pengenalan teknologi sensor

40
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SENSOR (TKF 3514, 1 SKS) Pengenalan Teknologi Sensor Kelompok 19 Aditya Muhtadi (08/268659/TK/33979) Zakariya Arif F. (08/268636/TK/33964) Rendra Wahyudityo (08/268583/TK/33949) Cecep Setiawan (09/289091/TK/35996) Suhartono (09/285135/TK/35649) Iyan Laksana Putra (09/284413/TK/35301) LABORATORIUM SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSIRAS GADJAH MADA 2012

Upload: adfahdz

Post on 31-Jul-2015

428 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengenalan Teknologi Sensor

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SENSOR

(TKF 3514, 1 SKS)

Pengenalan Teknologi Sensor

Kelompok 19

Aditya Muhtadi (08/268659/TK/33979)

Zakariya Arif F. (08/268636/TK/33964)

Rendra Wahyudityo (08/268583/TK/33949)

Cecep Setiawan (09/289091/TK/35996)

Suhartono (09/285135/TK/35649)

Iyan Laksana Putra (09/284413/TK/35301)

LABORATORIUM SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSIRAS GADJAH MADA

2012

Page 2: Pengenalan Teknologi Sensor

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. i

BAB I: TEORI PENDUKUNG ……………………………………………….… 1

A. SOUND LEVEL METER …………………………………………... 1

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN ………………………. 3

C. INFRA RED THERMOMETER ……………………………….…… 6

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR ……………………………….. 9

E. LIGHT METER ……………………………………………………… 9

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER ………………………………… 10

BAB II: DATA DAN PEMBAHASAN………………………………………….. 12

A. SOUND LEVEL METER …………………………………………... 12

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN ………………………. 13

C. INFRA RED THERMOMETER ……………………………….…… 15

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR ……………………………….. 19

E. LIGHT METER ……………………………………………………… 22

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER ………………………………… 25

BAB III: KESIMPULAN ………………………………………………………… 26

BAB IV: KRITIK DAN SARAN ……………………………………………….. 31

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 32

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 38

i

Page 3: Pengenalan Teknologi Sensor

BAB I

TEORI PENDUKUNG

A. SOUND LEVEL METER

Sound Level Meter merupakan suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat

kebisingan suara (noise pollution), dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk

lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji

tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pengukuran tingkat kebisingan juga

merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang ditujukan untuk aktivitas

tertentu dengan parameter tertentu, misal sebuah concert hall, teater, ruang kuliah,

laboratorium dan lain-lain.

Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja, antara lain:

1. Pengukuran dengan Titik Sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas

hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk

mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya

kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3

meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat

pengukur yang digunakan.

2. Pengukuran dengan Peta Kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur

kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan

dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada

kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode

pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan

dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orang untuk tingkat kebisingan yang tinggi

diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90 dBA.

3. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan

pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval

yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa

kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya: 10 x 10 m. Kotak tersebut

ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

Page 4: Pengenalan Teknologi Sensor

Zona Kebisingan

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan, yaitu:

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat

perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.

Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan

dan rekreasi.

Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, perdagangan dan

pasar.

Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,

terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga

(earmuff dan earplug)

Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff

Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug

Dibawah ini merupakan kurva standar pengukuran kebisingan Sound Level Meter

Biasanya filter pada SLM memakai acuan frequency weighting A (dBA) sebagai dasar

pengukuranya, hal ini dikarenakan pengkuran dalam skala dBA memilki jangkauan respon

terbesar. Pada pemakaiannya sebelum dilakukan pengukuran, sangat dianjurkan untuk

melakukan kalibrasi pada Sound Level Meter agar didapatkan hasil pengukuran yang presisi

dan akurat.

Page 5: Pengenalan Teknologi Sensor

Berdasarkan datasheet SLM pertama yang tecantum di lampiran. Diketahui bahwa

terdapat beberapa spesifikasi SLM berdasarkan kepentingan pengunaanya. Beberapa tipe dari

SLM yang ada hanya diperuntukan untuk mengukur tingkat kebisingan dalam pembobotan

frekuensi A dan C sedangkan untuk frekuensi weighting B tidak tersedia. Tipe-tipe pada SLM

tersebut ada yang ditujukan untuk pengukuran intensitas rendah (30-130 dBA) dan adapula

yang ditujukan untuk pengukuran intensitas bunyi yang tinggi (30-140 dBA/dBC). Tersedia

pula fitur atau tampilan pada pengukuran SPL (Sound Pressure Level).

Berdasarkan data pada datasheet SLM yang kedua yang tercantum di lampiran, range

pengukuran pada salah satu tipe SLM (misal pada tipe LA-1350) adalah 26-137 dBA, 31-137

dBC, 36-137 (flat) sedangkan linearitas sensor dicapai pada nilai 85 dB. Sensitivitas sensor

dapat diketahui adalah 0,5 v/10 dB. SLM tersebut bisa dipakai untuk 3 pembobotan frekuensi

yaitu A, C dan flat, sedangkan respon pengukuranya dapat diatur sesuai kebutuhan dan terdiri

dari 3 keadaan, yaitu fast, slow, dan imp. Kondisi kerja instrumen adalah pada rentang suhu -

- C dengan kelembaban relatif 30-90 %. Jarak maksimum pengukuran adalah ± 15

meter.

Secara umum pada beberapa jenis Sound Level Meter di pasaran, terdapat dua

kategori SLM berdasarkan tujuan penggunaanya. Diantaranya adalah: SLM untuk low

measurement yang rentang intensitasnya 35-100 dB dan SLM untuk medium measurement

yang rentang intensitasnya 65-135 dB.

Dalam pengukuran menggunakan Sound Level Meter, hasil pengukuran yaitu

gelombang bunyi yang terukur belum tentu sama dengan nilai intensitas gelombang bunyi

yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya noise pengukuran, antara lain:

Adanya gangguan angin yang berhembus dari berbagai arah yang menyebabkan tidak

akuratnya nilai yang terukur oleh SLM.

Adanya pengaruh kecepatan angin yang menyebabkan nilai intensitas gelombang

bunyi yang terukur lebih kecil dari hasil yang sebenarnya.

Apabila melakukan pengukuran di tempat yang banyak tumbuhanya, suara yang

dihasilkan sumber dapat terserap oleh tumbuhan, sehingga mengurangi akurasi

pengukuran.

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan bumi.

Dalam pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara yang

Page 6: Pengenalan Teknologi Sensor

mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan yang ditentukan oleh

adanya perbedaan tekanan udara di permukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan

tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin besar

kecepatan angin. Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Metereologi dan

Geofisika diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin dan arah angin.

Rotary Encoder

Untuk menunjukan arah angin salah satu sensor yang dapat digunakan adalah sensor

rotary encoder yaitu suatu sensor digital yang keluarannya berupa bit-bit digital sehingga

mampu memenunjukan arah angin dari 00 hingga 3600 dengan ketelitian 0,50.

Rotary encoder adalah peralatan elektro-mekanik yang menggunakan sensor optik

yang menghasilkan rentetan pulsa-pulsa yang dapat diubah ke dalam suatu gerakan,

posisi, atau arah. Contoh dari rotary encoder dapat dilihat pada gambar berikut.

