pengembangan pariwisata kota tomohon sebagai kota bunga sulawesi utara

29
PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARA I Ketut Suardana Dosen Akademi Pariwisata Dharma Nusantara Sakti Yogyakarta Jl. Babarsari TB.VI/11. Depok, Sleman-Yogyakarta. Telp. (0274) 486836 Abstrac Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects, Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in the nearby villages From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare. Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in general I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Tomohon telah mencanangkan “Tomohon Kota Bunga” sebagai Ikon Kota dan sebagai referensi dasar pembangunan ekonomi daerah. Hal ini mendorong berkembangnya usaha florikultura di Tomohon yang berdampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan sektor barang dan jasa.

Upload: ketutsuardanajogja

Post on 07-Apr-2017

799 views

Category:

Travel


2 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARA

I Ketut Suardana

Dosen Akademi Pariwisata Dharma Nusantara Sakti Yogyakarta

Jl. Babarsari TB.VI/11. Depok, Sleman-Yogyakarta. Telp. (0274) 486836

Abstrac

Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects,

Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower

market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and

distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that

must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in

the nearby villages

From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that

support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry

grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be

able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare.

Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and

marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so

that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect

Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in

Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in

general

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Kota Tomohon telah mencanangkan “Tomohon Kota Bunga”

sebagai Ikon Kota dan sebagai referensi dasar pembangunan ekonomi daerah. Hal ini

mendorong berkembangnya usaha florikultura di Tomohon yang berdampak nyata

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, penyediaan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan masyarakat dan pertumbuhan sektor barang dan jasa.

Pada saat ini usaha florikultura di Tomohon telah berkembang dari usaha

sampingan menjadi usaha pokok yang menopang pertumbuhan ekonomi keluarga.

Produk florikultura yang dihasilkan oleh para petani Tomohon telah dipasarkan

tidak hanya ke pasar lokal, tetapi juga menyebar ke daerah sekitarnya, seperti

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan,

Maluku bahkan sampai ke Papua. Dari fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa

pencanangan “Tomohon Kota Bunga” telah memberi dampak ganda (multiplier

effect) yang cukup signifikan terhadap kehidupan masyarakat Tomohon. Sesuai

dengan Grand Strategy “Pengembangan Industri Tanaman Hias Menuju Kota Bunga”

pada tahun 2012, pengembangan usaha tanaman hias diharapkan menjadi pusat

pertumbuhan industri tanaman hias di kawasan Indonesia Timur yang mampu

mengekspor produk florikultura ke luar negeri.

Usaha florikultura bersifat multi dimensional yang penanganannya perlu

melibatkan sektor-sektor yang terkait secara terpadu, karena di dalamnya

menyangkut aspek pengelolaan agroinput, penanganan produksi, pasca panen dan

pemasaran, pembinaan kelembagaan usaha, pembangunan infrastruktur, aspek

edukasi, investasi, penyuluhan, promosi dan regulasi. Di antara semua aspek

tersebut, kegiatan promosi merupakan aspek yang penting dan strategis. Melalui

promosi, produk petani dapat diperkenalkan kepada publik, termasuk calon pembeli,

yang pada akhirnya diharapkan terjadi transaksi pemesanan produk florikultura

untuk periode jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Kegiatan promosi juga dapat dimanfaatkan untuk pengenalan potensi Kota

Tomohon, termasuk pengembangan pariwisata dan jasa travel serta pagelaran seni

dan budaya. Dengan demikian prestasi kinerja usaha florikultura di Tomohon dan

sektor-sektor pendukungnya dapat ditampilkan secara simultan. Penampilan dan

pengemasan substansi yang atraktif merupakan unsur penting di dalam promosi.

Oleh karena itu penyelenggaraan promosi perlu dilakukan secara profesional dengan

mempertimbangkan target pengunjung.

Dari berbagai pengalaman di luar negeri, keberhasilan kegiatan promosi

ditentukan oleh cara pengemasan sesuai preferensi pengunjung. Keberhasilan

penyelenggaraan promosi tidak sekedar dinilai dari suksesnya pada saat

penyelenggaraan, tetapi juga dinilai dari jumlah wisatawan yang hadir dan jumlah

investasi pada pasca penyelenggaraan promosi.

Mengingat strategisnya kegiatan promosi dalam pengembangan usaha

florikultura dan sektor-sektor pendukungnya, maka Pemerintah Kota Tomohon akan

menyelenggarakan TOMOHON FLOWER FESTIVAL 2008 (TFF 2008) yang

melibatkan seluruh potensi sumberdaya lokal dan berkolaborasi dengan beberapa

Departemen / Kementerian Negara RI. Kegiatan ini dinilai strategis terutama bila

dikaitkandengan beberapa kegiatan promosi skala nasional maupun internasional

seperti: PEKAN FLORIKULTURA NASIONAL 2008, VISIT INDONESIA 2008, WORLD

OCEAN CONFERENCE 2009 serta VISIT NORTH SULAWESI 2010.

Sehubungan dengan itu, pelaksanaan TFF 2008 yang dilaksanakan

Pemerintah Kota Tomohon akan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

kesinambungan fungsi pelaksana masing-masing kegiatan. Dengan koordinasi yang

intensif diharapkan penyelenggaraan TFF 2008 akan memberi nilai tambah bagi

pembangunan ekonomi di kota Tomohon.

