pengertian visum

4
VISUM ET REPERTUM TUJUAN BELAJAR Setelah mempelajari keterampilan medik tentang Visum et Repertum ini mahasiswa diharapkan: 1. Memahami pengertian Visum et Repertum, bagian-bagian Visum et Repertum, syarat-syarat dan tata cara pembuatan Visum et Repertum baik pada korban hidup maupun meninggal. 2. Mampu membuat Visum et Repertum secara lege artis. PENDAHULUAN Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses persidangan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan penuntut umum. Oleh karena pembuktian merupakan bagian dari proses peradilan pidana, maka tata cara pembuktian tersebut terikat pada Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1981. Dalam pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 dinyatakan: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya”. Dari bunyi pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 kiranya dapat dipahami bahwa pemidanaan baru boleh dijatuhkan oleh hakim apabila: 1. Terdapat sedikitnya dua alat bukti yang sah 2. Dua alat bukti tersebut menimbulkan keyakinan hakim tentang telah terjadinya perbuatan pidana 3. Dan perbuatan pidana tersebut dilakukan oleh terdakwa Alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat 1, Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 adalah:

Upload: redila

Post on 05-Jul-2015

629 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengertian visum

VISUM ET REPERTUM

TUJUAN BELAJAR

Setelah mempelajari keterampilan medik tentang Visum et Repertum ini mahasiswa diharapkan:

1. Memahami pengertian Visum et Repertum, bagian-bagian Visum et Repertum, syarat-syarat dan tata cara pembuatan Visum et Repertum baik pada korban hidup maupun meninggal.2. Mampu membuat Visum et Repertum secara lege artis.

PENDAHULUAN

Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses persidangan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan penuntut umum.

Oleh karena pembuktian merupakan bagian dari proses peradilan pidana, maka tata cara pembuktian tersebut terikat pada Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1981.

Dalam pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 dinyatakan: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya”.

Dari bunyi pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 kiranya dapat dipahami bahwa pemidanaan baru boleh dijatuhkan oleh hakim apabila:

1. Terdapat sedikitnya dua alat bukti yang sah2. Dua alat bukti tersebut menimbulkan keyakinan hakim tentang telah terjadinya perbuatan pidana3. Dan perbuatan pidana tersebut dilakukan oleh terdakwa

Alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat 1, Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 adalah:

1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Surat4. Keterangan terdakwa

Page 2: pengertian visum

PENGERTIAN

Definisi et Repertum

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.

Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal 322 KUHP.

Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.

Jenis Visum et Repertum

Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:

1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan2. Visum et Repertum Kejahatan Susila3. Visum et Repertum Jenazah4. Visum et Repertum Psikiatrik

Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et Repertum perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri adalah visum untuk manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah untuk korban yang sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter yang mampu, namun sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.

Page 3: pengertian visum

Format Visum et Repertum

Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum memuat hal-hal sebagai berikut:

Visum et Repertum terbagi dalam 5 bagian:

1. Pembukaan:

* Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan

* Tidak dikenakan materai* Kerahasiaan

2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:

* Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat Pembantu Letnan Dua)* Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti* Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa* Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)* Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan

3. Pelaporan/inti isi:

* Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)* Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)

4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis (poin 3)

* Ilmu kedokteran forensik* Tanggung jawab medis

5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan LN no. 350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.

Dalam operasional penyidikan, dapat dilaporkan berbagai penemuan dalam pemeriksaan barang bukti/kasus, diungkapkan dalam:

* Visum et Repertum sementara, atau* Visum et Repertum sambungan/lanjutan, atau* Surat keterangan medis