Prinsip Kerja

Pada gambar di bawah ini menunjukan prinsip kerja secara umum dari rotary

encoder, dimana sebuah piringan tipis dan LED yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga

cahayanya tetap terfokus pada piringan tersebut. Sebuah transistor aktif cahaya ditempatkan

pada sisi lain dari piringan sehingga dapat mendeteksi cahaya dari LED. Piringan tersebut

ditempatkan pada poros (shaft) yang bergerak. Dimana pergerakan piringan tersebut sesuai

dengan pergerakan poros (shaft), sehingga ketika poros (shaft) berputar, maka piringan ikut

berputar. Ketika piringan yang di atasnya ditempatkan LED yang memancarkan cahaya yang

terfokus terhadap fototransistor, fototransistor akan berada dalam keadaan saturasi yang

keluarannya berupa pulsa gelombang kotak.

Page 7: Pengenalan Teknologi Sensor

Penentu arah angin ini terdiri atas 3 macam piranti, yaitu sirip penunjuk arah angin,

sensor rotary encoder dan mikrokontroller AT89C51 serta LCD untuk menampilkan

hasilnya.

Sensor Rotary Encoder

Sensor rotary encoder yang digunakan pada alat ini, yaitu memiliki tipe ENP50S8

buatan Autonics. Prinsip kerja dari sensor ini, yaitu dengan menghubungkan poros (shaft)

pada sebuah piringan sensor. Dimana piringan sensor ini terdiri dari beberapa jalur (track)

yang berupa lingkaran-lingkaran yang konsentris dan setiap jalur dihubungkan dengan

sebuah sumber cahaya dan detektor cahaya. Sumber cahaya ini berfungsi untuk mengubah

energi listrik menjadi cahaya, dan cahaya ini akan mengkonduksikan detektor cahaya jika

mengenai bagian yang transparan dari piringan tersebut. Sehingga, keluaran dari detektor

cahaya akan berlogika rendah. Dimana fungsi dari detektor cahaya untuk mengubah energi

cahaya menjadi energi listrik. Sehingga, masing-masing jalur (track) dapat diketahui MSB

(Most Significant Bit) dan LSB (Low Significant Bit) pada outputnya yang berupa bilangan

biner yang menyusun sebuah sandi BCD.

Keluaran dari masing-masing detektor cahaya akan dikontrol dengan NPN open

collector, dengan beban sebesar 10 kΩ. Transistor ini berfungsi sebagai saklar dan untuk

menguatkan tegangan supaya keluaran dari sensor ini dapat genap +5 V dan 0 V, hal ini

dikarenakan keluaran dari detektor cahaya tidak genap +5 V atau 0 V tapi sekitar +2,7 V

untuk logika tinggi dan sekitar +1,6 V untuk logika rendah. Jadi keluaran dari transistor akan

berlogika tinggi ( + 5 V) jika masukan berlogika rendah dan begitupun sebaliknya.

Page 8: Pengenalan Teknologi Sensor

Pada aplikasinya sebagai penentu arah angin sensor rotary encoder yang digunakan

mempunyai ketelitian sampai 0,5 derajat, hal ini disebabkan karena sensor ini mempunyai

pulse/1 putaran sebesar 720 division.

Sensor Potensiometer

Sensor arah angin bisa menggunakan potensiometer. Pada dasarnya sensor arah angin

adalah sensor posisi. Sensor posisi dan sensor perpindahan dapat dibangun atau dibuat

dengan potensiometer linier atau berputar. Prinsip operasi dari sensor ini mengacu pada

resistansi kawat. Resistansi ini berhubungan dengan panjang kawat, jadi dengan membuat

sebuah objek untuk mengontrol panjang kawat sehingga dapat diukur perpindahan maupun

posisinya. Karena resistansi pengukuran membutuhkan arus listrik yang melalui kawat

potensial, sehingga potensiometri tranduser ini merupakan tipe aktif. Sebuah benda bergerak

secara mekanik digabungkan dengan wiper, gerakan yang menyebabkan perubahan resistansi.

Dalam aplikasi yang praktis, pengukuran resistensi digantikan oleh sebuah pengukuran drop

tegangan. Tegangan wiper dari sebuah pot linear sebanding dengan perpindahan d.

C. INFRA RED THERMOMETER

Benda-hitam adalah radiator panas ideal (teoritis) yang memiliki fungsi ekplisit antara

suhu benda-hitam tersebut dan radiasi panas yang dipancarkannya, berdasarkan pada rumus

radiasi panas Mac Planck berikut ini:

dengan:

Lb (λ,T) : representasi radiasi panas = radiansi, W.m-2

.str-1.μm-1

c1 : konstanta radiasi pertama = 1,19104282.10-16

W.m2

Page 9: Pengenalan Teknologi Sensor

c2 : konstanta radiasi kedua = 0,014388 m.K

λ : panjang gelombang radiasi panas, m

T : suhu benda hitam, K

Pada panjang gelombang dan suhu yang sama, radiasi panas yang dipancarkan suatu

benda adalah:

dengan:

ε : persentase daya pancar benda relative terhadap benda-hitam = emisivitas benda, 0<ε <1

ε : persentase daya pancar benda relative terhadap benda-hitam = emisivitas benda, 0<ε <1

Bila radiasi panas dari benda hitam diterima oleh termometer radiasi, maka radiasi

panas tersebut akan diolah menjadi arus listrik dc sebagai fungsi dari suhu benda berdasarkan

persamaan [2]:

dengan:

S(T) : respons spektral termometer radiasi

k : konstanta yang tergantung pada sifat geometrik, optik dan elektrik dari

termometer radiasi

Untuk nilai T yang diketahui dapat dihitung nilai S(T) dengan menggunakan

persamaan pendekatan Sakuma-Hattori [4]:

Page 10: Pengenalan Teknologi Sensor

Bila yang diketahui adalah nilai S(T), maka dengan melakukan proses sebaliknya

pada persamaan (4) nilai T dapat diperoleh, yaitu:

Nilai konstanta A, B dan C merupakan karakteristik dari termometer radiasi, dan

diperoleh berdasarkan pada nilai spektral respon yang dimiliki oleh termometer radiasi

tersebut, yaitu:

Apa Itu Infrared Thermometer (Termometer Inframerah)?

Termometer adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur suhu cairan,

permukaan atau gas. Istilah termometer berasal dari bahasa latin thermo yang berarti panas

dan meter yang berarti untuk mengukur. Pengukuran suhu dapat dilakukan menggunakan

sensor. Sensor yang digunakan untuk mengukur suhu terbagi dua, yakni sensor kontak dan

sensor non-kontak. Beberapa sensor kontak adalah termokopel, termistor, dan RTDs. Salah

satu sensor non-kontak adalah termometer inframerah, yakni termometer radiasi dengan

respon spektralnya berada pada daerah panjang gelombang infrared. Alat ini mengukur panas

(energi inframerah) dari objek dengan memfokuskan energi ini melalui sistem optik

menggunakan detektor. Sinyal dari detektor kemudian disajikan dalam suhu setelah melalui

serangkaian proses.

Page 11: Pengenalan Teknologi Sensor

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR

Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan besar frekuensi diatas frekuensi

gelombang suara yaitu lebih dari 20 KHz. Seperti telah disebutkan bahwa sensor ultrasonik

terdiri dari rangkaian pemancar ultrasonik yang disebut transmitter dan rangkaian penerima

ultrasonik yang disebut receiver. Sinyal ultrasonik yang dibangkitkan akan dipancarkan dari

transmitter ultrasonik. Ketika sinyal mengenai benda penghalang, maka sinyal ini

dipantulkan, dan diterima oleh receiver ultrasonik. Sinyal yang diterima oleh rangkaian

receiver dikirimkan ke rangkaian mikrokontroler untuk selanjutnya diolah.

Suara Ultrasonic adalah suara diatas kemampuan manusia untuk dapat mendengarnya,

kebanyakan manusia dapat mendengar suara dengan frekuensi antara 20 Hz sampai dengan

20 kHz sedangkan suara dengan frekuensi 20 kHz sampai dengan 100 kHz tidak dapat

didengar oleh telinga telanjang manusia, inilah yang disebut suara ultrasonik.

