penggunaan biofilter anaerobic

72
PENGGUNAAN BIOFILTER ANAEROBIC-AEROBIC PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT PENGGUNAAN BIOFILTER ANAEROB-AEROB TERHADAPLIMBAH CAIR RUMAH SAKIT Dr.Syahriar Tato A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio – ekonomi mempunyai fungsi dan tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Kegiatan rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi kemungkinan besar juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat pembuangan limbahnya tanpa melaui pengolahan yang benar sesuai dengan prinsip – prinsip pengelolaan lingkungan secara menyeluruh. Meningkatnya tuntutan akan pelayanan kesehatan semakin mendorong peningkatan laju pertumbuhan rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Meningkatnya jumlah rumah sakit yang beroperasi maka potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan rumah sakit akan semakin meningkat pula, baik oleh aktifitas pembuangan limbah infeksius maupun oleh kegiatan pembuangan limbah domestik yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi terhadap penurunan derajat kesehatan masyarakat.

Upload: muazis-subiyanto

Post on 07-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Biofilter Anaerobic

PENGGUNAAN BIOFILTER ANAEROBIC-AEROBIC PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

PENGGUNAAN BIOFILTER ANAEROB-AEROB TERHADAPLIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

Dr.Syahriar Tato

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio – ekonomi mempunyai fungsi dan tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Kegiatan rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi kemungkinan besar juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat pembuangan limbahnya tanpa melaui pengolahan yang benar sesuai dengan prinsip – prinsip pengelolaan lingkungan secara menyeluruh.

Meningkatnya tuntutan akan pelayanan kesehatan semakin mendorong peningkatan laju pertumbuhan rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Meningkatnya jumlah rumah sakit yang beroperasi maka potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan rumah sakit akan semakin meningkat pula, baik oleh aktifitas pembuangan limbah infeksius maupun oleh kegiatan pembuangan limbah domestik yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi terhadap penurunan derajat kesehatan masyarakat.

pencemaran akibat limbah rumah sakit utamanya limbah cair sering mengundang protes warga. Setiap tahun ada saja kasus yang diadukan warga akibat limbah buangan yang mengganggu, tahun 2004 pencemaran sungai Bengawan Solo akibat banyaknya limbah rumah sakit yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, (http://arton.blog.uns.ac.id), tahun 2005 tiga rumah sakit dilaporkan kepada pihak yang berwajib akibat pencemaran yang ditimbulkan (http://www. Infoanda.com/id), tahun 2008 rumah sakit Wayanga di Bali pembuangan limbahnya mengancam kesehatan warga (http:/indoincenerator.blogspot.com), dan tahun 2010 WALHI Jabar memprotes limbah loundry rumah sakit akibat pencemaran yang ditimbulkannya (http:/community.um.ac.id) .

Page 2: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Buangan air limbah yang tidak diolah akan menyebabkab dampak pencemaran lingkungan, hal ini sangat dirasakan utamanya rumah sakit yang berada dekat dengan perumahan warga. Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya (Abel). Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.

Hasil pemantauan kualitas air limbah rumah sakit di beberapa tempat di Jakarta menunjukkan bahwa rata – rata Biological Oxygen Demand (BOD) 353,43mg/l, Chemical Oxygen Demand (COD) 615,01 mg/l, dan Total Suspended Solid (TSS) 119,25 mg/l, sedangkan pemeriksaan pendahuluan pada tempat penampungan limbah effluent rumah sakit jiwa Kendari bersumber dari dapur, loundry, dan ruangan perawatan menunjukkan kandungan BOD5 324,44 mg/l, COD 595,78 mg/l, TSS 245,8 mg/l. Kondisi ini masih sangat tinggi dari kadar maksimal yang di persyaratkan yakni BOD5 30 mg/l, COD 80 mg/l, TSS, 30 mg/l.

Instalasi pengolahan air limbah rumah sakit secara pabrikan telah tersedia, namun yang menjadi kendala adalah harga, biaya operasional, dan pemeliharaan yang relatif mahal. Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebagai upaya menyediakan teknologi alternatif untuk menurunkan kadar BOD5, COD dan TSS dalam air limbah rumah sakit seperti yang telah dilakukan oleh Zaenab, dengan sistem filter aerob dan variasi waktu tinggal, media batu pecah diperoleh efektifitas pengolahan penurunan kandungan BOD5 (59,9%), kandungan COD (63,4%) dan kandungan SS (52,1%), Sahani mengunakan pengolahan biologis proses anaerob-aerob, media batu pecah dapat menurunkan kadar BOD5 (79%), kadar TSS (74,8%) dan Coliform (64,5%) dan H.Rasyidin dengan parameter BOD5, COD, dan TSS sistem UAASB media batu pecah BOD5 turun 62,96, COD turun 62,55 dan TSS turun 42,63%.

Berdasarkan fakta diatas, menggunakan biofilter anaerob-aerob model sarang tawon dengan limbah karet, dengan bahan yang mudah didapat juga teknologi ini dapat mengurangi volume sampah. Bahan dari karet mudah terjadi rekatan filamen bakteri karena memiliki pori yang lebih besar, model sarang tawon memiliki luas permukaan efektif yang lebih dibandingkan dengan model batu pecah sehingga hasilnya lebih efektif dan mudah dibersihkan. Media filter model sarang tawon merupakan media kontak mikroba dengan air limbah sehingga yang sangat berperan adalah waktu tinggal dan waktu kontak.

Page 3: Penggunaan Biofilter Anaerobic

B. Pengertian tentang Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Kepmenkes no 1204 tahun 2004)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU no 44 tahun 2009)

C.Tentang Limbah Cair Rumah Sakit

Seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll (Said)

D. Sumber dan Karakteritik Air Limbah Rumah Sakit

1. Sumber Limbah Cair

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll. Air limbah laboratorium; dan lainya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung senyawa

Page 4: Penggunaan Biofilter Anaerobic

pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.

2. Karakteritik Limbah Cair Rumah Sakit

Karakteritis dan Komposisi Limbah Cair

Sesuai dengan sifat dan bahannya, air limbah rumah sakit dapat dikategorikan sama dengan air limbah domestik, kecuali air limbah dari laboratoriumnya. Karakteristik air limbah domestik yang masih baru, berupa cairan keruh berwarna abu – abu dan berbau tanah. Bahan ini mengandung padatan berupa hancuran tinja, sisa – sisa makanan dan sayuran, padatan halus dalam suspensi koloid, serta polutan yang terlarut. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa air limbah domestik 99,9 % terdiri dari air dan 0,1 % adalah padatan. Padatan dalam air limbah domestik sekitar 70 % terdiri dari bahan organik dan sekitar 30 % terdiri dari bahan an-organik. Sifat bahan organik dalam limbah domestik relatif lebih disukai oleh mikroorganisme, oleh karenanya kandungan BOD, COD, Nitorgen, Phosphat, minyak – lemak dan TSS yang lebih dominan

(Lister dan Edge).

Sifat Fisik Limbah Cair

Parameter – parameter yang penting dalam air buangan yang termasuk dalam karakteristik fisik antara lain, :

Kandungan zat padat total ( Total Solid, TS)

Temperatur

Warna

Bau.

Page 5: Penggunaan Biofilter Anaerobic

1) Total Solid

Didefenisikan sebagai zat – zat yang tertinggal sebagai residu penguapan pada temperatur 105° C. Zat – zat lain yang hilang pada tekanan uap dan temperatur tersebut tidak didefinisikan sebagai total solid.

2) Suhu

Umumnya temperatur air buangan lebih tinggi dari temperatur air minum. Karena adanya penambahan air yang lebih panas dari bekas pemakaian rumah tangga atau aktivitas pabrik, serta adanya kandungan polutan dalam air. Temperatur pada air buangan memberikan pengaruh pada :

– Kehidupan air

– Kelarutan gas

– Aktivitas bakteri

– Reaksi – reaksi kimia dan kecepatan reaksi

3) Warna

Page 6: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Pada umumnya air limbah buangan domestik yang segar berwarna abu-abu, setelah terjadi penguraian senyawa organik oleh bakteri air limbah akan berubah warna menjadi hitam . Hal ini menunjukan bahwa air buangan telah menjadi atau dalam keadaan septik.

