women's organization to the Twigs in Pati District shows that Fatayat NU

can be used as a potential collaborator in developing KDP. The writing of

this article aims to describe the concepts of developing KDP values through

the role of Fatayat NU women in children to face global challenges which

include thought, heart processing, taste and intention, and sports in the form

of crystallization of character values that include religious, nationalist,

independent, mutual cooperation and integrity. The method used is a

qualitative description. The development of KDP values through Fatayat NU

women gives a more accepted understanding to millennial children

considering the membership of Fatayat NU itself is dominated by young

women or young mothers so that it will be more flexible to approach in

strengthening the character of children in the globalization era.

Keywords: Strengthening character education, Fatayat NU, globalization

era

Page 3: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 19

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi di era globalisasi

menjadi tantangan tersendiri bagi setiap bangsa dalam mempertahankan karakter

budaya bangsa. Globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mendunia di

mana mendunia saat ini tidak perlu dilakukan dengan datang mengelilingi dunia

namun dapat dilakukan hanya dengan melalui Smartphone. Kemudahan dalam

mengakses internet tanpa batas melalui Smartphone di era global ini telah merubah

perilaku individu/ kelompok masyarakat, khususnya anak milineal untuk selalu update

dalam mengikuti perkembangan yang ada di dunia.

Tidak bisa dipungkiri bahwasanya anak milineal atau remaja saat ini dapat

dikatakan sebagai “anak sosmed” atau anak sosial media. Segala macam informasi

dapat diakses dengan cepat melalui sosial media. Posistif negatif semuanya ada,

namun tidak semua remaja bisa memanfatkan kemajuan teknologi informasi melalui

Smartphone ini dengan bijak, khususnya remaja.

Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa transisi, masa disaat individu

berkembang dari pertama kali menunjukkan perubahan tanda-tanda seksual,

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa,

serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan

yang mandiri dan masa di mana pengambilan keputusan meningkat (Santrock, 2002:

16). Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa kritis identitas atau masalah identitas

ego remaja. Dekadensi moral di kalangan remaja saat ini tidak kalah memprihatinkan.

Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih

kerap diperlihatkan oleh remaja. Maraknya bentuk-bentuk kenakalan remaja atau

krisis akhlak sebagai akibat dari pencarian jati diri remaja itu sendiri. Hal ini membuat

pemerintah selalu melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap program atau

kebijakan yang diambil dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

yang handal, khususnya dalam dunia pendidikan.

Salah satu upaya pemerintah untuk untuk mewujudkan kulaitas SDM yang

handal menuju generasi emas 2045 yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan

memilki keunggulan daya saing di era global yaitu melalui Program Penguatan

Karakter (PPK). PPK merupakan program pendidikan di sekolah yang ditujuan untuk

memperkuat karakter siswa sebagai bentuk Gerakan Nasioanal Revolusi Mental

(GNRM) melalui harmonisasi antara olah hati, rasa, pikir dan olah raga dengan

dukungan keterlibatan publik dan kerjasama antar sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Page 4: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

20 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

PPK ini dibentuk sebagai wujud nyata Agenda Nawacita Pemerintah nomor 8 yaitu

tentang penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan

karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental. Hal ini sesuai Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan

Pendidikan Nasional adalah mengembang-kan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Pada dasarnya pendidikan karakter tidak semata-mata menjadi persoalan

lingkup lembaga pendidikan formal saja, namun menjadi urusan semua orang.

Prakteknya dalam menumbuhkan dan menbentuk karakter/ kepribadian yang baik

untuk individu pada lembaga pendidikan, tidak terlepas adanya kerjasama dengan

pihak luar lembaga pendidikan seperti keluarga dan masyarakat. Hal ini didukung hasil

penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat begitu

antusias menyambut program PPK, dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi

secara aktif dalam ikut mensukseskan program PPK (Yetri & Firdous, 2017: 276).

Bentuk pelaksanaan PPK salah satunya dengan kolaboratif. Kolaboratif adalah

pembelajaran yang mengkolaborasikan dan memberdayakan berbagai potensi

sebagai sumber belajar dan/ atau pelibatan masyarakat yang mendukung Penguatan

Pendidikan Karakter (Kemendikbud, 2017: 19). Pelibatan publik memanglah sangat

penting dalam mewujudkan tujuan dari PPK sebagi wujud gerakan revolusi mental.

