pengendali kualitas air op 3

24
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP Pengendalian Kualitas Air 1. Kriteria Air. Kriteria air atau kualitas air yang digunakan pada Pusat Listrik Tenaga Uap, sangat mempengaruhi umur Unit PLTU dan keandalan Unit PLTU. Di bawah ini akan ditunjukan akaibat tidak memenuhi persyaratan kualitas air. Tabel I . Butir analisa air akibat tidak memenuhi persyartan kualitas Air. DILUAR RENTANG STANDART NO. BUTIR ANALISA TERLAU RENDAH TERLALU TINGGI I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Silica S i O 2 dalam air uap. Silica S i O 2 dalam air ketel. Silica -S;02 dalam air Mentah Phosphate dalam air ketel pH dalam air pengisi, kondensat, ketel Fe dalam air kondensat. Cu dalam air kondensat. Oxygen dalam air pengisi Carbon dioxida. Conduktivity air pengisi dan Kondensat. Baik Baik. Baik Korosi pH rendah Korosi Baik Baik Baik . Baik Baik Korosi pH rendah (tidak terdapat sisa hidrasin ). Cary over pengerakan di sudu turbin tekanan menengah dan rendah. Pengerahan pipa ketel. Foaming,pengerakan Carry Over Foaming,pengerakan Carry Over. Telah terjadi korosi Telah terjadi korosi pada Pipa penukar kalor. Korosi oksigen. Korosi karbon dioksida. o Pengerakan. o Foaming. o Kebocoran condensor. 1

Upload: arifuddin-nurdin

Post on 10-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

air

TRANSCRIPT

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    1. Kriteria Air.

    Kriteria air atau kualitas air yang digunakan pada Pusat Listrik Tenaga Uap, sangat mempengaruhi umur Unit PLTU dan keandalan Unit PLTU. Di bawah ini akan ditunjukan akaibat tidak memenuhi persyaratan kualitas air.

    Tabel I . Butir analisa air akibat tidak memenuhi persyartan kualitas Air.

    DILUAR RENTANG STANDART NO. BUTIR ANALISA TERLAU RENDAH TERLALU TINGGI

    I.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Silica SiO2 dalam air uap. Silica SiO2 dalam air ketel. Silica -S;02 dalam air Mentah Phosphate dalam air ketel pH dalam air pengisi, kondensat, ketel Fe dalam air kondensat. Cu dalam air kondensat. Oxygen dalam air pengisi Carbon dioxida. Conduktivity air pengisi dan Kondensat.

    Baik Baik. Baik Korosi pH rendah Korosi Baik Baik Baik . Baik Baik Korosi pH rendah (tidak terdapat sisa hidrasin ).

    Cary over pengerakan di sudu turbin tekanan menengah dan rendah. Pengerahan pipa ketel. Foaming,pengerakan Carry Over Foaming,pengerakan Carry Over. Telah terjadi korosi Telah terjadi korosi pada Pipa penukar kalor. Korosi oksigen. Korosi karbon dioksida. o Pengerakan. o Foaming. o Kebocoran

    condensor.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    1

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    9.

    10.

    11.

    12.

    Conduktitiviy air ketel Conduktitiviy air uap Kesadahan air ketel Hydrazin dalam air pengisi Amoniak dalam air condensat Chlorida

    Korosi pH rendah (tidak terdapat sisa phosphate ) Baik Baik ( harus nol ). Korosi oksigen. pH rendah untuk PLTU-PLTU yang pengaturan pH-nya dengan amoniak Baik

    o Pengerakan o Foaming o Carry over

    o Carry Over o Pergerakan disisi

    Super Heater. o Korosi chlorida. o Pengerakan. o Foaming. o Carry over.

    Amonia attack pada pipa Yang terbuat dari tembaga. Pemakaian amoniak tinggi. o Korosi chlorida o Indikasi kebocoran

    kondensor

    Air yang digunakan di PLTU harus memenuhi persyaratan. Adapun sampel air yang diperiksa di laboratorium PLTU berupa : o Air kondensat. o Air ketel. o Air pengisi ketel. o Air penambah. Persyaratan kualitas air tergantung dari tekanan kerja ketel, makin tinggi tekanan kerja ketel makin ketat persyaratan kualitas air .

    TOTO/UNJ/ hr/06

    2

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    1.1 Standard Air Kondensate.

    a. Untuk ketel bertekanan 170 kg / cm2

    Air Kondensate: pH = 9,2 - 9,5 Conductivity, SC = < 10 mho / cm

    Conductivity, CC = < 0,3 mho / cm

    Silica ( SiOZ ) = < 0,02 ppm

    Oksigen terlarut = < 0,015 ppm

    Tembaga ( Cu ) = 0,01

    Besi ( Fe ) = < 0,02

    1.2 Standard Air Penambah. a. Untuk ketel bertekanan 170 kg / cm2

    Air Penambah : pH = 7 Conductivity = < 0,3 p, mho / cm

    Silica = < 0,02

    1.3 Standard Air Pengisi Ketel. a. Untuk ketel dengan tekanan 40, 60, dan 80 atm. Air pengisi ketel :

    Air Pengisi Ketel

    Tekanan Kerja ( atm ) 40 atm 60 atm 80 atm

    Oksigen terlarut (ppm ) < 0,02 < 0,02 < 0,02

    Total besi ( ppm ) < 0,05 < 0,05 < 0,001 Total tembaga ( ppm ) < 0,01 < 0,01 < 0,005 pH pada 25 o C ( ppm ) 8 - 9 8 - 9 8 - 9

    Silika ( ppm ) < 0,02 < 0,02 < 0,02

    Conductivity ( p, s / cm ) < 1,0 < 0,5 < 0,3

    Chlorida ( C1 - ) - - -

    Hydrazin ( N2H4 ) PPM 0,01 - 0,03 0,01 - 0,03 0,01 - 0,03

    TOTO/UNJ/ hr/06

    3

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    b. Untuk ketel dengan tekan 170 kg/cm2.