1.2. Permasalahan

1.2.1. Industri Kecil

1.2.1.1. Produk

Terbatasnya Variasi dan Kualitas Dari Produk Bunga.

1.2.1.2. Modal / Manajemen

Stagnannya Pertumbuhan Karena Terbatasnya cakupan Pasar dan

Keterbatasan Modal Untuk Meningkatkan Skala Produksi Agriculture.

1.2.1.3. Pemasaran

Skala Lokal Daripada Skala Regional Maupun Nasional. Industri bunga rumah

tangga sepertinya hanya beroperasi dalam skala lokal dari pada skala regional/

nasional atau bahkan internasional. Hal ini terindikasikan dari sistem manajemen dan

pemasaran mereka yang sederhana.

1.3. Tujuan

1. Tomohon Flower Festival 2008 bertujuan untuk mempromosikan potensi

Tomohon sebagai Kota Bunga beserta industri pendukungnya agar dapat menjadi

pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus sebagai tujuan wisata

lingkungan, baik ecotourism maupun agrotourism

2. Meningkatkan citra kota Tomohon sebagai Kota Bunga yang mensejahterakan

masyarakat

3. Meningkatkan kecintaan terhadap bunga dan tanaman hias sebagai bagian dari

budaya masyarakat

4. Memfasilitasi komunikasi antar stakeholder dalam pengembangan usaha tanaman

florikultura

5. Memfasilitasi temu bisnis antar pelaku usaha dalam rangka pengembangan

investasi usaha florikultura di Tomohon

6. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM di bidang usaha berbasis

produk florikultura

1.4. Alur Pikir

II. PROFIL KOTA TOMOHON

2.1. Visi dan Misi Kota Tomohon

2.1.1. Visi Kota Tomohon

Menjadikan Tomohon kota budaya yang indah, dimana masyarakat merasa

nyaman, bangga dan bersatu. Masyarakat menjunjung tinggi norma

kehidupan beriman, mapalus dan demokrasi. Menjadikan Kota Tomohon

sebagai tempat yang menarik bagi investor, bebas KKN, aman, bersih dan

ramah lingkungan hidup.

2.1.2. Misi Kota Tomohon

1. Pembuatan rencana tata ruang jangka panjang yang mencakup semua aspek berkaitan dengan kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

2. Mengembangkan rasa kebersamaan masyarakat yang bangga dengan sejarah dan budaya Toumbulu yang demokratis dan mapalus sebagai bagian dari masyarakat tanah Minahasa.

3. Mengembangkan potensi ekonomi yang selama ini belum digarap dan menciptakan lapangan kerja jenis baru terutama di sektor pelayanan, ekowisata dan jenis produk pertanian dan hortikultura khas.

4. Menciptakan pemerintahan kota yang bersih dan adil, dengan transparansi dan akuntabilitas total, yang melindungi kepentingan rakyat Tomohon.

2.2. Sejarah dan Budaya Kota Tomohon

" .... tanah liar telah dibangun menjadi ladang, perkampungan yang kotor menjadi

negeri yang bersih. Jalan, hutan yang sempit dan kasar menjadi mudah dilalui ...

ada keadaan damai dan tenang .....

dan kerajaan kegelapan diganti oleh kerajaan terang yang diberkati.

Itulah kesan pertama yang anda peroleh pada saat memasuki Negeri Tomohon

Dan bila anda melihat gerakan lalu lalang pedati, orang dan penunggang kuda yang

gemuruh dan tidak sabar, tentu mudah anda bayangkan bahwa anda dipindahkan

ke suatu negeri yang besar dan makmur di suatu jalan perdagangan yang ramai."

Dikutip dalam buku

"Minahasa, Negeri, Rakyat dan Budayanya".

2.2.1. Sejarah Kota Tomohon

Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan

sejarah. Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N.

Graafland yang ketika pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen

Elisabeth, ia menuliskan tentang suatu negeri yang bernama Tomohon yang

dikunjunginya pada sekitar tahun 1850. Perkembangan peradaban dan

dinamika penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan dari tahun

ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu ibukota kecamatan di

Kabupaten Minahasa.

Dekade awal tahun 2000-an masyarakat di beberapa bagian wilayah

kabupaten Minahasa melahirkan inspirasi dan aspirasi kecenderungan

lingkungan strategis baik internal maupun eksternal untuk melakukan

pemekaran daerah.

Berhembusnya angin reformasi dan diimplementasikannya

kebijakan otonomi daerah, semakin mempercepat proses akomodasi

aspirasi masyarakat untuk pemekaran daerah dimaksud. Melalui proses

yang panjang secara yuridis dan pertimbangan yang matang dalam rangka

akselerasi pembangunan bangsa bagi kesejahteraan masyarakat secara

luas, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa beserta Dewan Perwakilan

Daerah Kabupaten Minahasa merekomendasikan aspirasi masyarakat

untuk pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Tomohon, dan

Kabupaten Minahasa Utara; yang didukung oleh Pemerintah Propinsi

Sulawesi Utara.

Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon

ditetapkan Pemerintah Pusat dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2003, dan pembentukan Kabupaten Minahasa Utara

melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003. Terbentuknya lembaga

legislatif Kota Tomohon hasil Pemilihan Umum Tahun 2004, menghasilkan

Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 22 Tahun 2005 tentang Lambang

Daerah dan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 29 Tahun 2005

tentang Hari Jadi Kota Tomohon.

2.2.2. Budaya Masyarakat Tomohon

Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat

Tomohon terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya

masyarakat di Kota Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan

adat istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam

sebuah lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi

bermasyarakat saat ini, yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan

bahkan pada kondisi asli tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah

dengan rumah yang lainnya. Pola pengelompokan berdasar ikatan

kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas dalam permukiman. Kota

Tomohon juga kaya akan budaya, antara lain:

1. Mapalus

Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada

umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan

sebutan Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling

bantu ini telah berakar dan membudaya di kalangan masyarakat

Minahasa. Budaya tersebut sampai saat ini masih terjaga dan

terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan sikap

suka membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang

merupakan rangkaian dari ‘mapalus’ seperti memakai alat tiup ketika

mengajak kelompok untuk ber’mapalus’ sudah mulai hilang. Perlahan

keaslian mulai terkikis dengan modernisasi.

2. Syukuran

Di samping itu di seluruh tanah Minahasa setiap tahunnya di setiap

kecamatan atau kawasan diadakan upacara syukuran yang dikaitkan

dengan upacara keagamaan. Kegiatan ini dipusatkan di gereja-gereja

yang ada di kecamatan atau kawasan tersebut. Maksud diadakannya

upacara syukuran adalah untuk mengucap syukur atas segala berkat

dan anugerah yang telah Tuhan berikan di Tanah Minahasa termasuk

masyarakat Tomohon dalam setahun, upacara syukuran ini memiliki

kemiripan dengan upacara "Thanksgiving" di Amerika.

3. Naik Rumah Baru

Selain upacara syukuran di atas, di tanah Minahasa juga dikenal

memiliki upacara-upacara adat yang lain seperti jika

seseorang/keluarga akan menempati sebuah rumah atau menempati

tempat kediaman baru maka orang/keluarga tersebut akan

melaksanakan upacara syukuran "Naik Rumah Baru", hal ini

dianalogikan dengan bentuk rumah tradisional Minahasa yang

berbentuk rumah panggung sehingga untuk memasukinya harus

menaiki sejumlah anak tangga.

4. Kesenian/ kebudayaan Tari

Tari Perang Kabasaran

Kota Tomohon yang

penduduknya sebagian

besar adalah suku

Minahasa, mempunyai

tarian perang yang

bernama Kabasaran.

Kabasaran adalah

sekelompok pria yang

memakai baju adat perang Minahasa. Kabasaran juga sering disebut

dengan Cakalele, tapi sebutan Cakalele adalah sama dengan tarian

perang dari daerah Maluku. Pada saat ini Tarian Perang Kabasaran

dipertunjukan pada saat-saat pawai dan juga pada waktu penjemputan

tamu-tamu penting daerah.

5. Musik

a. Kolintang

Kolintang adalah instrument

musik yang berasal dari

Minahasa biasanya Kolintang

dipakai sebagai pengiring dari

seorang penyanyi lagu-lagu daerah ataupun cuma musik instrumen

saja. Kolintang sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan juga

sudah dipromosikan ke luar negeri. Kolintang dimainkan oleh

sebuah regu, biasanya satu regu itu terdiri dari 5 sampai 6 orang.

b. Musik Bambu

Musik bambu juga adalah musik tradisional dari Minahasa satu regu

terdiri 30 - 40 orang bahkan ada yang lebih. Musik bambu dari

Minahasa juga sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan tidak

jarang acara dari luar Sulawesi Utara yang mengundang 1 regu

musik bambu.

6. Bahasa

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon

selain menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga

menggunakan bahasa daerah Minahasa. Seperti diketahui di Minahasa

terdiri dari delapan macam jenis bahasa daerah yang dipergunakan

oleh delapan etnis yang ada, seperti Tountemboan, Toulour, Tombulu,

dll. Bahasa daerah yang paling sering digunakan di Kota Tomohon

adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah Tomohon termasuk

dalam etnis Tombulu.

Selain bahasa percakapan di atas, ternyata ada juga masyarakat

di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para orang tua yang

menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda serta

sekolah-sekolah jaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda.

Saat ini, semakin hari masyarakat yang menguasai dan menggunakan

Bahasa Belanda tersebut semakin berkurang seiring dengan semakin

berkurangnya masyarakat berusia lanjut.

2.3. Kota Tomohon Secara Geografis dan Fisiografis

Kota Tomohon terletak pada 1015’ LU

dan 1240 50’ BT dengan luas wilayah

sebesar 147,2178 km2 atau

14.721,78 Ha.

Diagram Luas Wilayah Kota Tomohon Per Kecamatan,

Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kota Tomohon)

Kota Tomohon terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 35 kelurahan/desa.

Secara geografis Kota Tomohon dikelilingi oleh wilayah Kabupaten

Minahasa. Artinya, dari bagian utara, selatan, timur dan barat, berbatasan

langsung dengan Kabupaten Minahasa. Secara umum, Kota Tomohon

terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Kota

Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lainnya yang berada di

wilayah Kabupaten Minahasa.

