pengertian desa siaga 2
DESCRIPTION
Pengertian Desa SiagaTRANSCRIPT
1. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah – masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan) secara mandiri. Desa Siaga ini adalah proses pembangkitan peran serta
masyarakat melalui penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat. Proses yang
dilaksanakan pada dasarnya adalah bagaimana memfasilitasi masyarakat menjalani proses
pembelajaran melalui siklus pemecahan masalah yang terorganisasi dengan tahapan-
tahapan.
Diantaranya mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, sumber daya untuk mengatasi
masalah, diagnosis masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, memantau dan
mengevaluasi kegiatan, analisis hambatan dan mengatasi hambatan serta membina
kelestarian upaya positif yang telah dilakukan.
Ada pun beberapa indikator Desa Siaga meliputi forum masyarakat desa, ada sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan, ada sistem pengamatan penyakit dan
faktor risiko berbasis masyarakat, sistem kesiapsiagaan penanggulangan kegawat daruratan
dan bencna berbasis masyarakat. Selain itu, upaya mewujudkan lingkungan sehat dan upaya
menciptakan dan terwujudnya Keluarga Sadar Gizi.
2. Dasar Hukum Desa Siaga
PP No. 7 tahun 2005 (RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)). Pembangunan
Sumberdaya Kesehatan yang merupakan bagian dari Pembangunan Kesehatan (SDK),
tercantum dalam Bab 28. Sasaran yang dicapai Pembangunan Kesehatan adalah :
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.
2. Menurunnya angka kematian bayi 45 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup.
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8 % menjadi 20 %.
1
3. Tujuan desa siaga
a. Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah
– masalah kesehatan ( bencana dan kegawatdaruratan kesehatan di desanya)
b. Tujuan Khusus :
a) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan.
c) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit
d) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa
4. Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat. Termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para
pejabat terkait, LSM, swasta, para donator, dan pemangku kepentingan lainnya.
2
5. Kriteria desa siaga
Desa siaga dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan sarana seperti pos kesehatan
desa (poskesdes), pos pelayanan terpadu (posyandu), pos kesahatan pesantren (poskestren),
dan pos kesehatan kerja.
Kriteria desa siaga setidaknya harus memilki satu pos kesehatan desa. poskesdes
merupaka suatu upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat yang melaksanakan
kegiatan minimal :
1. Pengamatan epidemiologi penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa serta factor-faktor resikonya.
2. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
serta kekurangan gizi.
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetisinya.
5. Begitu juga dengan kegiatan lainnya seperti promosi kesehatan tentang kadar gizi dan
perilaku hidup sehat, penyehatan lingkungan dan program pengembangan kesehatan
lainnya.
Sumberdaya pos kesehatan desa
Poskesdes minimal memiliki satu orang bidan dan dua orang kader serta memilki
sarana bangunan fisik, perlengkapan, peralatan, dan sarana komunikasi pada
masyarakat desa serta komunikasi pada puskesmas stempat.
Jika dalam suatu desa tidak mampu menyediakan sarana fisik untuk berdirinya
pos kesehatan desa maka beberapa usaha alternatip yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Polindes yang dikembangkan menjadi poskesdes
2. Memanfaatkan bangunan lain yang sudah ada
3. Atau membangun bangunan baru dengan alternatip dana yang berasal dari
pemerintah, donator, dunia usaha, maupun dari swadaya masyarakat setempat.
3
6. Tahapan Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi desa siaga maka desa tersebut harus memiliki forum
desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana atau akses pelayanan kesehatan
dasar. Dalam pengembangannya desa siaga akan meningkat menjadi 4 Kriteria Desa Siaga
yaitu :
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada
forum/lembaga kemasyarakatan desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja,
misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dsb.