Di industri biasanya ditemui kebocoran udara bertekanan seperti kebocoran udara

kompresor, kebocoran pada boiler / steam dan lain-lainnya. Jika terjadi kebocoran besar baik

pada pipanya atau sambungan pipa atau valve-nya maka dapat segera diketahui dari suara

yang terdengar, lalu bagaimana jika terjadi kebocoran kecil pada udara bertekanan ini yang

biasanya tidak dapat diketahui dikarenakan suara bising dari mesin lain disekitarnya atau

yang terutama dikarenakan terjadi kebocoran kecil, suara yang dikeluarkan dari kebocoran

kecil ini disebut suara ultrasonik.

Kebocoran kecil ini sebenarnya adalah pemborosan yang biasanya tidak pernah

diperhitungkan padahal pada industri di Amerika, Eropa dan kebanyakan negara maju di Asia

jika dihitung maka akan didapat pemborosan yang mengejutkan, sebagai contoh kebocoran

pada diameter sebesar 1/ 16 " pada tekanan 5,5 BAR maka akan terbuang udara bertekanan

sebesar 3, 8 SCFM (108 SLPM), biaya untuk udara sebesar 1.000 SCFM adalah $ 0, 25 maka

untuk satu kebocoran sebesar 1/ 16 " pemborosan yang terjadi adalah $ 0.06 perjam / $ 1,37

per 24 jam / $ 9,58 perminggu / $ 497,95 pertahunnya.

E. LIGHT METER

Lux meter atau juga disebut light meter adalah salah satu alat untuk mengukur kuat

penerangan cahaya yang akan diukur. Satuan yang terukur dalam light meter adalah dalam

lux. Sebelum kita mempelajari lebih dalam mengenai alat pengukur penerangan maka kita

perlu terlebih dahulu mengetahui cahaya sebagai objek yang diukur.

Page 12: Pengenalan Teknologi Sensor

Dasar Teori tentang Cahaya

Tingkat Kuat Penerangan

Tingkat kuat penerangan (iluminansi) sebagian besar ditentukan oleh kuat cahaya yang

jatuh pada suatu luasan bidang permukaan yang dinyatakan sebagai iluminansi rata-rata.

Iluminansi Rata-rata dalam LUX adalah arus cahaya yang diancarkan dalam lumen

dibagi dengan luas bidang atau area (A) dalam m2

Distribusi Kepadatan Cahaya (luminance Distribution)

Kepadatan cahaya atau luminansi adalah ukuran kepadatan radiasi cahaya yang jatuh

pada suatu bidang kerja dan dipancarkan ke arah mata sehingga mata mendapatkan kesan

terang (brightness). Dengan kata lain, kepadatan cahaya adalah kuat cahaya atau ukuran

pancaran cahaya dari bidang tertentu dalam candela dibagi dengan bidang penglihatan

dalam m2. Satuan dari kepadatan cahaya dinyatakan dalam cd/m

2. Semakin tinggi

kepadatan cahaya suatu permukaan semakin terang pula permukaan itu tampak oleh

mata.

Fotometri

Fotometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai ukuran banyaknya cahaya. Oleh

karena pemancaran cahaya tak lain adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang

secara umum disebut radiasi, maka sudah tentu ada hubungannya antara pemancaran cahaya

dengan pemancaran tenaga radiasi.

Banyaknya pancaran cahaya atau fluks cahaya dinyatakan dalam lumen. Fluks cahaya

yang dipancarkan dari satu titik sumber cahaya direpresentasikan sebagai garis-garis fluks

cahaya yang mengenai titik sumber tersebut secara radial merata. Dengan demikian

banyaknya fluks cahaya yang mengenai permukaan akan sama dengan banyaknya garis-garis

fluks yang datang ke permukaan tersebut. Jumlah garis-garis cahaya ini akan berbanding

lurus dengan intensitas cahaya yang juga energi cahaya yang diterima. Jika kita mengetahui

energinya itulah yang menjadi parameter yang akan menjadi variabel pada pengukuran ini.

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER

Pengukuran curah hujan pada saat ini menggunakan dua metode secara garis besar,

yaitu metode manual dan otomatis. Metode yang dimaksud adalah dalam hal pencatatan

Page 13: Pengenalan Teknologi Sensor

(recording) banyaknya curah hujan sepanjang tahun. Metode manual hanya mengandalkan

catatan tangan pengamat saja. Metode pencatatan otomatis ada yang memerlukan suplai

listrik ke instrumen (yang lebih modern) namun ada juga yang tidak memerlukan listrik.

Perkembangan sensor curah hujan dimulai dari penggunaan penakar curah hujan tipe

tipping bucket yang menggunakan reed switch untuk mencatat berapa kali terjadi clock yang

kemudian dikalkulasikan oleh rangkaian counter dan dicatat di dalam logger atau ditampilkan

pada display. Tentu saja instrumen seperti itu memiliki kelemahan dan kelemahan tersebut

membuat orang mengembangkan curah hujan yang memanfaatkan teknologi sensor

pendeteksi objek yang berada di sekeliling instrumen atau yang lebih dikenal

sebagai proximity sensor.

Pengembangan sensor curah hujan dengan sinar laser dan infra merah tidak lepas dari

aplikasi proximity sensor ini. Instrumen sensor curah hujan dengan sinar laser ini lalu

diintegrasikan dengan perangkat Digital Signal Processor yang lebih dari sekedar rangkaian

IC-IC counter karena memungkinkan integrasi dengan perangkat terkomputerisasi bahkan

terhubung ke jaringan. Dengan jaringan ini, data-data curah hujan di-upload ke pusat cuaca

secara real time sehingga dengan akses internet data curah hujan tadi dapat kita akses.

Curah hujan (presipitasi) merupakan salah satu aspek terpenting dalam bidang

meteorologi, klimatologi dan geofisika. Dengan data-data yang didapat dari pengukuran

curah hujan, kita dapat mengetahui pola cuaca yang terjadi disuatu daerah yang lingkupnya

tidak terlalu luas misalnya wilayah kabupaten. Secara umum, alat yang digunakan untuk

mengukur curah hujan disebut penakar hujan atau istilah lainnya rain gauge (penakar hujan).

Satuan curah hujan yang umum digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika adalah millimeter (mm). Jadi, jumlah curah hujan yang diukur sebenarnya adalah

tebal atau tingginya permukaan air hujan yang menutupisuatu area di permukaan bumi. Curah

hujan 1 mm artinya dalam area 1 m2 (1 meter persegi) pada tempat yang datar tertampung air

setinggi 1 mm atau tertampung sebanyak 1 liter atau 1000 ml.

Diperkirakan volume air hujan yang jatuh di seluruh dunia setiap tahunnya adalah

sekitar 505.000 km3 dan sekitar 398,000 km3-nya jatuh di lautan. Jika 1 dirata-ratakan,

seluruh permukaan daratan di bumi mengalami curah hujan sekitar 1 meter (39 inci) dan di

lautan sekitar 1,1 meter (43 inci).

