pengolahan limbah cair di industri

Upload: ismi-siti-hanifah

Post on 30-Oct-2015

298 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Penjelasan bagaimana cata pengolahan limbah cair di Industri

TRANSCRIPT

  • PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT PEROKSIDA INDONESIA

    PRATAMA

    1. Identifikasi Proses Penghasil Limbah

    1.1 Jenis Limbah

    Pada proses pembuatan hidrogen peroksida terdapat limbah yang dihasilkan.

    Limbah-limbah ini akan diolah lebih lanjut oleh seksi pengolahan limbah atau di PT

    Peroksid Indonesia Pratama ini disebut seksi lingkungan. Adapun limbah buangan

    yang ada antara lain :

    Limbah cair yang dihasilkan adalah air buangan proses yang bercampur

    dengan WS atau pelarut yang tidak ter-recovery

    Air buangan dari proses regenerasi penukar pada seksi #3400 (unit PW)

    Air hasil buangan dari pencucian PE can, Container 1 MT, dan 16 MT

    Air sisa pengenceran H2O2 pada seksi pengisian ( #2500)

    1.2 Proses Pengolahan Limbah

    Unit pemgolahan limbah buangan berfungsi untuk mengolah semua limbah

    yang berasal dari pabrik sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan ini bertujuan

    agar limbah yang dibuang ke lingkungan tidak mencemari lingkungan. Hal ini juga

    dilakukan untuk membuktikan motto dari PT Peroksida Indonesia Pratama. Limbah

    cair yang dihasilkan adalah air buangan proses yang bercampur dengan WS ata

    pelarut yang tidak ter-recovery, air buangan dari proses regenerasi penukar pada seksi

    #3400 (unit PW), dan air hasil buangan dari pencucian PE can dan Container IT serta

    sisa pengenceran H2O2 pada seksi pengisia (#2500). Aliran pengolahan ketiga jenis

    limbah tersebut disajika dalam gambar di bawah ini.

    Gambar 01. Unit Pengolahan Limbah Cair

    #2400

    Saluran keluar

    END

    PIT Proses

    #2500 Pengenceran

    H2O2

    Pemisahan

    WS

    Netralisasi Asam-Basa

  • a) Unit Pengolahan Limbah Cair

    Pada pengolahan limbah cair dari proses, WS atau pelarut dipisahkan terlebih

    dahulu dengan cara settling berdasarkan perbedaan densitas antara WS dengan air.

    WS yang tidak saling larut dengan air memiliki densitas yang lebih kecil

    dibandingkan dengan air sehingga akan berada dilapisan bagian atas. WS atau pelarut

    diambil untuk di-recovery, sedangkan bagian bawah yaitu air dialirkan ke bagian

    pembuangan akhir.

    Air sisa regenerasi penukaran ion di seksi #3400 (unit PW) mengandung asam

    khlorida (HCl) dan NaOH. Sebelum dibuang ke pembuangan akhir dinetralkan pada

    kolam penetralan. Kolam penetralan di PT Peroksida Indonesia Pratama ini berukuran

    3x3x3,4 m3 dan dilengkapi dengan paddle berdiameter 432 mm.

    Semua air buangan yang sudah diolah ditampung dalam kolam penampungan

    akhir. Di dalam kolam mini secara rutin dilakukan pemeriksaan dan dianalisa di

    laboratorium sebelum dialirkan ke luar lingkungan pabrik.

