penggunaan dana zakat untuk istitsmĀr...

98
PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI) (Studi Komparatif Distribusi Zakat Menurut Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Adnan Rosid NIM: 11140430000015 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019M/ 1440H

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)

(Studi Komparatif Distribusi Zakat Menurut Wahbah al-Zuhaili dan

Yusuf al-Qaradhawi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Adnan Rosid

NIM: 11140430000015

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019M/ 1440H

Page 2: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

ii

PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)

(Studi Komparatif Distribusi Zakat Menurut Wahbah al-Zuhaili dan

Yusuf al-Qaradhawi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Adnan Rosid

NIM. 11140430000015

Di Bawah Bimbingan:

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 3: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan
Page 4: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan
Page 5: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

v

ABSTRAK

Adnan Rosid. NIM 11140430000015. PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK

ISTITSMĀR (INVESTASI) Studi Komparatif Distribusi Zakat Menurut Wahbah

al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi. Program Studi Perbandingan Mazhab,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1439 H/2018 M. Xv + 85 halaman

Proses pengelolaan dan penyaluran dana zakat di Indonesia memiliki dua

tujuan, yaitu untuk tujuan komsumtif dan produktif. Zakat sebagai dana konsumtif

artinya uang penerimaan zakat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari kaum dhuafa. Sedangkan untuk tujuan produktif, dana zakat dipakai sebagai

modal wirausaha dan pengembangan usaha yang dirintis oleh kaum dhuafa.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan hukum penggunaan dana zakat untuk

istitsmār (investasi) sebelum diterima oleh mustahiq menurut dua tokoh

kontemprer, yakni Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi. Wahbah al-

Zuhaili berpendapat, bahwa tidak boleh melakukan investasi terhadap harta zakat

ke dalam bidang apapun sebelum harta tersebut jatuh ke tangan mustahiq (al-milk

al-tam). Sedangkan Yusuf al-Qaradhawi berpendapat, bahwasanya boleh harta

zakat digunakan untuk investasi ke dalam bidang apapun asalkan dapat

mendatangkan manfaat di masa mendatang bagi mustahiq itu dibolehkan, karena

hasil yang didapati dari proses tersebut bisa melipatgandakan jumlah harta

sehingga nantinya kemanfaatanya kembali kepada para mustahiq dan daat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Penulis sependapat bahwa dana zakat itu dapat diinvestasikan, karena ketika

harta zakat tersebut diinvestasikan maka jumlah harta tersebut akan bertambah

sehingga nanti dapat mencukupi kebutuhan penerimanya. Akan tetapi,

diperbolehkan bilamana mendapatkan kerelaan dari mustahiq zakat.

Kata Kunci : Zakat, Investasi, Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al- Qaradhawi

Pembimbing : Dr. Umar Al-Haddad, M.Ag

Drs. Ahmad Yani, M.Ag

Page 6: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan
Page 7: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

vii

5. Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab,

Tak lupa pula kepada pimpinan perpustakaan yang telah menyediakan

fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan.

6. Orang yang banyak berjasa bagi penulis, yakni ayahanda tercinta Bapak

Matroji, dan ibunda tercinta Ibu Baidah, serta guru Bapak K.H Suherman

Mukhtar, S.HI, M.A.

7. Kepada teman-teman Pondok Pesantren Terbuka Gratis Al-Isyraq

Jakarta, teman-teman angkatan 2014 program studi Perbandingan

Mazhab dan seluruh pihak yang membantu dalam penilisan skripsi ini.

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan skripsi ini. Pada dasarnya, kritik dan saran yang membangun dapat

diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua orang. Aamin.

Jakarta, 10 Mei 2019

Adnan Rosid

Page 8: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv ........... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v v

KATA PENGANTAR........... ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. x

BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

F. Review Studi Terdahulu ................................................................................. 10

G. Metode Penelitian........................................................................................... 12

H. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 14

BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................................ 16

A. Zakat ............................................................................................................... 16

B. Investasi.......................................................................................................... 33

C. Distribusi ........................................................................................................ 38

BAB III : WAHBAH AL-ZUHAILI DAN YUSUF AL-QARADHAWI:

BIOGRAFI DAN KARYA ...................................................................................... 42

A. Wahbah al-Zuhaili .......................................................................................... 42

B. Yusuf Al-Qaradhawi ...................................................................................... 46

Page 9: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

ix

BAB IV : PERBANDINGAN PENDAPAT DAN ANALISIS ............................. 52

A. Hukum Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmār (Investasi) Menurut

Wahbah al-Zuhaili .......................................................................................... 52

B. Hukum penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmār (Investasi) Menurut

Yusuf Al-Qaradhawi ...................................................................................... 63

C. Perbandingan Pendapat dan Analisis ............................................................. 72

BAB V : PENUTUP ................................................................................................. 80

A. Kesimpulan .................................................................................................... 80

B. Saran ............................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 83

Page 10: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara

Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha غ

Page 11: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

xi

F Ef ف

Q Qo ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ء

Y Ya ي

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut :

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fathah ــــــــــ

I Kasrah ــــــــــ

U Dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

__ ي_ Ai a dan i

__ و_ Au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Page 12: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

xii

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi diatas ـــــا

Î i dengan topi atas ـــــى

Û u dengan topi diatas ـــــو

d. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf

alif dan lam (ال ) , dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti

huruf syamsiyyah atau huruf qamariyyah. Misalnya:

الإجثهاد= al-ijtihâd

الرخصة= al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

e. Tasydid (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah.

Tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah

ini terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah.

f. Ta Marbutah

Jika ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka

huruf ta marbutah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha).

Jika huruf ta marbutah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شريعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf kapital

Walau dalam bahasa Arab tidak dikenal adanya huruf kapital,

namun dalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai

Page 13: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

xiii

dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD). Perlu diperhatikan bahwa jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Misalnya, البخاري= al-Bukhari.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau

cetak tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama

yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialihaksarakan meski akar kata nama tersebut berasal dari bahasa

Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nur al-Din al-

Raniri.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism) atau huruf

(harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih

aksara dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضرورة تبيح المحظورات 1

al-iqtisâd al-islâmî الإقتصاد الإسلامي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah الأصل في الأشياء الإباحة 4

al-maslahah al-mursalah المصلحة المرسلة 5

Page 14: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-

Barakah atau keberkahan, al-Nama‟ atau pertumbuhan dan perkembangan,

al-Taharah atau kesucian, al-Ziyadah atau bertambah, dan al-Shalah atau

kemaslahatan. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama

mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan

yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama bahwa zakat merupakan

bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan

kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya

dengan persyaratan tertentu pula.1

Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental.

Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek Ketuhanan, juga ekonomi dan

sosial. Di antara aspek-aspek Ketuhanan (transendental) adalah banyaknya

ayat-ayat al-Qur’an yang menyebut masalah zakat, termasuk di antaranya

terdapat 82 ayat yang menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban

shalat secara bersamaan.2

Dalam hadits dijelaskan bahwa zakat merupakan salah satu pilar Islam:

دا راسول دا أان لا إلاوا إلا الله واأانا ماما م أان تاشها سلا تقيما الله ال ، وايتا إن استاطاعتا إلايو ، واتاجا الب ا انا ضا تاصوما راما اةا، وا ت ؤتا الزاكا ةا، وا لا الصا

3()رواه ومسلم بيل سا

1 Prof. K.H Didin Hafidhuddin, M. Sc. Membangkitkan Nilai-Nilai Zakat Untuk

Menyadarkan Umat, (Jakarta: FOZ, Dompet Dhuafa, Pemkot Padang, 2008), hal. 12 2 Abdul al-Hamid Mahmud al-Ba’iy, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syari‟ah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 16 3 Imam Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim (al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2010), juz. 1, h.

58, no. 8

Page 15: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

2

Artinya: “Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah,

bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, mengerjakan

shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan melaksanakan

haji ke baitullah jika kamu mampu melaksanakannnya“ (HR. Muslim)

Seseorang baru bisa dikatakan memeluk agama Islam bilamana ia sudah

membaca dua kalimat syahadat. Karena dua kalimat tersebut merupakan

mengandung sebuah persaksian dan bentuk pengakuan bahwasanya Allah

adalah Tuhan Yang Maha Esa serta mengakui bahwasanya Nabi Muhammad

SAW adalah utusan-Nya.

Bilamana salah seorang telah memeluk agama Islam, maka seseorang

tersebut harus mengaplikasikan kewajibannya sebagai muslim pada setiap

harinya. Kewajiban pertama yang harus dilakukannya adalah mendirikan

sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun

dalam keadaan apapun,

Setelah melaksanakan kewajiban mendirikan dan menjaga sholat lima

waktu tersebut, seorang muslim juga diwajibkan untuk berpuasa selama satu

bulan penuh di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah supaya dapat mendidik

kepribadian yang peka terhadap orang-orang yang tidak mampu dan

membentuk kepribadian hamba-hamba yang berkualitas dan bertakwa kepada

Allah SWT.

Kewajiban selanjutnya adalah menunaikan zakat dan menunaikan haji ke

tanah suci Mekkah dan Madinah. Kedua pilar Islam ini hanya berlaku bagi

seorang muslim yang memiliki harta. Adapun zakat berlaku bagi seorang

muslim yang hartanya telah mencapai nishabnya (kadar tertentu), baru ketika

itu diwajibkan baginya mengeluarkan zakat. Sedangkan dalam pelaksanaan

ibadah haji seorang muslim harus memiliki harta dan kemampuan dari segi

fisik dalam pelaksanaannya.

Zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di dunia,

sudah diyakini sebagai salah satu bagian pokok ajaran Islam yang harus

Page 16: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

3

ditunaikan.4 Dari aspek keadilan sosial (al-adālah al-ijtimā‟iyyah), perintah

zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan

dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Dengan

zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang

kaya dan miskin. Di samping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan

dan menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada

level sosial masyarakat.5

Mengenai pendistribusian harta zakat ini sudah dijelaskan oleh Allah

SWT dalam Q.S al-Taubah [9]: 60 yang berbunyi:

)٠(: ٩التوبة ) سورة)

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”. (Q.S al-Taubah (9): 60)

Ayat di atas telah menjelaskan bahwa setiap harta zakat yang dikeluarkan

oleh muzakki hanya wajib dialokasikan kepada delapan golongan mustahiq

yang telah ditentukan dalam ayat tersebut, tidak boleh ke dalam golongan

yang lain. Bilamana disalurkan juga ke selain delapan golongan tersebut,

maka zakatnya tidak sah, dan hanya dinilai sebagai sedekah biasa saja.

4 Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat; Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat

Asia Tenggara (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 3 5 Nuruddin Mhd. Ali. Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fiskal (Jakarta:

Rajawali Pers ) h.1-2.

Page 17: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

4

Banyak hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan zakat ini, di

antaranya adalah6, pertama dapat menjaga dan membentengi harta dari

jangkauan tangan-tangan pelaku kejahatan. Rasulullah SAW bersabda;

ء وا للبالا قاة، واأاعد دا اكم بلصا رضا اووا ما دا اة، وا نوا أامواالاكم بلزاكا ص حاعااءا 7)رواه الطبراني(الد

Artinya: “Bentengilah harta yang kalian miliki kalian dengan zakat, obatilah

orang-orang yang sakit di antara kalian dengan shadaqah, siapkanlah doa

untuk bala bencana.” ( HR. al-Thabrani )

Kedua, menolong orang-orang fakir dan orang-orang yang

membutuhkan. Zakat bisa membimbing tangan mereka untuk memulai

pekerjaan. Zakat juga bisa menolong mereka untuk menuju kehidupan yang

mulia jika mereka lemah. Zakat melindungi masyarakat dari penyakit fakir,

melindungi negara dari ketidakmampuan dan kelemahan. Kelompok

masyarakat bertanggung jawab akan jaminan terhadap orang-orang fakir dan

kebutuhan mereka. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda;

ع إنا اللاا ف اراضا عالاى أاغنيااء المسلمينا ف أامواالم قادرا الاذي ياساعروا ماا ياصناع أاغنيااؤىم، اعوا وا رااء إلا إذاا جا دا الفقا لان يها رااءاىم، وا ف قااب نكرا ب هم عاذا معاذ ديدا، وا اب شا ة حسا إنا اللاا مااسب هم ي اوما القيااما أالا وا

8.)جو الطبراني عن علي رضي الله عنهأخر (Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada orang-orang

muslim yang kaya terhadap harta mereka sesuai dengan kadar yang bisa

mencukupi orang-orang muslim yang fakir. Orang-orang fakir tidak akan

menderita ketika mereka lapar atau telanjang. Kecuali karena perbuatan

orang-orang kaya. Ketahuilah, Sesungguhnya Allah akan menghisab mereka

6 Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu; Penerjemah; Abdul Hayyie al-Kattani,

dkk ( Jakarta : Gema Insani ), jilid 3, h. 166-167. 7 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub al-Thabrani, al-Mu‟jam al-Kabir (Maktabah al-

Syamilah), juz 10, h. 128), (hadits ke 10196) 8 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub al-Thabrani , Al-Mu‟jam al-Awsath, (Maktabah al-

Syamilah), juz 4, h. 48 hadits ke 3579

Page 18: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

5

dengan keras dan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih.” (H.R al-

Thabrani dari Sayyidina Ali)

Ketiga, dapat mensucikan diri dari penyakit kikir dan bakhil,. Dengan

berzakat melatih seseorang untuk memberi kepada saudaranya yang

membutuhkan, dengan begitu sifat yang dimiliki setiap seseorang tersebut

sedikit demi sedikit nantinya akan terkikis, sehingga nanti dia akan akan

terbiasa menjadi seorang hamba yang suka memberi terhadap sesamanya.

Keempat, mengharuskan untuk bersyukur kepada Allah. Dengan zakat

yang dikeluarkan oleh seorang muzakki itu merupakan perwujudan rasa

syukur kepada Allah SWT atas nikmat harta yang telah Dia berikan. Maka

sebagian hartanya yang dikeluarkan tersebut untuk zakat nantinya akan

bertambah. Ini semakna dengan pengertian zakat secara bahasa berarti al-

ziyādah yang berarti bertambah.

Ibnu Taimiyah berkata , “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih

dan kekayaannya akan bersih pula: bersih dan bertambah maknanya. Arti

“tumbuh” dan “suci” tidak dipakaikan hanya buat kekayaan, tetapi lebih dari

itu, juga buat orang yang menzakatkannya9, hal tersebut sesuai dengan firman

Allah SWT Q.S al-Taubah (9): 103 yang berbunyi:

)١(: ٩التوبة ) سورة)

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S al-Taubah (9): 103)

Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya dengan seseorang berzakat dapat

membersihkan diri-diri mereka dari sifat kekikiran dan cinta yang berlebih-

9 H. Sulaiman Rasjid, al-Fiqh al-Islami (Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet. 45,

h. 192

Page 19: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

6

lebihan kepada harta benda, dan nantinya dapat menumbuhkan sifat-sifat

kebaikan dalam hati mereka.

Menurut ulama kontemporer Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya

Musykilah al-Faqr Wakayfa „Ālajah al-Islam, “Islam tidak menempatkan

masalah zakat sebagai urusan perorangan, melainkan sebagai salah satu tugas

pemerintahan Islam. Zakat bukanlah kewajiban individu yang

pelaksanaannya bergantung kepada hati nurani masing-masing. Akan tetapi

zakat adalah suatu kewajiban yang dilaksanakan di bawah pengawasan

negara, di mana negaralah yang mengatur sistem pemungutan dan

pendistribusian zakat itu”.10

Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2013

tentang Pengelolahan zakat, institusi yang diberikan amanat untuk

mengelolah zakat ialah Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS ), Lembaga

Amil Zakat ( LAZ ) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat

adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang bertugas membantu

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sedangkan Unit

Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk

membantu pengumpulan zakat. Adapun tujuan pengelolaan zakat menurut

Undang-Undang Nomor 23 Pasal 3 adalah agar mampu meningkatkan

efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu

meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dan penanggulangan kemiskinan.11

Proses pengelolaan dan penyaluran dana zakat di Indonesia memiliki dua

macam tujuan, yaitu untuk tujuan komsumtif dan produktif. Zakat sebagai

dana konsumtif artinya uang penerimaan zakat dipergunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari kaum dhuafa, seperti penyediaan makanan,

10

Yusuf al-Qaradhawi, Musykilat al-Faqr Wa Kayfa Ālajah al-Islam (Beirut; Muassasah

ar-Risalah, 1994), cet. 10, h. 80 11

Siti Masuko, “Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5

Page 20: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

7

minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan untuk tujuan produktif, dana

zakat dipakai sebagai modal pelatihan wirausaha dan pengembangan usaha

yang dirintis oleh kaum dhuafa. Dengan harapan dengan adanya pemanfaatan

zakat produktif adalah dapat meningkatkan pendapatan kaum dhuafa

sehingga kelak di masa mendatang mereka bukan lagi sebagai mustahiq lagi,

tetapi sudah menjadi muzakki. Oleh karena itulah sebabnya mengapa dana

zakat sebaiknya dipakai dalam kegiatan produktif bukan konsumtif karena

pada zakat produktif akan dapat menghasilkan manfaat jangka panjang yang

lebih baik bagi kaum dhuafa dibanding hanya pemenuhan kebutuhan sesaat.

Di antara program pendayagunaan zakat produktif ialah dengan

menginvestasikan dana zakat yang tersedia, diharapkan dengan adanya dana

yang diinvestasikan akan bermanfaat kepada mustahiq di masa yang akan

datang. Para ahli mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang

investasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) investasi adalah

penanaman uang atau model dalam suatu perusahaan atau proyek untuk

memperoleh keuntungan.12

. Alexander dan Sharpe (1997:1) mengemukakan

bahwa investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk

mendapatkan nilai di masa yang akan datang yang belum dapat dipastikan

bersarnya. Sementara itu Yogiyanto (1998:5) mengemukakan bahwa investasi

adalah penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan dalam produksi yang

efisien selama periode tertentu, Tandelinin ( 2001:4) mendefinisikan investasi

sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan

pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.

Dari berbagai definisi itu mengandung tiga unsur yang sama. Pertama,

pengeluaran atau pengorbanan sesuatu (sumber daya). Kedua , ketidakpastian

mengenai hasil (risiko). Ketiga, ketidakpastian hasil keuntugan atau

12

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi Luring Resmi Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 2016.

Page 21: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

8

pengembalian di masa mendatang.13

Selain dari sisi tersebut, terdapat juga

faktor ketidakpastian kerelaan dari mustahiq karena harta zakatnya yang

diinvestasikan tersebut. Bisa jadi di antara para mustahiq ada yang tidak rela

jika harta zakat itu diinvestasikan, karena demikian itu dapat mengurangi dan

mengulur waktu pendapatan harta zakat yang semestinya diterima oleh

mereka ketika itu.

Pada dasarnya, dalam hukum Islam bahwasanya seseorang tidak

diperbolehkan untuk mengembangkan harta yang dimiliki orang lain, kecuali

bilamana telah mendapatkan izin dari orang yang bersangkutan tersebut.

Kaidah fiqh menyatakan:

14 ل يوز لأحد أن يتصرف ف ملك الغير بل إذنو

Aritnya: “Tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk mendayagunakan harta

milik orang lain dengan tanpa izin dari orang yang bersangkutan.”