Page 14: Pengenalan Teknologi Sensor

A

B

C

Papan Tulis

Sumber

Suara

Sekat

(Tembok)

Pintu

BAB II

DATA DAN PEMBAHASAN

A. SOUND LEVEL METER

Data Pengukuran

Titik A

Titik B

Titik C

T60=3s 69 dB - 71dB

T60=3.5s 64 dB - 74 dB

T60=3.5s 64 dB - 74 dB

Frekuensi Tingkat

Kebisingan Frekuensi

Tingkat

Kebisingan Frekuensi

Tingkat

Kebisingan

500 Hz 78 dB

500 Hz 73 dB

500 Hz 71 dB

700 Hz 80 dB

700 Hz 78 dB

700 Hz 76 dB

1500 Hz 75 dB

1500 Hz 76 dB

1500 Hz 78 dB

Pengukuran yang kami ambil dilakukan di ruangan TN 7 JTF UGM. Berdasarkan

standar tingkat kebisingan, tingkat kebisingan yang cocok untuk bangunan kelas pada

kampus/sekolah adalah 55 dB. Tetapi, setelah dilakukan pengukuran, tingkat kebisingan pada

TN 7 Jurusan Teknik Fisika UGM berkisar antara 64 dB - 74 dB. Nilai range tingkat

kebisingan tersebut didapatkan setelah kami melakukan pengukuran di tiga titk berbeda, yaitu

titik A, B, C (pada gambar). Range tingkat kebisingan pada titik A lebih kecil dari pada titk B

dan C, namun tingkat kebisingan minimal pada titk A lebih tinggi dari pada titik B dan C hal

ini berarti daya akustik terbesar terdapat pada titik A dikarenakan titik A merupakan titik

yang paling dekat dengan sumber bunyi. Dari hasil pengukuran tersebut titik kebisingan di

TN7 belum memenuhi standar baku tingkat kebisingan ruang untuk kampus atau sekolah.

Tingkat kebisingan pada titik A melebihi batas maksimalnya yakni 21 dB. Pada titik B, pada

frekuensi diatas 500 Hz, tingkat kebisingan juga melebihi batas maksimumnya. Pada titik C

sama seperti titik B, yakni melebihi batas maksimumnya pada frekuensi lebih dari 500 Hz.

Page 15: Pengenalan Teknologi Sensor

Fungsi

Sound Level Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suatu

tempat.

Prinsip Kerja

Pada dasarnya cara kerja SLM cukup sederhana, Sound Level Meter terdiri dari 3

bagian utama yang berfungsi sebagai komponen pengukur yaitu microphone, amplifier, dan

meter indicator. Gelombang bunyi yang dipancarkan sumber menghasilkan perbedaan

tekanan yang juga merupakan fungsi dari jarak, gelombang bunyi tersebut ditangkap oleh

sensor yang dalam hal ini adalah microphone. Ketika menerima sinyal (gelombang bunyi),

microphone yang terdapat dalan SLM bergetar dan menghasilkan perubahan tegangan,

perubahan tegangan yang terbaca ini yang kemudian dikonversi dalam satuan decibel (dB)

setelah melalui proses kalibrasi dan amplifikasi, perubahan tegangan yang terbaca oleh sensor

dan telah diamplifikasi tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk digital pada meter

indikator (LCD display). Berikut Diagram Skematik Sound Level Meter.

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN

Alat ini berfungsi untuk mendeteksi dari mana arah angin datang.

Prinsip Kerja

Arah angin dinyatakan dengan arah dari mana datangnya angin, misalnya: angin

barat yang artinya angin datang dari barat, angin tenggara yang artinya angin datang

dari tenggara, dan sebagainya. Mekanik penentu arah angin ini berupa sirip untuk

menunjukan arah angin seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Pada gambar di bawah ini, sirip berfungsi untuk memutar sensor potensiometer

untuk menunjukan arah angin sesuai dengan arah datangnya angin.

Page 16: Pengenalan Teknologi Sensor

Seperti terlihat pada gambar diatas, mekanik arah angin mempunyai poros vertikal A.

Ekor angin C mempunyai daya tangkap angin yang lebih besar dari ujung mekanik B.

Dengan demikian, maka dari manapun angin datang bertiup, ujung mekanik B senantiasa

mengambil kedudukan menuju ke arah dari mana datangnya angin.

Besarnya putaran poros yang disebabkan oleh pergeseran sirip C oleh angin

menyebabkan nilai hambatan potensiometer berubah. Perubahan nilai hambatan

potensiometer menyebabkan berubahnya nilai drop tegangan. Besarnya nilai tegangan

tersebut diolah menggunakan mikrokontroler untuk ditampilkan dalam software berupa arah

datangnya angin.

Teknologi yang Dimiliki

Teknologi yang dimiliki oleh alat ini adalah output dapat ditampilkan di computer

dengan software khusus yang telah dirancang. Selain itu juga ada sistem memori yang

berfungsi untuk menyimpan data dari mana arah angin selama rentang waktu tertentu.

Jika dibandingkan dengan alat pengukur arah angin yang menggunakan sensor rotary

encoder maka yang menggunakan sensor potensiometer lebih tidak teliti. Hal ini karena

ketelitian sensor rotary encoder bisa mencapai 0.5 dengan sistem pembagian bit digital 00-

3600. Sementara sensor potensiometer memiliki nilai hambatan yang tertentu dengan

pembagian bit digitalnya lebih sedikit.

Page 17: Pengenalan Teknologi Sensor

C. INFRARED THERMOMETER

Data Pengukuran Suhu dengan Infrared Thermometer

No. Objek Pengukuran (oC)

1 Tubuh Manusia 1 35

2 Tubuh Manusia 2 36

2 Api 95

3 Air Conditioning 22

4 Lampu 45

Pengukuran suhu dengan memakai infrared thermometer dapat dibilang cukup akurat. Hal ini

terlihat, salah satunya, ketika melakukan pengukuran suhu tubuh manusia yang didapat 35oC

dan 36 o

C. Bila dibandingkan dengan suhu tubuh manusia normal yang berkisar antara 35 –

37oC maka pengukuran melalui infrared thermometer dapat dikatakan cukup akurat.

Namun demikian, pengukuran dengan infrared thermometer ini akan akurat apabila

objek benda berada pada jangkauan yang dekat dengan infrared thermometer itu sendiri.

Pengaruh lingkungan terhadap sensor infrared cukup mempengaruhi pengukuran. Ketika

objek berada jauh dari infrared thermometer maka hasil pengukuran yang didapat tidak

terlalu mendekati nilai yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan adanya inframerah (alami) yang

dipancarkan sumber/benda-benda lain. Selain itu, ketika pengukuran dilakukan pada jarak

yang jauh maka distance spot dari infrared thermometer akan semakin membesar. Hal ini

berarti target lebih kecil dibandingkan dengan spot infrared-nya. Maka ini dari itu, hal ini

dapat menyebabkan ketidaktelitian pengukuran.

Fungsi Termometer Inframerah

Infrared Thermometer menawarkan keuntungan, yakni mampu melakukan

pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dalam menentukan

temperatur objek tersebut tanpa kontak fisik. Sehingga sistem pengukurannya tidak

terkontaminasi oleh objek, dan rusak. Banyak penggunaan teknologi ini yang berhubungan

dengan industri, yakni memberikan keuntungan pada pencatat temperatur dalam situasi

dimana objek tidak bisa dicapai atau bergerak dengan cepat, dimana kontak tidak mungkin

dilakukan karena temperatur terlalu tinggi atau dibawah pengaruh listrik.

Termometers Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi pengamatan

temperatur. Beberapa contoh, antara lain:

Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh.

Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sekering listrik atau saluran hotspot.

Page 18: Pengenalan Teknologi Sensor

Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi.

Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan rangkaian listrik.

Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran.

Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll.

Memonitor proses pendinginan atau pemanasan material, untuk penelitian dan

pengembangan atau quality control pada manufaktur.

