penggaraman & pengeringan

28
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kita merupakan negara perairan yang terdiri dari perairan laut dan perairan darat (tawar) yang kaya akan sumberdaya ikan yang sangat potensial jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Perikanan air tawar di Indonesia meliputi perikanan di kolam-kolam, di sawah-sawah, di danau-danau, di rawa-rawa dan di daerah sungai-sungai. Perikanan yang dibudidayakan di kolam-kolam diusahakan kolam yang terjamin pengairannya dan subur keadaan tanahnya. Air yang digunakan jangan sekali-sekali mengandung zat yang dapat mengganggu ikan, misalnya belerang (sulfur), terlalu banyak kapur, macam-macam limbah dari pabrik dan lain-lain. Limbah dari pabrik-pabrik tersebut merupakan racun bagi ikan dan ini dapat merusak kelangsungan hidup ikan (Fida,2007). Ikan bersifat perishable food atau mudah mengalami proses pembusukan atau kemunduran mutu. Ikan cepat mengalami pembusukan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karena tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi (80%) dan pH mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme lain, daging ikan mengandung sedikit sekali jaringan pengikat atau

Upload: irmahutagaol

Post on 02-Jan-2016

343 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kita merupakan negara perairan yang terdiri dari perairan laut dan

perairan darat (tawar) yang kaya akan sumberdaya ikan yang sangat potensial jika

dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Perikanan air tawar di Indonesia meliputi

perikanan di kolam-kolam, di sawah-sawah, di danau-danau, di rawa-rawa dan di

daerah sungai-sungai. Perikanan yang dibudidayakan di kolam-kolam diusahakan

kolam yang terjamin pengairannya dan subur keadaan tanahnya. Air yang

digunakan jangan sekali-sekali mengandung zat yang dapat mengganggu ikan,

misalnya belerang (sulfur), terlalu banyak kapur, macam-macam limbah dari

pabrik dan lain-lain. Limbah dari pabrik-pabrik tersebut merupakan racun bagi

ikan dan ini dapat merusak kelangsungan hidup ikan (Fida,2007).

Ikan bersifat perishable food atau mudah mengalami proses pembusukan

atau kemunduran mutu. Ikan cepat mengalami pembusukan disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu karena tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi (80%) dan

pH mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme lain, daging ikan mengandung sedikit sekali jaringan pengikat

atau tendon, sehingga mudah dicerna oleh enzim autolysis, daging ikan banyak

mengandung asam lemak tidak jenuh, yang mudah mengalami proses oksidasi

(Fida, 2007).

Salah satu kelemahan ikan sebagai bahan makanan ialah sifatnya yang

mudah busuk setelah ditangkap dan mati. Oleh karena itu, ikan perlu ditangani

dengan baik agar tetap dalam kondisi yang layak dikonsumsi oleh konsumen.

Setelah dilakukan penanganan awal berupa sortasi, grading dan pembersihan,

maka penanganan selanjutnya antara lain pendinginan, pembekuan, penggaraman,

pengeringan dan lain sebagainya (Sugianto, 1986).

Teknik pengawetan yaitu pendinginan, pembekuan, penggaraman dan

pengeringan. Pada proses pengawetan dengan cara penggaraman sebenarnya

terdiri dari dua proses yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Ikan

Page 2: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

yang digarami dan dikeringkan menjadi awet karena garam dapat menghambat

atau membunuh bakteri penyebab kebusukan. Selain itu dengan dilakukannnya

pengeringan kadar air dalam ikan yang menjadi faktor dasar pertumbuhan bakteri

semakin kecil sehingga proses pengawetan dapat lebh sempurna (Amri, 2008).

Metode pengawetan dengan cara penggaraman merupakan metode

pengawetan yang sederhana dan ekonomis, hal ini karena media utama yang

menjadi bahan dasar dari dalam pelaksanaan hanya memerlukan garam dan proses

pengeringannya yang masih tradisional hanya dengan bantuan sinar matahari saja.

Oleh karena itu dilapisan masyarakat sebagian besar metode pengawetan yang

dilakukan adalah penggaraman dan pengeringan (Budiman, 2004).

Konsumen dari produk penggaraman sebagian besar dari kalangan

menengah kebawah terutama jenis ikan asin. Hal ini dikarenakan harga yang

relatif lebih murah yang disebabkan faktor pelaksanaanya yang tidak rumit, biaya

produksi yang relatif rendah, dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Dari

seluruh faktor-faktor tersebut yang menyebabkan resapan pasar dari prodak hasil

penggaraman relatif cukup besar. Dengan demikian prospek usaha yang

ditimbulkan cukup baik (Budiman, 2004).

Ada sekitar 106 jenis ikan kucing atau ikan berkumis (catfish) di Indonesia

yang potensial untuk dibudidayakan. Namun yang popular dibudidayakan hanya

sedikit, salah satunya adalah ikan lele lokal atau Clarias batrachus. Ikan lele

merupakan salah satu konsumsi penting di Indonesia. Perkembangan budidaya

lele baru dilakukan pada tahun 1975 di Blitar, Jawa Timur (Kordi, 2004).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihati perubahan kadar air dan

perubahan fisik pada setiap proses pengeringan (pengeringan matahari dan

pengeringan mekanis) serta untuk melihat perubahan fisik pada proses

penggaraman.

Page 3: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Ikan

Sistematika ikan sepat mata merah (Saanin, 1984), adalah sebagai berikut :

kingdom : Animalia

filum : Chordata

sub filum : Vertebrata

class : Pisces

ordo : Percomorphoidei

famili : Anabantidae

genus : Trichogaster

spesies : Trichogaster pectoralis

Salah satu hasil perikanan yang cukup menonjol dan berpotensi tinggi

serta memiliki nilai ekonomis dan banyak disukai masyarakat. Dalam pemasaran

umumnya dipasarkan dalam bentuk segar sehingga perlu diterapkan teknik

penanganan yang baik. Kebutuhan ikan selar disuplai dari berbagai tempat dengan

menggunakan transportasi darat (Saanin, 1984).

Ikan sepat (Trichogaster pectoralis) selain mempunyai sirip tambahan dari

sirip dubur dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas

yang merupakan sisik besar,dan berduri pada gurat sisinya, melebar keatas dan

kebawah badan. Ikan ini di dapat jauh ketengah-tengah lautan, tetapi anak-

anaknya sering terdapat di muara-muara sungai yang besar.panjang tubuh ikan ini

mencapai 40 cm lebih (Saanin, 1984).

B. PENGGARAMAN

Dalam proses pelaksanaannya, penggaraman dan pengeringan

dilakukansecara bertahap, didahului dengan penggaraman kemudian baru

dilakukan pengeringan.

Page 4: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

Istilah penggaraman yang lebih akrab dikenal dengan sebutan pengasinan,

merupakan cara pengawetan ikan yang produknya paling gampang ditemui

diseluruh pelosok Indonesia. Ada beberapa alasan yang menyebabkan teknologi

penggaraman ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk

mengawetkan ikan (Fida, 2007), yaitu :

a. Teknik penggaraman merupakan teknologi yang sangat sederhana dan dapat

dilakukan oleh semua orang

b. Teknologi yang menggunakan garam ini merupakan cara pengawetan paling

murah

c. Hasil olahan yang dikombinasikan dengan cara pengeringan mempunyai daya

tahan lama, sehingga dapat disimpan atau didistribusikan ke daerah yang jauh

tanpa memerlukan perlakukan khusus

d. Produk ikan asin harganya murah, sehingga dapat terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat

Secara umum pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan

yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan

garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur (NaCl), baik berupa

kristal maupun larutan. Mekanisme pengawetan ikan melalui proses penggaraman

adalah sebagai berikut :

a. Garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa. Akibatnya

kandungan air dalam tubuh ikan yang menjadi media hidup bakteri menjadi

berkurang. Kekurangan air dilingkungan tempat bakteri hidup mengakibatkan

proses metabolisme dalam tubuh bakteri menjadi terganggu. Dengan demikian

proses kemunduran mutu ikan oleh bakteri dapat dihambat atau dihentikan.

b. Selain menyerap kandungan air dari tubuh ikan, garam juga menyerap air dari

dalam tubuh bakteri sehingga bekteri akan mengalami plasmolisis (pemisahan

inti plasma) sehingga bakteri akan mati (Fida,2007)

Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode

pengawetan tunggal, biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain

seperti pengeringan ataupun dengan perebusan. Sehingga kita bias menjumpai tiga

Page 5: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

macam produk ikan asin, yaitu : ikan asin basah, ikan asin kering dan ikan asin

rebus (Budiman, 2004).

Pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian proses pengawetan ikan

dengan cara mencampurkan garam dengan ikan baik dalam bentuk kristal maupun

larutan garam. Garam yang dicampurkan dengan ikan akan menyerap kandungan

air dalam tubuh ikan sehingga kegiatan metabolisme bakteri didalam tubuh ikan

akan dapat dihambat atau dihentikan (Budiman, 2004).

Kecepatan proses penyerapan garam kedalan tubuh ikan dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut (Saanin, 1984):

a. Kesegaran tubuh ikan. Semakin segar ikan, maka proses penyerapan garam

kedalam tubuh ikan akan semakin lambat.

b. Kandungan lemak. Lemak akan menghalangi masuknya garam kedalam tubuh

ikan, sehingga ikan yang kandungan lemaknya tinggi akan mengalami

penyerapan garam yang lambat.

c. Ketebalan daging ikan. Semakin tebal daging ikan maka proses penggaraman

semakin lambat.

d. Kehalusan kristal garam. Garam yang halus akan lebih cepat larut dan

meresap kedalam tubuh ikan. Tetapi penyerapan yang terlalu cepat akan

mengakibatkan permukaan daging cepat mengeras (Salt burn) dan ini akan

menghambat keluarnya kandungan air dari bagian dalam tubuh ikan.

e. Suhu. Semakin tinggi suhu larutan, maka viskositas larutan garam semakin

kecil sehingga proses penyerapan akan semakin mudah.

C. Pengeringan

Pengeringan merupakan metode pengawetan produk yang pertama

dilakukan oleh manusia. Selama proses pengeringan, ikan akan mengalami

pengurangan kadar air yang mengakibatkan proses metabolisme bakteri pembusuk

dalam tubuh ikan menjadi terganggu. Sehingga proses kemunduran mutu ikan

dapat dihambat atau dihentikan. Tahapan proses pengeringan terdiri dari :

Page 6: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

pengangkatan ikan dari wadah penggaraman, pencucian, pengeringan, peyortiran

dan pengemasan (Budiman, 2004).

Peralatan yang diperlukan selama proses pengeringan terdiri dari wadah

pencucian, para-para (untuk pengeringan alami), ruang pengeringan (untuk

pengeringan mekanis), kardus pengepakan. Ada dua metode pengeringan yang

bias dilakukan yaitu : Pengeringan alami dan pengeringan mekanis. Keuntungan

pengeringan alami antara lain adalah tidak memerlukan peralatan dan

keterampilan khusus tetapi memiliki kelemahan yaitu membutuhkan tempat yang

luas serta waktu pengeringan (suhu) sulit dikendalikan. Keuntungan pengeringan

mekanis antara lain : waktu pengeringan (suhu) dapat dikendalikan dan tidak

memerlukan tempat yang luas. Kelemahan pengeringan mekanis antara lain

membutuhkan sarana dan keterampilan khusus (Budiman, 2004).

Cara pengeringan bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu pengeringan

alami dan pengeringan mekanis yaitu :

a. Pengeringan alami.

Pengeringan alami adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan

menggunakan media angin dan sinar matahari. Dalam pengeringan alam, ikan

dijemur diatas rak-rak yang dipasang miring (+15o) kearah datangnya angin dan

diletakkan ditempat terbuka supaya terkena sinar matahari dan hembusan angin

secara langsung. Keunggulan pengeringan alami adalah proses sangat sederhana,

murah dan tidak memerlukan peralatan khusus sehingga gampang dilakukan oleh

semua orang (Budiman, 2004).

Pada proses pengeringan ini, angin berfungsi untuk memindahkan uap air

yang terlepas dari ikan, dari atas ikan ke tempat lain sehingga penguapan

berlangsung lebih cepat. Tanpa adanya pergerakan udara, misalnya jika

penjemuran ditempat tertutup (tanpa adanya hembusan angin), pengeringan akan

berjalan lambat. Selain tiupan angin, pengeringan alami juga dipengaruhi oleh

intensitas cahaya matahari pada saat penjemuran berlangsung. Makin tinggi

intensitasnya maka proses pengeringan akan semakin cepat berlangsung

begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, proses pengeringan alami sering terhambat

pada saat musim penghujan karena intensitas cahaya matahari sangat kurang.

Page 7: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

Karena lambatnya pengeringan, proses pembusukan kemungkinan tetap

berlangsung selama proses pengeringan (Budiman, 2004).

Masalah lain yang dihadapi pada pengeringan alami adalah ikan yang

dijemur ditempat terbuka gampang dihinggapi serangga atau lalat. Lalat yang

hinggap akan meninggalkan telur, dalam waktu 24 jam telur tersbut akan menetas

dan menjadi ulat yang hidup didalam daging ikan (Budiman, 2004).

b. Pengeringan Mekanis

Karena banyaknya kesulitan yang didapat pada proses pengeringan alami

terutama pada saat musim penghujan, maka manusia mencoba membuat alat baru

untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien. Pada

pengeringan mekanis, ikan disusun diatas rak-rak penyimpanan didalam ruangan

tertutup yang dilengkapi dengan beberapa lubang ventilasi. Kedalam ruangan

tersebut, ditiupkan hawa panas yang dihasilkan dari elemen pemanas listrik. Hawa

panas ditiupkan dengan sebuah kipas angin atau blower supaya mengalir ke arah

rak-rak ikan. angin yang membawa uap air dari tubuh ikan akan keluar dari

lubang-lubang ventilasi (Budiman, 2004).

Pengeringan mekanis memiliki beberapa keunggulan (Budiman, 2004)

sebagai berikut :

1). Ketinggian suhu, kelembaban dan kecepatan udara mudah diatur

2). Sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan

3). Tidak memerlukan tempat yang luas

4). Waktu pengeringan menjadi lebih teratur (tidak terpengaruh oleh adanya

musim hujan).

D. Pengaruh Penggaraman dan Pengeringan Terhadap Daya Awet

Penggaraman yang lebih akrab dikenal dengan sebutan pengasinan,

merupakan cara pengawetan ikan yang produknya paling gampang ditemui

diseluruh pelosok Indonesia. Ada beberapa alasan yang menyebabkan teknologi

penggaraman ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk

mengawetkan ikan, yaitu :

Page 8: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

1) Teknik penggaraman merupakan teknologi yang sangat sederhana dan dapat

dilakukan oleh semua orang

2) Teknologi yang menggunakan garam ini merupakan cara pengawetan paling

murah

3) Hasil olahan yang dikombinasikan dengan cara pengeringanmempunyai daya

tahan lama, sehingga dapat disimpan atau didistribusikan ke daerah yang jauh

tanpa memerlukan perlakukan khusus

4) Produk ikan asin harganya murah, sehingga dapat terjangkau olehpenggaraman

adalah suatu rangkaian proses pengawetan ikan dengan cara mencampurkan

garam dengan ikan baik dalam bentuk kristal maupun larutan garam. Garam

yang dicampurkan dengan ikan akan menyerap kandungan air dalam tubuh ikan

sehingga kegiatan metabolsme bakteri didalam tubuh ikan akan apat dihambat

atau dihentikan.

Pengeringan merupakan cara pengawetan produk makanan yang pertama

digunakan oleh manusia. Pengeringan ikan merupakan cara pengawetan sebagai

lanjutan dari kegiatan pengawetan dengan penggaraman. Ikan hasil proses

penggaraman segera diangkat dari wadah penggaraman, dicuci bersih kemudiaN

dikeringkan.

Pada awalnya proses pengeringan hanya menggunakan panas sinar

matahari dan tiupan angin. Pada prinsipnya proses pengeringan akan mengurangi

kadar air dalam tubuhikan sebanyak-banyaknya, sehingga kegiatan bakteri akan

bisa dihambat atau bila memungkinkan bisa dihentikan.

Tubuh ikan mengandung 56 % - 80 % air. Bila kadar air ini dikurangi

maka metabolisme dalam tubuh bakteri akan terhambat. Pada kadar air 30 % - 40

%, sebagian bakteri sudah mati, tetapi sporanya tetap hidup. Spora ini akan tumbuh

dan aktif kembali bila kadar air dalam tubuh ikan meningkat kembali. Oleh karena

itu sebelum dilakukan proses pengeringan, selalu diawali dengan Tekniik

Penggarraman dan Pengerriingan 29 penggaraman untuk menghambat proses

pembusukan pada saat pengeringan berlangsung. Karena itulah, produk ikan kering

selalu diasosiasikan dengan istilah ikan asin.

Page 9: PENGGARAMAN & PENGERINGAN
Page 10: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Penggaraman dan Pengeringan ini dilaksanakan pada tanggal

19 oktober 2012, pukul 13.30 WIB, di Laboraturium Teknologi Hasil Perikanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Penggaraman dan

Pengeringan ini adalah baskom, cutter atau pisau, plastik meja makan, serta

talenan Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum Penggaraman dan

peneringan ini adalah garam, air, serta ikan sepat (Trichogaster Pectoralis)

C. Cara Kerja

Adapun Cara kerja yang dilaksanakan pada praktikum Penggaraman dan

Pengeringan dengan sinar matahari ini yaitu :

Ikan disiangi mulai dari sisik, jeroan dan insangnyadibuang, lalu dicuci

bersih dengan air. Ikan dibelah dibagian tengah dan dibentuk lebar (butterfly),

lakukan penimbangan bobot ikan, kemudian ikan ditaburi garam sebanyak 20%

dari berat ikan, kemudian ikan di jemur di bawah sinar matahari.

Ikan disiangi dan dicuci

bersih

Dibelah bentuk butterfly

Page 11: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

Gambar 1. diagram alir pengeringan dengan sinar matahari

Ikan diberi garam sebanyak 20% dari berat ikan

Tiriskan dan keringkan dibawah sinar matahari

Ikan asin

Page 12: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Setelah melaksanakan praktikum penggaraman dan pengeringan ini

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Praktikum penggaraman dan pengeringan dengan sinar

matahari

Tabel 1Kadar Garam

%Pengeringan dengan oven

AWAL

Pengeringan dengan oven

AKHIR

Pengeringan matahari AWAL

Pengeringan matahari AKHIR

10 113, 58,13 117,15 37,4515 118,28 55,14 118,53 31,6720 99,64 50,18 126,66 33,6725 115,17 51,67 108,44 48,15

Page 13: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

B. Pembahasan

Pada percobaan penggaraman dan pengeringan ini, kelompok kami

melakukan proses peneringan dengan sinar matahari. Penggaraman kering ini

dilakukan dengan garam, dengan kadar garam sebanyak 20%. Sebelum proses

penggaraman, harus dilakukan penimbangan bahan antara lain yaitu ikan dan

garam. Penimbangan sangat penting dilakukan agar kita dapat menghitung berapa

konsentasi garam yang akan digunakan untuk proses penggaraman. Proses

penimbangan bahan, dilakukan menggunakan neraca analitik yang memiliki

ketelitian 0.001 gram. Pada penimbangan awal berat ikan adalah 126,66 gr, maka

konsentrasi garam sebanyak 20% adalah 25,332 gr. Proses selanjutnya adalah

proses pengeringan.

Proses pengeringan pada ikan sepat ini dilakukan dengan menjemurnya di

bawah sinar matahari selama beberapa waktu, sampai daging ikan menjadi kering,

keringnya daging ikan dapat dilihat dari tekstur daging yang berwarna cerah.

Tekstur daging yang bewarna cerah mengindikasikan konsentrasi air yang sedikit

dalam daging. Pada ikan asin kami, tektur dagingnya terlihat agak cerah, sehingga

diketahui bahwa konsentrasi air di dalam daging ikan asin kami sudah sangat

sedikit. Pengeringan ikan asin ini dilakukan agar mikroorganisme tidak tumbuh

pada ikan asin kami. Apabila ikan asin memiliki konsentrasi air yang relatif

banyak makan akan mendorong mikroorganisme untuk tumbuh, dan melakukan

pembusukan pada daging ikan asin. Kandungan air yang sedikit pada ikan asin

kami menunjukkan bahwa mutu ikan asin kami bisa dikatakan bagus.

Pada proses pengeringan, massa daging ikan akan berkurang, seiring

dengan berkurangnya konsentrasi air pada daging ikan. Maka dari itu, kami

melakukan penimbangan kedua untuk ikan asin. Penimbangan kedua, kami

memperoleh massa atau berat ikan 33,42 gr,

Dalam hal ini ikan yang telah di jemur dibawah sinar matahari akan

mengalami penyusutan, hal ini disebabkan karena kandungan air dapat tubuh ikan

iu telah habis. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari jauh lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan mengunakan oven. Pengeringan

Page 14: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

dibawah sinar matahari tidak membutuhkan biaya, mudah dan temapatnya luas.

Tapi dengan menggunakan sinar matahari juga merugikan manusia misalnya

kondisi cuaca yang tidak stabil, kadang hujan dan kadang panas, Sementara

dengan menggunakan alat mekanis atau oven suhu pada oven tersebut dapat di

diatur,sanitasi dan higienisnya juga terjamin, kualitas yang dihasilkan lebih baik.

Maka dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pengeringan mekanis

yang menggunakan oven memiliki kualitas ikan yang dihasilkan lebih baik jika

dibandingkan dengan pengeringan dengan matahari, hal ini disebabkan karena

ikan yang dijemur dibawah sinar matahari tidak higienis karena ikan tersebut

masih berkontak langsung dengan lingkungan sekitar.

Page 15: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan praktikum penggaraman dan Pengeringan ini maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada dua metode dalam pengeringan ikan yaitu pengeringan dengan sinar

matahari dan pengeringan dengan mekanis dengan menggunakan oven.

2. Garam sangat mempunyai peran penting dalam proses pengawetan ikan

3. Konsentarsi garam yang dipakai pada penggaraman ikan nila sebanyak 20%

yaitu sebanyak 25,332 gr.

4. Metode pengawetan dengan penggaraman merupakan pengolahan ikan secara

tradisional, sederhana serta ekonomis

5. Pengeringan dilakukan agar mikoorganisme pada ikan asin tidak dapat

tumbuh lagi.

6. Berat awal ikan yang kita praktikumkan yaitu sebanyak 126,66 gram.

7. Setelah proses pengeringan maka diperoleh berat ikan asin yang dihasilkan

yaitu 33,42 gr.

B. Saran

Kepada para dan praktikan, agar lebih tenang pada saat melakukan

praktikum. Suasana yang tenang dan kondusif sangat diperlukan dalam suatu

praktikum, karena dapat mempengaruhi percobaan yang akan dilakukan di

laboratorium.

Page 16: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, Moch. Ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Evy, Ratna. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya.

Jakarta.

Fida, Ruhil. 2007.Teknologi Pasca Panen. SPP Negeri Sembawa. Palembang

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Binacipta, Jakarta.

Sugianto. 1986. Kekayaan Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syarif Budiman, Muhammad. 2004. Penggaraman dan Pengeringan. Departemen Pendidikan. Jakarta

Page 17: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

LAMPIRAN

1. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

113 , 11−58 ,13¿113 ,11 ¿

¿X 100 %¿

= 48,60%

2. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

118 ,28−55 ,14118 ,28

x100 %

=53.38%

3. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

99 ,64−50 ,1899 ,64

x100%

= 49,63%

Page 18: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

4. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

115 , 17−51 ,67115 , 17

x 100 %

=55,135%

5. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100%

117 ,15−37 , 45117 ,15

x100 %

=68,03%

6. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

118 , 53−31 ,67118 , 53

x 100 %

= 73,28%%

Page 19: PENGGARAMAN & PENGERINGAN

7. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

126 , 66−33 ,42126 , 66

x100 %

= 73,61%

8. % air menguap =

Beratawal−beratakhirberatawal

x 100 %

=

108 ,44−48 ,15108 ,44

x 100 %

= 55,59%