penggunaan bahan alam untuk menjernihkan air kotor sebagai upaya pencegahan kelangkaan air bersih

25
PENGGUNAAN BAHAN ALAM UNTUK MENJERNIHKAN AIR KOTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KELANGKAAN AIR BERSIH KARYA TULIS DISUSUN UNTUK MENGIKUTI DIKLAT KEJUNIORAN SMA NEGERI 1 JEMBER ANGKATAN XXII OLEH: SAYYIDAH AULIANY AMINY

Upload: sayyidah-auliany-aminy

Post on 05-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bmn

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

PENGGUNAAN BAHAN ALAM UNTUK MENJERNIHKAN AIR KOTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KELANGKAAN AIR

BERSIH

KARYA TULIS

DISUSUN UNTUK MENGIKUTI DIKLAT KEJUNIORANSMA NEGERI 1 JEMBER ANGKATAN XXII

OLEH:SAYYIDAH AULIANY AMINY

SMA NEGERI 1 JEMBER

2008

Page 2: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

PENGGUNAAN BAHAN ALAM UNTUK MENJERNIHKAN AIR KOTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KELANGKAAN AIR

BERSIH

KARYA TULIS

DISUSUN UNTUK MENGIKUTI DIKLAT KEJUNIORANSMA NEGERI 1 JEMBER ANGKATAN XXII

OLEH:SAYYIDAH AULIANY AMINY

SMA NEGERI 1 JEMBER

2008

Page 3: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih.

Nama : Sayyidah Auliany AminyNIS : 11446

Menyetujui,

Pembimbing II Pembimbing I

Dra. Ani Soelistyowati Dra. Dora Indriyana

Mengetahui

Kepala Sekolah

Bambang Sumpeno

Page 4: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

ABSTRAKSI

Page 5: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Penggunaan Bahan Alami Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih dengan baik.

Adapun isi dari karya tulis ini adalah mengenai pemanfaatan bahan alam seperti

pasir, ijuk, arang batok, keikil, tawas, bubuk kapur, dan bahkan batu bisa dimanfaatkan

secara efektif untuk menjernihkan air kotor. Dan pada akhirnya dapat mencegah terjadinya

kelangkaan air bersih di masyarakat,terlebih khusus masyaraat pedesaan yang belum

terjangkau oleh PDAM.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak –pihak yang telah membantu

penyelesaian karya tulis ini,yang antara lain:

1. Pembina KIRSMA Negeri 1 Jember yang telah banyak memberikan bantuan sampai

selesainya karya tulis ini.

2. Senior – senior KIRSMA Negeri 1 Jember yang telah banyak membimbing kami

sebagai calon junior dalam pembuatan karya tulis ini.

3. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik materil maupun moril dalam

pepbuatan karya tulis ini.

4. Teman – teman yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ini.

5. Semua pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini memiliki banyak kekurangan, maka kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini

ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jember,12 Desember 2008Penulis

Page 6: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

DAFTAR ISI

Cover

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Abstraksi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

I.2 Rumusan masalah

I.3 Tujuan penelitian

I.4 Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Daftar Pustaka

Page 7: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ada pameo mengatakan, manusia tahan tidak makan selama seminggu, tetapi

tidak mungkin sanggup menahan haus selama tiga hari.Pameo ini menunjukkan betapa pentingnya air bagi kehidupan manusia. Tidak satu haripun terlewatkan tanpa air. Mandi, minum, makan, mencuci, dan lain – lain memerlukan air.

Ketersediaan air bersih sejak dahulu sudah menjadi salah satu ciri kesejahteraan masyarakat. Betapa tidak, tanpa air bersih tidak mungkin terwujud masyarakat yang sejahtera, sehat jasmani maupun rohani. Terlebih saat ini adalah era globalisasi, dimana semua kegiatan masyarakat didorong oleh teknologi yang canggih namun belum tentu berdampak baik bagi lingkungan, seperti pencemaran sumber air karena limbah rumah tangga, industri, ataupun sawah/ladang. Selain itu cepatnya pertumbuhan penduduk Indonesia menyebabkan kebutuhan air bersih yang meningkat tapi tidak didukung oleh tersedianya sumber – sumber air bersih yang layak untuk dikonsumsi.

