pengertian dan sejarah perkembangan pertanian€¦ · pertanian; kegiatan belajar 2 menjelaskan...

43
Modul 1 Pertanian dan Lingkungannya Dr. Ir. Adiwirman, M.S. odul ini akan membantu Anda untuk memahami materi tentang Pertanian dan Lingkungannya. Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat menjelaskan dengan baik tentang hal tersebut. Untuk dapat memahami materi modul ini dengan baik dan mencapai kompetensi yang diharapkan, Anda dapat melakukan strategi belajar berikut ini: 1. Bacalah materi modul ini dengan seksama sehingga Anda memahaminya. 2. Jawablah pertanyaan yang ada di latihan, kemudian cek kembali kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam Kegiatan Belajarnya. 3. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu jawaban untuk menilai tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang ada di Kegiatan Belajar. 4. Apabila jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan di tes formatif belum memadai, maka Anda diharapkan mempelajari lagi materi yang ada di Kegiatan Belajarnya. Lalu Anda ulangi lagi prosedur 2 dan 3 hingga jawaban yang Anda buat sudah mencapai tingkat yang diinginkan. 5. Jika jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan tes formatif sudah memadai, maka Anda dapat meneruskan ke modul berikutnya. Selamat Belajar M PENDAHULUAN

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Modul 1

    Pertanian dan Lingkungannya

    Dr. Ir. Adiwirman, M.S.

    odul ini akan membantu Anda untuk memahami materi tentang

    Pertanian dan Lingkungannya. Setelah mempelajari modul ini Anda

    diharapkan dapat menjelaskan dengan baik tentang hal tersebut. Untuk dapat

    memahami materi modul ini dengan baik dan mencapai kompetensi yang

    diharapkan, Anda dapat melakukan strategi belajar berikut ini:

    1. Bacalah materi modul ini dengan seksama sehingga Anda

    memahaminya.

    2. Jawablah pertanyaan yang ada di latihan, kemudian cek kembali

    kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam Kegiatan

    Belajarnya.

    3. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu

    jawaban untuk menilai tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang

    ada di Kegiatan Belajar.

    4. Apabila jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan di tes

    formatif belum memadai, maka Anda diharapkan mempelajari lagi

    materi yang ada di Kegiatan Belajarnya. Lalu Anda ulangi lagi prosedur

    2 dan 3 hingga jawaban yang Anda buat sudah mencapai tingkat yang

    diinginkan.

    5. Jika jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan tes formatif

    sudah memadai, maka Anda dapat meneruskan ke modul berikutnya.

    Selamat Belajar

    M

    PENDAHULUAN

  • 1.2 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Kegiatan Belajar 1

    Pertanian dan Sejarah Perkembangannya

    ertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

    dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku

    industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

    Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian

    dikenal sebagai kegiatan budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop

    cultivation atau agronomy) atau pembesaran hewan ternak (raising).

    Cakupannya dapat berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam

    pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar

    eksplorasi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

    A. PENGERTIAN PERTANIAN

    Pertanian dalam pengertian yang lebih luas mencakup semua kegiatan

    yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan,

    dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian

    dapat diartikan sebagai kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama

    tanaman yang bersifat semusim.

    Disamping pengertian di atas, beberapa ahli turut mendefinisikan

    pertanian/agriculture seperti berikut ini:

    1. Menurut Mosher (1966), pertanian diartikan sebagai suatu bentuk

    produksi yang khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman

    dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan

    hewan dalam suatu usaha tani. Dalam hal ini kegiatan produksi

    merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan pendapatan sangat penting

    artinya.

    2. Menurut Aarsten (1953), agriculture diartikan sebagai kegiatan manusia

    untuk memeroleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

    yang dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala

    kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan

    tumbuhan atau hewan tersebut.

    P

  • LUHT4219/MODUL 1 1.3

    3. Menurut Winangun (1990), pertanian diartikan sebagai pemenuhan

    kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

    lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara.

    4. Menurut Spedding (1975), pertanian dalam pandangan modern

    merupakan kegiatan manusia untuk manusia yang dilaksanakan untuk

    memeroleh hasil yang menguntungkan, meliputi kegiatan ekonomi dan

    pengelolaan di samping biologi.

    5. Menurut World Bank(2003), pertanian merupakan pemakai air terbanyak

    yang mempunyai andil pada terjadinya kelangkaan air. Pertanian

    dianggap sebagai salah satu pelaku utama dalam pengurasan air tanah,

    polusi agrokimia, keletihan tanah, dan perubahan iklim global, serta

    penyumbang hingga 30% dari emisi gas rumah kaca.

    6. Menurut Salikin (2003), pertanian diartikan sebagai bagian dari

    agroekosistem yang tidak terpisahkan dengan subsistem kesehatan,

    lingkungan alam, manusia dan budaya. Keempat hal ini saling terkait

    dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama.

    7. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertanian diartikan sebagai

    perihal bertani (mengusahakan tanah dengan tanam-menanam)

    dan segala yang berkaitan dengan tanam-menanam (pengusahaan tanah

    dan sebagainya).

    Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa untuk dapat disebut sebagai

    pertanian, perlu dipenuhi beberapa persyaratan:

    1. Ada alam beserta isinya. Ada tanah sebagai tempat kegiatan. Tumbuhan

    dan hewan sebagai objek kegiatan.

    2. Ada kegiatan manusia dalam menyempurnakan segala sesuatu yang telah

    diberikan oleh alam atau Yang Maha Kuasa untuk kepentingan/

    kelangsungan hidup manusia melalui dua golongan yaitu

    tumbuhan/tanaman dan hewan/ternak ikan.

    3. Ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis yang

    lebih besar daripada sebelum ada kegiatan manusia.

    4. Pertanian dikaji dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari

    ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Pertanian selalu terikat

    dengan ruang dan waktu. Ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah,

    Meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga

    dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) merupakan bagian inti

    dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan

  • 1.4 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang

    menyelenggarakan usaha tani. Sebagai contoh "petani tembakau" atau

    "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus

    disebut sebagai peternak.

    Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu.

    Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan

    diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan

    menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata

    kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan

    memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non vertebrata

    air).

    Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek secara bersama-

    sama dengan alasan untuk efisiensi dan peningkatan keuntungan.

    Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek

    konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian penting dalam usaha

    pertanian.

    Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga

    memerlukan dasar-dasar pengetahuan tentang pengelolaan tempat usaha,

    pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi

    produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila

    seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi

    untuk mencapai keuntungan maksimal, maka ia melakukan pertanian intensif

    (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal

    sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha

    pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Oleh

    karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, sehingga

    keduanya sering kali disamakan.

    Pertanian industrial yang memperhatikan lingkungan adalah pertanian

    berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan memiliki

    beberapa variasi seperti pertanian organik atau permakultur. Pertanian ini

    memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan dan lingkungan serta

    pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.

    Pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah

    dibanding pertanian industrial.

    Pertanian modern masa kini menerapkan sebagian komponen dari kedua

    kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain kedua jenis

    pertanian tersebut diatas, dikenal pula bentuk pertanian lain, yakni pertanian

  • LUHT4219/MODUL 1 1.5

    ekstensif (pertanian dengan masukan rendah). Dalam bentuk yang paling

    ekstrem dan tradisional, akan berbentuk pertanian subsisten. Pertanian ini

    dilakukan tanpa motif bisnis, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri

    atau komunitasnya.

    Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting, yakni: selalu

    melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi yang memiliki

    risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian

    melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan

    memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam

    proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga,

    hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini. Tetapi sebagian besar usaha

    pertanian dunia masih seperti itu.

    Sejarah pertanian merupakan bagian dari sejarah kebudayaan manusia.

    Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga

    ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok

    orang untuk menetap dan hal ini mendorong munculnya peradaban.

    Selanjutnya terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan

    alat-alat pendukung kehidupan, dan kesenian. Kebudayaan masyarakat

    yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan

    agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa

    revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri.

    Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan

    pertama yang dialami manusia.

    B. SEJARAH AWAL PERTANIAN

    Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa pertanian dimulai dari sebelum

    8000 SM yakni saat nenek moyang kita hanya mengumpulkan bahan

    makanan dan berburu hewan jinak di hutan. Pada zaman dahulu, hal seperti

    ini ada dan dikenal dengan istilah nomaden artinya pengembara atau orang

    yang hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk

    mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk mendapatkan bahan pangan.

