pengetahuan balanced scorecard, motivasi ekstrinsik dan keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran...

Upload: nandanandila695148

Post on 05-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel sna

TRANSCRIPT

  • Pengetahuan Balanced Scorecard, Motivasi Ekstrinsik dan Keobjektifan

    Penggunaan Ukuran-ukuran Kinerja Balanced Scorecard

    Widia Astuti Program Magister Sains Akuntansi FEB UGM

    [email protected]

    [email protected]

    Jalan Jend. Sudirman no 39 Dasan Baru Sakra Lombok Timur, NTB

    Supriyadi

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta

    Abstract

    This research examines the difference of knowledge balanced scorecard, and extrinsic motivation toward objectivity use performance measures balanced scorecard. Knowledge balanced scorecard and extrinsic motivation is expected to increase the use of performance measures balanced scorecard becomes more objective. Objectiveness use performance measures are shown in the use of a balanced scorecard performance measures comparable to the use of unique measures of common performance. The data collection method is used 2x2 full factorial experimental design, with participants 127 postgraduates students from programs Magister of Science, Magister of Management and Magister of Accounting at Faculty of Economics and Business Universitas Gadjah Mada. Data analysis was performed by two-way ANOVA test. Results showed knowledge of the balanced scorecard, and interaction with extrinsic motivation does not cause differences in the use of performance measures balanced scorecard. Whereas extrinsic motivation results in disparities in the use of performance measures balanced scorecard.

    Keywords: Balanced scorecard, performance measures, knowledge, extrinsic motivation.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    1

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Balanced scorecard (BSC) merupakan salah satu sistem implementasi strategiyang

    dikembangkan oleh Kaplan dan Norton tahun 1992. Balanced scorecard membantu

    paraeksekutif memahami perusahaan dengan menyediakan rerangka kerjakomprehensif

    dan cepat untuk menguraikan visi perusahaan menjadi tatanan pengukuran kinerja yang

    sesuai dan saling berkaitan.Pada dasarnya pengukuran kinerja dipandang sebagai alat

    untuk mengendalikan perilaku karyawan dan mengevaluasi kinerja sebelumnya (Kaplan

    dan Norton, 2001). Hoque (2006) menyebutkan balanced scorecard sebagai filosofi

    yang dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi.

    Penerapan balanced scorecard pada perusahaan, mengakibatkan setiap unit bisnis

    harus mengembangkan scorecard tersendiri yang menjabarkan strategi unit bisnis itu

    dantetap selaras dengan strategi perusahaan secara keseluruhan (Kaplan dan Norton,

    1993). Implikasinya perusahaan memiliki ukuran kinerja umum dan ada di semua unit

    bisnis serta ukuran kinerja unik yang hanya terdapat di setiap unit bisnis. Hal ini

    mengakibatkan balanced scorecard menjadi kompleks.Kompleksitas balanced

    scorecard menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan karena adanya keterbatasan

    aspek heuristik individu.

    Terjadinya bias ukuran umum dapat mengakibatkan individu mengabaikan

    perhatian pada ukuran unik yang merupakan manfaat penting balanced scorecard (Lipe

    dan Salterio, 2000). Penelitian lain terhadap balanced scorecard menyimpulkan desain

    balanced scorecard menggunakan informasi yang berlebihan. Sehingga manager

    cenderung mengabaikan sebagian informasi dalam balanced scorecard karena terlalu

    banyak pilihan ukuran kinerja (Neumann dkk. 2010).

    Cardinaels dan Veen-Dirk (2010) melakukan investigasi pengaruh penyajian

    ukuran kinerja dalam format BSC dan non-BSC. Penilai kinerja yang menggunakan

    format BSC, memberikan bobot lebih besar pada ukuran keuangan dibandingkan penilai

    kinerja yang menggunakan format non-BSC. Liedtka dkk. (2008) menemukan adanya

    peningkatan jenis ukuran dalam balanced scorecard menyebabkan manager

    memberikan penilaian kinerja yang lebih rendah dibandingkan kinerja aktual jika

    menggunakan kriteria balanced scorecard. Sedangkan untuk kinerja yang relatif rendah,

    manager memberikan penilaian lebih objektif. Perilaku subjektif manager terhadap

    penggunaan ukuran dalam balanced scorecard memengaruhi keadilan sistem bonus.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    2

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Hal ini disebabkan karena manager lebih memerhatikan ukuran keuangan (Ittner dkk.

    2003).

    Beberapa peneliti menemukan faktor-faktor yang dapat mengatasi masalah bias

    akibat kompleksitas ukuran umum dan unik balanced scorecard. Penelitian Roberts

    dkk. (2004) dilakukan secara disaggregate, dengan melaksanakan evaluasi kinerja

    secara terpisah dan bertahap di setiap ukuran lalu menjumlahkan kembali bobot hasil

    ukuran kinerja. Prosedur evaluasi kinerja mekanik ini memungkinkan pemakaian

    ukuran umum dan unik lebih seimbang. Sedangkan Banker dkk. (2004) menyatakan

    bahwa manager harus mengetahui keterkaitan antara ukuran kinerja dengan strategi unit

    bisnis untuk memperoleh manfaat dalam mengadopsi balanced scorecard.

    Penelitian masalah kognitif pada balanced scorecard juga dilakukan oleh Cheng

    dan Humphreys (2012). Prosedur penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh

    penyajian informasi dalam bentuk peta strategi dan perspektif scorecard. Peta strategi

    merepresentasi informasi yang lebih relevan bagi manager dan memberikan penilaian

    strategi yang memadai. Peta strategi secara lebih eksplisit menggambarkan keterkaitan

    antara tujuan strategik dan peta strategi dibandingkan representasi dengan perspektif

    scorecard.

    Jika manager berupaya melalui proses pertanggungjelasan dan perbaikan persepsi

    kualitasbalanced scorecard, maka dia dapat meningkatkan penggunaan ukuran unik

    dalam evaluasi kinerja (Libby dkk. 2004). Di samping itu, persepsi manager terhadap

    keadilan prosedural atas penggunaan dimensi keuangan dan nonkeuangan dalam

    balanced scorecard, secara signifikan menguatkan hubungan antara ukuran-ukuran

    nonkeuangan dan komitmen organisasi, serta hubungan antara ukuran-ukuran keuangan

    dan komitmen organisasi. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh pemoderasi

    pada keadilan prosedural antara dimensi keuangan dan nonkeuangan dari balanced

    scorecard dengan komitmen organisasi dan pengaruhnya terhadap kinerja managerial

    (Supriyadi, 2010).

    Tayler (2010) menambahkan bahwa untuk mengurangi bias penggunaan ukuran

    balanced scorecard, manager harus terlibat dalam pemilihan strategi unit bisnis.

    Keterlibatan ini berdampak pada motivation reasoning manager. Adanya motivasi dapat

    memengaruhi individu untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah sasaran

    dan melaksanakan tugas dengan baik (Belkaoui, 2002). Motivation reasoning

    mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik, karena partisipasi mereka dalam

    pengambilan keputusan mengakibatkan mereka memiliki usaha lebih baik untuk

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    3

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Individu yang memiliki pengetahuan dan

    pengalaman tentang pengembangan balanced scorecard, menggunakan ukuran umum

    dan unik secara seimbang. Tetapi dalam pengukuran kinerja dan alokasi bonus

    cenderung memerhatikan ukuran umum dibandingkan ukuran unik (Dilla dan Steinbart,

    2005). Pengaruh tingkat pengetahuan berperan penting dalam kemampuan individu

    untuk melakukan interpretasi atas informasi. Namun, hasil penelitian Dilla dan Steinbart

    (2005) masih menemukan perilaku subjektif manager yang lebih menggunakan ukuran

    umum dalam pemberian kompensasi. Penggunaan ukuran umum dan unik secara

    berimbang merupakan indikasi keobjektifan dalam memanfaatkan balanced scorecard.