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai penggunaan dana zakat untuk investasi dengan judul

“PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)

(Studi Komparatif Distribusi Zakat Menurut Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf

al-Qaradhawi)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi permasalahan dalam

skripsi ini adalah konsep al-fauriyyah (segera) dalam hal pendistribusian

harta zakat kepada para mustahiq masih diperselisihkan keharusannya di

kalangan para ulama.

13

Muhammad Nafik HR, Bursa efek dan Investasi Syari‟ah (Jakarta: Serambi, t.th), h.

67 14

Abdul Aziz Muhammaz Azzam, al-Qawā‟id al-Fiqhiyyah (Kairo: Dar al-Hadits, 2005),

h. 505

Page 22: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

9

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasanya lebih jelas

dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Adapun pembatasan

masalah pada skripsi ini adalah “penggunaan dana zakat untuk istitsmār

(diinvestasikan) sebelum didistribusikan kepada para mustahiqnya menurut

Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi. Adapun melakukan investasi

harta zakat setelah diterima oleh para mustahiqnya tidak penulis bahas dalam

skripsi ini, karena menurut hemat penulis itu sudah hak masing-masing

mustahiq dalam mempergunakan harta tersebut untuk keperluannya masing-

masing, sehingga demikian itu sudah jelas hukum tentang kebolehannya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka setidaknya

penulis mendapatkan beberapa rumusan masalah dalam penelitian yang akan

dilakukan ini, yakni sebagai berikut:

Bagaimana hukum menggunakan dana zakat untuk istitsmār (investasi)

menurut Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan di atas, maka hasil penelitian

bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui hukum penggunaan dana zakat untuk investasi

menurut Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi.

b. Untuk Mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan Wahbah al-

Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi tentang hukum menggunakan dana

zakat untuk investasi.

c. Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan dana zakat jika

dinvestasikan.

d. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam

memperdayakan dana zakat untuk investasi.

Page 23: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapati dari hasil penelitian ini, yaitu bias

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Menambah wawasan mengenai pengembangan penyaluran zakat

melalui investasi.

b. Menambah wawasan mengenai hukum penyaluran dana zakat melalui

investasi dari perspektif ulama kontemporer.

c. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan

pendistribusian terhadap dana zakat, sehingga kedepannya nanti bisa

menjadi bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

F. Review Studi Terdahulu

1. Jurnal

Judul : Zakat sebagai sumber investasi

Nama Penulis : Djawahir Hejjaziey

Jurnal : Al-Iqtishād

No. Penerbitan: Vol III no.2

Tahun terbit : 2011

Jurnal ini menjelaskan tentang hakikat/ pengertian zakat, amil zakat dan

metode penyaluran zakat. Jurnal ini berdasarkan survei bahwa dalam

menyalurkan zakat hanya sedikit saja yang melalui Badan Amil Zakat.

Kebanyakan muzaki menyerahkan langsung kepada mustahik. Pada bagian

akhir jurnal dijelaskan motivasi pengembangan zakat yakni dengan cara

menginvestasikannya.

Jurnal ini sudah cukup jelas dalam memaparkan hasil penelitiannya

mengenai responden masyarakat dalam menyalurkan dana zakat di mana

tingkat responden masyarakat yang menyalurkan zakatnya melalui badan

Page 24: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

11

amil zakat masih rendah. Kebanyakan masyarakat masih menyalurkan

dana zakat kepada para mustahiq. Jurnal ini dengan jelas memaparkan

gagasan mengenai pendanaan dana zakat untuk investasi. Akan tetapi

jurnal ini tidak membahas secara lengkap aspek hukumnya baik hukum

islam maupun hukum positif.

2. Skripsi

Judul : PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI

PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF (Studi Kasus BAZIS

DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif)

Nama : Nur Addini Rahmah

Nim : 1111046300011

Prodi : KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

Tahun : 2015M/1437H

Skripsi ini memaparkan mengenai pemberdayaan dana zakat secara

produktif. Penulis memaparkan tentang pemberdayaan dan zakat produktif.

Dalam observasinya objek penulis ialah badan amil zakat infak dan

shadaqah ( BAZIS ) DKI. Penulis memaparkan data managemen BAZIS

DKI terhadap pengelolahan dana yang diterima. Penulis juga memaparkan

berbagai program BAZIS DKI Jakarta yang menerapakan pemberdayaan

secara produktif yang diharapkan mampun merubah mustahik menjadi

muzaki.

Namun skripsi ini belum menjelaskan secara detail mengenai aspek

hukum terhadap zakat produktif dan belum membahas tentang investasi

beserta aspek hukumnya jika dana zakat diinvestasikan.

Page 25: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

12

3. Skripsi

Judul : Zakat Sebagai Alternatif Penggalangan Dana Masyarakat Untuk

Pembangunan

Nama : Mustikorini Indrijatiningrum

Prodi : MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

Tahun : 2005

Dalam skripsi tersebut memaparkan tentang potensi zakat penghasilan

atau profesi yang dihasilkan yang dapat dihimpun oleh masyarakat

Indonesia serta penggunaannya untuk pembangunan. Sementara

bagaimana hukum Islam tentang penggunaan dana zakat untuk investasi

pembangunan tersebut tidak terlalu spesifik.

4. Skripsi

Judul : Pengelolaan Zakat Infak dan Shadaqah (Studi Kasus Pada Rumah

Zakat Indonesia.

Nama : Suharno

Prodi : MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

Tahun : 2010

Skripsi ini memaparkan mengenai pemberdayaan dana zakat secara

produktif. Penulis memaparkan tentang pemberdayaan dan zakat

produktif. Dalam observasinya objek penulis ialah badan amil zakat infak

dan shadaqah Rumah Zakat Indonesia. Dalam skripsi tersebut, penulis

membatasi permasalahannya hanya sebatas pengelolaan zakat di Indonesia

untuk pemberdayaan ekonomi umat, khususnya umat Islam. Sementara

bagaimana hukum dana zakat diproduktifkan ke dalam bidang-bidang

tertentu tidak terlalu dipaparkan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

deskriptif dan pendekatan perbandingan. Adapun pendekatam deskriptif

dilakukan dengan cara dengan mendeskripsikan data-data yang ada,

kemudian menganalisa dengan proporsional sehingga akan tampak jelas

Page 26: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

13

rincian jawaban dan persoalan yang berhubungan dengan pokok

permasalahan. Menurut Mardalis: “penilitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini, di dalamnya terdapat

upaya mendeskripsikan, mencatat analisis, menginterpretasikan kondisi-

kondisi yang saat ini terjadi atau ada.15

Sedangkan pendekatan perbandingan yang dilakukan dalam penulisan

skripsi ini adalah membandingkan pendapat dua ulama kontemporer saat

ini, yakni Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi tentang

penggunaan harta zakat untuk diinvestasikan.

2. Jenis penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam skripsi ini adalah pendekatan

normatif, pendekatan normatif ini disebut juga penelitian hukum yang

doktrinal. Karena pada penelitian hukum jenis ini acap kali dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berprilaku manusia yang dianggap pantas.16

Adapun kaitannya dengan

penelitian ini, yaitu hukum Islam (fiqh) yang bersumber dari al-Quran dan

al-Hadits yang kemudian diinterpretasikan oleh para ulama, sehingga

nantinya akan muncul beberapa pendapat dengan berbagai persamaan dan

perbedaan.

3. Metode pengumpulan data dan sumber data

a. Data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif, karena yang

menjadi objek dalam penelitian ini adalah konsepsi-konsepsi dalam

pemikiran seseorang atau banyak orang.

b. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan metode

kepustakaan (library research). Adapun sumber data dalam penelitian

ini penulis terbagi ke dalam dua jenis data, yaitu :

15

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

h. 25 16

Amiruddin, dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 118

Page 27: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

14

1) Data primer, yaitu data yang sengaja penulis kumpulkan secara

langsung dari kitab tafsir, kitab hadits, dan buku fiqh. Adapun

pengumpulan data yang dilakukan di sini yakni dengan melakukan

studi kepustakaan.

2) Data sekunder, yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah

buku-buku, jurnal-jurnal, surat kabar, media intermet, dan sumber

bacaan lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan pembahasan

skripsi ini.

4. Teknik penulisan skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta tahun

2017.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan

gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan, maka di sini penulis

dalam menyusun skripsi ini menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai

berikut.

Bab I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, review terdahulu dan sistematika

penulisan.

Bab II LANDASAN TEORITIS TENTANG INVESTASI DANA

ZAKAT. Bab ini memuat tentang pengertian zakat, pembahasannya meliputi

tentang pengertian zakat, dasar hukum zakat, mustahiq zakat, dan hikmah serta

manfaat zakat. Dibahas juga tentang investasi, yang meliputi tentang

pengertian investasi, pandangan islam tentang investasi, dan tujuan melakukan

investasi. Akan disajikan juga tentang distribusi, yang meliputi pengertian

distribusi, prinsip-prinsip distribusi, fungsi serta tujuan-tujuannya.

Page 28: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

15

Bab III WAHBAH AL-ZUHAILI DAN YUSUF AL-QARADHAWI:

BIOGRAFI DAN KARYA. Dalam bab ini akan disajikan tentang biografi

Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi. Pembahasan ini meliputi tentang

perjalanan hidup, riwayat pendidikan, dan karya-karya dari masing-masing

tokoh.

Bab IV PERBANDINGAN PENDAPAT DAN ANALISIS. Dalam bab ini

akan membahas tentang hukum penggunaan dana zakat untuk istitsmār

(investasi) menurut Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi, disajikan juga

nanti analisis penulis mengenai kedua pendapat tersebut mengenai masalah ini.

Bab V PENUTUP. Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran.

Page 29: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Zakat

Zakat secara etimologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

“berkembang”, “berkah”, “bertambahnya kebaikan”, dan terkadang diartikan

“menyucikan”.1 Ditinjau dari bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,

yaitu al-Barakah atau keberkahan, al-Nama‟ atau pertumbuhan dan

perkembangan, al-Taharah atau kesucian, al-Ziyadah atau bertambah, dan al-

Shalah atau kemaslahatan. Sedangkan secara terminologi, zakat adalah

jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam

dan diberikan kepada golongan-golongan yang berhak menerimanya menurut

ketentuan yang telah ditentukan oleh syara’, sebagai salah satu rukun Islam

yang mengatur harta yang wajib dikeluarkan kepada para mustahiq (orang

yang berhak menerima zakat).2

Adapun pengertian zakat menurut terminologis, hampir di setiap fuqaha

memiliki definisi tersendiri, antara lain:

Menurut Abdul Rahman al-Jaziri dalam kitab al-Fiqh alā Madzāhib al-

Arb‟ah, bahwa zakat adalah:

3 ةصوصمخطائرشبوقحتسملمخصوصالميكلتArtinya: “Penyerahan kepemilikan atas harta tertentu kepada orang orang

yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat yang ditentukan.

Menurut Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini dalam kitab Kifāyah al-

Akhyāar „alā Ghāyah al-Ikhtishār, zakat adalah

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi Luring Resmi Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 2016. 2 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008, Ed 4, h. 1569 3 Abdul Rahman al-Jaziri, al-Fiqh alā Madzāhib al-Arb‟ah (Qahirah: Dar al-Fikr, 2011),

juz. 2, h. 501

Page 30: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

17

النمدرقلسما

4 طائرشبمخصوصةافنصلرفصمخصوصيالم

Artinya: Sebutan bagi ukuran harta yang ditentukan kemudian harta tersebut

dialokasikan kepada orang-orang yang ditentukan dengan beberapa syarat.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi dalam kitabnya fiqh al-Zakah, zakat adalah

sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan

kepada orang-orang yang berhak menerimanya.5

Definisi yang luas lagi yang menjadi topik pembahasan penulis dalam

skripsi ini adalah pengertian zakat yang terdapat dalam UU No. 38 Tahun

1999 pada pasal 1 ayat 2 tentang Pengelolaan Zakat, yang berbunyi: “Zakat

adalah harta yang wajib disisihkan oleh orang muslim atau badan yang

dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya.”

Dari beberapa uraian definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan bilamana telah mencapai

ukuran dan masa yang telah ditentukan oleh Allah SWT, kemudian harta

tersebut nantinya diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya

sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam al-Quran.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan, dan

dinyatakan dalam al-Qur’an secara bersamaan dengan sholat sebanyak 82

ayat. Pada masa permulaan Islam di Mekah, kewajiban zakat ini masih

bersifat global dan belum ada ketentuan mengenai jenis dan kadar (ukuran)

harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Hal itu untuk menumbuhkan

kepedulian dan kedermawanan umat Islam. Zakat baru benar-benar

diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, namun ada perbedaan pendapat

4 Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad, Kifāyah al-Akhyāar „alā Ghāyah al-Ikhtishār

(Beirut: Dar al-Minhāj, 2008), h. 258

5 Yusuf al-Qaradhawi, fiqh al-Zakah (Beirut: Mu’assasāh al-Risālah, 1994), juz. 2, h. 38

Page 31: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

18

mengenai bulannnya. Pendapat yang masyhur menurut ahli hadits adalah

pada bulan Syawal tahun tersebut.6

Berikut ini sebagian ayat-ayat al-Quran dan Hadits yang dijadikan

sebagai dasar hukum diwajibkannya zakat;

a. Q.S al-Baqarah [2]: 110

)سورةالبقرة: []:)

Artinya: “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa

saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala

nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu

kerjakan.” (Q.S al-Baqarah [2]: 110)

b. Q.S al-Taubah [9]: 103

)(سورةالتوبة:))

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S al-Taubah [9]: 103)

c. Q.S al-Baqarah [2]: 277

البقرة )سورة[:])

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal

saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di

sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati.” (Q.S al-Baqarah [2]: 277)

6 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah

Thaharah Sholat Zakat Puasa dan Haji (Jakarta: Amzah, 2013), Cet. 3, h. 344

Page 32: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

19

d. Q.Sal-Taubah [9]: 34

[سورةالتوبة(:])

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar

dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar

memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi

(manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan

perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah

kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (Q.S al-

Taubah [9]: 34)

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menekankan kewajiban dalam

menunaikan zakat dalam beberapa sabdanya, antara lain:

بنموسى،قال:أخب رنحنظلةبنأبسفيان،عن ث ناعب يدالل حدع ابن عن خالد، بن رسولعكرمة قال قال: هما اللعن رضي مر،

الإسلامعلىخس:شهادةأنلاإلو صلىاللهعليووسلم"بن اللوال الزكاة، وإيتاء لاة، الص وإقام ، الل رسول دا مم وأن الل ،إلا ج

7)رواهالبخاري(" وصومرمضانArtinya: “ Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa berkata ia,

telah memberitakan kepada kami Hanzhalah bin Abi Sufyan dari „Ikrimah

bin Khalid dari Sayyidina Umar r.a berkata ia: telah bersabda Rasulullah

SAW: Islam itu didirikan atas lima pilar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, mendirikan

sholat, menunaikan zakat, menunaikan haji, dan puasa di bulan Ramadhan.

(H.R Bukhari)

عن حزة، أب بن شعيب أخب رن نفع، بن الكم اليمان أبو ث نا حدأب أن مسعود، بن بة عت بن الل عبد بن الل عب يد ث نا حد ، الزىري

7 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fi al-Bukhari,

Shahih Bukhari, (al-Qahirah: Dar at-Taufiq li at-Turats, 2012), juz. 1, h. 16

Page 33: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

20

ت وف ا لم قال: اللعنو، رضي وسلمىري رة عليو الله صلى الل رسولعمر ف قال العرب، من كفر من وكفر اللعنو، رضي بكر أبو وكانالله صلى الل رسول قال وقد الناس؟ ت قاتل كيف عنو: الل رضي

،فمنعليووسلم الل إلوإلا ي قولوا:لا :"أمرتأنأقاتلالناسحتالل على وحسابو و، بق إلا ون فسو مالو من عصم ف قد )رواه" قالا

8البخاري(Artinya: “ Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yamani (al-Hakam bin

Nafi‟), telah memberitakan kepada kami Syuaib bin Abi Hamzah dari al-

Zuhry, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdillah bin „Utbah

bin Mas‟ud bahwasanya Abu Hurairah berkata: Ketika Rasulullah SAW

wafat, sebagian orang Arab yang memeluk agama Islam menjadi kafir

(mengingkari kewajiban zakat), Sayyidina Umar bertanya kepada Sayyidina

Abu bakar al-Shiddiq: bagaimana bisa engkau memerangi mereka, padahal

Rasulullah SAW bersabda: aku diperintahkan untuk memerangi manusia

sampai mereka berkata bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Maka siapa saja

yang telah mengucapkan demikian, maka mereka telah selamat dariku dan

terjaga jiwa serta raganya, dan perhitungannya di sisi Allah SWT.” (H.R

Bukhari)

Kemudian dalam hadits selanjutnya dijelaskan:

حق الزكاة فإن والزكاة، لاة الص ب ي ف رق من لقاتلن والل ف قال:الله صلى الل رسول إل ي ؤدون ها كانوا عناقا من عون لو والل ال،

الم

منع على لقات لت هم وسلم عليو اللعنو: رضي عمر قال " »ها ف واللأنقدشرحاللصدرأببكررضياللعنو،ف عرفتأنو ماىوإلا

9)رواهالبخاري("الق

8 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fi al-Bukhari,

Shahih Bukhari, (al-Qahirah: Dar at-Taufiq li at-Turats, 2012), juz. 1, h. 334 9 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fi al-Bukhari,

Shahih Bukhari, (al-Qahirah: Dar at-Taufiq li at-Turats, 2012), juz. 1, h. 334

Page 34: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

21

Artinya: “Kemudian Sayyidina Abu bakar berkata, demi Allah! Akan aku

perangi orang-orang yang memisah-misahkan antara sholat dan zakat,

karena sesungguhnya zakat itu merupakan harta hak. Demi Allah!, jikalau

mereka mengingkari zakat pada masa pemerintahanku sementara dulu pada

masa Rasulullah SAW masih hidup mereka menunaikannya, niscaya akan

aku perangi mereka lantara karena mereka mengingkari zakat tersebut.

Sayyidina Umar pun berkata, Demi Allah! Allah SWT telah membukakan

mata hati Sayyidina Abu Bakar sehingga ia berbuat demikian, belakangan

setelah itu baru aku ketahui bahwasanya yang dilakukannya itu adalah

benar.” (H.R Bukhari)

Dari beberapa dalil di atas menunjukan bahwasanya zakat merupakan

suatu hal yang wajib dan sangat penting dalam Islam. Betapa tidak,

sebutannya pun dalam al-Quran selalu disandingkan dengan sholat,

menandakan bahwa sholat dan zakat merupakan kedua hal yang tidak bisa

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena sangat ditekankannya perintah

zakat ini, sampai-sampai sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq ingin memerangi

mereka lantaran enggan mengeluarkan zakat, dan apa yang dilakukannya itu

pun mendapatkan persetujuan pula dari sayyidina Umar bin Khattab.

Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera

disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah

disusun dalam program kerja. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para

mustahiq sebagaimana tergambar dalam Q.S at-Taubah [9] ayat 60,10

[سورةالتوبة(:]) Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

10

K.H Didin Hafidhuddin, Zakat Dalamm Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani,

2002), h. 132

Page 35: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

22

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana " (Q.S al-Taubah [9]: 60)

Dari keterangan ayat di atas, telah jelas bahwasanya orang-orang yang

berhak menerima zakat ada delapan golongan, yaitu fakir, miskin, amil zakat,

muallaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil:

a. Fakir

مري قفالو معقومعقي قئلابسكلاوالمولسيلن: وتايفكنا

11ونومةايفكوArtinya: “Orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan

yang dapat mencukupi kebutuhannya”. Menurut Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili fakir itu adalah seseorang yang

makanan, pakaian, dan tempat tinggalnya tidak tercukupi, seperti orang yang

membutuhkan sepuluh dalam setiap harinya, namun dia hanya memiliki tiga

saja.12

Dalam kitab Fiqh al-Muyassar dijelaskan bahwasanya orang-orang fakir

adalah orang yang tidak berharta dan orang yang tidak berpenghasilan, atau

punya harta atau punya penghasilan akan tetapi tidak mencukupi, seperti

orang yang membutuhkan sepuluh namun ia hanya memiliki dua.13

Misalkan, seseorang membutuhkan uang pada setiap harinya Rp. 100.000

untuk mencukupi kehidupannya, akan tetapi setelah ia kerja seharian mencari

uang hasil yang ia dapati kurang dari setengah yang ia butuhkan, seperti

hanya mendapatkan uang Rp. 30.000 untuk memenuhi kebutuhannya pada

hari itu, maka yang demikian itu masuk dalam kategori fakir dan berhak

baginya untuk menerima harta zakat.

11

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 106 12

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Kuala Lumpur: Darul Fikir, 2011),

juz. 3, h. 282 13

Zaid Husein al-Hamid, Fiqh al-Muyassar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1994), h. 194

Page 36: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

23

b. Miskin

لاووتاجحنامعقومعقي بسكوأالىملعردقن:ميكسمالو14ةيانثهدنعوةرشعلاجتينمكويفكي

Artinya: “Orang miskin adalah orang yang mampu dari segi harta dan

mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, namun belum mencukupi

kebutuhannya, seperti ia membutuhkan sepuluh sementara ia hanya memiliki

delapan saja”

Sebagian dari mereka memberi batasan, bahwa orang miskin itu adalah

mereka yang dapat memenuhi separuh kebutuhan atau lebih, adapun orang

fakir adalah mereka yang memiliki kurang dari separuh kebutuhannya.

Seperti seseorang yang dalam setiap harinya ia membutuhkan uang

Rp.100.000,., namun yang ia dapati kurang dari itu bahkan hanya

separuhnya.

c. Amil zakat

واعسكلامعالو واكالزذخلامملإاوثعب ي نموى: لاراشحوماسقة 15اضق

Artinya: “Amil zakat seperti halnya pengambil harta zakat adalah orang

yang diutus oleh imam (pemerintah) untuk mengambil zakat, membagika-

bagikan zakat, mengumpulkan zakat, bukan qadhi”.

Jadi amil merupakan bentuk mufrad dari amlilin adalah orang yang

ditunjuk dan ditugasi oleh penguasa (pemerintah) untuk mengumpulkan

zakat dari orang yang berhak membayar zakat, amil itu tersendiri bisa terdiri

dari orang miskin ataupun orang kaya hukumnya sama apabila tugasnya

sama-sama mengumpulkan zakat.

Amil bertugas mengatur organisasi dan administrasi zakat masyarakat,

yang meliputi;

14

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 106 15

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 106

Page 37: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

24

1) Mengumpulkan zakat, petugasnya biasa disebut Jubbah atau Su‟ah atau

Hasyarah.

2) Mendaftar dan mencatat para wajib zakat (muzakki) dan yang berhak

untuk menerima zakat (mustahiq). Petugas dalam bidang ini disebut

Katabah atau Hasabah.

3) Membagi-bagikan harta zakat, adapun petugasnya disebut Qasamah.

4) Menyimpan dan memelihara, petugasnya biasa disebut Hazanah atau

Hafazhah.16

d. Muallaf

مفلؤمالو ملاسإوائطعبعقوت ي فرشولوأةفي عضوتي نوملسأنة: 17هيغ

Artinya: “Orang yang masuk Islam yang masih lemah mental keislamannya,

atau orang Islam yang mempunyai wibawa yang dengan diberi zakat

diharapkan orang lain bisa masuk Islam”.

Muallaf itu bermacam-macam, pertama orang kafir yang diharapkan

masuk Islam. Oleh Nabi mereka diberikan zakat supaya hati mereka menjadi

lunak dan terdorong untuk masuk agama Islam, kedua orang kafir yang

dikhawatirkan membahayakan agama dan umat Islam. Mereka diberikan

zakat agar jangan menimbulkan bahaya.18

Adapun orang Islam yang masih lemah keislamannya, mereka pun

termasuk juga dalam golongan ini dan patut diberikan zakat, agar

keislamannya semakin teguh dan tidak tergoyahkan oleh bujuk rayu agama

lain yang ingin mengajaknya keluar dari agamanya.

16

Mila Sartika, Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan

Mustahuq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta, Jurnal Ekonomi Islam; La_Riba, no. 1 (Juli

2008), h. 81 17

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 106 18

Ibrahim Muhammad al-Jamal. ed, Fiqh al-Mar‟ah al-Muslimah, Penerjamah Anshori

Umar. Fiqh Wanita. Semarang: CV asy-Syifa’ , t.th, h. 500

Page 38: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

25

e. Riqab

المكابقالرو اطعي ف ةحيحصةابتكنوب ات : ونذبدهيسوأباتلمكىإني د وائقب لهديساةكزنملابوسكانكإنواءفلوانعزجعنو

19وكلىملعArtinya: “Budak-budak mukatab yang perjanjian kitabahnya sah. Budak

mukatab diberi atau tuannya atas izin dari mukatab akan sejumlah

tunggakan angsuran tebusan kemerdekaannya. Jika andaikan dia tidak

mampu melunasinya, sekalipun ia pandai bekerja, maka tidak boleh diberi

dari zakat tuannya, karena dirinya masih tetap milik sang tuan”.

Jadi budak mukatab itu adalah seorang budak yang dijanjikan akan

dibebaskan oleh tuannya bilamana si budak tersebut bisa mencarikan uang

sesuai apa yang dibutuhkan oleh tuannya tersebut.

Syarat memberikan zakat kepada seorang budak mukatab yaitu bahwa

keadaan seorang budak itu beragama Islam dan sedang membutuhkan zakat.

Pada zaman ini sudah tidak lagi ditemukannya budak secara hakikatnya,

karena demikian itu sudah dihapus dan diharamkan hukumnya pada hukum

Internasional.20

f. Gharim

اءفونعزجعنإويلطعي ف ةيصعميغلوسفن انلدتاسن:ممارلغاولحنإوائفولوتاجحعفديلابسلكاذإبوسكانكنإونيالد 21نيالد

Artinya: “Orang yang berhutang buat dirinya sendiri untuk kepentingan

yang bukan maksiat. Bilamana ia tidak mampu melunasi hutangnya,

sekalipun ia rajin bekerja, disebabkan karena pekerjaannya itu tidak bisa

19

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 106 20

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Dimasyqi: Dar al-Fikr, 1997),

Juz. 3, h. 1956 21

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 107

Page 39: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

26

menutupi kebutuhannya untuk melunasi hutangnya bila tiba saat

pembayarannya, maka diberilah sejumlah hutangnya”.

Berhutang ada tiga macam, yaitu;

1) Orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang berselisih.

2) Orang yang berhutang karena kepentingan dirinya sendiri pada keperluan

yang mubah atau pada keperluan yang tidak mubah, tetapi ia sudah

bertobat.

3) Orang yang berhutang karena menjamin hutang orang lain, sedangkan dia

dan orang yang dijaminnya itu tidak dapat membayar hutang.22

g. Sabilillah

23اينغولاوعوطتمادهلبمائقالوى:ولاللهيبسوArtinya: “Pejuang agama Allah sukarelawan sekalipun ia kaya”.

Sabilillah adalah bala tentara yang membantu dengan kehendaknya

sendiri, sedangkan dia tidak mendapatkan gaji yang ditentukan dan tidak pula

mendapatkan bagian dari harta yang disediakan untuk keperluan peperangan.

Kata Ibnu Asir, makna “sabilillah” adalah semua amal kebaikan yang

dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan hanya maknanya itu pada

peperangan saja.24

h. Ibnu Sabil

اهن ماحبمرفئسشنموأاةكالزدلب بازتمرافسموىل:ويبالسنابو 25بتنإلاإةيصعملرافسمالفلابوسكانكوةأىنزلولو

Artinya: “Seorang musafir yang melewati daerah zakat atau melakukan

perjalanan yang mubah dari suatu daerah zakat, sekalipun untuk rekreasi

atau ia rajin bekerja. Lain halnya bilamana seorang musafir itu melakukan

perjalanan maksiat, kecuali ia telah bertaubat”.

22

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 213-214 23

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 107 24

H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 214 25

Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h. 107

Page 40: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

27

Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili berpendapat dalam kitabnya, al-Fiqh al-

Islami wa Adillatuhu, beliau mengatakan;

كذ،إهدصقموبغلب اي لميبالسنبىاطعي ول،وهرفساجافتمانا 26ونطوافينغانك

Artinya: “Ibnu Sabil diberikan zakat sekira dengan zakat itu dapat

menyampaikan dirinya sampai ke tempat tujuannya. Apabila ia itu seorang

yang sangat butuh untuk melangsungkan perjalanan tersebut, sekalipun dia

orang yang kaya di tempat kelahirannya.”

Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua, yang paling popular yaitu

zakat fitrah yang setiap bulan Ramadhan kita tunaikan dalam bentuk

makanan pokok, dan zakat māl atau zakat harta yang dikeluarkan dengan

persyaratan-persyaratan tertentu.

1) Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim

ketika menjelang hari raya Idul Fitri yang berguna sebagai penyempurna

ibadah puasa. Membayar zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang

Islam baik laki-laki ataupun perempuan, tua, muda, kecil, besar, bahkan

kepada bayi yang baru lahir. Kewajiban ini menjadi tanggung jawab

kepala keluarga terhadap istri, anak, bahkan pembantu yang tinggal

bersama mereka.27

2) Zakat māl

Zakat māl adalah kadar harta kekayaan yang wajib dikeluarkan oleh

seseorang dari hartanya karena sudah mencapai haul dan nishabnya untuk

diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Sedangkan zakat Zakat māl dalam Ensiklopedia Islam adalah

sebagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib

26

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Dimasyqi: Dar al-Fikr, 1997), Juz.

3, h. 1957 27

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 207

Page 41: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

28

diberikan kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal

tertentu dan dimiliki selama jangka waktu tertentu pula.28

Macam-macam zakat māl, yaitu:

a) Hewan ternak, yaitu unta, sapi, kerbau, kambing, domba

Nishab dan zakat unta

Nisab Bilangan dan jenis zakatnya

5-9 1 ekor kambing (2 tahun lebih) atau 1 ekor domba (1 tahun lebih)

10-14 2 ekor kambing (2 tahun lebih) atau 2 ekor domba (1 tahun lebih)

15-19 3 ekor kambing (2 tahun lebih) atau 3 ekor domba (1 tahun lebih)

20-24 4 ekor kambing (2 tahun lebih) atau 4 ekor domba (1 tahun lebih)

25-35 1 ekor anak unta (1 tahun lebih)

36-45 1 ekor anak unta (2 tahun lebih)

46-60 1 ekor anak unta (3 tahun lebih)

61-75 1 ekor anak unta (4 tahun lebih)

76-90 2 ekor anak unta (2 tahun lebih)

91-120 2 ekor anak unta (3 tahun lebih)

121 3 ekor anak unta (2 tahun lebih)

Mulai dari 121 ini dihitung tiap-tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor

unta yang berumur 2 tahun lebih, dan tiap-tiap 50 ekor unta

zakatnya 1 ekor unta yang berumur 3 tahun lebih.

Nisab zakat sapi dan kerbau

Nisab Bilangan dan jenis zakatnya

30-39 1 ekor anak sapi atau seekor kerbau (2 tahun lebih)

40-59 1 ekor anak sapi atau seekor kerbau (2 tahun lebih)

60-69 2 ekor anak sapi atau seekor kerbau (1 tahun lebih)

70-… 1 anak sapi / 1 kerbau dan anak sapi / 1kerbau (2 thn lebih)

28

Dewan Direksi Ensiklopedi Islam, Zakat, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1994), jilid

5, h. 224

Page 42: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

29

Seterusnya tiap-tiap 30 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor sapi

atau kerbau umur 1 tahun lebih, dan tiap-tiap 40 ekor sapi atau

kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau umur 2 tahun lebih.

Nisab zakat kambing

Nisab Bilangan dan jenis zakatnya

40-120 1 kambing betina (2 tahun) atau 1 domba betina (1 tahun)

120-200 2 kambing betina (2 tahun) atau 2 domba betina (1 tahun)

201-399 3 kambing betina (2 tahun) atau 3 domba betina (1 tahun)

400-… 4 kambing betina (2 tahun) atau 4 domba betina (1 tahun)

Mulai dari 400 kambing, dihitung tiap-tiap 100 ekor kambing

zakatnya 1 ekor kambing atau domba umurnya sebagaimana

tersebut di atas dan seterusnya.

b) Zakat hasil pertanian, yaitu padi, jagung, gandum, biji-bijian, dan

buah-buahan yang mengenanyangkan.

Nisabnya 690 kg / 930 liter

Haulnya Setiap panen

Kadar

zakatnya

-5% jika pengairan sulit/memerlukan ongkos

-10% jika pengairan sulit/ tidak memerlukan

ongkos

c) Zakat hasil tambang, baik dalam rupa uang ataupun benda

Nisabnya Senilai 93,6 gram emas

Haulnya Satu tahun

Kadar zakatnya 2,5%

d) Zakat perusahaan dan perdagangan

Nisabnya Senilai 93,6 gram emas

Haulnya Satu tahun

Kadar zakatnya 2,5%

Page 43: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

30

e) Zakat rikaz (harta yang terpendam).

Nisabnya Senilai 93,6 gram emas

Haulnya Pada waktu ditemukan

Kadar zakatnya 20%

f) Uang simpanan, deposito, dan surat-surat berharga

Nisabnya Senilai 93,6 gram emas

Haulnya Satu tahun

Kadar zakatnya 2,5%

g) Zakat profesi

Nisabnya Senilai 93,6 gram emas

Haulnya Satu tahun

Kadar zakatnya 2,5%

Dalam penyaluran zakat, dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yakni

konsumtif dan produktif:29

1. Kebutuhan sesaat (konsumtif)

Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan sekali

atau sesaat saja, namun mempunyai arti bahwa penyaluran kepada para

mustahiq tidak disertai dengan target terjadinya kemandirian ekonomi

(pemberdayaaan) dalam diri mustahiq. Hal ini dilakukan karena

mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri.

2. Kebutuhan produktif (pemberdayaan)

Pemberdayaan adalah penyaluran zakat secara produktif, diharapkan

nantinya akan terjadi kemandirian ekonomi oleh para mustahiq. Dalam

29

Hertanto Widodo, Teten Kutiawan, Akuntansi dan Manajemen Keuangan Untuk

Organisasi Pengelola Zakat (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2011), h. 84

Page 44: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

31

pemberdayaan ini disertai dengan adanya pembinaan atas usaha yang

dilakukan.

Islam tidak sekedar mengatur secara rinci mengenai aturan

pengumpulan, pendistribusian zakat, dan tidak pula pembayarannya

untuk sekedar menolong fakir miskin semata, bahkan lebih dari itu.

Tujuan utamanya adalah agar manusia lebih tinggi nilainya daripada

harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan budak harta.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah

zakat. Karena zakat merupakan salah satu ibadah yang memiliki dimensi

ganda, yakni vertikal dan horizontal. Artinya secara vertikal, zakat sebagai

ibadah dan wujud ketaqwaan dan bentuk syukur seorang hamba kepada Allah

SWT atas nikmat berupa harta yang telah diberikan Allah kepadanya, serta

untuk mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam konteks inilah zakat bertujuan

untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi

rezki.

Sedangkan secara horizontal, zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan

sosial dan rasa kasih sayang di antara pihak yang mampu dan pihak yang

tidak mampu, dan dapat pula memperkecil problema dan kesenjangan sosial

serta ekonomi umat. Dalam konteks ini, zakat diharapkan dapat mewujudkan

pemerataan dan keadilan sosial di antara kehidupan manusia, terutama umat

Islam.30

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa tujuan dasar ibadah zakat itu

adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan seperti

pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. System distribusi zakat merupakan

solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut dengan memberikan bantuan

kepada orang miski tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-

atribut keduniawian lainnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat, tentang tujuan pengelolaan zakat:

30

Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), h. 42

Page 45: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

32

1. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

dengan tuntunan agama.

2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3. Meningkatnya hasil guna dan guna zakat.31

Dalam bukunya Fiqih Islami, Mohammad Rifa’i juga menyebutkan

beberapa hikmah zakat, di antaranya adalah32

;

a. Guna mendekat hubungan kasih sayang dan mencintai antara si miskin

dengan si kaya. Rapatnya hubungan tersebut akan membuahkan beberapa

kebaikan dan kemajuan, serta berfaidah bagi kedua golongan dan

masyarakat umum.

b. Sebagai instrumen syari’at Islam yang bersifat otoritatif kepada muzaki

(orang yang mengeluarkan zakat) untuk mengeluarkan sebagian hartanya

melalui amil lalu diberikan kepada yang berhak yang bersifat bantuan agar

dapat mengurangi beban hidupnya, sehingga terbebas dari problem

kefakiran dan problem lainnya yang memberatkan hidupnya seperti,

banyaknya hutang, kesulitan dalam perjalanan dan lain-lain. Dengan zakat

dapat menghindari kesenjangan sosial antara dua kelompok masyarakat

tersebut.

c. Sebagai pilar amal jam’i antara aghniya dengan para mujtahid dan da’i

yang sedang melaksanakan tugas paling utama dalam Islam sehingga

merasa tenang dalam menjalankan tugasnya dan keluarga yang

ditinggalkannya.

d. Sebagai alat yang sangat efektif untuk mengembangkan umat.

[سورةالنسآء(:])

Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat

kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya

31 Hamka dkk, Modul Penyuluhan Zakat (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, Depag

RI, 2012),h. 8 32

Mohammad Rifa’i, Fiqih Islami, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1978), h. 370

Page 46: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

33

kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir

siksa yang menghinakan.” (Q.S al-Nisa [4]: 37)

e. Menambah pendapatan Negara untuk melaksanakan proyek-proyek

sehingga berguna untuk masyarakat dan dapat mensejahterahkannya.

[سورةالشر(:])

Artinya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya

saja di antara kamu.” (Q.S al-Hasyr [59]: 7)

f. Untuk memberikan dukungan moral bagi orang-orang yang baru masuk

agama Islam sehingga mereka merasa dihargai sebagai anggota

masyarakat Islam.

g. Bersifat sosialistis, karena meringankan beban fakir miskin dan meratakan

nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.

B. Investasi

Investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan

dalam bahasa Inggris disebut dengan Invest. 33 Dalam pengertian kamus

Longman Dictionary of Contemporary English, kata invest dapat didefinisikan

sebagai “to use (money) to make more money out of something that will

increase in value”. Selanjutnya, kata investment diartikan sebagai “the act or

action of investing”.

