penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa

117
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Novianti Pasuang NIM: 151134190 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 12-Mar-2022

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Novianti Pasuang

NIM: 151134190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Novianti Pasuang

NIM: 151134190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulisku ini kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus atas semua penyertaan yang tiada habisnya kepadaku.

2. Orangtua saya, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang.

3. Kakak dan adik saya, Yudit Pala’langan, Lidia Lia datu toding, Vinchecia

Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus Suka

yang selalu memberikan doa dukungan, semangat.

4. Suster Agustina Rante Allo, JMJ yang selalu memberikan dukungan, doa, dan

bantuan dan semangat.

5. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari,

Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana

Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi yang selalu memberikan

bantuan dan semangat.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan dalam skripsi yang selalu memberikan

semangat.

7. Keluarga besar IKASKAM Jogja yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

8. Almamater Universitas Sanata Dharma tempat saya mengenyam ilmu

pendidikan dan mengukir kenangan yang indah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

Leben wie wesser

-Novianti Pasuang-

Segala perkara dapat kutanggung di dalam yang memberi kekuatan kepadaku

-Filipi 4:13-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PENYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juli 2019

Peneliti

Novianti Pasuang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Novianti Pasuang

Nomor Mahasiswa : 151134190

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata

Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpusatakaan Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya ke dalam

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Juli 2019

Yang menyatakan

Novianti Pasuang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

Novianti Pasuang

Universitas Sanata Dharma

2019

Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintergrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program

pendidikan yang sama. Sekolah yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusi perlu memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan

dengan sekolah inklusi salah satunya ada pengadaan dan pemanfaatan media

pembelajaran adaptif. Media pembelajaran menjadi suatu bidang yang harus dikuasai

oleh guru. Media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran yang rancang, dibuat,

dipilih dan digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan

metode studi deskriptif (study descriptive). Subjek pada penelitian ini yaitu kepala

sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi. Data dianalisis dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), penarikan kesimpulan (conclusion drawing).Hasil penelitian di SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah dalam penggunaan

media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran adaptif khusus untuk siswa

berkebutuhan tidak ada tetapi media pembelajaran bersifat umum dan digunakan oleh

seluruh peserta didik, sehingga tidak ada perbedaaan antara siswa berkebutuhan khusus

dengan siswa lainnya.

Kata Kunci: Sekolah inklusi, media pembelajaran adaptif, anak berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

THE USE OF ADAPTIVE LEARNING MEDIA FOR STUDENTS WITH SPECIAL

NEEDS IN INCLUSIVE BASIC SCHOOLS: A DESCRIPTIVE STUDY

Novianti Pasuang

University of Sanata Dharma

2019

Inclusion schools are regular schools that accommodate and integrate regular

students and students with special needs in the same education program. Schools that

have been appointed by the education office to organize inclusive education need to pay

attention to aspects related to inclusive schools, one of which is the procurement and

utilization of adaptive learning media. Learning media is one of the most important

components in a learning system, media as a tool for delivering material can be easily

understood. Adaptive learning media for children with special needs is designed, created,

selected and used in learning so that it can be useful and suitable in learning activities.

This study was conducted to determine the application of adaptive learning media at SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi Cerah in the district of

Yogyakarta.

This research was a descriptive qualitative by using the descriptive study

method (descriptive study). The subjects of this study were principals, the teacher of class

II, the teacher of class VI, and the Shadow Teachers (Special Teachers' Assistance) of SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi. The data collection

techniques in this study were interviews, observation, and documentation studies. The

data were analyzed by means of data reduction (reduction data), presentation of data

(data display), and conclusions (conclusion drawing). The results of research at Harapan

Mulia Elementary School, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih and SD Pagi Cerah using of

adaptive learning media were specials adaptive learning media for students with no needs

but learning media were general and were using by all students, so there was no

difference between students with special needs with other students.

Keywords: Inclusion school, adaptive learning media, children with special needs.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan dengan baik skripsi yang

berjudul “PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI

SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI:

STUDI DESKRIPTIF”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan

dalam memperoleh gelar sarjana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak karena itu, dengan segenap

hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan skripsi

ini hingga selesai.

5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan

skripsi ini hingga selesai.

6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kota Yogyakarta yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan lancar.

7. Guru Sekolah Dasar inklusi di Kota Yogyakarta yang sudah membantu dan

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtua, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang selalu

memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan lancar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

9. Kakak dan adik saya, Ella Pampang, Yudit Pala’langan, Lidia Lia Datu Toding,

Vinchecia Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus

Suka yang selalu memberikan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan lancar.

10. Suster Agustina yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bantuan dan

semangat.

11. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari,

Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana

Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi, Widasari Mintin Tangalayuk,

Anugrah Ningrum Saputri yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam

mengerjakan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

12. Teman-teman yang berada di dalam grup “Jasukeh” Dewi, Egin, Rosa, Dian,

Tiara yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan doa.

13. Teman-teman satu kelompok payung yang melaksanakan penelitian di Kota

Yogyakarta Rika dan Afriyanda yang telah memberikan bantuan dan motivasi.

14. Keluarga besar IKASKAM Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO. ..................................................................................................... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. ........vii

ABSTRAK ...................................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6

E. Asumsi Penelitian .................................................................................................. 7

F. Definisi Operasional .............................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI .........................................................................................9

A. Kajian Pustaka....................................................................................................... 9

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus............................................................ 9

2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................... 10

3. Sekolah Dasar Inklusi ...................................................................................... 13

4. Pendidikan Inklusi ............................................................................................... 14

a. Pengertian Pendidikan Inklusi ..................................................................... 14

b. Tujuan Pendidikan Inklusi ........................................................................... 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ................................................................. 16

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ................................................................. 17

5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi .......................................................... 18

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) .................................................... 18

b. Identifikasi................................................................................................... 20

c. Asesmen ...................................................................................................... 20

d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel .................................................................... 21

e. Merancang Bahan Ajar dan Pembelajaran yang Ramah Anak ................. 22

f. Penataan Kelas yang Ramah Anak ............................................................. 23

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif ........................ 24

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran .......................................................... 25

6. Media Pembelajaran ............................................................................................... 26

a. Pengertian Media Pembelajaran ................................................................. 26

b. Fungsi Media Pembelajaran ........................................................................ 26

c. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran ............................................ 27

d. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Kelas ................................................ 28

7. Media Pembelajaran Adaptif .................................................................................. 29

B. Penelitian yang Relevan ...................................................................................... 32

C. Kerangka Berpikir ............................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................37

A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 37

B. Setting Penelitian ................................................................................................. 37

C. Desain Penelitian ................................................................................................. 39

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 42

1. Observasi ........................................................................................................ 42

2. Wawancara ..................................................................................................... 43

3. Studi dokumentasi .......................................................................................... 43

E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 44

F. Kredibilitas dan Transferabilitas ......................................................................... 47

G. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................51

A. Deskripsi Penelitian ............................................................................................. 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

B. Hasil Penelitian .................................................................................................... 56

C. Pembahasan ......................................................................................................... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................75

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 75

B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 76

C. Saran .................................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 77

LAMPIRAN ................................................................................................................... 79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan…............………………………….……. 34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………………………………………................. 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian ……………………..... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian…...……………….…… 46

Tabel 3.4 Daftar Cek Dokumentasi…............………………………….…… 46

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ……………………………........ 53

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi... ……………………………........ 54

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Dokumentasi .…………………………........ 54

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Observasi...……………………….................... 65

Tabel 4.5 Hasil Dokumentasi..................……………………….................... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian. …………………….……................... 80

Lampiran 2 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian...........…….……..... 81

Lampiran 3 Reduksi Hasil Wawancara.............……………….……..... 82

Lampiran 4 Reduksi Hasil Observasi....……………………….……..... 93

Lampiran 5 Reduksi Hasil Dokumentasi.... ..............………….……..... 95

Lampiran 6 Display Data Wawancara dan Observasi .....………............. 96

Biodata Penulis ... ……………...................................................................... 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009

tentang Pendidikan Inklusif, menguraikan bahwa pendidikan inklusif adalah

sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama

dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi adalah sekolah

reguler yang berorientasi inklusi adalah cara yang paling efektif untuk

mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun

inklusi untuk mencapai cita-cita pendidikan semua. Pendidikan inklusi

adalah sistem pendidikan yang mengandaikan dan mengharuskan

keterbukaan kesempatan seluas-luasnya bagi siapapun yang hendak

menempuh program pendidikan di sekolah. Tanpa menetapkan syarat

tertentu dengan berpijak pada alasan bahwa pendidikan adalah hak asasi

seluruh manusia, tanpa ada satu perkecualian. Namun sistem pendidikan ini

akan menemui banyak kendala. Salah satunya adalah bagaimana seorang

guru dapat menangani satu kelas yang sangat heterogen, ada anak difabel,

anak kecerdasan rata-rata, anak ADHD, anak gifted, dan lain sebagainya,

sehingga belum tentu dapat diinterpretasikan secara sama oleh peserta didik.

Tetapi dengan adanya pendidikan inklusif ini bisa menjadi solusi bagi

permasalahan yang menimpa anak berkebutuhan khusus, agar mereka dapat

melanjutkan pendidikan tanpa hars merasa kurang percaya diri ketika harus

berkumpul dengan mereka yang memiliki fisik normal. Upaya pemenuhan

hak pendidikan tanpa deskriminasi munculah pendidikan inklusi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15

tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus

merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta

didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara

inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan

menengah. Salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan pendidikan inklusi adalah mengetahui dan memahami siapa

itu anak, filosofi, konsep dan bagaimana tahapan implementasinya. Dengan

pendidikan inklusi, akses dan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus dapat ditingkatkan secara lebih baik. Selama ini anak berkebutuhan

khusus mengikuti pendidikan yang sesuai dengan kelainannya. Secara tidak

langsung, hal ini telah mendiskrimasi anak berkebutuhan khusus, akibatnya

menghambat proses saling mengenal antara anak reguler dengan anak

berkebutuhan khusus. Dampaknya anak berkebutuhan khusus menjadi

tersingkirkan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Pemenuhan hak setiap

anak untuk memperoleh pendidikan tercantum dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1), undang-

undang tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan, ayat (2) bahwa setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang kelainan fisik dalam

program pendidikan yang sama (Ilahi, 2013: 87). Dalam melaksanakan

program sekolah inklusi, setiap sekolah harus memenuhi 8 aspek

penyelenggaraan sekolah inklusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah

yaitu a) Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi

semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel),

d) Merancang bahan ajar dan kegiatan Pembelajaran yang ramah anak, e)

Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan

pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) penilaian dan evaluasi

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar yang

menandakan bahwa Provinsi Yogyakarta mempunyai beberapa sekolah

inklusi yang tersebar di semua kabupaten. Pemerintah telah menyusun

panduan pendidikan untuk sekolah inklusi agar pendidikan inklusi sesuai

dengan kondisi sosial-geografis di Provinsi Yogyakarta. Namun,

penyelengaraan sekolah inklusi tidak lepas dari suatu permasalahan yaitu

pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Permasalahan

tersebut diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa

(2018) di salah satu sekolah dasar inklusi wilayah Kota Yogyakarta. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekolah tersebut belum memenuhi

tiga (3) aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dari delapan aspek

penyelenggaraan sekolah inklusi yang diterapkan di sekolah tersebut. Aspek

yang belum terpenuhi yaitu aspek penerimaan peserta didik baru,

identifikasi dan pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif.

Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif

menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media

pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V

yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan

proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang

membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan

oleh guru.

Dalam bidang teknologi pendidikan, media pembelajaran atau

instructional media berfungsi utama menyampaikan isi atau materi

pelajaran agar dapat dipahami oleh peserta didik. Syaodih (dalam Ilahi,

2016: 174) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran merupakan segala

macam bentuk perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk

mendorong siswa. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen

yang sangat penting dalam suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran

menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh guru. Para guru dituntut agar

mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak

tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

perkembangan zaman. Penggunaan media sebagai perantara dalam proses

pembelajaran memiliki nilai dan fungsi yang amat berharga bagi terciptanya

iklim pembelajaran yang kondusif. Melalui penggunaan media

pembelajaran ini, peserta didik dilatih untuk memperkuat kepekaan dan

keterampilan secara optimal dengan dorongan dan motivasi dari guru. Guru

dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan

bersahaja, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan dan guru mampu mengembangkan

keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila

media tersebut belum tersedia. Guru dapat memanfaatkan beragam media

seperti media cetak, relia, model, grafis, video, multimedia dan internet

untuk memperkaya pengetahuandan memfasilitasi proses belajara siswa.

Media terlebih dahulu dikenal sebagi alat bantu dalam pembelajaran

yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh guru atau pengajar, namun sering

kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran,

pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti sulit mencari media

yang tepat, waktu persiapan mengajar, biaya yang tidak ada atau alasan lain.

Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan ragam

media, karakteristik, serta kemampuan masing-masing media diketahui oleh

pengajar.

Guru memahami bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran

sukar untuk dicerna dan dipahami oleh anak khususnya materi pembelajaran

yang rumit dan komplek. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat

kesukaran yang bervariasi. Untuk itu, bagi anak berkebutuhan khusus media

pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis hambatan,

ketidakmampuan, dan kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang

dialami anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus memerlukan media yang tepat sebagai alat bantu dalam

meyampaikan pesan atau informasi dari guru kepada anak berkebutuhan

khusus, karena itu diperlukan media pembelajaran yang adaptif atau

menyesuaikan. Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dan dipilih dan digunakan

dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok

dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan

dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan karakteristik anak akan

sangat menunjang efiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pengadaan dan pemanfaatan

media pembelajaran adaptif. Peneliti memiliki ketertarikan dalam memilih

penelitian pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, karena

peneliti ingin mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi dalam

menggunakan media sebagai perantara dalam proses pembelajaran bagi

siswa berkebutuhan khusus agar dapar belajar bersama-sama dengan siswa

reguler lainnya di satuan pendidikan sekolah dasar terutama yang ada di

Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

penggunaan media pembelajaran adapatif bagi siswa berkebutuhan khusus.

Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian dengan judul “Penggunaan

Media Pembelajaran Adaptif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Dasar Inklusi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, peneliti

menentukan rumusan masalah yaitu : Bagaimana penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus keempat di sekolah

dasar inklusi?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan

penelitian ini adalah: Mendeskripsikan sejauh mana penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus pada keempat

sekolah dasar inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

media pembelajaran adaptif di sekolah inklusi SD Harapan Mulia, SD

Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota

Yogyakarta berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran adaptif

bagi siswa berkebutuhan khusus keempat sekolah dasar inklusi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu serta pengalaman berdasarkan

penelitian yang dilakukan serta memberi gambaran bagaimana

penerapan media pembelajaran adaptif sekolah dasar inklusi kelas

bawah dan kelas atas SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu,

peneliti pun dapat belajar aspek-aspek dalam penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah

dasar inklusi.

b. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini, sekolah dapat mengetahui pentingnya

penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan

khusus sekolah dasar inklusi.

c. Bagi guru

Guru dapat menggunakan sebagai bahan refleksi dan pedoman

dalam mengajar dan menggunakan media pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di

wilayah Kota Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

E. Asumsi Penelitian

Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif merupakan

salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam menyenggarakan sekolah

inklusi. Penelitian Annisa (2018) menunjukkan hasil bahwa aspek yang

belum terpenuhi yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran

adaptif dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota

Yogyakarta. Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran

adaptif menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media

pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V

yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan

proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang

membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan

oleh guru.

Peneliti berasumsi bahwa penggunaan media pembelajaran adaptif

dalam pembelajaran masih kurang menyesuaikan dengan karakteristik

siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi.

F. Definisi Operasional

1. Sekolah Inklusi

Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar

selama enam tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK)

dan anak tidak berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam

satu lingkungan belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan

pendidikan yang tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan

karakteristik setiap anak berkebutuhan khusus (ABK). Pada penelitian

ini, sekolah dasar inklusi yang dimaksud adalah sekolah dasar reguler

yang menerapkan aspek-aspek sekolah inklusi.

2. Media Pembelajaran yang Adaptif

Media pembelajaran adaptif merupakan media yang dirancang, dibuat,

dipilih dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk

memberi peluang kepada anak berkebutuhan khusus dalam mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

program pembelajaran tepat, efektif, serta mencapai kepuasan.

Karakteristik media pembelajaran yang adaptif antara lain; ketepatan

dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran,

kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam

menggunakannya, sesuai dengan taraf berpikir siswa.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman

berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan terutama

pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik,

serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus

agar dapat mengembangkan potensinya.

4. Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang melayani semua anak

warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik yang memiliki kebutuhan

khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan

pendidikan yang layak di kelas regular dalam suatu lingkungan belajar

terdekat. Melalui pendidikan inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus

dapat memperoleh pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk

mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya

secara optimal. Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta

akses pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi

kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan

keterampilan yang beragam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Susanto (dalam Ilahi 2013: 137) mendeskripsikan bahwa anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman yang

berbeda. Keberagaman setiap pribadi anak berkaitan dengan perbedaan

dalam menunjang masa depan, terutama kebutuhan untuk memperoleh

pendidikan yang lebih intens sedangkan Atmaja (2018: 1)

menambahkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang

memiliki ciri yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka

mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Hendriani (dalam Faizah 2017: 6) menjelaskan bahwa anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau

hambatan dalam proses perkembangannya, baik pada aspek kognitif,

psikomotorik, serta afektif sehingga gangguan dan hambatan tersebut

membuat individu memiliki kebutuhan dalam bentuk dukungan sosial,

bantuan fasilitas dan pendidikan dan latihan atau terapi untuk menjalani

kesehariannya.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya,

kesimpulan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki

keberagaman berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan

terutama pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik,

serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus

agar dapat mengembangkan potensinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-

beda. Meimulyani dan Cartoyo (2013: 9-28) mendekripsikan secara

umum bahwa anak berkebutuhan khusus terdiri dari tunanetra, tunarugu,

tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, anak berkesulitan belajar, gifted,

autis, ADHD, dan lamban belajar.

a. Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan pada

penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua

golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. Tunanetra dengan

kategori low vision atau kurang awas memiliki ketajaman

penglihatan 6/20 m – 6/60 m lebih kecil dari itu atau yang tidak

mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran pada

umumunya, anak dengan kategori kurang awas masih dapat melihat

dengan bantuan khusus (Faizah, 2017: 16).

b. Tunarungu atau anak berkelainan indera pendengaran adalah

individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik secara

permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan

dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam

berbicara sehingga biasa di sebut tunawicara. Tunawicara

merupakan individu yang mengalami gangguan atau

ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Desiningrum (2016: 8)

mengungkapkan bahwa tunawicara merupakan gangguan pada

komunikasi yang berakibat pada gangguan suara, artikulasi,

kelancaran bicara sehingga terjadi penyimpangan pada bentuk

bahasa, isi bahasa, dan fungsi bahasa. Klasifikasi tunarungu

berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)

2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)

3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)

4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)

5) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya

kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara

normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna.

d. Tunalaras adalah individu yang bertingkah laku kurang sesuai

dengan lingkungannya. Tunalaras adalah individu yang mengalami

hambatan dalam menyesuaikan diri dan bertingkah tidak sesuai

dengan norma yang berlaku (Desiningrum, 2016: 2). Tingkah laku

yang dibuat oleh tunalaras yang tidak sesuai norma sehingga ada

perilaku tunalaras yang cenderung beresiko tinggi, misalnya

mencuri barang orang lain, melawan, suka berkelahi, dan lain-lain.