    Selanjutnya mulai mengalami perubahan menuju semi-nomaden atau

    setengah pengembara. Kebutuhan makan dipenuhi dengan bercocok tanam

    dan juga berternak, hanya kadang-kadang melakukan pengembaraan untuk

    kelangsungan pasokan pangannya. Pada zaman dahulu, masyarakat seperti ini

    hidup dalam kelompok-kelompok kecil dengan seorang yang dituakan atau

  • 1.6 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    seorang kepala suku yang memimpin kelompok ini dan mengatur segala

    sesuatunya. Masa semi nomaden ini berlangsung hingga 5000 SM. Keadaan

    ini terus berlangsung dari generasi ke generasi dengan kegiatan pertanian

    yang terus berkembang sejalan dengan kemampuan masyarakat dalam

    ber-adaptasi dengan lingkungan alam sekitar dan memanfaatkan semua

    sumber daya yang ada di sekelilingnya. Tentu saja, kondisi ini berbeda versi

    sejarahnya di tiap belahan dunia karena dipengaruhi oleh kondisi geografis,

    topografis, dan iklim setempat serta kemampuan beradaptasi dari masyarakat

    atau suku setempat terhadap alam sekitarnya.

    Pertanian mengalami perkembangan alami atas dasar kebutuhan.

    Sebelum pertanian, masyarakat melakukan kegiatan berburu untuk memenuhi

    kebutuhan makanan. Masyarakat Asia Tenggara telah melakukan berbagai

    kegiatan domestikasi baik berupa hewan maupun tanaman seperti

    memelihara anjing dan babi pada beribu-ribu tahun yang lalu. Makanan

    berkaitan dengan status sosial. Orang yang memiliki makanan berlebih

    dianggap sebagai orang kaya. Orang-orang kaya seperti ini biasanya bekerja

    bertahun-tahun mengumpulkan makanan atau kekayaan yang dibutuhkan

    untuk mengadakan pesta. Kebaikan orang-orang kaya itu akan diingat oleh

    masyarakat menjadi semacam tabungan budi untuk masa yang akan datang.

    Kebiasaan ini tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara, bahkan sampai ke

    Papua. Masyarakat dengan ciri seperti ini dikenal sebagai masyarakat agraris.

    Seiring waktu, jumlah penduduk makin meningkat hingga mencapai titik

    yang membutuhkan intensifikasi pertanian. Lalu masyarakat mulai

    melakukan teknik bercocok tanam, seperti menanam ubi jalar di Papua atau

    menanam padi di wilayah Indonesia lainnya. Menurut para ahli prasejarah,

    teknik bercocok tanam padi sawah didapatkan masyarakat Asia Tenggara

    dari Tiongkok, khususnya lembah Sungai Yangtse dan Yunnan.

    Kegiatan menanam ubi di Papua, dimulai dengan menempatkan umbi di

    lahan yang telah dipersiapkan, menyiangi gulmanya, menunggunya hingga

    berkembang, dan kemudian memanen hasilnya. Urutan kegiatan ini ternyata

    juga masih dilakukan oleh kaum wanita di berbagai masyarakat tradisional di

    Asia Tenggara; sedangkan kaum pria mengerjakan tugas-tugas yang lebih

    berat seperti mempersiapkan lahan atau memagarinya untuk menghidari

    kerusakan karena hama babi.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.7

    C. SEJARAH SINGKAT PERTANIAN DUNIA

    Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia.

    Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga

    ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok

    orang untuk menetap. Hal ini mendorong kemunculan peradaban. Bersamaan

    dengan hal ini, juga terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan,

    pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan kesenian akibat

    pengadopsian teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung

    pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.

    Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa re-

    volusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri.

    Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan

    pertama yang dialami manusia.

    Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap

    bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang

    berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai

    masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara) yang telah mampu

    melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun mereka masih

    tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di

    Amerika Utara dan Eropa, traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu

    orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.

    Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan,

    merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno.

    Perekonomian kota yang pertama berkembang saat itu berlandaskan pada

    teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan juru

    tulis.

    Penciptaan surplus sosial menyebabkan terbentuk lembaga ekonomi

    berdasar peperangan dan perbudakan. Pengadministrasian pada surplus yang

    harus disimpan menimbulkan kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan

    masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan penciptaan tulisan-tulisan

    yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan

    selama beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda.

    Pengaruhnya hingga ke Siria dan Mesir, mungkin juga ke India dan Cina.

    Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang

    masih penting untuk persediaan pangan dunia seperti gandum dan barlai,

    kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia –

  • 1.8 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea – mengembangkan pertanian yang

    bertambah komplek dan terintegrasi. Hal ini ditunjukkan oleh adanya

    reruntuhan berupa sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang

    beririgasi. Empat ribu tahun yang lalu, saluran irigasi dari bata dengan

    sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami

    untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900

    tanaman.

    Pengetahuan tentang pertanian kuno di berbagai belahan dunia, tidak

    lebih banyak dibanding di Mesir, walaupun lembah Nil telah mendukung

    manusia sekurang-kurangnya selama 20.000 tahun. Hal ini diduga akibat

    perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang

    terjadi di wilayah Mediteran.

    Kebudayaan Mesir mengalami kejayaan dan hal ini ternyata berpengaruh

    pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang. Kejayaaan kebudayaan Mesir

    menyebabkan Mesir makmur dalam keberlimpahan hasil pertanian. Hal ini

    terjadi akibat Mesir kebanjiran Sungai Nil yang dapat menyuburkan

    tanahnya. Orang Mesir ahli dalam mengembangkan teknik drainase dan

    irigasi. Drainase yang merupakan pembuangan kelebihan air, menjadi

    tuntutan di daerah seperti lembah Nil. Hal ini menuntut dikembangkannya

    lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air

    yang efisien. Irigasi yang merupakan pemberian air pada tanaman secara

    buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air. Masalah

    drainase dan irigasi saling menjalin yang dilakukan orang Mesir dengan

    membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani

    kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air,

    yang masih dipakai sampai sekarang. Penemuan utamanya adalah shaduf

    yang memungkinkan para pria mampu menaikkan 2.250 liter air setinggi

    1,8 m tiap hari.

    Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul.

    Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip yang digunakan

    dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang

    ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah.

    Bajak masih banyak digunakan hingga kini di banyak bagian dunia.

    Kemudian bajak diperbaiki dengan penempelan besi di bagian yang

    bersinggungan dengan tanah dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien.

    Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong pada waktu panen,

    salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.9

    Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan

    dengan seni memasak, industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur

    dan penyimpanan pangan. Cara-cara penyimpanan pangan dilakukan melalui

    fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian garam.

    Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan

    industri lain. Papirus diolah menjadi kertas, jarak menjadi minyak, dan pinus

    menjadi malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-jamuan, koleksi tanaman

    obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian dan kosmetik.

    Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun, penuh dengan tanaman-

    tanaman hias eksotik dan kolam-kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun

    ditanam buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima. Kebun sayur

    ditanam ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang bombay, selada,

    menta, endewi, cikori, lobak, dan berbagai labu.

    Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut

    Phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke

    Kepulauan Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah

    kemahiran praktik, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda

    memberi pengaruh besar pada kemajuan teknologi di masa datang. Ilmu

    Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan terkenal,

    History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles

    mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak

    Ilmu Botani. Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam

    seperti morfologi, klasifikasi, pembiakan dengan biji dan secara vegetatif,

    geografi tumbuhan, kehutanan, horikultura, farmakologi, hama dan bau serta

    rasa tanaman. Saat itu, ada sekitar 500 tanaman liar dan tanaman pertanian.

    Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil,

    membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan

    damar (resins) dan ter. Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina

    dengan bunga-bunga dari pohon jantan yang tidak berbuah. Hal ini

    merupakan pengetahuan kelamin pada tanaman, sesuatu yang lama

    menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.

    Cendekiawan Yunani ternyata tidak mampu bertahan secara politik.

    Persaingan dan peperangan antar kota membawa ke kejatuhan oleh tentara

    Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan Yunani sebagai akibat peningkatan

    populasi dan kemerosotan sumberdaya alam baik oleh peperangan maupun

    oleh kebusukan dari dalam. Hal ini memperlihatkan bahwa dasar pertanian

    Yunani tidak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.

  • 1.10 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kebudayaan

    kekaisaran Romawi, dibangun berdasarkan sumberdaya alam yang kokoh.

    Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek

    praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian penting dari ekonomi dan

    urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari Romawi

    adalah pajak tanah. Perundang-undangan yang paling penting berurusan

    dengan rencana agraria dan kekayaan besar diinvestasikan pada lahan

    pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian

    yang sehat dan berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan bangsa lain, mereka

    membangun suatu kebudayaan yang asalnya Yunani, tetapi pelaksanaannya

    secara Romawi.

    Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi

    mereka betul-betul memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan

    yang bertahan lama adalah jalan-jalan dan jalan air. Orang-orang Romawi

    berpikiran modern, beradab dan berpusat kekota, tetapi bisnis dan

    kecenderunganannya terikat pada tanah.

    Praktik pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai

    pertanian yang pertama adalah De agricultura karangan Marcus Porceus

    Cato (234 – 149 SM) yang menulis aspek-aspek praktis dari pengelolaan

    tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan. Asal-usul filosofi desa

    ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk yang

    terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus

    Terentius Varro (116 – 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan

    ketergantungan negeri sekemakmuran pada pertanian yang sehat. Tulisan-

    tulisan lain adalah Georgica karangan Vergilius (70 – 19 SM) dan banyak

    lagi yang lainnya. Historia naturalis karangan Plinius (23 – 79 M) memuat

    kumpulan ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Berdasarkan tulisan-

    tulisan ini, pertanian Romawi dapat dipelajari.

    Dalam tulisan-tulisan pertanian, dicatat ada penyambungan tanaman

    (grafting dan budding), penggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran,

    rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk kandang, pengembalian kesuburan

    tanah, bahkan penyimpanan dingin untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu

    “specularium”, rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada musim

    dingin. Di Romawi, kebun tanaman hias mulai dikembangkan sampai tingkat

    tinggi.

    Pada masa awal sejarah Romawi, lembaga pertanian yang pokok adalah

    masyarakat desa. Milik perorangan hanya berkisar dari satu hingga empat

  • LUHT4219/MODUL 1 1.11

    acre dan dikelola secara intensif. Setelah Romawi berkembang wilayahnya

    dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari menang perang, muncul unit

    produksi yang lebih tinggi yang didapat dari tanah-tanah negara yang

    dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebunan merangsang pertumbuhan kekayaan

    yang hebat dari perseorangan yang mendorong penjarahan dan korupsi yang

    menjalar secara dahsyat. Kenaikan tenaga kerja murah dari budak-budak dan

    pe- ningkatan ukuran milik perseorangan mengakibatkan ketidakseimbangan

    sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya yang berpengaruh

    pada kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.

    Setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tidak sehat muncul.

    Perbudakan membawa kerusakan tanah yang menurunkan produktivitas. Di

    samping itu, upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan semangat

    berproduksi tinggi. Keberuntungan politik kekaisaran Romawi sejajar dengan

    trend dalam pertanian. Beban untuk mendukung dan mempertahankan negara

    yang overexpanded meremehkan dasar-dasar pertanian menyebabkan

    pertanian menjadi kelelahan dan tidak stabil yang dapat mengurangi daya

    pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

    Abad pertengahan merupakan masa keruntuhan Romawi dan Negara

    Barat. Kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M,

    kebudayaan Islam menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia.

    Kebudayaan Islam muncul menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu

    pengetahuannya, jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan

    kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.

    Di daerah lain yang berjauhan lokasinya, dikembangkan jenis tanaman

    lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa)

    dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai

    didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan

    kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah

    Sahel, Afrika pada 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda, mungkin telah

    dibudidayakan secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga

    daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru,

    Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung,

    labu, kentang, dan bunga matahari.

    Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cende-

    rung menyebabkan masyarakat tetap mempertahankan perburuan karena

    relatif mudah memeroleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia

    yang telah mengenal pertanian dari wilayah Nusantara membawa serta

  • 1.12 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    teknologi budidaya padi sawah dan perladangan. Secara umum dapat

    dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia

    dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.

    D. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

    DI INDONESIA

    Sejarah pembangunan pertanian di Indonesia berawal pada masa Orde

    Baru, yakni pada saat pemerintahan menerima beban berat dari buruknya

    perekonomian Orde Lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk

    rehabilitasi ekonomi. Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk

    menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Pengendalian inflasi

    menyebabkan stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan

    luar negeri yang mulai terjamin melalui IGGI. Sejak tahun 1969, Indonesia

    mulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana

    Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Berikut penjelasan singkat tentang

    beberapa Repelita tersebut.

    1. Repelita I (1969-1974)

    Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31

    Maret 1974. Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian

    di masa Orde Baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi

    5% per tahun dengan sasaran utama adalah cukup pangan, cukup sandang,

    dan perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya hal

    ini akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah pembangunan

    bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan

    ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian. Pada saat ini,

    mayoritas penduduk Indonesia masih dapat hidup dari hasil pertanian. Pada

    Repelita I muncul peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) yang

    terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM

    Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi

    para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi

    ekonomi di Indonesia, sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di

    Indonesia. Peristiwa ini menyebabkan terjadi pengrusakan dan pembakaran

    barang-barang buatan Jepang.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.13

    2. Repelita II (1974-1979)

    Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31

    Maret 1979 dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5% per tahun.

    Prioritas utamanya sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi

    kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar pertumbuhan industri

    yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu, sasaran

    Repelita II ini adalah perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk sebesar 7% per

    tahun. Pada masa ini, terjadi perbaikan dalam hal irigasi, juga banyak jalan

    dan jembatan yang di rehabilitasi dan dibangun. Hal ini menyebabkan di

    bidang industri terjadi kenaikan produksi.

    3. Repelita III (1979-1984)

    Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 hingga 31

    Maret 1984. Repelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang

    bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

    Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijakan ekonominya adalah

    pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya

    adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

    4. Repelita IV (1984-1989)

    Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 hingga 31

    Maret 1989. Repelita IV adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan

    usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian

    pendapatan yang lebih adil dan merata, dan memperluas kesempatan kerja.

    Prioritasnya adalah untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada

    pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin

    industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada

    pangan. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak

    25,8 ton. Kesuksesan ini menyebabkan Indonesia mendapatkan penghargaan

    dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Hal ini

    merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada pangan, pada

    Pelita IV juga dilakukan Program Keluarga Berencana dan Rumah untuk

    Keluarga.

  • 1.14 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    5. Repelita V (1989-1994)

    Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 hingga 31

    Maret 1994. Repelita V ini lebih menitikberatkan pada sektor pertanian dan

    industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan

    produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah

    akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan

    dengan pembangunan jangka panjang tahap kedua dengan mengadakan

    Repelita VI yang diharapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas

    Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi

    mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

    6. Repelita VI (1994-1999)

    Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 hingga 31

    Maret 1999. Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan di sektor

    ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan

    dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

    Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada

    periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara

    termasuk Indonesia. Akibat krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri

    yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

    Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan

    internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin

    dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai

    proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien

    merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan

    dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani

    merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.

    Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan

    program pembangunan dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track

    strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih

    progrowth, proemployment dan propoor. Operasionalisasi konsep strategi

    tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal berikut:

    a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen per tahun melalui

    percepatan investasi dan ekspor.

    b. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan

    kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.15

    c. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada

    pengentasan kemiskinan.

    Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan

    kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual,

    melalui 26 peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan

    nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi pertanian

    dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh

    stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat dalam melihat

    pertanian, tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi.

    Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber

    kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

    Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui

    tiga program, yaitu:

    a. Program peningkatan ketahanan pangan

    Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan

    melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan

    yang cukup aman dan halal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi

    agar tidak terjadi kerawanan pangan.

    b. Program pengembangan agribisnis

    Operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui

    pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan.

    c. Program peningkatan kesejahteraan petani

    Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani dilakukan

    melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha,

    perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya.

    Selama periode 2005-2009, pembangunan pertanian terus mengalami

    berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut disyukuri dan

    membanggakan adalah Indonesia berhasil mencapai swasembada beras

    sejak tahun 2007. Pada tahun 2008, tercapai swasembada jagung dan

    gula untuk konsumsi rumah tangga.