Investasi di dalam teori ekonomi berarti penambahan terhadap stok modal

fisik, apakah itu melalui pembangunan rumah-rumah, pembuatan mesin,

pembangunan pabrik/kantor atapun penambahan terhadap persedian barang-

barang.34

Pengertian investasi secara bahasa adalah طلب الحصول علي الثمر (mencari

suatu pengahasilan berupa keuntungan), adapun menurut istilah investasi

33

Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal

Syariah Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 183 34

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah

(Jakarta: 2007), h. 7

Page 47: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

34

adalah sesuatu cara yang bisa membuat harta menjadi bertambah dari yang

sebelumnya.35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa investasi diartikan

penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan.36

Manan menyatakan, investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire

(memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment.37

Ismanthono mendefinisikan investasi adalah tindakan menanamkan uang

dalam bentuk uang tunai, aset, dan surat-surat berharga lainnya dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai pendapatan

dari investasi tersebut.38

Definisi investasi adalah menanamkan modal atau menempatkan aset, baik

berupa harta maupun dana, pada suatu yang diharapkan akan memeberikan

hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Atau

secara sederhana, investasi berarti merubah cashflow agar mendapatkan

keuntungan atau jumlah yang lebih besar di kemudian hari.39

Dari beberapa paparan definisi di atas dapat disimpulkan bahwasanya

investasi merupakan suatu penanaman sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan oleh seseorang pada saat ini sebagai modal melakukan

investasi, kemudian dikelola dan dikembangkan dengan tujuan harapan dapat

memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

35

Qasim Haji Ahmad, Istitsmār Amwāl al-Zakah wa Dauruhu fi Tahqiqi al-Fi‟liyyah al-

Iqtishādiyyah (T.tp.: al-Markaz al-Jami’, t.th.), 1 36

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi Luring Resmi Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 2016. 37

Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal

Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 183 38

Henricus W Ismanthono, Kamus Istilah Ekonomi Populer, (Jakarta: Kompas Media

Nusantara, 2006), h. 121 39

Dr. Muhammad Firdaus NH, Sistem Keuangan & Investasi Syariah, (Jakarta: Renaisan,

2005), h. 12

Page 48: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

35

Ada beberapa ayat di dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan sandaran

dalam melakukan investasi, antara lain:40

1. (Q.S al-Nisa [4]: 9)

[سورةالنسآء(:])

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar.” (Q.S al-Nisa [4]: 9)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita diperintahkan agar tidak

meninggalkan dzurriyah dhi‟āfa (keturunan yang lemah) di masa kedepannya,

yakni keturunan yang lemah atau tidak mampu. Supaya tidak terjadi demikian,

maka salah satu caranya adalah memperhatikan kesejahteraan mereka dengan

cara melakukan investasi harta supaya dapat diwariskan ke anak keturunan.

2. Q.S al-Hasyr [59]: 18

[سورةالشر(:])

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Hasyr [59]: 18)

Dalam lafazh waltanzhur nafsun mā qaddamat lighad dapat dipahami

bahwasanya kita diperintahkan supaya jangan hanya fokus terhadap kehidupan

akhirat saja, akan tetapi kita diperintahkan juga untuk memperhatikan

kehidupan duniawi kita di masa akan datang nanti. Salah satu usaha untuk

40

Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bank Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),

h. 30-32

Page 49: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

36

mempersiapkan masa yang akan datang supaya lebih baik lagi adalah dengan

cara menginvestasikan harta yang dimiliki.

3. (Q.S al-An‟ām [6]: 152)

النعامسورة)[:])

Artinya: “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara

yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah

takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,

Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan

penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar

kamu ingat.” (Q.S al-An‟ām [6]: 152) Ayat di atas tegas melarang kita untuk mendekati (mengembangkan) harta

anak yatim, kecuali bilamana harta milik anak yatim tersebut bisa diolah dan

kembangkan yang nantinya di masa mendatang berguna untuk mereka sendiri.

Begitu pula harta zakat, bilamana harta zakat itu diinvestasikan kepada

biadang-bidang yang dinilai bahwa harta zakat itu kedepannya dapat

berkembang, seperti dikembangkan dalam bidang usaha, berdagang,

pembangunan, dan lainnya, maka jalan menginvestasikan harta zakat itu

merupakan jalan yang baik, karena di masa mendatang akan merubah

seseorang yang awalnya menjadi mustahiq (penerima zakat) berubah menjadi

muzakki (pemberi zakat).

Setiap investor yang akan menginvestasikan hartanya dalam suatu bidang

yang dinilai akan menjanjikan keuntungan kedepannya pasti akan dihadapi dua

hal, yakni risiko dan return. Return atau keuntungan merupakan salah satu

faktor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas

Page 50: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

37

investasi yang dilakukannya. Sedangkan risiko adalah besarnya penyimpangan

antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian

yang dicapai secara nyata. 41 Oleh karena itu, semakin besar seorang investor

menginvestasikan hartanya tersebut, maka return yang akan didapatkannya

tersebut akan besar juga. Tetapi tidak menutup kemnungkinan bahwa di balik

keuntungan besar yang akan didapatkannya, pasti risiko yang akan dihadapinya

akan besar pula.

Dalam berinvestasi diharapkan akan suatu keuntungan. Namun

keuntungan tersebut tidak dapat menjadi suatu kepastian, karena adanya

risiko.42

Harapan untuk memperoleh keuntungan tersebut adalah suatu

kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang

dilakukan. Oleh karena itu, return dan risiko merupakan suatu hal yang mesti

diperhatikan oleh setiap seorang investor bilamana ingin melakukan investasi

terhadap harta bendanya.

Dalam investasi terdapat beberapa tujuan, di antaranya yaitu;

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

Setiap orang pasti ingin meningkatkan taraf hidup, atau setiap perusahaan

pasti ingin memajukan perusahaannya di masa yang akan datang. Oleh

karena itu, mereka melakukan investasi dengan tujuan akan mendapatkan

kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang atau

perusahaan dapat menghindarkan kekayaannya dari merosotnya nilai

dikarenakan inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang diberikan

kepada seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan investasi.43

41

Abdul Halim, Analisis Investasi (Depok: Salemba Empat, 2003),h. 38 42

Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Porto Folio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta: UPP

AMP YKPN, 2001), h. 150 43

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.

47

Page 51: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

38

C. Distribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) distribusi adalah

penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau beberapa

tempat.44

Distribusi berasal dari Bahasa Inggris yaitu distribute yang berarti

pembagian atau penyaluran. Sedangkan secara terminologi distribusi adalah

penyaluran (pembagian) kepada orang banyak atau beberapa tempat.

Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang keperluan

sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dan

sebagainya.45

Sedangkan pengertian distribusi menurut para ahli, antara lain:

Menurut Anaz Zarqa, sebagaimana pendapatnya dikutip oleh

Fathurrahman Djamil dalam bukunya Hukum Ekonomi Islam, bahwa

pengertian distribusi adalah suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara

individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain

seperti warisan, sedekah, wakaf, dan zakat.46

M Abdul Mannan mengungkapkan bahwasanya teori ekonomi modern

mengenai distribusi merupakan teori tentang menetapkan harga jasa

produksi, sehingga masalah distribusi perseorangam dapat dipecahkan

dengan cara sebaik-baiknya, setelah terlebih dahulu diteliti masalah

kepemilikan serta faktor-faktor produksi.47

Menurut ahli ekonomi, Sofjan Assaur dalam bukunya Manajemen

Pemasaran: saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang

memasarkan produk yang berpa barang atau jasa dari produsen kepada

konsumen.48

44

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http:

badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php, diakses pada tanggal 24/7/2019 pukul 17.27 WIB 45

W.H.S, Poerwadaminta, Kamus Umum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.

ke-7, h. 269 46

Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori, dam Konsep (Jakarta:

Sinar Grafika, 2013), h. 185 47

M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT Dana Bhakti

Wakaf, 1995),h. 113 48

Sofjan Assaur, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002),h. 181

Page 52: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

39

Jadi yang dimaksud dengan distribusi zakat merupakan penyaluran atau

pengalokasian harta yang lebih dan telah sampai waktunya yang dimiliki

seseorang untuk diberikan kepada (mustahiq) orang-orang yang berhak

menerimanya yang telah Allah SWT dalam al-Qur’an.

Munawwar Iqbal mengutip perkataan Muhammad Anas Zarqa dalam

bukunya Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy

mengungkapkan akan bahwasanya terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar

distribusi, yaitu tukar menukar, kebutuhan, kekuasaan, sistem sosial, dan nilai

etika. Karena pentingnya memelihara kelancaran distribusi agar terciptanya

sebuah perekonomian yang dinamis, adil, dan produktif, terdapat beberapa

prinsip distribusi dalam ekonomi Islam, yaitu:

1. Pemenuhan atas kebutuhan semua makhluk

2. Terbentuknya pengaruh positif dalam diri

3. Terciptanya kebaikan di antara sesama

4. Mengantisipasi perbedaan penyaluran pendapatan dan kekayaan

5. Memaksimalkan potensi kekayaan alam

6. Memberikan harapan pada orang lain melalui pemberian.49

Fungsi distribusi dilakukan oleh badan usaha atau perorangan sejak

pengumpulan barang dengan jalan membelinya dari produsen untuk disalurkan

ke konsumen, berdasarkan hal tersebut maka fungsi distribusi dapat dibagi

sebagai berikut:

a. Fungsi pertukaran, berkaitan dengan kegiatan pemasaran atau jual beli

barang atau jasa yang meliputi pembelian, penjualan, dan pengambilan

risiko untuk mengatasi risiko bisa dilakukan dengan menciptakan situasi dan

kondisi pergudangan yang baik, mengasuransikan barang dagangan yang

akan dan sedang dilakukan.

b. Fungsi penyediaan fisik, berkaitan dengan menyediakan barang dalam

jumlah yang tepat, mencakup dalam masalah pengumpulan, penyimpanan,

pemilahan, dan pengangkutan.

49

Munawwar Iqbal, Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy

(London: International Institute of Islamic Economis, 1986),h. 164-165

Page 53: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

40

c. Fungsi penunjang, ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya

memberikan fasilitas kepada fingsi-fungsi lain agar kegiatan distribusi dapat

berjalan dengan lancar, fungsi ini meliputi kekayaan, pembelanjaan,

penyebaran informasi, dan koordinasi.50

Aktivitas usaha distribusi ini dituntut untuk memenuhi hak dan

kewajiban yang diinginkan oleh syariat bagi konsumen dan produsen.

Dengan kata lain, aktivitas distribusi sebaiknya dengan motif dan tujuan

utama dari aktivitas produksi dan konsumsi, yaitu pemenuhan kebutuhan

masyarakat luas. Kebutuhan utama adalah kebutuhan dasar yang harus

menjadi prioritas yang utama untuk dipenuhi dari perekonomian yang

dijalankan oleh produsen, konsumen, dan distributor.51

Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai tujuan-tujuan yang

penting, diantaranya adalah:52

1. Pengembangan harta dan pembersihnya, karena pemilik harta ketika ia

menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib

maupun sunnah, maka demikian itu akan mendorongnya untuk

menginvestasikan hartanya sehingga tidak habis karena zakat.

2. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan

terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persuapan yang lazim untuk

melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi. Pada sisi lain,

bahwa sistem distribusi dalam ekonomi Islam dapat mengilangkan

faktor-faktor penghambat seseorang dari andil dalam kegiatan ekonomi;

dari hutang yang membebani pundak orang-orang yang berhutang atau

hamba sahaya yang terikat untuk merdeka.

3. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana tingkat

kesejahteraan ekonomi yang berkaitan dengan tingkat konsumsi.

Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan bentuk

50

Basu Swastha, Saluran Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 60 51

Ali Sakti, Analisis Teoritis Dalam Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Modern

(Jakarta, Pustaka Kautsar, 2009) h. 76 52

Yusuf al-Qaradhawi, Norma dan Ekonomi Sosial (Jakarta: Gema Insan Press, 2006),h.

20

Page 54: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

41

pemasukan saja, namun juga berkaitan dengan cara pendistribusiannya di

antara individu masyarakat. Oleh karena itu, kajian tentang cara distribusi

yang dapat merealisasikan tingkat kesejahteraan ekonomi terbaik bagi

umat yaitu keharusan dan keniscayaan.

Page 55: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

42

BAB III

WAHBAH AL-ZUHAILI DAN YUSUF AL-QARADHAWI: BIOGRAFI

DAN KARYA

A. Biografi Wahbah al-Zuhaili

Wahbah al-Zuhaili dilahirkan pada tahun 1932 M, bertempat di Dair

„Atiyah kecamatan Faiha, propinsi Damaskus Suriah. Nama lengkapnya adalah

Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili, anak dari Musthafa al-Zuhaili. Yakni,

seorang petani yang sederhana dan terkenal dalam keshalihannya. Sedangkan

ibunya bernama Hajjah Fatimah binti Mustafa Sa‟adah. Seorang wanita yang

memiliki sifat wara‟ dan teguh dalam menjalankan syari‟at agama.1

Wahbah al-Zuhaili adalah seorang tokoh di dunia pengetahuan, selain

terkenal di bidang tafsir beliau juga seorang ahli fiqh. Hampir dari seluruh

waktunya semata-mata hanya difokuskan untuk mengembangkan bidang

keilmuan. Beliau adalah ulama yang hidup di abad ke -20 yang sejajar dengan

tokoh-tokoh lainya, seperti Thahir Ibnu Asyur, Said Hawwa, Sayyid Qutb,

Muhammad Abu Zahrah, Mahmud Syaltut, Ali Muhammad al-Khafif, Abdul

Ghani, Abdul Khaliq dan Muhammad Salam Madku.2

Pendidikan masa kecil beliau diawali dari sekolah dasar (ibtidāiyah) yang

berada di kampungya sendiri, bersamaan dengan itu beliau juga belajar al-

Qur‟an yang juga masih berada di tanah kelahiranya. Pada tahun 1946 Wahbah

menyelesaikan pendidikan ibtidaiyah nya dan melanjutkan pendidikanya di

kuliah Sharī‟ah di Damaskus dan selesai pada tahun 1952. Karena

semangatnya dalam belajar dan kecintaannya terhadap ilmu, sehingga ketika

beliau pindah ke Cairo beliau mengikuti beberapa kuliah secara bersamaan,

yaitu di Fakultas Bahasa Arab al-Azhar University dan Fakultas Sharī‟ah di

Universitas „Ain Shām.3 Ketika itu beliau memperoleh ijasah :

1 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008), h. 174 2 Ardiansyah, Pengantar Penerjemah, dalam Badi al-Sayyid al-Lahham, Sheikh Prof. Dr.

Wahbah al-Zuḥailī: Ulama Karismatik Kontemporer – sebuah Biografi ( Bandung: Citapustaka

Media Perintis, 2010), 13.

Page 56: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

43

a. Ijazah Bahasa Arab dari Fakultas Sharī‟ah Universitas al- Azhar pada

tahun 1956. Ijasah Takhāṣuṣ Pendidikan dari Fakultas Bahasa Arab

Universitas al-Azhar pada tahun 1957

b. Ijazah Bahasa Arab dari Fakultas Sharī‟ah Universitas Ain Shām pada

tahun 1957.3

Dalam masa waktu lima tahun, beliau mendapat tiga ijazah yang kemudian

diteruskan ke tingkat pasca sarjana di Universitas Cairo yang berhasil ditempuh

selama dua tahun dan memperoleh gelar M.A pada tahun 1957 dengan tesisnya

yang berjudul “Al-Zirā’i fī al-Siyāsah al-Sharī’ah wa al-Fiqh al-Islāmī”.

Karena beliau merasa belum puas dengan pendidikanya, selanjutnya beliau

melanjutkan belajarnya ke program doktoral yang diselesaikanya pada tahun

1963 dengan judul desertasinya “Athār al- Ḥarb fī al- Fiqh al- Islāmī

Dirāsatān Muqārānatān” di bawah bimbingan Dr.Muhammad Salmān

Madhkūr.4

Pada tahun 1963 M, beliau diangkat menjadi dosen di Fakultas Shari‟ah

Universitas Damaskus dan menjadi wakil dekan secara berturut-turut,

kemudian menjadi Dekan, dan menjadi ketua jurusan Fiqh al-Islāmī wa

Madzāhabih di fakultas yang sama. Beliau mengabdi selama lebih dari tujuh

tahun, dan menjadi professor pada tahun 1975. Beliau dikenal sebagai seorang

yang ahli dalam bidang Fiqih, Tafsir dan Dirasah Islamiyah.5

Sebagai seorang guru besar, beliau seringkali menjadi dosen tamu di

sejumlah Universitas di negara-negara Arab, seperti pada fakultas Sharī‟ah,

serta fakultas Adab Pasca sarajana di beberapa tempat, yaitu Universitas

Khurtumi, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika yang ketiganya

berada di Sudan. Di samping itu, beliau juga turut memberikan khutbah sholat

3 Sayyid Muhammad „Alī Ayāzi, al-Mufassirun Ḥayātuhum wa Manāhijuhum (Teheran:

Wizānah al-Thaqāfah wa al-Inshāq al-Islām, 1993), 684-685 4 Ardiansyah, Pengantar Penerjemah, dalam Badi al-Sayyid al-Lahham, Sheikh Prof. Dr.

Wahbah al-Zuḥailī: Ulama Karismatik Kontemporer – sebuah Biografi ( Bandung: Citapustaka

Media Perintis, 2010), 13. 5 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr fī al- ‘Aqīdah wa al-Sharī’ah wa al-Manhaj

(Damaskus: Dār al-Fikr, 1998), 34

Page 57: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

44

jum‟at sejak tahun 1950 di masjid Uthman yang berada Damshiq dan masjid

al-Iman yang berada di Dār „Athiyyah, beliau juga menyampaikan ceramah di

masjid, radio, dan televisi, serta seminar-seminar dalam segala bidang

keilmuan.6

Sebagai seorang ulama dan pemikir islam, Wahbah al-Zuhaili juga aktif

dalam menulis artikel dan buku-buku yang jumlahnya hingga melebihi 133

buah buku. Bahkan, jika tulisan-tulisan beliau yang berbentuk risalah

dibukukan maka jumlahnya akan melebihi dari 500 makalah.7 Adapun karya-

karya beliau yang sudah terbit adalah sebagai berikut:

1. Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islāmi-Dirāsah Muqāranah, Dār al-Fikr,

Damaskus, 1963

2. al-Wasit fi Ushūl al-Fiqh, Universitas Damaskus, 1966

3. al-Fiqh al-Islāmi fi Uslub al-Jadid, Maktabah al-Hadits, Damaskus, 1967

4. Nazāriat al-Darūrāt al-Syar’iyyah, Maktabah al-Farabi, Damaskus, 1969

5. Nazāriat al-Damān, Dār al-Fikr, Damaskus, 1970

6. al-Usūl al-‘Ᾱmmah li Wahdah al-Din al-Haq, Maktabah al Abassiyah,

Damaskus, 1972

7. al-Alaqāt al-Dawliah fī al-Islām, Muassasah al-Risālah, Beirut, 1981

8. al-Fiqh al-Islām wa Adillatuhu, (8 Jilid ), Dār al-Fikr, Damaskus, 1984

9. Ushūl al-Fiqh al-Islāmi (2 Jilid), Dār al-Fikr, Damaskus, 1986

10. Juhūd Taqnin al-Fiqh al-Islāmi, Muassasah al- Risālah, Beirut, 1987

11. Fiqh al-Mawāris fi al-Shari’ah al-Islāmiah, Dār al-Fikr, Damaskus, 1987

12. al-Wasāyā wa al-Waqaf fi al-Fiqh al-Islāmi, Dār al-Fikr, Damaskus,

1987

13. al-Islām Din al-Jihād lā al-Udwān, Persatuan Dakwah Islam Antar

Bangsa, Tripoli, Libya, 1990

6 Ardiansyah, Pengantar Penerjemah, dalam Badi al-Sayyid al-Lahham, Sheikh Prof. Dr.

Wahbah al-Zuḥailī: Ulama Karismatik Kontemporer – sebuah Biografi (Bandung: Citapustaka

Media Perintis, 2010), 15. 7 Lisa Rahayu, “Makna Qaulan dalam al-Qur’an; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut

Wahbah al-Zuhailī” (Skripsi Sarjana, Fakutas Ushuluddin Univesitas UIN SUSKSA Riau,

Pekanbaru, 2010), hlm. 18

Page 58: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

45

14. al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, (16 jilid),

Dār al-Fikr, Damaskus, 1991

15. al-Qisah al-Qur’āniyyah Hidāyah wa Bayān, Dār Khair, Damaskus, 1992

16. al-Qur’ān al-Karim al-Bunyātuh al-Tasri’iyyah aw Khasāisuh al

Hasāriyah, Dār al-Fikr, Damaskus, 1993

17. al-Ruẖsah al-Syari’ah-Aẖkāmuhu wa Dawabituhu, Dār al-Khair,

Damaskus, 1994

18. Khasāis al-Kubra li Hūquq al-Insān fī al-Islām, Dār al-Maktabi,

Damaskus, 1995

19. al-Ulūm al-Syari’ah Bayān al-Wahdah wa al-Istiqlāl, Dār al-Maktabi,

Damaskus, 1996

20. al-Asas wa al-Masādir al-Ijtihād al-Musytarikah Bayān al-Sunah wa al-

Syiah, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1996.

