pengkreditan pajak masukan

47
Pajak Pertambahan Nilai FEBRUARI 2012 1 PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Upload: muhammad-ferdiansyah-sinaga

Post on 24-Jul-2015

620 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 1

FEBRUARI 2012

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Page 2: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 2

Definisi

Pajak Masukan

Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena

perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar

Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak

Ps 1 angka 24 UU PPN

Pajak Keluaran

Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,

penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena PajakPs 1 angka 25 UU PPN

Page 3: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 3

Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama

Ps 9 (2) UU PPN

Page 4: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 4

Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)

Ps 9 (2b) UU PPN

Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang PPN

dan berhubungan dengan kegiatan usaha (kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen).

Penjelasan Ps 9 (8) b UU PPN

Page 5: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 5

KRITERIA PM DPT DIKREDITKAN

PAJAK MASUKANDAPAT DIKREDITKAN

SYARAT FORMAL(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984)

DALAM FAKTUR PAJAKSTANDAR YG TDK CACAT

(Ps. 9 ay. 8 UU PPN 1984)

SYARAT MATERIAL(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/JKP YG BERHUB. LANGSUNG

DG KEGIATAN USAHA MELAKU-KAN PENYER. KENA PAJAK(Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b

UU PPN 1984)

BELUM DIBEBANKANSEBAGAI BIAYA

(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

KEGI-ATAN

USAHA

MANA-JEMEN

DISTRI-BUSI

PEMA-SARAN

PRO-DUKSI

Menggunakancap tanda tangan

Ada coretanyg tdk diper-

bolehkan

Nama PKP/NPWPNomor seri salah

Tdk mencoret yg seharusnya

dicoret

Dibuat > 3 bl sejak batas wkt pemb. FP

FP Standar cacat

Tdk/terlambat lapor Penggunaan Kode &

Nomor Seri.

Tdk/terlambat lapor Nama &contoh tanda tangan pejabat

yg ditunjuk

Page 6: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 6

Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

Contoh:Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tertanggal 7 Juli 2012 dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak Juli 2012 atau pada Masa Pajak berikutnya paling lama Masa Pajak Oktober 2012.

Ps 9 (9) UU PPN

Page 7: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 7

Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh

Pengusaha Kena Pajak

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang

dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya

Ps 9 (3) UU PPN

Ps 9 (4) UU PPN

Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku

Ps 9 (4a) UU PPN

Page 8: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 8

Pengkreditan PM bagi PKP Belum Berproduksi

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor

barang modal dapat dikreditkan

Ps 9 (2a) UU PPN

Page 9: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 9

PKP Belum Berproduksi

Belum melakukan penyerahan yang

terutang PPN

Belum Berproduksi

PKP

PM atas impor atau perolehan

Barang Modal BKP selain Barang Modal JKP

Dapat Dikreditkan

Tidak Dapat Dikreditkan

Berlaku untuk seluruh kegiatan usaha, yaitu industri/manufaktur, usaha perdagangan, usaha jasa,

dan kegiatan usaha lainnya

Ps 9 (2a) UU PPN Ps 9 (8) j UU PPN

Ps 16 PP 1/2012

Page 10: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 10

Definisi Barang Modal

harta berwujud dengan masa

manfaat > 1 (satu) tahunBarang

Modal termasuk pengeluaran

yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan

yang dikapitalisasi ke dalam harga

perolehan barang modal

Contoh:• PKP membeli barang modal, berupa mesin, dari luar Daerah Pabean. • Untuk pemasangannya, PKP memanfaatkan jasa pemasangan dari PKP lain.• Pembayaran atas jasa pemasangan yang dikapitalisasi ke dalam harga perolehan mesin

tersebut merupakan pengeluaran yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan.

Ps 16 PP 1/2012

Page 11: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 11

PKP Gagal Berproduksi

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor

barang modal dapat dikreditkan

Ps 9 (2a) UU PPN

Pajak Masukan yang telah dikreditkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai

Ps 9 (6a) UU PPN

Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan, dan tata cara pembayaran kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (6a) diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan

Ps 9 (6b) UU PPNPMK No 81/PMK.03/2012

Page 12: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 12

PKP Gagal Berproduksi

Gagal Berproduksi adalah :a. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama sebagai

produsen yang menghasilkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak yang berasal dari hasil produksinya sendiri.

b. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama PKP selain produsen sebagaimana dimaksud pada huruf a, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

Definisi Gagal Berproduksi

Page 13: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Pembayaran Kembali PM

1. PKP yang Gagal Berproduksi wajib membayar kembali Pajak Masukan sebesar Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.

2. Pajak Masukan tersebut disetorkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah Saat Gagal Berproduksi, dengan menggunakan SSP dengan mencantumkan keterangan “Pembayaran kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian”.

3. Pembayaran kembali Pajak Masukan tersebut dilaporkan pada Masa Pajak dilakukan pembayaran.

PKP Gagal Berproduksi

Page 14: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Force Majeur

Dalam hal keadaan Gagal Berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab lain di luar kekuasaan PKP (force majeur), PKP tidak wajib membayar kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.

PKP Gagal Berproduksi

Page 15: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Sanksi

1. Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali diterbitkan Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal SKPKPP s.d tanggal STP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) Undang-Undang KUP.

2. Dalam hal PKP tidak melakukan kewajiban pembayaran kembali, terhadap PKP diterbitkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang KUP, yang terdiri dari:

a. Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali; danb. sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g jo Pasal 14 ayat (5) Undang-Undang KUP.

PKP Gagal Berproduksi

Page 16: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 16

PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN Pasal 9 ayat (8)

a perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

b perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha

c perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan

d pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

f perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP

gpemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)

h perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

i perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

j perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)

e dihapus

Page 17: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak;

• Ketentuan memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.

• Contoh:• Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Page 18: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Yang Tidak Mempunyai Hubungan Langsung Dengan Kegiatan Usaha

• Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.

• Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha. • Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi

syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.

• Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.

Page 19: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Atau Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah Pabean

Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak

• Ketentuan ini memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.

• Contoh:Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Page 20: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Yang Pajak Masukannya Ditagih Dengan Penerbitan Ketetapan Pajak

• Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak.

• Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Page 21: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 21

Contoh: Dalam SPT Masa PPN dilaporkan:Pajak Keluaran = Rp10.000.000,00 Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00Dari hasil pemeriksaan diketahui:Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00Pajak Masukan = Rp11.000.000,00Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp11.000.000,00, tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN.Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaanPajak Keluaran = Rp15.000.000,00Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 ----------------------(-) Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00

----------------------(-) Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

Ps 9 (8) I UU PPN

Page 22: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan, Dan Pengambilalihan Usaha

• Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, Pajak Masukan atas Barang Kena Pajak yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi

Page 23: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 23

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak

Pertambahan Nilai dapat dikreditkan

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan

Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan

Ps 16B (2) UU PPN

Ps 16B (3) UU PPN

Page 24: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

PKP A PKP B Konsumen

Harga jual 1.000PPN 100Total 1.100

Harga jual 1.500PPN 150Total 1.650

PK 150PM 100KB 50

BKP BKP

PENYERAHAN DALAM NEGERI

Page 25: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

PKP A PKP B Ekspor

Harga jual 1.000PPN 100Total 1.100

Harga jual 1.500PPN 0Total 1.500

PK 0PM 100LB 100

BKP BKP

EKSPOR

Page 26: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

PKP A PKP B Konsumen

Harga jual 1.000PPN 100Total 1.100

Harga jual 1.600PPN -Total 1.600

PK -PM -KB -

BKP BKP - Bebas

Menambah Cost

PENYERAHAN DIBEBASKAN

Page 27: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 27

Penghapusan Piutang

Penghapusan Piutang

Tidak Perlu Disesuaikan

PK Yang Telah Dilaporkan Penjual

PM Yang Telah Dikreditkan Pembeli Ps 12 (1) PP 1/2012

Page 28: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 28

BKP Musnah/Rusak Karena Force Majeur

Force Majeur : kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan

atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

PM atas perolehannya tetap dapat dikreditkan

Peperangan

Kerusuhan

Revolusi

Bencana Alam

Pemogokan

Kebakaran

Bencana Lainnya yang dinyatakan oleh

pejabat/instansi yang berwenang

BKP Musnah/Rusak Karena Force Majeur

Ps 12 (2) PP 1/2012

Page 29: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 29

Kesalahan Pemungutan PPN

sepanjang: - belum dikreditkan- belum dibiayakan- belum dikapitalisasi

Salah Pungut PPN

PPN tersebut telah disetor dan dilaporkan

PPN hanya dapat dimintakan kembali

oleh Pihak Yang Terpungut

Pihak Yang Terpungut:a. importir;b. pembeli barang atau penerima jasa

(termasuk Pemungut PPN); c. pihak yang memanfaatkan barang tidak berwujud

atau jasa dari luar Daerah Pabean.

PPN dipungut terlalu besar

PPN tidak seharusnya dipungut

Ps 13 PP 1/2012

Page 30: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai 30

PM atas Penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain

Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan di atas tidak dapat dikreditkan.

penyerahan jasa pengiriman paket

untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro

pariwisata adalah

10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya

ditagih

10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya

ditagih

Kegiatan membangun sendiri

40% (empat puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang

dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga

perolehan tanah

Page 31: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak

• Yang dimaksud dengan "penyerahan yang terutang pajak" adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

• Yang dimaksud dengan "penyerahan yang tidak terutang pajak" adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B.

• Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.

Page 32: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak

Contoh:

Pengusaha Kena Pajak melakukan beberapa macam penyerahan, yaitu:

a. penyerahan yang terutang pajak = Rp25.000.000,00 Pajak Keluaran = Rp2.500.000,00

b. penyerahan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00 Pajak Keluaran = nihil

c. penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00 Pajak Keluaran = nihil

Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan:

a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak = Rp1.500.000,00

b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai = Rp300.000,00

c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp500.000,00

Menurut ketentuan ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar Rp2.500.000,00 hanya sebesar Rp1.500.000,00.

Page 33: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai33

Apabila dlm suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yg terutang pajak juga melakukan penyerahan yg tdk terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan utk penyerahan yg terutang pajak tdk dpt diketahui dg pasti, jumlah Pajak Masukan yg dpt dikreditkan utk penyerahan yg terutang pajak dihitung dg menggunakan pedoman yg diatur dg Peraturan Menteri Keuangan

PM BAGI PKP YG MELAKUKAN PENYERAHAN TERUTANG DAN TDK TERUTANG

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (6) UU PPN

PMK-78/PMK.03/2010

penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPN

penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPNPenyerahan tdk terutang

Penyerahan terutang

Page 34: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKPRumus:

P = PM x Zdengan ketentuan:P jumlah PM yang dapat dikreditkan;PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;Z persentase yang sebanding dg jumlah Penyerahan yg Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.

Penghitungan Kembali PM yang Dapat DikreditkanDilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus:

a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.

b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.dengan ketentuan:P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;

Page 35: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Contoh Penghitungan

PKP bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung.

APRIL 2011• April 2011, PKP membeli truk dengan harga Rp200

juta (PPN Rp20 juta). • Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk

tujuan penghitungan PM berdasarkan PMK ini ditetapkan 4 tahun.

• Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap seluruh penyerahan adalah 70%.

• PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa April 2011: Rp20 juta x 70% = Rp14 juta

Cont.

Page 36: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Contoh Penghitungan (Tahun ke-I)MARET 2012• Total peredaran usaha tahun 2011 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp40

miliar dan penjualan minyak jagung : Rp60 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2012 adalah:Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 jutaRp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2012) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp3 juta = Rp500 ribu

• Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir.

Cont.

Page 37: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Contoh Penghitungan (Tahun ke-II)

MARET 2013• Total peredaran usaha tahun 2012 : Rp100 miliar, terdiri dari

penjualan jagung : Rp10 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp90 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2012 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2013 adalah:Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 jutaRp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk Masa Pajak Maret 2013) adalah sebesar Rp4,5 juta – Rp3,5 juta = Rp1 juta Cont.

Page 38: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

MARET 2014• Total peredaran usaha tahun 2013 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp30

miliar dan penjualan minyak jagung : Rp70 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2013 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2014 adalah:Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 jutaRp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah:Rp3,5 juta – Rp3,5 juta = Rp 0

Contoh Penghitungan (Tahun ke-III)

Cont.

Page 39: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Contoh Penghitungan (Tahun ke-IV)

MARET 2015• Total peredaran usaha tahun 2014 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp50

miliar dan penjualan minyak jagung : Rp50 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah:Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 jutaRp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2015) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp2,5 juta = Rp 1 juta

• Penghitungan PM sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi dilakukan pada tahun 2016.

Page 40: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai40

PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi Rp1.800.000.000,00 dapat menghitung Pajak Masukan dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan

DEEMED PAJAK MASUKAN BERDASARKAN OMZET

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7) UU PPN

PMK-74/PMK.03/2010

Page 41: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Ketentuan Umum Deemeed Omzet

Syarat PKP

a. Omzet dlm 2 thn buku sebelumnya tdk melebihi Rp1.800.000.000,00 untuk setiap 1 thn buku; atau

b. WP yang baru dikukuhkan sebagai PKP

Wajib pindah ke PK-PM

Kembali menggunakan deemed omzet

Wajib konsisten

PKP dpt kembali menggunakan deemed omzet apabila peredaran dalam 2 tahun tdk melebihi Rp1,8 M

PKP yg menggunakan deemed omzet hrs taat asas dalam 1 thn buku, sepanjang omzet dlm 1 thn buku tdk melebihi Rp1.8 M

Dikenai sanksi jika tdk pindah ke mekanisme PK-PM

mulai Masa Pajak berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi Rp1.800.000.000,00

PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai masa pajak saat digunakannya mekanisme PK-PM

Wajib pemberitahuan tertulispaling lama pd saat penyampaian SPT PPN Masa Pajak saat dikukuhkan sebagai PKP, bagi PKP baru

paling lama pd saat penyampaian SPT PPN Masa Pajak pertama thn buku dimulainya deemed omzet

Page 42: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai42

Deemed Omzet

Prosentase PM Penghitungan PK

JKP 60% x PK

BKP 70% x PK

PK = 10% x DPP

DPP = peredaran usaha

PPN Disetor

JKP 4% x DPP

BKP 3% x DPP

Page 43: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai43

Ketentuan Lain Deemeed Omzet

Pembiayaan atas PM

PKP yg menggunakan deemed omzet tdk dpt membebankan PPN atas perolehan BKP dan/atau JKP sebagai biaya untuk penghitungan PPh

Retur penjualan

PKP dg Deemed Kegiatan

PKP yg sudah menggunakan Deemed Kegiatan tdk boleh menggunakan deemed omzet

PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg di retur akan mengurangi PPN yang terutang dlm Masa Pajak terjadinya retur, sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah dilaporkan dalam SPT PPN

Pindah ke mekanisme PK-PM Wajib memberitahukan scr tertulis ke KPP paling lama pd

saat penyampaian SPT PPN pertama thn buku berikutnya

PKP memilih pindah ke mekanisme PK-PM, hanya diperkenankan mulai Masa Pajak pertama thn berikutnya

PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai masa pajak pertama thn buku berikutnya

Page 44: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan (Demmed Kegiatan)

DEEMED PAJAK MASUKAN BERDASARKAN KEGIATAN

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7A) UU PPN

PMK-79/PMK.03/2010

Penjualan kendaraan bermotor bekas secara eceran

Penjualan emas perhiasan secara eceran

Semata-mata

Page 45: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai45

Deemed Kegiatan

Prosentase PM Penghitungan PK

kendaraan 90% x PK

emas 80% x PK

PK = 10% x DPP

DPP = peredaran usaha

PPN Disetor

kendaraan 1% x DPP

emas 2% x DPP

Page 46: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Pertambahan Nilai46

Ketentuan Umum Deemeed Kegiatan

Pembiayaan atas PMPKP yg menggunakan deemed kegiatan tdk dpt membebankan PPN atas perolehan BKP dan/atau JKP sebagai biaya untuk penghitungan PPh

Retur penjualan

Kewajiban PKP menggunakan Deemed Kegiatan

PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu, wajib menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan (demmed kegiatan)

PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg di retur akan mengurangi PPN yang terutang dlm Masa Pajak terjadinya retur, sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah dilaporkan dalam SPT PPN

Page 47: PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

TERIMA KASIHLunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya