pengembangan media pembelajaran sistem pengapian …
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
SISTEM PENGAPIAN OTOMOTIF UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TKR
SMK N 1 SAPURAN WONOSOBO
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muhamad Fatah Sururi
142170051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Apapun yang terjadi “Biasa Wae”
PERSEMBAHAN
Untuk semua guru,
terimakasih atas
dedikasinya
Untuk Ortu terimakasih
segalanya
Untuk Anak Istri dan
semua pihak yang telah
membantu, Nuwun!
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk dan kemudahan, sehingga penyusun sebagai mahasiswa jurusan
Pendidikan Teknik Otomorif Universitas Muhammadiyah Purworejo dapat
menyelesaikan skirpsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
pemimpinku baginda Muhammad SAW.
Tersusunnya skirpsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. H. Supriyono, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
2. Yuli Widiyono, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
3. Arif Susanto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
4. Bambang Sudarsono, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Suyitno, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan
arahan dengan penuh kesabaran
6. Kepala SMKN 1 Sapuran Wonosobo beserta guru dan staf yang telah
memberikan izin dan kemudahan dalam penelitian ini.
vii
7. Kedua orang tua, Istri dan anakku yang telah memberikan segalanya didalam
proses pendidikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis sampai sejauh ini.
Semoga amal baik mereka mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT,
amin. Penulis merasa bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekeliruan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga
laporan ini bisa digunakan sebagai referensi atau pendukung pengetahuan
pembaca dalam bidang otomotif khususnya mengenai sistem pengapian.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Purworejo, 25 Agustus 2016
Peneliti
Muhamad Fatah Sururi
viii
ABSTRAK
Muhamad Fatah Sururi. Pengembangan Media Pembelajaran Sistem
Pengapian Otomotif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa TKR SMK N 1
Sapuran Wonosobo. Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.2016.
Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui prosedur pengembangan
sistem pengapian konvensional, (2) mengetahui hambatan dalam pembuatan media
pembelajaran serta, (2) memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa
didalam mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah sebesar 75 pada mata
pelajaran sistem pengapian dengan menggunakan media pembelajaran trainer
sistem pengapian konvensional.
Jenis penelitian yang digunakan Research and Development. Subyek
dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI TKR SMK N 1 Sapuran
Wonosobo dengan kelas eksperimen (XI TKR I) yang berjumlah 29 siswa dan
kelas kontrol (XI TKR II) yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan metode angket dan tes. Angket berisi tanggapan siswa
dengan 3 indikator dan 6 pernyataan dan tes berisi 30 butir soal. Sebelum
digunakan sebagai instrumen penelitian, angket dan tes di uji cobakan secara
terbatas kepada 20 siswa jurusan teknik kendaraan ringan untuk memperoleh
validitas instrumen. Penghitungan instrumen angket dan tes menggunakan rumus
validitas point biserial atau 𝑌𝑝𝑏𝑖𝑠 dengan taraf signifikan 5%.
Hasil penelitian sebagai berikut : Uji coba terbatas terhadap instrumen
menghasilkan rpbis > rtabel dimana r11 = 0,67031 dan rtabel = 0,444 dengan
nilai rata-rata 72,708% atau dengan kategori valid. Prosedur pengembangan
sistem pengapian konvensional di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo dimulai dari
tahap observasi, dilanjutkan dengan pembuatan media pembelajaran trainer
sistem pengapian otomotif pada mata pelajaran sistem pengapian konvensional,
langkah pembuatan media tersebut dimulai dari : (1) perencanaan, sketsa alat yang
akan dihasilkan ditentukan, (2) penyediaan bahan, (3) pembuatan media, (4) uji
kelayakan alat dengan uji terbatas melalui penggalian tanggapan siswa terkait alat
tersebut, (5) revisi tahap I, (6) uji validasi ahli media, (7) revisi tahap 2, (8)
implementasi, dimana alat yang telah dihasilkan siap untuk digunakan didalam
penelitian. Hambatan didalam pembuatan media pembelajaran yakni belt
(pengubung) antara penggerak dengan distributor rentan kendur/putus, sehingga
perlu menggunakan karet bekas ban dalam tanpa disambung dan perlu
penggantian secara berkala. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen sebesar 14%, dengan nilai rata-rata 76,96 (sudah memenuhi KKM)
dengan demikian menunjukkan siswa lebih aktif dan termotivasi dengan adanya
media pembelajaran trainer sistem pengapian konvensional. dan nilai rata-rata
siswa pada kelas kontrol sebsar 71,66 (belum memenuhi KKM).
Kata Kunci : Pengembangan, Media pembelajaran , Trainer, Hasil Belajar
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ v
KATA PENGANTAR……………………………………………………... vi
ABSTRAK …………………………………………………….................... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………... 4
C. Batasan Masalah …………………………………………. 5
D. Rumusan Masalah ……………………………………….. 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………………... 5
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori …………………………………………....... 8
1. Media Pembelajaran …………………………………. 8
x
2. Hasil Belajar …………………………………………. 14
3. Media Pembelajaran Berbasis Alat Peraga ………….. 22
4. Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional ……….. 26
B. Tinjauan Pustaka ………………………………………… 42
C. Kerangka Berpikir ………………………………………. 42
D. Rumusan Hipotesis ……………………………………… 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………………………………………… 45
B. Subjek Penelitian ………………………………………… 49
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 49
D. Instrumen Penelitian …………………………………….. 52
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………. 52
a. Validitas …………………………………………........ 52
b. Reliabilitas ………………………………………….... 54
F. Teknik Ananlisis Data …………………………………… 55
G. Hasil Belajar …………………………………………....... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …………………………………………… 59
B. Analisis Data …………………………………………….. 61
1. Pembuatan Media Pembelajaran ……………………... 61
2. Hasil Analisis Data Ahli ……………………………... 63
3. Hasil Analisis Uji Coba Terbatas dan Tanggapan
Siswa ………………………………………………….
63
xi
4. Hasil Analisis Data Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ………………………………………………..
69
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………… 73
B. Saran ……………………………………………………... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional ……………. 40
Tabel 2. Cara Mengatasi Gangguan Sistem Pengapian Konvensional ... 41
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrument Untuk Tenaga Ahli Materi …………….. 50
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrument Untuk Tenaga Ahli Media ……………... 50
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrument Tanggapan Siswa …………….………… 50
Tabel 6. Kisi-Kisi Tes …………….…………….………………........... 51
Tabel 7. Korelasi Koofisien …………….…………….………………... 53
Tabel 8. Tingkat Reliabilitas Instrument …………….………………… 54
Tabel 9. Kriteria Validasi Media …………….…………….…………... 55
Tabel 10. Arti Tingkat Penguasaan yang Dicapai …………….………… 58
Tabel 11. Hasil Klasifikasi tingkat kesukaran soal ………………..…… 63
Tabel 12. Kategori daya pembeda soal ………………….……………… 65
Tabel 13. Hasil validitas soal ………..………………….……………… 67
Tabel 14. Hasil pretest uji normalitas……………………………………. 69
Tabel 15. Hasil postes uji normalitas……………………………………. 69
Tabel 16. Hasil uji homogenitas ………………………………………… 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran …………………... 9
Gambar 2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale …………………...………... 12
Gambar 3. Sistem Pengapian Konvesional …………………...………….. 26
Gambar 4. Baterai …………………...…………………...………………. 27
Gambar 5. Kunci Kontak …………………...…………………...……….. 28
Gambar 6. Penampang Ignition Coil …………………...………………… 29
Gambar 7. Hubungan Koil Pengapian …………………...………………. 30
Gambar 8. Distributor …………………...…………………...…………... 31
Gambar 9. Platina …………………...…………………...………………. 32
Gambar 10. Kondensor …………………...…………………...…………... 33
Gambar 11. Centrifual Governor Advancer …………………...………….. 34
Gambar 12. Vacuum Advancer …………………...…………………...….. 34
Gambar 13. Konstruksi Kabel Tegangan Tinggi …………………...……... 35
Gambar 14. Konstruksi Busi …………………...…………………...……... 36
Gambar 15. Saat Platina Menutup …………………...…………………..... 36
Gambar 16. Timing Light …………………...…………………...………... 38
Gambar 17. Kerangka Berpikir Peneliti …………………...………………. 43
Gambar 18. Langkah-Langkah Penggunaan Metode R&D ……………….. 45
Gambar 19. Tampilan depan bagian isi materi ……………………………. 62
Gambar 20. Tampilan keseluruhan media pembelajaran ………………….. 62
Gambar 21. Grafik tingkat kesukaran soal ………………………………. 64
xiv
Gambar 21. Grafik kategori daya pembeda soal…………………………… 65
Gambar 22. Grafik validitas soal ………………………………………….. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kejuruan dalam penjelasan atas Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pasal 15
menerangkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
kualitas pelaksanaan proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran tersebut
diperlukan adanya upaya pengembangan dan peningkatan penyelenggaran
pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan sekolah menengah kejuruan
(SMK) jurusan teknik kendaraan ringan (TKR) ditunjukkan dengan tercapainya
nilai kompetensi siswa di bidang sistem pengapian.
SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo terletak di jalan Purworejo Km.19,
pada sekolah tersebut terdapat empat program keahlian, yaitu program keahlian
teknik kendaraan ringan (TKR), program keahlian teknik sepeda motor (TSM),
Program keahlian busana butik (BB), dan program keahlian akuntansi (AK).
Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo pada
program keahlian TKR kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 semester gasal
diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Hasil belajar siswa pada kompetensi sistem
pengapian, nilai rata-rata kelas masih di bawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas XI TKR pada kompetensi
2
sistem pengapian semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 adalah 71,4 dengan
rata-rata untuk kelas XI TKR 1 adalah 7,18 dan kelas XI TKR 2 adalah7,1.
(2) Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tersebut
diatas disebabkan minimnya sarana pendidikan berupa media pembelajaran alat
peraga pada mata pelajaran sistem pengapian konvensional. (3) Dampak dari
minimnya sarana pembelajaran tersebut motivasi serta keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaranpun juga sangat kurang, banyak siswa yang bosan,
berbicara sendiri dengan temannya, kurang berani bertanya, dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pembelajaran pada prosesnya akan mempengaruhi kualitas dalam
menentukan keberhasilan pendidikan. Dalam proses pembelajaran terdapat
beberapa komponen yang saling berkaitan, apabila salah satu dari komponen
tersebut tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat bekerja dengan
lancar. Komponen-komponen tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori utama, yaitu (a) guru (pendidik), (b) materi pembelajaran, dan (c)
siswa. Siswa adalah objek yang unik dan memiliki keragaman dalam hal
kecakapan maupun kepribadian. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi
antara guru dengan siswa, agar guru bisa mengidentifikasi karaktersiswa, guru
dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa. Materi pembelajaran adalah tali penyambung interaksi antara guru dan
siswa. Materi pembelajaran akan menentukan seberapa besar hasil belajar
siswa. Materi pembelajaran yang telah diinovasi oleh guru menjadi materi yang
3
menarik dan interaktif, yang dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan
menjadikan siswa menjadi lebih paham terhadap pelajaran yang sedang mereka
pelajari. Peran guru dalam mengembangkan materi pembelajaran adalah hal
yang sangat vital dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, peran guru
bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan
memberi fasilitas belajar, agar siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran
yang disampaikan, sehingga tercipta pembelajara yang baik dan menghasilkan
lulusan yang berkompeten di bidangnya. Peran guru dalam mengembangkan
media pembelajaran itu sangat perlu dalam mempengaruhi proses belajar.
Karena pada dasarnya dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat
penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu cara yang bagus untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kontribusi media pembelajaran menurut
Kemp dan Dayton dalam Daryanto (2013:6) ialah : (a) Penyampaian pesan
pembelajaran dapat lebih berstandar (b) pembelajaran lebih menarik (c)
Pembelajaran lebih interaktif (d) Lama waktu pembelajaran dapat diperpendek
(e) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan (f) sikap positif siswa terhadap
materi pembelajaran dapat ditingkatkan (g) Peran guru dapat berubah ke arah
yang lebih positif. Namun, media pembelajaran sistem pengapian konvensional
di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo masih terintegrasi dalam engine stand
atau trainer, begitu juga dengan kompetensi yang lain seperti sistem pengisian,
sistem starter, sistem pendinginan dan lain-lain. Hal ini tentu akan menyulitkan
4
proses pembelajaran karena memungkinkan satu engine stand atau trainer
digunakan untuk lebih dari satu kelompok dengan job yang berbeda-beda. Oleh
karena itu perlu adanya media peraga dari suatu sistem yang terpisah dari
engine stand atau trainer. Dengan adanya media pembelajaran menggunakan
peraga sistem pengapian konvensional yang terpisah dari engine stand atau
trainer, siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami materi yang
disampaikan oleh pengajar. Selain itu dengan menggunakan media
pembelajaran peraga sistem pengapian diharapkan pembelajaran lebih
menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas sehingga akan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Dari beberapa alasan tersebut di atas, maka akan diadakan penelitian
dengan judul “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM
PENGAPIAN OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA TKR SMK N 1 SAPURAN WONOSOBO”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah di ungkapkan dalam latar belakang, memberikan
gambaran mengenai permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Siswa cenderung kurang termotivasi dan kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
2. Minimnya sarana pendidikan berupa media pembelajaran alat peraga pada
mata pelajaran sistem pengapian konvensional
3. Hasil belajar siswa pada sistem pengapian yang masih dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
5
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini di batasi
pada pengembangan media pembelajaran sistem pengapian otomotif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa TKR SMK N 1 Sapuran Wonosobo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional pada
kompetensi sistem pengapian di SMK N 1 Sapuran Wonosobo ?
2. Apa saja hambatan pembuatan media pembelajaran sistem pengapian
konvensional untuk kompetensi sistem pengapian ?
3. Apakah pembelajaran menggunakan media pembelajaran trainer sistem
pengapian konvensional berdampak pada meningkatnya motivasi belajar
dan keaktifan siswa serta berdampak pada peningkatan hasil belajar sesuai
standart KKM sekolah ?
E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional
pada kompetensi sistem pengapian di SMK N 1 Sapuran Wonosobo.
2. Mendeskripsikan hambatan pembuatan media pembelajaran sistem
pengapian konvensional untuk kompetensi sistem pengapian.
3. Siswa akan termotivasi dan aktif didalam mengikuti pembelajaran dengan
adanya media pembelajaran trainer sistem pengapian konvensional serta
hasil belajar siswa meningkat sesuai standar KKM sekolah.
6
F. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan kajian atau informasi mengenai pembelajaran yang
menggunakan media pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem
pengapian konvensional pada mata pelajaran sistem pengapian.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan
pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui pengaruh
media pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem pengapian
konvensional pada mata pelajaran sistem pengapian.
b. Bagi guru
Mengoptimalkan peran guru dalam mengajar menggunakan media
pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem pengapian konvensional
pada mata pelajaran sistem pengapian.
c. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar kompetensi sistem pengapian
konvensional
2) Meningkatkan motivasi dan disiplin dalam belajar materi sistem
pengapian konvensional
3) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran
materi sistem pengapian konvensional
7
d. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
masukan dalam menerapkan inovasi pembelajaran, khususnya dalam
pengadaan media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSAKA, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
AECT (Assosiation for education and communication
technologi,1997) dalam Arsyad (2011:3) memberi batasan bahwa
media merupakan segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi, sedangkan Gerlach dan Ely dalam Arsyad
(2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap. Menurut Criticos dalam Daryanto (2013:5) Media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa
pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Usman dan
Asnawir, (2002:11) mengemukakan bahwa media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya. Selain itu menurut Arsyad,
(2011:2) media merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses belajar
mengajar. Pembelajaran menurut Hamalik, (2013:70) merupakn
kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,
9
perlengkapan dan prosedur, dan kesemua itu aling mempegaruhi dalam
mencapai tujuan embelajaran. Dari semua pengertian tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran
dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Hamalik dalam Arsyad (2011:15) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dalam pembelajaran
media memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut Daryanto,
(2013:8) Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari
sumber (guru) menuju penerima (siswa), sedangkan metode adalah
prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah
informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam
proses pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 1. Fungsi media dalam proses pembelajaran
diadaptasi dari Daryanto ( 2013:8)
10
Selain itu Daryanto (2013:5-6) mengemukakan bahwa media
pembelajaran berguna untuk : (a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistis, dalam artian hasil dari pembelajaran tidak terlalu abstrak.
