pengembangan sumber daya manusia pada mts darul istiqomah manado (penelitian)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bidang penting dalam manajemen pendidikan adalah berkaitan
dengan personil/sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik
itu pendidik seperti guru maupun tenaga kependidikan seperti tenaga administratif.
Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai
suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah dengan
organisasi lainnya.
Oleh sebab itu Sumber Daya Manusia (SDM) menempati kedudukan yang
paling vital, walaupun diakui bahwa biaya dan sarana prasarana itu penting. Namun
ketersediaan sumber-sumber daya itu menjadi sia-sia apabila ditangani oleh orang-
orang yang tidak kompeten dan kurang komitmen. Upaya-upaya untuk
merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan (SDM), mengadakan,
menyeleksi, menempatkan dan memberi penugasan secara tepat telah menjadi
perhatian penting pada setiap sekolah yang kompetitif. Demikian pula kebijakan
kompensasi (penggajian dan kesejahteraan) dan penilaian kinerja yang dilakukan
dengan adil dan tepat dapat melahirkan motivasi berprestasi pada para tenaga
pendidik dan kependidikan. Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia seperti
itu masih belum cukup, apabila tidak disertai dengan kebijakan pengembangan dan
pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan secara sistematik.
1
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) pada masa kini memfasilitasi
aktualisasi dan pengembangan kompetensi para tenaga pendidik dan kependidikan
melalui program-program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara
sistematik. Pengembangan dan pemberdayaan SDM merupakan bagian dari MSDM
yang memiliki fungsi untuk memperbaiki kompetensi, adaptabilitas dan komitmen
para tenaga pendidik dan kependidikan. Dengan cara demikian sekolah memiliki
kekuatan bukan saja sekedar bertahan, melainkan tumbuh, produktif, dan kompetitif.
Dan dalam proses demikian, dukungan SDM yang kuat melahirkan sekolah yang
memiliki adaptabilitas dan kapasitas memperbaharui dirinya.
Pembinaan dan pengembangan profesionalisasi tenaga pendidk dan
kependidikan di pada tingkat sekolah dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi,
kelompok, maupun individu tenaga pendidk dan kependidikan sendiri. Dari perspektif
institusi, pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan dimaksudkan untuk
merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan
masalah-masalah kesekolahan. Selanjutnya dikatakan juga bahwa pengembangan
guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun hal yang lebih penting
adalah berdasar kebutuhan individu tenaga pendidk dan kependidikan untuk
menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran
selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut
untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
2
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik)
merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini
berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu:
(1) perkembangan IPTEK, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi
daerah, dan (4) implementasi kurikulum yang senantiasa berubah-ubah.
Madrasah sebagai sebuah organisasi melibatkan begitu banyak individu yang
memiliki kecenderungan yang berbeda satu sama lain. Baik dari latar belakang sosial,
pendidikan bahkan sebagai individu yang memiliki kepribadian yang juga berbeda
satu sama lain. Masing–masing individu itu saling bekerja sama satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan yang sama dari organisasi yang menaunginya. Baik
buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin.
Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa faktor pemimpin memegang peranan
penting dalam pengembangan organisasi. Faktor pemimpin yang sangat penting
adalah karakter dari orang yang menjadi pemimpin tersebut. Maka, pada akhirnya
orang yang paling menentukan keberhasilan suatu madrasah adalah kepala madrasah.
Dibutuhkan konsentrasi kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai
tujuan organisasi dengan cara: memelihara para anggotanya, berinisiatif dan
berkreatifitas dalam menjalankan tugas-tugasnya sehingga terjadi hubungan proses
administratif dan akan saling mengaitkan proses administrasi yang pada akhirnya
akan tercipta keserasian antara tujuan organisasi dan usaha–usaha individu dalam
3
kinerjanya sekaligus meningkatkan kualitas diri. Oleh karena itu kepala sekolah
punya peran penting dalam mengembangkan SDM yang ada, SDM di sini adalah guru
dan tenaga personalia lain.
MTs Darul Istiqomah Manado merupakan salah satu sekolah/madrasah yang
mulai berkembang di kota Manado. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat yang
ingin menyekolahkan anaknya di sekolah ini semakin meningkat. Sekolah ini
terakreditasi B serta memiliki 7 rombongan belajar ini telah mulai mencapai berbagai
prestasi baik akademis dan non akademis di tingkat kota dan provinsi. Sekolah ini
juga memiliki sumber daya yang beragam kualifikasi pendididikan dan kompetensi
tambahan lainnya. Dari 20 guru yang ada 11 guru berkualifikasi sarjana, 2 orang guru
berkualifikasi magister, dan Sebagian besar guru di sekolah ini berkualifikasi sarjana
serta memiliki guru berkualifikasi magister. Sisanya masih melanjutkan pendidikan
untuk meraih gelar sarjana. Guru-guru di sekolah ini juga memiliki berbagai
kompetensi yang dapat dapat dikembangkan dan digunakan untuk meningkatkan
mutu sekolah. Ada guru yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi,
memiliki kemampuan dibidang seni, olahraga, ketrampilan serta beberapa guru yang
mengajar di sekolah ini pernah menjadi instruktur mata pelajaran dan menjadi
instruktur mata pelajaran untuk tingkat kota bahkan tingkat provinsi.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di madrasah ini, bahwa ada guru-
guru yang sebenarnya sangat potensial untuk di kembangkan kemampuannya namun
tidak memiliki kemauan untuk mengembangkannya. Contohnya adalah beberapa guru
muda yang seharusnya bisa mengoperasikan komputer untuk membantu mereka
4
dalam meningkatkan kompetensi profesional mereka, tetapi tidak mau belajar
komputer. Padahal madrasah ini memiliki komputer yang dapat digunakan untuk
sebagai sarana belajar. Selain itu ada guru yang tidak mau mengikuti pelatihan-
pelatihan peningkatan kompetensi dengan alasan sudah tua. Ada juga guru yang tidak
pernah di panggil untuk mengikuti pelatihan oleh instansi terkait, baik dinas
pendidikan maupun oleh kantor departemen agama padahal mereka sangat ingin
mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Ironisnya ada juga beberapa guru yang sangat
sering mengikuti pelatihan pengembangan kompetensi tapi implementasinya di
madrasah tidak maksimal.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang: ”Pemberdayaan Sumber Daya Manusia pada MTs
Darul Istiqomah Manado”.
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pengembangan sumber
daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado.
Berdasarkan fokus penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul
Istiqomah Manado
2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penghambat pengembangan sumber
daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
5
3. Apa saja yang menjadi faktor-faktor pendukung pengembangan sumber daya
manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
4. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul
Istiqomah Manado
C. Tujuan Penelitan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil kajian tentang
pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan mendapatkan hasil kajian dan
deskripsi tentang:
1. Pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
2. Faktor-faktor penghambat pengembangan sumber daya manusia pada MTs
Darul Istiqomah Manado
3. Faktor-faktor pendukung pengembangan sumber daya manusia pada MTs
Darul Istiqomah Manado
4. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang dilakukan dalam mengatasi
pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis.
Berbagai pemikiran, konsep dan gagasan teoretis yang dikemukakan serta hasil
yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pendidikan pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan
6
pada khususnya, terutama pada aspek manajemen SDM (tenaga kependidik) yang
merupakan ujung tombak pendidikan
2. Manfaat praktis
a. Memberikan masukan kepada institusi pendidikan khususnya sekolah tentang
manajemen SDM didalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik dan tenaga pendidik dalam rangka membina dan mengembangkan
sekolah.
b. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk lebih
menggali, memperdalam dan mengembangkan permasalahan yang diteliti.
7
BAB II
ACUAN TEORETIK
A. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Keberadaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat penting artinya
bagi organisasi. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi permasalahan
tenaga kerja yang semakin kompleks, dengan demikian pengelolaan sumber daya
manusia harus dilakukan secara profesional oleh departemen tersendiri dalam suatu
organisasi, yaitu human resource departement.
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu unsur penunjang organisasi,
dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut
personil, tenaga kerja, pekerja/karyawan); atau potensi manusiawi sebagai penggerak
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya; atau potensi yang merupakan aset dan
berfungsi sebagai modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkanmenjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi, (Nawawi, 2003:13).
Mengelola SDM di era globalisasi bukan merupakan hal yang mudah. Oleh karena
itu, berbagai macam suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk mendukung
proses terwujudnya SDM yang berkualitas. Lembaga sekolah yang ingin tetap eksis
dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek
pengembangan kualitas SDM-nya. Oleh karena itu peran manajemen sumber daya
8
manusia dalam organisasi tidak kecil, bahkan sebagai sentral pengelola maupun
penyedia SDM bagi departemen lainnya.
Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi merupakan hal yang sangat
penting, seiring dengan makin besarnya perhatian dari berbagai pihak terhadap mutu
kehidupan manusia sesuai dengan kodrat dan martabatnya. Sejalan dengan itu,
Siagian (dalam Kambey, 1999: 3) menyatakan bahwa harkat dan martabat manusia
bukan hanya diakui akan tetapi harus dijunjung tinggi pula. Selanjutnya menurut
Handoko (2001:4) keberhasilan pengelolaan sumber daya organisasi sangat
ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Tujuannya adalah
untuk memberikan organisasi satuan kerja yang efektif.
Atmodiwirio (2000:206) mendefinisikan sumber daya adalah unsur pendukung
dan penunjang pelaksanaan kegiatan yang terdiri atas tenaga, dana, sarana dan
prasarana. Selanjutnya pengertian ini dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Kambey,
1993: 3) sebagai berikut:
1) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu
organisasi atau disebut personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan.
2) Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
3) Sumberdaya manusia adalah protensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal ( non material/finansial) di dalam organisasi bisins yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi.
9
Menurut Handoko (2001: 3) manajemen personalia sekarang disebut
manajemen sumber daya manusia dan telah diterima secara universal. Sejalan
dengan itu Flippo (dalam Handoko, 2001: 3) menyatakan bahwa manajemen
personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai
berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil pembangunan suatu negara
baik dalam kuantitas maupun kualitasnya adalah faktor sumber daya manusia.,
karena manusia sebagai pelaksana pembangunan tersebut, begitu juga dalam
pelaksanaan pembangunan dalam organisasi sekolah. Kambey (1999:75)
menyatakan bahwa:
1. keberhasilan suatu organisasi dan karyawan itu sendiri banyak ditentukan oleh
faktor penempatan karyawan yang tepat atau yang sesuai dengan
kemampuan/ketrampilan yang dimilikinya.
2. upaya untuk menyalurkan dan meningkatkan kemampuan kerja seseorang
karryawan dilakukan melalui penempatan karyawan pada suatu tempat atau
jabatannya maupun kualifikasi orang yang akan menduduki jabatan organisasi
tersebut.
3. Untuk memanfaatkan sumberdaya manusai secara optimal, jika kemampuan
bekerja dari karyawan sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
10
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bentuk pengakuan
pentingnya anggota organisasi (personel) sebagai sumber daya yang dapat
mendukung tercapainya tujuan organisasi, pelaksanaan fungsi dan kegiatan-kegiatan
organisasi untuk menjamin bahwa mereka dipergunakan secar efektif dan adil demi
kepentingan organisasi, individu dan masyarakat. Istilah manajemen personalia
dipergunakam di kebanyakan organisasi sebagai departemen yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan rekrutmen pegawai, , seleksi, kompensasi, dan pelatihan,.
Namun dalam halhal tertentu istilah “manajemen sumber daya manusia” juga sering
dipergunakan. Ini semua adalah wujud pengakuan peran vital personalia dalam
organisasi, tantangan –tantangan pengelolaan sumber daya manusia secara efektif,
dan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan profesionalisme dalam bidang
MSDM.
Manajemen sumber daya manusia secara garis besar memiliki fungsi dan
aktivitas pokok yang ditetapkan oleh kebanyakan Departemen Personalia di segenap
organisasi. Menurut Sculer, Dowling, dan Smart dalam Burhanuddin (2003:16) ada
lima fungsi pokok manajemen sumber daya manusia, yaitu: 1). perencanaan
kebutuhan sumber daya manusia atau staf; 2) pengadaan sumber daya manusia atau
staf; 3). penilaian prestasi kerja; 4). pelatihan dan pengembangan; 5). penciptaan dan
pembinaan hubungan kerja yang efektif. Meskipun di kebanyakan bagian personalia
tidak melakukan kesemua fungsi tersebut, namun kecendrungan yang terjadi saat ini
sudah mengarah kepada kelima fungsi di atas.
11
Tujuan umum manajemen pendidikan (sekolah) tidak lain untuk menjamin
berlangsungnya sistem sekolah sesuai dengan tujan dan rencana yang telah
ditetapkan. Kepala sekolah dituntut untuk menyatu padukan berbagai sumber daya
yang ada, seperti sumber daya manusia, dana, fasilitas, sarana dan prasarana dalam
upaya dan kegiatan yang dapat mengefektifkan sumber-sumber itu untuk
mewujudkan misi sistem. Kepala sekolah adalah unsur yang paling menentukan di
dalam mendayagunakannya melalui proses tranformasi.
SDM adalah darah kehidupan lembaga (sekolah). SDM itulah yang melakukan
kerja terpadu semua kegiatan sekolah yang dilaksanakan oleh masing-masing SDM,
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana–rencana yang perlukan untuk
mewujudkan tujuan dan jaga menyerasikan rencana dan pelaksanaannya.
Strukterformal, ketetapan dan peraturan-peraturan, materi pelajaran, pedoman jabatan
dan kebijaka-kebijakan bisa saja dikembangkan sedemikian rupa , namun itu semua
akan berarti bila SDM yang ada bisa melaksanakannya (Morphet, dkk, 1982:45)
Menurut Gutrie dan Reed (1991:29), sekolah adalah lembaga kerja yang
intensif, karena itu sekolah berorientasi pada “orang”. Walaupun perhatian utamanya
adalah mendidik siswa melalui proses yang hampir semuanya terdiri dari sumber daya
manusia, seperti guru, kepala sekolah, dan penjaga sekolah untuk SD, ditambah lagi
konselor, petugas perpustakaan, karyawan tata usaha untuk tingkat sekolah lanjutan.
Namun manajemen SDM lebih dititik beratkan pada terpenuhinya rasa aman para staf
sekolah sesuai dengan harapan mereka ketika mereka baru melaksanakan tugas dan
perannya.
12
Adapun aspek-aspek yang sangat penting dalam manajemen sumber daya
manusia adalah:
1) Perencanaan Kebutuhan sumber daya manusia
Perencanaan Kebutuhan sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi
yang menjadi dasar efektifitas penyelenggaraan MSDM. Secara spesifik perencanaan
sumber daya manusia melibatkan kegiatan memperkirakan (forecasting) sumber daya
manusia atau anggota organisasi, sekaligus merencanakan langkah-langkah
pemenuhannya.
