pengembangan media pembelajaran sistem pengapian …

148
i PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PENGAPIAN OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TKR SMK N 1 SAPURAN WONOSOBO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Muhamad Fatah Sururi 142170051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

SISTEM PENGAPIAN OTOMOTIF UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TKR

SMK N 1 SAPURAN WONOSOBO

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhamad Fatah Sururi

142170051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Apapun yang terjadi “Biasa Wae”

PERSEMBAHAN

Untuk semua guru,

terimakasih atas

dedikasinya

Untuk Ortu terimakasih

segalanya

Untuk Anak Istri dan

semua pihak yang telah

membantu, Nuwun!

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

petunjuk dan kemudahan, sehingga penyusun sebagai mahasiswa jurusan

Pendidikan Teknik Otomorif Universitas Muhammadiyah Purworejo dapat

menyelesaikan skirpsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada

pemimpinku baginda Muhammad SAW.

Tersusunnya skirpsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

2. Yuli Widiyono, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

3. Arif Susanto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

4. Bambang Sudarsono, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Suyitno, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan

arahan dengan penuh kesabaran

6. Kepala SMKN 1 Sapuran Wonosobo beserta guru dan staf yang telah

memberikan izin dan kemudahan dalam penelitian ini.

vii

7. Kedua orang tua, Istri dan anakku yang telah memberikan segalanya didalam

proses pendidikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis sampai sejauh ini.

Semoga amal baik mereka mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT,

amin. Penulis merasa bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekeliruan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik

dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga

laporan ini bisa digunakan sebagai referensi atau pendukung pengetahuan

pembaca dalam bidang otomotif khususnya mengenai sistem pengapian.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Purworejo, 25 Agustus 2016

Peneliti

Muhamad Fatah Sururi

viii

ABSTRAK

Muhamad Fatah Sururi. Pengembangan Media Pembelajaran Sistem

Pengapian Otomotif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa TKR SMK N 1

Sapuran Wonosobo. Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.2016.

Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui prosedur pengembangan

sistem pengapian konvensional, (2) mengetahui hambatan dalam pembuatan media

pembelajaran serta, (2) memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa

didalam mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa sesuai

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah sebesar 75 pada mata

pelajaran sistem pengapian dengan menggunakan media pembelajaran trainer

sistem pengapian konvensional.

Jenis penelitian yang digunakan Research and Development. Subyek

dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI TKR SMK N 1 Sapuran

Wonosobo dengan kelas eksperimen (XI TKR I) yang berjumlah 29 siswa dan

kelas kontrol (XI TKR II) yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan metode angket dan tes. Angket berisi tanggapan siswa

dengan 3 indikator dan 6 pernyataan dan tes berisi 30 butir soal. Sebelum

digunakan sebagai instrumen penelitian, angket dan tes di uji cobakan secara

terbatas kepada 20 siswa jurusan teknik kendaraan ringan untuk memperoleh

validitas instrumen. Penghitungan instrumen angket dan tes menggunakan rumus

validitas point biserial atau 𝑌𝑝𝑏𝑖𝑠 dengan taraf signifikan 5%.

Hasil penelitian sebagai berikut : Uji coba terbatas terhadap instrumen

menghasilkan rpbis > rtabel dimana r11 = 0,67031 dan rtabel = 0,444 dengan

nilai rata-rata 72,708% atau dengan kategori valid. Prosedur pengembangan

sistem pengapian konvensional di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo dimulai dari

tahap observasi, dilanjutkan dengan pembuatan media pembelajaran trainer

sistem pengapian otomotif pada mata pelajaran sistem pengapian konvensional,

langkah pembuatan media tersebut dimulai dari : (1) perencanaan, sketsa alat yang

akan dihasilkan ditentukan, (2) penyediaan bahan, (3) pembuatan media, (4) uji

kelayakan alat dengan uji terbatas melalui penggalian tanggapan siswa terkait alat

tersebut, (5) revisi tahap I, (6) uji validasi ahli media, (7) revisi tahap 2, (8)

implementasi, dimana alat yang telah dihasilkan siap untuk digunakan didalam

penelitian. Hambatan didalam pembuatan media pembelajaran yakni belt

(pengubung) antara penggerak dengan distributor rentan kendur/putus, sehingga

perlu menggunakan karet bekas ban dalam tanpa disambung dan perlu

penggantian secara berkala. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen sebesar 14%, dengan nilai rata-rata 76,96 (sudah memenuhi KKM)

dengan demikian menunjukkan siswa lebih aktif dan termotivasi dengan adanya

media pembelajaran trainer sistem pengapian konvensional. dan nilai rata-rata

siswa pada kelas kontrol sebsar 71,66 (belum memenuhi KKM).

Kata Kunci : Pengembangan, Media pembelajaran , Trainer, Hasil Belajar

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ v

KATA PENGANTAR……………………………………………………... vi

ABSTRAK …………………………………………………….................... viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………... 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………... 4

C. Batasan Masalah …………………………………………. 5

D. Rumusan Masalah ……………………………………….. 5

E. Tujuan Penelitian ………………………………………... 5

F. Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori …………………………………………....... 8

1. Media Pembelajaran …………………………………. 8

x

2. Hasil Belajar …………………………………………. 14

3. Media Pembelajaran Berbasis Alat Peraga ………….. 22

4. Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional ……….. 26

B. Tinjauan Pustaka ………………………………………… 42

C. Kerangka Berpikir ………………………………………. 42

D. Rumusan Hipotesis ……………………………………… 44

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………………………………………… 45

B. Subjek Penelitian ………………………………………… 49

C. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 49

D. Instrumen Penelitian …………………………………….. 52

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………. 52

a. Validitas …………………………………………........ 52

b. Reliabilitas ………………………………………….... 54

F. Teknik Ananlisis Data …………………………………… 55

G. Hasil Belajar …………………………………………....... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data …………………………………………… 59

B. Analisis Data …………………………………………….. 61

1. Pembuatan Media Pembelajaran ……………………... 61

2. Hasil Analisis Data Ahli ……………………………... 63

3. Hasil Analisis Uji Coba Terbatas dan Tanggapan

Siswa ………………………………………………….

63

xi

4. Hasil Analisis Data Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………………………………………………..

69

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………… 73

B. Saran ……………………………………………………... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional ……………. 40

Tabel 2. Cara Mengatasi Gangguan Sistem Pengapian Konvensional ... 41

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrument Untuk Tenaga Ahli Materi …………….. 50

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrument Untuk Tenaga Ahli Media ……………... 50

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrument Tanggapan Siswa …………….………… 50

Tabel 6. Kisi-Kisi Tes …………….…………….………………........... 51

Tabel 7. Korelasi Koofisien …………….…………….………………... 53

Tabel 8. Tingkat Reliabilitas Instrument …………….………………… 54

Tabel 9. Kriteria Validasi Media …………….…………….…………... 55

Tabel 10. Arti Tingkat Penguasaan yang Dicapai …………….………… 58

Tabel 11. Hasil Klasifikasi tingkat kesukaran soal ………………..…… 63

Tabel 12. Kategori daya pembeda soal ………………….……………… 65

Tabel 13. Hasil validitas soal ………..………………….……………… 67

Tabel 14. Hasil pretest uji normalitas……………………………………. 69

Tabel 15. Hasil postes uji normalitas……………………………………. 69

Tabel 16. Hasil uji homogenitas ………………………………………… 70

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran …………………... 9

Gambar 2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale …………………...………... 12

Gambar 3. Sistem Pengapian Konvesional …………………...………….. 26

Gambar 4. Baterai …………………...…………………...………………. 27

Gambar 5. Kunci Kontak …………………...…………………...……….. 28

Gambar 6. Penampang Ignition Coil …………………...………………… 29

Gambar 7. Hubungan Koil Pengapian …………………...………………. 30

Gambar 8. Distributor …………………...…………………...…………... 31

Gambar 9. Platina …………………...…………………...………………. 32

Gambar 10. Kondensor …………………...…………………...…………... 33

Gambar 11. Centrifual Governor Advancer …………………...………….. 34

Gambar 12. Vacuum Advancer …………………...…………………...….. 34

Gambar 13. Konstruksi Kabel Tegangan Tinggi …………………...……... 35

Gambar 14. Konstruksi Busi …………………...…………………...……... 36

Gambar 15. Saat Platina Menutup …………………...…………………..... 36

Gambar 16. Timing Light …………………...…………………...………... 38

Gambar 17. Kerangka Berpikir Peneliti …………………...………………. 43

Gambar 18. Langkah-Langkah Penggunaan Metode R&D ……………….. 45

Gambar 19. Tampilan depan bagian isi materi ……………………………. 62

Gambar 20. Tampilan keseluruhan media pembelajaran ………………….. 62

Gambar 21. Grafik tingkat kesukaran soal ………………………………. 64

xiv

Gambar 21. Grafik kategori daya pembeda soal…………………………… 65

Gambar 22. Grafik validitas soal ………………………………………….. 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kejuruan dalam penjelasan atas Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pasal 15

menerangkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah

yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

kualitas pelaksanaan proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran tersebut

diperlukan adanya upaya pengembangan dan peningkatan penyelenggaran

pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan sekolah menengah kejuruan

(SMK) jurusan teknik kendaraan ringan (TKR) ditunjukkan dengan tercapainya

nilai kompetensi siswa di bidang sistem pengapian.

SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo terletak di jalan Purworejo Km.19,

pada sekolah tersebut terdapat empat program keahlian, yaitu program keahlian

teknik kendaraan ringan (TKR), program keahlian teknik sepeda motor (TSM),

Program keahlian busana butik (BB), dan program keahlian akuntansi (AK).

Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo pada

program keahlian TKR kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 semester gasal

diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Hasil belajar siswa pada kompetensi sistem

pengapian, nilai rata-rata kelas masih di bawah kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas XI TKR pada kompetensi

2

sistem pengapian semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 adalah 71,4 dengan

rata-rata untuk kelas XI TKR 1 adalah 7,18 dan kelas XI TKR 2 adalah7,1.

(2) Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tersebut

diatas disebabkan minimnya sarana pendidikan berupa media pembelajaran alat

peraga pada mata pelajaran sistem pengapian konvensional. (3) Dampak dari

minimnya sarana pembelajaran tersebut motivasi serta keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaranpun juga sangat kurang, banyak siswa yang bosan,

berbicara sendiri dengan temannya, kurang berani bertanya, dan lain-lain. Oleh

karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Pembelajaran pada prosesnya akan mempengaruhi kualitas dalam

menentukan keberhasilan pendidikan. Dalam proses pembelajaran terdapat

beberapa komponen yang saling berkaitan, apabila salah satu dari komponen

tersebut tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat bekerja dengan

lancar. Komponen-komponen tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga

kategori utama, yaitu (a) guru (pendidik), (b) materi pembelajaran, dan (c)

siswa. Siswa adalah objek yang unik dan memiliki keragaman dalam hal

kecakapan maupun kepribadian. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi

antara guru dengan siswa, agar guru bisa mengidentifikasi karaktersiswa, guru

dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

siswa. Materi pembelajaran adalah tali penyambung interaksi antara guru dan

siswa. Materi pembelajaran akan menentukan seberapa besar hasil belajar

siswa. Materi pembelajaran yang telah diinovasi oleh guru menjadi materi yang

3

menarik dan interaktif, yang dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan

menjadikan siswa menjadi lebih paham terhadap pelajaran yang sedang mereka

pelajari. Peran guru dalam mengembangkan materi pembelajaran adalah hal

yang sangat vital dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, peran guru

bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan

memberi fasilitas belajar, agar siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran

yang disampaikan, sehingga tercipta pembelajara yang baik dan menghasilkan

lulusan yang berkompeten di bidangnya. Peran guru dalam mengembangkan

media pembelajaran itu sangat perlu dalam mempengaruhi proses belajar.

Karena pada dasarnya dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat

penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan salah satu cara yang bagus untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Kontribusi media pembelajaran menurut

Kemp dan Dayton dalam Daryanto (2013:6) ialah : (a) Penyampaian pesan

pembelajaran dapat lebih berstandar (b) pembelajaran lebih menarik (c)

Pembelajaran lebih interaktif (d) Lama waktu pembelajaran dapat diperpendek

(e) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan (f) sikap positif siswa terhadap

materi pembelajaran dapat ditingkatkan (g) Peran guru dapat berubah ke arah

yang lebih positif. Namun, media pembelajaran sistem pengapian konvensional

di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo masih terintegrasi dalam engine stand

atau trainer, begitu juga dengan kompetensi yang lain seperti sistem pengisian,

sistem starter, sistem pendinginan dan lain-lain. Hal ini tentu akan menyulitkan

4

proses pembelajaran karena memungkinkan satu engine stand atau trainer

digunakan untuk lebih dari satu kelompok dengan job yang berbeda-beda. Oleh

karena itu perlu adanya media peraga dari suatu sistem yang terpisah dari

engine stand atau trainer. Dengan adanya media pembelajaran menggunakan

peraga sistem pengapian konvensional yang terpisah dari engine stand atau

trainer, siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami materi yang

disampaikan oleh pengajar. Selain itu dengan menggunakan media

pembelajaran peraga sistem pengapian diharapkan pembelajaran lebih

menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas sehingga akan

meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Dari beberapa alasan tersebut di atas, maka akan diadakan penelitian

dengan judul “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM

PENGAPIAN OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA TKR SMK N 1 SAPURAN WONOSOBO”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah di ungkapkan dalam latar belakang, memberikan

gambaran mengenai permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Siswa cenderung kurang termotivasi dan kurang aktif dalam mengikuti

pembelajaran.

2. Minimnya sarana pendidikan berupa media pembelajaran alat peraga pada

mata pelajaran sistem pengapian konvensional

3. Hasil belajar siswa pada sistem pengapian yang masih dibawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

5

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini di batasi

pada pengembangan media pembelajaran sistem pengapian otomotif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa TKR SMK N 1 Sapuran Wonosobo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional pada

kompetensi sistem pengapian di SMK N 1 Sapuran Wonosobo ?

2. Apa saja hambatan pembuatan media pembelajaran sistem pengapian

konvensional untuk kompetensi sistem pengapian ?

3. Apakah pembelajaran menggunakan media pembelajaran trainer sistem

pengapian konvensional berdampak pada meningkatnya motivasi belajar

dan keaktifan siswa serta berdampak pada peningkatan hasil belajar sesuai

standart KKM sekolah ?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional

pada kompetensi sistem pengapian di SMK N 1 Sapuran Wonosobo.

2. Mendeskripsikan hambatan pembuatan media pembelajaran sistem

pengapian konvensional untuk kompetensi sistem pengapian.

3. Siswa akan termotivasi dan aktif didalam mengikuti pembelajaran dengan

adanya media pembelajaran trainer sistem pengapian konvensional serta

hasil belajar siswa meningkat sesuai standar KKM sekolah.

6

F. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian atau informasi mengenai pembelajaran yang

menggunakan media pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem

pengapian konvensional pada mata pelajaran sistem pengapian.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan

pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui pengaruh

media pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem pengapian

konvensional pada mata pelajaran sistem pengapian.

b. Bagi guru

Mengoptimalkan peran guru dalam mengajar menggunakan media

pembelajaran berupa Stand atau trainer sistem pengapian konvensional

pada mata pelajaran sistem pengapian.

c. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar kompetensi sistem pengapian

konvensional

2) Meningkatkan motivasi dan disiplin dalam belajar materi sistem

pengapian konvensional

3) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran

materi sistem pengapian konvensional

7

d. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

masukan dalam menerapkan inovasi pembelajaran, khususnya dalam

pengadaan media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

8

BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSAKA, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

AECT (Assosiation for education and communication

technologi,1997) dalam Arsyad (2011:3) memberi batasan bahwa

media merupakan segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses

penyaluran informasi, sedangkan Gerlach dan Ely dalam Arsyad

(2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi

yang membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan,

atau sikap. Menurut Criticos dalam Daryanto (2013:5) Media

merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa

pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Usman dan

Asnawir, (2002:11) mengemukakan bahwa media merupakan sesuatu

yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,

perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada dirinya. Selain itu menurut Arsyad,

(2011:2) media merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses belajar

mengajar. Pembelajaran menurut Hamalik, (2013:70) merupakn

kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,

9

perlengkapan dan prosedur, dan kesemua itu aling mempegaruhi dalam

mencapai tujuan embelajaran. Dari semua pengertian tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan

pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran

dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

belajar.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Hamalik dalam Arsyad (2011:15) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dalam pembelajaran

media memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut Daryanto,

(2013:8) Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari

sumber (guru) menuju penerima (siswa), sedangkan metode adalah

prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah

informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam

proses pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut :

Gambar 1. Fungsi media dalam proses pembelajaran

diadaptasi dari Daryanto ( 2013:8)

10

Selain itu Daryanto (2013:5-6) mengemukakan bahwa media

pembelajaran berguna untuk : (a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu

verbalistis, dalam artian hasil dari pembelajaran tidak terlalu abstrak.

(b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. Jelas

disini menunjukkan upaya guru dalam menguasai kelas

pembelajarannya (c) Menimbulkan gairah belajar, agar siswa tidak

bosan atau merasa monoton dalam pembelajaran. (d) Menimbulkan

antusias siswa untuk belajar secara mandiri. (e) Memberi rangsangan

yang sama, dalam artian mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama. (f) Mengoptimalkan proses

pembelajaran agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya

menurut Ibrahim dalam Arsyad (2011:16) yang menyatakan bahwa

media pembelajaran membawa dan mebangkitkan rasa senang dan

gembira bagi murid dan memperbarui semangat, membantu

memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta mengidupkan

pelajaran.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif jika tidak ada

media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan salah

satu komponen dari belajar mengajar. Permasalahan dalam

menyampaikan materi pelajaran maupun informasi dalam

pembelajaran dapat dibantu dan diatasi dengan menggunakan

11

media tertentu sehingga akan membantu tercapainya tujuan

pembelajaran.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) manfaat media

pembelajaran antara lain: (a) Pembelajaran akan lebih menarik,

sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar terhadap siswa. (b)

Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai

tujuan pembelajaran. (c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, dalam

artian tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata

oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

(d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, mendemonstrasikan dan lain sebagainya.

d. Kriteria dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai (1992:4) bahwa ada beberapa

kriteria atau ukuran yang menjadi dasar dalam media pembelajaran,

antara lain : (a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, dipilih atas

dasar tujuan instruksional yang telah ditetapkan dengan unsur

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis. (b) Dukungan terhadap isi

bahan pembelajaran, bersifat fakta, prinsip, konsep dan generalisasi

agar mudah dipahami siswa. (c) Kemudahan memperoleh media,

setidaknya mudah dibuat oleh guru untuk pembelajaran. (d)

12

Keterampilan guru dalam menggunakannya dalam proses

pembelajaran. (e) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna

yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.

Ada beberapa pengklasifikasian media yang dikemukakan

oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Rudi Bertz dalam Usman dan

Asnawir (2002:27) mengklasifikasi media pada tiga unsur pokok yaitu

suara, visual dan, gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan pada tiga

bentuk yaitu gambar visual, garis dan, simbol, disamping itu juga

membedakan media siar dan media rekam, sehingga terdapat delapan

klasifikasi media mulai dari Media audio visual gerak, media audio

visual diam, media audio visual semi gerak, media visual gerak, media

visual diam, media visual semi gerak, media audio dan media cetak.

Seperti halnya menurut Edgar Dale yang diadaptasi dari Oemar

Hamalik dalam Usman dan Asnawir (2002:21-22) mengklasifikasi

pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling konkrit sampai

kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak, hal ini dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 2. Kerucut pengalaman edgar dale

diadaptasi dari Oemar Hamalik (1985:54)

13

Dari gambar kerucut pengalaman tersebut terdapat 12

klasifikasi media pembelajaran, yakni : (a). Pengalaman langsung,

diperoleh dengan berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian

atau objek yang sebenarnya. (b). Pengalaman tiruan, diperoleh melalui

benda-benda tiruan yang sebenarnya. (c). Pengalaman dramatisasi,

diperoleh dalam bentuk drama dari berbagai gerakan. (d). Pengalaman

Demonstrasi, diperoleh melalui percontohan mengenai sesuatu hal atau

sesuatu proses. (e). Pengalaman melalui karyawisata, diperoleh dengan

mengajak kelas ke objek diluar kelas. (f). Pengalaman melalui

pameran, diperoleh melaui pertunjukan hasil pekerjaan siswa. (g).

Pengalaman melalui TV, diperoleh melalui program pendidikan yang

ditayangkan oleh TV. (h). Pengalaman gambar hidup atau film,

diperoleh dari gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan

tertentu dan bergerak kontinyu. (i). Pengalaman melalui rasio,

diperoleh melalui siaran radio dalam bentuk wawancara,ceramah.

(j) Pengalaman melalui gambar, diperoleh dari segala yang diwujudkan

secara visual dalam bentuk dua dimensi. (k). Pengalaman melalui

lambang visual, diperoleh melalui lambing visual seperti sketsa. (l).

Pengalaman melalui lambing kata, diperoleh dalam buku dan bacaan.

e. Prinsip Pemilihan Media

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media

pembelajaran, sesuai yang di kemukakan oleh para ahli, antar lain

menurut Dick dan Carey di dalam Usman dan Asnawir (2002:126)

14

Pertama Ketersediaan sumber setempat, dalam artian jika media yang

bersangkutan tidak ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua

Tersedia dana, tenaga dan fasilitasnya untuk membeli atau

memproduksinya. Ketiga Media yang dihasilkan ketahanannya

digunakan dalam jangka lama dan dapat digunakan kapanpun serta

mudah dibawa. Keempat Efektif dan efisien dalam jangka waktu

panjang.

Sedangkan menurut Usman dan Asnawir (2002:15-16) hal yang

perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran diantaranya :

(a). Media yang dipilih hendaknya selaras dengan dan menunjang

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, harus jelas dan

operasional, spesifik serta tergambar dalam bentuk perilaku. (b).

Kesesuaian materi dengan media yang digunakan, karena akan

berdampak pada hasil pembelajaran siswa. (c). Media yang dipilih

dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa)

dan sesuai dengan kondisi siswa. Agar dapat dicapai pembelajaran

secara optimal. (d). Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media

harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para

ahli pendidikan. Belajar memilliki suatu pengertian yang amat

komplek sehingga sulit dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya

15

belajar itu, meskipun sesungguhnya belajar sudah pernah dialami

setiap orang. Beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli

mengenai belajar antara lain menurut Arsyad (2011:1) Belajar adalah

suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang

sepanjang hidupnya, dan terjadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Selain itu Hamalik (2013:52)

mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah

laku melalui interaksi dengan lingkungan. Selain itu Hamalik

(2013:73) mengemukakan bahwa belajar memiliki tujuan yaitu

tercapainya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan siswa telah

melakukan pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan dan,

sikap-sikap baru.

Dari pengertian diatas data ditarik kesimpulan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Bukti bahwa seorang telah belajar

adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti. Dalam penelitian ini, siswa akan diberi

perlakuan berupa pembelajaran dengan media stand atau Trainer

sistem pengapian konvensional dan diharapkan akan meningkatkan

hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah perbandingan antara hasil belajar siswa

16

dengan metode ceramah dengan pembelajaran menggunakan media

stand atau Trainer sistem pengapian konvensional.

b. Faktor Hasil Belajar

Adapun kegiatan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh

beberapa keadaan atau peristiwa dalam mencapai keberhasilan belajar.

Menurut Slameto (2013:54), keadaan atau faktor yng mempengaruhi

belajar dibagi menjadi dua golongan, yakni faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam indvidu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar

individu yang sedang belajar. Secara singkat kadaaan tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

(1) Faktor Internal

Pada keadaan atau faktor internal dapat diidentifikasi didalam tiga

keadaan menurut Slameto (2013:54-60). Pertama Faktor jasmaniah

yang terdiri dari faktor kesehatan, proses belajar seseorang akan

terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa

akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lemah, atau ada gangguan-gangguan kelainan-kelainan

fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar

dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badan selalu terjaga

dengan selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang bekerja,

belajar istirahat, makan, olahraga secara teratur dan rekreasi serta

ibadah. Kedua faktor psikologis, faktor ini yang dapat dipengaruhi

17

belajar adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motifasi,

kematangan dan kesiapan. Ketiga faktor kelelahan, apabila dalam

keadaan kelelahan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang,

kelelahan ini dapat dibedakan kembali menjadi dua macam yakni,

kelelahan rohani (bersifat psikis) dan kelelahan fisik.

(2) Faktor Eksternal

Pada keadaan atau faktor eksternal siswa menurut Slameto (2013:60-

72), diuraikan kedalam tiga faktor, pertama pada faktor keluarga siswa,

cara orang tua didalam mendidik anak pengaruhnya sangat besar

terhadap proses belajar anak, artinya untuk pendidikan dalam ukuran

kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran

besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Maka cara orang

tua yang mendidik anak-anaknya sangat berpengaruh terhadap

proses belajar dan hasil belajar yang dicapai anaknya. Kemudian

suasana rumah, rumah yang sering dipakai keperluan-keperluan

misalnya resepsi, pertemuan, pesta-pesta dan lain-lain, dapat

mengganggu belajar anak. Kedua Keadaan sekolah, Menurut Slameto,

2013:64, faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar adalah

metode mengajar, kurikulum, reaksi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah yang

sedikit setiap mata pelajaran, standart pelajaran, fasilitas, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor yang ketiga yakni

faktor masyarakat, Menurut Slameto (2013:69-72) masyarakat

18

merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar

siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam

masyarakat mulai dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media (

majalah, bioskop dan sebagainya), selanjutnya tema bergaul dalam

masyarakat serta bentuk kehidupan masyarakat, maka perlu kiranya

siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang culkup bijak dari

orangtua dan pendidik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,

seperti faktor tingkat kemampuan kognitif, faktor psikomotorik, dan

afektif, minat, motivasi. Faktor eksternal merupakan yang datang

dari luar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu

faktor lingkungan, faktor intruksional, kurikulum, bahan ajar, metode

penyajian belajar. Meskipun dalam kegiatan belajar mengajar

terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi tentang hasil

belajar dari siswa, faktor media pembelajaran atau intruksional juga

sangat penting, karena media pembelajaran (instruktional) dapat

menyajikan peristiwa yang komplek, rumit, berlangsung sangat cepat

atau lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.

c. Keberhasilan Belajar

Keberhasilan atau prestasi belajar didalam Casudi (2011:7)

ditentukan oleh interaksi berbagai faktor. Peranan faktor penentu itu

19

tidak selalu sama dan tetap. Besarnya kontribusi salah satu faktor

akan ditentukan oleh kehadiran faktor lain dan sangat bersifat

situasional, yaitu tidak dapat diprediksikan dengan cermat akibat

keterlibatan faktor lain yang sangat variatif. Penilaian terhadap

prestasi belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi

tersebut guru pembimbing dapat menyusun metode mengajar dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun masing-masing individu.

Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam

sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi

hasil belajar dari Benyamin Bloom didalam Casudi (2011:7) yang

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah. Tes hasil belajar yang diukur

dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kongnitif saja. Hasil

belajar ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual,

yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah

menempuh tes evaluasi pada pokok bahasan sistem pengapian

konvensional.

20

Hasil belajar ranah kognitif didalam Casudi (2011:7) terdiri dari

6 aspek, yaitu (1) Pengetahuan (knowledge) merupakan jenjang

kemampuan mencakup pengetahuan faktual di samping pengetahuan

hafalan dan ingatan (rumus, batasan, definisi, istilah-istilah). (2)

Pemahaman misalnya menghubungkan grafik dengan kejadian,

menghubungkan dua konsep yang berbeda. (3) Aplikasi adalah

kesanggupan menerapkan dan menggunakan abstraksi yang berupa

ide, rumus, teori ataupun prinsip-prinsip ke dalam situasi baru dan

konkret. (4) Analisis adalah usaha menguraikan suatu situasi atau

keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen

pembentuknya. (5) Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-

unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk yang menyeluruh dan (6)

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan nilai tentang

sesuatu berdasarkan pendapat dan pertimbangan yang dimiliki dan

kriteria yang dipakai dalam hal ini evaluasi dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana anak didik tersebut berkembang.

Hasil belajar ranah afektif menurut David Karthwahl didalam

Casudi (2011:8) berhubungan dengan sikap, minat, emosi, perhatian,

penghargaan dan pembentukan karakteristik diri. Hasil belajar

afektif tampak dalam siswa dalam tingkah laku, disiplin, motivasi

belajar, menghargai guru dan teman serta hubungan sosial. Ranah

afektif terdiri dari 5 aspek, yaitu : (1) Penerimaan yaitu penerimaan

secara pasif terhadap masalah situasi, nilai dan keyakinan, contoh

21

mendengarkan penjelasan dari guru tentang suatu materi. (2) Jawaban

yaitu keinginan dan kesenangan menanggapi/merealisasikan sesuatu,

contoh menyerahkan laporan praktikum tepat waktu. (3) Penilaian

yaitu berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

situasi tertentu, contoh bertanggung jawab terhadap alat-alat

praktikum. (4) Organisasi yaitu konseptualisasi nilai-nilai menjadi

sistem nilai. (5) Karakteristik yaitu keterpaduan semua sistem nilai

yang telah dimiliki siswa yang mempengaruhi kepribadian siswa

tersebut.

Menurut E.J. Simpson dalam Casudi (2011:9) ranah

psikomotorik terdiri dari 5 aspek yaitu : (1) Persepsi yaitu langkah

pertama dalam melakukan kegiatan yang bersiufat motoris ialah

menyadari obyek, sifat atau hubungan-hubungan melalui alat

indera.langkah inilah bagian utama dalam rangkaian-situasi-

interpensi-tindakan yang akan menimbulkan kegiatan motoris. (2) Set

adalah kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk

beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. (3) Respon

terbimbing yaitu inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan

keterampilan motorik yang akan ditekankan ialah kemampuan-

kemampuan yang merupakan bagian dari ketrampilan yang lebih

kompleks.dan perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi

dengan bimbingan individu lain. (4) Respon mekanis yaitu pada ini

siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak sudah

22

terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan

dalam dirinya untuk merespon sesuai dengan jenis-jenis

perangsangan dan situasi yang dihadapi. (5) Respon kompleks yaitu

pada taraf ini individu dapat melakuan perbuatan motoris yang

boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut

sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efesien dan

lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sidikit

mungkin.

Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar ranah

psikomotorik berhubungan dengan keterampilan, kemampuan gerak

dan bertindak. Psikomotorik biasanya diamati pada saat siswa

melakukan praktek. Pencapaian belajar peserta didik

didokumentasikan dalam bentuk buku laporan nilai. Buku laporan

nilai berisi informasi hasil belajar peserta didik yang memberikan

gambaran secara rinci tentang pencapaian kompetensi pada tahap

waktu pembelajaran tertentu.

3. Media Pembelajaran Berbasis Alat Peraga

Media peraga sistem pengapian didalam Casudi (2011:2) adalah

seperangkat media bantu guru dalam memudahkan proses belajar

mengajar sistem pengapian. Media peraga sistem pengapian dikemas

dalam satu paket yang terdiri dari rangkaian komponen-komponen sistem

pengapian konvensional, adapun fungsi media peraga ini adalah : (a)

Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. (b) Untuk menjelaskan

23

materi secara visual, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran

yang disamaikan oleh guru. (c) Interaksi guru dan siswa akan lebih baik.

(d) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan.

Tampilan dari media trainer akan memperjelas sajian ide,

menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat

dilupakan jika tidak divisualkan. Menurut Hasan S didalam Dwi Budi

Rahayu (2012:23) mengemukakan bahwa trainer merupakan suatu set

peralatan di laboratorium yang digunakan sebagai media pendidikan

yang merupakan gabungan antara model kerja dan mock-up. Trainer

ditujukan untuk penunjang pembelajaran peserta didik dalam menerapkan

pengetahuan/konsep yang diperolehnya pada benda nyata. Model mock-

up adalah suatu penyerderhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses

atau sistem yang lebih ruwet. Benda-benda tiga dimensi yang dapat

disentuh dan diraba oleh siswa merupakan aplikasi dari media

trainer. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan obyek maupun

situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan. Pemodelan suatu

benda ataupun alat peraga yang memungkinkan untuk bisa dibuat

dengan biaya yang murah dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan

media dari suatu sistem.

Pengertian media trainer, menurut Khosnevis didalam Dwi Budi

Rahayu (2012:23) bahwa trainer merupakan proses simulasi aplikasi

membangun model dari sistem nyata atau usulan sistem, melakukan

eksperimen dengan model tersebut untuk menjelaskan perilaku sistem,

24

mempelajari kinerja sistem, atau untuk membangun sistem baru sesuai

dengan kinerja yang diinginkan. Sedangkan menurut Anderson didalam

Dwi Budi Rahayu (2012:23), objek yang sesungguhnya atau benda

model yang mirip sekali dengan benda nyatanya akan memberikan

rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari tugas yang

menyangkut keterampilan psikomotorik. Penggunaan media objek dalam

proses belajar secara kognitif untuk mengajarkan pengenalan kembali

dan atau pembedaan akan rangsangan yang relevan, secara afektif

dapat mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan sejak awal

latihan, sedangkan secara psikomotorik, memberikan latihan atau

untuk menguji penampilan dalam menangani alat, perlengkapan dan

materi pekerjaan.

Tiga teknik latihan menggunakan media objek Anderson didalam

Dwi Budi Rahayu (2012:24) yaitu : (1) Latihan simulasi, dalam latihan ini

siswa bekerja dengan model tiruan dari alat, mesin atau bahan lain

yang sebenarnya dalam lingkungan yang meniru situasi kerja nyata. (2)

Latihan menggunakan alat, dalam latihan ini siswa dapat bekerja

dengan alat dan benda yang sebenarnya, tetapi tidak dalam lingkungan

kerja yang nyata. (3) Latihan kerja, dalam latihan ini siswa dapat bekerja

dengan objek-objek kerja yang sebelumnya dalam lingkungan kerja yang

nyata.

25

a. Kelebihan Penggunaan Media Trainer

Menurut Suryani didalam Dwi Budi Rahayu (2012:24) beberapa

kelebihan media trainer sebagai media pembelajaran adalah sebagai

berikut: (1) Tidak semua sistem dapat dipresentasikan dalam model

matematis, simulasi merupakan alternatif yang tepat. (2) Dapat

bereksperimen tanpa adanya resiko pada sistem yang nyata,

dengan simulasi memungkinkan untuk melakukan percobaan terhadap

sistem tanpa harus menangung resiko terhadap sistem yan berjalan. (3)

Simulasi dapat mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu

danmemberikan alternatif desain terbaik sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan. (4) Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka

panjang dalam waktu yang relatif singkat. (5) Dapat menggunakan input

data bervariasi. (6) Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam

memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

(7) Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

model pembelajaran dengan menggunakan media trainer ini bisa

menggunakan benda-benda yang ada di sekitar sebagai media

pembelajaran.Media tersebut bisa benda asli maupun benda tiruan atau

miniatur.

b. Kelemahan Penggunaan Media Trainer

Media trainer juga memiliki kelemahan sebagai media pembelajaran,

menurut Suryani didalam Dwi Budi Rahayu (2012:25) yaitu: (1)

Kualitas dan analisis model tergantung pada si pembuat model, (2)

26

Hanya mengestimasi karakteristik sistem berdasarkan masukan tertentu,

(3) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas

hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.

4. Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional

Motor pembakaran dalam (internal combustion engine)

menghasilkan tenaga dengan jalan membakar campuran udara dan bahan

bakar di dalam silinder. Pada motor bensin, pembakarannya dilakukan

dengan menggunakan loncatan bunga api dari busi, sedangkan pada

motor diesel dengan memanfaatkan panas dari proses kompresi.

Sistem pengapian (ignition system) pada kendaraan berfungsi

untuk menaikkan tegangan baterai dari 12 volt menjadi 10.000 volt –

20.000 volt dengan menggunakan ignitin coil. Sistem pengapian adalah

sistem yang digunakan untuk melakukan pembakaran campuran bahan

bakar yang telah dikompresikan. Didalam ruang bakar ketika

campuran bahan bakar yang sudah dikompresi dan memiliki tekanan

tinggi terbakar maka akan timbul daya atau tenaga. Maka daya tersebut

akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan dengan melalui

pemindahan daya.

Gambar 3. Sistem pengapian konvesional

27

1) Komponen Sistem Pengapian Konvensinal

Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen

utama, yaitu : baterai, kunci kontak, koil pengapian (ignition coil),

distributor, platina (contact point), kondensor, centrifugal advancer,

vacuum advancer, kabel tegangan tinggi, dan busi.

a. Baterai

Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai arus

listrik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan sistem

kelistrikan lainnya.

Gambar 4. Baterai

Alat ini menyimpan arus listrik dalam bentuk energi kimia yang

dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem

kelistrikan atau alat yang memerlukannya. Dalam baterai terdapat plat

positif dan plat negatif sebagai terminal baterai. Plat-plat tersebut

biasanya terbuat dari timbal dan timah, maka baterai ini disebut baterai

timah. Ruang dalamnya dibagi menjadi beberapa sel dan dalam masing

masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam didalam larutan

elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik tegangan rendah 12 volt.

Kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa, sedangkan kutub

positif baterai dengan koil pengapian (ignition coil) melalui kunci

28

kontak. Perawatan baterai sangat sederhana, karena baterai yang

sesungguhnya adalah baterai yang telah dirancang dengan perawatan

yang rendah.

b. Kunci Kontak

Kunci kontak dalam sistem pengapian berguna untuk

menghubungkan dan memutuskan arus dari baterai ke terminal positif

ignition coil. Kunci kontak ini mempunyai empat terminal yaitu

terminal B yang dihubungkan dengan baterai, terminal IG yang

dihubungkan dengan sistem pengapian, terminal ST yang dihubungkan

denagn sistem starter, dan terminal ACC dihubungkan dengan accesoris

dan komponen lain pada kendaraan yang memerlukan arus listrik. Pada

posisi ON, arus dari baterai dialirkan ke semua sistem, sedangkan pada

posisi OFF arus akan diputus dari semua sistem termasuk sistem

pengapian.

Gambar 5. Kunci kontak

c. Koil Pengapian (ignition coil)

Koil pengapian (ignition coil) berfungsi untuk menaikkan tegangan

yang berasal dari baterai (12 volt menjadi 10.000 – 20.000 volt) agar

terjadi loncatan bunga api listrik. Ignition coil terdiri dari lilitan atau

29

kumparan, biasa disebut dengan kumparan primer dan kumparan

sekunder.

Gambar 6. Penampang ignition coil

Kumparan primer terbuat dari kawat atau lilitan yang lebih besar,

berfungsi untuk menghasilkan kemagnetan yang tinggi, sedangkan

kumparan sekunder terdiri dari kawat atau lilitan yang lebih kecil dan

lebih banyak, berfungsi untuk menaikkan tegangan induksi dari 12 volt

menjadi 20.000 volt saat terjadi pemutusan arus.

Apabila pada inti besi dililitkan dua buah kumparan yaitu kumparan

primer dan kumparan sekunder, kemudian pada kumparan dialiri arus

listrik, dan arus listrik tersebut diputus, maka tegangan induksi tidak

hanya terjadi pada kumparan primer saja melainkan pada kumparan

sekunder juga terjadi tegangan induksi. Oleh karena itu tegangan

induksi terjadi pada kedua kumparan secara bersama maka peristiwa ini

dikenal dengan induksi bersama.

30

Gambar 7. Hubungan koil pengapian

(ignition coil)

Besarnya tegangan induksi pada kumparan sekunder tergantung dari

besarnya tegangan induksi pada kumparan primer dan perbandingan

gulungan antara kumparan sekunder dengan kumparan primer.

Perbandingan tegangan sebanding dengan perbandingan jumlah lilitan,

apabila jumlah lilitan primer banyak, sedangkan sedangkan jumlah

lilitan sekunder sedikit maka tegangan induksi kecil, sebaliknya apabila

jumlah lilitan primer sedikit sedangkan jumlah lilitan sekunder banyak

maka tegangan induksi besar. Pada koil pengapian dibutuhkan tegangan

induksi yang tinggi sehinga lilitan sekunder pada koil dibuat lebih

banyak dari lilitan primer.

d. Distributor

Distributor berfungsi sebagai penghubung untuk mendistribusikan

arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder

ignition coil ke masing-masing busi. Poros distributor dihubungkan

dengan poros nok mesin jika mesin berputar dua kali maka distributor

baru berputar satu kali. Pada distributor terdapat rotor yang berfungsi

membagikan arus listrik tegangan tinggi ke masing-masing busi melalui

kabel tegangan tinggi. Kabel tegangan tinggi terdapat pada tutup

31

distributor berfungsi untuk mengalirkan tegangan tinggi ke busi untuk

pembakaran. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi secara berkala juga

perlu dilakukan. Hal ini untuk mengetahui hambatan pada kabel dan

juga kebocoran atau kerusakan yang lain. Selain bagian-bagian tersebut

juga ada bagian lain yang perlu diperiksa, termasuk tutup distributor

yang dimungkinkan retak atau pecah. Jika hal ini terjadi maka akan

terjadi kebocoran arus listrik yang bisa membahayakan, seperti contoh

kesetrum jika memegang bagian yang bocor.

Gambar 8. Distributor

32

e. Platina

Platina berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus

primer dengan massa, sehingga terjadi tegangan induksi pada ignition

coil. Platina terdiri dari dua bagian yang dapat dipisahkan yaitu bagian

yang dapat bergerak (contact point) dan bagian yang diam (contact

plate) yang dipasang pada rumah distributor dengan baut.

Gambar 9. Platina

Platina mempunyai sudut dwell, yaitu sudut untuk lama waktu

menutup kontak platina, bila sudut dwell terlalu kecil akan

mengakibatkan pengapian kecil, bila terlalu besar maka koil akan

cepat panas. Besar sudut dwell untuk motor 4 silinder biasanya 52°-

56°. Kontak platina yang rusak dapat mengganggu pengaliran arus

pada koil pengapian, sehingga loncatan bunga api busi akan kecil,

akibatnya tenaga yang dihasilkan akan menurun, konsumsi bahan bakar

menjadi lebih tinggi dan nilai gas bekas yang lebih jelek.

f. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk menyerap arus listrik atau

mencegah terjadinya loncatan bunga api pada titik kontak platina

pada saat platina membuka, sehingga tidak terjadi penurunan

33

tegangan sekunder. Di samping itu kondensor juga berfungsi untuk

mempercepat pemutusan arus primer, sehingga tegangan sekunder

menjadi meningkat.

Gambar 10. Kondensor

Pada saat platina membuka, maka kondensor akan menyerap arus

listrik pada platina sehingga tidak akan terjadi percikan bunga api pada

platina. Hal ini akan membuat platina tidak cepat panas dan

mencegah keausan pada platina sehingga pemakaian platina akan

lebih lama. Kapasitas kondensor diukur dalam mikro farad. Pada

kendaraan Toyota, kondensor yang dipergunakan ada tiga macam

yaitu : (1) kondensor dengan kabel warna hijau, kapasitasnya 0,15

mikro farad (2) kondensor dengan kabel warna kuning,

kapasitasnya 0,22 mikro farad (3) kondensor dengan kabel warna

biru, kapasitasnya 0,25 mikro farad.

g. Centrifugal Advancer

Centrifugal advancer berfungsi untuk memajukan saat pangapian

sesuai dengan putaran mesin. Alat ini dipasang pada poros

distributor, dan terdiri dari bobot pengatur (bandul sentrifugal) dan

34

pegas pengembali (governor spring).

Gambar 11. Centrifual governor advancer

Apabila mesin diakselerasi, maka bandul akan mengembang

sehingga akan menggesar nok distributor akibatnya saat pengapian

akan maju. Apabila mesin deselerasi maka bandul akan kembali ke

posisi awal dengan adanya pegas pengembali.

h. Vacuum Advancer

Gambar 12. Vacuum advancer

Vacuum advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian pada

saat beban mesin bertambah. Bagian ini terdiri dari breaker plate

dan vacuum advancer, yang bekerja atas dasar kevakuman yang

terjadi di dalam intake manifold.

35

i. Kabel Tegangan Tinggi

Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik

tegangan tinggi dan koil pengapian (ignition coil) ke busi. Kabel

tegangan tinggi harus mampu mengalirkan arus listrik tegangan

tinggi yang dihasilkan di dalam koil pengapian (ignition coil) ke

busi melalui distributor tanpa adanya kebocoran. OIeh sebab itu,

penghantar (core) dibungkus.

Gambar 13. Konstruksi kabel tegangan tinggi

j. Busi (Spark Plug)

Busi berfungsi untuk mengubah energi listrik tegangan tinggi

dari ignition coil menjadi percikan bunga api pada kedua elektroda.

Arups listrik yang melompat akan membakar campuran bahan bakar

dengan udara yang telah dikompresi pada ruang bakar. Busi terdiri

dari rumah logam, insulator dan elektroda yang dicor pada tengah

busi. Rumah logam berfungsi sebagai elektroda negatif, ulir pada rumah

busi berfungsi untuk meningkatkan/mengencangkan busi pada kepala

silinder.

36

Gambar 14. Konstruksi busi

Pada busi terdapat kode abjad dan angka yang menerangkan

karakteristik dan nilai panas busi. Kode tersebut berbeda-beda

tergantung pada pembuatannya, contoh pada NGK semakin besar

nomornya semakin dingin nilai panasnya, sedangkan semakin kecil

nomornya semakin panas. Kerja terbaik busi apabila suhu elektroda

tengahnya berada sekitar 450° - 950° C.

2) Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

a. Saat Platina Menutup

Gambar 15. Saat platina menutup

Maka arus akan mengalir dari baterai ke kunci kontak

kemudian ke positif koil kemudian ke negatif koil, lalu ke platina dan

ke massa. Sehingga pada kumparan primer koil akan timbul

kemagnetan atau garis-garis gaya magnet.

37

b. Saat Platina Membuka

Saat kunci kontak diposisi start, maka mesin akan berputar,

sehingga arus akan mengalir dari baterai ke kunci kontak kemudian ke

positif koil kemudian ke negatif koil, lalu ke platina saat mesin

berputar maka platina yang tadinya menutup akan membuka oleh nok

pada platina, sehingga terjadi pemutusan arus secara tiba-tiba. Hal ini

menyebabkan timbulnya induksi tegangan tinggi pada koil,

tegangan induksi ini kemudian diteruskan ke distributor kemudian

kabel tegangan tinggi kemudian ke busi untuk proses pembakaran.

c. Saat Pengapian

Saat pengapian adalah waktu pada saat busi meloncatkan

bunga api untuk mulai pembakaran. Saat pengapian diukur dalam

satuan derajat poros engkol, saat pengapian sangat berpengaruh sekali

dengan kinerja mesin, terutama dengan besarnya tenaga yang dihasilkan

mesin.

1) Saat Pengapian Terlalu Awal

Mengakibatkan knocking, daya motor berkurang, mesin menjadi

terlalu panas dan menimbulkan kerusakan (pada torak, bantalan,

dan busi). Knocking adalah bahan bakar sudah terbakar sebelum

piston bergerak ke TMA, sehingga terjadi benturan antara piston

yang bergerak ke atas (menuju TMA) dengan tekanan pembakaran

di dalam silinder.

38

2) Saat pengapian tepat

Menghasilkan langkah usaha yang bagus, bahan bakar lebih

ekonomis, dan daya motor maksimum. Akhir pembakaran (tekanan

pembakaran maksimum) berada dekat setelah TMA sehingga tenaga

yang dihasilkan maksimal.

3) Saat Pengapian Terlalu Lambat

Menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis / tekanan

pembakaran maksimum jauh sesudah TMA, daya motor berkurang,

boros bahan bakar. Akhir pembakaran terjadi jauh setelah piston

bergerak ke TMB sehingga tenaga yang dihasilkan kurang maksimal.

Saat pengapian pada umumnya antara 5-10 ⁰ sebelum TMA. Untuk itu,

saat pengapian perlu dilakukan penyetelan agar menghasilkan tenaga

mesin yang optimal. Alat yang digunakan untuk mengetahui waktu

pengapian yaitu timing light dan tacho meter digunakan untuk

mengetahui rpm mesin.

Gambar 16. Timing light

39

Untuk melakukan penyetelan saat pengapian dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Setel putaran stasioner mesin dengan alat ukur tacho meter

sesuai standar pabrik, pada umunya 700-1000 rpm.

b) Pasang timing light, dan lihat saat pengapian pada puli mesin

atau poros engkol dengan lampu timing light.

c) Apabila belum tepat lakukan penyetelan dengan memutar distributor.

Caranya kendorkan baut pengikat distributor, kemudian putar

distributor sampai saat pengapian tepat, tahan dan kencangkan

kembali.

3) Trouble Shooting Pada Sistem Pengapian Konvensional

a. Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional

Salah satu syarat supaya mesin dapat hidup adalah adanya

pengapian yang kuat, apabila ada salah satu komponen pengapian

mengalami gangguan akan menyebabkan terganggunya sistem

pengapian secara keseluruhan, sehingga mesin akan kurang optimal.

40

Tabel 1. Gangguan pada sistem pengapian konvensional

N0 Gangguan Penyebab

1 Platina cepat aus Kondensor yang rusak dapat

menyebabkan platina cepat aus, pada

saat platina membuka bila kondensor

rusak, maka percikan api akan

terjadi pada platina, percikan yang

berlebihan akan menyebabkan platina

menjadi lebih panas dan lama

kelamaan akan aus.

2 Koil cepat panas Celah platina yang terlalu sempit

menyebabkan membukanya platina

terlalu cepat dan sudut dwell terlalu

besar, sehingga arus dari baterai

yang masuk ke koil besar, akibatnya

kumparan primer akan menjadi panas

dan juga menimbulkan indukstansi

diri pada kumparan sekunder pada

koil, sehingga koil cepat panas.

3 Bunga api pengapian kecil Tegangan induksi pada kumparan

primer kecil sehingga menyebabkan

menurunnya kualitas percikan bunga

api, hal ini dikarenakan :

a) Sirkuit ke kumparan primer

ignition coil mengalami kerusakan,

sehingga aliran arus ke kumparan

primer menjadi terganggu.

b) Penyetelan celah platina yang

terlalu rapat akan menyebabkan arus

yang masuk kecil, sehingga pada

putaran tinggi pengapian tidak

mencukupi.

c) Kabel tegangan tinggi mengalami

kebocoran atau rusak.

d) Tegangan baterai yang lemah atau

menurun, sehingga tidak cukup untuk

membangkitkan tegangan pada ignition

coil.

4 Pengapian sukar hidup Pengapian sukar hidup membuat

mesin sulit sekali untuk distart,

penyebab-penyebabnya adalah :

a) Koil pengapian rusak

b) Baterai lemah

c) Platina kotor atau penyetelnya tidak

tepat dan kabel busi rusak/kotor

41

b. Cara Mengatasi Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional

Ada beberapa gangguan ataupun kerusakan yang terjadi pada

sistem pengapian konvensional. Cara mengatasi gangguan atau

kerusakan tersebut juga berbeda-beda pula.

Tabel 2. Cara mengatasi gangguan sistem pengapian konvensional

N0 Gangguan Cara mengatasi

1 Platina cepat aus Platina yang cepat aus disebabkan oleh

kondensor yang rusak, maka untuk

memperbaikinya dengan mengganti

kondensor.

2 Koil cepat panas Menyetel celah platina yang terlalu

sempit mengakibatkan koil cepat

panas, maka lakukan penyetelan

platina sesuai standar kendaraan.

3 Bunga api pengapian kecil Penyebab bunga api pengapian kecil

ada bermacam-macam, untuk

mengatasinya adalah :

a) Memeriksa sirkuit pengapian,

apabila ada yang hubung singkat atau

putus perbaiki.

b) Menyetel celah platina yang terlalu

rapat akan menyebabkan arus yang

masuk kecil.

c) Memeriksa kabel tegangan tinggi,

mungkin rusak untuk mengatasinya

ganti kabel tegangan tinggi.

d) Memeriksa tegangan baterai, bila

kecil maka charge baterai.

4 Pengapian sukar hidup a) Memeriksa koil pengapian, bila

rusak ganti koil.

b) Memeriksa tegangan baterai, bila

kecil maka charge baterai.

c) Melakukan pemeriksaan platina,

bila penyetelannya tidak tepat maka

lakukan penyetelan.

d) Memeriksa kabel tegangan tinggi,

mungkin rusak, untuk mengatasinya

ganti kabel tegangan tinggi.

42

B. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

Penelitian oleh Anton Mujahid (2014) yang berjudul “Pengembangan media

pembelajaran alat peraga pada sistem starter mobil untuk meningkatkan hasil

belajar siswa di smk cipta karya prembun” menunjukkan terdapat selisih

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang menggunakan media

pembelajaran dengan nilai rata-rata kelas kontrol 70,25 dan nilai rata-rata

kelas eksperimen 79,25, selisih keduanya sebesar 9 dan juga hasil nilai rata-

rata kelas eksperimen sudah diatas KKM.

C. Kerangka Berpikir

Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung

jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk membina

para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

suatu kegiatan instruksional diklat atau kegiatan pembelajaran akan sangat

dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat merencanakan program

pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,

menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan instruksional diklat,

menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan

mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak

terlepas dari media bantu mengajar yang digunakan oleh seorang guru. Pada

penelitian ini akan dibuat pengembangan media pembelajaran berupa trainer

sistem pengapian konvensional untuk kompetensi sistem pengapian pada

jurusan teknik kendaraan ringan. Berdasarkan latar belakang yang sudah

43

diuraikan sebelumnya kemudian ide untuk mengembangkan media

pembelajaran muncul. Berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka

berfikir penelitian ini :

Gambar 17. Kerangka berpikir peneliti

Pengembangan media pembelajaran

Latar Belakang

Identifikasi masalah

Ide mengembangkan media

pembelajaran

Trainer pembelajaran yang sudah

dikembangkan

Tahap pra produksi

Tahap produksi

Alat dan bahan

Validasi dan revisi

Uji kelayakan

Trainer pembelajaran yang layak

untuk digunakan

44

D. Rumusan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpulkan.

Karena bersifat sementara, maka jawaban tersebut bisa benar dan bisa salah.

Dianggap benar bila sesuai dengan kenyataan yang ada atau yang didapat dari

hasil penelitian, sedangkan dianggap salah bila tidak sesuai dengan kenyataan

yang diperoleh dari hasil penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan

dapat dirumuskan bahwa hipotesisnya adalah terjadi peningkatan hasil belajar

pada mata pelajaran sistem pengapian otomotif yang disini sistem pengapian

konvensional setelah menggunakan media peraga sistem pengapian pada

siswa TKR SMK N 1 Sapuran Wonosobo.

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pendidikan yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan desain penelitian dan pengembangan atau research and

development, karena menurut Sugiyono (2012:407) adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut. Penelitian pendidikan disini untuk menghasilkan produk

berupa trainer, dan menguji keefektifan trainer tersebut dengan pengembangan

media pembelajaran sistem pengapian untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Sapuran Wonosobo.

Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 18. Langkah-langkah penggunaan Metode R&D

Potensi &

Masalah

Pengumpulan

Data

Desain

Produk

Validasi

Desain

Revisi

Produk

Ujicoba

Produk

Revisi

Desain

Pemakaian

Produk

46

1. Potensi dan Masalah

Peneltian ini dilaksanakan dari adanya potensi dan masalah. Menurut

Sugiyono (2012:409) Potensi adalah mendayagunakan segala sesuatu agar

memiliki suatu nilai tambah suatu produk yang diteliti. Sedangkan masalah

yang terdapat didalam penelitian ini adalah belum adanya media

pembelajaran sistem pengapian yang interakif untuk mendukung

meningkatnya hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang ada masih

berupa presentasi-presentasi dalam ceramah dan masih lemah didalam segi

interaktifitas. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan proses

pendidikan lebih berkualitas dengan hasil yang optimal.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan informasi dilakukan guna mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam pengembangan sehingga peneliti dapat menentuakan

pengembangan yang terdapat dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Ada

dua cara yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data, yaitu angket dan

tes.

3. Desain produk

Desain yang digunakan dalam penelitian tentang meditasi ini

menggunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development/

R&D). Produk pengembangan media dapat dikatakan sebagai media

pembelajaran apabila media tersebut dirancang berdasar tujuan-tujuan

pendidikan tertentu sehingga keberadaannya merupakan bagian integral dari

sistim pendidikan. Pengembangan media/bahan pendidikan merupakan

47

proses penterjemahan spesifikasi desain pembelajaran menjadi wujud fisik

berupa media yang tersaji dalam satu atau beberapa media.

4. Validasi Desain

Validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk yang akan dihasilkan sesuai dengan harapan yakni lebih efektif

dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada

tahapan ini, peneliti yang telah mendesain produk belum mengetahui apakah

desain produk tersebut dapat diterapkan dalam kelompok pembelajaran atau

tidak. Oleh karena itu diperlukan validasi guna menilai desain produk yang

telah dihasilkan.

Pada penelitian ini validasi terbagi menjadi dua macam yakni

validasi ahli materi dan validasi ahli media. Validasi ahli media ini

bertujuan untuk mendapatkan masukan atau saran dari pakar media

pembelajaran mengenai kelayakan media tersebut. Validasi ahli materi ini

bertujuan untuk mendapatkan masukan atau saran dari ahli materi mengenai

kesesuaian materi pada media pembelajaran dengan silabus acuan dan

kekurangan atau kesalahan materi dalam media. Validasi tersebut dilakukan

dengan meminta pertimbangan dari 1 ahli media yaitu dosen Pendidikan

teknik otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo dan 1ahli materi

yaitu dosen Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah

Purworejo untuk menilai kelayakan produk mengisi lembar validasi yang

telah disediakan.

48

5. Revisi Desain

Tahap perbaikan desain dilakukan apabila para ahli telah menilai

kelemahan-kelemahan dari produk yang dihasilkan. Apabila produk yang

dihasilkan masih terdapat kelemahan maka peneliti harus melakukan

perbaikan.

6. Uji Coba Produk

Pada dasarnya kegiatan uji coba produk pengembangan dilaksanakan

sebagai langkah evaluasi formatif yang terdiri atas uji coba ahli materi, uji

coba ahli media pembelajaran dan uji coba kelompok kecil. Hal ini

dilakukan karena pada dasarnya produk yang telah diperbaiki tidak dapat

langsung digunakan namun perlu adanya uji coba terhadap beberapa

kelompok untuk memastikan hasil yang akan dicapai.

7. Revisi Produk

Pada tahapan ini revisi dilakukan setelah produk awal media

pembelajaran diajukan/uji coba kepada ahli media dan ahli materi serta

kelompok kecil (tanggaan siswa). Dengan mempelajari kelemahan pada

produk yang dihasilkan maka peneliti akan melakukan revisi produk,

dengan cara mengumpulkan data dari peserta yang diuji coba.

8. Uji Coba Penerapan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang telah melewati beberapa kali pengujian

serta revisi dan sudah dinyatakan layak sehingga metode baru tersebut dapat

diberlakukan pada kelas penelitian dalam pembelajaran sistem pengapian

konvensional.

49

B. Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:117) Bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel menurut Sugiyono

(2012:118) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut dan apa yang dipelajari dari sampel tersebut dapat

diperlakukan untuk populasi, oleh karenanya sampel yang diambil bersifat

representative atau mewakili. Populasi dalam penelitian ini adalah SMK Negeri

1 Sapuran Wonosobo dan sampelnya merupakan siswa kelas XI Teknik

kendaraan ringan dengan komposisi XI TKR I berjumlah 29 siswa dan kelas XI

TKR II berjumlah 24 siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner (Angket)

Didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:32) Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Berikut merupakan

angket kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli media dan tenaga ahli materi serta

angket kisi-kisi instrument tanggapan siswa :

50

Tabel 3. Kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli materi

No Aspek Penilaian Indikator Jumlah

Butir

1 Kesesuaian diagram

rangkaian

Diagram rangkaian alat

peraga dengan gambar

diagram sistem pengapian

sesuai

1

2 Kinerja Alat Alat bekerja dengan baik 1

3 Kesesuaian petunjuk

peragaan kerusakan dengan

konsep

Peragaan baterai lemah/kuat

Peragaan Coil rusak/mati

Peragaan Distributor

benar/rusak

Peragaan Busi benar/rusak

Peragaan kunci kontak

benar/rusak

Peragaan Kabel busi

benar/rusak(putus)

1

1

1

1

1

1

Jumlah 8

Tabel 4. Kisi-kisi instrument untuk tenaga ahli media

No Aspek Penilaian Indikator Jumlah

Butir

1 Tampilan Desain Menarik

Warna Cocok

Letak Komponen Sesuai

1

1

1

2 Ukuran Praktis 1

3 Penggunaan Alat Mudah digunakan

Nyaman digunakan

1

1

Jumlah 6

Tabel 5. Kisi-kisi instrument tanggapan siswa

No Aspek Penilaian Indikator Jumlah

Butir

1 Daya Tarik Bentuk desain menarik

Senang belajar dengan alat

peraga

Penggunaan warna

menarik

1

1

1

2 Manfaat Produk Memotivasi belajar siswa

Memudahkan siswa

memahami materi

1

1

3 Kemudahan Penggunaan alat peraga

untuk diagnosis

1

Jumlah 6

51

2. Tes

Metode tes yang digunakan adalah tes tertulis. Menurut Nana Sudjana

didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:34), tes adalah alat ukur yang diberikan

individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara

tertulis, secara lisan atau secara perbuatan. Metode tes digunakan untuk

memperoleh hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran

menggunakan trainer.

Tabel 6. Kisi-kisi tes

No Aspek Penilaian Indikator Jumlah

Butir

1 Pengertian sistem pengapian Sistem pengapian

konvensional

2

2 Menjelaskan nama

komponen dan fungsinya

pada sistem pengapian

konvensional

- baterai

- koil

- distributor

- kondensor

- kabel tegangan tinggi

-busi

14

3 Menjelaskan cara kerja

sistem pengapian

konvensional

- Pada kunci kontak

3

4 Trouble shooting pada sistem

pengapian konvensional

- Trouble shooting pada

platina

- Trouble shooting pada

koil

- Trouble shooting pada

busi

- Bunga api pengapian

kecil

- Pengapian sukar hidup

11

Jumlah 30

52

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini ada tiga yaitu lembar tes dan angket.

1. Lembar Kuesioner (Angket)

Data pengembangan media pembelajaran ini menggunakan instrumen

berbentuk angket. Angket digunakan untuk mengukur kefektifan media yang

dikembangkan. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data dari ahli

media, ahli materi dan siswa.

2. Instrumen Tes

Menurut Arikunto didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:34) tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam menggunaan metode tes, peneliti

menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari 30

butir tes (item).

E. Uji Validitas dan Reabilitas

a. Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211) Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas rendah,. Peneliti menguji

kuesioner menggunakan rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang

dapat dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product

moment Suharsimi Arikunto (2005: 72) sebagai berikut :

53

𝑟𝑋𝑌 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2

}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2

}

rxy = Koefisien korelasi

𝛮 = Jumlah subjek

Σ𝑥𝑦 = Jumlah perkalian skor item dengan skor total item

Σ𝑥 = Jumlah skor tiap item

Σ𝑦 = Jumlah skor total item

Σ𝑥2 = Jumlah skor item kuadrat

Σ𝑦2 = Jumlah skor total skala kuadrat

Menurut Ngalim Purwanto didalam Henry Cahyo Sumargo (2015:36),

validitas suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien (r). Kriteria

korelasi koefisien sebagai berikut: 0,00 – 0,20 sangat rendah (hampir tidak ada

kolerasi). Suatu tes dikatakan valid jika memiliki kriteria penafsiran korelasi

cukup sampai dengan kriteria penafsiran tinggi.

Tabel 7. Korelasi koofisien

Nilai rxy Korelasi

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Hampir tidak ada korelasi

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Korelasi rendah

Antara 0,40 sampai dengan 0,70 Korelasi cukup

Antara 0,70 sampai dengan 0,90 Korelasi tinggi

Antara 0,90 sampai dengan 1,00 Korelasi sangat tinggi

Berdasarkan tabel nilai rxy, suatu instrumen diterima jika nilai

rxy adalah 0,40 < rxy ≤ 1,00. Uji validitas menunjukkan hasil perhitungan

dengan angka sebesar rxy = 0,90. Berdasarkan interval tersebut, maka

angka sebesar 0,90 telah dinyatakan bahwa instrumen diterima dengan korelasi

tinggi.