Tidak semua air langsung bisa dimanfaatkan oleh manusia. Air laut harus diolah dulu sebelum dipakai. Air kotor perlu dijernihkan. Tujuannya agar air yang dikonsumsi manusia tidak tercemar bahan – bahan berbahaya. Kriteria air kotor berbeda – beda, tergantung tujuan pemakaiannya. Air sungai yang mengalir di pegunungan terpencil masih bisa dipakai untuk mencuci pakaian, tetapi mungkin belum memenuhi syarat untuk bisa diminum. Sebaliknya, air sungai yang tercemar limbah pabrik tapioca, misalnya, jelas tidak bisa dipakai untuk mencuci pakaian,apalagi untuk diminum.

Sulitnya memperoleh air bersih di daerah perkotaan masih bisa ditanggulangi dengan kehadiran PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Namun, di daerah pedesaan yang masih belum tersentuh jaringan PAM, air bersih kadang – kadang menjadi barang langka.

Pada kondisi seperti itu maka diperlukan teknologi yang tepat guna yang mampu menciptakan air bersih dari sumber air yang sudah tercemar. Teknologi itu harus mudah diterapkan, bahannya mudah diperoleh, dan biayanya relatif murah.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian agar dapat menjernihkan air kotor, dengan tidak mengurangi kualtas air bersih yang dihasilkan. Dengan kata lain, teknologi tersebut harus mudah diterapkan, memakai bahan – bahan yang mudah didapatkan, bisa menghilangkan bau/kekeruhan air, mematikan mikroorganisme, serta mengurangi kandungan bahan kimia di dalam air. Dan pada akhirnya dapat mencegah terjadinya kelangkaan air bersih di masyarakat.

Page 8: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

1.2 Rumusan MasalahDalam penulisan karya ilmiah ini penulis membuat rumusan masalah sebagai pedoman bagi kami untuk membatasi persoalan yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Penggunaan Bahan Alami Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih” sebagai berikut:

1.Bagaimana cara membuat alat penjernih air kotor dengan menggunakan bahan - bahan alam dan relatif mudah?

2.Apakah air bersih yang dihasilkan layak digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan air masyarakat?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai jawaban dari permasalahan yang

ditanyakan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui cara pembuatan alat penjernih air kotor dengan menggunakah bahan – bahan alam dan relatif mudah.

2.Untuk mengetahui apakah air yang dihasilkan layak digunakan sebagai sumber permenuhan kebutuhan air masyarakat.

1.4 Manfaat PenelitianPenulisan karya tulis ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berguna

bagi berbagai pihak, sebagai berikut:1.Bagi masyarakat

a. Menambah pengetahuan masyarakat tentang pembuatan alat penjernih air dari bahan – bahan yang relatif mudah didapatkan.

b. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat.c. Memberikan alternative penggunaan teknologi yang tidak hanya

menggunakan bahan – bahan kimia, namun bisa juga menggunakan bahan – bahan dari alam yang tidak mencemari lingkungan.

Page 9: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

2. Bagi penulisa. Dapat menambah pengetahuan penulis tentang pembuatan alat

penjernih air dari bahan – bahan yang relatif mudah didapatkan.b. Dapat mempraktikkan cara pembuatan alat penjernih air dengan benar.c. Dapat mengetahui apakah air yang dihasilkan dari alat penjernih

tersebut layak digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air masyarakat.

Page 10: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Mengendapkan air kotor sebelum dipakai masih banyak dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Cara paling sederhana itu jelas belum memadai dilihat dari segi kesehatan. Karena, meskipun sudah diendapkan, masih banyak lumpur dan mikroorganisme lain yang tekandung dalam air tersebut.

Dari segi teknik, cara itu sederhana. Kesederhanaan cara memperoleh air bersih memang mutlak diperlukan agar semua orang bisa melakukannya. Akan tetapi, cara sederhana bukan berarti mengabaikan segi kesehatan. Syarat – syarat kebersihan air harus terpenuhi.

Air kotor dapat membahayakan kesehatan pemakainya. Penyakit kolera, kurap, kudis, diare/disentri, atau tipus adalah sebagian dari penyakit – penyakit yang mungkin timbul kalau air kotor tetap dikonsumsi. Seandainya air kotor itu juga tercemar bahan – bahan kimia dan tetap dipakai terus – menerus selama bertahun – tahun, maka kerusakan ginjal dan gigi serta penyakit kekurangan sel darah merah adalah penyakit yang mungkin akan terjadi.

Air kotor sumber aneka ragam penyakit. Sebab, air kotor bisa dipastikan membawa bibit penyakit yang berasal dari berbagai sumber, antara lain: kotorsn manusia atau hewan, sampah, tanah, lumpur, tanaman, udara, dan air buangan pabrik. Bibit penyakit ini biasa disebut dengan mikroorganisme patogen.

Air yang tercemar kotoran penderita kolera sudah pasti membawa vibrio cholerae, yakni bakteri penyebab kolera. Begitu juga bibit penyakit disentri sangat mudah menular melalui air kotor. Tipus dan hepatitis juga merupakan penyakit – penyakit yang sering timbul lewat air kotor. Kolera, disentri, tipus, hepatitis merupakan bibit – bibit penyakit yang terkandung dalam air.

Ada lagi bibit penyakit yang sekadar hanyut mengikuti arus air. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah bibit penyakit mata, kudis, dan demam oleh kutu air. Bibit penyakit seperti itu bisa dikurangi dengan menambah jumlah air. Air kotor juga menjadi `tempat tinggal` yang nyaman bagi serangga – serangga penyebar penyakit tertentu. Contoh paling terkenal ialah nyamuk anopheles penyebar penyakit malaria.

Jumlah dan jenis mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh asal air. Jadi, air yang berasal dari sungai jelas berbeda kandungan mikroorganisme daripada air yang berasal dari sumur. Bahkan air yang sama – sama berasal dari sungai akan berbeda jumlah dan jenis mikroorganismenya. Sebagai contoh, air sungai yang sudah tercemar mikroorganisme pembawapenyakit infeksi saluran pencernaan, seperti disentri dan kolera. Kandungan bibit penyakit itu akan lebih sedikit bila air sungai tidak tercemar kotoran manusia dan hewan.

Page 11: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

Selain membawa bibit penyakit, air juga sering mengandung bahan – bahan beracun yang akibatnya baru timbul setelah sekian tahun mengkonsumsi air tersebut. Kandungan bahan beracun kadang – kadang bisa dilihat dari penampilan fisik air. Air yang berwarna kekuningan kemungkinan besar terlalu banyak mengandung besi. Akibatnya ginjal dan gigi akan rusak. Selain besi, bahan beracun yang sering mencemari air adalah timbal dan merkuri.Kedua bahan ini juga berbahaya bagi kesehatan. Timbal, contohnya, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, fungsi otak, dan anemia.

Untuk mencegah akibat buruk tersebut, air minum harus memenuhi syarat – syarat secara fisika, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologi. Syarat air bersih ini terkandung jelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1975 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Syarat fisika diwujudkan dalam bentuk kekeruhan, bau, warna, dan rasa. Baud an rasa sulit dibedakan. Air yang tercemar belerang dikatakan berbau dan berasa seperti belerang. Padahal air sama sekali tidak ada rasanya. Penilaian bau dilakukan melalui pengenceran.

Syarat kimia menunjukkan bahan – bahan kimia yang terkandung dalam air tidak boleh berlebihan. Gejala keracunan bahan kimia di dalam air umumnya baru terlihat secara bertahun – tahun air tersebut dikonsumsi.

Baik tidaknya kualitas air secara biologis ditentukan oleh jumlah mikroorganisme patogen dan nonpatogen. Mikroorganisme patogen bisa berwujud bakteri, virus, spora pembawa bibit penyakit. Sebaliknya yang non-patogen, meskipun relatif tidak berbahaya bagi kesehatan, kehadirannya akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak.

Syarat radiologis berarti air harus bebas dari pencemaran bahan bersifat radioaktif. Pencemaran ini relatif jarang terjadi di Indonesia.