(b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. Jelas
disini menunjukkan upaya guru dalam menguasai kelas
pembelajarannya (c) Menimbulkan gairah belajar, agar siswa tidak
bosan atau merasa monoton dalam pembelajaran. (d) Menimbulkan
antusias siswa untuk belajar secara mandiri. (e) Memberi rangsangan
yang sama, dalam artian mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama. (f) Mengoptimalkan proses
pembelajaran agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya
menurut Ibrahim dalam Arsyad (2011:16) yang menyatakan bahwa
media pembelajaran membawa dan mebangkitkan rasa senang dan
gembira bagi murid dan memperbarui semangat, membantu
memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta mengidupkan
pelajaran.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif jika tidak ada
media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan salah
satu komponen dari belajar mengajar. Permasalahan dalam
menyampaikan materi pelajaran maupun informasi dalam
pembelajaran dapat dibantu dan diatasi dengan menggunakan
11
media tertentu sehingga akan membantu tercapainya tujuan
pembelajaran.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) manfaat media
pembelajaran antara lain: (a) Pembelajaran akan lebih menarik,
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar terhadap siswa. (b)
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran. (c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, dalam
artian tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
(d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, mendemonstrasikan dan lain sebagainya.
d. Kriteria dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Sudjana dan Rivai (1992:4) bahwa ada beberapa
kriteria atau ukuran yang menjadi dasar dalam media pembelajaran,
antara lain : (a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, dipilih atas
dasar tujuan instruksional yang telah ditetapkan dengan unsur
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis. (b) Dukungan terhadap isi
bahan pembelajaran, bersifat fakta, prinsip, konsep dan generalisasi
agar mudah dipahami siswa. (c) Kemudahan memperoleh media,
setidaknya mudah dibuat oleh guru untuk pembelajaran. (d)
12
Keterampilan guru dalam menggunakannya dalam proses
pembelajaran. (e) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna
yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.
Ada beberapa pengklasifikasian media yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Rudi Bertz dalam Usman dan
Asnawir (2002:27) mengklasifikasi media pada tiga unsur pokok yaitu
suara, visual dan, gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan pada tiga
bentuk yaitu gambar visual, garis dan, simbol, disamping itu juga
membedakan media siar dan media rekam, sehingga terdapat delapan
klasifikasi media mulai dari Media audio visual gerak, media audio
visual diam, media audio visual semi gerak, media visual gerak, media
visual diam, media visual semi gerak, media audio dan media cetak.
Seperti halnya menurut Edgar Dale yang diadaptasi dari Oemar
Hamalik dalam Usman dan Asnawir (2002:21-22) mengklasifikasi
pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling konkrit sampai
kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak, hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2. Kerucut pengalaman edgar dale
diadaptasi dari Oemar Hamalik (1985:54)
13
Dari gambar kerucut pengalaman tersebut terdapat 12
klasifikasi media pembelajaran, yakni : (a). Pengalaman langsung,
diperoleh dengan berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian
atau objek yang sebenarnya. (b). Pengalaman tiruan, diperoleh melalui
benda-benda tiruan yang sebenarnya. (c). Pengalaman dramatisasi,
diperoleh dalam bentuk drama dari berbagai gerakan. (d). Pengalaman
Demonstrasi, diperoleh melalui percontohan mengenai sesuatu hal atau
sesuatu proses. (e). Pengalaman melalui karyawisata, diperoleh dengan
mengajak kelas ke objek diluar kelas. (f). Pengalaman melalui
pameran, diperoleh melaui pertunjukan hasil pekerjaan siswa. (g).
Pengalaman melalui TV, diperoleh melalui program pendidikan yang
ditayangkan oleh TV. (h). Pengalaman gambar hidup atau film,
diperoleh dari gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan
tertentu dan bergerak kontinyu. (i). Pengalaman melalui rasio,
diperoleh melalui siaran radio dalam bentuk wawancara,ceramah.
(j) Pengalaman melalui gambar, diperoleh dari segala yang diwujudkan
secara visual dalam bentuk dua dimensi. (k). Pengalaman melalui
lambang visual, diperoleh melalui lambing visual seperti sketsa. (l).
Pengalaman melalui lambing kata, diperoleh dalam buku dan bacaan.
e. Prinsip Pemilihan Media
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media
pembelajaran, sesuai yang di kemukakan oleh para ahli, antar lain
menurut Dick dan Carey di dalam Usman dan Asnawir (2002:126)
14
Pertama Ketersediaan sumber setempat, dalam artian jika media yang
bersangkutan tidak ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua
Tersedia dana, tenaga dan fasilitasnya untuk membeli atau
memproduksinya. Ketiga Media yang dihasilkan ketahanannya
digunakan dalam jangka lama dan dapat digunakan kapanpun serta
mudah dibawa. Keempat Efektif dan efisien dalam jangka waktu
panjang.
Sedangkan menurut Usman dan Asnawir (2002:15-16) hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran diantaranya :
(a). Media yang dipilih hendaknya selaras dengan dan menunjang
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, harus jelas dan
operasional, spesifik serta tergambar dalam bentuk perilaku. (b).
Kesesuaian materi dengan media yang digunakan, karena akan
berdampak pada hasil pembelajaran siswa. (c). Media yang dipilih
dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa)
dan sesuai dengan kondisi siswa. Agar dapat dicapai pembelajaran
secara optimal. (d). Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media
harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para
ahli pendidikan. Belajar memilliki suatu pengertian yang amat
komplek sehingga sulit dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya
15
belajar itu, meskipun sesungguhnya belajar sudah pernah dialami
setiap orang. Beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli
mengenai belajar antara lain menurut Arsyad (2011:1) Belajar adalah
suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya, dan terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Selain itu Hamalik (2013:52)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku melalui interaksi dengan lingkungan. Selain itu Hamalik
(2013:73) mengemukakan bahwa belajar memiliki tujuan yaitu
tercapainya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan siswa telah
melakukan pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan dan,
sikap-sikap baru.
Dari pengertian diatas data ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Bukti bahwa seorang telah belajar
adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Dalam penelitian ini, siswa akan diberi
perlakuan berupa pembelajaran dengan media stand atau Trainer
sistem pengapian konvensional dan diharapkan akan meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perbandingan antara hasil belajar siswa
16
dengan metode ceramah dengan pembelajaran menggunakan media
stand atau Trainer sistem pengapian konvensional.
b. Faktor Hasil Belajar
Adapun kegiatan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh
beberapa keadaan atau peristiwa dalam mencapai keberhasilan belajar.
Menurut Slameto (2013:54), keadaan atau faktor yng mempengaruhi
belajar dibagi menjadi dua golongan, yakni faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam indvidu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar
individu yang sedang belajar. Secara singkat kadaaan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
(1) Faktor Internal
Pada keadaan atau faktor internal dapat diidentifikasi didalam tiga
keadaan menurut Slameto (2013:54-60). Pertama Faktor jasmaniah
yang terdiri dari faktor kesehatan, proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa
akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, atau ada gangguan-gangguan kelainan-kelainan
fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badan selalu terjaga
dengan selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang bekerja,
belajar istirahat, makan, olahraga secara teratur dan rekreasi serta
ibadah. Kedua faktor psikologis, faktor ini yang dapat dipengaruhi
17
belajar adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motifasi,
kematangan dan kesiapan. Ketiga faktor kelelahan, apabila dalam
keadaan kelelahan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang,
kelelahan ini dapat dibedakan kembali menjadi dua macam yakni,
kelelahan rohani (bersifat psikis) dan kelelahan fisik.
(2) Faktor Eksternal
Pada keadaan atau faktor eksternal siswa menurut Slameto (2013:60-
72), diuraikan kedalam tiga faktor, pertama pada faktor keluarga siswa,
cara orang tua didalam mendidik anak pengaruhnya sangat besar
terhadap proses belajar anak, artinya untuk pendidikan dalam ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Maka cara orang
tua yang mendidik anak-anaknya sangat berpengaruh terhadap
proses belajar dan hasil belajar yang dicapai anaknya. Kemudian
suasana rumah, rumah yang sering dipakai keperluan-keperluan
misalnya resepsi, pertemuan, pesta-pesta dan lain-lain, dapat
mengganggu belajar anak. Kedua Keadaan sekolah, Menurut Slameto,
2013:64, faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar adalah
metode mengajar, kurikulum, reaksi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah yang
sedikit setiap mata pelajaran, standart pelajaran, fasilitas, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor yang ketiga yakni
faktor masyarakat, Menurut Slameto (2013:69-72) masyarakat
18
merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar
siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam
masyarakat mulai dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media (
majalah, bioskop dan sebagainya), selanjutnya tema bergaul dalam
masyarakat serta bentuk kehidupan masyarakat, maka perlu kiranya
siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang culkup bijak dari
orangtua dan pendidik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,
seperti faktor tingkat kemampuan kognitif, faktor psikomotorik, dan
afektif, minat, motivasi. Faktor eksternal merupakan yang datang
dari luar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu
faktor lingkungan, faktor intruksional, kurikulum, bahan ajar, metode
penyajian belajar. Meskipun dalam kegiatan belajar mengajar
terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi tentang hasil
belajar dari siswa, faktor media pembelajaran atau intruksional juga
sangat penting, karena media pembelajaran (instruktional) dapat
menyajikan peristiwa yang komplek, rumit, berlangsung sangat cepat
atau lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
c. Keberhasilan Belajar
Keberhasilan atau prestasi belajar didalam Casudi (2011:7)
ditentukan oleh interaksi berbagai faktor. Peranan faktor penentu itu
19
tidak selalu sama dan tetap. Besarnya kontribusi salah satu faktor
akan ditentukan oleh kehadiran faktor lain dan sangat bersifat
situasional, yaitu tidak dapat diprediksikan dengan cermat akibat
keterlibatan faktor lain yang sangat variatif. Penilaian terhadap
prestasi belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi
tersebut guru pembimbing dapat menyusun metode mengajar dan
membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun masing-masing individu.
Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam
sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom didalam Casudi (2011:7) yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah. Tes hasil belajar yang diukur
dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kongnitif saja. Hasil
belajar ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual,
yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah
menempuh tes evaluasi pada pokok bahasan sistem pengapian
konvensional.
20
Hasil belajar ranah kognitif didalam Casudi (2011:7) terdiri dari
6 aspek, yaitu (1) Pengetahuan (knowledge) merupakan jenjang
kemampuan mencakup pengetahuan faktual di samping pengetahuan
hafalan dan ingatan (rumus, batasan, definisi, istilah-istilah). (2)
Pemahaman misalnya menghubungkan grafik dengan kejadian,
menghubungkan dua konsep yang berbeda. (3) Aplikasi adalah
kesanggupan menerapkan dan menggunakan abstraksi yang berupa
ide, rumus, teori ataupun prinsip-prinsip ke dalam situasi baru dan
konkret. (4) Analisis adalah usaha menguraikan suatu situasi atau
keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen
pembentuknya. (5) Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-
unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk yang menyeluruh dan (6)
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan nilai tentang
sesuatu berdasarkan pendapat dan pertimbangan yang dimiliki dan
kriteria yang dipakai dalam hal ini evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana anak didik tersebut berkembang.
Hasil belajar ranah afektif menurut David Karthwahl didalam
Casudi (2011:8) berhubungan dengan sikap, minat, emosi, perhatian,
penghargaan dan pembentukan karakteristik diri. Hasil belajar
afektif tampak dalam siswa dalam tingkah laku, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman serta hubungan sosial. Ranah
afektif terdiri dari 5 aspek, yaitu : (1) Penerimaan yaitu penerimaan
secara pasif terhadap masalah situasi, nilai dan keyakinan, contoh
21
mendengarkan penjelasan dari guru tentang suatu materi. (2) Jawaban
yaitu keinginan dan kesenangan menanggapi/merealisasikan sesuatu,
contoh menyerahkan laporan praktikum tepat waktu. (3) Penilaian
yaitu berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
situasi tertentu, contoh bertanggung jawab terhadap alat-alat
praktikum. (4) Organisasi yaitu konseptualisasi nilai-nilai menjadi
sistem nilai. (5) Karakteristik yaitu keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki siswa yang mempengaruhi kepribadian siswa
tersebut.
Menurut E.J. Simpson dalam Casudi (2011:9) ranah
psikomotorik terdiri dari 5 aspek yaitu : (1) Persepsi yaitu langkah
pertama dalam melakukan kegiatan yang bersiufat motoris ialah
menyadari obyek, sifat atau hubungan-hubungan melalui alat
indera.langkah inilah bagian utama dalam rangkaian-situasi-
interpensi-tindakan yang akan menimbulkan kegiatan motoris. (2) Set
adalah kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk
beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. (3) Respon
terbimbing yaitu inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan
keterampilan motorik yang akan ditekankan ialah kemampuan-
kemampuan yang merupakan bagian dari ketrampilan yang lebih
kompleks.dan perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi
dengan bimbingan individu lain. (4) Respon mekanis yaitu pada ini
siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak sudah
22
terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan
dalam dirinya untuk merespon sesuai dengan jenis-jenis
perangsangan dan situasi yang dihadapi. (5) Respon kompleks yaitu
pada taraf ini individu dapat melakuan perbuatan motoris yang
boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut
sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efesien dan
lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sidikit
mungkin.
Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar ranah
psikomotorik berhubungan dengan keterampilan, kemampuan gerak
dan bertindak. Psikomotorik biasanya diamati pada saat siswa
melakukan praktek. Pencapaian belajar peserta didik
didokumentasikan dalam bentuk buku laporan nilai. Buku laporan
nilai berisi informasi hasil belajar peserta didik yang memberikan
gambaran secara rinci tentang pencapaian kompetensi pada tahap
waktu pembelajaran tertentu.
3. Media Pembelajaran Berbasis Alat Peraga
Media peraga sistem pengapian didalam Casudi (2011:2) adalah
seperangkat media bantu guru dalam memudahkan proses belajar
mengajar sistem pengapian. Media peraga sistem pengapian dikemas
dalam satu paket yang terdiri dari rangkaian komponen-komponen sistem
pengapian konvensional, adapun fungsi media peraga ini adalah : (a)
Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. (b) Untuk menjelaskan
23
materi secara visual, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran
yang disamaikan oleh guru. (c) Interaksi guru dan siswa akan lebih baik.
(d) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan.
Tampilan dari media trainer akan memperjelas sajian ide,
menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan jika tidak divisualkan. Menurut Hasan S didalam Dwi Budi
Rahayu (2012:23) mengemukakan bahwa trainer merupakan suatu set
peralatan di laboratorium yang digunakan sebagai media pendidikan
yang merupakan gabungan antara model kerja dan mock-up. Trainer
ditujukan untuk penunjang pembelajaran peserta didik dalam menerapkan
pengetahuan/konsep yang diperolehnya pada benda nyata. Model mock-
up adalah suatu penyerderhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses
atau sistem yang lebih ruwet. Benda-benda tiga dimensi yang dapat
disentuh dan diraba oleh siswa merupakan aplikasi dari media
trainer. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan obyek maupun
situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan. Pemodelan suatu
benda ataupun alat peraga yang memungkinkan untuk bisa dibuat
dengan biaya yang murah dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan
media dari suatu sistem.