Jarak Kota Tomohon dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara adalah:

Tomohon – Bitung berjarak ± 55,0 kilometer

Tomohon – Manado berjarak ± 22,0 kilometer

Tomohon – Tondano berjarak ± 15,0 kilometer

Kota Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Kota Manado dan

pencapaian dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Kota Tondano atau

melintasi Manado. Aksesibilitas ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara

cukup lancar, melalui jalan-jalan dengan kualitas yang baik.

Untuk Iklim berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur iklim

yakni, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah

angin yang mewakili Tomohon diperoleh dari BMG Stasiun Manado.

Sedangkan Gambaran kondisi curah hujan rata-rata bulanan selama tahun

1993-2004 diamati oleh Stasiun Geofisika Tondano, memperlihatkan curah

hujan maksimum pertama terjadi pada bulan April dan maksimum kedua

terjadi pada bulan Nopember sebesar 245 mm. Sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 98 mm. Berdasarkan peta

iklim Oldeman tipe iklim untuk lokasi Tomohon dan sekitarnya termasuk

tipe iklim D1.

Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Mewakili Lokasi Tomohon

(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)

Suhu udara rata-rata bulanan dari bulan ke bulan sepanjang tahun

relatif kecil variasinya. Suhu rata-rata bulanan mencapai maksimum

sekitar bulan Juli dan suhu rata-rata bulanan terendah sekitar bulan

Januari. Suhu rata-rata hanya berfluktuasi antara 22.02oC pada bulan

Januari sampai 22.8oC.

Suhu Udara Rata-rata Bulanan di Kota Tomohon

(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)

Pola kelembaban udara Tomohon dari bulan ke bulan cukup tinggi

walaupun pada musim kemarau. Kelembaban udara pada Bulan Juli,

Agustus dan September lebih besar dari 80%, dengan demikian berarti

pada bulan-bulan tersebut kadar uap air di udara cukup tinggi.

Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan Kota Tomohon

(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)

Kondisi kecepatan dan arah angin disajikan dalam bentuk mawar

angin yang melukiskan distribusi frekuensi arah dan kecepatan angin (%).

Distribusi frekuensi arah dan kecepatan angin pada Bulan Desember dan

Januari sebagian besar berhembus angin barat dengan kecepatan dari 2

km/jam hingga lebih besar dari 11 km/jam yang memiliki kisaran 2%-33%

dan sebagian lagi angin Utara dengan kisaran 2%-37%. Pada Bulan

Februari, Maret dan April didominasi oleh angin Utara dengan kisaran 2%-

37%, sedangkan Bulan Mei sampai dengan Oktober didominasi oleh angin

selatan dengan kisaran sebesar 2%-50%. Pada bulan Juni, Juli dan Agustus

berhembus angin selatan dengan kecepatan cukup kencang. Bulan

Nopember berhembus angin barat juga cukup kencang dan sebagian angin

selatan dan utara. Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 0.5 Km/Jam

sampai dengan 36 Km/Jam.

Wilayah Kota Tomohon memiliki karakteristik topografi yang

bergunung dan berbukit yang membentang dari utara ke selatan. Akibat

kondisi topografi tersebut maka pengembangan wilayah kota menjadi

terbatas.

Terdapat empat buah gunung di Kota Tomohon dan dua

diantaranya adalah gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Lokon

dan Gunung Mahawu dimana Gunung Lokon adalah gunung tertinggi di

Kota Tomohon, memiliki ketinggian 1.580 meter.

Tabel Tinggi Gunung di Kota Tomohon

Gunung Ketinggian (meter)

Lokon 1.580

Tampusu 1.500

Tatawiran 1.474

Mahawu 1.311

(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005)

Tabel Jumlah Kelurahan Menurut Topografi dan Kecamatan

No Kecamatan Datar Berbukit-bukit Jumlah

1. Tomohon Utara 5 4 9

2. Tomohon Timur

7 10 17 3. Tomohon Barat

4. Tomohon Tengah

5. Tomohon Selatan 5 4 9

Jumlah 17 18 35

(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005)

2.4. Kependudukan Kota Tomohon

Penduduk Kota Tomohon pada tahun 2004 dalam Draft Kota

Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 berjumlah sebanyak 86.997 jiwa.

Jumlah ini mencakup penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun

penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap. Tabel di bawah

memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di tiap

kecamatan.

Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2004

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2004 Jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tomohon Utara 12.137 11.821 23.958

2. Tomohon Timur 4.954 4.753 9.707

3. Tomohon Barat 9.489 9.945 19.434

4. Tomohon Tengah 6.778 6.432 13.210

5. Tomohon Selatan 10.578 10.110 20.688

Jumlah 43.936 43.061 86.997

(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 (BPS & Bappeda Kota

Tomohon)

Komposisi penduduk yang dirinci menurut jenis kelamin di Kota

Tomohon memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dari jumlah penduduk perempuan dengan angka ratio mencapai 102. Dari

kelima kecamatan hanya satu kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki

lebih sedikit yaitu di Kecamatan Tomohon Tengah.