    Beberapa penelitiantentang pengurangan bias ukuran umum balanced

    scorecard,menekankan pada dimensi konteks penyajian informasi balanced scorecard

    dan bersifat teknis ( Cardinaels dan Veen-Dirk, 2010; Roberts dkk. 2004; Cheng dan

    Humpreys, 2012).Disamping itu, peneliti sebelumnya juga menggunakan variabel

    kognitif dan perilaku personal manager sebagai upaya pengurangan bias ukuran umum

    balanced scorecard (Banker dkk. 2004; Libby dkk. 2004; Supriyadi, 2010; Tayler,

    2010).

    Dearman dan Shields (2005) berpendapat bias informasi akuntansi dapat

    dikurangi jika individu memiliki pengetahuan relevan dengan masalah yang dihadapi.

    Manager yang memiliki pengetahuan relevan dengan tugas tertentu, dapat menghasilkan

    keputusan lebih tepat karena ketersediaan informasi yang membantu pengambilan

    keputusaan (Dilla dan Steinbart, 2005). Pengetahuan balanced scorecard yang

    memadai sangat relevan dalam mengurangi bias ukuran umum tetapi penelitian Dilla

    dan Steinbart (2005) belum mengakomodasi proses pembelajaran balanced scorecard.

    Penelitian ini menggabungkan variabel pengetahuan balanced scorecard dan motivasi

    ekstrinsik untuk meningkatkan keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja

    balanced scorecard. Selain karena pengetahuan yang baik, untuk melaksanakan tugas

    dengan struktur yang kompleks juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti akuntabilitas,

    kemampuan memecahkan masalah umum dan motivasi yang dimiliki individu

    (Dearman dan Shields, 2005).

    Sehingga penelitian ini berusaha menemukan perbedaan pengaruh ketersediaan

    pengetahuanbalanced scorecard dan adanya motivasi ekstrinsik terhadap keobjektifan

    penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard. Penjabaran strategi unit bisnis

    sampai level pengukuran kinerja, dibedakan dalam ukuran umum dan ukuran unik

    mengakibatkan balanced scorecard menjadi kompleks. Faktor-faktor ini diharapkan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    4

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • dapat mengakibatkan perbedaan keputusan dalam evaluasi kinerja. Manager diharapkan

    dapat menggunakan ukuran umum dan ukuran unik secara seimbang.Secara tidak

    langsung penelitian ini menghubungkan antara penyebab dan tujuan kompleksitas

    informasi balanced scorecard dengan faktor yang dapat menurunkan bias ukuran

    umum balanced scorecard.

    Penelitian ini dilaksanakan melalui eksperimen laboratorium dengan

    menggunakan desain lebih sederhana dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya.

    Eksperimen dilaksanakan pada mahasiswa Program Magister di lingkungan FEB UGM

    sebagai penyulih manager unit bisnis. Instrumen dalam eksperimen ini menggunakan

    modifikasi bagian divisi Radwear pada instrumen yang dikembangkan Lipe dan Salterio

    (2000).

    KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Organisasi yang memiliki visi, memandang balanced scorecard sebagai sistem

    managemen strategik yang sangat membantu dalam implementasi strategi perusahaan.

    Juhmani (2007) menguraikan manfaat penggunaan balanced scorecard pada berbagai

    perusahaan di Bahrain. Simpulan hasil survey menunjukkan bahwa balanced scorecard

    sebagai sistem managemen strategik, membantu pengembangan kerangka kerja

    komprehensif untuk menguraikan tujuan strategik perusahaan sampai tingkatan

    pengukuran kinerja. Masalah utama pemakaian balanced scorecard adalah

    membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk meningkatkan pemahaman karyawan

    tentang balanced scorecard.

    Anand dkk. (2005) menemukan balanced scorecard memiliki peluang yang baik

    sebagai alat managemen strategik dan managemen kinerja di masa mendatang. Terdapat

    kesulitan dalam memberikan bobot di setiap perspektif dan menentukan hubungan

    sebab akibat di antara berbagai perspektif. Sartorius dkk. (2010) memandang

    permasalahan dalam pengembangan kerangka kerja yang berfungsi untuk pengukuran

    kinerja yang komprehensif sangat kompleks pada lembaga penelitian sektor publik.

    Adaptasi balanced scorecard membantu menghasilkan pengukuran kinerja yang dapat

    memberikan motivasi bagi para peneliti disetiap level operasional.

    Burney dan Swanson (2010) menemukan peningkatan goal congruence karena

    dapat membuat tindakan manager selaras dengan tujuan organisasi. Sistem pengukuran

    kinerja untuk jangka panjang, menjadi motivasi bagi para manager membuat keputusan

    yang dapat menciptakan nilai manfaat dalam jangka panjang sekaligus mencegah fokus

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    5

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • jangka pendek manager. Wu dan Hung (2008) melakukan penelitian cause-related

    marketingsejenis tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan bekerjasama

    dengan organisasi non-profit berhasil membangun kerangka kerja evaluasi yang baik

    berdasarkan adaptasi prinsip balanced scorecard.

    Ukuran-ukuran umum balanced scorecard memiliki potensi dalam menghasilkan

    bias judgment pengambil keputusan. Hal ini menyebabkan ukuran-ukuran unik yang

    merupakan bagian dan keunggulan dari balanced scorecard tidak dimanfaatkan dengan

    baik. Penelitian Lipe dan Salterio (2000) menemukan adanya pengaruh aspek heuristik

    individu dalam pengambilan keputusan yang lebih memerhatikan ukuran umum

    dibandingkan ukuran unik. Munculnya bias kognitif ini memengaruhi penilaian individu

    terhadap manfaat penerapan balanced scorecard menjadi tidak signifikan.

    Berbagai studi tentang judgment dan pengambilan keputusan, menduga bahwa

    individu akan menggunakan informasi umum dan unik secara berbeda (Lipe dan

    Salterio, 2000: Dilla dan Steinbart,2005). Informasi yang umum memiliki pengaruh

    yang lebih besar dibandingkan dengan informasi yang unik karena lebih mudah untuk

    diingat kembali.Bazerman (1994) menyatakan tentang segala sesuatu yang umum atau

    yang lebih sering muncul dihadapan individu baik secara langsung maupun tidak

    langsung dapat menyebabkan bias kognitif pada individu saat mengambil keputusan

    yang akurat.

    Roberts dkk. (2004) melakukan penelitian secara disaggregate, yaitu dengan

    melakukan evaluasi kinerja secara terpisah dan bertahap pada setiap ukuran kemudian

    menjumlahkan kembali bobot hasil ukuran kinerja. Sehingga dapat mengurangi bias

    evaluasi balanced scorecard karena pemakaian ukuran umum dan unik secara

    seimbang.Bonner (1990) berargumentasi adanya kegagalan memiliki pengetahuan yang

    relevan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan

    keputusan menyebabkan keputusan yang dihasilkan individu menjadi tidak tepat.

