pengembangan media pembelajaran bahasa mandarin...
TRANSCRIPT
1. Pendahuluan Perkembangan penggunaan bahasa Mandarin membuat sebagian sekolah
menengah pertama memasukan bahasa tersebut dalam kurikulum. Bahkan
beberapa sekolah dasar pun sudah mencantumkan bahasa Mandarin dalam
kurikulum pelajarannya. Bahasa Mandarin menjadi bahasa yang sangat penting
saat ini karena bahasa ini adalah salah satu bahasa internasional selain bahasa
Inggris.
Sebuah bahasa memiliki huruf abjad (vokal dan konsonan), misalnya bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Hal utama
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Mandarin adalah cara
pengucapann ejaannya (拼音 pīnyīn) yang baik dan benar sesuai dengan nada
baca. Bahasa Mandarin merupakan bahasa nada, maka setiap nada atau intonasi
yang berbeda memiliki arti yang berbeda pula. [1]
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Mandarin di SMP Kristen
Satya Wacana, sebagian besar pelajar kurang paham dalam penggunaan pelafalan
atau nada dalam bahasa Mandarin. Kebanyakan dari pelajar hanya mengerti abjad
atau penulisannya saja, namun kurang memahami akan pelafalan nada sehingga
kata yang diucapkan menjadi kurang tepat atau bahkan salah arti. Kegiatan belajar
mengajar bahasa Mandarin di dalam SMP Kristen Satya Wacana hanya memakai
buku sebagai panduan belajar. Cara seperti ini saja belum cukup memadai dalam
membantu pelajar menyelesaikan berbagai masalah yang dialaminya. Oleh karena
itu sangatlah diperlukan adanya model pembelajaran yang ideal agar dapat
bermanfaat untuk pelajar.
Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana untuk merancang website
pembelajaran bahasa Mandarin menggunakan audio yang responsive terhadap
semua layar. Berdasarkan observasi siswa kelas 7 di SMP Kristen Satya Wacana,
55 dari 74 siswa sudah memiliki smartphone atau Tablet PC milik pribadi ataupun
milik orangtua, 40 siswa memiliki smartphone (iPhone, Blackberry dan Android
Phone), 15 siswa memiliki tablet (iPad dan tablet android), sisanya mengakses
internet melalui PC atau laptop.
Berdasarkan hal tersebut tujuan dibuatnya aplikasi pembelajaran ini adalah
untuk membantu pelajar kelas 7 SMP Kristen Satya Wacana agar dapat mengerti
pelafalan nada bahasa mandarin dan meningkatkan minat belajar bahasa
Mandarin. Di dalam aplikasi ini berisi pembelajaran dengan gambar dan pelafalan
suara dari setiap Pīnyīn dan Hànzì yang mempermudah dalam mempelajari materi
bahasa mandarin. Teknologi yang mendukung untuk membuat aplikasi tersebut
adalah dengan Responsive Web Design dan HTML5. Responsive Web Design
adalah pendekatan yang menunjukkan desain website harus menanggapi perilaku
user dan lingkungan berdasarkan pada layar, platform ukuran dan orientasi.
Sebagai contoh adalah campuran dari flexible grids dan layout, gambar dan
penggunaan CSS, misalnya jika user beralih dari laptop mereka ke iPad, website
secara otomatis harus beralih untuk mengubah resolusi dan ukuran gambar.
Dengan memanfaatkan teknologi HTML5 yang akan diterapkan pada website ini,
sehingga setiap ejaan (拼音 pīnyīn) Bahasa Mandarin akan dapat ditampilkan
(visual) dan didengarkan (audio).