Sumber air bermacam – macam. Kendatipun demikian ada tiga sumber air yang paling banyak ditemukan, yakni hujan, air permukaan, dan air tanah. Kualitas yang berasal dari sumber – sumber tadi jelas berbeda. Misalnya air hujan. Kebersihan air hujan sangat tergantung pada lokasi. Bila hujan turun di kawasan industry yang udaranya sudah tercemar, air yang turun biasanya bersifat asam dan banyak mengandung CO2.

Air sungai. Air danau , air waduk digolongkan sebagai air permukaan. Karena letaknya di atas tanah, air permukaan paling mudah tercemar mikroorganisme yang diakibatkan kegiatan manusia.

Misalnya, pencemaran oleh bakteri penyebab kolera lantaran manusia atau hewan membuang kotoran di air permukaan tersebut

Page 12: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah ini diperoleh dengan cara menggali sumur atau pompa. Air tanah yang sebagian berasal dari air permukaan dan air hujan ini relatif lebih bersih. Hanya saja di daerah tertentu, air tanah mungkin saja mengandung banyak bahan kimia tertentu. Contohnya, lokasi penggalian batu dan pasir. Air yang berada di sekitar lokasi itu kemungkinan besar terlalu banyak mengandung unsure besi. Bila ada di daerah berkapur, kemungkinan kandungan kalsiumnya berlebihan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1975 tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, untuk bisa dikonsumsi manusia, air harus memenuhi syarat – syarat fisika, kimia, radioaktifitas, dan mikrobiologis.

Dalam pengertian sehari – hari, air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar, dan tidak berbau. Jernih berarti air bebas atau sedikit sekali tercemar lumpur. Tak berwarna menunjukkan bahwa air tidak mengandung bahan – bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Kalau terasa asin atau asam, tandanya kualitas air rendah. Bau busuk yang sering tercium di air adalah ciri terjadinya proses pelapukan bahan – bahan organik oleh mikroorganisme di dalam air.

Secara kimiawi, air minum harus ber-pH netral. Kalau terasa asam, berarti pH-nya diatas tujuh: pahit, pH-nya di bawah tujuh. Uji kenetralan pH bisa dilakukan dengan kertas lakmus.Persyaratan kimiawi terpenting yang perlu diperhatikan ialah kandungan bahan – bahan kimia di dalam air. Kandungan bahan kimia itu tidak boleh melebihi ambang batas. Kelebihan fluor, misalnya, akan menyebabkan kerusakan gigi.

Pemenuhan syarat biologis pada air minum bertujuan untuk mencegah menyebarkan bakteri patogen dan nonpatogen melalui air. Bakteri – bekteri patogen yang tidak boleh ada, antara lain vibrio cholera, salmonella, dan bakteri coli. Bakteri nonpatogen yang bisa mengganggu kesehatan antara lain, actinomycetes, cladocera, alga, dan rotifera.

Pencemaran air oleh bahan radioaktif di Indonesia relatif masih jarang ditemui. Pencemaran terjadi karena adanya buangan bahan – bahan radioaktif dari industri.

Ada tiga cara menjernihkan air kotor yang bisa dipakai,yakni secara kimia memakai tawas dan kaporit; secara fisik dengan memakai aneka ragam bahan sebagai penyaring; dan gabungan cara kimiawi dan fisik.

Ketiga cara itu bisa dipakai untuk menanggulangi baud an kekeruhan air, kandungan bahan – bahan kimia tertentu, serta pencemaran bibit penyakit. Pencemaran oleh bahan radioaktif tidak mungkin bisa dinetralisir.

Pada praktiknya, jarang sekali orang yang memakai cara kimia saja untuk menjernihkan air kotor. Penjernihanair secara fisika tanpa memakai bahan kimia

Page 13: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

masih mungkin terjadi. Yang terbanyak dipakai ialah kombinasi cara fisika dan kimia Sebab, cara inilah yang paling bagus untuk menjernihkan air kotor.

Prinsip dasar yang dipakai terdiri dari proses penggumpalan, pengendapan, penyaringan, penyerapan, dan mematikan bibit penyakit. Seluruh proses ini terjadi jika memakai teknik kombinasi cara fisika dan kimia. Bila cara fisika yang digunakan proses yang dipakai hanya pengendapan, penyaringan, dan penyerapan.