Cara Kerja Termometer Inframerah

Prinsip dasar termometer inframerah adalah bahwa semua obyek memancarkan energi

inframerah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya semakin aktif dan semakin

banyak energi inframerah yang dipancarkan. Termometer inframerah terdiri dari sebuah lensa

yang fokus mengumpulkan energi inframerah dari obyek ke alat pendeteks/detektor. Detektor

akan mengkonversi energi menjadi sebuah sinyal listrik, yang menguatkan dan melemahkan

dan ditampilkan dalam unit suhu setelah dikoreksi terhadap variasi suhu ambien.

Sistem optik termometer inframerah menangkap energi inframerah yang dipancarkan

objek melalui circular measurement spot dan memfokuskannya pada detektor. Target harus

menempati spot ini, jika tidak, termometer inframerah akan “melihat” radiasi temperatur

yang lain dari lingkungan sehingga nilai pengukuran menjadi tidak akurat. Resolusi optik

didefenisikan sebagai hubungan antara jarak alat ukur dalam hal ini termometer inframerah

dari target dan distance spot (D:S).

Page 19: Pengenalan Teknologi Sensor
Page 20: Pengenalan Teknologi Sensor

Teknologi & Keunggulan Termometer Inframerah

Fungsi 4 in 1: Pengukur suhu melalui telinga, melalui kening, suhu ruangan, dan jam.

Mengukur suhu badan tanpa kontak dengan kulit atau anggota badan.

Non-contact Forehead Scan - dapat mengukur suhu badan melalui kening dalam

jarak 3 cm, sangat membantu untuk mengukur balita yang tidak bisa diam.

Ear Thermometer Scan - pengukuran juga bisa melalui lubang telinga.

One Second Measurement Time - hasil pengukuran langsung dapat diketahui dalam

waktu 1 detik! Cepat dan akurat!

19 Times Memory Capacity - memiliki kapasitas 19 memory untuk menyimpan

hasil pengukuran.

Temperature Reading in 'C and 'F - pengukuran dalam satuan derajat celcius atau

fahrenheit.

Resolusi 0.1'C.

Waterproof - lensa tahan air.

Indikator battery.

Auto Off - jika tidak digunakan dalam 1 menit thermometer akan mati secara

otomatis.

Mudah perawatan - membersihkan cukup gunakan air/alkohol.

Tidak perlu filter lensa sehingga menghemat biaya pergantian.

Disertai tempat penyimpanan yang cantik dan eksklusif sekaligus sebagai stand ketika

difungsikan sebagai jam.

Mudah dibawa - Karena termometer inframerah padat, ringan dan mudah untuk

dimasukkan ke dalam sarung ketika tidak digunakan, inspeksi harian inspeksi pabrik

dan pekerjaan dapat dilaksanakan.

Kelemahan Termometer Inframerah

Kelemahan sensor inframerah adalah mudah terganggu inframerah alam yang

dipancarkan oleh matahari. Ada beberapa sumber lain yang juga memancarkan radiasi panas

dan ikut terukur oleh termometer inframerah. Di lingkungan laboratorium kalibrasi,

keberadaan sumber-sumber radiasi ikutan tersebut dapat dengan mudah dihilangkan, namun

radiasi panas yang berasal dari suhu lingkungan dan suhu sensor termometer inframerah yang

dikalibrasi sulit untuk dihindari, khususnya pada saat melakukan kalibrasi termometer

inframerah pada suhu yang suhu rendah, yaitu antara 50°C – 100°C.

Page 21: Pengenalan Teknologi Sensor

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR

Fungsi Sensor

Detektor Kebocoran GS5800 ultrasonik ini dirancang untuk menemukan sumber dari emisi

yang dihasilkan oleh gas ultrasonik (kebocoran udara). Tingkat kebocoran ditampilkan oleh

"LED Display Panel Bar" dan diubah menjadi suara yang dapat didengar dengan baik.

Prinsip Kerja Sensor

Prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat ditunjukkan dalam gambar dibawah ini :

Prinsip kerja dari sensor ultrasonik adalah sebagai berikut:

1. Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20

kHz, biasanya yang digunakan untuk mengukur jarak benda adalah 40 kHz. Sinyal

tersebut dibangkitkan oleh rangkaian pemancar ultrasonik.

2. Sinyal yang dipancarkan tersebut kemudian akan merambat sebagai sinyal /

gelombang bunyi dengan kecepatan bunyi yang berkisar 340 m/s. Sinyal tersebut

kemudian akan dipantulkan dan akan diterima kembali oleh bagian penerima

ultrasonik.

3. Setelah sinyal tersebut sampai di penerima ultrasonik, kemudian sinyal tersebut akan

diproses untuk menghitung jaraknya. Jarak dihitung berdasarkan rumus:

S = 340.t/2

dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik dengan bidang pantul, dan t adalah

selisih waktu antara pemancaran gelombang ultrasonik sampai diterima kembali oleh

bagian penerima ultrasonik.

Bagian-Bagian Sensor Ultrasonik

a. Pemancar Ultrasonik (Transmitter)

Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan sinyal sinusoidal

berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah transducer transmitter ultrasonic.

Berikut gambar Rangkaian Pemancar Gelombang Ultrasonik.

Page 22: Pengenalan Teknologi Sensor

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler.

2. Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3 kΩ untuk pengaman ketika

sinyal tersebut membias maju rangkaian dioda dan transistor.

3. Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus yang merupakan

kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor.

4. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan melewati dioda D1

(D1 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T1, sehingga arus yang akan

mengalir pada kolektotr T1 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.

5. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan melewati dioda D2

(D2 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T2, sehingga arus yang akan

mengalir pada kolektotr T2 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.

6. Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi 2,5 V. Sehingga

pemancar ultrasonik akan menerima tegangan bolak – balik dengan Vpeak-peak

adalah 5V (+2,5 V s.d -2,5 V).

b. Penerima Ultrasonik (Receiver)

Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh

pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang sesuai. Sinyal yang diterima

Page 23: Pengenalan Teknologi Sensor

tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian band

pass filter (penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah

ditentukan. Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian

komparator (pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan tegangan

keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan sekat/dinding

pembatas mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat dianggap keluaran

komparator pada kondisi ini adalah high (logika „1‟) sedangkan jarak yang lebih jauh

adalah low (logika‟0‟). Logika-logika biner ini kemudian diteruskan ke rangkaian

pengendali (mikrokontroler). Berikut gambar Rangkaian Penerima Gelombang

Ultrasonik.

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pertama – tama sinyal yang diterima akan dikuatkan terlebih dahulu oleh rangkaian

transistor penguat Q2.

2. Kemudian sinyal tersebut akan difilter menggunakan high pass filter pada frekuensi

> 40 kHz oleh rangkaian transistor Q1.

3. Setelah sinyal tersebut dikuatkan dan di filter, kemudian sinyal tersebut akan

disearahkan oleh rangkaian dioda D1 dan D2.

4. Kemudian sinyal tersebut melalui rangkaian low pass filter pada frekuensi < 40 kHz

melalui rangkaian filter C4 dan R4.

5. Setelah itu sinyal akan melalui komparator Op-Amp pada U3.

Jadi ketika ada sinyal ultrasonik yang masuk ke rangkaian, maka pada komparator akan

mengeluarkan logika rendah (0V) yang kemudian akan diproses oleh mikrokontroler untuk

menghitung jaraknya.