Pengertian media trainer, menurut Khosnevis didalam Dwi Budi
Rahayu (2012:23) bahwa trainer merupakan proses simulasi aplikasi
membangun model dari sistem nyata atau usulan sistem, melakukan
eksperimen dengan model tersebut untuk menjelaskan perilaku sistem,
24
mempelajari kinerja sistem, atau untuk membangun sistem baru sesuai
dengan kinerja yang diinginkan. Sedangkan menurut Anderson didalam
Dwi Budi Rahayu (2012:23), objek yang sesungguhnya atau benda
model yang mirip sekali dengan benda nyatanya akan memberikan
rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari tugas yang
menyangkut keterampilan psikomotorik. Penggunaan media objek dalam
proses belajar secara kognitif untuk mengajarkan pengenalan kembali
dan atau pembedaan akan rangsangan yang relevan, secara afektif
dapat mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan sejak awal
latihan, sedangkan secara psikomotorik, memberikan latihan atau
untuk menguji penampilan dalam menangani alat, perlengkapan dan
materi pekerjaan.
Tiga teknik latihan menggunakan media objek Anderson didalam
Dwi Budi Rahayu (2012:24) yaitu : (1) Latihan simulasi, dalam latihan ini
siswa bekerja dengan model tiruan dari alat, mesin atau bahan lain
yang sebenarnya dalam lingkungan yang meniru situasi kerja nyata. (2)
Latihan menggunakan alat, dalam latihan ini siswa dapat bekerja
dengan alat dan benda yang sebenarnya, tetapi tidak dalam lingkungan
kerja yang nyata. (3) Latihan kerja, dalam latihan ini siswa dapat bekerja
dengan objek-objek kerja yang sebelumnya dalam lingkungan kerja yang
nyata.
25
a. Kelebihan Penggunaan Media Trainer
Menurut Suryani didalam Dwi Budi Rahayu (2012:24) beberapa
kelebihan media trainer sebagai media pembelajaran adalah sebagai
berikut: (1) Tidak semua sistem dapat dipresentasikan dalam model
matematis, simulasi merupakan alternatif yang tepat. (2) Dapat
bereksperimen tanpa adanya resiko pada sistem yang nyata,
dengan simulasi memungkinkan untuk melakukan percobaan terhadap
sistem tanpa harus menangung resiko terhadap sistem yan berjalan. (3)
Simulasi dapat mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu
danmemberikan alternatif desain terbaik sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. (4) Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka
panjang dalam waktu yang relatif singkat. (5) Dapat menggunakan input
data bervariasi. (6) Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam
memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.
(7) Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran dengan menggunakan media trainer ini bisa
menggunakan benda-benda yang ada di sekitar sebagai media
pembelajaran.Media tersebut bisa benda asli maupun benda tiruan atau
miniatur.
b. Kelemahan Penggunaan Media Trainer
Media trainer juga memiliki kelemahan sebagai media pembelajaran,
menurut Suryani didalam Dwi Budi Rahayu (2012:25) yaitu: (1)
Kualitas dan analisis model tergantung pada si pembuat model, (2)
26
Hanya mengestimasi karakteristik sistem berdasarkan masukan tertentu,
(3) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas
hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.
4. Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional
Motor pembakaran dalam (internal combustion engine)
menghasilkan tenaga dengan jalan membakar campuran udara dan bahan
bakar di dalam silinder. Pada motor bensin, pembakarannya dilakukan
dengan menggunakan loncatan bunga api dari busi, sedangkan pada
motor diesel dengan memanfaatkan panas dari proses kompresi.
Sistem pengapian (ignition system) pada kendaraan berfungsi
untuk menaikkan tegangan baterai dari 12 volt menjadi 10.000 volt –
20.000 volt dengan menggunakan ignitin coil. Sistem pengapian adalah
sistem yang digunakan untuk melakukan pembakaran campuran bahan
bakar yang telah dikompresikan. Didalam ruang bakar ketika
campuran bahan bakar yang sudah dikompresi dan memiliki tekanan
tinggi terbakar maka akan timbul daya atau tenaga. Maka daya tersebut
akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan dengan melalui
pemindahan daya.
Gambar 3. Sistem pengapian konvesional
27
1) Komponen Sistem Pengapian Konvensinal
Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen
utama, yaitu : baterai, kunci kontak, koil pengapian (ignition coil),
distributor, platina (contact point), kondensor, centrifugal advancer,
vacuum advancer, kabel tegangan tinggi, dan busi.
a. Baterai
Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai arus
listrik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan sistem
kelistrikan lainnya.
Gambar 4. Baterai
Alat ini menyimpan arus listrik dalam bentuk energi kimia yang
dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem
kelistrikan atau alat yang memerlukannya. Dalam baterai terdapat plat
positif dan plat negatif sebagai terminal baterai. Plat-plat tersebut
biasanya terbuat dari timbal dan timah, maka baterai ini disebut baterai
timah. Ruang dalamnya dibagi menjadi beberapa sel dan dalam masing
masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam didalam larutan
elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik tegangan rendah 12 volt.
Kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa, sedangkan kutub
positif baterai dengan koil pengapian (ignition coil) melalui kunci
28
kontak. Perawatan baterai sangat sederhana, karena baterai yang
sesungguhnya adalah baterai yang telah dirancang dengan perawatan
yang rendah.
b. Kunci Kontak
Kunci kontak dalam sistem pengapian berguna untuk
menghubungkan dan memutuskan arus dari baterai ke terminal positif
ignition coil. Kunci kontak ini mempunyai empat terminal yaitu
terminal B yang dihubungkan dengan baterai, terminal IG yang
dihubungkan dengan sistem pengapian, terminal ST yang dihubungkan
denagn sistem starter, dan terminal ACC dihubungkan dengan accesoris
dan komponen lain pada kendaraan yang memerlukan arus listrik. Pada
posisi ON, arus dari baterai dialirkan ke semua sistem, sedangkan pada
posisi OFF arus akan diputus dari semua sistem termasuk sistem
pengapian.
Gambar 5. Kunci kontak
c. Koil Pengapian (ignition coil)
Koil pengapian (ignition coil) berfungsi untuk menaikkan tegangan
yang berasal dari baterai (12 volt menjadi 10.000 – 20.000 volt) agar
terjadi loncatan bunga api listrik. Ignition coil terdiri dari lilitan atau
29
kumparan, biasa disebut dengan kumparan primer dan kumparan
sekunder.
Gambar 6. Penampang ignition coil
Kumparan primer terbuat dari kawat atau lilitan yang lebih besar,
berfungsi untuk menghasilkan kemagnetan yang tinggi, sedangkan
kumparan sekunder terdiri dari kawat atau lilitan yang lebih kecil dan
lebih banyak, berfungsi untuk menaikkan tegangan induksi dari 12 volt
menjadi 20.000 volt saat terjadi pemutusan arus.
Apabila pada inti besi dililitkan dua buah kumparan yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder, kemudian pada kumparan dialiri arus
listrik, dan arus listrik tersebut diputus, maka tegangan induksi tidak
hanya terjadi pada kumparan primer saja melainkan pada kumparan
sekunder juga terjadi tegangan induksi. Oleh karena itu tegangan
induksi terjadi pada kedua kumparan secara bersama maka peristiwa ini
dikenal dengan induksi bersama.
30
Gambar 7. Hubungan koil pengapian
(ignition coil)
Besarnya tegangan induksi pada kumparan sekunder tergantung dari
besarnya tegangan induksi pada kumparan primer dan perbandingan
gulungan antara kumparan sekunder dengan kumparan primer.
Perbandingan tegangan sebanding dengan perbandingan jumlah lilitan,
apabila jumlah lilitan primer banyak, sedangkan sedangkan jumlah
lilitan sekunder sedikit maka tegangan induksi kecil, sebaliknya apabila
jumlah lilitan primer sedikit sedangkan jumlah lilitan sekunder banyak
maka tegangan induksi besar. Pada koil pengapian dibutuhkan tegangan
induksi yang tinggi sehinga lilitan sekunder pada koil dibuat lebih
banyak dari lilitan primer.
d. Distributor
Distributor berfungsi sebagai penghubung untuk mendistribusikan
arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder
ignition coil ke masing-masing busi. Poros distributor dihubungkan
dengan poros nok mesin jika mesin berputar dua kali maka distributor
baru berputar satu kali. Pada distributor terdapat rotor yang berfungsi
membagikan arus listrik tegangan tinggi ke masing-masing busi melalui
kabel tegangan tinggi. Kabel tegangan tinggi terdapat pada tutup
31
distributor berfungsi untuk mengalirkan tegangan tinggi ke busi untuk
pembakaran. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi secara berkala juga
perlu dilakukan. Hal ini untuk mengetahui hambatan pada kabel dan
juga kebocoran atau kerusakan yang lain. Selain bagian-bagian tersebut
juga ada bagian lain yang perlu diperiksa, termasuk tutup distributor
yang dimungkinkan retak atau pecah. Jika hal ini terjadi maka akan
terjadi kebocoran arus listrik yang bisa membahayakan, seperti contoh
kesetrum jika memegang bagian yang bocor.
Gambar 8. Distributor
32
e. Platina
Platina berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus
primer dengan massa, sehingga terjadi tegangan induksi pada ignition
coil. Platina terdiri dari dua bagian yang dapat dipisahkan yaitu bagian
yang dapat bergerak (contact point) dan bagian yang diam (contact
plate) yang dipasang pada rumah distributor dengan baut.
Gambar 9. Platina
Platina mempunyai sudut dwell, yaitu sudut untuk lama waktu
menutup kontak platina, bila sudut dwell terlalu kecil akan
mengakibatkan pengapian kecil, bila terlalu besar maka koil akan
cepat panas. Besar sudut dwell untuk motor 4 silinder biasanya 52°-
56°. Kontak platina yang rusak dapat mengganggu pengaliran arus
pada koil pengapian, sehingga loncatan bunga api busi akan kecil,
akibatnya tenaga yang dihasilkan akan menurun, konsumsi bahan bakar
menjadi lebih tinggi dan nilai gas bekas yang lebih jelek.
f. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menyerap arus listrik atau
mencegah terjadinya loncatan bunga api pada titik kontak platina
pada saat platina membuka, sehingga tidak terjadi penurunan
33
tegangan sekunder. Di samping itu kondensor juga berfungsi untuk
mempercepat pemutusan arus primer, sehingga tegangan sekunder
menjadi meningkat.
Gambar 10. Kondensor
Pada saat platina membuka, maka kondensor akan menyerap arus
listrik pada platina sehingga tidak akan terjadi percikan bunga api pada
platina. Hal ini akan membuat platina tidak cepat panas dan
mencegah keausan pada platina sehingga pemakaian platina akan
lebih lama. Kapasitas kondensor diukur dalam mikro farad. Pada
kendaraan Toyota, kondensor yang dipergunakan ada tiga macam
yaitu : (1) kondensor dengan kabel warna hijau, kapasitasnya 0,15
mikro farad (2) kondensor dengan kabel warna kuning,
kapasitasnya 0,22 mikro farad (3) kondensor dengan kabel warna
biru, kapasitasnya 0,25 mikro farad.
g. Centrifugal Advancer
Centrifugal advancer berfungsi untuk memajukan saat pangapian
sesuai dengan putaran mesin. Alat ini dipasang pada poros
distributor, dan terdiri dari bobot pengatur (bandul sentrifugal) dan
34
pegas pengembali (governor spring).
Gambar 11. Centrifual governor advancer
Apabila mesin diakselerasi, maka bandul akan mengembang
sehingga akan menggesar nok distributor akibatnya saat pengapian
akan maju. Apabila mesin deselerasi maka bandul akan kembali ke
posisi awal dengan adanya pegas pengembali.
h. Vacuum Advancer
Gambar 12. Vacuum advancer
Vacuum advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian pada
saat beban mesin bertambah. Bagian ini terdiri dari breaker plate
dan vacuum advancer, yang bekerja atas dasar kevakuman yang
terjadi di dalam intake manifold.
35
i. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik
tegangan tinggi dan koil pengapian (ignition coil) ke busi. Kabel
tegangan tinggi harus mampu mengalirkan arus listrik tegangan
tinggi yang dihasilkan di dalam koil pengapian (ignition coil) ke
busi melalui distributor tanpa adanya kebocoran. OIeh sebab itu,
penghantar (core) dibungkus.
Gambar 13. Konstruksi kabel tegangan tinggi
j. Busi (Spark Plug)
Busi berfungsi untuk mengubah energi listrik tegangan tinggi
dari ignition coil menjadi percikan bunga api pada kedua elektroda.
Arups listrik yang melompat akan membakar campuran bahan bakar
dengan udara yang telah dikompresi pada ruang bakar. Busi terdiri
dari rumah logam, insulator dan elektroda yang dicor pada tengah
busi. Rumah logam berfungsi sebagai elektroda negatif, ulir pada rumah
busi berfungsi untuk meningkatkan/mengencangkan busi pada kepala
silinder.
36
Gambar 14. Konstruksi busi
Pada busi terdapat kode abjad dan angka yang menerangkan
karakteristik dan nilai panas busi. Kode tersebut berbeda-beda
tergantung pada pembuatannya, contoh pada NGK semakin besar
nomornya semakin dingin nilai panasnya, sedangkan semakin kecil
nomornya semakin panas. Kerja terbaik busi apabila suhu elektroda
tengahnya berada sekitar 450° - 950° C.
2) Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
a. Saat Platina Menutup
Gambar 15. Saat platina menutup
Maka arus akan mengalir dari baterai ke kunci kontak
kemudian ke positif koil kemudian ke negatif koil, lalu ke platina dan
ke massa. Sehingga pada kumparan primer koil akan timbul
kemagnetan atau garis-garis gaya magnet.
37
b. Saat Platina Membuka
Saat kunci kontak diposisi start, maka mesin akan berputar,
sehingga arus akan mengalir dari baterai ke kunci kontak kemudian ke
positif koil kemudian ke negatif koil, lalu ke platina saat mesin
berputar maka platina yang tadinya menutup akan membuka oleh nok
pada platina, sehingga terjadi pemutusan arus secara tiba-tiba. Hal ini
menyebabkan timbulnya induksi tegangan tinggi pada koil,
tegangan induksi ini kemudian diteruskan ke distributor kemudian
kabel tegangan tinggi kemudian ke busi untuk proses pembakaran.
c. Saat Pengapian
Saat pengapian adalah waktu pada saat busi meloncatkan
bunga api untuk mulai pembakaran. Saat pengapian diukur dalam
satuan derajat poros engkol, saat pengapian sangat berpengaruh sekali
dengan kinerja mesin, terutama dengan besarnya tenaga yang dihasilkan
mesin.
1) Saat Pengapian Terlalu Awal
Mengakibatkan knocking, daya motor berkurang, mesin menjadi
terlalu panas dan menimbulkan kerusakan (pada torak, bantalan,
dan busi). Knocking adalah bahan bakar sudah terbakar sebelum
piston bergerak ke TMA, sehingga terjadi benturan antara piston
yang bergerak ke atas (menuju TMA) dengan tekanan pembakaran
di dalam silinder.
38
2) Saat pengapian tepat
Menghasilkan langkah usaha yang bagus, bahan bakar lebih
ekonomis, dan daya motor maksimum. Akhir pembakaran (tekanan
pembakaran maksimum) berada dekat setelah TMA sehingga tenaga
yang dihasilkan maksimal.
3) Saat Pengapian Terlalu Lambat
Menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis / tekanan
pembakaran maksimum jauh sesudah TMA, daya motor berkurang,
boros bahan bakar. Akhir pembakaran terjadi jauh setelah piston
bergerak ke TMB sehingga tenaga yang dihasilkan kurang maksimal.
Saat pengapian pada umumnya antara 5-10 ⁰ sebelum TMA. Untuk itu,
saat pengapian perlu dilakukan penyetelan agar menghasilkan tenaga
mesin yang optimal. Alat yang digunakan untuk mengetahui waktu
pengapian yaitu timing light dan tacho meter digunakan untuk
mengetahui rpm mesin.
Gambar 16. Timing light
39
Untuk melakukan penyetelan saat pengapian dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Setel putaran stasioner mesin dengan alat ukur tacho meter
sesuai standar pabrik, pada umunya 700-1000 rpm.
b) Pasang timing light, dan lihat saat pengapian pada puli mesin
atau poros engkol dengan lampu timing light.
c) Apabila belum tepat lakukan penyetelan dengan memutar distributor.