    Sedangkan Boland dkk. (2001) menyimpulkan dari teori kognitif memandang bahwa

    representasi pengetahuan berdasarkan konsep abstrak dapat lebih leluasa dan

    merupakan jalur yang tepat untuk memahami permasalahan. Pengetahuan yang relevan

    mampu membantu subjek dalam mengambil keputusan untuk memecahkan

    masalah.Tingkat pengetahuan subjek membantu dalam memahami konsep sesuai bentuk

    penyajian informasi (Cardinaels, 2008).

    Kemampuan memecahkan masalah secara umum merupakan konsep multidimensi

    yang memiliki pengaruh menguntungkan secara signifikan dalam memperoleh

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    6

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • pengetahuan dan pengambilan keputusan mengenai akuntansi (Bonner dan Walker,

    1994) dan telah ditunjukkan sebagai determinan pelaksanaan keputusan dalam kondisi

    pengambilan keputusan yang kompleks. Sehingga dengan kemampuan umum yang

    dimiliki individu akan mengurangi kecenderungan pengambilan keputusan yang tidak

    tepat. Isu kognitif memiliki pengaruh pada judgment manager dalam melakukan

    evaluasi kinerja karyawan yang berdasarkan ukuran umum dan ukuran unik balanced

    scorecard.

    Pengetahuan Balanced Scorecard Pengetahuan merupakan representasi memori internal setiap individu yang

    memberikan pengaruh terhadap kualitas pengambilan keputusan. Selaras dengan teori

    representational congruence, individu yang lebih tinggi pengetahuannya memiliki

    internal schemata yang akan membantu mereka menggunakan data dengan lebih baik

    serta mencari data yang relevan, sehingga dapat bertindak dengan tepat (Libby dan Luft,

    1993).

    Nonaka (2007) meyakini pengetahuan dapat memberikan nilai lebih bagi

    perusahaan. Ada empat pola yang berinteraksi secara dinamis dalam pengetahuan:

    sosialisasi, artikulasi, kombinasi dan internalisasi. Dalam konteks pengetahuan

    balanced scorecard, semakin baik pengetahuan tentang balanced scorecard diharapkan

    akan semakin mengetahui manfaatnya.

    Setiap manager dalam perusahaan memiliki tingkat pengetahuan akuntansi yang

    berbeda(Dearman dan Shields, 2001), akibat keragaman latar belakang pendidikan

    manager. Perbedaan tingkat pemahaman akuntansi sebagai karakteristik managerial

    dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Cardinaels (2008) mengemukakan adanya

    perbedaan tingkat pengetahuan akuntansi biaya pada subjek, akan memperoleh

    keuntungan yang lebih baik dengan menggunakan format tabel yang lebih mudah

    dipahami.Bonner dan Walker (1994) melakukan analisis mengenai hubungan antara

    knowledge dengan kompleksitas penugasan.

    Dearman dan Shields (2001) menemukan bahwa manager dengan pengetahuan

    akuntansi biaya yang lebih baik dapat memberikan judgment yang lebih baik. Terutama

    dalam penugasan yang mengharuskan manager melakukan evaluasi yang kompleks,

    terhadap distorsi biaya dalam volume based costing system. Beberapa hasil

    penelitianmenyatakan bahwa, pengaruh tingkat pengetahuan yang lebih baik terhadap

    kinerja individu dalam penugasan yang lebih kompleks, akan disesuaikan dengan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    7

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • faktor-faktor lain seperti akuntabilitas, kemampuan pemecahan masalah dan motivasi

    (Jatiningsih, 2010).

    Pada penelitian ini berusaha untuk mengurangi bias ukuran umum dalam

    balanced scorecard dengan menambahkan variabel pengetahuan balanced scorecard

    sebagai proksi pemahaman yang relevan tentang balanced scorecard. Berbeda dengan

    Banker dkk. (2004) menggunakan pemahaman strategi perusahaan yang berkaitan

    dengan deskripsi pekerjaan sebagai upaya memaksimalkan peran balanced scorecard.

    Informasi yang tersedia dimanfaatkan secara lebih baik untuk melakukan evaluasi

    kinerja dan alokasi kompensasi (Dilla dan Steinbart, 2005). Pengetahuan balanced

    scorecard yang memadai mengakibatkan terjadinya perbedaan perilaku. Sehingga

    memengaruhi para manager untuk memerhatikan ukuran unik dalam ukuran-ukuran

    kinerja balanced scorecard untuk pencapaian tujuan strategik perusahaan. Hipotesis

    pertama yang peneliti ajukan sebagai berikut:

    H1: Manager yang memiliki pengetahuan balanced scorecard akan menggunakan

    ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard lebih objektif dibandingkan dengan

    manager yang tidak memiliki pengetahuan balanced scorecard.

    Motivasi Ekstrinsik

    Secara eksplisit, motivasi berhubungan dengan bagaimana perilaku itu dimulai,

    dikuatkan, didukung, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif tertentu yang timbul

    dalam organisasi ketika semua berlangsung (Belkaoui, 2002). Para manager perlu

    melakukan identifikasi faktor-faktor dan kondisi yang dapat memengaruhi dan

    koordinasi tindakan karyawan agar sesuai dengan tujuan perusahaan.Para ahli sosiologi

    sering menghubungkan motivated reasoningdengan dua teori besar yaitu dissonance

    theory dan attribution theory. Dissonance theoryberdasarkan asumsi bahwa motivasi

    dapat mengurangi pertentangan kognitif yang memengaruhi penilaian dan perilaku

    individu. Attribution theoryberdasarkan pada kecenderungan individu mengatributkan

    suatu kejadian dengan alasan yang dapat memuaskan dirinya.Kedua teori ini

    memandang adanya tujuan tertentu yang mendorong individu menyimpulkan dirinya

    berjasa. Penelitian tentang bias akibat motivated reasoning lebih banyak disebabkan

    oleh faktor kognitif daripada faktor motivasional (Anas, 2011).

    Motivasi dapat memengaruhi pemilihan elemen kognitif seperti keyakinan,

    konsep dan aturan penyimpulan ketika memberikan judgment. Individu akan cenderung

    memilih dan menggunakan struktur pengetahuan yang mendukung simpulan yang

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    8

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • dikehendaki.Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang meningkatkan dan

    mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Belkaoui, 2002).Motivasi dari perspektif

    mekanisme merupakan faktor yang menyebabkan individu memiliki peningkatan

    kepercayaan dan pengendalian diri, rasa memiliki organisasi sehingga mencapai tujuan

    dengan lebih baik. Menurut Libby dkk. (2004) manager memiliki variasi latar belakang

    pendidikan dan pengalaman yang membentuk perbedaan data internal yang

    memengaruhi penggunaan ukuran-ukuran dalam balanced scorecard. Tersedianya

    laporan jaminan dapat meningkatkan persepsi kualitas tentang manfaat balanced

    scorecard dalam pengambilan keputusan managerial. Pemilihan ukuran umum dan

    ukuran unik dapat seimbang jika ada pengakuan terhadap kinerja manager unit bisnis

    strategik dengan kata lain meningkatkan usaha manager melalui proses akuntabilitas.

    Penelitian Wing dkk. (2010) mengevaluasi pengaruh motivasi ekstrinsik dan

    intrinsik sebagai faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan partisipasi anggaran.

    Motivasi ekstrinsik dipandang sebagai konsep bentuk aktualisasi diri subjek ketika

    mereka terlibat dalam aktivitas. Motivation reasoning mengakibatkan manager

    termotivasi secara ekstrinsik, karena partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan,

    mengakibatkan mereka memiliki usaha lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah

    mereka putuskan. Melihat peranan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja seperti

    dijelaskan diatas, maka hipotesis yang diajukan:

    H2: Manager yang memiliki motivasi ekstrinsik akan menggunakan ukuran kinerja

    balanced scorecard lebih objektif dibandingkan manager yang tidak memiliki

    motivasi ekstrinsik.