Apa pun cara yang dipilih, air yang sudah dijernihkan dan akan dipakai harus tetap dimasak sampai mendidih.Pemanasan merupakan cara yang paling efektif untuk mematkan bibit penyakit, seperti bakteri, virus, spora, dan kista.

Sebenarnya ada satu proses penjernihan lagi yang bisa dilakukan, yaitu elektrodialisis. Tujuan elektrodialistis adalah untuk menghilangkan kandungan garan di dalam air.Namun, proses yang memerlukan arus listrik ini terlalu rumit sehingga tidak cocok diterapkan di pedesaan.

Melalui berbagai tahap tersebut, air kotor bisa dikembalikan ke sifatnya semula. Sifat air bersih ialah: tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, be-pH netral, tidak mengandung zat organik, bebas dari bibit penyakit dan bahan – bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.

Persyaratan kebersihan air minum yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan ada yang bisa diuji secara sederhana, ada juga yan harus dikirim ke laboratorium.Kadar bau/kekeruhan dicek dengan mencampurkan air yang akan diuji dengan air bersih.Caranya, campurkan segekas air keruh/bau dengan segelas air bersih.Bila warna keruh/bau hilang, berarti kadar kekeruhan/bau rendah. Sebaliknya bila masih tercium bau atau tetap keruh, sebaiknya air tersebut tidak dipakai.

Cara terpopuler menguji kandungan bahan kimia di dalam air ialah dengan air the. Caranya, campurkan segelas air the dengan segelas air putih. Kemudian diamkan minimal dua belas jam. Bila warnanya seperti air the, tandanya kualitas air bagus. Jika warnanya semakin hitam kualitas air jelek.

Pemeriksaan kandungan bakteri patogen dan non-patogen secara pasti hanya bisa dilakukan di laboratorium. Untuk uji laboratorium, harus disiapkan air contoh ( sampel ) dan dikirim ke PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) atau lembaga penelitian lain yang memiliki fasilitas uji air. Air contoh yang akan diperiksa tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Page 14: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

JENIS – JENIS MEDIA PENYARINGAda berbagai cara untuk menjernihkan air kotor. Namun yang paling banyak

dkenal adalah teknik penyaringan, pengendapan, dan penyerapan. Bahan yang dipakai untuk ketiga teknik tersebut juga beraneka ragam. Pasir, ijuk, arang batok, kerikil, tawas, bubuk kapur, dan bahkan batu bisa dimanfatkan secara efektif untuk menjernihkan air kotor. Biasanya bahan – bahan itu dipakai secara bersamaan. Jarang sekali orang bisa memperoleh air jernih dengan hanya memakai satu media penyaring.

Kecuali tawas, bubuk kapur, dan kaporit, seluruh media penyaring tersebut brsifat mengendapkan dan menyerap bahan pencemar yang ada di dalam air. Pasir, kerikil, dan ijuk merupakan media pengendap; arang batok merupakan media penyerap. Dibandingkan kerikil dan ijuk, pasir dan arang batok memiliki fungsi lebih besar.

1.PasirSaringan pasir bertujuan mengurangi kandungan lumpur dan bahan- bahan

padat yang terdapat dalam air. Ukuran pasir untuk menyaring bermacam – macam, tergantung jenis bahan pencemar yang akan disaring. Pengamatan tentang bahan padat yang terapung, seperti potongan kayu, dedaunan, sampah, dan kekeruhan air perlu dilakukan untuk menentukan ukuran pasir yang akan dipakai. Semakin besar bahan padat yang perlu disaring, semakin besar ukuran pasir.

Umumnya, air kotor yang disaring oleh pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur. Karena itu ukuran pasir yang dipakai pun tidak terlalu besar. Yang lazim dimanfaatkan adalah pasir berukuran 0,2mm – 0,8 mm.