    Parameter kualitas limbah yang dianalisa oleh laboratorium tertera pada tabel di

    bawah ini. Hasil analisa ini secara rutin dilaporkan ke uni pengolahan limbah PT

    Pupuk Kujang sebagai penanggung jawab pengolahan limbah di kawasan Industri

    Kujang Cikampek (KIKC)

    b) Parameter Limbah

    No Parameter Limbah Kadar

    1 H2O2 Maks 200 ppm

    2 Total Padatan Maks 500 ppm

    3 Total Karbon Maks 300 ppm

    4 COD Maks 100 ppm

    5 pH 6 10

    2. Identifikasi Limbah B3 yang Dikeluarkan Pabrik

    2.1 Jenis Limbah

    Pada proses pembuatan hidrogen peroksida terdapat limbah B3 yang

    dihasilkan. Limbah-limbah ini lebih banyak berasal pelumas mesin-mesin yang

    digunakan di PT Peroksida Indonesia Pratama. Selain itu limbah B3 ini berasal dari

    filter dan katalis yang sudah tidak memiliki keaktifan lagi. Limbah ini diolah lebih

  • lanjut oleh seksi pengolahan limbah atau di PT Peroksida Indonesia Pratama ini

    disebut seksi lingkungan. Adapun limbah buangan yang ada antara lain:

    Sisa pelumas (oli mesin)

    Sisa Katalis yang tidak aktif

    Sisa filter yang tidak aktif

    Zat kimia buangan analisa/penggunaan Laboratorium

    Untuk limbah B3 PT Peroksida Indonesia Pratama tidak melakukan

    pengolahan melainkan dengan cara menampungnya pada drum-drum. Setelah penuh

    dalam setiap bulan diserahkan ke unit pengolahan limbah PT Pupuk Kujang.

    2.2 Badan Penerimaan Limbah

    Limbah cair yang telah diolah dialirkan ke kolam penampungan PT Pupuk

    Kujang. Pada setiap bulan dilakukan pemeriksaan oleh badan pengawas limbah

    (KIKC). Selain itu PT Pupuk Kujang selaku penanggung jawab pengolahan limbah

    memantau limbah buangan dari setiap anak perusahaan, termasuk PT Peroksida

    Indonesia Pratama.

    2.3 Community Development (CD)

    CD adalah kebijakan perusahaan terhadap masyarakat setempat dan

    lingkungan sekitar. Parameter kualitas limbah yang dianalisa oleh laboratorium akan

    dilaporkan ke Badan Pengawas KIKC. Selain itu hasil analisa ini secara rutin

    dilaporkan ke unit pengolahan limbah PT Pupuk Kujang sebagai penanggung jawab

    pengolahan limbah di Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC).

  • PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT. PERTAMINA (PERSERO)

    UP-VI BALONGAN

    Pengolahan Limbah

    PT. PERTAMINA (Persero) UP-VI Balongan menghasilkan berbagai macam

    limbah, yang terdiri dari limbah cair, limbah gas, dan limbah plastik.

    1. Pengolahan Limbah Cair

    Limbah industri yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya mengandung

    logam-logam berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam berat, limbah

    atau air buangan industri, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa

    hidrokarbon yang sangat rawan terhadap bahaya kebakaran.

    Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari kawasan industri

    minyak bumi harus diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan limbah,

    sehingga air buangan yang telah diproses dapat memenuhi spesifikasi dan

    pesyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan

    tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment di PT

    pertamina (Persero) UV-VI Balongan ini.

    Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treatment) adalah untuk mengolah

    air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan yaitu:

    Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan

    dan minyak dari air yang bersal dari air buangan (oily water) ex process

    area dan tank area.

    Pada proses ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan minyak dan

    solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD yang

    rendah.

    Activated Sludge Unit (ASU) untuk mengolah secara kimia, fisika, dan

    biologi air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit Sour

    Water Stripper (Unit 2) dan desalter effluent water ex Unit Crude

    Distallation (Unit 11). Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan

    amonia, COD, BOD, dan fenol sedangkan kandungan minyak dan solid

    berasal dari desalter effluent water.

    Unit pengolah air buangan terdiri dari :

    1. Air Floatation Section

  • Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan

    oleh CPI separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator

    kemudian mengalir ke seksi ini secara gravitasi.

    Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed Pump dan

    dipompakan ke bak floatation sebagai campuran dipompakan ke

    pressurize vessel. Dalam pressurize vessel udara dari plarut air atau

    DAF compressor udara dilarutkan dalam pressurize waste water.