54

b. Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2010: 221) reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Dalam penelitian ini rumus reliabilitas yang digunakan adalah K-R 20

menurut Suharsimi Arikunto (2010: 231)

2

2

111 s

pqs

k

kr

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

P = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

Q = proporsi subyek yang menjawab iten dengan benar (q =1 – p)

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

K = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Tabel 8. Tingkat reliabilitas instrument

Nilai r11 Kategori

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 < 𝑟11 ≤ 0,20 Reliabilitas rendah

0,40 < 𝑟11 ≤ 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 < 𝑟11 ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 < 𝑟11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan tabel nilai r11, suatu instrumen diterima jika tingkat

reliabilitasnya adalah 0,40 < r11 ≤ 1,00. Uji reliabilitas menunjukkan hasil

perhitungan dengan angka sebesar r11 = 1,00. Sehingga hasil uji reliabilitas

menyatakan bahwa instrumen reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.

55

F. Teknik Analisis Data

Kriteria evaluasi penilaian menurut Nana Sudjana (1990:45). Apabila

hasil yang diperoleh dari uji coba mencapai skor 60% maka produk

media pembelajaran yang dibuat dapat dikembangkan lebih lanjut dan

media pembelajaran ini bisa dimanfaatklan sebagai media instruksional

dalam kegiatan pembelajaran. Dan dalam menghitung data setiap item angket,

pengembang menentukan penilaian yaitu jika jawaban a maka skor yang

diperoleh 4, jika jawaban b skor yang diperoleh 3, jika jawaban c skor yang

diperoleh 2, dan jika jawaban d skor yang diperoleh 1.

Untuk menentukan kesimpulan hasil yang telah dicapai maka

ditetapkan kriteria sebagai berikut :

Tabel 9. Kriteria validasi media

Kriteria

Interpretasi Persentase Kriteria

A

B

C

D

80% - 100%

60% - 79%

50% - 59%

< 50%

Valid

Cukup valid

Kurang valid / Revisi

Tidak valid / Diganti

Keterangan:

1. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria A (80% - 100%) maka

media tersebut masuk dalam kriteria valid, dan layak digunakan

untuk pembelajaran di kelas.

56

2. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria B (60% - 79%) maka

media tersebut masuk dalam kriteria cukup valid, dan layak

digunakan untuk pembelajaran di kelas.

3. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria C (50% - 59%) maka

media tersebut masuk dalam kriteria kurang valid, dan media tersebut

harus direvisi dan tidak layak digunakan untuk pembelajaran di kelas.

4. Apabila hasil analisis memperoleh kriteria D (< 50%) maka media tersebut

masuk dalam kriteria tidak valid, dan media tersebut harus diganti.

Sedangkan rumus yang digunakan dalam teknik analisis data ada dua :

a) Rumus untuk mengolah data tanggapan ahli media, ahli materi, dan

audiens atau siswa

𝑟𝑋𝑌 =𝑛. ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋. ∑𝑌

√(𝑛∑𝑋2 − (∑𝑋)2)𝑥 (𝑛. ∑𝑌2 − (∑𝑌)2)

Keterangan :

Prxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan (x = X - X̅dan y = Y - Y̅)

∑xy : jumlah perkalian x dan y

x2 : jumlah kuadrat x

y2 : jumlah kuadrat y

b) Rumus untuk mengolah data kelas kontrol dan kelas eksperimen

menggunakan rumus :

t = 𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅

√(𝑛1−1)𝑆1

2+ (𝑛2+1)𝑆12

𝑛1+ 𝑛2 − 2(

1

𝑛1+

1

𝑛2)

57

Keterangan :

𝑥1= rata-rata kelompok eksperimen

𝑥1= rata-rata kelompok kontrol

𝑆12= varians kelompok eksperimen

𝑆22= varians kelompok kontrol

𝑛1= jumlah subyek kelompok eksperimen

𝑛2= jumlah subyek kelompok kontrol

Ho = tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol

Kriteria uji :

Ho diterima jika –ttab < thitung< ttabel

Ho ditolak jika thitung≤ –ttabel atau thitung≥ ttabel

Rumus ini digunakan untuk mengetahui rata-rata nilai kelas kontrol

yang menggunakan metode ceramah dan kelas eksperimen yang menggunakan

media pembelajaran. Apakah ada perbedaan nilai terhadap kelas yang

tidak menggunakan media pembelajaran dan kelas yang menggunakan

media pembelajaran.

G. Hasil Belajar

Indikator hasil belajar siswa yang akan di jadikan acuan atau tolak ukur

dalam menentukan keberhasilan penelitian ini apabila rata-rata hasil belajar

siswa didalam kelas (eksperimen) mendapatkan skor 75% atau dengan tingkat

penguasaan rata-rata cukup yang berarti rata-rata siswa dalam mengerjakan

soal tes mendapat nilai minimal standar KKM sekolah yakni 75. Didalam hal

ini peneliti menggunakan rumus tingkat penguasaan yang diadopsi dari

Djemari Mardapi (2008 : 64).

58

Tingkat Penguasaan =

Jumlah Jawaban Benar

Jumlah SoalX 100

Tabel 10. Arti tingkat penguasaan yang dicapai

Kriteria

Interpretasi Persentase Kriteria

A

B

C

D

90% - 100%

80% - 89%

70% - 79%

< 70%

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang dihasilkan dari penelitian ini diperoleh dari data validasi para

ahli, data uji coba kelompok kecil, data kelas eksperimen dan data kelas

kontrol. Data hasil validasi ahli merupakan data awal yang dijadikan pedoman

dalam melakukan penelitian sampai kepada tahap implementasi produk

penelitian dilapangan (sekolah), karena dalam tahap validasi ahli akan terukur

kelayakan daripada instrumen penelitian yang akan digunakan. Validasi ahli

sendiri terbagi menjadi dua, yakni validasi ahli materi dan validasi ahli media.

1. Data Validasi Ahli

Validasi ahli materi dilakukan untuk memperoleh masukan materi yang

akan dikembangkan. Validator ahli materi dilakukan oleh Widiyatmoko

M.Pd, pada tahapan ini instrumen berupa materi mulai dari perangkat

pembelajaran sampai kepada instrumen tes berupa angket yang akan

digunakan dilihat dan direvisi oleh peneliti sesuai dengan arahan dari ahli

materi. Validasi materi disetujui pada tanggal 23 Juni 2016.

Validasi ahli media dilakukan untuk memperoleh masukan media yang

dikembangkan, dimana media pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian di uji dan dinilai terlebih dahulu agar nantinya dalam penelitian

dilapangan atau sekolah mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan

peneliti. Validator ahli media dilakukan oleh Arif Susanto M.Pd, media

yang digunakan dalam validasi ahli media adalah video atau multimedia

60

dengan hasil penilaian 95,83 % atau masuk dalam kriteria interpretasi A

atau kriteria valid, Validasi sendiri disetujui pada tanggal 27 juni 2016.

2. Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa

Uji coba terbatas dan Tanggapan Siswa dilakukan untuk memperoleh

penilaian berupa tanggapan dari beberapa siswa terkait dengan media

pembelajaran yang akan digunakan, tanggapan tersebut dijadikan acuan

untuk merevisi media pembelajaran sebelum di uji cobakan kepada tahap

yang lebih luas.

Uji coba terbatas dilakukan pada tanggal 1 agustus 2016 di SMK N 1

Sapuran Wonosobo yang diikuti oleh 20 siswa dari jurusan Teknik

Kendaraan Ringan. Didalam melakukan uji coba trainer menggunakan

sebuah angket untuk melakukan penilaian, dilanjutkan dengan uji coba

terhadap instrumen tes yang nantinya akan digunakan didalam penelitian

pada kelas eksperimen (XI TKR I) dengan 29 siswa dan kelas kontrol (XI

TKR II) dengan 24 siswa. Dari uji coba angket tanggapan siswa diperoleh

nilai rata-rata 72,708% atau dalam kategori cukup valid dan uji coba

instrument tes dengan nilai rata-rata 60,1667 %.

3. Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a. Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas pada kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas

kontrol (XI TKR II), menggunakan uji Lilliefors dengan rumus Lhitung = Maks

|F(Zi) – S(Zi)| dan F(Zi) = P(Z ≤ Zi ) serta S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zt

61

terhadap seluruh cacah Z dan tingkat signifikansi = 0.05 diketahui data

berdistibusi normal.

b. Uji Homogenitas

Berdasarkan uji homogenitas pada kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas

kontrol (XI TKR II) menggunakan uji Bartlett dengan rumus 𝑥2 = ln

10(log 𝑠2 − ∑(𝑠𝑖2 − 1) log 𝑠1

2 − 1) dan tingkat signifikansi = 0.05

diketahui sampel berasal dari populasi yang homogen.

c. Uji t

Berdasarkan uji hipotesis mengunaka uji t dengan rumus :

t=𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅

√(𝑛1−1)𝑆1

2+ (𝑛2+1)𝑆12

𝑛1+ 𝑛2 − 2(

1

𝑛1+

1

𝑛2)

Dihasilkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 2,824 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,021 pada taraf signifikansi

= 0.05, dengan arti Ha diterima.

B. Analisis Data

1. Pembuatan Media Pembelajaran

a. Pembuatan Konsep Media

Dalam hal ini, konsep media dari materi sistem pengapian konvensional

yang akan dibuat bertujuan :

1) Memberikan pengertian/gambaran secara umum sistem pengapian

konvensional kepada siswa.

2) Siswa dapat mengidentifikasi komponen dan menjelaskan fungsi

sistem pengapian konvensional.

3) Siswa dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional.

4) Siswa mampu mengidentifikasi trouble shooting sistem pengapian

konvensional.

62

b. Perancangan Media Pembelajaran

Gambar 19. Tampilan depan bagian isi materi

Gambar 20. Tampilan keseluruhan media pembelajaran

63

2. Hasil Analisis Data Ahli

Ahli materi menghendaki angket tes berupa soal dilengkapi dengan

indikator butir soalnya, dengan demikian indikator butir soal dapat dilihat

pada lampiran skripsi ini. Sedangkan ahli media telah memberikan penilaian

terhadap media pembelajaran dengan hasil nilai 95,83 %, dengan demikian

media bisa dilanjutkan ketahap penelitian berikutnya.

3. Hasil Analisis Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa

Uji coba angket tanggapan siswa terkait media pembelajaran

menggunakan 3 indikator dan 6 pernyataan, hasil validitas menggunakan

rumus 𝑌𝑝𝑏𝑖 diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,444 serta diperoleh nilai reliabilitas sebesar

𝑟11 = 0,67031 dengan atau kategori reliabilitas tinggi, pernyataan dinyatakan

valid apabila 𝑟pbis > 𝑟tabel dengan taraf signifikan 5%, dari hasil tersebut

alat peraga bisa dipakai untuk penelitian yang lebih luas. Uji coba instrumen

tes (soal) dihasilkan data sebagai berikut :

a. Tingkat Kesukaran

Terkait klasifikasi yang dihasilkan dari masing-masing soal, tergantung

dari sejauh mana siswa dalam memahami materi selama proses

pembelajaran disekolah, dari jumlah soal sebanyak 30, dapat di klasifikasi

dari masing-masing soal sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil klasifikasi tingkat kesukaran soal

Kategori Nomor Soal

Mudah 4, 6,7,16,23,26 dan 29

Sedang 1,2,3,5,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,22,24,25,2

7,28 dan 30

Sukar 0

64

Dalam melakukan perhitungan instrument tes, Soal dibagi dalam 3

klasifikasi yakni Mudah jika 0,00 < TK < 0,30, Sedang jika 0,70 ≤ TK ≤

1,00 dan Sukar jika 0,30 ≤ TK ≤ 0,70. Untuk menghitung derajat

kesukaran digunakan rumus :

𝑃 𝐵

𝐽𝑠

Dimana : P : Derajat Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Untuk soal Nomor 1

B : 11

Js : 20

𝑃 𝐵

𝐽𝑠

𝑃 11

20

P = 0,55 Tingkat kesukaran pada nomor 1 adalah sedang. Untuk

butir soal lainnya dihitung dengan cara yang sama dan data dilihat

dilampiran analisis soal.

Gambar 21. Grafik tingkat kesukaran soal

0%

77%

23%

TINGKAT KESUKARAN SOAL

sukar sedang mudah

65

b. Daya Pembeda

Hasil perhitungan daya pembeda dari instrumen soal didapatkan soal

dengan kriteria jelek sebanyak 9 soal, cukup sebanyak 20 soal, baik

sebanyak 1 soal dan baik sekali sebanyak 0 soal, untuk penyebarannya

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 22. Grafik kategori daya pembeda soal

Tabel 12. Kategori daya pembeda soal

Kategori Nomor Soal

Jelek 6,7,10,13,18,22,23,24 dan 25

Cukup 1,2,3,4,5,8,9,11,14,15,16,17,19,20,21,26,27,28,29 dan

30

Baik 12

Baik Sekali 0

Suatu soal dikatakan jelek apabila memiliki daya pembeda 0,00 < D <

0,40, Baik jika 0,70 ≤ D ≤ 1,00 dan baik sekali jika 0,40 ≤ D ≤ 0,70.

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :

𝐷 𝐵𝑎

𝐽𝑎 −

𝐵𝑏

𝐽𝑏

Baik Sekali

0%

Baik3%

Cukup67%

Jelek30%

66

Dimana : D : Daya Pembeda

Ja : Banyaknya peserta kelompok atas

Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal

dengan benar

Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

soal dengan benar

Untuk soal nomor 1

Ba : 7

Bb : 4

Ja : 10

Jb : 10

𝐷 𝐵𝑎

𝐽𝑎 −

𝐵𝑏

𝐽𝑏

𝐷 7

10 −

4

10

3

10= 0,3

Untuk hasil perhitungan daya pembeda dari butir soal dapat dilihat

dilampiran analisis soal.

c. Validitas

Didalam penelitian ini digunakan rumus validitas point biserial atau

𝑌𝑝𝑏𝑖𝑠 yakni :

𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 =𝑀𝑝 − 𝑀𝑡

𝑆𝑡√

𝑝

𝑞

Dari hasil perhitungan 30 soal diperoleh 25 soal yang valid dan 5 soal

yang tidak valid, secara detail dapat dijelaskan dengan tabel berikut :

67

Tabel 13. Hasil validitas soal

Kategori Nomor Soal

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19,20,21,24,2

6,27,28,29 dan 30

Tidak valid 10, 13, 22, 23 dan 25

Gambar 22. Grafik validitas soal

Sedangkan hasil perhitungan diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,444. Soal dinyatakan

valid apabila 𝑟pbis > 𝑟tabel dengan taraf signifikan 5%. Untuk detail

perhitungan validitas tiap soal dapat dilihat dilampiran analisis soal. Soal

yang valid akan dipakai dalam penelitian tingkat selanjutnya dan soal yang

tidak valid tidak digunakan dalam penelitian berikutnya.

Validitas soal nomor 1 adalah

Mp : 24,3333

Mt : 18,5

St : 4,61662

𝑝

𝑞 = 1,22222

83%

17%

Validitas Soal

Valid Tidak Valid

68

Jawab :

𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 =24,3333 − 18,5

4,61662√1,22222

𝛤𝑝𝑏𝑖𝑠 = 1,50467

Dari perhitungan tersebut didapatkan validitas 1,50467 sedangkan dari

table 0,444 dengan demikian soal dikatakan valid karena 𝑟pbis >

𝑟tabel Untuk butir soal lainnya dihitung dengan cara yang sama dan data

dilihat dilampiran analisis soal.

d. Reliabilitas

Dalam penelitian ini analisis reliabilitas soal uji coba menggunakan rumus

K-R 20 diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,7058 dengan kategori

reliabilitas tinggi, secara detail dapat dilihat sebagai berikut :

r11 = (k

k − 1) (

s² Σpq

s²)

Diketahui :

k = 20

s² = 21,313

Σpq = 7,0225

Jawab :

r11 = (20

20 − 1) (

21,313 − 7,0225

21,313)

r11 = (20

19) (

14,2905

21,313)

r11 = 1,0526 . 0,6705

r11 = 0,7058 ( Reliabilitas Tinggi )

69

4. Hasil Analisis Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah melalui pengujian yang dilakukan oleh para ahli sistem

pengapian, disimpulkan bahwa media peraga sistem pengapian konvensional

yang akan digunakan untuk penelitian ini valid dan layak digunakan sebagai

media pembelajaran dan dapat digunakan untuk penelitian di sekolah.

a. Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas pada penelitian kelas eksperimen (XI TKR I)

dan kelas kontrol (XI TKR II) menggunakan uji Lilliefors dengan rumus

Lhitung = Maks |F(Zi) – S(Zi)|, dengan F(Zi) = P(Z ≤ Zi ) dan S(Zi) =

proporsi cacah Z ≤ Zt terhadap seluruh cacah Z dan tingkat signifikansi =

0.05 diketahui data berdistribusi normal.