Page 24: Pengenalan Teknologi Sensor

E. LIGHT METER

Data Pengukuran

Pengukuran dilakukan di Lab Sensor dan Telemetri Jurusan Teknik Fisika UGM pada

pukul 12.00 hari Rabu pada 7 Desember 2011, dengan menggunakan Light Meter

No Posisi pengukuran Hasil terbaca (lux)

1 Pencahayaan dengan lampu TL dinyalakan semua 404

2 Sensor disoroti senter Hp dengan jarak 10 cm 1598

3 Penggunaan cahaya alami dalam ruangan, posisi

depan kaca 676

4 Sensor ditempelkan kaca sehingga yang terukur

adalah kuat penerangan matahari di lingkungan 1533

5 Sensor dussoroti cahaya senter Hp dengan

ketinggian 10 dan sudut elevasi 450 729

6 Lantai dasar lab. dengan kondisi lampu menyala 288

Dari hasil pengukuran diatas didapatkan angka yang cukup memuaskan. Jika dilihat

dari intensitas dan kuat penerangan yang dibandingkan disetiap kondisi pengukuran adalah

berbanding lurus. Pada kondisi pengukuran yang memiliki banyak kuat penerangan nya, kita

dapat melihat nilai lux yang terukur juga memberikan nilai yang besar, begitu pun

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teoritical yang menyatakan bahwa besarnya kuat

penerangan (lux) berbanding lurus dengan banyaknya cahaya yang diterima sensor. Pada

posisi sumber cahaya yang semakin jauh maka nilai lux nya pun akan semakin kecil.

Dari hasil pengukuran diatas juga dapat kita simpulkan bahwa cahaya alami

sebenarnya memiliki kuat penerangan (lux) yang besar. hal ini memberikan hipoteis bahwa

penerangan dengan menggunakan cahaya alami atau matahari adalah sangat baik. Namun

memang dalam aktualisasinya sinar matahari bukanlah energi yang konstan. Sehingga

fluktusasi yang tidak sesuai dengan porsinya pasti akan mengganggu sistem dan pengukuran.

Prinsip Kerja

Blok Diagram Sistem

Page 25: Pengenalan Teknologi Sensor

Pada blok diagram diatas, maka sistem terdiri atas:

1. Sensor cahaya, dapat berupa solar cell.

2. Rangkaian pengubah arus ke tegangan, rangkaian ini berfungsi untuk mengubah

arus yang diterima dari sensor menjadi tegangan masukan bagi ADC untuk

dijadikan tegangan pembanding dengan tegangan referensi.

3. ADC, rangkaian yang berfungsi mengubah data analog menjadi digital.

4. Display, layar untuk menampilkan hasil yang diperoleh.

5. Catu daya, Untuk memberikan suply tegangan pada setiap rangkaian.

Rangkaian Pengubah Arus ke Tegangan

Pada dasarnya, rangkaian pengubah arus ke tegangan ini sangat sederhana. Dalam

rangkaian ini hanya membutuhkan sebuah tahanan yang digunakan untuk mengubah arus

yang didapat dari sensor menjadi sebuah tegangan yang dijadikan sebagai tegangan masukan

ke ADC. Gambar rangkaiannya dapat dilihat sebagai berikut:

Pada dasarnya, rangkaian pengubah arus ke tegangan pada alat ukur cahaya adalah

seperti diatas ini. Dari gambar rangkaian diatas terdapat dua buah tahanan (R1 dan R2) dan

sebuah saklar yang digunakan sebagai range dari alat ukur. Dimana alat ukur ini dapat dibuat

pada dua range saja yaitu pada range 200 lux sampai 2000 lux.

R1 dan R2 dapat diukur sebenarnya dengan menggunakan metode yang sederhana,

namun singkat cerita Biasanya R1 dan R2 ini bernilai 25 Ω dan 2,5 Ω.

Analog to Digital Converter (ADC)

Penggunaan ADC setiap jenis sebenarnya dapat digunakan, pada referensi komersial

biasanya dugunaan ADC MAX ICL 7106 dan dihubungkan langsung dengan LCD 3,5 digit

dengan spesifikasi:

1. Tegangan suply 9 V

2. Tegangan nput maksimum = 200 mV - 2V

Page 26: Pengenalan Teknologi Sensor

3. Tegangan referensi = 100 mV - 1V

4. Vref = 0,5 Vin

5. Clok Frekuensi 48 KHz

Skematik gambar ADC MAX ICL 7106 ini adalah:

Bagian analog untuk setiap tahapan pengukuran dalam MAX ICL 7106 ini dibagi

menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Tahap Auto Nol (A-Z)

Terdapat tiga peristiwa pada tahap ini. Pertama, In-HI dan In-Low diputuskan hubungan

dari kaki-kakinya den secara internal dihubungkan ke commen analog, kedua, kapasitor

acuan diisi sampai dengan tegangan acuan. Ketiga, loop umpan balik yang ada pada

sistem ditutup unuk mengisi kapasitor auto zero (Caz) brguna untuk menkompensasi

tegangan offset yang terdapat pada comarator, buffer amplifier, dan integrator.

2. Tahap Integrasi Signal

Selama sinyal diintegrasi, loop auto-zero terbuka, in-Hi dan In-Low dihbungkan dengan

pin eksternal dan sambungan internal diputuskan. Konverter kemudian mengintegrasikan

beda tegangan antara In HI dan In-Low untuk jangka waktu tertentu.

3. Tahap de integrasi

Tahap ini adalah tahap pengintegrasian terhadap tegangan acuan

Page 27: Pengenalan Teknologi Sensor

4. Tahap Zero Integrator (ZI)

In-Low dihubungkan singkat ke common analog dan kapasitor acuan diisi ke tegangan

acuan. Suatu loop umpan balik ditutup sekitas sistem untuk In-HI yang mengakibatkan

output dari integrator kembali menjadi nol. Tahap ini normal bekerja pada 11 dan 140

clok pulsa tetapi di diperbesar menjadi 740 clok pulsa.

LCD

LCD adalah rangkaian yang berfungsi menampilkan data yang dapat dibaca pemakai

sebagai hasil dari pengukuran yang telah dikalibrasi.

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER

Fungsi Automatic Rain Recorder adalah untuk mengukur curah hujan secara otomatis.

Khususnya untuk early warning system banjir lahar dingin Gunung Merapi dengan

meletakkan sensor curah hujan di lereng merapi. Ketika curah hujan dari lereng Merapi

tinggi, langsung bisa dikirim secara real time ke server untuk menginformasikannya ke

daerah yang dilewati oleh aliran lahar dingin. Sehingga masyarakat di sekitar tepian aliran

lahar dingin bisa waspada.

Cara Kerja

Terdapat luasan pada alat untuk menangkap air hujan yang kemudian dapat diukur

dengan prinsip jungkat-jungkit air seperti yang ada di kolam. Setelah air terkumpul sesuai

dengan volume penampung air tersebut maka akan turun dan kemudian naik lagi ke posisi

semula. Sehingga menyebabkan sensor mendeteksi 1 yang artinya satu volume tempat

penampung. Prinsip yang digunakan adalah counter. Jadi, seberapa cepat dan banyaknya nilai

satu maka dalam satu waktu terdeteksi jumlah volume air yang akan diinterpretasikan sebagai

curah hujan. Satuan curah hujan adalah mm3/tahun. Semakin cepat terjadi nilai 0-1 (terjadi

jungkat-jungkit) menandakan curah hujan tinggi.

Teknologi yang dimiliki

Keunggulan teknologi ini adalah konsep real time yang artinya pengukuran langsung

dilakukan secara otomatis sehingga setelah hujan selesai curah hujan langsung dapat terukur.

Hal ini berbeda dengan pengukuran curah hujan yang dilakukan sebelumnya, yaitu dengan

cara manual dimana pengukuran dilakukan setelah hujan selesai dengan sebelumnya

menampung air hujan terlebih dahulu dengan luasan tertentu. Keunggulan yang lain adalah

adanya sistem penyimpanan data.