21. al-Islām wa Tahadiyyah al-‘Asr, Dār al-Maktabi, Damaskus,1996

22. Muwajāhah al-Ghazu al-Taqāfi al-Sahyuni wa al-Ajnābi, Dār al Maktabi,

Damaskus,1996

23. al-Taqlid fi al-Madhahib al-Islāmiah inda al-Sunah wa al-Syiah, Dār al-

Maktabi, Damaskus, 1996

24. al-Ijtihād al-Fiqhi al-Hadits, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1997

25. al-Urūf wa al-Adah, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1997

26. Bay al-Asam, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1997

27. al-Sunnah al-Nabawiyyah, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1997

28. Idārah al-Waqaf al-Kahiri, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1998

29. al-Mujādid Jamaluddin al-Afghani, Dār al-Maktabi, Damaskus, 1998

30. Taghyir al-Ijtihād, Dār al-Maktabi, Damaskus, 2000

31. Tatbiq al-Syari’ah al-Islāmiah, Dār al-Maktabi, Damaskus, 2000

32. al-Zirā’i fi al-Siyāsah al-Syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islāmi, Dār al

Maktabi, Damaskus, 1999

33. Tajdid al-Fiqh al-Islāmi, Dār al-Fikr, Damaskus,2000

34. al-Taqāfah wa al-Fikr, Dār al-Maktabi, Damaskus, 2000

Page 59: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

46

35. Manhāj al-Da’wah fi al-Sirāh a-Nabawiyah, Dār al-Maktabi, Damaskus,

2000

36. al-Qayyim al-Insāniah fi al-Qur’ān al-Karim, Dār al-Maktabi, Damaskus,

2000

37. Haq al-Hurriah fi al-‘Alām, Dār al-Fiqr, Damaskus, 2000

38. al-Insān fi al-Qur’ān, Dār al-Maktabi, Damaskus, 2001

39. al-Islām wa Usūl al-Hadārah al-Insāniah, Dār al-Maktabi, Damaskus,

2001

40. Usūl al-Fiqh al-Hanafi, Dār al-Maktabi, Damaskus, 2001.

B. Biografi Yusuf Al-Qaradhawi

Yusuf al-Qaradhawi lahir di Shafth Turab, Kairo, Mesir, September 1926

adalah salah seorang cendikiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia dikenal

sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Beliau merupakan seorang

pemikir, sarjana, dan intelek kontemporer yang tidak asing lagi di dunia Islam.

Selain sebagai seorang Mujtahid, ia juga dipercaya sebagai seorang ketua

majelis fatwa. Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai

bahan rujukan atas permasalahan yang terjadi.

Nama lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. al-

Qaradhawi merupakan nama keluarganya. Nama ini diambil dari sebuah daerah

yang bernama al-Qardhah. Dinisbatkan kepada keturunanya. Kampungnya

terdapat makam sahabat nabi yang meninggal di Mesir, yaitu Abdullah bin

Harits bin Juz al-Zubaidi, di kampung inilah beliau tinggal dan wafat pada

tahun 86 H, sehingga hingga kini makamnya sangat dimuliakan dan para

penduduk kampung amat berbangga dengannya. Hal ini telah dinyatakan oleh

pengkaji sejarah seperti Ibnu Hajar ketika menceritakan kisah sahabat ini.8

Yusuf al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat beragama. Ketika ia

berusia dua tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak yatim ia hidup dan

diasuh oleh pamannya yang bernama Ahmad. Ia mendapat perhatian yang

8 Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhāwi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 4

Page 60: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

47

cukup besar dari pamannya, sehingga ia menganggap pamannya itu sebagai

orang tuanya. Seperti keluarganya, keluarga pamannya pun taat menjalanka

agama Islam. Sehingga ia terdidik dan dibekali dengan berbagai ilmu

pengetahuan agama dan syariat Islam.9

Ketika berusia 5 tahun, Yusuf telah diantar ke Kuttab di kampungnya untuk

menghafal al-Qur‟an. Sampai usianya 7 tahun, beliau dimasukkan ke sekolah

Madrasah Ibtidaiyah yang diurus oleh Kementerian Pendidikan. Di sekolah

inilah beliau belajar matematika, sejarah, kesehatan, dan lain-lain. Yusuf sejak

kecil mendapatkan pendidikan secara formal melalui sekolah kerajaan dan

pendidikan agama (al-Kuttab). Yusuf menyebutkan “sebelum usia saya

mencapai 10 tahun, saya telah dikaruniakan oleh Allah dengan dapat

menamatkan hafalan al-Qur‟an sepenuhnya bersama hukum-hukum Tajwid”.10

Bukan hanya itu, kefasihan dan kebenaran tajwid serta kemerduan qira’atnya

menjadikan ia sering disuruh menjadi imam masjid.11

Setelah menamatkan pendidikan di Ma‟had Tsanawi, Qardhawi kemudian

melanjutkan ke Universitas al-Azhar Fakultas Ushuluddin dan lulus tahun 1952.

Tetapi gelar doktornya baru ia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi Zakat

dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan, yang kemudian

disempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif

membahas persoalan zakat dengan nuansa modern.

Sebab keterlambatannya meraih gelar doctor, karena dia sempat

meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa

menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas Syari‟ah

di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian

9 Yusuf Qardhawi, Pasang Surut Gerakan Islam, terj; Faruq Uqbah, Hartono, (Jakarta:

Media Dakwah, 1987), Cet. ke-1, h. 153 10

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhāwi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 20 11

Yusuf Qardhawi, Fatwa Qardhāwi, terjemahan, H. Abdurrachman Ali Bauzir

(Surabaya: Risalah Gusti), Cet. ke-1, h. 22

Page 61: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

48

Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapatkan kewarganegaraan Qatar dan

menjadikan Dokha sebagai tempat tinggalnya.12

Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam “pendidikan”

penjara sejak mudanya. Saat Mesir dipegang oleh raja Faruq, dia masuk bui

tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam

pergerakan Ikhwanu al-Muslim. April 1956 ia ditangkap lagi saat terjadi

Revolusi Juni di Mesir, bulan Oktober kembali lagi ia mendekam di penjara

militer selama dua tahun. Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang

berani sehingga sempat dilarang menjadi khatib di sebuah masjid di daerah

Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum

tentang ketidakadilan rezim saat itu. 13

Yusuf al-Qaradhawi banyak tertarik kepada tokoh-tokoh Ikhwanu al-Muslim

yang lainnya karena fatwa dan pemikirannya yang kokoh dan mantap. Di antara

tokoh tersebut adalah Bakhi al-Khauli, Muhammad al-Ghazali, dan Muhammad

Abdullah Darras. Ia juga kagum dan hormat kepada Imam Mahmud Syaltut

mantan RektorAl-Azhar dan Abdul Hakim Mahmud sekaligus dosen yang

mengajarnya di fakultas Ushuluddin dalam bidang filsafat. Yusuf al-Qaradhawi

kepada tokoh di atas namun tidak sampai melenyapkan sikap kritis yang

dimilikinya, beliau pernah berkata;

“Termasuk karuina Allah SWT kepada saya, bahwa kecintaan saya kepada

seorang tokoh tidak membuat saya taqlid kepadanya. Karena saya bukan

lembaran copiyan dari orang-orang terdahulu. Tetapi saya mengikuti ide dan

pola prilakunya, hanya saja hal ini bukan merupakan penghalang bagi saya

untuk mengambil manfaat dari pemikiran-pemikiran mereka”14

Yusuf Al-Qardhawi adalah seorang ulama yang tidak menganut suatu

mazhab tertentu. Dalam bukunya al-Halal wa al-Haram ia mengatakan, “saya

tidak rela rasioku terikat dengan satu mazhab dalam seluruh persoalan,

kesalahan besar bila hanya mengikuti satu mazhab”. Ia berpendapat dengan

12

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhawi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 20-21 13

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhawi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 22 14

Lihat dalam Ensiklopedi Hukum Islam (5), (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996),

Cet. ke-1, h. 1449

Page 62: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

49

ungkapan Ibnu Juz‟i tentang dasar muqallid yaitu tidak dapat dipercaya tentang

apa yang diikutinya itu dan taqlid itu sendiri sudah menghilangkan rasio, sebab

rasio itu diciptakan untuk berfikir dan menganalisa, bukan untuk semata-mata

taqlid. Sungguh aneh sekali bilamana ada seseorang diberi lilin tetapi ia berjalan

dalam kegelapan.15

Menurut Yusuf al-Qardhawi para imam yang empat sebagai tokoh pendiri

mazhab-mazhab popular di kalangan umat Islam tidak pernah mengharuskan

mengikuti salah satu mazhab. Semua mazhab itu tidak lain hanyalah hasil ijtihad

para imam. Para imam tidak pernah mendewakan dirinya sebagai orang yang

Ishmah (terhindar dari kesalahan). Menurutnya tidak pantas seorang muslim

yang berpengetahuan dan memiliki kemampuan untuk menimbang dan menguji,

malah ia terikat pada satu mazhab atau tunduk kepada pendapat seorang ahli fiqh

yang seharusnya ia menjadi tawanan hujjah dan dalil.16

Yusuf al-Qaradhawi memiliki tujuh orang anak, empat putri dan tiga putra.

Sebagai ulama yang terbuka, dia membiarkan anak-anaknya untuk menuntut

ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka serta kecenderungan

masing-masing. Hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus

ditempuh anak-anaknya. Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika

dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor

dalam bidang kimia dari Inggris, sementara putri yang ketiganya masih

menempuh pendidikan S3. Adapun putrinya yang keempat telah menyelesaikan

pendidikan S1-nya di Universitas Texas, Amerika. Anak laki-laki yang pertama

menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang keduanya belajar

di Universitas Darul „Ulum, Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan

kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.17

15

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj; H. Mu‟ammal Hamidy,

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976), Cet. ke-1, h. 4 16

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj; H. Mu‟ammal Hamidy,

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976), Cet. ke-1, h. 5 17

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhawi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 22

Page 63: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

50

Jika dilihat dari beragam pendidikan anak-anaknya, maka orang-orang bisa

membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Di

antara tujuh anak-anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul „Ulum,

Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya mengambil

pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah,

karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu

secara dikotomis. Semua ilmu bisa dicari, baik yang Islam maupun yang umum,

hanya saja tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya.

Pemisahan ilmu secara dikotomis itu menurut Qardhawi telah menghambat

kemajuan umat Islam.18

Sebagai seoarang ulama dan cendekiawan besar berkaliber Internasional,

beliau mempunyai kemampuan ilmiah yang sangat mengagumkan. Beliau

termasuk seorang pengarang yang produktif. Telah banyak karya ilmiah yang

dihasilkannya baik berupa buku, artikel, maupun hasil penelitian yang tersebar

luas di dunia Islam. Tidak sedikit pula yang sudah diterjemahkan ke dalam

berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Di antara karya-karya beliau yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu :19

a. Al-Khashooiish Al-Islam Li Al-Islam, Dialih bahasakan dengan judul

“Karakteristik Islam (Kajian Analitik).” Buku ini membahas bahwa Islam

merupakan ajaran yang diturunkan untuk Rahma li al-‘Alamin.

b. Fii Fiqh al-Auliyyā al-Diraasah Jadiidah Fii Dhau’i al-Qarani wa al-

Sunnah, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam judul “Fiqh Prioritas

(Urutan Amal yang Tertentu).” Buku ini membahas tentang persoalan hukum

Islam yang diprioritaskan atau diutamakan dari yang lainnya dengan

argumentasi beliau yang kokoh dan kuat.

18

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhawi. Alih Bahasa Samson Rahman,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 22 19

Muslim, ”Pemikiran Yusuf Al-Qardhawi Tentang Zakat Investasi Dalam Perspektif

Hukum Islam, Riau.” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasyim Pekan Baru, 2011), h. 19-20.

Page 64: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

51

c. al-Fatwa Baina al-Indhibath wa al-Tassayyub, diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia dengan judul “Konsep dan Praktek Fatwa Kontemporer

(Antara Prinsip dan Penyimpangan).”

d. Ghairu al-Muslim Fi al-Mujtama’ al-Islam, dialih bahasakan dengan judul

“Minoritas Non-Muslim di dalam Masyarakat Islam”. Di dalam buku ini

beliau membahas tentang hak-hak non-Muslim di sebuah komunitas

masyarakat Muslim.

e. al-Ijtihad Fi Syari’ah al-Islamiah, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan judul “Ijtihad Dalam Islam.” Dalam buku ini beliau menganjurkan

bahwa ijtihad merupakan jalan yang akan membimbing manusia kejalan yang

lurus asal dilakukan dengan ijtihad yang benar dan tepat.

f. Fiqh al-Zakah, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul

“Hukum Zakat”. Dalam buku ini diterangkan Mengenai zakat itu dalam sudut

pandang hukum Islam.

g. Min Fiqh al-Daulah Fi al-Islam, Dar al-Qiyam wa al-Akhlaq Fi al-Iqtishadi

al-Islami, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “Norma dan

Etika Ekonomi Islam). Dalam buku ini Yusuf Al-Qardhawi mengulas secara

jelas berdasarkan nash-nash tentang ekonomi Islam.

h. Di samping itu masih banyak lagi buku-buku yang ditulis oleh Yusuf Al

Qardhawi ini di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang belum

diketahui secara rinci oleh penulis.

Page 65: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

52

BAB IV

PERBANDINGAN PENDAPAT DAN ANALISIS

A. Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmār (Investasi) Menurut Wahbah al-

Zuhaili

Dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili

beliau mengatakan:1

برملاو اني رقوعمنمويقلصفالإفرلص لولصفو لصهن ر؛ عفدااةزكالص فرصري ختةي يالاتيعمجللصزويلويلع.....ووتاجح .رولصفىالعباجواةكالصزعفدن؛لةيعمالابسرلوددميصرك

Artinya: “Adapun perintah dengan memberikannya kepada orang-orang fakir

dan orang-orang yang bersamanya ada indikasi langsung (segera), karena

zakat adalah untuk menolak kebutuhannya….berdasarkan hal ini maka tidak

boleh bagi oranisasi-organisasi sosial mengakhirkan penyaluran zakat sebagai

akun yang dapat diputar untuk kalkulasi suatu organisasi, karena bahwasanya

dalam penyaluran zakat wajib untuk disegerakan”.

Berdasarkan pernyataan di atas telah jelas bahwasanya Wahbah al-Zuhaili

tidak membolehkan harta zakat untuk diinvestasikan, karena demikian itu

berlawanan dengan asal dalam penyaluran zakat yaitu al-fauriyyah (segera).

Pernyataan ini didasari dengan firman Allah SWT Dalam Q.S al-An‟am [6]:

141 Allah SWT berfirman:

([:النعام]سورة)

Artinya: “Tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan

kepada fakir miskin);.” (Q.S al-An‟am[6]: 141)

Dalam kutipan ayat di atas jelas memerintahkan bahwa zakat dikeluarkan

ketika masa panen. Ini mengisyaratkan jika harta zakat itu sudah terkumpul,

1 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Dimasyqi: Dar al-Fikr, 1997), Juz.

3, h. 1813-8181

Page 66: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

53

maka harus diberikan kepada para mustahiq, tidak boleh diinvestasikan.

Karena yang demikian itu dapat menunda hak harta yang akan mereka

dapatkan.

Selain karena alasan dapat menunda hak mereka, Wahbah al-Zuhaili tidak

membolehkan melakukan investasi harta zakat dikarenakan tidak adanya al-

milk al-tam (kepemilikan yang sempurna) sebab tidak ada akad wakalah

(penyerahan) terlebih dahulu oleh para mustahiq.

ةكالالصزوامأنلمامعموأانبماءنبابهسفن بموقت نأيةعملزويلوعهبرفرلص الا اةالصكولذإيقحتلمسى نمةيعمللصدى ىاافيقحتمسالص

2

Artinya:“Tidak boleh bagi suatu perkumpulan bahwa mereka mendirikan

dengan kepentingan mereka sendiri, seperti mendirikan bangunan, atau

membelanjakan harta zakat dan mendayagunakannya supaya dapat

berkembang dan nanti keuntungannya dapat diberikan kepada para mustahiq.

(tidak dibolehkan) karena tidak adanya akad wakalah yang dilakukan oleh

perkumpulan tersebut dengan para mustahiq pada masalah ini.”

Dari pendapat Wahbah al-Zuhaili di atas dapat dipahami, bahwasanya

tidak diperbolehkan mendayagunakan harta zakat dengan cara

menginvestasikannya pada bidang-bidang yang sekiranya dapat

menguntungkan, sekalipun nantinya itu akan menghasilkan keuntungan. Hal itu

tidak diperbolehkan karena dalam menginvestasikan harta tersebut tidak

adanya akad wakalah (penyerahan kekuasaan) yang dilimpahkan oleh sang

mustahiq kepada orang atau suatu lembaga yang akan menginvestasikan harta

zakat tersebut.

Menurut Abu Bakr Taqiyuddin bin Muhammad al-Husaini dalam kitabnya

Kifāyah al-Akhyāar „alā Ghāyah al-Ikhtishār, secara bahasa wakalah adalah

al-tafwidh yang berarti penyerahan dan al-hifzh yang berarti pemeliharaan.

2 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Dimasyqi: Dar al-Fikr, 1997), Juz.