Demikian Posyandu dan Polindesnya mingkin masih pada tahap pertama. Pembinaan
intensif dari petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlikan, misalnya
dalam bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan
kinerja forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif menjadi anggota forum untuk
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu, demikian
juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari
tim kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk
pengembangan kualitas Posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting
lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas PONED sehingga semua
hamil bersalin nifas serta bayi yang baru lahir yang resiko tinggi dan mengalami
4
komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu system surveilans berbasis
masyarakat juga sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati
penyakit (menular dan tidak menular) serta faktor resiko di lingkungannya secara
terus menerus dan melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan /
yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu
mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis
masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian
luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan system pembiayaan
kesehatan berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh
masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,
masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem yang sederhana dan jelas
dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin. Pembinaan masih diperlukan
meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan
sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah
kesehatan yang mengancam, namun juga terhadap kemungkinan musibah / bencana
non kesehatan. Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
7. Langkah-langkah dalam Pendekatan Pengembangann Desa Siaga
5
Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu, memfasilitasi, dan
mendampingi masyarakat unuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral
pemecahan masalah yang terorganisasinyang dilakukan oleh forum masyarakat desa
(pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah,
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah,
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan kemudian
melaksanakannya, serta
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar
langkah-langkah pokok yang perlu ditempuuh adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah memepersiapkan para petugas kesehatan
yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang
bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output
dari langkah ini adalah para petugas yang memeahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
6
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat (forum masyarakat desa) agar mereka mengetahui dan mau
bekerjasama dalm satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini
termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana
atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan
lancar. Adapun pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat yang bertujuan agar
mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan
yang diharapkan dapart berupaa dukunggan moral, dukungan financial atau dukungan
material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-0wadah
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan kesehatan seperti forum Kesehatan Desa,
konsil Kesehtana Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga
Kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam
setiap pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self
Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah
mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakt
setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka
menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta membangkitkan
7
niat ataau tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalh-maslah kesehatan serta
daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalaah mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes
dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk menyusun
rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan
musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung
pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh-tokoh perempuan, dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin
dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa
Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi). Data serta temuan lain yang
diperoleh pada saat SMD disampaikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan,
data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan
untuk penentuan prioritas, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan
Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pemmbentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut :
8
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus
para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah
ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman
orientasi/pelatihaan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan
yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga, yaitu
meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan
Poskesdes, pemmbangunan dan pengelolaan UKBM lain serta hal-hal penting
terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap Antar Jaga, Keluarga Sadar
Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan
air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman, kegawat-daruratan sehari-hari,
kesiapsiagaan bencana, kejadian luar biasa (KLB), Pos Obat Desa (POD),
diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui
Tanaman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), dan lain-lain.
c. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang
sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan
9
dalam rencana kerja alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian
diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan pembangunan baru
dengan fasilitas dari Pemerintah, pembangunan baru dengan bantuan dari donator,
pembangunan baru dengan swadaya masyrakat atau modifikasi bangunan lain
yang ada.
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah ditetapkan
sebagai Desa Siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan system
surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan
penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, penngalangan dana,
pemberdayaan masyarakat menuju kadar gizi dan PHBS serta penyehatan
lingkungan. Di Poskesdes diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain
seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan desa siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa
Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
e. Pembinaan dan Peningkatan
Untuk memajukan desa siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan
berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan
melalui temu jejaring UKBM secara internal di desa sendiri dan atau temu jejaring antar
desa siaga. Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat
menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah
10
yang dihadapi bersama. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan
upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak di drop out. Kader-kader
yang memiliki motivasi untuk memuaskan kebutuhan sosial-psikologisnya, harus diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-
kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk
memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/insentif atau fasilitas
agar dapat berwirausaha. Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga, perlu dilakukan
pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu
dicatat oleh kader, misalnya dalam buku Register UKBM (contohnya Sistem Informasi
Posyandu).
Peran rumah sakit
1. Menyelengarakan pelayanan kesehatan rujukan, termasuk pelayanan obstetric dan
nonatal emergenci komprenhensip (ponek)
2. Melaksanakan bimbingan teknis khususnya dalam rangka kesiapsiagaan dan
pengangulangan bencana dan kedaruratan kesehatan
3. Menyelengarakan promkes di rumah sakit dalam rangka kesiapsiagaan dan
kedaruratan kesehatan
Peran dinas kesehatan kabupaten atau kota
1. Mengembangkan komitmen dan kerja sama tingkat kabupaten atau kota
2. Merevitalisasi puskesmas dan jaringannya, khususnya dalam rangka PONED dan
pemberdayaan masyarakat
3. Merevitalisasi rumah sakit, khususnya dalam rangka PONEK
4. Merekrut atau menyediakan calaon-calon fasilitator untuk dilatih untuk menjadi
fasilitator pengembangan desa siaga (dari NAKES / LSM / PKK / PRAMUKA /
orang profesi dan lain-lain)
5. Menyelenggarakan pelatihan bagi NAKES dan kader
6. Melakukan advokasi keberbagai pihak ditingkat kabupaten atau kota dalam rangka
pengembangan desa siaga
11
7. Bersama puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi, dan bimbin gan teknis
terhadap desa siaga
8. Menyediakan anggaran dan sumberdaya lain bagi pengembangan dan pelestarian
seda siaga
Peran dinas kesehatan provinsi
Mengembangkan komitmen dan kerja sama tingkat provinsi
1. Memantu dinas kesehatan kabupaten atau kota untuk mengembangakan kemampuan
melalui pelatihan-pelatihan menajemen, petihan teknis dan cara-cara lain.
