pengetahuan dan administrasi...
TRANSCRIPT
Direktorat Lelang
PENGETAHUAN DAN ADMINISTRASI LELANG
DIKLAT LELANG RAMPASAN KEJAKSAAN, 13 NOPEMBER 2018
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak
Februari tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908
No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Sejalan dengan hal tersebut,
berdirilah Unit Lelang Negara di Indonesia.
Sebagai pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barang-
barang milik pejabat yang mutasi.
Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Setelah keluar Staatsblad 1908 Nomor 189, terbentuklah Unit Lelang Negara
dengan struktur organisasi di tingkat pusat yaitu Inspeksi Urusan Lelang yang
bertanggung jawab kepada Direktuur van Financient (Menteri Keuangan).
Sedangkan ditingkat Daerah terdapat unit operasional yang disebut Kantor
Lelang Negeri (Vendu Kantoren) yang antara lain berada di Batavia (Jakarta),
Bandung, Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Makassar, Banda Aceh,
Medan, dan Palembang.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Pada tahun 1919, Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie mengangkat Pejabat
Lelang Kelas II (Vendumesteer Klas II) untuk menjangkau daerah-daerah
yang belum terdapat Kantor Lelang Negeri dan frekuensi pelaksanaan lelang
yang rendah.
Pada saat itu jabatan Pejabat Lelang Kelas II dirangkap oleh Notaris/PPAT,
Pejabat Pemda Tk. II, Bupati, Walikota, dan pejabat pemda lainnya.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Direktuur van Financient (sebutan Menteri Keuangan)
Inspeksi Urusan Lelang
Vendu Kantoren (Kantor Lelang Negeri)
(Batavia, Bandung, Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Makassar, Banda Aceh, Medan dan Palembang)
Vendumesteer Klas II (Pejabat Lelang)
(diangkat pada tahun 1919 untuk menjembatani daerah yang tidak ada Vendu Kantoren)
Di awal berdirinya organisasi
edudukan Lembaga Lelang
Saat itu juga dikenal komisi
yang dibentuk untuk
menjalankan aktivitas
lelang yaitu Komisioner
Lelang Negara, saat ini
dikenal dengan istilah Balai
Lelang.
Pada tahun 1960, dalam pembentukan Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen Keuangan,
terdapat ketentuan tiap departemen maksimum mempunyai 5 (lima) Direktorat Jenderal. Unit
Lelang digabung dan berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak dengan pertimbangan:
1. Penerimaan negara yang dihimpun Unit Lelang Negara berupa Bea Lelang merupakan salah
satu jenis pajak tidak langsung.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa baru
keluar, dimana lembaga lelang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan pajak.
SEJARAH INSTITUSI LELANG DI INDONESIA
Struktur organisasi Unit Lelang dari hasil penggabungan tersebut adalah:
a. Tingkat Pusat
Dinas Inspeksi Lelang (Eselon III)
b. Tingkat Daerah
Kantor Lelang Negeri Kelas I (Eselon IV) yang berjumlah 12 KLN di seluruh Indonesia,
kecuali KLN Jakarta setingkat Eselon III.
Kantor Pejabat Lelang Kelas II untuk kota dan kabupaten yang belum dibentuk Kantor
Lelang Negeri.
SEJARAH INSTITUSI LELANG DI INDONESIA
Pada tahun 1970, penyebutan Kantor Lelang Negeri diubah menjadi Kantor Lelang
Negara. Struktur organisasi Kantor Lelang Negara pada waktu itu berada di bawah
Direktorat Jenderal Pajak c.q Dinas Lelang.
Pada tahun 1975, dibentuk unit lelang negara di tingkat Kanwil Ditjen Pajak setingkat
eselon IV/a dengan nama Seksi Pembinaan Lelang Bidang Pajak Tidak Langsung. Di
tingkat pusat, Sub Direktorat Lelang (eselon III)
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang memberikan jasa
lelang, Pada waktu itu terdapat Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara yang juga
memberikan pelayanan lelang.
Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara ini dikelola oleh swasta dan berkedudukan di
kota-kota besar tertentu di Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Medan.
Namun pada tahun 1972, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972, Lembaga Komisioner Lelang Negara dihapuskan.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga Komisioner Lelang Negara (SK No.D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972)
1. Bahwa dengan Inpres 9 tahun 1970, pemindahtanganan barang-barang yang dimiliki/dikuasai negara harus dilaksanakan di hadapan Pejabat Lelang sesuai Undang-Undang.
2. Bahwa pelelangan-pelelangan pada umumnya sudah dapat ditampung dan diselesaikan oleh Kantor Lelang Negara dan atau Kantor-Kantor Pejabat Lelang Kelas II
Dasar Pemindahan Unit Lelang Negara dari Ditjen Pajak ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), dengan SK Menteri Keuangan N0. 428/KMK.02/1990, tanggal 4 April 1990.
1. Di tingkat pusat, ada Sub Direktorat Pembinaan Lelang.
2. Di tingkat kanwil, ada Seksi Bimbingan Lelang (eselon IV).
3. Di tingkat operasional, ada Kantor Lelang Negara.
Ditjen Pajak
1990
Pusat
Subdit Pembinaan Lelang
Eselon III
Daerah
Seksi
Bimbingan Lelang
Es. IV
Unit Lelang
BUPN
Kanwil Operasional
Kantor
Lelang Negara
Tanggal 1 Juni 1991, berdasarkan Keppres N. 21 tahun 1991, nama BUPN (Badan Urusan
Piutang Negara) diganti menjadi BUPLN (Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara). Terjadi
pengembangan dan pengukuhan organisasi unit lelang, antara lain Biro Lelang Negara
(tingkat pusat), Bidang Lelang (tingkat kanwil), dan KLN (tingkat operasional).
Pada tahun 1996, Pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor
47/KMK.01/1996 tanggal 25 Januari 1996 kembali memberikan peluang kepada pihak
swasta untuk berperan serta dalam mengembangkan lelang di Indonesia melalui pendirian
Balai Lelang yang berada dalam pembinaan dan pengawasan BUPLN.
SEJARAH INSTITUSI LELANG DI INDONESIA
1960 Unit Lelang
Gabung
Dengan
Pajak Ditjen Pajak
Pusat
Dinas Lelang Es. III
Unit Lelang Daerah
Kantor Lelang Negeri Kelas I (eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III)
Unit Lelang
Pertimbangan Unit Lelang digabung dan berada di bawah Ditjen Pajak :
1. Penerimaan negara yang dihimpun unit lelang negara berupa Bea Lelang yang merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung.
2. Saat itu baru saja terbentuk Undang-Undang Nomor 19 tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dimana lembaga lelang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan pajak.
Ditjen Pajak
BUPN BUPLN DJPLN DJKN
1990
1991
2000
2006
Kantor Pusat DJKN bertempat di Gedung Syafrudin Prawiranegara, beralamat di Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4, Jakarta Pusat.
Unit vertikal Kantor Pusat DJKN terdiri dari:
Unit Eselon II di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Eselon III di KPKNL yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kanwil DJKN berjumlah 17 sedangkan KPKNL berjumlah 71.
Direktorat Lelang sebagai salah satu unit di DJKN saat ini sedang berupaya untuk menyukseskan Rancangan Undang-Undang Tentang Lelang dalam rangka memperkuat lembaga lelang di Indonesia. Program simplipying and securing of acta (penyederhanaan dan pengamanan risalah lelang), styling (seragam dan tool kit pejabat lelang), dan reporting and monitoring (otomasi laporan realisasi pelaksanaan lelang) merupakan babak baru dalam sejarah lelang yang digulirkan oleh Direktorat Lelang.
SEJARAH INSTITUSI LELANG DI INDONESIA
DASAR HUKUM LELANG
Umum Khusus
Secara garis besar dasar hukum lelang terbagi menjadi dua bagian :
Umum : ketentuan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur tentang lelang, tetapi ada pasal-pasal di dalamnya yang mengatur tentang lelang. Khusus: ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang lelang.
1.Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No. 23).
2.RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3.Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
5.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
KETENTUAN UMUM HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG
8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11.Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
12.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS.
13.Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
14.Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
15.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
KETENTUAN UMUM HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
1. Vendu Reglement
2. Vendu Instructie
3. PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
4. PMK Nomor 90/PMK.06/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang Dengan
Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui Internet
5. PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013
6. PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah diubah
dengan PMK Nomor 160/PMK.06/2013
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II
9. Per-2/KN/2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
10. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
11. Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor PL Kelas II.
12. PP Nomor 1 Tahun 2013 mengatur tentang tarif PNBP.
13. Per-3/KN/2017 tentang Pedoman Administrasi dan Pelaporan Lelang.
14. Peraturan dan ketentuan lain yang terkait lainnya.
KETENTUAN KHUSUS
(Pasal 1 VR Jo Pasal 1 angka 1 PMK 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman
Lelang.
Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat
Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah.
(Pasal 1a VR Jo Pasal 2 PMK 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
PENGERTIAN LELANG
Yang dimaksud dengan openbare verkoopingen adalah
pelelangan dan penjualan barang-barang yang dilakukan
kepada umum dengan penawaran harga yang meningkat
atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam
sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang
atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau
penjualan itu, atau dizinkan ikut serta, dan diberi
kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang
ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul
tertutup.
PENGERTIAN LELANG MENURUT
VENDU REGLEMENT (Pasal 1)
Persamaan Lelang dengan Tender
1. Dilakukan di muka umum;
2. Didahului dengan pengumuman.
Perbedaan Lelang dengan Tender
1. Tender adalah pembelian/pengadaan barang atau pembelian jasa pemborongan pekerjaan, sedangkan lelang adalah penjualan barang.