    Pada era pembangunan pertanian periode 2010-2014, Kementerian

    Pertanian mencanangkan empat target utama, yaitu:

  • 1.16 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    a. Pencapaian Swasembada Pangan dan Swasembada Berkelanjutan

    Dalam rangka peningkatan produksi pertanian, pada periode lima tahun

    (2010-2014), Kementerian Pertanian lebih memfokuskan pada

    peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan

    nasional tersebut terdiri dari 7 komoditas tanaman pangan, 10 komoditas

    hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan 7 komoditas peternakan.

    b. Peningkatan Diversifikasi Pangan

    Diversifikasi pangan atau keragaman konsumsi pangan merupakan salah

    satu strategi untuk mencapai ketahanan pangan. Sasaran percepatan

    keragaman konsumsi pangan adalah pencapaian pola konsumsi pangan

    yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh

    tercapainya skor Pola Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3

    pada tahun 2014. Konsumsi umbi-umbian, sayuran, buah-buahan,

    pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan produksi lokal,

    sehingga konsumsi beras diharapkan turun sekitar 3% per tahun.

    c. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor

    Peningkatan nilai tambah difokuskan pada dua hal yakni peningkatan

    kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung

    peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk

    pertanian (segar dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk

    pertanian yang mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik,

    Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, Good

    Manucfacturing Practices). Peningkatan daya saing akan difokuskan

    pada pengembangan produk berbasis sumberdaya lokal yang bisa

    meningkatkan pemenuhan permintaan untuk konsumsi dalam negeri dan

    bisa mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor). Peningkatan

    ekspor difokuskan pada pengembangan produk yang punya daya saing di

    pasar internasional, baik segar maupun olahan, dengan kebutuhan di

    pasar dalam negeri sudah tercukupi. Indikatornya adalah pertumbuhan

    volume ekspor.

    d. Peningkatan Kesejahteraan Petani

    Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani

    adalah tingkat pendapatan petani. Upaya peningkatan pendapatan petani

    tidak selalu secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan

  • LUHT4219/MODUL 1 1.17

    petani. Hal ini karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai

    pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta faktor-faktor

    non-finansial seperti faktor sosial budaya.

    Sisi pendapatan petani merupakan sisi yang terkait secara langsung

    dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian. Oleh karena itu,

    dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani, prioritas utama

    Kementerian Pertanian adalah meningkatkan pendapatan petani.

    1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pertanian dalam arti luas.

    2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pertanian dalam arti sempit.

    3) Apa komponen-komponen yang termasuk dalam kedua pengertian

    pertanian tersebut?

    Petunjuk Jawaban Latihan

    Jawablah pertanyaan yang ada di latihan tersebut, kemudian cek

    kembali kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam

    Kegiatan Belajar. Apabila jawaban Anda dirasa belum memadai, maka Anda

    diharapkan mempelajari lagi materi yang ada di Kegiatan Belajar ini hingga

    Anda dapat menjawab pertanyaan latihan ini dengan baik.

    Pertanian memiliki pengertian yang luas dan sempit. Pertanian

    dalam arti luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan

    makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk

    kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai

    kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat

    semusim.

    Pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni: a) ada alam

    beserta isinya antara lain tanah sebagai tempat kegiatan, dan tumbuhan

    serta hewan sebagai objek kegiatan, b) ada kegiatan manusia dalam

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

    kerjakanlah latihan berikut!

    RANGKUMAN

  • 1.18 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    menyempurnakan segala sesuatu yang telah diberikan oleh alam dan atau

    Yang Maha Kuasa untuk kepentingan/kelangsungan hidup manusia

    melalui dua golongan yaitu tumbuhan/tanaman dan hewan/ternak/ikan,

    dan c) ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis

    yang lebih besar daripada sebelum ada kegiatan manusia.

    Usaha pertanian memiliki dua ciri penting, yaitu: 1) selalu

    melibatkan barang dalam volume besar, dan 2) proses produksi memiliki

    risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian

    melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahap dan

    memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam

    proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern telah dapat

    mengurangi ciri-ciri ini, tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia

    masih tetap demikian.

    Terkait dengan pertanian, dikenal istilah-istilah:

    1. Usahatani (farming) yang merupakan sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (tumbuhan maupun hewan).

    2. Petani yang merupakan sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau”

    atau “petani ikan”.

    3. Khusus untuk pembudidaya hewan ternak (livestock) disebut sebagai peternak.

    Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan

    metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.

    Cakupan objek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi

    budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan

    perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. Penggolongan ini

    dilakukan berdasarkan objek budidaya, misalnya: budidaya tanaman,

    dengan objek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara

    intensif. Contoh lainnya adalah:

    1. Kehutanan, dengan objek tumbuhan yang diusahakan pada lahan setengah liar.

    2. Peternakan, dengan objek hewan darat kering. 3. Perikanan, dengan objek hewan perairan.

    Upaya meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara:

    1. Ekstensifikasi 2. Intensifikasi

  • LUHT4219/MODUL 1 1.19

    1) Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup....

    A. tanaman B. hewan C. mikrobia D. tanaman, hewan dan mikrobia

    2) Pertanian dalam pengertian yang sempit mencakup.... A. tanaman B. hewan C. mikrobia D. tanaman, hewan dan mikrobia

    3) Salah satu unsur alam yang perlu dipenuhi dalam pertanian adalah....

    A. usaha manusia B. tanah C. kegiatan manusia D. mikrobia

    4) Sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya adalah.... A. budidaya tanaman B. usahatani C. livestock D. petani

    5) Sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usahatani adalah.... A. petani B. livestock C. farming D. peternak

    6) Objek tumbuhan yang diusahakan pada lahan setengah liar adalah.... A. pertanian B. kehutanan C. peternakan D. usahatani

    TES FORMATIF 1

    Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  • 1.20 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    7) Aktivitas usahatani dengan objek hewan darat kering adalah.... A. peternakan B. perikanan C. budidaya pertanian D. usahatani hewan

    8) Upaya meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan dengan cara perluasan usahatani disebut....

    A. intensifikasi B. budidaya lahan kering C. ekstensifikasi D. kehutanan

    9) Upaya meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan dengan cara mengefisienkan penggunaan sumberdaya disebut....

    A. intensifikasi B. budidaya C. ekstensifikasi D. peternakan

    10) Usaha pertanian memiliki dua ciri penting, yaitu.... A. benih dan pupuk B. lahan dan hewan C. barang dan proses D. tanaman dan lahan

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

    terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian

    gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

    materi Kegiatan Belajar 1.

    Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

    80 - 89% = baik

    70 - 79% = cukup

    < 70% = kurang

    Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

    100%Jumlah Soal

  • LUHT4219/MODUL 1 1.21

    Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat

    meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Namun, jika penguasaan Anda masih di

    bawah 80%, maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama

    pada bagian yang belum Anda kuasai.

  • 1.22 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Kegiatan Belajar 2

    Lingkungan Pertanian

    ingkungan pertanian berkaitan dengan Ilmu Ekologi. Ilmu Lingkungan

    atau Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme

    dengan lingkungannya. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”)

    dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik

    interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan

    lingkungannya. Istilah Ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel

    (1834 - 1914). Dalam Ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan

    atau sistem dengan lingkungannya.

    Pembahasan Ekologi Pertanian tidak lepas dari pembahasan ekosistem

    dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.

    Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi.

    Sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,

    hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan

    tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan

    ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang

    menunjukkan kesatuan.

    Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, baru muncul

    pada tahun 70-an. Ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang

    Biologi. Ekologi mempelajari cara makhluk hidup dapat mempertahankan

    kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan benda

    tidak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, Biologi

    dan ilmu kehidupan lainnya Zoologi dan Botani saling melengkapi. Ekologi

    mempelajari aliran energi pada rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

    Lingkungan pertanian adalah segala sesuatu yang berada di sekitar usaha

    pertanian baik abiotik (tidak hidup) maupun biotik (hidup). Lingkungan

    pertanian dapat diistilahkan sebagai ekosistem pertanian.

    A. EKOSISTEM

    Ekosistem adalah suatu sistem Ekologi yang terbentuk oleh hubungan

    timbal balik yang tidak terpisahkan antara makhluk hidup dengan

    lingkungannya. Ekosistem dapat dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan

    L

  • LUHT4219/MODUL 1 1.23

    secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang

    saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit

    biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan

    lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik

    tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme dan

    matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.

    Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-

    sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan

    beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga

    memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

    Ekosistem dapat terbentuk dari komponen abiotik (tidak hidup) dan

    biotik (hidup) dalam satu wilayah tertentu. Ekosistem pertanian memberikan

    pengaruh yang besar terhadap keberhasilan suatu tindakan pertanian. Dalam

    ekosistem pertanian, interaksi antara komponen abiotik dan biotik disetting

    sedemikian rupa melalui mekanisme kontrol agar mendukung

    keberlangsungan budidaya pertanian yang diusahakan.