Kegiatan fungsi ini terdiri dari pengembangan dan penerapan rencana dan
program-program untuk menjamin agar jumlah maupun tipe personel yang diperlukan
dapat terpenuhi sesuai dengan tempat dimana mereka akan bekerja, memenuhi prinsip
the right man on the right place. Karena itu terkait langsung dengan perencanaan
organisasi kedepan, maka fungsi ini dipandang sangat penting dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dimasa yang akan datang. Perencanaan SDM memiliki
keterkaitan dan berpengaruh kepada hampir semua fungsi MSDM. Meskipun
demikian, secara khusus memiliki kaitan yang sangat erat pada dua aktifitas
manajemen sumber daya, yaitu (1) pengadaan staf, dan (2) manajemen karir
a) Tujuan perencanaan SDM
Secara umum tujuan strategis perencanaan SDM adalah untuk mengidentifikasi
kebutuhan ketersediaan SDM dan mengembangkan program-program kepegawaian
dalam mengeliminir penyimpampangan-penyimpangan atas dasar kepentingan
individu dan organisasi. Secara khusu tujuan adalah sebagai berikut:
13
1) Mengurangi beban biaya dalam bidang ketenagaan dengan cara mengatisipasi kekurangan maupun kelebihan jumlah tenaga yang diperlukan.
2) Menjadi dasr yang baik untuk pengembangan staf dalam rangka mengoptimalkan pendayagunaan SDM.
3) Meningkatkan proses perencanaan organisasi secara menyeluruh.4) Memberikan kesempatan organisasi untuk meningkat karier dan
mengidentifikasi khusus yang tersedia5) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya SDM yang baik.6) Menyediakan alat untuk menilai pengaruh segenap alternatif tindakan dan
kebijakan personalia (Burhanuddin, M,Ed, dkk,2003;70)
b) Kegiatan utama perencanaan SDM dan analisis jabatan (job analisis). Pada
dasarnya perencanaan SDM mengemban 2 (dua) buah tugas pokok, yakni: (1)
merencanakan dan memperkirakan kebutuhan tenaga kerja organisasiuntuk jangka
panjang; (2) melakukan analisis jabatan untuk menentukan jenis keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan, dan atas dasar itu sekaligus
merancang jenis jabatan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi dan
individual.
2) Pengadaan/Rekruitmen Staf
Begitu perencanaan kebutuhan tenaga telah dilaksanakan, tiba saatnya
organisasi berusaha memenuhi kebutuhan tenaga sesuai denga tipe pekerjaan, jumlah
karakteristik tenaga yang diperlukan. Terdapat jumlah aktivitas pokok fungsi
pengadaan, antara lain:
(a) melaksanakan rekrutmen atau penarikan calon tenaga kerja atau SDM (job
aplicants)
(b) pelaksanaan seleksi terhadap calon tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan
karakteristik tenaga yang diperlukan; dan
14
(c) penempatan/penugasan staf
Kegiatan rekrutmen dilakukan dengan memperhatikan aspek legalitas yang
berlaku dalam rangka memperoleh sejumlah tenaga yang diperlukan. Adapaun
maksud dan pentingnya rekrutmen ini adalah:
(1) menentukan kebutuhan penarikan tenaga kerja, (2) meningkatkan jumlah pelamar secara efesien, (3) membantu meningkatkan rating proses seleksi dengan mengurangi jumlah pelamar kerja yang anderqualified atau overqualified, (4) mengurangi kemungkinan berhenti atau mutasi setelah diangkat, (5) memenuhu kewajiban organisasi melaksanakan program pemerataan kesempatan kerja, (6) mengidentifikasi dan menyiapkan caloncalon tenaga kerja yang potensial, (7) meningkatkan efektifitas organisisi dan individu baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, (8) menilai efektifitas dan lokasi rekrutmen (Burhanuddin, M. Ed, dkk, 2003:73)
3) Penilaian Prestasi Kerja
Pentingnya penilain prestasi kerja yang rasional dan ditetapkan secara obyektif
terlihat pada peling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan pegawai yang
bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi. Penilaian pelaksanaan pekerjaan
perlu dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara
rasioanl, diterapkan secara objektif, serta didokumentasikan secara sistematis
(Sondang, 2002;224). Namun demikian tidak sedikit para menejer yang beranggapan
bahwa penilaian penilain prestasi hanya penjadi gangguan terhadap pelaksanaan
oprasional. Mereka tidak setuju dengan penilain formal tetapi penilain cukup
diserahkan kepada atasannya, para manajer itulah yang paling kompeten dalam
melakukan penilaian kepada bawahannya.
Teori sumber daya manusia memberi petunjuk bahwa terdapat tiga kelemahan
argumentasi tersebut. Pertama, tanpa kriteria yang relatif seragam, gaya penilaian
15
akan sangat beraneka ragam dengan kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda.
Kedua, tdak ada jaminan atasan melakukam penilaian berdasarkan penilaian kriteria
yang obyektif. Ketiga, hasil penilaian sangat mungkin tidak terdokumentasi dengan
baik padahal hasil penilaian tersebut harus merupakan bagian dari keseluruhan
dokumen kepegawaian pegawai yang dinilai.
Pentingnya penilaian terhadap bawahan diantara juga adalah untuk mengukur
sejauh mana karyawan tersebut melaksanaka tugas pekerjaannya. Dengan kata lain
dapat juga menentukan seberapa produktif karyawan tersebut dan apakah ia dapat
bekerja efektif di masa yang akan datang, sehingga baik karyawan itu sendiri,
organisasi, dan masyarakat sama-sama akan mendapat keuntungan. Menurut Rowlan
and Ferris dalam Burhanuddin (2003), maksud dilaksanakannya penilaian prestasi
kerja ini sebagai berikut:
1) Pengembagan manajemen. Hasil penilaian terhadap prestasi kerja menjadi
acuan bagi pengembangan staf di masa yang akan dating dengan
mengidentifikasi dan menyiapkan individu-individu tertentu untuk memegang
tanggung jawab manajemen yang lebih besar.
2) Pengukuran prestasi. Hasil penilaan meggambarkan nilai relative individu
terhadap organisasi.
3) Peningkatan prestasi. Penilaian mendorong peningkatan prestasi secara
kontinyu dan mengurangi kelemahan individu dalam bekerja sehingga menjadi
lebih efektif dan produktif.
16
4) Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi kompensasi, yakni
pengaturan sistem penggajian atau upah dan bonus secara tepat.
5) Mengidentifikasi karyawan yang akan di promosikan
6) Menyediakan bahan balikan terhadap tindakan yang perlu diambil terhadap
kinerja pegawai tertentu.
7) Pembantu fungsi perencanaan MSDM ke depan terutama dalam kaitannya
dengan persediaan tenaga dan kebutuhan sekarang
8) Komunikasi. Penilaian prestasi akan menjadi media komunikasi antara atasan
dan bawahan sekaligus menumbuhkan kepercayaan antara penilai dan yang
dinilai
4) Penciptaan dan Pembinaan Hubungan Kerja yang Efektif
Begitu organisasi telah mendapat jumlah karyawan anggota yang diperlukan,
maka tiba saatnya untuk memelihara mereka, memberikan penghargaan, dan berusaha
menyediakan kondisi kerja yang menarik sehingga dapat membuat mereka betah di
tempat kerja. Sebagai bagian dari usaha-usaha tersebut, organisasi harus
menciptakandan dan mempertahankan hubunganhubungan kerja yang efektif dengan
para karyawan. Sehubungan dengan itu terdapat 3 tugas fungsi penciptaan dan
pembinaan hubungan kerja ini, yaitu:
a) Mengakui dan menghargai hak-hak pegawaib) Memahami alasan-alasan dan metode yang digunakan para pegawai di dalam
berorganisasi
17
c) Melakukan bargaining dan menyelesaikan komplain dengan para pegawai maupun organisasi yang mewakili mereka (Tim Pakar Manajemen Pendidikan UNM Malang; 2003:82)
Dikalangan teoritis dan praktisi manajemen telah lama diketahui bahwa masalah
motivasi bukanlah sesuatu yang mudah, baik memahaminya apalagi menerapkannya.
Oleh karena itu bagi pengelola sumber daya manusia mutlak perlu memahami hal ini
dalam upaya memelihara hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota
organisasi.
5) Pelatihan dan Pengembangan
Fungsi ini merupakan suatu usaha peningkatan prestasi kerja para pegawai saat
ini dan masa depan dengan kegiatan belajar untuk peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam bekerja. Tujuan utama fungsi pelatihan dan
pengembangan ini adalah untuk mengatasi kekurangan kekurangan para pegawai
dalam bekerja yang disebabkan oleh kemungkinan ketidak mampuan dalam
melaksanakan pekerjaan, dan sekaligus upaya membina mereka agar menjadi lebih
produktif. Pertanggung jawaban pelatihan ini adalah pimpinan pada setiap level yang
dibantu oleh staf khusus (Smart Dkk, 1989).
Program pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan dalam model: (1) on
the job programs yakni pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman
langsung dalam bekerja di organisasi tertentu. Model ini dapat dilakukan secara
formal maupun non formal. (2) off the job program adalah model pelatihan di luar
jabatan yang dilaksanakan secara formal misal melalui kursus, pendidikan dan
pelatihan (Sutopo Dkk, 2003).
18
Pelaksanaan progaram pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan organisasi
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahap ini, aspek organisasi
perlu dianalisisuntuk menetukan kebutuhan pengembangan staff baik sekarang
maupun yang akan datang. Hasil analisis pekerjaan jabatan akan memudahkan
menetapkan jenis keterampilan maupun keterampilan yang akan dikembangkan.
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kata pengembangan (development) menurut Magginson dan Mathews
(1993:27), adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan potens dan efektifitas.
Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang pegawai manajerialnya
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan umum,
Shakula (dalam Mangkunegara, 2003:16)
Pada buku Manajemen Personalia (Personnel Management) karangan Flippo
dipergunakan istilah “pengembangan” untuk usaha-usaha peningkatan pengetahuan
maupun keterampilan pegawai/karyawan. Sedangkan Otto dan Glaser dalam bukunya
Manajemen Latihan (the Management of Training) menggunakan istilah “latihan”
(training) untuk usaha-usaha peningkatan maupun keterampilan pegawai/karyawan.
Disini Otto dan Glaser memberikan istilah training tersebut dalam pengertian yang
sangat luas sehingga pengertian training itu sudah implicit pengertian pendidikan
(education).
19
Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia
dalam konteks ini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Handoko (2003:77), yakni
upaya lebih luas dalam memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
sikap dan sifat-sifat kepribadian. Sementara itu Riadi (1994:34) juga mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar, terarah, terprogram dan terpadu, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia baik secara fisik maupun non-fisik, agar
nantinya menjadimanusia-manusia berdaya guna bagi SDM, bangsa dan negara yang
dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama.
Pengembangan SDM membantu pegawai/karyawan dalam memahami suatu
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan
dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
2. Prinsip-prinsip pengembangan SDM pendidikan
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
pengembangan SDM pendidikan menurut Depdiknas (2008:100), yaitu:
a. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuk tenaga struktural, fungsional, maupun teknis)
b. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-masing.
c. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap sekolah pendidikan
d. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi
20
e. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan sekolah pendidikan.
f. Pengembangan yang menyangkut jenjang karier sebaiknya disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri.
Dengan kata lain bahwa pengembangan SDM Pendidikan hendaknya didasari
prinsip berikut:
a. Pengembangan SDM di lingkungan sekolah/institusi merupakan kebutuhan sesuai
dengan dinamika internal dan tuntutan external sekolah.
b. Pengembangan SDM di lingkungan dunia kerja harus dilakukan by design sesuai
dengan perencanaan pengembangan sekolah, dan tidak dilakukan hanya semata-
mata atas pertimbangan individu (personal interest) tenaga pendidik dan
kependidikan yang bersangkutan
3. Prosedur Pengembangan SDM Pendidikan
Pengembangan SDM merupakan upaya membantu tenaga pendidik dan
kependidikan (dalam hal ini tenaga kependidikan) secara individual menangani
tanggung jawabnya di masa kini dan pengembangannya di masa depan.
Pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan banyak dilakukan melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini menurut Depdiknas (2008:101)
bertujuan untuk:
a. menghilangkan kesenjangan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan yang disebabkan mereka bertugas tidak sesuai dengan yang diharapkan,
b. meningkatkan kemampuan angkatan kerja yang lentur dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi baru yang dihadapi sekolah, dan
21
c. meningkatkan keterikatan (komitmen) tenaga pendidik dan kependidikan terhadap sekolah dan membina persepsi bahwa sekolah itu tempat yang baik untuk bertugas.
Pelaksanaan pendidikan dan latihan bagi para tenaga kependidikan harus
dirancang dengan sebaik-baiknya:
1. Siapa yang akan dilatih dan dikembangkan?
2. Tingkatan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan (materi,kurikulum)?
3. Prinsip pembelajaran apa yang diterapkan (metodologi)?
4. Fasilitas dan alat apa yang diperlukan (termasuk sumber belajar)?
5. Siapa yang akan mengajarnya (nara sumber, fasilitator)?
6. Bagaimana menilai keberhasilannya (evaluasi)?
7. Di mana kegiatan itu dilaksanakan?
Disamping itu secara kelembagaan penyelenggaraan program pelatihan dan
pengembangan memerlukan dukungan biaya dan kesungguhan dalam
melaksanakannya.
Di bawah ini disajikan model penyelenggaan program ”Training and
Development”
22
Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Program Pelatihan
Sumber: Depdiknas, 2008. Hal 102
Model di atas merupakan model umum yang dapat diterapkan dalam
pembinaan dan peningkatan kemampuan professional guru. Model di atas
menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan dimulai dari hasil analisis kebutuhan pelatihan.
Analisis kebutuhan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui secara
nyata kekurangan atau kesenjangan kemampuhan yang dirasakan guru-guru. Hal yang
menjadi permasalahan guru dapat dipelajari dari forum kelompok kerja guru (KKG)
atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), bahkan bisa diperoleh dari hasil
supervisi para pengawas. Atau dapat pula dilakukan dengan melakukan kajian
kebutuhan pelatihan melalui instrument khusus yang disiapkan. Masalah-masalah
yang dihadapi guru, tentu saja yang berkaitan dengan tugas profesinya,
diklasifikasikan dan ditetapkan prioritasnya. Langkah selanjutnya adalah merumuskan
tujuan pelatihan yang mengakomodasi kebutuhan pelatihan. Dalam merumuskan
23
tujuan sudah terantisipasi bahwa pabila tujuan tersebut tercapai, maka permasalahan
kebutuhan guru untuk melayani pembelajaran dapat diperbaiki. Rumusan tujuan yang
jelas akan menggambarkan bahan pelatihan apa yang perlu disusun, sehingga apabila
bahan tersebut dipelajarai dan dapat dikuasai oleh peserta pelatihan, maka diyakini
tujuan pelatihan tercapai.