2. Tender tidak dipimpin oleh Pejabat Lelang.
3. Penawaran dalam tender hanya dilakukan secara tertulis.
4. Dalam tender, penjual banyak dan calon pembeli hanya satu. Sedangkan dalam lelang adalah sebaliknya.
Perbandingan Lelang dengan Tender
No Lelang Tender 1. Penjualan barang Pengadaan/pembelian barang/jasa
2. Dilakukan secara lisan atau tertulis Dilakukan secara tertulis
3. Didahului pengumuman lelang Didahului pengumuman
4. Penjual hanya satu dan calon pembeli lebih dari satu
Penjual lebih dari satu dan calon pembeli hanya satu
5. Yang ditunjuk sebagai pemenang adalah yang mencapai harga tertinggi
Yang ditunjuk sebagai pemenang adalah yang harganya paling rendah atau yang paling menguntungkan
6. Harus dilakukan dihadapan Pejabat Lelang
Tidak dilakukan dihadapan Pejabat Lelang
Unsur-Unsur Lelang
1. Dilakukan pada suatu saat dan tempat yang
telah ditentukan;
2. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu;
3. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau secara tertulis yang kompetitif;
4. Peserta mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang/pembeli;
5. Pelaksanaan lelang dilakukan dengan campur tangan/dihadapan/di depan Pejabat Lelang;
6. Setiap pelaksanaan lelang harus dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang.
Untuk mewujudkan optimalisasi hasil lelang, diperlukan
pelaksanaan lelang yang efisien, terbuka, pasti dan
akuntabel. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, setiap
pelaksanaan lelang harus selalu memperhatikan asas
keterbukaan, asas persaingan, asas kepastian hukum,
asas efisiensi dan asas akuntabilitas.
ASAS-ASAS LELANG
Beberapa asas yang mendasari ketentuan-ketentuan dalam peraturan
lelang dan tercermin dalam pengertian lelang yang dapat dikemukakan
antara lain adalah:
Asas Transparansi (Transparency/Publicity),
Asas Persaingan (Competition),
Asas Kepastian (Certainty),
Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Asas Efisiensi (Efficiency),
ASAS-ASAS LELANG
1. Asas Transparansi (Transparency/Publicity),
Keterbukaan dalam pelelangan.
Adanya keharusan bahwa setiap pelelangan didahului dengan
pengumuman lelang, baik dalam bentuk iklan, brosur, atau undangan.
Pengumuman lelang dapat dilakukan melalui media cetak dan atau
media elektronik. Selain untuk menarik peserta lelang sebanyak
mungkin, pengumuman lelang juga dimaksudkan sebagai kontrol sosial
dan perlindungan publik.
Pengumuman lelang berperan sebagai sumber bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
pelaksanaan lelang.
ASAS-ASAS LELANG
2. Asas Persaingan (Competition),
Para peserta lelang akan bersaing dan peserta dengan penawaran
tertinggi yang sudah mencapai atau di atas harga limit yang akan
dinyatakan sebagai pemenang.
3. Asas Kepastian (Certainty),
Independensi Pejabat Lelang seharusnya mampu membuat kepastian
bahwa penawar tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan bahwa
pemenang lelang yang telah melunasi kewajibannya akan
memperoleh barang beserta dokumennya.
ASAS-ASAS LELANG
4. Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Pelaksanaan lelang dapat dipertanggungjawabkan karena Pemerintah
melalui Pejabat lelang berperan untuk mengawasi jalannya lelang dan
membuat akta autentik yang disebut Risalah Lelang.
5. Asas Efisiensi (Efficiency),
Lelang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang ditentukan dan
transaksi terjadi pada saat itu juga maka diperoleh efisiensi biaya dan
waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat dikonversi
menjadi uang.
ASAS-ASAS LELANG
PRIVAT
BUDGETER
PUBLIK
Fungsi Privat
Fungsi Publik
Fungsi Budgeter
FUNGSI LELANG Fungsi privat lelang
terletak pada hakekat
lelang dilihat dari tinjauan
perdagangan, di mana
lelang merupakan sarana
untuk mempertemukan
penjual dan pembeli
dalam transaksi jual beli
barang dengan cara-cara
yang diatur Undang-
undang.
Fungsi publik tercermin dari :
a) Mengamankan asset yang dimiliki/dikuasai negara untuk
meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi dari pengelolaan
asset tersebut.
b) Pelayanan penjualan barang dalam rangka mewujudkan law
enforcement yang mencerminkan keadilan, keamanan dan
kepastian hukum seperti penjualan barang sitaan Pengadilan,
Kejaksaan, Pajak dan sebagainya.
Fungsi Budgeter
Mengumpulkan
penerimaan negara
dalam bentuk Bea
Administrasi dan Bea
Lelang. Dalam hal ini
lelang mengemban
fungsi budgetair. Lelang
juga dibebani tugas
mengamankan Pajak,
antara lain Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal
25 atas lelang tanah atau
tanah dan bangunan dan
Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan atau
Bangunan (BPHTB).
Manfaat Lelang bagi Penjual
1. Mengurangi rasa kecurigaan/tuduhan kolusi dari masyarakat atau dari pemilik barang
karena penjualannya dilakukan secara terbuka untuk umum, sehingga masyarakat umum
dapat mengontrol pelaksanaannya.
2. Menghindari kemungkinan adanya sengketa hukum.
3. Penjualan lelang sangat efisien karena didahului dengan pengumuman, sehingga peserta
lelang dapat terkumpul pada saat hari lelang.
4. Penjual akan mendapatkan pembayaran yang cepat karena pembayaran dalam lelang
dilakukan secara tunai.
5. Penjual mendapatkan harga jual yang optimal karena sifat penjualan lelang yang terbuka
dengan penawaran harga yang kompetitif.
1. Penjualan lelang didukung oleh dokumen yang sah karena sistem lelang
mengharuskan Pejabat Lelang meneliti lebih dahulu tentang keabsahan penjual
dan barang yang akan dijual (legalitas formal subjek dan objek lelang)
2. Dalam hal barang yang dibeli adalah barang tidak bergerak berupa tanah,
pembeli tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membuat akta
jual beli ke PPAT atau Notaris, tetapi dengan Risalah Lelang pembeli dapat
langsung ke Kantor Pertanahan setempat untuk balik nama. Hal tersebut karena
Risalah Lelang merupakan akta otentik dan statusnya sama dengan akta notaris.
Manfaat Lelang bagi Pembeli
Berbagai Kelebihan Penjualan Lelang 1. Adil dan objektif, karena lelang dilaksanakan secara terbuka (transparan),
tidak ada prioritas di antara peserta lelang, kesamaan hak dan kewajiban antara peserta akan menghasilkan pelaksanaan lelang yang objektif.
2. Aman, karena lelang disaksikan, dipimpin dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang yang independen. PL meneliti lebih dulu secara formal tentang keabsahan subjek dan objek lelang. Juga didahului dengan pengumuman lelang, sehingga memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengajukan keberatan.
3. Cepat, efisien & built in control, karena lelang didahului oleh pengumuman lelang, sehingga peserta lelang dapat berkumpul pada hari lelang dan pembayaran secara tunai.
4. Mewujudkan harga yang wajar & kompetitif. Penawaran yang khas (kompetitif dan transparan), sehingga tercipta kompetisi dan harga yang wajar.
5. Memberikan kepastian hukum & otentik, dibuat Risalah Lelang sebagai berita acara yang otentik dan alat bukti yang sempurna serta dapat digunakan langsung untuk balik nama (tidak perlu AJB yang dibuat oleh Notaris/ PPAT).
Peran Lelang dalam Perekonomian
1. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai suatu barang dalam hal subjektivitas seseorang berpengaruh terhadap kualitas barang, kreativitas pembuatan dan nilai artistik suatu barang.
2. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai suatu barang pada saat situasi perekonomian tidak menentu.
3. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai status kepemilikan suatu barang.
4. Harga yang terbentuk pada lelang dapat menjadi standar dan barometer dalam sektor perekonomian tertentu.
1. Ascending-Bid Auction/English Auction/Terbuka Naik-Naik
2. Descending-Bid Auction/Dutch Auction/Terbuka Turun-turun
3. First Price Sealed-Bid Auction/Tertulis Tertutup (tertinggi yang menang)
4. Second Price Sealed-Bid Auction/Vickrey Auction/Tertulis tertutup (namun pemenang hanya perlu me
mbayar sebesae harga penawaran tertinggi yang kedua)
Varian dari English Auction dikenal pula istilah Amsterdam Auction, dimana proses penawaran dilakukan
dengan terbuka lisan naik-naik sampaidengan terdapat 2 penawaran tertinggi. Selanjutnya untuk dua pe
nawaran yang tertinggi tersebut dilanjutkan dengan lelang tertutup
PENAWARAN LELANG
Winner’s Curse
• Winner’s curse adalah kejadian yang memungkinkan pemenang lelang membayar lebih dari nilai barang lelang (Krishna, 2002, p. 85). Terjadinya winner’s curse dijelaskan oleh Levin (1986, p. 894) sebagai akibat dari kegagalan penilaian dalam lelang common value. Jika semua peserta lelang memiliki estimasi yang tidak bias dan penawaran harga meningkat, maka peserta lelang dengan estimasi paling tinggi akan memenangkan lelang. Namun jika peserta lelang tidak tepat saat menggunakan pertimbangan, maka ia bisa memenangkan lelang dengan nilai penawaran dibawah keuntungan normal atau bahkan rugi. Kesalahan sistematik untuk memperhitungkan hal tersebut disebut juga dengan “winner’s curse”.
SEKILAS TENTANG BALAI LELANG
PENGETAHUAN BALAI LELANG PROFIL BALAI LELANG
Direktorat Lelang - DJKN
PENGETAHUAN BALAI LELANG PROFIL BALAI LELANG
Direktorat Lelang - DJKN
Uraian Keterangan
Sektor Usaha - 83 Balai Lelang di
sektor Properti
- 12 di sektor
Kendaraan dan Alat
Berat
- 4 di sektor Benda
Seni
Tempat Kedudukan - 72 Balai Lelang di
Jakarta
- 29 Balai Lelang di
Luar Jakarta
Tempat kedudukan Balai
Lelang tersebar di 9
(sembilan) Kanwil DJKN:
Jakarta, Sumut,
Lampung, Banten, Jabar,
Jateng DIY, Jatim, Bali
Nusra, dan Kalselteng.
