pengembangan kurikulum

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1...........................Pengertian Kurikulum Kurikulum memiliki pengertian yang berbeda beda. Beberapa pengertian kurikulum dari berbagai sumber : 1. Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Nasution, S.2008:5) 2. Kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman, pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar (Syaodih, Nana.2005:4) 3. Kurikulum adalah alat untuk mencapai pendidikan (Dahkir,H.2004:1) 4. kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.(UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19) 5. Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk 1

Upload: ika-permata-sari

Post on 17-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pengembangan kurikulum semester 3

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum memiliki pengertian yang berbeda beda. Beberapa pengertian kurikulum dari berbagai sumber :

1. Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Nasution, S.2008:5)2. Kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman, pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar (Syaodih, Nana.2005:4)

3. Kurikulum adalah alat untuk mencapai pendidikan (Dahkir,H.2004:1)

4. kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.(UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19)5. Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. (Sudjana,Nana.2005:3) 6. kurikulum dapat ditinjau dari 4 dimensi :

a. kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum pendidikan.

b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat alat dan waktu.

c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dalam bentuk praktek pembelajaran.

d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari peserta didik. (Hasan, Hamid.1998)

Dari beberapa pengertian kurikulum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dalam bidang pendidikan, baik berbentuk ide, rencana tertulis, suatu kegiatan, alat, peraturan ataupun program.1.2 Landasan / Aspek Pengembangan Kurikulum

Landasan / aspek pengembangan kurikulum itu ada empat macam, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis atau IPTEK, dan landasan organisatoris.

1. Landasan filosofis.

Pengertian filsafah :

Secara harfiah, filosofis berarti cinta akan kebijakan

Secara akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.

Menurut Donald Butler, filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat.

Maka, dapat disimpulkan bahwa asas filosofis pada hakekatnya pengembangan kurikulum harus memperhatikan falsafah negara kita, yaitu Pancasila. Asas filosofis ini dapat menentukan tujuan umum pendidikan, yaitu salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.2. Landasan psikologis

Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik dan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya.

Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri krhidupannya, baik yang tampak, maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi pengembangan dan psikologi belajar.

Psikologi pengembangan

Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal (menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajianperkembangan sepanjang masa perkembangan), cross sectional (mempelajari berbagai macam anak dari berbagai tingkat usia, ciri-ciri fisik dan mental, pola pola perkembangan, serta perilaku), psikoanalitik (mempelajari perkembangan anak pada masa masa sebelumnya, terutama masa taman kanak-kanak), sosiologik (perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dalam masyarakat), atau studi kasus (mempelajari kasus-kasus tertentu, lalu menarik kesimpulan tentang pola perkembangan anak).Ada tiga pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (differential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach).

Psikologi belajar

Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas psikologis memberikan dasar sehingga dalam pengembangan kurikulum harus diperhatikan tingkat perkembangan anak dalam berbagai aspek (kognitif, psikis, sosial budaya, otak, dan lain-lain) serta cara anak belajar agar bahan ajar yang disediakan dapat dicerna dan dikuasai dengan taraf perkembangannya.

3. Landasan sosiologis atau IPTEK

Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa, anggota masyarakat yang mandiri dan produktif. Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi pelaksanaan pendidikan bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem sosial-budaya yang berbeda. Sehingga pendidikandi setiap daerah juga berbeda, tergantung pada adat istiadat, pola kehidupan masyarakat, dan hubungan antar masyarakatnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa asas sosiologis memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan IPTEK.