Berdasarkan ukuran pasir maka dapat dibedakan dua tipe saringan pasir, yakni saringan cepat dan saringan lambat. Saringan cepat dapat menghasilkan air bersih sejumlah 1,3 – 2,7 liter/m3/detik. Diameter pasir yang dipakai 0,4 mm – 0,8 mm dengan ketebalan 0,4 m – 0,7 m. Saringan pasir lambat menghasilkan air bersih 0,034 – 0,10 liter/m3/detik. Diameter pasir yang dipakai sekitar 0,2 mm – 0,35 mm dengan ketebalan 0,6 m – 1,2 m. Saringan pasir hanya mampu menahan bahan padat terapung. Ia tidak bisa menyaring virus atau bakteri pembawa bibit penyakit. Itulah sebabnya air yang sudah melewati saringan pasir masih tetap harus disaring lagi oleh media lain. Saringan pasir ini harus dibersihkan secara teratur pada waktu – waktu tertentu.

Page 15: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

2.Arang batokArang batok adalah arang yang berasal dari tempurung kelapa. Tempurung

tersebut dibakar smapai menjadi arang. Kalau tidak ada tempurung kelapa, arang yang berasal dari pembakaran kayu juga bisa dipakai. berbentuk

Selain menyerap bahan – bahan kimia pencemar air, arang batok berbentuk butiran juga bisa menahan benda – benda padat yang mengotori air. Namun, fungsi utamanya tetap untuk mengurangi warna dan bau air kotor.

Ada dua bentuk arang batok yang bisa dipakai. pertama butiran berdiameter 0,1 mm. kedua berentuk bubuk berukuran 200 mesh. Masing – masing bentuk memiliki kelemahan.

Karena berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan – bahan kimia yang terkandung di dalam air kotor, setelah beberapa waktu, arang batok ini sudah tidak efektif lagi. Ciri ketidakefektifannya ialah air yang tersaring sudah tidak begitu jernih lagi. Bila itu terjadi, arang batok perlu dicuci dengan air bersih atau bahkan diganti dengan yang baru.

Kendatipun demikian, pemakaian arang batok berbentuk butiran tetap lebih sederhana dari bentuk bubuk. Karena, pemakaian arang batok berbentuk bubuk memerlukan bak penampung yang dilengkapi pengaduk. Pemakaian bubuk juga tidak akan efisien bila bubuk yang telah dipakai tidak bisa didaur ulang dengan mudah supaya bisa dipakai lagi.

Dibandingkan arang berbentuk butiran, proses penyerapan mikroorganisme lebih cepat terjadi dalam bentuk bubuk. Teknik pelaksanaannya ialah dengan menaburkan bubuk itu ke bak berisi air kotor. Setelah diaduk, lama-kelamaan bubuk akan mengendap sambil membawa bahan-bahan kimia pencemar.

Untuk mempercepat proses pengendapan, kadang-kadang diperlukan campuran bahan pengendap lain. Bubuk ini memang msih bisa dipakai lagi, tetapi sebelumnya harus dipanaskan dahulu dengan tehnik tertentu.

3.Penyaring LainSelain pasir dan arang batok, media panyaring lain yang banyak digunakan di

pedesaan ialah ijuk dan kerikil. Ijuk dan kerikil dipakai bersamaan dengan pasir dan arang. Umumnya ijuk diletakkan pada lapisan paling atas atau lapisan kedua, sedangkan kerikil diletakkan di dasar wadah.

Masih banyak penyaring yang bisa dipakai untuk menjernihkan air kotor. Misalnya,zeolit, perlit, dan logam tahan karat. Pemakaian zeolit dan perlit sama saja dengan pemakaian pasir atau arang batok. Logam tahan karat dipakai dalam bentuk saringan.

Saringan inilah yang akan menangkap lumpur dari air kotor, sementara air yang sudah bebas dari lumpur masuk ke dalam bak. Zeolit, perlit, dan logam tahan karat

Page 16: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

tidak begitu cocok dipakai di daerah pedesaan lantaran relatif mahal dan tidak mudah didapat. Supaya berfungsi dengan baik, seluruh media penyaring tadi harus tetapdalam kondisi basa. Jangan sampai kering karena dapat mengakibatkan kematian bakteri pengurai. Cara terbaik ialah dengan mengatur arus air sehingga selalu ada air yang mengalir.

Sebelum air masuk ke bak-bak penyaring ada baiknya air disaring dahulu dengan kain atau kawat kassa. Perlakuan ini akan mengurangi risiko tersumbatnya pipa saluran air. Selain itu, media penyaring bisa dipakai lebih lama. Artinya, jarak waktu membersihkan media semakin panjang.