4) Bau

Bau dalam air buangan biasanya disebabkan oleh produksi gas – gas hasil dekomposisi zat organik. Gas Asam Sulfida (H2S) dalam air buangan adalah hasil reduksi dari sulfat oleh mikororganisme secara anaerobik.

3. Pengaruh limbah Cair Terhadap Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke badan air (misalnya: kanal, sungai) akan mencemari badan air tersebut. Karena air limbah banyak mengandung zat organik akan menjadi nutrien bagi microorganismen, mendorong pertumbuhan alga, sehingga terjadi blooming, perombakan zat organik oleh bakteri aerob akan menyebabkan habisnya oksigen terlarut dalam badan air sehingga aquatik life akan mati, bakteri anaerob pun bekerja sehingga melepaskan gas H2S, yang menimbulkan bau (Tickell).

Pembuangan air limbah yang tidak diolah secara benar akan menyebabkan dampak sekunder seperti terjadinya eutropikasi pada badan air penerima buangan bahkan di sekitar muara, kandungan senyawa Nitrit, dan Phospor dari limbah detergen meningkatkan nutrien pada badan air (Mason)

Apabila kondisi tersebut tetap berlanjut dan pencemaran akan terjadi secara terus-menurus maka pada badan air akan terjadi zona septik, yang sangat kondusif untuk menjadi habitat bakteri maupun kuman pathogen lainnya sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia utamanya bila ini terjadi pada daerah aktifitas seperti permandian dan aktifitas nelayan (Tickell,)

4. Pengaruh Limbah Cair Terhadap Kesehatan

Page 7: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Limbah cair yang dibuang tanpa pengolahan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan masyarakat atau lingkungan hidup manusia. Air limbah rumah sakit pada umumnya mengandung bahan-bahan yang beracun dan berbagai kuman patogen tergantung dari mana air limbah tersebut berasal seperti, dari ruang parawatan penyakit thypoid makan air limbanya kemungkinan mengandung bakteri thypoid, ruang perawatan dysentery kemungkinan mengandung kuman dysentery ( Abel).

Tabel 1: Jenis Penyakit yang Dapat Ditularkan Melalui Air Limbah

Jenis Mikroba

Penyakit

Virus

Virus Hepatitis

Virus Poliomyelitie

Hepatitis A

Page 8: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Poliomyelitis

Bakteri

Vibrio cholerae

Escherichia coli

Salmonella typhi

Salmonella paratyphi

Shigella dysenteriae

Cholera

Diare/dysentri

Thyphus abdominale

Patrathypus

Page 9: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Dysentri

Protozoa

Entaamoeba histolytica

Balantidia coli

Gardia Lamblia

Dysenteri amoeba

Balantidiasis

Giardiasis

Metazoa

Ascaris lumbricoides

Chlonorchis sinensis

Diphllobothrium latum

Page 10: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Tania saginata/solium

Schistosoma

Ascariasis

Clonorchiasis

Diphlobothriasis

Taneasis

Schistosomiasis

Sumber: Abel (2002)

Beberapa kuman pathogen yang kerap terdapat pada air limbah yang dapat menyebakan penyakit dapat dilihat pada tabel 1

Page 11: Penggunaan Biofilter Anaerobic

5. Gangguan Bau dan Estetika.

Air limbah yang banyak mengandung zat organic pada badan air akan diurai oleh bakteri aerob bila kondisi oksigen terlarut masih ada namun jika pencemaran terus-menerus terjadi maka oksigen terlarut akan habis perombakan zat organic akan dikakukan oleh bakteri anaerob yang menghasilkan gas H2S. sebagai mana dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 : Mekanisme proses metabolisme di dalam air limbah.

D.Teknik Pengolahan Limbah Cair.

Teknik pengolahan air limbah menurut Tickell sebagai berikut:

Page 12: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Gambar 2 : Skema Pengolahan air limbah Menurut Tickell

Page 13: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Pengolahan Primer ( Primary Treatment)

Sebelum pengolahan pertama, perlu kiranya dilakukan pengolahan pendahuluan ( pre treatment). Adapun kegiatannya berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda kasar serta yang mengendap seperti pasir.

Tahap awal dari pengolahan awal adalah menghilangkan zat padat yang kasar yaitu dengan jalan melewatkan air limbah melalui bar screen atau saringan kasar untuk menghilangkan benda yang besar.

Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan ataupun pengapungan ( seperti lemak). Pengendapan (sedimentasi) adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang, bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi.

Hampir seluruh tahapan pertama dari pengolahan air limbah konvensional adalah pengendapan bahan-bahan padat di dalam tangki sedementasi. Fungsi utama daripada proses sedimentasi adalah pengambilan (removal) padatan tersuspensi yang bisa mengendap untuk menghasilkan supranatan yang jernih. Disamping itu, tangki sedimentasi juga harus mengumpulkan dan membuang subnatant berupa lumpur (sludge), karena itu pengumpulan lumpur dan pembuangannya merupakan hal penting agar tangki dapat berfungsi dengan baik.

Dari bak pengendap awal lumpur atau padatan tersuspensi sebagain besar mengendap. Waktu tinggal dalam bak pengendap awal kurang lebih 2-6 jam, dan lumpur atau padatan yang telah mengendap dikumpulkan pada bak pengendap lumpur (Said,)

Pengolahan Skunder ( Secondary Treatment)

Page 14: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi banyak faktor antara lain jumlah limbah, tingkat kekotoran limbah, jenis kotoran dan sebagainya. Unit yang biasa digunakan dalam pengolahan kedua dapat berupa saringan tetes (trickling filter), lumpur aktif (Activated sludge) dan kolam stabilisasi (stabilization ponds), Biofilter tercelup (submerged biofilter), kontaktor biologi berputar (rotary biology contactor) ( Mitcalf & Eddy).

Pengolahan Tersier (Tertiary Treatmen)

Pengolahan ini adalah kelanjutan dari pengolahan-pengolahan terdahulu. Oleh karena itu pengolahan jenis ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan pengolahan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.

Beberapa standar efluen membutukan pengolahan tahap ketiga, yaitu disamping untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan tertentu, yang tidak dapat diolah secara biologis sehingga membutuhkan pengolahan lanjutan atau pengolahan khusus Tickell (2004) mengistilahkan pengolahan ini sebagai edvenced treatment

Menurut Lester.J & Edge.D, pengolahan air limbah secara konfensional meliputi tiga tahapan proses termasuk preliminey treatment, Primary Sedimentation dan Secondary ( biological) treatment.

Page 15: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Secara skematik dapat lihat pada gambar 3 .

Gambar 3 : Skema Pengolahan air limbah konfensional

Page 16: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu terbukti bahwa dengan pengolahan biologis dapat menurunkan parameter-parameter seperti: BOD, COD, dan TSS. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2

Jenis teknologi pengolahan air limbah tergantung dari analisa kualitas air limbah dan penggunaan effluen. Kekuatan ekonomi daerah terutama tergantung dari ekonomi penduduk memakai jasa dan digunakan untuk pengembalian uang investasi dan biaya pemeliharaan.

Tabel 2: Data-data Hasil Penelitian Eksperimen Limbah Cair

No.

Peneliti

Objek Penelitian

Page 17: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Jenis Pengolahan

Hasil (menurunkan)

1.

Azizah, dkk (2005)

Limbah RS

Biofilter Aerob

-BOD (42%),

-COD ( 41%),

-TSS (18,75),

-Coliform (5,17%)

2.

Page 18: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Rezee.A et. All (2005)

Limbah Rumah sakit

Integreted Biofilter Anerob-aerob

– BOD (90%)

– COD (92,3%)

– SS (95%)

3.

Sahani (2006)

Limbah RS

Biofilter Anerob-aerob

– BOD (79,5%)

– TSS (74,8%)

– COD (80,7%)

Page 19: Penggunaan Biofilter Anaerobic

4.