2. Kajian Pustaka
Penelitian berjudul "Media Pembelajaran Bahasa Mandarin Berbasis Client
Server Pada Sistem Operasi Android" membahas tentang aplikasi pembelajaran
bahasa mandarin dengan menggunakan fasilitas multimedia digunakan dalam
sistem operasi Android. Penelitian ini membahas mengenai pembuatan materi
secara menarik dan kreatif, dengan menggunakan gambar, animasi dan audio. [2]
Pemanfaatan Responsive Web Design dan HTML 5 dalam pengembangan
website juga pernah dilakukan, salah satunya “Web Responsive Design Untuk
Situs Berita Menggunakan Framework Codeigniter”. Penelitian ini menggunakan
Responsive Web Design agar dapat menampilkan halaman situs sesuai dengan
layar perangkat dan dapat mengenali setiap ukuran perangkat atau platform
pengguna. Responsive Web Design membuat pengguna dengan nyaman dan
mudah membaca konten isi berita tanpa harus menggeser layar kesamping.[3]
Dari beberapa artikel dan penelitian ilmiah tersebut didapatkan sebuah
gagasan untuk membangun sebuah website menggunakan teknologi Responsive
Web Design yang dapat secara responsive berubah sesuai dengan layar perangkat
mobile yang dipakai. Setiap materi yang ada dibuat dengan menarik menggunakan
gambar sebagai bantuan visualisasi dan juga suara sebagai bantuan audio.
Digunakan juga Teknologi HTML5 untuk menampilkan setiap file audio yang
ada.
Bahasa Mandarin adalah bahasa yang bernada. Pelafalan bahasa Mandarin
pada dasarnya ada 4. Masing-masing menggunakan tanda nada yang dinyatakan :
“ˉ”(nada 1), ”ˊ” (nada 2),”ˇ” (nada 3),”ˋ”(nada 4). Nada juga dianggap
sebagai bagian yang membentuk suku kata, karena nada berfungsi untuk
membedakan makna dalam bahasa Mandarin. Contoh “tāng, táng, tăng, tàng” 4
huruf ini initial semuanya [tang], finalnya semuanya [ang], hanya karena nada
berbeda, makna tentu tidak sama, masing-masing mewakili 4 sifat yang berbeda
dalam bahasa Mandarin (minimal ada satuan bahasa yang bermakna), dalam
penulisannya menjadi 4 huruf yang berbeda.
Bagian dasar terbesar dari bahasa dalam bahasa Mandarin adalah suku
kata (手│洗│民│失). suku kata dan suku kata berkombinasi menjadi kata
(马+路→马路│开+关→开关). Ada suku kata yang bisa berdiri sendiri
sebagai kata (手,洗),ada suku kata yang tidak bisa berdiri sebagai kata, hanya
bisa membentuk kata majemuk dengan bergabung dengan suku kata yang lain
(民→人民│失→丧失). Dalam bahasa Mandarin modern proporsi sepasang
suku kata merupakan yang paling besar. Sebagian besar pasangan suku kata
tergantung pola majemuk pembentuknya yang terletak di depannya. Pada
pelafalannya, bahasa Mandarin memiliki suku kata untuk melambangkan bunyi –
bunyi dalam Mandarin atau disebut Bopomofo, terbagi atas pelafalan huruf mati
(konsonan) dan huruf hidup (vokal).[1]
Responsive Web Design (RWD) pada dasarnya menunjukan bahwa situs
website dibuat menggunakan W3C CSS3 media dengan proporsi berbasis grid,
untuk beradaptasi tata letak dengan melihat lingkungan platform dan gambar
fleksibel sebagai hasilnya. Pengguna di berbagai platform dan browser akan
memiliki akses ke satu sumber konten, ditata sehingga mudah dibaca dan navigasi
dengan minimal mengubah ukuran, panning dan scrolling.[4]
Responsive Web Design pertama kali diperkenalkan oleh Ethan Marcotte
pada artikelnya yang sangat inspiratif "Responsive Web Design". Semakin
banyaknya perangkat yang muncul dengan berbagai ukuran, maka sebuah situs
perlu untuk mengenali ukuran perangkat pengguna. Ketika masih berpikir saat ada
perangkat baru yang dirilis dan akan memperbarui situs agar sesuai, maka harus
mencari solusi yang lebih efektif dan responsif bagaimana cara agar situs hanya
mengakui lebar browser saja tanpa melakukan pembaruan yang lebih spesifik.[3]
Menurut Ethan Marcotte didalam bukunya "A Book Apart", ada 3 hal
yang harus dipakai agar dapat membuat design website yang Responsive yaitu :
(1) The Flexible Grid, (2) The Flexible Images, (3) Media Queries. The Flexible
Grid, Kerangka dasar yang fleksibel, dibentuk oleh 5 komponen yaitu Flexible
Type, Flexible Containers, Flexible Margins, Flexible Padding, dan Flexible
Image. Pendekatan yang paling umum untuk ukuran dalam css pada hari ini
adalah dengan menggunakan pixel. Pixel dapat memberikan desainer kontrol yang
tepat dan akurat dalam penggunaannya. Jika desainer ingin mengubah ukuran teks
yang lebih kecil atau teks yang lebih besar berdasarkan ukuran layar, maka akan
mengubah elemen css induk. Hal seperti ini biasa disebut fixed width. Tetapi
karena Responsive Web Design menggunakan Flexible Grid agar dapat
menyesuaikan jenis ukuran layar sesuai dengan perangkat yang dipakai, maka
pixel tidak digunakan melainkan digantikan dengan ukuran ems.