Sebaiknya pemberihan media penyaring tidak dilakukan terlalu sering. Tujuannya agar bakteri pengurai yang tumbuh di media bisa bertambah banyak, sehingga proses penyaringan berjalan lebih bagus. Agar media penyaring tidak cepat ditumbuhi lumut, tutup bagian atas bak penyaring.

4. Kapur, Tawas, dan KaporitKapur, tawas dan kaporit biasa disebut koagulan karena bisa menimbulkan

koagulasi. Koagulasi ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia.Kapur, tawas, dan kaporit ini akan mengendap di dalam air bersama dengan

bahan kimia pencemar air. Pengendapan terjadi bila zat-zat itu tercampur dengan baik di dalam air. Karena itu, bagitu diberi kapur/tawas/kaporit, air harus diaduk atau dialirkan melalui saluran yang berbelok-belok.

Air yang ditaburi kapur/tawas/kaporit masih harus disaring lagi. Tujunnya yang timbul semakin berkurang. Jadi, penaburan tawas/kapur/kaporit biasa dilakukan pada bak pertama. Selanjutnya, air disaring di bak berlainan dengan media penyaring campuran.

Bagaimana kalau sulit memperoleh kapur/tawas/kaporit? Untuk membersihkan air, sejak dahulu orang sudah mengenal khasiat tepung biji kelor. Biji kelor yang sudah tua, ditumbuk sampai halus kemdian dimasukkan ke dalam air. Seliter air kotor bisa dibersihkan dengan sepuluh biji kelor.

Pemakaian tepung biji kelor sebagai bahan bahan pembersih alami bukan monpoli penduduk Indonesia. Penduduk Sudan juga akrab dengannya. Disana, biji kelor juga ditumbuk. Bubuk tersebut tidak langsung dimasukkan kedalam air kotor, tetapi dilarutkan dahulu dalam sebotol air, setelah dikocok selama 5-10 menit, larutan tepung biji kelor dituangkan ke dalam air kotor. Diamkan selama satu jam. Selanjutnya air bersih siap dipakai.

Page 17: Penggunaan Bahan Alam Untuk Menjernihkan Air Kotor Sebagai Upaya Pencegahan Kelangkaan Air Bersih

CARA MEMBUAT SARINGANDilihat dari bahan yang dipakai, ada tiga cara menjernihkan air, ada tiga cara

menjernihkan air kotor, yakni cara fisika, kimia, dan kombinasi cara fisika dan kimia. Cara kimia, sesuai dengan namanya memakai bahan kimia yang lazim, yakni kapur/tawas/kaporit. Cara fisika berarti tidak memakai bahan kimia. Cara ketiga berupa kombinasi cara fisika dan cara kimia.

1.Cara ini biasa dipakai untuk menjernihkan air kotor langsung dari sumber terbuka, seperti sungai/ waduk/ danau. Air yang akan disaring ditampung dibak-bak khusus. Bak bisa ditempatkan di pinggir sungai, atau bahkan langsung di dalam sungai. Cara pertama memerlukan pasir, ijuk, arang, dan kerikil sebagai media penyaring. Cara kedua hanya memanfaatkan pori-pori batu sebagai penyaring kotoran.

a. Bak pengendap dan penyaringBak penampungan dan penyaringan dibuat di pinggir sumber air yang

agak landai. Ukuran bak sangat tergantung pada volume air yang akan dibersihkan. Semakin banyak jumlah air bersih yang dibersihkan, semakin besar ukuran kedua bak tersebut.

Air dialirkan ke bak penampungan melalui saluran bambu. Sebaiknya diujung saluran bambu dipasang kawat kassa, sehingga air yang masuk ke bak penampungan sudah terbebas dari sampah, potongan kayu, dedaunan, atau ranting yang sudah hanyut. Lumpur yang masih sanggup menerobos kawat kassa akan mengendap di dasar bak.

Selanjutnya air dialirkan ke bak penyaringan. Letak bak penyaringan sebaiknya lebih rendah daripada bak penampungan agar air bisa mengalir mengikuti kemiringan saluran air. Untuk mencegah meluapnya air di bak penyaring, pemasukan air dari bak penampung ke bak penyaring sebaiknya diatur.