2. Membantu dinas kesehatan kabupaten atau kota mengembangkan kemampuan
puskesmas dan rumah sakit dibidang konseling, kunjungn rumah, pengorganisasian
masyarakat, dan promosi kesehatan
3. Menyelenggarakan pelatihan fasilitator pengembangan desa siaga dengan motode
kalakarya
4. Melakukan advokasi keberbagi pihak tingkat provinsi
5. Bersama dinas kesehatan kabupaten atau kota melakukan pemantauan, evaluasi, dan
bimbingan teknis terhadap desaa siaga
6. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga
Peran departemen kesehatan
1. Menyusun konsep, pedoman, dan petunjuk teknis dalam rangka pengembangan desa
siaga
2. Memfasilitasi revitalisasi dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit, posyandu, dan
UKBM_UKBM lainnya
3. Memfasilitasi pembangunan poskesdes dan pengembangan desa siaga
4. Memfasilitasi pengembangan system survailens, system informasi atau pelaporan,
system kesiapsiagaan, dan penaggulangan bencana serta kegawatdaruratan kesehatan
berbasis masyarakat
5. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan didesa
6. Membuat modu-modul pelatihan
12
7. Menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih
8. Menyediakan dana dan dukungan dan sumberdaya lain
9. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi
Peran pejabat-pejabat PEMDA
1. Memmberikan dukungan kebijakan, sarana, dan dana untuk pengembangan desa siaga
2. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
PUSKESDES/PUSKESMAS/PUSTU dan berbagai UKBM yang ada (POSYANDU,
DLL)
3. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan desa siaga dan UKBM yang ada.
4. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan-kegiatan desa siaga secara
teratur dan lestari.
Peran tokoh-tokoh masyarakat
1. Menggali sumber daya untuk kelangsungan desa siaga
2. Menaungi dan membina kegiatan-kegiatan desa siaga
3. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan desa siaga
Peran Tim Penggerak PKK
1. Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKBM di desa siaga
(POSYANDU, DLL)
2. Menggerakan kader untuk mengelola dan menyelenggarakan UKBM yang ada
3. Menggerakan masyarakat untuk memanfaatkan UKBM yang ada
4. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka meciptakan kadar gizi san
PHBS
Peran Masyarakat/LSM/Dunia Usaha
1. Memberikan dukungan dana dan sarana untuk pengembangan dan penyelenggaraan
desa siaga
13
2. Berperan aktif dalam penyelenggaraan desa siaga
Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga
a. Indikator masukan (input) :
1. Ada/tidaknya forum masyarakat desa
2. Ada/tidaknya PUSKESDES dan sarananya
3. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
4. Ada/tidaknya UKBM lain
b. Indikator proses(process) :
1. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
2. Berfungsi atau tidaknya PUSKESDES
3. Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
4. Berfungsi/tidaknya sistem kesiasiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana
5. Berfungsi/tidaknya sistem suveilans (pengamatan dan pelaporan)
6. Ada/tidaknya kunjungan rumah kadarzi dah PHBS(oleh Nakes dan atau Kader)
c. Indikator Keluaran (Output) :
1. Cakupan pelayanan kesehatan PUSKESDES
Cakupan pelayanan UKBM-UKBM yang ada
2. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan
atau di atasi
3. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kaderzi dan PHBS
d. Indikator dampak (Outcome) :
1. Jumlah yang menderita sakit(kesakitan kasar)
2. Jumlah yang menderita gangguan jiwa
3. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
4. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
5. Jumlah balita dan gizi buruk
14
Koordinator Pengembangan Desa Siaga
1. Bidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan
2. Bidang Pengembangan PUSKESDES adalah Direktorat Kesehatan Komuitas, Ditjen
BINKESMAS
3. Bidang Surveilans berbasis masyarakat adalah Direktorat Surveilans dan Epmika,
Ditjen YANMEDIK
4. Bidang pengembangan Kesehatan Lingkungan adalah Direktorat Penyehatan
Lingkungan, Ditjen, P2PL
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga dan Petunjuk Teknis-Teknisnya
Pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga adalah :