Publik yang dimaksud adalah komunitas, organisasi, masyarakat, lembaga

pemerintah ataupun nonpemerintah (Koesoemo: 2018: 37). Elemen-elemen yang ada

dalam pelibatan publik pada PKK dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Page 5: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 21

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

Gambar 1. Konsep Pelibatan Publik dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Gambar 1, terlihat bahwa komponen utama pelibatan publik dalam PPK yaitu

orang tua, komite sekolah, dan masyarakat eksternal lingkungan sekolah. Elemen

masyarakat eksternal lingkungan sekolah salah satunya yaitu ahli/ komunitas/

organisasi/ lembaga masyarakat.

Keberadaan komunitas masyarakat memiliki peran yang penting dalam

mendukung jalanya PPK bagi siswa di lembaga pendidikan. Secara sederhana,

komunitas dapat diartikan sebagai kumpulan individu yang memiliki persamaan

kepentingan, kebutuhan dan tujuan. Komunitas dalam pelaksaan PPK tidak sebatas

pada komunitas sekolah namun komunitas diluar sekolah. Komunitas (Koeseoma,

2018: 22) adalah kumpulan individu yang memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan.

Konsep komunitas seperti yang disebutkan (Soekanto, 2015: 102) bahwa kelompok

sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup

bersama, karena adanya hubungan yang menyangkut hubungan timbal balik yang

saling memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.

Komunitas dalam masyarakat yang dapat diajak kerjasama dalam PPK tentunya

banyak sekali, salah satunya yaitu komunitas perempuan Fatayat NU.

Fatayat NU merupakan oraganisasi perempuan kemasyarakatan di bawah

badan otonom ormas besar di Indonesia yaitu Nahdlotul Ulama (NU). Sebagai salah

satu organisasi besar, struktur organisasinya juga semakin kuat, yang dibuktikan

dengan kepengurusan Fatayat mulai dari yang paling rendah tingkat desa (Anak

Ranting dan Ranting) sampai tingkat nasional tingkat pusat. Sebagai organisasi besar,

Page 6: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

22 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

tentu saja organisasi ini memberikan kontribusi positif kepada daerah, salah satunya

dalam bidang penerangan dan pendidikan.

Tujuan didirikan organisasi perempuan Fatayat NU yaitu salah satunya

terbentuknya pemudi islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia

(alkarimah), bermoral, cakap, tanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan

bangsa. Hal ini menunjukkan bahwasanya organisasi/ komunitas ini sejalan dengan

apa yang ditujukan oleh kebijakan pemerintah tentang PPK sebagai wujud gerakan

revolusi mental bangsa. Hal ini menunjukkan bahwasanya organisasi/ komunitas ini

sejalan dengan apa yang ditujukan oleh kebijakan pemerintah tentang PPK sebagai

wujud gerakan revolusi mental bangsa. Berdasarkan hal tersebut maka perempuan

Fatayat NU memiliki peran strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam

mengembangkan PPK pada anak. Keangotaan yang didominasi oleh ibu-ibu muda

membuat lebih fleksibel dalam meumbuhkan dan membentuk karakter anak. Selain

sebagai anggota organisasi Fatayat NU, perempuan Fatayat Nu ini juga berperan

sebagai ibu dalam rumah tangga yang tentunya dalam hal ini memilki kontak secara

langsung dengan anak sehingga lebih mudah dalam melakukan pendekatan guna

mewujudkan tujuan PPK.

Penelitian mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebelum-

sebelumnya pada umumnya PPK berbasis sekolah, seperti penelitian yang dilakukan

oleh Andiarini, Imron & Nurabadi, tentang “Implementasi Program Penguatan

Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan dalam Peningkatan Mutu

Sekolah”, selanjutnya Nurkholis, Masrukhi & Juhadi tentang “Full-day School

Application and Its Effect on Character Building of Students” yang menunjukkan

bahwa Full-Day School memberikan dampak positif terhadap karakter siswa seperti

siswa lebih disiplin, tanggungjawab, sopan dan mandiri. Martini (2018) tentang

“Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran Berbasis

Kecakapan Abad 21” yang menyebutkan bahwa pengembangan karakter untuk

generasi muda saat ini tidak lepas dari budaya dan tiga lingkungan yang mendukung

keluarga, sekolah dan masyarakat. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh

Hermawan (2017) tentang “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

Pada Kegiatan Student Exchange SD Muhammadiyah Paesan Pekalongan” yang

menyebutkan bahwa nilai karakter yang berkembang selain sholeh dan kreatif adalah

sikap bersahabat dan peduli sosial maupun lingkungan. Selanjutnya penelitian

Page 7: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 23

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

Vinasari (2018) tentang “Peran Komunitas Ledhok Timoho Dalam Pendidikan

Karakter Anak Usia Dini di Sekolah Gajah Wong Yogyakarta”.