    B. KOMPONEN PEMBENTUK EKOSISTEM

    Ekosistem pertanian dibentuk oleh komponen abiotik dan biotik. Unsur

    dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:

    1. Abiotik

    Abiotik atau komponen tidak hidup dapat berupa komponen fisik

    maupun kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsung

    kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik

    bervariasi dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik dapat berupa bahan

    organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi

    organisme, yaitu:

    a. Suhu

    Proses biologi yang terjadi di lingkungan pertanian dipengaruhi oleh

    suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi

    temperatur dalam tubuhnya.

  • 1.24 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    b. Air

    Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun

    beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

    c. Garam

    Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme

    melalui osmosis. Beberapa organisme yang hidup di daerah terestrial

    beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung garam tinggi.

    d. Cahaya matahari

    Intensitas dan kualitas cahaya matahari memengaruhi proses fotosintesis.

    Air dapat menyerap cahaya matahari sehingga pada lingkungan air,

    fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di

    gurun, intensitas cahaya matahari yang besar membuat peningkatan suhu

    sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.

    e. Tanah dan batu

    Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan

    komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada

    kandungan sumber makanan di tanah.

    f. Iklim

    Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.

    Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi

    iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

    2. Biotik

    Biotik adalah istilah untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme).

    Komponen biotik adalah suatu komponen hidup yang menyusun suatu

    ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).

    Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi:

    a. Heterotrof /Konsumen

    Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-

    bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.

    Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena

    makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Organisme yang tergolong

    heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.25

    b. Pengurai /dekomposer

    Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan

    organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen

    makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar.

    Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan

    melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh

    produsen. Organisme yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada

    pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan

    sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Proses penguraian

    dapat juga diistilahkan sebagai proses dekomposisi.

    Tipe dekomposisi ada dua, yaitu: dekomposisi secara aerobik (dalam hal

    ini oksigen sebagai penerima elektron/oksidan) dan fermentasi atau

    anaerobik (dalam hal ini bahan organik yang teroksidasi berperan sebagai

    penerima elektron). Komponen-komponen tersebut berada pada suatu tempat

    dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Pada

    suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen

    heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung

    di air sebagai komponen pengurai, sedangkan komponen abiotik adalah air,

    pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

    3. Ketergantungan Rantai Makanan

    Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau

    antara komponen abiotik dan biotik. Ketergantungan antar komponen biotik

    dapat terjadi melalui rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi

    melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari

    rantai makanan disebut tingkat trofik atau taraf trofik. Organisme pertama

    yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan. Tingkat trofik

    pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat

    selanjutnya adalah tingkat trofik kedua, terdiri atas hewan pemakan

    tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer (herbivora). Hewan pemakan

    konsumen primer merupakan tingkat trofik ketiga, terdiri atas hewan-hewan

    karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik

    lainnya akan menyebabkan sebagian energi hilang.

    Jaring-jaring makanan adalah rantai makanan yang saling berhubungan

    satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring.

    Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya

    memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Ketergantungan antara

  • 1.26 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti:

    siklus karbon, siklus air, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Siklus ini

    berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu

    tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik

    menjadi nonsiklik. Manusia cenderung mengganggu keseimbangan

    lingkungan.

    4. Ekosistem Buatan

    Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem buatan

    adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

    Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar. Tanaman atau hewan

    peliharaan didominasi oleh pengaruh manusia dan memiliki keanekaragaman

    rendah. Contoh ekosistem buatan adalah: 1) bendungan, 2) hutan tanaman

    produksi seperti jati dan pinus, 3) agroekosistem berupa sawah tadah hujan,

    sawah irigasi, dan perkebunan sawit, dan ekosistem pemukiman, contohnya

    kota dan desa. Selain itu, ada juga ekosistem ruang angkasa.

    Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang

    banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta

    memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas. Ekosistem ruang

    angkasa bukan merupakan suatu sistem yang tertutup, tetapi tetap tergantung

    pada input dari luar dalam memenuhi kebutuhannya. Semua ekosistem dan

    kehidupan selalu bergantung pada bumi.

    C. AGROEKOSISTEM

    Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dengan

    lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna meningkatkan

    kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat diartikan sebagai

    suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman

    bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan yang telah

    dimodifikasi manusia, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas

    sosial manusia lainnya.

    Pada agroekosistem, manusia sengaja merubah ekosistem alami.

    Ekosistem ini khusus dibuat untuk kepentingan pertanian. Berikut adalah

    komponen-komponen dari agroekosistem dan masalah-masalah yang

    dihadapinya.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.27

    1. Komponen Agroekosistem

    Komponen Agroekosistem terdiri dari komponen abiotik dan biotik.

    a. Komponen Biotik

    Komponen biotik dari agroekosistem terdiri dari:

    1) Produsen berupa jasad-jasad hidup yang mampu menangkap

    energi matahari dan membentuk bahan-bahan yang mengandung

    energi. Contohnya adalah tumbuh-tumbuhan berklorofil hijau.

    2) Konsumen berupa jasad-jasad hidup yang memakan tumbuh-

    tumbuhan dan atau hewan; mampu membentuk bahan-bahan

    organik yang lebih tinggi mutunya dari bahan yang dimakannya.

    Konsumen terbagi menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora.

    3) Dekomposer berupa jasad-jasad hidup (mikrobia) yang dapat

    menguraikan sisa-sisa dari jasad hidup yang mati melalui proses

    mineralisasi.

    4) Tanaman atau vegetasi tanaman dalam agroekosistem berfungsi

    sebagai produsen atau komponen yang diusahakan oleh manusia

    untuk budidaya.

    5) Hewan sebagai penyeimbang atau pendukung komponen-

    komponen dalam agroekosistem. Contoh: cacing yang membantu

    menyuburkan tanah.

    b. Komponen Abiotik

    Komponen abiotik dari agroekosistem terdiri dari:

    1) Air

    Lebih dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri dari air. Oleh

    sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat

    menentukan kelangsungan hidup organisme. Kalau kita perhatikan

    di berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan

    air, tapi ada pula daerah kering. Perbedaan keadaan tersebut

    menyebabkan cara adaptasi organisme berbeda-beda. Organisme

    yang hidup pada daerah kurang air/kering memiliki cara untuk

    mendapatkan air serta menghemat air.

    2) Udara

    Gas-gas yang ada di atmosfer,di samping sebagai selimut bumi,

    juga sebagai sumber berbagai unsur tertentu, seperti: oksigen,

    karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen. Udara juga merupakan

    komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori atau cukup rongga

  • 1.28 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik,

    aerasinya akan baik, dan baik pula proses mineralisasinya.

    3) Suhu

    Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu. Suhu

    diperlukan makhluk hidup untuk proses kimia dalam tubuhnya.

    Semua makhluk hidup selalu menghindari suhu lingkungan yang

    terlalu tinggi, dan terlalu rendah. Makhluk hidup selalu berusaha

    untuk mendapatkan suhu lingkungan yang optimum.

    4) Tanah

    Tanah merupakan komponen sumberdaya alam yang mencakup

    semua bagian padat di atas permukaan bumi, termasuk semua yang

    ada di atas dan di dalamnya yang terbentuk dari bahan induk dan

    dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup, dan relief setempat

    dalam waktu tertentu. Dalam satu toposekuen akan dijumpai

    berbagai jenis tanah, sebagai akibat ada perbedaan bahan induk,

    iklim, topografi dan penggunaan lahan.

    5) Cahaya

    Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi

    sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Keberadaannya

    mampu mempengaruhi dan mengontrol organisme yang ada pada

    suatu ekosistem.

    6) Salinitas

    Salinitas berhubungan erat dengan pH tanah. Jika pH tanah

    semakin tinggi, maka akan menghambat proses pertumbuhan

    tanaman. Hal ini karena ada beberapa tanaman yang tidak cocok

    dengan pH yang tinggi.

    2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Suatu Agroekosistem Saat Ini

    Ada beberapa masalah yang biasanya dihadapi oleh suatu

    agroekosistem yang terjadi saat ini, yakni:

    a. Degradasi lahan

    Degradasi lahan kering selama ini lebih diakibatkan oleh terjadinya

    kekeliruan dalam pembukaan dan pengelolaan lahan oleh perladangan

    berpindah. Sistem pembukaan lahan dengan cara tebas-bakar (slash and

    burn) yang dilakukan pada lahan yang miring akan mengawali terjadinya

    erosi. Kebi-asaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya

  • LUHT4219/MODUL 1 1.29

    diteruskan oleh petani dengan membakar sisa tanaman. Bila pembakaran

    dilakukan ha-nya sekali saja pada waktu pembukaan lahan, tidak akan

    banyak merusak tanah. Tetapi pembakaran yang dilakukan berulang-ulang

    setiap musim akan cepat menurunkan kadar bahan organik tanah yang

    akhirnya menurunkan produktivitas tanah. Pembakaran sisa-sisa tanaman tiap

    tahun akan mempercepat proses pencucian dan pemiskinan tanah.