Sejalan dengan penyusunan bahan pelatihan, perlu dirumuskan alat evaluasi
untuk mengukur ketercapaian tujuan pelatihan. Oleh karena bahan ajar pelatihan
disusun dengan mempertimbangkan tujuan pelatihan, maka dengan sendirinya alat
evaluasi yang disusun pun mengukur penguasaan materi pelatihan oleh peserta
pelatihan. Jika dianggap perlu, alat ini dapat digunakan sebagai pre-test dan post-test.
Kegiatan pelatihan akan efektif apabila peserta pelatihan melakukan kegiatan
dan tugas belajar sesuai dengan bahan dan tujuan pelatihan. Temuan empirik
menunjukkan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif menggunakan metode yang
variatif sesuai dengan azas pembelajaran orang dewasa dengan dukungan bahan ajar
yang jelas dan fasilitas yang memadai.
Pelatihan guru yang selama ini dilakukan menunjukkan masih terdapatnya
beberapa kelemahan seperti dilaporkan dalam berbagai sumber. Pertama, pelatihan
seringkali diikuti oleh peserta dalam jumlah besar sehingga tidak ada peluang untuk
melakukan diskusi mendalam, pemecahan masalah, simulasi dan praktek. Kedua,
bahan pelatihan terlalu padat dalam rentang waktu yang relative singkat. Pelatihan
seringkali dimulai pagi hari sampai larut malam, sehingga kesempatan untuk
mengkaji ulang bahan tidak tersedia. Ketiga, pelatih kurang memiliki pengalaman
24
yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Keempat, fasilitas yang diperlukan
untuk melaksanakan hasil pelatihan tidak tersedia dan guru-guru kurang mendapat
bantuan professional pada saat melaksanakan hasil-hasil pelatihan. Pelatihan guru
dalam bentuk in-house training mulai banyak dilaksanakan, karena dapat mengatasi
kekurangan-kekurangan yang selama ini terjadi dalam pelaksanaan pelatihan.
Pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan dapat
dilakukan secara menyatu dengan manajemen sekolah secara integral. Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam sekolah pada hakekatnya mempersoalkan upaya untuk
pemberdayaan seluruh potensi sekolah dalam rangka mencapai produktivitas yang
setinggi-tingginya. Dalam konsep tersebut termasuk upaya efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi menyangkut pemanfaatan input sebaik-baiknya untuk melayani operasi
proses secara proporsional. Efektivitas menyangkut ketercapaian sasaran atau target-
target yang ditetapkan. Besaran perbandingan antara input dan output
menggambarkan index produktivitas. Adalah sangat rasional apabila para pimpinan
atau pimpinan/kepsek pada tingkat apapun memiliki pemikiran untuk meningkatkan
efisiensi setinggi-tingginya untuk menghasilkan output yang sebesar-besarnya. Akan
tetapi perlu diwaspadai jangan sampai terjadi upaya peningkatan efisiensi menjadi
penyebab bagi rendahnya mutu dan menurunnya jumlah produk.
4. Metode – Metode Pengembangan Tenaga Pendidik
Menurut Soetjipto dan Kosasi (2000:45), pengembangan sumber daya manusia
bagi tenaga pendidik adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan.
25
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru didik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam tenaga pendidik dan
kependidikanannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi
panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
bagaimana guru bersikap terhadap tenaga pendidik dan kependidikanan dan
jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus
dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru.
Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan
dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada
dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai
hasil sampingan (by product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Sikap teliti
dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar
matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan
kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Pengembangan profesional selama dalam jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai
guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal
melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
26
lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional
keguruan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional (2005:24-30) menyebutkan beberapa alternatif program pengembangan
tenaga pendidik, sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru
adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum
memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru
yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan
S1 atau S2 pendidikan keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam
bentuk tugas belajar.
b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan.
Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata
pelajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari
kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan
kependidikan. Mereka bisa mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
27
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan
pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan
adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan
kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat parsial dan pengembangan
materi seringkali tumpang tindih, menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya dan
kurang efisien. Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis
pelatihan sehingga mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang
pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun. Oleh karenanya pelatihan
yang diusulkan adalah Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK) yaitu
pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh
peserta didik, sehingga isi/materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan
gabungan/integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh
diperlukan untuk mencapai kompetensi (Depdiknas, 2002: 4). Kompetensi yang
diharapkan oleh guru mencakup:
a) Memiliki pemahaman landasan dan wawasan pendidikan, terutama yang terkait dengan bidang tugasnya.
b) Menguasai materi pelajaran, minimal sesuai dengan cakupan materi yang tercantum dalam profil kompetensi.
c) Menguasai pengelolaan pembelajaran sesuai karakteristik materi pelajaran.
d) Menguasai evaluasi hasil belajar dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
e) Memiliki wawasan profesi serta kepribadian sebagai guru.
d. Program Supervisi Pendidikan
28
Dalam praktek pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang
ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. Sering ada
persepsi yang salah atau kurang tepat di mana tugas supervisor sering dimaknai
sebagi tugas untuk mencari kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Ciri utama
supervisi adalah perubahan dalam ke arah yang lebih baik, positif proses belajar
mengajar lebih efektif dan efisien. Dilingkungan sekolah, supervisi mempunyai
peranan cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang pada
gilirannya akan meningkatkan prestasi sekolah. Dengan demikian kualitas peranan
supervisi di lingkungan sekolah akan dapat meningkatkan profesionalisme guru yang
selanjutnya dapat berdampak positif terhadap prestasi sekolah.
e. Program MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua
unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru
SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam
mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Guru bertugas
mengimplementasikan kurikulum di kelas.
Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal di antara para guru. Dengan
MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat
29
diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para
anggotanya.
f. Simposium Guru
Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk
saling berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan para
guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini
selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi untuk kompetisi antar
guru, dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang,
misalnya dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas
atau penulisan karya ilmiah.
g. Program pelatihan tradisional lainnya
Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-bentuk
pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa
seringkali berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional ini seringkali tidak dapat
memenuhi kebutuhan praktis dari tenaga pendidik dan kependidikanan guru. Oleh
karena itu, suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan
akan sangat efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini
pada umumnya mengacu pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual dan penting
untuk diketahui oleh para guru, misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas,
Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya.
h. Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah
30
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan
maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut
tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar (perpustakaan, internet,
dan sebagainya).
Walaupun artikel dalam jurnal cenderung singkat, tetapi dapat mengarahkan
pembacanya kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju kepada
perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang berkaitan
dengan pertemuan, pameran, seminar, program pendidikan, dan sebagainya yang
mungkin menarik bagi guru. Dengan membaca dan memahami isi jurnal atau makalah
ilmiah lainnya dalam bidang pendidikan guru dapat mengembangkan
profesionalismenya. Selanjutnya dengan meningkatnya pengetahuan seiring dengan
bertambahnya pengalaman, guru diharapkan dapat membangun konsep baru,
keterampilan khusus dan alat/media belajar yang dapat memberikan kontribusi dalam
melaksanakan tugasnya.
i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang
diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam
berbagai pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna
penting untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru.
Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajikan
berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.
31
Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah
setiap tahun akan memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun
profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Penyampaian
makalah utama, kegiatan diskusi kelompok kecil, pameran ilmiah, pertemuan
informal untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru, dan sebagainya saling berintegrasi
untuk memberikan kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai seorang profesional.
j. Melakukan penelitian (khususnya Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan studi sistematik yang
dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka
merefleksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus menerus
juga merupakan startegi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan
dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi dimana praktik
pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi pendidikan.
k. Magang
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service
atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional
melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu.
Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokus pelatihan magang ini
32
adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan di
bawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman (guru yang lebih profesional).
l. Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan
Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca surat
kabar juga akan meningkatkan pengetahuan guru mengenai pengembangan mutakhir
dari proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut seringkali memuat artikel-
artikel maupun program-program yang berkaitan dengan berbagai isu atau penemuan
terkini mengenai pendidikan yang disampaikan dan dibahaas secara mendalam oleh
para ahli pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan media pemberitaan secara selektif
yang terkait dengan bidang yang ditekuni guru akan dapat membantu proses
peningkatan profesionalisme guru.
m. Berpartisipasi dan Aktif dalam Sekolah Profesi
Ikut serta menjadi anggota sekolah/komunitas profesional juga akan
meningkatkan profesionalisme seorang guru. Sekolah/komunitas profesional biasanya
akan melayani anggotanya untuk selalu mengembangkan dan memelihara
profesionalismenya dengan membangun hubungan yang errat dengan masyarakat
(swasta, industri, dan sebagainya). Dalam hal ini yang terpenting adalah guru harus
pandai memilih suatu bentuk sekolah profesional yang dapat memberi manfaat utuh
bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.
n. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi
pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan
33
berkat kerjasama, seperti: penelitian tindakan kelas, berpartisipasi dalam kegiatan
ilmiah, dan kegiatan-kegiatan profesional lainnya.
Pertemuan secara formal maupun informal untuk mendiskusikan berbagai isu atau
permasalahan pendidikan termasuk kerjasama dalam berbagai kegiatan lain (misalnya
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah) dengan
kepala sekolah, orang tua peserta didik (komite sekolah), Tenaga pendidk dan
Kependidikan lain yang profesional dapat membantu guru dalam memutakhirkan
pengetahuannya.
Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan tersebut dapat menjaga keaktifan pikiran
dan membuka wawasan yang memungkinkan guru untuk terus mendapatkannya.
Semakin guru terlibat dalam perolehan informasi, maka guru semakin merasa
akuntabel, dan semakin guru merasakan akuntabel maka ia semakin termotivasi untuk
mengembangkan dirinya. Disamping itu mengunjungi profesional lainnya di luar
sekolah merupakan metode yang sangat berharga untuk memeproleh informasi terkini
dalam rangka proses pengembangan profesional guru.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Nurhadi dalam tesisnya yang berjudul: Manajemen Pengembangan SDM di
Sekolah Dasar Terpadu Ma’arif Gunungpring, Kabupaten Magelang tahun 2009.
Penelitian Nurhadi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
pengembangan SDM di SD Terpadu Ma’arif Gunungpring Kabupaten Magelang.
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan rekrutmen SDM, pengembangan SDM,
34
kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen pengembangan SDM,
dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pelaksanaan manajemen
pengembang an SDM di SD Terpadu Ma’arif Gunungpring.
Penelitian Nurhadi menggunakan pendeka tan kualitatif dengan subyek
penelitian kepala sekolah, guru, karyawan, dan ketua komite sekolah. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pengamatan partisipan, wawancara, dan analisis
dokumen. Keabsahan data diperoleh dengan melakuka n perpanjangan waktu
penelitian, dan triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan
model analisis interaktif.
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa: 1) pelaksanaan rekrutmen SDM
pada awal berdirinya sekolah sudah efektif sesuai dengan standar rekrutmen, akan
tetapi rekrutmen selanjutnya kurang efektif karena tidak melalui prosedur. 2)
manajemen pengembangan SDM sudah efektif dilihat dari: (a) perencanaan, meliputi
perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka
pendek (tahunan). Perencanaan tahunan dirumuskan melalui rapat kerja sekolah pada
akhir tahun pelajaran; (b) pengorganisasian, meliputi pembagian tugas dan uraian
tugas; (c) pelaksanaan manajemen pengembangan SDM melalui tiga jalur, yaitu jalur
pendidikan dan latihan, jalur pembinaan karier manajemen, dan jalur pemberian
penghargaan; d) pengawasan yang dilakukan kepala sekolah kurang efektif, karena
kapala sekolah selaku manajer belum mmempunyai keberanian menerapkan sanksi.
3) Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan manajemen pengembangan SDM,
adalah (a) masih ada SDM yang belum berubah kinerjanya meskipun telah mengikuti
35
pelatihan dan pendidikan; (b) kesulitan mengadakan koordinasi dengan ketua komite
sekolah; (c) terhentinya donatur tetap; dan (d) honor guru masih di bawah standar
Upah Minimal Regional (UMR). 4) Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk
mengatasi kendala dalam melaksanakan manajemen pengembangan SDM, adalah (a)
bagi SDM yang belum menunjukkan perubahan kinerja yang berarti maka SDM
tersebut diberi sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (b) kesulitan koordinasi
dengan ketua komite sekolah, kepala sekolah melakukan kegiatan proaktif; (c)
donatur tetap yang macet maka kepala sekolah menggerakkan kembali dan
melakukan efisiensi anggaran; dan (d) honor SDM yang belum mencapai UMR,
kepala sekolah melakukan shock therapy dengan mendatangkan motivator dalam
bentuk pelatihan ESQ. Hasil dari pelatihan ESQ menumbuhkan kesadaran SDM,
bahwa dalam bekerja dilandasi motivasi ibadah, tidak semata-mata mencari imbalan.
Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian Nurhadi adalah terkait dengan
pengembangan SDM, serta metodologinya sama yaitu metode kualitatif. Sedangkan
perbedaanya adalah lokasi dan waktu penelitian berbeda.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan pendekatan yang digunakan
Berdasarkan karakteristik permasalahan, metode penelitian yang digunakan
adalah naturalistic inquiry dengan pendekatan kualitatif. Gay dan Airassian,
(2000:10) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif menguji konteks secara
keseluruhan, interaksi dengan partisipan dan mengumpulkan data secara langsung
terhadap partisipan serta bergantung pada data-data deskriptif. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Moleong (2000:1) yaitu prosedur pendekatan
kualitatif menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
perilaku yang diamati.
Pendekatan yang digunakan ini menguraikan gejala-gejala yang teramati
dalam konteks makna yang melingkupi suatu realitas. Pendekatan ini berlangsung
secara alami, data yang dikumpulkan adalah data deskriptif, lebih mengutamakan
proses dari pada hasil serta menggunakan analisis data secara induktif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Istiqomah
Manado
2. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari- Juni 2013
37
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif, dokumen,
catatan lapangan (field notes), dan hasil wawancara dengan informan. Peneliti
merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data serta dibantu oleh orang lain
untuk mendapatkan data yang lebih detil dan spesifik.
Yang akan menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah tindakan,
kata-kata orang-orang, kondisi nyata, dan informasi yang peneliti akan peroleh
melalui wawancara terhadap kepala sekolah, guru, tata usaha, siswa dan pengawas
sekolah. serta data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Data-data
penunjang adalah sumber-sumber tertulis berupa dokumen resmi seperti profil
sekolah, rencana pengembangan madrasah, laporan tahunan, dan dokumen pribadi,
foto dan data statistik .