Flexible Images berarti setiap image yang ada didalam website tidak
melebihi lebar container dari layout yang dirancang. Saat merancang desain
website responsive bukan hanya tampilan layout yang harus dirancang tetapi juga
harus memperhatikan bagaimana image akan ditampilkan. Dengan menuliskan
aturan didalam CSS3 maka setiap image dapat menjadi flexible image.
Pertama kali ditemukan oleh desainer Richard Rutter, satu aturan ini telah
membuat perubahan yang sangat berguna untuk setiap gambar dalam website.
Sekarang, elemen img akan cukup pada ukuran apapun yang diinginkan asalkan
elemen yang terkandung itu lebih kecil dari elemen yang mengandung. Tetapi jika
ternyata elemen yang terkandung lebih lebar daripada elemen yang mengandung,
maka max-width:100% akan digunakan untuk memaksakan elemen yang
terkandung muat dengan elemen yang mengandung.
Media Queries Adalah bagian dalam CSS3 yang digunakan untuk
menerapkan style layoutnya dan menentukan target lebar layarnya. Dengan tata
letak yang fleksibel membuat kita bisa mengubah ukuran jendela browser untuk
lebar yang berbeda beda. Ukuran jendela browser yang berbeda-beda
menyebabkan kita harus menangani perbedaan desain dalam resolusi layar yang
berbeda sesuai dengan perangkat. Media Queries membuat desain dapat
beradaptasi pada perubahan resolusi layar dengan mengoptimalkan halaman setiap
desain agar menjadi lebih responsive.[5]
CSS 3 adalah versi CSS terbaru yang masih dikembangkan oleh W3C.
Namun beberapa web browser sudah mendukung CSS 3. CSS 2 didukung
seutuhnya oleh CSS 3 dan tidak ada perubahan, hanya ada beberapa penambahan,
sehingga ketika bermigrasi dari CSS 2 ke CSS 3, tidak perlu mengubah apapun.
CSS3 memiliki salah satu fitur yakni media queries yang merupakan salah satu
fitur utama untuk responsive design dan tentunya didukung fitur-fitur lain untuk
menghasilkan web yang fleksibel.[6]
CSS2 memungkinkan kita untuk menentukan stylesheet untuk jenis media
tertentu seperti layar atau tampilan. Sekarang CSS3 bahkan membuat lebih efisien
dengan menambahkan media queries. Dengan kondisi tertentu pada setiap jenis
media CSS3 dapat menerapkan stylesheet yang berbeda. Sebagai contoh, CSS3
dapat memiliki satu stylesheet untuk menampilkan tampilan yang besar, dan
stylesheet yang berbeda khusus untuk perangkat mobile. Hal ini membuat CSS3
dapat menyesuaikan dengan resolusi layar yang berbeda tanpa mengubah konten
isi.[7]
HTML (Hyper Text Markup Language) adalah file teks yang berisi
instruksi/script kepada web browser untuk menampilkan suatu tampilan grafis
dari sebuah halaman website. HTML 5 menyediakan video dan unsur-unsur audio
melalui halaman website yang dapat memutar video dan audio tanpa
memerlukan plug-in pihak ketiga.
Sampai saat ini, belum ada standar untuk memutar file audio pada halaman
website, saat ini, kebanyakan file audio diputar melalui plug-in (seperti flash).