    Air pengisi ketel : pH = 9,2 -9,5 Conductivity, SC = < 10 g mho / cm

    Silica ( Si02 ) = < 0,02 ppm

    Oksigen terlarut = < 0,007

    Hidrazin ( NzH4 ) = 0,03 - 0,05

    1.4 Standard Air Ketel.

    a. Untuk ketel tekanan 40, 60, dan 80, Air Ketel :

    Tekanan Kerja ( atm ) 40 atm 60 atm 80 atm

    Silika ( ppm ) - < 10 < 4

    Phospat ( ppm ) < 10 < 10 < 3 Conduktivity ( ~ s / cm ) - < 2500 < 1150 pH 9 - 10 9 - 10 9 - 10

    b. Untuk ketel dengan tekanan 170 kg /cm2 Air ketel : pH = 9,2 - 9,5 Conductivity, SC = < 20

    Silica ( SiOZ ) = < 0,185

    Phosphat ( PO4 ) = < 0,007

    Chlorida ( C1 ) = < 0,5

    Main Steam . pH = 9,2 - 9,5 Conductivity, SC = < 10 Silica ( SiOz ) = < 0,015

    TOTO/UNJ/ hr/06

    4

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air.

    2.1 Mineral / Organik. Mineral dan zat organik yang terlarut dalam air pengisi ketel , merupakan zat

    padat yang tidak diharapkan. Zat padat tersebut akan menambah impurities

    ( kotoran ) dalam air ketel yang menambah laju korosi dan deposit pada ketel

    dan turbin. Sumber-sumber zat padat ( mineral ) yang terbawa dalam ketel

    berasal dari :

    a. Kebocoran kondensor.

    b. Pencemaran air penambah yang disebabkan oleh carry over dalam

    evaorator atau kesalahan pada saat proses penghilangan mineral.

    c. Pencemaran air di dalam sistem clean-drains recovery.

    d. Hasil korosi dari sistem injeksi pengolahan yang tidak benar ( beberapa

    korosi sering tetap muncul meskipun tindakan pencegahan telah diambil ).

    2.2 Kesalahan Operasi.

    Kesalahan operasi dalam melakukan injeksi kimia pada siklus PLTU dapat

    mempengaruhi kualitas air. Injeksi kimia yang terlalu banyak atau terlalu sedikit

    dapat menyebabkan air pengisi ketel atau air ketel tidak memenuhi syarat,

    yang mana akibatnya menambah laju korosi dan pembentukan deposit.

    Bahan kimia yang digunakan untuk bahan injeksi kimia pada internal treatment

    (pengolahan air) adalah amonia, Hidrazin dan Sodium phospat.

    2.3 Problem Pengolahan Air. Problem utama pengolahan air ( internal treatment ) adalah bila terjadi

    kebocoran kondensor. Kebocoran kondensor menyebabkan kerusakan yang

    patal pada Boiler maupun Turbin, bila tidak segera diatasi. Jika terjadi

    kebocoran kondensor pada suatu unit, maka ada tiga macam resiko :

    1. Adanya chlorin di dalam air boiler menyebabkan resiko korosi pada sisi air

    pipa-pipa uap didalam ketel.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    5

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    2. Penggunaan air pengisi yang dicemari chlorin, ke dalam Desuperheater

    tipe sepray dapat menimbulkan korosi stress pada sistem setelah

    desuperheater.

    3. Akan terjadi kenaikan konduktivitas air boiler yang menyebabkan carry

    over. Carry over adalah terbawanya garam - garam pada air boiler dalam

    aliran uap, sehingga garam - garam tersebut dapat membentuk deposit

    ( kerak ) pada superheater dan sudu-sudu turbin.

    Secara umum bilamana terjadi kebocoran kondensor dan diketahui bahwa

    terdapat kontaminasi chlor pada air pengisi, maka spray desuperheater harus

    segera dihentikan. Untuk ini perlu untuk menurunkan beban. Selanjutnya

    langkah yang akan diambil untuk megatasi kebocoran kondensor harus

    ditentukan.

    Sebagai contoh, tindakan yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

    a. Konduktivitas air ketel setelah

    penukar panas. Pengolahan air ketel dengan coustic soda

    Kurang dari 5 microsiemen Belum perlu ada tindakan

    10 microsiemen

    Termasuk situasi bahaya Kurangi beban dan hentikan aliran spray desuperheater dan reaheater. Unit hanya boleh terus dioperasikan apabial kebocoran dapat dilokalisir dan diperbaiki.

    Diatas 80 microsiemen

    konduktivitas airketel sebelum penukar cation = 30 mikrosiemen

    Unit harus segera dihentikan.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    6

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    b. Untuk metode zero solid dimana hanya digunakan Hidrasin.