Tingkah laku yang dialami oleh penyandang tunalaras tidak hanya

beresiko tinggi namun, ada juga beresiko rendah dengan menarik

diri dari pergaulan, kecemasan berlebihan. Karakteristik anak

tunalaras menurut Garnida (2015: 13) adalah cenderung

membangkang, emosional, tindakan agresif, melanggar norma, dan

rendahnya prestasi belajar.

e. Tunagrahita merupakan individu yang memiliki intelegensi yang

signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa

perkembangan. Faizah (2017:19) menjelaskan bahwa tunagrahita

adalah anak yang teridentifikasi memiliki tingkat kecerdasan di

bawah rata-rata (di bawah normal) sehingga memerlukan layanan

atau bantuan secara khusus dalam melakukan aktifitas. Klasifikasi

anak tunagrahita sebagai berikut:

1) Tunagrahita Ringan (IQ: 51-70)

2) Tunagrahita Sedang (IQ: 36-51)

3) Tunagrahita Berat (IQ di bawah 20)

f. Anak berkesulitan belajar khusus adalah anak yang mengalami

gangguan ini berbeda dengan anak lamban belajar. Anak

berkesulitan belajar spesifik biasanya mengalami hambatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

kesulitan secara spesifik misalnya, kesulitan belajar membaca,

kesulitan belajar menulis, atau kesulitan belajar berhitung. Anak

berkesulitan belajar khusus atau spesifik menurut Garnida (2015:

14) berpendapat anak berkesulitan belajar khusus mengalami

gangguan pada proses psikologis dasar, disfungsi syarat pusat, atau

gangguan neurologis.

g. Anak berbakat atau gifted merupakan anak yang mengalami

gangguan intelektual di atas rata-rata. Anak berbakat adalah anak

yang memiliki potensi kecerdasan dalam intelegensi di atas anak-

anak sesusianya (Garnida, 2015: 17). Anak berbakat cenderung

mendapat layanan yang sama dengan anak normal dalam hal

pendidikan. Pemerintah juga pernah memberikan layanan

pendidikan bagi anak berbakat melalui program akselerasi yaitu

dengan mempercepat studi siswa.

h. Autisme adalah seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak

autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi,

dan perilaku sosial (Garnida, 2015: 19). Penyebab dari autisme

adalah gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga mengalami

hambatan interkasi, komunikasi, dan perilaku sosial.

i. Hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal.

Hiperaktif disebut juga ADHD (atenttion deficit hyperactivity

disorder). ADHD merupakan hambatan seseorang individu dalam

pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktif (Desiningrum,

2016: 2). Anak penyandang ADHD sulit untuk memusatkan

perhatian, konsentrasi anak ADHD mudah terpecah. Selain itu,

perilaku yang ditunjukkan pada anak ADHD adalah perilaku

hiperaktivitas.

j. Anak lamban belajar atau slow learner adalah gangguan anak

berkebutuhan khusus dengan gangguan intelektual. Jika diamati

anak lamban belajar sekilas tidak memiliki perbedaan dengan siswa

yang normal, maka hasil belajar yang ditunjukkan cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

rendah. Widayanti (dalam Husamah, 2016: 246) menjelaskan bahwa

anak lamban belajar jika ditinjau dari segi IQ, anak lamban belajar

bukan anak yang mengalami retardasi mental atau keterbelakangan

mental namun anak yang mengalami kesulitan terhadap tugas-tugas

yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian dari beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan

khusus ada beberapa macam yaitu dari tunanetra, tunarugu, tunadaksa,

tunalaras, tunagrahita, Anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD,

dan lamban belajar.

3. Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting

dalam sistem pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau bentuk

lain yang sederajat, sedangkan pendidikan menengah meliputi antara

lain SMA/MA SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan

dasar dan menengah merupakan pendidikan untuk mengembangkan

kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia

sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, nasional

dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara

terencana, terarah dan berkesinambungan.

Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang

berlangsung selama 6 tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal

level rendah yang sangat menentukan pembentukan karakter siswa ke

depannya. Ilahi (2016: 87) mendeskripsikan bahwa sekolah inklusi

adalah sekolah regular yang mengakomodasi dan mengintegrasikan

siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang

sama. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Stainback (dalam Ilahi,

2016: 83-84) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah

yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah harus bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

memberikan pelayanan yang layak dan sesuai dengan kemampuan dari

seluruh peserta didik.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, sekolah dasar

inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar selama enam

tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak tidak

berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam satu lingkungan

belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan pendidikan yang

tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan karakteristik

setiap anak berkebutuhan khusus (ABK).

4. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi menurut Salamanca (dalam Kustawan

2013 : 9) adalah sekolah regular yang berorientasi inklusi adalah

cara yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan

masyarakat yang ramah, membangun masyarakat inklusi dan

mencapai cita-cita pendidikan untuk semua. Pernyataan ini juga

didukung oleh Ilahi (2013: 24) yang menyatakan bahwa konsep

pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang berkaitan

dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus

untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara.

Baedowi (dalam Olivia, 2017: 3) menjelaskan bahwa pendidikan

inklusi adalah keadilan bagi setiap orang untuk mengakses dan

memperoleh pendidikan bagi individu yang memiliki perbedaan

tertentu untuk belajar di sekolah reguler.

Dari beberapa pendapat para ahli disebutkan di atas,

kesimpulan pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang

melayani semua anak warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik

yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan

khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak di kelas regular

dalam suatu lingkungan belajar terdekat. Melalui pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh

pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk mengembangkan

bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya secara optimal.

Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta akses

pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi

kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan

keterampilan yang beragam.

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 38) mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi

ditujukan pada semua kelompok yang termarginalisasi, tetapi

kebijakan dan praktik inklusi anak penyandang cacat telah menjadi

katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang

efektif, fleksibel, dan tanggap terhadap keragaman gaya dan

kecepatan belajar. Garnida (2015: 43) tujuan dari pendidikan inklusi

adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak

untuk mendapatkan yang layak sesuai dengan kebutuhannya,

membantu mempercepat program wajib belajar, membantu

peningkatan mutu pendidikan dasar, dan menciptakan sistem

pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak

diskriminatif.

Tujuan pendidikan inklusi juga telah diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang

pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki

Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau bakat Bakat

Istimewa. Pada pasal 2 ayat 1 dan menjelaskan bahwa tujuan dari

pendidikan inklusi adalah:

(1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta

didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial

atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

(2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.s

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan,

tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk menghilangkan adanya

kesenjangan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak yang

dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usinya. Dengan

adanya pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus menjadi

tempat untuk belajar sebagai pemenuhan haknya akan pendidikan

dan wadah untuk menyalurkan potensi yang ada pada dirinya. Anak

berkebutuhan khusus dapat menggunakan kesempatan untuk belajar

di satu tempat dengan anak yang dapat tumbuh dan berkembang

sesuai dengan usianya, program wajib belajar yang diberikan oleh

pemerintah dapat terlaksana.

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Ilahi (2016: 42) mengatakan bahwa pada hakikatnya

pendidikan inklusi berupaya memberikan peluang yang sebesar-

besarnya kepada setiap anak Indonesia untuk memperoleh

pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadai demi membangun

masa depan bangsa. Karakteristik pendidikan inklusi tentu saja

sangat terbuka dan menerima tanpa syarat anak Indonesia yang

berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreativitas dan

keterampilan mereka dalam suatu wadah yang sudah direncanakan

dengan matang. `

Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna yang

tertulis dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa antara lain, yaitu:

1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara

merespon keragaman individu.

2) Mempedulikan cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan

anak dalam belajar.

3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan

mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong

merginal, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan

khusus dalam belajar.

Menurut pernyataan-pernyataan di atas, karakteristik pendidikan

inklusi merupakan layanan pendidikan yang sangat terbuka dan

memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk

mengembangkan kreativitasan dan keterampilannya untuk

mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan anak pada

umumnya. Guru dan siswa dalam proses yang berjalan secara terus

menerus memberikan respon secara terus menerus untuk

menemukan keragaman individu, membantu peserta didik dalam

belajar sehingga dapat bermanfaat bagi hidupnya terutama untuk

anak-anak yang tergolong merginal, eklusif, dam membutuhkan

layanan pendidikan khusus belajar.

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi

Ilahi (2016: 48-50) menjelaskan bahwa prinsip dasar sekolah

inklusi berkaitan langsung dengan jaminan akses dan peluang bagi

semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa

memandang latar belakang kehidupan mereka. Prinsip dasar

pendidikan inklusi sebagai sebuah paradigma pendidikan yang

menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan tujuan utama inklusi adalah

mendidik anak berkebutuhan khusus di kelas reguler bersama

dengan anak-anak yang lainnya.

Dokumen Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus

menegaskan bahwa perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada anak berkebutuhan khusus agar tidak diabaikan dalam

lingkungan pendidikan formal. Penegasan ini harus selaras dengan

deklarasi hak asasi manusia yang menjamin seluruh anak di dunia

untuk memperoleh haknya dalam bidang pendidikan tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

terkecuali atau tanpa memandang latar belakang (Salamanca dalam

Ilahi, 2016: 49).

Pada dasarnya pendidikan inklusi dapat dikatakan sebagai

pendidikan yang berusaha untuk mengakomodasi seluruh peserta

didik baik peserta didik yang berkebutuhan khusus dan peserta didik

tidak berkebutuhan khusus tanpa memandang latar belakang,

perbedaan sosial, perbedaan emosional, perbedaan kultur maupun

perbedaan bahasa. Jadi, intinya pendidikan inklusi memberikan

kesempatan dan peluang yang sama kepada setiap anak agar dapat

ditampung dalam layanan pendidikan yang memdai dan berkualitas.

5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 49) mengatakan bahwa dalam sekolah inklusi, anak

berkebutuhan khusus seyogianya menerima segala dukungan tambahan

yang diperlukan untuk menjamin efektifitas suatu pendidikan.

Kustawan (2013: 61) mendeskripsikan bahwa dalam pelaksanaan

sekolah inklusi, terdapat aspek penyelenggaraan sekolah inklusi sekolah

yang dapat mengakses seluruh anak termasuk anak berkebutuhan

khusus. Aspek-aspek tersebut adalah Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, identifikasi, asesmen,

kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran

yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, pengadaan dan

pemanfaatan media pembelajaran adaptif, serta penilaian dan evaluasi

pembelajaran.

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang

Mengakomodasikan Semua Anak

Kustawan (2013: 90-92) mengatakan pelaksanaan Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB) di SD/MI pada setiap tahun pelajaran

perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Sumber daya yang dimiliki sekolah antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

1) Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan,

2) Sumber daya sarana dan prasarana, dan

3) Sumber daya biaya

Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah

dapat membentuk tim atau kepanitian yang terdiri atas guru pendidik

khusus dan/atau yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi

dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus.

Sekolah yang memiliki Psikolog maupun Guru Pendamping Khusus

(GPK) juga dapat bekerja sama dan ikut serta dalam pelaksanaan.

Salah satu persyaratan PPDB bagi peserta didik berkebutuhan

khusus yang dicantumkan dalam pedoman PPDB yaitu setiap calon

peserta didik baru yang akan mendaftar harus membawa atau

melampirkan hasil pemeriksaan dokter umum atau dokter spesialis,

misalnya bagi peserta didik tunanetra atau gangguan penglihatan

dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter mata, bagi peserta

didik tunarungu dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter

THT atau bagi peserta didik yang memiliki hambatan/gangguan

kecerdasan (tunagrahita) dan anak dengan potensi kecerdasan dan

bakat istimewa dapat melampirkan hasil pemeriksaan Tes IQ dari

Psikolog.

Sekolah dasar inklusi yang menerima peserta didik

berkebutuhan khusus henedaknya mempertimbangkan sumber daya

yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi atau kuota bagi

peserta didik berkebutuhan khusus. Kursi bagi peserta didik (kuota)

paling sedikit terdapat 1-3 peserta didik yang berkebutuhan khusus

dalam satu kelas.pengaturan ini dalam upaya memberikan layanan

yang optimal sesuai dengan kekuatan sekolah dan dalam upaya

pemerataan penyebaran peserta didik di wilayah atau daerahnya

masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

b. Identifikasi

Kustawan (2013: 93) memaparkan bahwa identifikasi adalah

upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk

menemukan dan mengenali anak yang mengalami

hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental,

emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan

yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Kustawan (2013:

93) mendeskripsikan bahwa identifikasi dapat diartikan sebagai

upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus dengan berbagai

gejala-gejala yang menyertainya.

Guru dapat melakukan identifikasi dengan cara mengamati atau

melakukan observasi berdasarkan gejala-gejala yang nampak yaitu

berupa gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala hasil belajar. Tujuan

guru melakukan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi

atau data apakah seorang anak mengalami kelainan atau

penyimpangan dalam pertumbuhan atau perkembangannya

dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil identifikasi

digunakan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan khususnya dan/atau untuk menyusun

program dan pelaksanaan intervensi atau terapi berkaitan dengan

hambatannya (Kustawan, 2013: 93-94).

c. Asesmen

Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

(dalam Kustawan, 2013: 93) menjelaskan bahwa asesmen adalah

suatu upaya seseorang (orangtua, guru maupun tenaga kependidikan

lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang

mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,

emosional atau tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan

pendidikan yang sesuai. Kustawan (2016: 97) menjelaskan bahwa

asesmen merupakan berbagai informasi siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

yang efektif. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar

dalam memberikan layanan yang berorientasi pada kebutuhan dan

karakteristik siswa.

d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel

Guru diwajibkan untuk menyusun perencanaan

pembelajaran bagi siswanya. Perencanaan pembelajaran ini harus

benar-benar memenuhi kebutuhan khusus yang dimiliki oleh anak

dan berpusat pada anak (Kustawan, 2013: 105). Ilahi (2013: 171)

menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan inklusi menggunakan

kurikulum sekolah reguler atau kurikulum nasional yang

dimodifikasi atau disesuaikan dengan tahap pertimbangan

karakteristik dan tingkat perkembangan anak. Untuk memenuhi

kebutuhan seluruh siswa, kurikulum yang digunakan harus

merupakan kurikulum fleksibel. Kurikulum fleksibel adalah

kurikulum yang mengakomodasi anak dengan latar belakang dan

kemampuan dan mempertimbangkan keragaman anak agar

pembelajaran relevan dengan kemanpuan dan kebutuhannya.

Fleksibilitas kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus

dapat diimplementasikan dalam Program pembelajaran Individu

(PPI). PPI ini merupakan program pembelajaran yang disusun sesuai

kebutuhan individu degan bobot materi berbeda dari kelompok

dalam kelas dan dilaksanakan dalam setting klasikal. Penyesuaian

kurikulum fleksibel dilakukan oleh Tim Pengembangan Kurikulum

di sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru Mata

Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor), Guru

Pembimbing Khusus, Orang Tua, dan Ahli (Profesional) lainnya

sesuai dengan kebutuhan seperti Psikolog dan terapis.

Menurut pernyataan-pernyataan di atas, ruang lingkup

kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus adalah kurikulum

sekolah reguler yang dalam hal-hal tertentu dilakukan penyesuaian

dan modifikasi sesuai dengan hambatan dan kebutuhan anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

berkebutuhan khusus. Penyesuaian dan modifikasi tersebut meliputi

cara, media, materi dan penilaian pembelajaran.

e. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang

Ramah Anak

Syaodih (dalam Ilahi, 2016: 172) menjelaskan bahwa salah

satu komponen dalam kurikulum yang harus dimodifikasi salah

satunya adalah materi dan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-

topik dan sub-sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang

relevan dengan tujuan yang ditetapkan.

Bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki intelegensi di

atas normal materi dapat diperluas atau diperdalam atau ditambah

dengan materi baru yang penting bagi anak tersebut. Kemudian bagi

anak yang memiliki intelegensi di bawah normal (anak lambat

belajar atau tunagrahita) materi dapat diturunkan tingkat kesulitan

materi atau dihilangkan pada bagian tertentu dan disusun

berdasarkan indikator pencapaian dan kebutuhan pada kebutuhan

anak.

Kustawan (2013: 111) mengatakan bahwa bentuk

penyesuaian yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

yaitu pembelajaran yang dibuat lebih interaktif sehingga mampu

mengundang setiap anak untuk berpartisipasi. Bahan ajar yang

fleksibel atau ramah anak terdiri atas pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang harus dipelajari anak berkebutuhan khusus sesuai

dengan kebutuhan dalam mencapai standar kompetensi yang

ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya

merencanakan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan dalam

kegiatan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu, guru harus

menyusun strategi pembelajaran dapat mengakomodasi seluruh

siswa.