    Merosotnya kadar bahan organik tanah akan memperburuk sifat fisik dan

    kimia tanah. Struktur tanah menjadi tidak stabil. Bila terjadi hujan, maka

    pukulan butir hujan akan cepat menghancurkan agregat tanah dan partikel-

    partikel tanah yang halus akan mengisi ruang pori. Ruang pori yang sudah

    terisi oleh partikel tanah menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah menurun dan

    meningkatkan aliran permukaan dan mempercepat laju erosi tanah. Lapisan

    atas tanahakan hilang karena erosi menyebabkan produktivitas lahan

    menurun. Apalagi jika terjadinya erosi hingga menyebabkan munculnya

    horizon B, maka tanah akan terdegradasi.

    b. Kerusakan tubuh tanah

    Tanah sebagai suatu sistem dinamis, selalu mengalami perubahan-

    perubahan, baik perubahan dari segi fisik, kimia maupun biologinya.

    Perubahan-perubahan ini terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim.

    Tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan

    manusia. Kerusakan tubuh tanah yang diakibatkan terjadi perubahan-

    perubahan yang berlebihan, misalnya kerusakan yang menyebabkan lapisan

    olah tanah lenyap atau dikenal dengan istilah erosi. Erosi adalah terangkutnya

    atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Peningkatan erosi

    dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah atau akibat kegiatan

    pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi umumnya

    mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk

    pertumbuhan tanaman. Erosi dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran

    sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Erosi merupakan penyebab utama kerusakan

    lahan dan lingkungan. Permasalahan degradasi lahan akibat erosi disebabkan

    oleh: 1) curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi, 2) tanah

    peka erosi, 3) kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk

    tanaman pangan, 4) cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk

    kebiasaan membakar dan cara pembukaan lahan yang salah, dan 5) tindakan

    konservasi lahan yang belum memadai. Faktor lain yang mempercepat

    kerusakan lahan yaitu kadar bahan organik yang makin berkurang karena

  • 1.30 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    pembakaran sisa tanaman dan pencucian hara. Erosi berlangsung secara

    alamiah, kemudian dapat dipercepat oleh beberapa tindakan atau perlakuan

    manusia terhadap tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Sebaliknya,

    erosi alamiah tidak menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia karena

    pada erosi alamiah masih terjadi keseimbangan lingkungan, karena dalam

    peristiwa ini banyak tanah yang terangkut masih seimbang dengan

    pembentukan tanah. Sedangkan pada erosi yang dipercepat (accelerated

    erotion) sudah dapat dipastikan banyak menimbulkan kerugian bagi manusia,

    seperti: bencana banjir, kekeringan, produktivitas tanah yang makin

    menurun, longsor, dan lainnya. Pada peristiwa erosi yang dipercepat, volume

    penghanyutan tanah lebih besar dibandingkan dengan pembentukan tanah,

    sehingga penipisan lapisan tanah akan berlangsung terus yang pada akhirnya

    dapat melenyapkan lapisan tanah tersebut.

    c. Dampak pemupukan yang berlebihan

    Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal

    kepada tanaman, agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Pemu-

    pukan dan pupuk buatan dapat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah

    menurun). Jika tanah menjadi asam, produktivitas tanaman pertanian akan

    merosot. Selain itu, unsur nitrogen yang terkandung di dalam pupuk dapat

    menyebabkan terbentuk larutan nitrit di dalam tanah. Larutan nitrit dapat

    meresap ke dalam sumur penduduk yang berdekatan. Pemupukan yang

    berlebihan dan larut ke dalam air juga dapat menyebabkan meningkatkan

    kesuburan sungai (eutrofikasi). Ganggang dan tumbuhan sungai, misalnya

    eceng gondok, tumbuh dengan subur. Akibatnya hewan-hewan air akan

    kekurangan oksigen sehingga mengalami kematian. Selain itu, tumbuhan air

    yang makin subur dapat menyebabkan terjadi pendangkalan pada waduk dan

    bendungan.

    d. Lahan pertanian terbatas/semakin sempit

    Dalam suatu agroekosistem, khususnya yang diolah sedemikian rupa

    untuk memenuhi kebutuhan penduduk (pertanian), pasti membutuhkan lahan

    untuk mengelola sumber daya yang ada. Namun, akibat dari pertambahan

    penduduk yang makin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan

    penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri semakin besar sehingga

    lahan yang dulunya sebagai lahan pertanian menjadi semakin sempit. Selain

    itu, lahan pertanian di Indonesia banyak pula yang belum benar-benar

  • LUHT4219/MODUL 1 1.31

    dimanfaatkan untuk pertanian karena lahan tersebut berupa lahan kritis dan

    gambut yang memerlukan perlakuan dan penanganan lebih apabila dijadikan

    lahan untuk pertanian. Lahan-lahan kritis, gambut, serta tanah kosong yang

    tidak dimanfaatkan akhirnya dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman

    maupun industri.

    e. Ketergantungan petani terhadap pestisida, pupuk anorganik dan

    varietas unggul

    Akibat petani mengintensifkan penggunaan pestisida untuk

    menanggulangi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang

    dibudidayakannya, maka petani tersebut memiliki ketergantungan terhadap

    pestisida. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan petani untuk

    menerapkan Program Pengendalian Hama Terpadu dengan menggunakan

    pestisida nabati yang aman serta memanfaatkan musuh alami sesuai program

    PHT. Petani pada masa Revolusi Hijau lebih mempercayakan pestisida untuk

    memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanamannya karena

    pestisida tersebut bekerja efektif dan langsung ke sasarannya. Begitupula

    dengan ketersediaan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi

    pertanian, petani selalu melakukan pemupukan intensif menggunakan pupuk

    anorganik, bahkan terkesan berlebihan sehingga dalam usahataninya, petani

    sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk anorganik. Varietas unggul

    pun diperlukan sebagai modal untuk menghasilkan produksi yang tinggi pada

    masa Revolusi Hijau sehingga tanpa varietas yang unggul, petani merasa

    produksinya akan menurun dan tidak dapat menutupi biaya produksi,

    akibatnya petani menga-lami kerugian.

    f. Muncul ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida

    Ketahanan hama terhadap pemberian pestisida akan muncul apabila

    pestisida diberikan secaraterus menerus. Hal ini menjadi fenomena dan

    konsekuensi ekologis yang umum dan logis. Resistensi muncul akibat reaksi

    evolusi menghadapi suatu tekanan (strees). Oleh karena hama terus menerus

    mendapat tekanan oleh pestisida, maka melalui proses seleksi alami, spesies

    hama mampu membentuk strain baru yang lebih tahan terhadap pestisida

    tertentu yang digunakan petani. Pada tahun 1947, dua tahun setelah

    penggunaan pestisida DDT, muncul strain serangga yang resisten terhadap

    DDT. Saat ini, telah ada lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten

    terhadap berbagai jenis insektisida.

  • 1.32 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    g. Resurgensi hama

    Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan aplikasi

    pestisida, populasi hama menurun dengan cepat dan secara tiba-tiba justru

    meningkat lebih tinggi dari jumlah polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat

    mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan pestisida.

    Resurgensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum

    luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan tahan

    terhadap penyemprotan pestisida, sering kali mati kelaparan karena populasi

    mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia

    makanan dalam jumlah cukup. Kondisi demikian terkadang menyebabkan

    musuh alami beremigrasi untuk mempertahankan hidup. Di sisi lain,

    serangga hama akan berada pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

    Sumber makanan tersedia dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai

    pemba-tas pertumbuhan populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya,

    populasi hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan.

    h. Ledakan populasi hama sekunder

    Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat beberapa hama utama dan

    banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan

    penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling

    merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi apabila setelah pemberian

    pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian

    terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama

    utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh

    terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum

    luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi

    sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna yang dalam keadaan normal

    secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder.

