pengenalan hama tanaman hortikultura

53
PENGENALAN HAMA TANAMAN HORTIKULTURA (Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman) Oleh Diyan Adinda Safitri 1214121060

Upload: diyan-adinda-safitri

Post on 28-Dec-2015

396 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PENGENALAN HAMA TANAMAN HORTIKULTURA(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)

OlehDiyan Adinda Safitri1214121060

LABORATORIUM HAMA TANAMANJURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2014I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPertanian merupakan sektor penting, terutama di negara agraris seperti di Indonesia. Kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan budidaya tanaman untuk dimanfaatkan hasil produksinya. Tanaman hortikultura merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan baik dalaam skala besar maupun kecil. Hortikultura merupakan budidaya tanaman setahun atau semusim seperti tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman hias. Sedangkan Perkebunan merupakan budidaya tanaman tahunan yang dapat dipanen berkali-kali seperti cengkeh, jeruk dan sebagainya.

Akan tetapi tidak jarang dalam tiap kegiatan pembudidayaannya, seringkali berhadapan dengan berbagai macam kendala diantaranya adalah serangan hama. Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing.

1.2 TujuanAdapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah agar dapat mengetahui apa saja hama yang menyerang pada tanaman hortikultura seperti hama tanaman sawi, tanaman semangka, kacang panjang, pisang, jambu biji, jambu air, jeruk, cabai, belimbing, mangga dan terong.

II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pena dan kertas untuk mencatat, serta tanaman pangan yang terserang hama diantaranya tanaman sawi, tanaman semangka, kacang panjang, pisang, jambu biji, jambu air, jeruk, cabai, belimbing, mangga dan terong.

2.2 Prosedur PercobaanAdapun prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah :1. Persiapan alat dan bahan yang digunakan2. Untuk daun yang terserang hama telah disiapkan oleh asisten praktikum3. Siapkan kertas dan pena untuk mencatat4. Amati daun serta batang yang terserang hama5. Kemudian catat hasil pengamatan pada kertas

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil PengamatanAdapun hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:No.GambarKeterangan

1.Kutu loncat Diaporina sp

2.Toxoptera sp kutu aphis jeruk

3.Ulat grayak Spodoptera lutira

4. Kumbang kubah Larva Epilachna sp

5.Lyriomiza sp

6.Bactrocera sp

7.Plutella xylostella

8.Aphis sp

9.Bemicia tabaci

10.Papilio memnon

11.Phyllocnistis citrella

12.Physalis peruviana

13.Erionata thrax

14.Allocoridra sp

15.Spodoptera litura

16.Plusia chalcites

3.2 Pembahasan

a. Hama tanaman kacang panjangUlat jengkal ( Plusia chalcites)

KlasifikasiFilum : ArthropodaClass : InsectaOrdo : LepidopteraFamily : NoctuidaeGenus : PlusiaSpesies: Plusia chalcites

Ulat jengkal memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat kilan, ulat jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yg menyerang kacang panjang adalah Plusia chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. Ciri-ciri tubuhnya berwarna hijau dan terdapat garis berwarna lebih muda pada sisi sampingnya. Panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khasnya adalah berjalan dengan melompat atau melengkungkan tubuhnya. Lama masa ulat 2 minggu sebelum menjadi kepompong. Imagonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai 1000 butir. Telurnya berbentuk bulat putih. Telur-telur terdapat di permukaan bawah daun yang akan menetas setelah 3 hari.

Ulat jengkal menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga menyerang pucuk tanaman dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang tidak beraturan. Pada tahap selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja. Pada tingkat berat, daun akan habis sehingga menimbulkan kerugian cukup besar.

b. Hama tanaman pisangUlat penggulung daun pisang (Erionata thrax)Hama penggulung daun pisang (Erionata thrax)tergolong ke dalam metamorfosis sempurna (paurometabola)Gejala:Ulat masih muda memotong daun mulai dari tepi secara miring, lalu digulung sehingga membentuk tabung kecil. Ulat memakan daun di dalam gulungan, apabila daun didalam gulungan habis maka ulat akan pindah dan membentuk gulungan daun yang lebih besar. Pada tingkat serangan tinggi, daun habis dan tinggal pelepah yang penuh dfengan gulungan.Siklus hidupTelur akan menetas antara 3 5 hari,larvaakan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya.Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalampupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa padaumumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh.Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengansekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupabiasanya berlangsung selama 7 20 hari tergantung spesiesnya.Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehinggasayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawahdan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutupbeberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalahfase dewasa (Nurzaizi, 1986).