Ilahi (2013: 173-174) mengatakan bahwa perencanaan

pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan hasil asesmen dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

dibuat bersama antara guru kelas dan guru khusus dalam bentuk

Program Pembelajaran Individual (PPI). Pelaksanaan pembelajaran

lebih mengutamanakan metode pembelajaran kooperatif dan

partisipatif, memberi kesempatan yang sama kepada siswa yang

lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara

kolaborasi antara guru khusus dan guru kelas, serta dengan

menggunakan media, sumber daya, dan lingkungan yang beragam

sesuai dengan keadaan.

Ketika guru mengajar di kelas, ia perlu mempersiapkan diri

dalam upaya melaksanakan kegiatan pembelajaran. guru perlu

mengembangkan kompetensinya agar memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam mengadaptasikan kurikulum dan metode

mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keberagaman anak

(Kustawan, 2013: 49).

f. Penataan Kelas yang Ramah Anak

Cony, dkk (dalam Kustawan, 2013: 114-115) menjelaskan

bahwa menciptakan suasana belajar yang mengairahkan perlu

memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas/belajar.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya peserta didik

duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa.

Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang harus diperhatikan:

1) Ukuran dan bentuk kelas

2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak

3) Jumlah anak didik dalam kelas

4) Jumlah anak didik dalam setiap kelompok

5) Jumlah kelompok dalam kelas

6) Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak

didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria

dengan wanita).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Kustawan (2013: 115) mengatakan bahwa pengaturan ruang

kelas bisa berdasarkan pada tujuan pembelajaran, waktu yang

tersedia dan kepentingan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif

Syaodih (dalam Ilahi, 2013: 175) mengatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala macam bentuk perangsangan dan alat

yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Terdapatnya anak-

anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah reguler (SD/MI),

maka guru hendaknya menyesuaikan media pembelajaran yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kustawan (2013: 117-118) mengatakan bahwa media

pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya

adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam

pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok

dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran

disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan

karakteristik anak akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas

proses dan hasil pembelajaran.

Sujana (dalam Ilahi, 2013: 23) mengatakan bahwa hal

penting dari media pembelajaran adalah sebagai.

1) Media pembelajaran sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.

2) Memperjelas pesan dari materi pembelajaran.

3) Mengatasi ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

4) Mendorong semangat belajar, interkasi langsung antara

murid dengan sumber belajar.

5) Anak dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

6) Menambah pengalaman anak dalam belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan

pembelajaran sangat membantu guru mempermudah menyampaikan

pesan dan informasi pada semua anak termasuk anak berkebutuhan

khusus, media pembelajaran memiliki peran penting dalam

pembelajaran sebagai alat bantu penyampaian pembelajaran,

memperjelas materi pembelajaran, mendorong semangat belajara

dan menambah pengalaman belajar. Untuk itu, bagi anak

berkebutuhan khusus media pembelajaran yang digunakan

disesuaikan dengan jenis hambatan, ketidakmampuan, dan

kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang dialami anak

berkebutuhan khusus.

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Kustawan (2013: 118-124) menjelaskan bahwa penilaian

dilakukan untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai

prestasi peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil penilaian yang diperoleh digunakan sebagai bahan evaluasi

terhadap ketuntasan belajar anak dengan cara membandingkannya

dengan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Hasil penilaian digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki

peserta didik, dan bahan penyusun laporan hasil belajar.

Ilahi (2013: 189) menambahkan bahwa bagi anak

berkebutuhan khusus, jenis evaluasi yang diberikan harus sesuai

dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan mereka dalam

menerima materi pembelajaran. Pada pendidikan reguler, sekolah

akan menetapkan sistem acuan yang sama utnuk seluruh siswa.

Sistem acuan yang ditetapkan sekolah ini dapat disebut kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Heinich, dkk (dalam Pribadi, 2017: 15) menjelaskan bahwa

media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mendukung

proses pembelajaran, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sikap. Media dalam pembelajaran berarti perantara atau pengantar

antara pengirim informasi yang bergungsi sebagai sumber atau

resources dan penerima informasi atau receiver.

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2014: 3) menjelaskan bahwa

media adalah kondisi dimana siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi apabila media itu

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional

atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu

disebut media pembelajaran.

Kesimpulan pengertian media pembelajaran merupakan

penyalur pesan atau informasi dan kedudukan media pembelajaran

merupakan komponen terpadu dalam pembelajaran yang dapat

mempengaruhi pembelajaran. Media pembelajaran dalam

menyalurkan pesan agar dapat tercipta suasana lingkungan belajar

yang kondusif dan efektif.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai penyalur pesan atau informasi,

pasti memiliki fungsinya. Fungsi dari media pembelajaran menurut

Arsyad (2017: 23) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran

memiliki fungsi: (1) memperoleh informasi dan pengetahuan; (2)

mendukung aktivitas pembelajaran; (3) saran persuasi dan motivasi.

Dari penjelasan di atas media pembelajaran berfungsi sebagai

penarik, menikmati, pelancar, dan pemahaman dalam pembelajaran

sehingga, informasi pembelajaran dapat tersalurkan.

Arsyad (2014: 25) menyatakan bahwa fungsi media

pembelajaran adalah memberikan intruksi berupa informasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

terdapat dalam media dan melibatkan siswa dalam penggunaannya.

Mais (2016: 13) menjelaskan fungsi media pembelajaran adalah

sebagai alat memperjelas penyanjian pesan tanpa batas ruang dan

dapat membangkitkan sikap aktif anak dalam pembelajaran.

Dari pendapat ahli, kesimpulan fungsi utama media

pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Media pembelajaran

berfungsi agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh

guru sehingga dapat dipahami dan memperjelas sehingga

meningkatkan minat siswa pada pembelajaran.

c. Pertimbangan pemilihan media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan penyalur pesan dalam

pembelajaran yang kedudukanya sebagai bagian komponen terpadu.

Fungsi media sebagai yang bertugas memperjelas pemahaman siswa

pada pembelajaran perlu adanya pertimbangan dalam memilih

media yang akan digunakan, baik media yang tersedia di sekolah

maupun media pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam

mempertimbangkan perlu adanya prinsip dalam pemilihan media

pembelajaran. Bates (dalam Pribadi, 2017: 27) menjelaskan bahwa

faktor pemilihan dalam bahan ajar dengan istilah ACTIONS (Acces,

Cost, Technology, Interactivity, Organizational change, Novelty,

Speed) merupakan pedoman yang digunakan untuk memilih jenis

media dan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mendukung aktivitas pembelajaran.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan memilih dan

menggunakan media pembelajaran untuk mendukung aktivitas

pembelajaran antara lain ;

a) Besarnya akses siswa dalam memanfaatkan media

sebagai bahan pembelajaran.

b) Berapa besar biaya yang diperlukan untuk pengadaan

media pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

c) Fitur dan atribut yang dapat dimanfaatkan dari media

tersebut.

d) Tingkat interaktivitas pembelajaran yang diberikan

media.

e) Perubahan organisasi yang dapat diimplementasikan

media.

f) Isi atau materi yang termuat dalam media.

g) Kecepatan media yang digunakan dalam membantu

siswa memahami isi atau materi pelajaran.

Setiap pembelajaran dalam menggunakan media

pembelajaran perlu adanya prinsip pemilihan media pembelajaran.

Pemilihan media pembelajaran perlu adanya dasar pertimbangan

pemilihan atau kriteria pemilihan media pembelajaran yang akan

digunakan.Pertimbangan yang pertama adalah tujuan pemilihan.

Pemilihan media berdasarkan tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas

dimaksud adalah media yang akan digunakan akan berperan

sebagai penyalur secara umum atau hanya sekedar hiburan.

Kemudian mempertimbangkan karakteristik media pengajaran.

Setiap media mempunyai karakteristik tersendiri baik secara segi

keampuhan, cara penggunaannya.

d. Pemanfaatan Media pembelajaran di Kelas

Media pembelajaran yang direncanakan berdasarkan

pertimbangan pemilihan media pembelajaran selanjutnya oleh guru

dilakukan pemanfaatan media pembelajaran saat pembelajaran. Pola

pembelajaran dengan media pembelajaran menurut Mais (2016: 48)

terdapat 4 (empat) pola pembelajaran, yaitu: (1) guru sebagai satu-

satunya penyampaian materi; (2) guru dibantu oleh media

pembelajaran; (3) guru dan media pembelajaran berbagi tugas; dan

(4) media satu-satunya penyampaian bahan pembelajaran.

Agar pemanfaatan media pembelajaran dapat dilaksanakan

dengan baik, guru perlu mempertimbangkan faktor-faktor dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

pemilihan dan hambatan media pembelajaran sehingga media yang

digunakan memiliki manfaat bagi penggunanya. Pribadi (2017: 24)

berpendapat ada 6 (enam) manfaat media terhadap penggunanya

yaitu (1) penyampaian isi pesan dan pengetahuan menjadi bersifat

standar, (2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik,

(3) proses pembelajaran berlangsung interaktif, (4) penggunaan

waktu dan tenaga dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

lebih efisien, (5) meningkatkan kualitas proses belajar dan fleksibel,

(6) meningkatkan sikap positif terhadap isi atau materi

pembelajaran.

Simpulan dari pendapat ahli mengenai pemanfaatan media

pembelajaran adalah guru harus mengerti pola pembelajaran yang

diterapkan, sehingga guru dapat menggunakan media pembelajaran

dengan baik. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas perlu

diperhatikan prinsip dan langkah-langkah dalam pemanfaatan media

pembelajaran. Media dapat bermanfaat terhadap penggunanya

pembelajaran menjadi jelas dan menarik, interkatif, pengetahuan

dan informas yang diterima efisien, meningkatakan kualitas belajar

dan fleksibel, serta meningkatkan sikap positif terhadap isi dan

materi pembelajaran.

7. Media Pembelajaran Adaptif

Media pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik siswa,

maka media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) harus

sesuai dengan kebutuhan khusus yang dimilikinya. Media pembelajaran

bagi anak berkebutuhan merupakan media adaptif. Media pembelajaran

adaptif yaitu media yang dapat dikondisikan terhadap kondisi ABK,

artinya alatlah yang harus disesuaikan dan bukan ABK yang harus

menyesuaikan terhadap alat (Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 48). Mais

(2016: 9) menyatakan bahwa media pembelajaran yang baik harus

memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

memberikan motivasi kepada siswa. Media dapat menyalurkan

informasi yang tidak bisa dipahami oleh siswa ketika menggunakan

penjelasan guru, sehingga media pembelajaran dapat menjadi alat bantu

guna mencapai tujuan pembelajaran. Meimulyani dan Cartoyo (2013:

35) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adaptif adalah media

pembelajaran yang dibuat dan digunakan sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus (ABK)

terhadap kebutuhan proses pembelajaran ABK. Sedangkan Kustawan

(2013: 117-118) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adalah

media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya adalah

media dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran

sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan

pembelajaran.

Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus

beranekaragam sesuai dengan karakteristiknya. Media pembelajaran

bagi siswa lamban belajar disamakan dengan anak tunagrahita. Media

yang biasanya digunakan misalnya gradasi kubus, gradasi balok, menara

gelang, puzzle, papan geometri, dan bak pasir. Contoh-contoh media

pembelajaran bagi siswa lamban belajar, dapat diketahui bahwa media

tersebut jika digunakan siswa lamban belajar dapat menstimulus siswa

karena belajar sambil bermain sehingga anak lamban belajar merasa

senang. Perlu adanya media pembelajaran sehingga dapat disimpulkan

anak berkebutuhan khusus memerlukan media adaptif.

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi

keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya.

Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan

kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan

keterampilan pemilihan media pembelajaran. Sudjana dan Rivai (dalam

Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 44-45) mendeskripsikan bahwa

karakteristik media pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus

sebagai berikut;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran

b. Dukungan terhadap isi pembelajaran

c. Kemudahan memperoleh media

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya

e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa

Sanaky (2013: 46) mendeskripsikan bahwa karakteristik media

pembelajaran sebagai berikut;

1) Media pembelajaran berdasarkan bentuk fisik yang meliputi

media elektronik seperti televisi, film, slide, video, LCD,

komputer dan internet dan media non-elektronik seperti buku,

dan alat peraga.

2) Media pembelajaran berdasarkan panca indera yang meliputi

media audio (dengar), media visual (melihat), dan media audio-

visual (dengar-melihat).

3) Media pembelajaran berdasarkan aspek alat dan bahan yang

digunakan meliputi alat perangkat keras dan perangkat lunak.

Berdasarkan dari pendapat ahli, kesimpulan bahwa media

pembelajaran adaptif adalah modifikasi yang dirancang, dibuat, dipilih

dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk memberi

peluang kepada ABK dalam mengikuti program pembelajaran dengan

tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Dalam penggunaan media

pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik setiap media

pembelajaran yang digunakan antara lain: ketepatan dengan tujuan

pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran, kemudahan

memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, sesuai

dengan taraf berpikir siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berisi tentang pengadaan dan pemanfaatan media

pembelajaran adaptif. Penyediaan media ini dapat mendukung anak

berkebutuhan khusus, yang dirancang, dibuat, dan dipilih serta

digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat dan cocok

dalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian-penelitian yang relevan

sebagai berikut:

Penelitian yang pertama berjudul “Analisis Ketersediaan dan

Pemanfaatan Media Pembelajaran Kelas Inklusi” yang ditulis oleh

Ghina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ketersediaan

media pembelajaran di kelas inklusi SD Al Irsyad Al Islalmiyyah 2

Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan

studi kasus.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini ialah dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Hasil penelitian ini

menunjukkan ketersediaan media pembelajaran baik maupun adaptif

sebanyak 63 media pembelajaran dan 11 media pembelajaran adaptif

seperti puzzle bentuk, timbangan bentuk, papan warna, alphabet

loweincase, gradasi silinder lingkaran, frame sets I, keping raba warna,

pencil grip, frame sets 2, puzzle waktu, dan puzzle binatang.

Penelitian yang kedua berjudul “Pengaruh Penggunaan Media

Animasi terhadap Hasil Belajar Siswa Slow Learner” yang ditulis Ninuk

Wahyunita Sari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi

experiment dengan bentuk time series design. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum menggunakan media animasi

yaitu saat pre test menunjukkan rata-rata 61,6. Setelah diberikan

perlakuan dengan menggunakan media animasi, hasil belajar

menunjukkan peningkatan yaitu dengan rata-rata 80. Dari uji analisis

yang telah dilakukan, ada pengaruh penggunaan media animasi terhadap

haisl belajar IPA siswa slow learner kelas V di SD Brawijaya Smart

School Malang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Penelitian ketiga berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif untuk Anak Autis Sekolah Khusus Autis

Bina Anggita Yogyakarta” yang ditulis Fiqih Ilham Pambudi. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif oleh guru pendidikan jasmani di sekolah khusus autis. Penelitian

ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan

data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan langkah

reduction, data display, dan conclusion drawing (veryfication). Hasil

dari penelitian ini adalah pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di

Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta sudah sesuai dengan

tujuan pendidikan jasmani adaptif yaitu meningkatkan kualitas kognitif

dan kemandirian siswa autis melalui aktivitas perkembangan motorik

anak. Kegiatan pembelajaran telah mencakup sebagian besar kebutuhan

siswa meskipun guru harus bekerja lebih keras dikarenakan jumlah siswa

yang banyak. Proses pendampingan siswa autis dalam pembelajaran juga

dilakukan oleh guru pendidikan jasmani yang bekerjasama dengan guru

kelas agar tercipta suasana yang kondusif selama pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Bagan 2.1 Literatur map penelitian yang relevan

Ketiga penelitian tersebut membahas mengenai penyelenggaraan

pendidikan inklusi di sekolah dasar. Topik penelitian tersebut memiliki

hubungan dan dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti

mengenai Penggunaan Media pembelajaran Adaptif bagi Siswa

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi: Studi Deskriptif.

Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan penelitian sebelumnya

yaitu fokus pada permasalahan yang dihadapi oleh salah satu sekolah

dasar dalam penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

Sari (2014)

Pengaruh

Penggunaan

Media Animasi

terhadap Hasil

Belajar Siswa

Slow Learner

Ghina (2017)

Analisis

Ketersediaan dan

Pemanfaatan Media

Pembelajaran Kelas

Inklusi

Mengetahui pengaruh

penggunaan media

animasi dalam

pembelajaran

terhadap siswa slow

learner di sekolah

Brawijaya Smart

School Malang

Analisis

ketersedian media

pembelajaran di

kelas Inklusi SD

Purwokerto

Pasuang (2019) Penggunaan Media

pembelajaran Adaptif bagi Siswa

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar

Inklusi: Studi Deskriptif

Pambudi (2017)

Pelaksanaan

Pembelajaran

Pendidikan Jasmani

Adaptif untuk Anak

Autis Sekolah Khusus

Autis Bina Anggita

Yogyakarta

Mengetahui pelaksanaan

pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif anak autis

di sekolah Khusus Autis

Bina Anggita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

C. Kerangka Berpikir

Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa keterbatasan fisik dalam

progaram yang sama. Sekolah reguler berorientasi inklusi merupakan cara

paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang

ramah, membangun masyarakat inklusif dan mencapai cita-cita pendidikan

untuk semua. Sekolah inklusi yang ideal merupakan sekolah inklusi yang

dapat menerapkan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Ilahi

(2013: 87) menjelaskan bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar

reguler yang menampung atau menerima anak tidak berkebutuhan khusus

dan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas serta menyediakan suatu

layanan pendidikan yang layak dan memadai bagi perkembangan potensi

setiap anak didik.

Peneliti terdorong untuk melakukan wawancara kepada guru-guru kelas

bawah dan kelas atas yang berada di wilayah Kota Yogyakarta SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah untuk

mengetahui penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa

berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih, dan SD Pagi Cerah dalam menyelenggarakan sekolah inklusi.

Peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian pada guru kelas bawah

dan kelas atas, yaitu kepala sekolah, kelas bawah,guru kelas atas, dan Guru

Pendamping Khusus (GPK). Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis

dan digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Mekar

Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah.