Tabel 14. Hasil pretest uji normalitas

No Kategori Lhitung N Ltabel Keputusan Uji Ket

1. Kelas

eksperimen

0,0226 29 0,161 H0 diterima Normal

2. Kelas kontrol 0,1142 24 0,176 H0 diterima Normal

Tabel 15. Hasil postest uji normalitas

No Kategori Lhitung N Ltabel Keputusan Uji Ket

1. Kelas

eksperimen

0,1084 29 0,161 H0 diterima Normal

2. Kelas kontrol 0,1047 24 0,176 H0 diterima Normal

b. Uji Homogenitas

Dari hasil perhitungan dengan 𝐷𝐾 = {𝑋2|𝑋2 > 𝑋0,05;𝑘−12 = 5,991},

menunjukkan harga statistik sebagai berikut :

70

Tabel 16. Hasil uji homogenitas

No Kategori 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 N 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Keputusan

Uji

Ket

1. pretest 2,2577 53 5,991 H0 diterima Homogen

2. postest 2,4857 53 5,991 H0 diterima Homogen

Karena 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 maka H0 diterima. Hal ini menunjukan bahwa

sampel tersebut homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

dilampiran.

c. Uji t

Dari perhitungan tersebut dihasilkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 2,824 dengan

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,021 pada taraf signifikansi = 0.05. Berdasarkan hasil tersebut

diketahui 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑎 diterima, dengan kata lain ada perbedaan

hasil belajar antara penelitian kelas eksperimen (XI TKR I) dan kelas

kontrol (XI TKR II).

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah disebutkan maka pembahasan akan

menekankan pada point-point permasalahan yang dibahas satu persatu dengan

melihat pada data yang telah diperoleh. Berikut ini pembahasan dari masing-

masing permasalahan :

1. Pengujian Kelayakan Media Pembelajaran

a. Ahli Materi dan Media

Hasil penilaian oleh ahli materi ditinjau dari perangkat pembelajaran

sampai kepada instrumen yang akan digunakan, dari hasil tersebut ahli

materi menilai bahwa materi layak digunakan dan instrument untuk segera

71

di uji cobakan. Hasil penilaian oleh ahli multimedia ditinjau dari aspek

tampilan, aspek ukuran dan aspek pengunaan alat yang secara keseluruhan

penilaian dari ahli materi terhadap media pembelajaran dengan trainer

pada mata pelajaran sistem pengapian otomotif sebesar 95,8%.

b. Pengujian Terbatas

Dalam melaukkan uji coba terbatas terhadap media pembelajaran dan

terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, didapatkan

bahwa media yang akan digunakan layak untuk digunakan dalam

penelitian selanjutnya dinilai dari daya tarik, manfaat dan kemudahan

dalam pengoperasian media pembelajaran dengan hasil 72,708 %. Terkait

dengan uji coba terbatas terhadap instrument soal dihasilkan nilai derajat

kesukaran denan kriteria soal mudah sebanyak 7 soal dan kriteria sedang

sebanyak 23 soal, kemudian instrument soal dihasilkan nilai daya bedanya

dengan kriteria jelek sebanyak 9 soal, cukup sebanyak 20 soal, baik

sebanyak 1 soal, selain itu hasil uji kevalidan instrumen soal mendapatkan

hasil 25 soal dalam kriteria valid dan 5 soal dengan kriteria invalid serta

nilai reliabiitas tinggi, untuk itu instrumen soal layak untuk digunakan

dalam penelitian selanjutnya dengan hanya memakai 25 soal yang valid.

2. Penerapan media pembelajaran

Pembelajaran yang dilakukan dalam rangka uji coba media

pembelajaran dengan trainer ini dilakukan dengan model eksperimen, yaitu

membandingkan hasil belajar penelitian kelas eksperimen (XI TKR I) dengan

29 siswa dan kelas kontrol (XI TKR II) dengan 24 siswa. Pembelajaran pada

72

kelas kontrol dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

Media pembelajaran yang digunakanadalah papan tulis dan handout materi

sistem pengapian. Pembelajaran pada kelas eksperimen (XI TKR I) pada

dasarnya sama dengan pembelajaran pada kelas kelas kontrol (XI TKR II),

akan tetapi media utama yang digunakan adalah trainer sistem pengapian

konvensional hasil pengembangan, sedangkan papan tulis sebagai media

pendukungnya. Soal pretest dan posttest yang diberikan untuk kelas kontrol

(XI TKR II) dan kelas eksperimen (XI TKR I) juga sama. Hal ini dilakukan

agar benar-benar dapat mengukur perbedaan hasil belajar siswa antara kelas

yang menggunakan media pembelajaran trainer dan kelas yang tidak

menggunakan media pembelajaran trainer.

Untuk penilaiannya sendiri meliputi penilaian normalitas dengan hasil

data berdistribusi normal, penilaian homogenitas dengan hasil sampel

homogen dan penilaian uji t engan hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝐻𝑎 diterima,

sedangkan untuk nilai rata-rata posttest kelas kontrol (XI TKR II) dengan 24

siswa yaitu 71,66 dan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen (XI TKR I)

dengan 29 siswa yaitu 76,96, dengan demikian peningkatan rata-rata nilai

yang terjadi lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas

kontrol, dengan selisih antar keduanya sebesar 5,3, Sehingga dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran dengan trainer untuk mata pelajaran

sistem pengapian otomotif/konvenional efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

73

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada rumusan masalah di BAB I, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur pengembangan sistem pengapian konvensional di SMK Negeri 1

Sapuran Wonosobo dimulai dari tahap observasi, dari tahapan ini dihasilkan

nilai rata-rata kelas hasil belajar sistem pengapian konvensional dibawah

nilai ketuntasan minimal (KKM). Belum tuntasnya hasil belajar tersebut

terkait beberapa faktor, salah satu faktornya adalah minimnya media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Dari hasil data observasi

tersebut kemudian dilakukan langkah berupa pembuatan alat peraga sistem

pengapian konvensional dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, langkah pembuatan media tersebut dimulai dari : (1) perencanaan,

disini sketsa alat yang akan dihasilkan ditentukan terlebih dahulu, (2)

penyediaan bahan, pada fase ini bahan yang dibutuhkan dilengkapi sesuai

dengan konsep sketsa atau perencanaan, (3) pembuatan media, (4) uji

kelayakan alat dengan uji terbatas melalui penggalian tanggapan siswa

terkait alat tersebut, (5) revisi tahap I, (6) uji validasi ahli media, (7) revisi

tahap 2, (8) implementasi, dimana alat yang telah dihasilkan siap untuk

digunakan didalam penelitian.

74

2. Hambatan didalam pembuatan media pembelajaran sistem pengapian

konvensional yakni penghubung atau belt antara penggerak dengan

distributor merupakan karet dan rentan kendur/putus, sehingga perlu

menggunakan karet bekas ban dalam tanpa disambung agar lebih kuat dan

perlu pernggantian secara berkala.

3. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian pada kelas

eksperimen (XI TKR I) adalah 14%, dengan nilai sebesar 76,96, hasil

tersebut menunjukkan rata-rata nilai didalam kelas sudah melebihi nilai

kriteria ketuntasan minimal yakni 75. Dari hasil uji coba terbatas terkait

tanggapan siswa pada media pembelajaran trainer sistem pengapian

konvensional diperoleh nilai rata-rata 72,708% atau dalam kategori cukup

valid, dengan demikian menunjukkan siswa lebih aktif dan termotivasi

dengan adanya media pembelajaran trainer pada mata pelajaran sistem

pengapian konvensional.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Kendaraan

Ringan I SMK Negeri 1 Sapuran pada kompetensi sistem pengapian

konvensional meningkat setelah menggunakan media pembelajaran.

75

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini. Peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Penggunaan media peraga sistem pengapian telah meningkatkan hasil

belajar kompetensi sistem pengapian konvensional, maka guru mata

pelajaran kelistrikan otomotif khususnya pada kompetensi sistem pengapian

konvensional lebih baik menggunakan media peraga tersebut dalam

pembelajaran agar didapatkan hasil belajar yang lebih baik.

2. Media peraga sistem pengapian ini masih terdapat kekurangan yaitu apabila

karet penghubung dari penggerak (starter) ke distributor sudah sering

dipakai maka karet akan semakin mengendur dan saat penggunaan media

tersebut karet akan sering lepas, untuk itu karet penghubung bisa dilakukan

penggantian secara berkala. Media peraga sistem pengapian ini perlu

dikembangkan lagi dengan menambahkan gambar sistem rangkaian agar

penggunaanya semakin mudah dan tingkat pemahaman siswa akan semakin

baik, dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan bisa semakin

meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharmi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto Suharmi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara.

Arsyad Azhar. 2011. Media pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Casudi. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Sistem Pengapian

Konvensional Dengan Menggunakan Media Peraga Sistem

Pengapian Pada Siswa Kelas Xi Teknik Kendaraan Ringan Smk

Negeri 1 Kandeman. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri

Semarang, Semarang.

Daryanto. 2013. Media pembelajaran peranannya sangat penting dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.

Djemari Mardapi. 2008, Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes,

Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

Hamalik Oemar. 2013. Kurikulm dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Henry Cahyo Sumargo. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Sistem

Rem Menggunakan Macro Media Flash 8 Untuk Meningkatkan

Minat Belajar Siswa Kelas Xi Di SMK Yepeka Purworejo. Skripsi,

tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo.

Mujahid Anton. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Alat Peraga

Pada System Starter Mobil Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Di Smk Cipta Karya Prembun. Jurnal, tidak diterbitkan.

Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo

Rahayu Budi Dwi. 2012. Media Pembelajaran Trainer Elektronika Dasar

Untuk Mata Pelajaran Elektronika Dasar. Skripsi, tidak

diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempegaruhi. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sudjana Nana. Rivai Ahmad. 1992. Media Pengajaran. Bandung : Sinar

Baru.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualtatif , dan R&D. Bandung : CV.Alfabeta.

Toyota Astra Motor. 1995, New Step I Training Manual, Jakarta : PT

Toyota Astra Motor.

Usman Basyarudin, M. Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta :

Delia Citra Utama.

SILABUS

BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA

PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK OTOMOTIF

KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK KENDARAAN RINGAN

MATA PELAJARAN : PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN

KELAS : XI

K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.

K2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi,

damai), santun, responsive, dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

K3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, dalam bidang kerja yang spesifik untuk

memecahkan masalah.

K4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajari di sekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

1.1. Lingkungan hidup dan

sumber daya alam

sebagai anugrah Tuhan

yang maha Esa harus

dijaga keletarian dan kelangsungan hidupnya.

1.2. Pengembangan dan

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar

harus selaras dan tidak

merusak dan mencemari

lingkungan, alam dan

manusia

2.1 Menunjukkan sikap

cermat dan teliti dalam

menginterpretasikan dan

mengidentifikasi

pemeliharaan sistem

kelistrikan, sistem pengapian, sistem starter,

sistem pengisian

2.2 Menunjukkan sikap

cermat dan teliti dalam

memahami dan membaca simbol-simbol sistem

kelistrikan, system

pengapian, sistem starter,

sistem pengisian.

2.3 Menunujukkan sikap

disiplin dan tanggung jawab dalam mengikuti

langkah-langkah kerja

sesuai dengan SOP

2.4 Menunjukkan sikap

peduli terhadap lingkungan melalui

kegiatan yang

berhubungan dengan

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

pemeriksaan, perawatan dan perbaikan sistem

kelistrikan, sistem

pengapian, sistem starter,

sistem pengisian

kendaraan ringan

3.2. Memahami sistem Pengapian Konvensional

3.3. Pemeliharaan sistem

Pengapian Konvensional

Pendahuluan Sistem Pengapian

Cara kerja dan data-data sistem

pengapian

Kontak Pemutus dan Sudut Dwell

Kondensator

Koil dan tahanan ballast

Busi

Saat pengapian

Advans sentrifugal

Advans vakum

Menguji rangkaian primer pada sistem

pengapian

konvensional

Menguji dan mengganti

kontak pemutus

Mengamati

Tayangan/gambar

tentang sistem

Pengapian

Konvensional

Menanya

Mengajukan

pertanyaan

menyangkut

tayangan/gambar

atau teks

pembelajaran

tentang sistem

Pengapian

Konvensional

Mengeksplorasi

Membuat gambar

rangkaian sistem

Pengapian

Observasi

Ceklis

pengamatan

pada saat

presentasi dan

praktik

berkelompok,

Portfolio

Laporan

tertulis

Tes

Tes tertulis

uraian

dan/atau

pilihan ganda

60 JP

Film/ rekaman / teks

Buku paket

Bahan bacaan yang relevan tentang

Memperbaiki

kerusakan ringan

pada rangkaian/

sistem Pengapian Konvensional dan

kelengkapan

tambahan

Gambar (Wall Chart)

Objek langsung (Kendaraan)

Buku yang berhubungan dengan sistem

pengapian

konvensional

Trainer Sistem Pengapian

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

dan kondensator

Melepas dan memasang

distributor pada

mobil

Mengukur dan menggambarkan

kurva advans

pengapian pada motor atau tes

bench

Membongkar dan memasang

kembali

distributor konvensional

Menyambung tashanan depan

sistem pengapian

dari berbagai

macam

rangkaian

Menguji & mengganti

sistem pemberi

sinyal induksi

dan hall

Menyetel dan menguji sistem

pengapian

Konvensional

Mengasosiasi

Mengelompokkan

rangkaian/ sistem

kelistrikan,

pengaman, dan

kelengkapan

tambahan yang

berfungsi malam

hari dan siang

hari,menganalisis

gangguan pada

sistem kelistrikan,

pengaman dan

kelengkapan

tambahan.

Mengkomunikasi

kan

Menyampaikan

hasil analisis

dalam bentuk

gambar rangkaian

sistem Pengapian

Konvensional.

Konvensional

Majalah yang berhubungan

Sistem Pengapian

Konvensioanal

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran* Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

magnet

Pemeriksaan sistem pengapian

baterai

konvensional

dan osiloskop

Pemeriksaan sistem pengapian

elektronik dengan osiloskop

Merangkai sistem pengapian

Indikator Soal Uji Coba Terbatas

Kompetensi Indikator Nomor Soal Jumlah %

Sistem

Pengapian

Konvensional

a. Menjelaskan

pengertian sistem

pengapian

6,18 2

6,67%

b. Menjelaskan nama

komponen dan

fungsinya pada sistem

pengapian konvensional

- baterai

- koil

- distributor

- kondensor

- kabel tegangan tinggi

-busi

1,2,10,11,12,14,17,19,20,21,

24,29,28 14 46,67%

c. Menjelaskan cara

kerja sistem pengapian

konvensional

- Pada kunci kontak

OFF

4,8,26 3

10%

d. Trouble shooting

pada sistem pengapian

konvensional

- Trouble shooting pada

platina

- Trouble shooting pada

koil

- Trouble shooting pada

busi

- Bunga api pengapian

kecil

- Pengapian sukar hidup

3,5,6,9,13,15,16,23,22,27,25

30

11

36,67%

Jumlah 30 100

Soal Uji Coba Terbatas

Nama : ______________________

NO : ______________________

Kelas : ______________________

-baiknya.

-Selamat Mengerjakan-

1. Platina / contact point pada sistem pengapian konvensional berfungsi untuk....

a Mendinginkan sistem pengapian c Memajukan timing pengapian

b Membuat arus listrik untuk proses

pembakaran

d Menghubungkan dan memutuskan

arus listrik pada sistem pengapian

2. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....

a Kondensor c Busi

b Koil d Rotor

3. Komponen yang menyuplai tegangan / arus listrik pada sistem pengapian konvensional adalah...

a Koil c Baterai

b Distributor d Kondensor

4.