Page 28: Pengenalan Teknologi Sensor

BAB III

KESIMPULAN

A. SOUND LEVEL METER

Karaktersitik Sound Level Meter:

Berdasarkan datasheet yang diperoleh, range pengukuran pada salah satu tipe SLM

(misal pada tipe LA-1350) adalah 26-137 dBA, 31-137 dBC, 36-137 (flat) sedangkan

linearitas sensor dicapai pada nilai 85 dB. Sensitivitas sensor dapat diketahui adalah 0,5 v/10

dB. SLM tersebut bisa dipakai untuk 3 pembobotan frekuensi yaitu A, C, dan flat, sedangkan

respon pengukuranya dapat diatur sesuai kebutuhan dan terdiri dari 3 keadaan, yaitu fast,

slow, dan imp. Kondisi kerja instrumen adalah pada rentang suhu - - + C dengan

kelembaban relatif 30-90 %. Jarak maksimum pengukuran adalah ± 15 meter. Secara umum

jenis Sound Level Meter, yaitu SLM untuk low measurement yang rentang intensitasnya 35-

100 dB dan SLM untuk medium measurement yang rentang intensitasnya 65-135 dB.

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN

Alat penunjuk arah mata angin yang ada di Laboratorium Sensor dan Telekontrol

menggunakan sensor potensiometer. Pergeseran sirip belakang pada alat yang disebabkan

oleh angin dikonversi menjadi pergeseran nilai hambatan pada potensiometer. Linearitas alat

tergantung pada linearitas sensor potensiometer.

Berkaitan dengan suhu, maka sensor potensiometer hanya akan bekerja secara linear

pada rentang suhu tertentu. Sensor potensiometer tidak bekerja secara linear jika bekerja di

luar rentang suhu kerjanya. Seperti dilihat pada sheet di lampiran, Sensor Arah Angin (Wind

Direction) tipe WE 570 buatan pabrik memiliki temperatur kerja -40° - +55°C. Sensor tipe

WE570 memiliki sensitivitas 1 m/s (2.2 mph) dan akurasi 1% of full scale.

Dengan desain dan bahan yang digunakan, maka alat ini tidak mudah rusak dan sesuai

ditempatkan di daerah yang tidak ada penghalangnya, misalnya di tepian sawah atau pantai.

C. INFRARED THERMOMETER

Spesifikasi, akurasi dan data-data yang lain dapat dilihat di tabel berikut ini:

Page 29: Pengenalan Teknologi Sensor

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR

Berikut yang dapat disimpulkan dari alat yang ada di Laboratorium Sensor dan

Telekontrol:

1. Linearitas sensor

Hubungan input-output proporsional dan sebanding, input pada transmitter

konstan namun jika mengenai benda yang terdapat kebocoran led detector menuju

kanan (ada gelombang ultrasonik yang tembus) begitu pula jika tidak ada kebocoran

maka gelombang direfleksikan jadi lampu detektor menyala didaerah sebelah kiri. Hal

tersebut mengindikasikan kesebandingan antara input dan output meskipun input pada

transmitter tetap.

2. Sensitivitas sensor

Sensitivitas bisa diatur pada receiver dengan inputan frekuensi dari transmitter

yang tidak berubah sebesar 40 kHz. Sensitivitas semakin tinggi lead detector semakin

bergerak ke kanan.

3. Tanggapan waktu

Respon waktu transien cukup cepat ditandai dengan gerakan nyala lampu

indikator, kecepatannya cukup tinggi sehingga cepat menuju steady state. Respon

transien sekitar 2 sekon.

4. Keakuratan

Setelah dikalibrasi dengan alat yang sudah diketahui input dan outputnya

maka keakurasiannya sangat baik.

5. Jangkauan sensor

Jangkauan sensornya ialah 1 Hz to 100 KHz.

Page 30: Pengenalan Teknologi Sensor

6. Pengaruh ke kuantitas pengukuran

Tidak ada pengaruh terhadap kuantitas pengukuran karena tidak mengeluarkan

besaran fisis yang bisa mengganggu pengukuran gelombang ultrasonik.

7. Kehandalan

Komponen berkualitas tinggi, konstruksi kokoh menggaransi waktu

pemakaian yang lama.

8. Ukuran Sensor

Model : GS-5800, 255 x 70 x 28 mm, berat 260 g.

Model : GS-400 (transmitter), 146 x 50 x 26 mm, berat 122 g.

9. Adaptasi sensor terhadap lingkungan

Operating temperature-nya berada pada rentang suhu lingkungan jadi adaptasi

terhadap suhu sangat baik.

E. LIGHT METER

Berikut yang dapat disimpulkan dari alat Light Meter yang ada di Laboratorium

Sensor dan Sistem Telekontrol:

1. Karakteristik sensor adalah merespon kuatnya penerangan pada lingkungan

berdasarkan banyak tidaknya cahaya yang masuk kedalam sensor lalu dikonversi ke

arus dan menghsilkan beda tegangan yang menjadi tolak ukur yang akan dibaca

secara digital.

2. Sistem adalah mendekati linier karena dalam pengambilan data seperti diatas kita

dapatkan nilai yang linier. Hal ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut.

3. Pengukuran pada lantai kita dapatkan 288 lux dan di atas meja kita dapatkan nilai 404

lux, semakin tinggi serentak dengan semakin mendekatnya sensor dengan sumber

cahaya.

4. Tingkat sensitifitas alat ukur lux meter ini masih diragukan, karena dalam pengukuran

yang dilakukan angka hasil pengukuran kebanyakan tidak konstan pada satu angka

saja namun terus berubah-ubah nilainya. Rentangnya pun masih besar sekitar range

100 lux jadi dalam pengukurannya masih harus hati-hati dan baik.

Page 31: Pengenalan Teknologi Sensor

5. Pengukuran yang dilakukan masih belum dapat dikatakan akurat karena pada

percobaan di posisi yang sama untuk pengukuran yang lebih dari satu kali

menghasilkan nilai yang berbeda walaupun nilainya kecil.

6. Pada pengukuran lux cahaya, alat ukur tidak mempengaruhi perubahan lingkungan

dan besar kuat penerangan yang diukur karena alat ukur tidak memancarkan cahaya.

7. Secara umum kondisi fisik dan performa dari alat ukur ini masih dalam keadaan baik

dan mempu bekerja secara maksimal.

8. Ukuran alat ukur sangat sederhana walaupun masih dapat dikatakan masih cukup

besar, namun untuk pengukuran yang secara sengaja dilakukan ukuran yang sekarang

tidak akan membuat hambatan yang berarti kecuali digunakan untuk kondisi yang

darurat dan lahan yang sempit.

9. Penampilan pada display, yaitu besarnya luks yang diukur selalu berubah ubah atau

tidak konstan. Terkadang pada pengukuran kemarin alat ukur memberikan tingkah

laku yang berbeda. Saat pengukuran nilai yang sudah dibentuk, secara berkala terus

berkurang. Padahal dalam idealnya kita mengharapkan nilai yang konstan dan

konsisten. Namun karena radiasi lingkungan yang tidak dapat dikontrol selalu

menjadi noise dalam pengukuran kita dan itulah yang membuat hasil pengurangannya

tidak konstan.

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER

Kesimpulan yang dapat diambil dari alat Automatic Rain Recorder yang ada di

Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol:

1. Karakteristik alat ukur ini dapat dilihat di gambar pada lampiran. Alat ini terdiri

luasan penampung, kalibrator, poros jungkat-jungkit dan tempat pembuangan air

hujan.