Untuk bisa memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan di

lapangan, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara semi-terstruktur, observasi

dan dokumentasi serta triangulasi data. Data yang didapatkan akan

dianalisis dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, data display/penyajian

data, serta kesimpulan dan verifikasi. Sebelum melakukan penelitian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

peneliti memilih narasumber yang dapat memberikan informasi maupun

data yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu guru kelas.

Untuk bisa menggali informasi secara mendalam peneliti juga

menggunakan instrumen penelitian wawancara berupa pertanyaan,

observasi berupa anekdot, dan dokumentasi berupa ceklist. Peneliti

berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan motivasi

kepada semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan sekolah

dasar inklusi agar mengetahui media pembelajaran yang efektif untuk siswa

di sekolah dasar inklusi, sehingga nantinya mampu menjadi sumber bagi

pembaharuan dan peningkatan untuk kemajuan penyelanggaraan sekolah

inklusi. Dengan penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan

mendeskripsikan keadaan yang sebenar-benarnya mengenai permasalahan

terkait penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa di sekolah dasar

inklusi. Berdasarkan permasalahan uraian di atas maka peneliti mengambil

judul “ Penggunaan Media pembelajaran Adaptif bagi Siswa Berkebutuhan

Khusus Sekolah Dasar Inklusi di wilayah Kota Yogyakrta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai media pembelajaran adaptif sekolah dasar

inklusi menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Anggito dan

Setiawan (2018: 8) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami

masalah-masalah yang terjadi, peneliti sebagai instrumen kunci dalam

pengambilan sumber data secara menyeluruh dalam kompleks yang

disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi,

serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun

dari peneliti. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menggali

penggunaan media pembelajaran adaptif sekolah dasar inklusi.

Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis dari berbagai informasi yang diperoleh di lapangan. Sugiyono

(2015: 15) memaparkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Guru Kelas Bawah, Guru Kelas Atas,

Kepala Sekolah dan Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah.

2. Objek Penelitian

Objek yang diteliti yaitu penggunaan media pembelajaran adaptif

keempat sekolah dasar inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

3. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah dasar inklusi, yaitu SD Harapan Mulia,

SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di Kabupaten Kota

Yogyakarta. Peneliti menggunakan nama samaran yaitu SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah pemilihan

sekolah dasar inklusi ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu

mengenai “Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Atas di wilayah

Kota Yogyakarta” yang dilakukan oleh Annisa pada Tahun 2018. Dari

hasil penelitian tersebut peneliti memilih sekolah dasar yang paling

sedikit dalam menerapkan pengadaan dan pemanfaatan media

pembelajaran adaptif sekolah inklusi. Penelitian dilakukan di kelas

bawah dan kelas atas.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai akhir

bulan Juni 2019. Berikut merupakan jadwal penelitian yang

direncanakan oleh peneliti:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Novem

ber

Des

emb

er

Jan

uari

Feb

ruari

Mare

t

Ap

ril

Mei

Ju

ni

1 Menyusun proposal

2

Penyusunan Rancangan

penelitian (analisis

skripsi, analisis jurnal,

BAB 1-III)

3

Pelaksanaan penelitian

(wawancara, observasi,

dan studi dokumentasi)

4 Penyusunan laporan

hasil penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

C. Desain Penelitian

Creswell dan Clark (dalam Bandur, 2016: 17) menyatakan bahwa

desain penelitian mengarah pada rencana kegiatan penelitian yang

mengaitkan antara kerangka penelitian dan metode penelitian. Emzir

(2012:14-17) menjelaskan tahap-tahap dalam melakukan penelitian

kualitatif yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus.

Topik ditentukan berdasarkan bacaan mengenai sesuatu, setting

penelitian, maupun pengalaman yang diperoleh peneliti. Topik dapat

ditentukan pada awal penelitian, tetapi fokus penelitian dapat ditulis

selama pengumpulan data berlangsung. Pada tahap pertama, peneliti

membaca skripsi penelitian terdahulu oleh Annisa (2018) mengenai

permasalahan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa aspek yang belum terpenuhi yaitu pengadaan

dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif dari delapan aspek

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Aspek

pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif menunjukkan

bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media pembelajaran khusus

untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V yang

menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan

proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang

membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru. Peneliti bermaksud menggali lebih dalam

tentang penggunaan media pembelajaran yang adaptif di sekolah dasar

inklusi.

2. Melakukan tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengidentifikasi informasi

penting yang relevan dengan studi dan untuk menulis suatu pernyataan

penelitian (rumusan masalah). Pada tahap kedua, peneliti melakukan

tinjauan pustaka dengan membaca buku yang berkaitan dengan sekolah

inklusi dan membaca hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

penelitian terdahulu dan informasi-informasi yang didapatkan dari buku

pustaka, peneliti memfokuskan topik penelitian pada penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar

inklusi.

3. Mendefinisikan peran peneliti

Pemilihan lapangan penelitian harus konsisten dengan topik

penelitian. Bila peneliti hendak mengidentifikasi suatu lapangan studi,

peneliti harus mempersiapkan dan memperkenalkan dirinya dan hakikat

studi kepada pengelola sekolah. Setelah mendapatkan ijin dari lembaga,

peneliti juga meminta ijin kepada orang yang menjadi partisipan.

Peneliti diharapkan mampu menjaga komunikasi dan hubungan yang

baik dengan partisipan.

Pada tahap ketiga, peneliti menentukan tempat penelitian yang

didasarkan pada sekolah dasar inklusi yang menggunakan media

pembelajaran adaptif sekolah inklusi. Sekolah dasar inklusi digunakan

untuk melakukan penelitian tentang penggunaan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi adalah

SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah

di Kota Yogyakarta. Peneliti kemudian meminta ijin kepada kepala

sekolah SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD

Pagi Cerah untuk melakukan penelitian dengan membawa surat

pengantar dari universitas.

4. Memilih partisipan

Dilihat dari jenis yang akan diajukan, peneliti memilih partisipan

yang dapat menyediakan informasi penting mengenai studi tersebut.

Pada tahap keempat, peneliti memiliki empat narasumber yang dapat

memberikan informasi berkaitan dengan topik penelitian. Dalam

pemilihan partisipan ini berdiskusi dengan kelompok studi untuk

menentukan partisipan yang akan memberikan informasi penting

mengenai studi tersebut. Narasumber tersebut adalah Guru Kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Bawah, Guru Kelas Atas, Kepala Sekolah dan Guru Pendamping

Khusus (GPK).

5. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan

Dengan menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang didasarkan

pada topik penelitian ini membantu peneliti fokus dalam pengumpulan

data cara sistematis. Pada tahap kelima, sebelum mengumpulkan data di

lapangan, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen penelitian

penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara, daftar observasi dan

daftar dokumentasi.

6. Pengumpulan data

Pada tahap keenam, peneliti mengumpulkan data dengan cara:

Observasi nonpartisipan yaitu peneliti menjadi penonton atau penyaksi

terhadap suatu gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.

Peneliti tidak berinterkasi atau mempengaruhi objek yang diamati.

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

permasalahan terkait penggunaan media pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi kelas bawah dan kelas

atas di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi

Cerah.

a. Wawancara semi-terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diwawancara, dimintai pendapat dan ide-idenya. Peneliti

menggunakan perekam suara untuk merekam pembicaraan

dengan narasumber dan menulis isi pembicaraan dengan

menggunakan buku catatan.

b. Dokumentasi, dimana peneliti mengambil dan mengumpulkan

foto-foto dan dokumen-dokumen terkait media pembelajaran

adaptif sekolah inklusi kelas atas dan kelas bawah di SD

Harapan Mulia. Foto-foto ini diambil dengan menggunakan alat

bantu yaitu kamera handphone.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

7. Analisis data

Pada tahap ketujuh, peneliti menggunakan teknik analisis data

dengan model Model Miles dan Huberman untuk mengolah data yang

ada. Model Miles dan Huberman ini merupakan salah satu model

analisis data dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data,

penyajian data, dan kesimpulan dan verifikasi.

8. Intepretasi dan disseminasi hasil

Peneliti merangkum dan menjelaskan hasil dalam bentuk naratif

dengan mengaitkan temuan lainnya seperti jurnal, laporan, website, dan

pertemuan formal maupun informal.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2015: 305) memaparkan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan yang memenuhi

standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi.

1. Observasi

Marshall (dalam Sugiyono, 2015: 310) mengdeskripsikan bahwa

melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari

perilaku tersebut melalui pengamatan. Hadi (dalam Sugiyono, 2012:

145) menjelaskan bahwa observasi adalah proses yang kompleks yang

melibatkan proses biologis dan psikologis yaitu pengamatan dan

ingatan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan

menggunakan catatan anekdot sehingga dapat mencatat informasi yang

dirasakan secara langsung dapat mengolah informasi yang ada atau

bahkan informasi yang muncul secara tiba-tiba tanpa diprediksi terlebih

dahulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

2. Wawancara

Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) berpendapat bahwa wawancara

adalah kegiatan bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab antar

dua orang, sehingga dapat memperoleh informasi ataupun pemahaman

mengenai sebuah topik tertentu.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara

semi terstruktur. Esterberg (dalam Sugiyono (2015: 233) mengatakan

bahwa wawancara semi terstruktur bersifat lebih bebas untuk

dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh permasalahan secara

lebih terbuka dari narasumber. Pihak yang diajak untuk melakukan

wawancara pada penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru kelas bawah

dan kelas atas, Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD Harapan Mulia,

SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Wawancara yang

diajukan berkaitan dengan penggunaan media pembalajaran adaptif

sekolah dasar inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.

3. Studi dokumentasi

Sugiyono (2015: 240) menjelaskan bahwa dokumen adalah catatan

peristiwa yang sudah berlalu dimana dokumen itu biasanya berbentuk

tulisan, gambar atau foto, dan suatu karya. Dokumen yang dibuat tidak

selalu memiliki kredibilatas yang tinggi atau dapat dipercaya karena

dapat dibuat dengan sengaja untuk kepentingan tertentu. Dalam

penelitian ini, studi dokumentasi berupa dokumen dan surat keputusan

(SK) yang dimiliki sekolah berkaitan dengan penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar

inklusi SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi

Cerah wilayah Kota Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

E. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara menjadi panduan bagi peneliti selama proses

wawncara yang dilakukan terhadap narasumber atau informan.

Informasi tentang penggunaan media pembelajaran adaptif di sekolah

inklusi. Kisi-kisi wawancara dalam penelitian sebagai berikut;

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penggunaan Media

Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah

Dasar Inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih dan SD Pagi Cerah

No. Aspek Indikator Pertanyaan Pokok

1.

Media

Pembelajaran

Adaptif

Tersedianya

media

pembelajaran

sebagai alat dalam

menyampaikan

materi

pembelajaran

1. Apakah guru menggunakan

media pembelajaran adaptif

bagi siswa berkebutuhan

khusus untuk

menyampaikan materi

pembelajaran?

2. Bagaimana guru

menentukan media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

cocok yang digunakan pada

setiap materi pembelajaran?

3. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan telah

menyampaikan pesan dari

materi pembelajaran?

2.

Menjelaskan

karakteristik

media

pembelajaran

adaptif yang

digunakan

4. Berapakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang telah digunakan?

5. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan telah sesuai

dengan siswa?

6. Apakah kelebihan pada

media pembelajaran adaptif

bagi siswa berkebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan

kegiatan pengamatan atau observasi agar penelitian lebih terarah dan

tidak melenceng dari fokus penelitian.

khusus yang telah

digunakan?

7. Apakah kekurangan dari

media pembelajaran adaptif

bagi siswa berkebutuhan

khusus yang telah

digunakan?

8. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan bersifat

material atau memiliki

wujud fisik?

9. Bagaimana wujud model

media pembelajaran adaptif

bagi siswa berkebutuhan

khusus yang digunakan?

10. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan interaktif

atau dapat digunakan oleh

peserta didik?

11. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

memberikan ruang bagi

siswa untuk

mengeksplorasikan materi

pembelajaran yang

dipelajari?

12. Apakah media

pembelajaran adaptif bagi

siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan barang

habis pakai atau dapat

digunakan kembali?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penggunaan Media

Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah

dasar Inklusi di SD Harapan Mulia

No. Aspek yang Diamati Catatan Anekdot

1. Tersedianya media pembelajaran di

setiap kelas

2. Kecocokan media pembelajaran

dengan materi pembelajaran

3. Media yang digunakan menarik dan

ramah anak

4. Penerapan media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar

5. Kelayakan media pembelajaran

6. Penataan media pembelajaran yang

digunakan

7. Petunjuk penggunaan media

pembelajaran

3. Studi dokumentasi

Daftar dokumentasi digunakan untuk membantu peneliti dalam

menentukan dokumen yang diperlukan sebagai sumber informasi atau

data.

Tabel 3.4 Daftar Cek Dokumentasi Penggunaan Media

Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah

Dasar Inklusi Kelas atas dan Bawah di SD Harapan Mulia

No Aspek Daftar Dokumen Keterangan

Ada Tidak

1. Penerapan Media

Pembelajaran

Adaptif

Media Kelas I

Media Kelas VI

Petunjuk penggunaan media

pembelajaran

Ruang penyimpanan media

pembelajaran

Surat Keputusan

(SK) pengadaan media

pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Sugiyono ( 2015: 366) menjelaskan bahwa terdapat empat bentuk uji

keabsahan data yaitu: 1) Uji Kredibilitas Data (Validitas Internal), 2) Uji

Transferabilitas (Validitas Eksternal/Generalisasi), 3) Uji Dependabilitas

(realiabilitas) Data, dan 4) Uji Konfirmabilitas (Objektivitas). Dari keempat

uji keabsahan data tersebut peneliti menggunakan Uji Kredibilitas data dan

Uji Transferabilitas data.

1. Uji Kredibilitas

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah

keberhasilan mencapai maksud mengekplorasi masalah yang majemuk

atau kepercayaan terhadap hasil data penelitian. Krefting (dalam

Hartono, 2018: 314) menjelaskan bahwa uji kredibilitas mempunyai

memiliki kemiripan antara validitas internal yang maknanya sejauh

mana kesimpulan mengandung nilai kebenaran dan dapat dipercaya.

Sugiyono (2015: 372) memaparkan bahwa triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari

berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi di bagi menjadi 3 yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah pengujian untuk menguji

kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber ini

dilakukan kepada narasumber, yaitu narasumber Guru Kelas Bawah,

narasumber Guru Kelas Atas, narasumber Guru Pendamping

Khusus (GPK), dan narasumber Kepala Sekolah. Proses triangulasi

sumber ini, peneliti mengolah data dari keempat narasumber untuk

menarik kesimpulan. Jika terdapat data yang berbeda-beda maka

peneliti akan mengecek ulang hasil data yang ada dan

membandingkannya dengan hasil data dari wawancara, observasi,

maupun dokumentasi, dengan demikian diharapkan peneliti dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

memberikan informasi yang sebenar-benarnya sesuai dengan data

yang ada.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah pengujian yang dilakukan untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Peneliti

melakukan triangulasi teknik dengan wawancara semi-terstruktur,

observasi nonpartisipan, dan dokumentasi dari keempat narasumber

untuk mendapatkan hasil agar dapat ditarik kesimpulan.

c) Triangulasi Waktu

Waktu juga merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi

kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara

di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak

masalah, akan memberikan data yangg lebih valid sehingga lebih

kredibel. Peneliti tidak melakukan triangulasi waktu dengan

keempat narasumber di lain waktu.

2. Transferabilitas

Transferabilitas adalah hasil dari penelitian yang merupakan

kesimpulan dari satu kasus penelitian atau situasi lainnya. Peneliti dapat

meningkatkan nilai transferabilitas penelitiannya dengan cara membuat

deskripsi secara detail atau penjelasan detail (thick description) yang

dilakukan untuk mencapai hasil temuan penelitiannya (Hartono, 2018:

315). Sugiyono (2015: 376) juga mendeskripsikan bahwa transferability

merupakan validitas eksternal penelitian kualitatif, dimana validitas

eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Uji

transferabilitas data dilakukan oleh peneliti dengan menyajikan data

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang kemudian

kesimpulan dari data yang ada ditulis dalam bentuk deskripsi. Peneliti

berharap dengan mendeskripsikan data yang ada dapat memberikan

informasi yang jelas dan sistematis tentang permasalahan terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan

khusus sekolah dasar inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD

Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2015: 244) mendeskripsikan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumensi, dengan cara

mengorganisasikan data dalam beberapa kategori dan menjabarkan

berdasarkan data yang diperoleh dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh oranglain. Pada penelitian ini menggunakan teknik

analisis data milik Miles dan Huberman dimana dalam aktivitas analisis

data yang dilakukan yaitu berupa data reduction, data display, dan

conclusion drawing atau verification.

1. Data Reduction atau Reduksi Data

Sugiyono (2015: 247) mengatakan bahwa reduksi data merupakan

proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan

kedalaman wawasan sehingga wawasan dapat berkembang dan

memperoleh data yang signifikan. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan reduksi data wawancara dan observasi. Setelah hasil

wawancara dan observasi diperoleh, peneliti menyimpulkan masing-

masing hasil wawancara dan observasi yang telah dikategorikan

(reduksi data).

2. Data Display atau Penyajian Data

Sugiyono (2015: 249) mengatakan bahwa sesuai data dilakukan

reduksi, maka proses selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk

bagan atau tabel, grafik, hubungan antar komponen, dan lain

sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Penyajian data

berupa data wawancara dan observasi. Data wawancara dan observasi

yang telah direduksi kemudian disejajarkan dalam satu tabel guna

mempermudah peneliti mengakses data penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

3. Conclusion Drawing atau Verification

Sugiyono (2015: 252) mengatakan bahwa sesuai Penyajian data

dilakukan, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Apabila kesimpulan yang dikemukan didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan kosisten, maka kesimpulan yang telah disusun

bersifat kredibel. Setelah itu, peneliti melakukan verifikasi data dengan

membandingkan hasil triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengambilan data dan triangulasi waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan metode kualitatif

deskriptif yang berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran Adaptif Bagi

Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi SD Harapan Mulia,

SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota

Yogyakarta” yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan

penelitian sejak bulan Maret 2019 hingga April 2019. Sekolah ini terdapat

di tengah kota dan dekat dengan pemukiman penduduk. SD Harapan Mulia

mendapatkan surat keputusan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi

pada tahun 2012 dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ditangani

pada tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 30 siswa, pada kelas bawah dan

kelas atas.