Urutan aliran arus primer yang benar pada gambar di atas....

a Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan

primer - busi

c Baterai – sekering - kunci kontak -

kumparan sekunder - massa

b Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan

primer - massa

d Baterai – sekering - kunci kontak -

kondensor - massa

5. Dibawah ini merupakan penyebab mesin sukar hidup, kecuali....

a Platina baru c Kabel-kabel putus

b Busi kotor / pincang d Koil bocor

6. Apakah yang dimaksud sistem pengapian...

a Sistem yang digunakan untuk membakar

bahan bakar

c Menyimpan sementara arus yang

mengalir ke platina

b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi

tegangan tinggi

d Sistem yang digunakan untuk

melakukan pembakaran campuran

bahan bakar yang telah

dikompresikan

7. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....

a Kondensor c Busi

b Koil d Rotor

8. Apa yang terjadi ketika kunci kontak off pada sistem pengapian konvensional....

a Busi memercikan bunga api c Rotor berputar

b Terjadi aliran arus listrik pada kumparan

primer

d Tidak ada aliran arus listrik

9. Berikut ini yang menyebabkan bunga api kecil pada sistem pengapian konvensional, kecuali...

a Celah platina terlalu rapat atau terlalu

renggang

c Governor advancer yang rusak

b Kabel tegangan tinggi bocor d Tegangan baterai yang lemah

10. Alat yang berfungsi sebagai penentu saat pengapian berdasar jenis bahan bakar adalah...

a Platina c Octane selector

b Ignition coil d Kapasitor/kondensor

11. Fungsi baterai dalam sistem pengapian adalah....

a Menyediakan arus listrik c Membagi arus

b Mengubah arus menjadi tegangan tinggi d Penghantar listrik

12. Apa fungsi dari governor advancer pada sistem pengapian konvensional adalah...

a Memajukan saat pengapian sesuai dengan

suhu mesin

c Memajukan saat pengapian sesuai

dengan beban mesin

b Memajukan saat pengapian sesuai dengan

putaran mesin

d Memajukan saat pengapian sesuai

dengan panas mesin

13. Apa yang terjadi ketika percikan bunga api pada platina berlebihan...

a Mesin pincang c Breaker point

b Vacuum advancer d Ignition coil

14. Dalam sistem pengapian konvensional breaker point/platina berfungsi sebagai...

a Menyalurkan arus tegangan tinggi c Memutus arus listrik dari koil

b Membagi arus d Memajukan waktu pengapian

15. Apa yang terjadi bila celah platina kecil...

a Celah kontak platina kecil – sudut dwell

besar

c Celah kontak platina kecil - sudut

dwell kecil

b Sudut dwell besar - celah kontak platina

sedang

d Sudut dwell besar - celah kontak

platina besar

16. Apa yang terjadi bila celah platina besar...

a Celah platina kecil - sudut dwell besar c Celah platina besar - sudut dwell

besar

b Celah platina besar - sudut dwell kecil d Celah platina kecil - sudut dwell

kecil

17. Komponen untuk menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi disebut...

a Distributor c Busi

b Ignition coil d Rotor

18. Dibawah ini adalah perbedaan motor bensin dengan motor diesel, kecuali...

a Pembakaran motor bensin menggunakan

percikan bunga api

c Motor bensin menggunakan

pengapian konvensional

b Pembakaran motor diesel menggunakan

panas kompresi

d Motor diesel menggunakan

pengapian konvensional

19. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada distributor, kecuali...

a Rotor c Breaker point

b Vacuum advancer d Ignition coil

20. Fungsi koil pada sistem pengapian adalah....

a Untuk mentransformasikan tegangan baterai

menjadi tegangan rendah

Pada sistem pengapian

c Menaikkan tegangan yang diterima

dari baterai menjadi tegangan tinggi

yang diperlukan untuk pengapian

b Untuk mentransformasikan tegangan magnet

menjadi tegangan tinggi pada sistem

pengapian

d Untuk mentransformasikan

tegangan magnet menjadi tegangan

lebih rendah pada sistem pengapian

21. Fungsi komponen rotor yang terdapat didalam distributor adalah...

a Menghasilkan tegangan tinggi c Menyediakan arus

b Membagi arus tegangan tinggi d Memajukan waktu pengapian

22. Apa yang terjadi jika nyala busi tidak sempurna....

a Mobil berjalan dengan lancar c Mesin pada mobil pincang

b Mesin mobil mogok d Mesin akan tetep nyala

23. Apa yang terjadi bila arus dari baterai yang masuk ke koil terlalu besar...

a Tidak ada efek pada koil c Nyala busi pincang/ nyebar

b Koil cepat panas d Baterai menjadi awet

24. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada spark plug / busi, kecuali...

a Cam c Masa elektroda

b Keramik / insulator d Elektroda tengah

25. Dibawah ini merupakan penyebab pengapian sukar hidup kecuali....

a Platina kotor c Kabel – kabel kendor

b Busi kotor d Vacuum advancer yang bocor

26. Vacuum advancer bekerja berdasarkan...

a Kevakuman intake manifold c Putaran mesin

b Suhu mesin d Kecepatan kendaraan

27. Dibawah ini adalah penyebab busi tidak memercikan bunga api, kecuali....

a Celah busi terlalu rapat c Koil mati

b Kabel busi putus d Komponen busi sempurna

28.

Apa fungsi dari kabel tegangan tinggi....

a Mengalirkan arus dari baterai ke busi c Mengalirkan arus tegangan tinggi

dari ignition coil ke busi

b Mengalirkan arus dari cdi ke busi d Menyediakan arus listrik tegangan

rendah

29. Apa fungsi dari insulator keramik pada spark plug / busi...

a Sebagai insulator / pemisah antara elektroda

tengah dan ground casing

c Sebagai variasi pada komponen busi

b Sebagai penahan panas pada spark plug/ busi d Sebagai penyearah arus dari koil ke

busi

30. Dibawah ini yang merupakan penyebab bunga api pengapian kecil....

a Penyetelan celah platina yang terlalu rapat c Kabel tegangan tinggi masih baru

b Pemasangan busi salah d Baterai masih baru

«Terimakasih»

Kunci Jawaban Uji Coba

1 d 11 a 21 b

2 d 12 b 22 c

3 c 13 b 23 b

4 b 14 c 24 a

5 a 15 a 25 a

6 d 16 b 26 a

7 a 17 b 27 d

8 d 18 d 28 c

9 c 19 d 29 a

10 c 20 c 30 a

Angket Tanggapan Ahli Media

Terhadap Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif

Nama : Arif Susanto M.Pd

NIDN : 0606088301

Jabatan : KAPRODI Pendidikan Teknik Otomotif

Instansi : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Petunjuk Pengisian Angket :

1. Isilah identitas diri Bapak/Ibu sebagaimana tercantum pada form identitas diri

diatas

2. Angket ini merupakan instrument validasi untuk alat peraga sistem pengapian

otomotif (konvensional) dalam pembelajaran di SMK N 1 Sapuran Wonosobo

Jurusan TKR

3. Berikanlah pendapat Bapak/Ibu terhadap kelayakan alat peraga ini dengan jujur

dan sebenar-benarnya

4. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom isian masing-masing item pertanyaan

Keterangan :

4: Valid ( V )

3: Cukup Valid (CV)

2: Kurang Valid (KV)

1: Tidak Valid (TV)

No Indikator Skor Penilaian

Keterangan 4 3 2 1

1 Tampilan

a. Konstruksi desain alat peraga

menarik √

b. Pewarnaan rangka desain dan

background alat peraga cocok √

c. Letak komponen sesuai dengan

diagram rangkaian √

2 Ukuran alat

a. Alat peraga praktis

3 Penggunaan alat

a. Alat peraga mudah digunakan

dalam pembelajaran

b. Alat peraga nyaman digunakan

untuk pembelajaran

JUMLAH (R) 23

RATA RATA (SM) 24

HASIL 95,8 %

Hasil Perhitungan Data Angket Kelayakan Ahli Media

NP=

R

SMX 100

=23

24X 100

= 95,8 %

Keterangan:

Np : Nilai persentase yang dicari atau diharapkan

R : Skor mentah pengumpulan data

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang digunakan

Data Hasil Validasi Alat Peraga

Sistem Pengapian Otomotif Oleh Ahli Media

Ahli Butir Soal

Jumlah 1 2 3

a b c a a b

Ahli

Media

4 4 4 4 4 3 23

Skor total

yang

diharapkan

4 4 4 4 4 4 24

% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 75,00 95,8%

Kriteria V V V V V CV V

Kriteria

Interpretasi Persentase Kriteria

A

B

C

D

80% - 100%

60% - 79%

50% - 59%

< 50%

Valid

Cukup valid

Kurang valid / Revisi

Tidak valid / Diganti

Angket Tanggapan Siswa

Terhadap Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif

Nama : _____________________________________

NIS : _____________________________________

Prodi : _____________________________________

Petunjuk Pengisian Angket :

1. Isilahidentitas diri saudara sebagaimana tercantum pada form identitas diri diatas

2. Angket ini merupakan instrument validasi untuk alat peraga sistem pengapian

otomotif (konvensional) dalam pembelajaran di SMK N 1 Sapuran Wonosobo

Jurusan TKR

3. Berikanlah pendapat saudara terhadap kelayakan alat peraga ini dengan jujur dan

sebenar-benarnya

4. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom isian masing-masing item pertanyaan

No Indikator Skor Penilaian Keterangan

4 3 2 1

1 Daya Tarik

a. Bentuk desain alat peraga menarik

b. Saya senang belajar menggunakan

peraga sistem pengapian otomotif

c. Penggunaan warna dalam background

alat peraga cocok

2 Manfaat Produk

a. Saya termotivasi dalam kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan alat

peraga sistem pengapian otomotif

b. Alat peraga sistem pengapian otomotif

memudahkan saya dalam memahami

materi sistem pengapian

3 Kemudahan Penggunaan

a. Penggunaan Alat peraga sistem

pengapian otomotif mudah

Tanggapan saya setelah menggunakan alat peraga sistem pengapian otomotif adalah :

……………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

Wonosobo,____,__________,2016

__________________________________

NIS.

Data Uji Coba Terbatas dan Tanggapan Siswa

Menggunakan Alat Peraga Sistem Pengapian Otomotif

1) Nilai Rata-rata Angket

Responden Nomer Item SM R

1 2 3

a b c a b a

U-1 2 3 2 3 2 2 24 14

U-2 4 4 4 4 2 3 24 21

U-3 4 4 4 4 3 3 24 22

U-4 4 3 4 3 2 3 24 19

U-5 4 4 4 4 4 4 24 24

U-6 4 3 4 3 2 3 24 19

U-7 4 3 4 3 2 3 24 19

U-8 4 3 4 3 2 3 24 19

U-9 3 3 3 3 2 2 24 16

U-10 3 2 3 2 2 2 24 14

U-11 3 3 3 3 2 3 24 17

U-12 2 2 2 2 2 2 24 12

U-13 4 3 4 3 2 1 24 17

U-14 3 2 3 2 2 3 24 15

U-15 4 3 4 3 2 4 24 20

U-16 2 3 2 3 2 3 24 15

U-17 4 3 4 3 3 3 24 20

U-18 2 3 2 3 2 2 24 14

U-19 3 3 3 3 3 3 24 18

U-20 3 2 3 2 3 1 24 14

JUMLAH 480 349

RATA RATA 17,45

HASIL 72,708%

Hasil perhitungan data angket tanggapan siswa mengenai alat peraga sistem pengapian.

NP=

R

SMX 100

=349

480X 100

= 72,708%

Kriteria Interpretasi Persentase Kriteria

A

B

C

D

80% - 100%

60% - 79%

50% - 59%

< 50%

Valid

Cukup valid

Kurang valid / Revisi

Tidak valid / Diganti

2) Analisis Angket ( Validitas dan Reliabilitas )

No

Responden

Nomor Item Y Y²

1 2 3 4 5 6

U-1 2 3 2 3 2 2 14 196

U-2 4 4 4 4 2 3 21 441

U-3 4 4 4 4 3 3 22 484

U-4 4 3 4 3 2 3 19 361

U-5 4 4 4 4 4 4 24 576

U-6 4 3 4 3 2 3 19 361

U-7 4 3 4 3 2 3 19 361

U-8 4 3 4 3 2 3 19 361

U-9 3 3 3 3 2 2 16 256

U-10 3 2 3 2 2 2 14 196

U-11 3 3 3 3 2 3 17 289

U-12 2 2 2 2 2 2 12 144

U-13 4 3 4 3 2 1 17 289

U-14 3 2 3 2 2 3 15 225

U-15 4 3 4 3 2 4 20 400

U-16 2 3 2 3 2 3 15 225

U-17 4 3 4 3 3 3 20 400

U-18 2 3 2 3 2 2 14 196

U-19 3 3 3 3 3 3 18 324

U-20 3 2 3 2 3 1 14 196

∑X 66 59 66 59 46 53 349 6281

∑X² 230 181 230 181 112 153 1087

∑XY 1192 1059 1192 1059 820 959 6281

r-tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444

r-xy 0,835 0,808 0,835 0,808 0,503 0,698

Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid

σb² 0,642 0,366 0,642 0,366 0,326 0,661 3,003

r11 0,738

Keputusan Tinggi

Analisis Soal

Analisa Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Reliabilitas dan Validitas

No

Respond

en

No Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

U-1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1

U-2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

U-3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

U-4 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0

U-5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0

U-6 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0

U-7 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0

U-8 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1

U-9 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1

U-10 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1

U-11 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1

U-12 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0

U-13 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1

U-14 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0

U-15 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

U-16 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0

U-17 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0

U-18 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1

U-19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

U-20 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0

Jumlah 11 12 11 14 11 15 15 11 12 10 12 12 10 13 10

Dk 0,55 0,6 0,55 0,7 0,55 0,75 0,75 0,55 0,6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,65 0,5

Kep sedang sedang sedang mudah sedang mudah mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang

BA 7 7 7 8 7 8 7 7 7 5 7 8 5 8 6

BB 4 5 4 6 4 7 8 4 5 5 5 4 5 5 4

Dp 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,1 -0,1 0,3 0,2 0 0,2 0,4 0 0,3 0,2

Kep. cukup cukup cukup cukup cukup jelek jelek cukup cukup jelek cukup baik jelek cukup cukup

p 0,55 0,6 0,55 0,7 0,55 0,75 0,75 0,55 0,6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,65 0,5

q 0,45 0,4 0,45 0,3 0,45 0,25 0,25 0,45 0,4 0,5 0,4 0,4 0,5 0,35 0,5

pq 0,2475 0,24 0,2475 0,21 0,2475 0,1875 0,1875 0,2475 0,24 0,25 0,24 0,24 0,25 0,2275 0,25

s2 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313

r11

0,7057

99

Kep.