Caranya kendorkan baut pengikat distributor, kemudian putar
distributor sampai saat pengapian tepat, tahan dan kencangkan
kembali.
3) Trouble Shooting Pada Sistem Pengapian Konvensional
a. Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional
Salah satu syarat supaya mesin dapat hidup adalah adanya
pengapian yang kuat, apabila ada salah satu komponen pengapian
mengalami gangguan akan menyebabkan terganggunya sistem
pengapian secara keseluruhan, sehingga mesin akan kurang optimal.
40
Tabel 1. Gangguan pada sistem pengapian konvensional
N0 Gangguan Penyebab
1 Platina cepat aus Kondensor yang rusak dapat
menyebabkan platina cepat aus, pada
saat platina membuka bila kondensor
rusak, maka percikan api akan
terjadi pada platina, percikan yang
berlebihan akan menyebabkan platina
menjadi lebih panas dan lama
kelamaan akan aus.
2 Koil cepat panas Celah platina yang terlalu sempit
menyebabkan membukanya platina
terlalu cepat dan sudut dwell terlalu
besar, sehingga arus dari baterai
yang masuk ke koil besar, akibatnya
kumparan primer akan menjadi panas
dan juga menimbulkan indukstansi
diri pada kumparan sekunder pada
koil, sehingga koil cepat panas.
3 Bunga api pengapian kecil Tegangan induksi pada kumparan
primer kecil sehingga menyebabkan
menurunnya kualitas percikan bunga
api, hal ini dikarenakan :
a) Sirkuit ke kumparan primer
ignition coil mengalami kerusakan,
sehingga aliran arus ke kumparan
primer menjadi terganggu.
b) Penyetelan celah platina yang
terlalu rapat akan menyebabkan arus
yang masuk kecil, sehingga pada
putaran tinggi pengapian tidak
mencukupi.
c) Kabel tegangan tinggi mengalami
kebocoran atau rusak.
d) Tegangan baterai yang lemah atau
menurun, sehingga tidak cukup untuk
membangkitkan tegangan pada ignition
coil.
4 Pengapian sukar hidup Pengapian sukar hidup membuat
mesin sulit sekali untuk distart,
penyebab-penyebabnya adalah :
a) Koil pengapian rusak
b) Baterai lemah
c) Platina kotor atau penyetelnya tidak
tepat dan kabel busi rusak/kotor
41
b. Cara Mengatasi Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional
Ada beberapa gangguan ataupun kerusakan yang terjadi pada
sistem pengapian konvensional. Cara mengatasi gangguan atau
kerusakan tersebut juga berbeda-beda pula.
Tabel 2. Cara mengatasi gangguan sistem pengapian konvensional
N0 Gangguan Cara mengatasi
1 Platina cepat aus Platina yang cepat aus disebabkan oleh
kondensor yang rusak, maka untuk
memperbaikinya dengan mengganti
kondensor.
2 Koil cepat panas Menyetel celah platina yang terlalu
sempit mengakibatkan koil cepat
panas, maka lakukan penyetelan
platina sesuai standar kendaraan.
3 Bunga api pengapian kecil Penyebab bunga api pengapian kecil
ada bermacam-macam, untuk
mengatasinya adalah :
a) Memeriksa sirkuit pengapian,
apabila ada yang hubung singkat atau
putus perbaiki.
b) Menyetel celah platina yang terlalu
rapat akan menyebabkan arus yang
masuk kecil.
c) Memeriksa kabel tegangan tinggi,
mungkin rusak untuk mengatasinya
ganti kabel tegangan tinggi.
d) Memeriksa tegangan baterai, bila
kecil maka charge baterai.
4 Pengapian sukar hidup a) Memeriksa koil pengapian, bila
rusak ganti koil.
b) Memeriksa tegangan baterai, bila
kecil maka charge baterai.
c) Melakukan pemeriksaan platina,
bila penyetelannya tidak tepat maka
lakukan penyetelan.
d) Memeriksa kabel tegangan tinggi,
mungkin rusak, untuk mengatasinya
ganti kabel tegangan tinggi.
42
B. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
Penelitian oleh Anton Mujahid (2014) yang berjudul “Pengembangan media
pembelajaran alat peraga pada sistem starter mobil untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di smk cipta karya prembun” menunjukkan terdapat selisih
antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang menggunakan media
pembelajaran dengan nilai rata-rata kelas kontrol 70,25 dan nilai rata-rata
kelas eksperimen 79,25, selisih keduanya sebesar 9 dan juga hasil nilai rata-
rata kelas eksperimen sudah diatas KKM.
C. Kerangka Berpikir
Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung
jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk membina
para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan
suatu kegiatan instruksional diklat atau kegiatan pembelajaran akan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat merencanakan program
pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,
menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan instruksional diklat,
menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan
mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak
terlepas dari media bantu mengajar yang digunakan oleh seorang guru. Pada
penelitian ini akan dibuat pengembangan media pembelajaran berupa trainer
sistem pengapian konvensional untuk kompetensi sistem pengapian pada
jurusan teknik kendaraan ringan. Berdasarkan latar belakang yang sudah
43
diuraikan sebelumnya kemudian ide untuk mengembangkan media
pembelajaran muncul. Berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka
berfikir penelitian ini :
Gambar 17. Kerangka berpikir peneliti
Pengembangan media pembelajaran
Latar Belakang
Identifikasi masalah
Ide mengembangkan media
pembelajaran
Trainer pembelajaran yang sudah
dikembangkan
Tahap pra produksi
Tahap produksi
Alat dan bahan
Validasi dan revisi
Uji kelayakan
Trainer pembelajaran yang layak
untuk digunakan
44
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpulkan.
Karena bersifat sementara, maka jawaban tersebut bisa benar dan bisa salah.
Dianggap benar bila sesuai dengan kenyataan yang ada atau yang didapat dari
hasil penelitian, sedangkan dianggap salah bila tidak sesuai dengan kenyataan
yang diperoleh dari hasil penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan
dapat dirumuskan bahwa hipotesisnya adalah terjadi peningkatan hasil belajar
pada mata pelajaran sistem pengapian otomotif yang disini sistem pengapian
konvensional setelah menggunakan media peraga sistem pengapian pada
siswa TKR SMK N 1 Sapuran Wonosobo.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian pendidikan yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian dan pengembangan atau research and
development, karena menurut Sugiyono (2012:407) adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut. Penelitian pendidikan disini untuk menghasilkan produk
berupa trainer, dan menguji keefektifan trainer tersebut dengan pengembangan
media pembelajaran sistem pengapian untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo.
Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 18. Langkah-langkah penggunaan Metode R&D
Potensi &
Masalah
Pengumpulan
Data
Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi
Produk
Ujicoba
Produk
Revisi
Desain
Pemakaian
Produk
46
1. Potensi dan Masalah
Peneltian ini dilaksanakan dari adanya potensi dan masalah. Menurut
Sugiyono (2012:409) Potensi adalah mendayagunakan segala sesuatu agar
memiliki suatu nilai tambah suatu produk yang diteliti. Sedangkan masalah
yang terdapat didalam penelitian ini adalah belum adanya media
pembelajaran sistem pengapian yang interakif untuk mendukung
meningkatnya hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang ada masih
berupa presentasi-presentasi dalam ceramah dan masih lemah didalam segi
interaktifitas. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan proses
pendidikan lebih berkualitas dengan hasil yang optimal.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan informasi dilakukan guna mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam pengembangan sehingga peneliti dapat menentuakan
pengembangan yang terdapat dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Ada
dua cara yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data, yaitu angket dan
tes.
3. Desain produk
Desain yang digunakan dalam penelitian tentang meditasi ini
menggunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development/
R&D). Produk pengembangan media dapat dikatakan sebagai media
pembelajaran apabila media tersebut dirancang berdasar tujuan-tujuan
pendidikan tertentu sehingga keberadaannya merupakan bagian integral dari
sistim pendidikan. Pengembangan media/bahan pendidikan merupakan
47
proses penterjemahan spesifikasi desain pembelajaran menjadi wujud fisik
berupa media yang tersaji dalam satu atau beberapa media.
4. Validasi Desain
Validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk yang akan dihasilkan sesuai dengan harapan yakni lebih efektif
dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
tahapan ini, peneliti yang telah mendesain produk belum mengetahui apakah
desain produk tersebut dapat diterapkan dalam kelompok pembelajaran atau
tidak. Oleh karena itu diperlukan validasi guna menilai desain produk yang
telah dihasilkan.
Pada penelitian ini validasi terbagi menjadi dua macam yakni
validasi ahli materi dan validasi ahli media. Validasi ahli media ini
bertujuan untuk mendapatkan masukan atau saran dari pakar media
pembelajaran mengenai kelayakan media tersebut. Validasi ahli materi ini
bertujuan untuk mendapatkan masukan atau saran dari ahli materi mengenai
kesesuaian materi pada media pembelajaran dengan silabus acuan dan
kekurangan atau kesalahan materi dalam media. Validasi tersebut dilakukan
dengan meminta pertimbangan dari 1 ahli media yaitu dosen Pendidikan
teknik otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo dan 1ahli materi
yaitu dosen Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah
Purworejo untuk menilai kelayakan produk mengisi lembar validasi yang
telah disediakan.
48
5. Revisi Desain
Tahap perbaikan desain dilakukan apabila para ahli telah menilai
kelemahan-kelemahan dari produk yang dihasilkan. Apabila produk yang
dihasilkan masih terdapat kelemahan maka peneliti harus melakukan
perbaikan.
6. Uji Coba Produk
Pada dasarnya kegiatan uji coba produk pengembangan dilaksanakan
sebagai langkah evaluasi formatif yang terdiri atas uji coba ahli materi, uji
coba ahli media pembelajaran dan uji coba kelompok kecil. Hal ini
dilakukan karena pada dasarnya produk yang telah diperbaiki tidak dapat
langsung digunakan namun perlu adanya uji coba terhadap beberapa
kelompok untuk memastikan hasil yang akan dicapai.
7. Revisi Produk
Pada tahapan ini revisi dilakukan setelah produk awal media
pembelajaran diajukan/uji coba kepada ahli media dan ahli materi serta
kelompok kecil (tanggaan siswa). Dengan mempelajari kelemahan pada
produk yang dihasilkan maka peneliti akan melakukan revisi produk,
dengan cara mengumpulkan data dari peserta yang diuji coba.
8. Uji Coba Penerapan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang telah melewati beberapa kali pengujian
serta revisi dan sudah dinyatakan layak sehingga metode baru tersebut dapat
diberlakukan pada kelas penelitian dalam pembelajaran sistem pengapian
konvensional.
49
B. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:117) Bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel menurut Sugiyono
(2012:118) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut dan apa yang dipelajari dari sampel tersebut dapat
diperlakukan untuk populasi, oleh karenanya sampel yang diambil bersifat
representative atau mewakili. Populasi dalam penelitian ini adalah SMK Negeri
1 Sapuran Wonosobo dan sampelnya merupakan siswa kelas XI Teknik
kendaraan ringan dengan komposisi XI TKR I berjumlah 29 siswa dan kelas XI
TKR II berjumlah 24 siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner (Angket)
Didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:32) Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Berikut merupakan
angket kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli media dan tenaga ahli materi serta
angket kisi-kisi instrument tanggapan siswa :
50
Tabel 3. Kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli materi
No Aspek Penilaian Indikator Jumlah
Butir
1 Kesesuaian diagram
rangkaian
Diagram rangkaian alat
peraga dengan gambar
diagram sistem pengapian
sesuai
1
2 Kinerja Alat Alat bekerja dengan baik 1
3 Kesesuaian petunjuk
peragaan kerusakan dengan
konsep
Peragaan baterai lemah/kuat
Peragaan Coil rusak/mati
Peragaan Distributor
benar/rusak
Peragaan Busi benar/rusak
Peragaan kunci kontak
benar/rusak
Peragaan Kabel busi
benar/rusak(putus)
1
1
1
1
1
1
Jumlah 8
Tabel 4. Kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli media
No Aspek Penilaian Indikator Jumlah
Butir
1 Tampilan Desain Menarik
Warna Cocok
Letak Komponen Sesuai
1
1
1
2 Ukuran Praktis 1
3 Penggunaan Alat Mudah digunakan
Nyaman digunakan
1
1
Jumlah 6
Tabel 5. Kisi-kisi instrument tanggapan siswa
No Aspek Penilaian Indikator Jumlah
Butir
1 Daya Tarik Bentuk desain menarik
Senang belajar dengan alat
peraga
Penggunaan warna
menarik
1
1
1
2 Manfaat Produk Memotivasi belajar siswa
Memudahkan siswa
memahami materi
1
1
3 Kemudahan Penggunaan alat peraga
untuk diagnosis
1
Jumlah 6
51
2. Tes
Metode tes yang digunakan adalah tes tertulis. Menurut Nana Sudjana
didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:34), tes adalah alat ukur yang diberikan
individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara
tertulis, secara lisan atau secara perbuatan. Metode tes digunakan untuk
memperoleh hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran
menggunakan trainer.
Tabel 6. Kisi-kisi tes
No Aspek Penilaian Indikator Jumlah
Butir
1 Pengertian sistem pengapian Sistem pengapian
konvensional
2
2 Menjelaskan nama
komponen dan fungsinya
pada sistem pengapian
konvensional
- baterai
- koil
- distributor
- kondensor
- kabel tegangan tinggi
-busi
14
3 Menjelaskan cara kerja
sistem pengapian
konvensional
- Pada kunci kontak
3
4 Trouble shooting pada sistem
pengapian konvensional
- Trouble shooting pada
platina
- Trouble shooting pada
koil
- Trouble shooting pada
busi
- Bunga api pengapian
kecil
- Pengapian sukar hidup
11
Jumlah 30
52
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini ada tiga yaitu lembar tes dan angket.
1. Lembar Kuesioner (Angket)
Data pengembangan media pembelajaran ini menggunakan instrumen
berbentuk angket. Angket digunakan untuk mengukur kefektifan media yang
dikembangkan. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data dari ahli
media, ahli materi dan siswa.
2. Instrumen Tes
Menurut Arikunto didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:34) tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam menggunaan metode tes, peneliti
menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari 30
butir tes (item).
E. Uji Validitas dan Reabilitas
a. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211) Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas rendah,. Peneliti menguji
kuesioner menggunakan rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang
dapat dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product
moment Suharsimi Arikunto (2005: 72) sebagai berikut :
53
𝑟𝑋𝑌 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2
}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2
}
rxy = Koefisien korelasi
𝛮 = Jumlah subjek
Σ𝑥𝑦 = Jumlah perkalian skor item dengan skor total item
Σ𝑥 = Jumlah skor tiap item
Σ𝑦 = Jumlah skor total item
Σ𝑥2 = Jumlah skor item kuadrat
Σ𝑦2 = Jumlah skor total skala kuadrat
Menurut Ngalim Purwanto didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:36),
validitas suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien (r). Kriteria
korelasi koefisien sebagai berikut: 0,00 – 0,20 sangat rendah (hampir tidak ada
kolerasi). Suatu tes dikatakan valid jika memiliki kriteria penafsiran korelasi
cukup sampai dengan kriteria penafsiran tinggi.
Tabel 7. Korelasi koofisien
Nilai rxy Korelasi
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Hampir tidak ada korelasi
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Korelasi rendah
Antara 0,40 sampai dengan 0,70 Korelasi cukup
Antara 0,70 sampai dengan 0,90 Korelasi tinggi
Antara 0,90 sampai dengan 1,00 Korelasi sangat tinggi
Berdasarkan tabel nilai rxy, suatu instrumen diterima jika nilai
rxy adalah 0,40 < rxy ≤ 1,00. Uji validitas menunjukkan hasil perhitungan
dengan angka sebesar rxy = 0,90. Berdasarkan interval tersebut, maka
angka sebesar 0,90 telah dinyatakan bahwa instrumen diterima dengan korelasi
tinggi.
54
b. Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2010: 221) reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.