4. Landasan organisatorisAsas ini memberikan dasar dasar pengembangan kurikulum dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya.1.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum1.3.1 Prinsip prinsip pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Syaodih Sukmadinata

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

1. Prinsip umum, meliputi :

a. Relevansi

Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu

Relevansi eksternal

Relevansi eksternal maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Relevansi internal Relevansi internal yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. b. Fleksibilitas programKurikulum hendaknya dapat memberikan ruang gerak yang memberikan kebebasan pada guru dalam mengembangkan program pengajaran.. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal hal solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak. Contohnya : misalkan suatu sekolah hanya memiliki beberapa ruang kelas, sedangkan murid yang belajar di sekolah itu sangat banyak, sehingga jumlah kelas tidak mencukupi, maka kurikulum tetap berjalan sebagaimana mestinya, namun waktu pelaksanaan mengajar dibagi menjadi dua, yaitu waktu pagi dan sore. c. Kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan. Kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut saling berhubungannya antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan (bidang studi). Kesinambungan antara berbagai tingkat contohnya: pendidikan dimulai dari Play Group, TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan Perguruan Tinggi. Sedangkan kesinambungan antara jenis program pendidikan contohnya : pelajaran fisika kelas 1 SMA dimulai dari besaran dan satuan, lalu menginjak dimensi, Gerak, Gaya, dan seterusnya. d. Efisiensi

Efisiensi maksudnya adalah kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biaya yang murah. Dalam hal ini, kurikulum dalam pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-katerbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.

e. Efektifitas

Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana, tetapi keberhasilannya harus tetap diperhatikan. Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

2. Prinsip khusus, meliputi :

a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikanDalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

apakah metode yang digunakan cocok?

apakah dengan metode tersebut mampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa?

apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?

apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor?

apakah metode tersebut lebih menaktifkan siswa?

apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?

apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat? d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran

Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut: alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi mediae. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat bebarapa hal yang perlu juga dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan haisl penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tes digunakan.1.3.2 Prinsip prinsip pengembangan kurikulum menurut Drs. Subandijah :

1. Prinsip relevansiRelevansi pendidikan dalam hal ini berkenaan dengan: Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik

Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik.

Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datangDalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini bermanfaat baginya untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain kurikulum harus bersifat anticipatory. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja

Hasil pendidikan juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak saja terkait dengan segi bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar. Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi2. Prinsip efektitifas dan efisiensi Prinsip efektifitasEfektifitas dalam dunia pendidikan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan atau dicapai. Hal ini terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektifitas mengajar guru dapat dicapai dengan menguasai keahlian dan keterampilan dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar-mengajar yang dapat ditingkatkan dengan kegiatan pembinaan baik melalui penataran maupun penyediaan buku-buku. Efektifitas belajar murid terkait dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menyediakan suasana pembelajaran yang kondusif, yang dapat dicapai dengan menyesuaikan bahan pengajaran dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta lingkungan, dan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai serta metode yang tepat. Prinsip efisiensiEfisiensi dalam proses belajar-mengajar berarti bahwa waktu, tenaga dan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran dapat merealisasikan hasil yang optimal.3. Prinsip kesinambunganKesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut kesaling hubungan antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan atau bidang studi. Untuk mencapai kesinambungan, kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan : Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah diajarkan di sekolah sebelumnya Bahan yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi di sekolah yang lebih tinggiKesinambungan antar berbagai bidang studi berarti bahwa dalam mengembangkan kurikulum harus mempertimbangkan keterkaitan antara bidang suti yang satu dengan bidang studi lainnya.4. Prinsip fleksibilitasKurikulum harus memberikan ruang gerak yang memberikan kebebasan guru dalam mengembangkan program pengajaran. Guru dalam hal ini memiliki otoritas dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan daerah lingkungannya. Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih program pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan lingkungan dengan membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan, program spesialisasi, atau program keterampilan.5. Prinsip berorientasi pada tujuanGuru harus menentukan tujuan pengajaran sebelum menentukan bahan. Hal ini berarti bahwa guru dapat menentukan dengan tepat metode mengajar, alat pengajaran dan evaluasi yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

6. Prinsip pendidikan seumur hidupDalam hal ini, pendidikan harus dapat memberi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat peserta didik tamat dari sekolah dan memberikan bekal kemampuan untuk dapat menumbuh-kembangkan dirinya sendiri.7. Prinsip dan model pengembangan kurikulumPengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus dengan mengadakan perbaikan terhadap pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai untuk melakukan perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut.BAB II

KOMPONEN KURIKULUM

2.1 Tujuan

Tujuan kurikulum dibagi menjadi dua kriteria, yaitu :

1. Kriteria subtantif

Untuk menentukan tujuan harus memperhatikan kebutuhan mendasar anak dan masyarakat, mencakup sumber sumber empiris tentang anak dan masyarakat (sumber sumber nyata seperti budaya, kebutuhan, teknologi) serta ilmu pengetahuan.