Penelitian ini dilaksanakan bersama dengan anggota kelompok studi

penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian diawali dengan meminta surat

pengantar dari Sekretariat Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma yang digunakan untuk meminta izin kepada kepada

sekolah SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi

Cerah untuk melakukan penelitian. Peneliti bersama dengan anggota

kelompok studi menyusun instrumen wawancara, dokumentasi, dan

observasi yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas bawah, guru

kelas atas, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) SD Harapan Mulia, SD

Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Selanjutnya peneliti

mulai melakukan wawancara mengenai penggunaan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi di SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah.

Wawancara awal pada guru kelas bawah dilakukan pada tanggal 28

Maret 2019 mengenai media pembelajaran adaptif bagi siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

berkebutuhan khusus, selanjutnya peneliti melakukan observasi dan

dokumentasi pada guru kelas bawah pada tanggal 1 April 2019.

Wawancara pada guru kelas atas pada tanggal 2 April 2019, observasi dan

dokumentasi pada tanggal 5 April 2019. Wawancara guru pendamping

khusus (GPK) pada tanggal 12 April 2019. Wawancara, observasi, dan

dokumentasi kepada kepala sekolah dilaksanakan pada tanggal 9 April

2019 meliputi perangkat sekolah dan penggunaan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Teknik

wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi-

terstruktur berdasarkan instrumen wawancara yang telah dibuat bersama

kelompok studi menggunakan alat bantu rekam dan catatan untuk

merekam informasi dari narasumber.

Kemudian peneliti melakukan teknik pengumpulan data observasi

menggunakan lembar observasi berupa catatan anekdot serta teknik

pengumpulan data berupa catatan checklist. Informasi yang didapatkan

menggunakan teknik wawancara, peneliti mentranskip dalam bentuk

vertbatim dengan tidak merubah, menambah, mengurangi informasi

maupun ekspresi, gerak tubuh dan keadaan dari narasumber sesuai dengan

hasil wawancara yang telah direkam. Setiap hasil wawancara, observasi,

dan dokumentasi yang telah diolah, peneliti menfokuskan pada hal-hal

yang meliputi penerapan media pembelajaran adaptif bagi siswa

berkebutuhan khusus sekolah inklusi. Kemudian peneliti membuat display

data atau penyajian data dengan teks naratif langkah selanjutnya, peneliti

melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berikut adalah deskripsi

dari keempat narassumber yang telah diwawancarai.

1. Deskripsi Narasumber

a. Narasumber pertama

Narasumber yang pertama merupakan guru kelas bawah di SD

Harapan Mulia, bernama Guru Kelas Bawah nama disamarkan.

Merupakan guru honorer di SD “Harapan Mulia, Guru Kelas Bawah

lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

b. Narasumber kedua

Narasumber kedua merupakan guru kelas atas SD Harapan Mulia

bernama Guru Kelas Atas nama disamarkan. Guru Kelas Atas

merupakan guru tetap di SD Harapan Mulia, Guru Kelas Atas

merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, beliau berasal

dari Salatiga.

c. Narasumber ketiga

Narasumber ketiga merupakan guru pendamping khusus (GPK)

untuk kelas bawah di SD Harapan Mulia, GPK merupakan lulusan

Pendidikan Guru Luar Biasa. GPK awalnya merupakan salah satu guru

kelas, namun pada awal pembukaan sekolah inklusi di SD Harapan

Mulia beliau merangkap menjadi Guru Pendamping Khusus sampai

saat ini.

d. Narasumber keempat

Narasumber keempat merupakan kepala sekolah di SD Harapan

Mulia, bernama Kepala Sekolah nama disamarkan. Kepala Sekolah

merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dari hasil

wawancara yang telah kami lakukan ada beberapa hal yang menurut

beliau belum memenuhi aspek penyelenggaraan sekolah inklusi

khususnya pada pengadaan media pembelajaran adaptif bagi siswa

berkebutuhan khusus.

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Harapan Mulia

No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara

1. Kamis, 28 Maret 2019 Guru Kelas II

2. Selasa, 2 April 2019 Guru Kelas VI

3. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah

4. Jumat, 12 April 219 Guru Pendamping Khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Mekar Jaya

No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara

1. Jumat, 12 April 2019 Guru Kelas I

2. Jumat, 5 April 2019 Guru Pendamping Khusus

3. Jumat, 12 April 2019 Kepala Sekolah

Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Cinta Kasih

No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara

1. Selasa, 9 April 2019 Guru Kelas I

2. Kamis, 11 April 2019 Guru Kelas IV

3. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah

4. Kamis, 11 April 2019 Guru Pendamping Khusus

Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Pagi Cerah

No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara

1. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Kelas II

2. Sabtu, 30 Maret 2019 Guru Kelas IV

3. Jumat, 29 Maret 2019 Kepala Sekolah

4. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Pendamping Khusus

Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Observasi SD Harapan Mulia

No Hari, Tanggal Wawancara Tempat Dilakukannya Observasi

1. Senin, 1 April 2019 Kelas II

2. Jumat, 5 April 2019 Kelas VI

Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Studi Dokumentasi SD Harapan Mulia

No Hari, Tanggal Wawancara Tempat Pengamatan Dokumentasi

1. Senin, 1 April 2019 Kelas II

2. Jumat, 5 April 2019 Kelas VI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

B. Hasil Penelitian

1. Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara

semi-terstruktur terhadap empat orang narasumber kunci yang

dilakukan di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan

SD Pagi Cerah wilayah kota Yogyakarta. Narasumber yang berhasil

diwawancarai secara intensif dengan menggunakan nama samaran,

yaitu, Guru Kelas Bawah, Guru Kelas Atas, Guru Pendamping Khusus,

dan Kepala Sekolah. Wawancara dengan narasumber dengan nama

samaran Guru Kelas Bawah dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret

2019, Jumat, 12 April 2019, Selasa, 9 April 2019, Jumat, 29 Maret

2019; narasumber dengan nama samaran Guru Kelas Atas

dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2019, Kamis, 11 April 2019,

Sabtu, 30 Maret 2019; narasumber dengan nama samaran Guru

Pendamping Khusus dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019,

Jumat, 5 April 2019, Kamis, 11 April 2019, Jumat, 29 Maret 2019;

sedangkan narasumber dengan nama samaran Kepala Sekolah

dilkasanakan pada hari Sabtu, 12 April 2019, Jumat, 12 April 2019,

Kamis, 11 April 2019, Jumat, 29 Maret 2019. Data yang didapat

melalui wawancara, dilengkapi dengan data hasil observasi langsung

yang dilakukan pada bulan April 2019. Untuk memperkuat data hasil

wawancara dan observasi, maka dilakukan penelusuran terhadap

dokumen dan arsip yang ada. Wawancara yang dilakukan peneliti

berkaitan dengan salah satu prinsip inklusi yaitu penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus yang diterapkan

di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi

Cerah. Adapaun hasil wawancara yang dilakukan sebagai berikut.

a. Narasumber Kelas Bawah

Wawancara dengan narasumber kelas bawah dilakukan di

ruang kelas pada hari Kamis, 28 Maret 2019. Waktu

pelaksanaannnya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB, wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

dengan narasumber kelas bawah dilakukan di ruang kelas,

sehingga meskipun siswa sudah pulang tetapi ada beberapa siswa

yang masih berada di sekolah sehingga membuat suasana sedikit

terganggu selama proses wawancara dengan narasumber kelas

bawah sebagai guru kelas bawah. Pembelajaran di SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah tidak

selalu menggunakan media pembelajaran adaptif. Media

pembelajaran digunakan apabila diperlukan untuk menunjang

dalam penyampaian materi. “Ya menggunakan media

pembelajaran tetapi tidak semua untuk mata pelajaran dan tidak

setiap pertemuan ada. Sebenarnya mbak media itu juga sebagai

gambar”. (W1.GK2a.28032019.1). Hal tersebut juga diungkapkan

oleh guru lain bahwa jika peserta didik tidak dapat mengikuti

pembelajaran maka guru akan mencari media agar siswa dapat

mengerti pembelajaran. “ iyaa, tetapi tidak semua mata pelajaran

tergantung dengan materinya yang dia tidak bisa mengikuti kita

mencarikan medianya, tetapi kalau misalnya tentang cerita itu kan

dari buku juga bisa kan tidak harus menggunakan media yang kita

tampilkan.” (W2.Gk2d.2903109.1).

Guru menentukan media pembelajaran dengan

menyesuaikan materi pembelajaran dan dapat menyampaikan isi

atau pesan dari materi pembelajaran kepada siswa. “Ya mbak

lingkungan kan juga media menyesuaikan itu ya lihat dari

materinya misalnya bercerita, video atau mendengarkan musik

tentang lagu. Saya kebanyakan sih gambar dan suara nyayi-

nyanyian itu senang banget mbak sama kertas lipat buat-buat apa

begitu. Karena efektifnya media ya gimana, ada yang efektifnya

ada juga yang belum efektif. Medianya kadang-kadang nyayian

anak saya ganti liriknya teruskan ke anak juga ngapalin lagunya.”.

(WK1.GK2a.28032019.2-3). Sedangkan menurut salah satu guru

kelas bawah untuk menentukan media yang cocok untuk setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

materi pembelajaran adalah LCD. “Pakai LCD ya pakai LCD

mbak, tapi kebanyakan memakai LCD kok mbak soalnya dengan

menanyangkan anak merasa senang karena ya itu tadi ada

gambar, keluar suara juga mbak tergantung pembelajaran juga lo

mbak.” (W3.Gk1c.09042019.4).

Media yang digunakan dalam pembelajaran berbagai macam

untuk menunjang pembelajaran adalah media gambar, boneka-

boneka kertas, lingkungan sekitar dan sudah sesuai dengan

kebutuhan siswa. “Media yang saya gunakan gambar, foto apa

namanya boneka-boneka kertas. Media itu biasanya apa ya

sukanya lingkungan yang menuntut anak-anak aktif, mengalami

langsung solanya lebih senang gerak. Media biasanya yang saya

gunakan apa ya mbak anu gambar. Gambar kalau kita carinya

yang nggak menarik mereka juga nggak tertarik, harus yang

warna-warna kalau gambarnya ditempel kayak wayang tadi

tertarik. Kalau gambar di kertas HVS mereka tanya “iki opo”

setelah itu uwis lewat aja. Media yang saya gunakan ya sesuai

mbak”. (W1.GK2a.28032019.4). Cuma “LCD aja kok mbak”.

(W3.Gk1c.09042019). Media yang digunakan oleh guru bersifat

kontektual dan banyak digunakan dilingkungan sekitar.

“Kontekstual mbak kalau pecahan kita bawa media misalnya apel

saya bawa bagi beberapa bagian. Benda nyata juga bisa mbak.

Misalnya berat satuan saya bawa timbangan, meteran pita atau

gulung. Anak-anak suka”. (W1.GK2a.28032019.8-12). Guru

menggunakan media pembelajaran yang bersifat sementara atau

tidak dapat digunakan secara berulang. Hal ini disebabkan oleh

tidak adanya waktu yang banyak untuk membuat media yang dapat

digunakan secara permanen. “Media yang saya gunakan berupa

material dan memiliki bentuk fisik. Media ini juga interaktif mbak

dan dapat dipakai oleh seluruh siswa. Saya biasanya pakai media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

yang sekali pakai mbak, karena waktu untuk membuatnya itu

kurang”. (W1.GK2a.28032019.9-10).

Dalam penggunaan media pembelajaran, guru seringkali

menjumpai kelemahan dan kekurangan dari media yang

digunakan. “Kelemahannya kalau yang abk itu meskipun ada

media dia disuruh pegang tapi kalau ditanya secara dia disuruh

menceritakan dia tidak bisa menceritakannya itu tetep ada

kelemahannya, kelebihannya dia mau menyimak dia mau

memperhatikan hal-hal yang diceritakan tetapi hanya beberapa

menit, konsentrasi anak itu kan nggak bisa penuh”.

(W2.GK2d.29032019.6-7). “...... media yang saya gunakan berada

dan lingkungan sekitar dan siswa sangat senang”.

(W1.GK2a.28032019.4). Penggunaan media yang digunakan oleh

guru dapat memberikan ruang kepada anak untuk mengeksplorasi

materi pembelajaran yang dipelajari. “Iya media yang saya

gunakan mempermudah siswa mengingat pembelajaran dari

media yang saya gunakan.” (W1.GK2a.2803201913-14).

b. Narasumber Kelas Atas

Wawancara dengan narasumber kelas atas dilakukan di

ruang kelas pada hari Selasa, 9 April 2019. Waktu

pelaksanaannnya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB. SD Harapan

Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah

memiliki media pembelajaran yang menunjang kebutuhan siswa

berkebutuhan khusus. Media pembelajaran yang digunakan

bersifat umum digunakan untuk semua siswa. Guru kelas

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan

beberapa media untuk menyampaikan pembelajaran. “Ya dalam

pembelajaran saya menggunakan beberapa media pembelajaran

yang adaptif bagi peserta didik, karena di kelas saya ini hanya ada

9 siswa dan yang terindentifikasi ABK sebanyak 4 orang tetapi

pada tingkat C dan D, tetapi hal ini menjadi tantagan bagi saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

karena setengah dari siswa saya adalah ABK”.

(W2.GK6a.02042019.1).

Guru menggunakan media pembelajaran berdasarkan materi

yang akan disampaikan sehingga dapat menyampaikan isi dari

materi pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa media

pembelajaran. “Dalam pembelajaran saya menggunakan media

yang cocok dengan materi pembelajaran agar memudahkan

peserta didik memahami materi yang saya sampaikan. Saya

seringkali memanfaatkan proyektor dan LCD untuk menjunjang

pembelajaran dengan menampilkan gambar, video, atau bahkan

film yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

(W2.GK6a.02042019.2-5). “Biasanya kan di buku ada pertama

itu, yang kedua ya kita hubungkan apa yang siswa tahu gitu mbak

biasane”. (W4.GK4d.30032019.2). Dalam penggunaan media

pembelajaran guru mengungkapkan bahwa media yang digunakan

memiliki kekurangan dan kelebihan. “Mesti ada. Biasane kalau

kelebihan e kan anak jadi lebih tahu misalnya contohe kalau peta

indonesia kalau anak melihat gambarane nah anak di sini punya

bayangane, tetapi untuk kekurangannya mungkin anak itu masih

kok iso yo koyo ngono jadi baru bisa melihat tetapi karena di sini

lingkungan yang seperti ini juga. Jadi anak itu yang pertama nggak

mau membaca, yang kedua jarang diajak keluar sama

orangtuanya jadi kesulitan kami ya mosok pantai wae ora ngerti ,

jadi ya nek tak pikir kesulitane itu menyampaikan yang sebenarnya

walaupun sudah pakai gambar , tapi anak itu masih sok kok iso yo

koyo ngono, ya gitu-gitu lah.”. (W4.GK4d.30032019.6-7). .

“Sejauh ini media yang digunakan guru sudah sesuai dengan

siswa, kelebihan media yang telah digunakan adalah membangun

motivasi anak dalam belajar dan kekurangan dari media

pembelajaran adalah tidak tahan lama”. (W4.GK4c.12042019.5-

6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Guru menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan

siswa, mempermudah penyampaian materi dan bersifat

mengeksplorasikan pengetahuan siswa. “Ya mbak sudah sesuai

dengan kebutuhan siswa dan dapat menyampaikan isi materi

pembelajaran dan mengekplorasi pengetahuan siswa”.

(W2.GK6a.02042019.8-14). “Wujud model media pembelajaran

yang digunakan adalah bisa dilihat, bisa dipegang atau media

konvensional. Media interaktif dapat digunakan peserta didik.

Media yang digunakan siswa bisa mengeksplorasi materi

pembelajaran yang dipelajari. Media yang digunakan guru ada

yang barang habis pakai dan ada yang dapat digunakan kembali”.

(W4.GK4c.12042019.8-14).

c. Narasumber Guru Pendamping Khusus

Wawancara dengan narasumber guru pendamping khusus

dilakukan di ruang perpustakaan pada hari Jumat, 9 April 2019.

Waktu pelaksanaannnya sekitar pukul 10.00-11.00 WIB pada saat

jam istirahat. Pembelajaran di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya,

SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah tidak selalu menggunakan

media. Media pembelajaran digunakan apabila diperlukan untuk

menunjang dalam penyampaian materi. Penggunaan media bagi

siswa yang tergolong berkebutuhan khusus tidak memiliki

perbedaan, guru wali kelas selalu menggunakan media yang sama

bagi siswa yang tergolong berkebutuhan khusus dengan siswa

lainnya dan sekolah tidak menyediakan media khusus untuk siswa

berkebutuhan khusus. “Ya sekolah tidak menyediakan media untuk

siswa berkebutuhan khusus karena kami kekurangan biaya untuk

hal tersebut, tetapi kami mendanpat sumbangan dari Dikpora yang

kemudian saya gunakan untuk membeli media yang dapat

menjunjang pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Ya

dalam pembelajaran saya menggunakan media yang sesuai

dengan kebutuhan siswa tetapi ada beberapa materi pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

yang pada saat menyampaikan materi pembelajaran tidak

menggunakan media pembelajaran”. (W3.GPKa.09042019.1)

Guru menggunakan media pembelajaran dengan melibatkan

lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran selain

menggunakan media gambar, puzzle huruf, puzzle angka anyaman.

“Guru menggunakan lingkungan sekitar”.