Dalam penelitian ini rumus reliabilitas yang digunakan adalah K-R 20
menurut Suharsimi Arikunto (2010: 231)
2
2
111 s
pqs
k
kr
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
P = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
Q = proporsi subyek yang menjawab iten dengan benar (q =1 – p)
∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
K = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Tabel 8. Tingkat reliabilitas instrument
Nilai r11 Kategori
r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,20 < 𝑟11 ≤ 0,20 Reliabilitas rendah
0,40 < 𝑟11 ≤ 0,70 Reliabilitas sedang
0,70 < 𝑟11 ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90 < 𝑟11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan tabel nilai r11, suatu instrumen diterima jika tingkat
reliabilitasnya adalah 0,40 < r11 ≤ 1,00. Uji reliabilitas menunjukkan hasil
perhitungan dengan angka sebesar r11 = 1,00. Sehingga hasil uji reliabilitas
menyatakan bahwa instrumen reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.
55
F. Teknik Analisis Data
Kriteria evaluasi penilaian menurut Nana Sudjana (1990:45). Apabila
hasil yang diperoleh dari uji coba mencapai skor 60% maka produk
media pembelajaran yang dibuat dapat dikembangkan lebih lanjut dan
media pembelajaran ini bisa dimanfaatklan sebagai media instruksional
dalam kegiatan pembelajaran. Dan dalam menghitung data setiap item angket,
pengembang menentukan penilaian yaitu jika jawaban a maka skor yang
diperoleh 4, jika jawaban b skor yang diperoleh 3, jika jawaban c skor yang
diperoleh 2, dan jika jawaban d skor yang diperoleh 1.
Untuk menentukan kesimpulan hasil yang telah dicapai maka
ditetapkan kriteria sebagai berikut :
Tabel 9. Kriteria validasi media
Kriteria
Interpretasi Persentase Kriteria
A
B
C
D
80% - 100%
60% - 79%
50% - 59%
< 50%
Valid
Cukup valid
Kurang valid / Revisi
Tidak valid / Diganti
Keterangan:
1. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria A (80% - 100%) maka
media tersebut masuk dalam kriteria valid, dan layak digunakan
untuk pembelajaran di kelas.
56
2. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria B (60% - 79%) maka
media tersebut masuk dalam kriteria cukup valid, dan layak
digunakan untuk pembelajaran di kelas.
3. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria C (50% - 59%) maka
media tersebut masuk dalam kriteria kurang valid, dan media tersebut
harus direvisi dan tidak layak digunakan untuk pembelajaran di kelas.
4. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria D (< 50%) maka media tersebut
masuk dalam kriteria tidak valid, dan media tersebut harus diganti.
Sedangkan rumus yang digunakan dalam teknik analisis data ada dua :
a) Rumus untuk mengolah data tanggapan ahli media, ahli materi, dan
audiens atau siswa
𝑟𝑋𝑌 =𝑛. ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋. ∑𝑌
√(𝑛∑𝑋2 − (∑𝑋)2)𝑥 (𝑛. ∑𝑌2 − (∑𝑌)2)
Keterangan :
Prxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan (x = X - X̅dan y = Y - Y̅)
∑xy : jumlah perkalian x dan y
x2 : jumlah kuadrat x
y2 : jumlah kuadrat y
b) Rumus untuk mengolah data kelas kontrol dan kelas eksperimen
menggunakan rumus :
t = 𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅
√(𝑛1−1)𝑆1
2+ (𝑛2+1)𝑆12
𝑛1+ 𝑛2 − 2(
1
𝑛1+
1
𝑛2)
57
Keterangan :
𝑥1= rata-rata kelompok eksperimen
𝑥1= rata-rata kelompok kontrol
𝑆12= varians kelompok eksperimen
𝑆22= varians kelompok kontrol
𝑛1= jumlah subyek kelompok eksperimen
𝑛2= jumlah subyek kelompok kontrol
Ho = tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol
Kriteria uji :
Ho diterima jika –ttab < thitung< ttabel
Ho ditolak jika thitung≤ –ttabel atau thitung≥ ttabel
Rumus ini digunakan untuk mengetahui rata-rata nilai kelas kontrol
yang menggunakan metode ceramah dan kelas eksperimen yang menggunakan
media pembelajaran. Apakah ada perbedaan nilai terhadap kelas yang
tidak menggunakan media pembelajaran dan kelas yang menggunakan
media pembelajaran.
G. Hasil Belajar
Indikator hasil belajar siswa yang akan di jadikan acuan atau tolak ukur
dalam menentukan keberhasilan penelitian ini apabila rata-rata hasil belajar
siswa didalam kelas (eksperimen) mendapatkan skor 75% atau dengan tingkat
penguasaan rata-rata cukup yang berarti rata-rata siswa dalam mengerjakan
soal tes mendapat nilai minimal standar KKM sekolah yakni 75. Didalam hal
ini peneliti menggunakan rumus tingkat penguasaan yang diadopsi dari
Djemari Mardapi (2008 : 64).
58
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Jawaban Benar
Jumlah SoalX 100
Tabel 10. Arti tingkat penguasaan yang dicapai
Kriteria
Interpretasi Persentase Kriteria
A
B
C
D
90% - 100%
80% - 89%
70% - 79%
< 70%
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang dihasilkan dari penelitian ini diperoleh dari data validasi para
ahli, data uji coba kelompok kecil, data kelas eksperimen dan data kelas
kontrol. Data hasil validasi ahli merupakan data awal yang dijadikan pedoman
dalam melakukan penelitian sampai kepada tahap implementasi produk
penelitian dilapangan (sekolah), karena dalam tahap validasi ahli akan terukur
kelayakan daripada instrumen penelitian yang akan digunakan. Validasi ahli
sendiri terbagi menjadi dua, yakni validasi ahli materi dan validasi ahli media.
1. Data Validasi Ahli
Validasi ahli materi dilakukan untuk memperoleh masukan materi yang
akan dikembangkan. Validator ahli materi dilakukan oleh Widiyatmoko
M.Pd, pada tahapan ini instrumen berupa materi mulai dari perangkat
pembelajaran sampai kepada instrumen tes berupa angket yang akan
digunakan dilihat dan direvisi oleh peneliti sesuai dengan arahan dari ahli
materi. Validasi materi disetujui pada tanggal 23 Juni 2016.
Validasi ahli media dilakukan untuk memperoleh masukan media yang
dikembangkan, dimana media pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian di uji dan dinilai terlebih dahulu agar nantinya dalam penelitian
dilapangan atau sekolah mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan
peneliti. Validator ahli media dilakukan oleh Arif Susanto M.Pd, media
yang digunakan dalam validasi ahli media adalah video atau multimedia
60
dengan hasil penilaian 95,83 % atau masuk dalam kriteria interpretasi A
atau kriteria valid, Validasi sendiri disetujui pada tanggal 27 juni 2016.
2. Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa
Uji coba terbatas dan Tanggapan Siswa dilakukan untuk memperoleh
penilaian berupa tanggapan dari beberapa siswa terkait dengan media
pembelajaran yang akan digunakan, tanggapan tersebut dijadikan acuan
untuk merevisi media pembelajaran sebelum di uji cobakan kepada tahap
yang lebih luas.
Uji coba terbatas dilakukan pada tanggal 1 agustus 2016 di SMK N 1
Sapuran Wonosobo yang diikuti oleh 20 siswa dari jurusan Teknik
Kendaraan Ringan. Didalam melakukan uji coba trainer menggunakan
sebuah angket untuk melakukan penilaian, dilanjutkan dengan uji coba
terhadap instrumen tes yang nantinya akan digunakan didalam penelitian
pada kelas eksperimen (XI TKR I) dengan 29 siswa dan kelas kontrol (XI
TKR II) dengan 24 siswa. Dari uji coba angket tanggapan siswa diperoleh
nilai rata-rata 72,708% atau dalam kategori cukup valid dan uji coba
instrument tes dengan nilai rata-rata 60,1667 %.
3. Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a. Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas pada kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas
kontrol (XI TKR II), menggunakan uji Lilliefors dengan rumus Lhitung = Maks
|F(Zi) – S(Zi)| dan F(Zi) = P(Z ≤ Zi ) serta S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zt
61
terhadap seluruh cacah Z dan tingkat signifikansi = 0.05 diketahui data
berdistibusi normal.
b. Uji Homogenitas
Berdasarkan uji homogenitas pada kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas
kontrol (XI TKR II) menggunakan uji Bartlett dengan rumus 𝑥2 = ln
10(log 𝑠2 − ∑(𝑠𝑖2 − 1) log 𝑠1
2 − 1) dan tingkat signifikansi = 0.05
diketahui sampel berasal dari populasi yang homogen.
c. Uji t
Berdasarkan uji hipotesis mengunaka uji t dengan rumus :
t=𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅
√(𝑛1−1)𝑆1
2+ (𝑛2+1)𝑆12
𝑛1+ 𝑛2 − 2(
1
𝑛1+
1
𝑛2)
Dihasilkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 2,824 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,021 pada taraf signifikansi
= 0.05, dengan arti Ha diterima.
B. Analisis Data
1. Pembuatan Media Pembelajaran
a. Pembuatan Konsep Media
Dalam hal ini, konsep media dari materi sistem pengapian konvensional
yang akan dibuat bertujuan :
1) Memberikan pengertian/gambaran secara umum sistem pengapian
konvensional kepada siswa.
2) Siswa dapat mengidentifikasi komponen dan menjelaskan fungsi
sistem pengapian konvensional.
3) Siswa dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional.
4) Siswa mampu mengidentifikasi trouble shooting sistem pengapian
konvensional.
62
b. Perancangan Media Pembelajaran
Gambar 19. Tampilan depan bagian isi materi
Gambar 20. Tampilan keseluruhan media pembelajaran
63
2. Hasil Analisis Data Ahli
Ahli materi menghendaki angket tes berupa soal dilengkapi dengan
indikator butir soalnya, dengan demikian indikator butir soal dapat dilihat
pada lampiran skripsi ini. Sedangkan ahli media telah memberikan penilaian
terhadap media pembelajaran dengan hasil nilai 95,83 %, dengan demikian
media bisa dilanjutkan ketahap penelitian berikutnya.
3. Hasil Analisis Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa
Uji coba angket tanggapan siswa terkait media pembelajaran
menggunakan 3 indikator dan 6 pernyataan, hasil validitas menggunakan
rumus 𝑌𝑝𝑏𝑖 diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,444 serta diperoleh nilai reliabilitas sebesar
𝑟11 = 0,67031 dengan atau kategori reliabilitas tinggi, pernyataan dinyatakan
valid apabila 𝑟pbis > 𝑟tabel dengan taraf signifikan 5%, dari hasil tersebut
alat peraga bisa dipakai untuk penelitian yang lebih luas. Uji coba instrumen
tes (soal) dihasilkan data sebagai berikut :
a. Tingkat Kesukaran
Terkait klasifikasi yang dihasilkan dari masing-masing soal, tergantung
dari sejauh mana siswa dalam memahami materi selama proses
pembelajaran disekolah, dari jumlah soal sebanyak 30, dapat di klasifikasi
dari masing-masing soal sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil klasifikasi tingkat kesukaran soal
Kategori Nomor Soal
Mudah 4, 6,7,16,23,26 dan 29
Sedang 1,2,3,5,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,22,24,25,2
7,28 dan 30
Sukar 0
64
Dalam melakukan perhitungan instrument tes, Soal dibagi dalam 3
klasifikasi yakni Mudah jika 0,00 < TK < 0,30, Sedang jika 0,70 ≤ TK ≤
1,00 dan Sukar jika 0,30 ≤ TK ≤ 0,70. Untuk menghitung derajat
kesukaran digunakan rumus :
𝑃 𝐵
𝐽𝑠
Dimana : P : Derajat Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Untuk soal Nomor 1
B : 11
Js : 20
𝑃 𝐵
𝐽𝑠
𝑃 11
20
P = 0,55 Tingkat kesukaran pada nomor 1 adalah sedang. Untuk
butir soal lainnya dihitung dengan cara yang sama dan data dilihat
dilampiran analisis soal.
Gambar 21. Grafik tingkat kesukaran soal
0%
77%
23%
TINGKAT KESUKARAN SOAL
sukar sedang mudah
65
b. Daya Pembeda
Hasil perhitungan daya pembeda dari instrumen soal didapatkan soal
dengan kriteria jelek sebanyak 9 soal, cukup sebanyak 20 soal, baik
sebanyak 1 soal dan baik sekali sebanyak 0 soal, untuk penyebarannya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 22. Grafik kategori daya pembeda soal
Tabel 12. Kategori daya pembeda soal
Kategori Nomor Soal
Jelek 6,7,10,13,18,22,23,24 dan 25
Cukup 1,2,3,4,5,8,9,11,14,15,16,17,19,20,21,26,27,28,29 dan
30
Baik 12
Baik Sekali 0
Suatu soal dikatakan jelek apabila memiliki daya pembeda 0,00 < D <
0,40, Baik jika 0,70 ≤ D ≤ 1,00 dan baik sekali jika 0,40 ≤ D ≤ 0,70.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
𝐷 𝐵𝑎
𝐽𝑎 −
𝐵𝑏
𝐽𝑏
Baik Sekali
0%
Baik3%
Cukup67%
Jelek30%
66
Dimana : D : Daya Pembeda
Ja : Banyaknya peserta kelompok atas
Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah
Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal dengan benar
Untuk soal nomor 1
Ba : 7
Bb : 4
Ja : 10
Jb : 10
𝐷 𝐵𝑎
𝐽𝑎 −
𝐵𝑏
𝐽𝑏
𝐷 7
10 −
4
10
3
10= 0,3
Untuk hasil perhitungan daya pembeda dari butir soal dapat dilihat
dilampiran analisis soal.
c. Validitas
Didalam penelitian ini digunakan rumus validitas point biserial atau
𝑌𝑝𝑏𝑖𝑠 yakni :
𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 =𝑀𝑝 − 𝑀𝑡
𝑆𝑡√
𝑝
𝑞
Dari hasil perhitungan 30 soal diperoleh 25 soal yang valid dan 5 soal
yang tidak valid, secara detail dapat dijelaskan dengan tabel berikut :
67
Tabel 13. Hasil validitas soal
Kategori Nomor Soal
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19,20,21,24,2
6,27,28,29 dan 30
Tidak valid 10, 13, 22, 23 dan 25
Gambar 22. Grafik validitas soal
Sedangkan hasil perhitungan diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,444. Soal dinyatakan
valid apabila 𝑟pbis > 𝑟tabel dengan taraf signifikan 5%. Untuk detail
perhitungan validitas tiap soal dapat dilihat dilampiran analisis soal. Soal
yang valid akan dipakai dalam penelitian tingkat selanjutnya dan soal yang
tidak valid tidak digunakan dalam penelitian berikutnya.
Validitas soal nomor 1 adalah
Mp : 24,3333
Mt : 18,5
St : 4,61662
𝑝
𝑞 = 1,22222
83%
17%
Validitas Soal
Valid Tidak Valid
68
Jawab :
𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 =24,3333 − 18,5
4,61662√1,22222
𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 = 1,50467
Dari perhitungan tersebut didapatkan validitas 1,50467 sedangkan dari
table 0,444 dengan demikian soal dikatakan valid karena 𝑟pbis >
𝑟tabel Untuk butir soal lainnya dihitung dengan cara yang sama dan data
dilihat dilampiran analisis soal.
d. Reliabilitas
Dalam penelitian ini analisis reliabilitas soal uji coba menggunakan rumus
K-R 20 diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,7058 dengan kategori
reliabilitas tinggi, secara detail dapat dilihat sebagai berikut :
r11 = (k
k − 1) (
s² Σpq
s²)
Diketahui :
k = 20
s² = 21,313
Σpq = 7,0225
Jawab :
r11 = (20
20 − 1) (
21,313 − 7,0225
21,313)
r11 = (20
19) (
14,2905
21,313)
r11 = 1,0526 . 0,6705
r11 = 0,7058 ( Reliabilitas Tinggi )
69
4. Hasil Analisis Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah melalui pengujian yang dilakukan oleh para ahli sistem
pengapian, disimpulkan bahwa media peraga sistem pengapian konvensional
yang akan digunakan untuk penelitian ini valid dan layak digunakan sebagai
media pembelajaran dan dapat digunakan untuk penelitian di sekolah.
a. Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas pada penelitian kelas eksperimen (XI TKR I)
dan kelas kontrol (XI TKR II) menggunakan uji Lilliefors dengan rumus
Lhitung = Maks |F(Zi) – S(Zi)|, dengan F(Zi) = P(Z ≤ Zi ) dan S(Zi) =
proporsi cacah Z ≤ Zt terhadap seluruh cacah Z dan tingkat signifikansi =
0.05 diketahui data berdistribusi normal.