    Motivasi ekstrinsik timbul ketika individu berperilaku sebagai konsekuensi atas

    pertimbangan dalam pengambilan keputusannya. Kinerja mereka menjadi lebih baik

    karena berusaha memperoleh kompensasi atau untuk menghindari konsekuensi negatif

    dari pimpinan. Motivasi intrinsik manager dapat memengaruhi upaya kognitif individu

    dalam pengambilan keputusan yang memadai berdasarkan ketersediaan informasi yang

    relevan (Dearman dan Shields, 2005). Pengambilan keputusan menjadi lebih tepat

    apabila individu memiliki motivasi intrinsik dan pengetahuan yang baik. Tetapi dalam

    penelitian ini akan melihat pengaruh pengetahuan balanced scorecard manager dan

    motivasi ekstrinsik terhadap penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard

    dengan seimbang.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    9

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard yang seimbang

    menunjukkan peranan balanced scorecard sebagai alat implementasi strategi telah

    dimanfaatkan dengan baik. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi penggunaan

    ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini

    menguji interaksi antara pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik yang

    diharapkan dapat meningkatkan penggunaan ukuran-ukuran kinerja. Hipotesis ketiga

    dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

    H3: Manager yang memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik

    akan menggunakan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard paling objektif

    dibandingkan manager yang tidak memiliki pengetahuan balanced scorecard dan

    motivasi ekstrinsik.

    METODA PENELITIAN

    Desain Eksperimen

    Eksperimen menggunakan 2x2 full factorialdesain between subjects. Faktor dalam

    penelitian adalah pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik. Partisipan

    penelitian secara random mendapat salah satu dari empat kondisi eksperimen dengan

    jumlah yang sama disetiap sel. Ke empat kondisi itu berdasarkan manipulasi dua

    variabel independen yaitu pengetahuan balanced scorecard (dengan representasi

    pengetahuan balanced scorecard dantanpa representasi pengetahuan balanced

    scorecard) dan motivasi ekstrinsik (dengan representasi motivasi ekstrinsik dan tanpa

    representasi motivasi ekstrinsik).

    Instrumen Studi eksperimen ini menggunakan empat item ukuran kinerja di setiap perspektif

    (jumlah total menjadi 16 item untuk semua perspektif) dari instrumen Lipe dan Salterio

    (2000) yang dimodifikasi. Penelitian ini hanya memilih satu paket pengukuran

    kinerja(divisi RadWear) yang digunakan oleh Lipe dan Salterio (2000), namun cukup

    memadai dengan lingkungan bisnis di Indonesia (Supriyadi, 2010).Pertimbangan dalam

    pemilihan instrumen ini karena tiga alasan: pertama, instrumen Lipe dan Salterio

    dikembangkan dari kasus implementasi balanced scorecard dalam buku Kaplan dan

    Norton (1996). Kedua, Lipe dan Salterio memilih 16 item ukuran-ukuran untuk

    penilaian kinerja berdasarkan kapasitas kognitif individu dalam pemerosesan informasi

    yang berkisar antara 15 sampai 20 poin. Terakhir, Lipe dan Salterio telah melakukan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    10

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • pilot test instrumen mereka pada mahasiswa program MBA dan mahasiswa Akuntansi

    setara S1. Hasil pilot test cukup valid mewakili kategori ukuran-ukuran penilaian

    kinerja balanced scorecard (Supriyadi, 2010).

    Materi tugas eksperimen terdiri dari tiga bagian: (1) surat permohonan kesediaan

    menjadi partisipan dan penjelasan tata cara selama eksperimen, (2) tugas eksperimen

    dan pertanyaan cek manipulasi, dan bagian terakhir (3) keterangan identitas partisipan

    sebagai data demografi penelitian. Sebelum dicetak, peneliti mengatur desain tugas

    eksperimen agar lebih menarik dan memudahkan partisipan menyelesaikan prosedur

    eksperimen.

    Prosedur Eksperimen Pelaksanaan eksperimen dalam ruang kelas dan suasanacenderung formal tetapi

    tidak kaku. Suasana eksperimen ini mendekati situasi pengambilan keputusan yang

    biasa terjadi dalam perusahaan. Peneliti memberikan pengarahan prosedur eksperimen

    secara langsung untuk menjaga kontak komunikasi dan mendapatkan perhatian dari

    partisipan. Peneliti dapat menjaga konsistensi efek pengarahan secara langsung, jika ada

    kemungkinan eksperimen dilaksanakan dalam beberapa batch. Faktor belum ada kontak

    sosial antara peneliti dan calon partisipan memudahkan peneliti mengatur dan menjaga

    pola berkomunikasi tetap konsisten.Pelaksanaan eksperimen diperkirakan berlangsung

    selama 20 menit.Partisipan yang telah mengikuti eksperimen mendapatkan fasilitas

    seperti: alat tulis, makanan dan minuman ringan sebagai bentuk apresiasi atas kesediaan

    berpartisipasi.

    Partisipan Partisipan penelitian inidiperoleh melalui undangan yang umumkan pada kampus

    Program Magister Akuntansi, Magister Managemen dan Magister Sains di Fakultas

    Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. Sebelum menempelkan

    pengumuman, peneliti terlebih dulu mengajukan permohonan ijin pada Pengelola

    Program.

    Definisi Operasional Variabel

    Pengetahuan balanced scorecard Pengetahuan merupakan representasi memori internal individu yang membentuk

    internal schemata dan membantu mereka menarik data lebih baik serta mencari data

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    11

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • yang relevan, sehingga bisa bertindak dengan tepat berdasarkan data tersebut (Libby

    dan Luft, 1993). Manipulasinya diberikan dalam deskripsi konsep balanced scorecard

    sebagai representasi pengetahuan untuk memberikan pemahaman tentang balanced

    scorecard.

    Motivasi Ekstrinsik

    Motivation reasoning mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik,

    karena partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan, mengakibatkan mereka

    memiliki upaya lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Kinerja

    manager dengan motivasi ekstrinsik merupakan bentuk aktualisasi diri, mereka terlibat

    dalam aktivitas sebagai upaya memperoleh umpan balik positif dan menghindari

    konsekuensi negatif (Wing dkk. 2010). Manipulasi motivasi ekstrinsik direpresentasi

    dalam deskripsi konsekuensi akibat pengambilan keputusan. Deskripsi ini merupakan

    modifikasi dari item kuesioner yang digunakan dalam penelitian Wing dkk. (2010).

    Keobjektifan penggunaan ukuran kinerja

    Variabel dependen penelitian ini berupa keobjektifan penggunaan ukuran-

    ukuran kinerja balanced scorecard. Asumsi bentuk keobjektifan penggunaan ukuran-

    ukuran kinerja balanced scorecard adalah jika manager dapat menggunakan ukuran

    umum dan unik secara seimbang, sehingga bias ukuran umum dapat dihindarkan.

    Dalam penelitian ini diproksi dengan pemilihan ukuran umum dan ukuran unik

    yang seimbang pada laporan balanced scorecard PT Nusa Busana.