(W1.GPKb.05042019.5). “Pada saat menyiapkan materi

pembelajaran saya selalu membuat media yang cocok dengan

materi pembelajaran sehingga materi yang saya sampaikan dapat

dipahami oleh peserta didik. Media yang saya gunakan dalam

pembelajaran misalnya pada siswa yang mengalami kesulitan

membaca saya berikan manik-manik untuk merangsang motorik,

ayam-anyaman, puzzle huruf, dan puzzle angka. Media yang saya

gunakan ini sifatnya material dan dapat digunakan berulang kali

dan media yang saya gunakan memberikan ruang bagi siswa untuk

mengekplorasi setiap materi melalui media pembelajaran sayang

digunakan sehingga mempermudah materi pembelajaran”.

(W3.GPKa.09042019.2-5, 8-14). Dalam menggunakan media

pembelajaran, guru seringkali mengalami kendala. “Paling untuk

guru yang kurang paham tentang teknologi apa lagi laptop ya

susah mbak”. (W2.GPKc.11042019.7). Beliau mendampingi

siswa-siswa di ruang perpustakaan dan hanya untuk kelas bawah.

Hal ini terjadi karena beliau adalah satu-satunya GPK di SD

Harapan Mulia dan tidak dapat menjangkau seluruh siswa di

sekolah ini.

d. Narasumber Kepala Sekolah

Wawancara dengan narasumber Kepala Sekolah dilakukan

di ruang kepala sekolah pada hari Selasa, 9 April 2019. Waktu

pelaksanaannnya sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Penggunaan

media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di SD

SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Cerah sangatlah minim. SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD

Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah membutuhkan alat peraga yang

banyak. Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa “Sarana untuk

menunjang pembelajaran seperti media pembelajaran, alat peraga

dan sebagainya sangat dibutuhkan tetapi kami kekurangan biaya

untuk memfasilitasi media yang baik untuk peserta didik karena

kami sekolah negeri dan biaya semuanya dari pemerintah. Kami

pernah beberapa kali mengajukan proposal untuk pengadaan

media pembelajaran bagi peserta didik tetapi kami tidak

mendapatkan media dari hasil proposal itu”.

(W4.KSa.12042019.1).

Guru menggunakan media pembelajaran sebagai alat untuk

menyampaikan materi pembelajaran, tetapi media tersebut

seringkali tidak digunakan dalam setiap materi pembelajaran.

“Penggunaan media digunakan tergantung materi, tidak semua

harus pakai LCD ada juga yang menggunakan bahan aslinya,

misalnya mengamati bentuk daun itukan harus daun aslinya kalau

gambar kan agak susah minimal model”. (W1.KSc.09042019.1).

Guru mengharapkan media yang digunakan dapat mempermudah

anak dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dari

berbagai media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang

sesuai dengan materi pembelajaran dan dalam pengawasan guru

selama penggunaan media pembelajaran. “Menyampaikan materi

pembelajaran dengan menggunakan media sejauh ini sampai

artinya anak itu mudah menerima materi lebih mudah dan lebih

cepat dan menerima gitu, daripada hanya melihat gambar dan

mendengarkan ceramah. Media yang telah digunakan ada cetak,

elektronik, visual, lingkungan sekitar berhubungan dengan alam

lingkungan sosial, misalnya untuk materi perdagangan kan

dilingkungan sekitar sekolah ada warung anak langsung transaksi.

Sebagian media sudah sesuai dengan siswa, ada yang belum sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

contohnya ada praktek yang menggunakan bahan kimia itu uji

lemak atau mengunakan larutan lebih beresiko namun harus

dengan pengawasan guru yang ketat.”. (W1.KSc.09042019.2-4).

Penyediaan media pembelajaran adaptif sebagai alat untuk

menyampaikan materi pembelajaran memiliki kelemahan dan

kekurangan yang dapat membuat penggunaan media menjadi tidak

efektif. “Ee ya ada mungkin kelebihan dan kelebihannya itu

nganu.. tergantung pada si pengguna”. Tapi itu semua harus kita

lakukan kalau kelemahan dan kelebihan itu kan kalau kita gunakan

saling melengkapi to yaa pasti ada”. (W3.KSd.30032019.5-6).

“Kelebihan media pembelajaran yang sudah digunakan adalah

lebih mudah menerima pembelajaran, anak tidak mudah jenuh

belajarnya itu lebih betah. Kekurangan dari media pembelajaran

yang telah digunakan adalah pengadaannya kadang ribet saat

mempersiapkannya”. (W1.KSc.09042019.5-6).

Media pembelajaran yang digunakan memiliki kesesuaian

antara media pembelajaran dan materi pembelajaran, dapat

mengeksplorasi pengetahuan peserta didik selama proses

pembelajaran. “Ee.. nek untuk kesesuaiannya itu tergantung pada

guru masing-masing kemampuan guru saat mengajar masing-

masing, itu juga termasuk kecakapan dalam pengunaan media.

Iyaa, tentu saja media itu untuk banyak kegunaannya untuk

mengeksplorasi tentang kemampuan siswa itu memang yang harus

kita harapkan. (W3.KSd.30032019.8-12). “Iya tentu saja, anak-

anak supaya belajar komunikatif juga, guru-guru biasanya nanti

tanya jawab ke anaknya”. (W2.KSb.12042019.8-12). “Media yang

digunakan bisa material dan wujud fisik atau konkret”.

(W1.KSc.09042019.9-10).

Guru menggunakan media pembelajaran untuk

mempermudah penyampaian dalam pembelajaran dengan

menggunakan media dari bahan sekali pakai atau dapat digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

secara berulang-ulang. “Media yang dipakai tergantung materi,

kalau materinya tentang ragam budaya itu bisa dipakai lagi tapi

kalo materi tumbuh-tumbuhan pakai media asli itu sekali

pakai.Media yang digunakan jelas dapat mempermudah

penyampaian materi.(W1.KSc.09042019.13-14). “Ya tentu lebih

mudah lebih efektif, anak-anak lebih fokus lebih perhatian pada

pembelajaran yang disampaikan oleh guru”.

(W3.KSd.30032019.14)

2. Observasi

Sebelum melakukan wawancara, peneliti memutuskan untuk

melakukan observasi terlebih dahulu. Melalui observasi ini peneliti

dapat mengetahui objek dan kondisi yang akan diteliti sehingga

memudahkan peneliti untuk menyusun pertanyaan yang diajukan

ketika wawancara. Peneliti melakukan observasi yang dilakukan

beberapa tahap. Tahap pertama peneliti melakukan observasi pada 1

April 2019, tahap yang kedua peneliti melakukan observasi pada 5

April 2019, tahap ketiga peneliti melakukan observasi pada 9 April

2019, tahap keempat peneliti melakukan observasi pada 12 April 2019.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penliti, guru kelas bawah, guru

kelas atas, Guru Pendamping Khusus (GPK) dan kepala sekolah tidak

menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan

khusus (ABK). Media pembelajaran untuk seluruh peserta didik, guru

memanfaatkan proyektor untuk menampilkan gambar-gambar, video

yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Observasi 1, 5, 9, dan 12 April 2019

No Aspek yang Diamati Catatan Anekdot

1.

Tersedianya media

pembelajaran di setiap kelas

Tidak adanya perbedaan media

pembelajaran antara siswa yang

tergolong berkebutuhan khusus

dengan siswa yang lainnya. Media

pembelajaran untuk semua siswa

seperti guru memanfaatkan

proyektor yang terpasang untuk

menampilkan gambar-gambar, dan

video, media matematika.

2.

Kecocokan media

pembelajaran dengan materi

pembelajaran

Kecocokan media dengan materi

pembelajaran sudah terlihat.

3.

Media yang digunakan

menarik dan ramah anak

Media yang digunakan memiliki

ukuran yang terlalu kecil, dan masih

ditempelkan di papan tulis dengan

media yang digunakan dan ramah

anak

4.

Penerapan media

pembelajaran dalam proses

belajar mengajar

Tidak semua pembelajaran

menggunakan media pembelajaran

dan tidak selalu menggunakan

media pembelajaran

5.

Kelayakan media

pembelajaran

Media yang digunakan masih dapat

dijangkau dan seringkali media

menggunakan alam sekitar sebagai

media pembelajaran.

6.

Penataan media pembelajaran

yang digunakan

Penataan media pembelajaran

kurang rapi dan diletakkan ruang

kelas.

7. Petunjuk penggunaan media

pembelajaran

Tidak ada petunjuk penggunaan

media pembelajaran

3. Dokumentasi

Peneliti melaksanakan pengambilan data dokumentasi pada 1 April

2019, 5 April 2019, 9 April 2019, 12 April 2019. Teknik pengambilan

data dokumentasi ini berupa tabel daftar dokumen. Berikut adalah hasil

dokumentasi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Tabel 4.5 Hasil Dokumentasi 1, 5, 9, dan 12 April 2019

No Aspek Daftar Dokumen Keterangan

Ada Tidak

1. Penerapan Media

Pembelajaran

Adaptif

Media Kelas II √

Media Kelas VI √

Petunjuk penggunaan

media pembelajaran √

Ruang penyimpanan

media pembelajaran √

Surat Keputusan

(SK) pengadaan media

pembelajaran

C. Pembahasan

Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintergrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam

program yang sama (Ilahi, 2013: 87). Berkaitan dengan teori yang ada, SD

Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah

merupakan sekolah inklusi tingkat dasar yang mengakomodasi dan

menerima siswa berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan khusus di

Kota Yogyakarta. SD Harapan Mulia merupakan sekolah yang ditunjuk

oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusi sejak tahun 2012. Pada penelitian ini, nomor Surat

Keputusan (SK) tidak dicantumkan karena menjaga kerahasiaan tempat

penelitian.

Salamanca (dalam Kustawan, 2013: 8) mendeskripsikan bahwa

pendidikan inklusi ramah anak mempunyai arti bahwa pendidikan atau

sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memperdulikan keadaan

fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau kondisi-kondisi lain,

termasuk anak-anak berkebutuhan, anak-anak berbakat (gifted children),

pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari

kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak yang tidak beruntung dan

terpinggirkan dari kelompok masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Peneliti menggunakan salah satu aspek penyenggaraan sekolah inklusi

untuk mengetahui yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran

adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi.

Berdasarkan data hasil wawancara pada SD Harapan Mulia bahwa sekolah

tidak menerima seluruh siswa berkebutuhan khusus. SD Harapan Mulia

hanya menerima dua siswa berkebutuhan khusus yang telah diasesmen pada

saat penerimaaan peserta didik dan siswa berkebutuhan khusus yang

diterima dengan tipe tunagrahita. Hal ini berdasarkan aturan yang diterima

oleh guru yang mengikuti diklat dari dinas pendidikan untuk sekolah dasar

inklusi. Siswa berkebutuhan khusus tidak diterima secara keseluruhan

karena disesuaikan dengan kemampuan guru SD Harapan Mulia terbatas,

kekurangan tenaga dalam membantu siswa ABK dan tidak dapat mengajar

seluruh tipe siswa berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat seperti autis.

Hal ini juga terjadi pada SD Cinta Kasih, sekolah ini tidak menerima semua

siswa berkebutuhan khusus karena kurangnya pengetahuan tenaga pendidik

mengenai anak berkebutuhan khusus. Guru SD Cinta Kasih

mengungkapkan bahwa pada saat penerimaan peserta didik baru, anak

berkebutuhan khusus hanya terdiri dari 3% dari setiap penerimaan peserta

didik, tetapi siswa slowlearner pada saat penerimaan sangat sulit

diidentifikasi secara fisik karena orangtua tidak memiliki asesmen bahwa

siswa tersebut adalah anak berkebutuhan khusus slowlearner atau

tunagrahita, sehingga pada saat proses pembelajaran berjalan beberapa

bulan terlihat bahwa anak tersebut adalah slowlearner dan anak

berkebutuhan khusus bertambah dari jumlah yang telah memiliki asesmen.

Pada sekolah inklusi SD Pagi Cerah menyediakan kuota untuk anak

berkebutuhan khusus maksimal tiga siswa berkebutuhan khusus setiap

kelas. SD Pagi Cerah menerima siswa berkebutuhan khusus slowlearner

atau tunagrahita. Anak berkebutuhan yang telah diterima tetapi guru

mengalami kesulitan dalam mendampingi, maka sekolah akan memanggil

wali murid untuk memberikan alternatif agar siswa tersebut dapat belajar

dengan baik di sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

pada SD Mekar Jaya mengungkapkan bahwa siswa berkebutuhan khusus

yang diterima dibatasi maksmial dua peserta didik anak berkebutuhan

khusus berdasarkan peraturan diklat dinas pendidikan. Tetapi SD Mekar

Jaya memiliki kebijakan sendiri dalam penerimaan anak berkebutuhan

khusus dengan menerima tiga sampai empat siswa berkebutuhan khusus

setiap kelas. Anak berkebutuhan khusus pada SD Mekar Jaya terdiri dari

slowlearner atau tunagrahita, tunadaksa, tunanetra dan autis.

Hasil wawancara dari keempat sekolah dasar inklusi, berdasarkan

Ilahi (2013: 24) mendeskripsikan bahwa konsep pendidikan inklusi yaitu

berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus

untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Tetapi

realitanya SD Harapan Mulia tidak menerima seluruh peserta didik sehingga

hal tersebut tidak sesuai dengan konsep pendidikan inklusi yang ada. Siswa

berkebutuhan khusus tidak memperoleh hak untuk belajar bersama dengan

siswa yang tidak berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Sekolah

inklusinya selayaknya berpegang teguh pada prinsip penyelenggaraan

sekolah inklusi bahwa menerima seluruh siswa berkebutuhan khusus untuk

memperoleh haknya sebagai warga negara khususnya dalam mendapatkan

pendidikan. Hal ini juga terjadi pada SD Cinta Kasih yang tidak menerima

semua siswa berkebutuhan khusus dan hanya menyediakan kuota sebanyak

dua pada saat penerimaan siswa baru di kelas. Berbeda dengan SD Mekar

Jaya menerima empat tipe siswa berkebutuhan khusus di sekolah dari

delapan tipe anak berkebutuhan khusus. Meskipun SD Mekar Jaya dalam

penerimaan siswa membatasi anak berkebutuhan khusus yang berkisar

antara tiga sampai empat ABK tetapi jenis anak berkebutuhan khusus yanga

ada di SD Mekar Jaya antara lain; tunagrahita, tunadaksa, tunanetra dan

autis.

Garnida (2015: 43) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan inklusi

adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak untuk

mendapatkan yang layak sesuai dengan kebutuhannya, membantu

mempercepat program wajib belajar, membantu peningkatan mutu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

pendidikan dasar, dan menciptakan sistem pendidikan yang menghargai

keanekaragaman dan tidak diskriminatif. Di SD Pagi Cerah apabila

penerimaaan peserta didik baru, siswa tersebut tidak dapat didampingi oleh

guru, maka sekolah akan memberikan alternatif kepada wali murid untuk

dipindahkan ke sekolah yang khusus untuk siswa berkebutuhan khusus agar

siswa tersebut dapat menerima pendampingan yang lebih baik dan efektif.

Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari pendidikan inklusi, karena sekolah

tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar,

tidak menciptakan pendidikan yang menghargai keragaman serta tidak

diskriminatif.

Heinich, dkk ( dalam pribadi, 2017: 15) mendeskripsikan bahwa media

pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media

dalam pembelajaran berarti perantara atau pengantar antara pengirim

informasi yang berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima

informasi atau receiver.

Berdasarkan data hasil wawancara SD Harapan Mulia, penggunaan

media pembelajaran di SD Harapan Mulia tidak menyediakan media

pembelajaran adaptif khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, media

pembelajaran dapat digunakan oleh seluruh peserta didik. Guru Kelas

bawah dan kelas atas mengungkapkan bahwa guru menggunakan media

pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran tetapi tidak semua

mata pelajaran seperti bahasa indonesia, SBdP, agama, penjas dan PKN

pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Guru mengungkapkan bahwa

pada saat pembelajaran di kelas tidak selalu menggunakan media pada saat

pembelajaran karena tidak setiap materi dapat disediakan media

pembelajaran sehingga hanya menggunakan metode ceramah. Media

pembelajaran yang digunakan ditentukan berdasarkan dengan kecocokan

pada setiap materi pembelajaran agar memiliki kesinambungan antara

materi dan media pembelajaran sehingga media pembelajaran yang

digunakan dapat menyampaikan pesan dari materi pembelajaran dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

mempermudah penyampaian materi pembelajaran, guru terkadang

mengajak keluar kelas dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media

pembelajaran .

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa guru kelas atas SD

Harapan Mulia tidak menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak

berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini terjadi karena siswa berkebutuhan

khusus yang ada di SD Harapan Mulia yaitu tunagrahita atau slowlearner

sehingga tidak terlalu sulit dalam mengikuti pembelajaran dengan media

yang digunakan untuk seluruh siswa.

Sedangkan pada kelas bawah, Guru Pendamping Khusus (GPK)

mengungkapkan bahwa seringkali menggunakan media yang khusus bagi

siswa berkebutuhan khusus untuk membantu memahami materi

pembelajaran seperti siswa yang mengalami kesulitan membaca saya

berikan manik-manik untuk merangsang motorik, ayam-anyaman, puzzle

huruf, dan puzzle angka, tetapi tidak pada semua mata pelajaran digunakan.

