penggunaan metode ria untuk mengukur ...nah melahirkan, bobot badan 40-60 kg, kondisi atau kapsul...
TRANSCRIPT
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdnn Teknologi Menuju Era Tinggal Landas
Bandung, 8 -10 Oktober 1991PPTN - BATAN
PENGGUNAAN METODE RIA UNTUK MENGUKUR PENGARUHTETRASIKLIN TERHADAP EFEKTIVITAS PIL KB
Endang Kumolowati*, J.R. Wattimena **,Sriewoelan Soebito***Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Badan Tenaga Atom Nasional
**Jurusan Farmasi - Institut Teknologi Bandung
.<\BSTRAKPENGGUNAAN METODE RIA UNTUK MENGUKUR PENGARUH TETRASIKLIN
TERHADAP EFEKTIVITAS PIL KB. Telah diteliti kemungkinan terjadinya interaksi antaratetrasiklin dengan pil KB (kontrasepsi oral kombinasi, KOK) pada pemakaian secarabersama-sama, dengan melihat efeknya terhadap kadar estradiol dan progesteron sera. Pada14 wanita yang telah menggunakan KOK selama minimal empat bulan diberikan tetrasiklinsecara oral dalam dosis sehari tiga kali 500 mg selama lima hari berturut-turut. Kadarestradiol dan progesteron sera ditentukan dengan metode "radioimmunoassay" (RIA).Estradiol ditentukan pada hari ke 1,9,10, 11,12,dan 13, sedang progesteron ditentukan padahari ke 17,19 dan 21 dari siklus menstruasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA(two factors) dan uji-t. Ternyata tetrasiklin tidak mempengaruhi kadar estradiol, kecualipada hari ke-13 terjadi penurunan sebesar 28,9% (p<05) sedang kadar progesteron tidakdipengaruhi sarna sekali.
ABSTRACTAPPLICATION OF RIA METHOD IN DETERMINING TETRACYCLIN INFLUENCE
ON CONTRACEPTIVE PILL EFFECTIVENESS. The possibility of interaction betweentetracyline and oral contraceptive combin&..;ion(OCC)used concurrently and its effect on seraestradiol and progesterone concentrations has been studied. Fourteen women had used accfor at least four months were given tetracyline orally at a dose of 500 mgs three times dailyfor five consecutive days.The sera concentrations of oestradiol and progesterone were determined by radioimmunoassay (RIA) method. The oestradiol was determined on 1,9,10,11,12and 13th days, whereas progesterone was determined on 17,19 and 21th days of the samemenstrual cycle. The resulting data was analyzed by using ANOVA(two factors) dan t-test. Itseems that tetracycline does not exert influence on serum estradiol level, except on the 13thday of the menstrual cycle the decrease was 28,98% (p), whereas the serum concentration ofprogesterone was not affected at all.
PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan Program KeluargaBerencana Nasional, metode kontrasepsi oralmerupakan cara yang paling banyak digunakan dan diketahui, terutama oleh kalangan masyarakat awam. Bahkan pada saat ini di Indonesia telah terdapat kira-kira 14juta akseptorkeluarga berencana dengan perincian sebagaiberikut : 42,6% menggunakan obat kontrasepsioral (pil KB), 34,2% menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),sedang 6,1% diantaranya memilih metode suntikan dan kontrasepsi implantasi. [1,2]
Dalam keadaan ber-KB, mungkin saja paraakseptor tersebut terkena penyakit infeksi, karena penyakit infeksi masih mendominasi masyarakat Indonesia. Untuk mengatasinya terapidengan antibiotika hingga saat ini masih merupakan pilihan. Akibatnya, penggunaan bersama
dari keduajenis obat tersebut dapatsaja teIjadi.Sementara itu, interaksi antara keduanya belum menjadikan perhatian clan pertimbangandalam penulisan resep obat. [3]
Berclasar beberapa pustaka, antibiotikayang telah menunjukkan interaksi serius dengan obat kontrasepsi oral adalah rifampisin,sehingga merupakan kontraindikasi mutlakterhadap kontrasepsi oral [3,4,5,6,7,8,9]. Diduga pula bahwa kelompok penisilin (ampisilindan amoksisilin), tetrasiklin, neomisin, eritromisin, dan antibiotika spektrum luas lain jugaberinteraksi dengan kontrasepsi oral [3,6,7,8,9,10,11,14]
Penelitian mengenai interaksi antara rifampisin dan ampisilin dengan kontrasepsi oralpada wanita ber-KB pil sudah cukup banyak[5,8,12]. Demikian pula mengenai neomisin,
296
Metode Penelitian
Pemilihan Subyek Penelitian
Kriteria peserta: wanita/akseptor yang telah menggunakan KOKsecara rutin dan teraturselama minimum empat bulan, merupakanpasangan usia subur berumur 20-35tahun, per- pertama menstruasi, sedang kapsul tetrasiklinnah melahirkan, bobot badan 40-60 kg, kondisi atau kapsul plasebo diberikan pada hari ke 9,kesehatan umum baik, bersedia menjadi peser- 10,11,12, dan 13 dari siklus menstruasi.ta penelitian yang didukung dengan pernyata- Pengambilan darah dilakukan pada lenganan tertulis tidak berkeberatan untuk ikut serta bagian bawah sebanyak 5 ml. Untuk penetapandalam penelitian (informed consent), selama estradiol serum, cuplikan darah diambil padamengikuti penelitian disarankan untuk meng- hari ke 1, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari setiap siklusgunakan kontrasepsi alternatif (kondom) pada penelitian. Sedang untuk penetapan progeste2-3hari sebelum dan sesudah titik ovulasi tepat- ron serum, cuplikan darah diambil pada hari kenya pada hari ke 11-17 dari siklus menstruasi. 17,19, dan 21. Diagram pengambilan cuplikanMinimum seminggu sebelum dan selama darah dapat dilihat pada Gambar berikut.penelitian berlangrsungsubyek harus bebas dari ovu lasi
Fase folikuler .,. Fase Luteal I+ , I I r ~ t ~~ __J ~~ ! J h_a~----. _ooJ5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 28
----- Hari - hari siklus menstruasi
Proceedings Seminar ReaRtor Nuklir daJam Penelitian Sainsdan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas
linkomisin, dan cefoksitin pada hewan percobaan [13,14,17].Untuk tetrasiklin baru merupakan laporan kasus [10,15]dengan akibat klinisyg. dapat diamati:gangguan siklus menstruasi,terjadinya pendarahan (break through bleeding), bintik darah (spotting), dan kegagalan KByang menyebabkan kehamilan [3,6,7,8,10,11, 15).
Untuk mengukur seberapa jauh pengaruhtetrasiklin terhadap efektivitas pil KB perlu dilakukan pengujian terhadap kadar estradioldan progesteron serum. Kedua senyawa ini kadarnya sangat rendah di dalam serum, sehinggasangat sukar mengkuantifikasi senyawa-senyawa tersebut di dalam sistem biologis. Denganditemukannya metode radioimmunoassay (RIA)oleh Yellow dan Berson sekitar tahun 1960,hingga kini metode ini telah berkembang sangatluas . Untuk penentuan hormon dalam plasmadarah kepekaan metode ini dapat mencapaitingkat nanogram, pikogram bahkan dalam beberapa hal sampai femtogram permililiter plasma atau serum.
Saat ini telah banyak tersedia perangkatKit RIAyang lengkap dengan pereaksi-pereaksiyang spesifik untuk setiap jenis penentuan.Bahkan telah tersedia peralatan pencacah otomatis yang dilengkapi dengan program denganpenghitungan. Sehingga pengerjaan yang cepatdan sederhana benar-benar dapat dicapai.
METODE DAN TATAKERJA
Bandung, 8 -10 Oktober 1991PPTN - BATAN
obat-obatan yang tidak dipergunakan dalampenelitian. Sedang tetrasiklin diminum sebelum makan atau dalam keadaan lambungkosong.
Uji Kualitas Tablet KOK dan Kapsul Tetrasiklin
Pengawasan mutu sediaan farmasi yangakan digunakan dilakukan melalui penetapankadar tablet KOKdengan metode Kromatografi
.Cair KineIja Tinggi (HPLC) [16], dan untukkapsul tetrasiklin dengan metode Spektrofluorometri [17].
Rancangan Penelitian
Sejumlah 14 wanita terpilih dikelompokkan ke dalam dua kelompok: (1) terdiri atasenam wanita, pada siklus menstruasi pertamadiberi KOK dan tetrarsiklin, pada siklus menstruasi kedua diberi KOK dan plasebo (kapsulkosong); (2) terdiri atas delapan wanita, padasiklus mentruasi pertama diberi KOK dan plasebo, pada siklus menstruasi kedua diberi KOKdan tetrasiklin. Secara ringkas dapat dilihatpada Tabel berikut.
Perlakuan: KOKmulai diberikan pada hariTabel 1. Urutan perlakuan terhadap dua kelompok subyek penelitian selama dua siklusmenstruasi.