Status Operasional - 73 Balai Lelang
Aktif
- 26 Balai Lelang
Tidak aktif
Keaktifan dilihat dari
kepatuhan pelaporan
dan frekuensi lelang
PENGETAHUAN BALAI LELANG ADMINISTRASI BALAI LELANG
Direktorat Lelang - DJKN
Balai Lelang
Berbentuk PT, oleh: swasta nasional, BUMN/D, swasta asing patungan
Modal disetor min. Rp5 Milyar
Kepemilikan saham asing maksimum sebesar 49 %
PENGETAHUAN BALAI LELANG Perizinan
Direktorat Lelang - DJKN
Balai Lelang Wajib Mengajukan Permohonan Izin dari Dirjen Kekayaan Negara
Izin Operasional Balai Lelang
(pasal 4)
Izin Usaha Lelang di Tempat Lelang Berikat
(Pasal 4A)
Pindah Tempat
Kedudukan (Beda
Kota/Kab, pasal 6)
Membuka Kantor
Perwakilan (Pasal 8)
Perubahan Pemegang
Saham (Pasal 11)
Perubahan nama Balai Lelang = Izin operasional
BL baru (Pasal 13)
PENGETAHUAN BALAI LELANG Pemberitahuan
Direktorat Lelang - DJKN
Balai Lelang Wajib Memberitahukan
Pindah Alamat (satu kota/kab): ke Kanwil max.7 hari (pasal 5)
Pindah alamat/kedudukan Kantor Perwakilan BL : ke Kanwil max 7 hari (pasal 8A)
Perubahan Direksi: ke Dirjen max 7 hari (pasal 12)
Penutupan Kantor Perwakilan BL: ke Dirjen max. 7 hari (pasal 9)
PENGETAHUAN BALAI LELANG Wilayah Kerja & Kegiatan Usaha
Direktorat Lelang - DJKN
Wilayah Kerja & Kegiatan Usaha
Wilayah kerja Balai Lelang meliputi seluruh wilayah Indonesia (Pasal 14)
Sebagai pemohon/penjual atas lelang Noneksekusi Sukarela: Lelang Brg Milik BUMN/D Persero; BDL; Milik Perwakilan Asing; swasta (Pasal 15 ay (1)
BL ajukan Permohonan Lelang Ka.KPKNL / PL II (Pasal 15 ay (2)
Kegiatan Usaha BL meliputi Jasa Pra Lelang dan Jasa Pasca Lelang untuk semua jenis lelang (Pasal 16)
Dalam 1 tahun, BL minimal harus melelang 2 kali jasa pra/pasca lelang atau 1 kali sebagai pemohon/penjual
PENGETAHUAN BALAI LELANG Hak Balai Lelang
Direktorat Lelang - DJKN
Mengadakan perjanjian jasa pra dan/atau pasca lelang
Menerima imbalan jasa yang diperjanjikan
Mengadakan perjanjian perdata dengan PL II
Menentukan cara penawaran lelang
Menerima salinan Risalah Llg dari KPKNL/PL II, dan
Mengusulkan pemandu lelang (afslager)
Pasal 22
PENGETAHUAN BALAI LELANG Kewajiban Balai Lelang
Direktorat Lelang - DJKN
Membayar imbalan jasa PL II sesuai ketentuan
Menyerahkan bukti jaminan, rek koran daftar setoran jaminan llg kepada PL
Mengembalikan jaminan tanpa potongan
Menyetorkan Bea Lelang ke Kas Negara max 1 hari setelah dibayar
Menyetorkan jaminan pembeli wanprestasi sesuai perjanjian dg. PL II
Menyetorkan 50% jaminan wanprestasi ke Kas Negara max.1 hr kerja + 50% sesuai perjanjian
Pasal 23
PENGETAHUAN BALAI LELANG Kewajiban Balai Lelang (cont’d)
Direktorat Lelang - DJKN
Menyerahkan bukti lunas ke PL: kwitansi, bukti setor, rek koran, bukti setor bea lelang, PPh Final
Menyerahkan kutipan RL dan kwitansi pembayaran lelang kepada Pembeli
Menyerahkan barang dan dokumen kepemiliikan kepada Pembeli
Menyerahkan hasil bersih kepada Pemilik Barang max.3 hari
Menyelenggarakan administrasi perkantoran dan pelaporan
Pasal 23
ADMINISTRASI
LELANG
Pelatihan Pengetahuan Lelang Rampasan Kejaksaan
13 Nopember 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENGERTIAN
Organisasi
Berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Organon” yang berarti alat, bagian,
anggota atau badan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
Organisasi /or·ga·ni·sa·si/ n
1 kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian
(orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya
untuk tujuan tertentu;
2 kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama;
Organisasi
Prof Dr. Sondang P. Siagian,
Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat
seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan
bawahan.
Drs. Malayu S.P Hasibuan
Suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama
dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja
Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro
Struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi
yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
James D Mooney
“Form of every human, association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah
setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
Chester L Bernard (1938)
Sistem kerja sama antara dua orang atau lebih (Define organization as a system of cooperative of two or
more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
Organisasi
CIRI ORGANISASI
1. Adanya komponen (atasan dan bawahan)
2. Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
3. Adanya tujuan
4. Adanya sasaran
5. Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
6. Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas
Administrasi
SOEWARNO HANDAYANINGRAT Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi
kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan”(1988:2).
ULBERT SILALAHI (2008) Administrasi secara sempit didefinisikan sebagian penyusunan dan pencatatan data dan
informasi Secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan
keterangan serta memudahkan untuk memperoleh kembali baik sebagian maupun
menyeluruh. Pengertian administrasi secara sempit ini lebih dikenal dengan istilah
Tata Usaha.
THE LIANG GIE “Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”(1980:9). Administrasi
secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang
sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Administrasi
Kegiatan tata usaha dapat dirangkum dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Korespondensi (correspondence) atau surat-menyurat yaitu rangkaian
aktivitas yang berkenaan dengan pengiriman informasi secara tertulis mulai
dari penyusunan, penulisan sampai dengan pengiriman informasi hingga
sampai kepada pihak yang dituju.
2. Ekspedisi (expedition), yaitu aktivitas mencatat setiap informasi yang
dikirim atau diterima, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern.
3. Pengarsipan (filing), yaitu suatu proses pengaturan dan penyimpanan
informasi secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dan cepat
ditemukan setiap diperlukan.
Administrasi
SONDANG P. SIAGIAN (1994 :3)
“Keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya”
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
“Keseluruhan proses kerja sama dua orang atau lebih melalui cara-cara tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”
Administrasi
UNSUR ADMINISTRASI
1. Administrasi adalah suatu proses
2. Adanya dua orang atau lebih yang terlibat
3. Pelaksanaan kegiatan tertentu
4. Kemampuan untuk bekerja sama
5. Adanya pembagian tugas
6. Adanya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa inggris, "Manage" yang
memiliki arti mengelola/mengurus, mengendalikan, mengusahakan
dan juga memimpin.
Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai
suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama
dengan orang - orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi
Manajemen
Hubungan Administrasi dengan Manajemen
Istilah administrasi digunakan pada badan / organisasi pemerintah, sedangkan
istilah manajemen dipergunakan untuk organisasi swasta.
Kepemimpinan merupakan arti dari manajemen
Melalui manajemen semua kegiatan di koordinir dan diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Administrasi merupakan suatu kegiatan pelayanan, termasuk di dalam kegiatan
administrasi adalah kegiatan pengelolaan atau manajemen administrasi dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar organisasi (formal).
Organisasi (formal) merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan administrasi.
Administrasi Lelang
I. Administrasi Persiapan Lelang
II. Administrasi Pelaksanaan Lelang
III. Administrasi Setelah Lelang
Prosedur Lelang
KPKNL
PEMOHON
LELANG
KPKNL
Permohonan lelang
diajukan kepada
KPKNL untuk
ditetapkan jadwal
lelangnya.