Hal ini tidak terlihat ketika melakukan observasi media pembelajaran

seperti ayam-anyaman, puzzle huruf, dan puzzle angka tidak digunakan pada

saat mendampingi siswa dan tidak berada dipenyimpanan media

pembelajaran di sekolah. GPK menjelaskan bahwa media tersebut tidak

berada dan disimpan di sekolah tetapi di rumah guru GPK SD Harapan

Mulia. Media tersebut disimpan dan tidak diberikan kepada peserta didik

agar dapat digunakan secara bersama oleh seluruh siswa dan tidak untuk

dimiliki secara pribadi. Menurut GPK berdasarkan pengalaman ketika

membagikan media pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus yang

didampingi, media tersebut rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi. Oleh

sebab itu, GPK kemudian menyimpan media tersebut apabila siswa ingin

menggunakan media tersebut dibawa ke sekolah. Dalam pembelajaran guru

menggunakan video dan gambar sebagai alat penyampaian materi

pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran di SD Harapan Mulia

khususnya kelas bawah dan kelas atas belum disesuaikan dengan

karakteristik anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut sehingga dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

pembelajaran guru menggunakan media yang sama untuk seluruh peserta

didik. Meskipun media pembelajaran yang digunakan tidak secara khusus

untuk siswa berkebutuhan khusus tetapi untuk seluruh siswa, guru kelas

bawah, kelas atas, dan GPK sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk

menyampaikan materi dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran

sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif. Misalnya untuk

mempermudah pembelajaran dengan materi pecahan, guru juga

menggunakan media kontekstual seperti membawa apel yang dibagi

menjadi beberapa bagian dan menggunakan benda nyata pada satuan berat

seperti timbangan sebagai media, dan meteran pita atau gulung sehingga

siswa dapat melihat bentuk fisik dari media pembelajaran yang digunakan.

Media pembelajaran yang digunakan memberikan motivasi bagi siswa

agar dapat memahami materi secara mendalam, media yang digunakan

sebagai saran persuasi, meningkatkan kemandirian siswa, dan membantu

pemahaman yang bersifat akademis, tetapi beberapa media pembelajaran

yang digunakan bersifat sementara dan tidak permanen sehingga tidak dapat

digunakan secara berulang-ulang. Guru kelas bawah dan kelas atas

mengungkapkan bahwa dengan adanya media pembelajaran sangat

membantu peserta didik dalam memahami materi secara konkret dengan

memanfaatkan media pembelajaran kontekstual.

Pada SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD Mekar Jaya

menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi

pembelajaran sehingga antara media pembelajaran dan materi pembelajaran

memiliki keteraikatan. Guru SD Cinta Kasih mengungkapkan bahwa media

pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada peserta didik. Siswa lebih mudah menerima materi

pembelajaran daripada hanya mendengarkan ceramah. Media yang

digunakan seperti video, gambar, LCD, media place card, dan lingkungan

sekitar. Media lingkungan digunakan misalnya pada materi perdagangan,

guru akan mengajak siswa untuk melakukan transaksi jual beli secara

langsung di kantin sekolah. Media pembelajaran yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

mengeklporasi siswa agar mampu mandiri sehingga pembelajaran menjadi

efektif dan efisien. Guru mengungkapkan bahwa dalam mempersiapkan

media pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama dan berbelit-

belit sehingga waktu habis hanya untuk pembuatan media pembelajaran.

Tetapi disisi lain guru menyatakan bahwa dengan media pembelajaran siswa

menjadi tidak mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan

pembelajaran menjadi menyenangkan. Media pembelajaran dapat

digunakan berulangkali atau bersifat permanen. Pada pembelajaran seperti

IPS guru menggunakan media pembelajaran atlas dan globe untuk

menyampaikan materi pembelajaran agar siswa dapat memahami isi dari

materi pembelajaran melalui media pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada Syaodih (dalam Ilahi, 2013: 175)

mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adalah segala macam bentuk

perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Media

pembelajaran adalah alat bantu yang memudahkan bagi guru untuk

menjelaskan bahan ajar dan membantu siswa memahami materi

pembelajaran. Hal ini sudah terlihat dari keempat SD yang menggunakan

media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru

berusaha menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu agar siswa

dapat memahami materi pembelajaran dan membuat siswa mandiri.

Kustawan (2013: 115-117) menjelaskan mengenai media

pembelajaran adaptif yaitu media pembelajaran yang disesuaikan dengan

hambatan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Media

pembelajaran adaptif dirancang dibuat, dipilih, dan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus karena dapat

bermanfaat atau berguna dan cocok dengan tujuan, kebutuhan, materi,

kemampuan dan karakteristik anak yang menunjang efisiensi dan efektivitas

proses dan hasil pembelajaran. Realitanya media pembelajaran yang

digunakan oleh SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD

Mekar Jaya tidak secara khusus untuk siswa berkebutuhan khusus tetapi

dapat digunakan oleh seluruh peserta didik. Tetapi di sisi lain, guru telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

menggunakan media pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara materi

pembelajaran dan media pembelajaran. Guru memilih, merancang,

membuat, dan menggunakan media pembelajaran untuk menunjang proses

pembelajaran di kelas. Meskipun pada dasarnya media pembelajaran adaptif

harus disesuaikan dengan kondisi ABK tetapi guru telah menggunakan

media berdasarkan fungsi media yaitu sebagai alat untuk memperoleh

pengetahuan dan informasi, mendukung aktivitas pembelajaran, dan saran

motivasi serta persuasi.

Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 44-45) mendeskripsikan bahwa

karakteristik media pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus yaitu;

ketepatan dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran,

kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam

menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir siswa. Hasil wawancara

keempat sekolah menunjukkan bahwa media yang digunakan telah

memiliki kaitan antara materi pembelajaran dan media pembelajaran

misalnya ketika pembelajaran mengenai pecahan guru akan membawa apel

kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian sebagai alat untuk

memahami mengenai pecahan dan pada saat pembelajaran mengenai berat

satuan guru menggunakan benda nyata seperti timbangan, meteran pita atau

gulung. Kemudahan dalam memperoleh media pembelajaran adaptif karena

guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.

Keterampilan guru dalam menggunakan media sebagat alat penyampaian

materi pembelajaran. Nampak dari guru mengetahui cara penggunaan dari

media tersebut sehingga dapat ditiru dan dipraktekkan oleh peserta didik.

Tetapi keterampilan guru dalam menggunakan media tersebut tidak nampak

pada SD Mekar Jaya karena salah satu guru mengatakan memiliki kendala

dalam penggunaan teknologi sebagai salah satu media pembelajaran di

kelas. Karakteristik kesesuaian dengan taraf berpikir siswa belum terpenuhi

karena media yang digunakan oleh anak berkebutuhan khusus dan siswa

reguler sama sehingga tidak ada perbedaan. Padahal taraf berpikir siswa

berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

tunagrahita, anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD, dan lamban

belajar dengan siswa reguler berbeda.

Secara keseluruhan SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi

Cerah dan SD Mekar Jaya telah menggunakan media pembelajaran dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Meskipun tidak menyediakan media

yang khusus untuk anak berkebutuhan khusus tetapi guru berusaha untuk

menggunakan media berbagai media sebagai alat bantu guru dalam

penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik sehingga

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dibandingkan ketika guru

menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Media pembelajaran

yang dibuat oleh keempat sekolah tersebut dengan maksud agar siswa dapat

memahami materi pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran

sehingga setiap media yang dibuat disesuaikan dengan materi pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul penggunaan media

pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar

inklusi SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD Mekar

Jaya wilayah Kota Yogyakarta, yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan

SD Mekar Jaya sebagai berikut:

1. Keempat SD telah menggunakan media pembelajaran dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

2. Keempat SD menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan

dengan materi pembelajaran.

3. Media pembelajaran tidak selalu digunakan pada saat pembelajaran

seperti SBdP, agama, pendidikan jasmani dan olahraga dan PKN.

4. Tidak ada perbedaan media pembelajaran antara siswa berkebutuhan

khusus dan siswa reguler sehingga dapat digunakan oleh seluruh peserta

didik.

5. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu mpembelajaran

keempat SD sudah terlihat tetapi tidak ada media khusus bagi anak

berkebutuhan khusus.

6. Keempat SD memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media

pembelajaran.

7. Media yang digunakan keempat SD seperti LCD, video, gambar, anyam-

anyaman, puzzle huruf, puzzle angka, media place card

8. SD Mekar Jaya memiliki keterbatasan atau hambatan dalam

menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran.

9. Tipe anak berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih,

dan SD Pagi Cerah adalah tunagrahita dan menerima dua sampai tiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

anak berkebutuhan khusus. Sedangkan pada SD Mekar Jaya tipe anak

berkebutuhan khusus yang diterima adalah tunagrahita, tunadaksa,

tunanetra dan autis dan menerima anak berkebutuhan khusus tiga sampai

empat siswa berkebutuhan khusus.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari mengalami banyak kelemahan dan keterbatasan

dalam melakukan penelitian ini. Berikut keterbatasan dalam melakukan

penelitian ini. Berikut keterbatasan peneliti:

1. Ketika melakukan wawancara pada salah satu narasumber, narasumber

justru menceritakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan wawancara,

sehingga waktu wawancara menjadi lama dan informasi yang diterima

tidak maksimal.

2. Wawancara dengan pada salah satu narasumber dilakukan di dalam kelas

pada saat jam pulang sekolah, tetapi ketika melakukan wawancara masih

ada beberapa siswa yang berada di sekolah sehingga dalam rekaman

banyak sekali teriakan dari siswa, sehingga peneliti dan narasumber

kurang fokus dalam proses wawancara dan merasa terganggu.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran untuk

penelitian selanjutnya sebagi berikut:

1. Saran yang dapat diberikan, peneliti sebaiknya mampu mengendalikan

wawancara dengan narasumber apabila wawancara tersebut terlalu

bertele-tele dan tidak memberikan informasi yang sesuai dengan topik

wawancara kepada peneliti.

2. Peneliti sebaiknya mampu mencari waktu wawancara bersama

narasumber dengan tepat sehingga pada saat wawancara informasi yang

diterima dapat maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

DAFTAR PUSTAKA

Faizah. (2017). Psikologi Pendidikan. Malang: UB Press.

Hasamah. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.

Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan Inklusif. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Bilqis. (2014). Lebih dekat dengan Anak Tunadaksa. Jakarta: Diandri Kreatif.

Pribadi, B. A. (2017). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Arsyad, A. (2016). Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakrta:

Psikosain.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Bandur, A. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Hartono, J. (2018). Metode Pengumpulan dan teknik Analisis Data. Yogyakarta:

Andi.

Anggito, A. dan Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:

CV Jejak.

Mais, A. (2016). Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember:

Pustaka Abadi.

Triani, N dan Amir. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban

Belajar Slow Learner. Bandung: Luxima Metro Media.

Kustawan, D., dan Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif

Ramah Anak. Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Ilahi, M.T. (2016). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: AR-Ruzz

Media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia

di http://sindiker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf (diakses

Februari 2019).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009

tentang pendidikan Inklusif (Pendif) bagi Peserta Didik yang Memiliki

Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa. Tersedia di

http://dikdas.kemendiknas.go.id/application/media/file/Permendiknas%20

Nomor%20%2070Tahun%202009.pdf (diakses 17 Februari 2019).

Meimulyani, Y. dan Cartoyo. (2013). Media Pembelajaran Adaptif bagi Anak

Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Faradian. Annisa. (2018) Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Di Kelas Atas SD

“Suka Kasih” Wilayah Kota Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma:

Yogyakarta.

Ghina. N. N. (2017). Analisis Ketersediaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran

Adaptif Kelas Inklusi di SD Al Irsyad Islamiyyah 2 Purwokerto. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Sari. N. W. (2014) Pengaruh Penggunaan Media Animasi terhadap Hasil Belajar

Siswa Slow Learner. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Malang: Malang.

Pambudi. F. I. (2017). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

untuk Anak Autis Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Skripsi

Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta: Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Lampiran 2. Telah Melakukan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD Harapan Mulia

1. Narasumber 1

Subjek : Guru Kelas 2

Hari, Tanggal : Kamis, 28 Maret 2019

Kode Wawancara : W1.GK2a.28032019

2. Narasumber 2

Subjek : Guru Kelas 6

Hari, Tanggal : Selasa, 2 April 2019

Kode Wawancara : W2.GK6a.02042019

3. Narasumber 3

Subjek : Guru Pendamping Khusus

Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara : W3.GPKa.09042019

4. Narasumber 4

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara : W4. KSa.12042

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD Mekar Jaya

1. Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping Khusus

Hari, Tanggal : Jumat, 5 April 2019

Kode Wawancara : W1.GPKb.05042019

2. Narasumber 2

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara : W2.KSb.12042019

3. Narasumber 3

Subjek : Guru Kelas 1

Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara : W3.GK1b.1204201

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD Cinta Kasih

1. Narasumber 1

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara : W1.KSc.09042019

2. Narasumber 2

Subjek : Guru Pendamping Khusus

Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019

Kode Wawancara : W2.GPKc.11042019

3. Narasumber 3

Subjek : Guru Kelas 1

Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara : W3.GK1c.09042019

4. Narasumber 4

Subjek : Guru Kelas 4

Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019

Kode Wawancara : W4. GK4c.12042019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD Pagi Cerah

1. Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping Khusus

Hari, Tanggal : Jumat, 29 Maret 2019

Kode Wawancara : W1.GPKd.29032019

2. Narasumber 2

Subjek : Guru Kelas 2

Hari, Tanggal : Jumat, 29 Maret 2019

Kode Wawancara : W2.GK2d.29032019

3. Narasumber 3

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019

Kode Wawancara : W3.KSd.30032019

4. Narasumber 4

Subjek : Guru Kelas 4

Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019

Kode Wawancara : W4. GK4d.30032019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

No. Aspek Jawaban Narasumber Kesimpulan

1.

Penerapan Media

Pembelajaran

Adaptif bagi Siswa

Berkebutuhan

Khusus

Ya menggunakan media pembelajaran tetapi tidak semua

untuk mata pelajaran dan tidak setiap pertemuan ada. Sebenarnya mbak media itu juga sebagai gambar.

(W1.GK2a.28032019.1).

Iya menggunakan media, tetapi tidak semua mata pelajaran

tergantung dengan materinya yang dia tidak bisa mengikuti

kita mencarikan medianya, tetapi kalau misalnya tentang

cerita itu kan dari buku juga bisa kan tidak harus menggunakan

media yang kita tampilkan. (W2.Gk2d.2903109.1).

Ya mbak lingkungan kan juga media menyesuaikan itu ya

lihat dari materinya misalnya bercerita, video atau

mendengarkan musik tentang lagu. Saya kebanyakan sih

gambar dan suara nyayi-nyanyian itu senang banget mbak sama

kertas lipat buat-buat apa begitu. Karena efektifnya media ya

gimana, ada yang efektifnya ada juga yang belum efektif.

Medianya kadang-kadang nyayian anak saya ganti liriknya

teruskan ke anak juga ngapalin

lagunya.(WK1.GK2a.28032019.2-3).

Pakai LCD ya pakai LCD mbak, tapi kebanyakan memakai

LCD kok mbak soalnya dengan menanyangkan anak merasa

senang karena ya itu tadi ada gambar, keluar suara juga mbak

tergantung pembelajaran juga lo mbak. (W3.Gk1c.09042019.4).

Media yang saya gunakan gambar, foto apa namanya

boneka-boneka kertas. Media itu biasanya apa ya sukanya

lingkungan yang menuntut anak-anak aktif, mengalami

langsung solanya lebih senang gerak. Media biasanya yang saya

Keempat SD memiliki media pembelajaran

yang bersifat umum dan digunakan untuk

semua siswa. Guru kelas bawah

mengungkapkan bahwa terkadang

menggunakan media gambar, video atau

musik dengan LCD sebagai alat untuk

menjelaskan materi pembelajaran tetapi tidak

semua mata pelajaran dan siswa diajak untuk

mengamati benda konkret yang telah

disediakan oleh guru sesuai dengan materi

serta menggunakan lingkungan sekitar

sebagai media pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

gunakan apa ya mbak anu gambar. Gambar kalau kita carinya

yang nggak menarik mereka juga nggak tertarik, harus yang

warna-warna kalau gambarnya ditempel kayak wayang tadi

tertarik.kalau gambar di kertas HVS mereka tanya “iki opo”

setelah itu uwis lewat aja. Media yang saya gunakan ya sesuai

mbak. (W1.GK2a.28032019.4).

Cuma “LCD aja kok mbak. (W3.Gk1c.09042019).

Kontekstual mbak kalau pecahan kita bawa media misalnya

apel saya bawa bagi beberapa bagian. Benda nyata juga bsa

mbak. Misalnya berat satuan saya bawa timbangan, meteran

pita/gulung. Anak-anak suka. (W1.GK2a.28032019.8-12).

Media yang saya gunakan berupa material dan memiliki

bentuk fisik. Media ini juga interaktif mbak dan dapat dipakai

oleh seluruh siswa. Saya biasanya pakai media yang sekali pakai

mbak, karena waktu untuk membuatnya itu kurang.

(W1.GK2a.28032019.9-10).

Kelemahannya kalau yang ABK itu meskipun ada media dia

disuruh pegang tapi kalau ditanya secara dia disuruh

menceritakan dia tidak bisa menceritakannya itu tetep ada

kelemahannya, kelebihannya dia mau menyimak dia mau

memperhatikan hal-hal yang di ceritakan tetapi hanya beberapa

menit, konsentrasi anak itu kan nggak bisa penuh.

(W2.GK2d.29032019.6-7).

Media yang saya gunakan berada dan lingkungan sekitar dan

siswa sangat senang. (W1.GK2a.28032019.4).

Iya media yang saya gunakan mempermudah siswa

mengingat pembelajaran dari media yang saya gunakan.

(W1.GK2a.2803201913-14).

Guru menggunakan media yang memiliki

bentuk fisik agar dapat dilihat oleh peserta

didik dan mengajak siswa untuk aktif dalam

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Ya dalam pembelajaran saya menggunakan beberapa

media pembelajaran yang adaptif bagi peserta didik, karena

di kelas saya ini hanya ada 9 siswa dan yang terindentifikasi

ABK sebanyak 4 orang tetapi pada tingkat C dan D, tetapi hal

ini menjadi tantagan bagi saya karena setengah dari siswa saya

adalah ABK. (W2.GK6a.02042019.1).

Dalam pembelajaran saya menggunakan media yang cocok

dengan materi pembelajaran agar memudahkan peserta

didik memahami materi yang saya sampaikan. Saya

seringkali memanfaatkan proyektor dan LCD untuk menjunjang

pembelajaran dengan menapilkan gambar, video, atau bahkan

film yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

(W2.GK6a.02042019.2-5).

Biasanya kan dibuku ada pertama itu, yang kedua ya kita

hubungkan apa yang siswa tahu gitu mbak biasane.