1. Petunjuk teknis dan pemberdayaan masyarakat
2. Petunjuk teknis PUSKESDES
3. Petunjuk teknis surveilans di desa
4. Petunjuk teknis kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan di desa
5. Petunjuk teknis penyehatan lingkungan desa
Kegiatan yang dilaksanakan
1. Pemetaan desa dengan POLINDES aktif ( Terdapat tenaga bidannya)
2. Pelatihan Utama (Utamanya Safe community)
3. Pelatihan Kader (minimal 2 per PUSKESDES)
4. Pengadaan Peralatan tambahan
5. Penyediaan biaya operasional PUSKESDES Rp.100.000/PUSKESDES/bulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa siaga
Ada 5 kunci keberhasilan yang mempengaruhi berhasil tidaknya program Desa Siaga
yang patut dipahami yaitu :
15
1) Pentingnya sebuah paradigma pembangunan kesehatan yang menjadi landasan
berpikir dalam bertindak. Pentingnya sebuah paradigma dalam proses pembangunan
kesehatan, dikemukakan oleh AL Slamet Riyadi (1984) dalam bukunya “Sistem
Kesehatan Nasional; Dalam Tinjauan Ilmu Kesehatan Masyarakat“ menyebutkan
‘sebuah sistem dalam proses pembangunan, tidak akan berjalan mulus apabila tidak
ada pendekatan filosofis atau paradigma yang memayunginya’. Sementara Thomas
Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolutions”, menyatakan bahwa
hampir pada setiap terobosan baru perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk
memecahkan atau merubah kebiasaan dan cara berpikir lama. Dengan kata lain ‘suatu
sistem tanpa paradigma ibaratnya, setumpuk kertas tanpa makna’. Sejatinya
pemerintah telah mengenalkan paradigma baru dalam pembangunan kesehatan yaitu
Paradigma Sehat (Kompas,16/9/98). Dengan Paradigma Sehat, menunjukanupaya
pemerintah melakukan reorientasi pembangunan kesehatan. Penanganan kesehatan
penduduk dititikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa (shaping the health
nations) dan bukan sekedar penyembuhan penyakit, namun termasuk pencegahan
penyakit, perlindungan keselamatan, dan promosi kesehatan. Hal itu menyadarkan
kepada kita bahwa membina kesehatan bangsa atau menciptakan bangsa yang sehat,
cerdas, trampil, tidak bisa dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan saja. Namun
hingga saat ini, agaknya perubahan paradigma (paradigm shift) tersebut masih belum
dipahami semua pihak, bahkan dari kalangan kesehatan sendiri juga masih belum satu
suara. Salah satu penyebabnya karena masih kuatnya dominasi kelompok status quo,
yang sulit melakukan perubahan dalam pembangunan kesehatan. Berbagai program
kesehatan yang dikeluarkan masih saja dengan pendekatan medis kuratif yang bersifat
reaktif dan berorientasi jangka pendek.
2) Saat ini jamannya otonomi daerah, dimana daerah (kabupaten/kota) memegang
kewenangan penuh terhadap bidang kesehatan. Sehingga dukungan dan peran
pemerintah daerah (eksekutif dan DPRD) sangat dominan terhadap jalan tidaknya
sebuah program kesehatan masyarakat, termasuk Desa Siaga. Ironisnya, saat ini justru
semakin banyak persoalan kesehatan yang muncul di berbagai daerah, mulai busung
lapar, merebaknya penyakit infeksi seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, TBC
16
dll. Disinyalir salah satu penyebabnya adalah kekurang pedulianpemkot/kab terhadap
program kesehatan yang ada, mereka sibuk menyusun anggaran untuk kepentingannya
sendiri.
3) Berjalannya program Desa Siaga, juga ditentukan oleh pelaksanaan puskesmas dan
posyandu yang lebih dulu ada. Saat ini, pemerintah mengkampanyekan ‘revitalisasi
puskesmas’ dan ‘revitalisasi posyandu’. Ironisnya, revitalisasi puskesmas dan
posyandu hanya diartikan dengan pemenuhan fasilitas sarana. Padahal bila merujuk
dari fungsi dan peran puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan di kecamatan, menumbuhkan pemberdayaan masyarakat dan keluarga di
bidang kesehatan masyarakat. Maka sudah seharusnya revitalisasi diarahkan pada
bagaimana agar peran dan fungsi tersebut berjalan optimal. Tidak seperti yang
terjadi saat ini, puskesmas justru dijadikan Pusat ‘Kesakitan’ Masyarakat, dengan
menitikberatkan pada fungsi pengobatan. Keberadaan “Desa Siaga” hanya akan
mengulang cerita masa lalu, bila hanya diorientasikan dengan pemenuhan
medis/kuratif saja.