Pemohon lelang
mengumumkan
di surat kabar
Peserta yang berminat
akan menyetorkan
jaminan lelang ke bank
persepsi
Lelang
dilaksanakan
sesuai
pengumuma
n
Peserta lelang yang
menawar paling tinggi
ditetapkan sebagai
Pemenang lelang oleh
Pejabat Lelang
Pemenang lelang wajib
membayar Bea Lelang +
Harga Lelang paling
lambat 5 hari kerja
sebagai syarat
mendapatkan kutipan
risalah Bea Lelang disetorkan ke
Kas Negara melalui Bank
Persepsi
Pelunasan Harga
Lelang ke KPKNL
KPKNL
menyerahkan
Hasil Lelang +
Salinan RL
kepada Pemohon
Lelang
Jenis Lelang dan Penjual
Jenis Lelang
Lelang Eksekusi
(15 Jenis)
Lelang Non
Eksekusi Wajib
(18 jenis)
Lelang Non
Eksekusi Sukarela (4 Jenis)
1) Barang Milik Swasta (Perorangan/Badan)
2) Aset BUMN/BUMD Persero (Direksi)
3) Aset Milik BDL Permintaan Tim Likuidasi (Tim Likuidasi)
4) Aset Perwakilan Negara Asing
1) BMN/BMD (K/L, Pemda) 2) Barang Milik BUMN/BUMD Non Persero (Direksi); 3) Barang Milik BPJS; 4) BMN DJBC (DJBC) 5) Barang Gratifikasi (DJKN) 6) Aset Properti Barang Bongkaran BMN (K/L) 7) Barang Habis Pakai Eks Pemilu (KPU) 8) Properti eks Bank Dalam Likuidasi; 9) Inventaris Eks Bank Dalam Likuidasi; 10) AAset Eks Kelolaan PT PPA (DJKN) 11) Aset Settlement Obligor PKPS Akta Pengakuan Hutang (DJKN) 12) Aset Inventaris Eks BPPN (DJKN) 13) Aset Properti Eks BPPN (DJKN) 14) Balai Harta Peninggalan (BHP) 15) Benda Berharga Muatan Kapal yang Tenggelam (KKP) 16) Aset Bank Indonesia (BI) 17) Barang bergerak sisa proyek; 18) Kayu dan Hasil Hutan Lainya dari tangan Pertama (Perhutani)
1) PUPN (KPKNL) 2) Pengadilan (Ketua PN/Panitera) 3) Pajak (KPP) 4) Harta Paillit (Kurator/PN) 5) Pasal 6 UUHT (Pemegang HT/Bank) 6) Barang Sitaan Pasal 45 KUHAP (Polisi/Jaksa/Hakim) 7) Benda Sitaan Pasal 271 UU Lalu Lintas (Polisi) 8) Benda Sitaan Pasal 94 UU Peradilan Militer (Odmil) 9) Barang Rampasan (Jaksa) 10) Jaminan Fidusia (Pemegang Fidusia) 11) Barang Tidak Dikuasai/Dikuasai Negara DJBC (DJBC) 12) Barang Temuan (Instansi Penemu) 13) Barang bukti yang tidak diambil pemilik (Kejaksaan) 14) Gadai (Pemegang Gadai) 15) Barang Sitaan Pasal 18 ayat (2) UU 31/1999 (KPK)
o Untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
o Lelang atas barang milik swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela
o Untuk melaksanakan penjualan barang yang oleh peraturan perudang-undangan diharuskan dijual secara lelang
ADMINISTRASI PERSIAPAN LELANG
Dokumen Persyaratan Lelang
Permohonan Lelang harus diajukan secara tertulis oleh Penjual/
Pemilik Barang kepada :
Kepala KPKNL, untuk Lelang Eksekusi, Noneksekusi Wajib
dan Non Eksekusi Sukarela
Pemimpin Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II, untuk lelang
Non Eksekusi Sukarela.
dengan dilengkapi dokumen persyaratan lelang yang bersifat
umum dan khusus.
1. Dokumen yang bersifat Umum.
2. Dokumen yang bersifat Khusus.
a. Dokumen khusus permohonan lelang, dan
b. Dokumen khusus pelaksanaan lelang.
Pasal 2 Perdirjen KN 3/KN/2017
Dokumen Persyaratan Lelang
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat UMUM
1. Salinan/fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual/Surat Tugas Penjual/Surat Kuasa Penjual, kecuali
Pemohon Lelang adalah perorangan, atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual;
2. Daftar barang yang akan dilelang, kecuali untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama;
3. Surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, dalam hal objek lelang berupa tanah dan/atau bangunan
dengan dokumen kepemilikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan;
4. Informasi tertulis yang diperlukan untuk penyerahan/penyetoran hasil bersih lelang berupa:
a. data yang diperlukan untuk pengisian SSBP sekurang-kurangnya meliputi kode Satuan Kerja Penjual,
kode KPPN, NPWP, kode MAP, apabila hasil bersih lelang sesuai ketentuan harus disetorkan langsung
ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan; atau
b. nomor rekening Penjual atau surat pernyataan bermeterai cukup dari Penjual yang menerangkan tidak
mempunyai rekening khusus dan bersedia mengambil atau menerima hasil bersih lelang dalam bentuk
cek tunai atas nama Pejabat Penjual, apabila hasil bersih harus disetorkan ke Pemohon Lelang;
*SSBP = Surat Setoran Bukan Pajak
*KPPN = Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
*NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak
*MAP = Mata Anggaran Penerimaan
5. Surat keterangan dari Penjual mengenai syarat lelang tambahan (apabila ada), sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, yaitu:
a. jangka waktu bagi Peserta Lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan
dilelang
b. jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau
c. jadwal penjelasan lelang kepada Peserta Lelang sebelum pelaksanaan lelang (aanwijzing);
6. surat keterangan dari Penjual mengenai syarat lelang tambahan selain yang diatur dalam angka
5 (apabila ada) berikut peraturan perundang-undangan yang mendukungnya;
7. surat penetapan nilai limit dari Penjual, dalam hal lelang menggunakan nilai limit;
8. surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa objek lelang dalam penguasaan Penjual,
dalam hal objek lelang berupa barang bergerak yang berwujud; dan
9. foto objek lelang dalam hal lelang melalui internet, kecuali lelang kayu dan hasil hutan lainnya
dari tangan pertama dan lelang barang bergerak dengan kuantitas banyak, foto dapat berupa
sampel yang mewakil.
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat UMUM
LELANG EKSEKUSI PENGADILAN
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi putusan dan/atau penetapan pengadilan;
2. salinan/fotokopi penetapan aanmaning/teguran kepada tereksekusi dari ketua pengadilan;
3. salinan/fotokopi penetapan sita oleh ketua pengadilan;
4. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
5. salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban tereksekusi yang harus dipenuhi, kecuali untuk eksekusi
pembagian harta gono-gini; dan
6. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang- undangan diperlukan
adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/
surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. salinan/fotokopi Surat Pemberitahuan Lelang kepada termohon eksekusi;
2. bukti pengumuman lelang;
3. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan;
4. Asli surat pernyataan yang dibuat oleh Notaris dalam hal bank kreditor akan ikut menjadi Peserta Lelang
(Akta de Command); dan
5. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak dengan nilai limit
total di atas Rp 1.000.000.000,00
Pasal 6 angka 2 Perdirjen KN 2/KN/2017
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Surat Izin Penyitaan dari Pengadilan;
2. salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;
3. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
4. Izin Lelang dari Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim yang menyidangkan perkara,
apabila perkara sudah dilimpahkan ke Pengadilan; dan
5. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. persetujuan dari tersangka/kuasanya atau Surat Pemberitahuan Lelang kepada tersangka;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak d
engan nilai limit total diatas Rp 1.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 6 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Benda Sitaan Pasal 45 KUHP
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;
2. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
3. bukti pengumuman benda sitaan;
4. Salinan/fotocopi surat penetapan pengadilan yang menyatakan Benda Sitaan dapat dilelang;
5. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. bukti pengumuman lelang; dan
2. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rp 1.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 7 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Pasal 271 UULAJ No 29/2009
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan atau Surat Persetujuan Penyitaan dari atasan
Penyidik yang berwenang mengeluarkan surat perintah penyitaan dalam hal penyitaan
dilakukan dalam keadaan sangat perlu dan mendesak;
2. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
3. salinan/fotokopi surat izin Lelang dari Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara, dalam hal perkara sudah dilimpahkan ke Pengadilan; dan
4. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak dik
uasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut
tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. persetujuan dari tersangka/kuasanya atau Surat Pemberitahuan Lelang kepada tersangka;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak d
engan nilai limit total diatas Rp 1.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 8 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Pasal 95 UU Peradilan Militer No 31/1997
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
2. salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;
3. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
4. salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Oditurat Militer/Komisi Pemberantasan
Korupsi;
5. salinan/fotokopi surat keterangan Militer/Komisi Pemberantasan Korupsi yang berisi sisa tagihan
uang pengganti, dalam hal amar putusan berisi pembayaran uang pengganti; dan
6. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang terse
but tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. bukti pengumuman lelang;
2. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rp 1.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 9 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Barang Rampasan
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Perjanjian Pokok;
2. salinan/fotokopi Sertifikat Jaminan Fidusia dan Akta Jaminan Fidusia;
3. salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban debitor yang harus dipenuhi;
4. salinan/fotokopi bukti bahwa:
a. debitor wanprestasi, antara lain surat-surat peringatan; atau
b. debitor telah pailit, berupa:
i. putusan pailit; dan
ii. salinan Penetapan/keterangan tertulis dari Hakim Pengawas atau Berita Acara
Rapat Kreditor yang ditandatangani oleh Kurator dan Hakim Pengawas yang berisi
dimulainya keadaan insolvensi; atau
c. debitor merupakan Bank Dalam Likuidasi (BDL), Bank Beku Operasional (BBO), Bank
Beku Kegiatan Usaha (BBKU), atau Eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN);
5. surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang yang akan dilelang dalam
penguasaan Penjual, kecuali objek lelang merupakan benda tidak bergerak berupa bangunan
yang menurut ketentuan dibebani fidusia;
6. surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya akan bertanggung jawab apa
bila terjadi gugatan perdata dan/atau tuntutan pidana;
Pasal 6 angka 10 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Jaminan Fidusia
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
7. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak; dan
8. salinan/fotokopi Laporan penilaian/penaksiran atau dokumen ringkasan hasil penilaian/penaksir
an yang memuat tanggal penilaian/penaksiran, dalam hal nilai limit kurang dari
Rp 1.000.000.000,00; atau
9. salinan/fotokopi Laporan penilaian atau dokumen ringkasan hasil penilaian yang memuat
tanggal penilaian, dalam hal nilai limit paling sedikit Rpl.000.000.000,00.
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor oleh kreditor,
yang diserahkan ke KPKNL sebelum lelang dilaksanakan. Dalam hal pemilik jaminan bukan debi
tor maka pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang juga disampaikan kepada pemilik jaminan;
2. Bukti pengumuman lelang;
3. salinan/fotokopi Laporan Penilaian atau dokumen ringkasan hasil penilaian yang memuat tangg
al penilaian, dalam hal bank kreditor akan ikut menjadi Peserta Lelang;
4. Asli surat pernyataan yang dibuat oleh Notaris dalam hal bank kreditor akan ikut menjadi Pesert
a Lelang (Akta de Command); dan
5. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak d
engan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 10 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Jaminan Fidusia
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Berita Acara Barang Temuan;
2. salinan/fotokopi pengumuman barang temuan;
3. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penjualan Barang Temuan; dan
4. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. Bukti pengumuman lelang; dan
2. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 12 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Barang Temuan
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi surat pemanggilan kepada pemilik/yang berhak untuk mengambil barang bukti;
2. salinan/fotokopi pengumuman untuk mengambil barang bukti melalui media massa atau melalui
Kantor Pengadilan Negeri, Kecamatan atau Kelurahan/Desa;
3. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penjualan Barang Bukti Yang Dikembalikan Tetapi Tidak Diam
bil Pemiliknya;
4. Izin Lelang dari Jaksa Agung atau Pejabat yang ditunjuk; dan
5. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang- undanga
n diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak dikuasai,
harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak
disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. Bukti pengumuman lelang; dan
2. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 13 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Barang Bukti yang Dikembalikan tetapi tidak diambil pemiliknya
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
2. salinan/ fotokopi Surat Perintah Penyitaan;
3. salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
4. salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Komisi Pemberantasan Korupsi;
5. Surat keterangan yang berisi sisa tagihan uang pengganti; dan
6. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya.