Untuk petumbuhan penduduk, dari data estimasi hasil Survey Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukan Penduduk Tomohon pada tahun

2003 sebanyak 83.544 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata

2,79% pertahun (pertumbuhan penduduk sebelum tahun 2003).

Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2000-2004

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Angka Pertumbuhan (%)

2000 76.423 -

2001 76.943 0,68

2002 79.031 2,71

2003 83.544 5,7

2004 86.997 4,13

Rata-rata 4,13

(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 (BPS & Bappeda Kota

Tomohon)

Secara umum apabila dihitung sejak tahun 2000 maka angka

pertumbuhan rata-rata penduduk di Kota Tomohon (2000-2004) adalah

3,31 %.

2.5. Pariwisata Kota Tomohon

Kota Tomohon memiliki pontensi yang besar untuk pengembangan

pariwisata, karena memiliki cukup banyak obyek wisata yang memiliki

daya tarik untuk mengundang para pengunjung. Obyek wisata yang

terdapat di Kota Tomohon antara lain :

2.5.1. Agrowisata Rurukan

Terdapat di sebelah timur Kota Tomohon, ke arah gunung Mahawu

terdapat lokasi agrowisata, dengan hamparan kebun pertanian yang

dikelola oleh penduduk setempat secara tradisional. Dengan peralatan

sederhana lokasi pertanian ini terletak diantara lereng-lereng bukit yang

dibuat bedengan-bedengan secara terasering, pada saat tanaman

holtikultura ini mulai tumbuh, akan melahirkan pemandangan indah yang

menyejukkan. Tempat ini juga berudara sejuk dan nyaman.

2.5.2. Amfitheater di Woloan

Di lokasi Woloan Tua (Kelurahan Woloan I) terdapat Amfitheater terbuka

dengan pemandangan indah yang dijadikan tempat pertunjukkan tarian

dan musik asli Minahasa serta acara khusus. Amfitheater ini dikelilingi oleh

banyak waruga yang masih berada dalam posisi aslinya. Di tempat ini

masih terdapat sekitar 100 waruga.

2.5.3. Danau Linow

Danau kecil ini unik karena

mengandung kadar belerang tinggi

ini memiliki warna yang selalu

berubah tergantung pada sudut

pandang dan pencahayaan danau. Di

sekitar danau ini terdapat satwa

endemik berupa burung blibis dan

serangga yang oleh penduduk

setempat dinamakan "sayok" atau

"komo". Serangga unik yang hidup

di air tapi bersayap dan bisa terbang ini menjadi konsumsi penduduk

setempat. Kadang-kadang terdengar kicauan burung-burung kecil dan

burung putih besar yang melintasi danau.

2.5.4. Gunung Lokon

Terletak di sebelah barat dengan ketinggian 1.580 meter. Gunung berapi

aktif yang luar biasa. Menyajikan panorama pegunungan dengan kawah

yang begitu indah. Waktu yang tepat untuk memulai perjalanan dari

Kakaskasen, Tomohon adalah sekitar jam 7 pagi, dan dapat tiba di kawah

pada saat udara pagi masih sejuk.

2.5.5. Gunung Mahawu

Berada berlawanan arah dengan Gunung Lokon, memiliki lereng yang

cukup landai dengan ketinggian 1.311 meter. Memiliki pemandangan yang

menakjubkan, dengan danau kawah berwarna hijau dengan kuning

belerang.

2.5.6. Pembuatan Rumah Kayu Tradisional

Tempat pembuatan rumah kayu

traditional yang menarik ini berada di

desa Woloan. Rumah dengan

menggunakan sistem knock-down ini

dirancang untuk dapat dibongkar-

pasang agar dapat dibawah untuk

dibangun kembali di tempat yang

diinginkan oleh pembeli.

2.5.7. Rumah Makan Tinoor

Dari Kawasan Rumah Makan Tomohon akan terlihat jelas hamparan kota

Manado, serta teluk Manado yang dihiasi gugusan pulau Manado Tua,

Bunaken, Siladen, Mantehage.

2.6. Tomohon Sebagai Kota Bunga

Iklim, struktur tanah Kota Tomohon sangat sesuai untuk pengembangan

berbagai potensi pertanian. Kota Tomohon dikenal sebagai salah satu

penghasil sayuran (hortikultura) dengan wilayah pemasaran Indonesia

bagian Timur. Salah satu potensi pertanian yang dikembangkan oleh

penduduk Kota Tomohon sejak dahulu adalah budidaya tanaman hias

(floriculture). Pengembangan tanaman hias di Kota Tomohon selain karena

beberapa faktor teknis di atas, juga karena faktor budaya masyarakat yang

sejak dahulu terkenal sebagai petani tanaman hias.

Gambar 00 : Beberapa kios bunga di Kota Tomohon

Sumber : www.tomohon.go.id

Berdasarkan hasil penelitian dari BALITBANG Pengembangan

Tanaman Hias Direktorat Tanaman Hias Departemen Pertanian RI

menjelaskan bahwa Kota Tomohon terletak pada garis Wallace yang

menyebabkan beberapa jenis tanaman hias yang spesifik di Indonesia

tumbuh di Kota Tomohon.

Gambar 00 : Beberapa contoh bunga di Kota Tomohon

Sumber : www.tomohon.go.id

Budidaya tanaman hias dalam hubungannya dengan perekonomian

memiliki backward linkage serta forward linkage dengan kegiatan lainnya.

Selain itu kegiatan di bidang pertanian khususnya budidaya tanaman hias

memiliki keunggulan berbanding (comparative advantage) dengan kegiatan

lainnya. Budidaya tanaman hias adalah suatu kegiatan yang memiliki

keterkaitan lintas sektor yang mampu membangkitkan multiplier

effect yang sangat signifikan bagi tumbuhnya mata rantai usaha, terutama

UKM (Usaha Kecil Menengah) sehingga membantu penciptaan lapangan

kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Diagram : Multiplier Effect Pengembangan Bunga

Sumber : www.tomohon.go.id

Dari gambar ini, komoditas tanaman hias memiliki arti strategis

bagi Kota Tomohon karena tanaman hias diharapkan sebagai suatu prime

mover dalam dunia pariwisata dan sekaligus menjadi leverage (pengungkit)

bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kota

Tomohon.

Letak Kota Tomohon yang strategis yang merupakan pelintasan

kabupaten/kota menuju ke ibukota Propinsi Sulawesi Utara, karena

terletak pada daerah dataran tinggi (400-1200 dpl) sehingga merupakan

daerah tujuan wisata (DTW) yang baik untuk

minat ecotourism danagrotourism karena kondisi alam yang menjanjikan.

Untuk itulah maka kota ini sangat tepat untuk dijadikan pilihan bagi

masyarakat untuk menjadikan tempat ini secondary house.

Luas panen Tanaman Hias di Kota Tomohon dalam beberapa

tahun terakhir mengalami peningkatan. Hingga tahun 2003, sentra

pengembangan tanaman hias (khususnya bunga potong) masih berada

bagian utara kota yaitu Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kakaskasen III.

Perkembangan tanaman hias di Kota Tomohon selama tahun 2005 dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Jenis Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Tangkai)

Gladiol 15,00 12,00 2.400.000

Krisan 3,25 2,70 533.250

Anyelir 1,80 1,50 450.000

Kerklilly 0,31 0,20 3.200

Anthurium 1,30 1,23 31.980

Amarilis 8,51 8,34 95.910

Rosida 14,70 14,40 159.998

Anggrek 0,05 0,05 5.900

Aster 19,20 16,00 1.360.000

Mawar 0,31 0,30 1.350

Total 64,43 56,72 5.041.588

Tabel Jenis, Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Total Tanaman Hias diKota

Tomohon Tahun 2005

(Sumber: Profil Tanaman Hias di Kota Tomohon Tahun 2004. Dinas Pertanian

Kota Tomohon, Sulawesi Utara)

Dari diagram di atas terindikasi bahwa luas tanaman hias

tertinggi dicapai oleh Aster (19,2 Ha), sedangkan terendah oleh Anggrek

(0,05 Ha), namun jumlah tanaman hias Gladiol menduduki produksi total

tertinggi (2.400.000 tangkai) dan disusul oleh Aster (1.360.000 tangkai).

Urutan lima besar produksi total tanaman hias di Kota Tomohon adalah:

Gladiol, Aster, Krisan, Anyelir, dan Rosida. Adapun jenis tanaman hias yang

menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kota Tomohon meliputi bunga

potong, bunga pot, bunga taman dan bunga anggrek.

Tahun 2004 usaha pengembangan tanaman hias mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena

mampu memberdayakan 80% masyarakat Kota Tomohon, sekalipun

hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri yakni untuk penataan halaman

rumah/pekarangan.Di sampng itu peningkatan ini dapat dilihat dari

hasil/produksi tanaman hias dimana pada tahun 2004 baru mencapai ± 2

juta tangkai dan menembus angka 5 juta tangkai tahun 2005 atau

meningkat sebesar 250%, juga disebabkan karena terjadi peningkatan

jumlah kelompok tani tanaman hias dari 16 kelompok pada tahun 2004,

menjadi 55 kelompok (342,75%) pada tahun 2006.

Pengembangan tanaman hias diarahkan untuk pemanfaatan lahan

pekarangan maupun lahan tidur sehingga tidak mengganggu fungsi lahan

yang sudah diperuntukkan untuk kegiatan agro lainnya yang juga menjadi

komoditas andalan Kota Tomohon. Pengembangan tanaman hias ini

dimaksudkan untuk memberikan pendapatan tambahan, penataan lahan

yang tidak terpakai yang pada gilirannya akan menjadi tujuan wisata.

Pemanfaatan lahan pekarangan dengan penanaman tanaman hias

tidak cukup untuk konsumsi ekspor. Untuk itu dalam rangka menunjang

program pemerintah Kota Tomohon Tahun 2008 yaitu sebagai pintu

gerbang ekspor tanaman hias di kawasan Indonesia Timur maka perlu

disiapkan lahan terbuka untuk pengembangan tanaman hias seperti pada

lahan kering, sawah, lahan pertamanan kota, landscape, sedangkan lahan

tertutup untuk lahan-lahan di rumah kaca, rumah plastik, penggunaan

indoor (hotel, restoran dsb).

2.7. Instansi Terkait Dalam Program ”Tomoho Kota Bunga”

Guna mendukung upaya tersebut Presiden RI pada tanggal 13 Januari

2007 dalam perjalanan pulang dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

ASEAN di Philipina melakukan kunjungan ke Kota Tomohon dan

melakukan Temu Wicara dengan petani tanaman hias setempat. Temu

Wicara Presiden RI di Tomohon dihadiri oleh Menteri Pertanian beserta

Istri, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Dalam Negeri

beserta Istri, Gubernur Sulawesi Utara beserta Istri, Walikota Tomohon

beserta Istri, dan para petani serta anggota ASBINDO cabang Tomohon

yang berjumlah sekitar 100 orang.

Dalam temu wicara dengan Presiden tersebut petani menyampaikan beberapa

informasi mengenai pengembangan tanaman hias yang sudah dilakukan

diantaranya, adalah; pembentukan kelompok tani dan Asosiasi Bunga Indonesia

cabang Tomohon, pembangunan Laboratorium Kultur Jaringan untuk mendukung

pengembangan industri florikultura dan pencanangan”Tomohon Kota Bunga”

pada tahun 2006. Disamping itu telah dilakukan festival bunga secara berkala,

pada tahun ini akan dilaksanakan pada 27-29 Januari 2007 serta telah ditetapkan

2 komoditas khas Tomohon yaitu tanaman Anggrek dan Phaius

tankerrvillaeMedimila.

Presiden RI merespon dengan baik informasi yang telah disampaikan petani, dan Presiden

RI menyarankan beberapa hal, yaitu :

1. Tumbuhkan budaya menggunakan bunga untuk ornamen pertemuan, resepsi

pernikahan, dan event-event lain yang dilaksanakan oleh masyarakat Sulawesi Utara

2. Diinstruksikan kepada Gubernur agar di dalam menyongsong WOS (World Ocean

Summit) 2009, Manado dan sekitarnya agar ditata menjadi indah dan bersih dengan

menggunakan komoditas bunga dan tanaman hias dalam penataan lanskapnya.

3. Disarankan festival bunga yang dilaksanakan secara berkala tidak hanya bersifat lokal

tetapi ditingkatkan menjadi skala nasional. Oleh karena itu diinstruksikan kepada

Gubernur, Menteri Koperasi, Menteri Pariwisata, Menteri Pertanian dan Menteri

terkait lainnya agar membantu untuk mewujudkan festival tersebut menjadi event

nasional.

4. Agar ditangkap peluang kesepakatan Negara-negara ASEAN terutama Brunei,

Malaysia, Philipina, Indonesia (yang tergabung dalam BIMP-EAGA) yang bersepakat

membenahi infrastuktur dan transportasi untuk kepentingan perdagangan, terutama

untuk pengembangan florikultura.

5. Memerintahkan Menteri Pertanian untuk merencanakan magang beberapa petani

bunga Tomohon ke negara lain seperti Jepang. Agar disiapkan bantuan finansial untuk

program magang tersebut.

Sedangkan guna memecahkan kendala dan masalah yang dihadapi petani tanaman hias di

Kota Tomohon, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian telah

mengupayakan beberapa solusi, diantaranya adalah :

1. Departemen Pertanian telah mengalokasikan bantuan langsung masyarakat (BLM)

dalam dua tahun terakhir dengan jumlah dana sekitar Rp. 210.000.000,-

2. Telah dilakukan pembentukan dan pengembangan kelompok tani tanaman hias

(kelompok tani dan asosiasi bunga) dalam Asosiasi Bunga Indonesia cabang Tomohon

3. Sedang dilakukan inisiasi pelaksanaan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) bunga

Krisan dan penataan lansekap

4. Menyampaikan hasil temu wicara tersebut kepada Departemen, Pemerintah Daerah,

Asosiasi dan kelembagaan lain yang terkait.

5. Akan dilakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menyusun Grand Design

Pengembangan Industri Florikultura Kota Tomohon dan Rencana Tindak pelaksanaan

instruksi Presiden tersebut.

6. Grand Design diarahkan kepada penataan sistem produksi yang terintegrasi dengan

sistem pemasaran lokal dalam negeri dan pasar internasional. Sedangkan rencana

tindak difokuskan pada pengembangan SDM, kelembagaan, teknologi spesifik lokasi,

sistem perbenihan, sistem produksi, perdagangan, dan pengembangan sistem

pendukung, pengembangan investasi serta pengembangan partisipasi masyarakat.

Dengan adanya perhatian yang begitu besar dari Presiden Dr. Susilo B. Yudhoyono maka

momentum ini supaya dapat mengingatkan dan meningkatkan perhatian bagi instansi

terkait dan stakeholders lainnya agar apa yang telah dicanangkan dan menjadi harapan

masyarakat Kota Tomohon khususnya dan Propinsi Sulawesi utara pada umumnya dapat

tercapai dengan baik. Diperlukan kerjasama, dukungan dan sinergisme agar institusi,

pelaku usaha dan petani dalam mewujudkan Tomohon Kota Bunga.

Sumber : Redaksi Ditjen Hortikultura / Sabtu, 03 Maret 2007

III. ANALISA

3.1. Strength/ Kekuatan

1. Kuatnya inisiatif dan motivasi masyarakat lokal untuk mengembangkan

industri bunga rumah tangga.