4) Keterlibatan aktif dari para stakeholder dan masyarakat secara luas.; Selama ini, kita
terbiasa dengan keterlibatan masyarakat secara semu yang lebih
berkonotasi ‘kepatuhan’ daripada ‘partisipasi spontan’. Sering kita temui elemen
masyarakat yang aktif adalah yang terikat dengan organisasi formal dan semi formal
yang bersifat hirarkis. Akibatnya, kader yang aktif di dominasi oleh para kelompok elit
yang mempunyai relasi jabatan dalam organisasi di kampung. Para ibu RT beserta
perangkatnya banyak bertindak sebagai kader. Kedepan partisipasi masyarakat
tidaklah harus orang yang terlibat dalam lingkaran perangkat desa/kampong (petinggi).
Seluruh warga perlu diberi akses yang luas dan sama untuk berperan dalam kegiatan
posyandu. Selama mereka mempunyai komitmen untuk aktif dalam Desa Siaga, harus
diberi kesempatan.
5) Satu hal yang terpenting juga adalah peran Departemen Kesehatan dan Dinas
Kesehatan yang perlu direvitalisasi. Saat ini, keberadaan Depkes dan Dinas
Kesehatan masuk dalam koordinasi bidang kesejahteraan rakyat (Kesra). Implikasinya
sangat besar, keberadaan Depkes/Dinkes hanya dibutuhkan pada saat pembicaraan
17
tentang wabah, bencana, dan segala hal yang terkait dengan ‘pengobatan dan
pemulihan saja.
Pengembangan desa siaga di Indonesia
Menurut rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyerukan
dikembangkan Desa Siaga di seluruh Wilayah Indonesia pada Desember 2006 di Kab.
Lumajang Jawa Timur menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-
42. Dipilihnya Kab. Lumajang sebagai tempat diselenggarakan puncak peringatan HKN,
karena Lumajang telah berhasil mempelopori berkembangnya Desa Siaga melalui
Gerakan Mambangun Masyarakat Desa (Gerbangmas). Demikian Menteri Kesehatan Dr.
Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada apel bendera memperingati HKN ke-42 tanggal 13
November 2006 di halaman upacara Depkes Jakarta yang diikuti pejabat dan karyawan
Depkes RI.
Menkes menambahkan, pada saat itu juga akan diresmikan terbentuknya Regionalisasi
Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di 9 provinsi yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimanten
Selatan, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pembentukan pusat-pusat bantuan ini
akan sangat mendukung pengembangan Desa Siaga, karena mereka akan dapat berperan
sebagai rujukan dan bantuan bagi masyarakat desa.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi
desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes),
Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain.
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes
memiliki kegiatan :
18
1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular
yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya
termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB serta factor resikonya termasuk kurang gizi.
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
4. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
5. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau
revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan
kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga
kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang
kader.
Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan
peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif
yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan
bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta
membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),
donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
Gerbangmas merupakan inovasi dan kreativitas pengembangan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) oleh Kader-kader PKK setelah Tim Penggerak PKK Kab.
Lumajang memperoleh penghargaan Menteri Kesehatan pada tahun 2004.
19
Pengembangan Posyandu yang bermula pada kesehatan, kemudian diperluas ke
berbagai aspek kehidupan dengan mengajak sektor terkait dan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha masuk kedalam Gerbangmas. Sehingga terjadilah percepatan
pembangunan sarana masyarakat seperti air bersih, jamban keluarga, dan lain-lain
dengan fasilitasi berbagai sektor, maka muncullah koperasi jamban, dan usaha
produktifi lainnya sehingga menaikkan status ekonomi masyarakat desa.
Konsep Gerbangmas telah mengantarkan pengembangan desa-desa yang semula
bernuansa kesehatan sekarang menjadi desa-desa sejahtera dengan membangun
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Menurut Menkes, pada peringatan HKN ke-42, diupayakan pula untuk
mempercepat gerakan pembangunan masyarakat desa melalui penggerakan para santri
di pondok-pondok pesantren guna membangun Pensatren Sehat yang dimotori oleh
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dan Musholla Sehat. Presiden RI telah
memberikan dana stimulan kepada 200 Pondok Pesantren di Jawa Timur untuk
pembangunan Poskestren. Sedangkan Menteri Kesehatan telah mendorong gerakan
pembangunan masyarakat dengan memberikan stimulan untuk sejumlah Musholla di
Jawa Timur sehingga menjadi musholla sehat. Pemberian stimulan untuk Poskestren
dan Musholla sehat ini akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan
diperluas ke provinsi-provinsi lain.
20