Pengendalian :1. Cara Kultur Teknis Gunakan benih sehat : Pastikan benih bukan berasal dari daerah/kawasan/lokasi serangan atau rumpun terserang. Gunakan benih dari kultur jaringan atau benih baru. Bibit progres dengan alat alat steril ( didesinfektan ) dengan bahan desinfektan, misalnya formalin 4-8%, alkohol 70%, atau dengan kloroks 1% Lakukan pemupukan organik ( kompos, pupuk kandang ) dicampur dengan agens hayatiTrichodermasp. AtauGliocladiumsp. Dengan cara sebagai berikut : Pada saat penimbunan lubang tanam : Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak karung (10kg) dan 250 gTrichodermasp. Per lubang tanaman pada tanah bagian atas lalu masukan ke dalam lubang. Selanjutnya diikuti oleh tanah bagian bawah. Lakukan pemadatan dan penyiraman dengan air secukupnya kemudian dibiarkan sekurangnya 2 minggu. Pada saat pemupukan susulan : Berikan campuran pupuk kandang/kompos susulan sebanyak 1 karung dan 500grTrichodermasp./ rumpun. Pemberian dilakukan dengan membuat parit sekeliling rumpun dengan lebar dan dalam 25 cm, jarak dari rumpun 50cm. Lakukan penjarangan anakan, sisakan maksimal 2 anakan. Lakukan pengiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya pepaya, nenas atau jagung. Lakukan pengaturan air dengan membuat sistem drainase agar air dapat terkendali dan berfungsi optimal bagi tanaman. Lakukan pembuangan terhadap air yang tergenang atau penyiraman terhadap tanaman yang kurang air. Hindari terjadinya luka pada akar. Lakukan sistem pindah tanam setelah 3 kali panen maksimal 3 tahun. Lakukan pembrongsongan buah segera setelah ontong merunduk. Lakukan pemotongan jantung pisang ( bunga jantan ) segera setelah pembentukan sisir berhenti. Lakukan pengapuran atau pemebrian abu kapur untuk menaikan atau menjaga kestabilan pH tanah. Lakukan pengisolasian untuk mencegah penyebaran patogen pada lahan baru dari dalam tanah dengan menggunakan sekam, dengan cara membuat parit ( untuk memsisahkan lahan baru dengan lahan yang terserang patogen ) sedalam perakaran ( rhizo sphere ) pisang.Taburkan arang sekam tinggi parit. Buat saluran drainase. Untuk tanaman yang dimatikan dengan minyak tanah karena sakit, buat parit di sekeliling rumpun dengan jarak 1,5 m dari tanaman, kemudian taburi arang sekam.1. Cara fisik/mekanis Eradikasi rumpun tanaman terserang sampai ke akar akarnya atau segra matikan tanaman dengan cara menyutikan herbisida sistemik yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, atau minyak tanah 2-3ml pada bantang semu dan anakan, biarkan mengering. Setelah mengring, bongkar tanaman dan buang.

1. Cara biologi Gunakan agens hayati seperti Trichoderma spp., Fliocladium sp., Chaetamium sp., Pseudomonas flurescens, Bacillus subtilis yang diintroduksi ( dicampur ) bersama kompos atau benih ( 100g /benih ). Apliksi agens hayati dilakukan setelah tanam dan diulang secara periodik. Perlakukan bibit dengan agens hayati.Sebelum bibit ditanam bukalah kantong plastik dari bonggol, lakukan pencelupan dengan suspensi/campuran agens hayati Pf (Pseudomonas fluorescens) dengan air ( perbandingan 1 : 10 ) selama 15 menit.

1. Cara kimiawi Lakukan sterilisasi ( disinfektan ) semua alat yang digunakan dengan menggunakan alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1% (bayclin yang diencerkan 1 : 5), atau dicuci bersih dengan sabun diterjen. Ijeksi minyak tanah atau herbisida sitemik pada tanaman sakit dan anakannya sebanyak 2 3 ml tanaman tergantung ukuran/umur tanaman. Injeksi dapat diulangi hingga tanaman mati. Aplikasi pestisida untuk nematoda Radopholus similis dan Meloidgyne ( penyebab luka pada akar ) dengan nemarisida yang telah terdaftar oleh Menteri Pertanian. Nematisisda yang terdaftar dan diizinkan tahun 2003, misalnya kardusafos 10%, karbosulfan 3%. Karbosulfan 5%. Nematisida tersebut berbentuk granul ( butiran ) diaplikasikan dengan cara membuat mengaplikasikan nematisida. Bekas sarung tangan dibakar supaya tidak digunakan lagi. Cuci tangan atau bersihkan anggota tubuh ( mandi ) dengan air sabun.

c. Hama tanaman jambu bijiKutu kebul (Bemicia tabaci)MorfologiImago tubuhnya berukuran kecil antara 1 1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih.Lama siklus hidup (telur nimfa imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.

Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah buahan maupun tumbuhan liar atau gulma.Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll).Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain kentang, kubis, tomat, mentimun, terung, buncis, selada, bunga potong, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada, mangga, dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides)PengendalianKultur teknis1.Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati,2.Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun).Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,3.Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,4.Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan,5.Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.Fisik/Mekanik1.Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha),2.Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan ,3.Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.

Biologi1. Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Encarcia formosa, Eretmocerus corni, predator Coccinella septempunctate, Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoripallens, Euscius hibisci, Fransklinothrips vespiformis, Scymus syriacus, dan patogen serangga seperti: Entomophthora, Eretmocerus, Paecilomyces farinorus, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae, Verticillum sp.2. Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut.

KimiawiJika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif seperti diafentiuron, dan tiametoksam.

MekanisCara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan tenaga dan waktu.

Penggunaan Insektisida SelektifAplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau penggunaan insektisida biologi.

d. Hama tanaman sawiUlat Grayak(Spodoptera litura)

Klasifikasi dari hama ini yaitu:Kingdom : AnimaliaFilum : ArthropodaKelas : InsektaOrdo : LepidopteraFamili : NoctuidaeGenus : SpodopteraSpesies :Spodoptera lituraF

Bioekologi/MorfologiSayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Kemampuan terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadangkadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang. Bentuk telur bervariasi. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina, berwarna kuning kecoklatan.

Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh . Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besarWarna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanahAgrothis ipsilon, namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang.

Daur HidupUlat grayak berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S. litura terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 3060 hari (lama stadium telur 24 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 2046 hari. Lama stadium pupa 8 11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.0003.000 telur.

Tanaman InangTanaman inang utama dari ulat grayak yaitu bawang merah. Sedangkan tanaman

inang lain dari ulat grayak adalah cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang kacangan (kedelai, kacang tanah) kangkung, bayam, pisang,padi, dan tanaman hias. Ulat grayak juga menyerang berbagai gulma, seperti Limnocharissp., Passiflorafoetida, Ageratumsp.,Cleomesp.,Clibadiumsp., danTremasp.

Gejala seranganAwal musim kemarau kelembaban udara 70% dan suhu rata-rata 18-23 derajat Celcius memicu telur menetas. Iklim itu juga memicu perkembangbiakan ngengat.Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul.

Siklus HidupPerkembangannya bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia telur, ulat, kepompong, dan ngengat. Ngengat mulai meletakkan telur pada pertanaman kedelai umur 3 minggu setelah tanam. Setelah telur menetas, ulat tinggal sementara di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat berpencaran. Stadium ulat terdiri atas enam instar yang berlangsung 14 hari. Ulat tua bersembunyi di tanah pada siang hari dan giat menyerang tanaman pada malam hari. Ulat berkepompong di dalam tanah. Stadium kepompong dan ngengat masing-masing 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur secara berkelompok yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna coklat-kemerahan. Produksi telur rata-rata 1.413 butir/ekor. Stadium telur berlangsung 3 hari. Daur hidup ulat grayak dari telur ke telur berlangsung 28 hari, sedangkan panjang hidup dari telur hingga ngengat mati berlangsung 36 hari.

Pengendaliana.Pengendalian dengan teknik budidaya (cultural control)Teknik pengendalian ini merupakan usaha memanipulasi agroekosistem untuk membuat lingkungan pertanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembang-biakan hama, serta menyediakan habitat bagi organisme menguntungkan. Beberapa teknik budidaya, antara lain: Pergiliran tanaman untuk memutus rantai makanan bagi hama. Misalnya, pergiliran tanaman kedelai dengan jagung atau padi yang dapat mengatasi masalah hama karena masing-masing memiliki kompleks hama berbeda. Penanaman dalam barisan (strip cropping). Misalnya, menanam kedelai dan jagung secara berselang-seling pada petak berbeda. Teknik ini dapat meningkatkan keragaman sehingga tanaman inang tersamarkan dari serangan hama. Selain itu, tanaman dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan sumber pakan bagi organisme berguna. Penanaman varietas tahan, misalnya varietas Ijen yang toleran terhadap serangan ulat grayak ketahanan terhadap ulat grayak ditentukan oleh kepadatan trikoma daun yang berkorelasi negatif dengan intensitas kerusakan daun. Kepadatan trikoma dari pasangan persilangan ICH/Wilis, G100H/ICH, dan G100/Wilis berpotensi sebagai kriteria seleksi ketahanan terhadap ulat grayak.

b.Pengendalian hayati.Pengendalian hayati dengan musuh alami dimaksudkan untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman. Musuh alami ulat grayak dimanfaatkan melalui: a) konservasi, misalnya penggunaan insektisida yang kurang berbahaya bagi musuh alami, dan b) augmentasi melalui pembiakan/perbanyakan dan pelepasan musuh alami. Khusus parasitoid dan predator, pemanfaatan musuh alami melalui konservasi lebih efektif daripada augmentasi. Beberapa jenis musuh alami ulat grayak, antara lain parasitoid telurTelenomussp., parasitoid ulatSnellenius manilae, predatorEuborelia stali, virus patogenBorelinavirus litura, bakteri patogenBacillus thuringiensis, dan cendawan patogenNomuraea rileyi.

c.Pengendalian mekanis dan fisikTeknik pengendalian ini bertujuan mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga atau mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi hama. Contoh, mengumpulkan kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman. Selain itu, menggenangi lahan pertanaman, terutama pada stadia vegetatif akhir dan pengisian polong untuk mematikan ulat grayak yang berdiam diri di dalam tanah pada siang hari.

d.Pengendalian KimiaInsektisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam usaha mengendalikan hama karena berpotensi menimbulkan dampak negatif. Insektisida harus digunakan sesuai kebutuhan, pada waktu spesifik dalam siklus hidup hama, dan bila cara lain, seperti pengendalian hayati atau teknik budidaya, gagal menjaga populasi hama pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Insektisida tersebut selain efektif, juga harus selektif terhadap satu atau beberapa jenis hama saja, dan residunya berumur pendek.

Ulat Daun (Plutella xylostella)

KlasifikasiPlutella xylostellaL. Sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : InsektaOrdo : Lepidoptera Famili : Plutellidae Genus :PlutellaSpesies :Plutella xylostellaL.Plutella xylostellaL. tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Plutellidae,Plutella xylostellamempunyai nama lain yaituPlutella maculipennis, atau disebut juga ulat tritip, tanaman inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi, kolhrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas dan tanaman lain yang termasuk keluarga Cruciferae.

Dalam perkembangan nyaPlutella xylostellamengalami metamorfosis sempurna (Holometabola), yaitu stadium telur, larva, pupa, imago, lebih jelasnya:

Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu.Pada sayap depan terdapat tanda tiga berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada ngengat betina lebih gelap dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur hidup) 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam hari.

Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya kecil, putih kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok 10-20 butir atau 3-4 butir. Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan yang telah besar warnanya lebih tua dengan kepala lebih pucat . LarvaPlutella xylostellamudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas empat instar.

pupa, setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat dari sejenis benang sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembentukan sarang kepompong mula-mula dibuat dari dasar, kemudian sisi depan dan tutupnya.Pada ujung masih ada lubang kecil untuk pernapasan.

Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi dengan insektisida kimia sintetik selektif maupun insektisida nabati, pola bercocok tanam (tumpangsari, rotasi, irigasi, penanaman yang bersih), penggunaan tanaman tahan, pemakaian feromon, pengendalian hayati menggunakan predator, parasitoid (misalnya denganDiadegma semiclausumHelen,Cotesia plutellaeKurdj., dll.), patogen (misalnya pemakaian bakteriB. thuringiensis, jamurBeauveria bassiana, dsb.) serta aplikasi program PHT.

Kultur TeknikMusim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.Irigasi. Apabila tersedia dapat digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun kubis, apabila pengairan demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas ngengat.

Penanaman. Sebaiknya tidak melakukan penanaman berkali-kali pada areal sama, karena tanaman yang lebih tua dapat menjadi inokulum bagi tanaman baru. Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah angin yang berlawanan agar ngengat susah terbang menuju ke tanaman muda.

Pesemaian. Tempat pembibitan harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar. Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan. Dalam beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang terinfestasi dengan hama tersebut.

Tanaman perangkap. Tanaman brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus pada tanaman perangkap.

Tumpang sari. Penanaman kubis secara tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak disukai hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kubis kubis dengan tanaman tomat/bawang daun.

MonitoringSelama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan

menyemprot tanaman menggunakan insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.

Penggunaan Agensia HayatiHama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.), parasitoid (Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.MonitoringSelama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.

Penggunaan Agensia HayatiHama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.), parasitoid (Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.

e. Hama tanaman belimbingLalat buah Bactrocera spLalat buah biasanya berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat bervariasi mulai kuning cerah, orange, hitam, cokelat, atau kombinasinya. Disebut tephritidae (berarti bor) karena terdapat ovipositor pada lalat betina yang berfungsi untuk memasukkan telur ke dalam buah.

Siklus hidup lalat buah (Bactrocerasp.) :1. Lalat betina menyuntikkan 50 100 telurnya kedalam buah yang masih muda.2. Setelah 2 - 5 hari telur tersebut telah menetas menjadi belatung dan segera merusak buah3. 4 7 hari belatung keluar dari daging buah dengan cara melubangi kulit buah dan segera menjatuhkan diri dan menjadi pupa didalam tanah.4. Setelah 3 5 hari pupa berubah menjadi lalat dan setelah 1 menit lalat tersebut langsung mengudara.Pengendalianya:1. Sanitasi. Jagalah kebersihan. Buang/ pangkas buah yang telah terserang dan pendam dalam tanah. Tanah disekitar tanaman dicangkul dan dibalik agar pupa yang ada dalam tanah mati. Sampah/ seresah disekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau dipendam dalam tanah.2. Budidaya yang baik. Lakukan pemangkasan pada tanaman buah agar tajuk bisa terbentuk dan mengurangi kerimbunan kanopi.3. Gunakan perangkap lem kuning untuk mencegah dan mengurangi serangan lalat buah.4. Gunakan perangkapmetyhl eugenoluntuk menangkap lalat jantan. Tapi ingat jangan meletakkan perangkap dalam tengah lokasi pertanaman, sebaikknya di pinggir saja agar lalat tidak berkumpul di tengah pertanaman.5. Pembungkusan buah dengan menggunakan kertas, daunpisang, anyaman daunkelapa, karung, duk, atau plastik pada tanaman buah-buahan dan paria. Lakukan pembungkusan sebelum buah terserang atau sedini mungkin setelah pentil buah terbentuk.6. Gunakaninsektisidakimia jika telah menggunakan pengendalian 1 5 ternyata masih terjadi serangan.Menurut pengalaman maspary dengan menggunakan insektisida piretroid sintetik yang kuat sepertiDeltametrin 25 EC, Betasiflutrin 25 EC, Lamdasihalotrin 25 EC dan Sipermetri 100 ECdengan konsentrasi 1 ml/ liter biasanya sudah mampu mengendalikan hama lalat buah ini. Yang perlu diperhatikan adalah waktu dan cara penyemprotannya. Lakukan penyemprotan saat pagi-pagi sekali sebelum jam 6 pagi dan semprot bagian bawah.f. Hama tanaman cabaiKlasifikasi Kutu daun yaitu:Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, Kelas: Insecta, Ordo: Hemiptera, Subordo: Sternorrhyncha, Superfamili: Aphidoidea, Famili: Aphididae, Spesies :Aphis sp

Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1-6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC.

Kutu daun (Aphis sp)adalah salah satuhamabagi beberapa komoditas tanaman hortikultura. Kutu daun dapat menginang pada beberapa tanaman komoditas tersebut seperti kentang, apel, jeruk, bawang merah, apel, cabai tomat, hingga kapas. Kutu yang panjang tubuhnya antara 1 sd 2 mm ini, memiliki warna tubuh yang bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungan hidupnya. Warna tersebut antara lain kuning, kuning kemerah-merahan, hijau, hijau gelap, hijau kekuning-kuningan, dan hitam suram. Kutu daun ada yang memiliki sayap dan ada pula yang hidup tanpa sayap.

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisapcairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam,coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga). Di samping itu, kutu jugamengeluarkan toksin melaluiair ludahnya sehingga timbul gejala kerdil,deformasidan terbentuk puru pada helaiandaun. Pada tanaman cabai, serangan kutu daun menyebabkan perkembangan daun dan bunga yang terserang menjadi terhambat.Serangan kutu daun umumnya dimulai dari permukaan daun bagian bawah, pucuk tanaman, kuncup bunga, dan batang muda. Dan kadang kali kutu daun juga dapat berperan sebagai vektor pembawa virus penyebab beberapa penyakit tanaman

Hidup kutu daunberkelompok pada bagian bawah helaian daun atau pada pucuktanaman. Nimfa dan imago mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun persik berwarna hitam. Kutu daun dewasa dapat menghasilkan keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan. Sifat ini disebut Partenogenesis. Satu ekor dewasa dapat menghasilkan kira-kira 40 ekor nimfa. Selama tidak mengalami gangguan dan makanan cukup tersedia, kejadian tersebut berlangsung terus menerus sampai populasi menjadi padat. Nimfa terdiri atas 4 instar. Nimfa- nimfa yang dihasilkan tersebut pada 7 - 10 hari kemudian akan menjadi dewasa dan dapat menghasilkan keturunan lagi. Lama stadium tersebut tergantung pada suhu udara.

Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp. Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.g. Hama tanaman manggaKutu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin, sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu tersebut, pada daun terdapat bercak kuning kotor. Kutu putih ini merusak penampilan buah mangga. Kutu muda hidup dan menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada fase dewasa, kutu putih mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu putih, jelaga hitam dan semut ini membuat penampilan buah jelek; walaupun sebenarnya rasa buah tidak terlalu dipengaruhi.

Hama yang sering mengganggu tanaman mangga adalah kutu tanaman. Kutu tanaman mengeluarkan embun madu yang sangat disukai oleh semut. Oleh karena itu di mana ada kutu putih tanaman maka di situ biasanya ada semut.

Pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kultur teknis dengan mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi dan mengurangi kepadatan buah. Selanjutnya dengan cara kimiawi mencegah semut dengan memberi kapur anti semut.

h. Hama tanaman semangkaPengorok daun (Lyriomiza sp.)Kerusakan akibat larvaLiriomyza huidobrensis, dapat mengurangi kapasitas fotosintesa pada tanaman serta dapat menggugurkan daun pada tanaman muda.Larva merusak tanaman dengan cara mengorok daun sehingga yang tinggal bagian epidermisnya saja. Serangga dewasa merusak tanaman dengan tusukanovipositor saat meletakkan telur dengan menusuk dan mengisap cairan daun sehingga terlihat adanya liang korokan larva yang berkelok kelok .Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh permukaan tanaman hancur. Didaerah tropika tanaman yangvterserang hama ini seperti terbakar. Kerusakan langsung berupa luka bekas gigitan pada tanaman sehingga dapat terinfeksi oleh fungi maupun oleh bakteri penyebab penyakit tanaman.

Tanaman inang lainL. huidobrensisadalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar.Tercatat sekitar 120 jenis tanaman dari 21 famili yang menjadi inang L. huidobrensis, selain kentang antara laincabai, kubis, tomat,seledri, semangka, kacang kacangan seperti kacang merah, buncis, selada, brokoli, caisin, bawang daun, mentimun, terung, sawi, wortel, waluh, bayam, krisan dan beberapa jenis tanaman liar dari famili Asteraceae. Di antara berbagai jenis tanaman sayuran yang diserang, tanaman kentang menderita serangan yang paling berat.

Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Serangga betina menusuk daun melalui ovipositor, sehingga menimbulkan luka. Nisbah kelamin jantan dan betina 1:1. Serangga betina mampu menghasilkan telur sebanyak 600 butir. Pada bagian ujung punggungL. huidobrensisterdapat warna kuning sepertiL. sativa, sedangkan pada lalatL. chinensis(yang diketahui menyerang bawang merah) dibagian punggungnya berwarna hitam.Telur berwarna putih, berukuran 0,1 0,2 mm,berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun melalui ovipositor. Lama hidup 2 4 hari. Stadium larva atau belatung terdiri atas tiga instar, berbentuk silinder, tidak mempunyai kepala atau kaki. Larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan, segera mengorok jaringan mesofil daun dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Larva instar 2 dan 3 merupakan instar yang paling merusak karena terkait dengan meningkatnya konsumsi pakan dan luas korokan yang ditimbulkannya. Ukuran larva 3,25 mm. Fase larva sekitar 6 - 12 hari. Pupa berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk dalam tanah. Lama hidup sekitar 8 hari. Dalam satu tahun biasanya terdapat 8 12 generasi. Siklus hidup dari telur sampai dewasa 14 23 hari.

Pengendaliana. Kultur Teknis-Penanaman varietas toleran; seperti varietas Philipine.-Budidaya tanaman sehat; upayakan tanaman tumbuh subur, pengairan yangcukup, pemupukan berimbang, dan penyiangan gulma. Tanaman yang tumbuh

subur lebih toleran terhadap serangan hama.-Penanaman tanaman perangkap; misalnya menanam tanaman kacang merah yang ditanam lebih awal (2 minggu sebelum tanam bawang merah) di sekitar pinggiran tanaman bawang merah, setiap daun kacang merah yang terserangpengorok daun dipetik/diambil dan dimusnahkan.

b. Fisik/Mekanik-Serangan awal larvaL. huidobrensisdan kerusakan yang diakibatkannya biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berada di bawah. Oleh karena itu dianjurkan daun-daun yang terserangL. huidobrensisditimbun dengan tanah pada umur tanaman kentang 1 (satu) bulan atau pada waktu dilakukan pengguludan.-Pemasangan perangkap lalat secara massal- Pemasangan kartu perangkap; lalat pengorok daun tertarik pada warna kuning. Pasanglah kartu perangkap kuning (dari kertas atau plastik) berperekat, dengan ukuran 16 cm x 16 cm yang dipasang pada triplek/seng berukuran sama, dengan ketinggian0,5 m dari permukaan tanah. Jumlah perangkap 80 100 buah/ha,disebar merata di pertanaman. Perangkap lampu neon (TL 10 watt) dengan waktu nyala mulai pukul 18.00 24.00 paling efisien dan efektif untuk menangkap imago.

Penyapuan dengan kain berperekat; helaian kain atau plastik berukuran panjang 2 m dan lebar 0,5 m, dicelupkan kedalam larutan kanji, lalu dibentangkan dan disapukan di atas bedengan oleh dua orang yang masing-masing memegang ujungnya. Penyapuan dilakukan setiap 1-2 hari apabila terjadi serangan.

c. Biologi-Pengendalian Biologis dengan menggunakan parasitoid Hemiptarsenus varicornis, Opius sp, Neochrysocharis sp. Closterocerus sp., Cirrospilua ambigus, Phigalia sp., Zagrammosoma sp., Asecodes sp., Chrysocharis sp., Chrysonotomya sp., Gronotoma sp., Quadrasticus sp., Digyphus isaea, dan predator Coenosia humilis. H.varicornis merupakan musuh alami yang paling potensial untuk mengendalikan L. huidobrensis dengan tingkat parasitasi sekitar 0,51 92,31%.i. Hama tanaman terong Kumbang kubah Larva Epilachna spKlasifikasi

Filum : ArthropodaClass : InsectaOrdo : ColeopteraFamily : CoccilinedaeGenus : EpilachnaSpesies: Epilachna sparsa

Bioekologi Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini membedakan species yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 rninggu.. GejalaLarva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E. sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.

PengendalianPengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan" Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan" Penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan.

j. Hama tanaman jeruk

Kutu loncat(Diaphorina citri)Klasifikasi : kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insecta, ordo : Hemiptera, subordo : Sternorrhyncha, superfamili : Psylloidea, famili : Aphalaridae.

Kutu loncat jeruk mempunyai 3 stadia hidup yaitu telur, nimfa dan serangga dewasa. siklus hidupnya berlangsung antara 16 - 18 hari pada kondisi panas sedangkan pada kondisi dingin 45 hari, selama setahun serangga ini dapat mencapai 9 -10 generasi.telur berbentuk lonjong dan agak menyerupai buah alpukat warna kuning terang. bagian tanaman yang menjadi tempat meletakkan telur adalah tunas daun atau jaringan tanaman yang masih muda, setelah 2 - 3 hari telur menetas.nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan menghisap cairan tanaman, setelah berumur 2 - 3 hari nimfa menyebar dan mencari makan pada daun-daun muda disekitarnya periode ini berlangsung hingga 12 - 17 hari. stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat terbang dan meloncat, warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat tua, matanya berwarna kelabu dan bercak-bercak coklat bagian abdomennya berwarna hijau terang kebiruan dan orange panjang tubuhnya sekitar 2 - 3 mm.

Gejala seranganTanaman yang terserang pada bagian tangkai, kuncup daun muda. gejala serangan pada umumnya tunas menjadi keriting sehingga menghambat pertumbuhan apabila serangan cukup parah maka bagian tersebut akan mati.

Cara Pengendalianpengendalian menggunakan cara biologis dengan memanfaatkan parasit darinimfa tetrastichus radiatusdandiaphorenxyrtus aligarhensis,apabila serangan kutu loncat diatas ambang kewajaran maka pengendalian menggunakan insektisida dapat dilakukan.

Ulat daun ( Papilio memnon)KlasifikasiKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : LepidopteraFamily : PapilionidaeGenus : PapilioSpesies :Papilio memnonBagian yang diserang adalahdaun. Gejala hama ini menyerang tanaman dengan memakan daun terutama pada saat masih muda. Tunas yang terserang, biasanya kelihatan tinggal tangkai daunnya saja dan bahkan sampai habis dimakan ulat ini.Pengendalian dengan monitoring dilakukan pada tunas-tunas muda (telur), daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia kepompong. Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit yaitu dengan membuang telur yang ada. Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang bersifat kontak.

Kutu loncat (Diaphorina sp.)Bagian yang diserang yaitukuncup, tunas, daun-daun muda dan tangkai daun.Gejala hama ini tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat keriting, tanaman mati. Pada kasus serngan parah, bagian tanaman terserang biasanya kering secara perlahan kemudian mati. Adanya kutu ini ditandai dengan benda berwarna putih transparan berbentuk spiral, menempel berserak di atas permukaan daun atau tunas. Benda-benda tersebut dikeluarkan oleh kutu loncat.

PengendalianAmbang kendali kutu loncat yang mengandung bakteri L. asiaticus 1 ekor. Berarti di daerah endemis CVPD, meskipun hanya ada 1 ekor kutu loncat harus sudah dikendalikan. Pengendalian secara kimiawi yang cukup berhasil untuk mengendalikan hama ini antara lain insektisida dengan bahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun, Tiametoksam disiramkan melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa pengenceran dan Imidakloprid yang dioleskan (saput) pada batang.Saputan batang diaplikasikan pada ketinggian 10-20 cm di atas bidang sambungan/okulasi dengan lebar saputan kurang lebih sama dengan diameter batang. Pengendalian kutu loncat akan lebih tepat sasaran dan hemat insektisida, bila perilaku serangga pada tanaman dipahami dengan benar. Untuk 1 ha kebun. dipasang 10-14 buah perangkap dengan ketinggian / tajuk tanaman. Pengendalian kutu loncat di wilayah pengembangan tanaman jeruk akan berhasil bila dilakukan secara serentak dan terus menerus oleh setiap anggota kelompok tani.

Kutu aphis (Toxoptera sp)Bagian yang diserang adalah tunas dan daun muda. Gejala hama ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga).

PengendalianDi alam kutu ini dikendalikan oleh musuh-musuh alami dari famili Syrpidae, Coccinellidae, Chrysopidae. Secara kultur teknis, penggunaan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu. Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind yang diaplikasikan melalui saputan batan.

Pengorok daun (Phyllocnistis citrella.)Bagian yang diserang adalahdaun muda. Gejalanya pada tanaman yang terserang daun tampak bekerut, menggulung, keriting serta terlihat bekas gerekan.Pengendalianya secara kimiawi masih merupakan satu komponen penting dalam pengendalian ulat peliang daun dengan insektisida yang selektif seperti Betasiflutrin, Metidation, Abamektin, Dimethoathe, Diazinon, Sipermetrin, yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan dan Imidakloprid yang diaplikasikan secara penyaputan batang

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum diatas adalah sebagai berikut:1. Serangga hama merupakanorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi.2. Gejala serangan hama pada tanaman utama berbeda-beda, ada yang menyebabkan rusak sebagian daun tanaman.3. Hama Allocoridra sp memiliki ciri tubuh lansing dan mempunyai jari-jari panjang yang banyak.4. Ulat kantung berada didalam kantung dan bergantung didaun jambu dengan memakan daun.5. Ulat daun Plutella xylostella pada tanaman sawi dapat juga menyerang pada tanaman kol, selada dan singkong.6. Larva Epilachna sp bersifat polivag.7. Secara umum cara pengandalian serangga hama pada tanaman utama yakni dengan cara penyemprotan insektisida dan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Timur. 2012. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman pisang kepok. http://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-183-pengendalian-hama-dan-penyakit-terpadu-pada-pisang-kepok-.html. diakses pada 25 April 2014. Pukul 15.00 WIB.

Endah Joesi dkk, 2002.Pengantar Hama dan Penyakit Tanaman.PT. Agro Media Pustaka. Tangerang.

Hidayat, I. R., 2000.Ilmu penyakit tumbuha.Uni brawijaya Usaha Nasional.

Matnawy, H. 1989.Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Mudjiono, G., B. T. Rahardjo., T. Himawan. 1991.Hama-hama Penting TanamanPangan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Nurzaizi H. 1986.Pengamatan hamaNacoleia octasemaMeyrick (Lepidoptera:Pyralidae) danErionota thraxLinnaeus (Lepidoptera: Hesperidae). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat

Prabowo.T, 2002.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara Jakarta.Pracaya. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pracaya, 2004.Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.Rukmana. 2001 Bertanam kubis. Yogyakarta: Kanisius 68 hal.

Satuhu S, Supriyadi H. 1999. Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.Penebar Swadaya. Jakarta.

Soemadi, 2002.Hama dan Penyakit Tumbuhan. Aneka, Solo.

Sudarmo,2000.Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.

LAMPIRAN