Namun, browser yang berbeda mungkin memiliki berbagai plug-in. HTML5
mendefinisikan elemen baru yang menentukan cara standar untuk menanamkan
file audio pada halaman web: elemen <audio>. Konten teks harus dituliskan
diantara tag <audio> dan </audio> untuk browser yang tidak mendukung elemen
<audio>. Tabel 1 menunjukan perbandingan beberapa browser yang mendukung
format audio yang digunakan di HTML 5. Tabel 1 Tabel perbandingan browser pendukung format audio untuk HTML 5
Browser MP3 Wav Ogg
IE 9+ Ya Tidak Tidak
Chrome 6+ Ya Ya Ya
Firefox 3.6+ Tidak Ya Ya
Safari 5+ Ya Ya Tidak
Opera 10+ Tidak Ya Ya
Seiring dengan berkembangnya pertumbuhan perangkat mobile,
penggunaan HTML5 dalam mobile juga sudah banyak kemajuan. Berikut ini
adalah tabel hasil dari pengujian sejauh mana HTML5 dapat dipakai dari berbagai
sistem operasi mobile.[8] Tabel 2 Tabel perbandingan sistem operasi mobile pendukung untuk HTML5
3. Metode Pengembangan Sistem Penelitian menggunakan model waterfall, model ini diselesaikan melalui 5
tahapan penelitian. Pertama Analisis Kebutuhan, kedua Perancangan Sistem dan
Perangkat Lunak, ketiga Implementasi dan Pengujian Unit, keempat Integrasi dan
Pengujian Sistem, dan kelima Operasi dan Pemeliharaan Sistem.
Gambar 1 Tahapan Model Waterfall
Pada Gambar 1 merupakan tahapan model waterfall. Tahap pertama,
analisis kebutuhan dan pengumpulan data, tujuannya mengumpulkan informasi
dan melakukan analisa terhadap kebutuhan tersebut untuk mencari solusi
kebutuhan sistem. Tahap kedua, perancangan sistem dan perangkat lunak.
Perancangan database, yaitu merancang tabel-tabel database yang dibutuhkan
menggunakan diagram Unified Modelling Languange (UML) dengan Rational
Rose. Tahap ketiga, implementasi dan pengujian unit, adalah melakukan
implementasi dalam sistem dari hasil perancangan. Tahap keempat, integrasi dan
pengujian sistem, yaitu pengujian sistem website, serta evaluasi hasil pengujian.
Tahap kelima, operasi dan pemeliharaan sistem, sistem yang dibangun harus
dijaga dan dilakukan maintenance secara teratur, serta evaluasi untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang ada.[9]
Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari
sebuah sistem yang menjelaskan keseluruhan kerja sistem secara garis besar
dengan mempresentasikan interaksi antara aktor yang dibuat, serta memberikan
gambaran fungsi – fungsi pada sistem tersebut.
Gambar 2 Use Case Diagram Sistem
Gambar 2 menunjukkan Use Case Diagram Sistem yang dimiliki admin dan
user. User dapat melakukan lihat konten beranda. Lihat materi belajar dan sub-sub
materi yang disediakan. Lihat dan mengerjakan latihan soal. Akses data member
berupa skor latihan dan profil. Berbeda dengan user, admin selain memiliki fitur
yang sama dengan user. Admin memiliki fitur tambahan, seperti tambah, hapus
dan perbarui data materi. Tambah, hapus dan perbaharui data latihan. Tambah,
hapus dan perbarui data member.
Gambar 3 Activity Diagram Admin untuk manajemen member
Gambar 3 menunjukkan proses dari activity diagram bagi admin untuk
manajemen member. Admin melihat member kemudian memilih menu tambah
member, edit member, atau hapus member. Jika memilih hapus maka sistem akan
menghapus member yang dipilih. Jika memilih tambah atau edit maka akan
muncul form. Admin mengisi form. Sistem memeriksa form tersebut, apakah
sesuai ketentuan. Jika form sesuai ketentuan, maka data didalam form tersebut
akan ditambahkan ke dalam database. Data baru yang insert akan ditampilkan
bersama data lama lainnya di halaman web.
Gambar 4 Activity Diagram Siswa untuk melihat materi
Gambar 4 menunjukkan proses dari activity diagram bagi user. Activity
diagram tersebut menunjukkan proses untuk melihat materi yang tersedia. User
akan login menggunakan username dan password yang sudah ada, sistem akan
mengecek apakah user sudah terdaftar, jika sudah terdaftar maka akan masuk ke
halaman beranda. User memilih menu melihat materi, dan memilih submenu
materi. Sistem kemudian melakukan request data ke database. Data materi dari
database diambil, hasilnya ditampilkan dalam web.