Zaenab (2006)

Limbah RS

Biofilter Aerob

– BOD (59,9%)

– COD (63,4%)

– SS (52,1%)

5.

Rasyidin (2008)

Limbah RS

Biofilter Anerob-aerob (UASB)

– BOD (75,5%)

Page 20: Penggunaan Biofilter Anaerobic

– COD (70,3%)

– SS (62,6%)

6.

Kristaufan, dkk (2010)

Limbah Industri kertas

Biofilter Anerob-aerob (UASB)

– BOD (95%)

– COD (87%)

– TSS (85%)

Sumber: Data dari beberapa hasil penelitian

Di dalam suatu sumber limbah seperti rumah sakit karekteristik air limbahnya sangat heterogen, dan cenderung tidak dapat diolah bersama-sama. Limbah laboratorium, memiliki komposisi kimia yang

Page 21: Penggunaan Biofilter Anaerobic

tinggi, tidal dapat diolah secara biologis karena sifat kimia yang toksik dapat membunuh bakteri sebagai pengurai limbah, begitu pula limbah farmasi, dan terlebih lagi limbah radiologi, membutuhkan penanganan tersendiri sebelum di gabung bersama dalam limbah domestik untuk di oleh secara biologis (Said).

Secara skematik dapat dilihat pada gambar 4.

Page 22: Penggunaan Biofilter Anaerobic
Page 23: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Gambar 4 : Skema Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

E.Metode Pengolahan Secara Biologis

Pengolahan secara biologis, merupakan salah satu bentuk perlakuan terhadap limbah cair dengan menggunakan organisme perombak limbah. Karena itu sering juga disebut metode biologis yang memanfaatkan kehidupan bakteri dalam merobak limbah cair (Ginting)

Pengolahan air buangan secara biologis adalah suatu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan subtrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut (Said).

Menurut Said, proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu:

Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di dalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas.

Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di dalam air ada dalam konsentrasi lemah

Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.

Page 24: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Menurut Mitcalf & Eddy, Berdasarkan kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan dalam proses biologis tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Kebutuhan microorganisme pengurai akan nutrisi dihitung dengan rasio jumlah mikroorganisme dan makanan Food/Mikroorganisme

Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan dalam proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang di atas suatu media dengan membentuk suatu lapisan lendir ( lapisan biofilm) untuk melekatkan diri di atas permukaan media tersebut. Rasio perbandingan mikroba dengan makanan dihitung dengan perbandingan bahan organik per kubik (M3) media dalam hari dapat dihitung dengan rumus BOD loding = Q X S0 / V dalam kg/M3.Hari. Rasio yang menghasilkan penyisihan yang memuaskan antara 0,008 – 0,4 atau di bawah range ini (Said).

Menurut Mc. Kinney.R.E , mekanisme pengolahan anaerob dan aerob meliputi :

Proses Pengolahan Biologis secara Anaerob

Mekanisme Proses Anaerob

Polutan-pulutan organik komplek seperti: lemak, protein, dan karbohidrat dalam kondisi anaerobik akan dihidrolisa oleh enzim hydrolase yang dihasilkan oleh bakteri pada tahap pertama. Enzim penghidrolisa seperti lipase, protease dan cellulase. Hasil hidrolisa polimer-polimer diatas adalah monomer seperti monosakarida, asam amino, peptida dan gliserin, selanjutnya monomer-monomer ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemak (lower fatty acids) dan gas hidrogen.

Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi metan. Lebih jauh lagi terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah yang dapat di reaksikan pada gambar berikut ini:

Senyawa Organik CH4 + CO2 + H2 +NH3 + H2S

Meskipun beberapa jamur (fungi) dan protozoa dapat ditemukan dalam penguraian anaerobik, bakteri-bakteri merupakan mikroorganisme yang paling dominant bekerja didalam proses penguraian anarobik.

Page 25: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Sejumlah besar bakteri anaerobik dan fakultatif (seperti: Bacteroides, Bifiddobacterium, Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus) terlibat dalam proses hidrolisis dan fermentasi senyawa organik.

Ada empat grup bakteri yang terlibat dalam transformasi material komplek menjadi melekul yang sederhana, seperti metan dan karbon dioksida, kelompok tersebut adalah kelompok bakteri hidrolitik, bakteri asidogenik fermentatif, bakteri asetogenik dan bakteri metanogen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanisme Proses Anaerob.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penguraian secara anaerob antara lain:

1) Temperatur

Produksi metan dapat dihasilkan pada temperatur antara 00C- 970C, bakteri metan psychrophilic hidup pada suhu 0 – 20 0C, mesophilic 20 – 45 0C, dan thermoplilic 45 – diatas 900C (Wistreich & Lechtman, 1980). Pada umumnya bakteri lebih banyak yang bersifat mesophilic terdapat dalam pengolahan air limbah (Gaudy & Gaudy, 1980).

2) Waktu Tinggal

Waktu tinggal air limbah dalam reaktor anaerob, yang tergantung pada karakteristik air limbah dan kondisi lingkungan, harus cukup lama untuk proses metabolisme oleh bakteri anaerob dalam reaktor pengurai.

3) Keasaman (pH)

Pengolahan dengan cara biologis tidak akan berjalan dengan baik jika pH berada diluar kisaran 6,5 – 8,5 (Schroeder,1977). Namun menurut Gaudy & Gaudy pada umumnya bakteri pH optimumnya netral namun kisaran dapat hidup antara 5 – 9.

Page 26: Penggunaan Biofilter Anaerobic

4) Komposisi Kimia Air Limbah

Air limbah yang mengandung carbohidrat, lemak, dan protein sangat baik untuk perkembangan bakteri selain itu unsur micro seperti nitrogen, fosfor dan sulfur juga sangat penting (Wistreich & Lechtman). Karena proses perkembangan bakteri diharapkan terjadi secara alami dalam air limbah maka komposisi penyusun struktur hasel harus tersedia seperti carbon, oksigen, nitrogen, hydrogen, phosphor, sulfur, calcium, dan besi (Schroeder).

Keunggulan dan Kekurangan Proses Anaerob

Keunggulan dari pada proses anaerob adalah sebagai berikut:

1) Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 yang ada sebagai penerima elektron. Menghasilkan lebih sedikit lumpur, anergi yang dihasilkan oleh bakteri anaerobik relatif rendah.

2) Menghasilkan gas metan yang mengandung sekitar 90% energi untuk menghasilkan listrik untuk menurunkan BOD dalam penguraian lumpur limbah.

Kelemahan daripada proses anaerobik adalah:

1) Lebih lambat dari proses aerobik

2) Sensitif oleh senyawa toksik

Proses Pengolahan Biologis secara Aerob

Mekanisme Proses Aerob

Di dalam proses pengolahan air limbah organik secara aerob, senyawa komplek organik akan terurai oleh aktifitas mikroorganisme aerob. Mikroorganisme aerob tersebut didalam aktofitasnya memerlukan oksigen atau udara untuk memecah senyawa organik yang komplek menjadi CO2 dan air serta

Page 27: Penggunaan Biofilter Anaerobic

amonium, selanjutnya amonium akan dirubah menjadi nitrat dan H2S akan dioksidasi menjadi sulfat. Secara sederhana reaksi penguraian organik secara aerobik dapat digambarkan sebagai berikut:

Oksigen (O2)

Senyawa Polutan organik CO2 + H2O + NH4 + Biomassa

Heterotropik

Faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanisme Proses Aerob

Proses aerob yang perlu diperhatikan:

1) Temperatur

Temperatur tidak hanya mempengaruhi aktivitas metabolisme dari populasi mikroorganisme, tetapi juga mempengaruhi beberapa faktor seperti kecepatan transfer gas dan karakteristik pengendapan lumpur. Temperatur optimum untuk mikroorganisme dalam proses aerob tidak berbeda dengan proses anaerob

2) Keasaman (pH)

Nilai pH merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan mikroorganisme. Sama dengan proses anaerob bakteri aerob memuliki lingkungan pH yang optimum bila pH netral dan dapat bertahan hidup dalam kisaran 6 – 8 (Moore & Moore).

Page 28: Penggunaan Biofilter Anaerobic

3) Waktu Tinggal Hidrolisis (WTH)

Waktu tinggal Hidrolisis ( WTH) adalah waktu perjalanan limbah cair didalam reaktor atau lamanya proses pengolahan limbah cair tersebut. Semakin lama waktu tinggal, maka penyisihan yang terjadi akan semakin besar. Sedangkan waktu tinggal pada reaktor sangat bervariasi dari mulai 1 jam hingga berhari-hari.

4) Nutrien

Disamping kebutuhan karbon dan energi, mikroorganisme juga membutuhkan nutrien untuk sintesa sel dan pertumbuhan. Kebutuhan nutrien dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara bahan organik dan volume media penyangga.

Keunggulan dan Kekurangan Proses aerob

Keunggulan dari pada proses aerob adalah sebagai berikut:

1) Sudah dikenal dan pada umumnya dipakai baik untuk kapasitas besar maupun kecil

2) Diterapkan dalam pengolahan air limbah untuk konsentrasi BOD dan COD rendah dan temperatur 50C-300C

3) Efluen dapat langsung dibuang ke badan penerima

Kelemahan daripada proses aerobik adalah:

1) Membutuhkan area yang lebih luas

Page 29: Penggunaan Biofilter Anaerobic

2) Pemakaian energi lebih tinggi dengan adanya aerator

3) Lumpur yang dihasilkan banyak.

F. Reaktor Biofilter

Reaktor biofilter lekat adalah suatu bioreaktor lekat tetap, dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang diatas suatu media yang terbuat dari batu pecah, plastik atau benda lainnya yang didalam operasinya dapat tercelup sebagian, atau keseluruhan, atau hanya dilewati air saja dengan membentuk suatu lapisan lendir, untuk melekat diatas permukaan media tersebut, sehingga membentuk lapisan biofilm (Said).

Bakteri dibiakkan secara lamiah, air limbah yang banyak mengandung zat organik sebagai unsur penyusun sell akan sangat disukai oleh bakteri. Biofilm adalah kumpulan dari sel-sel mikroorganisme/mikroba khususnya bakteri yang melekat pada suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat polisakarida yang diekskresikan oleh sel-sel bakteri. Terbentuknya biofilm adalah karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro dan relung (niche) mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang mengalir. Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi mikroorganisme karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih tinggi daripada di dalam larutan.http://id.wikipedia.org/wiki/Biofilm – cite_note-Madigan-0 Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada permukaan biasanya lebih tinggi daripada di air (Wistreich & Lechtman)

Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis besar dapat dilakukan dalam kondisi anaerobik dan aerobik, atau kombinasi anarobik dan aerobik. Proses aerobik dilakukan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, dan proses anaerobik dilakukan dengan tanpa oksigen di dalam reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan gabungan proses anaerobik dan aerobik.

Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter atau biofilm tercelup dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang didalamnya diisi dengan dengan media penyangga untuk perkembangbiakan mikroorganisme, dengan atau tanpa aerasi. Posisi media filter

Page 30: Penggunaan Biofilter Anaerobic

tercelup dibawa permukaan air. Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan material organik atau bahan material anorganik

Untuk media biofilter dari bahan organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-lain. Sedangkan untuk media dari bahan anorganik misalnya batu pecah (split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara dan lainnya.

Dalam proses biologis sifat media dan bahan penyangga dapat di lihat pada gambar 5 :

Gambar 5 :Proses film mikrobiologis dan jenis media penyangga

Page 31: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter aerobik, sistem suplai udara dapat dilakukan berbagai cara, seperti aerasi samping, aerasi tengah, aerasi merata seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan sistem ”air lift pump” dan aerasi dengan sistem mekanik. Metode aerasi dapat dilihat pada gambar 6.

Gambat 6 : Teknik aerasi pada media biofilter aerob tercelup

Kebutuhan oksigen apabila menggunakan erator sangat tergantung dengan metode sistem pengolahan yang dipilih untuk kongkritnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3: Aerasi dan kebutuhan oksigen

Jenis Pengolahan

Kebutuhan Oksigen

Lama Aerasi

Keterangan

High Rate Aeration

Page 32: Penggunaan Biofilter Anaerobic

˃ 15

2- 3 jam

Kebutuhan oksigen =

Q udara / Q air

Modified Aeration

2 – 3,5

1,5 -3 jam

Kontatc stabilization

˃ 12

5 jam

Sumber : Said

Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke bawah (down flow), maka sedikit banyak akan terjadi efek filtrasi sehingga terjadi proses penumpukan lumpur organik pada bagian atas media yang dapat

Page 33: Penggunaan Biofilter Anaerobic

menyebabkan penyumbatan. Oleh karena itu perlu pencucian secukupnya. Jika terjadi penyumbatan maka dapat terjadi suatau aliran singkat dan juga terjadi penurunan jumlah aliran sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun secara dratis.

Dewasa ini terdapat berbagai macam teknologi terapan yang telah dikembangkan oleh para peneliti dan ahli di bidang pengolahan limbah cair. Teknologi tersebut diharapkan dapat ikut mengurangi permasalahan limbah cair baik pada skala kecil (rumah tangga) maupun secara institusional ( misalnya industri maupun perusahaan). Beberapa paket teknologi tersebut antara lain:

1. Tangki Septik-filter Up Flow

Tangki jenis ini telah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), alat ini digunakan untuk mengolah limbah cair rumah tangga. Prinsip kerja tangki tersebut pada dasarnya sama dengan tangki septik biasa, yakni terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan suatu filter kerikil atau batu. Sistem pengalirannya up flow , yaitu arah aliran dari bawah ke atas (Said).

2. Proses Biofilter Anaerob-aerob

Proses pengolahan ini merupakan pengembangan proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan ini terdiri dari beberapa bagian, yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob, biofilter aerob, bak pengendap akhir (Said).

Pada tahap awal limbah cair dimasukan dalam bak kontrol atau bak pengendap, selanjutnya dialirkan pada bak anaerob yang merupakan bak pembiakan mikroorganisme yang akan menguraikan senyawa polutan, tetapi di dalam bak ini senyawa polutan masih tinggi dan berbau, sehingga masih perlu proses lanjutan. Dengan demikian dibutuhkan bak aerob, kemudian dialirkan pada bak aerob karena proses aerob menghasilkan butiran lumpur maka perlu diendapkan pada bak pengendapan akhir. Selanjutkan dibuang ke badan air sungai atu saluran limbah kota. Bak anaerob dan bak aerob ini berisi media karet model sarang tawon, model sarang tawon dipilih karena model ini memiliki luas permukaan spesifik yang lebih luas dibanding dengan model lainnya. Perbandingan luas permukaan spesifik model sarang tawon dengan model lainnya dapat dilihat pada tabel 4.

Page 34: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Tabel 4 : Perbandingan luas permukaan spesifik media biofilter.

No.

Jenis Media

Luas permukaan spesifik (m2/m3)

1

Trickling Filter dengan batu pecah

100-200

2

Modul Sarang Tawon

150-240

3

Page 35: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Tipe Jaring

50

4

RBC

80-150

Sumber : Said .

Luas permukaan spesifik akan menetukan banyaknya microorganisme yang dapat hidup pada media tersebut dengan kondisi lingkungan yang sama, trikling filter memiliki jumlah bakteri berkisar 4,75 -7,1 Kg/M3 media.

G.Parameter Limbah Cair

Di lingkungan bahan organik banyak dalam bentuk karbohidrat, protein, lemak yang membentuk organisme hidup dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang penting dan dibutuhkan manusia.

Page 36: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang mudah membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu bahan organik yang mudah membusuk, sebaiknya jangan langsung dibuang ke lingkungan karena akan menaikan populasi mikroorganisme didalam air. Dengan bertambahnya mikroorganisme dalam air, tidak tertutup kemungkinan ikut pula berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.

Senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O. Proses inilah yang menyebabkan permasalah bagi kehidupan akuatik. Untuk menyatakan kandungan bahan organik dalam perairan dilakukan dengan mengukur kandungan BOD5 maupun COD.

Parameter yang diambil pada pengolahan limbah pemotongan ayam dengan proses biofilter yaitu parameter BOD5 ( limbah cair pemotongan ayam banyak mengandung zat organik sehingga membutuhkan oksigen, berarti untuk pengukuran oksigen secara biologi adalah pengukuran BOD5, COD, kemudian parameter TSS diukur karena limbah cair banyak mengandung padatan-padatan tersuspensi sehingga perlu diukur sedangkan parameter bakteri Coliform di ukur karena, limbah cair banyak mengandung bakteri baik patogen maupun non patogen, bakteri Coliform juga sebagai indikator adanya bakteri-bakteri patogen lain.

Parameter limbah cair yang diukur dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Biochemical Oxigen Demand (BOD5)

Menurut Tickell.C, BOD merupakan jumlah oksigen yang terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan baungan didalam air. Nilai BOD menunjukan jumlah bahan organik yang dibutukkan untuk oksidasi secara relatif. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisaoksigen ter terlarut, berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.

Sedangkan menurut Ahmad, BOD adalah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 200C. Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan teoritis memerlukan reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99% sempurna dan dalam waktu 5 hari seperti umumnya digunakan untuk mengukur BOD

Page 37: Penggunaan Biofilter Anaerobic

yang kesempurnaan oksidasinya mencapai 60-70%. Suhu 20oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk perairan arus lambat.

Air dikatakan tercemar, jika konsentrasi oksigen terlarut menurun dibawah batas yang dibutuhkan oleh kehidupan biota. Penyebab utama kekurangan oksigen terlarut dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen, bahan-bahan tersebut biasanya mudah diuraikan oleh bakteri dengan bantuan oksigen. Oksigen dalam air di konsumsi oleh bakteri untuk menguraikan bahan tersebut. Bahan-bahan tersebut dapat berasal dari kotoran hewan maupun manusia, tanaman mati atau sampah organik, bahan-bahan dari industri pangan, pemotongan hewan dan ikan. Kebanyakan bahan buangan yang memerlukan bahan oksigen mengandung karbon sebagai unsur utama. Untuk mengetahui adanya pencemaran tersebut dapat dilakukan dengan uji BOD.

Mc.Kenney menyatakan, mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut bakteri aerobik, sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen disebut bakteri anaerobik. Bahan buangan organik tersebut dipecah dan diuraikan menjadi gas CO2 dab gas NH3. timbulnya gas NH3 inilah yang menyebabkan bau busuk pada air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa diolah. Waktu yang diperlukan dalam reaksi tersebut cukup lama kira-kira 10 hari dalam waktu 2 hari reaksi tersebut mencapai 50% dan dalam waktu 5 hari mencapai 75%.

Buchanan , menyatakan bahwa apabila kandungan oksigen dalam air lingkungan menurun, maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik akan menurun pula, bahkan apabila oksigen yang terlarut sudah habis maka bakteri aerobik akan mati. Dalam keadan seperti ini bakteri anaerobik akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan buangan yang ada didalam air lingkungan.

Mc. Kenney menyatakan , beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yang mempengaruh BOD antara lain:

1) Suhu

Page 38: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Aktivitas biologis ditingkatkan dengan meningkatkan suhu sampai maksimal 600C tergantung jenis bakterinya. Suhu memberi pengaruh tertentu terhadap kebanyakan reaksi biokimia.

2) Derajat Keasaman ( pH)

Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan pada kisaran pH 6,5-8,3. Proses penguraian limbah organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme dengan bakteri aerobik. Limbah organik dipecah dan diuraikan menjadi gas karbon dioksida (CO2), air dan gas amoniak (NH3). Timbulnya gas amoniak tersebut menyebabkan bau busuk pada air yang telah tercemar oleh limbah organik.

Nilai BOD untuk air limbah sangat bervariasi mulai 100 sampai 10.000 ppm, untuk itu sebelum dibuang ke lingkungan seperti sungai, danau, dan badan air lainnya harus dilakukan pengenceran untuk mencegah terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut, Apabila oksigen terlarut di dalam air menurun, dapat mengganggu kehidupan air dan tanaman air.

2. Chemical Oxigen Demand (COD)

Pengukuran kekuatan limbah cair dengan COD adalah bentuk lain pengukuran oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia (Ginting)

Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah, dari bahan organik dalam sampel. Larutan asam dikromat (K2Cr2O7) digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi. Uji COD merupakan analisis kimia, uji ini mengukur senyawa-senyawa organik yang tidak dipecah secara biologik, sedangkan bahan yang dapat dipecah secara biologik diukur dalam uji BOD. Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang berbeda. Nilai-nilai COD lebih tinggi dari nilai BOD. Perbedaan antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia, seperti lignin. Bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak terhadap uji BOD5, misalnya lemak berantai panjang dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan menganggu uji BOD dan COD ( Andlebb, dkk).

Page 39: Penggunaan Biofilter Anaerobic

3. Total Suspended Solid (TSS)

Padatan yang tersuspensi total adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sediment, seperti bahan-bahan organik tertentu, dan tanah liat. Misalnya air permukaan yang mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi.

Jumlah padatan tersuspensi total (TSS) adalah jumlah padatan dalam air setelah disaring dengan menggunakan filter yang kemudian dipanaskan 1030C sampai 1050C. TSS dapat berupa berbagai jenis material seperti endapan lumpur, hancuran senyawa tanaman dan binatang., dan limbah industri. Konsentrasi padatan tersuspensi yang tinggi dapat menyebabkan masalah pada perairan.

Padatan tersuspensi total adalah residu dari sampel cairan yang tertahan pada filter gelas sesudah difiltrasi dan dipanas pada temperatur 1030C sampai 1050C. Jadi berat padatan tersuspensi sama dengan berat filter sesudah difiltrasi dan dikeringkan dikurangi dengan berat filter bersih.

Padatan tersuspensi total adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume tertentu, yang biasanya diberikan dalam milligram per liter atau ppm. Mengukur kekeruhan-turbiditas-air dilakukan untuk dapat memperkirakan zat padat tersuspensi dalam suatu contoh air. Turbiditas diukur dengan turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati suatu contoh air.

Limbah cair industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Padatan tersuspensi dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air serta mengakibatkan kekeruhan air (Abel).

H. Proses pengeloaan limbah rumah sakit

Page 40: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll. Karena memiliki kandungan zat organik, dan bakteri phatogen yang tinggi maka berpotensi menyebakan pencemaran lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas limbah cair rumah sakit harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu cara yang baik dan murah untuk pengolahan limbah yang mengandung banyak zat organik adalah dengan pengolahan biologis, baik anaerob atau aerob maupun kombinasi keduanya.

Pada pengolahan biofilter diperlukan mikroorganisme yang merombak limbah, baik bakteri anaerob yang tidak membutuhkan oksigen langsung maupun bakteri aerob yang membutuhkan oksigen secara langsung. Bakteri tersebut tumbuh dan melekat pada media yang digunakan yaitu media karet dari ban bekas yang ditata menyerupai sarang tawon dengan jarak antara elemen 1cm X 1cm. Dipilihnya model sarang tawon karena diantara pengolahan biologis sistim perekatan media sarang tawon memiliki luas permukaan yang terluas dibandingkan model yang lainnya luas permukaan dapat mencapai 240 m2/m3,

Pengolahan biofilter tergantung debit dan waktu tinggal serta sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu, sehingga selama proses harus dikontrol.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini:

Page 41: Penggunaan Biofilter Anaerobic

pH & Suhu

Page 42: Penggunaan Biofilter Anaerobic
Page 43: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Gambar 7: Bagan Kerangka Teori

Kualitas limbah cair yang berada di lingkungan rumah sakit pada observasi awal untuk parameter pH berkisar 6,0, dan BOD5 324,44 mg/l, COD 595,78 mg/l, dan TSS 245,8 mg/l.

Sedangkan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit berdasarkan Peraturan, untuk baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit adalah BOD maksimum 30 mg/l, kadar TSS 30mg/l dan COD 80 mg/l.

Pengolahan limbah cair pada rumah sakit menggunakan sistem pengolahan biologis yaitu proses biofilter dengan menggunakan bahan karet dari ban bekas sebagai media merekatan biofilm. Sistem penolahan ini menggunakan multi kompartemen, kompartemen pertama berfungsi sebagai bak pengendap awal untuk menghilangkan padatan termasuk pasir dan zat yang mengapung seperti lemak dan buih, untuk meningkatkan ferforma media anaerob agar tidak terjadi clogging, tidak hanya berfungsi sebagai bak pengendap saja akan tetapi pengendapan awal dapat menurunkan kadar BOD, COD, TSS hingga 25% (Said).

Page 44: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Kompartemen kedua sebagai bak anaerob, yang didalamnya ada media sarang tawon aliran air limbah up-flow diatur sedimikian mungkin agar kondisi aliran konstan dan waktu kontak air limbah dengan biofilm sesuai dengan waktu tinggal yang dipilih sebelum masuk ke kompatrmen ke tiga.

Kompartemen ketiga merupakan proses aerob, aerasi diberikan dengan air pump dengan 30 Hz dengan kecepatan 10-30 l/menit, aerasi dengan sistem aerasi menyeluruh agar kontak oksigen dengan air limbah lebih baik kelemahan cara ini dapat menyebabkan lepasnya rekatan biofilm pada media, sehingga dalam percobaan ini pada bagian bawah dibatasi dengan partisi berpori agar aliran udara tidak kontak langsung dengan media. Pengolahan aerobik akan menghasilkan banyak lumpur sehingga dalam sarana pengolahan dilengkapi dengan kompartemen keempat sebagai bak pengendapan akhir.

Waktu tinggal (T) dipilih 3 jam, 6 jam, dan 9 jam dengan volume reaktor yang tetap maka debit pengaliran (flow rate) yang diatur seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5 : Hubungan waktu tinggal dengan debit aliran

Waktu Tinggal

Volume reaktor

Debit Pengaliran (ltr/menit)

3 jam

269

1,5

Page 45: Penggunaan Biofilter Anaerobic

6 jam

269

0,8

9 jam

269

0,5

Pada pengolahan tersebut perlu diperhatikan suhu dan pH karena mempengaruhi proses metabolisme bakteri. Diharapkan pada pengolahan ini dapat menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS, pada air limbah rumah sakit sesuai dengan standar yang di perkenangkan.

I.kelebihan dan Kelemahan Metode biofilter anaerob-aerob

Kelebihan multi kompartemen anaerob-aerob ini adalah:

-Pengelolaannya sangat mudah.

-Biaya operasinya rendah.

Page 46: Penggunaan Biofilter Anaerobic

-Akses lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.

-Terbuat dari bahan yang mudah didapat di lingkungan.

-Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.

-Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

Kelemahan :

-Waktu start relative lama menunggu hingga terbentuk biofilm.

-Tidak memperhitungkan jumlah dan jenis microorganisme yang hidup pada media.

-Kontrol bakteri tidak dilakukan

J.Pemeriksaaan unsur cemaran dalam limbah cair.

1.BOD5 (Biological Oxygen Demand)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf & Eddy)

Page 47: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri serta untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, tetapi kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi sehingga dapat mengakibatkan kematian biota lain dalam air dan keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut (Santika dan Alaerts, 1987).

Hasil pengukuran air baku limbah cair rumah sakit jiwa Kendari sebesar 215 mg/l, berarti kadar BOD5 pada limbah rumah sakit telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Kadar BOD5 yang tinggi bisa dijadikan indikasi tingginya kadar zat organik pada limbah cair tersebut. Kadar BOD yang tinggi beresiko menimbulkan pencemaran sehingga secara tidak langsung dapat mengganggu kesehatan penduduk disekitar rumah sakit, oleh sebab itu diperlukan pengolahan agar kadar BOD bisa turun sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter BOD5 mengalami penurunan pada semua unit pengolahan. Persentase penurunan kadar BOD5 paling besar pada perlakuan waktu tinggal 9 jam (90%), sedangkan penurunan terkecil terjadi pada waktu tinggal 3 jam (65%).

Proses penurunan kadar BOD sudah dimulai pada bak pengendap, yaitu adanya pengendapan partikel-partikel zat tersuspensi. Sebagian dari zat yang tersuspensi dari bahan organik yang mudah terurai, dengan terjadinya pengendapan maka kadar BOD juga akan turun, selain itu selama waktu tinggal padatan tersuspensi organik juga terurai oleh bakteri yang tumbuh secara terdispersi sehingga kadar organik menurun. Semakin besar kadar polutan organik dalam air limbah maka akan semakin besar pula prosentase penurunan kadar BODnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan penurunan bak pengendapan awal (18%) dibandingkan pengendapan akhir (4%) waktu tinggal 9 jam.

Penurunan kadar BOD tertinggi dalam penelitian ini adalah 17,96% dengan waktu tinggal 9 jam, hasil ini belum maksimal jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Said (2008) bahwa bak pengendapan awal mampu menurunkan kadar BOD hingga 25% dengan waktu tinggal 2-6 jam. Rendahnya kemampuan bak pengendap ini karena waktu tinggal yang relative singkat yakni 2,3 jam. Semakain lama waktu tinggal akan semakin banyak padatan tersuspensi yang mengendapan dan semakin banyak zat organik yang teroksidasi.

Page 48: Penggunaan Biofilter Anaerobic

COHNS NH3+H2S + CO2+H2O+CH4

Proses penurunan kadar BOD selanjutnya berlangsung pada bak anaerob, bak ini diisi media karet. Sifat bakteri yang cenderung membentuk niche (relung) sendiri untuk mempertahankan hidup sehingga terbentuk lapisan lendir yang disebut lapisan biofilm. Biofilm selain berfungsi sebagai habitat bakteri juga akan memerangkap bahan nutrisi untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme, membantu mencegah terlepasnya sel-sel dari permukaan media, Selain memerangkap zat nutrisi juga memerangkap zat tersuspensi lainnya termasuk zat organik yang mudah maupun yang sulit teruruai, atau bahkan zat anorganik.

zat organik yang mudah terurai yang terperangkap akan dioksidasi mengikuti persamaan :

Degradasi zat organik secara anaerob menghasilkan NH3, CH3, dan H2S,

degradasi ini menyebabkan turunnya zat organik yang diikuti turunnya kadar BOD. BOD awal pengolahan bak anaerob ini sebesar 177 mg/l pada waktu tinggal 9 jam namun setelah pengolahan turun menjadi 76 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 56,72%, hasil ini lebih tinggi dari yang dikemukaan oleh Ginting(2007) bahwa proses anaerob, mampu menurunkan BOD sekitar 10-40%. Hal ini dapat terjadi karena proses biologic berlangsung dengan kondisi yang kondusif dimana pH air limbah pada tahapan pengolahan ini rata-rata 6 suhu 27 oC, menurut teori Gaudy &Gaudy (1980) bahwa pengolahan dapat berlangsung dengan baik bila pH optimum bakteri bisa bertahan hidup pada kisaran 5 – 9.

Page 49: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Proses selanjutnya adalah pengolahan aerob, seperti pada pengolahan anaerob proses terbentuknya biofilm sama namun sifat bakteri akan kebutuhan oksigen terlarut yang berbeda. Kadar BOD awal pengolahan ini 76 mg/l setelah pengolahan turun menjadi 23 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 70%, lebih besar dari penurunan proses anaerob, hal ini disebabkan oleh oksidasi bakteri aerob lebih cepat dari anaerob, selain itu difusser udara melalui aerator menghasilkan gelembung udara yang menyebabkan terjadinya flotasi zat organik yang tersuspensi seperti pada gambar 21 sehingga ikut membantu terjadinya penurunan kadar BOD. Sebagaimana pengolahan aerob pada umumnya yang menghasilkan akses lumpur, maka pengolahan selanjutnya adalah pengendapan akhir dengan proses yang sama dengan pengendapan awal, walaupun kemampuan penurunan BOD relatif kecil (4%) atau sekita 1% dari total prosentase penurunan. Rendahnya penurunan ini diakibatkan semakin berkuranya zat polutan akibat proses sebelumnya, meskipun demikian bak pengendapan akhir tetap dibutuhkan untuk menampung akses lumpur bila pengolahan berlangsung cukup lama.

Performa pengolahan biologis sistem multi kompartemen anaerob – aerob, secara keseluruhan mampu menurunkan kadar BOD dengan menyisihkan sebesar 90%, yang berarti bahwa kemampuan sistem ini dalam menurunkan kadar BOD setara dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezee.A, et all (2005) di Iran dengan teknik Integreted anaerob-aerob efektifitas penyisihan BOD 90%, dan jauh lebih baik dari penelitian H.Rasyidin (2008), tentang pengolahan limbah cair rumah sakit Pajjogayya di Takalar dengan menggunakan UAASB yang hanya mampu menurunkan BOD5 sebesar 70%, dengan waktu tinggal yang sama.

Pengolahan proses biofilter Anaerob-aerob dengan waktu tinggal 3 jam dalam menurunkan BOD lebih kecil dibandingkan dengan waktu tinggal 6 jam, dan 9 jam, hal ini disebabkan oleh penggunaan waktu tinggal yang singkat. Semakin lama waktu tinggalnya semakin lama pula waktu kontak limbah cair dengan mikroorganisme berarti memberi kesempatan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik, sehingga makin lama waktu tinggal semakin banyak persentase kadar BOD yang diturunkan.

Semakain lama waktu tinggal berarti juga aliran air limbah semakin lambat sehingga sangat menungkinkan zat tersuspensi terjerap pada biofilm pada media, disamping itu dapat pula mengendap seiring dengan waktu tinggal dalam bak pengurai (Said).Penurunan kadar BOD bila dibandingkan dengan baku mutu setelah pengolahan multi kompartemen biofilter anaerob – aerob dengan waktu tinggal 3 jam (75 mg/l) dan waktu tinggal 6 jam (44 mg/l), belum efektif karena masih berada diatas baku mutu limbah rumah sakit, sedangkan kadar BOD5 dengan waktu tinggal 9 jam (22 mg/l),

Gambar 21. Flotasi zat organik akibat difusser

Page 50: Penggunaan Biofilter Anaerobic

2.COD (Chemical Oxygen Demand)

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990).

Hasil pengukuran air baku limbah cair rumah sakit jiwa Kendari sebesar 423 mg/l, berarti kadar COD pada limbah rumah sakit telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Apabila kadar COD telah melebihi baku mutu dapat berpotensi menimbulkan pencemaran yakni dapat mencemari badan air maupun mencemari sumber-sumber air minum penduduk yang dampaknya dapat mengganggu kesehatan.

Untuk menurunkan kadar COD maka diperlukan pengolahan. Pengolahan yang dapat menurunkan angka COD antara lain dengan pengolahan biologis menggunakan biofilter anaerob – aerob. Hasil pengolahan menurun baik waktu tinggal 3 jam kadar COD mencapai 53 mg/l dan terakhir pada waktu tinggal 9 jam mencapai sebesar 59 mg/l.

Proses penurunan kadar COD berlangsung sejak limbah cair berada dalam bak pengendap, yaitu adanya pengendapan partikel-partikel zat organik tersuspensi. Dengan mengendapnya sebagai zat organik, menyebabkan kebutuhan oksigen untuk oksidasi secara kimiawi berkurang. Selain itu penurunan COD juga terjadi akibat proses oksidasi biokimia selama waktu tinggal pada bak pengendapan awal oleh bakteri walaupun berlangsung agak lamban, pada pengendapan awal ini COD dapat diturunkan sebesar 7% pada waktu tinggal 3 jam sedangkan pada waktu tinggal 9 jam dapat diturunkan hingga 19%. Semakin lama waktu tinggal akan semakin banyak penurunan COD yang diperoleh dikarenakan akan semakin banyak zat organik yang mengendap dan yang teroksidasi, penurunan COD juga akibat langsung penurunan kadar BOD sebelumnya.

Pengolahan anaerob dapat menurunkan kadar COD dari 393 mg/l menjadi 266 mg/l atau sebesar 32% pada waktu tinggal 3 jam sedangkan pada waktu tinggal 9 jam dapat diturunkan dari 341 mg/l menjadi 160 mg/l atau sebesar 53%. Hasil diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu tinggal akan semakin banyak penurunan kadar COD yang terjadi, hal ini disebabkan semakin banyak waktu bakteri untuk

Page 51: Penggunaan Biofilter Anaerobic

mengoksidasi zat organik yang sulit terurai secara kimiawi, Selain itu sebagaimana halnya dengan kejadian penurunan kadar BOD zat organik dapat terjerap pada permukaan film, sehingga zat organik dalan air limbah berkurang, semakin lama waktu tinggal berarti arus aliran akan semakin lamban, sehingga memungkingkan proses terjerapnya zat organik akan semakin besar, penurunan kadar COD semakin besar pula.

Proses pengolahan selanjutnya untuk menurunkan kadar COD adalah pengolahan aerob, proses ini dapat menurunkan kadar COD dari 266 mg/l menjadi 169 mg/l atau turun 36% pada waktu tinggal 3 jam sedangkan waktu tinggal 9 jam dari 160 mg/l turun 65 mg/l atau turun 59%. Penurunan ini sama dengan proses penurunan BOD sebelumnya pada pengolahan yang sama yakni pengapungan zat organik oleh proses difusser, seperti pada gambar 21, tampak terlihat pula pengapungan lemak rantai panjang yang sulit terurai dalam proses biologi yang menyebabkan tingginya kadar COD pada air limbah. Kadar COD pada tahapan pengolahan ini dengan waktu tinggal 9 jam telah memenuhi persyaratan Perda Sultra no 7 tahun 2005 yaitu kadar COD buangan limbah rumah sakit 80 mg/l.

Secara keseluruhan kemampuan multi kompartemen biofilter anaerob – aerob dalam menurunkan kadar COD mencapai 90%. Hasil penelitian ini setara dengan penelitian yangdilakukan oleh Rezee.A. at all (2005) di Iran dengan sistim Integreted anaerob- aerob, dan Kristaufan (2010) dengan sistim UASB pada limbah kertas masing-masing penyisihan COD 92% dan 87%. Hasil ini jauh lebih baik dari penelitian H.Rasyidin (2009) dengan sistim UAASB pada limbah rumah sakit Pajjogaya Takalar, dengan waktu tinggal yang sama penyisihan COD hanya 70%. Juga metode ini lebih baik dari metode yang pergunakan oleh Sahani, terhadap pengolahan limbah cai rumah sakit daerah Labuang Baji Makassar kelebihan metode ini terlatak pada sistim aerasi yang digunakan, Aerasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aerasi samping, yang secara nyata tidak memiliki sifat blower terhadap media aerob, disamping itu aerasi samping akan menyebabkan udara lebih cepat terserap kedalan air karena ruang yang agak sempit. Berbeda cara yang dilakukan Sahani menggunakan aerasi pada pusat media yang mengganggu proses pada media bahkan dapat melepaskan rekatan biofilm pada media.

3.TSS (Total Suspended Solid)

Total Suspended Solid (TSS) adalah salah satu parameter kualitas limbah cair yang menyatakan besar kecilnya tingkat pencemaran terhadap limbah cair. Makin tinggi nilai TSS, makin tinggi nilai pencemaran di suatu perairan (Said).

Page 52: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Menurut Santika dan Alaerts, tingginya tingkat kekeruhan berhubungan dengan tingginya kadar TSS, sehingga dapat menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu, maka berdampak terhadap kehidupan biota air.