2. Kriteria prosedur

Tujuan kurikulum harus representatif (dapat diraih), jelas, tidak rancu dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dan kontradiktif, berdasarkan argumen dan kerangka berfikir yang logis, kelayakan keterwakilan (bisa mewadai agar tujuan tercapai) dan konsisten.

Tujuan kurikulum dirimuskan berdasarkan :

1. Perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat

2. Pemikiran-pemikiran yang terarah pada tercapainya nilai-nilai filosofis

Tujuan kurikulum dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Tujuan jangka panjang, merupakan tujuan ideal bangsa Indonesia2. Tujuan institusional adalah sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan3. Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu program studi4. Tujuan instruksional adalah target yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran. Tujuan instruksional dijabarkan dari sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya bersifat abstrak dan luas, menjadi sasaran khusus yang lebih kongkret, sempit dan terbatas.Tujuan-tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan, yaitu intellectual skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill, and attitudes. Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan mengajar sesuai dengan domain-domain perilaku individu, yaitu domain kognitif (kemampuan intelektual atau berfikir), afektif (penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat dan nilai-nilai), dan psikomotor (penguasaan dan pengembangan keterampilan keterampilan motorik).

2.2 Konten / bahan pelajaran

Konten atau bahan pelajaran merupakan sekumpulan fakta, observasi, data, persepsi, desain, klasifikasi dan pemecahan masalah, hasil pemikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip, kesimpulan, perencanaan, dan solusi. Komponen konten mencakup ilmu pengetahuan, proses, dan nilai nilai. Sedangkan kriteria konten meliputi signifikansi (sesuai dengan kebutuhan masyarakat), kegunaan, minat, dan perkembangan manusia (dapat digunakan seumur hidup).

Konten atau bahan pelajaran dibagi dalam tujuh sekuens bahan ajar, yaitu :

1. sekuens kronologis, yang berguna untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan tertentu

2. sekuens kausal, yang digunakan untuk menyusun bahan ajar dalam bidang meteorologi dan geomorfologi

3. sekuens struktural, yang digunakan untuk menyusun bahan ajar yang memerlukan susunan secara struktural

4. sekuens logis dan psikologis, yaitu logis yang mengubah hal yang sederhana menjadi kompleks, sedangkan psikologis, yaitu mengubah hal yang kompleks menjadi sederhana.

5. sekuens spiral, yaitu bahan ajar yang dipusatkan pada topik tertentu, lalu topik tersebut diperluas dan diperdalam.

6. rangkaian ke belakang (backward channing), yaitu mengajar dimulai dari langkah terakhir menuju ke belakang.

7. sekuens berdasarkan hierarki belajar, yaitu menganalisis tujuan tujuan khusus utama pembelajaran, lalu diberi hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan tersebut. Ada delapan macam hierarki urutan bahan ajar, yaitu signal learning, stimulus-respons learning, motor-chain learning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem-solving learning.2.3 Organisasi

Organisasi berkaitan dengan bagaimana bahan disusun untuk memudahkan siswa untuk mempelajari, mempertimbangkan tujuan, perkembangan anak dan masyarakat. Organisasi kurikulum dibagi menjadi enam bagian, yaitu :

1. mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject), yaitu mata pelajaran yang disampaikan sendiri sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain.

2. mata ajaran ajaran berkolerasi (correlated), yaitu penyampaian pokok-pokok yang saling berkolerasi untuk memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.

3. bidang studi (broadfield), yaitu beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri ciri yang sama dikorelasikan dalam satu bidang pengajaran.

4. program yang terpusat pada anak (childrecentered program) yaitu kurikulum dititik beratkan pada kegiatan kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.