D. Prosedur, Teknik Pengumpulan dan Perekaman Data
1. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian kualitatif ini mengacu pada prosedur yang dikemukakan
oleh Nasution (1996:33) yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap
member check. Secara lebih rinci tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.1 Tahap orientasi
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahapan pertama ini meliputi: (1)
mengamati keadaan madrasah , (2) mengidentifikasi dan menentukan permasalahan
38
yang dipandang penting sebagai fokus masalah, (3) mencari literatur-literatur yang
relevan dengan permasalahan yang dikaji.
1.2. Tahap eksplorasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) mengadakan observasi,
wawancara dan dokumentasi dengan sumber data yang berkaitan dengan fokus
masalah serta melakukan studi dokumentasi; (2) membuat catatan-catatan lapangan;
(3) menganalisis catatan-catatan lapangan.
1.3. Tahap member check
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini mencakup: (1)
menyempurnakan hasil analisis yang dilakukan sejak awal dalam bentuk laporan
sementara, (2) menggandakan hasil analisis dan meminta informan untuk memberikan
tanggapan balik, (3) mencatat dan menganalisis informasi baru yang diberikan
informan, dan, (4) mengadakan perbaikan sesuai dengan koreksi yang ada.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan tahapan-tahapan tersebut di atas, peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
2.1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti. Margono (2003:158) mendefinisikan observasi sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala/fenomena yang tampak pada
objek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah observasi lapangan secara
terbuka, karena Gay dan Airasian, (2000:10) mengemukakan bahwa observasi
39
terbuka merupakan observasi yang diketahui oleh obyek yang diteliti dan mereka
mengijinkan peneliti untuk mengobservasi berbagai kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan fokus penelitian. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti
menemui kepala sekolah dalam rangka memberitahukan pelaksanaan penelitian
serta menunjukkan surat dari Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri
Manado sekaligus melakukan observasi secara terbuka terhadap berbagai aspek
yang berkaitan dengan fokus penelitian serta mencatat dan mendokumentasikan
berbagai hal yang diperlukan. Adapun kegiatan observasi meliputi observasi
terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan upaya peningkatan
profil profesionalisme guru. Selain itu jenis observasi lain yang dilakukan adalah
observasi langsung dan observasi tidak langsung, karena Margono (2003:158)
mengemukakan observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan oleh peneliti terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diteliti. Dalam kegiatan
ini peneliti secara langsung hadir untuk mengamati berbagai kegiatan yang terkait
dengan apa yang menjadi fokus penelitian, seperti observasi di kelas-kelas,
pertemuan antara kepala sekolah dengan para guru yang terkait dengan program
peningkatan kompetensi profesional guru serta melakukan pencatatan hal-hal yang
terkait secara langsung dengan fokus penelitian. Observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan peneliti tidak pada saat berlangsungnya suatu
peristiwa yang akan diselidiki misalnya melalui berbagai sumber seperti bahan-
bahan tulisan berupa dokumen sekolah, program dsb.
40
2 2. . Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian.
Wawancara yang dilakukan adalah:
a) Wawancara terstruktur dimana peneliti menentukan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai dengsn fokus penelitian. Keuntungan
dari wawancara ini adalah jawabannya dapat dengan mudah dikelompokkan dan
dianalisis. Peneliti memilih dan mewawancarai informan yang terdiri kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, kordinator urusan kurikulum, guru-guru, staf tata
usaha, orang tua murid, pengurus komite dan para siswa (Moleong, 2000:139)
b) Wawancara tak terstruktur.
Wawancara ini dilakukan dalam sikap yang informal. Wawancara ini dilakukan
karena
1) peneliti ingin menanyakan sesuatu yang lebih mendalam pada informan.
2) peneliti melakukan kegiatan yang bersifat discovery (penemuan).
3) peneliti ingin mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari para
informan.
4) peneliti mau mengungkapkan situasi, atau keadaan tertentu yang terkait
dengan fokus penelitian
Langkah-langkah pokok dalam kegiatan wawancara yang sudah dilakukan,
seperti yang disarankan oleh Lincoln dan Guba (1980:270-271):
41
a. peneliti menetapkan siapa yang akan diwawancarai
b. Peneliti menyiapkan pokok-pokok masalah
c. membuka/mengawali alur pembicaraan
d. melangsungkan arus pembicaraan
e. peneliti mengkonfirmasikan dan mengakhiri wawancara
f. peneliti menuliskan hasil wawancara
g. melakukan tindak lanjut (follow up)
Untuk jenis wawancara ini peneliti mewawancarai para informan yang
peneliti anggap dapat memberikan masukan-masukan yang komprehensif yang
mendukung fokus penelitian
2. 3. Studi dokumentasi
Dokumentasi berupa rekaman atau bahan-bahan tulisan atau foto yang sangat
mendukung didalam menganalisis data. Dokumentasi yang menjadi bahan kajian
dalam penelitian ini berupa dokumen tentang Rencana Pengembangan Sekolah (RPS),
program sekolah, profil sekolah, laporan tahunan, RPP, dokumen program supervisi,
dokumen pribadi, foto serta data statistik. dan berbagai dokumentasi lainnya sebagai
data penunjang seperti papan statistik sekolah, foto, agenda-agenda pertemuan yang
melibatkan kepala sekolah dan semua pihak yang terkait dengan program peningkatan
kompetensi professional guru.
2. 4. Membuat catatan lapangan.
42
Cara ini dilakukan sambil melakukan observasi, wawancara, dan membuat
dokumentasi, peneliti melakukan pencatatan lapangan untuk merekam semua data
yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Catatan lapangan dibuat untuk
menghindari kekeliruan dalam penulisan semua data yang sudah diambil yang
menjadi bahan kajian dalam penulisan tesis ini.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data
(Gay dan Airissan, 2000:239), peneliti melakukan analisis data pada saat data
sementara dan sesudah dikumpulkan. Sebelum analisis data dilakukan, data dikelola
dengan cara mengorganisirnya untuk memudahkan dalam proses analisis (Gay dan
Airissan, 2000:241).
Dalam menganalisis data peneliti mengikuti langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Moleong (2000:190-191):
1) membaca, menelaah dan mempelajari data
2) mereduksi data
Setelah semua data dipelajari peneliti mereduksi dengan cara merangkumnya
dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai hal-hal pokok,
proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Data yang masih mentah perlu dimatangkan melalui pola, kategori dan
dibuat sistematikanya.
43
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti setelah mereduksi data
adalah:
a) mengorganisasikan data. Data disusun secara sistematis, cermat, dan rapi
sesuai esensi. Semua data yang diperoleh dibagi menjadi satuan informasi
yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b) menyortir data. Untuk memudahkan dalam memilah-milah data peneliti
membuat kartu-kartu kecil, menulis setiap kartu dengan kata-kata yang
jelas sehingga mudah dipahami dan maknanya lebih jelas. Hal ini
membantu memudahkan peneliti dalam memberikan kode (coding) pola
setiap aspek.
c) pengkategorian data. Setelah data disortir dan dipolakan maka langkah
selanjutnya yang peneliti lakukan adalah mengkategorikan yaitu
mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi
yang saling berkaitan. Setelah semua data terkategori, peneliti meneliti
kembali seluruh kategori untuk menjaga agar tidak ada lagi kategori yang
terlupakan.
3. Menampilkan data (display)
Pada langkah ini, peneliti menampilkan data secara sederhana dalam bentuk
tabel, grafik agar lebih mudah dipahami dan diperoleh gambaran keseluruhan
atau bagian dari penelitian
44
4. Pengecekan keabsahan data.
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kriteria yang dianjurkan oleh Nasution (1996:111) sebagai berikut:
a) Kredibilitas (kepercayaan data).
Kriteria ini peneliti gunakan untuk membuktikan bahwa apa yang sedang
diamati peneliti sesuai dengan kenyataan dan informasi yang diberikan sesuai dengan
keadaan sebenarnya tanpa adanya unsur rekayasa. Adapun beberapa teknik yang
digunakan dalam operasionalisasi kriteria ini adalah: (1) perpanjangan keikutsertaan,
yaitu peneliti terjun dalam lokasi penelitian selama lima bulan secara kontinu mulai
dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2009 sehingga peneliti benar-benar
mendapatkan data yang bisa dipercaya; (2) ketekunan pengamatan, dengan
melakukan penelitian selama enam bulan secara kontinu, peneliti dapat melakukan
pengamatan seacara rinci, cermat, mendalam serta berkesinambungan terhadap aspek-
aspek yang terkait dengan berbagai kegiatan dan program sekolah terkait dengan
peningkatan kompetensi guru; (3) triangulasi, teknik ini dilakukan untuk
mengadakan pengecekan data dengan cara memanfaatkan data atau sumber data
lainnya. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu
informan, peneliti tanyakan lagi kepada informan yang lain atau saat informan itu
bersama-sama dengan informan lainnya, atau peneliti menanyakan pertanyaan-
pertanyaan yang sama pada informan tersebut pada kondisi dan situasi yang berbeda,
kemudian peneliti bandingkan dengan data hasil observasi dan berbagai dokumen
45
yang terkait dengan program peningkatan profesionalisme guru; (4) pengecekan
sejawat, teknik ini digunakan dengan cara mengadakan diskusi dengan beberapa
rekan yang dianggap berkompeten sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Dalam
kegiatan ini, peneliti juga mengkonfirmasi kembali informan yang pernah
diwawancarai terhadap data yang pernah diberikannya pada waktu yang lalu. Hal ini
dimaksudkan jika terdapat kekeliruan dapat diperbaiki dan jika masih ada yang
kurang dapat ditambahkan. Jadi informasi yang diperoleh dan digunakan dalam
penulisan tesis ini sesuai dengan data dari informan; (5) kecukupan referensi,
dipastikan untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan hasil rekaman tape, kamera foto dan dokumen-dokumen
sekolah yang terkait dengan fokus permasalahan, seperti RPS, program kerja sekolah,
RPP, catatan hasil kegiatan supervisi.
b) Transferabilitas (nilai keteralihan/dapat diterapkan).
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya membangun nilai transfer
penelitian dengan cara melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin agar
semua pihak dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Kriteria ini
dimaksudkan untuk mengungkapkan secara jelas dan rinci tentang data yang
ditemukan serta memudahkan pemahaman pembaca terhadap hasil penelitian ini dan
dalam penerapannya.
c) Dependabilitas (kebergantungan).
Dilakukan untuk menilai apakah proses penelitian ini bermutu atau tidak,
yang dihubungkan dengan pemeriksaan terhadap hasil-hasil pengumpulan data yang
46
diperoleh di lapangan. Cara yang digunakan peneliti untuk menetapkan proses
penelitian ini dapat dipertahankan yaitu dengan audit dependabilitas oleh auditor
independen guna mengkaji kegiatan yang dilakukan.
Untuk itu dalam pemeriksaan ini, peneliti menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan seperti catatan lapangan, hasil rekaman tape recorder, dokumen sekolah,
foto, dan hasil analisis data yang berupa rangkuman atau konsep-konsep, hasil sintesis
data yang berhubungan dengan literatur serta catatan mengenai proses penelitian
(metodologi, perencanaan, strategi, dan usaha keabsahan data).
d) Konfirmabilitas (objektivitas data).
Kriteria yang keempat ini merupakan upaya yang dilakukan peneliti dengan
cara yang sesuai dengan disiplin penelitian kualitatif, terikat dengan kaidah penelitian
kualitatif dan terbuka bagi pemeriksaan dan verifikasi oleh orang-orang yang
berminat (pembaca) untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan menguji apakah
data yang telah diperoleh peneliti setelah dikonfirmasi tetap stabil.
5. Penafsiran data
Merupakan proses yang dilakukan peneliti secara bersamaan dengan analisis
data. Penafsiran (interpretasi) data ini didasarkan pada hubungan-hubungan, aspek-
aspek umum, pertalian antara satuan-satuan informasi, kategori-kategori dan pola
setiap aspek (Gay dan Airissan, 2000:272)
F. Pengambilan Keputusan
47
Setelah melakukan pemeriksahan keabsahan data, analisis data dan penafsiran
data selanjutnya peneliti menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
48
BAB IV
PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Paparan Data Madrasah
a. Sejarah Singkat
MTS Darul Istiqamah yang berlokasi di Jl. Bailang Raya No. 54 kec. Bunaken kota
Manado berdiri pada tanggal ….... Madrasah ini bernaung dibawah yayasan ......
Sejak berdirinya pada tahun ....... hingga saat ini MTS Darul Istiqamah telah
mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah/madrasah yaitu
Dalam usia ....... tahun madrasah ini telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan dan telah meluluskan alumni lebih dari 500 orang dan sebagian dari
mereka telah berkarya dengan berbagai profesi di tingkat daerah dan tingkat nasional.
b. Profil MTS Darul Istiqamah
MTS Darul Istiqamah adalah salah satu madrasah yang terus berkembang
seiring dengan semakin meningkatnya animo masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di madrasah ini.
c. Visi Misi dan Tujujan Madrasah
Visi :
49
Unggul dalam Prestasi, Terdepan dalam inovasi, Maju dalam kreasi, dan Berwawasan
Lingkungan.
Misi:
1. Membentuk perilaku berprestasi, pola pikir yang kritis dan kreatif pada siswa.
2. Mengembangkan pola pembelajaran yang inovatif dan tradisi berpikir ilmiah
didasari oleh kemantapan penghayatan dan pengamalan nilai - nilai agama Islam.
3. Menumbuhkan sikap disiplin dan bertanggungjawab serta penghayatan dan
pengamalan nilai - nilai agama Islam untuk membentuk siswa berakhlakul
karimah.
Tujuan:
1. Memperoleh prestasi yang baik.
2. Membentuk siswa menjadi cendekiawan muslim yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi,seni, dan berakhlakul karimah.
3. Membentuk pola pengajaran yang dapat mengaktifkan dan melibatkan siswa
secara maksimal.
4. Membentuk kegiatan yang dapat membangun kreatifitas individu siswa.
5. Membentuk lingkungan islami yang kondusif bagi anak.
6. Membangun kompetisi berilmu, beramal, dan berpikir ilmiah.
7. Membentuk lingkungan Islami berwawasan ilmiah.
d. Organisasi Madrasah
50
MTS Darul Istiqamah adalah organisasi pendidikan yang bersifat formal dan
termasuk pada bentuk organisasi lini dan staf. Kepala Sekolah dibantu oleh tiga (tiga)
orang wakil kepala sekolah, koordinator urusan serta tenaga administrasi dan tenaga
fungsional/edukatif.