(W4.GK4d.30032019.2).

Mesti ada. Biasane kalau kelebihan e kan anak jadi lebih

tahu misalnya contohe kalau peta indonesia kalau anak melihat

gambarane nah anak disini punya bayangane, tetapi untuk

kekurangannya mungkin anak itu masih kok iso yo koyo ngono

jadi baru bisa melihat tetapi karena di sini lingkungan yang

seperti ini juga. Jadi anak itu yang pertama nggak mau

membaca, yang kedua jarang diajak keluar sama orangtuanya

jadi kesulitan kami ya mosok pantai wae ora ngerti , jadi ya nek

tak pikir kesulitane itu menyampaikan yang sebenarnya

walaupun sudah pakai gambar , tapi anak itu masih sok kok iso

yo koyo ngono, ya gitu-gitu lah. (W4.GK4d.30032019.6-7).

Sejauh ini media yang digunakan guru sudah sesuai dengan

siswa, kelebihan media yang telah digunakan adalah

membangun motivasi anak dalam belajar dan kekurangan

Keempat SD dalam pembelajaran

menggunakan media yang bersifat umum

digunakan untuk semua siswa. Guru kelas

atas menambahkan bahwa media tersebut

digunakan karena tingkat ABK yang berada

di sekolah keempat SD masih tergolong

ringan.

Guru kelas atas mengungkapkan bahwa

media yang digunakan dalam pembelajaran

memiliki keterkaitan antara materi

pembelajaran sehingga peserta didik dapat

memahami materi yang disampaikan dengan

menggunakan LCD untuk menampilkan

gambar, video bahkan film.

Guru kelas atas mengatakan bahwa dengan

adanya media pembelajaran siswa semakin

memiliki rasa ingin tahu dam memotivasi

anak untuk lebih giat belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

dari media pembelajaran adalah tidak tahan lama.

(W4.GK4c.12042019.5-6).

Ya mbak sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat

menyampaikan isi materi pembelajaran dan mengekplorasi

pengetahuan siswa. (W2.GK6a.02042019.8-14).

Wujud model media pembelajaran yang digunakan adalah bisa

dilihat, bisa dipegang atau media konvensional. Media

interaktif dapat digunakan peserta didik. Media yang digunakan

siswa bisa mengeksplorasi materi pembelajaran yang dipelajari.

Media yang digunakan guru ada yang barang habis pakai dan

ada yang dapat digunakan kembali. (W4.GK4c.12042019.8-14)

Ya sekolah tidak menyediakan media untuk siswa

berkebutuhan khusus karena kami kekurangan biaya untuk

hal tersebut, tetapi kami mendanpat sumbangan dari

Dikpora yang kemudian saya gunakan untuk membeli

media yang dapat menjunjang pembelajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus. Ya dalam pembelajaran saya

menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan siswa

tetapi ada beberapa materi pembelajaran yang pada saat

menyampaikan materi pembelajaran tidak menggunakan

media pembelajaran. (W3.GPKa.09042019.1).

Guru menggunakan lingkungan sekitar.

(W1.GPKb.05042019.5)

Pada saat menyiapkan materi pembelajaran saya selalu

membuat media yang cocok dengan materi pembelajaran

sehingga materi yang saya sampaikan dapat dipahami oleh

peserta didik. Media yang saya gunakan dalam

pembelajaran misalnya pada siswa yang mengalami

kesulitan membaca saya berikan manik-manik untuk

Keempat SD tidak memiliki media

pembelajaran khusus untuk siswa yang

berkebutuhan khusus yang disediakan oleh

sekolah. Guru Pendamping Khusus

mengungkapkan bahwa media yang

digunakan dalam pembelajaran adalah

sumbangan daru Dikpora. Media yang

digunakan memiliki keterkaitan dengan

materi pembelajaran dan kadangkala

menggunakan lingkungan sekitar sebagai

media pembelajaran di kelas. Media yang

digunakan adalah media yang merangsang

motorik bagi siswa yang mengalami kesulitan

membaca seperti ayam-anyaman, puzzle

huruf, dan puzzle angka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

merangsang motorik, ayam-anyaman, puzzle huruf, dan

puzzle angka. Media yang saya gunakan ini sifatnya material

dan dapat digunakan berulang kali dan media yang saya

gunakan memberikan ruang bagi siswa untuk mengekplorasi

setiap materi melalui media pembelajaran sayang digunakan

sehingga mempermudah materi pembelajaran.

(W3.GPKa.09042019.2-5, 8-14).

Sarana untuk menunjang pembelajaran seperti media

pembelajaran, alat peraga dan sebagainya sangat

dibutuhkan tetapi kami kekurangan biaya untuk

menfasilitasi media yang baik untuk peserta didik karena

kami sekolah negeri dan biaya semuanya dari pemerintah. Kami pernah beberapa kali mengajukan proposal untuk

pengadaan media pembelajaran bagi peserta didik tetapi kami

tidak mendapatkan media dari hasil proposal itu.

(W4.KSa.12042019.1).

Penggunaan media digunakan tergantung materi, tidak

semua harus pakai LCD ada juga yang menggunakan bahan

aslinya, misalnya mengamati bentuk daun itukan harus daun

aslinya kalau gambar kan agak susah minimal model.

(W1.KSc.09042019.1).

Menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan

media sejauh ini sampai artinya anak itu mudah menerima

materi lebih mudah dan lebih cepat dan menerima gitu,

daripada hanya melihat gambar dan mendengarkan

ceramah. Media yang telah digunakan ada cetak, elektronik,

visual, lingkungan sekitar berhubungan dengan alam

lingkungan sosial, misalnya untuk materi perdagangan kan

Keempat SD merupakan sekolah salah satu

inklusi di kota Yogyakarta. Kepala sekolah

Keempat SD mengungkapkan bahwa media

pembelajaran sangat dibutuhkan dalam

pembelajaran tetapi Keempat SD tidak

menyediakan media pembelajaran khusus

untuk siswa berkebutuhan khusus karena

kekurangan biaya.

Kepala sekolah menambahkan bahwa

penggunaan media pembelajaran harus sesuai

dengan materi pembelajaran. dengan adanya

media pembelajaran materi yang disampaikan

dapat diterima dengan mudah oleh siswa

daripada menggunakan ceramah.

Media yang digunakan umum untuk seluruh

siswa. Guru memanfaatkan media cetak,

elektronik, visual dan lingkungan sekitar

sebagai media pembelajaran di kelas dengan

pengawasan guru dalam penggunaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

dilingkungan sekitar sekolah ada warung anak langsung

transaksi. Sebagian media sudah sesuai dengan siswa, ada yang

belum sesuai contohnya ada praktek yang menggunakan bahan

kimia itu uji lemak atau mengunakan larutan lebih beresiko

namun harus dengan pengawasan guru yang ketat..

(W1.KSc.09042019.2-4).

Ee ya ada mungkin kelebihan dan kelebihannya itu nganu..

tergantung pada si pengguna”. Tapi itu semua harus kita lakukan

kalau kelemahan dan kelebihan itu kan kalau kita gunakan

saling melengkapi to yaa pasti ada. (W3.KSd.30032019.5-6).

Kelebihan media pembelajaran yang sudah digunakan

adalah lebih mudah menerima pembelajaran, anak tidak

mudah jenuh belajarnya itu lebih betah. Kekurangan dari

media pembelajaran yang telah digunakan adalah

pengadaannya kadang ribet saat mempersiapkannya.

(W1.KSc.09042019.5-6).

Ee.. nek untuk kesesuainnya itu tergantung pada guru masing-

masing kemampuan guru saat mengajar masing-masing, itu juga

termasuk kecakapan dalam pengunaan media. Iyaa, tentu saja

media itu untuk banyak kegunaannya untuk mengeksplorasi

tentang kemampuan siswa itu memang yang harus kita

harapkan. Iya tentu saja, anak-anak supaya belajar komunikatif

juga. guru-guru biasanya nanti tanya jawab ke anaknya.

(W3.KSd.30032019.8-12) dan (W2.KSb.12042019.8-12).

Media yang digunakan bisa material dan wujud fisik atau

konkret”. (W1.KSc.09042019.9-10). Media yang dipakai

tergantung materi, kalau materinya tentang ragam budaya itu

bisa dipakai lagi tapi kalo materi tumbuh-tumbuhan pakai media

Media pembelajaran yang digunakan

memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu

anak dapat dengan mudah menerima

pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran, tetapi kadangkala media yang

digunakan seadanya.

Tujuan dari media pembelajaran ini agar

peserta didik dapat mengekplorasi

pengetahuan dan memjadi komunikatif.

Kepala sekolah mengungkapkan bahwa

media pembelajaran ini berupa material dan

konkret dan dapat mempermudah dalam

penyampaian materi pembelajaran sehingga

pembelajaran menjadi efektif dan siswa fokus

pada pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

asli itu sekali pakai.Media yang digunakan jelas dapat

mempermudah penyampaian materi. Ya tentu lebih mudah

lebih efektif, anak-anak lebih fokus lebih perhatian pada

pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

(W1.KSc.09042019.13-14) dan (W3.KSd.30032019.14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 4. Reduksi Hasil Observasi

REDUKSI HASIL OBSERVASI

SD Harapan Mulia

No Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan Kesimpulan

1.

Tersedianya media

pembelajaran adaptif

di setiap kelas

Tidak adanya perbedaan media pembelajaran

adaptif antara siswa yang tergolong berkebutuhan

khusus dengan siswa yang lainnya. Media

pembelajaran adaptif untuk semua siswa seperti

guru memanfaatkan proyektor yang terpasang

untuk menampilkan gambar-gambar, dan video,

media matematika.

SD Harapan Mulia tidak

menggunakan media pembelajaran

adaptif secara khusus untuk siswa

berkebutuhan khusus. Media

pembelajaran bersifat umum dan

digunakan oleh seluruh peserta didik.

2.

Kecocokan media

pembelajaran adptif

dengan materi

pembelajaran

Kecocokan media pembelajaran adaptif dengan

materi pembelajaran sudah terlihat.

Media pembelajaran adaptif yang

digunakan memiliki kesesuaian

dengan materi pembelajaran.

3.

Media pembelajaran

adaptif yang

digunakan menarik

dan ramah anak

Media pembelajaran adaptif yang digunakan

memiliki ukuran yang terlalu kecil, dan masih

ditempelkan di papan tulis dengan media yang

digunakan dan ramah anak

Media pembelajaran adaptif

pembelajaran yang digunakan

memiliki kesesuaian dengan materi

pembelajaran.

4.

Penerapan media

pembelajaran adaptif

dalam proses belajar

mengajar

Tidak semua pembelajaran menggunakan media

pembelajaran dan tidak selalu menggunakan media

pembelajaran

Guru tidak selalu menggunakan

media pembelajaran adaptif dalam

setiap kegiatan pembelajarannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

5.

Kelayakan media

pembelajaran adaptif

Media yang digunakan masih dapat dijangkau dan

seringkali media menggunakan alam sekitar

sebagai media pembelajaran.

Media pembelajaran adaptif yang

digunakan dalam pembelajaran masih

layak dan seringkali menggunakan

lingkungan sebagai media

pembelajaran.

6.

Penataan media

pembelajaran adaptif

yang digunakan

Penataan media pembelajaran kurang rapi dan

diletakkan ruang kelas.

Penataan media pembelajaran kurang

tertata rapi hal ini disebabkan karena

media pembelajaran adaptif yang

digunakan tidak permanen atau sekali

pakai.

7.

Petunjuk penggunaan

media pembelajaran

adaptif

Tidak ada petunjuk penggunaan media

pembelajaran Tidak terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Lampiran 5. Hasil Dokumentasi

HASIL DOKUMENTASI

No Aspek Daftar Dokumen Keterangan

Deskripsi Ya (√) Tidak (√)

1. Penerapan

Media

Pembelajaran

Adaptif

Media Kelas II √

Media pembelajaran adaptif di dalam kelas

terbilang minim.

Media Kelas VI

Terdapat media pembelajaran yang cukup

di dalam kelas baik di dinding kelas

maupun meja yang sengaja digunakan

dipakai untuk menyimpan media

pembelajaran.

Petunjuk penggunaan

media pembelajaran √

Tidak ada petunjuk penggunaan media

pembelajaran.

Ruang penyimpanan

media pembelajaran √

Media pembelajaran ada yang di simpan di

dalam ruang kelas dan perpustakaan tetapi

tidak tertata dengan rapi .

Surat Keputusan

(SK) pengadaan media

pembelajaran

Tidak ada surat keputusan pengadaan

media pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 6. Display Data Wawancara dan Observasi

DISPLAY DATA WAWANCARA DAN OBSERVASI

No. Aspek

Wawancara

Observasi

1. Penerapan media

pembelajaran adaptif

Keempat SD memiliki media pembelajaran

yang bersifat umum dan digunakan untuk

semua siswa. Guru kelas bawah

mengungkapkan bahwa terkadang

menggunakan media gambar, video atau

musik dengan LCD sebagai alat untuk

menjelaskan materi pembelajaran tetapi tidak

semua mata pelajaran dan siswa diajak untuk

mengamati benda konkret yang telah

disediakan oleh guru sesuai dengan materi

serta menggunakan lingkungan sekitar

sebagai media pembelajar.Guru

menggunakan media yang memiliki bentuk

fisik agar dapat dilihat oleh peserta didik dan

mengajak siswa untuk aktif dalam

pembelajaran.

SD Harapan Mulia tidak menggunakan

media pembelajaran adaptif secara khusus

untuk siswa berkebutuhan khusus. Media

pembelajaran bersifat umum dan digunakan

oleh seluruh peserta didik.Media

pembelajaran adaptif yang digunakan

memiliki kesesuaian dengan materi

pembelajaran.Media pembelajaran adaptif

pembelajaran yang digunakan memiliki

kesesuaian dengan materi pembelajaran.

Guru tidak selalu menggunakan media

pembelajaran adaptif dalam setiap kegiatan

pembelajarannya.

Media pembelajaran adaptif yang

digunakan dalam pembelajaran masih layak

dan seringkali menggunakan lingkungan

sebagai media pembelajaran.Penataan

media pembelajaran kurang tertata rapi hal

ini disebabkan karena media pembelajaran

adaptif yang digunakan tidak permanen

atau sekali pakai.

Keempat SD dalam pembelajaran

menggunakan media yang bersifat umum

digunakan untuk semua siswa. Guru kelas

atas menambahkan bahwa media tersebut

digunakan karena tingkat ABK yang berada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

di sekolah SD Harapan Mulia masih

tergolong ringan.

Guru kelas atas mengungkapkan bahwa

media yang digunakan dalam pembelajaran

memiliki keterkaitan antara materi

pembelajaran sehingga peserta didik dapat

memahami materi yang disampaikan dengan

menggunakan LCD untuk menampilkan

gambar, video bahkan film.Guru kelas atas

mengatakan bahwa dengan adanya media

pembelajaran siswa semakin memiliki rasa

ingin tahu dam memotivasi anak untuk lebih

giat belajar.

Tidak terlihat

Keempat SD tidak memiliki media

pembelajaran khusus untuk siswa yang

berkebutuhan khusus yang disediakan oleh

sekolah. Guru Pendamping Khusus

mengungkapkan bahwa media yang

digunakan dalam pembelajaran adalah

sumbangan daru Dikpora. Media yang

digunakan memiliki keterkaitan dengan

materi pembelajaran dan kadangkala

menggunakan lingkungan sekitar sebagai

media pembelajaran di kelas. Media yang

digunakan adalah media yang merangsang

motorik bagi siswa yang mengalami

kesulitan membaca seperti ayam-anyaman,

puzzle huruf, dan puzzle angka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Keempat SD merupakan sekolah salah satu

inklusi di kota Yogyakarta. Kepala sekolah

keempat SD mengungkapkan bahwa media

pembelajaran sangat dibutuhkan dalam

pembelajaran tetapi SD Harapan Mulia tidak

menyediakan media pembelajaran khusus

untuk siswa berkebutuhan khusus karena

kekurangan biaya. Kepala sekolah

menambahkan bahwa penggunaan media

pembelajaran harus sesuai dengan materi

pembelajaran. dengan adanya media

pembelajaran materi yang disampaikan dapat

diterima dengan mudah oleh siswa daripada

menggunakan ceramah. Media yang

digunakan umum untuk seluruh siswa. Guru

memanfaatkan media cetak, elektronik,

visual dan lingkungan sekitar sebagai media

pembelajaran di kelas dengan pengawasan

guru dalam penggunaannya. Media

pembelajaran yang digunakan memiliki

kelebihan dan kekurangan yaitu anak dapat

dengan mudah menerima pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran,

tetapi kadangkala media yang digunakan

seadanya. Tujuan dari media pembelajaran

ini agar peserta didik dapat mengekplorasi

pengetahuan dan memjadi komunikatif.

Kepala sekolah mengungkapkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

media pembelajaran ini berupa material dan

konkret dan dapat mempermudah dalam

penyampaian materi pembelajaran sehingga

pembelajaran menjadi efektif dan siswa

fokus pada pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Biodata Peneliti

Penulis bernama Novianti Pasuang, lahir di Rantepasang,

Sulawesi Selatan pada tanggal 09 November 1996.

Peneliti merupakan anak pertama dari 6 bersaudara dari

pasangan Yohanes Palalangan dan Damaris Pasuang.

Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD

Negeri Langda pada tahun 2009, kemudian peneliti

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Pelita Bangsa pada tahun 2012. Setelah menempuh pendidikan SMP, peneliti

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Katolik Makale dan

lulus pada tahun 2015. Setelah tamat SMA, peneliti melanjutkan pendidikan di

jenjang Perguruan Tinggi dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogykarta.

Selama menempuh pendidikan S1 di PGSD USD, peneliti mengkuti

berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan diri dalam kemampuan

bersosialisasi, bekerjasama dan berkomunikasi, berbagai macam kegiatan tersebut

antara lain sebagai Peserta Kursus Mahir Dasar (KMD) Pembina Pramuka., sebagai

Anggota Divisi Acara Sport League tahun 2016 dan Pelatihan Pengembangan

Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II serta English Club.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI