penggunaan bhs gaul dalam sinetron

7
Penggunaan bhs gaul dalam sinetron Tdk setuju Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tdk lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bhs gaul daripada memakai bahsa indonesia. Kita lebih baik baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena dengan berbahasa daerah, kita sudah melestarikan bahasa daerah yang menjadi pemerkaya bahasa nasional dan sekaligus pemerkaya bangsa Indonesia. Sebaliknya, jika menggunakan bahasa gaul di daerah kita sendiri dengan orang-orang sebahasa daerah, kita akan dicap tidak mencintai dan tidak melestarikan bahasa daerah sendiri. Kebiasaan menggunakan bahasa gaul membuat kita terikut menggunakan sebagian kata bahasa gaul, dalam penggunaan Bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain terjadi interferensi (pengacauan) bahasa gaul ke dalam pemakaian Bahasa Indonesia baku. Kata yang sering muncul dari bahasa gaul dalam pemakaian Bahasa Indonesia baku, seperti kata nggak atau gak (bahasa gaul) yang seharusnya kata tidak (Bahasa Indonesia). Hal ini harus kita hindari sejauh mungkin dalam kehidupan kita Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan. Antara lain: Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan BDari delapan remaja putri berumur 13-16 tahun ini ketika peneliti temui di sekolah, mereka

Upload: ocha-rama-kharisma-putra

Post on 11-Aug-2015

121 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gfgv hgugu

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Bhs Gaul Dalam Sinetron

Penggunaan bhs gaul dalam sinetron

Tdk setuju

Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tdk lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bhs gaul daripada memakai bahsa indonesia.

Kita lebih baik baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena dengan berbahasa daerah, kita sudah melestarikan bahasa daerah yang menjadi pemerkaya bahasa nasional dan sekaligus pemerkaya bangsa Indonesia. Sebaliknya, jika menggunakan bahasa gaul di daerah kita sendiri dengan orang-orang sebahasa daerah, kita akan dicap tidak mencintai dan tidak melestarikan bahasa daerah sendiri. Kebiasaan menggunakan bahasa gaul membuat kita terikut menggunakan sebagian kata bahasa gaul, dalam penggunaan Bahasa Indonesia baku.

Dengan kata lain terjadi interferensi (pengacauan) bahasa gaul ke dalam pemakaian Bahasa Indonesia baku. Kata yang sering muncul dari bahasa gaul dalam pemakaian Bahasa Indonesia baku, seperti kata nggak atau gak (bahasa gaul) yang seharusnya kata tidak (Bahasa Indonesia). Hal ini harus kita hindari sejauh mungkin dalam kehidupan kita

Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan. Antara lain: Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan BDari delapan remaja putri berumur 13-16 tahun ini ketika peneliti temui di sekolah, mereka mengungkapkan bahwa bahasa gaul yang ditampilkan pada sinteron Putih Abu-Abu adalah tidak mendidik dan terkesan menghina. Namun, meski mereka menyadari akan hal itu, mereka tetap saja menonton sinetron karena cerita sinteron Putih Abu-Abu berbeda dengan sinetron lainnya. Bahkan jawaban universal pun peneliti peroleh dari ke-delapan remaja putri tersebut perihal kata-kata atau bahasa gaul apa yang mereka ketahui dari menonton sinetron Putih Abu-Abu. Hampir semua remaja putri tersebut menjawab kata-kata seperti “kamseupay, iuhhh, dan rakyat jelata” adalah kata-kata yang mereka cerna dari sinetron produksi screenplay productions itu. Rata-rata remaja putri ini tidak menyukai tokoh bernama Angel, tokoh pemeran antagonis, yang lebih sering mengucapkan ketiga kata diatas dalam setiap adegan. Kemudian, ada kata-kata “waow, mau tahu aja atau mau tahu banget” yang lebih sering diucapkan tokoh teman dari tokoh utama.ahasa IndonesiaKetiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia.Keempat, meningkatkan pengajaran Bahasa Saya mencoba mencermati penggunaan bahasa oleh para pesohor seni seperti pemain film, penyanyi, dan pembawa acara televisi. Saat mereka berbicara dalam acara televisi yang bersifat informal, mereka lebih menggunakan bahasa “gaul”. Mereka berbahasa seenaknya, tidak sadar bahwa mereka tidak terbatas berada di studio televisi. “Lu ngomong dong. Enak aja.”, “Gue ngadepin

Page 2: Penggunaan Bhs Gaul Dalam Sinetron

biasa aja.”, “Kayak gini, ngapain pegang-pegang.” merupakan contoh cuplikan pembawa acara dan pesohor yang saya lihat dalam acara “Infotainment” dan “Ada Gosip”.Indonesia di sekolah dan di perguruan tingi.

Setuju

Rubrik BahasaKumpulan artikel rubrik bahasa Indonesia dari berbagai media massa

Bahasa Gaul

dengan satu komentar

Pikiran Rakyat, 5 Jun 2010. Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.

Istilah bahasa gaul baru muncul beberapa tahun terakhir. Saya kira baru sesudah reformasi (1998), digunakan untuk menyebut bahasa yang dipergunakan oleh anak-anak muda seperti yang biasa kita dengar di sinetron-sinetron atau dalam percakapan antaranak muda, atau ketika mereka diwawancara.

Dalam bahasa gaul kita perhatikan banyak sekali pengaruh bahasa Jakarta. Kata ganti orang pertama dan kedua, menggunakan bahasa Cina yang sudah menjadi bahasa Jakarta yaitu gua (gue) dan lu (elo). Meskipun tidak banyak yang menggunakan bunyi “a” dengan “e” pada akhir kata seperti orang Betawi, tetapi perbendaharaan kata Jakarta banyak sekali digunakan. Begitu juga pembentukan kata jadian, sering mengikuti bahasa Jakarta, atau menggunakan akhiran “in” untuk akhiran “kan” dalam bahasa Indonesia baku. Kata “mencuri” jadi “nyuri”, atau “maling”, kata “bersembunyi” jadi “ngumpet”, kata “mendekati” jadi “nyamperin”, kata “memikirkan” menjadi “mikirin”, dan semacamnya.

Sebab, bahasa gaul baru muncul sejak kira-kira 1998, maka dalam kamus-kamus pun tidak tercantum sebagai entri. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan Badudu-Zain yang pertama kali terbit 1994, entri bahasa gaul tidak ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) entri bahasa gaul baru tercantum dalam edisi keempat (2008). Dalam edisi sebelumnya belum ada.

Menurut KBBI edisi keempat itu, bahasa gaul artinya “dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan”. Sementara “pergaulan” menurut KBBI itu, juga artinya “n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat; — memengaruhi kepribadian”. Artinya, kalau keterangan tentang bahasa gaul itu disesuaikan dengan keterangan tentang arti “pergaulan”, akan berbunyi “dialek bahasa Indonesia nonformal, yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk perihal bergaul; atau untuk kehidupan bermasyarakat.”

Page 3: Penggunaan Bhs Gaul Dalam Sinetron

Mudah-mudahan, artinya jelas bagi pembaca yang terbiasa dengan keterangan dalam KBBI. Buat saya sendiri membingungkan, karena agaknya penyusun KBBI lupa bahwa bahasa itu – bahasa gaul atau bukan – digunakan untuk kehidupan bermasyarakat.

Akan tetapi, yang jelas kita alami sekarang bahwa bahasa gaul itu tidak hanya digunakan dalam kelompok tertentu atau di daerah tertentu. Dengan digunakannya dalam sinetron-sinetron dan pada wawancara yang disiarkan oleh televisi secara nasional, maka bahasa gaul digunakan secara luas dalam masyarakat. Menurut keterangan yang pernah saya dengar, BBC di London hanya menyiarkan bahasa Inggris baku, bahasa gaul seperti yang umpamanya terdengar dalam percakapan sehari-hari orang London sekalipun, tidak boleh disiarkan oleh BBC. Akan tetapi, stasiun-stasiun televisi di Indonesia boleh menyiarkan bahasa gaul secara bebas, sehingga akan besar pengaruhnya kepada pemakaian bahasa sehari-hari masyarakat yang banyak mendengarkan siaran-siarannya.