Gambar 5 Sequence Diagram User mengerjakan latihan
Gambar 5 menampilkan sequence diagram untuk mengerjakan latihan. Pada
langkah pertama user memilih materi latihan yang ingin dikerjakan. Sistem
mengambil data sesuai dengan bablat, no_soal, soal, pilgan_a, pilgan_b, pilgan_c
dan pilgan_d yang dipilih dari database sesuai dengan kategori yang diminta.
Sistem menampilkan data yang diambil dari database dan ditampilkan pada
halaman web dalam bentuk soal pilihan ganda. User menjawab soal latihan
pilihan ganda yang ada, kemudian user submit jawaban soal. Sistem akan
menghitung berapa skor yang didapat, kemudian menambahkan data nis, babnilai,
benar, salah dan nilai pada database t_nilai.
Gambar 6 Perancangan ERD
Gambar 6 menjelaskan tentang perancangan database yang digunakan oleh
sistem ini. database ini terdiri dari 12 tabel yaitu tmat_bab, tmat_belajar,
tmat_berbicara, tmat_kosakata, tmat_membaca, tmat_nyanyi, tmat_pic,
tmat_berlatih, tmat_member, tmat_siswa, tmat_nilai, tmat_latihan.
4. Hasil dan Pembahasan Implementasi Responsive Web Design ada 3 yaitu : (1) Flexible Grid, (2)
Flexible Image, (3) Media Queries. Dalam penerapan flexible grid digunakan
rumus perhitungan matematika sederhana didalamnya. Perhitungan ini
dirumuskan pada Persamaan 4.1.
target / context = result (4.1)
Keterangan:
target = ukuran yang akan kita tampilkan
context = ukuran browser dasar
Hasil nilainya diterjemahkan kedalam bentuk persen yang digunakan oleh
lebar container, margin dan padding. Untuk pengaturan margin, context adalah
lebar element container yang ditempati. Untuk pengaturan padding, context
adalah lebar element diri itu sendiri. Kode program 4.1 kode program implementasi flexible grid
1 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13 14
15
.header .menu{width:100%;height:auto;float:left;
.header h1{padding:70px 0 30px 0;
font-size:2.375em;}
.box-wrapper{width:90%;height:auto;}
.box-wrapper .box{
width:33.3333333333%;height:320px;float:left;}
.main{width:100%;height:auto;float:left;}
.main .main-wrapper{width:90%;height:auto;
.main .main-box{width:30%;
margin:1.66666666667%;}
.footer{width:100%;height:auto;float:left;}
.footer .footer-wrapper{width:100%;height:auto;
.footer .left{width:66.66666666667; margin-right:2.5%;padding-left:2.5%;}
.footer .right{width:30.83333333333%; }
Pada kode program 4.1 merupakan kode program penerapan flexible grid
dalam user interface halaman siswa untuk siswa. Pada baris 1 merupakan
pengaturan selector class header menu, dimana diasumsikan value property width
diatur 100% atau setara dengan 1200 pixel. Pada baris 2-3 merupakan pengaturan
selector class header h1 value property padding atas di atur 70 pixel, padding
bawah di atur 30 pixel dan value property font-size di atur dengan nilai 2.375em
dari hasil pembagian 38 pixel adalah target, 16 pixel adalah context. Pada baris ke
4 merupakan pengaturan selector class box-wrapper, dimana diasumsikan value
property width di atur 90% atau setara dengan 1100 pixel dengan tinggi otomatis.
Pada baris ke 5-6 selector class box-wrapper box value property width
diatur 33.3333333333 persen, hasil tersebut didapat dari 400 pixel adalah target
dibagi 1200 pixel adalah context , dengan tinggi 320 pixel dan value property
float di atur left. Pada baris 7 selector class main value property width diatur
100% atau setara dengan 1200 pixel dengan value property height di atur otomatis
dan value property float di atur left. Pada baris 8 selector class main main-
wrapper value property width diatur 90% atau setara dengan 1100 pixel dengan
value property height di atur otomatis. Pada baris 9-10 selector class main main-
box value property width di atur 30% dari hasil pembagian 320 pixel adalah target
dibagi 1200 pixel adalah context dan value property margin di atur
1.66666666667% dari hasil pembagian 20 pixel adalah target dibagi 1200 pixel
adalah context. Pada baris 11 selector class footer value property width diatur
100% atau setara dengan 1200 pixel dengan value property height di atur otomatis
dan value property float di atur left.