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Pasal 6 angka 15 Perdirjen KN 2/KN/2017
LELANG EKSEKUSI Barang Rampasan
Pasal 18 ayat (2) UU Nomor 31 th 1999 jo UU No 20 th 2001
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Surat Persetujuan/Penetapan Penjualan dari Pengelola Barang atau Pengguna
Barang atau Pimpinan Badan Layanan Umum (BLU) sesuai delegasi kewenangan dan
tanggung jawab dari Pengelola Barang;
2. salinan/fotokopi Surat Persetujuan Presiden/DPR/DPRD, dalam hal peraturan
perundang-undangan menentukan adanya persetujuan tersebut;
3. salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan Lelang; dan
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundangundangan
diperlukan adanya bukti kepemilikan, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak dikuasai harus ad
a pernyataan tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai
dengan bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Pasal 7 angka 1 Perdirjen KN 2/KN/2017
Lelang Non Eksekusi Wajib BMN/D
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Pasal 7 angka 5 Perdirjen KN 2/KN/2017
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. salinan/fotokopi Keputusan/Surat Persetujuan/Penetapan Penjualan melalui Lelang dari
Pengelola Barang;
2. salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan Lelang; dan
3. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundangundangan
diperlukan adanya bukti kepemilikan, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak dikuasai harus
ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak
disertai dengan bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Lelang Non Eksekusi Wajib Lelang Non Eksekusi Wajib Barang Gratifikasi
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Pasal 7 angka 6 Perdirjen KN 2/KN/2017
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. fotokopi persetujuan penjualan dari Pengelola Barang atau Pengguna Barang sesuai delegasi
kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang; dan
2. salinan/fotokopi surat keputusan tentang pembentukan panitia penjualan lelang;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. bukti pengumuman lelang; dan
2. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak
dengan nilai limit total di atas Rpl.000.000.000,00.
Lelang Non Eksekusi Wajib Lelang Non Eksekusi Wajib Aset Properti Barang Bongkaran BMN
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Dokumen Khusus Permohonan Lelang
1. surat pernyataan dari pemilik barang bahwa barang tidak dalam sengketa;
2. surat persetujuan suami/istri Pemohon Lelang dalam hal objek lelang merupakan harta bersama;
3. surat persetujuan/surat kuasa dari seluruh ahli waris (sesuai surat keterangan waris dari pejabat yang
berwenang) dalam hal objek lelang merupakan boedel waris;
4. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundang-undangan diperlukan ada
nya bukti kepemilikan/hak;
5. surat persetujuan dari RUPS/Rapat Anggota Tahunan (RAT) / Komisaris/Pemilik/ Pengawas/ Dewan Pembina
sesuai dengan anggaran dasar, dalam hal objek lelang merupakan aset badan hukum/usaha; dan
6. salinan/fotokopi Laporan penilaian atau dokumen ringkasan hasil penilaian yang memuat tanggal penilaian,
dalam hal barang yang dilelang berupa tanah dan/atau bangunan dengan Nilai Limit paling sedikit
Rpl.000.000.000,00;
Dokumen Khusus Pelaksanaan Lelang
1. SKT/SKPT dalam hal objek yang dilelang berupa tanah atau tanah dan bangunan;
2. bukti pengumuman lelang; dan
3. Berita Acara pelaksanaan aanwijzing dalam hal barang yang dilelang berupa barang bergerak dengan nilai limit
total di atas Rpl.000.000.000,00; dan
Pasal 8 angka 1 Perdirjen KN 2/KN/2017
Lelang Sukarela Barang Milik Perorangan atau Badan Usaha Swasta
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Pasal 9 Perdirjen KN 2/KN/2017
Selain Dokumen Khusus disyaratkan sebagai berikut:
1. salinan/fotokopi Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus;
2. daftar saham yang akan dilelang, dibuat secara terinci dan sekurang-kurangnya memuat nama
pemilik saham, jumlah saham, nominal saham, dan dasar hukum kepemilikan saham;
3. asli bukti kepemilikan/surat saham/warkat untuk saham perseroan tertutup, atau surat keteranga
n dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,
disingkat PT KSEI) untuk saham perseroan terbuka;
4. surat penyataan bermeterai cukup dari Pemohon Lelang bahwa saham yang akan dilelang telah
diblokir yang didukung dengan surat keterangan terblokir dari PT KSEI untuk saham perseroan
terbuka; dan
5. salinan/fotokopi Laporan penilaian atau dokumen ringkasan hasil penilaian yang memuat
tanggal penilaian.
6. Dalam hal asli bukti kepemilikan/surat saham/warkat untuk saham perseroan tertutup tidak diku
asai, maka lelang hanya dapat dilakukan berdasarkan putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap.
Obyek Lelang Berupa Saham
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Pasal 9 Perdirjen KN 2/KN/2017
Syarat Tambahan Untuk Saham Perusahan Tertutup
1. surat keterangan/pernyataan dari instansi yang berwenang mencatat saham bahwa saham
masih milik pihak tereksekusi;
2. surat keterangan/pernyataan dari direksi perseroan (penerbit saham) bahwa saham masih milik
pihak tereksekusi;
3. surat keterangan/ pernyataan dari Pengadilan/ Penjual bahwa saham dalam status pemblokiran/
penyitaan oleh Pengadilan/Penjual;
4. bukti pengumuman penyitaan di surat kabar harian nasional yang dilakukan oleh Pengadilan/
Penjual; dan
5. surat pernyataan direksi perseroan (penerbit saham) yang menyatakan bersedia mencatat
pemindahan hak atas saham melalui lelang ke dalam Daftar Pemegang Saham dan memberitah
ukan perubahan susunan pemegang saham kepada instansi yang berwenang mencatat saham
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
Obyek Lelang Berupa Saham
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Permohonan lelang terhadap saham perseroan tertutup sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya dapat diajukan untuk jenis lelang:
1. Lelang eksekusi pengadilan;
2. Lelang eksekusi barang rampasan; dan
3. Lelang eksekusi barang rampasan yang berasal dari benda sitaan Pasal 18
ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tinda
k Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
20 tahun 2001.
Dalam hal saham yang akan dilelang tercatat di bursa saham maka lelang dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
Obyek Lelang Berupa Saham
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
1. Dokumen persyaratan lelang yang berupa fotokopi harus dilegalisir atau diberi catatan
“fotokopi sesuai dengan aslinya” oleh Penjual;
2. Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II wajib meneliti kelengkapan dokumen
persyaratan lelang dan legalitas formal subjek dan objek lelang.
3. Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang
yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan
telah memenuhi Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang (tidak ada perbedaan data,
menunjukkan hukum-hukum antara subjek dengan objeknya sehingga meyakinkan
Pejabat Lelang).
Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG (PASAL 17 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG (PASAL 17 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG (PASAL 17 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
AANWIJZING PELAKSANAAN LELANG (PASAL 20 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 43 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 44 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 45 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 46 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 47, 48 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
NILAI LIMIT (PASAL 49 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
MASA BERLAKU LAPORAN PENILAIAN/PENAKSIRAN (PASAL 50 PMK 27/2016)
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI LELANG BARANG SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA
Jumat, 19 Oktober 2018
Pelaksanaan lelang atas Barang berupa tanah atau tanah dan bangunan harus
dilengkapi dengan SKT/SKPT dari Kantor Pertanahan setempat.
Permintaan SKT/SKPT dilakukan oleh Kepala Kantor dengan mengajukan
permintaan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat dengan tembusan kepada
Penjual dan Balai Lelang (dalam hal menggunakan jasa Balai Lelang).
Dalam hal SKT/SKPT akan dipergunakan kembali untuk pelaksanaan lelang ulang,
maka Kepala Kantor dapat:
a. meminta konfirmasi secara tertulis kepada Kantor Pertanahan; atau
b. meminta surat pernyataan/keterangan tertulis dari Penjual yang menerangkan
tidak ada perubahan data fisik atau data yuridis dari Barang berupa tanah atau
tanah dan bangunan yang akan dilelang.
Pasal 25 Permenkeu 27/PMK.06/2016 | Pasal 8 dan 9 Perdirjen KN 3/KN/2017
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)/ Surat Keterangan Tanah (SKT)
Dokumen Persyaratan Lelang Yang Bersifat KHUSUS
Masa berlaku laporan penilaian atau laporan penaksiran untuk Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT,
Lelang Eksekusi Fidusia, dan Lelang Eksekusi Harta Pailit yang digunakan sebagai dasar
penetapan Nilai Limit berlaku untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
penilaian atau penaksiran sampai dengan tanggal pelaksanaan lelang, kecuali terdapat perubah
an kondisi yang signifikan menurut Penjual;
Dalam hal terdapat perubahan kondisi yang signifikan menurut Penjual masa berlaku laporan
penilaian atau laporan penaksiran dapat kurang dari 12 (dua belas) bulan;
Masa berlaku laporan penilaian atau laporan penaksiran untuk jenis lelang selain Lelang
Eksekusi Pasal 6 UUHT, Lelang Eksekusi Fidusia, dan Lelang Eksekusi Harta Pailit sesuai
ketentuan yang berlaku pada Penjual paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penilaian
sampai dengan tanggal pelaksanaan lelang;
Dikecualikan dari ketentuan di atas, masa berlaku laporan penilaian atau penaksiran untuk
Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara/Daerah mengikuti ketentuan di bidang peng
elolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Pasal 24 Perdirjen KN 2/KN/2017
Jangka Waktu Laporan Penilaian atau Penaksiran
Administrasi Persiapan Lelang
Pengumuman Lelang yang sudah diterbitkan melalui surat kabar harian, media online atau
melalui media lainnya, apabila diketahui terdapat kekeliruan yang prinsipil, harus segera diralat
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang.