Bahasa gaul juga sekarang digunakan oleh para pemasang iklan. Bukan yang dimuat dalam surat-surat kabar atau majalah, melainkan yang dipasang di mana-mana di pinggir jalan atau melintang di atas jalan. Misalnya ada iklan yang mempergunakan kata lebay yang tak dapat saya tangkap artinya. Kata lebay yang saya ketahui, artinya pejabat kaum (agama Islam), yang sering ditulis sebagai lebe. Misalnya ada cerita terkenal yang judulnya “Si Lebai Malang” tentang orang yang selalu bernasib sial.

Mungkin karena iklan itu ditujukan kepada kelompok masyarakat pemakai bahasa gaul – dan saya tidak termasuk ke dalamnya – maka tidak saya pedulikan. Akan tetapi, dengan meluasnya penggunaan bahasa gaul niscaya perbendaharaan kata bahasa gaul seperti itu akan meluas dan akhirnya menjadi perbendaharaan bahasa baku juga. Apalagi, karena bahasa gaul secara leluasa digunakan dan disiarkan melalui televisi, yang sekarang sudah masuk ke pelosok-pelosok paling jauh. Sementara pembelajaran bahasa nasional di sekolah-sekolah sangat tidak memadai, ditambah oleh rendahnya minat baca buku-buku karya sastra yang dapat dijadikan contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik, maka tidak mustahil dalam waktu dekat bahasa gaul akan menjadi bahasa pergaulan masyarakat seluruh Indonesia secara umum. Artinya, lama-lama akan menggantikan apa yang sekarang disebut bahasa baku, karena orang kian sulit dan kian jarang bertemu dengan bahasa baku. Perhatikan saja bahasa yang dipergunakan oleh para anggota DPR, pada sidang-sidang terbuka Pansus Bank Century yang disiarkan melalui televisi. Kebanyakan anggota cenderung menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia baku. Menurut paham sebagian ahli bahasa, kalau bahasa sudah diterima dan digunakan oleh masyarakat secara luas, maka bahasa itu menjadi sah sebagai sarana perhubungan masyarakat. Artinya, apa yang sekarang disebut sebagai bahasa gaul kelak akan menjadi bahasa baku.

Rubrik BahasaKumpulan artikel rubrik bahasa Indonesia dari berbagai media massa

Bahasa Gaul

dengan satu komentar

Page 4: Penggunaan Bhs Gaul Dalam Sinetron

Pikiran Rakyat, 5 Jun 2010. Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.

Istilah bahasa gaul baru muncul beberapa tahun terakhir. Saya kira baru sesudah reformasi (1998), digunakan untuk menyebut bahasa yang dipergunakan oleh anak-anak muda seperti yang biasa kita dengar di sinetron-sinetron atau dalam percakapan antaranak muda, atau ketika mereka diwawancara.

Dalam bahasa gaul kita perhatikan banyak sekali pengaruh bahasa Jakarta. Kata ganti orang pertama dan kedua, menggunakan bahasa Cina yang sudah menjadi bahasa Jakarta yaitu gua (gue) dan lu (elo). Meskipun tidak banyak yang menggunakan bunyi “a” dengan “e” pada akhir kata seperti orang Betawi, tetapi perbendaharaan kata Jakarta banyak sekali digunakan. Begitu juga pembentukan kata jadian, sering mengikuti bahasa Jakarta, atau menggunakan akhiran “in” untuk akhiran “kan” dalam bahasa Indonesia baku. Kata “mencuri” jadi “nyuri”, atau “maling”, kata “bersembunyi” jadi “ngumpet”, kata “mendekati” jadi “nyamperin”, kata “memikirkan” menjadi “mikirin”, dan semacamnya.

Sebab, bahasa gaul baru muncul sejak kira-kira 1998, maka dalam kamus-kamus pun tidak tercantum sebagai entri. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan Badudu-Zain yang pertama kali terbit 1994, entri bahasa gaul tidak ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) entri bahasa gaul baru tercantum dalam edisi keempat (2008). Dalam edisi sebelumnya belum ada.