Berikut ini dibagankan struktur organisasi MTS Darul Istiqamah
sebagai berikut:
...................... Garis kordinasi
Garis komando
Bagan 1. Struktur Organisasi MTS Darul Istiqamah
Sumber: Profil MTS Darul Istiqamah
51
KOMITE SEKOLAH KEPALA SEKOLAH
WKL KEPALA SEKOLAH
TENAGA ADMINISTRASI
SARPRASHUMASKESISWAANKURIKULUM
KELAS IXKELAS VII KELAS VIII
f. Kondisi Guru Dan Pegawai Tata Usaha
Secara umum kondisi guru dan pegawai administrasi pada MTS Darul
Istiqamah sudah cukup memadai terutama jika dilihat dari tingkat/kualifikasi
pendidikan, dimana sebagian besar guru telah berkualifikasi pendidikan S1 bahkan
ada dua guru yang berkualifikasi S2 dan satu guru sementara melanjutkan studi
pada program S2 di UNIMA, dan dalam tahap penyelesaian. Tabel di bawah ini
menggambarkan kondisi guru dan pegawai administrasi MTS Darul Istiqamah:
No
Jabatan
Ijazah Terakhir Yang dimiliki
SMU
PGSLP
/ D1
D2 /
A2
SM/D3/A3
Sarjana
Master Jumlah
1 Kepala Sekolah - - - - 1 1
2 Wakil Kepala Sekolah
- - - - 1 - 1
3 Guru Tetap - - - 6 7 2 9
4 Guru Tidak Tetap - - - 4 - 4
5 Pegawai Tetap 1 - - - 1 - 1
6 Pegawai Honorer 1 - - - - - 1
Jumlah 2 - - 6 14 2 22
Tabel 1
Kondisi Guru dan Pegawai Tata Usaha
Sumber: Profil MTS Darul Istiqamah
52
g. Kondisi siswa
1) Kondisi siswa selama tiga tahun terakhir.
Secara umum perkembangan siswa selama tiga tahun terakhir mengalami
kenaikan yang siginifikan. Ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tabel berikut ini menunjukkan kondisi siswa selama 4 tahun terakhir:
No Tahun Pelajaran Jumlah Rasio yang diterima dan mendaftar
1 2010 – 2011 : ( 0.91 )
2 2011- 2012 : ( 0.90 )
3 2012 - 2013 : ( 0,91 )
Tabel.2 Kondisi siswa selama 4 tahun terakhir
Sumber: Profil MTS Darul Istiqamah
2) Angka Mengulang Kelas
No
Tahun PelajaranKelas X
( orang )
Target Sekolah
( orang )
Kelas XI
( orang )
Target Sekolah
( orang )
1. 2009 – 2010 2 5 3 4
2. 2010 – 2011 1 4 1 3
3. 2011- 2012 2 4 2 3
Tabel. 3 Angka Mengulang Kelas
Sumber: Profil Madrasah
53
h. Sarana Prasarana
Madrasah saat ini memiliki …. ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar
….. serta berbagai sarana dan prasarana lainnya. Dalam pengembangan sarana dan
prasarana, sekolah ini sering mendapat bantuan terutama dari Departemen Agama
melalui dana blok grant, school grant, dana bantuan khusus pembangunan ruang
kelas baru, dana pembangunan laboratorium komputer, serta dana-dana lainnya untuk
menunjang jumlah sarana dan prasarana, selain dana-dana tersebut diatas itu sekolah
ini juga rutin memungut biaya pembangunan setiap tahun serta bantuan imbal
swadaya dan partisipasi alumni untuk membantu sekolah menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan.
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel sarana dan prasarana Madrasah
No Jenis Sarana/ Prasarana JlhLuas (m2)
1. Ruangan Belajar
2. Ruangan Multimedia
4. Laboratorium IPA
5. Laboratorium Komputer
6. Ruangan Keterampilan
7. Ruangan Kesenian
8. Lapangan Olah Raga
9. Kantor Tata Usaha
10 Ruangan Kepala Sekolah
11 Ruangan Guru
12 Ruangan Wakil Dan Tim Work
54
13 U K S / BK/ PMR
14 OSIS
15 Ruang Komite Sekolah
16 Ruang Data
17 Ruang Internet
18 Perpustakaan
19 Musholla
20 Asrama
21 Judul Buku
22 Jumlah Buku
Tabel. 4. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sumber: Profil MTs Darul Istiqomah Manado
2. Paparan Data Sesuai Dengan Rumusan Masalah
b. Pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
Berdasarkan hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara, peneliti
menemukan berbagai aspek yang terkait dengan perencanaan program pengembangan
sumber daya manusia di madrasah ini.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sekolah ini dimulai dengan
perencanaan. Dalam perencanaan prngembangan SDM pihak madrasah
mempertimbangkan berbagai aspek antara lain perkembangan jaman, serta berbagai
kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi madrasah. Dalam kegiatan perencanaan
pengembangan SDM, pihak madrasah melibatkan wakil kepala sekolah, koordinator-
55
koordinator urusan, perwakilan setiap rumpun mata pelajaran, orang tua dan komite
sekolah. Dalam kegiatan ini juga dialokasikan dana yang dibutuhkan untuk program-
program pengembangan SDM.
Berikut cuplikan wawancara terkait dengan hal ini.
Wawancara dengan kepala sekolah
“Kompetensi SDM yang profesional merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan program pengembangan mutu pendidikan di madrasah h ini, karena itu pihak madrasah secara kontinu berupaya untuk mengembangkan SDM. Pengembangan SDM dimulai dari tahap perencanaan. Bersama-sama dengan perwakilan komunitas madrasah yang terdiri dari wakil kepala sekolah, koordinator-koordinator urusan, perwakilan setiap rumpun mata pelajaran, orang tua dan pengurus komite sekolah kami merancang program peningkatan kompetensi SDM berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah dan tentunya mempertimbangkan kebutuhan madrasah serta perkembangan jaman. Kemudian dimasukkan sebagai bagian dari rencana strategis dalam rencana pengembangan madrasah dan RKAM termasuk pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk peningkatan kompetensi profesional. Dalam perencanaan pengembangan SDM kami menargetkan setiap tahun minimal 3 guru mengikuti pelatihan yang diadakan baik oleh dinas Diknas kota, Depag kota maupun provinsi serta setiap tahun minimal satu guru melanjutkan studinya terutama mereka yang belum berkualifikasi S1 sehingga pada tahun 2017 semua gurusudah berkualifikasi S1 dasn bahkan ada yang sudah S2, pegawai tata usaha juga direncanakan untuk mengikuti program S1.” (W23)
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang guru matematika, berikut cuplikan
wawancaranya:
“Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat menuntut pendidik dan tenaga kependidikan untuk memiliki kompetensi yang memadai agar mampu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Karena itu sekolah harus mempunyai program untuk pengembangan SDM baik dari segi kualifikasi maupun peningkatan profesionalisme dalam kegiatan
56
pembelajaran. Pihak madrasah telah telah menyusun rencana program pengembangan SDM yang melibatkan komunitas pendidikan disekolah serta mengacu pada visi, misi dan tujuan madrasah serta disesuaikan dengan kebutuhan madrasah saat ini dan masa yang akan datang. Pihak sekolah juga sudah mengalokasikan dana untuk program pengembangan SDM.” (W24)
Selanjutnya, hasil wawancara dengan ketua komite:
“Kami dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk pengembangan madrasah, termasuk rencana pengembangan SDM. Kami memberikan saran dan pertimbangan-pertimbangan menyangkut rencana dan upaya pengembangan kompetensi profesional guru sesuai dengan kebutuhan madrasah saat ini dan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai isi, visi dan tujuan sekolah juga menyisihkan dana untuk membiayai program peningkatan kompetensi guru. Sesuai dengan mata anggaran yang ditetapkan dalam RAPBS maupun rencana pengembangan madrasah” (W25)
Ketika pertanyaan dikaitkan dengan dana untuk pengembangan SDM inilah hasil
wawancara dengan beberapa orang guru:
“Kepala sekolah merupakan orang yang mau maju dan cukup inovatif akan tetapi dalam perencanaan pengembangan kompetensi guru kami merasa dana yang dialokasikan di RKAS belum memadai untuk mencover berbagai kegiatan pengembangan SDM, kami merasa bahwa setiap tahun madrasah h memiliki dana yang cukup besar yang diperoleh dari bantuan pemerintah melalui dana rutin, BOS, dana komite akan tetapi sebagian besar dana dialokasikan untuk kegiatan operasional madrasah maupun penambahan sarana dan prasarana madrasah. Karena itu untuk tahun pelajaran berikutnya kami akan menyarankan supaya dalam penyusunan RKAS, dana untuk program pengembangan SDM diperbanyak.” (W26)
“Kami merasa dana untuk pengembangan SDM masih kurang sehingga program-program pengembangan SDM masih kurang optimal baik dari segi pelaksanaan maupun hasil pelaksanaan. Kami sudah menyarankan kepada kepala sekolah untuk menambah alokasi dana bagi program pengembangan SDM namun beliau menjawab bahwa dana yang ada cukup terbatas dan hampir seluruhnya terpakai untuk kegiatan operasional, kesejahteraan guru
57
dan untuk perbaikan, perawatan serta pengadaan berbagai fasilitas madrasah.” (W27)Berdasarkan hasil obersvasi, studi dokumentasi dan interview
peneliti menemukan berbagai pelaksanaan program pengembangan SDM antara lain:
1) Mengikut sertakan para pendidik dan tenaga kependidikan dalam berbagai
pelatihan, kursus, MGMP baik yang dilaksanakan ditingkat kota, provinsi maupun
tingkat pusat untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme .
Setiap guru maupun tenaga administrasi diberikan kesempatan untuk
mengikuti berbagai pelatihan, kursus, workshop, MGMP dan berbagai kegiatan
lainnya baik yang dilaksanakan ditingkat kota, provinsi maupun tingkat pusat.
Sedangkan guru-guru yang jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut didata dan
mereka menjadi prioritas utama untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Di bawah ini merupakan cuplikan hasil wawancara menyangkut pelaksanaan
pengembangan SDM:
“Dalam rangka mengembangkan kompetensi SDM yang ada kami diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan, kursus, workshop serta berbagai kegiatan lainnya.. “ (W28)
Hal yang sama dikemukakan oleh salah seorang guru fisika di sekolah ini:“Sebagai guru Fisika tentunya saya harus mengajar sesuai karakteristik mata pelajaran Fisika yang merupakan bagian dari IPA yang senantiasa berhubungan dengan berbagai kegiatan demonstrasi, eksperimen serta penggunaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu saya membutuhkan ketrampilan dan penguasaan berbagai alat yang digunakan, apalagi akhir-akhir ini sekolah kami mendapat bantuan berbagai alat praktek. Kegiatan-kegiatan training baik tingkat kota, provinsi dan bahkan tingkat nasional, yang saya ikuti telah sangat membantu saya dalam kegiatan
58
pembelajaran terutama dalam kegiatan-kegiatan praktikum di laboratorium.” (W29)
Berikut ini adalah cuplikan wawancara dengan guru yang baru beberapa tahun
mengajar di madrasah ini:
“Sebagai guru yang baru diangkat tentunya saya masih miskin pengalaman dan masih kurang menguasai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dengan diberikannya kesempatan bagi saya untuk mengikuti berbagai training dan penataran pengembangan kompetensi profesional guru maka saya dapat menguasai materi pelajaran yang saya ampu, berbagai metode dan model-model pembelajaran yang cocok dengan mata pelajaran yang saya ajar. Ini sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran dikelas.“ (W30)
Selanjutnya peneliti mewawancari tenaga tata usaha di madrasah ini:”Sebagai tenaga administrasi saya harus melaksanakan tugas yang terkait dengan administrasi di sekolah ini, maka saya terus berupaya untuk mengembangkan kemampuan saya dengan mengikuti pelatihan peningkatan tenaga administrasi yang dilaksanakan oleh Depag kota Manado. (W)
2) Memberikan kesempatan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan.
SDM yang ada di madrasah ini diberikan kesempatan dan saling
memotivasi untuk melanjutkan pendidikan, yang belum berkualifikasi pendidikan
minimal S1 diberikan kesempatan kuliah dalam rangkai meraih gelar tersebut. Serta
mereka yang telah meraih gelar S1 didorong untuk melanjutkan pendidikannya.
Kriteria untuk melanjutkan studi tidak memandang usia, hal yang paling utama adalah
kemauan dan kemampuan yang di miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan.
Berikut ini merupakan cuplikan wawancara dengan beberapa orang
59
guru berkaitan dengan peningkatan kualifikasi pendidikan.
“Kami didorong dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan kualifikasi pendidikan ke universitas negeri maupun swasta yang terakreditasi. Hasilnya sudah banyak guru yang bisa menyelesaikan studinya baik program studi S1 dan ada yan sudah semenstra S2 termasuk saya yang saat ini sudah meraih gelar sarjana pendidikan matematika.“ (W31)
Hal yang senada diungkapkan oleh guru BK yang sudah hampir pensiun:
“Saya meraih gelar S1 setelah berusia diatas 50 tahun, hal ini karena motivasi dan kesempatan yang diberikan oleh kepala sekolah dan sesama teman guru, lagi pula pimpinan sekolah tidak memberikan kriteria yang sangat khusus untuk melanjutkan studi, yang penting merasa memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi untuk belajar maka siapa saja bisa melanjutkan sekolahnya. Selain itu saya menyadari pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan usia bukan halangan bagi saya, hasilnya saya bisa meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan waktu yang saya programkan dan ilmu yang saya dapat sangat membantu dalam melaksanakan tugas dan fungsi saya sebagai Guru BK.” (W32)
Masih berkaitan dengan peningkatan kualifikasi pendidikan, di bawah ini
merupakan hasil wawancara dengan guru biologi yang saat ini sementara studi
program S2 di UNIMA:
“Berkat dorongan dan kesempatan yang diberikan oleh teman-teman guru dan kepala sekolah saya bisa melanjutkan studi sambil mengajar dan hasilnya saya sudah meraih gelar sarjana pendidikan dan bahkan saat ini saya melanjutkan studi pada program S2 pada program pasca sarjana Jurusan Manajemen Pendidikan UNIMA dan saat ini sudah dalam tahap penyusunan tesis.” (W33)
3) Program English day
Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat dan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris bagi seluruh guru, tenaga
60
administrasi dan siswa. Madrasah memberdayakan beberapa guru Bahasa Inggris dan
guru-guru non Bahasa Inggris yang bisa berbicara Bahasa Inggris dengan lancar
untuk membantu pelaksanaan program ini, hasilnya sudah ada beberapa guru yang
bisa berbicara Bahasa Inggris dengan cukup baik.
Berikut ini cuplikan hasil wawancara dengan beberapa orang guru non Bahasa
Inggris yang saat ini sudah bisa berbicara Bahasa Inggris:
“Selain bahasa Arab, kami juga memiliki Program English day yang dilaksanakan setiap hari Sabtu telah membantu kami dalam memperlancar kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris, program ini juga memotivasi saya untuk berbicara bahasa Inggirs setiap hari dan hasilnya saya sudah bisa mengerti dan bisa berbicara Bahasa Inggris dengan cukup baik.” (W34)
“Program English day sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan speaking (berbicara) saya, apalagi di madrasah ini mempunyai beberapa guru yang bisa berbicara Bahasa Inggris dengan baik. Hal ini menambah semangat saya dan teman-teman guru lainnya untuk terus mempelajarinya”. (.W35)
5). MGMP Lokal untuk setiap rumpun mata pelajaran.
Selain mengikut sertakan para guru untuk mengikuti Musyawarah Guru
Mata Pelajaran tingkat Kota Manado maupun provinsi, pihak sekolah juga
mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat lokal (madrasah) untuk setiap
rumpun mata pelajaran. Kegiatan ini dilakukan selain untuk mensosialisasikan
berbagai materi yang diperoleh oleh para guru yang telah mengikuti MGMP tingkat
kota kepada para guru yang tidak mengikuti kegiatan itu, juga sebagai wadah untuk
berdiskusi, bermusyawarah dan melakukan berbagai kegiatan yang tidak hanya
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme seperti
61
penguasaan materi pelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran dan siswa juga hal-hal yang ada kaitannya dengan
peningkatan karir serta pemberdayaan para guru.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa orang guru yang dan
salah satunya adalah guru yang baru diangkat sebagai pegawai negeri di madrasah
ini:
“MGMP lokal yang diadakan di sekolah adalah sarana untuk berdiskusi, sosialisasi serta menularkan berbagai pengetahuan, pengalaman, maupun metode dan model pembelajaran yang di peroleh baik berdasarkan pengalaman selama mengajar maupun yagng di dapatkan dari hasil pelatihan yang diadakan baik di tingkat kota, provisi maupun tingkat nasional.” (W38).
Sedangkan guru yang baru di angkat mengungkapkan:“Sebagai guru baru, MGMP lokal yang dilaksanakan di sekolah sangat membantu saya dalam meningkatkan kompetensi dalam menguasai materi pelajaran dan metode pembelajaran . Karena melalui kegiatan ini saya bisa bertanya banyak hal termasuk materi pelajaran yang belum saya kuasai serta mendapat berbagai masukkan dari para guru senior terisitimewa yang sudah menjadi instruktur tentang bagaimana mengelola kelas serta model-model pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang saya ajarkan.”(W39)
6). Supervisi.
Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan
rencana kerja, biaya kerja dan waktu untuk semua program yang telah ditetapkan,
mengikuti jalannya implementasi berbagai program termasuk program kegiatan
pembelajaran, memastikan mutu dari implementasi program, efektifitas, serta
menganalisis efektifitas operasional.
62
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi peneliti menemukan
kegiatan supervisi dilaksanakan secara mendadak maupun terjadwal dan
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan dan tim supervisi madrasah yang terdiri dari
wakil kepala sekolah, koordinator urusan kurikulum, guru-guru yang menjadi
instruktur mata pelajaran.
Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan seorang guru yang
merupakan wakil kepala sekolah:
“Kegiatan supervisi dilakukan untuk semua program yang dikembangkan di sekolah termasuk sejauh mana pemanfaatan dana bantuan non fisik yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan prestasi sekolah digunakan serta kemampuan guru dalan kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah maupun wakil kepala sekolah secara terjadwal maupun mendadak “(W40)
7) Pertemuan rutin untuk membahas berbagai permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran dan cara-cara penanggulangannya
Untuk mengevaluasi jalannya berbagai program yang dikembangkan termasuk
program yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dan kinerja guru diadakaan
pertemuan yang diadakan secara rutin sebulan sekali maupun mendadak, sesuai
dengan kebutuhan.
Berikut ini cuplikan hasil wawancara dengan beberapa orang guru:
“Kami mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali dan bahkan tidak terjadwal yang disesuiakan dengan kebutuhan yang bertajuk rapat pembinaan untuk pengembangan dan peningkatan kinerja guru. Rapat ini berfungsi untuk mengevaluasi kinerja guru terhadap berbagai program yang dikembangkan disekolah.”.(W41)
63
“Untuk mengevaluasi kinerja kami sebagai guru maka kami secara rutin mengadakan pertemuan, bahkan kadang-kadang mendadak yang disesuaikan dengan kebutuhan, rapat ini selain membahas berbagai permasalahan yang kami hadapi tetapi juga mencari alternatif pemecahannya.” (W42)
8) Workshop (lokal) peningkatan kualitas guru.
Workshop merupakan kegiatan yang dikembangkan di sekolah ini dan
dilaksanakan pada setiap awal semester. Dalam kegiatan ini dikembangkan berbagai
kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah serta sarana sosialiasi program-
program, peraturan maupun kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan.
Yang menjadi narasumber adalah para akademisi, birokrat, widyaiswara, tokoh agama
dan masyarakat serta guru di sekolah yang memiliki kompetensi yang layak untuk
menjadi narasumber maupun fasilitator.
Di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan beberapa orang guru
menyangkut kegiatan workshop lokal:
“Untuk pengembangan kompetensi guru baik di dalam pembuatan rencana pembelajaran, penguasaan model model pembelajaran, pembuatan penelitian tindakan kelas maka kami mengadakan workshop lokal yang diadakan setiap awal semester. Workshop ini biasanya dilaksanakan selama tiga hari dan narasumbernya berasal dari para akademisi terutama dari LPMP, Dinas Pendidikan, departemen agama dan guru-guru di sekolah ini yang memiliki kompetensi untuk menjadi narasumber.” (W43)
“Workshop yang diadakan di madrasah selain untuk peningkatan kompetensi profesionalisme guru juga sarana sosialisasi untuk berbagai kebijakan maupun program-program yang baru dikeluarkan pemerintah.” (W44)
9) Memberikan kesempatan bagi para guru untuk memanfaatkan berbagai
sarana dan prasarana untuk mengembangkan dirinya
64
Madrasah ini memiliki memiliki fasilitas yang dapat digunakan para guru
untuk mengembangkan kompetensinya professional mereka. Fasilitas-fasilitas
tersebut berupa komputer, serta sarana multimedia seperti labtop. LCD dan CD
mata pelalajaran. Semua guru diberikan kesempatan yang sama untuk
menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut terutama komputer, dan LCD dengan
bimbingan dari guru-guru yang bisa menggunakan fasilitas tersebut.
Hasilnya saat ini sudah ada beberapa guru yang bisa mengoperasikan
komputer, serta menggunakan LCD sebagai sarana penunjang kegiatan belajar
mengajar.
Di bawah ini adalah hasil wawancara dengan seorang guru yang bisa
mengoperasikan komputer karena mendapat kesempatan untuk belajar menggunakan
sarana komputer yang ada dengan bantuan rekan-rekan gurunya yang sudah
menguasai komputer:
“Kami diberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas yang ada dalam rangka pengembangan kompetensi profesional, maka saya menggunakan komputer yang ada, dengan bantuan teman-teman yang sudah terlebih dulu mengetahui program-program komputer dan hasilnya saya sudah bisa menguasai berbagai program dan ini sangat membantu saya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai guru.”(W45).
b. Faktor-faktor yang menghambat dalam Pengembangan SDM
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi,
faktor -faktor yang menghambat pengembangan SDM di madrasah ini adalah sebagai
berikut:
65
1) Faktor internal
Faktor internal di sini adalah faktor dalam diri guru dan pegawai tata usaha itu
sendiri yaitu kurang nya motivasi dari para pendidik dan tenaga kependidikan
tersebut untuk mengembangkan dirinya dan waktu yang ada sangat terbatas terutama
bagi para guru wanita yang selain harus mengajar juga mengurus keluarga. Faktor
usia juga merupakan hal yang menyebabkan kurangnya motivasi untuk berkarya dan
pengembangan kompetensi professional mereka. Selain itu faktor biaya, ada
beberapa guru yang sudah memiliki anak-anak yang sudah menempuh pendidikan
tinggi yang tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga dengan gaji pas-
pasan sebagai pegawai negeri mereka tidak mampu untuk membiayai kuliah mereka.
Berikut cuplikan wawancara dengan beberapa orang guru berkaitan
dengan faktor-faktor penghambat pengembangan SDM di madrasah ini:
“Saya sudah tidak punya kemauan untuk melanjutkan madrasah karena berbagai kesibukan yang harus jalani baik di rumah maupun di madrasah biarlah anak-anak saya nanti yang melanjutkan sekolah mereka sampai jenjang S3.” (.W30)
“Saya ingin sekali melanjutkan studi S2 tetapi karena saya mempunyai 4 orang anak yang semuanya sudah bersekolah, tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar, gaji saya tidak mencukupi untuk membiayai studi saya. Selain itu saya sudah terlalu tua untuk melanjutkan studi pada jenjang S2” (W46)
“Saya sudah tua dan sebentar lagi akan pensiun, saya pikir biarlah yang muda-muda saja yang diberikan kesempatan untuk kuliah dan mengikuti berbagai pelatihan.” (W47)
66
2) Faktor Eksternal.
a) Masih kurangnya sarana penunjang pengembangan kompetensi, contoh nya lab
top dan LCD hanya satu sedangkan jumlah guru cukup banyaksehingga tidak
semua guru bisa mengajar untuk menggunakan sarana tersebut.
b) Jumlah jam mengajar yang terlalu banyak karena guru yang mengajar
pelajaran yang mereka ajarkan terbatas sehingga mereka tidak mampu lagi
untuk membagi waktu untuk kuliah atau mereka merasa sayang jika harus
meninggalkan para siswa dalam waktu yang lama jika mereka harus
mengikuti pelatihan yang dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama.
Berikut cuplikan wawancara dengan guru sejarah yang berkaitan dengan
banyaknya jumlah jam mengajar sehingga tidak mampu lagi membagi waktu untuk
kuliah
“Sebenarnya saya sangat ingin sekali melanjutkan studi, tetapi studi saya terhambat karena banyaknya jam mengajar, saya satu-satunya guru bahasa Inggris yang ada di madrasah ini, sehingga saya terlalu capek dan tidak punya waktu untuk belajara komputer, dan untuk kuliah S2, apalagi saya juga sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus anak dan suami dirumah .” (W48)
Selanjutnya wawancara dengan guru yang tidak tega meninggalkan siswanya
terlalu lama karena pelatihan yang dia harus ikuti, waktu pelaksanaannya cukup lama.
“Saya pernah mendapat panggilan beberapa kali untuk mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi guru IPA yang pelaksanaannya cukup lama, yaitu tiga minggu dan tiga bulan. Guru IPA yang ada hanya saya kalau saya tinggalkan kelas selama lebih dari satu minggu, maka para siswa akan ketinggalan materi pelajaran, saya kasihan pada anak-anak didik.” (W49)
67
c). Kurangnya dana yang dialokasikan untuk kegiatan pengembangan SDM.
Walaupun sudah ada dana baik dari dana komite, maupun BOS dan block
grant yang dialokasikan untuk program pengembangan SDM akan tetapi dana itu
masih tidak cukup karena prosentasinya sangat kecil dibandingkan dengan yang
porsikan untuk program-program yang lain. Contohnya untuk penyelenggaraan
workshop lokal yang diadakan setiap awal semester, kegiatan ini biasanya hanya
berlangsung dua hari, dan bagi para guru tidak cukup karena waktu dua hari tidak
memungkinkan mereka untuk menguasai materi-materi yang diberikan oleh para
narasumber.
Berikut ini merupakan wawancara dengan beberapa guru dan kepala
sekolah:
“Sekolah memang telah memprogramkan berbagai kegiatan untuk peningkatan SDM akan tetapi pogram-program tersebut tidak didukung oleh dana yang memadai karena porsi dana yang diberikan tidak cukup untuk kegiatan-kegiatan ini.” (W50)
Seorang guru menambahkan:
Untuk tahun pelajaran 2012-2013 sekolah mengadakan dua workshop lokal yang materi utamanya adalah penulisan bahan ajar dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena kurangnya dana maka kegiatan workshop ini hanya dilaksanakan masing-masing dua hari, seperti yang telah dilaksanakan pada tahun tahun sebelumnya sehingga sebagian besar guru tidak bisa menguasai materi-materi yang diberikan oleh para instruktur yang berasal dari kalangan akademisi dan dari Depag, karena itu kami sangat mengharapkan sekolah dapat menambah alokasi dana untuk kegiatan-kegiatan pengembangan SDMsehingga waktu pelaksanaannya dapat diperpanjang dan dapat mengundang para pakar untuk menjadi narasumber .” (W51)
68
Kemudian peneliti menanyakan hal ini kepada sekolah dan inilah hasil
wawancaranya:
“Memang benar yang dikeluhkan oleh para guru bahwa dana untuk pengembangan SDM masih minim. Madrasah memang mendapat dana dari berbagai sumber baik dari orang tua, maupun bantuan dari pemerintah, akan tetapi dana-dana itu sebagian besar digunakan untuk biaya operasional, kesejahteraan guru dan pengadaan serta rehabilitasi fasilitas madrasah. Madrasah mendapat block grant dari pemerintah pusat akan tetapi penggunannya harus mengikuti petunjuk dari departemen agama, dimana setiap kegiatan yang diusulkan porsinya sudah ditentukan. Kami memang sudah bekerjasama dengan komite sekolah untuk mendapat dukungan dana dari orang tua, akan tetapi para orang tua masih cenderung memberikan dananya untuk kegiatan operasional madrasah maupun pengadaan atau rehabilitasi fasilitas madrasah.” (W 52)
d). Kurangnya perhatian dari pihak instansi terkait terhadap para guru yang
belum pernah mengikuti pelatihan maupun MGMP.
Ada beberapa guru yang jarang mengikuti MGMP maupun pelatihan, didata
dan kemudian nama-nama mereka itu dikirim ke instansi terkait tersebut dan menjadi
prioritas utama sekolah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut tetapi
kenyataannya nama-nama yang dipanggil adalah mereka-mereka sudah pernah
mengikuti bahkan berkali-kali mengikuti kegiatan yang sama sehingga masih ada
beberapa guru yang sangat jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut
Berikut cuplikan wawancara dengan beberapa orang informan berkaitan
Faktor eksternal yang menghambat pengembangan SDM di madrasah ini:
“Saya sangat jarang mengikuti MGMP ataupun pelatihan karena selama ini saya jarang dipanggil untuk mengikuti kegiatan-kegiata tersebut padahal sudah sering diusulkan pihak madrasah ke departemen agama.” (W53)
69
Ketika dikonfirmasi ke kepala sekolah mengenai hal ini beliau menjawab:
“Mereka yang belum pernah atau sangat jarang mengikuti kegiatani ini memang menjadi prioritas utama yang akan dikirim jika diminta oleh instansi terkait akan tetapi dalam surat panggilan atau penugasan dari departemen agama tersebut, nama orang lain yang dicantumkam setelah saya cek ke ternyata guru-guru yang dipanggil itu mempunyai hubungan keluarga atau kenalan dekat orang-orang yang di sana, bahkan ada seorang guru yang lebih dari lima kali dipanggil dalam setahun untuk mengikuti pelatihan sehingga kami mengajukan keluhan ke departemen agama. Untunglah saat ini hal itu sudah jarang terjadi karena nama-nama yang kami usulkan itulah yang dipanggil, kalau masih ada guru yang sangat jarang ikut pelatihan sampai saat ini, itu disebabkan karena pelatihan untuk mata pelajaran yang mereka ajarkan memang belum dijadwalkan”. (W54)
c. Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Dari hasil studi dokumentasi, observasi dan wawancara ditemukan faktor
faktor yang mendukung pengembangan SDM di madrasah ini adalah :
1) Sebagian besar guru dan tenaga tata usaha memiliki motivasi yang tinggi untuk
meningkatkan kompetensi yang ditandai dengan sikap antusias untuk mengikuti
berbagai pelatihan, workshop, MGMP yang diadakan di lingkungan sekolah
maupun diluar sekolah serta sebagian guru melanjutkan studi untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan baik dengan biaya sendiri maupun berupaya
untuk mendapat beasiswa.
Berikut cuplikan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan
tingginya motivasi untuk mengikuti berbagai pelatihan dan kesempatan untuk
melanjutkan studi:
70
“Hampir semua guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pelatihan bahkan ada yang langsung ke depag untuk mengusulkan kalau boleh mereka mengikuti pelatihan untuk peningkatan kompetensi.” (W55)
“Ada banyak dari kami yang selalu mencari informasi tentang beasiswa untuk melanjutkan studi bahkan ada teman guru yang tahu mengakses internet mencarikannya lewat website-website yang berisi penawaran beasiswa baik di dalam maupun luar negeri.” (56)
2) Dukungan dari pihak madrasah dalam hal ini kepala sekolah mengadakan kegiatan
workshop tingkat sekolah serta memberikan ijin dan dukungan kepada para guru
untuk meningkatkan kompetensi dengan mengikut sertakan para guru dalam
setiap pelatihan, MGMP maupun untuk melanjutkan studi.
Di bawah ini merupakan wawancara dengan beberapa orang guru:
“Kepala sekolah sangat mendukung kegiatan peningkatan kompetensi profesional guru dengan memporgramkan kegiatan workshop tingkat madrasah yang dilaksanakan dua kali setahun di awal semester serta mengikut sertakan para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas diknas, bahkan kegiatan pelatihan yang diadakan oleh madrasah lain.” (W57).
“Kepala sekolah cukup mendukung kami dalam melanjutkan studi dengan memberikan ijin serta berkordinasi dengan kordinator urusan kurikulum untuk mengatur jadwal kami supaya tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah”. (W58)
3) Iklim kondusif yang tercipta dan sekaligus secara tidak langsung menambah
motivasi bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
Berikut wawancara dengan seorang guru berkaitan dengan faktor-faktor
yang mendukung mereka untuk meningkatkan kompetensinya profesional:
71
“Perkembangan dunia saat ini menuntut guru untuk mampu mengikuti perubahan dan mengembangkan dirinya. Hal ini memotivasi saya untuk terus menerus meningkatkan kinerja dengan mengikuti berbagai pelatihan yang diprogramkan oleh departemen agama kota , provinsi maupun pusat serta dari sekolah sendiri. Kepala sekolah juga memberikan motivasi bagi kami semua untuk mengembangkan diri dengan memberikan ijin bagi siapa saja yang mau melanjutkan studi ataupun mengikuti berbagai pelatihan peningkatan kompetensi profesional guru.” (W59)
d. Upaya dan Alternatif Pemecahan Masalah Untuk Mengatasi
Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan SDM
Upaya yang dilakukan pihak madrasah untuk mengatasi berbagai
kendala dalam pengembangan SDM adalah:
1) Menambah sarana penunjang kegiatan pembelajaran sehingga bisa dimanfaatkan
guru untuk meningkatkan kompetensinya dengan menggunakan berbagai dana
yang ada .
Berikut ini hasil wawancara dengan kepala sekolah:
“Untuk mengatasi berbagai kendala berkaitan keterbatasan sarana dan prasarana untuk pengembangan SDM , serta untuk memajukan madrasah maka pihak sekolah bekerjasama dengan komite melakukan berbagai upaya untuk menambah sarana penunjang kegiatan belajar mengajar melalui dana bantuan baik dari pemerintah pusat (grant) dan bantuan dari masyarakat termasuk didalamnya orang tua, dana tersebut digunakan untuk menambah jumlah komputer, memperbaiki komputer yang rusak, membeli media audiovisual yang dapat digunakan oleh para guru dalam proses pembelajarannya sekaligus memberikan kesempatan kepada para guru untuk menguasai peralatan-peralatan tersebut.” (W60)
Hal ini dikuatkan oleh salah seorang guru, berikut hasil wawancaranya:
72
“Melihat antusias dari kami untuk menggunakan sarana yang ada seperti komputer didalam meningkatkan kinerja dan kompetensi untuk menguasai alat tersebut maka pihak sekolah telah berupaya untuk menambah jumlahnya, walaupun hanya satu atau dua komputer yang bisa ditambah, itu sangat berarti bagi kami.” (W61)
2) Memberikan pengertian kepada para pendidik dan tenaga kependidikan tersebut
tentang pentingnya peningkatan kompetensi mereka bagi peningkatan kinerja m
dalam proses mengelola input pendidikan (siswa) apalagi dengan akan
diterapkannya kurikulum baru yang menuntut setiap guru untuk memiliki
kompetensi yang memadai serta kualifikasi pendidikan yang layak di dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada
kegiatan workshop lokal maupun pertemuan rutin membahas kinerja guru.
Berikut wawancara dengan beberapa orang guru yang berkaitan dengan hal di
atas:
“Dalam setiap pertemuan rutin atau workshop lokal kepala sekolah selalu memberi pengertian kepada kami tentang pentingnya untuk memiliki dan meningkatkan kompetensi atau kompetensi profesional akan tetapi juga untuk meningkatkan kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial sehingga kita tidak ketinggalan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan.” (W61)
“Sejak ada wacana penerapan kurikulum baru, kepala sekolah selalu memberikan pengertian dan motivasi bagi kami untuk pengembangan profesionalisme serta kualifikasi pendidikan karena kedua hal inilah yang nantinya diperlukan untuk meningkatkan kinerja serta kesejahteraan guru.”.(W63)
3) Mengoptimalkan MGMP dan Workshop lokal sehingga guru-guru yang jarang
mengikuti kegiatan-kegiatan sejenis yang diadakan oleh departemen agama kota,
73
provinsi, maupun oleh pusat tetap bisa mengikuti berbagai perkembangan dunia
pendidikan saat ini.
4) Menambah jumlah guru pada mata pelajaran yang kekurangan guru sehingga,
guru-guru mata pelajaran tersebut bisa mengikuti berbagai pelatihan yang
diadakan di luar sekolah.
5) Meningkatkan koordinasi dengan dinas pendidikan kota maupun provinsi
menyangkut para guru yang sangat jarang dipanggil dalam kegiatan pelatihan dan
MGMP sehingga mereka menjadi prioritas utama yang dipanggil jika ada kegiatan
pelatihan, MGMP ataupun workshop.
B. Temuan
1. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM di madrasah ini dimulai dengan perencanaan. Dalam
perencanaan program pengembangan SDM, pihak sekolah mempertimbangkan
berbagai aspek antara lain perkembangan jaman, serta berbagai kebutuhan dan
disesuaikan dengan kondisi madrasah.
a. Kegiatan perencanaan pengembangan SDM , pihak sekolah melibatkan wakil
kepala sekolah, koordinator-koordinator urusan, perwakilan setiap rumpun mata
pelajaran, orang tua dan komite sekolah.
b. Dalam kegiatan ini juga dialokasikan dana yang dibutuhkan untuk program-
program pengembangan profil profesionalisme guru.
Selanjutnya Pengembangan SDM yang dilaksanakan madrasah ini adalah:
74
a. Mengikut sertakan para guru dalam berbagai pelatihan, kursus, MGMP baik yang
dilaksanakan ditingkat kota, provinsi maupun tingkat pusat untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme.
b. Memberikan kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan kualifikasi
pendidikan.
c. Program English day
e. MGMP Lokal untuk setiap rumpun mata pelajaran.
f. Supervisi.
a. Pertemuan rutin untuk membahas berbagai permasalahan yang muncul dalam
proses pembelajaran dan cara-cara penanggulangannya
b. Workshop (lokal) peningkatan kualitas guru.
c. Memberikan kesempatan bagi para guru untuk memanfaatkan berbagai sarana dan
prasarana untuk mengembangkan dirinya
2. Faktor-faktor yang Menghambat Dalam Pengembangan SDM
a. Faktor internal
Faktor internal di sini adalah faktor dalam diri guru dan tenaga adminsitras itu
sendiri yaitu kurang nya motivasi dari mereka tersebut untuk mengembangkan
dirinya. Faktor eksternal yang menghambat adalah:
1) Faktor waktu yang ada, sangat terbatas terutama bagi para guru wanita yang selain
harus mengajar juga mengurus keluarga.
75
2) Faktor usia juga merupakan hal yang menyebabkan kurangnya motivasi untuk
berkarya dan meningkatkan kompetensi professional mereka.
3) Faktor biaya, ada beberapa guru yang sudah memiliki anak-anak yang sudah
menempuh pendidikan tinggi yang tentunya membutuhkan biaya yang cukup
besar sehingga dengan gaji pas-pasan sebagai pegawai negeri mereka tidak
mampu untuk membiayai kuliah mereka.
b. Faktor Eksternal.
1) Masih kurangnya sarana penunjang pengembangan SDM .
2) Jumlah jam mengajar yang terlalu banyak
3) Kurangnya dana yang dialokasikan untuk kegiatan peningkatan kompetensi
guru.
4). Kurangnya perhatian dari pihak instansi terkait terhadap para guru yang belum
pernah mengikuti pelatihan maupun MGMP.
3. Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan SDM
a. Sebagian besar guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan
kompetensi profesionalnya.
b. Adanya dukungan dari pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah.
c. Iklim kondusif yang tercipta dan sekaligus secara tidak langsung menambah
motivasi bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
76
4. Upaya Dan Alternatif Pemecahan Masalah Untuk Mengatasi Hambatan-
Hambatan Dalam Pengembangan SDM
a. Menambah sarana penunjang kegiatan pembelajaran sehingga bisa dimanfaatkan
guru dan tenaga adminsitrasi untuk mengembangkan kompetensinya profesional
mereka
b. Memberikan pengertian kepada para guru tentang pentingya pengembangan
kompetensi guru bagi peningkatan kinerja
c. Mengoptimalkan MGMP dan Workshop lokal sehingga guru-guru yang jarang
mengikuti kegiatan-kegiatan sejenis yang diadakan oleh dinas diknas kota,
provinsi, maupun oleh pusat tetap bisa mengikuti berbagai perkembangan dunia
pendidikan saat ini.
d. Menambah jumlah guru pada mata pelajaran yang kekurangan guru sehingga,
guru-guru mata pelajaran tersebut bisa mengikuti berbagai pelatihan yang
diadakan di luar sekolah.
e. Meningkatkan koordinasi dengan departemen agama kota maupun provinsi
menyangkut para guru yang sangat jarang dipanggil untuk mengikuti pelatihan
dan pendidikan.
77
C. Pembahasan
1. Pengembangan SDM
Program pengembangan SDM harus di mulai dari tahap perencanaan karena
perencanaan mempunyai kegunaan yang sangat signifikan dalam
pengembangan kompetensi SDM. Hal ini didasarkan pada beberapa pemikiran yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain, Widjayakusuma, dkk. (2002:109)
bahwa perencanaan dalam suatu organisasi memegang peranan yang cukup urgen
dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Selanjutnya, menurutnya bahwa terdapat
empat peranan penting dari sebuah perencanaan yaitu sebagai berikut :
a. Mengurangi atau mengimbangi ketidak-pastian dan perubahan-perubahan di masa mendatang;
b. Memusatkan perhatian pada pencapaian sasaran;c. Memastikan proses pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan
efektif; dan, d. Memudahkan pengawasan.
Sehubungan dengan itu, Burhanuddin dalam M. Karebet Widjaya Kusuma
dan M. Ismail Yusanto (2002:111) menjelaskan bahwa perencanaan memiliki fungsi
utama dan pertama dan kegunaan yang baik dalam pengelolaan suatu organisasi
utamanya dalam aplikasi langkah-langkah manajerial. Lebih lanjut menurut mereka
fungsi dan kegunaan yang diharapkan dari adanya aktifitas perencanaan ini adalah :
a. Agar kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu (organisasi), tertib dan lancar.
b. Mendorong suatu pelaksanaan kegiatan organisasi secara produktif.c. Mengusahakan penggunaan alat-alat dan sumber-sumber lainnya secara
efisien dan benar-benar mendukung bagi pencapaian tujuan organisasi.d. Memberikan gambaran yang lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan
dikerjakan. Dengan demikian dapat ditentukan keterampilan mana yang
78
dibutuhkan dan kepada personil yang macam apa suatu kegiatan dilimpahkan.
e. Dapat memberikan petunjuk bagi setiap personil, khususnya pemimpin organisasi untuk mengadakan pengawasan dan menilai setiap kegiatan yang dilakukan, apakah sudah sesuai dengan harapan-harapan sebelumnya.
f. Selanjutnya atas dasar point 5 di atas, para administrator dapat melakukan pembinaan organisasi secara terarah, sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.
Sejalan dengan pemikiran-pemikiran tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa
perencanaan mempunyai fungsi dan kegunaan pada beberapa unsur penting dalam
pengelolaan organisasi. Fungsi dan kegunaan dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan berperan mengkoordinasikan berbagai bagian dengan adanya tujuan
organisasi.
b. Dengan perencanaan dapatlah dipilih metode kerja yang paling baik.
c. Perencanaan menggariskan strategi, kebijaksanaan dan program-program
sehingga delegasi kekuasaan untuk bertindak diperlancar dan kepastian dapat
terjamin.
d. Perencanaan merupakan dasar atau pedoman untuk pengawasan, perencanaan
menghasilkan standar yang dapat dipakai dengan alat pengukur hasil kerja.
e. Dengan perencanaan maka semua anggota organisasi memperhatikan adanya
tujuan-tujuan atau target organisasi sehingga segala kegiatan itu dapat difokuskan
secara efisien dan efektif.
f. Perencanaan bertujuan untuk menunjang tercapainya tujuan-tujuan organisasi,
baik primer maupun sekunder.
g. Untuk meningkatkan produktivitas anggota organisasi.