Ralat yang tidak diperkenankan adalah ralat yang sengaja dimaksudkan untuk tujuan sebagai
berikut:
a. mengubah besarnya Jaminan Penawaran Lelang;
b. memajukan batas waktu penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang atau penyerahan
Garansi Bank;
c. mengubah besarnya Nilai Limit;
d. memajukan jam dan tanggal pelaksanaan lelang; dan/atau
e. memindahkan lokasi dari tempat pelaksanaan lelang semula.
Ralat Pengumuman Lelang
Administrasi Persiapan Lelang
Reviu Pengumuman Lelang
Administrasi Persiapan Lelang
Administrasi Persiapan Lelang
Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang
Bendahara Penerimaan/ Pejabat Lelang Kelas I menerima Uang Jaminan Penawaran Lelang
atau asli bukti setor Uang Jaminan Penawaran Lelang (termasuk slip ATM, Internet Banking,
SMS Banking dan bukti sah lainnya) dari peserta lelang yang telah dicocokkan dengan rekening
koran dan membuat Tanda Terima Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang untuk
diserahkan kepada peserta lelang;
Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I membuat Daftar Penyetoran dan
Pengembalian Uang Jaminan Penawaran Lelang.
Administrasi Persiapan Lelang
Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang
Pasal 36 Perdirjen KN 3/KN/2017
Jaminan penawaran lelang berupa Garansi Bank diserahkan Peserta Lelang kepada Bendahara
Penerimaan KPKNL atau Balai Lelang atau Pejabat Lelang Kelas II paling lambat 5 (lima) hari ke
rja sebelum tanggal pelaksanaan lelang.
Kepala KPKNL, Balai Lelang, atau Pejabat Lelang Kelas II meminta konfirmasi secara tertulis
kepada Bank Penerbit mengenai keaslian dan keabsahan Garansi Bank, disertai fotokopi
Garansi Bank sejak Garansi Bank diterima.
Garansi Bank dinyatakan sah sebagai Jaminan penawaran lelang apabila dinyatakan asli dan
sah secara tertulis oleh Bank Penerbit.
Jaminan penawaran lelang berupa Garansi Bank hanya dapat digunakan sebagai jaminan
penawaran untuk 1 (satu) kali lelang.
Administrasi Persiapan Lelang
Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang
Pasal 36 Perdirjen KN 3/KN/2017
Garansi Bank diterima sebagai jaminan penawaran lelang dalam hal :
diterbitkan oleh Bank yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara;
batasan waktu klaim Garansi Bank masih berlaku sampai dengan 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak tanggal pelaksanaan lelang; dan
memuat ketentuan antara lain:
bahwa Bank Penerbit melepaskan hak istimewanya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1831 KUH Perdata dan memilih menerapkan Pasal 1832 KUH Perdata;
bahwa Bank Penerbit akan membayar kepada penerima Garansi Bank sebesar
jumlah yang dipersyaratkan dalam pengumuman lelang, dalam hal Pembeli Wanpres
tasi; dan
bahwa Bank Penerbit akan membayar kepada penerima Garansi Bank sebesar
jumlah yang dipersyaratkan dalam pengumuman lelang paling lambat 5 (lima) hari ker
ja sejak klaim diterima.
Administrasi Persiapan Lelang
Syarat Mengikuti Lelang Berupa Tanah dan atau Bangunan
Dalam hal objek lelang berupa tanah dan atau bangunan, selain
menyetor jaminan penawaran lelang, Peserta Lelang harus memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
ADMINISTRASI PELAKSANAAN LELANG
Administrasi Pelaksanaan Lelang
1. Pejabat Lelang membuka pelaksanaan lelang;
2. Pejabat Lelang membacakan Kepala Risalah Lelang;
3. Pejabat Lelang menerima Nilai Limit dari Penjual;
4. Pejabat Lelang memberi kesempatan peserta lelang untuk menanyakan hal
-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang;
5. Dalam lelang dilaksanakan tertulis, Pejabat Lelang membagi formulir surat
penawaran;
6. Dalam lelang dilaksanakan lisan, Pejabat Lelang menawarkan objek lelang
kepada peserta lelang
7. Pejabat Lelang menetapkan Pembeli
Administrasi Pelaksanaan Lelang
Lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 (satu)
orang peserta lelang
Dalam hal tidak ada peserta lelang, lelang tetap dilaksanak
an dan dibuatkan Risalah Lelang Tidak Ada Penawaran
Administrasi Pelaksanaan Lelang
PENAWARAN LELANG
Penjual menentukan cara penawaran lelang dengan mencantumkan dalam Pengumuman Lelang.
dapat mengusulkan secara tertulis agar penawaran lelang dilakukan secara inklusif
Dalam hal Penjual tidak mengusulkan maka pelaksanaan lelang dilakukan secara eksklusif
Dalam hal Penjual tidak menentukan cara penawaran lelang, Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas I
berhak menentukan sendiri cara penawaran lelang.
Penawaran lelang secara tertulis diajukan oleh peserta lelang atau kuasanya dengan mengisi Surat Penawaran
Lelang.
Pada saat pengisian Surat Penawaran Lelang, peserta lelang/kuasanya tidak boleh meninggalkan tempat dan
saling mempengaruhi.
Surat Penawaran Lelang dimasukkan dalam kotak transparan yang telah disediakan.
Pembukaan Surat Penawaran Lelang oleh Pejabat Lelang dapat disaksikan oleh salah satu peserta lelang dan
dilanjutkan dengan menuliskan besarnya penawaran pada papan tulis yang telah disediakan.
Surat Penawaran Lelang diparaf oleh Pejabat Lelang dan Penjual serta diberi nomor urut.
Dalam hal Surat Penawaran Lelang yang masuk tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud di atas,
maka Pejabat Lelang menolak dan membatalkan penawaran dari peserta lelang tanpa dapat diganggu gugat.
Pasal 36 Permenkeu 27/PMK.06/2016
Administrasi Pelaksanaan Lelang
PENAWARAN LELANG
Lisan
Tertulis
Tertulis dilanjutk
an dengan lisan
Dengan kehadiran Peserta Lelang
Tanpa kehadiran Peserta Lelang
Melalui Surat Elektronik (Email)
Melalui Aplikasi Lelang Internet
Melalui surat tromol pos
Semakin meningkat
Semakin menurun
Dalam hal penawaran tertinggi belu
m mencapai Nilai Limit
Surat Penawaran diserahkan lang
sung kepada Pejabat Lelang
Surat Penawaran dimasukkan
dalam kotak penawaran Perpaduan antara Dengan kehadir
an Peserta Lelang, dengan Tanpa
Kehadiran Peserta Lelang
Pasal 64 Permenkeu 27/PMK.06/2016
Administrasi Pelaksanaan Lelang
LELANG DITAHAN
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak dengan Nilai
Limit tidak dicantumkan dalam pengumuman lelang dan harga penawaran tertinggi
belum mencapai Nilai Limit, maka Pejabat Lelang menyatakan sebagai lelang
ditahan.
Pejabat Lelang tetap membuat Risalah Lelang dengan menyebutkan lelang
ditahan
Sesuai PP Nomor 3 Tahun 2018, Lelang Ditahan tidak dikenakan Bea Lelang
Administrasi Pelaksanaan Lelang
PENJUALAN OBJEK LELANG DALAM SATU PAKET
Penjualan objek lelang yang terdiri dari beberapa bidang tanah, tanah dan bangunan, atau unit
rumah susun dapat dilakukan dalam 1 (satu) paket untuk efisiensi dan efektifitas, berdasarkan
pertimbangan Penjual, yang dinyatakan dalam surat permohonan.
Penjualan objek lelang tersebut hanya dapat dilaksanakan sepanjang masih dalam satu wilayah
kerja KPKNL atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II.
Khusus untuk lelang eksekusi, penjualan objek lelang dalam 1 (satu) paket hanya dimungkinkan
untuk 1 (satu) debitor/tereksekusi/kasus yang sama.
KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II dapat menyarankan kepada Penjual agar penjualan objek lelang
dalam 1 (satu) paket tidak melewati batas administratif kabupaten/kota untuk menghindari
kesulitan pendaftaran peralihan hak kepemilikan dan/atau pembayaran kewajiban perpajakan.
Administrasi Pelaksanaan Lelang OBJEK LELANG BERUPA TANAH DAN BANGUNAN DIIKAT HT DAN MESIN DI ATASNYA DIIKAT FIDUSIA
dapat dijual dalam satu paket dengan ketentuan:
pemegang hak tanggungan dan fidusia merupakan kreditor yang sama;
pemberi hak tanggungan dan fidusia merupakan debitor (tereksekusi) yang sama;
barang dalam satu kesatuan, misalnya tanah bangunan pabrik beserta mesin-mesin yang
tertanam/melekat di atasnya, sehingga apabila mesin-mesin tersebut dipindahkan/diangkat tidak
dapat berfungsi dengan baik;
nilai limit harus dipecah antara tanah/bangunan dan mesin-mesin;
cukup dibuat satu Risalah Lelang dan dengan menyebutkan pada bagian Kepala Risalah Lelang
jenis lelangnya adalah "Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT dan Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia";
Administrasi Pelaksanaan Lelang
OBJEK LELANG BERUPA TANAH DAN BANGUNAN DIIKAT HT
DAN MESIN DI ATASNYA DIIKAT FIDUSIA
dokumen persyaratan lelang mengacu pada dokumen persyaratan lelang untuk
Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT dan Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia;
pengumuman lelang dilakukan sesuai pengumuman untuk lelang eksekusi terhadap
barang tidak bergerak atau barang tidak bergerak yang dijual bersama-sama
dengan barang bergerak; dan
Pelaporan pada Laporan Realisasi Kegiatan dan hasil pelaksanaan lelang menurut
jenis/asal barang, cukup di input ke dalam jenis lelang "Eksekusi Pasal 6 UUHT";
Administrasi Pasca Lelang
LAMPIRAN RISALAH LELANG
Lampiran Risalah Lelang
1. Semua surat-surat yang berkaitan persyaratan lelang dan disebut dalam Risalah
Lelang dilampirkan pada Minuta Risalah Lelang.