3, h. 1822

Page 67: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

54

Sedangkan secara istilah sebagaimana yang ia kemukakan pula di dalam

kitabnya, wakalah adalah 3

وحياتفحالوظفحيلصهقبلالصنيابةإلغيم ايولعفوت فويضمالصArtinya: “Menyerahkan suatu pekerjaan yang dapat digantikan kepada orang

lain supaya dapat dikelola dan dijaga ketika masa hidupnya.”

Menurut Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya

4واتيحفولعفي لصةابيقبلالصنايميرفلآخإهرمأصخشضيوفت Artinya: “Penyerahan seseorang akan uurusannya kepada orang lain terhadap

suatu pekerjaannya yang dapat digantikan supaya dapat dikerjakan di masa

hidupnya.”

Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwasanya wakalah itu

merupakan bentuk penyerahan kekuasaan/pekerjaan yang mana seseorang

menunjuk orang lain supaya dapat menggantikan suatu urusan /pekerjaannya

tersebut yang dilakukan semasa hidupnya.

Mengenai wakalah, para ulama telah sepakat membolehkannya, karena

dalam akaq wakalah dipandang sebagai bentuk tolong-menolong atas dasar

kebaikan dan taqwa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Adapun yang menjadi dasar hukum wakalah antara lain:

1. Q.S al-Kahfi [18]: 19

3 Abu Bakr Taqiyuddin bin Muhammad al-Husaini Kifāyah al-Akhyāar „alā Ghāyah al-

Ikhtishār (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 2004), juz. 1, h. 273 4 Syekh Zainuddin ibn Abdul Aziz al-Malibari, Fath al-Mu‟in bi Syarhi Qurratu al-„Ain,

(Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009), h.

Page 68: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

55

(١:]١[سورةالصكهف)

Artinya: “dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling

bertanya di antara mereka. berkatalah salah seorang di antara mereka:

sudah berapa lamakah kamu disini?". mereka menjawab: "Kita di sini sehari

atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui

berapa lamanya kamu di sini. Maka suruhlah salah seorang di antara kamu

untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia

lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa

makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah

sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.”(Q.S al-Kahfi [18]: 19

2. (Q.S al-Maidah [6]:2)

(سورةالمائدة][) Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

(Q.S al-Maidah [6]:2)

3. Hadits riwayat Imam Muslim

كانالصعبدفعونأخيو )رواهمسلم (5واللهفعونالصعبدماArtinya: “Allah akan menolong hambanya, semasa hambanya itu menolong

saudaranya. (H.R Muslim)

Terdapat beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad wakalah ini,

antara lain:6

1. Orang yang mewakilkan (muwakkil), syaratnya dia berstatus pemilik

urusan/benda dan menguasainya, serta dapat bertindak terhadap harta

tersebut dengan dirinya sendiri.

2. Orang yang diwakilkan (wakil), syaratnya dia adalah berakal, jika dia idiot,

gila, atau belum dewasa maka demikian itu batal. Tapi menurut Imam Abu

5 Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, ( al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2010), juz 1, h. 156

6 Abdul Rahman Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2015), cet. 3, h. 189-

190

Page 69: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

56

Hanifah anak kecil yang sudah cerdas maka sudah menjadi wakil.

Alasannya bahwa Amr bin Sayyidah Ummu Salamah mengawinkan ibunya

kepada Rasulullah SAW, saat itu Amr masih kecil yang belum baligh.

3. Sesuatu yang diwakilkan (muwakkal fih), adapun syarat-syaratnya yaitu:

a. Pekerjaan/urusan tersebut dapat diwakilkan oleh orang lain. Oleh karena

itu tidak sah mewakilkan untuk mengerjakan ibadah seperti sholat, puasa,

membaca al-Quran.

b. Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah.

c. Pekerjaan itu diketahui secara jelas

d. Sighat hendaknya berupa lafal yang menunjukan arti “mewakilkan” yang

kemudian diiringi dengan kerelaan dari muwakkil dan kemudian diterima

oleh wakil.

Dari beberapa syarat akad wakalah yang telah disebutkan di atas dapat

dipahami, bahwasanya dalam menginvestasikan harta zakat sebelum jatuh ke

tangan mustahiq itu tidak ada akad wakalah (penyerahan) dan belum diketahui

kerelaan dari sang muwakkil yakni mustahiq. Oleh karenanya menurut

pendapat Wahbah al-Zuhaili di sini tidak memperbolehkan harta zakat tersebut

untuk diinvestasikan.

Pendapat para jumhur ulama, sebagaimana telah dikatakan oleh

Muhammad Utsman Syabir dalam tulisannya Istitsmār Amwāl al-Zakah,

Bahwa jumhur ulama dari Hanafiyyah (pendapat yang dipilih di kalangan

mereka), Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah sepakat bahwasanya

pendistribusian harta zakat kepada para mustahiq wajib al-fauriyyah

(diberikan segera).

Adapun alasan-alasannya sebagai berikut:7

1. Firman Allah Q.S al-An‟am[6]: 141

([:النعام]سورة)

7 Muhammad Utsman Syabir, Istitsmār Amwāl al-Zakah (t.t, t.p, t.t), h. 4

Page 70: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

57

Artinya: “tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan

kepada fakir miskin);.” (Q.S al-An‟am[6]: 141)

Kutipan ayat di atas yang dimaksud pada lafaz wa ātū adalah zakat, dalam

kaidah fiqh dikatakan bahwa setiap perintah itu mengaruskan untuk

disegerakan berbuatnya. Oleh karena dalam menginvestasi harta dapat

menunda pendistribusian harta zakat kepada mustahiq, maka tidak

diperbolehkan demikian itu.

2. Hadits Nabi SAW

أىلكتو إل دقةمالقط 8(رواهالميدي)ماخالصطتالصArtinya: “Tidaklah bercampur oleh sedekah dengan harta melainkan nantinya

akan binasah (lenyap). (H.R al-Humaidi)

Hadits di atas menunjuki bahwa pendistribusian harta zakat kepada

mustahiq bila sudah terkumpul harus disegerakan, karena menunda-nunda

pemberian tersebut bisa menyebabkan terjadinya lenyapnya harta zakat

tersebut.

3. Hadits Nabi SAW

عقبة بنسعيد،عنابنأبمليكة،أن ث ناأبوعاصم،عنعمر حد صل ىاللهعليو ثو،قال:صل ىبناالصن ب حد بنالارثرضيالل عنو

ر،فأسرع،ث دخ الصع لالصب يتف لمي لبثأنخرج،ف قلتأووسل م دقة،فكرىتأن منالص را كنتخل فتفالصب يتتب لصو،ف قال: قيل

9(البخاريرواه) أب يتو،ف قسمتوArtinya: “telah menceritakan kepada kami Abu Ashim dari sayyidina Umar bin

Sa‟id dari anaknya Abi Mulaikah, bahwasanya „Uqbah bin al-Harits r.a ia

telah bercerita: telah berkata Nabi SAW pada waktu ashar, ia bergegas masuk

ke dalam rumahnya dan tidak lama nabi pun keluar, kemudian aku bertanya,

“ada apa wahai Rasul?, Nabi kemudian menjawab, “aku lupa membawa biji

8 Abu Bakar Abdullah bin al-Zubair al-Humaidi, Musnad al-Humaidi (Dimasyqi: Dar al-

Saqa, 1996), juz. 1, h. 275 9 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fi al-Bukhari,

Shahih Bukhari, (al-Qahirah: Dar at-Taufiq li at-Turats, 2012), juz. 1, h. 343

Page 71: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

58

emas yang tertinggal di rumahku,aku benci bila aku menginapkan (menunda-

nunda) pemberiannya, maka ketika itu langsing aku bagi-bagikan.” (H.R al-

Bukhari)

Dari hadits di atas dapat menunjukkan bahwasanya dalam pendistribusian

harta zakat harus segera, tidak boleh ditunda. Oleh karena itu tidak boleh

melakukan investasi terhadap harta zakat.

4. Karena hajat orang faqir (yang membutuhkan) harus segera ditunaikan,

maka kalau begitu wajib pendistribusian harta zakat dengan segera.

5. Karena zakat ibadah yang berulang-ulang

ف امعلكفرركتت ةادبعاةكالصزن لو إىري ختزيمل، تقولا ك ا:هلثمبوجو وةلالص موالص

Artinya: Bahwa ibadah zakat merupakan ibadah yang berulang-ulang pada

setiap tahunnya, maka tidak boleh menunda-nunda ketika waktu wajibnya,

seperti sholat, puasa.”

Pernyataan ini menjelaskan bahwa ketika sudah masa wajibnya keluar

zakat maka harus dikeluarkan dan diberikan segera kepada para mustahiq,

karena dalam menginvestasikan harta zakat ini menyebabkan tertundanya hak

mereka, maka melakukan investasi terhadap harta zakat tidak diperbolehkan

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy berkata dalam kitabnya al-Nawāzil al-

Zakah, “Bahwasanya dalam menginvestasikan harta zakat dapat menyebabkan

kepada tertundanya pendistribusian zakat kepada para mustahiqnya, tentulah

itu berlawanan dengan prinsip dasar dalam mengeluarkan zakat yakni (al-

Fauriyyah) segera.10

Najmuddin Sulaiman bin Abdul Qawiy bin Abdul Karim dalam kitabnya

Syarh Mukhtashar al-Raudhah berkata bahwa al-Faur adalah:

10

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy, al-Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah Ta‟shiliyyah

li Mustajidāt al-Zakah (t.t., Bank al-Bilad, 2008), h. 480

Page 72: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

59

لالصشروعفالمتثال 11عقيبالمر،منغيف

Artinya: “Memulai langsung mengerjakan segala pekerjaan setelah adanya

perintah dari tanpa adanya jeda.”

يخأالصتفمالصاوقحلي ثيبانكملااتقوألو أفاءدلاور:ىولصفا 12ونع

Artinya: “al-faur adalah menunaikan sesuatu di awal waktu yang

memungkinkan untuk melaksanakannya, dengan sekira bila itu ditunda

pelaksanaannya dinilai tercela.”

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwasanya al-faur adalah setiap

pekerjaan yang diperintahkan kepada seseorang dan pekerjaan itu harus segera

dilakukannya tanpa diselingi dengan pemisah (jeda waktu).

Dalam Q.S al-An‟am [6]: 141 Allah SWT berfirman:

(سورة([:النعام]

Artinya: “dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan

yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam

buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak

sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia

berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S al-

An‟am[6]: 141)

11 Najmuddin Sulaiman bin Abdul Qawiy bin Abdul Karim, Syarh Mukhtashar al-Raudhah

(t.t, al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah, 2008), juz. 2, h. 387

12 Kementerian Wakaf dan Urusan Islam Kuwait, al-Mausū‟ah al-Fiqhiyyah al-Islāmiyyah

(Kuwait: Dar al-Salāsil, 2006), juz. 5, h, 352-353

Page 73: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

60

Kalimat wa atū haqqahū yauma hashādih yang dimaksud adalah

menunjukan perintah untuk memberikan (mengeluarkan zakat) begitu masanya

panen dan diberikan kepada mustahiqnya. Sama halnya dengan harta zakat

yang sudah dikumpulkan tersebut sudah terkumpul, maka pemberiannya pun

harus disegerakan juga.

Imam al-Ghazali berkata dalam kitabnya al-Mustasyfa:

أن ولصليابأوالصن دبأوأن وعلىالصفور مطلقالمرإذاوردولي ت ب ي لصلت أن و الصت راخيأو الصلأو اعتقاد علم أفاد الصواحدة لصلمر ة أو كرار

الهت ي 13ومعرفةالصت رددب يArtinya: “Kemutlakan (amr) perintah yakni bilamana perintah itu datang

namun belum jelas ia menunjukan wajib atau sunah, segera atau boleh

ditunda, berulang atau sekali saja, maka yang demikian itu memberikan faidah

mengetahui keyakinan asli dan mengetahui penyebab bimbang diantara kedua

pendapat tersebut.”

Dalam kalimat wa atū haqqahū yauma hashādih pada Q.S al-An‟am [6]:

ayat 141 tidak menjelaskan tentang secara eksplisit tentang bagaimana

mengeluarkannya secara al-faur (segera) atau al-tarākhiy (ditunda), dan lafaz

wa atū adalah fiil amr yang menunjukan kepada suatu perintah, serta perintah

itu menunjukan kepada berbuat segera, maka oleh karena demikian dalam

pendistribusian zakat tidak boleh ditunda.

Adam Syaikh Abdullah berkata, sebagaimana telah dikutip oleh

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy dalam kitabnya Ahkām Istitsmār

al-Zakah wa Tathbiqatih:

لصهضرعي اةكالصزالومأارمثتسان إ ام إةارجالصتن لاعيالصض وةارسخلا 14ةارساخم إوحبر

13

Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Mustasyfa (al-

Qahirah: Dar al-Hadits, 2011), juz.1, h.158 14

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih, h. 141

Page 74: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

61

Artinya: “Sesungguhnya dalam mengginvestasikan harta zakat dapat

mendatangkan kerugian dan menyianyiakan harta, karena bahwasanya

dalam berdagang itu bisa adakalanya untung dang kadang pula mengalami

kerugian.”

Adam Syaikh Abdullah beralasan bahwa dalam melakukan investasi

terhadap harta zakat belum dipastikan dapat membuka banyak peluang

keuntungan, seperti halnya orang yang berdagang, adakalanya mandapatkan

keuntungan, di sisi lain bisa menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, ia tidak

membolehkan melakukan investasi terhadap harta zakat.

Dalam kitab yang sama, Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy juga

mengutip pendapat Taqiy Utsman, kata beliau:

إ ةي اردلاالمعلافاةزكالالصوماعيض،تكذلصلعف ولصونىاشخان 15اءرقلصفاقحعيضيو

Artinya:“Sesungguhnya aku takut bila berbuat demikiann (menginvestasikan

harta zakat), karena demikian itu dapat menyia-nyiakan harta zakat

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ketatausahaan dan dapat menyia-nyiakan

haq orang-orang faqir.”

Alasan lain para fuqaha yang berpendapat bahwa harta zakat tidak boleh

diinvestasikan yaitu karena hak kepemilikan. Bahwasanya dalam

menginvestasikan harta zakat yang dilakukan imam (pemerintah) atau

penggantinya menyebabkan kepada tidak adanya hak kepemilikan harta zakat

bagi para mustahik.16

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy berkata dalam kitabnya al-Nawāzil al-

Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah Ta‟shiliyyah li Mustajidāt al-Zakah

15

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih, h.141 16

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy, al-Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah

Ta‟shiliyyah li Mustajidāt al-Zakah (t.t., Bank al-Bilad, 2008), h. 481

Page 75: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

62

كلتمدعليإدؤي وبئنوأامملالبقنماةكالصز الومأارمثتسإن أىاةكلصلز يقحتلمسا ما، عملصلصفاا اطتشانماءهقلصفاروهجويلا

وةكاالصزاءدأفكيلمالصت لالص، لبقنماةزكالص الومأارمثتسإزويا 17وبئنوأامملا

Artinya: “Sesungguhnya menginvestasikan harta zakat dapat mendatangkan

kerugian dan berbuat sia-sia, karena dikhawatirkan ketika seorang imam

(pemerintah) diserahkan kepadanya harta zakat nantinya akan menyia-

nyiakan hak para mustahiq zakat. Ini bertentangan dengan apa yang telah

dipendapati oleh jumhur ulama daripada adanya syarat kepemilikan dalam

menunaikan zakat. Oleh karena ini tidak boleh menginvestasikan harta zakat

oleh seorang imam atau pegawainya.

Pendapatnya ini berdasarkan Q.S al-Taubah [9]: 60 yang berbunyi:

[١)سورةالصتوبة:]) Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana " (Q.S al-Taubah [9]: 60)

Lafaz li al-fuqarā pada ayat di atas terdapat huruf lam al-tamlik (yang

menunjukan kepemilikan) hanya untuk golongan-golongan yang telah

disebutkan dalam ayat tersebut saja, seperti perkataan هذا المال لزيد (harta ini

milik Zaid), kalimat tersebut menunjukkan bahwa harta itu khusus milik Zaid.

Maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam menginvestasikan harta zakat itu

17

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy, al-Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah Ta‟shiliyyah

li Mustajidāt al-Zakah (t.t., Bank al-Bilad, 2008), h. 481

Page 76: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

63

jelas-jelas tidak adanya kepemilikan, sehingga tidak diperbolehkan

melakukan itu.

Syekh Ahmad al-Zarqa berkata, sebagaimana dikutip oleh Muhammad

bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa Tathbiqatih:

فل ص ل ا و ل ة د اعاق ذ 18هنإذ ل بي لغ ا كل فف ر ص ت ي ن أ د ح ل ز و Artinya:“Yang menjadi dasar ketidakbolehannya yaitu pada kaidah ini;

Tidak dibolehkan bagi seseorang untuk mendayagunakan harta milik orang

lain tanpa adanya izin dari yang memilikinya terlebih dahulu.”

Dari kaidah tersebut jelas, bahwa tidak boleh investasi harta zakat, karena di

dalamnya ada hak milik orang lain yang belum diketahui kerelaannya.

Bilamana ingin menginvestasikan harta zakat harus mendapatkan izin dan

kerelaan terlebih dahulu kepada si mustahiqnya, karena itu terdapat keterkaitan

dengan waktu dan jumlah harta zakat yang nanti akan diterima oleh mustahiq.

B. Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmār (Investasi) Menurut Yusuf Al-

Qaradhawi

Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwasanya harta zakat boleh untuk

diinvestasikan, sebagaimana ia berkata dalam kitabnya Daur al-Zakāh fi „Ilāji

al-Musykilāt al-Iqtishādiyyah:

الصد يطتستو الصوع بمللمسة عنة الومانمئيشنت نأيأالصر هىاىلاءاي اعناتصسسؤماتوارعقعوانماةكالصز وىونةوي ارتوة اكهلتاكرقفللص الهاء لصضهعب وا لعتلومهتايفكبموقلي خدمهيلعرودتا 19اهعيب فقالمل

Artinya: “Suatu negara Islam mampu membangun suatu gagasan yang

bersumber dari harta zakat berupa gedung-gedung, peralatan-peralatan,

18

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih, h. 141 19

Yusuf al-Qaradhawi, Daur al-Zakāh fi „Ilāji al-Musykilāt al-Iqtishādiyyah (al-Qahirah:

Dar al-Syuruq, 2001), h. 31

Page 77: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

64

perkantoran, perdagangan, dan lain sebagainya. Adapun kepemilikannya itu

diserahkan untuk orang-orang fakir baik itu diserahkan semuanya atau

sebagiannya, supaya keuntungan yang didapati itu dapat diputar dan dapat

tercukupi kebutuhan mereka. Kendatipun mereka diberikan hak kepemilikan,

akan tetapi mereka tidak mempunyai hak terhadap harta pokoknya itu dan

tidak boleh menjualnya”

Perkataan Yusuf al-Qaradhawi di atas menjelaskan bahwa bagi

imam/pemimpin dibolehkan untuk menginvestasikan harta zakat dalam bidang

apapun sekira nantinya akan mendatangkan keuntungan, seperti dalam bidang

perkantoran, perdagangan, peralatan-peralatan, dan jalan yang lainnya asalkan

dapat membuka peluang keuntungan.