Pada baris 12 selector class footer footer-wrapper value property width
diatur 100% atau setara dengan 1200 pixel dengan value property height di atur
otomatis. Pada baris 13-14 value property width di atur 66.66666666667% dari
hasil pembagian 800 pixel adalah target dibagi 1200 pixel adalah context, untuk
value property margin-right dan padding-left di atur 2.5% dari hasil pembagian 30
pixel adalah target dibagi dengan 1200 pixel adalah context. Pada baris 15 selector
class footer right value property width di atur 30.83333333333% dari hasil
pembagian 370 pixel adalah target dibagi dengan 1200 pixel adalah context.
Flexible Images berarti setiap image yang ada didalam website tidak
melebihi lebar container dari layout yang dirancang. Kode program 4.2 kode program implementasi Flexible Images
1
2
3
4
logo{width: 20.27027 %;float:left;}
logo img{max-width: 100%;
height: auto; overflow:hidden;}
Pada kode program 4.2 merupakan kode program dalam pengaturan untuk
logo. Pada baris 1 adalah kode untuk batas container dengan width di atur
20.27027% dari hasil pembagian 75 pixel adalah target dibagi 370 adalah context.
Pada baris 2-3 merupakan kode program dalam pengaturan untuk lebar tag img
yang dimana pada baris 2 max-width di atur 100% berfungsi untuk menyesuaikan
lebar dari container. Pada baris 4 berfungsi untuk memotong gambar yang
melampaui batas lebar container.
Implementasi dari media queries dalam website yang dibuat terdapat enam
spesifikasi yaitu tampilan untuk minimal lebar browser 1200 pixel, lebar browser
maksimal 1200 pixel, lebar browser maksimal 1024 pixel, lebar browser
maksimal 768 pixel, lebar browser maksimal 600 pixel dan lebar browser
maksimal 480 pixel. Berikut salah satu penerapan media queries dalam user
interface halaman materi bab untuk siswa. Kode Program 4.3 kode program desain website lebar maksimal 1024 pixel
1
2
3
4
5
6
7 8
9
10
11
@media screen and (max-width:1024px){
.header-bab .menu{width:100%;height:auto;}
.header-bab .banner{width:100%;height:auto;}
.main-bab{float:left;width:100%;height:auto;}
.main-bab .main-wrapper{width:90%;height:auto;}
.main-bab .main-box{width:90%;height:370px;}
.footer{width:100%;height:auto;}
.footer .footer-wrapper{width:100%;height:auto;}
.footer .left{width:59.8958333%;height:auto;
margin-right:5.20833333%;font-size:15px;}
.footer .right{width:32.5520833%;height:auto;}
Pada kode program 4.3 merupakan kode untuk menampilkan desain
website dalam aturan lebar maksimal 1024 pixel. Dalam kode program tersebut
pada baris 1 merupakan penulisan syarat untuk ukuran lebar browser maksimal
1024 pixel. Pengaturan lebar width dalam tiap masing-masing selector class
berfungsi untuk menyesuaikan lebar dari container. Kode Program 4.4 kode program desain website lebar maksimal 480 pixel
Pada kode program 4.4 merupakan kode untuk menampilkan desain
website dalam aturan lebar maksimal 480 pixel. Dalam kode program tersebut
pada baris 1 merupakan penulisan syarat untuk ukuran lebar browser maksimal
1024 pixel. Pengaturan lebar width dalam tiap masing-masing selector class
berfungsi untuk menyesuaikan lebar dari container.
Tampilan user interface Beranda Pembelajaran Mandarin SMP Kristen
Satya Wacana untuk PC dan laptop dan juga iPad dengan tampilan landscape,
ukuran layar browser maksimal 1024 pixel, dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 User Interface Beranda untuk PC dan Laptop
Tampilan user interface Beranda Pembelajaran Mandarin SMP Kristen
Satya Wacana untuk iPad dengan tampilan portrait dan tablet android, ukuran
layar browser maksimal 768 pixel, dapat dilihat pada gambar 8.