Menurut KBBI edisi keempat itu, bahasa gaul artinya “dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan”. Sementara “pergaulan” menurut KBBI itu, juga artinya “n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat; — memengaruhi kepribadian”. Artinya, kalau keterangan tentang bahasa gaul itu disesuaikan dengan keterangan tentang arti “pergaulan”, akan berbunyi “dialek bahasa Indonesia nonformal, yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk perihal bergaul; atau untuk kehidupan bermasyarakat.”

Mudah-mudahan, artinya jelas bagi pembaca yang terbiasa dengan keterangan dalam KBBI. Buat saya sendiri membingungkan, karena agaknya penyusun KBBI lupa bahwa bahasa itu – bahasa gaul atau bukan – digunakan untuk kehidupan bermasyarakat.

Akan tetapi, yang jelas kita alami sekarang bahwa bahasa gaul itu tidak hanya digunakan dalam kelompok tertentu atau di daerah tertentu. Dengan digunakannya dalam sinetron-sinetron dan pada wawancara yang disiarkan oleh televisi secara nasional, maka bahasa gaul digunakan secara luas dalam masyarakat. Menurut keterangan yang pernah saya dengar, BBC di London hanya menyiarkan bahasa Inggris baku, bahasa gaul seperti yang umpamanya terdengar dalam percakapan sehari-hari orang London sekalipun, tidak boleh disiarkan oleh BBC. Akan tetapi, stasiun-stasiun televisi di Indonesia boleh menyiarkan bahasa gaul secara bebas, sehingga akan besar pengaruhnya kepada pemakaian bahasa sehari-hari masyarakat yang banyak mendengarkan siaran-siarannya.

Bahasa gaul juga sekarang digunakan oleh para pemasang iklan. Bukan yang dimuat dalam surat-surat kabar atau majalah, melainkan yang dipasang di mana-mana di pinggir jalan atau

Page 5: Penggunaan Bhs Gaul Dalam Sinetron

melintang di atas jalan. Misalnya ada iklan yang mempergunakan kata lebay yang tak dapat saya tangkap artinya. Kata lebay yang saya ketahui, artinya pejabat kaum (agama Islam), yang sering ditulis sebagai lebe. Misalnya ada cerita terkenal yang judulnya “Si Lebai Malang” tentang orang yang selalu bernasib sial.

Mungkin karena iklan itu ditujukan kepada kelompok masyarakat pemakai bahasa gaul – dan saya tidak termasuk ke dalamnya – maka tidak saya pedulikan. Akan tetapi, dengan meluasnya penggunaan bahasa gaul niscaya perbendaharaan kata bahasa gaul seperti itu akan meluas dan akhirnya menjadi perbendaharaan bahasa baku juga. Apalagi, karena bahasa gaul secara leluasa digunakan dan disiarkan melalui televisi, yang sekarang sudah masuk ke pelosok-pelosok paling jauh. Sementara pembelajaran bahasa nasional di sekolah-sekolah sangat tidak memadai, ditambah oleh rendahnya minat baca buku-buku karya sastra yang dapat dijadikan contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik, maka tidak mustahil dalam waktu dekat bahasa gaul akan menjadi bahasa pergaulan masyarakat seluruh Indonesia secara umum. Artinya, lama-lama akan menggantikan apa yang sekarang disebut bahasa baku, karena orang kian sulit dan kian jarang bertemu dengan bahasa baku. Perhatikan saja bahasa yang dipergunakan oleh para anggota DPR, pada sidang-sidang terbuka Pansus Bank Century yang disiarkan melalui televisi. Kebanyakan anggota cenderung menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia baku. Menurut paham sebagian ahli bahasa, kalau bahasa sudah diterima dan digunakan oleh masyarakat secara luas, maka bahasa itu menjadi sah sebagai sarana perhubungan masyarakat. Artinya, apa yang sekarang disebut sebagai bahasa gaul kelak akan menjadi bahasa baku.