pengolahan citra digital (resume materi kuliah)

65
PENGOLAHAN CITRA Ujian Tengah Semester Makalah Bab 1 -7 Pengolahan Citra Disusun oleh: Nama : ABDULLAH AZZAM AL HAQQONI Nim : 5302410097 Rombel : 03 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Upload: abdullah-azzam-al-haqqoni

Post on 13-Apr-2017

355 views

Category:

Technology


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

PENGOLAHAN CITRA

Ujian Tengah Semester

Makalah Bab 1 -7 Pengolahan Citra

Disusun oleh:

Nama : ABDULLAH AZZAM AL HAQQONI

Nim : 5302410097

Rombel : 03

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN

KOMPUTER

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam zaman sekarang ini, kebutuhan akan informasi merupakan sebuah hal yang sangat vital dalam kelangsungan hidup di dunia. Data atau informasi yang dibutuhkan bukan hanya sekedar berbentuk tulisan (teks), tapi juga bisa disajikan dalam bentuk audio (suara, musik, dan bunyi), gambar, dan video. Keseluruhan data diatas biasa disebut dengan multimedia. Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Citra (image) sendiri merupakan istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sanagat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra umumnya memiliki karakterisitik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya akan informasi. Di dalam bidang computer, ada 3 bidang studi yang berkaitan dengan citra, namun tujuan ketiganya berbeda, yaitu : Grafika computer (Computer Graphics), Pengolahan Citra (Image Processing), Pengenalan Pola (Pattern recognition/image interpretation). Meskipun sebuah citra kaya informasi, namun seringkali citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu (degradasi ), misalnya mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit diinterpretasi karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi berkurang. Agar citra yang mengalami gangguan mudah diinterpretasi (baik oleh manusia maupun mesin), maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik. Bidang studi yang menyangkut hal ini adalah pengolahan citra (image processing). Pengolahan citra ini sendiri didefinisikan sebagai sebuah cara untuk memroses suatu citra yang sesuai dengan kita atau kualitasnya menjadi lebih baik. Dalam pengolahan citra juga dikenal istilah computer vision, yang artinya merupakan proses otomatis yang mengintegrasikan sejumlah besar proses untuk persepsi visual, seperti: Akuisisi citra, pengolahan citra, klasifikasi, pengenalan (recognition), membuat keputusan.

Ada sebuah peribahasa yang berbunyi “sebuah gambar bermakna lebih dari seribu

kata” (a picture is more than a thousand words). Maksudnya tentu sebuah gambar dapat

memberikan informasi yang lebih banyak daripada informasi tersebut disajikan dalam bentuk

kata-kata (tekstual).

Bab pertama berisi pembahasan mengenai citra dan pengolahannya. Selain itu, di

dalam bab ini dipaparkan pula bidang-bidang yang berkaitan dengan pengolahan citra, seperti

grafika komputer dan pengenalan pola. Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada

bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan

fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra. Sumber cahaya

menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan

cahaya ini ditangkap oleh oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera,

1

Page 3: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

pemindai (scanner), dan sebagainya, sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut

terekam.

2

Page 4: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB II

PEMBAHASAN

BAB 1 PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA

Data atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi juga dapat berupa

gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video. Keempat macam data atau informasi ini

sering disebut multimedia. Era teknologi informasi saat ini tidak dapat dipisahkan dari

multimedia. Situs web (website) di Internet dibuat semenarik mungkin dengan menyertakan

visualisasi berupa gambar atau video yang dapat diputar. Beberapa waktu lalu istilah SMS

(Short Message Service) begitu populer bagi pengguna telepon genggam (handphone atau

HP). Tetapi, saat ini orang tidak hanya dapat mengirim pesan dalam bentuk teks, tetapi juga

dapat mengirim pesan berupa gambar maupun video, yang

dikenal dengan layanan MMS (Multimedia Message Service).citra (image) adalah gambar

pada bidang dwimatra (duadimensi). Merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan

atau terintegrasi untuk membentuk suatu sistem antara data, perangkat keras, perangkat

lunak, prosedure pengolahan, dan tenaga pelaksana dalam ekplorasi citra digital.

Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari

intensitas cahaya pada bidang dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek

memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap

3

Page 5: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

oleh oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera, pemindai (scanner), dan

sebagainya, sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam.

Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat [MUR92]:

1. optik berupa foto,

2. analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi,

3. digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik.

Citra yang dimaksudkan di dalam keseluruhan isi buku ini adalah “citra diam” (still images).

Citra diam adalah citra tunggal yang tidak bergerak. Gambar 1.1 adalah dua buah citra diam.

Untuk selanjutnya, citra diam kita sebut citra saja.

Citra bergerak (moving images) adalah rangkaian citra diam yang ditampilkan secara

beruntun (sekuensial) sehingga memberi kesan pada mata kita sebagai gambar yang bergerak.

Setiap citra di dalam rangkaian itu disebut frame.

Umumnya, operasi-operasi pada pengolahan citra diterapkan pada citra bila :

Perbaikan atau memodifikasi citra perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

penampakan atau untuk menonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung di dalam

citra,

Elemen di dalam citra perlu dikelompokkan, dicocokkan, atau diukur,

Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain.

Di dalam bidang komputer, sebenarnya ada tiga bidang studi yang berkaitan dengan data

citra, namun tujuan ketiganya berbeda, yaitu:

1. Grafika Komputer (computer graphics).

2. Pengolahan Citra (image processing).

3. Pengenalan Pola (pattern recognition/image interpretation).

4

Page 6: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Aplikasi Pengolahan Citra dan Pengenalan PolaPengolahan citra mempunyai aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Di

bawah ini disebutkan beberapa aplikasi dalam beberapa bidang [MEN89].

1. Bidang perdagangan

(a) Pembacaan kode batang (bar code) yang tertera pada barang (umum

digunakan di pasar swalayan/supermarket).

(b) Mengenali huruf/angka pada suatu formulir secara otomatis.

2. Bidang militer

(a) Mengenali sasaran peluru kendali mela lui sensor visual.

(b) Mengidentifikasi jenis pesawat musuh.

3. Bidang kedokteran

(a) Pengolahan citra sinar X untuk mammografi (deteksi kanker payudara)

(b) NMR (Nuclear Magnetic Resonance)

(c) Mendeteksi kelainan tubuh dari foto sinar X.

(d) Rekonstruksi foto janin hasil USG

4. Bidang biologi

Pengenalan jenis kromosom melalui gambar mikroskopik

5. Komunikasi data

Pemampatan citra yang ditransmisi.

6. Hiburan

Pemampatan video (MPEG)

7. Robotika

Visualy-guided autonomous navigation

8. Pemetaan

Klasifikasi penggunaan tanah melalui foto udara/LANDSAT

9. Geologi

Mengenali jenis batu-batuan melalui foto udara/LANDSAT

10. Hukum

(a) Pengenalan sidik jari

(b) Pengenalan foto narapidana.

5

Page 7: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Citra UjiPada pembahasan operasi-operasi pengolahan citra, biasanya penulis buku/ literatur

menggunakan beberapa contoh citra uji (test images) atau sampel. Terdapat sejumlah citra

yang sering dipakai di dalam literatur pengolahan citra atau computer vision.

6

Page 8: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 2 PEMBENTUKAN CITRA

Citra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari

sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra

diskrit dihasilkan melalui proses digitalisasi terhadap citra kontinu. Beberapa sistem optik

dilengkapi dengan fungsi digitalisasi sehingga ia mampu menghasilkan citra diskrit, misalnya

kamera digital dan scanner. Citra diskrit disebut juga citra digital. Komputer digital yang

umum dipakai saat ini hanya dapat mengolah citra digital. Bab 2 ini berisi konsep

pembentukan citra, baik citra kontinu maupun citra digital.

Citra merupakan fungsi malar (kontinyu) dari intensitas cahaya pada bidang

dwimatra. Secara matematis fungsi intensitas cahaya pada bidang dwimatra disimbolkan

dengan f(x, y). Komputer digital yang digunakan pada sistem pemroses citra dapat bervariasi dari

komputer mikro sampai komputer besar yang mampu melakukan bermacam-macam fungsi pada citra

digital resolusi tinggi.

Agar dapat diolah dengan dengan komputer digital, maka suatu citra harus direpresentasikan

secara numerik dengan nilai-nilai diskrit. Representasi citra dari fungsi malar (kontinu)

menjadi nilai-nilai diskrit disebut digitalisasi . Citra yang dihasilkan inilah yang disebut citra

digital (digital image). Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegipanjang, dan

dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi lebar (atau lebar panjang).