    Bilamana pressurize waste water dihembuskan ke pipa inlet bak

    floatation pada tekanan atmosfir, udara yang terlarut disebarkan dalam

    bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi dalam waste water

    terangkat ke permukaan air.

    Minyak yang mengapung diambil dengan skimmer dan

    dialirkan ke bak floatation oil. Minyak di dalam bak floatation oil

    dipompakan ke tangki recovery oil. Air bersih dari bak floatation

    mengalir ke bak impounding basin.

    2. Activated Oil Sludge

    Aliran proses penjernihan air dengan CPI Separator dan aliran

    sanitary dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated

    sludge.

    Air hasil proses CPI dan filtrate dehydrator dicampurkan dalam

    bak proses effluent dan campuran air ini dipompakan ke pit aeration

    pada operasi normal dan pada emergency ke pit clarifier melalui rapid

    mixingpit dan Flocculation pit. Apabila kualitas air off spec, maka air

    tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi sedikit untuk

    dibersihkan dengan normal proses.

    Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksi ke

    bak flocculation. Air yang tersuspensi, minyak, dan sulfida dalam air

    kotor dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yag mengendap dalam bak

    clarifier dipompakan ke bak thickner.

    Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over

    flow ke bak aeration. Air kotor dari sanitary mengalir secara langsung

    ke bak aeration. Dalam bak aeration ditambahkan nutrient. Selain itu,

    untuk menciptakan lingkungan aerobik bak ini dilengkapi pula dengan

    aerator.

  • Treatment dengan biological ini mengurangi dan

    menghilangkan benda-benda organik (BOD dan COD). Setelah

    treatment dengan biological, air kotor bersama lumpur dikirim ke bak

    aeration kembali, sebagian lumpur dikirim ke bak thickner.

    Pemisahan permukaan air dari bak sedimentasi mengalir dari

    atas ke Impounding Basin. Unit Sewage dan Effluent Water Treatment

    dirancang untuk sistem waste water treatment yang bertujuan

    memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area

    pertangkian dalam batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih.

    Kapasitas unit ini sebesar 600 m3/jam dimana kecepatan effluent

    didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area

    proses dan utilitas.

    Unit penjernihan buangan air ini memiliki beberapa proses,

    yaitu:

    Proses Fisik

    Pada proses ini diusahakn agar minyak maupun

    buangan padat dipisahkan secara fisik.

    Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam

    buangan air hanya diperoleh 25 ppm.

    Proses Kimia

    Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan

    penolong seperti koagulan, flokulan, penetrasi, pengoksidasi,

    dan sebagainya yang dimasukkan untuk menetralkan zat kimia

    berbahaya di dalam air limbah. Senyawa yang tidak diinginkan

    diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang

    selanjutnya dikeringkan.

    Proses Mikrobiologi

    Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan

    berlangsung lama, serta hanya dapat mengolah senyawa yang

    sangat sedikit mengandung logam berbahay. Pada dasarnya

    proses ini memanfaatkan makhluk hidup (mikroba) untuk

    mengolah bahan organik.

    Semua air buangan yang biodegredable dapat diolah secara

    biologi. Tujuannya untuk menggumpulkan dan memisahkan zat

  • pada koloidal yang tidak mengendap serta menstabilkan

    senyawa-senyawa organik. Sebagai pengolahan sekunder,

    pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang

    paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah

    berkembang berbagai metode pengolahan limbah secara biologi

    dengan segala modifikasinya.

    Proses ini dimaksudkan untuk mengolah buangan air

    proses yang mempunyai kadar BOD 810 mg/l dan COD 1150

    mg/l menjado treated water yang memiliki kadan BOD 100

    mg/l dan COD 150 mg/l dengan menggunakan lumpur aktif

    (activated sludge). Lumpur aktif ini merupakan campuran dari

    koloni mikroba aerobik.

    Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan

    limbah secara biologi adalah eksploitasi kemampuan mikroba

    dalam mendegredasi senyawa-senyawa polutan dalam air

    limbah.

    Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah

    menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak

    berbahay bai lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat

    bergantung pada kondisi lingkungan saat berlangsungya proses

    pengolahan limbah. Oleh karena itum eksploitasi kemampuan

    mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya dilakukan

    dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk

    pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang

    maksimum.

    3. Dehydrator dan Incinerator Section

    Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section

    dan activated sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur

    tersebut dipisahkan airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat

    mekanis berupa centriuge (alat yang bekerja memisahkan cairan-

    padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi).

    Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka

    munuju PEP di ASU, sedangkan padatannya disebut cake dan

    ditampung pada sebuah tempat bernama Hopper (Cake Hopper).

  • Proses selanjutnya adalah membakar cake dalam sebuah alat

    pembakar atau incinerator menjadi gas dan abu pada temperatur tinggi

    (T=800oC). Kapasitas desain dehydrator sebesar 5,5 m3/jam kapasitas

    pembakaran incinerator adalah 417 kg solid/jam.

    DAFTAR PUSTAKA

    Manajer dan supervisor bagian PDMU (Maintenance and utility Section) PT. Tanabe

    Indonesia.

    Manajemen Farmasi Industri, Bambang Priyambodo, Yogyakarta 2007

    Utomo, A.S dan Rani Jaelani. 2006. Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO)

    UP-VI Balongan. Bandung: Laporan Kerja Praktik, Teknik Kimia POLBAN.

    Suprapto, Herry dan Rhama Taufika. 2005 Laporan Kerja Praktik Di PT Peroksida

    Indonesia Pratama. Bandung: Laporan Kerja Praktik, Teknik Kimia POLBAN.

  • Limbah Cair :

    Penanganan limbah cair yang tidak benar dapat membahayakan masyarakat karena

    dapat mencemari aliran sungai. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya

    sesuatu dalam air yang menyebabkan air tersebut menurun kualitasnya atau tidak sesuai

    dengan peruntukkannya. Limbah cair dari industri berasal dari ;

    1. Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundry dan rumah tangga

    2. Kamar mandi dan WC

    3. Bekas reagensia di labor atorium

    Upaya pengelolaan lingkungan ;

    1. Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah :

    - Saluran air hujan langsung di alirkan ke selokan umum dan dibuat sumur

    resapan

    - Saluran air dari kamar mandi/ WC di alirkan ke septic tank

    - Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium di alirkan ke IPAL

    2. Membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

    3. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari gol Laktam : sebelum di campur

    dengan limbah non Laktam, ditambahkan NaOH untuk memecah cincin

    Laktam.

    Sistem Pengolahan Air Limbah

    Bagan IPAL

  • Tujuan instalasi IPAL adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar yang terkandung

    dalam air limbah sehingga memenuhi persyaratan baku mutu yang di tetapkan. Ada 3 hal

    yang harus di perhatikan :

    1. Karakteristik dari Limbah

    Limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD dan BOD serta kadar fenol

    yang tinggi, tapi kadar limbah logamnya rendah dengan debit air limbah yang tinggi.

    2. Kemampuan Badan Air (assimilative capacity)

    Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air (air, kali, dll)

    untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa mengakibatkan pencamaran. Semakin kecil

    polutan berarti semakin besar pula (assimilative capacity) dari badan air tersebut.

    3. Peraturan Tentang Limbah yang Berlaku

    Tiap daerah memilki kebijakan yang berbeda terhadap standar Baku Mutu

    Lingkungan. Peraturan tersebut di sesuaikan dengan keuntungan dari badan air yang

    bersangkutan (beneficial use).

    Prinsip pengolahan limbah cair :

    a. Pengolahan Limbah Primer

    Tujuannya adalah untuk menghilangkan buangan yang tidak larut, terdapat 4 tahap,

    yaitu :

    Screening : merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan

    bahan buangan yang besar seperti sampah, plastik, botol bekas, kayu dan

    barang lain yang berukuran besar

    Canal Longitudinal : Pengunaan semacam kanal yang di bagian bawahnya

    dibuat agak melebar . benda yang mengendap di bagian bawah kanal

    selanjutnya di ambil pada waktu tertentu.

    Penghilangan lemak, minyak dan sejenisnya : Prinsipnya adalah lemak,

    minyak an sejenisnya memiliki BJ yang lebih kecil dari air sehingga akan

    mengapung di bagian atas air

    Menghilangkan zat padat tersuspensi : Dilakukan dengan cara mengalirkan

    limbah cair kedalam suatu saluran yang dilengkapi dengan penyaring-

    penyaring dari kasa.

  • b. Pengolahan Limbah Sekunder

    Bak penampung limbah awal

    Prinsipnya adalah menghilangkan kontaminan yang tidak terproses pada pengolahan

    primer. Beberapa cara yang dapat digunakan adalah dengan filtrasi sederhana, penambahan

    suatu koagulator (terutama untuk menghilangkan kadar fenol), serta penambahan bahan-

    bahan kimia dengan bahan-bahan flocolant (misalnya Al2O3, Ca(OH) 2, kaporit). Kontaminan

    yang dapat dihilangkan adalahberupa padatan tersuspensi (solid suspended), senyawa

    organik dan anorganik yang terlarut.

    Centrifuge pemisah sludge

  • Poly Aluminium Chloride

    c. Pengolahan limbah tersier

    Prinsipnya adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta menambah oksigen

    terlarut(dissolved oxygen). Penambahan oksigen terlarut secara fisik dilakukan dengan

    menyemburkan udara bebas dalam air pada bak/ kolam aerasi secara kontinyu. Secara

    biologis dilakukan dengan menggunakan activated sludge, dimana limbah di alirkan kedalam

    bak/ kolam penampungan yang berisi mikroorganisme yang akan merubah zat organic

    menjadi biomassa (energy) dan gas CO2. Secara mekanis- biologi di lakukan dengan

    menyemprotkan air limbah ke permukaan benda padat (mis. Lantai beton) yang di beri

    mikroorganisme.

    Proses Aerasi dengan Aerator

  • Selanjutnya, untuk logam beratnya di hilangkan dengan penambahan Ca(OH)2 (lebih di kenal

    dengan lime treatment). Dengan cara ini logm berat akan mengendap sebagai garam atau

    hidroksida tau sebagai co-presipitant . air limbah yang telah sampai pada tahap ini kemudian

    di alirkan ke kolam penampung yang berisi ikan mas sebagi indikator biologis.

    Bak Penampung Akhir sebelum Kolam Ikan

    Sebagai monitor terhadap kualitas limbah cair tersebut apakah telah layak dan di

    perbolehkan untuk dibuang pada selokan limbah masyarakat, maka hendaklah sesuai dengan

    Baku Mutu Limbah Cair dari Mentri Negara Lingkungan Hidup dan kebijakan daerah

    setempat dimana industry tersebut berada. Saat ini Waste Water Treatment

    Regulation berdasarkan Kep. 51/MenLH/10/1995 mengenai Baku Mutu Limbah Cair Industri

    Farmasi seperti terlampir di bawah ini :

  • Parameter Proses Pembuatan

    Bahan Formula

    Formulasi / pencampuran

    BOD5 100 ppm 75 ppm

    COD 300 ppm 150 ppm

    TSS 100 ppm 75 ppm

    Total N 30 ppm -

    Phenol 1,0 ppm -

    pH 6,0-9,0 6,0-9,0

  • MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

    PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI INDUSTRI

    Dosen : Dra. Dewi Widyabudiningsih, MT

    Disusun Oleh

    ISMI SITI HANIFAH (101431017)

    Jurusan Teknik Kimia

    Program Studi Kimia Analis

    POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

    2012