    Peneliti memberikan skor pada setiap perspektif dalam ukuran-ukuran kinerja

    balanced scorecard berdasarkan tingkat kesesuaian antara strategi dengan ukuran-

    ukuran kinerja yang digunakan. Peneliti memberikan urutan nomor disetiap perspektif

    balanced scorecard pada tabel tugas eksperimen, sekaligus merupakan urutan besarnya

    skor ukuran-ukuran kinerja di setiap perspektif. Ukuran kinerja paling unik mendapat

    skor 4 dan ukuran paling umum mendapat skor 1. Rentang skor yang dapat

    dikumpulkan oleh partisipan berkisar antara 4 sampai 16 skor.

    Bias ukuran umum dan ukuran unik dapat dilihat dari jumlah perolehan skor

    yang dikumpulkan subjek, dengan memerhatikan manipulasi yang diberikan pada

    subjek eksperimen. Semakin tinggi perolehan skor subjek maka menunjukkan adanya

    penurunan bias ukuran umum, yang memberikan indikasi penggunaan balanced

    scorecard lebih objektif.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    12

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Alat Analisis

    Pengujian Hipotesis 1, Hipotesis 2 dan Hipotesis 3 menggunakan uji two-way

    Analysis of Variance (Anova) dengan variabel independen pengetahuan balanced

    scorecard dan motivasi ekstrinsik. Sedangkan variabel dependen berupa keobjektifan

    penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pilot test Pelaksanaan pilot testpenelitian ini diikuti oleh 14 mahasiswa Jurusan Akuntansi,

    Program Magister Sains, FEB UGM. Setelah partisipan pilot test mengikuti prosedur

    eksperimen yang telah didesain, mereka memberikan saran dan kritik pada lembar yang

    telah disediakan. Partisipan pilot test tidak dipersilakan untuk mengikuti

    eksperimen.Evaluasi hasil pilot test berupa perbaikan pada tata bahasa dan prosedur

    eksperimen agar lebih mudah dipahami oleh partisipan.

    Hasil Cek Manipulasi Perolehan partisipan eksperimen melalui hasil pendaftaran terbuka yang

    dipublikasi pada tanggal 6 November 2012 berjumlah sangat kecil. Peneliti

    mengantisipasi jumlah data yang kecil dengan mengajukan surat permohonan ijin pada

    Pengelola Program Magister di lingkungan FEB UGM untuk pelaksanaan eksperimen.

    Kemudian peneliti juga mengajukan permohonan ijin pada Dosen yang mengajar

    dikelas setelah sesi kuliah berakhir, untuk mengajak mahasiswa berpartisipasi dalam

    eksperimen tanpa ada unsur paksaan.

    Eksperimen dilaksanakan menjadi sebanyak 6 batch untuk memenuhi kecukupan

    data. Tiga batch pertama eksperimen dilaksanakan pada program Magister Sains dengan

    jumlah partisipan sebanyak 73. Eksperimen berikutnya dilaksanakan di Program

    Magister Managemen dengan jumlah partisipan 41. Pelaksanaan eksperimen terakhir

    bertempat di Program Magister Akuntansi dengan jumlah partisipan 17 mahasiswa.

    Hasil pemeriksaan terhadap jawaban 127 peserta yang mengikuti eksperimen,

    terdapat 1 partisipan (0.79%) yang tidak menyelesaikan seluruh prosedur eksperimen

    meskipun telah dilakukan pengawasan selama eksperimen berlangsung. Salah satu

    partisipan (0.79%) tidak setuju menyelesaikan prosedur eksperimen, dengan tidak

    mengisi jawaban pada pertanyaan manipulasi karena peneliti tidak mencantumkan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    13

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • variabel-variabel yang diujikan. Partisipan yang tidak lulus cek manipulasi

    sebanyak 32 orang (25.20%). Hal ini disebabkan karena partisipan tidak memahami

    ilustrasi dalam instrumen dan memberikan pernyataan tidak sesuai dengan situasi yang

    digambarkan. Sebanyak 6 partisipan (4.72%) menyelesaikan tugas eksperimen tidak

    sesuai dengan instruksi peneliti. Partisipan yang tidak menyelesaikan seluruh prosedur

    eksperimen, tidak setuju menjawab pertanyaan manipulasi dan tidak menjawab

    pertanyaan manipulasi dengan benar dikeluarkan dalam analisis lanjutan sehingga data

    yang dapat digunakan sebanyak 87 partisipan.

    Statistika Deskriptif

    Hasil statistika deskriptif menunjukkan partisipan laki-laki berjumlah 45 orang

    (51.72%) sedangkan partisipan perempuan sebanyak 41 orang (47.13%). Terdapat 1

    partisipan yang tidak mengisi kolom gender pada lembar demografi partisipan. Rentang

    usia partisipan didominasi oleh kelompok usia antara 20 sampai 25 tahun sebanyak 53

    orang (60.92%). Berikutnya diikuti oleh kelompok umur antara 26 sampai 30 tahun

    sebanyak 22 orang (25.29%).Partisipan terdiri dari mahasiswa S2 Program Magister

    Sains Jurusan Akuntansi sebanyak 35 orang (40.23%) dan Magister Sains Jurusan

    Managemen sebanyak 17 orang (19.54%). Eksperimen juga melibatkan 23 mahasiswa

    Program Magister Managemen dan 12 mahasiswa Program Magister Akuntansi,

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

    Sebagian besar partisipan dalam eksperimen ini menyatakan pernah bekerja

    yaitu sebanyak 45 orang (51.73%) dari keseluruhan partisipan dengan lama pengalaman

    kerja yang bervariasi. Sebanyak 50 partisipan (57.47%) pernah menempuh perkuliahan

    dengan materi balanced scorecard. Terdapat 28 partisipan (32.18%) menyatakan pernah

    mengetahui penelitian dengan topik balanced scorecard dan 64 partisipan (73.56%)

    belum pernah mengikuti eksperimen sebelumnya.

    Pengujian Hipotesis Pada tabel 1menunjukkan nilai rerata penggunaan ukuran umum dan unik

    balanced scorecard disetiap sel beserta nilai deviasi standard.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    14

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Tabel 1 Nilai Rerata dan Deviasi Standard

    Variabel dependen: Keobjektifan Penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC

    Treatment Ada representasi pengetahuan BSC Tanpa representasi pengetahuan BSC Total

    Ada representasi Motivasi Ekstrinsik

    Mean = 7.86 S.D. (2.03)

    n = 21 Grup A

    Mean = 8.30 S.D. (2.08)

    n = 23 Grup B

    Mean = 8.09 S.D. (2.04)

    n = 44

    Tanpa representasi Motivasi Ekstrinsik

    Mean = 6.68 S.D. (1.84)

    n = 22 Grup C

    Mean = 7.10 S.D. (1.97)

    n = 21 Grup D

    Mean = 6.88 S.D (1.89)

    n = 43

    Total Mean = 7.26 S.D. (2.00)

    n = 43

    Mean = 7.73 S.D. (2.10)

    n = 44

    Mean = 7.49 S.D. (2.05)

    n = 87

    Sedangkan hasil pengujian variabel penelitian disajikan dalam tabel 2 berikut

    ini.

    Tabel 2 Hasil Uji Between Subject Effects Variabel dependen:Keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC

    Sumber Type III Sum of Squares

    df Mean

    Square F Sig.