Citra ada 2 macam :

1. Citra Kontinu : Dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog. Contoh : mata

manusia, kamera analog.

2. Citra Diskrit / Citra Digital : Dihasilkan melalui proses digitalisasi terhadap citra kontinu.

Contoh : kamera digital, scanner

Model Citra

Citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada bidang 2D

Secara matematis fungsi intensitas cahaya pada bidang 2D disimbolkan dengan f(x,y),

dimana:

(x,y): koordinat pada bidang 2D

f(x,y) : intensitas cahaya (brightness)pada titik (x,y)

7

Page 9: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Karena cahaya merupakan bentuk energi, maka intensitas cahaya bernilai antara 0 sampai

tidak berhingga, 0 ≤f(x,y) ≤∞ f(x,y) = i(x,y) . r(x,y)

Dimana : i(x,y) : jumlah cahaya yang berasal dari sumbernya (illumination)yang nilainya

0≤i(x,y) ≤∞. Nilai i(x,y)ditentukan oleh sumber cahaya r(x,y): derajat kemampuan obyek

memantulkan cahaya (reflection) yang nilainya 0 ≤r(x,y) ≤1. Nilai r(x,y)ditentukan oleh

karakteristik obyek di dalam citra. r(x,y)=0 mengindikasikan penyerapan total. r(x,y)=1

mengindikasikan pemantulan total.

Derajat Keabuan (grey level): intensitas f citra hitam-putih pada titik (x,y)

– Derajat keabuan bergerak dari hitam ke putih.

– Skala keabuan memiliki rentang : lmin< f < lmaxatau [0,L], dimana intensitas 0

menyatakan

hitam dan Lmenyatakan putih.Contoh : citra hitam-putih dengan 256 level, artinya

mempunyai skala abu-abu dari 0 sampai 255 atau [0,255], dalam hal ini nilai 0 menyatakan

hitam dan 255 menyatakan putih, nilai antara 0 sampai255 menyatakan warna keabuan yang

terletak antara hitam dan putih.

Citra berwarna : citra spektral , karena warna pada citra disusun oleh tiga komponen warna

RGB (Red-Green-Blue). Intensitas suatu titik pada citra berwarna merupakan kombinasi dari

intesitas : merah (f merah (x,y)), hijau (f hijau (x,y)) dan biru (f biru (x,y)).

DigitalisasiCitra

Digitalisasi citra : representasi citra dari fungsi kontinu menjadi nilai-nilai diskrit,

sehingga disebut Citra Digital.

Citra digital berbentuk empat persegipanjang dan dimensi ukurannya dinyatakan sebagai

tinggi x lebar (lebar x panjang).

Citra digital yang tingginya N, lebarnya M dan memiliki Lderajat keabuan dapat dianggap

sebagai fungsi :

8

Page 10: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Proses digitalisasi citra ada dua macam:

1. Digitalisasi spasial (x, y), sering disebut sebagai penerokan (sampling).

2. Digitalisasi intensitas f(x, y), sering disebut sebagai kuantisasi.

Penerokan

Citra kontinu diterok pada grid-grid yang berbentuk bujursangkar (kisi-kisi dalam arah

horizontal dan vertikal). Perhatikan Gambar 2.3.

Terdapat perbedaan antara koordinat gambar (yang diterok) dengan koordinat

matriks (hasil digitalisasi). Titik asal (0, 0) pada gambar dan elemen (0, 0) pada

matriks tidak sama. Koordinat x dan y pada gambar dimulai dari sudut kiri bawah,

sedangkan penomoran pixel pada matriks dimulai dari sudut kiri atas (Gambar 2.4).

9

Page 11: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Gambar 2.6 mempelihatkan efek perbedaan penerokan pada citra Lena,

masingmasing 256 ´ 256, 128 ´ 128, 64 ´ 64, dan 32 ´ 32 pixel, seluruh citra

mempunyai jumlah derajat keabuan sama, yaitu 256 buah. Karena area tampilan

untuk keempat citra Lena pada Gambar 2.6 sama, (yaitu 256 ´ 256 pixel), maka pixel-

pixel citra yang beresolusi rendah diduplikasi untuk mengisi seluruh bidang tampilan.

Hal ini menghasilkan efek blok-blok yang sering diamati pada gambar beresolusi

rendah pada umumnya.

Elemen-elamen Citra Digital

1. Kecerahan (brightness).

Kecerahan adalah kata lain untuk intensitas cahaya. Sebagaimana telah dijelaskan pada

bagian penerokan, kecerahan pada sebuah titik (pixel) di dalam citra bukanlah intensitas yang

riil, tetapi sebenarnya adalah intensitas rata-rata dari suatu area yang melingkupinya. Sistem

visual manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan tingkat kecerahan (brightness level)

mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi dengan jangkauan sebesar 1010

[MEN89].

2. Kontras (contrast).

Kontras menyatakan sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness) di dalam sebuah gambar.

Citra dengan kontras rendah dicirikan oleh sebagian besar komposisi citranya adalah terang

atau sebagian besar gelap. Pada citra dengan kontras yang baik, komposisi gelap dan terang

tersebar secara merata.

3. Kontur (contour)

10

Page 12: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Kontur adalah keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada pixelpixel yang

bertetangga. Karena adanya perubahan intensitas inilah mata kita mampu mendeteksi tepi-

tepi (edge) objek di dalam citra.

4. Warna (color)

Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang

gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek.

Setiap warna mempunyai panjang gelombang () yang berbeda. Warna merah mempunyai

panjang gelombang paling tinggi, sedangkan warna ungu (violet) mempunyai panjang

gelombang paling rendah.

5. Bentuk (shape)

Shape adalah properti intrinsik dari objek tiga dimensi, dengan pengertian bahwa shape

merupakan properti intrinsik utama untuk sistem visual manusia [BAL82]. Manusia lebih

sering mengasosiasikan objek dengan bentuknya ketimbang elemen lainnya (warna

misalnya). Pada umumnya, citra yang dibentuk oleh mata merupakan citra dwimatra (2

dimensi), sedangkan objek yang dilihat umumnya

berbentuk trimatra (3 dimensi). Informasi bentuk objek dapat diekstraksi dari citra pada

permulaaan pra-pengolahan dan segmentasi citra. Salah satu tantangan utama pada computer

vision adalah merepresentasikan bentuk, atau aspek-aspek penting dari bentuk.

6. Tekstur (texture)

Tekstur dicirikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan pixel-

pixel yang bertetangga [JAI95]. Jadi, tekstur tidak dapat didefinisikan untuk sebuah pixel.

Sistem vissual manusia pada hakikatnya tidak menerima informasi citra secara independen

pada setiap pixel, melainkan suatu citra dianggap sebagai suatu kesatuan. Resolusi citra yang

diamati ditentukan oleh skala pada mana tekstur tersebut dipersepsi. Sebagai contoh, jika kita

mengamati citra lantai berubin dari jarak jauh, maka kita mengamati bahwa tekstur terbentuk

oleh penempatan ubin-ubin secara keseluruhan, bukan dari persepsi pola di dalam ubin itu

sendiri. Tetapi, jika kita mengamati citra yang sama dari jarak yang dekat, maka hanya

beberapa ubin yang tampak dalam bidanng pengamatan, sehingga kita mempersepsi bahwa

tekstur terbentuk oleh penempatan pola-pola rinci yang menyusun tiap ubin.

11

Page 13: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Digitizer (atau digital image acquisition system) merupakan sistem penangkap citra digital

yang melakukan penjelajahan citra dan mengkonversinya ke representasi numerik sebagai

masukan bagi komputer digital. Hasil dari digitizer adalah matriks yang elemen-elemennya

menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu titik. Contoh digitizer adalah kamera digital,

scanner. Digitizer terdiri dari tiga komponen dasar: sensor citra yang bekerja sebagai

pengukur intensitas cahaya, perangkat penjelajah yang berfungsi merekam hasil pengukuran

intensitas pada seluruh bagian citra, dan pengubah analog-ke-digital yang berfungsi

melakukan penerokan dan kuantisasi. Komputer digital yang digunakan pada sistem

pemroses citra dapat bervariasi dari komputer mikro sampai komputer besar yang mampu

melakukan bermacam-macam fungsi pada citra digital resolusi tinggi.