    Peristiwa ledakan populasi hama sekunder di Indonesia pernah terjadi,

    yakni ledakan hama ganjur di hamparan persawahan Jalur Pantura Jawa Ba-

    rat, setelah daerah tersebut disemprot intensif pestisida Dimecron dari udara

    untuk memberantas hama utama penggerek padi kuning Scirpophaga

    incertulas. Penelitian dirumah kaca membuktikan, dengan menyemprotkan

    Dimecron pada tanaman padi muda, hama ganjur dapat berkembang dengan

    baik, karena parasitoidnya terbunuh. Munculhama wereng coklat Nilaparvata

    iugens setelah tahun 1973 menggantikan kedudukan hama penggerek batang

    padi sebagai hama utama di Indonesia. Hal ini diduga disebabkan oleh

  • LUHT4219/MODUL 1 1.33

    penggunaan pestisida golongan khlor secara intensif untuk mengendalikan

    hama sundep dan weluk.

    D. PERMASALAHAN SEPUTAR PERUBAHAN IKLIM

    Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara

    dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu

    panjang (50-100 tahun) dan dapat juga disebabkan oleh kegiatan manusia,

    terutama yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih guna

    lahan. Pertanian konvensional menyumbang terjadi perubahan iklim

    pertanian konvensional yang intensif (baik dari sisi pemakaian mesin

    pertanian atau luas lahan) akibat penebangan hutan untuk membuka lahan.

    Gundulnya hutan berarti hilangnya bahan organik dari tanah. Padahal bahan

    organik berperan mengikat air dan menahan laju penguapan. Tidak heran,

    lebih banyak terjadi kekeringan. Jumlah vegetasi berkurang menurunkan

    kelembaban udara dan meningkatkan suhu udara. Produksi pupuk dan

    pestisida kimia yang dipakai pertanian konvensional juga menghasilkan gas

    rumah kaca yang merupakan salah satu pemicu terjadi perubahan iklim.

    Sementara aplikasinya pada lahan telah menurunkan kesuburan dan

    menyebabkan erosi tanah.

    Fenomena perubahan iklim dapat diakibatkan oleh pergeseran atau

    perubahan pola musim. Kini hampir di seluruh wilayah di Indonesia, batas

    musim hujan dan musim kemarau tidak lagi jelas. Secara perlahan,

    pergeseran ini mulai mengubah pola tanam, khususnya dirasakan di daerah

    pertanian tadah hujan. Jika saat semai tidak tepat, bisa jadi benih tidak akan

    tumbuh karena kekurangan air. Pergeseran musim hujan dan musim kemarau

    memengaruhi proses pembungaan tanaman. Hal ini bisa mengurangi hasil

    panen dan ketersediaan benih untuk musim tanam berikutnya. Perubahan

    iklim dapat terjadi akibat kenaikan suhu. Laporan terakhir dari

    Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa

    dalam satu abad terakhir terjadi kenaikan rata-rata suhu dunia sebesar

    0,76°C. Diprediksikan, tahun 2050 akan terjadi kenaikan suhu sebesar 2°C.

    Kondisi ini menyebabkan banyak sumber air di pegunungan yang mengairi

    sungai-sungai mengering. Kenaikan suhu juga menjadi ancaman serius bagi

    petani, terkait dengan pola penyebaran hama dan penyakit. Akibat kondisi

    lingkungan menghangat, ada beberapa hama dan penyakit yang tadinya

    bukan ancaman serius bagi pertanian, berubah menjadi sangat merusak. Hal

  • 1.34 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    sebaliknya juga bisa terjadi. Hama penyakit yang dahulu ganas bisa

    berkurang serangannya karena perubahan suhu. Perubahan iklim juga dapat

    terjadi akibat kekeringan berkepanjangan. Kian menipisnya ketersediaan air

    disebabkan oleh peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi akibat

    peningkatan suhu udara dan hilangnya vegetasi penutup tanah. Selain itu,

    juga disebabkan oleh curah hujan yang makin sedikit. Belakangan banyak

    terjadi ketidakseimbangan jumlah air di musim kemarau dan musim hujan.

    Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di

    musim hujan. Banjir dan kekeringan juga menyebabkan kegagalan panen.

    1. Mengelola Permasalahan Agroekosistem

    Konservasi lahan dapat dilakukan dengan cara penerapan tanpa olah

    tanah (zero tillage) atau pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dalam

    rangka pengawetan tanah dengan tidak mencuci peralatan penyemprot pesti-

    sida di sungai atau di dekat sumur agar tidak mencemari sungai atau sumur

    penduduk. Peralatan sebaiknya dicuci di tempat khusus dan limbahnya

    dibuang secara khusus pula (misalnya dibuatkan lubang yang jauh dari

    pemukiman). Hindari membuang sisa obat di sembarang tempat. Buanglah

    sisa obat di tempat khusus yang tidak mencemari sungai atau sumur

    penduduk. Sebaiknya penggunaan pestisida dikurangi dengan memberantas

    hama secara mekanik (misal ditangkap, kemudian dimatikan), dan secara

    biologis (misal menggunakan serangga predator). Pemberantasan secara bio-

    logis dengan serangga atau hewan predator dimaksudkan agar hewan

    predator yang dilepaskan di lingkungan memangsa hama tanaman. Serangga

    predator dipelihara terlebih dahulu, dikembangbiakkan, kemudian dilepaskan

    di sawah atau perkebunan. Tindakan-tindakan yang disarankan adalah

    menggunakan pestisida hayati yang aman bagi kesehatan petani, konsumen

    dan lingkungan pertanian; dan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu

    (PHT) dengan empat prinsip, yaitu:

    a. Budidaya tanaman sehat.

    b. Pelestarian musuh alami.

    c. Pengamatan agroekosistem secara rutin.

    d. Petani menjadi ahli PHT dan manajer di kebunnya.

    e. Menerapkan sistem pertanian berkelanjutan serta pertanian berwawasan

    lingkungan yang tidak hanya mementingkan faktor keuntungan dalam

    melakukan usahatani/budidaya dalam suatu agroekosistem, tetapi justru

    memperhatikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.35

    Faktor yang memengaruhi suatu ekosistem pertanian sangatlah beragam,

    tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga pengaruh besar,

    yakni: pengaruh praktik atau perlakuan budidaya, pengaruh kondisi alami,

    dan pengaruh kegiatan manusia. Pengaruh yang dapat dikendalikan atau

    ditangani oleh seorang ahli pertanian adalah praktik dan perlakuan budidaya.

    Usaha untuk menetralkan kondisi alam juga banyak dilakukan, tetapi tingkat

    kendalinya amat terbatas. Di lain pihak, pengaruh kegiatan manusia acapkali

    di luar jangkauan ahli-ahli pertanian, karena selain wewenangnya tidak

    sampai, di Indonesia kepakaran ahli jarang dipergunakan sebagai landasan

    penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.

    Secara rinci sebenarnya pengaruh tersebut bersifat timbal-balik, sehingga

    lebih merupakan interaksi saling tindak antara agroekosistem dan lingkungan

    atau ekosistem lain yang ada di sekelilingnya. Saling tindak ini bersifat

    dinamik dan progresif. Tetapi apabila agroekosistem tidak lagi mampu

    menyeimbangkan pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan terjadi kondisi

    regresif. Dalam kondisi ini, agroekosistem mengalami kemunduran, tidak

    produktif dan dinamikanya menuju ke degradasi ekosistem. Sering kali hal

    tersebut terjadi karena tidak terkendalinya faktor pengaruh kegiatan manusia,

    kadang-kadang juga oleh kondisi alam yang ekstrim (bencana alam, kondisi

    cuaca buruk yang tetap berkepanjangan dan lain-lain). Namun dapat juga hal

    itu terjadi karena praktik budidaya yang salah, yang tidak sesuai lingkungan,

    yang tidak melihat ke depan, atau ringkasnya, yang tidak menjamin

    kelestarian usaha pertanian (nonsustainable).

    Sebagai ahli pertanian, pertimbangan praktik budidaya agar

    agroekosistem menuju ke sistem yang lestari atau sustainable harus

    diperhitungkan secara optimal. Kelestarian atau keberlanjutan ini

    menyangkut aspek-aspek ekonomi, budidaya, sosial, lingkungan, dan pada

    akhirnya juga hukum dan politik. Mungkin seorang ahli pertanian tidak akan

    bertindak pada semua aspek yang saling tindak menyusun kelestarian

    agroekosistem tersebut, tetapi mengetahui dan menyadari bahwa dinamika

    agrosekosistem yang berlanjut tergantung kepada semua aspek di atas, sama

    pentingnya dengan bertindak.