    Konduktivitas kondensat Setelah penukar kation

    TINDAKAN YANG DIAMBIL

    Kurang dari I microsiemen Belum perlu ada tindakan

    1 microsiemen.

    9 Injeksi soda caustic 0,05 ppm ekivalenNaOH yang dihitung berdasarkan volume.

    9 Buka saluran blow down dan bila mungkin stop unit.

    5 microsiemen. Stop unit saat itu juga

    TOTO/UNJ/ hr/06

    7

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    3. Akibat Ketidakmurnian Air.

    Ketidak murnian air akan mengakibatkan korosi, deposit dan erosi. Dalam pengolahan air yang perlu dijaga adalah terbentuknya lapisan Magnetik Film pada permukaan pipa yang dapat melindungi dari korosi. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai korosi, deposit, erosi dan magnetik film. 3.1 Korosi.

    Korosi adalah proses kerusakan logam yang disebabkan oleh proses reaksi kimia atau proses reaksi elektro kimia dengan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses tersebut. Kerusakan karena penyebab phisik tidak dapat disebut korosi, tetapi dinyatakan sebagai erosi atau keausan. Dalam bebrapa kasus, logam dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kombinasi kedua hal tersebut diatas, sehingga proses kerusakannya disebut proses erosi korosi ( Corrosion Erosion ), korosi karena lelah (Corrotion fatique ), korosi karena stress ( Stress corrosion ) dan lain-lain. Pengkaratan ( Rusting ) adalah istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan korosi pada besi dan campurannya yang membentuk oksida besi terhidrasi ( hidrated iron oxide ) yang disebut karat. Secara umum korosi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Korosi Elektrokimia Korosi suhu tinggi, yang terjadi diruang bakar. Pada materi palajaran ini yang kita bahas hanya mengenai korosi Elektrokimia. Prose korosi Eiektrokimia merupakan kejadian yang paling banyak menyerang logam karena, terjadi pada suhu ruang atau temperatur yang relatif rendah. Korosi elektrokimia disebabkan oleh reaksi logam dengan Air, Larutan garam , Asam dan Besi. Syarat terjadinya Elektrokimia adalah bila terdapat tiga komponen, yaitu ; Anoda. Katoda. Elektrolit. Pada proses korosi elektrokimia terdapat dua macam reaksi, yaitu ; Reaksi katoda merupakan reaksi reduksi yang tidak merusak logam Reaksi anoda merupakan reaksi oksidasi yang merusak logam

    TOTO/UNJ/ hr/06

    8

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    Di bawah ini dapat dilihat contoh - contoh terbentuknya anoda dan katoda :

    NO. KONDISI ANODA KATODA

    1. Cu & Fe Fe & Zn

    Fe Zn

    Cu Fe

    2. ButiranUkuran butiran Batas krista Halus Tengah Kasar

    3. Tegangan Tegang Rileks

    4. Temperatur Panas Dingin

    5. Konsentrasi OZ Rendah Tinggi

    6. Adanya kotoran Tengah Pinggir

    PROSES KOROSI ELEKTROKIMIA.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    9

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    3.1.1 Korosi Pada Sistem Air Pengisi Ketel. Sistem air pengisi ketel terdiri dari beberapa komponen, seperti : pipa-pipa

    saluran, pemanas awal air pengisi, katup-katup dan lain sebagainya yang

    semuanya terbuat dari logam. Logam-logam yang dipakai dalam sistem air

    pengisi terutama adalah : besi, nikel, tembaga, aluminium, seng dan titanium.

    Bila dalam sistem air pengisi terjadi korosi , maka kerak yang timbul sebagai

    akibat dari proses korosi tersebut akan terbawa bersama air pengisi ke ketel.

    Dalam hal yang ekstrim kejadian ini dapat menyebabkan terbentuknya deposit-

    deposit yang akan mempengaruhi proses perpindahan panas. disamping itu

    kerak yang ditimbulkan oleh proses korosi juga dapat membantu proses

    pengkaratan pada saat ada beban.

    3.1.2 Korosi Karena Chlorida. Chlorida ( Cl ) yang terlarut dalam air dapat menimbulkan laju korosi yang

    sangat cepat. Chlorida, khususnya yang berasal dari Magnesium Chlorida ( Mg

    CI z ) di dalam Boiler dapat dirubah secara reaksi kimia yang disebut hidrolisa

    menjadi asam chlorida.

    Mg (OH )2

    Magnesium Hidroksida

    Mg CI2 + H2O Magnesium Air

    Chlorida

    2HCL Asam

    Chlorida +

    Fe + 2 HCl Besi Asam Chlorida

    Fe Cl2Besi

    Chlorida

    2H+

    Ion Hidrogen

    +

    Asam-asam jelas merupakan hal yang tidak diinginkan di dalam air boiler,

    sebab asam-asam tersebut cendrung menyerang permukaan logam dari boiler.

    Untuk alasan inilah orang labor biasanya menambahkan Sodium Hidroksida

    ( NaOH ) ke dalam air boiler agar dapat mendapatkan pH kira-kira 10,0. Alkali

    ini akan menetralkan asam-asam yang dihasilkan oleh proses Hidrolisa

    Chlorida.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    10

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    3.2 Deposit.