12

Page 14: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 3 STRUKTUR DATA UNTUK CITRA DIGITAL DAN

FORMAT CITRA BITMAP

Citra digital diolah dengan menggunakan komputer, oleh karena itu kita perlu

mendefinisikan struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori komputer.

Matriks adalah struktur data yang tepat untuk merepresentasikan citra digital. Elemen-elemen

matriks dapat diakses secara langsung melalui indeksnya (baris dan kolom). Di dalam bab ini

akan mendefinisikan struktur data matriks untuk citra digital. Notasi algoritmik yang kita

gunakan untuk menjelaskan struktur data ini (beserta beberapa primitif operasi citra) adalah

notasi Bahasa C. Pemrograman citra digital lebih cocok menggunakan Bahasa C karena

Bahasa C mempunyai penanganan tipe pointer yang lebih dinamis daripada Bahasa Pascal.

Pada pembahasan nanti kita akan melihat bahwa struktur data matriks direpresentasikan

dengan menggunakan tipe pointer mengingat ukuran matriks tidak diketahui sebelum

pemrosesan citra digital.

Pada kebanyakan kasus, ukuran citra tidak diketahui sebelum pemrosesan dilakukan.

Ada kemungkinan ukuran citra yang akan diolah melebihi nilai N dan M yang sudah

ditetapkan di dalam deklarasi struktur data. Oleh karena itu, representasi citra dengan

struktur matriks statik menjadi tidak relevan. Tipe data yang cocok untuk citra adalah pointer.

Matriks

13

Page 15: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

ATAU

Menampilkan Citra ke Layar

Jika citra yang ditampilkan adalah citra hitam-putih (matriks intensitas pixel-nya adalah f), maka

perubahan yang dilakukan adalah pada: setpixel(f[i][j],f[i][j],f[i][j], j, i);

Pixel (i,j) ditampilkan pada posisi (j,i) di layar karena perbedaan sistem koordinat yang digunakan

pada representasi citra dan layar peraga (lihat Gambar 3.2).

Membaca Citra dari Arsip

Citra disimpan di dalam arsip biner untuk sewaktu-waktu dibuka dan dibaca kembali.

Arsip tersebut ada yang mempunyai header dan ada yang tanpa header. Header adalah

informasi yang terletak pada bagian awal arsip. Header berisi informasi bagaimana citra

disimpan. Kita perlu mengetahui header agar kita mengetahui cara membaca data citra. Saat

14

Page 16: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

ini terdapat bermacam-macam format penyimpanan citra di dalam arsip (misalnya BMP, GIF,

TIFF, PCX, JPG, dan lain-lain). Dua format yang populer saat ini dan seolah-olah menjadi

standard adalah GIF dan JPG. Pembahasan format-format citra di dalam arsip diluar cakupan

buku ini, namun khusus format bitmap (BMP) akan diberikan di dalam Bab 3 ini sebagai satu

studi kasus.

Format Berkas Bitmap

Citra disimpan di dalam berkas (file) dengan format tertentu. Format citra yang baku

di lingkungan sistem operasi Microsoft Windows dan IBM OS/2 adalah berkas bitmap

(BMP). Saat ini format BMP memang “kalah” populer dibandingkan format JPG atau GIF.

Hal ini karena berkas BMP pada umumnya tidak dimampatkan, sehingga ukuran berkasnya

relatif lebih besar daripada berkas JPG maupun GIF. Hal ini juga yang menyebabkan format

BMP sudah jarang digunakan. Meskipun format BMP tidak mangkus dari segi ukuran berkas,

namun format BMP mempunyai kelebihan dari segi kualitas gambar. Citra dalam format

BMP lebih bagus daripada citra dalam format yang lainnya, karena citra dalam format BMP

umumnya tidak dimampatkan sehingga tidak ada informasi yang hilang (pemampatan citra

dibahas secara mendalam di dalam Bab 10). Terjemahan bebas bitmap adalah pemetaan bit.

Artinya, nilai intensitas pixel di dalam citra dipetakan ke sejumlah bit tertentu. Peta bit yang

umum adalah 8, artinya setiap pixel panjangnya 8 bit. Delapan bit ini merepresentasikan nilai

intensitas pixel. Dengan demikian ada sebanyak 28 = 256 derajat keabuan, mulai dari 0

sampai 255.

BagianBerkasBMP (2)

Header berkas

Header bitmap : bagaimanadata bitmap dikodekandandisimpan, mis. ukurancitra, resolusi,

jumlahwarnayang digunakan, dll.

Informasipaletdinyatakandalamtabelyang terdiridari3 field: Red, Green, Blue.

Data bitmapdisusunterbalikdaribawahkeatasdalambentukmatriksberukuranHeight x Width.

15

Page 17: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Informasi Header Bitmap

Primitif Citra Bitmap

Meskipun saat ini kakas pemrograman visual (visual programming) seperti Visual C+

+, Delphi, Borland C++ Builder, dan lain-lain, sudah banyak memberikan kemudahan untuk

memprogram citra bitmap (dengan menyediakan komponen, struktur data, dan metode-

metode untuk mengkases citra bitmap), namun ada baiknya kita membuat sendiri primitif-

primitif citra bitmap. Primitif tersebut adalah berupa fungsi dan prosedur untuk membaca

citra dari arsip, menyimpan citra ke dalam arsip, dan menampilkan citra ke layar. Berikut ini

diberikan beberapa primitif citra bitmap. Citra bitmap yang ditangani hanyalah citra dengan

kedalaman 8-bit (256 warna) dan citra 24-bit (16,7 juta warna), baik berupa citra skala-abu

maupun citra berwarna. Citra biner (1-bit)tidak ditangani di sini karena citra biner

dimampatkan dengan metode RLE (Run Length Encoding).

1. Berkas header

16

Page 18: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Nama arsip: bitmap.h

Penjelasan: Berkas header berisi struktur data untuk citra bitmap.

2. Membaca citra dari arsip.

Nama fungsi: BacaBerkasCitra(char *NamaArsip)

Include: bitmap.h

Penjelasan: Fungsi untuk membaca citra dari arsip.

3. Membaca header berkas bitmap.

Nama fungsi: BacaHeader(FILE *fp)

Include: bitmap.h

Penjelasan: Fungsi untuk membaca header berkas bitmap.

4. Membaca data bitmap.

Nama fungsi: BacaDataBitmap(FILE *fp, int N, int M)

Include: bitmap.h

Penjelasan: Fungsi untuk membaca data bitmap.

5. Menampilkan citra ke layar.

Nama fungsi: TampilkanCitra(int N, int M)

Include: bitmap.h

Penjelasan: Fungsi untuk menampilkan citra ke layar.

6. Alokasi/dealoaksi memori matriks (citra).

17

Page 19: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Nama fungsi: a. AlokasiMemoriCitra(int N, int M)

b. AlokasiMemoriCitra24Bit(int N, int M)

c. **alokasi(int N, int M, int UkuranElemen)

d. *xalloc(unsigned ukuran)

e. DealokasiMemoriCitra(int N, int jumlahbit)

Include: bitmap.h

Penjelasan: Fungsi-fungsi untuk alokasi/dealokasi memori matriks.

18

Page 20: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 4 OPERASI-OPERASI DASAR PENGOLAHAN CITRA

Citra dijital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra dijital pada dasarnya adalah

memanipulasi elemen-elemen matriks. Elemen matriks yang dimanipulasi dapat berupa

elemen tunggal (sebuah pixel), sekumpulan elemen yang berdekatan, atau keseluruhan

elemen matriks.

Di dalam bab ini akan diuraikan operasi-operasi dasar pada pengolahan citra digital. Operasi-

operasi yang dilakukan pada pengolahan citra dapat dikelompokkan ke dalam empat aras

(level) komputasi, yaitu aras titik, aras lokal, aras global, dan aras objek. Kita mulai

pembahasan komputasi pada aras titik.

Arah Komputasi

1.Arah TitikOperasi pada aras titik hanya dilakukan pada pixel tunggal di dalam citra.

Operasi titik dikenal juga dengan nama operasi pointwise.

fB(x, y) = Otitik{fA(x, y)}

a. Berdasarkan intensitas.

Nilai intensitas u suatu pixel diubah dengan transformasi h menjadi nilai intensitas baru v:

v = h(u), u, v Î [0, L]

19

Page 21: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Contoh operasi titik berdasarkan intensitas adalah operasi pengambangan (thresholding).