5. core program, yaitu suatu program inti berupa suatu unit atau masalah. Masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, sedangkan beberapa mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Mata pelajaran tersebut tidak diberikan secara terpisah.

6. electric program, yaitu suaru program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata jaran dan peserta didik. Caranya ialah memilih unsur-unsur yang dianggap baik yang terdapat pada kedua organisasi tersebut. Kemudian unsur unsur itu diintegrasikan menjadi satu program.

2.4 Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang tujuan, perencanaan, uji coba, uji lapangan (uji di sekolah), pelaksanaan kurikulum, dan mutu kurikulum (kurang lebih 10 tahun)

Evaluasi hasil belajar ada dua kriteria, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif digunakan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek. Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk menilai proses pengajaran, serta evaluasi formatif berfungsi untuk menilai proses, juga merupakan evaluasi atau tes diagnostik.Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan tujuan yang cukup luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah menilai kemajuan belajar siswa serta efektivitas program secara menyeluruh.

BAB III

KONSEP DAN TEORI KURIKULUM

3.1 Konsep Kurikulum

1. Kurikulum Sebagai Suatu SubstansiSuatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.2. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem

Kurikulum sebagai suatu sistem yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.3. Kurikulum Sebagai Suatu Bidang Studi

Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.3.2 Teori Kurikulum

Teori kurikulum adalah teori yang menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian atau peristiwa kurikulum atau yang berhubungan dengan kurikulum dan yang bukan. Menurut Alizabeth S. Maccia, teori kurikulum ada empat, yaitu teori kurikulum (Curriculum Theory), teori kurikulum-formal (Formal-Curriculum Theory), teori kurikulum valuasional (Valuational Curriculum Theory), dan teori kurikulum praksiologi (Praxiological Curriculum Theory). Teori kurikulum merupakan subteori pengajaran. Teori kurikulum-formal memusatkan perhatiannya pada struktur isi kurikulum. Teori kurikulum valuasional mengkaji masalah masalah pengajaran apa yang berguna atau berharga bagi keadaan sekarang. Teori kurikulum praksiologi merupakan suatu pengkajian tentang proses untuk mencapai tujuan tujuan kurikulum.BAB IV

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dalam mengembangkan kurikulum, ada beberapa langkah yang harus diikuti yaitu :

1. Merumuskan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan yang dirumuskan meliputi tujuan nasional, institusional dan tujuan pembelajaran. Tujuan nasional di Indonesia dapat dilihat pada Undang - Undang Sistem Pendidikan yang berlaku. Bedasarkan Tujuan pendidikan nasional, maka disusun tujuan institusional dan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan ini kemudian menjadi kreteria untuk memilih isi, bahan pembelajaran, metode dan penilaian. Tujuan mestinya mengandung pernyataan tentang apa yang harus dilakukan peserta didik, bukan apa yang harus dilakukan guru. Tujuan mengandung perubahan perilaku yang diinginkan dan materi yang digunakan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut. Tujuan dapat ditulis secara lebih umum, seperti mengembangkan minat peserta didik atau secara khusus membedakan perubahan fisik dan perubahan kimia.2. Menyusun Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar perlu disusun untuk memberikan gagasan kepada para guru tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan. Agar pengalaman ini dapat mencapai tujuan pendidikan pada berbagai tingkat, maka perlu disusun terlebih dahulu tentang kreteria penentuan pengalaman belajar. Berikut ini adalah kreteria seleksi pengalaman belajar yang perlu dicermati oleh para pengembang kurikulum :