Adapun yang menjadi dasar Yusuf al-Qaradhawi membolehkan melakukan

investasi terhadap harta zakat yakni qaul shahabi, Qaul shahabi adalah semua

perkataan, tindakan, dan ketetapan sahabat dalam meriwayatkan dan

memutuskan suatu persoalan. Sebagian ulama berpendapat bahwasanya qaul

shahabi boleh untuk dijadikan hujjah untuk tabi’in dan orang-orang yang

sesudahnya. Dalam kalangan ulama ada tiga alasan pokok dipakainya qaul

shahabi:

1. Karena sahabat ialah orang-orang yang lebih dekat kepada Rasul SAW, dan

lebih paham tujuan syari'at.

2. Karena sangat mungkin masuk sebagai bagian dari sunnah Nabi.

3. Jika berbeda dengan pendapat ulama pada masanya, sedangkan sama-sama

memakai qiyas, maka lebih utama memakai qaul shahabi .20

Dasar kehujjahan qaul shahabi adalah sebagai berikut:

1. Q.S Ali Imran [3]: 110

)سورةآلعمران: []:)

20

Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu Ushul Fiqh (Jombang: Maktabah al-Syarifah al-

Khodijah, 2008), Cet.1, h. 136

Page 78: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

65

Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi

mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasik.

2. Hadits Nabi SAW

21)رواهعبدابنحميد(متي دتىإمتي دتق إمهيبموجنلصاكابحصأArtinya: “Para sahabatku itu bagaikan bintang-bintang, siapa saja yang di

antara mereka yang kamu ikuti, niscaya engkau akan mendapatkan petunjuk.

رأم ت الص ايني لون هم الصقرنالص ايني لونخي الص ايني لون همث 22ث (رواهمسلم)

Artinya: “Sebaik-baik umatku adalah masa orang-orang yang bertemu

denganku, kemudian masa yang bertemu dengan mereka, kemudian masa yang

bertemu dengan mereka. (H.R Muslim)

Adapun perkataan sahabat Nabi SAW yang telah dikutip oleh Yusuf al-

Qaradhawi dalam kitabnya Daur al-Zakāh fi „Ilāji al-Musykilāt al-

Iqtishādiyyah adalah perkataan Sayyidina Umar r.a, yakni:

23اون اغفمتي طعااذإArtinya: “Apabila salah seorang di antara kamu memberi, maka cukupkanlah

pemberian itu.”

Dari ungkapan tersebut dapat dipahami bahwasanya Sayyidina Umar r.a

melakukan sebuah terobosan supaya dapat mencukupi kebutuhan orang-orang

fakir di masa yang akan datang dengan zakat. Selain bisa mencukupi

kebutuhan mereka, ada juga manfaatnya yang lain, yakni menjadikan para

mustahiq menjadi mandiri sehingga nantinya tidak menjadi mustahiq kembali,

21

Abu Bakar Abdullah bin al-Zubair al-Humaidi, Musnad al-Humaidi (Dimasyqi: Dar al-

Saqa, 1996), juz. 1, h. 165 22

Imam Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim (al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2010), juz. 1, h.

158, no. 38 23

Yusuf al-Qaradhawi, Daur al-Zakāh fi „Ilāji al-Musykilāt al-Iqtishādiyyah (al-Qahirah:

Dar al-Syuruq, 2001),h. 30

Page 79: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

66

melainkan menjadi muzakki. Salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan

mereka di masa mendatang nanti adalah dengan cara menginvestasi harta

zakat.

Selain Yusuf al-Qaradhawi yang membolehkan harta zakat untuk

diinvestasikan, ada juga beberapa ulama kontemporer lainnya yang dalam

pendapatnya sama dengan apa yang dikatakan beliau, di antaranya adalah

Musthafa al-Zarqa, Muhammad Utsman bin Syabir, Muhammad bin Abdul

Rahman al-Hafzhawiy, dain lainnya24

.

Musthafa al-Zarqa berkata, sebagaimana telah dikutip oleh Muhammad bin

Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa Tathbiqatih:

طهاف لملةحلمويفوببلكلصحوت فمارمثتسلاقيرا ون ،25 ملاةكالصز ةلي حفاعضي

Artinya: “Dengan cara menginvestasikan harta zakat, dapat membuka peluang

pintu kemaslahatan bagi mereka para mustahiq, karena sesungguhnya dengan

cara tersebut dapat menggandakan penghasilan harta zakat untuk mereka.”

Perkataan Musthafa al-Zarqa di atas menjelaskan bahwasanya harta zakat

boleh untuk diinvestasikan, karena dengan cara demikian dapat mendatangkan

kemaslahatan dan membuka peluang berupa keuntungan bagi seorang

mustahiq, yakni bertambahnya hasil dari harta zakat.

Dalam kaidah ushul fiqh dikatakan:

26ةحلملصبطون مةي رعليالصعامملافرت

Artinya:“Kebijakan seorang imam (presiden) atas rakyatnya harus

berdasarkan kemaslahatan.

24

Zahir bin Umar al-Khulaqiy, Istitsmār Amwāl al-Zakah fi Masyāri‟ Ta‟ūdu Alā

Mustahiqihā (al-Majalah al-Qalam, 2014), h. 226 25

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih hal 142 26

Jalaluddin bin Abdurrahman al-Suyuthi, al-Asybāh wa al-Nazhāir (Beirut: Dar al-Fikr,

2011), h. 158

Page 80: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

67

Kaidah ini merupakan kaidah yang sangat penting yang berkaitan dengan

siyasah al-syar‟iyyah dan pengaturan pemerintah yang menjadi pembatas serta

pengendali semua kebijakan seorang imam dan setiap pihak yang mengatur

kaum muslimin. Maksud imam di sini adalah penguasa, raja, khalifah,

presiden, dan staf-staf mereka seperti hakim dan lainnya.27

Dari kaidah tersebut dapat disimpulkan bahwasanya seorang pemimpin

harus membuat kebijakan-kebijakan yang sekiranya mempunyai manfaat dan

kemaslahatan kepada rakyat-rakyatnya. Adapun menginvestasikan harta zakat

merupakan salah satu caranya, karena dengan cara ini dapat mendatangkan

kemanfaatan di masa mendatang nanti.

Abu Muhammad, Izzu al-Din bin Abdil Salam dalam kitabnya Qawāid al-

Ahkām fi Mashālih al-Anām berkata:

رفاتباىوالصلحلصلمول ر فالصولةون و اب همباذكرنمنالصت ي تأحدىم ر ي قت ول والصر شاد، لصلن فع وجلبا والصفساد، لصلض رر درءا عليو

لحمعا أني علىالص 28ؤديإلمشق ةشديدلصقدرةعلىالصلحإل Artinya: “Boleh hukumnya bagi seorang imam (pemerintah) dan staf-stafnya

untuk mendayagunakan sesuatu yang lebih mendatangkan kemaslahatan

karena untuk menolak karusakan dan kemudharatan demi menarik

kemanfaatan dan memperoleh kebenaran. Bagi seseorang dari mereka (wali)

juga tidak dibatasi untuk berbuat maslahat apa saja padahal ketika itu ia

mampu berbuat yang lebih maslahat, kecuali jika apa yang akan dia lakukan

tersebut dapat mendatangkan keadaan yang sangat sulit.”

Dari redaksi di atas menyatakan bahwasanya bagi pemerintah boleh

mendayagunakan serta menginvestasikan harta zakat dalam bentuk apapun

asalkan dapat mendatangkan kemaslahatan, seperti juga dalam mengurus dan

mendayagunakan harta anak yatim, bilamana itu dapat mendatangkan

kemaslahatan di masa mendatang, maka dibolehkan. Akan tetapi bilamana

27

M. Hamim HR dan Ahmad Muntaha, Pengantar Kaidah Fiqh Syafi‟iyah; Penjelasan

Nazhom al-Faraidh al-Bahiyah (Kediri: Santri Salaf Press, 2013), h. 145 28

Abu Muhammad, Izzu al-Din bin Abdil Salam, Qawāid al-Ahkām fi Mashālih al-Anām

(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999), cet 1, h. 58-59

Page 81: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

68

dengan mendayagunakan harta tersebut justru disia-siakan dan dapat

mendatangkan kemudharatan dan kerugian maka yang demikian tersebut tidak

diperbolehkan.

Muhammad Utsman Syabir berkata, sebagaimana telah dikutip oleh

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy dalam kitab Ahkām Istitsmār al-

Zakah wa Tathbiqatih:

ارمثتساازجملةقي قحةكولميىوامتي لاالومأ ارمثتساازاجذإفتسيلصيه،فملعافنمقيقحتلصيقحتلمسلااإهعفدلبق اةكالصز الومأ

29ىامتلصي االومأنمةمرحدشبArtinya: “Bilamana hukumnya boleh menginvestasikan harta milik anak-anak

yatim, padahal secara hakikat harta tersebut merupakan miliknya, maka

hukumnya boleh pula menginvestasikan harta zakat sebelum diberikan kepada

para mustahiq, padahal itu (mengeinvestasikan harta zakat) tidak terlalu berat

pengharamannya daripada menginvestasikan harta milik anak yatim.”

Keterangan di atas menjelaskan bahwasanya harta zakat itu boleh

diinvestasikan sebagaimana kebolehan menginvestasikan harta milik anak-anak

yatim. Muhammad Utsman Syabir beralasan bahwasanya menginvestasikan

harta zakat dengan menginvestasikan harta anak-anak yatim memiliki

kesamaan ilat yakni harta yang diinvestasikan itu dapat berkembang dan

bermanfaat di masa yang akan datang.30

Qiyas adalah menyamakan suatu hukum sesuatu yang belum ada

keterangan dan ketetapannya di dalam nas al-Qur’an maupun Hadits dengan

hukum sesuatu yang sudah ada keterangan dan hukumnya di dalam nas karena

berdasarkan illat yang sama. Menurut Ahmad bin Muhammad al-Dimyāthi

dalam karangannya al-Waraqāt, qiyas adalah:

29

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih hal 146 30

Muhammad bin Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih hal 146

Page 82: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

69

31مكافالمهعمتةل عوأماالصقياسف هوردالصفرعإلالصلبArtinya: “Adapun qiyas adalah mengembalikan hukum cabang kepada hukum

asal dengan illat yang sama pada hukumnya.”

Bila ingin menerapkan metode qiyas pada masalah menginvestasikan harta

zakat dengan mengqiyaskan kepada menginvestasikan harta anak yatim, maka

dapat dipaparkan dengan memasukkan rukun-rukun qiyas, yakni al-ashlu,

hukmu al-ahslu, al-far‟u, dan al-„illah. sebagai berikut:

Hukum tentang kebolehan mendayagunakan harta zakat untuk diolah

(investasi) tidak tertulis secara eksplisit dalam al-Qur’an ataupun hadits.

Namun dalam Q.S al-An‟ām [6]: 152

([:)سورةالنعام]Artinya: “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara

yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah

takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,

Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan

penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar

kamu ingat.” (Q.S al-An‟ām [6]: 152)

Pada ayat di atas, Allah SWT mengisyaratkan kebolehan mendayagunakan

dan mengolah (investasi) harta anak yatim. Maka metode qiyas yang dapat

digunakan untuk menetapkan hukum mendayagunakan harta zakat untuk

diinvestasikan sebagai berikut:

31

Ahmad bin Muhammad al-Dimyāthi, al-Waraqāt (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islāmiyyah,

2009), h. 46

Page 83: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

70

a. الصل : menginvestasikan harta anak yatim

b. حكمالصل : boleh bilamana mendatangkan kemanfaatan

c. الصفرع : menginvestasikan harta zakat

d. الصعلة : dapat menggandakan harta yang akan diinvestasikan

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa menginvestasikan harta

zakat dengan mengqiyaskan kepada menginvestasikan harta anak yatim

terdapat persamaan dalam illat, yaitu sama-sama dapat menggandakan harta

sehingga mendatangkan kemanfaatan bagi sang investor di masa mendatang.

Dalam kitab al-Bayan fi Madzhab al-imām al-Syāfi‟iy, Abu al-Husain

Yahya bin Abi al-Khair bin Salim berkata:

كنون لماولفالصطلولصزوي يملاماكلاي،وصلصوا،ودلا،وبال،أولبقنم ملعضارقي ن، الى لصيغالص عليو-ولصوق؛ الل صل ى

32. اةكاالصز هلكتىلامتلصي االومأافوغت ب :ا-وسل مArtinya: “Bagi seorang yang mewalikan anak yang masih kecil dan orang gila,

yang mewakilinya seperti bapaknya, kakeknya, orang yang diberikan wasiat,

hakim yang dapat dipercaya boleh meminjam harta milik anak kecil tersebut

(untuk dikembangkan). Karena ada sabda Nabi SAW: “Maksimalkanlah

(kembangkanlah) harta milik anak yatim agar tidak habis dimakan zakat.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwasanya diperintahkan

untuk mengembangkan harta milik anak kecil dan orang gila, supaya hartanya

itu tidak habis. Sama halnya dengan menginvestasikan harta zakat, supaya

harta zakat itu tidak habis, maka perlu adanya investasi.

Fakhruddin al-Razi telah menyebutkan di dalam kitabnya Mafātih al-

Ghaib, bahwasanya zahir lafaz fi sabilillah dalam Q.S al-Taubah [9] ayat 60

tidak hanya terbatas pada berperang di jalan Allah, akan tetapi yang dimaksud

dengan fi sabilillah pada ayat itu adalah setiap jalan/cara yang dinilai baik.

32 Abu al-Husain Yahya bin Abi al-Khair bin Salim, al-Bayan fi Madzhab al-imām al-

Syāfi‟iy (Jeddah: Dar al-Minhāj, 2000), juz.3, h.136

Page 84: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

71

Beliau mengutip perkatannya Syekh Qafal, bahwasanya sebagian dari para

ulama membolehkan mengalokasikan harta zakat ke setiap jalan kebaikan,

membangun masjid, jembatan, mengkafani mayat, dsb. Karena makna pada

lafaz itu bersifat umum. 33

Khalid Abdul Razaq berkata dalam kitabnya Mashārif al-Zakah wa

Tamlikuhā fi Dhaw‟i al-Kitab wa al-Sunnah, “Kami telah mendengarkan

sebagian dalil-dalil syara’ yang menjelaskan atas kebolehan menginvestasikan

harta zakat pada jalan-jalan yang dibolehkan syara’, supaya kami bisa putar

keuntungan yang nantinya bisa dibagi-bagikan kepada para mustahiq”.34

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, bilamana harta zakat

tersebut boleh untuk dialokasikan ke arah yang baik-baik dan dapat

mendatangkan keuntungan nantinya. Maka kalau begitu boleh juga melakukan

investasi terhadap harta zakat juga, karena kemanfaatannya nanti berpulang

kepada para mustahiq.

Pendapatnya ini pun berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW:

فعأخاهف لي فعل 35)رواهمسلم(مناستطاعمنكمأني ن Artinya: “Siapa saja orang yang mampu di antara kamu bahwa dia dapat

berbuat kemanfaatan bagi saudaranya, maka berbuatlah.” (H.R Muslim)

Dari hadits tersebut dipahami bila seseorang mampu untuk

menginvestasikan harta zakat supaya jumlahnya menjadi semakin bertambah

ke depannya nanti dan akan mendatangkan kemanfaatan untuk mustahiqnya

mustahiq pula, maka Nabi memerintahkan untuk mengerjakannya.

33 Fakhruddin al-Razi, Mafātih al-Ghaib (Qahirah: Dar al-Fikr, 2001), juz. 17, h. 87 34

Khalid Abdul Razaq, Mashārif al-Zakah wa Tamlikuhā fi Dhaw‟i al-Kitab wa al-

Sunnah (Oman: Dar Asāmah, 1999), h. 541

35 Imam Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim (al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2010), juz 2., h.

258, no. 2199

Page 85: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

72

C. Perbandingan Pendapat dan Analisa

Istilah perbandingan hukum berasal dari terjemahan kata comparative law,

comparative jurisprudence, foreign law (dalam Bahasa Inggris). Droit compare

(dalam Bahasa Inggris) Rechtsgelijking (dalam Bahasa Belanda), dan

rechtverleichung atau vergleichende rechlehre (dalam Bahasa Jerman).36

Menurut Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.H,. LLM. dalam

bukunya Penelitian Hukum, bahwasanya perbandingan hukum merupakan

kegiatan untuk membenadingkan suatu hukum suatu negara dengan hukum

negara lain, atau hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari waktu

yang lain.37

Rudolf D. Schlesinger dalam bukunya Comparative Law (1959)

sebagaimana telah dikutip oleh Soedjono Dirdjosisworo dalam buku

karangannya Pengantar Ilmu Hukum, mengemukakan bahwasanya

perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk

memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang bahan hukum

tertentu.38

Adapun perbandingan yang dibicarakan dalam pembahasan bab ini adalah

membandingkan pendapat Yusuf al-Qaradhawi dan Wahbah al-Zuhaili tentang

penggunaan harta zakat untuk istitsmar (investasi), serta beberapa pendapat

dari para imam mazhab dan ulama lainnya yang memiliki pendapat tentang

masalah ini.

Jika dilihat dari segi persamaan di antara kedua pendapat ini, setelah

penulis melakukan analisa dari kedua pendapatnya tersebut, penulis melihat

tidak terdapat persamaan di antara pendapat Yusuf al-Qaradhawi dan Wahbah

al-Zuhaili tentang masalah ini, justru keduanya bertolak belakang dalam

mengomentari masalah ini

Bila ditinjau dari sudut pandang perbedaan, terdapat perbedaan di antara

kedua tokoh tersebut, antara lain:

36

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta:Sinar Grafika, 2012), cet. 3, h. 134 37

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2005), h. 173 38

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Rajawali Press, 2001), Cet.

7, h. 60

Page 86: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

73

Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa harta zakat itu sebelum diberikan

kepada mustahiq tidak boleh diinvestasikan, karena itu masih ada sangkut

pautnya dengan milik mustashiqnya tersebut, kecuali itu telah mendapatkan

izin darinya. Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy berkata dalam kitabnya al-

Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah Ta‟shiliyyah li Mustajidāt al-Zakah

كلتمدعليإدؤي وبئنوأامملالبقنماةكالصز الومأارمثتسإن أىاةكلصلز يقحتلمسا ما، عملصلصفاا اطتشانماءهقلصفاروهجويلا

وةكاالصزاءدأفكيلمالصت لالص، لبقنماةزكالص الومأارمثتسإزويا 39وبئنوأامملا

Artinya: “Sesungguhnya menginvestasikan harta zakat dapat mendatangkan

kerugian dan berbuat sia-sia, karena dikhawatirkan ketika seorang imam

(pemerintah) diserahkan kepadanya harta zakat nantinya akan menyia-nyiakan

hak para mustahiq zakat. Ini bertentangan dengan apa yang telah dipendapati

oleh jumhur ulama daripada adanya syarat kepemilikan dalam menunaikan

zakat. Oleh karena ini tidak boleh menginvestasikan harta zakat oleh seorang

imam atau pegawainya.

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwasanya tidak boleh bagi

pemerintah untuk menginvestasikan harta zakat karena ketiadaan kepemilikan

yang sempurna (milk al-tam). Karena dalam menunaikan zakat kepemilikan

yang sempurna itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi, sementara

dalam menginvestasi harta zakat tersebut tidak jelas kepemilikannya.