Tabel 14. Hasil pretest uji normalitas
No Kategori Lhitung N Ltabel Keputusan Uji Ket
1. Kelas
eksperimen
0,0226 29 0,161 H0 diterima Normal
2. Kelas kontrol 0,1142 24 0,176 H0 diterima Normal
Tabel 15. Hasil postest uji normalitas
No Kategori Lhitung N Ltabel Keputusan Uji Ket
1. Kelas
eksperimen
0,1084 29 0,161 H0 diterima Normal
2. Kelas kontrol 0,1047 24 0,176 H0 diterima Normal
b. Uji Homogenitas
Dari hasil perhitungan dengan 𝐷𝐾 = {𝑋2|𝑋2 > 𝑋0,05;𝑘−12 = 5,991},
menunjukkan harga statistik sebagai berikut :
70
Tabel 16. Hasil uji homogenitas
No Kategori 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 N 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Keputusan
Uji
Ket
1. pretest 2,2577 53 5,991 H0 diterima Homogen
2. postest 2,4857 53 5,991 H0 diterima Homogen
Karena 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka H0 diterima. Hal ini menunjukan bahwa
sampel tersebut homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
dilampiran.
c. Uji t
Dari perhitungan tersebut dihasilkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 2,824 dengan
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,021 pada taraf signifikansi = 0.05. Berdasarkan hasil tersebut
diketahui 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑎 diterima, dengan kata lain ada perbedaan
hasil belajar antara penelitian kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas
kontrol (XI TKR II).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan yang telah disebutkan maka pembahasan akan
menekankan pada point-point permasalahan yang dibahas satu persatu dengan
melihat pada data yang telah diperoleh. Berikut ini pembahasan dari masing-
masing permasalahan :
1. Pengujian Kelayakan Media Pembelajaran
a. Ahli Materi dan Media
Hasil penilaian oleh ahli materi ditinjau dari perangkat pembelajaran
sampai kepada instrumen yang akan digunakan, dari hasil tersebut ahli
materi menilai bahwa materi layak digunakan dan instrument untuk segera
71
di uji cobakan. Hasil penilaian oleh ahli multimedia ditinjau dari aspek
tampilan, aspek ukuran dan aspek pengunaan alat yang secara keseluruhan
penilaian dari ahli materi terhadap media pembelajaran dengan trainer
pada mata pelajaran sistem pengapian otomotif sebesar 95,8%.
b. Pengujian Terbatas
Dalam melaukkan uji coba terbatas terhadap media pembelajaran dan
terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, didapatkan
bahwa media yang akan digunakan layak untuk digunakan dalam
penelitian selanjutnya dinilai dari daya tarik, manfaat dan kemudahan
dalam pengoperasian media pembelajaran dengan hasil 72,708 %. Terkait
dengan uji coba terbatas terhadap instrument soal dihasilkan nilai derajat
kesukaran denan kriteria soal mudah sebanyak 7 soal dan kriteria sedang
sebanyak 23 soal, kemudian instrument soal dihasilkan nilai daya bedanya
dengan kriteria jelek sebanyak 9 soal, cukup sebanyak 20 soal, baik
sebanyak 1 soal, selain itu hasil uji kevalidan instrumen soal mendapatkan
hasil 25 soal dalam kriteria valid dan 5 soal dengan kriteria invalid serta
nilai reliabiitas tinggi, untuk itu instrumen soal layak untuk digunakan
dalam penelitian selanjutnya dengan hanya memakai 25 soal yang valid.
2. Penerapan media pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan dalam rangka uji coba media
pembelajaran dengan trainer ini dilakukan dengan model eksperimen, yaitu
membandingkan hasil belajar penelitian kelas eksperimen (XI TKR I) dengan
29 siswa dan kelas kontrol (XI TKR II) dengan 24 siswa. Pembelajaran pada
72
kelas kontrol dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
Media pembelajaran yang digunakanadalah papan tulis dan handout materi
sistem pengapian. Pembelajaran pada kelas eksperimen (XI TKR I) pada
dasarnya sama dengan pembelajaran pada kelas kelas kontrol (XI TKR II),
akan tetapi media utama yang digunakan adalah trainer sistem pengapian
konvensional hasil pengembangan, sedangkan papan tulis sebagai media
pendukungnya. Soal pretest dan posttest yang diberikan untuk kelas kontrol
(XI TKR II) dan kelas eksperimen (XI TKR I) juga sama. Hal ini dilakukan
agar benar-benar dapat mengukur perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
yang menggunakan media pembelajaran trainer dan kelas yang tidak
menggunakan media pembelajaran trainer.
Untuk penilaiannya sendiri meliputi penilaian normalitas dengan hasil
data berdistribusi normal, penilaian homogenitas dengan hasil sampel
homogen dan penilaian uji t engan hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝐻𝑎 diterima,
sedangkan untuk nilai rata-rata posttest kelas kontrol (XI TKR II) dengan 24
siswa yaitu 71,66 dan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen (XI TKR I)
dengan 29 siswa yaitu 76,96, dengan demikian peningkatan rata-rata nilai
yang terjadi lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas
kontrol, dengan selisih antar keduanya sebesar 5,3, Sehingga dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran dengan trainer untuk mata pelajaran
sistem pengapian otomotif/konvenional efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
73
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada rumusan masalah di BAB I, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional di SMK Negeri 1
Sapuran Wonosobo dimulai dari tahap observasi, dari tahapan ini dihasilkan
nilai rata-rata kelas hasil belajar sistem pengapian konvensional dibawah
nilai ketuntasan minimal (KKM). Belum tuntasnya hasil belajar tersebut
terkait beberapa faktor, salah satu faktornya adalah minimnya media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Dari hasil data observasi
tersebut kemudian dilakukan langkah berupa pembuatan alat peraga sistem
pengapian konvensional dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, langkah pembuatan media tersebut dimulai dari : (1) perencanaan,
disini sketsa alat yang akan dihasilkan ditentukan terlebih dahulu, (2)
penyediaan bahan, pada fase ini bahan yang dibutuhkan dilengkapi sesuai
dengan konsep sketsa atau perencanaan, (3) pembuatan media, (4) uji
kelayakan alat dengan uji terbatas melalui penggalian tanggapan siswa
terkait alat tersebut, (5) revisi tahap I, (6) uji validasi ahli media, (7) revisi
tahap 2, (8) implementasi, dimana alat yang telah dihasilkan siap untuk
digunakan didalam penelitian.
74
2. Hambatan didalam pembuatan media pembelajaran sistem pengapian
konvensional yakni penghubung atau belt antara penggerak dengan
distributor merupakan karet dan rentan kendur/putus, sehingga perlu
menggunakan karet bekas ban dalam tanpa disambung agar lebih kuat dan
perlu pernggantian secara berkala.
3. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian pada kelas
eksperimen (XI TKR I) adalah 14%, dengan nilai sebesar 76,96, hasil
tersebut menunjukkan rata-rata nilai didalam kelas sudah melebihi nilai
kriteria ketuntasan minimal yakni 75. Dari hasil uji coba terbatas terkait
tanggapan siswa pada media pembelajaran trainer sistem pengapian
konvensional diperoleh nilai rata-rata 72,708% atau dalam kategori cukup
valid, dengan demikian menunjukkan siswa lebih aktif dan termotivasi
dengan adanya media pembelajaran trainer pada mata pelajaran sistem
pengapian konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Kendaraan
Ringan I SMK Negeri 1 Sapuran pada kompetensi sistem pengapian
konvensional meningkat setelah menggunakan media pembelajaran.
75
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini. Peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Penggunaan media peraga sistem pengapian telah meningkatkan hasil
belajar kompetensi sistem pengapian konvensional, maka guru mata
pelajaran kelistrikan otomotif khususnya pada kompetensi sistem pengapian
konvensional lebih baik menggunakan media peraga tersebut dalam
pembelajaran agar didapatkan hasil belajar yang lebih baik.
2. Media peraga sistem pengapian ini masih terdapat kekurangan yaitu apabila
karet penghubung dari penggerak (starter) ke distributor sudah sering
dipakai maka karet akan semakin mengendur dan saat penggunaan media
tersebut karet akan sering lepas, untuk itu karet penghubung bisa dilakukan
penggantian secara berkala. Media peraga sistem pengapian ini perlu
dikembangkan lagi dengan menambahkan gambar sistem rangkaian agar
penggunaanya semakin mudah dan tingkat pemahaman siswa akan semakin
baik, dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan bisa semakin
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharmi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto Suharmi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arsyad Azhar. 2011. Media pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Casudi. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Sistem Pengapian
Konvensional Dengan Menggunakan Media Peraga Sistem
Pengapian Pada Siswa Kelas Xi Teknik Kendaraan Ringan Smk
Negeri 1 Kandeman. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Daryanto. 2013. Media pembelajaran peranannya sangat penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
Djemari Mardapi. 2008, Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes,
Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.
Hamalik Oemar. 2013. Kurikulm dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Henry Cahyo Sumargo. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Sistem
Rem Menggunakan Macro Media Flash 8 Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Kelas Xi Di SMK Yepeka Purworejo. Skripsi,
tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo.
Mujahid Anton. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Alat Peraga
Pada System Starter Mobil Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di Smk Cipta Karya Prembun. Jurnal, tidak diterbitkan.
Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo
Rahayu Budi Dwi. 2012. Media Pembelajaran Trainer Elektronika Dasar
Untuk Mata Pelajaran Elektronika Dasar. Skripsi, tidak
diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempegaruhi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sudjana Nana. Rivai Ahmad. 1992. Media Pengajaran. Bandung : Sinar
Baru.
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualtatif , dan R&D. Bandung : CV.Alfabeta.
Toyota Astra Motor. 1995, New Step I Training Manual, Jakarta : PT
Toyota Astra Motor.
Usman Basyarudin, M. Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta :
Delia Citra Utama.
SILABUS
BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA
PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK OTOMOTIF
KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK KENDARAAN RINGAN
MATA PELAJARAN : PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN
KELAS : XI
K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.
K2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi,
damai), santun, responsive, dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
K3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
K4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
1.1. Lingkungan hidup dan
sumber daya alam
sebagai anugrah Tuhan
yang maha Esa harus
dijaga keletarian dan kelangsungan hidupnya.
1.2. Pengembangan dan
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar
harus selaras dan tidak
merusak dan mencemari
lingkungan, alam dan
manusia
2.1 Menunjukkan sikap
cermat dan teliti dalam
menginterpretasikan dan
mengidentifikasi
pemeliharaan sistem
kelistrikan, sistem pengapian, sistem starter,
sistem pengisian
2.2 Menunjukkan sikap
cermat dan teliti dalam
memahami dan membaca simbol-simbol sistem
kelistrikan, system
pengapian, sistem starter,
sistem pengisian.
2.3 Menunujukkan sikap
disiplin dan tanggung jawab dalam mengikuti
langkah-langkah kerja
sesuai dengan SOP
2.4 Menunjukkan sikap
peduli terhadap lingkungan melalui
kegiatan yang
berhubungan dengan
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
pemeriksaan, perawatan dan perbaikan sistem
kelistrikan, sistem
pengapian, sistem starter,
sistem pengisian
kendaraan ringan
3.2. Memahami sistem Pengapian Konvensional
3.3. Pemeliharaan sistem
Pengapian Konvensional
Pendahuluan Sistem Pengapian
Cara kerja dan data-data sistem
pengapian
Kontak Pemutus dan Sudut Dwell
Kondensator
Koil dan tahanan ballast
Busi
Saat pengapian
Advans sentrifugal
Advans vakum
Menguji rangkaian primer pada sistem
pengapian
konvensional
Menguji dan mengganti
kontak pemutus
Mengamati
Tayangan/gambar
tentang sistem
Pengapian
Konvensional
Menanya
Mengajukan
pertanyaan
menyangkut
tayangan/gambar
atau teks
pembelajaran
tentang sistem
Pengapian
Konvensional
Mengeksplorasi
Membuat gambar
rangkaian sistem
Pengapian
Observasi
Ceklis
pengamatan
pada saat
presentasi dan
praktik
berkelompok,
Portfolio
Laporan
tertulis
Tes
Tes tertulis
uraian
dan/atau
pilihan ganda
60 JP
Film/ rekaman / teks
Buku paket
Bahan bacaan yang relevan tentang
Memperbaiki
kerusakan ringan
pada rangkaian/
sistem Pengapian Konvensional dan
kelengkapan
tambahan
Gambar (Wall Chart)
Objek langsung (Kendaraan)
Buku yang berhubungan dengan sistem
pengapian
konvensional
Trainer Sistem Pengapian
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
dan kondensator
Melepas dan memasang
distributor pada
mobil
Mengukur dan menggambarkan
kurva advans
pengapian pada motor atau tes
bench
Membongkar dan memasang
kembali
distributor konvensional
Menyambung tashanan depan
sistem pengapian
dari berbagai
macam
rangkaian
Menguji & mengganti
sistem pemberi
sinyal induksi
dan hall
Menyetel dan menguji sistem
pengapian
Konvensional
Mengasosiasi
Mengelompokkan
rangkaian/ sistem
kelistrikan,
pengaman, dan
kelengkapan
tambahan yang
berfungsi malam
hari dan siang
hari,menganalisis
gangguan pada
sistem kelistrikan,
pengaman dan
kelengkapan
tambahan.
Mengkomunikasi
kan
Menyampaikan
hasil analisis
dalam bentuk
gambar rangkaian
sistem Pengapian
Konvensional.
Konvensional
Majalah yang berhubungan
Sistem Pengapian
Konvensioanal
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
magnet
Pemeriksaan sistem pengapian
baterai
konvensional
dan osiloskop
Pemeriksaan sistem pengapian
elektronik dengan osiloskop
Merangkai sistem pengapian
Indikator Soal Uji Coba Terbatas
Kompetensi Indikator Nomor Soal Jumlah %
Sistem
Pengapian
Konvensional
a. Menjelaskan
pengertian sistem
pengapian
6,18 2
6,67%
b. Menjelaskan nama
komponen dan
fungsinya pada sistem
pengapian konvensional
- baterai
- koil
- distributor
- kondensor
- kabel tegangan tinggi
-busi
1,2,10,11,12,14,17,19,20,21,
24,29,28 14 46,67%
c. Menjelaskan cara
kerja sistem pengapian
konvensional
- Pada kunci kontak
OFF
4,8,26 3
10%
d. Trouble shooting
pada sistem pengapian
konvensional
- Trouble shooting pada
platina
- Trouble shooting pada
koil
- Trouble shooting pada
busi
- Bunga api pengapian
kecil
- Pengapian sukar hidup
3,5,6,9,13,15,16,23,22,27,25
30
11
36,67%
Jumlah 30 100
Soal Uji Coba Terbatas
Nama : ______________________
NO : ______________________
Kelas : ______________________
-baiknya.
-Selamat Mengerjakan-
1. Platina / contact point pada sistem pengapian konvensional berfungsi untuk....
a Mendinginkan sistem pengapian c Memajukan timing pengapian
b Membuat arus listrik untuk proses
pembakaran
d Menghubungkan dan memutuskan
arus listrik pada sistem pengapian
2. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....
a Kondensor c Busi
b Koil d Rotor
3. Komponen yang menyuplai tegangan / arus listrik pada sistem pengapian konvensional adalah...
a Koil c Baterai
b Distributor d Kondensor
4.