Pelibatan komunitas masyarakat dalam mensukseskan program PPK yang

dicanangkan oleh pemerintah sebagai bentuk gerakan revolusi mental sangat

diperlukan. Hal ini karena peran serta masyarakat sangat efektif dalam memberikan

dukungan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berkembang salah satunya di

Kabupaten Pati. Bentuk sumber daya lokal yang berkembang pesat di Kabupaten Pati

salah satunya yaitu Fatayat NU. Kegiatan Perempuan Fatayat NU di Kabupaten Pati

dapat dikatakan termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan rutinan

setiap satu bulan sekali yang aktif hingga Anak Ranting. Berdasarkan hal tersebut

menunjukan bahwasanya Perempuan Fatayat NU dapat dijadikan sebagai salah satu

kolabolator pihak sekolah formal dalam mendukung program PPK pemerintah

sehingga perlu adanya kajian mengenai konsep tentang program Penguatan

Pendidikan Karakter bagi anak melalui Perempuan Fatayat NU dalam mengahdapi

era globalisasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitaif yang

bersifat studi pustaka (library research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan menggunakan dokumen berupa buku literature dan jurnal penelitian

sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan

menelaah buku literature dan jurnal penelitian sebelumnya yang dapat memberikan

gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis

mengenai nilai-nilai dan konsep pengembangan Penguatan Pendidikan Karakter

(PPK) berbasis komunitas masyarakat.

PEMBAHASAN

1. Konsep Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Komunitas

Masyarakat

Peningkatan kualitas karakter bangsa, khususnya remaja dapat dilakukan

melalui pendidikan karakter dimana karakter dari individu tercermin dari pola

perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karakter berkaitan dengan moral,

berkonotasi positif, bukan netral, sehingga orang disebut berkarakter ketika

Page 8: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

24 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

orang tersebut mempunya kualitas moral (tertentu) positif (Komalasari &

Saripudin, 2017: 2). Pendidikan membangun karakter berarti membangun sifat

atau pola perilaku yang berkaitan dengan kualitas moral yang baik atau positif.

Salah satu yang melatarbelakangi urgensi dari Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) yaitu untuk mengatasi dampak negatif dari perkembangan dunia

teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi terhadap gaya hidup

remaja dan pudarnya nilai-nilai religiulitas dan kearifan local budaya bangsa.

Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah Gerakan

pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat

karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan

olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,

dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

(Perpres No.87, 2017: 5). Konsep pengembangan nilai-nilai karakter pada PPK

dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 2. Bagan Pengembangan Nilai-Nilai Karakter

Karakter dari individu secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah

hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan,

kapasitas moral dan ketegaran dalam mengahadapi kesulitan dan tantangan

(Komalasari & Saripudin, 2017: 3). Pengembangan nilai-nilai karakter

disesuaikan dengan kondisi sekolah/wilayah masing-masing, bisa dimulai

dengan hal-hal yang mudah dan sederhana seperti sikap religius, jujur, toleransi,

disiplin dan lain sebagainya. Gerakan PPK yang dicanangkan oleh Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan mengidentifikasi lima nilai utama karakter yang

Page 9: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 25

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai

prioritas, yaitu (Kemendikbud, 2017: 8):

a. Religius, mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Nasionalis, menempatkan kepenti-ngan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

c. Mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan tenaga,

pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

d. Gotong Royong, merukapan karakter mencerminkan tindakan

menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan

persoalan bersama.

e. Integritas, upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Dalam menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentunya tidak

cukup hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Pelibatan publik dengan memper-

timbangkan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti kebera-

daan serta dukungan pegiat seni & budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha dan

dunia industri juga dibutuhkan oleh sekolah dalam membentuk karakter peserta

didik. Sinkronisasi program dan kegiatan melalui kerja sama dengan orang tua

murid, akademisi, pegiat pendidikan, organisasi, komunitas masyarakat juga

diperlukan untuk memperkuat karakter generasi muda penerus bangsa.