    Deposit ( kerak ) terjadi bilamana dalam air pengisi ketel terdapat zat-zat padat

    terlarut. Zat padat terlarut dapat berupa Calsium, Magnesium atau Silika. Kerak

    pada pipa boiler akan mempengaruhi secara serius terhadap perambatan

    panas, dan kemudian bisa menyebabkan pecahnya pipa boiler.

    Selain zat-zat padat yang terlarut dalam air ketel dapat mengakibatkan

    masalah sebagi berikut :

    Kerusakan Turbin Bila air yang mengandung kotoran dididihkan, timbullah uap dan sisanya

    kotoran padat. Jika air dipanskan diatas titik didih normalnya, maka dihasilkan

    uap panas lanjut dan kotoran padat tersebut akan terlarut dalam uap. Zat-zat

    padat ini terutama silika dapt terbawa dan menempel ( deposit ) pada sudu-

    sudu turbin.

    Deposit pada sudu-sudu turbin ini akan menyebabkan getaran pada turbin yang

    akan meyebakan getaran pada turbin yang akan menyebabkan kerusakan di

    sudu-sudu dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada bearing-bearing.

    Makin tinggi tekanan pada boiler yang beroperasi, makin besar kotoran-kotoran

    yang akan terbawa, karena kelarutannya naik dengan adanya kenaikan

    temperatur. Oleh karena itu, pada tekanan tinggi perlu diperhatikan bahwa

    konsentrasi zat padat terlarut dari air boiler harus serendah mungkin.

    Sebaiklnya, untuk boiler tekanan rendah pada unit yang sangat tua dapat

    menggunakan air lunak atau Soft Water.

    Boiler Friming (Carry - Over) Jika konsentrasi zat padat yang terlarut di dalam air boiler sangat tinggi, Priming

    atau terbawanya air secara mekanis, dari boiler bersama uap kedalam pemanas

    lanjut dan bahkan dilanjutkan ke turbin.

    Air dapat terbawa ke dalam uap dan zat padat yang terlarut akan membentuk

    deposit di dalam pemanas lanjut dan pada sudu-sudu turbin. Di dalam pipa

    pemanas lanjut, deposit padat akan mempunyai akibat yang sama seperti kerak

    pada pipa boiler.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    11

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    3.3 Erosi. Erosi adalah proses pengikisan ( Abrasi ) pada permukaan benda ( logam ) yang

    disebabkan oleh zat-zat padat yang bergerak cepat. Erosi dapat terjadi pada

    pipa-pipa Superheater dan sudu-sudu turbin.

    Erosi disebabkan oleh Carry over , yaitu terbawanya garam-garam ( zat padat )

    bersama uap menuju ke Superheater dan turbin. Zat padat yang terlarut dalam

    uap tersebut dapat mengikis permukaan logam yang dilalui.

    3.4 Magnetit Film. Korosi dapat dikurangi dengan menempatkan lapisan pelindung magnetite

    ( Fe304 ) diantara logam dengan media korosi ( air atau uap ) . Baja lunak ( mild

    steel ) yang dipergunakan di dalam boiler termasuk logam yang tidak tahan

    korosi. Bila baja tersebut dikenakan terhadap air panas atau uap dengan atau

    tanpa oksigen, korosi akan terjadi dan besi oksida akan terbentuk dengan cepat.

    Macam-macam oksida atau Hidroksida terbentuk dalam jumlah yang berbeda-

    beda, bergantung pada kondisi tertentu. Kebanyakan hasil korosi menjadi

    terlepas dan tersapu keluar sehingga terbuka logam aslinya dan tidak mencegah

    air menuju metal.

    Dalam hal ini korosi tidak dapat dihindari dan berjalan terus. Oksida yang dapat

    digunakan hanyalah magnetite dengan rumus Fe3O4. Magnetit yang dihasilkan

    dengan cara yang benar dapat menjadi padat, keras, dan merupakan lapisan

    yang melekat secara terus-menerus serta sangat kuat diantara baja dengan

    lingkungan yang korosif.

    Magnetit terbentuk dari reaksi air panas atau uap pada besi panas, Reaksi

    pembentukan magnetit biasanya digambarkan sebagai :

    3 Fe + 4 H20 Fe 304 + 4 H2

    Dari reaksi pembentukan magnetit dapat dilihat bahwa tidak ada gas atau

    oksigen terlarut yang diperlukan untuk reaksi diatas dan hidrogen terbentuk

    bebas.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    12

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    Dari pengamatan nampak bahwa, dua bentuk ion berdifusi ketika terbentuk

    magnetit pada logam di bawah kondisi tempertaur tinggi. Oksigen dari larutan

    masuk ke dalam melalui kisi-kisi magnetit yang baru pada permukaan sebelah

    dalam logam / oksidanya.

    Magnetit yang terbentuk menjadi padat dan keras, dan selama terbentuknya

    magnetit dari logam, hal ini akan baik terhadap logam. Pada saat yang sama, ion

    besi ( kation ) tersebar keluar melalui magnetit, dan magnetit yang baru

    terbentuk pada permukaan oksida air. Magnetit yang terbentuk ini berbentuk

    butiran-butiran kecil dan hanya menempel dengan longgar pada magnetit yang

    keras.