KelompokWaktu
Siklus I
Siklus II
6 responden
KOK + 'ThtraKOK + Plasebo
8 responden
KOK + PlaseboKOK + 'Thtra
Gambar 1. Diagram pengambilan cuplikan darah pada setiap siklus penelitian.
297
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dolam Penelitian Sainsdon Teknologi MenuJu Era Tinggal Landas
Kadar Estradiol dan Progesteron Sera
Penetapan kadar estradiol dan progesteronsera dilakukan dengan metode RIA dari WHO[18]. Hasilnya diolah dengan paket programkomputer "immunoassay WHO" (WHOImmunoassay Programme version 5-3 by PREdwards, Department of Molecular Endocrinology, Middlesex Hosp. Medical School LondonWIN 8AA), yang dilanjutkan dengan analisisstatistikANOVA two factor dan uji-t.
BAHAN DAN MATBahan
Bahan baku dan sediaan farmasi yang digunakan meliputi: etinilestradiol dan levonorgl~strel (Pabrik Pil KB Kimia Farma Bandung),ohat KOKMicrogynon ED 30 (PTSchering Indonl3sia), bahan baku tetrasiklin-HCl dan tetrasiklin-HCl kapsul 500 mg (PT Sanbe Farma).
Pereaksi untuk metode RIAmeliputi: pereaksi RIA dari WHO dalam bentuk bulk (serumantiestradiol dan anti-progesteron, baku estradiol dan progesteron, pelacak estradiol-H3 danprogesteron-H3, karbon aktif, dekstran, agaragar dan dapar steroid), dietileter, dan cocktailsintilasi.
Perala/an
Perangkat RIA meliputi: tabung reaksi gelas, tips kuning dan biru, pipet ependorf, sarungtangan plastik, lemari pendingin 4° C dan -20°C, lemari uap, penangas air, pengocok otomatis,pengaduk otomatis, pemusing berpendingin danberkecepatan 3000 rpm, pencacah beta (liquidscintilation counter, Beckmann), botol peneraan, dan perangkat komputer pengolah data.
PERCOBAAN
Pengembangan Metode Radioimmuno assay (RIA)Kadar estradiol dan progesteron sera
akibat penggunaan KOK adalah rendah [19],sehingga perlu dicari kondisi percobaan yangsesuai, terutama untuk menentukan volumeserum yang akan digunakan serta efisiensi ekstraksi yang dapat dicapai.
Kadar estradiol serum wanita Indonesiayang menggunakan KOKdiperkirakan 12pg/ml[19]. Larutan baku estradiol yang digunakankonsentrasinya: 0, 23, 47, 94, 188, 375, dan 750fmol/tabung peneraan. Maka volume serumyang diperlukan agar estradiol dapat terdeteksidan berada dalam batas konsentrasi larutanbakunya adalah 0,5 ml dan 1,0 ml. Percobaandilakukan terhadap kedua volume tersebut, dan
Bandung, 8- 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
diekstraksi dengan berbagai volume eter, sertaberbagai lama pengocokan.
Sejumlah 0,5 ml dan 1,0 ml volume serumditambah pelacak estradiol- H3 volume tertentu,dibiarkan seimbang selama 30-60 menit. Ekstraksi dilakukan dua kali dengan eter dalamberbagai volume yang sesuai, dan dikocok dalam berbagai lama waktu pengocokan. Larutanairnya dibekukan sedangkan larutan eternyadipisahkan dengan cara dekantasi ke dalambotol peneraan. Pelarut eter diuapkan dalampenangas air 50°C, dan ekstrak yang diperolehdilarutkan kembali dengan 0,9 ml dapar steroidyang dikocok dengan pengocok otomatis. Sejumlah 5 mllarutan cocktail sintilasi ditambahkanke dalam setiap botol peneraan tersebut. Larutan diukur dengan alat pencacah beta (liquidscintillation counter). Diperoleh hasil sebagaiberikut: volume serum 0,5 ml, volume eter duakali 2,5 ml dengan lama pengocokan setiap kali1,5 menit, lihat pada Tabel 2.
Kadar progesteron serum wanita baratyang menggunakan KOK diperkirakan sekitar0,60-0,62 ng/ml [12], sedang wanita indonesiadiperkirakan 70%-nya yaitu 0,4 ng/ml [19].Larutan baku progesteron yang digunakan konsentrasinya: 0, 39, 78, 156, 313, 625, dan 1250fmol/tabung peneraan. Maka volume serumyang diperlukan agar progesteron dapat terdeteksi, serta berada dalam batas kosentrasilarutan bakunya adalah 100 IAIdan 0,5 ml. Percobaan dilakukan terhadap kedua volume tersebut, dan diektraksi dengan berbagai volumeeter, serta berbagai lama pengocokan.
Sejumlah 100 IAIdan 0,5 ml volume serumditambah pelacak progesteron-H3 volume tertentu, dibiarkan seimbang selama 30-60 menit.Ekstraksi dilakukan satu kali dengan eterdalam berbagai volume, dan dikocok dalam berbagai lama pengocokan. Selanjutnya dilakukanprosedur seperti pada penetapan kadar estradiol. Diperoleh hasil: volume serum 100 IAl,volume eter 1,5 ml, dan lama pengocokan satumenit. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.
Penetapan Kadar Estradiol Serum Secara RIASejumlah 0,5 ml sampel serum dan serum
kontrol dalam tabung reaksi sedang (13 m!)diekstraksi dua kali, setiap kali dengan 2,5 mleter dan dikocokselama satu menit. Larutan airdibekukan, sedang larutan eternya dipisahkandengan cara dekantasi dan ditampung dalamsatu tabung reaksi tertentu. Pelarut eter diuapkan dengan penangas air 50°C, kemudianditambahkan 600 IAIdapar steroid ke dalam
298
Proceedings Seminar Reakror Nuklir dalwn Peneliticm Sainsdan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Lcmdas
Bcmdung, 8 -lD Okrober 1991PPTN - BATAN
Tabel2. Efisiensi ekstraksi estradiol bertanda radioaktif di dalam serum darah dengan berbagaivolume eter.
Nomor Vol.serumVol.tracerVol.eterPengocokanEf. ekstraksitabung
(ml)(~l)(ml)(menit)(%)01 - 08
2x 2,51,575,470,450
502x 1,5172,7909 - 16
17 - 20
2x 2,51,571,600,900
100 269,9421 - 24
2x3,5
25 - 27
buffer steroid50 1000,850
28 - 30
buffer steroid100 1000,800
Tabel 3. Efisiensi ekstraksi progesteron bertanda radioaktif di dalam serum darah denganberbagai volume eter.
Nomor Vol.serumVol. tracerVol. eterPengocokanEf. ekstraksitabung
(~l)(~l)(ml)(menit)(%)
01 - 08
2186,9390
101185,9309 - 16
17 - 20
573,4450
50 275,5321 - 24
3-25 - 27
buffer steroid10 1000,890 ~l
28 - 30
buffer steroid50 1000,850 ~l
tabung tersebut dan dikocok dengan pengocokotomatis Larutan dibiarkan 5-10 menit, kemudian dikocok kembali. Sejumlah 0,5 mllarutantersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksikecil (3 ml) untuk dianalisa.
Tabung ralat pemulihan diisi 0,45 ml serum dan 50 ~l pelacak estradiol-H3, dibiarkanseimbang selama 30-60 menit. Selanjutnya dilakukan seperti prosedur di atas, tetapi eterhasil ekstraksi tidak ditampung dalam tabungreaksi, melainkan langsung dituang ke dalambotol peneraan.
Larutan baku estradiol disiapkan dalamtabung reaksi kecil melalui pengenceran berantai sampai diperoleh larutan dengan konsentrasi: 23, 47,94, 188,375, dan 750 fmol/tabungpeneraan.
Setelah semua tabung peneraan siap didalam tabung gelas kecil (tiga ml), kecuali bot.olpeneraan untuk ralat pemulihan, ditambahkanlarutan antiserum 100 ~l dan pelacak estradiolH3 100 ~l ke dalam setiap tabung peneraan dandikocok. lnkubasi dilakukan selama satu malam (18-24jam) pada suhu 4°C. Sejumlah 200 ~lpereaksi arang dekstran ditambahkan ke dalam
299
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdun Teknologi Menuju Era Tinggal Lundas
setiap tabung peneraan (dalam kondisi 4°C),kemudian dikocok dengan cepat. lnkubasi dilakukan selama 15 menit pada suhu 4°C,kemudian semua tabung peneraan dipusingkandengan kecepatan 500 g pada suhu 4°C selamaminimal lima menit. Beningan didekantasi kedalam botol peneraan dengan kecepatan 2-5menit untuk seluruh tabung, ditambahkanlarutan cocktail sintilasi 5 ml ke dalam setiapbotol peneraan, dan dibiarkan homogen selamaeo menit. Larutan diukur dengan alat pencacahbeta (liquid scintilation counter) dengan lamapenghitungan 10 menit untuk setiap botolpeneraan. Hasil peneraan dapat dilihat pada1'abel II.3.
Bundung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
kembali. Bila ~rlu dipanaskan dengan penangas air 50°Cselama 15-40 menit.
Tabung ralat pemulihan yang berisi 90 111serum dan 10 111pelacak progesteron-H3 dibiarkan seimbang selama 30- 60 menit. Selanjutnya seperti prosedur di atas, tetapi eter hasilekstraksi langsung dituangkan ke dalam botolpeneraan.
Larutan baku progesteron dalam tabunggelas kecil disiapkan yang dibuat dengan pengenceran berantai sampai diperoleh larutan dengan kosentrasi: 39, 78, 156, 313, 625, dan 1250fmol/tabung peneraan.
Setelah semua tabung peneraan siap ditabung gelas kecil (3 mI), kecuali botol peneraan
'rabel 4. Kadar estradiol serum 14 wanita yang menggunakan KOK dengan perlakuan plasebodan tetrasiklin l1g/ml.
Hari1 910111213
keKOK
KOKKOKKOKKOKKOKKOKKOKKOKKOKKOKKOK+PI
+Tet+PI+Tet+PI+Tet+PI+Tet+PI+Tet+PI+Tet
1
40,660127,07034,39053,32047,29031,93032,39029,06028,32035,72033,44030,4802
33,31023,14029,84023,40030,64021,90027,79024,04019,34032,14026,27022,1603
24,33016,94029,69022,78019,18019,21013,36018,99019,83019,86024,81015,1004
13,9901,450tttttttttttt0,18016,880tt7,8305
46,72024,68016,770tt10,62024,76012,77011,63011,6309,5505,7608,1006
24,59053,07012,12017,66011,17013,82014,6409,5209,55012,98017,5208,6707
20,64027,92017,84011,49015,3609,92010,3604,52015,4006,05012,7307,7508
46,39022,77013,2006,53013,8001,07017,9604,96020,5503,66016,020tt9
33,4304,430tt3,700tt6,51011,3702,2401,040tttt2,27010
68,08058,92010,94025,75024,24019,54035,25017,46018,8809,63021,63018,84011
53,72046,64023,340tt12,72028,8409,46034,48011,60033,92020,92020,50012
tt16,450tttt20,920tttttttttttttt13
tttttttttttttttttttttttt14
51,45043,820tttttttttttttttttttt
Ifeterane:an:
KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasi; PI = Plasebo; Tet = Tetrasiklin; tt = tidak terdeteksi (kadarnya terlalu rendah).
Penetapan Kadar Progesteron Serum Secara RIA
Sejumlah 100 111serum cuplikan dan serumkontrol dalam tabung reaksi kecil (3 ml) diekstraksi dengan 1,5 ml eter dan dikocok dengan pengocok otomatis selama satu menit.Larutan airnya dibekukan, sedang larutan eternya dipisahkan dengan cara dekantasi dan ditampung dalam tabung reaksi tersendiri. Pelarut eter diuapkan dengan penangas air 50°C,kemudian ke dalamnya ditambahkan 500 111dapar steroid, dan dikocok homogen. Larutandibiarkan 5-10 menit, kemudian dikocok
untuk ralat pemulihan, dilakukan penambahanlarutan antiserum 100 111dan pelacak 100111kedalam setiap tabung peneraan, dan dikocok.Larutan diinkubasikan selama satu malam (18-24jam) pada suhu 4°C. Kemudian ditambahkandengan cepat pereaksi flrang-dekstran 200 111kepada setiap tabung peneraan dalam kondisi4°C, dan dikocok. Larutan dibiarkan selama 15menit pada suhu 4°C, kemudian semua tabungpeneraan dipusingkan dengan kecepatan 500 gdan kondisi suhu 4°C. Selanjutnya beningandituangkan ke dalam botol peneraan dengan
300
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Teknologi Menuju Era Tinggal Landas
kecepatan 2-5 menit untuk seluruh tabung peneraan. Akhirnya larutan cocktail sintilasi 5 mlditambahkan ke dalam setiap botol peneraan,dan dibiarkan homogen selama 60 menit. Botolbotol peneraan siap dihitung dengan alatpencacah beta (liquid scintilation counter), danpenghitungan dilakukan selama 10menit untuksetiap botol peneraan. Hasilnya terlihat padaTabel 5.
Bancmng, 8 -10 Oktober 1991PPTN - BATA/If
ada perbedaan y;.ng bermakna pada kadarestradiol maupun progesteron dalam urutanperlakuan tetrasiklin-plasebo atau sebaliknya.Pemberian tetrasiklin mempengaruhi kadarestradiol tetapi tidak terhadap kadar progefiteron. Periode waktu pengambilan cuplikan darah sangat besar pengaruhnya terhadap kadarestradiol dan progesteron serum.
Tabel5. Kadar progesteron serum 14 wanita yang menggunakan KOK dengan perlakuan plasebodan tetrasiklin, pg/ml.
Hari17 1921
keKOK +PI
KOK+TetKOK +PIKOK+TetKOK +PIKOK+Tet
1
568,810551,950627,510568,310448,080419,2802
675,290355,540548,840 '.621,420614,420455,0003
609,680422,340518,450427,470460,280315,4204
91,510196,57089,890157,390155,820192,4105
176,180112,950179,74087,380119,030103,7106
106,05095,60074,690101,36082,99094,0507
277,160270,850543,790873,780524,920749,2508
528,640829,750116,340565,330637,700210,7309
319,790370,250127,750524,920510,300551,52010
1630,090985,5301218,390600,3702138,130222,28011
110,84053,080449,25036,72052,63099,06012
712,380256,550302,39033,480608,940354,46013
206,400164,680386,650283,580106,050134,99014
181,61092,290301,260117,58061,430120,720
Keterane:an:KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasij PI = Plasebo; Tet = Tetrasiklin.
HASILDAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Kualitas Sediaan KOK dan TetrasiklinDiperoleh bobot rata-rata tablet KOK:
(0,0923 ± 0,006) gram, sedang kadar etinilestradiol104,3% dan levonorgestrel108,3% terhadap bobot tablet. Untuk kapsul tetrasiklin bobotrata-rata isi kapsul (0,5886 ± 0,01) gram, dankadarnya 96,85% terhadap bobot isi kapsul.Peserta Penelitian
Seluruh peserta mengikuti penelitian inisampai selesai dan mematuhi petunjuk penelitian dengan baik. Efek terhadap gangguanmenstruasi, bintik darah (spotting), dan pendarahan (breakthrough bleeding) tidak tampakpada seluruh peserta.Hasil A nalisis Data RIA
Hasil analisis statistik dari data RIA dengan ANOVA two factor diperoleh bahwa, tidak
Hasil analisis statistik dengan uji-t (p<01:i)mengungkap lebih jauh, bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar estradiolantara pemberian tetrasiklin dibanding plasebopada hari ke 1, 9, 10, 11, dan 12. Kecuali padahari ke-13,yaitu terjadi penurunan kadar estradiol pada siklus pemberian tetrasiklin. Padasiklus pemberian plasebo kadar estradiol mencapai 19,9 pg/ml, sedang pada siklus pemberiantetrasiklin kadarnya hanya mencapai 14,132pg/ml (TabeI6), sehingga mengalami penurunansampai 28,98%.Untuk kadar progesteron, tidakada perbedaan yang bermakna antara sikluspemberian tetrasiklin dengan plasebo pada hari ke 17, 19, dan 21. Nilai kadar progesteronserum dari seluruh peserta berada di bawahkadar fase luteal normalnya (3000-25000 pg/ml[18]), karena level rata-rata progesteron hasilpenelitian adalah 287-357 pg/ml (Tabel 7).
301
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalwn Penelitian Sainsclan Tekrwlogi MenuJu Era Tinggal Landas
Demikian pula kadar estradiol seluruh peserta,berada di bawah kadar fase folikular normalnya(60-700 pg/ml [18]), sedang kadar rata-rata estradiol hasil penelitian adalah 14-21 pg/ml(Tabe16).
Tabel 6. Kadar estradiol serum rata-rata dari14 wanita yang menggunakan KOK pada perlakuan dengan plasebo dan tetrasiklin, pg/ml.
Hari keKOK+PIKOK+Tet
1
38,110835,94619
21,395620,826310
14,7117,7211
18,60515,7312
14,213617,98713
19,914,132
Keteran!!an:KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasi; PI = Plasebo;Tet = Tetrasiklin.
Tabel 7. Kadar progesteron serum rata-ratadari 14 wanita yang menggunakan KOK padaperlakuan dengan plasebo dan tetrasiklin,pg/ml.
Hari keKOK+PIKOK+Tet
17
442,4521339,852119
391,7814357,077921
465,7543287,3486
Keteran!!an:KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasi; PI = Plasebo;Tet = Tetrasiklin.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanMetode radioimmunoassay dapat diper
gunakan untuk mengukur pengaruh tertrasiklin terhada p efektivitas pil KByang digunakansecara bersama-sama. Hanya saja karena kadarprogesteron dan estradiol endogen di dalamdarah sangat kecil (dalam femtomol) dan volume serum yang dapat dipergunakanjuga sangat
DAFfAR PUSTAKA
Bandung, 8 -10 Oktober 1991PPTN - BATAN
terbatas (dalan. mikroliter), maka diperlukanketelitian dan kecermatanyang sangat tinggi didalam pengerjaannya.
Ternyata pemakaian pi! KB bersama-samadengan antibiotika tetrasiklin tidak menyebabkan perubahan yang bermakna pada kadarestradiol dan progesteron sera. Diduga bahwatetrasiklin tidak menurunkan efektivitas kerjadari pi! KB tersebut. Hal ini terlihat pada kadarestradiol dan progesteron sera yang tidak mengalami peningkatan.Saran1. Perlu dilakukan penelitian kadar dasar dari
hormon-hormon kelamin endogen wanita,khususnya bagi wanita Indonesia.
2. Perlu dikembangkan Kit RIA untuk penentuan senyawa progesteron dan estradiolendogen yang lebih sederhana dan praktispenggunaannya.
3. Karena Pil KB sudah menjadi bagian darikehidupan masyarakat Indonesia (suksesnya program KB Lingkaran Biru) dan penggunaannya untuk jangka waktu yang lama(baik periode pemakaian maupun karenatuntutan pembangunan guna mengendalikan laju pertumbuhan penduduk), makaperlu dilakukan penelitian mengenai interaksinya dengan obat-obat lain. Dan dalamhal ini metode RIA dapat membantu untukpenelitian tersebut.
4. Kemungkinan adanya interaksi antara pilKB dengan obat-obat lain yang digunakansecara bersama-sama perlu menjadikan perhatian para klinisi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Disampaikan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak, yang karenademikian banyaknya tidak dapat disebutkansatu persatu, yang telah memberikan bantuancukup besar bagi terlaksananya penelitian ini.Karena penelitian ini menggunakan pendekatan antar-lembaga (inter-institusi) dan antar- disiplin ilmu (interdisipliner).
1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, "Rekapitulasi Kegiatan Klinik KeluargaBerencana Secara Nasional", Biro Pencatatan dan Pelaporan, Januari 1986.
2. SUHARTI, K.S., dkk., (ed.), Kontrasepsi Steroid Nabati, Kumpulan Naskah Simposium,FKUI-BKKBN, 16 Nopember 1985
3. SHENFIELD, G.M., "Drug Interaction wit Oral Contraceptive Preparations", The MedicalJournal of Australia, 144, 17 Februari 1986,205-210
302
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitiun Sainsdan Tekrwlogi MenuJu Era Tinggal Landas
Demikian pula kadar estradiol seluruh peserta,berada di bawah kadar fase folikular normalnya(60-700 pg/ml [18]), sedang kadar rata-rata estradiol hasil penelitian adalah 14-21 pg/ml(Tabel 6).
Tabel 6. Kadar estradiol serum rata-rata dari14 wanita yang menggunakan KOK pada perlakuan dengan plasebo dan tetrasiklin, pg/ml.
Hari ke KOK+PlKOK+Tet
1
38,110835,94619
21,395620,826310
14,7117,7211
18,60515,7312
14,213617,98713
19,914,132
KeteranE!an:KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasi; PI = Plasebo;Tet = Tetrasiklin.
Tabel 7. Kadar progesteron serum rata-ratadari 14 wanita yang menggunakan KOK padaperlakuan dengan plasebo dan tetrasiklin,pg/ml.
Hari ke KOK+PlKOK+Tet
17
442,4521339,852119
391,7814357,077921
465,7543287,3486
KeteranE!an:KOK = Kontrasepsi Oral Kombinasi; PI = Plasebo;Tet = Tetrasiklin.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanMetode radioimmunoa'ssay dapat diper
gunakan untuk mengukur pengaruh tertrasiklin terhadap efektivitas pil KByang digunakansecara bersama-sama. Hanya saja karena kadarprogesteron dan estradiol endogen di dalamdarah sangat kecil (dalam femtomol) dan volume serum yang dapat dipergunakanjuga sangat
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, 8 - 10 Oktober 199]'PPTN - BATAN
terbatas (dalar' mikroliter), maka diperlukanketelitian dan kecermatanyang sangat tinggi didalam pengerjaannya.
Ternyata pemakaian pil KB bersama-sama.dengan antibiotika tetrasiklin tidak menyebab ..kan perubahan yang bermakna pada kadarestradiol dan progesteron sera. Diduga bahwa.tetrasiklin tidak menurunkan efektivitas kerjadari pil KB tersebut. Hal ini terlihat pad a kadarestradiol dan progesteron sera yang tidak meng··alami peningkatan.Saran
1. Perlu dilakukan penelitian kadar dasar darihormon-hormon kelamin endogen wanita,khususnya bagi wanita Indonesia.
2. Perlu dikembangkan Kit RIA untuk penentuan senyawa progesteron dan estradiolendogen yang lebih sederhana dan praktispenggunaannya.
3. Karena Pil KB sudah menjadi bagian darikehidupan masyarakat Indonesia (suksesnya program KB Lingkaran Biru) dan penggunaannya untuk jangka waktu yang lama(baik periode pemakaian maupun karenatuntutan pembangunan guna mengendalikan laju pertumbuhan penduduk), makaperlu dilakukan penelitian mengenai interaksinya dengan obat-obat lain. Dan dalamhal ini metode RIA dapat membantu untukpenelitian tersebut.
4. Kemungkinan adanya interaksi antara pilKB dengan obat-obat lain yang digunakansecara bersama-sama perlu menjadikan perhatian para klinisi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Disampaikan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak, yang karenademikian banyaknya tidak dapat disebutkansatu persatu, yang telah memberikan bantuancukup besar bagi terlaksananya penelitian ini.Karena penelitian ini menggunakan pendekatan antar-lembaga {inter-institus i) dan antar- disiplin ilmu (interdisipliner).
1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Rekapitulasi Kegiatan Klinik KeluargaBerencana Secara Nasional, Biro Pencatatan dan Pelaporan BKKBN, Jakarta (Januari 1986).
2. Suharti, K. S., dkk., Kontrasepsi steroid nabati, Kumpulan Naskah Simposium, FKUIBKKBN, Jakarta (16 Nopember 1985).
3. Shenfield, G. M., Drug interaction with oral contraceptive preparations, The Medical Journalof Australia, 144 (17 February 1986) 205-210.
303
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas
Bandung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN
4. Anonim, American Pharmaceutical Association, Evaluations of I;mg Interactions, 2nd. ed.,Washington DC (1976) 392.
5. Back, D. J., et. aI., The effect of rifampicin on the pharmacokinetics of ehtinyloestradiol inwomen, Contraception 21 (1980) 135-143.
6. Anonim, Drug interaction with oral contraceptive steroids, Br. Med. J., London (12 July 1980)83.
7. Anonim, Interaction between antibiotics and oral contraceptives, Drug Therapeutics Bulletin,:~5,2 (January 1987) 5-6.
8. JBack, D. J., et. aI., The effect of ampicillin on oral contraceptive steroids in women, Br. J. clin.Pharmac. 14 (1982) 43-48.
9. Back, D. J. and Orme, M.L., Interaction between oral contraceptive steroids and broadfjpectrum antibiotics, Clinical and Experimental Dermatology II (1986) 327-331.
10. Back, D. J., et. aI., Evaluation of comites on safety of medicines yellow card reports in oralcontraceptive-drug interaction with anticonvulsants and antibiotic, Br. J. clin. Pharmac. 25(1988) 527-532.
11. D'arcy, P. F., Drug interaction with oral contraceptives, Drug Intelligence and Clinical Pharmacy, 20, 5 (May 1986) 353-362.
12. Friedman, C. I., et. aI., The effect of ampicillin on oral contraceptive effectiveness, J. of TheAmerican College of Obtetricians and Gynaecologysts 55 (January 1980) 1, 33-37.
13. Back, D. J., et. aI., The effect of antibiotics on the enterohepatic circulation ofethyniloestradiol and norethisterone in the rat, J. Steroid Biochem. 9 (1978) 527-532.
14. Back, D. J., et. aI., An antibiotics interaction with ethinyloestradiol in the rat and rabbit, J.Steroid Biochem. 16 (1982) 407-413.
15. Bacon, J.F., Shenfield, G. M., Pregnancy attributable to interaction between tetracycline andoral contraceptives, Br. Med. J. 2 (February 1980) 293.
16. Bond, A. M., Heritage, D., Briggs, M. H., Reversed-phase HPLC for the determination ofsteroid hormones in oral contraceptives, J. Chromatography (1984) 315,313-320.
17. Kelly, R. G., Peets, L. M., Hoyt, K. D., A Fluorometric Method of Analysis for Tetracycline",Analytical Biochemistry, 28 (1969) 222-229.
18. Sufi, S. B., Donaldson, A., Jeffcoate, S. L., WHO Special Programme of Research, Development and Research Training in Human Reproduction, Programme for The Provision of
Matched Assay Rea~ents for The Radioimunoassay of Hormones in Reproductive Physiology,Method Manual, 13t . ed. (January 1989).
19. Sri Gunarti, Studi perbandingan pengaruh dua jenis sediaan kontrasepsi oral terhadapkadar estradiol, Tesis Sarjana Stratum 2, Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Airlangga, Surabaya (1988).
304