2. Akurasi alat ukur ditentukan oleh luasan penampung air hujan. Semakin sama antara

luasan yang satu dan yang lain maka pengkalibrasian semakin tepat. Ukuran luasan

tersebut juga harus tepat antara angka yang dimasukkan ke dalam program

(mikrokontroler) dengan luasan yang sesungguhnya. Semakin tepat maka akurasinya

akan semakin baik.

Page 32: Pengenalan Teknologi Sensor

3. Sensitivitas alat ini dipengaruhi oleh kejadian jungkat-jungkit yang terjadi. Ketika

salah satu luasan penampung air penuh langsung terjadi jungkat-jungkit maka

sensitivitasnya bagus. Ketika terjadi jungkat-jungkit sebelum air penuh di salah satu

luasan penampung maka terlalu sensitif sehingga proses kalibrasi tidak sesuai dengan

yang diinginkan.

4. Tanggapan waktu alat ini sangat bagus jika setelah salah satu penampung penuh

langsung terjadi jungkat-jungkit.

5. Jika poros jungkat-jungkit aus atau terlalu besar gaya geseknya maka alat tersebut

tidak bisa berjalan dengan baik. Jadi, perlu perawatan yang pada poros jungkat-

jungkit agar jungkat-jungkit hanya terjadi ketika luasan penampung penuh. Cepat-

tidaknya alat ini rusak bisa dilihat dari kualitas poros jungkat-jungkitnya karena

bagian tersebut paling rentan rusak akibat terjadinya efek mekanik yang berulang kali.

Selain itu, bahan luasan penampung juga mempengaruhi cepat-tidaknya alat ini rusak.

Bahan yang digunakan harus tidak cepat korosi dan tidak mudah lapuk yang

diakibatkan oleh air.

6. Hal-hal berikut ini harus diperhatikan dalam penggunaan alat pengukur curah hujan

agar instrumen dapat berfungsi secara baik:

a. Instrumen penakar hujan harus diletakkan di tempat yang benar-benar rata, datar

dan bebas dari getaran yang dapat memengaruhi pembacaan pengukuran. Getaran

yang tidak diinginkan dapat menggerakkan jungkat-jungkit yang sangat ringan

sehingga dapat memanipulasi banyaknya clock (kejadian jungkat-jungkit).

b. Sebaiknya alat diletakkan di tempat lapang, atau paling tidak, memiliki jarak

dengan bangunan terdekat sepanjang satu kali tinggi bangunan tersebut.

c. Penempatan alat penakar hujan di atap bangunan atau di tempat yang sulit

dijangkau tidak dianjurkan.

d. Debu dapat menyumbat sehingga harus dibersihkan, sekecil apapun. Debu dapat

pula memengaruhi keseimbangan jungkat-jungkit.

e. Penakar hujan sebaiknya memiliki pelindung untuk melindungi dari binatang.

f. Penakar hujan sebaiknya secara rutin dikalibrasi.

g. Pada saat terjadi hujan yang sangat deras. Jika hujan terlampau deras, jungkat-

jungkit bisa jadi tidak dapat berfungsi dengan baik karena jungkat-jungkit

dihujani air terus menerus sehingga sulit untuk mengembalikan ke posisi semula.

Page 33: Pengenalan Teknologi Sensor

BAB IV

KRITIK DAN SARAN

1. Alat Sound Level Meter yang ada bisa digunakan dengan baik.

2. Light meter yang terdapat di Lab. Sensor dan Sistem Telekontrol Jurusan Teknik

Fisika UGM pada dasarnya masih berjalan dengan baik dan juga pengukuran yang

dilakukan alat tersebut memberikan nilai yang baik untuk satu pengukuran nilai lux

dari setiap sumber cahaya. Pengujian performa yang dilakukan pada hari selasa lalu,

29 November 2011 disimpulkan bahwa performa alat ukur dalam mengukur nilai

intensitas cahaya berjalan dengan baik.

3. Secara umum, alat infrared thermometer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal

ini karena infrared thermometer merupakan alat keluaran pabrik sehingga telah

memenuhi standar-standar yang ditetapkan.

4. Sensor Ultrasonic Leak Detector ini sangat berguna di industri untuk meminimalisir

rugi-rugi yang terjadi akibat kebocoran gas atau materi yang berguna. Sensor yang

digunakan hanya untuk safety saja sehingga tidak ada data pengukuran berupa angka.

5. Alat Penunjuk Arah Angin yang ada tidak bisa diuji coba sehingga tidak bisa

mengetahui data pengukuran. Tidak adanya informasi mengenai cara kerja alat secara

detail sehingga tidak bisa mengetahui karakteristik alat secara detail.

6. Automatic Rain Recorder tidak dapat dicoba sehingga tidak dapat diketahui secara

detail mengenai cara kerja dari alat tersebut.

Page 34: Pengenalan Teknologi Sensor

LAMPIRAN

A. SOUND LEVEL METER

Page 35: Pengenalan Teknologi Sensor

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN

Sensor Arah Angin (Wind Direction) Type WE570

Spesifikasi :

Type: Wind Vane with potentiometer

Output: 4-20 mA

Range: 0-360° (352° electrical, 8° open)

Sensitivity: 1 m/s (2.2 mph)

Accuracy: 1% of full scale

Operating Voltage: 10-36 VDC

Page 36: Pengenalan Teknologi Sensor

Current Draw: Same as sensor output

Warm Up Time: 3 seconds minimum

Operating Temp: -40° to +131°F (-40° to +55°C)

Sensor Size: 8 1/2 inch diameter x 10 1/2 inch (21.5 cm dia. x 26.7 cm)

Weight: 1lb. (0.5 kg)

C. INFRA RED THERMOMETER

Page 37: Pengenalan Teknologi Sensor

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR

Page 38: Pengenalan Teknologi Sensor
Page 39: Pengenalan Teknologi Sensor

DOKUMENTASI

Page 40: Pengenalan Teknologi Sensor

DAFTAR PUSTAKA

http://atmelmikrokontroler.wordpress.com/2009/06/24/prinsip-kerja-rangkaian-sensor-

ultrasonik/

http://www.instrumentsgroup.co.za/

http://indonetwork.co.id/pt_interlam/814806/pendeteksi-kebocoran-atau-ultrasonic-leak-

detector-dari.htm

http://www.oceancontrols.com.au/LUT-046.html

Albert Gunandhi,2002, Perancangan dan Implementasi Alat Ukur Cahaya Sederhana,

Universitas Widya Mandala, Surabaya

Soedojo, Peter, Azas-azas Ilmu Fisika 3 (Optika), Gadjah MadaUniversity Press,

Yogyakarta,1992

http://accessscience.com/content/Loudness/006100

http://www.explainthatstuff.com/soundlevelmeters.html

http://www.alatuji.com/kategori/262/sound-level-meter

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-dan-zona-kebisingan/

http://personal.cityu.edu.hk/~bsapplec/sound6.htm

http://ilmubawang.blogspot.com/2011/06/artikel-sound-level-meter_11.html

Datasheet Sound Level Meter LA 1000-4000 Series

Hidayat Wiriadinata. 2010. Pengaruh Suhu Lingkungan Dan Sensor Termometer Infrared

Pada Kalibrasi Termometer Infrared Suhu Rendah.

Zulfa. 2009. Pengukuran Suhu Menggunakan Thermometer Infra Merah. Jurusan Fisika

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Pekanbaru.

http://id.wikipedia.org/wiki/Termometer_infra_merah

http://www.ir-family.com/id/keunggulan-dan-manfaat-termometer-inframerah.html

http://www.omega.com/prodinfo/infraredthermometer.html

http://eprints.undip.ac.id/25737/1/Makalah.pdf