    Sekarang dua magnetit dihasilkan, tetapi hanya lapisan dalam yang bersifat

    melindungi. Bahwa volume dari magnetit bagian dalam volumenya hampir sama

    dengan volume total dari besi yang diperlukan untuk pembentukan dua lapisan

    tersebut. Dalm kondisi ini film yang bersifat pelindung terbentuk dengan tekanan

    mekanis minimum. Di dalam boiler biasanya magnetit bagian luar terbawa keluar

    oleh aliran air.

    Karena ketebalan dari lapisan magnetit bertambah, maka difusi dari ion-ion yang

    melaluinya menjadi lebih lambat dan berangsur-angsur reaksi antara logam

    dengan air menjadi terhenti. Peristiwa yang terjadi di dalam boiler inilah yang

    selalu diharapkan dan dijaga oleh orang laboratorium. Magnetik pelindung hanya

    akan melekat dengan baik bila permukaan - permukaan logam bersih. Inilah

    sebabnya kerak dan rontokan-rontokan lainnya dihilangkan denga Acid Cleaning

    sebelum boiler dikomisioning.

    Tingkat pembentukan magnetit bertambah dengan adanya temperatur dan

    konsentrasi hidroksida. Agar supaya daerah magnetit yang rusak dapat cepat

    diperbaiki, maka perlu dijaga agar konsentrasi Sodium Hidroksida ( Coustic Soda ) di dalam air boiler kecil.

    Pertumbuhan dari lapisan lindung Fe304 dapat difihat di bawah ini.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    13

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    Gambar 1. Pertumbuhan Lapisan Lindung Fe3O4.

    Gambar 2. Pertumbuhan Lapisan Lindung Fe3O4 Secara Grafik.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    14

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    4. Methode Pengendalian Air.

    Untuk mengendalikan kualitas air uap pada siklus PLTU maka petugas laboratorium

    kimia harus selalu memonitor secara terus menerus kondisi dari air kondensat, air

    ketel dan uap. Kondisi air dan uap tersebut diatas harus memenuhi batas persyaratan

    yang diinginkan yang sesuai dengan unit pembangkit setempat. Bilamana terjadi

    penyimpangan-penyimpangan pada kualitas air tersebut maka petugas laboratorium

    bersama operator PLTU yang bertugas harus dengan segera mengatasi

    permasalahan tersebut.

    Peyimpangan-penyimpangan tersebut dapat berupa :

    Terjadi kebocoran kondensor Injeksi kimia yang tidak tepat Sistem Demineralizes Plant yang gagal

    Untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan tersebut, maka dapat dilakukan

    metode pengendalian air sebagai berikut :

    4.1 Kondenser Polisher. Condensate Plisher adalah peralatan pengolahan air ( internal treatment ) yang

    dipasang setelah Condensate Pump. Condensate Polisher didesain untuk PLTU

    yang mempunyai tekanan ketel diatas 160 Kg / cm2 atau untuk boiler tekanan

    sub kritikal dan kritikal. Biasanya kapasitas PLTU yang mempunyai unit

    Condensate Polisher adalah diatas 400 MW.

    Condensate Plisher berupa tangki yang di dalamnya berisi resin kation dan resin

    anion . Fungsi dari kondensate polisher adalah menangkap impurities ( kotoran )

    yang terkandung pada air Condensate. Impurities pada air condensate bisa

    berasal dari pangsa korosi yang berasal dari sirkuit air uap PLTU dan bisa juga

    berasal dari kebocoran kondensor. Bilamana konduktivitas dari air kondensat

    naik melebihi batas yang diijinkan maka condensate polisher perlu dioperasikan

    untuk menurunkan konduktivitas air kondensat.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    15

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    4.2 Injeksi Kimia. Injeksi kimia yang dilakukan pada siklus air uap PLTU, berfungsi untuk

    mengontrol kwalitas air dan uap PLTU.

    Tujuan dari injeksi kimia tersebut adalah :

    a. Pencegalian korosi didalam boiler, sistem uap dan sistern pengisi.

    b. Pencegahan pembentukan kerak dan endapan pada permukaan yang

    panas.

    c. Menjaga kermunian uap tetap tinggi.

    Untuk alasan keuangan, boiler terbuat dari baja, baja mempunyai banyak

    sifat yang baik yaitu : dapat ditempa, dicetak, dilas, mudah di pergunakan,

    dan lain-lain. Tetapi baja mempunyai satu kejelekan yaitu mudah korosi. Hal

    yang menguntungkan dari kejadian reaksi kimia adalah terbentuknya

    magnetit hitam, ini terjadi dalam kondisi larutan sedikit basa (pH sekitar 10).

    Dalam kondisi mendekati netral magnetit hanya sedikit terlarut , dan

    magnetit ini mengendap saling melekat serta menjadi kuat, yang dapat

    menghalangi saluran air menuju lugom dibawah lapisan tersebut. Kecepatan

    pembentukan lapiasan film oksida menurun sebagaimana kenaikan

    ketebalan lapisan film oksida, dan pengukuran ketebalan lapisan film hanya

    beberapa micron setelah 103 jam penguapan. Dalam kondisi asam dan basa

    yang lebih, sifat fisik dari magnetit berubah, menjadi kropos dan berkurang

    sifat pelindungnya.