Pada operasi pengambangan, nilai intensitas pixel dipetakan ke salah satu dari dua nilai, a1

atau a2, berdasarkan nilai ambang (threshold) T:

Jika a1 = 0 dan a2 = 1, maka operasi pengambangan mentransformasikan citra hitam-

putih ke citra biner. Dengan kata lain, nilai intensitas pixel semula dipetakan ke dua nilai

saja: hitam dan putih. Nilai ambang yang dipakai dapat berlaku untuk keseluruhan pixel atau

untuk wilayah tertentu saja (berdasarkan penyebaran nilai intensitas pada wilayah tersebut).

Operasi negatif, yaitu mendapatkan citra negatif (negative image) meniru film negatif pada

fotografi dengan cara mengurangi nilai intensitas pixel dari nilai keabuan maksimum.

Misalnya pada citra dengan 256 derajat keabuan (8 bit), citra negatif diperoleh dengan

persamaan:

f(x, y)’ = 255 – f(x, y)

Pemotongan (clipping)

Operasi ini dilakukan jika nilai intensitas pixel hasil suatu operasi pengolahan citra terletak di

bawah nilai intensitas minimum atau di atas nilai intensitas maksimum:

20

Page 22: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Pencerahan citra (image brightening)

Kecerahan citra dapat diperbaiki dengan menambahkan (atau mengurangkan) sebuah

konstanta kepada (atau dari) setiap pixel di dalam citra. Secara matematis operasi ini ditulis

sebagai

f(x, y)’ = f(x, y) + b

b. Berdasarkan geometri.

Posisi pixel diubah ke posisi yang baru, sedangkan intensitasnya tidak berubah. Contoh

operasi titik berdasarkan geometri misalnya pemutaran (rotasi), pergeseran (translasi),

penskalaan (dilatasi), pembetulan erotan (distorsi) geometri (akan dijelaskan kemudian).

c. Gabungan intensitas dan geometri.

Operasi ini tidak hanya mengubah nilai intensitas pixel, tapi juga mengubah posisinya.

Misalnya image morphing, yaitu perubahan bentuk objek beserta nilai intensitasnya.

2.Arah Lokal

Operasi pada aras lokal menghasilkan citra keluaran yang intensitas suatu pixel

bergantung pada intensitas pixel-pixel tetangganya (Gambar 4.4). fB(x, y)’ = Olokal{fA(xi,

yj); (xi, yj) Î N(x, y) } (keterangan: N = neighborhood, yaitu pixel-pixel yang berada di sekitar

(x, y) )

3. Aras Global

Operasi pada aras global menghasilkan citra keluaran yang intensitas suatu pixel

bergantung pada intensitas keseluruhan pixel (Gambar 4.6).

fB(x, y)’ = Oglobal{fA(x, y)}

21

Page 23: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

4. Aras Objek

Operasi jenis ini hanya dilakukan pada objek tertentu di dalam citra. Tujuan dari

operasi pada aras objek adalah untuk mengenali objek tersebut, misalnya dengan menghitung

rata-rata intensitas, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain dari objek.

Operasi Aritmatika

1. Penjumlahan atau pengurangan antara 2 buah citra.

2. Perkalian dua buah citra

1.Penjumlahan dua Citra

Persamaannya adalah :

C(x,y) = A(x,y) + B(x,y)

• C adalah citra baru yang intensitas setiap pixelnya adalah jumlah dari intensitasnya.

Jika lebih besar dari 255, maka intensitasnya dibulatkan ke 255.

• Operasi penjumlahan citra dapat digunakan untuk mengurangi pengaruh derau (noise)

di dalam data, dengan cara merata-ratakan derajat keabuan setiap pixel dari citra yang

sama yang diambil berkali-kali.

• Misalnya untuk citra yang sama direkam dua kali f1 dan f2, lalu dihitung intensitas

rata-rata untuk setiap pixel.

f’(x,y) = ½ {f1(x,y) + f2(x,y)}

2.Pengurangan dua Citra

• Persamaannya C(x,y) = A(x,y) – B(x,y)

• C adalah citra baru yang intensitas setiap pixelnya adalah selisih antara intensitas pixel

pada A dan B.

• Ada kemungkinan hasil operasi ini menghasilkan nilai negatif, oleh karena itu,

operasi pengurangan citra perlu melibatkan operasi clipping.

22

Page 24: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Contoh operasi pengurangan citra adalah untuk memperoleh suatu objek dari dua buah citra

Citra pertama misalnya foto sebuah ruangan yang kosong, citra kedua adalah foto ruangan

yang sama tetapi ada orang didalamnya.

3. Perkalian Citra

Persamaannya:

C(x, y) = A(x, y) B(x, y)

Perkalian citra sering digunakan untuk mengoreksi kenirlanjaran sensor dengan cara

mengalikan matriks citra dengan matrik koreksi. Jadi, dalam hal ini A adalah citra sedangkan

B adalah matriks koreksi. Hasil operasi mungkin bernilai riil, karena itu semua nilai

dibulatkan ke nilai bulat terdekat, nilai maksimum adalah 255.

4. Penjumlahan/pengurangan citra dengan skalar

Persamaannya:

B(x, y) = A(x, y) ± c

Penjumlahan citra A dengan skalar c adalah menambah setiap pixel di dalam citra dengah

sebuah skalar c, dan menghasilkan citra baru B yang intensitasnya lebih terang daripada A.

Kenaikan intensitas sama untuk seluruh pixel, yaitu c.

5. Perkalian/pembagian Citra dengan Skalar

Persamaannya:

B(x, y) = c × A(x, y), dan B(x, y) = A(x, y) / c

Perkalian citra A dengan skalar c menghasilkan citra baru B yang intensitasnya lebih terang

daripada A. Kenaikan intensitas setiap pixel sebanding dengan c. Operasi perkalian citra

dengan skalar dipakai untuk kalibrasi kecerahan (callibration of brightness).

Operasi Boolean pada Citra

Selain operasi aritmetika, pemrosesan citra dijital juga melibatkan operasi Boolean (and, or,

dan not) :

C(x, y) = A(x, y) and B(x, y),

C(x, y) = A(x, y) or B(x, y),

C(x, y) = not A(x, y).

(dalam notasi Bahasa C, ketiga operasi di atas ditulis sebagai:

C[x][y]=A[x][y]&B[x][y]

C[x][y]=A[x][y]|B[x][y]

23

Page 25: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

C[x][y]=!A[x][y]

Operasi Geometri pada Citra

Pada operasi geometrik, koordinat pixel berubah akibat transformasi, sedangkan intensitasnya

tetap. Ini berbeda dengan dengan operasi aritmetika yang mana koordinat pixel tetap

sedangkan intensitasnya berubah. Operasi geometri yang dilakukan misalnya translasi, rotasi,

penskalaan citra, dan pencerminan citra (flipping). Pengubahan geometri dari citra f(x, y)

menjadi citra

baru f ’(x, y) dapat ditulis sebagai:

f ‘(x’, y’) = f(g1(x, y), g2(x, y))

a. Translasi

Rumus translasi citra :

x’ = x + m

y’ = y + n

yang dalam hal ini, m adalah besar pergeseran dalam arah x, sedangkan n adalah besar

pergeseran dalam arah y.

b. Rotasi

Rumus rotasi citra :

x’ = x cos(q) – y sin(q)

y’ = x sin(q) + y cos(q)

yang dalam hal ini, q = sudut rotasi berlawanan arah jarum jam.

c. Penskalaan Citra

Penskalaan citra, disebut juga image zooming, yaitu pengubahan ukuran citra

(membesar/zoom out atau mengecil/zoom in). Rumus penskalaan citra:

x’ = sx × x

y’ = sy × y

yang dalam hal ini, sx dan sy adalah faktor skala masing-masing dalam arah x dan arah y.

d. Flipping

Flipping adalah operasi geometri yang sama dengan pencerminan (image reflection).

24

Page 26: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 5 KONVOLUSI DAN TRANSFORMASI FOURIER

Bab ini berisi konsep matematis yang melandasi teori pengolahan citra. Dua operasi

matematis penting yang perlu dipahami dalam mempelajari pengolahan citra dijital adalah

operasi konvolusi dan Transformasi Fourier. Konvolusi terdapat pada operasi pengolahan

citra yang mengalikan sebuah citra dengan sebuah mask atau kernel (akan dijelaskan

kemudian), sedangkan

Transformasi Fourier dilakukan bila citra dimanipulasi dalam ranah (domain)

frekuensi ketimbang dalam ranah spasial. Bagian pertama di dalam Bab 5 ini akan membahas

konvolusi, dan bagian kedua akan membahas Transformasi Fourier.

Transformasi Fourier adalah menguraikan sinyal atau gelombang menjadi sejumlah

sinusoida dari berbagai frekuensi, yang jumlahnya ekivalen dengan gelombang asal.

Keuntungan utama dari penggunaan ranah frekuensi adalah proses konvolusi dapat

diterapkan dalam bentuk perkalian langsung. Proses perubahan fungsi dari ranah ranah

spasial ke ranah frekuensi dilakukan melalui Transformasi Fourier. Sedangkan perubahan

fungsi dari ranah frekuensi ke ranah spasial dilakukan melalui Transformasi Fourier Balikan

(invers).

Teori Konvolusi

Operasi yang mendasar dalam pengolahan citra adalah operasi konvolusi. Konvolusi

2 buah fungsi f(x) dan g(x) didefinisikan sebagai berikut:

yang dalam hal ini, tanda * menyatakan operator konvolusi, dan peubah (variable) a adalah

peubah bantu (dummy variable). Untuk fungsi diskrit, konvolusi didefinisikan sebagai :

Pada operasi konvolusi di atas, g(x) disebut kernel konvolusi atau kernel penapis

(filter). Kernel g(x) merupakan suatu jendela yang dioperasikan secara bergeser pada sinyal

25

Page 27: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

masukan f(x), yang dalam hal ini, jumlah perkalian kedua fungsi pada setiap titik merupakan

hasil konvolusi yang dinyatakan dengan keluaran h(x). Ada dua macam fungsi delta: delta

Dirac dan delta Kronecker.

Fungsi delta Dirac disebut juga fungsi denyut (impuls). Fungsi ini bernilai 0 untuk x ¹

0, dan “lebar” denyutnya sama dengan 1. Fungsi delta Dirac adalah fungsi dengan daerah asal

bilangan riil. Bila kita bekerja dengan fungsi diskrit, maka fungsi delta yang digunakan

adalah fungsi delta Kronecker, yang didefinisikan sebagai :

Konvolusi Pada Fungsi Dwimatra

Untuk fungsi dengan dua peubah (fungsi dua dimensi atau dwimatra), operasi

konvolusi didefinisikan sebagai berikut:

a) untuk fungsi malar

b) untuk fungsi diskrit

Fungsi penapis g(x,y) disebut juga convolution filter, convolution mask, convolution

kernel, atau template. Dalam ranah diskrit kernel konvolusi dinyatakan dalam bentuk matriks

(umumnya 3 ´ 3, namun ada juga yang berukuran 2 ´ 2 atau 2 ´ 1 atau 1 ´ 2). Ukuran matriks

ini biasanya lebih kecil dari ukuran citra. Setiap elemen matriks disebut koefisien konvolusi.

Ilustrasi konvolusi ditunjukkan pada Gambar 5.7.

Operasi konvolusi dilakukan dengan menggeser kernel konvolusi pixel per pixel. Hasil

konvolusi disimpan di dalam matriks yang baru. Operasi konvolusi antara citra f(x, y) dengan

kernel g(x, y),

26

Page 28: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

f(x, y) * g(x, y) dapat diilutrasikan sebagai berikut:

(1) Tempatkan kernel pada sudut kiri atas, kemudian hitung nilai pixel pada

posisi (0, 0) dari kernel :

Hasil konvolusi = 3. Nilai ini dihitung dengan cara berikut:

(0 ´ 4) + (-1 ´ 4) + (0 ´ 3) + (-1 ´ 6) + (4 ´ 6) + (-1 ´ 5) + (0 ´ 5) +

(-1 ´ 6) + (0 ´ 6) = 3

(2) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,

0) dari kernel :

Hasil konvolusi = 0. Nilai ini dihitung dengan dengan cara berikut:

(0 ´ 4) + (-1 ´ 3) + (0 ´ 5) + (-1 ´ 6) + (4 ´ 5) + (-1 ´ 5) + (0 ´ 6) +

(-1 ´ 6) + (0 ´ 6) = 0

(3) Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posisi (0,

0) dari kernel :

27

Page 29: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Hasil konvolusi = 2. Nilai ini dihitung dengan cara berikut:

(0 ´ 3) + (-1 ´ 5) + (0 ´ 4) + (-1 ´ 5) + (4 ´ 5) + (-1 ´ 2) + (0 ´ 6) +

(-1 ´ 6) + (0 ´ 2) = 2

(4) Selanjutnya, geser kernel satu pixel ke bawah, lalu mulai lagi melakukan konvolusi dari

sisi kiri citra. Setiap kali konvolusi, geser kernel satu pixel ke kanan: Hasil konvolusi = 6.

Nilai ini dihitung dengan cara berikut:

(0 ´ 5) + (-1 ´ 5) + (0 ´ 2) + (-1 ´ 6) + (4 ´ 6) + (-1 ´ 2) + (0 ´ 5) +

(-1 ´ 5) + (0 ´ 3) = 6

Konvolusi berguna pada proses pengolahan citra seperti:

- perbaikan kualitas citra (image enhancement)

- penghilangan derau

- mengurangi erotan

- penghalusan/pelembutan citra

- deteksi tepi, penajaman tepi

- dll

28

Page 30: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Karena konvolusi dilakukan per pixel dan untuk setiap pixel dilakukan operasi

perkalian dan penjumlahan, maka jelas konvolusi mengkonsumsi banyak waktu. Jika citra

berukuran N ´ N dan kernel berukuran m ´ m, maka jumlah perkalian adalah dalam orde

N2m2. Sebagai contoh jika citra berukuran 512 ´ 512 dan kernel berukuran 16 ´ 16, maka ada

sekitar 32 juta perkalian yang dibutuhkan. Ini jelas tidak cocok untuk proses yang real time

tanpa perangkat keras yang

dedicated. Satu cara mengurangi waktu komputasi adalah mentransformasi citra dan kernel

ke dalam ranah frekuensi (dengan menggunakan Transformasi Fourier – akan diuraikan di

upabab 5.2), selanjutnya konvolusi dilakukan dalam ranah waktu. Keuntungan utama dari

penggunaan ranah frekuensi adalah proses konvolusi dapat diterapkan dalam bentuk

perkalian langsung. Proses perubahan fungsi dari ranah ranah spasial ke ranah frekuensi

dilakukan melalui Transformasi Fourier. Sedangkan perubahan fungsi dari ranah frekuensi

ke ranah spasial dilakukan melalui Transformasi Fourier Balikan (invers).

Transformasi Fourier

Transformasi Fourier merupakan transformasi paling penting di dalam bidang

pengolahan sinyal (signal processing), khususnya pada bidang pengolahan citra. Umumnya

sinyal dinyatakan sebagai bentuk plo t amplitudo versus waktu (pada fungsi satu matra) atau

plot amplitudo versus posisi spasial (pada fungsi dwimatra). Pada beberapa aplikasi

pengolahan sinyal, terdapat kesukaran melakukan operasi karena fungsi dalam ranah

waktu/spasial, misalnya pada operasi konvolusi di atas. Operasi konvolusi dapat diterapkan

sebagai bentuk perkalian langsung bila fungsi berada dalam ranah frekunsi. Transformasi

Fourier adalah kakas (tool) untuk mengubah fungsi dari ranah waktu/spasial ke ranah

frekuensi. Untuk perubahan sebaliknya digunakan

29

Page 31: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Transformasi Fourier Balikan. Intisari dari Transformasi Fourier adalah menguraikan

sinyal atau gelombang menjadi sejumlah sinusoida dari berbagai frekuensi, yang jumlahnya

ekivalen dengan gelombang asal.

Transformasi Fourier Diksrit

Pada pengolahan sinyal dengan komputer digital, fungsi dinyatakan oleh himpunan

berhingga nilai diskrit. Transformasi Fourier Diskrit (TFD) ditujukan bagi persoalan yang

tidak menghasilkan solusi transformasi Fourier dalam bentuk fungsi malar.

30

Page 32: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 6 HISTOGRAM CITRA

Informasi penting mengenai isi citra digital dapat diketahui dengan membuat

histogram citra. Histogram citra adalah grafik yang menggambarkan penyebaran nilai-nilai

intensitas pixel dari suatu citra atau bagian tertentu di dalam citra. Dari sebuah histogram

dapat diketahui frekuensi kemunculan nisbi (relative) dari intensitas pada citra tersebut.