2. Pertumbuhan “pusat bunga” (kios pinggir jalan) pada titik tertentu sepanjang

jalan Tomohon-Manado memperkuat citra Tomohon sebagai kota bunga

3.2. Weakness/ Kelemahan

1. Terbatasnya variasi bunga

2. Display dan pengemasan bunga yang tidak menarik

3. Lemahnya manajemen dan pemasaran yang mengarah pada terbatasnya pasar

yang dapat dimasuki

4. Keterbatasan modal untuk meningkatkan produksi dan pemasaran

5. Kurangnya usaha promosi dari produksi bunga di Tomohon

3.3. Oportunity/ Kesempatan

1. Pertumbuhan industri pariwisata dan industri terkait lainnya (seperti MICE)

akan dapat meningkatkan konsumsi bunga

2. Penyelanggaraan even tahunan atas inisiatif pemerintah akan dapat

menstimulasi pengembangan agrobisnis bunga yang diselenggarakan oleh

UKM local

3. Produksi berorientasi ekspor

3.4. Threath/ Ancaman

1. Ketidakstabilan saluran pemasaran dan distribusi produk agrikultur akan

mengganggu keberlanjutan produksi bunga

2. Minimnya infrastruktur ekspor dan impor akan menjadi halangan utama

dalam mengembangankan skala produksi

3. Permintaan produk bunga yang terbatas pada tingkat lokal akan menurunkan

produksi agrikultur di Tomohon

IV. KESIMPULAN

Dengan dukungan kondisi geografis, budaya masyarakat lokal, dan berbagai

aspek lainnya, Kota Tomohon memiliki potensi untuk berkembang sebagai pusat sentra

industri dan pemasaran bunga terkemuka di Indonesia. Adanya embrio industri rumah

tangga yang membudidayakan dan mendistribusikan bungan di sentra kios tepatnya

Desa Kakaskasen bisa menjadi desa percontohan yang masih harus dikembangkan lagi,

sehingga bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya sentra industri kecil lainnya di desa-desa

sekitar.

Dari potensi yang dimiliki kota Tomohon diantaranya potensi alam yang

mendukung holtikultura, budaya masyarakat yang memang menyukai kegiatan bercocok

tanam, dan sudah tumbuhnya industri kecil rumah tangga. Fokus pengembangan kota

Tomohon ditekankan pada pengembangan industri rumah tangga yang sudah ada, agar

bisa lebih maju dan berkembang sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar. Pengembangan industri kecil yang sudah ada, mencakup empat aspek yakni,

untuk produk, manajemen, modal, dan pemasaran. Pengembangan ke empat aspek ini

diharapkan dapat berjalan dengan sinergi dan saling berkesinambungan sehingga hasil

yang didapat juga bisa maksimal dan merata hingga mampu mencitrakan kota Tomohon

sebagai Kota Bunga. Selain itu, sebagai pusat sentra industri dan pemasaran bunga di

Indonesia, diharapkan memacu perkembangan pariwisata Kota Tomohon dan Indonesia

pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA TOMOHON, BADAN

PUSAT STATISTIK KOTA TOMOHON, 2007, Tomohon Dalam Angka 2007, BPS

Kota Tomohon– Sulawesi Utara

Cooper, Chris (2005) Tourism Principles and Practice. Third Edition. Essex: Pearson

Education Limited.

Hall, Michael Colin & Jenkins, John M. (1995) Tourism & Public Policy. London: Rountledge.

DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA, 2005, Indonesia Khazanah

Pariwisata Nusantara, Jakarta.

Jennings, Gayle & Nickerson, N.P. (2005) Quality Tourism Experiences. Amsterdam:

Elsevier.

Gill, Pushpinder S. (1999) Dynamics of Tourism Vol. 2: Tourism Planning and Management. New Delhi: Anmol Publications PVT LTD.

Gunn, Clare A. (2002) Tourism Planning; Basics, Concepts and Cases. Fourth Edition.

New York: Routhledge.

Lea, John (1993) Tourism and Development in the Third World. London: Routhledge.

Lwas, Eric (1995) Tourist Destination Management. London: Routlege. Mowforth, Martin & Munt, Ian (2003) Tourism and Sustainability: New Tourism n the Third

World. New York: Routledge. Nirwandar, Sapta (2008) Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah.

Diakses dari http://www.wisatamelayu.com, Tanggal 2 Juli 2008, Jam 19.13. Nuryanti, Wiendu & Hwang, Won Gyu (2001) Private and Public Sector Partnership in

Tourism Development. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pemerintahan Kota Tomohon, 2008, Tomohon Flower Festival 2008, Pemerintahan Kota

Tomohon

Theobold, William F. (2005) Global Tourism. Third Edition. Amsterdam: Elsevier.

WTO (1998) Guide or Local Authorities on Developing Sustainable Tourism. Madrid: World Tourism Organization.

Vellas, Francois & Becherel, Lionel (1995) International Tourism An Economic Perpective. London: Machillen Press LTD.

www.tomohonkota.go.id

Wuryan.files.wordpress.com

elviesukrisni.wordpress.com

www.panoramio.com

www.skyscrapercity.com

www.travel.webshots.com