    Pada akhirnya lapisan film menjadi tidak bersifat melindungi dan kecepatan

    korosi menjadi tinggi. Oleh karena itu, suatu boiler perlu diperhatikan

    kesetabilan lapisan film oksida, yang ditunjang oleh kondisi logam boiler,

    kimia boiler dan pemeliharaan bentuk film oksida yang stabil sehingga dapat

    mengurangi laju korosinya.

    Bahan Kimia Yang Dipergunakan Untuk Mengolah Air Pengisi Besaran Agar supaya dapat menaikan pH dari 7 sampai 9, diperlukan kenaikan ion

    hidorksida OH, oleh karena itu diperggunakan bahan kimia yang bisa

    menaikan pH, yaitu yang mempunyai sumber ion hidroksisda.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    16

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    a. Coustic soda (Sodium Hidroksida / Na OH).

    sumber ion hidrolsida ( OH- ) diambil dari Sodium Hidroksida . Zat ini

    relatif murah dan dapat dibeli seperti zat padat dan larutan lain, dan

    mudah diperoleh dalam bentuk murni.

    Untuk pengolahan kondisi air pengisi pada unit tekanan tinggi adalah

    tidak cocok, karena zat ini secara fisik bentuknya padat. Zat tersebut

    akan membentuk deposit di dalam pipa desuperheater dan pipa

    superheater, dan pada temperatur tinggi endapan ini menimbulkan

    masalah korosi yang menyebabkan terjadinya keretakan, dan untuk

    inilah maka digunakan zat kimia yang mudah menguap.

    b. Amonia ( NH3 ). Amonia berupa gas dan merupakan gas yang paling mudah larut dari

    semua gas. Pada temperatur ruang, satu unit volume air dapat di

    larutkan kira - kira 1.400 unit volume amonia.

    NH3 + H2O NH4OH

    NH4OH + NH4 + OH

    secara praktis 0, 2 - 0,5 ppm NH 4+ ( kurang lebih 0,2 ppm ) cukup dapat

    memberikan pH yang diinginkan. Amonia ditambahkan pada pelepasan

    pompa ekstrasi atau pada keluaran deareator (lebih disukai ) dengan cara

    injeksi menggunkan variabel stroke closing pump, dimana amonia tersebut

    dalam bentuk larutan dalam air yang bebas mineral.

    Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan korosi, lubang-

    lubang dan retek ( keadaan akan retak ) khususnya pada tembaga alloy di

    bagian lewatnya udara ekstrasi, dari kondesor dan untuk mengatasi ini

    harus dilakukan pengontrolan konsentrasi amonia. Pengecekan secara

    reguler di daerah kuning pada logam secara tetap adalah perlu, dan

    pengambilan contoh pipa kondensor untuk pengecekan metalurgi.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    17

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    c. Hidrazin. N2H4 Hidrazin yang murni adalah tidak stabil dan mudah meletup. Hidrazin yang

    diperlukan adalah 35 % larutan ( Zero % ). Hidrazin adalah suatu zat

    penghilang oksidasi dan dalam keadaan murni menghasilkan gas - gas :

    N2 H4 + O2 2H2O + N23N2H4 + 4 NH3 + N2

    Hidrazin ditambahkan kepada pelepas pompa ekstrasi sama caranya

    dengan penambahan amonia, begitu juga konsentrasi hidrazin yang

    dimasukan pada sisi masuk ekonomiser kira-kira 0. 02 ppm, tentu kira- kira

    5 kali konsentrasi oksigen pada tempat ini. Ada hubungan antara

    konsentrasi hidrazin dengan konsentrasi tembaga, besi, dan nikel di dalam

    air pengisi.

    Perbandingan yang tepat bervariasi antara tempat yang satu dengan

    tempat lain, tetapi kira- kira 0, 02 - 0, OS ppm N2H4. Menurut teori pada

    konsentrasi tersebut di atas, hidrazine menghasilkan pelindung oksida

    magnetik yang lebih baik di dalam ekonomiser / boiler. Hal yang sama,

    beberapa sumber mengatakan bahwa kadar oksigen terlarut praktis no

    ( Ca.Mg) < 0. 005 ppm 02 ) dan ini menguntungkan sekali.

    d. Sodium Phosohat ( Na3PO4 ) Larutan sodium phospat sedikit basa, sehingga bila diinjeksikan ke dalam

    air ketel akan menaikan pH air ketel. Fungsi injeksi phospat ( Na3P04 )

    adalah mengontrol / menaikan pH air boiler, sehingga pH air boiler dijaga

    sekitar 10,0. Selain itu injeksi phospat bertujuan untuk mencegah

    pengerakan yang diakibatkan olah kesadahan air ( Ca, Mg ). Bila

    diinjeksikan phospat maka akan terbentuk endapan lumpur yang bisa

    dibuang lewat blow dwon.

    Reaksinya adalah sebagai berikut : 3Ca2+H4 + 2Na3PO4 Ca3 (PO2 )4 + 6Na+

    ( Endapan Lumpur )

    TOTO/UNJ/ hr/06

    18

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    4.3 Degaser. Ketidak murnian air dapat disebabkan oleh adanya gas-gas yang terlarut dalam

    air. Adanya gas yang terlarut dalam air pengisi, terutama gas oksigen akan

    meyebabkan laju korosi bertambah. Maka untuk itu, kandungan oksigen yang

    terlarut dalam air pengisi harus dihilangkan dengan melakukan Degasser.