Histogram juga dapat menunjukkan banyak hal tentang kecerahan (brightness) dan

kontas (contrast) dari sebuah gambar. Karena itu, histogram adalah alat bantu yang berharga

dalam pekerjaan pengolahan citra baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Histogram : Grafik yang menggambarkan penyebaran nilai intensitas pixel dari suatu citra.

Dapat menjadi penunjuk kadar kecerahan (brightness) dan kontras citra.

Histogram dihitung dengan :

ni = jumlah pixel yang memiliki derajat keabuan i

n = jumlah seluruh pixel dalam citra

Contoh : Citra dengan matriks 8x8, derajat keabuan 0‐15 :

31

Page 33: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Histogram Citra Contoh :

Informasi Dari Histogram : Puncak histogram → intensitas pixel yang paling menonjol.

Lebar puncak → rentang kontras. Over‐exposed (terlalu terang) dan under‐ exposed (terlalu

gelap) memiliki rentang kontras sempit. Citra yang baik mengisi daerah derejat keabuan

secara penuh dan merata pada setiap nilai intensitas pixel.

Histogram citra banyak memberikan informasi penting sebagai berikut:

1. Nilai hi menyatakan peluang (probability) pixel, P(i), dengan derajat keabuan i. Jumlah

seluruh nilai hi sama dengan 1, atau

2. Puncak histogram menunjukkan intensitas pixel yang menonjol. Lebar dari puncak

menunjukkan rentang kontras dari gambar. Citra yang mempunyai kontras terlalu terang

32

Page 34: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

(overexposed) atau terlalu gelap (underexposed) memiliki histogram yang sempit.

Histogramnya terlihat hanya menggunakan setengah dari daerah derajat keabuan. Citra yang

baik memiliki histogram yang mengisi daerah derajat keabuan secara penuh dengan distribusi

yang merata pada setiap nilai intensitas pixel (Gambar 6.4).

Gambar 6.5 memperlihatkan tiga buah citra Lena. Citra Lena yang pertama terlalu gelap.

Histogramnya banyak menumpuk pada bagian kiri karena citra tersebut mengandung banyak

nilai intensitas yang dekat dengan 0 (hitam). Citra Lena yang kedua terlalu terang.

Histogramnya banyak menumpuk pada bagian kanan karena citra tersebut mengandung

banyak nilai intensitas yang dekat dengan 255 (putih). Citra Lena yang ketiga adalah citra

yang normal (bagus). Histogramnya tersebar merata di seluruh daerah derajat keabuan. Tiga

buah histogram tersebut dihasilkan dengan program Adobe Photoshop.

33

Page 35: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

34

Page 36: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB 7 PERBAIKAN KUALITAS CITRA

Perbaikan kualitas citra (image enhancement) merupakan salah satu proses awal

dalam pengolahan citra (image preprocessing). Perbaikan kualitas diperlukan karena

seringkali citra yang dijadikan objek pembahasan mempunyai kualitas yang buruk, misalnya

citra mengalami derau (noise) pada saat pengiriman melalui saluran transmisi, citra terlalu

terang/gelap, citra kurang tajam, kabur, dan sebagainya. Melalui operasi pemrosesan awal

inilah kualitas citra diperbaiki sehingga citra dapat digunakan untuk aplikasi lebih lanjut,

misalnya untuk aplikasi pengenalan (recognition) objek di dalam citra.

Tujuan dari teknik peningkatan mutu citra adalah untuk melakukan pemrosesan

terhadap citra agar hasilnya mempunyai kwalitas relative lebih baik dari citra awal untuk

aplikasi tertentu.

Yang dimaksud dengan perbaikan kualitas citra adalah proses mendapatkan citra yang

lebih mudah diinterpretasikan oleh mata manusia. Pada proses ini, ciri-ciri tertentu yang

terdapat di dalam citra lebih diperjelas kemunculannya. Secara matematis, image

enhancement dapat diartikan sebagai proses mengubah citra f(x, y) menjadi f ’(x, y) sehingga

ciri-ciri yang dilihat pada f(x, y) lebih ditonjolkan.

Proses-proses yang termasuk ke dalam perbaikan kualitas citra :

1. Pengubahan kecerahan gambar (image brightness)

2. Peregangan kontras (contrast stretching)

3. Pengubahan histogram citra.

4. Pelembutan citra (image smoothing).

5. Penajaman (sharpening) tepi (edge).

6. Pewarnaan semu (pseudocolouring)

7. Pengubahan geometric

Pada umumnya, f(x,y) sudah diketahui sehingga persoalannya adalah memilih h(x,y)

sedemikian rupa sehingga f ’(x, y) merupakan citra yang menonjolkan cirri tertentu dari f(x,

y).

Pengubahan Kecerahan Gambar (Image Brightness)

Untuk membuat citra lebih terang atau lebih gelap, kita melakukan pengubahan

kecerahan gambar. Kecerahan/kecemerlangan gambar dapat diperbaiki dengan menambahkan

35

Page 37: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

(atau mengurangkan) sebuah konstanta kepada (atau dari) setiap pixel di dalam citra. Akibat

dari operasi ini, histogram citra mengalami pergeseran. Secara matematis operasi ini ditulis

sebagai :

f(x, y)’ = f(x, y) + b

Jika b positif, kecerahan gambar bertambah, sebaliknya jika b negatif kecerahan gambar

berkurang. Nilai pixel hasil pengubahan mungkin £ derajat keabuan minimum (0) atau ³

derajat keabuan maksimum (255). Karena itu, pixel tersebut perlu dilakukan clipping ke nilai

keabuan minimum atau ke nilai keabuan maksimum.

Peregangan Kontras

Kontras menyatakan sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness) di dalam sebuah

gambar. Citra dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori kontras: citra kontras-rendah (low

contrast), citra kontras-bagus (good contrast atau normal contrast), dan citra kontras-tinggi

(high contrast). Ketiga kategori ini umumnya dibedakan secara intuitif. Citra kontras-

rendah dicirikan dengan sebagian besar komposisi citranya adalah terang atau sebagian besar

gelap. Dari histogramnya terlihat sebagian besar derajat keabuannya terkelompok (clustered)

bersama atau hanya menempati sebagian kecil dari rentang nilai-nilai keabuan yang mungkin.

Jika pengelompokan nilai-nilai pixel berada di bagian kiri (yang berisi nilai keabuan yang

rendah), citranya cenderung gelap. Jika pengelompokan nilai-nilai pixel berada di bagian

kanan (yang berisi nilai keabuan yang tinggi), citranya cenderung terang. Tetapi, mungkin

saja suatu citra tergolong kontras-rendah meskipun tidak terlalu terang atau tidak terlalu gelap

bila semua pengelompokan nilai keabuan berada di tengah histogram.

Citra kontras-bagus memperlihatkan jangkauan nilai keabuan yang lebar tanpaada

suatu nilai keabuan yang mendominasi. Histogram citranya memperlihatkan sebaran nilai

keabuan yang relatif seragam. Citra kontras-tinggi, seperti halnya citra kontras bagus,

memiliki jangkauan nilai keabuan yang lebar, tetapi terdapat area yang lebar yang didominasi

oleh warna

gelap dan area yang lebar yang didominasi oleh warna terang. Gambar dengan langit terang

denganlatar depan yang gelap adalah contoh citra kontras-tinggi. Pada histogramnya terlihat

dua puncak, satu pada area nilai keabuan yang rendah dan satu lagi pada area nilai keabuan

yang tinggi. Citra dengan kontras-rendah dapat diperbaiki kualitasnya dengan operasi

peregangan kontras. Melalui operasi ini, nilai-nilai keabuan pixel akan merentang dari 0

sampai 255 (pada citra 8-bit), dengan kata lain seluruh nilai keabuan pixel terpakai secara

merata.

36

Page 38: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Algoritma peregangan kontras adalah sebagai berikut :

1. Cari batas bawah pengelompokan pixel dengan cara memindai (scan) histogram dari nilai

keabuan terkecil ke nilai keabuan terbesar (0 sampai 255) untuk menemukan pixel pertama

yang melebihi nilai ambang pertama yang telah dispesifikasikan.

2. Cari batas atas pengelompokan pixel dengan cara memindai histogram dari nilai keabuan

tertinggi ke nilai keabuan terendah (255 sampai 0) untuk menemukan pixel pertama yang

lebih kecil dari nilai ambang kedua yang dispesifikasikan.

3. Pixel-pixel yang berada di bawah nilai ambang pertama di-set sama dengan 0, sedangkan

pixel-pixel yang berada di atas nilai ambang kedua di-set sama dengan 255.

4. Pixel-pixel yang berada di antara nilai ambang pertama dan nilai ambang kedua dipetakan

(diskalakan) untuk memenuhi rentang nilai-nilai keabuan yang lengkap (0 sampai 255)

dengan persamaan :

Super Resolusi

Teknik citra super resolusi adalah salah satu teknik untuk mendapatkan citra yang beresolusi

tinggi dari sekumpulan citra yang beresolusi rendah . Resolusi tinggi yang dihasilkan dapat

berupa citra tunggal atau lebih. Citra resolusi tinggi didapat dari sekumpulan resolusi rendah

yang diambil dari scene (adegan) yang sama. Karena dari scene yang sama akan

menyediakan informasi yang mungkin dapat digunakan untuk merekonstruksi citra resolusi

tinggi .Berdasarkan output yang dihasilkan (High Resolution), super resolusi dibedakan

menjadi 2, yaitu super resolusi statis dan super resolusi dinamis. Super resolusi statis adalah

metode super resolusi yang menghasilkan citra keluaran resolusi tinggi tunggal dan super

resolusi dinamis adalah metode super resolusi yang menghasilkan citra keluaran resolusi

tinggi yang lebih dari satu . Super resolusi secara umum terdiri dari tiga tahap algoritma yaitu

registrasi, interpolasi dan rekonstruksi .

1) Registrasi

Registrasi citra adalah proses menemukannya kembali titik-titik yang bersesuaian antara citra

I1 dengan citra I2 di mana citra I2 adalah citra I1 yang mengalami transformasi geometri.

Registrasi citra pada domain spasial dapat dilakukan dengan metode average, median, atau

37

Page 39: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

ukuran statistika lainnya pada setiap nilai derajat keabuan (grayscale) atau RGB citra [5,6].

Penelitian ini menggunakan registrasi average dan registrasi median.

a) Registrasi Average

Registrasi average adalah salah satu metode registrasi sederhana yang melakukan pencarian

nilai rata-rata pixel dari beberapa frame citra pada posisi pixel yang bersesuaian . Pencarian

nilai rata-rata pixel dilakukan dengan menjumlahkan nilai pixel yang bersesuaian pada

beberapa frame citra yang mengalami transformasi geometri, kemudian membaginya dengan

banyaknya frame citra. Persamaan pencarian nilai rata-rata pixel ditunjukkan pada persamaan

(2). 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑓𝑟𝑎𝑚𝑒1 + ⋯+ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑓𝑟𝑎𝑚𝑒 𝑛)/𝑛 (2)

b) Registrasi Median

Registrasi median adalah metode registrasi citra yang melakukan pencarian nilai pixel tengah

dari beberapa frame citra pada posisi pixel yang bersesuaian dengan melakukan pengurutan

terlebih dahulu. Pengurutan nilai dimulai dari nilai piksel terkecil hingga nilai piksel

terbesar . Registrasi median ini hanya menghasilkan bilangan bulat tanpa menghasilkan

bilangan pecahan .

2) Interpolasi

Interpolasi (biasa disebut resampling) adalah sebuah metode pencitraan untuk meningkatkan

(atau mengurangi) jumlah piksel dalam citra digital.Interpolasi citra bekerja dalam dua arah

dan mencoba untuk mencapai pendekatan yang terbaik dari sebuah piksel yang warna dan

intensitasnya didasarkan pada nilai-nilai di sekitar piksel. Penelitian ini menggunakan

interpolasi bilinier dan bikubik untuk proses pembesaran (zooming) citra.

a) Interpolasi Bilinier Interpolasi bilinier menentukan nilai piksel baru berdasarkan rata-rata (dengan memberi

bobot) dari 4 piksel dari ukuran 2×2 piksel tetangga terdekat dalam gambar asli. Persamaan

dari interpolasi bilinier dapat dituliskan seperti pada persamaan (3).

38

Page 40: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

b) Interpolasi Bikubik Interpolasi bikubik adalah bagian dari interpolasi kubik untuk interpolasi data dalam bentuk

dua dimensi. Interpolasi ini menghasilkan pembesaran citra lebih halus pada bagian tepi-

tepinya daripada interpolasi bilinier. Bikubik menggunakan 4x4 piksel tetangga untuk

mengambil informasi. Persamaan interpolasi konvolusi bikubik dituliskan sebagai berikut.

3) Smoothing Proses ini dilakukan dengan menggunakan metode median filter. Metode median filter adalah

salah satu teknik filtering citra tidak linier yang berfungsi untuk memperhalus citra dan

menghilangkan noise atau gangguan yang berupa bintik putih. Median dicari dengan

melakukan pengurutan terhadap nilai piksel dari mask yang sudah ditentukan, kemudian

dicari nilai tengahnya .

Peregangan Kontras

Kontras menyatakan sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness) di dalamsebuah gambar.

Citra dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori kontras: citrakontras-rendah (low

contrast), citra kontras-bagus (good contrast atau normal contrast), dan citra kontras-tinggi

(high contrast). Ketiga kategori ini umumnya dibedakan secara intuitif. Citra kontras-rendah

dicirikan dengan sebagian besar komposisi citranya adalah terang atau sebagian besar gelap.

Dari histogramnya terlihat sebagian besar

derajat keabuannya terkelompok (clustered) bersama atau hanya menempati sebagian kecil

dari rentang nilai-nilai keabuan yang mungkin. Jika pengelompokan nilai-nilai pixel berada di

bagian kiri (yang berisi nilai keabuan yang rendah), citranya cenderung gelap. Jika

pengelompokan nilai-nilai pixel berada di bagian kanan (yang berisi nilai keabuan yang

tinggi), citranya cenderung terang. Tetapi, mungkin saja suatu citra tergolong kontras-rendah

meskipun tidak terlalu terang atau tidak terlalu gelap bila semua pengelompokan nilai

keabuan berada di tengah histogram. Citra kontras-bagus memperlihatkan jangkauan nilai

39

Page 41: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

keabuan yang lebar tanpa ada suatu nilai keabuan yang mendominasi. Histogram citranya

memperlihatkan sebaran nilai keabuan yang relatif seragam.

Citra kontras-tinggi, seperti halnya citra kontras bagus, memiliki jangkauan nilai keabuan

yang lebar, tetapi terdapat area yang lebar yang didominasi oleh warna gelap dan area yang

lebar yang didominasi oleh warna terang. Gambar dengan langit terang denganlatar depan

yang gelap adalah contoh citra kontras-tinggi. Pada histogramnya terlihat dua puncak, satu

pada area nilai keabuan yang rendah dan satu lagi pada area nilai keabuan yang tinggi.

40

Page 42: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Pengubahan Histogram Citra

Untuk memperoleh histogram citra sesuai dengan keinginan kita, maka penyebaran

nilai-nilai intensitas pada citra harus diubah. Terdapat dua metode pengubahan citra

berdasarkan histogram:

1. Perataan historam (histogram equalization). Nilai-nilai intensitas di dalam citra diubah

sehingga penyebarannya seragam (uniform).

2. Spesifikasi histogram (histogram spesification). Nilai-nilai intensitas di dalam citra diubah

agar diperoleh histogram dengan bentuk yang dispesifikasikan oleh pengguna.

Perataan Histogram

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu, histogram citra

memberikan informasi tentang penyebaran intensitas pixel-pixel di dalam citra. Misalnya,

citra yang terlalu terang atau terlalu gelap memiliki histogram yang sempit. Agar kita

memperoleh citra yang baik, maka penyebaran nilai intensitas harus diubah. Teknik yang

lazim dipakai adalah perataan histogram (histogram equalization). Tujuan dari perataan

histogram adalah untuk memperoleh

penyebaran histogram yang merata, sedemikian sehingga setiap derajat keabuan memiliki

jumlah pixel yang relatif sama.

41

Page 43: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Meskipun perataan histogram bertujuan menyebarkan secara merata nilai-nilai derajat

keabuan, tetapi seringkali histogram hasil perataan tidak benar-benar tersebar secara merata

(misalnya pada contoh di atas). Alasannya adalah :

1. Derajat keabuan terbatas jumlahnya. Nilai intensitas baru hasil perataan merupakan

pembulatan ke derajat keabuan terdekat.