    2. Mengelola Komponen Pembentuk Ekosistem

    Ekosistem dibentuk oleh komponen-komponennya. Ekosistem adalah

    hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan lingkungannya.

    Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.

  • 1.36 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Ekosistem terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik, antara lain:

    suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi. Sedangkan faktor biotik adalah

    makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.

    Upaya mengelola komponen ekosistem penting dilakukan untuk menghindari

    terjadi permasalahan dalam agroekosistem.

    E. PRINSIP EKOLOGI DALAM PERTANIAN

    Prinsip lingkungan ekosistem pertanian menghendaki bahwa proses

    produksi harus didasarkan pada daur ulang ekologis (sesuai dengan sifat

    lingkungan asalnya). Namun, teknologi yang diterapkan harus bersifat

    spesifik lokasi dengan mempertimbangkan kearifan tradisional dari masing-

    masing lokasi.

    Berikut adalah prinsip-prinsip ekologi dalam penerapan pertanian:

    1. Memperbaiki kondisi tanah agar bisa menguntungkan pertumbuhan

    tanaman.

    2. Mengoptimalkan ketersediaan serta keseimbangan unsur hara di dalam

    tanah.

    3. Mengelola iklim mikro agar kehilangan hasil panen akibat panas, udara

    dan air dapat dibatasi.

    4. Membatasi kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit

    dengan upaya preventif dan melalui cara yang aman.

    5. Memanfaatkan sumber kekayaan genetika dalam sistem pertanaman

    terpadu.

    Sesuai dengan prinsip ekologi, aliran hara dalam sistem ekologi harus

    berjalan secara konstan. Agar sistem usaha tani tetap produktif dan sehat,

    maka jumlah hara yang hilang dari dalam tanah tidak boleh melebihi hara

    yang ditambahkan. Harus ada keseimbangan hara di dalam tanah sepanjang

    waktu. Setiap prinsip tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda

    terhadap produktivitas, keamanan, keberlanjutan, dan identitas usaha tani.

  • LUHT4219/MODUL 1 1.37

    1) Apa yang dimaksud dengan ekosistem?

    2) Apa yang dimaksud dengan agroekosistem?

    3) Berikan lima contoh komponen ekosistem biotik dan abiotik dalam

    agroekosistem.

    4) Apa tujuan manusia melakukan perubahan pada ekosistemnya?

    Petunjuk Jawaban Latihan

    Jawablah pertanyaan yang ada di latihan tersebut, kemudian cek

    kembali kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam

    Kegiatan Belajar. Apabila jawaban Anda dirasa belum memadai, maka Anda

    diharapkan mempelajari lagi materi yang ada di Kegiatan Belajar ini hingga

    Anda dapat menjawab pertanyaan latihan ini dengan baik.

    Ekosistem adalah rangkaian dari beberapa komponen yang saling

    ketergantungan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan satu

    kesatuan yang mampu menanggapi rangsangan dari luar baik yang

    bersifat langsung maupun tidak langsung. Komponen yang dimaksud di

    sini adalah bagian-bagian penyusun suatu lingkungan, yakni komponen

    biotik dan abiotik. Komponen ini akan menghasilkan perubahan materi

    dari organisme dan lingkungan. Semakin beranekaragam komponen

    ekosistemnya, maka semakin seimbang (stabil) pula proses daur

    energinya.

    Ekosistem merupakan salah satu bentuk dari sistem ekologi yang

    menyangkut interaksi organisme satu dengan lainnya, serta lingkungan.

    Ekosistem yang terjadi di alam bermacam-macam, baik yang alami

    maupun buatan. Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia

    dan lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna

    meningkatkan kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat

    diartikan sebagai suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

    kerjakanlah latihan berikut!

    RANGKUMAN

  • 1.38 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    dalam areal pertanaman bersama-sama dengan keseluruhan kondisi

    lingkungan termasuk lingkungan yang telah dimodifikasi manusia, yaitu:

    pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktivitas sosial manusia lainnya.

    Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dan

    lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna

    meningkatkan kelangusungan hidup. Dalam Agroekosistem, manusia

    dengan sengaja merubah ekosistem alami dan manusia merupakan

    bagiannya, dengan menciptakan suatu ekosistem baru yang khusus

    dibuat untuk kepentingan pertanian.

    1) Rangkaian dari beberapa komponen yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan satu kesatuan adalah….

    A. agroekosistem B. ekosistem C. agroekologi D. agrokultura

    2) Ekosistem merupakan salah satu bentuk dari sistem ekologi yang menyangkut interaksi organisme dengan....

    A. organisme B. tanah C. lingkungan D. mikrobia

    3) Ekosistem merupakan satu kesatuan yang dibentuk oleh komponen…. A. biotik B. abiotik C. lingkungan D. biotik dan abiotik

    4) Semakin beranekaragam komponen ekosistem, maka ekosistem akan.... A. kurang seimbang B. seimbang C. berinteraksi D. labil

    TES FORMATIF 2

    Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  • LUHT4219/MODUL 1 1.39

    5) Berdasarkan fungsinya, ekosistem terdiri dari komponen ... A. abiotik, produsen, konsumen, dan dekomposer B. abiotik, biotik, konsumen, dan dekomposer C. abiotik, produsen, dan konsumen D. abiotik, produsen, dan dekomposer

    6) Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dan lingkungan

    biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna meningkatkan....

    A. pendapatan B. tingkat konsumsi C. hasil pertanian D. kelangsungan hidup

    7) Agroekosistem adalah manusia dengan sengaja mengubah ekosistem

    alami untuk….

    A. meningkatkan kesejahteraan B. meningkatkan potensi pertanian C. melestarikan alam D. meningkatkan konsumsi

    8) Salah satu prinsip ekologi dalam penerapan pertanian adalah.... A. intensifikasi B. memperbaiki kondisi tanah C. meningkatkan produksi D. meningkatkan hasil

    9) Salah satu tujuan pengelolaan iklim mikro dalam ekologi pertanian adalah….

    A. menekan pertumbuhan gulma B. menekan populasi hama C. mengendalikan penyakit tanaman D. menekan kehilangan hasil

    10) Membatasi kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit sebaiknya dengan upaya....

    A. pemberantasan B. preventif C. kuratif D. intensifikasi

  • 1.40 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang

    terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian,

    gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

    materi Kegiatan Belajar 2.

    Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

    80 - 89% = baik

    70 - 79% = cukup

    < 70% = kurang

    Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat

    meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi, jika tingkat penguasaan

    Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2,

    terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.

    Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

    100%Jumlah Soal

  • LUHT4219/MODUL 1 1.41

    Kunci Jawaban Tes Formatif

    Tes Formatif 1

    1) D

    2) A

    3) B

    4) B

    5) A

    6) B

    7) A

    8) C

    9) A

    10) D

    Tes Formatif 2

    1) B

    2) C

    3) D

    4) B

    5) A

    6) D

    7) B

    8) B

    9) D

    10) B

  • 1.42 PENGANTAR ILMU PERTANIAN

    Daftar Pustaka

    Aarsten V. 1953. Pengertian Pertanian.

    http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html. Diakses pada

    tanggal 20 Januari 2015.

    Aryulina D dan Choirul M. 2007. Biologi 2 SMA. Jakarta: Esis Erlangga.

    Aweto AO. 2013. Shifting Cultivation and Secondary Succession in the

    Tropics. UK. Oxfordshire.

    Betson DM and Warlick. 2006. Measuring Poverty. In Methods in Social

    Epidemiology. San Fransisco. US: A Wiley Imprint.

    Booth A. 1988. Agricultural Development in Indonesia. Sydney. Allen &

    Unwin.

    Campbell NA and Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin

    Cummings.

    Danarti dan Sri N. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

    Jakarta: Swadaya.

    Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.

    Haryanti D. 2007. Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi

    Pertumbuhan Laba pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Universitas

    Negeri Semarang (tidak dipublikasikan).

    Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka.

    Jackson LE. 1997. Ecology in Agriculture. New York: Academic Press.

    Karwan dan Salikin A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta:

    Kanisius.

    http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html

  • LUHT4219/MODUL 1 1.43

    Lindblad ED. 1993. New Challenges in the Modern Economic History of

    Indonesia. Leiden: Programme of Indonesian Studies.

    Mosher AT. 1966. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta:

    Yasaguna.

    Muin I. 2013. Sosiologi SMA / MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

    Mulyani S. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

    National Research Council. 1993. Sustainable Agricultur