Komunitas masyarakat dapat menjadi kontributor bagi sekolah untuk

memecahkan masalah disekitarnya khususnya terkait dengan akhlak peserta

didik. Kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya

ditentukan oleh keterlibatan orang-orang dalam, melainkan juga ditentukan oleh

adanya keterlibatan “orang-orang luar” sekolah yaitu orang tua siswa dan

komunitas karakter (Hermawan, 2017: 120). Berikut adalah enam langkah

pengembangan desain pendidikan karakter berbasis komunitas melalui Fatayat

NU sesuai dengan rationale menurut Albertus (Koesoema, 2018: 140).

a. Prioitas Keutaman Nilai

Prioritas nilai karakter yang dikem-bangkan sesuai dengan nilai utama

karakter yang terdiri dari nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong

dan integritas. Prioritas keutaman nilai meliputi fokus kegiatan, deskripsi

kegiatan dan relevansi. Fokus kegia-tan sesuai dengan nilai karakter yang

Page 10: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

26 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

dikembangkan dan memiliki relevansi antara kegiatan dengan komunitas/

organisasi itu sendiri.

b. Tujuan

Tujuan yang dimaksud yaitu tujuan dari kegiatan program yang akan

dilakukan sesuai dengan pengem-bangan nilai-nilai karakter.

c. Perilaku yang Harapan

Perilaku yang diharapkan yaitu perilkau yang terbentuk dalam setiap

program kegiatan komunitas/ orga-nisasi masyarakat sesuai dengan

tujuan program kegiatan.

d. Ruang bagi Tindakan

Ruang tindakan terdiri dari tiga poin, yaitu pertama, bentuk kegiatan

program kegiatan berbasis komunitas yang dapat dilakukan dengan

misal-nya seminar atau kegiatan rutinan keorganisasian. Kedua yaitu

langkah kegiatan yang dapat dilakukan dengan mulai mendesain/

merumuskan prog-ram berdasarkan perma-salahan yang sedang

dibutuhkan solusinya dan melaksanakan bentuk program kegia-tan.

Ketiga yaitu metode yang digunakan dapat dilakukan dengan pemberian

informasi mengenai pro-gram kegiatan, pembiasaan terstruktur

dilingkungan komunitas itu sendiri. Keempat sarana yang dibutuh-kan

dalam pengembangan program seperti booklet, modul, hand out materi,

proyektor dan LCD dan lain sebagainya.

e. Penilaian

Penilaian atau evaluasi digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksa-

naan program sudah sesui dengan tujuan program yang direncanakan.

Hal ini dapat dilakukan dengan melihat apakah program yang disusun

sudah terlaksana dengan baik atau belum dan evaluasi secara individual

masing-maisng peserta program kegiatan.

f. Refleksi

Refleksi fokus pada pengalaman individual peserta program kegiatan

PPK berbasis komunitas masyarakat.

Page 11: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 27

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

Gambar 3: Langkah-langkah Pengembangan Pengutan Pendidikan

Karakter (PPK) Berbasis Komunitas Masyarakat

2. Peran Perempuan Fatayat NU dalam Mengembangkan Program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK)

Fatayat NU sebagai organisasi perumpuan, tentunya memiliki peranan

penting dalam pembentukan karakter generasi muda khususnya pada era

globalisasi ini. Joseph Klausner menyebutkan bahwa “the social position of

women in any land is the evidence of the country‟s cultural state”, artinya posisi

wanita di tanah manapun adalah bukti dari posisi budaya dari negara itu

(Mawardi, 2016: 1). Melalui perempuan, generasi muda dibentuk agar menjadi

generasi bangsa yang berkarakter, sehat, dan cerdas. Hal ini menunjukkan

bahwa perempuan memiliki posisi strategis dalam pembentukan karakter anak.

a. Peran Fatayat NU Sebagai Organisasi/ Komunitas Kemasyarakatan

Page 12: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

28 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

Tabel 1 menunjukkan gambaran mengenai konsep pengembangan

PPK Berbasis Komunitas Masyarakat Melalui Fatayat NU. Konsep yang

dikembangkan menyesuaikan dengan permasalahan yang ada saat ini. Era

globalisasi yang dapat dikatakan sebagai eranya digital membuat

Komunitas Fatayat NU harus bisa beradaptasi menyesuaiakan kebutuhan

anak milineal khususnya membentuk karakter atau akhlak remaja.

Sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang struktur

organisasinya aktif hingga tingkat Ranting (Desa) bahkan Anak Ranting

(Dusun) khususnya di Kabupaten Pati, menunjukkan bahwa Fatayat NU

Page 13: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 29

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

memiliki posisi strategis dalam dalam kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan

Fatayat NU yang rutin diadakan satu bulan sekali menunjukkan bahwa

Fatayat NU di Kabupaten Pati memiliki celah yang sangat efektif dalam

menunjang implementasi PPK.

b. Sebagai Anggota Perempuan Fatayat NU

Sebagai anggota, tentunya perempuan Fatayat NU memiliki peran

ganda, yaitu sebagai perempuan anggota Fatayat NU itu sendiri dan orang

tua, dimana seorang ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi

anak-anaknya. Melalui anggota Fatayat inilah yang nantinya terjun

langsung membaur dengan anak dan lingkungan masyarakatnya.

Di era global, peran ibu sebagai pendidik dan penggerak revoluasi

mental sangatlah besar karena ibu memiliki kedekatan dengan anak baik

secara emosional ataupun secara edukasional. Oleh sebab itu, sebagai

perempuan ataupun seorang ibu di zaman now harus menjadi sosok hebat,

inspiratif, menjadi role model bagi anak bangsa sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi. Dalam membentuk karakter anak yang

terarah, ada empat tahapan, yaitu karakter dibentuk dari 1) pola tingkah

laku (behavior pattern) dan kebiasaan seseorang dalam berperilaku, 2)

keyakinan dari hati untuk berubah dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam

diri seseorang, 3) pemahaman dan 4) lesson plan, perencanaan

pembelajaran (Komalasari & Saripudin, 2017: 8).

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era

global telah mempermudah hubungan antarindividu, khususnya kalangan

remaja. Sebagai orang tua di era global harus bisa memanfaatkan

kemudahan dalam berkomunikasi dan informasi untuk dapat melakukan

pengawasan kepada perilaku anak. salah satu cara yang dapat digunakan

untuk berkomunikasi antar orang tua saat ini melalui group whatsspp.

Dengan semakin mudahnya cara berkomunikasi setidaknya bisa menjadi

lebih mudah bagi orang tua khususnya ibu dalam melakukan pengawasan

terhadap perilaku anak.

Melalui bekal pengetahuan yang sudah diperoleh dari organisasi/

komunitas Fatayat NU, dalam menerapkan PPK dikehidupan sehari-hari

tentunya akan lebih memudahkan perempuan/ ibu dalam membangun

karakter kepribadian anak. Penerapan PPK dilaksanakan mulai dari sedikit,

Page 14: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

30 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

esensial, sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi

masing-masing (Komalasari & Saripudin, 2017: 7). Sebagai anggota

perempuan Fatayat NU, pengembangan karakter pada anak dapat

dilakukan dengan cara-cara berikut ini.

1. Pembiasaan; merupakan cara yang mudah dalam menerapkan PPK

pada anak. Kemendiknas juga sudah menyebutkan bahwa pendidikan

karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik

(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak

bersadarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya

(Kemendiknas, 2011: 6). Proses pembiasaan menekankan pada

pengalaman langsung dan berfungsi sebagai perekat antara tindakan

karakter dan diri seseorang. Pembiasaan dapat dilakukan dengan

membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian.

2. Keteladanan; sebagai orang tua khususnya ibu, harus bisa menjadi suri

tauladan yang baik bagi anggota keluarganya. Sebagai ibu harus bisa

menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai yang ingin

dikembangkan. Bahkan dalam sistem pendidikan yang dirancang oleh

Ki Hajar Dewantara juga menegakan perlu-nya keteladanan dengan

istilah “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani”. Penanaman nilai dalam keluarga sangat tergantung dari

eksposisi nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh oran tua, dan

dilihat, didengar oleh anak-anak dalam sikap dan perkataan (Koesoema,

2018: 85).

3. Nasehat, nasehat merupakan metode yang efektif dalam membentuk

keimanan anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya.

4. Perhatian dan pengawasan, senantiasa mencurahkan perhatian penuh,

mengikuti perkembangan anak dan mengawasinya dalam membentuk

akidah, akhlak, mengawasi kesiapan mental, rasa sosial dan juga terus

mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik maupun intelektualnya.

Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan sebagai anggota

perempuan Fatayat NU sekaligus perempuan/ ibu dalam keluarga adalah

sebagai berikut (Supriyono, Iskandar & Gutama, 2015: 92):

Page 15: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 31

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

1. Menanamkan pendidikan agama/ spiritual di lingkungan keluarga,

menumbuhkan kesadaran beribadah sesuai dengan ajaran agama,

bertaqwa kepada Tuhan YME.

2. Menamkan nilai-nilai moral, dimana proses menjadikan seseorang

dalam hal ini anak, tumbuh kembang sebagai warga masyarakat yang

memahami, menghayati dengan tingkah laku yang sesuai dengan

kebiasaan dan adat istiadat pada masyarakat setempat, yang melipiti

nilai-nilai dan norma-norma, seperti tata-krama, nlai sopan-santun,

kebersamaan dan gotong royong, teloransi, kebersihan lingkungan,

kerapian, kedisiplinan dan nilai kesabaran dan keuletan.

3. Menamkan jiwa sosial pada anak, kehidupan di dalam keluarga yang

penuh dengan rasa kasih sayang, tolong-menolong, gotong-royong,

teleransi, saling asah-asih-asuh, dan saling melengkapi. Social

behaviors such as helping, helping, giving, donate, or can be viewed as

an act of charity that has a positive social consequences (Kamarudin,

2012: 226) yang berarti bahwa perilaku sosial ditunjukkan dnegan

membantu, membantu, memberi, mendonasikan atau dapat dipandang

sebagai tindakan amal yang memiliki konsekuensi positif.

4. Mengembangkan ketrampilan kerumahtanggaan, dengan cara

bekerjasama dan sekaligus mengajarkan pada anak untuk belajar

menyelesaikan kebutuhan kerumahtanggaannya secara mandiri,

seperti membereskan tempat tidur, membersihkan kamar mandi,

membersihkan lingkungan rumah, mencuci piring setelah makan,

menata dan merapikan buku-buku miliknya sesuai dengan kebutuhan

anak itu sendiri.

5. Menanamkan dan mengembang-kan keterampilan okupasional dan

vokasional pada anak. Ketrampilan okupasional adalah ketrampilan

yang terkait dengan penyelesaian urusan-urusan pribadi sampai

dengan memenuhi kebutuhan ekonominya secara mandiri, sedangkan

ketrampilan vokasional adalah keterampilan yang terkait dengan

kemampuan mengerjakan pekerjaan yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan pribadi tingkat dasar dan yang meng-hasilkan nafkah.

Penanaman karakter pada anak tidak bisa dilakukan secara instan,

namun dapat dilakukan secara berkesinambungan sehingga muncul

Page 16: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

32 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

kesadaran pada diri anak dalam melakukan hal-hal atau perilaku yang

positif. Sebagai perempuan dewasa/ ibu dalam sebuah keluarga tentunya

bisa memberikan pendampingan dan edukasi terhadap anak dalam

berperilaku. Seorang ibu di era global harus bisa menjadi seorang teman,

ibu yang mengerti akan kebutuhan bagi anak-anaknya dengan

menyesuaikan perkembangan yang ada khususnya remaja sekarang. Hal

ini dapat membuat anak lebih leluasa untuk bertukar pikiran, opini,

menyalurkan kreatifitas dengan memanfaatkan sisi-sisi positif dari

perkembangan dunia teknologi dan informasi. Penanam pendidikan

karakter pada anak bukan semata-mata mengajarkan benar salah saja,

akan tetapi juga melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),

perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik

(moral action). Melalui pelibatan pengetahuan, perasaan dan perilaku yang

baik maka akan terwujud perilaku berkarakter seutuhnya yang

memcerminkan nilai-nilai utama dalam PPK yaitu religius, nasionalis,

mandiri, gotong royong dan integritas.

SIMPULAN

Pelibatan komunitas masyarakat dalam pengembangan konsep Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) memperhatikan potensi sumber daya lokal yang ada. Di

Kabupaten Pati, komunitas/ organisasi kemasyarakatan yang potensial salah satunya

yaitu Fatayat NU. Melalui keaktifan perempuan Fatayat NU, dapat menjadikan

komunitas ini menjadi salah satu kolaborator bagi sekolah formal dalam menunjang

program PPK sebagai gerakan revolusi mental.