    Degasser untuk menghilangkan/mengurangi gas oksigen terlarut dapat

    dilakukan dengan 2 cara, yaitu : cara mekanik dan cara kimia.

    Menghilangkan oksigen secara mekanis Oksigen dan karbon dioksida serta gas-gas lain yang tak terkondensasi

    dihilangkan dari dalam air pengisi secara mekanis di dalam kondensor dan

    deaerator.

    a. Pemisah udara dalam kondensor. Air penambah biasanya diisikan dalam bentuk spray langsung di atas

    permukaan air kondensor. Vacum di dalam kondensor menyebabkan gas

    akan terpisah dan keluar dari air. Tujuan spray adalah mengurangi air

    menjadi butiran-butiran air yang kecil serta membuat permukaan yang luas

    di dalam kondensor, sehingga pemisah udara dari air lebih effisien. Dengan

    cara seperti ini, air kondensat akan mempunyai kandungan oksigen terlarut

    lebih kecil dari 0,015 ppm.

    Apabila terjadi kebocoran di dalam kondensor atau pipa kondensat atau di

    perapat (gland ) pompa kondensat nilai 0,015 ppm akan naik karena

    masuknya udara ke dalam sistem. Karena itu perlu dijaga agar saluran

    sistem air pengisi selalu dalam kondisi rapat terhadap udara. Perlu

    diketahui bahwa perapat pornpa kondensat akan lebih efektif bila dibantu

    dengan air perapat.

    b. Pemisahan Udara Dalam Deaerator. Uap dihembuskan ke dalam deaerator bersamaan dengan air pengisi yang

    disemprotkan. Uap akan membantu memisahkan gas dari air pengisi untuk

    kemudian gas-gas tersebut bergerak dengan cepat kebagian atas

    TOTO/UNJ/ hr/06

    19

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    deaerator dan serlanj'utnya dibuang ke atmosfir. Air pengisi yang telah

    mengalami deaerasi ( deaerated feed water 0 mengumpul dibagian bawah).

    Disamping mengeluarkan gas-gas dari air pengisi, uap juga

    mememanaskan air dan dengan demikian deaeraator berfungsi sebagai

    pemanas kontak langsung untuk air pengisi. Deaerator yang efsien dapat

    mengurangi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air pengisi hingga

    lebih kecil dart 0,005 ppm O.

    Pemisah Udara Secara Kimia Pemisah udara secara mekanis tidak dapat mempertahankan konsentrasi

    oksigen atau karbon dioksida pada harga yang bisa diterima di dalam sistem air

    pengisi maupun di dalam instalasi boiler. Walaupun kondenor atau deaearator

    dapat menurunkan konsentrasi gas yang terlarut sampai level-level yang sangat

    rendah, korosi masih bisa terjadi apabila terdapat kebocoran sehingga udara

    masuk ke dalam sistem dimana tidak ditanggulangi dengan cara apapun.

    Pusat pembangkit dengan 2 Shift ( jam kerja ) yang tidak beroperasi

    ( shut down ) pada malam hari, akan cendrung terserang korosi karena oksigen

    yang terlarut dan karbon dioksida. Pada saat unit pembangkit tidak beroperasi,

    air pada sistem menjadi dingin dan cendrung untuk menyerap udara. Pemanas-

    pemanas awal air pengisi juga cendrung berisi udara ketika turbin dan

    kondensor tidak vakum lagi.

    Akibatnya, pada saat unit distart, air pengisi ( feed water ) mempunyai konsentrsi

    oksigen terlarut dan karbon dioksida yang tinggi dimana ini merupakan kondisi

    yang ideal bag[ terjadinya proses korosi. Pemanas awal yan terbuat dart pipa

    cupro - nikel 70 / 30 pada pusat pembangkit dengan pola operasi 2 Shift.

    cendrung korosi khusunya korosi karena oksigen. Hal ini ditandai dengan

    pengelupasan karena pengaruh korosi pada pipa-pipa yang membentuk lapisan

    tipis oksida dan akan hancur pada saat temperatur berubah. Proses ini akan

    jauh berkurang jika digunakan pipa cupro nikel 90 / 10.

    Membilas sistem dengan menggunakan nitrogen, ( tidak berbahya dan tidak

    bersifat korosif ) dapat mencegah masuknya udara ketika kondensor tidak lagi

    vakum. Cara ini memerlukan biaya besar untuk nitrogen. Oleh sebab itu

    TOTO/UNJ/ hr/06

    20

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    beberapa pusat pembangkit hanya melakukan pengisian nitrogen ke pemanas

    awal air per.gisi tekanan tinggi dimana diperkirakan korosi terjadi lebih serius.

    Korosi oleh oksigen dan karbon dioksida pada saluran air pengisi serta

    ekonomizer dapat menyebabkan sejumlah kecil kerak akibat korosi terbawa ke

    dalam boiler dan mengendap. Pada boiler endapan - endapan tersebut akan

    menyebabkan korosi lebih lanjut.

    Petugas laboratorium pada pusat pembangkit biasnya menambah bahan-bahan

    kimia tertentu ke air pengisi. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menghilangkan

    atau menetralisir gas-gas yang lolos pada proses pemisahan secara mekanis,

    tetapi juga untuk mengatasi gas-gas yang masuk ke sistem melalui kebocoran-

    kebocoran atau akibat operasi kondensor atau deaerator yang jelek.