1
2
3
4
5
6
7
8
@media screen and (max-width:480px){
.main-bab{width:100%;height:auto;float:left;}
.main-bab .main-wrapper{width:100%;height:auto;}
.main-bab .main-box{width:100%;height:370px;}
.footer{width:100%;height:auto;float:left;}
.footer .footer-wrapper{width:95%;height:auto;}
.footer .left{width:100%;height:auto;float:left;}
.footer .right{width:100%;height:auto;float:left;}
Gambar 8 User Interface Beranda untuk iPad dan Tablet Android
Tampilan user interface Beranda Pembelajaran Mandarin SMP Kristen
Satya Wacana untuk handphone ukuran layar browser maksimal 480 pixel, dapat
dilihat pada gambar 9.
Gambar 9 User Interface Beranda untuk iPad dan Tablet Android
Pengujian validasi sistem menggunakan metode pengujian Black Box,
dimana dilakukan pengujian spesifikasi terhadap fungsi-fungsi yang telah
dirumuskan dalam daftar kebutuhan apakah berjalan sesuai antara kinerja sistem
dengan daftar kebutuhan. Pengujian dilakukan pada bagian yang dapat diakses
oleh user atau pengguna biasa (bukan admin). Tabel 1 menunjukkan hasil
pengujian black box testing pada siswa. Tabel 1 Uji Validasi Sebagai Siswa
No. Jenis Uji Hasil
Validasi
Valid Tidak
Valid
1. Login dengan Username dan
Password Siswa yang terdaftar
Berhasil -
2. Login dengan Username dan
Password Siswa yang tidak terdaftar
Tidak
Berhasil -
3. Lihat Data Materi Berhasil -
4. Submit Latihan Berhasil -
5. Lihat Data Siswa Berhasil -
6. Lihat Data Nilai Berhasil -
7. Reset Data Nilai Berhasil -
8. Ganti Password Login Berhasil -
9. Logout Berhasil -
Bagian pengujian lainnya adalah pengujian untuk bagian-bagian yang
dapat diakses oleh admin. Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian black box testing
pada admin. Tabel 2 Uji Validasi Sebagai Administrator
No. Jenis Uji Hasil
Validasi
Valid Tidak
Valid
1. Login dengan ID dan Password
Administrator yang terdaftar
Berhasil -
2. Login dengan ID dan Password
Administrator yang tidak terdaftar
Tidak
Berhasil -
3. Kelola Data Materi (tambah, edit, hapus,
dan view)
Berhasil -
4. Kelola Data Latihan (tambah, edit,
hapus, dan view)
Berhasil -
5. Kelola Data Member (tambah, edit,
hapus, dan view)
Berhasil -
6. Logout Berhasil -
Tahap selanjutnya dalam pengujian sistem adalah pengujian dari berbagai
browser dan mobile device. Berikut ini adalah hasil dari pengujian aplikasi yang
telah dilakukan guna mengetahui design responsive sistem berjalan dengan baik.
Gambar 10 Uji Melalui Browser Mozilla Firefox
Gambar 10 merupakan salah satu uji coba aplikasi ke sebuah testing
responsive web yang dimiliki oleh mattkersley yang beralamat domain
http://mattkersley.com/responsive dengan menggunakan browser Mozilla Firefox
versi 27.0.1.
Gambar 11 Uji Melalui Apple iPhone 4s
Pada gambar 11 merupakan pengujian aplikasi terhadap device
smartphone tipe Apple iPhone 4s.
Gambar 12 Uji Melalui Samsung Galaxy S3
Pada gambar 12 merupakan pengujian aplikasi terhadap device
smartphone tipe Samsung Galaxy S3.
Gambar 13 Uji Melalui Apple iPad
Pada gambar 13 merupakan pengujian aplikasi terhadap device tablet tipe
Apple iPad.
Gambar 14 Uji Melalui Laptop Acer Aspire One
Pada gambar 14 merupakan pengujian aplikasi terhadap device laptop tipe
acer aspire one.