a. Validitas, artinya dapat diterapkan di sekolah.b. Kelayakan, yaitu layak dalam hal waktu, kemampuan guru, fasilitas sekolah dan pemenuhan terhadap harapan masyarakat. c. Optimal dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik. d. Memberikan peluang untuk pengembangan berpikir rasional. e. Memberikan peluang untuk menantang pengembangan seluruh potensi peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. f. Terbuka terhadap hal baru dan menoleransi perbedaan kemampuan peserta didik.g. Memotivasi belajar lebih lanjut. h. Memenuhi kebutuhan peserta didik.i. Memperluas minat peserta didik j. Mengembangkan keutuhan pengembangan ranah kognitif, afektif, psikomotorik, sosial, emosi dan spritual peserta didik. 3. Menentukan Materi Kurikulum Pengalaman belajar selalu mengandung materi kurikulum. Materi kurikulum ditentukan dalam bahan kajian dan mata pelajaran. Di Indonesia bahan kajian dimuat dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37. Bahan kajian ada yang langsung menjadi mata pelajaran. Bila bahan kajian terlalu luas dapat dijabarkan ke dalam mata pelajaran tertentu dengan spesifikasi keilmuan yang lebih khusus, seperti kimia atau geografi atau pengetahuan sosial. Penentuan mata pelajaran bergantung pada jenjangdan jenis pendidikan. Setiap mata pelajaran akan memuat sejumlah materi pelajaran. Untuk menentukan materi pelajaran perlu ditentukan kreteria seleksi materi, yaitu: a. Menuju kemandirian peserta didik.b. Mengandung makna yang mendalam.c. Menyiratkan saran menuju kualitas kehidupan yang lebih baik. d. Mengandung urutan atau sistematika berdasrkan kepentingan sebab akibat, makna tunggal, makna majemuk.e. Autentik. f. Menarik. g. Bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. h. Dapat dipelajari. i. Layak di pelajari. 4. Mengelola Pengalaman Belajar

Pengelolaan pengaaman belajar dapat dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan, yaitu pengembangan vertikal dan horizontal, serta kesinambungan. 5. Menilai Pembelajaran Penilaian pembelajaran merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Pengumpulan informasi dilaksanakan dengan menerapkan asas - asas penilaian, keberlanjutan dan kesinambungtan, pengumpulan bukti - bukti autentik, akurat dan konsisten dalam menjamin akuntabilitas publik.BAB V

KURIKULUM KTSP

5.1 Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).5.2 Konsep Dasar KTSP

Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.

5.3 Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran KTSP.6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.5.4 Landasan KTSP1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 20065.5 Ciri-ciri KTSP1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.3. Guru harus mandiri dan kreatif.4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

RANGKUMAN

kurikulum adalah seperangkat rencana dalam bidang pendidikan, baik berbentuk ide, rencana tertulis, suatu kegiatan, alat, peraturan ataupun program. Landasan / aspek pengembangan kurikulum itu ada empat macam, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis atau IPTEK, dan landasan organisatoris. Prinsip prinsip pengembangan kurikulum: Prinsip relevansi, Prinsip efektitifas dan efisiensi, Prinsip kesinambungan, Prinsip fleksibilitas, Prinsip berorientasi pada tujuan, Prinsip pendidikan seumur hidup, dan Prinsip dan model pengembangan kurikulum Komponen kurikulum : Tujuan kurikulum ,dibagi menjadi dua kriteria, yaitu : Kriteria subtantif dan Kriteria prosedur Konten / bahan pelajaran, merupakan sekumpulan fakta, observasi, data, persepsi, desain, klasifikasi dan pemecahan masalah, hasil pemikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip, kesimpulan, perencanaan, dan solusi.

Organisasi

Evaluasi

Konsep Kurikulum, yaitu Kurikulum Sebagai Suatu Substansi, Kurikulum Sebagai Suatu Sistem, dan Kurikulum Sebagai Suatu Bidang Studi

Teori Kurikulum, ada empat, yaitu teori kurikulum (Curriculum Theory), teori kurikulum-formal (Formal-Curriculum Theory), teori kurikulum valuasional (Valuational Curriculum Theory), dan teori kurikulum praksiologi (Praxiological Curriculum Theory).

Langkah langkah pengembangan kurikulum, yaitu : Merumuskan Tujuan Pendidikan , Menyusun Pengalaman Belajar , Menentukan Materi Kurikulum , Mengelola Pengalaman Belajar , dan Menilai Pembelajaran

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja RosdakaryaSyaodih, Nana.1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Juliantara, Ketut. 2009. 134 Pengertian Kurikulum (lengkap). www.kompasiana.com. [diakses tanggal 15 September 2012]

28