    Corrected Model 35.724a 3 11.908 3,032 .034 Intercept 4866.766 1 4866.766 1238,996 .000 PengetahuanBSC 4.022 1 4.022 1,024 .315 MotivasiEkstrinsik 30.871 1 30.871 7,859 .006 PengetahuanBSC * MotivasiEkstrinsik

    .006 1 .006 ,002 .968

    Error 326.023 83 3.928 Total 5248.000 87 Corrected Total 361.747 86 a. R Squared = .099 (Adjusted R Squared = .066)

    Uraian berikut menjelaskan hasil dan interpretasi pengujian main effect:

    Hasil dan Interpretasi Main Effect

    Sebelum melakukan pengujian dengan two-way ANOVAterlebih dahulu

    melakukan pengujian asumsi yang harus dipenuhi bahwa setiap kelompok subjek

    memiliki varians yang sama. Pengujian homogenity of variance dilakukan dengan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    15

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • menggunakan Lavenes Test (tabel 3) menunjukkan bahwa p-value > 5%. Hasil

    pengujian menunjukkan varians antar grup secara statistis memiliki varians yang sama.

    Sehingga asumsi penggunaan Anova dapat terpenuhi.

    Tabel 3 Levenes Test of Equality of Error Variances

    Variabel dependen: keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC F df1 df2 Sig.

    0,071 3 83 0.976 Hipotesis penelitian (H1) memprediksi pengaruh ketersediaan pengetahuan

    balanced scorecard terhadap keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced

    scorecard. Hasil analisis data menunjukkan pengaruh variabel pengetahuan tidak

    signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 dengan nilai F=1,024 dan nilai p=0.315 (tabel

    2). Sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan pengaruh pada subjek yang memiliki

    representasi pengetahuan balanced scorecard terhadap penggunaan ukuran-ukuran

    kinerja balanced scorecard.

    Pengujian hipotesis 2 yang memprediksi perbedaan pengaruh motivasi ekstrinsik

    terhadap penggunaan ukuran-ukuran kinerja secara lebih objektif signifikan pada

    tingkat signifikansi 0.05 dengan nilai F=7,859 dan nilai p=0.006 (tabel 2). Hasil

    penelitian ini memberikan dukungan terhadap hipotesis 2 yang menyatakan bahwa

    manager yang memiliki motivasi ekstrinsik akan menggunakan ukuran-ukuran kinerja

    balanced scorecard lebih objektif dibandingkan manager yang tidak memiliki motivasi

    ekstrinsik.

    Hasil dan Interpretasi Uji Interaksi Hipotesis 3 penelitian ini melihat pengaruh interaksi antara variabel pengetahuan

    balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik terhadap keobjektifan penggunaan ukuran-

    ukuran kinerja balanced scorecard.Pada tabel 2dapat dilihat pengaruh interaksi variabel

    pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik tidak signifikan pada tingkat

    signifikansi 0.05 dengan nilai F=0,002 dan nilai p=0.968.

    Simpulan, Implikasi dan Keterbatasan Penelitian

    Simpulan Pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan

    penggunaan ukuran umum dan ukuran unik pada subjek akibat pengetahuan balanced

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    16

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • scorecard. Subjek dengan motivasi ekstrinsik lebih memilih menggunakan ukuran unik

    dalam mengevaluasi kinerja. Hal ini berbeda dengan subjek tanpa motivasi ekstrinsik

    yang lebih banyak menggunakan ukuran umum balanced scorecard. Subjek yang

    memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik menggunakan

    ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard yang sama dengan subjek yang tidak

    memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik.

    Diskusi dan Implikasi Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran yang konklusif tentang variabel-

    variabel yang dapat digunakan dalam menurunkan bias ukuran umum balanced

    scorecard seperti penelitian yang dilakukan oleh Dilla dan Steinbart (2005), Cardinaels

    dan Veen-Dirk (2010), Roberts dkk. (2004), Cheng dan Humpreys (2012), Banker dkk.

    (2004), Libby dkk. (2004), Supriyadi (2010) dan Tayler (2010).Hasil penelitian tidak

    dapat mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Dilla dan Steinbart (2005).

    Subjek dalam situasi memiliki pengetahuan tentang balanced scorecard lebih memilih

    ukuran umum untuk melakukan evaluasi terhadap unit bisnis yang dipimpinnya, namun

    sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).

    Subjek dalam penelitian Dilla dan Steinbart (2005) memiliki tingkat pemahaman

    yang baik dan memiliki pengalaman dalam menyusun balanced scorecard. Sedangkan

    subjek dalam penelitian ini tidak memiliki pengalaman dalam menyusun balanced

    scorecard, kondisi ini sama seperti subjek penelitian yang digunakan oleh Lipe dan

    Salterio (2000).Selain itu, subjek penelitian Dilla dan Steinbart (2005) memiliki latar

    belakang yang didominasi oleh Mahasiswa Akuntansi dan Sistem Informasi. Penelitian

    ini menggunakan subjek dengan latar belakang Pendidikan Akuntansi dan Managemen,

    yang lebih bervariasi seperti subjek penelitian Lipe dan Salterio (2000). Dominasi

    subjek dengan pengalaman kerja yang singkat bahkan ada yang belum pernah bekerja

    mengakibatkan mereka tidak memahami keterkaitan deskripsi tugas yang merupakan

    penjabaran strategi dengan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard seperti simpulan

    hasil penelitian Roberts dkk. (2004).

    Dilla dan Steinbart (2005) menemukan perilaku subjektif manager dalam

    menentukan kompensasi karena lebih memerhatikan ukuran umum, sedangkan dalam

    penelitian ini, subjek memberikan penilaian yang lebih objektif dengan

    mempertimbangkan ukuran unik balanced scorecard. Motivasi eksternal manager

    memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan bias ukuran umum balanced

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    17

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • scorecard. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tayler (2010) yang menemukan

    keterkaitan antara keterlibatan subjek dalam penyusunan strategi terhadap penurunan

    bias ukuran umum balanced scorecard.Interaksi antara variabel pengetahuan balanced

    scorecard dan motivasi ekstrinsik tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam

    menurunkan bias ukuran umum balanced scorecard. Berbeda dengan hasil penelitian

    Dearman dan Shield (2005) yang menemukan pengaruh kompilasi pengetahuan dan

    motivasi terhadap kompleksitas penugasan dalam audit.

    Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang tidak dapat dihindari yang

    memengaruhi interpretasi simpulan hasil penelitian. Keterbatasan yang dihadapi adalah;

    informasi untuk menggambarkan situasi dalam instrumen tidak mencerminkan secara

    lengkap situasi yang terjadi pada perusahaan.Desain kasus dalam eksperimen sangat

    sederhana sehingga kurang mampu menangkap realita penilaian kinerja menggunakan

    balanced scorecard.Partisipan penelitian ini merupakan subjek yang belum populer

    dengan penggunaan balanced scorecard khususnya pada bisnis retaildi

    Indonesia.Peneliti menempatkan ukuran-ukuran kinerja unik pada baris paling bawah

    disetiap perspektif.Sedangkan ukuran tersebut masih belum populer di Indonesia.

    Sehingga ada kemungkinan partisipan mengabaikan dan tidak memilih ukuran-ukuran

    itu.

    Saran untuk Penelitian Berikutnya

    Saran untuk penelitian lanjutan adalah kajian kasus dalam instrumen

    menggunakan ukuran yang umum digunakan dalam lingkungan bisnis di Indonesia.

    Mengadakan pelatihan terlebih dahulu pada partisipan sehingga dapat mengerti tentang

    balanced scorecard.Prosedur eksperimen selanjutnya disajikan dengan komputer

    sehingga mengurangi kompleksitas dan menjaga kestabilanpelaksanaan eksperimen.

