pengembangan teknologi bejana penguap dengan

13
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER Abstraksi Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh WAWAN KUSNOWO PRAYITNO D 200 090 056 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: dinhdung

Post on 10-Dec-2016

256 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP

DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT

GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN

SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

Abstraksi Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh

WAWAN KUSNOWO PRAYITNO D 200 090 056

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN
Page 3: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP

DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT

GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN

SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

Wawan Kusnowo Prayitno, Sartono Putro, Tri Tjahjono

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura

Email : [email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja dari

bejana penguap dengan pipa api menggunakan variasi debit gelembung

udara terhadap daya pendidihan air, daya penguapan air, kalor gas sisa

pembakaran yang melewati cerobong, dan Effisiensi Thermal dengan

menggunakan bahan bakar sekam padi.

Metode penelitian yang digunakan berupa pengujian pengaruh

temperatur tungku, temperatur gas sisa pembakaran yang melewati

cerobong, temperatur air pendidihan, laju kebutuhan bahan bakar, dan

effisiensi thermal tungku menggunakan bahan bakar sekam padi dengan

bejana penguap menggunakan pipa api dan variasi debit gelembung

udara 3 liter/menit, 6 liter/menit, dan 9 liter/menit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bejana penguap dengan pipa

api menggunakan variasi debit gelembung udara mempengaruhi besarnya

daya pendidihan air, daya penguapan air, dan efisiensi thermal tungku

pembakaran. Besarnya penambahan variasi debit gelembung udara pada

bejana penguap berbanding terbalik dengan besarnya daya pendidihan

air, daya penguapan air, dan effisiensi thermal tungku pembakaran.

Pengujian dengan variasi debit gelembung udara 3 liter/menit memiliki

hasil terbaik yaitu memiliki daya pendidihan sebesar 1905,56 kJ/s,

memiliki daya penguapan sebesar 3700,775 kJ/s dan memilki effisiensi

thermal tungku pembakaran sebesar 87,83%.

Kata kunci: bejana penguap, daya pendidihan, daya penguapan

Page 4: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

PENDAHULAN

Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang memiliki potensi sumber energi alternatif

terbarukan (renewable) dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya adalah Bioetanol

sebagai pengganti bensin, dapat di produksi dari tumbuh-tumbuhan,seperti tebu,

singkong, ubi dan jagung yang dapat dengan mudah dibudidayakan di Indonesia.

Bahkan serbuk gergaji dan sekam padi yang sering dianggap sebagai

sampah/limbah, dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif di masyarakat

pedesaan.

Mayoritas Industri pembuatan tahu di Indonesia masih secara tradisional.

Dapat dilihat dari segi peralatan yang digunakan, masih menggunakan tempat

tungku pembakaran yang sangat sederhana untuk proses memasak air hingga

menghasilkan uap air. Bahan bakar yang digunakan untuk mengisi tungku

pembakaran juga masih menggunakan sekam padi, sehingga effisiensi kalor yang

dihasilkan tungku pembakaran kurang maksimal dan akan sangat berpengaruh

terhadap lamanya waktu proses pendidihan air serta banyak sedikitnya uap air yang

dihasilkan.

Dengan pengetahuan dasar teori yang jelas, maka dapat di desain ulang

tungku pembakaran yang lebih efisien serta mudah diterapkan di lapangan. Desain

ulang ketel ini diharapkan dapat memaksimalkan energi kalor yang dihasilkan dari

ruang bakar, sehingga meminimalkan energi kalor yang terbuang sia-sia. Dengan

demikian proses pendidihan dan penguapan air menjadi lebih cepat, konsumsi

bahan bakar menjadi lebih hemat dan pada akhirnya akan dapat menekan biaya

produksi.

Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana kinerja dari bejana penguap lorong api dengan variasi

debit gelembung udara terhadap :

1. Daya pendidihan air.

2. Daya penguapan air.

3. Effisiensi Thermal Tungku Pembakaran.

Page 5: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

TINJAUAN PUSTAKA

Nawafi, R.D. (2010), melakukan pengujian menggunakan tungku berbahan

bakar sekam dengan cara membandingkan hasil penelitian dari perlakuan

pendidihan air hingga menghasilkan uap dengan massa air 50 liter, 100 liter dan 150

liter. Air tersebut dimasak menggunakan tungku sekam skala industri kecil dan

dengan membandingan air yang dimasak melalui drum boiler dan non boiler. Hasil

dari semua pengujian ini menunjukkan bahwa tungku sekam dengan drum boiler

memiliki effisiensi lebih tinggi dibandingkan tungku sekam dengan drum non boiler.

Effisiensi yang dihasilkan tungku drum boiler sebesar 22,18%, 19,23% dan 21,26%

untuk massa air 50 liter, 100 liter dan 150 liter, sedangkan effisiensi yang dihasilkan

tungku drum non boiler sebesar 20,47%, 17,54% dan 21,04% untuk massa air 50

liter, 100 liter dan 150 liter.

Wijaya,R.A. (2012), melakukan penelitian pendidihan air sampai menghasilkan

uap jenuh dengan variasi penambahan udara panas pada tungku pembakaran.

Kinerja dari tungku tersebut dimulai dari proses pembakaran ruang bakar, yang

bahan bakarnya masuk melalui lubang masukan atas yang kemudian turun melalui

tangga turunan, aliran udara yang dihembuskan dari blower melalui air haeter pipa

parallel yang mengelilingi ruang bakar kemudian dialirkan ke pintu depan

pembakaran berfungsi membantu mempercepat proses pembakaran bahan bakar.

Energi kalor dari proses pembakaran di ruang bakar (furnace) digunakan untuk

menaikkan temperatur air yang ada pada drum sehingga air yang ada dalam drum

akan mendidih dan menghasilkan uap panas, gas sisa hasil pembakaran akan keluar

melaui cerobong.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari tahun 2013 yang berlokasi di

belakang laboratorium teknik mesin fakultas teknik universitas muhammadiyah

Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendesain dan membuat tungku

pembakaran sekam padi, bejana penguap dengan pipa api menggunakan

gelembung udara, dan air heater tunggal model shell and tube. Dalam penelitian ini

memvariasikan penambahan debit gelembung udara 3 liter/menit, 6 liter/menit dan 9

liter/menit pada air isian dalam bejana penguap.

Page 6: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

Diagram alir penelitian

Instalasi penelitian

Page 7: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

Keterangan gambar :

1. Air pump

2. Bejana penguap

3. Pintu masuk bahan bakar

4. Pintu depan tungku

5. Blower

6. Air heater

7. Cerobong gas sisa pembakaran

8. Thermokopel reader untuk air

9. Thermokopel reader untuk air heater

10. Thermokopel reader untuk ruang bakar (furnace)

11. Thermokopel reader untuk cerobong gas sisa pembakaran

Prinsip Kerja Tungku Pembakaran

Kinerja instalasi tungku pembakaran dimulai dari proses penyalaan api dengan

bahan bakar abu sekam padi yang telah di campur dengan sedikit solar, proses ini di

lakukan di luar tungku pembakaran. Melalui lubang pintu bahan bakar, api yang

dihasilkan dari proses penyalaan api tersebut kemudian di masukkan ke dalam ruang

bakaryang telah diisi dengan sekam padi sebagai bahan bakar utama sehingga

proses pembakaran di ruang bakar tungku akan terjadi.

Ketika pembakaran pada ruang bakar tungku telah terjadi, blower dan air

pump secara bersamaan di nyalakan. Aliran udara yang dihasilkan blower di

masukkan ke dalam air heateruntuk kemudian di masukkan ke dalam ruang bakar

tungku. Aliran udara yang dihasilkan air pump di masukkan ke dalam air isian bejana

penguap dan akan menghasilkan gelembung-gelembung udara pada air isian, hal ini

dimaksudkan untuk membantu sirkulasi air isian bejana tersebut.

Energi kalor dari proses pembakaran di ruang bakar (furnace) digunakan

untuk menaikkan temperatur air isian bejana penguap, sehingga air isian dalam

bejana akan mendidih dan menghasilkan uap jenuh.Gas sisa hasil pembakaran akan

keluar melaui cerobong.

Page 8: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

0

20

40

60

80

100

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Debit gel. 3 lt/mnt

Debit gel. 6 lt/mnt

Debit gel. 9 lt/mnt

Waktu (menit)

Tem

per

atu

rP

en

did

ihan

dan

Pe

ngu

apan

Air

(°C

)

0

50

100

150

200

250

300

350

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Debit gel. 3 lt/mnt

Debit gel. 6 lt/mnt

Debit gel. 9 lt/mnt

Tem

per

atu

r C

ero

bo

ng

(°C

)

Waktu (menit)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Temperatur Pendidihan Air

Gambar 1. Hubungan antara temperatur pendidihan air dengan waktu selama pengujian

Dari gambar 1. dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu yang berbeda-beda

untuk mendidihkan air pada tiap pengujiannya. Pendidihan air tercepat terjadi pada

pengujian dengan variasi debit gelembung udara 3 liter/menit, mendidih pada

temperatur 98 oC dengan waktu 90 menit, sedangkan pendidihan air terlama terjadi

pada pengujian dengan variasi debit gelembung udara 9 liter/menit, yaitu mendidih

pada temperatur 97 oC dengan waktu 100 menit.

Dari semua hasil pengujian diketahui bahwa titik didih air antara 97 oC - 98 oC,

sehingga dapat disimpulkan bahwa di semua pengujian ini memiliki tekanan udara

yang hampir sama atau bahkan seragam yaitu pada tekanan 1 atmosfer.

Temperatur Gas Sisa Pembakaran pada Cerobong

Page 9: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

Gambar 2.Hubungan antara temperatur gas sisa pembakaran yang melewati cerobong dengan waktu selam proses pengujian

Dari gambar 2. dapat diketahui bahwa temperatur tertinggi gas sisa hasil

pembakaran yang melewati cerobong pada tiap-tiap pengujian terjadi pada waktu 20

menit pertama dari awal pengujian, temperatur 252 oC untuk pengujian dengan

variasi debit gelembung udara 3 liter/menit, temperatur 298 oC untuk pengujian

dengan variasi debit gelembung udara 6 liter/menit dan temperatur 287 oC untuk

pengujian dengan variasi debit gelembung udara 9 liter/menit.

Dari semua hasil pengujian diketahui bahwa temperatur gas sisa hasil

pembakaran yang melewati cerobong mengalami ketidakstabilan dan memiliki

temperatur rata-rata antara 175oC - 225oC selama proses pengujian berlangsung,

hal ini dipengaruhi oleh jumlah suplay udara yang masuk ke dalam tungku

pembakaran serta penggunaan bejana penguap pipa api yang juga bisa dianggap

sebagai cerobong sekunder dalam pengujian ini, gas sisa hasil pembakaran tidak

hanya keluar melalui laluan cerobong, tetapi gas sisa hasil pembakaran juga keluar

melalui laluan pipa api pada bejana penguap pipa api yang di pakai sebagai tempat

tampungan air isian yang akan didihkan, dengan demikian proses pendidihan air

akan semakin lebih cepat karena semakin banyak dimensi bejana penguap yang

menerima kalor dari proses pembakaran pada tungku pembakaran.

Efisiensi Tungku

Pengujian Untuk Mendidihkan Air

Di setiap pengujian untuk mendidihkan air diperlukan waktu dan kebutuhan

bahan bakar yang berbeda-beda, dapat diketahui dari tabel berikut :

Tabel 1. Data hasil pengujian pendidihan air

Variasi debit Gel. Udara (liter/menit)

Massa air awal (kg)

Waktu mendidih (menit)

bahan bakar (kg/jam)

3 35 90 7,60

6 35 95 7,94

9 35 100 8,44

Dari tabel 1. diketahui bahwa laju kebutuhan bahan bakar per satuan waktu

dalam setiap pengujian berbeda-beda. Kebutuhan bahan bakar pada pengujian

dengan variasi gelembung udara 3 liter/menit sebanyak 7,60 kg/jam, untuk

Page 10: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

mendidihkan air selama 90 menit, sedangkan kebutuhan bahan bakar pada

pengujian dengan variasi gelembung udara 6 liter/menit sebanyak 7,94 kg/jam, untuk

mendidihkan air selama 95 menit, dan pada pengujian dengan variasi gelembung

udara 9 liter/menit membutuhkan bahan bakar sebanyak 8,44 kg/jam, untuk

mendidihkan air selama 100 menit.

Pengujian Untuk Menguapkan Air

Di setiap pengujian untuk menguapkan air diperlukan waktu dan kebutuhan

bahan bakar yang berbeda-beda, dapat diketahui dari tabel berikut :

Tabel 2. Data hasil pengujian penguapan air

Variasi debit Gel. Udara (liter/menit)

Waktu (menit)

Bahan bakar (kg/jam)

Massa air awal

(kg)

Massa air akhir

(kg)

Massa uap air

(kg)

3 60 7,60 35 29,1 5,9

6 60 7,94 35 29,4 5,6

9 60 8,44 35 29,6 5,4

Dari tabel 2. diketahui bahwa untuk menguapkan 35 kg air selama 60 menit,

membutuhkan bahan bakar sebanyak 7,60 kg/jam untuk bisa menghasilkan 5,9 kg

uap air pada pengujian dengan variasi gelembung udara 3 liter/menit, sedangkan

pada pengujian dengan variasi gelembung udara 6 liter/menit membutuhkan bahan

bakar sebanyak 7,94 kg untuk bisa menghasilkan 5,6 kg uap air, dan pada pengujian

variasi gelembung udara 9 liter/menit membutuhkan bahan bakar sebanyak 8,44 kg

untuk bisa menghasilkan 5,4 kg uap air.

Perbandingan Nilai Daya Hasil Pengujian

Tabel 3. Data nilai daya hasil pengujian

Dari Tabel 3. diketahui bahwa daya-daya yang dihasilkan pada tiap-tiap

pengujian mempunyai nilai yang berbeda-beda. Daya terbesar yang dihasilkan untuk

pendidihan air dan penguapan air terjadi pada pengujian dengan variasi gelembung

Variasi debit Gel. Udara (liter/menit)

Daya pendidihan (J/s)

Daya penguapan (J/s)

3 1905,560 3700,775

6 1805,260 3512,600

9 1690,500 3387,150

Page 11: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

87.83

79.07

70.16

0

20

40

60

80

100

3 6 9

Debit gelembung udara (liter/menit)

Eff

isie

ns

ik

ete

l u

ap

( %

)

udara 3 liter/menit, yaitu sebesar 1905,56 J/s untuk daya pendidihan air dan sebesar

3700,775 J/s untuk daya penguapan air. Daya terkecil yang dihasilkan untuk

pendidihan air dan penguapan air terjadi pada pengujian tanpa penambahan

gelembung udara, yaitu sebesar 1690,50 J/s untuk daya pendidihan air dan sebesar

3387,15 J/s untuk daya penguapan air.

Daya yang dihasilkan tiap-tiap pengujian memiliki nilai yang berbeda-beda, hal

ini dipengaruhi oleh temperatur titik didih air dan waktu proses pendidihan air untuk

daya pendidihan air, sedangkan untuk daya penguapan air dipengaruhi oleh massa

uap air yang dihasilkan dan waktu proses penguapan air.

Perbandingan Effisiensi Thermal Tungku pembakaran

Gambar 17. Perbandingan nilai effisiensi thermal tungku pembakaran pada tiap-tiap pengujian

Dari gambar 17. diketahui bahwa effisiensi thermal tungku pembakaran

tertinggi terjadi pada pengujian dengan variasi gelembung udara 3 liter/menit dengan

nilai 87,83%, sedangkan effisiensi thermal tungku pembakaran terendah terjadi pada

pengujian dengan variasi debit gelembung udara 9 liter/menit dengan nilai 70,16%.

Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa bejana penguap dengan penambahan

debit gelembung udara terkecil memiliki effisiensi thermal lebih baik, hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar debit gelembung udara, maka penyerapan kalor

oleh gelembung udara juga semakin besar sedangkan kalor yang di terima air

Page 12: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

semakin kecil, sehingga waktu yang dibutuhkan air untuk mendidih semakin lama

serta uap air yang dihasilkan semakin sedikit.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan data hasil pengujian bejana penguap

menggunakan pipa api dengan penambahan berbagai variasi gelembung udara,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Debit gelembung udara berbanding terbalik dengan Daya pendidihan air, dimana

semakin besar debit gelembung udara maka Daya pendidihan air yang

dihasilkan semakin kecil.

2. Debit gelembung udara berbanding terbalik dengan Daya penguapan air,

dimana semakin besar debit gelembung udara maka Daya penguapan air yang

dihasilkan semakin kecil.

3. Effisiensi thermal tungku pembakaran tertinggi diketahui pada tungku

pembakaran dengan bejana pipa api menggunakan debit gelembung udara 3

liter/menit, sebesar 87,83%.

SARAN

Setelah melakukan pengujian terhadap bejana penguap menggunakan pipa

api dengan variasi penambahan gelembung udara, didapatkan saran di antaranya

sebagai berikut :

1. Memastikan kondisi lingkungan sekitar dalam keadaan normal, hal ini dilakukan

untuk menjaga kualitas data-data yang akan dihasilkan dalam pengujian.

2. Cukup sulitnya proses awal penyalaan api di dalam tungku, maka proses awal

penyalaan api dilakukan di luar tungku terlebih dahulu kemudian api dimasukkan

ke dalam tungku pembakaran.

3. Untuk menghasilkan data-data yang lebih akurat dan berkualitas antara

pengujian satu dengan yang lainnya, maka setiap operator haruslah bekerja

sesuai tugasnya atau tidak boleh bergantian tugas.

Page 13: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN

DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond, 2004, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, edisi ketiga, jilid 1,

Erlangga, Jakarata. Culp Archie W., 1996, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Erlangga, Jakarta. Dorlan Sipahutar., 2006, Teknologi Briker Sekam Padi, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP), Riau. Diakses tanggal 7 juni 2012 dari http://riau.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/ PDF/teknologibriket.pdf

F. Nawafi, R. D. Puspita, Desna, dan Irzaman., 2010, Optimasi Tungku Sekam Skala

Industri Kecil Dengan Sistem Boiler, Berkala Fisika Vol. 12, No. 3, hal 77 – 84. Diakses tanggal 10 juli 2012 dari http://eprints.undip.ac.id/25115/1/Optimasi_Tungku_Sekam_Skala_Industri_Kecil_Dengan_Sistem_Boiler_Fazmi_Nawawi.pdf

Mastuti Endang., 2005, Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi, Ekuilibrium Vol.

4, No. 1, 13 – 17. Diskses tanggal 12 mei 2012 dari http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Pembuatan%20Asam%20Oksalat%20dari%20Sekam%20Padi.pdf

Irvan Nurtian., 2007, Perancangan Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Sistem Kontinu,

Tugas akhir S1, Teknik Mesin ITB, Bandung. Diakses tanggal 24 juni 2012 dari http://digilib.itb.ac.id/public/ITB-Reaktor-Gasifikasi-Sekam-Padi-9134-2105100014.pdf

Sitompul Tunggal M., 1993, Alat Penukar Kalor, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soedarna, Achmad Amir., 1995, Fisika Untuk Universitas, Bina Cipta, Bandung. Strehlow R.A., 1985, Combustion Fundamentals, McGraw-Hill, Singapore. Subroto, 1994, Ketel Uap 1, Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Rachmat., 1991, Rice hucks as Fuel, PT Tekton Books, Development Technology

Center – Bandung Institute of Technology (DTC-ITB), Bandung. Wijaya, R.A. 2012. Inovasi Teknologi Tungku Pembakaran Dengan Air Heater Pipa

Pararel. Tugas Akhir. Surakarta : Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.