Urutan aliran arus primer yang benar pada gambar di atas....
a Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan
primer - busi
c Baterai – sekering - kunci kontak -
kumparan sekunder - massa
b Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan
primer - massa
d Baterai – sekering - kunci kontak -
kondensor - massa
5. Dibawah ini merupakan penyebab mesin sukar hidup, kecuali....
a Platina baru c Kabel-kabel putus
b Busi kotor / pincang d Koil bocor
6. Apakah yang dimaksud sistem pengapian...
a Sistem yang digunakan untuk membakar
bahan bakar
c Menyimpan sementara arus yang
mengalir ke platina
b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi
tegangan tinggi
d Sistem yang digunakan untuk
melakukan pembakaran campuran
bahan bakar yang telah
dikompresikan
7. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....
a Kondensor c Busi
b Koil d Rotor
8. Apa yang terjadi ketika kunci kontak off pada sistem pengapian konvensional....
a Busi memercikan bunga api c Rotor berputar
b Terjadi aliran arus listrik pada kumparan
primer
d Tidak ada aliran arus listrik
9. Berikut ini yang menyebabkan bunga api kecil pada sistem pengapian konvensional, kecuali...
a Celah platina terlalu rapat atau terlalu
renggang
c Governor advancer yang rusak
b Kabel tegangan tinggi bocor d Tegangan baterai yang lemah
10. Alat yang berfungsi sebagai penentu saat pengapian berdasar jenis bahan bakar adalah...
a Platina c Octane selector
b Ignition coil d Kapasitor/kondensor
11. Fungsi baterai dalam sistem pengapian adalah....
a Menyediakan arus listrik c Membagi arus
b Mengubah arus menjadi tegangan tinggi d Penghantar listrik
12. Apa fungsi dari governor advancer pada sistem pengapian konvensional adalah...
a Memajukan saat pengapian sesuai dengan
suhu mesin
c Memajukan saat pengapian sesuai
dengan beban mesin
b Memajukan saat pengapian sesuai dengan
putaran mesin
d Memajukan saat pengapian sesuai
dengan panas mesin
13. Apa yang terjadi ketika percikan bunga api pada platina berlebihan...
a Mesin pincang c Breaker point
b Vacuum advancer d Ignition coil
14. Dalam sistem pengapian konvensional breaker point/platina berfungsi sebagai...
a Menyalurkan arus tegangan tinggi c Memutus arus listrik dari koil
b Membagi arus d Memajukan waktu pengapian
15. Apa yang terjadi bila celah platina kecil...
a Celah kontak platina kecil – sudut dwell
besar
c Celah kontak platina kecil - sudut
dwell kecil
b Sudut dwell besar - celah kontak platina
sedang
d Sudut dwell besar - celah kontak
platina besar
16. Apa yang terjadi bila celah platina besar...
a Celah platina kecil - sudut dwell besar c Celah platina besar - sudut dwell
besar
b Celah platina besar - sudut dwell kecil d Celah platina kecil - sudut dwell
kecil
17. Komponen untuk menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi disebut...
a Distributor c Busi
b Ignition coil d Rotor
18. Dibawah ini adalah perbedaan motor bensin dengan motor diesel, kecuali...
a Pembakaran motor bensin menggunakan
percikan bunga api
c Motor bensin menggunakan
pengapian konvensional
b Pembakaran motor diesel menggunakan
panas kompresi
d Motor diesel menggunakan
pengapian konvensional
19. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada distributor, kecuali...
a Rotor c Breaker point
b Vacuum advancer d Ignition coil
20. Fungsi koil pada sistem pengapian adalah....
a Untuk mentransformasikan tegangan baterai
menjadi tegangan rendah
Pada sistem pengapian
c Menaikkan tegangan yang diterima
dari baterai menjadi tegangan tinggi
yang diperlukan untuk pengapian
b Untuk mentransformasikan tegangan magnet
menjadi tegangan tinggi pada sistem
pengapian
d Untuk mentransformasikan
tegangan magnet menjadi tegangan
lebih rendah pada sistem pengapian
21. Fungsi komponen rotor yang terdapat didalam distributor adalah...
a Menghasilkan tegangan tinggi c Menyediakan arus
b Membagi arus tegangan tinggi d Memajukan waktu pengapian
22. Apa yang terjadi jika nyala busi tidak sempurna....
a Mobil berjalan dengan lancar c Mesin pada mobil pincang
b Mesin mobil mogok d Mesin akan tetep nyala
23. Apa yang terjadi bila arus dari baterai yang masuk ke koil terlalu besar...
a Tidak ada efek pada koil c Nyala busi pincang/ nyebar
b Koil cepat panas d Baterai menjadi awet
24. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada spark plug / busi, kecuali...
a Cam c Masa elektroda
b Keramik / insulator d Elektroda tengah
25. Dibawah ini merupakan penyebab pengapian sukar hidup kecuali....
a Platina kotor c Kabel – kabel kendor
b Busi kotor d Vacuum advancer yang bocor
26. Vacuum advancer bekerja berdasarkan...
a Kevakuman intake manifold c Putaran mesin
b Suhu mesin d Kecepatan kendaraan
27. Dibawah ini adalah penyebab busi tidak memercikan bunga api, kecuali....
a Celah busi terlalu rapat c Koil mati
b Kabel busi putus d Komponen busi sempurna
28.
Apa fungsi dari kabel tegangan tinggi....
a Mengalirkan arus dari baterai ke busi c Mengalirkan arus tegangan tinggi
dari ignition coil ke busi
b Mengalirkan arus dari cdi ke busi d Menyediakan arus listrik tegangan
rendah
29. Apa fungsi dari insulator keramik pada spark plug / busi...
a Sebagai insulator / pemisah antara elektroda
tengah dan ground casing
c Sebagai variasi pada komponen busi
b Sebagai penahan panas pada spark plug/ busi d Sebagai penyearah arus dari koil ke
busi
30. Dibawah ini yang merupakan penyebab bunga api pengapian kecil....
a Penyetelan celah platina yang terlalu rapat c Kabel tegangan tinggi masih baru
b Pemasangan busi salah d Baterai masih baru
«Terimakasih»
Kunci Jawaban Uji Coba
1 d 11 a 21 b
2 d 12 b 22 c
3 c 13 b 23 b
4 b 14 c 24 a
5 a 15 a 25 a
6 d 16 b 26 a
7 a 17 b 27 d
8 d 18 d 28 c
9 c 19 d 29 a
10 c 20 c 30 a
Angket Tanggapan Ahli Media
Terhadap Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif
Nama : Arif Susanto M.Pd
NIDN : 0606088301
Jabatan : KAPRODI Pendidikan Teknik Otomotif
Instansi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Petunjuk Pengisian Angket :
1. Isilah identitas diri Bapak/Ibu sebagaimana tercantum pada form identitas diri
diatas
2. Angket ini merupakan instrument validasi untuk alat peraga sistem pengapian
otomotif (konvensional) dalam pembelajaran di SMK N 1 Sapuran Wonosobo
Jurusan TKR
3. Berikanlah pendapat Bapak/Ibu terhadap kelayakan alat peraga ini dengan jujur
dan sebenar-benarnya
4. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom isian masing-masing item pertanyaan
Keterangan :
4: Valid ( V )
3: Cukup Valid (CV)
2: Kurang Valid (KV)
1: Tidak Valid (TV)
No Indikator Skor Penilaian
Keterangan 4 3 2 1
1 Tampilan
a. Konstruksi desain alat peraga
menarik √
b. Pewarnaan rangka desain dan
background alat peraga cocok √
c. Letak komponen sesuai dengan
diagram rangkaian √
2 Ukuran alat
a. Alat peraga praktis
√
3 Penggunaan alat
a. Alat peraga mudah digunakan
dalam pembelajaran
√
b. Alat peraga nyaman digunakan
untuk pembelajaran
√
JUMLAH (R) 23
RATA RATA (SM) 24
HASIL 95,8 %
Hasil Perhitungan Data Angket Kelayakan Ahli Media
NP=
R
SMX 100
=23
24X 100
= 95,8 %
Keterangan:
Np : Nilai persentase yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah pengumpulan data
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang digunakan
Data Hasil Validasi Alat Peraga
Sistem Pengapian Otomotif Oleh Ahli Media
Ahli Butir Soal
Jumlah 1 2 3
a b c a a b
Ahli
Media
4 4 4 4 4 3 23
Skor total
yang
diharapkan
4 4 4 4 4 4 24
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 75,00 95,8%
Kriteria V V V V V CV V
Kriteria
Interpretasi Persentase Kriteria
A
B
C
D
80% - 100%
60% - 79%
50% - 59%
< 50%
Valid
Cukup valid
Kurang valid / Revisi
Tidak valid / Diganti
Angket Tanggapan Siswa
Terhadap Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif
Nama : _____________________________________
NIS : _____________________________________
Prodi : _____________________________________
Petunjuk Pengisian Angket :
1. Isilahidentitas diri saudara sebagaimana tercantum pada form identitas diri diatas
2. Angket ini merupakan instrument validasi untuk alat peraga sistem pengapian
otomotif (konvensional) dalam pembelajaran di SMK N 1 Sapuran Wonosobo
Jurusan TKR
3. Berikanlah pendapat saudara terhadap kelayakan alat peraga ini dengan jujur dan
sebenar-benarnya
4. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom isian masing-masing item pertanyaan
No Indikator Skor Penilaian Keterangan
4 3 2 1
1 Daya Tarik
a. Bentuk desain alat peraga menarik
b. Saya senang belajar menggunakan
peraga sistem pengapian otomotif
c. Penggunaan warna dalam background
alat peraga cocok
2 Manfaat Produk
a. Saya termotivasi dalam kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan alat
peraga sistem pengapian otomotif
b. Alat peraga sistem pengapian otomotif
memudahkan saya dalam memahami
materi sistem pengapian
3 Kemudahan Penggunaan
a. Penggunaan Alat peraga sistem
pengapian otomotif mudah
Tanggapan saya setelah menggunakan alat peraga sistem pengapian otomotif adalah :
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Wonosobo,____,__________,2016
__________________________________
NIS.
Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa
Menggunakan Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif
1) Nilai Rata-rata Angket
Responden Nomer Item SM R
1 2 3
a b c a b a
U-1 2 3 2 3 2 2 24 14
U-2 4 4 4 4 2 3 24 21
U-3 4 4 4 4 3 3 24 22
U-4 4 3 4 3 2 3 24 19
U-5 4 4 4 4 4 4 24 24
U-6 4 3 4 3 2 3 24 19
U-7 4 3 4 3 2 3 24 19
U-8 4 3 4 3 2 3 24 19
U-9 3 3 3 3 2 2 24 16
U-10 3 2 3 2 2 2 24 14
U-11 3 3 3 3 2 3 24 17
U-12 2 2 2 2 2 2 24 12
U-13 4 3 4 3 2 1 24 17
U-14 3 2 3 2 2 3 24 15
U-15 4 3 4 3 2 4 24 20
U-16 2 3 2 3 2 3 24 15
U-17 4 3 4 3 3 3 24 20
U-18 2 3 2 3 2 2 24 14
U-19 3 3 3 3 3 3 24 18
U-20 3 2 3 2 3 1 24 14
JUMLAH 480 349
RATA RATA 17,45
HASIL 72,708%
Hasil perhitungan data angket tanggapan siswa mengenai alat peraga sistem pengapian.
NP=
R
SMX 100
=349
480X 100
= 72,708%
Kriteria Interpretasi Persentase Kriteria
A
B
C
D
80% - 100%
60% - 79%
50% - 59%
< 50%
Valid
Cukup valid
Kurang valid / Revisi
Tidak valid / Diganti
2) Analisis Angket ( Validitas dan Reliabilitas )
No
Responden
Nomor Item Y Y²
1 2 3 4 5 6
U-1 2 3 2 3 2 2 14 196
U-2 4 4 4 4 2 3 21 441
U-3 4 4 4 4 3 3 22 484
U-4 4 3 4 3 2 3 19 361
U-5 4 4 4 4 4 4 24 576
U-6 4 3 4 3 2 3 19 361
U-7 4 3 4 3 2 3 19 361
U-8 4 3 4 3 2 3 19 361
U-9 3 3 3 3 2 2 16 256
U-10 3 2 3 2 2 2 14 196
U-11 3 3 3 3 2 3 17 289
U-12 2 2 2 2 2 2 12 144
U-13 4 3 4 3 2 1 17 289
U-14 3 2 3 2 2 3 15 225
U-15 4 3 4 3 2 4 20 400
U-16 2 3 2 3 2 3 15 225
U-17 4 3 4 3 3 3 20 400
U-18 2 3 2 3 2 2 14 196
U-19 3 3 3 3 3 3 18 324
U-20 3 2 3 2 3 1 14 196
∑X 66 59 66 59 46 53 349 6281
∑X² 230 181 230 181 112 153 1087
∑XY 1192 1059 1192 1059 820 959 6281
r-tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
r-xy 0,835 0,808 0,835 0,808 0,503 0,698
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
σb² 0,642 0,366 0,642 0,366 0,326 0,661 3,003
r11 0,738
Keputusan Tinggi
Analisis Soal
Analisa Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Reliabilitas dan Validitas
No
Respond
en
No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
U-1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
U-2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
U-3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
U-4 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
U-5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0
U-6 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0
U-7 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0
U-8 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
U-9 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1
U-10 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
U-11 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
U-12 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0
U-13 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
U-14 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
U-15 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
U-16 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
U-17 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
U-18 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
U-19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
U-20 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
Jumlah 11 12 11 14 11 15 15 11 12 10 12 12 10 13 10
Dk 0,55 0,6 0,55 0,7 0,55 0,75 0,75 0,55 0,6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,65 0,5
Kep sedang sedang sedang mudah sedang mudah mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang
BA 7 7 7 8 7 8 7 7 7 5 7 8 5 8 6
BB 4 5 4 6 4 7 8 4 5 5 5 4 5 5 4
Dp 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,1 -0,1 0,3 0,2 0 0,2 0,4 0 0,3 0,2
Kep. cukup cukup cukup cukup cukup jelek jelek cukup cukup jelek cukup baik jelek cukup cukup
p 0,55 0,6 0,55 0,7 0,55 0,75 0,75 0,55 0,6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,65 0,5
q 0,45 0,4 0,45 0,3 0,45 0,25 0,25 0,45 0,4 0,5 0,4 0,4 0,5 0,35 0,5
pq 0,2475 0,24 0,2475 0,21 0,2475 0,1875 0,1875 0,2475 0,24 0,25 0,24 0,24 0,25 0,2275 0,25
s2 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313
r11
0,7057
99
Kep.
Reliabe
l
Mp
24,333
33 30,5
22,555
56
45,333
33
24,333
33 54,6 55,6
22,666
67 28,25 19,4 29,375 30,375 19,6
35,857
14 20,9
Mt 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05
St
4,6166
18
4,61661
8
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
p/q
1,2222
22 1,5
1,2222
22
2,3333
33
1,2222
22 3 3
1,2222
22 1,5 1 1,5 1,5 1
1,8571
43 1
rpbi
1,5046
7
3,30286
7
1,0789
46
9,0273
84
1,5046
7
13,712
74
14,087
91
1,1055
53
2,7059
63
0,2924
22
3,0044
15
3,2697
06
0,3357
44
5,2564
56
0,6173
35
rtab 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kep. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Valid
Kespl. Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil drop Ambil Ambil drop Ambil Ambil
Y
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 26
1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 24
1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 15
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 25
0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 16
1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 22
0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 20
1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 19
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 21
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 12
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 20
1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 15
0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 15
1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 12
0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 14
1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 20
0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9
1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 17
14 12 12 11 12 12 9 14 12 11 14 12 12 14 11 361
0,7 0,6 0,6 0,55 0,6 0,6 0,45 0,7 0,6 0,55 0,7 0,6 0,6 0,7 0,55
mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sedang mudah sedang sedang mudah sedang
8 7 6 7 7 7 4 7 6 6 8 7 7 8 7
6 5 6 4 5 5 5 7 6 5 6 5 5 6 4
0,2 0,2 0 0,3 0,2 0,2 -0,1 0 0 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3
cukup cukup jelek cukup cukup cukup jelek jelek jelek jelek cukup cukup cukup cukup cukup
0,7 0,6 0,6 0,55 0,6 0,6 0,45 0,7 0,6 0,55 0,7 0,6 0,6 0,7 0,55
0,3 0,4 0,4 0,45 0,4 0,4 0,55 0,3 0,4 0,45 0,3 0,4 0,4 0,3 0,45
0,21 0,24 0,24 0,2475 0,24 0,24 0,2475 0,21 0,24 0,2475 0,21 0,24 0,24 0,21 0,2475 7,0225
21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313
44,5 28,75 28,25
24,666
67 28,125
44,333
33 29,25 27,625
42,666
67
22,777
78
44,333
33 29,25 27,625
42,666
67
22,777
78
18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05
8,5952
38
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
4,6166
18
2,3333
33 1,5 1,5
1,2222
22 1,5 1,5
0,8181
82
2,3333
33 1,5
1,2222
22
2,3333
33 1,5 1,5
2,3333
33
1,2222
22
8,7516
55
2,8386
09
2,7059
63
1,5844
93
2,6728
02
6,9727
19
2,1944
16
3,1681
32
6,5305
68
1,1321
61
8,6965
09
2,9712
54
2,5401
57
8,1450
5
1,1321
61
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 1,444 2,444 3,444 4,444 5,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Invalid Valid Invalid Valid Valid Valid Valid Valid
Ambi Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil drop drop Ambil drop Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil
Hasil Nilai Rata-rata Uji Coba Soal
Nilai Total : 600
Jumlah Nilai Yang Dihasilkan : 361
Nilai Rata-rata : 18,5
Hasil : 60,1667 % (Cukup Valid)
Indikator Soal
Mata Pelajaran Kelistrikan Otomotif Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional
Kompetensi Indikator Nomor Soal Jumlah
Sistem
Pengapian
Konvensional
a. Menjelaskan
pengertian sistem
pengapian
11,12 2
b. Menjelaskan nama
komponen dan
fungsinya pada sistem
pengapian konvensional
- baterai
- koil
- distributor
- kondensor
- kabel tegangan tinggi
-busi
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
13,14 12
c. Menjelaskan cara
kerja sistem pengapian
konvensional
- Pada kunci kontak
OFF
22,23,24 3
d. Trouble shooting pada
sistem pengapian
konvensional
- Trouble shooting pada
platina
- Trouble shooting pada
koil
- Trouble shooting pada
busi
- Bunga api pengapian
kecil
- Pengapian sukar hidup
15,16,17,18,19,20,21,25
8
Jumlah 25
LEMBAR SOAL
MATA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KOMPETENSI SISTEM
PENGAPIAN KONVENSIONAL
Nama : ______________________
NO : ______________________
Kelas : ______________________
-baiknya.
kalian anggap benar
-Selamat Mengerjakan-
1. Platina / contact point pada sistem pengapian konvensional berfungsi untuk....
a Mendinginkan sistem pengapian c Memajukan timing pengapian
b Membuat arus listrik untuk proses
pembakaran
d Menghubungkan dan memutuskan
arus listrik pada sistem pengapian
2. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....
a Kondensor c Busi
b Koil d Rotor
3. Apa fungsi dari governor advancer pada sistem pengapian konvensional adalah...
a Memajukan saat pengapian sesuai dengan
suhu mesin
c Memajukan saat pengapian sesuai
dengan beban mesin
b Memajukan saat pengapian sesuai dengan
putaran mesin
d Memajukan saat pengapian sesuai
dengan panas mesin
4. Fungsi baterai dalam sistem pengapian adalah....
a Menyediakan arus listrik c Membagi arus
b Mengubah arus menjadi tegangan tinggi d Penghantar listrik
5. Dalam sistem pengapian konvensional breaker point/platina berfungsi sebagai...
a Menyalurkan arus tegangan tinggi c Memutus arus listrik dari koil
b Membagi arus d Memajukan waktu pengapian
6. Komponen untuk menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi disebut...
a Distributor c Busi
b Ignition coil d Rotor
7.
Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada distributor, kecuali...
a Rotor c Breaker point
b Vacuum advancer
d Ignition coil
8. Fungsi koil pada sistem pengapian adalah....
a Untuk mentransformasikan tegangan baterai
menjadi tegangan rendah
Pada sistem pengapian
c Menaikkan tegangan yang diterima
dari baterai menjadi tegangan tinggi
yang diperlukan untuk pengapian
b Untuk mentransformasikan tegangan magnet
menjadi tegangan tinggi pada sistem
pengapian
d Untuk mentransformasikan
tegangan magnet menjadi tegangan
lebih rendah pada sistem pengapian
9. Fungsi komponen rotor yang terdapat didalam distributor adalah...
a Menghasilkan tegangan tinggi c Menyediakan arus
b Membagi arus tegangan tinggi
d Memajukan waktu pengapian
10. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada spark plug / busi, kecuali...
a Cam c Masa elektroda
b Keramik / insulator d Elektroda tengah
11.
Apakah yang dimaksud sistem pengapian...
a Sistem yang digunakan untuk membakar
bahan bakar
c Menyimpan sementara arus yang
mengalir ke platina
b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi
tegangan tinggi
d Sistem yang digunakan untuk
melakukan pembakaran campuran
bahan bakar yang telah
dikompresikan
12. Dibawah ini adalah perbedaan motor bensin dengan motor diesel, kecuali...
a Pembakaran motor bensin menggunakan
percikan bunga api
c Motor bensin menggunakan
pengapian konvensional
b Pembakaran motor diesel menggunakan
panas kompresi
d Motor diesel menggunakan
pengapian konvensional
13. Apa fungsi dari insulator keramik pada spark plug / busi...
a Sebagai insulator / pemisah antara elektroda
tengah dan ground casing
c Sebagai variasi pada komponen busi
b Sebagai penahan panas pada spark plug/ busi d Sebagai penyearah arus dari koil ke
busi
14. Apa fungsi dari kabel tegangan tinggi....
a Mengalirkan arus dari baterai ke busi c Mengalirkan arus tegangan tinggi
dari ignition coil ke busi
b Mengalirkan arus dari cdi ke busi d Menyediakan arus listrik tegangan
rendah
5. Komponen yang menyuplai tegangan / arus listrik pada sistem pengapian konvensional adalah...
a Koil c Baterai
b Distributor d Kondensor
16. Dibawah ini merupakan penyebab mesin sukar hidup, kecuali....
a Platina baru c Kabel-kabel putus
b Busi kotor / pincang d Koil bocor
17.
Apakah yang dimaksud sistem pengapian...
a Sistem yang digunakan untuk membakar
bahan bakar
c Menyimpan sementara arus yang
mengalir ke platina
b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi
tegangan tinggi
d Sistem yang digunakan untuk
melakukan pembakaran campuran
bahan bakar yang telah
dikompresikan
18. Berikut ini yang menyebabkan bunga api kecil pada sistem pengapian konvensional, kecuali...
a Celah platina terlalu rapat atau terlalu
renggang
c Governor advancer yang rusak
b Kabel tegangan tinggi bocor
d Tegangan baterai yang lemah
19. Apa yang terjadi bila celah platina kecil...
a Celah kontak platina kecil – sudut dwell
besar
c Celah kontak platina kecil - sudut
dwell kecil
b Sudut dwell besar - celah kontak platina
sedang
d Sudut dwell besar - celah kontak
platina besar
20.
Apa yang terjadi bila celah platina besar...
a Celah platina kecil - sudut dwell besar c Celah platina besar - sudut dwell
besar
b Celah platina besar - sudut dwell kecil d Celah platina kecil - sudut dwell
kecil
21. Dibawah ini adalah penyebab busi tidak memercikan bunga api, kecuali....
a Celah busi terlalu rapat c Koil mati
b Kabel busi putus d Komponen busi sempurna
22.
Urutan aliran arus primer yang benar pada gambar di atas....
a Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan
primer - busi
c Baterai – sekering - kunci kontak -
kumparan sekunder - massa
b Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan
primer - massa
d Baterai – sekering - kunci kontak -
kondensor – massa
23. Apa yang terjadi ketika kunci kontak off pada sistem pengapian konvensional....
a Busi memercikan bunga api c Rotor berputar
b Terjadi aliran arus listrik pada kumparan
primer
d Tidak ada aliran arus listrik
24. Vacuum advancer bekerja berdasarkan...
a Kevakuman intake manifold c Putaran mesin
b Suhu mesin
d Kecepatan kendaraan
25. Dibawah ini yang merupakan penyebab bunga api pengapian kecil....
a Penyetelan celah platina yang terlalu rapat c Kabel tegangan tinggi masih baru
b Pemasangan busi salah d Baterai masih baru
«Terimakasih»
Kunci Jawaban Soal Pretest Dan Soal Posttest
1 D 11 D 21 D
2 D 12 D 22 B
3 B 13 A 23 D
4 A 14 C 24 A
5 C 15 C 25 A
6 B 16 A
7 D 17 D
8 C 18 C
9 B 19 A
10 A 20 B
Data Uji Normalitas Lilliefors
UJI NORMALITAS DATA LILIEFORS NILAI POSTEST
KELAS KONTROL
No x z f(z) s(z) |f(z) - s(z)|
1 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
2 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
3 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
4 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
5 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
6 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137
7 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177
8 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177
9 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177
10 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177
11 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177
12 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104
13 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104
14 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104
15 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104
16 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039
17 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039
18 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039
19 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039
20 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053
21 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053
22 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053
23 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053
24 84 1,944443 0,974079 1 0,026
Mean 71,66667
Lhitung
0,104675
Standart
Deviasi 6,342861
X^2
tabel 0,176
DATA BERDISTRIBUSI
NORMAL
Terkait dengan data uji normalitas lilifors yang lain (kelas eksperimen) dihitung
dengan cara yang sama.
UJI HOMOGENITAS NILAI PRETEST
Hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi yang homogen
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang homogen
Komputasi
SS1= ∑X12 −
(∑x1)2
n1
= 124192- (1720)2
24
= 925,33
S12=
SS1
n1−1
= 925,33
23
= 38,56
SS2= ∑X22 −
(∑x2)2
n2
=1173312 - (2232)2
29
= 1524,96
S22=
SS2
n2−1
= 1524,96
28
= 52,58
Fj = nj − 1
Tabel Kerja
sampel fj ssj sj² log sj² fjlog sj²
konrol 23 925,3333 38,55556 1,586087 36,48
eksp 28 1524,966 52,58502 1,720862 48,18414
jumlah 51 2450,299 91,14057 3,306949 84,66414
C = 1+1
3(k−1)(∑
1
f1+
1
f2)
= 1+1
3(2−1)((
1
23+
1
28) −
1
51)
= 1+1
3((0,0417 + 0,0345) − 0,0189)
= 1+1
3(0,0573)
=1+0,019
= 1,0019
MSerr =∑SSj
∑Fj
= 2450,299
51
= 48,045
∑Fj. Log MSeror = 51. Log 48,045
= 85,764
Sehingga:
X2 =2,303
c(∑fj. logMSeror − ∑fjlogsj
2)
= 2,27 (85,764– 84,66414)
= 2,486
Dari hasil perhitungan diperoleh X2 = 2,486 < X20,05.2 = 5,991, maka kedua sampel
berasal dari populasi yang homogen, Untuk perhitungan nilai post test dihitung dengan
cara yang sama.
UJI HIPOTESIS / Uji-t
Hipotesis
H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran sistem pengapian otomotif
Ha : Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran sistem pengapian otomotif
Kriteria
Ha diterima apabila thitung > ttabel
Taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2 = 24 + 29 – 2 = 51
Perhitungan Uji t dua pihak
S12 = 40,232 S2
2 = 54,46305
n1 = 24 n2 = 29
x1̅ = 71,67 x2̅̅̅ = 76,96
t =X1̅̅̅̅ −X2̅̅̅̅
√(n1−1)s1
2+(n2−1)s22
n1+n2−2(
1
n1+
1
n2)
t =71,67−76,96
√(24−1)40,232+(29−1)54,46305
24+29 −2(
1
24+
1
25)
t =5,29
√925,33+1524,96
51(0,076)
thitung = 2,82408
ttable = n1 + n2 − 2 (Uji Dua Pihak)
= 24 + 29 − 2
= 51
t tabel untuk uji dua pihak dengan dk 51 pada taraf 5% adalah 2,021
( thitung > ttabel / Ha Diterima)
Data Hasil Belajar
HASIL BELAJAR SISWA KELAS KONTROL
NO NAMA SISWA NIS
JAWABAN
BENAR NILAI
TINGKAT
PENGUASAAN
JAWABAN
BENAR NILAI
TINGKAT
PENGUASAAN
JUMLAH
SOAL pretest posttes
1 Didit Saputra 2565 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
2 Ganjar Narimo Sejati 2566 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
3 Abdul Latif 2555 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
4 Radhema Vico Arfiansyah 2580 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
5 Ramadon Fajar Ahadi 2581 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
6 Sepdiyan Rifki Wijayanto 2583 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
7 Arif Zamzawi 2562 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25
8 Arjun Shandytama 2563 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25
9 Ahmad Irfan 2560 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
10 Ahmad Restu Alvian 2561 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
11 Dani Setiawan 2564 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
12 Afif Safangat 2559 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25
13 Muhamad Sofyan 2575 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25
14 Muhammad Anwarul Fahmi 2577 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25
15 Adi Wibowo 2557 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25
16 Abdan Darusman 2554 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
17 Mif Eka Indrawan 2574 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
18 Tirta Yuda Pratama 2584 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
19 Yufnan Dani Ardiansyah 2585 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
20 Huda Sofiyanto 2568 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
21 Joni Kuswoyo 2570 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
22 Muhammad Rafi Zulkarnaen 2578 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
23 Khoiril Anam 2571 19 76 CUKUP 20 80 BAIK 25
24 Malik Efendi 2572 19 76 CUKUP 21 84 BAIK 25
Hasil Rata-rata Tingkat Penguasaan 63,5 KURANG 71,66666667 CUKUP
Peningkatan 8,166666667
Tingkat Penguasaan =
Jumlah Jawaban Benar
Jumlah SoalX 100
Kriteria Interpretasi Persentase Kriteria
A
B
C
D
90% - 100%
80% - 89%
70% - 79%
< 70%
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN
NO NAMA SISWA NIS
JAWABAN
BENAR NILAI
TINGKAT
PENGUASAAN
JAWABAN
BENAR NILAI
TINGKAT
PENGUASAAN
JUMLAH
SOAL pretest posttes
1 Islahudin 2535 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
2 Muhamad Farkhan Abidin 2540 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25
3 Agung Santoso 2521 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25
4 Mat Fahror Rozy 2539 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
5 Aditiya Prayogo 2520 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
6 Anang Ismail 2524 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
7 Rofik Muzaki 2550 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25
8 Agus Prihanto 2522 15 60 KURANG 18 72 CUKUP 25
9 Panggih Abidin 2545 15 60 KURANG 18 72 CUKUP 25
10 Andi Prasetyo 2526 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25
11 Asti Hermawati 2527 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25
12 Dani Arohman 2529 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25
13 Ahmad Sukron 2523 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
14 Fidi Kurniawan 2532 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25
15 Ma'aruf Hidayat 2538 18 72 CUKUP 19 76 CUKUP 25
16 Muhamad Kholim Eko S 2541 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
17 Prastiyo Utomo 2546 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
18 Rizal Pamungkas 2548 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
19 Soleh Tenang 2552 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
20 Iqbal Halimtar Haq 2536 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
21 Mahardhika Bagas Nugroho 2537 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
22 Sugeng Riyanto 2553 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
23 Muhamad Irham 2542 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25
24 Nurngaziz 2544 19 76 CUKUP 21 84 BAIK 25
25 Robi Komara 2549 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25
26 Fauzi Sembodo Nugroho 2531 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25
27 Ramadlan Dwi Darmawan 2547 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25
28 Grafit Pratama 2533 20 80 BAIK 22 88 BAIK 25
29 Imam Ardianto 2534 20 80 BAIK 22 88 BAIK 25
Hasil Rata-rata Tingkat Penguasaan 67,45 KURANG 76,97 CUKUP
Peningkatan 9,517241379