    Pada tugas eksperimen, sebaiknya mengganti urutan penyajian ukuran-ukuran kinerja.

    Ukuran kinerja paling unik ditempatkan di baris paling atas, kemudian diikuti oleh

    ukuran umum pada baris berikutnya.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    18

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Referensi

    Anand, Manoj., B. S. Sahay, dan Subashish Saha. 2005. Balanced scorecard in Indian companies. Vikalpa 30 (2): 11-25.

    Anas, Syaiful. 2011. Pengaruh Keterlibatan dalam Pemilihan Inisiatif Strategis dan Umpan Balik Strategis terhadap Evaluasi menggunakan Balanced Scorecard. Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Bazerman, Max H. 1994. Judgment in Managerial Decision Making. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.

    Belkaoui, Ahmed R. 2002. Behavioral Management Accounting. USA: Quorum Books.

    Bolland, dkk. 2001. Knowledge representationsand knowledge transfer. Academy of management journal 44 (2): 393-417.

    Bonner, S. E. 1990. Experience effects in auditing: the role of task specific knowledge. The Accounting Review 65 (1): 72-92.

    Bonner, S. E., dan P. L. Walker. 1994. The effects of instructions and experience on the acquisition of audit knowledge. TheAccounting Review 69 (1): 157-178.

    Burney, Laurie L., dan Nancy J. Swanson. 2010. The relationship between balanced scorecard characteristics and managers job satisfaction. Journal of Managerial Issues 22 (2): 166-181.

    Cardinaels, Eddy., dan Paula M.G. van Veen-Dirks. 2010. Financial versus non-financial information: The impact of information organization and presentation in a balanced scorecard. Accounting, Organizations and Society 35: 565-578.

    Cheng, Mandy M., dan Kerry A. Humphreys. 2012. The differential improvement effects of the strategy map and scorecard perspectives on managers strategic judgments. The Accounting Review 87 (3): 899-924.

    Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2001. Cost knowledge and cost-based judgment performance. Journal of Management Accounting Research 13:1-8.

    Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2005. Avoiding accounting fixation: Determinants of cognitive adaption to differences in accounting methods. Contemporary Accounting Research 22 (2): 351-384.

    Dilla, William N., dan Paul John Steinbart. 2005. Relative weighting of common and unique balanced scorecard measures by knowledgeable decision makers. Behavioral Research in Accounting 17: 43-53.

    Hoque, Zahirul. 2006. Strategic Management Accounting: Concepts, Processes and Issues. Australia: Pearson Education.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    19

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Ittner, Christopher D., David F. Larcker, dan Marshall W. Meyer. 2003. Subjectivity and the weighting of performance measures: evidence from a balanced scorecard. The Accounting Review 78 (3): 725-758.

    Jatiningsih, Dyah E.S. 2010. Dampak format penyajian informasi terhadap kualitas keputusan: Studi eksperimental atas pengambilan keputusan berbasis biaya. Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Juhmani, Omar I. H. 2007. Usage, motives and usefulness of the balanced scorecard (BSC): evidence from Bahrain. International Journal of Business Research 8 (5): 106-117.

    Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1993. Putting the balanced scorecard to work. Harvard Business Review (September-October): 134-147.

    Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1996. Using the balanced scorecard as a strategic management system. Harvard Business Review (January-February): 75-85.

    Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2001. The Strategy-Focused Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business environment. USA: Harvard Business School Press.

    Libby, Robert., dan J. Luft. 1993. Determinants of judgment performance in accounting settings: Ability, knowledge, motivation, and environtment. Accounting, Organizations and Society 18 (5): 425-450.

    Libby, Theresa., Steven E. Salterio, dan Alan Webb. 2004. The balanced scorecard: the effects of assurance and process accountability on managerial judgment. The Accounting Review 79 (4): 1075-1094.

    Liedtka, Stephen L., Bryan K. Church, dan Manash R. Ray. 2008. Performance variability, ambiguity intolerance, and balanced scorecard-based performance assessments. Behavioral Research in Accounting 20 (2): 73-88.

    Lipe, Marlys G., dan Steven E. Salterio. 2000. The Balanced Scorecard: Judgmental Effects of Common and Unique Performance Measures. The Accounting Review 75 (3): 283-298.

    Neumann, Bruce R., Michael L. Robert, dan Eric Cauvin. 2010. Information search using the balanced scorecard: what matters? The Journal of Corporate Accounting & Finance (March- April): 61-66.

    Nonaka, Ikujiro. 2007. The knowledge-creating company. Harvard Business Review (July-August): 162-171.

    Roberts, Michael L., Thomas L. Albright, dan Aleecia R. Hibbets. 2004. Debiasing balanced scorecard evaluations. Behavioral Research in Accounting 16: 75-88.

    Sartorius, K., N. Trollip, dan C. Eitzen. 2010. Performance measurement frameworks in a state controlled research organization: can the balanced scorecard (BSC) be modified? South African Journal of Business Management 41 (2): 51-63.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    20

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Supriyadi. 2010. The moderating effect of procedural justice on the efectiveness of the balanced scorecard in improving managerial performance through organizational commitment. The Gadjah Mada International Journal of Business 12 (3): 415-434.

    Tempo.Co. 2012. Belanja Lebaran Tembus Rp 49 Triliun. (30 Agustus).

    Wu, Shwu-Ing., dan Jr-Ming Hung. 2008. A performance evaluation model of CRM on nonprofit organisations. Total Quality Management 19 (4): 321-342.

    Wong-On-Wing, B. Guo, L. dan Lui, G. 2010. Intrinsic and extrinsic motivation and participation budgeting: antecedents and consequences. Behavioral Research in Accounting 22 (2): 133-153.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    21

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Appendix

    Gambar Desain Eksperimen

    Manipulasi Ada Representasi Pengetahuan BSC Tanpa Representasi Pengetahuan BSC

    Ada Representasi Motivasi Ekstrinsik Grup A Grup B

    Tanpa Representasi Motivasi Ekstrinsik Grup C Grup D

    Instrumen Pengetahuan Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard

    Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang terdiri dari perspektif

    ukuran keuangan sebagai ukuran hasil akhir kesuksesan perusahaan yang dilengkapi

    dengan tiga perspektif lain yaitu pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran

    dan pertumbuhan sebagai penyebab dalam menciptakan nilai pemegang saham jangka

    panjang (Kaplan 2009). Visi dan strategi dalam balanced scorecard ditempatkan

    sebagai pusat perhatian. Fungsinya untuk memberikan indikasi bahwa ukuran-ukuran

    kinerja menjadi pendorong individu bertindak dengan baik sesuai dengan peranan

    mereka dalam organisasi untuk membantu pencapaian visi dan strategi.

    Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bahwa ukuran-ukuran dalam balanced

    scorecard digunakan oleh para eksekutif untuk berbagai manfaat seperti artikulasi

    strategi ke dalam bisnis, mengkomunikasi strategi ke dalam bisnis dan membantu

    menyelaraskan inisiatif individu, organisasi dan lintas departemen untuk mencapai

    tujuan bersama. Sehingga ukuran-ukuran dalam balanced scorecard harus dapat

    memberikan representasi strategi jangka panjang organisasi untuk kesuksesan

    persaingan.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    22

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Instrumen Placebo

    Belanja Lebaran

    TEMPO.CO. Jakarta. Informasi yang diperoleh dari Asosiasi Pengusaha Retail

    Indonesia (Aprindo) memperkirakan angka belanja masyarakat saat Lebaran 2012

    mencapai Rp 49 triliun. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo, Satria Hamid

    Ahmadi, jumlah belanja ini mencapai 35 persen dari target perolehan sektor retail

    hingga akhir 2012. Satria Hamid menyatakan pada Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012

    bahwa "daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi". Menurut Satria, penjualan

    tersebut sebagian besar berupa penjualan barang kebutuhan pokok, seperti makanan dan

    fashion. Selebihnya berupa produk lain, seperti elektronik.