Konsep program kegiatan yang dapat dikembangkan oleh komunitas/

organisasi Fatayat NU tentunya sesuai dengan nilai-nilai utama dalam PPK. Peran

Fatayat NU dalam pengembangan PPK sebagai organisasi diantaranya Fatayat

fasilitator remaja masjid, edukasi literasi digital, gerakan ekonomi kreatif, Fatayat

berbagi dan training integrity, sedangkan peran perempuan Fatayat NU sebagai

anggota sekaligus ibu dan orang tua, nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan

diantaranya menanamkan pendidikan agama, nilai-nilai moral, sosial, ketrampilan

kerumahtanggaan, ketrampilan okupasional dan vokasional pada anak. Metode yang

dapat dilakukan dalam pengembangan PPK dengan pembiasaan, keteladanan,

nasehat serta perhatian dan pengawasan terhadap anak.

Page 17: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

Jurnal Tarbawi Vol. 16. 2. Juli – Desember 2019 | 33

| Anista Ika Surachman|

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

DAFTAR PUSTAKA

Andiarini, S. E., Arifin, I., & Nurabadi, A. 2018. Implementasi Program Penguatan

Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan dalam Peningkatan Mutu

Sekolah. JAMP: Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan. 1 (2) : 238-

244.

http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/article/download/3208/2224. (diakses pada

25 April 2019).

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan

Pendidikan Karakter. Jakarta: Depdiknas.

Hermawan. 2017. “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat Pada

Kegiatan Student Exchange SD Muhammadiyah Paesan Pekalongan. Jurnal

Pendidikan Agama Islam -Ta’lim. 15 (2) : 113-126.

http://jurnal.upi.edu/file/04_Implementasi_Pendidikan_Karakter_-_Hermawan1.pdf.

(diakses pada 10 April 2019).

Kamaruddin, S.A. 2012. Character Education and Students Social Behavior. Journal

of Education and Learning. 6 (4): 223-230.

http://journal.uad.ac.id/index.php/EduLearn/article/view/166. (diakses tanggal 13 Mei

2019)

Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta:

Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Kemendikbud.

https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?wpdmpro=buku-konsep-dan-pedoman-

ppk. (diakses pada 10 April 2019).

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan.

http://repository.unand.ac.id/22742/1/4_PANDUAN_PELAKS_PENDIDIKAN_KARAK

TER.pdf. (diakses pada 10 April 2019).

Koesoema A, Doni. 2018. Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas: Memberdayakan

Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. PT Kanisius: Yogyakarta.

Komalasari, K. & Saripudin, D. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasi Living

Values Education. Bandung: Refika Aditama.

Martini. 2018. Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran

Berbasis Kecakapan Abad 21. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan.

3 (2) : 21-27.

Page 18: PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KOMUNITAS

34 | Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 2. Juli – Desember 2019

Penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas masyarakat melalui perempuan fatayat NU di era globalisasi

| Anista Ika Surachman|

http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/1038. (diakses tanggal 10 April

2019).

Mawardi, A.I. 2016. Peran Perempuan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa:

Pembacaan Kembali Atas Dasar Perspektif Islam Kontemporer. Lentera: Jurnal

Studi Perempuan 12 (1) : 1 – 14.

https://journal.unesa.ac.id/index.php/lentera/article/download/2523/1630. (diakses

tanggal 10 April 2019).

Nurkholis, I., Masrukhi2 & Juhadi. 2018. Full-day School Application and Its Effect on

Character Building of Students (Case Study at Elementary School Nasima

Semarang). Journal of Educational Social Studies. 7 (2) : 224 – 230.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/download/27787/12196/.

(diakses tanggal 13 Mei 2019).

Soekanto, S. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid 2,

Penerjemah: Chusairi dan Damanik). Jakarta: Erlangga.

Supriyono, Iskandar, H., & Gutama. 2015. Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan

Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

http://repositori.kemdikbud.go.id/6173/1/PKPKB%20OK%20PRINT.pdf. (diakses

tanggal 20 April 2019)

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta:

Depdiknas.

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. (diakses 15 April 2019).

Vinasari, W. R. 2018. Peran Komunitas Ledhok Timoho Dalam Pendidikan Karakter

Anak Usia Dini di Sekolah Gajah Wong Yogyakarta. Jurnal Kebijakan

Pendidikan. 7 (2) : 176-189.

http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/sakp/article/viewFile/13078/1263

4. (diakses tanggal 25 April 2019)

Yetri & Firdous, Rijal. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Di Kabupaten Tulang

Bawang Provinsi Lampung. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. 8 (2) : 267-

279.

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/download/2131/1615.

(diakses tanggal 20 April 2019)