Gambar 15 Uji Melalui Desktop Komputer
Pada gambar 15 merupakan pengujian terhadap device komputer dengan
ukuran layar lebih dari 1200 pixel. Dari hasil pengujian aplikasi dari berbagai
browser dan mobile device terlihat bahwa responsive web design dalam aplikasi
berfungsi dengan baik dan lancar.
Tahap pengujian selanjutnya adalah tahap uji responden yang melibatkan
25 orang responden yang memiliki keterkaitan dengan sistem yang dibangun.
Pengujian user siswa dilakukan dengan memberikan penilaian untuk menghitung
persentase hasil.
Gambar 16 Uji Responden Sebagai Siswa
Gambar 16 merupakan hasil pengujian sebagai user siswa melibatkan 25
orang responden menyatakan bahwa tampilan interface sistem yang dapat
menyesuaikan layar device sangat menarik, dalam penggunaannya mudah
digunakan, nada dalam pembelajaran Bahasa Mandarin menjadi mudah
dimengerti, dan juga materi yang menarik dalam pembelajaran Bahasa Mandarin.
Gambar 17 Uji Responden Guru Sebagai Administrator
Gambar 17 merupakan hasil pengujian guru sebagai administrator
menyatakan bahwa tampilan interface sistem yang dapat menyesuaikan layar
device sangat menarik, dalam penggunaannya mudah digunakan, sudah mencakup
semua pengolahan materi, dan layanan juga sudah sesuai dengan yang diharapkan.
5. Simpulan Dari hasil perancangan website Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa
pada SMP Kristen Satya Wacana yang menerapkan Responsive Web Design maka
dapat disimpulkan bahwa website dapat diakses dibeberapa media device dengan
syarat web browser yang digunakan mendukung teknologi CSS3. Berdasarkan uji
kepada pengguna, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat dengan mudah
mengakses materi pembelajaran Bahasa Mandarin. Aplikasi yang telah dibuat
dapat membantu dalam memahami pelafalan nada dalam bahasa Mandarin.
Aplikasi ini masih memiliki beberapa keterbatasan seperti tidak adanya
video animasi dan sistem searching. Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat
menambahkan sistem pengembangan hmtl5 yang lebih kompleks, seperti
penambahan video dan animasi didalam aplikasi. Penambahan materi
pembelajaran dari sumber-sumber lain juga dibutuhkan untuk melengkapi materi
yang ada. Aplikasi dapat dikembangkan menggunakan sistem searching agar
setiap pelafalan nada dapat dicari dan didengarkan oleh siswa, tidak hanya
terbatas pada pelafalan nada dalam materi.
6. Pustaka
[1]. Mayliana. 2010. Penggunaan Hanyu Pinyin Sebagai Dasar Pembelajaran
Bahasa Mandarin Di SMK Negeri 1 Surakarta. Surakarta.
[2]. Ardy. 2013. Media Pembelajaran Bahasa Mandarin Berbasis Client
Server Pada Sistem Operasi Android. Makassar.
[3]. Herbowo. Agus Rahmat. 2012. Web Responsive Design Untuk Situs Berita
Menggunakan Framework Codeigniter. Jakarta.
[4]. Putra, Candra Adi. 2012. Responsive Web Design & Mobile Web.
http://www.slideshare.net/candraadiputra/responsive-web-design-
12735186. Diakses Tanggal 10 September 2013.
[5]. Marcotte, Ethan. 2011. A Book Apart. New York:New York.
[6]. Susanto, Dwi. 2013. Responsive Design Solusi Desain Web Yang
Fleksibel. http://kangtanto.com/web-2/responsive-design-solusi-desain-
web-yang-fleksibel. Diakses Tanggal 5 Desember 2013.
[7]. La, Nick. 2010. CSS3 Media Queries.
http://webdesignerwall.com/tutorials/css3-media-queries. Diakses Tanggal
5 Desember 2013.
[8]. Maximiliano. 2012. HTML5 compatibility on mobile and tablet browsers
with testing on real devices. http://mobilehtml5.org/. Diakses Tanggal 27
Agustus 2013.
[9]. Pressman, Roger S. 2001. Software engineering: a practitioner’s
approach. Amerika Serikat : R.S. Pressman and Associates.