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy mengutip pendapat Taqiy Utsman, kata

beliau:

إ ةي اردلاالمعلافاةزكالالصوماعيض،تكذلصلعف ولصونىاشخان اءرقلصفاقحعيضيو

39

Abdullah bin Manshur al-Ghafiliy, al-Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah Ta‟shiliyyah

li Mustajidāt al-Zakah (t.t., Bank al-Bilad, 2008), h. 481

Page 87: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

74

Artinya:“Sesungguhnya aku takut bila berbuat demikiann (menginvestasikan

harta zakat), karena demikian itu dapat menyia-nyiakan harta zakat

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ketatausahaan dan dapat menyia-nyiakan

haq orang-orang faqir.”

Berdasarkan pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa beliau (Taqiy

Utsman) takut untuk menginvestasikan harta zakat, karena dikhawatirkan

kedepannya dapat menyi-nyiakan harta zakat sehingga bisa dimungkinkan

hilang dan dapat tidak bisa terpenuhinya hak-hak orang miskin ketika itu.

Karena sangat dimungkinkan dengan bilamana harta zakat itu diinvestasikan

akan ada kebutuhan mustahiq yang biasanya dapat terpenuhi dengan harta

zakat menjadi tidak karena harta zakat itu dialifungsikan kegunaannya, dan

masa waktunya pun tidak jelas kapan si mustahiq akan menerimanya.

Sedangkan Yusuf al-Qaradhawi, beliau membolehkan bahwa harta zakat

untuk diinvestasikan dalam bidang apapun sehingga nanti di waktu yang akan

datang dapat memberikan manfaat bagi mustahiq. Pendapatnya ini didasari atas

dasar kemaslahatan bagi mustahiqnya, dan di nash pun tidak secara eksplisit

menjelaskan dalam mendistribusikan zakat harus disegerakan.

Muhammad Utsman Syabir berkata:

ارمثتساازجملةقي قحةكولميىوامتي لاالومأ ارمثتساازاجذإفتسيلصيه،فملعافنمقيقحتلصيقحتلمسلااإهعفدلبق اةكالصز الومأ

ىامتلصي االومأنمةمرحدشبArtinya: “Bilamana hukumnya boleh menginvestasikan harta milik anak-anak

yatim, padahal secara hakikat harta tersebut merupakan miliknya, maka

hukumnya boleh pula menginvestasikan harta zakat sebelum diberikan kepada

para mustahiq, padahal itu (mengeinvestasikan harta zakat) tidak terlalu berat

pengharamannya daripada menginvestasikan harta milik anak yatim.”

Keterangan di atas menjelaskan bahwasanya harta zakat itu boleh

diinvestasikan sebagaimana kebolehan menginvestasikan harta milik anak-anak

yatim. Muhammad Utsman Syabir beralasan bahwasanya menginvestasikan

harta zakat dengan menginvestasikan harta anak-anak yatim memiliki

Page 88: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

75

kesamaan ilat yakni harta yang diinvestasikan itu dapat berkembang dan

bermanfaat di masa yang akan datang

Musthafa al-Zarqa berkata, sebagaimana telah dikutip oleh Muhammad bin

Abdul Rahman al-Hafzhawiy, Ahkām Istitsmār al-Zakah wa Tathbiqatih:

طهاف لملةحلمويفوببلكلصحوت فمارمثتسلاقيرا ون ، ملاةكالصز ةلي حفاعضي

Artinya: “Dengan cara menginvestasikan harta zakat, dapat membuka peluang

pintu kemaslahatan bagi mereka para mustahiq, karena sesungguhnya dengan

cara tersebut dapat menggandakan penghasilan harta zakat untuk mereka.”

Berdasarkan pendapat ini telah jelas bahwa menginvestasikan harta zakat

itu boleh, karena demikian itu akan membukan peluang kesempatan dan

memperoleh keuntungan nanti di masa mendatang baik itu bagi yang

mengembangkan ataupun bagi mustahiq, karena jumlah harta zakat yang akan

didapatinya nanti menjadi berkembang.

Di Indonesia, suatu lembaga yang menghimpun para cendikiawan Muslim

untuk merumuskan dan mengeluarkan sebuah fatwa, yang terbesar adalah

Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia

(MUI) tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR

(INVESTASI) dalam ketetapan hukum fatwa tersebut terdapat empat butir

keputusan yang bunyi lengkapnya sebagai berikut:

1. Zakat mal harus dikeluarkan sesegera mungkin (fauriyah), baik dari muzakki

kepada amil maupun dari amil kepada mustahiq.

2. Penyaluran (tauzi’/distribusi) zakat mal dari amil kepada mustahiq,

walaupun pada dasarnya harus fauriyah, dapat di-ta’khir-kan apabila

mustahiqnya belum ada atau ada kemaslahatan yang lebih besar.

3. Maslahat ditentukan oleh Pemerintah dengan berpegang pada aturan-aturan

kemaslahatan sehingga maslahat tersebut merupakan maslahat syar’iyah.

4. Zakat yang di-ta’khir-kan boleh diinvestasikan (istitsmar) dengan syarat-

syarat sebagai berikut :

Page 89: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

76

a) Harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan oleh syariah dan

peraturan yang berlaku (al-thuruq al-masyru‟ah).

b) Diinvestasikan pada bidang-bidang usaha yang diyakini akan

memberikan keuntungan atas dasar studi kelayakan.

c) Dibina dan diawasi oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi.

d) Dilakukan oleh institusi/lembaga yang professional dan dapat dipercaya

(amanah).

e) Izin investasi (istitsmar) harus diperoleh dari Pemerintah dan

Pemerintah harus menggantinya apabila terjadi kerugian atau pailit.

f) Tidak ada fakir miskin yang kelaparan atau memerlukan biaya yang

tidak bisa ditunda pada saat harta zakat itu diinvestasikan.

g) Pembagian zakat yang di-ta’khir-kan karena diinvestasikan harus

dibatasi waktunya.

Adapun yang menjadi dasar penetapan dalam fatwa Majelis Ulama

Indonesia tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Al-Quran

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana. (Q.S Al-Taubah [9]: 60)

Page 90: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

77

Artinya: dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.

Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (Q.S Al-Baqarah [2]: 213)

Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan[658] dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S Al-Taubah [9]: 103)

2. Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain:

لوهدبعفمللمسلىاعسي:لصالصلى الله عليه وسلمقاللهلوسرن أةري رىبأنعكملسماهو)رةقدصرسوف ق1361الصزكاةابت, ىايووالصن ال( ا:اهي فةازكلةين قالصالومأن أفلصأثيدلا

Artinya: dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

“tidak ada zakat atas orang muslim terhadap hamba sahaya dan kudanya,”

(H.R Muslim)

Imam Nawawi berkata: “Hadits ini adalah dalil bahwa harta qinyah (harta

yang digunakan untuk keperluan pemakaian, bukan untuk dikembangkan) tidak

dikenakan zakat.

الله صل ى الصن ب عن عنو، الل رضي حزام بن حكيم وسل معن عليو ر»قال: وخي ت عول، بن وابدأ الصسفلى، الصيد من ر خي الصعليا الصيد

،ومنيست غني غنوالل دقةعنظهرغن،ومنيست عففيعف والل الصالصبخاريرواه) صدقةإل عنظهرغن(,ببل

Page 91: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

78

Artinya: “Dari Hakim bin Hizam r.a, dari Nabi SAW bersabda: “Tangan di

atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah (dalam membelanjakan

harta) orang yang menjadi tanggung jawabmu. Sedekah yang paling baik

adalah yang dikeluarkan dari kelebihan kebutuhan. Barang siapa berusaha

menjaga diri (dari keburukan), maka Allah akan menjaganya. Barang siapa

berusaha mencukupi diri, maka Allah akan memberikannya kecukupan”. (H.R

Bukhari)

3. Kaidah Fiqh

ةحلملصبطون مةي عيالصر لعامملافرت

Artinya: “Kebijakan seorang imam (presiden) atas rakyatnya harus

berdasarkan kemaslahatan.

Setelah memperhatikan pendapat dan dalil yang digunakan oleh masing-

masing tokoh yakni Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi, di samping

itu juga melihat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

tentang Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Investasi), maka penulis

menarik kesimpulan bahwasanya penulis lebih cenderung kepada pendapat

Yusuf al-Qaradhawi yang mengatakan bahwasanya harta zakat itu boleh untuk

diinvestasikan. Akan tetapi penulis berpendapat boleh dana zakat digunakan

untuk diinvestasikan dengan adanya beberapa syarat, di antaranya:

1. Kebutuhan pokok para mustahiq sudah terpenuhi semuanya, karena tidak

bisa bilamana menginvestasikan harta zakat sementara mustahiq kebutuhan

pokoknya masih ada yang belum terpenuhi.

2. Harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan oleh syariah dan peraturan

yang berlaku (al-thuruq al-masyru‟ah). Jadi jangan sampai dana tersebut

dipergunakan untuk investasi ke dalam bidang-bidang yang dinilai maksiat,

seperti investasi ganja, minuman keras, dan sebagainya.

3. Diinvestasikan ke dalam bidang-bidang usaha yang dinilai dan diyakini

dapat memberikan keuntungan nanti di masa yang akan datang.

4. Dilakukan oleh suatu institusi/lembaga yang professional dan dapat

dipercaya (amanah). Sehingga kemungkinan akan terjadinya kecurangan

dan kerugian nanti tidak terlalu besar jumlahnya

Page 92: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

79

Contoh menginvestasikan harta zakat ke dalam salah satu bidang yang

mendatangkan manfaat adalah pembangunan Pembangkit listrik Tenaga Mikro

(PLTMH) di Jambi. Berkat dana zakat yang diinvestasikan ke arah tersebut

telah mendukung menyediakan suplai listrik bagi 806 rumah tangga di empat

desa di provinsi Jambi, yaitu Desa Lubuk Bangkar (60 KW), Ngaol (40 KW),

Air Liki (40 KW), dan Air Liki Baru (40 KW), sehingga memberikan

kemanfaatan bagi 8 ribu orang.40

Bayangkan bila dana zakat dipergunakan untuk investasi ke dalam bidang

lain yang menguntungkan seperti itu maka selain harta zakat yang semakin

bertambah, pembangunan di Negeri di daerah kawasan-kawasan yang

tertinggal pun akan semakin merata dan bertambah.

40

https://m.republika.co.id/amp/pjbcw9423

Page 93: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya yang telah dijelaskan dan untuk

mengakhiri dalam pembahasan skripsi ini, penulis dalam bab ini memberikan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Yusuf al-Qaradhawi berpendapat, bahwasanya boleh harta zakat

digunakan untuk investasi ke dalam bidang apapun asalkan dapat

mendatangkan manfaat di masa mendatang bagi mustahiq itu dibolehkan,

karena hasil yang didapati dari proses tersebut bisa melipatgandakan jumlah

harta sehingga nantinya kemanfaatanya kembali kepada para mustahiq.

Sedangkan Wahbah al-Zuhaili berpendapat, bahwa tidak boleh melakukan

investasi terhadap harta zakat ke dalam bidang apapun sebelum harta tersebut

jatuh ke tangan mustahiq (al-milk al-tam), pendapat ini berdasarkan pada:

a. Bertentangan dengan prinsip al-fauriyyah (segera), karena bila harta zakat

tersebut diinvestasikan otomatis pasti akan menyebabkan tertundanya

pemberian hak mustahiq. Dikhawatirkan ketika pemberiannya ditunda akan

menyebabkan fakir miskin kelaparan dan memerlukan biaya ketika itu.

b. Bila harta zakat tersebut diinvestasikan, dikhawatirkan nanti menyebabkan

terjadinya kerugian dan lenyapnya harta, sedangkan harta tersebut belum

jatuh ke tangan mustahiq dan belum ada proses al-qabdhu (serah terima).

c. Belum diketahui izin dan kerelaan dari mustahiq bila harta zakat yang akan

didapatinya diinvestasikan, karena bisa terjadi ketika dilakukan investasi

terhadap harta zakat akan ada para mustahiq yang tidak menerimanya.

Setelah memperhatikan pendapat dan dalil yang digunakan oleh masing-

masing tokoh yakni Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi, di samping

itu juga melihat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

tentang Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Investasi), maka penulis

menarik kesimpulan bahwasanya penulis lebih cenderung kepada pendapat

Yusuf al-Qaradhawi yang mengatakan bahwasanya harta zakat itu boleh untuk

Page 94: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

81

diinvestasikan.. Akan tetapi penulis berpendapat boleh dana zakat digunakan

untuk diinvestasikan dengan adanya beberapa syarat, di antaranya:

1. Kebutuhan pokok para mustahiq sudah terpenuhi semuanya, karena tidak

bisa bilamana menginvestasikan harta zakat sementara mustahiq masih

butuh kepada dana zakat tersebut dan kebutuhan pokoknya masih ada yang

belum terpenuhi.

2. Harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan oleh syariah dan peraturan

yang berlaku (al-thuruq al-masyru’ah).

3. Harta zakat tersebut diinvestasikan ke dalam bidang-bidang usaha yang

dinilai dan diyakini dapat memberikan keuntungan nanti di masa yang akan

datang.

4. Dilakukan oleh suatu institusi/lembaga yang professional dan dapat

dipercaya (amanah). Sehingga kemungkinan akan terjadinya kecurangan

dan kerugian nanti tidak terlalu besar jumlahnya

Page 95: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

82

B. Saran

Setelah melalui proses pembahasan dan kajian tentang penggunaan dana

zakat untuk istitsmār (investasi) studi komparatif distribusi zakat menurut

Wahbah al-Zuhaili dan Yusuf al-Qaradhawi, kiranya penulis perlu

mengemukakan beberapa saran yang nantinya akan menjadi kelanjutan dari

kajian ini, yakni;

a. Sebaiknya ada kerelaan dari para mustahiq bilamana harta zakat itu ingin

diinvestasikan, karena mungkin saja bisa terjadi ada fakir miskin yang

kelaparan atau memerlukan biaya yang tidak bisa ditunda pada saat harta

zakat itu diinvestasikan

b. Bilamana ingin melakukan investasi terhadap harta zakat seyogyanya

diinvestasikan kepada bidang-bidang yang diyakini akan memberikan

keuntungan atas dasar studi kelayakan. Supaya dapat memperkecil

terjadinya kerugian atau bahkan lenyapnya harta zakat tersebut.

c. Diharapkan adanya campur tangan pemerintah, yakni terkait dengan

masalah perzinnan investasi (istitsmar). Dalam proses ini izin harus

diperoleh dari Pemerintah dan Pemerintah harus menggantinya apabila

terjadi kerugian atau pailit. Oleh sebab itu mesti ada pendataan terhadap

institusi/lembaga yang sekiranya itu professional dan dapat dipercaya

(amanah).

Page 96: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

83

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Qasim Haji. Istitsmār Amwāl al-Zakah wa Dauruhu fi Tahqiqi al-

Fi’liyyah al-Iqtishādiyyah. T.tp.: al-Markaz al-Jami‟, t.th.

al-Ghafiliy, Abdullah bin Manshur. al-Nawāzil al-Zakah; Dirāsah Fiqhiyyah

Ta’shiliyyah li Mustajidāt al-Zakah. t.t., Bank al-Bilad, 2008.

al-Hafzhawiy, Muhammad bin Abdul Rahman. Ahkām Istitsmār al-Zakah wa

Tathbiqatih.

Ali, Nuruddin Mhd. Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta:

Rajawali Pers.

al-Jaziri, Abdur Rahman, al-Fiqh alā Madzāhib al-Arb’ah. Qahirah: Dar al-Fikr,

2011. juz. 2, h. 501.

al-Khulaqiy, Zahir bin Umar, Istitsmār Amwāl al-Zakah fi Masyāri’ Ta’ūdu Alā

Mustahiqihā. al-Majalah al-Qalam, 2014.

al-Malibari, Zainuddin ibn Abdul Aziz, Fath al-Mu’in bi Syarhi Qurratu al-‘Ain,

Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2009.

al-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syaraf, Al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab.

Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

al-Qaradhawi, Yusuf. Fiqh al-Zakah. Beirut: Mu‟assasāh al-Risālah, 1994.

--------------. Daur al-Zakāh fi „Ilāji al-Musykilāt al-Iqtishādiyyah. al-Qahirah: Dar

al-Syuruq, 2001.

--------------. Fatwa Qardhāwi, terjemahan, H. Abdurrachman Ali Bauzir.

Surabaya: Risalah Gusti.

--------------. Halal dan Haram Dalam Islam, terj; H. Mu‟ammal Hamidy,.

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976.

--------------. Musykilat al-Faqr Wa Kayfa Ālajah al-Islam. Beirut; Muassasah ar-

Risalah, 1994.

--------------. Norma dan Ekonomi Sosial. Jakarta: Gema Insan Press, 2006.

al-Suyuthi, Jalaluddin bin Abdurrahman. al-Asybāh wa al-Nazhāir. Beirut: Dar al-

Fikr, 2011.

Page 97: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

84

al-Zuḥailī, Wahbah. al-Tafsīr al-Munīr fī al- ‘Aqīdah wa al-Sharī’ah wa al-

Manhaj. Damaskus: Dār al-Fikr, 1998.

--------------. al-Fiqh Islam wa Adillatuhu. Dimasyqi: Dar al-Fikr, 1997.

--------------. al-Fiqih Islam wa Adillatuhu; Penerjemah; Abdul Hayyie al-Kattani,

dkk. Jakarta : Gema Insani.

Amiruddin, dan H. Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Djamil, Fathurrahman. Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori, dam Konsep.

Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Hafidhuddin, Didin, dkk. The Power of Zakat; Studi Perbandingan Pengelolaan

Zakat Asia Tenggara. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

--------------. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah.

Jakarta: 2007.

Izzuddin, Abu Muhammad bin Abdissalam. Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-

Anam. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi Luring Resmi Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.

Masuko, Siti. “Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam

Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”. Skripsi S1 Fakultas Syariah

Muhammad, Abu Abdillah bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju‟fi al-

Bukhari. Shahih Bukhari. al-Qahirah: Dar at-Taufiq li at-Turats, 2012. juz.

Muslim bin al-Hajjaj (Imam Muslim). Shahih Muslim. al-Qahirah: Dar al-Hadits,

2010.

Muslim, ”Pemikiran Yusuf Al-Qardhawi Tentang Zakat Investasi Dalam

Perspektif Hukum Islam, Riau.”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasyim Pekan Baru, 2011.

Rahayu, Lisa. “Makna Qaulan dalam al-Qur’an; Tinjauan Tafsir Tematik

Menurut Wahbah al-Zuhailī”. Skripsi Sarjana, Fakutas Ushuluddin

Univesitas UIN SUSKSA Riau, Pekanbaru, 2010.

Page 98: PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMĀR (INVESTASI)repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...sholat yang lima waktu tersebut dengan tidak meninggalkannya walaupun dalam keadaan

85

Sulaiman, Najmuddin bin Abdul Qawiy bin Abdul Karim. Syarh Mukhtashar al-

Raudhah. t.t, al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su‟udiyyah, 2008.

Talimah, Ishom, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhāwi. Alih Bahasa Samson

Rahman, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 4

Taqiyuddiin, Abi Bakr bin Muhammad. Kifāyah al-Akhyāar ‘alā Ghāyah al-

Ikhtishār. Beirut: Dar al-Minhāj, 2008.

Yahya, Muchtar dan Fathur Rahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih

Islam. Bandung: PT. al-Ma‟arif