Air baku limbah cair dari rumah sakit ,kadar TSS setelah diukur mencapai 127 mg/l. Dengan demikian kadar TSS telah melampaui baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah yaitu 30 mg/l. limbah cair dengan kadar TSS yang tinggi bila dibuang ke lingkungan tanpa melalui pengolahan dapat mengganggu biota air dan akhirnya mengganggu pendegradasian senyawa organik.

Untuk menurunkan kadar TSS diperlukan pengolahan salah satunya pengolahan biologis. Hasil pengolahan yang dilakukan ternyata kadar TSS mengalami penurunan yaitu pada waktu tinggal 3 jam turun menjadi 53 mg/l dan waktu tinggal 9 jam kadar TSS menurun menjadi 0,6 mg/l (99.51%).

Penurunan kadar TSS ini disebabkan oleh proses pengendapan, pada bak pengendapan pertama maupun terakhir, penguraian bakteri anaerob maupun aerob memecahkan zat organik yang tersuspensi memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar TSS, termasuk pula proses difusser menyebabkan zat tersuspensi menjadi terapung. Sinergi tiap kompartemen dan alat bantu pengolahan meningkatkan kinerja pengolahan hingga pencapai 99.51% yaitu dari 127 mg/l menjadi 0,6 mg/l dalam waktu tinggal 9 jam. Untuk kadar TSS multi kompartemen biofilter anaerob – aerob telah memenuhi syarat baku mutu pada waktu tinggal 6 jam yaitu 29 mg/l.

Pengolahan proses multi kompartemen biofilter Anaerob-aerob waktu tinggal 3 jam dalam menurunkan TSS lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas waktu tinggal 6 jam, dan 9 jam, hal ini disebabkan oleh penggunaan waktu tinggal yang singkat. Semakin lama waktu tinggalnya semakin partikel-partikel mengendap, kemudian juga semakin lama pula waktu kontak limbah dengan media maka semakin banyak padatan tersuspensi yang terjerap oleh lapisan biofilm.

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat penurunan TSS yang tertinggi jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan cara yang berbeda yakni penelitian yang dilakukan di Iran oleh Rezee.A, at all dengan sistin Integreted anaerob – aerob dan Kristaufan dengan UASB masing- masing dapat menurunkan TSS 95%, dan 85%.

Page 53: Penggunaan Biofilter Anaerobic

K.Kelemahan dalam pengolahan limbah cair rumah sajik dengan biofilter unaeribic – aerobic.

Tidak adanya control mengingat parameter BOD5, COD, dan TSS dapat turun secara alamiah berdasarkan waktu(self furification) , sehingga tidak tampak keunggulan penggunaan media secara riil.

Karet ban bekas yang digunakan sebagai media tidak dipisah antara karet organik dan anorganik, mengingat daya tahan antara keduanya berbeda.

Tidak ada variasi tinggi unggun media sehingga untuk aplikasi dilapangan masih perlu penelitian selanjutnya.

Alat yang digunakan untuk mengukur debit air dilakukan secara manual tidak menggunakan flow meter sehingga memungkinkan terjadi kesalahan perhitungan.

Page 54: Penggunaan Biofilter Anaerobic

DAFTAR BACAAN.

Abel.P.D, 2002. Water Pollution and Public Health, Water Pollution Biology, Taylor & Friend Ltd, UK

Achmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan, Andi, Yogyakarta

Andleeb.S. at all, 2010. Biological Treatment of Textile Effluent in Stirred Tank Bioreactor, (Online) (http;//www.Journal of agricultur &Biology), 2010, diakses 11 januari 2011

Alaerts, G dan Santika,S,S, 1987. Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya-Indionesia

Page 55: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Azizah, R & Rahmawati, 2005. Perbedaan kadar BOD, COD, TSS dan MPN Coliform pada Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk, http//pasca.unair.ac.id/jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No. 1 , Juli 2005 :97-110 diakses tanggal 8 September 2010

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama.

Buchanan.J.R and Seabloom.R.W, 2004. Aerobic Treatment of Wastewater and Aerobic Treatment Unit, (Online), (http;//www.Journal science.co.id/ University Curriculum for decentralized wastewater management), 2004, diakses 15 Desember 2010

DEPKES RI. Kepmenkes no 1402/ Kep/X/2004 Tentang persyaratan lingkungan rumah sakit. Jakarta

Fair.M.Gordon dan Okun, 1970. Element of Water Supply and Waste Water Disposal, Jhon Willey and sons, NY

Page 56: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Gaudy.F.Anthony & Gaudy.T.Elizabeth, 1980. Water resource and Environmental Engginering, Mcraw-Hill Inc NY

Ginting, P, 2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Lister. J and Edge. D, 2001. Sewage and sewage sludge treatment, Royal Society of Chemistery, UK

Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup Nomor: 58 / Kep/MenLH tahun 1995, Baku mutu limbah cai kegiatan rumah sakit .

Koran Kompas, 2004. Pencemaran Lingkungan Sungai Bengawan Solo Paling tercemar, (Online) (http;//www.arton.blog.uns.ac.id/2009), 2004, diakses 27 Desember 2010

Koran Tempo, 2005. Jaksa Kembalikan berkas Pencemaran Rumah Sakit, (Online) (http;//www.infoanda.com/id/link.php), 2005, diakses 11 januari 2011

Page 57: Penggunaan Biofilter Anaerobic

KristaufanJ.P, Dkk, 2010. Pengolahan Air Limbah Industri Kertas Karton dengan UP-Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) dan Lumpur Aktif (Online) (http;//www.Journal of agricultur &Biology), 2010, diakses 11 januari 2011

Mason.C.F, 2001. Water Pollution Biology, Royal Society of Chemistry, UK

Mc.Kinney.Ross.E, 2004, Environmental pollution Control Microbiology, Marcel Dekker Inc, UK

Metcalf and Eddy, 1991. Wastewater engineering, Disposal, Reuse, 3nd ed.,McGraw Hill Inc, NY

Moore.W.John & Moore.A. Elizabeth, 1976. Environmental Chemistery, Academi Press. NY

Murphy, 2002. Mikrobiologi Lingkungan, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud

Page 58: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Rasyidin, 2008. Penurunan Kadar Parameter, BOD, COD, dan TSS Air LimbahDomestik RSUD. H. Padjogaya DG. Ngalle dengan sistem UAASB, Tesis Tidak Diterbitkan, Makassar, Kesehatan Masyarakat UNHAS.

Rezaee. A, at all, 2005. Hospital Wastewater Treatment Using an Integreted Anaerobic Aerobic Fixed Film Bioreactor, (Online), (http;//www.Journal science.co.id/ American journal of Environmental Science), 2005, diakses 15 Desember 2010

Sahani.W, 2006. Efektifitas Media Filter Aerob dan Waktu Tinggal terhadap Penurunan Kadar SS, BOD, COD, dan MBAS Limbah cair Rumah Sakit Labuang Baji, Makassar, Tesis Tidak Diterbitkan, Makassar, Teknik Lingkungan UNHAS.

Said.N, 2008. Uji Performance Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Proses Biofilter Celup, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta

Said.N, dkk, 2008. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit

Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta

Page 59: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Schroeder.D.Edwar, 1977. Water and Wastewater Treatment, Mcraw-Hill.Inc NY

Schultz.T.E, 2005. Biolocal Wastewater, (Online) (http;//www.Journal of agricultur &Biology), 2005, diakses 11 Desember 2010

SK Menteri Lingkungan Hidup RI, 1995. KEP no 58/Menlh/XII/1995, Tentang baku mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, Jakarta

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Tickell.C, 2004. Water Pollution, Cambrige University Press, USA

Page 60: Penggunaan Biofilter Anaerobic

Undang-undang RI, 2009. No 44 Tentang Rumah Sakit, Jakarta

Pandia, S, dkk, 1995. Kimia Lingkungan, Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta

Walhi, 2010. Pencemaran limbah londri, Pencemaran limbah Rumah Sakit (Online) (http;//www.Community.um.ac.id), 2010, diakses 11 januari 2011

Wistreich.A.George & Lechtman.D.Max, 1980. Microbiology, Macmillan Publishing,Co.Inc.NY