79
Terkait dengan kegunaan perencanaan dalam pengelolaan pendidikan,
termasuk di dalamnya adalah perencanaan peningkatan kompetensi profesional guru
Turang (2002:1) menyatakan bahwa perencanaan memiliki peran penting dalam, (1)
mengantar, mengarahkan dan mengendalikan perobahan-perobahan dan kemajuan
pendidikan, (2) menjamin efisiensi dan efektivitas pengembangan pendidikan, (3)
memberikan kesatuan motivasi, dan persepsi bagi para penyelenggara pendidikan dan
masyarakat publik, terutama pihak-pihak yang langsung berkepentingan dengan
pendidikan (stakeholders), (4) memberikan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta
langkah-langkah strategik pengembangan pendidikan, (5) lebih tertuju pada
pembangunan dan pengembangan pendidikan dari pada segi-segi rutin, (6)
mengajarkan para penyelenggara pendidikan dan pihak stakeholders tentang
bagaimana pembangunan pendidikan, (7) merupakan pendorong dan sekaligus
memberikan arah dan tujuan untuk terjadinya suatu perubahan penyelenggaraan
pendidikan.
Terkait dengan perencanaan pendidikan di tingkat madrasah, pengembangan
SDM di madrasah merupakan hal yang sangat penting bagi madrasah sehingga hal
ini menjadi bagian dari rencana strategis yang dimasukkan dalam Rencana
Pengembangan madrasah. Rencana pengembangan SDM ini melalui suatu proses
yang mempertimbangkan aspek kebutuhan sekolah dan perkembangan jaman. dan
didasarkan pada visi, misi dan tujuan madrasah, data mengenai potensi dan
kualifikasi para guru, ketersediaan sarana dan prasarana, kondisi peserta didik,
kebutuhan dan tuntutan sekolah saat ini dan masa yang akan datang. Kemudian
80
dirancang program-program peningkatan kompetensi guru beserta alokasi dana
dibutuhkan yang dituangkan dalam rencana jangka panjang sekolah dan program
kerja sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah Kegiatan perencanaan peningkatan
kompetensi guru ini melibatkan semua pihak yang terkait (stakeholder). Akan tetapi
dana yang disusun dalam rencana program peningkatan kompetensi guru dirasa masih
sangat kurang dibandingkan dengan dana yang dialokasikan untuk kegiatan
operasional madrasah, kesejahteraan guru dan perbaikan serta pengadaan fasilitas
madrasah.
Organisasi adalah suatu sistem, mempunyai struktur dan perencanaan yang
dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan
berhubungan satu sama lain dengan satu cara yang terkordinasi dan kooperatif guna
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, Beach (1990:132). Ada pula yang
mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerjasama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam
persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang yang
disebut pimpinan dan seorang/ kelompok orang lain yang disebut bawahan (Siagian,
1980:117).
Begitu pula yang dijelaskan oleh Terry (2002:127) bahwa pengistilahan
organisasi berasal dari kata organism (organisme) yang merupakan sebuah entitas
dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka
satu sama lainnya dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan. Lebih
luas lagi istilah ini dimaknakan sebagai suatu aktifitas mengusahakan hubungan-
81
hubungan perilaku yang efektif antar orang-orang hingga mereka dapat bekerja sama
secara efisien sehingga mendapatkan kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-
tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mewujudkan tujuan atau
sasaran tertentu. Burhanuddin (1994:193) mengatakan bahwa ada dua hal penting
yang dapat dipahami dari pengertian organisasi, yaitu: (1) organisasi dipandang
sebagai wadah, tempat dimana kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan,
dan (2) organisasi adalah sebagai proses yang berusaha menyoroti interaksi
(hubungan) antara orang-orang yang terlibat di dalam organisasi itu.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai proses penetapan
struktur peran-peran melalui penentuan aktifitas-aktifitas yang dubutuhkan untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya, pengelompokkan aktifitas-
aktifitas, penugasan kelompok-kelompok aktifitas kepada manajer-manajer,
pendelegasian wewenang untuk melaksanakannya, pengkoordinasian hubungan-
hubungan wewenang dan informasi, baik horisontal maupun vertikal dalam struktur
organisasi.
Terkait dengan teori yang dikemukakan di atas, program-program
pelaksanaan pengembangan SDM di madrasah ini adalah mengikut sertakan para
guru dalam berbagai pelatihan, kursus, MGMP baik yang dilaksanakan ditingkat kota,
provinsi maupun tingkat pusat, memberikan kesempatan kepada para guru untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan,program English day yang dilaksanakan setiap
hari jumat, MGMP Lokal untuk setiap rumpun mata pelajaran yang dilaksanakan
82
sebulan sekali,supervisi yang dilaksanakan secara mendadak maupun
terjadwal,pertemuan rutin untuk membahas berbagai permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran dan cara-cara penanggulangannya, workshop (lokal)
untuk peningkatan guru kualitas guru dan memberikan kesempatan bagi para guru
untuk memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana untuk mengembangkan dirinya.
Program-program ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatkan
kompetensi guru di madrasah yang berdampak juga pada kualitas kelulusan dan
berbagai prestasi yang diraih madrasah.
2. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pengembangan SDM
Faktor-faktor yang menghambat pengembangan SDM di madrasah ini adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa motivasi, faktor usia ,
keterbatasan waktu serta dana yang dimiliki oleh para guru tersebut dan faktor
eksternal yang berupa terbatasnya sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan
pengembangan diri guru, jumlah jam mengajar yang terlalu banyak, kurangnya dana
yang dialokasikan madrasah untuk program peningkatan kompetensi guru serta
kurangnya kordinasi antara departemen agama kota dan provinsi dengan pihak
madrasah dalam hal penetapan guru calon peserta pelatihan/training.
3. Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan SDM
Faktor-faktor yang mendukung pengembangan SDM di madrasah ini adalah
sebagian besar guru dan tenaga tata usaha memiliki motivasi yang tinggi untuk
83
meningkatkan kompetensi yang ditandai dengan sikap antusias untuk mengikuti
berbagai pelatihan, workshop, MGMP, dan meningkatkan kualifikasi pendidikan,
dukungan dari pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah yang memberikan ijin dan
dukungan kepada para guru untuk meningkatkan kompetensi, terciptanya iklim
kondusif yang secara tidak langsung menambah motivasi bagi para guru untuk
meningkatkan kompetensi nya.
4. Upaya Dan Alternatif Pemecahan Masalah Untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan SDM
Menambah sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang bisa
dimanfaatkan guru untuk meningkatkan kompetensinya dengan menggunakan dana
bantuan school grant dan partispasi masyarakat,memberikan pengertian kepada para
guru tersebut tentang pentingya peningkatan kompetensi guru bagi peningkatan
kinerja dan profesi mereka, mengoptimalkan dan memberdayakan MGMP dan
Workshop lokal sehingga guru-guru dan tenga tata usaha yang jarang mengikuti
kegiatan-kegiatan sejenis yang diadakan oleh instansi terkait di tingkat kota, provinsi,
maupun oleh pusat tetap bisa mengikuti berbagai perkembangan dunia pendidikan
saat ini, menambah jumlah guru pada mata pelajaran yang kekurangan guru dan
meningkatkan koordinasi dengan dinas kota maupun provinsi menyangkut
pelaksanaan kegiatan pelatihan dan MGMP.
84
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan, maka dapat disimpulkan :
1. Pengembangan kompetensi profesional guru direncanakan oleh pihak madrasah
dengan melibatkan warga sekolah dan mempertimbangkan kebutuhan madrasah
dan perkembangan jaman. serta dibuat berdasarkan visi, misi dan tujuan
madrasah. Pihak madrasah merancang berbagai program peningkatan kompetensi
guru beserta alokasi dana yang dibutuhkan. Pihak madrasah melaksanakan
berbagai program pengembangan kompetensi profesional guru antara lain
mengikut sertakan para guru dalam berbagai pelatihan, kursus, MGMP baik yang
dilaksanakan ditingkat kota, provinsi maupun tingkat pusat untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme, memberikan kesempatan kepada para guru
untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan, program English day, MGMP Lokal
untuk setiap rumpun mata pelajaran, supervisi, pertemuan rutin untuk membahas
berbagai permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dan cara-cara
penanggulangannya, Workshop (lokal) peningkatan kualitas guru, memberikan
kesempatan bagi para guru untuk memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana
untuk mengembangkan dirinya.
85
2. Faktor-faktor penghambat dalam pengembangan SDM antara lain: a) faktor
internal berupa rendahnya motivasi beberapa guru untuk pengembangan
kompetensinya, keterbatasan waktu dan dana, b) faktor eksternal berupa
keterbatasan fasilitas penunjang untuk kegiatan pengembangan diri guru, jumlah
jam mengajar yang terlalu banyak, kurangnya dana yang dialokasikan sekolah
serta kurangnya kordinasi antara departemen agama kota dinas provinsi dengan
pihak madrasah dalam hal penetapan guru calon peserta pelatihan/training
3. Faktor-faktor yang mendukung pengembangan SDM di madrasah ini adalah
sebagian besar guru dan tenaga adminsitrasi memiliki motivasi yang
tinggi untuk meningkatkan kompetensi, dukungan dari pihak madrasah
dalam memberikan ijin dan dukungan kepada para guru untuk pengembangan
kompetensi mereka.
4. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor yang
menghambat pengembangan SDM adalah: menambah sarana penunjang
kegiatan pembelajaran, memberikan pengertian kepada para guru tersebut
tentang pentingya pengembangan kompetensi bagi peningkatan kinerja dan
profesi mereka, pengoptimalkan dan memberdayakan MGMP dan Workshop
lokal, menambah jumlah guru pada mata pelajaran yang masih kekurangan guru
dan meningkatkan koordinasi dengan dinas kota maupun provinsi menyangkut
pelaksanaan kegiatan pelatihan dan MGMP.
86
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan maka peneliti menyarankan:
1. Agar pihak sekolah mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan SDM
yang dimiliki untuk diberdayakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Agar program pengembangan SDM di madrasah ini tetap dilaksanakan secara
konsisten dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman
untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme para pendidik dan tenaga
kependidikan sebagai upaya mencapai tujuan madrasah yang ditetapkan dalam
rencana pengembangan madrasah.
2. Agar pihak madrasah terus menerus meminimalisir berbagai kendala dalam
pengembangan SDM .
3. Agar pihak madrasah beserta komite sekolah melakukan berbagai upaya untuk
mendapatkan dana dan menambah alokasi dana dalam rangka mengembangkan
SDM yang ada.
4. Agar pihak instansi yang terkait di tingkat kota maupun provinsi meningkatkan
koordinasi dengan pihak madrasah menyangkut kegiatan-kegiatan pengembangan
kompetensi SDM di madrasah.
5. Agar pihak instansi yang terkait meningkatkan kesempatan untuk memberikan
beasiswa kepada para guru dalam rangka meningkatkan kualifikasi guru.
6. Agar pihak instansi terkait meningkatkan dana pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Burhanuddin. 2004. Menanti Kemakmuran Negeri; Kumpulan Esai tentang
Perubahan Sosial Ekonomi Indonesia, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Babari, J. dan Onny S. Prijono. 1996. “Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan” Dalam Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Bafadal I., 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Bumi Aksara
Jakarta.
Bogdan, Rober, C. dan Sari Knopp Bicklen. 1982. Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode, Terjemahan Munandir.1990, Jakarta: PAU-PPAA Universitas Terbuka.
Dedi Supriadi., 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Depdiknas, 2005. Pengelolaan Kelas. Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2007. Peranan Dan Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah Dan Upaya Mengefektifkannya. Jakarta: Ditendik Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Manajemen Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Dewa Ketut Sukardi. 1993. Analisis Inventori Minat dan Kepribadian, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Freire, Paulo. 1984. Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan. Jakarta: Gramedia.
Gay, L.R. dan P. Airasian. 2000. Educational Research, New Jersey USA: Prentice Hall.
88
Guthrie, J.W. R.J. Reed. 1991. Educational Administration and Policy. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice- Hall, Inc
Hadari Nawawi, 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis Kompetitif, Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Handoko Hani Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 2001.
Handoko Hani Manajemen. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE, 2003.
Hasibuan, Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
I Made Pidarta. 2001. Pengembangan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Supervisi Akademis. Bandung: Tarsito.
Irianto Jusuf. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Insan Cendikia.
Isdjoni, 2004. Tugas dan Fungsi Guru. Rineka Cipta Jakarta
Kambey, Daniel C. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Manado: Yayasan Triganesha Nusantara.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: CIDES.
Kirana, Andi. 1997. Manajemen Organisasi, Jakarta: Widya Press.
Lincoln, Ivone, S and Guba, E. 1995. Naturalistic Inquairy Sage Publication California.
Magginson dan Mathews, 1993. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Alih Bahasa Filicia. Jakarta: Gramedia
.Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta.
Moch. Uzer Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
89
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roskakarya.
Morphet Edgar C. 1983 . The Economic & Financing of Educationn (Four Edition). New
Jersey: Prentice Hall. Inc. Engetwood Cliffs.
Mangkunegara, Anwar Prabu, Perencanaan Sumber Daya Manusia.Bandung, Refika Aditama, 2009.
Mathis dan Jackson. 2001. Manajemen Sumber daya Manusia. Buku Satu, Edisi Indonesia, Jakarta: PT Salemba Empat.
Mulyadi dan Setiyawan. 1999 Pemberdayaan Staf. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif, Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nur Kholis, 2003:49) Peran Kepala Sekolah Dalam MBS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Otto, P. Calvin dan Rolin O. Glasser. 1970. The Management of Training:AHandbook for Training and Development Personnel. Massachussets: Addition-Weley Publishing Company
Purwanto, Ngalim. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Rijadi S, 1994. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Menghadapi PJPT II. (Malang: FPIPS, 1994), Jurnal Ilmu Pengetahuan sosial. Tahun 28, Nomor 3,
Juli
Rivai. 2005.Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.Jakarta: Rineka Cipta
Sholeh, Muhammad. 2006. Peran Kepala Sekolah dalam pemberdayaan Guru. Jakarta: Rineka Cipta.
90
Nasution, S, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.. Bandung:Tarsito.
Sedarmayanti.2003. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja.Bandung: Mandar Maju.
Soetjipto, Kosasih R. 2000. Profesi Keguruan. Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta
Sudarma, Momon, 2007. Pemberdayaan Guru Melalui Vitalisasi Beban Kerja. andung: UPI.
Sudjana, N. 2006. Pengawas Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjarwo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. Syaiful Bakri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
Jakarta: Usaha
Tilaar, Dwi. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, Tentang: Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Usman, H, 2006. Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo, 2005, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Wahyudin, 2005. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Adicita Karya Nusa. Yogyakarta
91