Reliabe

l

Mp

24,333

33 30,5

22,555

56

45,333

33

24,333

33 54,6 55,6

22,666

67 28,25 19,4 29,375 30,375 19,6

35,857

14 20,9

Mt 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05

St

4,6166

18

4,61661

8

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

p/q

1,2222

22 1,5

1,2222

22

2,3333

33

1,2222

22 3 3

1,2222

22 1,5 1 1,5 1,5 1

1,8571

43 1

rpbi

1,5046

7

3,30286

7

1,0789

46

9,0273

84

1,5046

7

13,712

74

14,087

91

1,1055

53

2,7059

63

0,2924

22

3,0044

15

3,2697

06

0,3357

44

5,2564

56

0,6173

35

rtab 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444

Kep. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Valid

Kespl. Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil drop Ambil Ambil drop Ambil Ambil

Y

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 26

1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 24

1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 15

1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 25

0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 16

1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17

1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 22

0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 20

1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 19

1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 21

1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 12

0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 20

1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 15

0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 15

1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 12

0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 14

1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 20

0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9

1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 17

14 12 12 11 12 12 9 14 12 11 14 12 12 14 11 361

0,7 0,6 0,6 0,55 0,6 0,6 0,45 0,7 0,6 0,55 0,7 0,6 0,6 0,7 0,55

mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sedang mudah sedang sedang mudah sedang

8 7 6 7 7 7 4 7 6 6 8 7 7 8 7

6 5 6 4 5 5 5 7 6 5 6 5 5 6 4

0,2 0,2 0 0,3 0,2 0,2 -0,1 0 0 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3

cukup cukup jelek cukup cukup cukup jelek jelek jelek jelek cukup cukup cukup cukup cukup

0,7 0,6 0,6 0,55 0,6 0,6 0,45 0,7 0,6 0,55 0,7 0,6 0,6 0,7 0,55

0,3 0,4 0,4 0,45 0,4 0,4 0,55 0,3 0,4 0,45 0,3 0,4 0,4 0,3 0,45

0,21 0,24 0,24 0,2475 0,24 0,24 0,2475 0,21 0,24 0,2475 0,21 0,24 0,24 0,21 0,2475 7,0225

21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313 21,313

44,5 28,75 28,25

24,666

67 28,125

44,333

33 29,25 27,625

42,666

67

22,777

78

44,333

33 29,25 27,625

42,666

67

22,777

78

18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05 18,05

8,5952

38

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

4,6166

18

2,3333

33 1,5 1,5

1,2222

22 1,5 1,5

0,8181

82

2,3333

33 1,5

1,2222

22

2,3333

33 1,5 1,5

2,3333

33

1,2222

22

8,7516

55

2,8386

09

2,7059

63

1,5844

93

2,6728

02

6,9727

19

2,1944

16

3,1681

32

6,5305

68

1,1321

61

8,6965

09

2,9712

54

2,5401

57

8,1450

5

1,1321

61

0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 1,444 2,444 3,444 4,444 5,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Invalid Valid Invalid Valid Valid Valid Valid Valid

Ambi Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil drop drop Ambil drop Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil

Hasil Nilai Rata-rata Uji Coba Soal

Nilai Total : 600

Jumlah Nilai Yang Dihasilkan : 361

Nilai Rata-rata : 18,5

Hasil : 60,1667 % (Cukup Valid)

Indikator Soal

Mata Pelajaran Kelistrikan Otomotif Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional

Kompetensi Indikator Nomor Soal Jumlah

Sistem

Pengapian

Konvensional

a. Menjelaskan

pengertian sistem

pengapian

11,12 2

b. Menjelaskan nama

komponen dan

fungsinya pada sistem

pengapian konvensional

- baterai

- koil

- distributor

- kondensor

- kabel tegangan tinggi

-busi

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,

13,14 12

c. Menjelaskan cara

kerja sistem pengapian

konvensional

- Pada kunci kontak

OFF

22,23,24 3

d. Trouble shooting pada

sistem pengapian

konvensional

- Trouble shooting pada

platina

- Trouble shooting pada

koil

- Trouble shooting pada

busi

- Bunga api pengapian

kecil

- Pengapian sukar hidup

15,16,17,18,19,20,21,25

8

Jumlah 25

LEMBAR SOAL

MATA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KOMPETENSI SISTEM

PENGAPIAN KONVENSIONAL

Nama : ______________________

NO : ______________________

Kelas : ______________________

-baiknya.

kalian anggap benar

-Selamat Mengerjakan-

1. Platina / contact point pada sistem pengapian konvensional berfungsi untuk....

a Mendinginkan sistem pengapian c Memajukan timing pengapian

b Membuat arus listrik untuk proses

pembakaran

d Menghubungkan dan memutuskan

arus listrik pada sistem pengapian

2. Apakah nama gambar komponen sistem pengapian dibawah ini....

a Kondensor c Busi

b Koil d Rotor

3. Apa fungsi dari governor advancer pada sistem pengapian konvensional adalah...

a Memajukan saat pengapian sesuai dengan

suhu mesin

c Memajukan saat pengapian sesuai

dengan beban mesin

b Memajukan saat pengapian sesuai dengan

putaran mesin

d Memajukan saat pengapian sesuai

dengan panas mesin

4. Fungsi baterai dalam sistem pengapian adalah....

a Menyediakan arus listrik c Membagi arus

b Mengubah arus menjadi tegangan tinggi d Penghantar listrik

5. Dalam sistem pengapian konvensional breaker point/platina berfungsi sebagai...

a Menyalurkan arus tegangan tinggi c Memutus arus listrik dari koil

b Membagi arus d Memajukan waktu pengapian

6. Komponen untuk menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi disebut...

a Distributor c Busi

b Ignition coil d Rotor

7.

Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada distributor, kecuali...

a Rotor c Breaker point

b Vacuum advancer

d Ignition coil

8. Fungsi koil pada sistem pengapian adalah....

a Untuk mentransformasikan tegangan baterai

menjadi tegangan rendah

Pada sistem pengapian

c Menaikkan tegangan yang diterima

dari baterai menjadi tegangan tinggi

yang diperlukan untuk pengapian

b Untuk mentransformasikan tegangan magnet

menjadi tegangan tinggi pada sistem

pengapian

d Untuk mentransformasikan

tegangan magnet menjadi tegangan

lebih rendah pada sistem pengapian

9. Fungsi komponen rotor yang terdapat didalam distributor adalah...

a Menghasilkan tegangan tinggi c Menyediakan arus

b Membagi arus tegangan tinggi

d Memajukan waktu pengapian

10. Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada spark plug / busi, kecuali...

a Cam c Masa elektroda

b Keramik / insulator d Elektroda tengah

11.

Apakah yang dimaksud sistem pengapian...

a Sistem yang digunakan untuk membakar

bahan bakar

c Menyimpan sementara arus yang

mengalir ke platina

b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi

tegangan tinggi

d Sistem yang digunakan untuk

melakukan pembakaran campuran

bahan bakar yang telah

dikompresikan

12. Dibawah ini adalah perbedaan motor bensin dengan motor diesel, kecuali...

a Pembakaran motor bensin menggunakan

percikan bunga api

c Motor bensin menggunakan

pengapian konvensional

b Pembakaran motor diesel menggunakan

panas kompresi

d Motor diesel menggunakan

pengapian konvensional

13. Apa fungsi dari insulator keramik pada spark plug / busi...

a Sebagai insulator / pemisah antara elektroda

tengah dan ground casing

c Sebagai variasi pada komponen busi

b Sebagai penahan panas pada spark plug/ busi d Sebagai penyearah arus dari koil ke

busi

14. Apa fungsi dari kabel tegangan tinggi....

a Mengalirkan arus dari baterai ke busi c Mengalirkan arus tegangan tinggi

dari ignition coil ke busi

b Mengalirkan arus dari cdi ke busi d Menyediakan arus listrik tegangan

rendah

5. Komponen yang menyuplai tegangan / arus listrik pada sistem pengapian konvensional adalah...

a Koil c Baterai

b Distributor d Kondensor

16. Dibawah ini merupakan penyebab mesin sukar hidup, kecuali....

a Platina baru c Kabel-kabel putus

b Busi kotor / pincang d Koil bocor

17.

Apakah yang dimaksud sistem pengapian...

a Sistem yang digunakan untuk membakar

bahan bakar

c Menyimpan sementara arus yang

mengalir ke platina

b Menaikkan tegangan rendah baterai menjadi

tegangan tinggi

d Sistem yang digunakan untuk

melakukan pembakaran campuran

bahan bakar yang telah

dikompresikan

18. Berikut ini yang menyebabkan bunga api kecil pada sistem pengapian konvensional, kecuali...

a Celah platina terlalu rapat atau terlalu

renggang

c Governor advancer yang rusak

b Kabel tegangan tinggi bocor

d Tegangan baterai yang lemah

19. Apa yang terjadi bila celah platina kecil...

a Celah kontak platina kecil – sudut dwell

besar

c Celah kontak platina kecil - sudut

dwell kecil

b Sudut dwell besar - celah kontak platina

sedang

d Sudut dwell besar - celah kontak

platina besar

20.

Apa yang terjadi bila celah platina besar...

a Celah platina kecil - sudut dwell besar c Celah platina besar - sudut dwell

besar

b Celah platina besar - sudut dwell kecil d Celah platina kecil - sudut dwell

kecil

21. Dibawah ini adalah penyebab busi tidak memercikan bunga api, kecuali....

a Celah busi terlalu rapat c Koil mati

b Kabel busi putus d Komponen busi sempurna

22.

Urutan aliran arus primer yang benar pada gambar di atas....

a Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan

primer - busi

c Baterai – sekering - kunci kontak -

kumparan sekunder - massa

b Baterai – sekering - kunci kontak - kumparan

primer - massa

d Baterai – sekering - kunci kontak -

kondensor – massa

23. Apa yang terjadi ketika kunci kontak off pada sistem pengapian konvensional....

a Busi memercikan bunga api c Rotor berputar

b Terjadi aliran arus listrik pada kumparan

primer

d Tidak ada aliran arus listrik

24. Vacuum advancer bekerja berdasarkan...

a Kevakuman intake manifold c Putaran mesin

b Suhu mesin

d Kecepatan kendaraan

25. Dibawah ini yang merupakan penyebab bunga api pengapian kecil....

a Penyetelan celah platina yang terlalu rapat c Kabel tegangan tinggi masih baru

b Pemasangan busi salah d Baterai masih baru

«Terimakasih»

Kunci Jawaban Soal Pretest Dan Soal Posttest

1 D 11 D 21 D

2 D 12 D 22 B

3 B 13 A 23 D

4 A 14 C 24 A

5 C 15 C 25 A

6 B 16 A

7 D 17 D

8 C 18 C

9 B 19 A

10 A 20 B

Data Uji Normalitas Lilliefors

UJI NORMALITAS DATA LILIEFORS NILAI POSTEST

KELAS KONTROL

No x z f(z) s(z) |f(z) - s(z)|

1 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

2 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

3 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

4 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

5 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

6 64 -1,20871 0,113388 0,25 0,137

7 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177

8 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177

9 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177

10 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177

11 68 -0,57808 0,281606 0,458333 0,177

12 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104

13 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104

14 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104

15 72 0,052553 0,520956 0,625 0,104

16 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039

17 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039

18 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039

19 76 0,683183 0,752754 0,791667 0,039

20 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053

21 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053

22 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053

23 80 1,313813 0,905545 0,958333 0,053

24 84 1,944443 0,974079 1 0,026

Mean 71,66667

Lhitung

0,104675

Standart

Deviasi 6,342861

X^2

tabel 0,176

DATA BERDISTRIBUSI

NORMAL

Terkait dengan data uji normalitas lilifors yang lain (kelas eksperimen) dihitung

dengan cara yang sama.

UJI HOMOGENITAS NILAI PRETEST

Hipotesis

Ho: sampel berasal dari populasi yang homogen

H1: sampel tidak berasal dari populasi yang homogen

Komputasi

SS1= ∑X12 −

(∑x1)2

n1

= 124192- (1720)2

24

= 925,33

S12=

SS1

n1−1

= 925,33

23

= 38,56

SS2= ∑X22 −

(∑x2)2

n2

=1173312 - (2232)2

29

= 1524,96

S22=

SS2

n2−1

= 1524,96

28

= 52,58

Fj = nj − 1

Tabel Kerja

sampel fj ssj sj² log sj² fjlog sj²

konrol 23 925,3333 38,55556 1,586087 36,48

eksp 28 1524,966 52,58502 1,720862 48,18414

jumlah 51 2450,299 91,14057 3,306949 84,66414

C = 1+1

3(k−1)(∑

1

f1+

1

f2)

= 1+1

3(2−1)((

1

23+

1

28) −

1

51)

= 1+1

3((0,0417 + 0,0345) − 0,0189)

= 1+1

3(0,0573)

=1+0,019

= 1,0019

MSerr =∑SSj

∑Fj

= 2450,299

51

= 48,045

∑Fj. Log MSeror = 51. Log 48,045

= 85,764

Sehingga:

X2 =2,303

c(∑fj. logMSeror − ∑fjlogsj

2)

= 2,27 (85,764– 84,66414)

= 2,486

Dari hasil perhitungan diperoleh X2 = 2,486 < X20,05.2 = 5,991, maka kedua sampel

berasal dari populasi yang homogen, Untuk perhitungan nilai post test dihitung dengan

cara yang sama.

UJI HIPOTESIS / Uji-t

Hipotesis

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

menggunakan media pembelajaran sistem pengapian otomotif

Ha : Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

menggunakan media pembelajaran sistem pengapian otomotif

Kriteria

Ha diterima apabila thitung > ttabel

Taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2 = 24 + 29 – 2 = 51

Perhitungan Uji t dua pihak

S12 = 40,232 S2

2 = 54,46305

n1 = 24 n2 = 29

x1̅ = 71,67 x2̅̅̅ = 76,96

t =X1̅̅̅̅ −X2̅̅̅̅

√(n1−1)s1

2+(n2−1)s22

n1+n2−2(

1

n1+

1

n2)

t =71,67−76,96

√(24−1)40,232+(29−1)54,46305

24+29 −2(

1

24+

1

25)

t =5,29

√925,33+1524,96

51(0,076)

thitung = 2,82408

ttable = n1 + n2 − 2 (Uji Dua Pihak)

= 24 + 29 − 2

= 51

t tabel untuk uji dua pihak dengan dk 51 pada taraf 5% adalah 2,021

( thitung > ttabel / Ha Diterima)

Data Hasil Belajar

HASIL BELAJAR SISWA KELAS KONTROL

NO NAMA SISWA NIS

JAWABAN

BENAR NILAI

TINGKAT

PENGUASAAN

JAWABAN

BENAR NILAI

TINGKAT

PENGUASAAN

JUMLAH

SOAL pretest posttes

1 Didit Saputra 2565 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

2 Ganjar Narimo Sejati 2566 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

3 Abdul Latif 2555 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

4 Radhema Vico Arfiansyah 2580 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

5 Ramadon Fajar Ahadi 2581 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

6 Sepdiyan Rifki Wijayanto 2583 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

7 Arif Zamzawi 2562 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25

8 Arjun Shandytama 2563 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25

9 Ahmad Irfan 2560 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

10 Ahmad Restu Alvian 2561 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

11 Dani Setiawan 2564 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

12 Afif Safangat 2559 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25

13 Muhamad Sofyan 2575 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25

14 Muhammad Anwarul Fahmi 2577 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25

15 Adi Wibowo 2557 16 64 KURANG 18 72 CUKUP 25

16 Abdan Darusman 2554 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

17 Mif Eka Indrawan 2574 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

18 Tirta Yuda Pratama 2584 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

19 Yufnan Dani Ardiansyah 2585 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

20 Huda Sofiyanto 2568 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

21 Joni Kuswoyo 2570 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

22 Muhammad Rafi Zulkarnaen 2578 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

23 Khoiril Anam 2571 19 76 CUKUP 20 80 BAIK 25

24 Malik Efendi 2572 19 76 CUKUP 21 84 BAIK 25

Hasil Rata-rata Tingkat Penguasaan 63,5 KURANG 71,66666667 CUKUP

Peningkatan 8,166666667

Tingkat Penguasaan =

Jumlah Jawaban Benar

Jumlah SoalX 100

Kriteria Interpretasi Persentase Kriteria

A

B

C

D

90% - 100%

80% - 89%

70% - 79%

< 70%

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN

NO NAMA SISWA NIS

JAWABAN

BENAR NILAI

TINGKAT

PENGUASAAN

JAWABAN

BENAR NILAI

TINGKAT

PENGUASAAN

JUMLAH

SOAL pretest posttes

1 Islahudin 2535 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

2 Muhamad Farkhan Abidin 2540 14 56 KURANG 16 64 KURANG 25

3 Agung Santoso 2521 14 56 KURANG 17 68 KURANG 25

4 Mat Fahror Rozy 2539 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

5 Aditiya Prayogo 2520 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

6 Anang Ismail 2524 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

7 Rofik Muzaki 2550 15 60 KURANG 17 68 KURANG 25

8 Agus Prihanto 2522 15 60 KURANG 18 72 CUKUP 25

9 Panggih Abidin 2545 15 60 KURANG 18 72 CUKUP 25

10 Andi Prasetyo 2526 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25

11 Asti Hermawati 2527 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25

12 Dani Arohman 2529 15 60 KURANG 19 76 CUKUP 25

13 Ahmad Sukron 2523 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

14 Fidi Kurniawan 2532 17 68 KURANG 19 76 CUKUP 25

15 Ma'aruf Hidayat 2538 18 72 CUKUP 19 76 CUKUP 25

16 Muhamad Kholim Eko S 2541 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

17 Prastiyo Utomo 2546 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

18 Rizal Pamungkas 2548 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

19 Soleh Tenang 2552 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

20 Iqbal Halimtar Haq 2536 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

21 Mahardhika Bagas Nugroho 2537 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

22 Sugeng Riyanto 2553 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

23 Muhamad Irham 2542 18 72 CUKUP 20 80 BAIK 25

24 Nurngaziz 2544 19 76 CUKUP 21 84 BAIK 25

25 Robi Komara 2549 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25

26 Fauzi Sembodo Nugroho 2531 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25

27 Ramadlan Dwi Darmawan 2547 19 76 CUKUP 22 88 BAIK 25

28 Grafit Pratama 2533 20 80 BAIK 22 88 BAIK 25

29 Imam Ardianto 2534 20 80 BAIK 22 88 BAIK 25

Hasil Rata-rata Tingkat Penguasaan 67,45 KURANG 76,97 CUKUP

Peningkatan 9,517241379

DOKUMENTASI

1. Uji coba terbatas & Tanggapan Siswa

2. Penelitian