2. Setiap lampiran Minuta Risalah Lelang diberi nomor urut lampiran, nomor dan
tanggal Risalah Lelang serta tanda tangan Pejabat Lelang.
3. Minuta Risalah Lelang dijahit/dijilid beserta lampirannya.
Administrasi Pasca Lelang
Administrasi Pelayanan Pembeli
Pelunasan pembayaran Lelang oleh Pembeli harus dilakukan secara tunai (cash) atau cek atau
giro paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan lelang.
Dalam hal Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi
), pada hari kerja berikutnya Pejabat Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai
Pembeli dengan membuat Surat Pernyataan Pembatalan.
Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II memberitahukan secara tertulis Pernyataan kepada
Pembeli, dengan tembusan kepada Penjual, Kepala Kantor Wilayah setempat dan Direktur
Jenderal c.q. Direktur Lelang
Pasal 79 dan 81 Permenkeu 27/PMK.06/2016 | Pasal 50 Perdirjen KN 2/KN/2017
Administrasi Pasca Lelang
Pengembalian Uang Jaminan Penawaran Lelang
Peserta Lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli lelang, mengajukan permintaan pengembalian Uang Jamin
an Penawaran Lelang dengan menunjukkan asli bukti identitas diri, serta menyerahkan kembali asli Tanda Terima
Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang kepada Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I;
Dalam hal Peserta Lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli lelang, memberikan kuasa kepada pihak lain
untuk mengambil Uang Jaminan Penawaran Lelang, pihak yang diberi kuasa tersebut menyerahkan asli Surat
Kuasa bermaterai cukup kepada Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I yang dilampiri fotokopi identitas
pemberi dan penerima kuasa, serta menyerahkan kembali asli Tanda Terima Penyetoran Uang Jaminan
Penawaran Lelang, dengan menunjukkan asli bukti identitas penerima kuasa;
Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I menyerahkan Uang Jaminan Penawaran Lelang kepada
peserta lelang/penerima kuasa tersebut, setelah peserta lelang/penerima kuasa menandatangani Tanda Terima
Pengembalian Uang Jaminan Penawaran Lelang, dan Daftar Penyetoran dan Pengembalian Uang Jaminan
Penawaran Lelang.
Administrasi Pasca Lelang
Pengembalian UJPL yang disetor melalui VA
Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I mencocokkan data penyetoran uang jaminan yang ada di
rekening penampungan lelang dengan data penyetoran uang jaminan di aplikasi bank mitra KPKNL yang
terhubung dengan aplikasi lelang melalui internet;
Bendahara Penerimaan mengembalikan Uang Jaminan Penawaran Lelang ke rekening peserta lelang yang sah
dengan menggunakan aplikasi bank mitra KPKNL yang terintegrasi dalam aplikasi lelang melalui internet setelah
mendapat persetujuan dari Kepala Seksi Hukum dan Informasi selaku atasan langsung atau Kepala Kantor;
Apabila aplikasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka Bendahara Penerimaan dapat memproses
pengembalian Uang Jaminan Penawaran Lelang secara manual sesuai ketentuan yang berlaku, berdasarkan
permohonan tertulis dari penyetor dengan melampirkan asli bukti setor dan fotokopi identitas diri dengan
menunjukkan aslinya;
Uang Jaminan Penawaran Lelang yang ditolak oleh aplikasi, dikembalikan oleh Bendahara Penerimaan melalui
aplikasi setelah lelang selesai;
Dalam hal penyetor Uang Jaminan Penawaran Lelang yang ditolak meminta pengembalian dipercepat sebelum
lelang selesai, Bendahara Penerimaan mengembalikan secara manual sesuai ketentuan yang berlaku, berdasar
kan permohonan tertulis dari penyetor dengan melampirkan asli bukti setor dan fotokopi identitas diri dengan
menunjukkan aslinya.
Pasal 24 Perdirjen KN 3/KN/2017
Administrasi Pasca Lelang
Pengembalian Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang
Peserta Lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli lelang atau yang telah melunasi seluruh ke
wajiban pembayaran lelang mengajukan permintaan pengembalian Garansi Bank kepada
KPKNL;
Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I meneliti dan mencocokkan identitas Peserta
Lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli atau memastikan pelunasan pembayaran lelang ole
h Pembeli;
Bendahara Penerimaan/Pejabat Lelang Kelas I mengembalikan jaminan penawaran lelang ber
upa garansi Bank dengan membuat dan menandatangani tanda terima Pengembalian Jaminan
Penawaran Lelang berupa Garansi Bank.
Administrasi Pasca Lelang
Pelunasan dan Penyetoran Uang Hasil Lelang secara Tunai
Dalam hal dilakukan melalui Pejabat Lelang Kelas I:
Pejabat Lelang Kelas I menerbitkan dan menandatangani kuitansi sementara dan menyerahkan
kepada pembeli;
Pejabat Lelang Kelas I menyerahkan uang pembayaran lelang dalam jangka waktu 1 (satu) hari
kerja kepada Bendahara Penerimaan disertai dengan Rincian uang hasil lelang yang ditandatang
ani oleh Pejabat Lelang Kelas I;
Bendahara Penerimaan menerbitkan dan menandatangani Tanda Penerimaan uang hasil lelang
yang diketahui oleh atasan langsung dan diserahkan kepada Pejabat Lelang Kelas I;
Bendahara Penerimaan harus menyetorkan uang hasil lelang ke rekening penampungan lelang
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) hari kerja, sejak diterimanya uang tersebut.
Administrasi Pasca Lelang
Pelunasan dan Penyetoran Uang Hasil Lelang secara Tunai
Dalam hal dilakukan melalui Bendahara Penerimaan:
Pembeli harus menunjukkan rincian uang hasil lelang yang ditandatangani oleh Pejabat Lelang
Kelas I;
Setelah pembeli melunasi uang pembayaran lelang sesuai rincian uang hasil lelang yang
ditandatangani oleh Pejabat Lelang Kelas I, Bendahara Penerimaan menerbitkan dan menanda
tangani kuitansi tetap yang diketahui oleh atasan langsung/Kepala Kantor;
Bea meterai untuk kuitansi ditanggung oleh Pembeli;
kuitansi dibuat rangkap 3 (tiga) untuk keperluan:
Lembar 1 : Pembeli;
Lembar 2 : Bendahara Penerimaan; dan
Lembar 3 : Seksi Pelayanan lelang
Dalam hal kuitansi yang telah diberikan hilang, KPKNL dapat menerbitkan kuitansi Pengganti
atas permintaan Pembeli dengan dilampiri surat kehilangan dari kepolisian.
Administrasi Pasca Lelang
Pembayaran Uang Hasil Lelang secara Cek/Giro
Pasal 27 Perdirjen KN 3/KN/2017
Dalam hal Pembeli melakukan pelunasan dengan cek/giro, penyetoran uang hasil lelang/pelunas
an dilakukan sendiri oleh Pembeli dengan mencairkan cek/giro tersebut di bank untuk disetor ke
rekening penampungan lelang KPKNL, paling lambat sesuai jangka waktu pelunasan.
Pejabat Lelang menerbitkan tanda terima cek/giro/sarana pembayaran perbankan lainnya untuk
Pembeli. Pejabat Lelang menyerahkan cek/giro/sarana pembayaran perbankan lainnya ke
Bendaharawan Penerima dalam waktu 1 X 24 jam hari kerja. Bendaharawan Penerima menerbit
kan Tanda Terima cek/giro/sarana pembayaran perbankan lainnya untuk Pejabat Lelang dan
diketahui oleh atasan langsung.
Apabila Pembeli membayar dengan cek/giro/sarana pembayaran perbankan lainnya langsung ke
Bendaharawan Penerima, Pembeli harus menunjukkan rincian uang hasil lelang yang ditanda
tangani oleh Pejabat Lelang. Bendaharawan Penerima memberikan Tanda Terima cek/giro/
sarana pembayaran perbankan lainnya untuk Pembeli dan diketahui oleh atasan langsung.
Administrasi Pasca Lelang
Pembayaran Uang Hasil Lelang secara Cek/Giro
Pembayaran Uang Hasil Lelang dengan cek/giro/sarana pembayaran perbankan lain
nya dinyatakan lunas apabila sudah dikliring oleh Bendaharawan Penerima, maka
Bendaharawan Penerima menerbitkan kuitansi tetap untuk Pembeli.
Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah dikliring ternyata cek tersebut
kosong, maka Bendaharawan Penerima melaporkan kepada Pejabat Lelang dan
Pejabat Lelang membatalkan pengesahan sebagai pembeli dengan membuat
pernyataan pembatalan penunjukan Pembeli lelang dan melaporkan kepada Kepala
KPKNL;
Kepala KPKNL memberitahukan pernyataan pembatalan tersebut dengan surat
kepada Pembeli lelang yang wanprestasi dengan tembusan kepada Penjual, Kepala
Kanwil dan Kantor Pusat.