    Hingga Desember 2012, Aprindo menargetkan penjualan retail mencapai Rp 140 triliun,

    atau naik 16,6 persen dari 2011 sebesar Rp 120 triliun. Hingga kuartal ketiga lalu, target

    tersebut baru terpenuhi 65 persen atau sekitar Rp 90 triliun.Satria Hamid mengatakan

    sisa target tersebut dapat terpenuhi lantaran masih ada tiga momen di akhir tahun; yaitu

    perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru. Perkiraan omzet pengusaha retail mencapai

    Rp 28 triliun, atau 20 persen dari target penjualan tahun 2012. Kondisi ini terjadi karena

    membaiknya pendapatan masyarakat.

    Instrumen tugas eksperimen dengan representasi motivasi ekstrinsik.

    Kasus PT Busana Indah

    PT Busana Indah merupakan perusahaan retail yang khusus menjual busana perempuan.

    Misi PT Busana Indah adalah menjadi teman setia perempuan yang selalu mengerti

    perkembangan selera dalam berbusana. Sejak berdiri tahun 2005, PT Busana Indah

    mencapai pertumbuhan pesat dan memiliki 27 gerai di Indonesia.

    Anggun sebagai Direktur PT Busana Indah, menghadiri simposium yang

    memperkenalkan balanced scorecard (BSC). Manfaat penerapan BSC adalah

    membantu menguraikan strategi perusahaan sampai level operasional. Selain itu, BSC

    dapat mengukur kesuksesan tiap unit bisnis menggunakan empat perspektif; yaitu

    keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

    Anggun memutuskan akan mulai menggunakan BSC tahun 2013. Kemudian Ia

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    23

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • bersama tim managemen melakukan diskusi tentang ukuran-ukuran kinerja yang

    dipilih sebagai patokan penilaian kinerja berdasarkan BSC.

    Anda adalah manager unit bisnis yang merupakan anggota tim managemen. Anda

    diminta ikut menentukan ukuran kinerja dalam BSC dengan memerhatikan strategi

    agresif unit bisnis yang Anda pimpin. Strategi divisi Anda adalah mempercepat

    pertumbuhan dengan membuka gerai baru, dan meningkatkan jumlah merk produk

    untuk menarik minat pelanggan remaja. Selain itu, divisi Anda juga memerhatikan jarak

    dengan gerai pesaing yang relatif dekat untuk mengantisipasi perilaku remaja yang

    kurang menyukai berpindah ke tempat perbelanjaan lain. Tabel berikut ini

    menyajikan alternatif ukuran-ukuran kinerja untuk Anda pilih.Ketepatan dalam

    pemilihan ukuran-ukuran kinerja akan memengaruhi reputasi kinerja Anda

    sebagai manager unit bisnis. Di samping itu, kompensasi yang Anda terima

    berdasarkan pencapaian kinerja yang diukur menggunakan ukuran-ukuran

    kinerja yang sebelumnya Anda tentukan.

    Instrumen tugas eksperimen tanpa representasi motivasi ekstrinsik.

    Kasus PT Busana Indah

    PT Busana Indah merupakan perusahaan retail yang khusus menjual busana perempuan.

    Misi PT Busana Indah adalah menjadi teman setia perempuan yang selalu mengerti

    perkembangan selera dalam berbusana. Sejak berdiri tahun 2005, PT Busana Indah

    mencapai pertumbuhan pesat dan memiliki 27 gerai di Indonesia.

    Anggun sebagai Direktur PT Busana Indah, menghadiri simposium yang

    memperkenalkan balanced scorecard (BSC). Manfaat penerapan BSC adalah

    membantu menguraikan strategi perusahaan sampai level operasional. Selain itu, BSC

    dapat mengukur kesuksesan tiap unit bisnis menggunakan empat perspektif; yaitu

    keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

    Anggun memutuskan akan mulai menggunakan BSC tahun 2013. Kemudian Ia bersama

    tim managemen melakukan diskusi tentang ukuran kinerja yang dipilih sebagai patokan

    penilaian kinerja berdasarkan BSC.

    Anda adalah manager unit bisnis yang merupakan anggota tim managemen. Anda

    diminta ikut menentukan ukuran kinerja dalam BSC dengan memerhatikan strategi

    agresif unit bisnis yang Anda pimpin. Strategi divisi Anda adalah mempercepat

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    24

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • pertumbuhan dengan membuka gerai baru, dan meningkatkan jumlah merk produk

    untuk menarik minat pelanggan remaja. Selain itu, divisi Anda juga memerhatikan jarak

    dengan gerai pesaing yang relatif dekat untuk antisipasi perilaku remaja yang kurang

    menyukai berpindah ke tempat perbelanjaan lain. Tabel berikut ini menyajikan alternatif

    ukuran kinerja untuk Anda pilih.

    Petunjuk: Berilah tanda centang (v) pada salah satu ukuran kinerja yang Anda

    pilih di setiap perspektif balanced scorecard.

    No (v) Ukuran-ukuran Kinerja Perspektif Keuangan

    1 Pertumbuhan penjualan 2 Pendapatan penjualan dari produk baru dan pelanggan baru 3 Pendapatan penjualan dari toko yang baru dibuka. 4 Pangsa pasar relatif dibanding luas area toko

    Perspektif Pelanggan 1 Rating kepuasan pelanggan 2 Penjualan pada konsumen yang sama 3 Persentase retur penjualan pada pelanggan 4 Rating program pembeli misterius

    Perspektif Proses Bisnis Internal 1 Rata-rata diskon yang diberikan pada pembeli 2 Persentase retur pembelian pada pemasok 3 Penjualan dari market leader baru 4 Rata-rata jumlah nama merk utama di setiap toko

    Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    1 Jumlah jam pelatihan setiap karyawan 2 Jumlah saran dari setiap karyawan 3 Rata-rata masa kerja tenaga penjualan 4 Koneksi jaringan komputer toko

    Pertanyaan Cek Manipulasi

    Instruksi: Silakan menanggapi pernyataan berikut ini.

    1. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang menunjukkan situasi PT Busana

    Indah saat ini.

    [ ] PT Busana Indah telah menggunakan balanced scorecard dalam

    pengukuran kinerja di setiap unit bisnis.

    [ ] Anggun bersama tim managemen melakukan diskusi untuk memilih

    ukuran kinerja di setiap unit bisnis.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    25

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • 2. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan pengaruh pemilihan

    ukuran kinerja dalam balanced scorecard.

    [ ] Pemilihan ukuran kinerja tidak memengaruhi reputasi profesional dan

    kompensasi Anda sebagai manager unit bisnis.

    [ ] Pemilihan ukuran kinerja mencerminkan strategi dan menjadi target setiap

    manager unit bisnis.

    3. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan peranan balanced

    scorecard dalam perusahaan.

    [ ] Balanced scorecard sebagai alat managemen untuk menjabarkan strategi

    perusahaan.

    [ ]Balanced scorecard digunakan oleh managemen hanya sebagai sistem

    kompensasi di perusahaan.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    26

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id