2. Jumlah pixel yang digunakan sangat terbatas. Agar hasil perataan benar-benar seragam

sebarannya, maka citra yang diolah haruslah dalam bentuk malar (continue), yang dalam

praktek ini jelas tidak mungkin.

Spesifikasi Histogram

Perataan histogram memetakan histogram citra semula menjadi histogram yang

seragam. Bila histogram yang diinginkan tidak seragam, maka cara ini tidak dapat

digunakan.Metode spesifikasi histogram (histogram spesification) memberikan cara

42

Page 44: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

menghasilkan histogram yang ditentukan oleh pengguna. Cara pembentukan histogramnya

memanfaatkan sifat pada perataan histogram. Bila fungsi transformasi pada perataan

histogram menghasilkan histogram semula menjadi histogram yang seragam, maka fungsi

balikannya (inverse) memetakan histogram yang seragam menjadi histogram semula. Sifat ini

dapat dimanfaatkan untuk mengubah histogram citra menjadi histogram lain yang tidak

seragam.

Dasar teorinya adalah sebagai berikut: misalkan Pr(r) dan Pz(z) masing-masing

adalah histogram citra semula dan histogram yang diinginkan. Fungsi transformasi T mula-

mula memetakan intensitas citra semula menjadi histogram yang seragam dengan cara

perataan histogram.

Pelembutan Citra (Image Smoothing)

Pelembutan citra (image smoothing) bertujuan untuk menekan gangguan (noise) pada

citra. Gangguan tersebut biasanya muncul sebagai akibat dari hasil penerokan yang tidak

bagus (sensor noise, photographic grain noise) atau akibat saluran transmisi (pada

pengiriman data).

Gangguan pada citra umumnya berupa variasi intensitas suatu pixel yang tidak berkorelasi

dengan pixel-pixel tetangganya. Secara visual, gangguan mudah dilihat oleh mata karena

tampak berbeda dengan pixel tetangganya.

Pixel yang mengalami gangguan umumnya memiliki frekuensi tinggi (berdasarkan

analisis frekuensi dengan transformasi Fourier). Komponen citra yang berfrekuensi rendah

umumnya mempunyai nilai pixel konstan atah berubah sangat lambat. Operasi pelembutan

citra dilakukan untuk menekan komponen yang berfrekuensi tinggi dan meloloskan

komponen yang berfrekuensi rendah.

43

Page 45: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Operasi penapisan ini mempunyai efek pemerataan derajat keabuan, sehingga gambar

yang diperoleh tampak lebih kabur kontrasnya. Efek pengaburan ini disebut efek blurring.

Penapis h(x,y) pada operasi pelembutan citra disebut juga penapis lolos-rendah (low-pass

filter), karena penapis tersebut menekan komponen yang berfrekuensi tinggi (misalnya pixel

gangguan, pixel tepi) dan meloloskan komponen yang berfrekuensi rendah.

Penapis Lolos-Rendah

Penapis rata-rata adalah salah satu penapis lolos-rendah yang paling sederhana. Aturan untuk

penapis lolos-rendah adalah :

1. Semua koefisien penapis harus positif

2. Jumlah semua koefisien harus sama dengan 1, Jika jumlah semua koefisien lebih besar dari

1, maka konvolusi menghasilkan penguatan (tidak diinginkan). Jika jumlah semua koefisien

kurang dari 1, maka yang dihasilkan adalah penurunan, dan nilai mutlak setiap pixel di

seluruh bagian

citra berkurang. Akibatnya, citra hasil pelembutan tampak lebih gelap. Penapis lolos-rendah

yang disebutkan di atas merupakan penapis lanjar (linear). Operasi pelembutan dapat juga

dilakukan dengan menggunakan penapis nirlanjar, yaitu:

a. Penapis minimum (min filter)

b. Penapis maksimum (max filter)

c. Penapis median (median filter)

44

Page 46: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Penapis Median

Penapis nirlanjar yang akan dijelaskan adalah penapis median. Penapis ini

dikembangkan oleh Tukey. Pada penapis median, suatu “jendela” (window) memuat sejumlah

pixel (ganjil). Jendela digeser titik demi titik pada seluruh daerah citra. Pada setiap

pergeseran dibuat jendela baru. Titik tengah dari jendela ini diubah dengan nilai median dari

jendela tersebut.

Penajaman Citra (Image Sharpening)

Operasi penajaman citra bertujuan memperjelas tepi pada objek di dalam citra. Penajaman

citra merupakan kebalikan dari operasi pelembutan citra karena operasi ini menghilangkan

bagian citra yang lembut. Operasi penajaman dilakukan dengan melewatkan citra pada

penapis lolos-tinggi (high-pass filter). Penapis lolos-tinggi akan meloloskan (atau

memperkuat) komponen yang berfrekuensi tinggi (misalnya tepi atau pinggiran objek) dan

akan menurunkan komponen berfrekuensi rendah. Akibatnya, pinggiran objek telihat lebih

tajam dibandingkan sekitarnya. Karena penajaman citra lebih berpengaruh pada tepi (edge)

objek, maka penajaman citra sering disebut juga penajaman tepi (edge sharpening) atau

peningkatan kualitas tepi (edge enhancement). Gambar 7.14 adalah citra Lena setelah

ditajamkan gambarnya.

45

Page 47: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

Penapis Lolos-Tinggi

Aturan penapis lolos-tinggi :

1. koefisien penapis boleh positif, negatif, atau nol

2. jumlah semua koefisien adalah 0 atau 1

Pewarnaan Semu

Pewarnaan semu adalah proses memberi warna tertentu pada nilai-nilai pixel suatu

citra skala-abu pada suatu citra berdasarkan kriteria tertentu, misalnya suatu warna tertentu

untuk suatu interval derajat keabuan tertentu. Hal ini dilakukan karena mata manusia mudah

membedakan banyak jenis warna.

Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik dilakukan pada citra yang memiliki gangguan yang terjadi pada waktu

proses perekaman citra, misalnya pergeseran koordinat citra (translasi), perubahan ukuran

citra, dan perubahan orientasi koordinat citra (skew). Proses koreksi geometri untuk

meningkatkan kualitas citra tersebut disebut juga koreksi geometri. Koreksi geometri yang

sederhana adalah dengan operasi geometri sederhana seperti rotasi, translasi, dan penskalaan

citra

46

Page 48: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

47

Page 49: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Dari makalah yang telah dibuat dan di dalam nya membahas tentang Pengolahan Citra dari

BAB 1 sampai 7 ini banyak sekali penerapan pengolahan citra dan kegunaannya dalam

kehidupan sehari-hari dalam lingkuan kita. Dengan mempelajari pengolahan citra ini maka

kita dapat mempergunakanya untuk membantu dalam menyelesaikan masalah yang ada

dalam aktivitas kita sehari-hari yang berhubungan dengan pencitraaan. Dari makalah yang

telah dibuat ini membahas tentang BAB 1 PENGENTAR PENGOLAHAN CITRA dimana

di dalam bab ini kita dapat mempelajari dan mengenal pengolahan citra ini seperti apa, BAB

2 PEMBENTUKAN CITRA di dalam bab ini kita bisa mempelajari bagaimana membentuk

citra yang baik , BAB 3 STRUKTUR DATA UNTUK CITRA DIGITAL DAN FORMAT

CITRA BITMAP merupakan slah satu bab yang memperesentasikan citra dalam memori

komputer, BAB 4 OPERASI-OPERASI DASAR PENGOLAHAN CITRA merupakan bab

yang mempelajari elemen-elemen matrik pada citra, BAB 5 KONVOLUSI DAN

TRANSFORMASI FOURIER merupakan bab yang mempelajari pengealihan citra dan

merubah frekuensi konvolusi, BAB 6 HISTOGRAM CITRA bab yang ensitas mempelajari

penyebaran nilai-nilai intensitas pixel, dan BAB 7 PERBAIKAN KUALITAS CITRA

merupakan bab yang memperbaiki kualitas citra yang derau dan rusak untuk diperbaiki

menjadi baik .

DAFTAR PUSTAKA

48

Page 50: Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)

http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-

3_Struktur%20Data%20untuk%20Citra%20Digital.pdf

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-1_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-2_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-3_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-4_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-5_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-6_

informatika.stei.itb.ac.id/.../Pengolahan%20Citra%20Digital/Bab-7_

www2.ukdw.ac.id/kuliah/si/erickblog/...10E92/CitraDigital.pdf

jre.elektro.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/.../9_3_6_137_142.pdf

49