Administrasi Pasca Lelang
Penyetoran Hasil Lelang
Pasal 28 Perdirjen KN 3/KN/2017
Bendahara Penerimaan menyetorkan Hasil Bersih Lelang atas lelang Barang Milik Negara/Daer
ah dan barang-barang yang sesuai peraturan perundang-undangan harus disetor ke Kas Negara
/Daerah, Bea Lelang, dan Pajak Penghasilan dengan cek yang ditandatangani oleh Bendahara
Penerimaan dan atasan langsung Bendahara Penerimaan atau melalui pemindahbukuan ke Kas
Negara/ Kas Daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima di rekening K
PKNL.
Dalam hal Hasil Bersih Lelang disetorkan atau diserahkan ke Penjual atas permintaan Penjual,
Bendahara Penerimaan menyetorkan Hasil Bersih Lelang dengan cek yang ditandatangani oleh
Bendahara Penerimaan dan atasan langsung Bendahara Penerimaan atau melalui pemindahbuk
uan kepada Penjual, paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak pembayaran diterima di rekening
KPKNL.
Bendahara Penerimaan menyerahkan Hasil Bersih Lelang atas lelang selain lelang Barang
Milik Negara/Daerah dan barang-barang yang sesuai peraturan perundang-undangan harus diset
or ke Kas Negara/Daerah melalui pemindahbukuan atau dengan cek yang ditandatangani oleh
Bendahara Penerimaan dan atasan langsung Bendahara Penerimaan kepada Penjual paling
lambat 3 (tiga) hari kerja setelah pembayaran diterima atau sesuai jangka waktu yang ditentukan
oleh peraturan.
Administrasi Pasca Lelang
Pembeli Wanprestasi
Dalam hal Pembeli Wanprestasi, Pejabat Lelang Kelas I membatalkan pengesahan
sebagai pembeli dengan membuat Pernyataan Pembatalan Penunjukan Pembeli,
selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan Lelang untuk diteliti dan
dicatat dalam Buku Register Lelang.
Dalam hal Pejabat Lelang Kelas I berhalangan penandatanganan Pernyataan
Pembatalan Penunjukan Pembeli dilakukan oleh Kepala Kantor.
Berdasarkan Pernyataan Pembatalan Penunjukan Pembeli yang dibuat oleh Pejabat
Lelang Kelas I, Kepala Seksi Pelayanan Lelang membuat konsep surat
pemberitahuan pembatalan kepada Pembeli Wanprestasi.
Administrasi Pasca Lelang
UJPL dari Pembeli Wanprestasi
Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Wajib, disetorkan seluruhnya ke Kas Negara;
Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL, disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dan
sebesar 50% menjadi milik Pemilik Barang;
Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat Lelang Ke
las I, disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dan sebesar 50% menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Balai
Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang;
Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerja sama dengan Pejabat Lelang
Kelas II, menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Bala
i Lelang;
Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II, menjadi milik Pemilik
Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.
Penyetoran ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan Pembeli oleh Pejabat
Lelang
Administrasi Pasca Lelang
RISALAH LELANG
Minuta Risalah Lelang dibuat dan diselesaikan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah
pelaksanaan lelang.
Kutipan Risalah Lelang untuk tanah dan/atau bangunan ditandatangani dengan mencantumkan
tanggal penyerahan dan diserahkan kepada Pembeli paling lama 1 (satu) hari kerja setelah
adanya permintaan dari Pembeli dengan menunjukkan bukti identitas diri dan bukti pelunasan Ke
wajiban Pembayaran Lelang serta bukti setor pelunasan BPHTB.
Kutipan Risalah Lelang untuk barang selain tanah dan/atau bangunan ditandatangani dengan
mencantumkan tanggal penyerahan dan diserahkan kepada Pembeli paling lama 1 (satu) hari
kerja setelah adanya permintaan dari pembeli dengan menunjukan bukti identitas diri dan bukti
pelunasan Kewajiban Pembayaran Lelang.
Pasal 92 Permenkeu 27/PMK.06/2016
Administrasi Pasca Lelang ROUTING SLIP BERKAS/MINUTA RL
KPKNL
…………
ROUTING SLIP
BERKAS LELANG
Permohonan Lelang
Nomor Register
Nomor Risalah
Jenis Lelang
: …………………………………………..
: …………………………………………..
: …………………………………………..
: …………………………………………..
PENYERAHAN BERKAS PERMOHONAN LELANG
Tanggal Penyerahan :
Yang Menyerahkan,
Kepala Seksi Lelang
(Nama)
(NIP)
Yang Menerima,
Pejabat Lelang
(Nama)
(NIP)
PENYERAHAN MINUTA RISALAH LELANG / BERKAS REGISTER BATAL
Tanggal Penyerahan :
Yang Menyerahkan,
Kepala Seksi Lelang
(Nama)
(NIP)
Yang Menerima,
Pejabat Lelang
(Nama)
(NIP)
Mengetahui,
Kas Pelayanan Lelang
(NAMA)
(NIP)
Catatan Petugas : Lengkap Tidak Lengkap
Dilengkapi Tanggal :
…………………….
Administrasi Pasca Lelang
RINCIAN UANG HASIL LELANG
Administrasi Pelaporan Daftar PNBP Lelang
No. Jenis Lelang Jenis Barang Bea Lelang Penj
ual* Bea Lelang Pe
mbeli*
1. Lelang Eksekusi Barang Yang Dirampas untuk Negara Barang Tidak Bergerak 0% 2%
Barang Bergerak 0% 3%
2. Lelang Eksekusi selain Barang Yang Dirampas untuk Negara Barang Tidak Bergerak 2% 2%
Barang Bergerak 2,5% 3%
3. Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara/Daerah Barang Tidak Bergerak 0% 1.5%
Barang Bergerak 0% 2%
4. Lelang Noneksekusi Wajib selain Barang Milik Negara/Daerah Barang Tidak Bergerak 1,25% 1.5%
Barang Bergerak 2% 2%
5. Lelang Noneksekusi Sukarela yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I Barang Tidak Bergerak 1% 1.5%
Barang Bergerak 1.5% 2%
6. Lelang Noneksekusi Sukarela yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas II di luar Kawasa
n Berikat/Gudang Berikat (Bonded Zone/Bonded Warehouse) atau kawasan lain yang dipers
amakan
Barang Tidak Bergerak 0% 0.5%
Barang Bergerak 0% 0.6%
7. Lelang Noneksekusi Sukarela yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas II di dalam Kawa
san Berikat/Gudang Berikat (Bonded Zone/Bonded Warehouse) atau kawasan lain yang dipe
rsamakan
Barang Tidak Bergerak 0% 0.25%
Barang Bergerak 0% 0.35%
8. Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari Tangan Pertama - 0.75% 1.5%
9. Lelang Pegadaian - 1% 1%
*Dari Pokok Lelang per frekuensi Catatan: Pasal 6 PP Nomor 3 Tahun 2018 → Bea Lelang Penjual dan Bea Lelang Pembeli pada Lelang Eksekusi, Lelang Non Eksekusi Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela untuk Barang
Tidak Bergerak dan Barang Bergerak yang dijual bersama-sama dalam 1 (satu) paket, ditetapkan sebesar tarif Bea Lelang Barang Bergerak.
No. Jenis PNBP Tarif *
10. Bea Lelang Batal Atas Permintaan Penjual 1. Barang Tidak Bergerak dan/atau Barang Bergerak BMN/D Rp0 2. Barang Tidak Bergerak dan/atau Barang Bergerak selain BMN/D Rp250,000
* Per Nomor Register Pembatalan
No. Jenis PNBP Tarif
11. Uang Jaminan Penawaran Lelang dari Pembeli yang Wanprestasi
1. Lelang Eksekusi dan Noneksekusi Wajib 100% Dari Uang Jaminan yang dis
etor dari Pembeli yang Wanprestas
i
2. Lelang Noneksekusi Sukarela yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I 50% Dari Uang Jaminan yang diset
or dari Pembeli yang Wanprestasi 12. Denda Keterlambatan Penyetoran Bea Lelang ke Kas Negara oleh Balai Lelang atau Pejabat Lel
ang Kelas II 2% dari bea lelang yang harus dise
tor per bulan 13. Pemberian Izin Operasional Balai Lelang Rp 3.500.000/izin 14. Pemberian izin pembukaan kantor perwakilan Balai Lelang Rp 1.250.000/izin 15. Pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II Rp 1.250.000/orang 16. Perpanjangan masa jabatan Pejabat Lelang Kelas II Rp 700.000/orang 17. Pemberian izin pindah wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II Rp 1.000.000/orang
Administrasi Pelaporan Daftar PNBP Lelang
No. Jenis PNBP Tarif
18.
Penerbitan Kutipan Risalah Lelang Pengganti karena Rusak atau Hilang Rp500.000/per risalah
19. Kertas sekuriti untuk pembuatan Kutipan Risalah Lelang bagi Pejabat Lelang Kelas II Rp6.000/per lembar
20. Pemberian Pengganti SK Menteri atau Pejabat Yang Mendapatkan Pendelegasian dari Menteri
karena Hilang/Rusak, berupa: SK Pengangkatan PL Kelas II, Perpanjangan Masa Jabatan PL
Kelas II, Pemberian Izin Pindah Wilayah Jabatan PL Kelas II, Pemberian Izin Operasional Balai
Lelang dan Pemberian Izin Operasional Kantor Perwakilan Balai Lelang
Rp500.000/per SK
21 Bea Permohonan Lelang yang dilaksanakan oleh KPKNL untuk Eksekusi Hak Tanggungan Rp150.000/per debitor
22. Bea Permohonan Lelang yang dilaksanakan oleh KPKNL untuk Eksekusi Harta Pailit
Rp150.000/per permohonan
23. Bea Permohonan Lelang yang dilaksanakan oleh KPKNL untuk Eksekusi Pengadilan
Rp150.000/per perkara
Administrasi Pelaporan Daftar PNBP Lelang
Administrasi Pelaporan
Contoh Perhitungan PPh
Lampiran Perdirjen KN 2/KN/2017
Administrasi Pelaporan
Contoh Perhitungan BPHTB
Lampiran Perdirjen KN 2/KN/2017
Terima
Kasih