    Pengeluaran Oksigen Secar Kimia Prinsipnya oksigen dikeluarkan dari air pengisi dengan menambahkan sodium

    sulphite ( Na2SO3 ) yang berbentuk kristal-kristal putih atau bentuk putih.

    Tetapi bahan kimia ini tidak dapat digunakan lagi kecuali pada instalasi yang

    lebih tua, karena selain mengikat oksigen, disamping akan membentuk sulfat

    sebagaimana ditunjukan dalam persamaan reaksi berikut, sodium sulfat

    ( Na2S03 ), juga akan menaikan konsentrasi zat padat terlarut dalam air

    ( TDS ).

    Reaksi sodium sulfat dengan oksigen adalah sebagai berikut :

    2 Na2 S03 + O2 2Na2S04

    Sodium Oksigen Sodium

    Sulphate Sulphate

    Memang zat padat terlaurut dapat dibuang melalui saluran blow down ketel,

    tetapi ini sekaligus juga berarti pembuangan baik panas maupun air. Pada

    PLTU yang menggunakan De superheater dengan air pencar, zat padat terlarut

    dalam air pengisi tidak dapat ditolerir, karena akan mengakibatkan

    terbentuknya endapan-endapan di dalam superheater.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    21

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    Pada pusat-pusat pembangkit yang modern , digunakan bahan kimia lain untuk

    mengeluarkan oksigen dari air pengisi dan air boiler. Bahan kimia ini disebut

    Hydrazine (N2H4 ) dan reaksinya adalah sebagai berikut :

    N2H4 + O2 N2 + 2HO2Hydrazine Oksigen Nitrogen Air

    ( cair ) ( gas ) ( gas ) ( cair )

    Dari persamaan kimia diatas, kita dapat melihat bahwa tidak ada benda-benda

    padat yang diproduksi, sedangkan nirogen dan air tidak merusak. Karena itu

    Hydrazine adalah bahan kimia yang idial untuk menghilangkan oksigen, sebab

    kerugiannya hanya karena hydrazine relatif mahal. Dalam menangani hidrazin

    dibutuhkan kewaspadaan karena hydrazine dapat merusak kulit dan pakaian.

    Operator yang bijaksana akan memakai pelindung muka, kaus tangan dan

    semacam baju pelindung (apron) pada saat menuangkan larutan Hydrazine.

    Keuntungan yang lain dari penggunaan hidrazin didalam pengolahan air adalah

    jika terjadi kelebihan hidrazin, maka hydrazine akan terurai membentuk amonia

    ( gas alkaline ) dan nitrogen.

    3N2H4 4N2 + N2Hydrazine Amonia Nitrogen

    ( cair ) ( gas ) ( Gas )

    Konsentrasi maksimum oksigen terlarut di dalam air yang direkomendasikan

    adalah sebagai berikut :

    Pada sisi tekan pompa kondensat : 0,015 ppm oksigen.

    Pada sisi masuk ekonomizer : 0,005 pptm oksigen.

    4.4 Blowdown.

    Pembukaan katup blow down tergantung dari kandungan silika dan Chlorida

    dalam air ketel. Silika yang terlarut dalam air boiler harus dikontrol dengan

    TOTO/UNJ/ hr/06

    22

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    pengoperasian blow down untuk menjaga agar konsentrasi silika yang terlarut

    dalam air boiler lebih kecil dari besaran sebagai berikut :

    5,00 ppm Si02 pada 62 bar

    1,5 ppm SiO2 pada 103 bar

    5,00 ppm SiO2 pada 163 bar

    Hal ini harus menunjukan, bahwa besaran diatas menjadi pedoman batas

    konsentrasi untuk silika di dalam air boiler. Batasan konsentrasi silika untuk

    tekanan adalah 0,02 ppm SiO, didalam uap dan konsentrasi di dalam air boiler di

    atas memegang peranan trehadap harga batas silika di dalam uap.

    Kemungkinan lain yaitu jika dapat dibuktikan dengan percobaan, bahwa

    mengoperasikan dengan konsentrasi silika tinggi di dalam air boiler tanpa

    memgakibatkan silika melebihi batas di dalam uap, maka hal ini diijinkan pula

    untuk dilaksanakan.

    Konsentrasi silika di dalam air boiler harus dikontrol dengan Blow down dan

    tujuan pengambilan harus untuk mencegah konsentrasi silika di dalam uap

    mencapai batas target dan kemudian tindakan blow down, bila batas konsentrasi

    dilewati. Kandungan Chlorida di dalam air ketel juga harus dikontrol dengan

    mengoperasikan blow down. Dalam keadaan operasi normal katup continous

    blow down diatur pembukaannya dengan rumus sebagai berikut :

    C1 - dalam air pengisi ketel

    % Blow Down = x 100 % Cl - dalam air ketel

    Di bawah ini dapat dilihat siklus PLTU beserta pengambilan sampel dan injeksi

    kimia, pada gambar 3.

    TOTO/UNJ/ hr/06

    23

  • PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN UNIT PLTU MODUL 3 / OP

    Pengendalian Kualitas Air

    Gambar 3. Siklus PLTU dan Pengambilan Sampel Air Serta Injeksi Kimia

    TOTO/UNJ/ hr/06

    24