pengembangan kepariwisataan di kabupaten kediri sebagai daerah tujuan wisata lokal dan nasional...

26
PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN KEDIRI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA LOKAL DAN NASIONAL (DEVELOPMENT OF TOURISM IN REGENCY KEDIRI AS AREA OF TARGET LOCAL TOURISM AND NATIONAL) Kuspriyanto *) Abstrak: Dari beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Kediri hanya Sumber Ubalan yang sudah dikembangkan sementara yang lain belum dikembangkan karena terkait dengan dana dan sumberdaya manusianya. Meskipun banyak terdapat obyek wisata namun secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatanya belum menggembirakan. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui 10 potensi obyek wisata di Kabupaten Kediri, 2) untuk mengetahui aksesibilitas obyek wisata di Kabupaten Kediri, 3) menentukan lokasi obyek wisata untuk dijadikan pusat pertumbuhan. Lokasi penelitian ini adalah Sumber Ubalan Kalasan, Taman Ria Corah, Sendang Kamandanu, Wanawisata Sumber Podang, Air Terjun Tronggolo, Gereja Poh Sarang, Pamuksan Joyoboyo, Gunung Kelud, Arca Totok Kerot dan Candi Surowono. Sampel diambil masing-masing obyek wisata sebanyak 30 wisatawan secara accidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan pengukuran. Analisis data dengan menggunakan diskriptif kuantitatif dengan teknik skoring. Hasil penelitian menunjukkan potensi daya tarik wisata paling tinggi adalah kawasan ziarah Puh Sarang yang mempunyai 21 jenis sarana/prasarana wisata sedangkan paling rendah Candi Surowono yang hanya memiliki 5 jenis sarana/prasarana, sementara itu dari 10 lokasi obyek wisata di Kabupaten Kediri yang mempunyai aksesibilitas paling mudah bila diukur dari lokasi Kabupaten Kediri adalah Pamuksan Sri Aji Jooyoboyo sedangkan aksesbilitas paling sulit adalah Gunung Kelud. Berdasarkan hasil perhitungan, lokasi wisata paling tepat untuk menjadi pusat pertumbuhan kepariwisataan di Kabupaten Kediri adalah Kawasan Ziarah Puh Sarang. Kata Kunci : aksesibilitas, potensi, lokasi. PENDAHULUAN Kepariwisataan yang berkembang baik akan dapat menarik wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian pendapatan daerah maupun negara akan meningkat dan hal ini harus selalu diupayakan. *) Staf Pengajar di Prodi Pendidikan Geografi FIS UNESA 1139

Upload: alim-sumarno

Post on 23-Nov-2015

198 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : KUSPRIYANTO ,

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN KEDIRI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA LOKAL DAN NASIONAL

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN KEDIRI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA LOKAL DAN NASIONAL

(DEVELOPMENT OF TOURISM IN REGENCY KEDIRI AS AREA OF TARGET LOCAL TOURISM AND NATIONAL)

Kuspriyanto *)Abstrak: Dari beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Kediri hanya Sumber Ubalan yang sudah dikembangkan sementara yang lain belum dikembangkan karena terkait dengan dana dan sumberdaya manusianya. Meskipun banyak terdapat obyek wisata namun secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatanya belum menggembirakan. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui 10 potensi obyek wisata di Kabupaten Kediri, 2) untuk mengetahui aksesibilitas obyek wisata di Kabupaten Kediri, 3) menentukan lokasi obyek wisata untuk dijadikan pusat pertumbuhan. Lokasi penelitian ini adalah Sumber Ubalan Kalasan, Taman Ria Corah, Sendang Kamandanu, Wanawisata Sumber Podang, Air Terjun Tronggolo, Gereja Poh Sarang, Pamuksan Joyoboyo, Gunung Kelud, Arca Totok Kerot dan Candi Surowono. Sampel diambil masing-masing obyek wisata sebanyak 30 wisatawan secara accidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan pengukuran. Analisis data dengan menggunakan diskriptif kuantitatif dengan teknik skoring. Hasil penelitian menunjukkan potensi daya tarik wisata paling tinggi adalah kawasan ziarah Puh Sarang yang mempunyai 21 jenis sarana/prasarana wisata sedangkan paling rendah Candi Surowono yang hanya memiliki 5 jenis sarana/prasarana, sementara itu dari 10 lokasi obyek wisata di Kabupaten Kediri yang mempunyai aksesibilitas paling mudah bila diukur dari lokasi Kabupaten Kediri adalah Pamuksan Sri Aji Jooyoboyo sedangkan aksesbilitas paling sulit adalah Gunung Kelud. Berdasarkan hasil perhitungan, lokasi wisata paling tepat untuk menjadi pusat pertumbuhan kepariwisataan di Kabupaten Kediri adalah Kawasan Ziarah Puh Sarang.Kata Kunci : aksesibilitas, potensi, lokasi.PENDAHULUANKepariwisataan yang berkembang baik akan dapat menarik wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian pendapatan daerah maupun negara akan meningkat dan hal ini harus selalu diupayakan. Disamping itu kepariwisataan yang berkembang akan menyediakan peluang kerja yang cukup banyak dalam hal memenuhi kebutuhan wisatawan.

Dalam bidang kepariwisataan untuk mengembangkan lokasi obyek wisata menjadi daerah tujuan wisata yang menarik perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu : 1) obyek wisata yang meliputi bentuk, jenis dan persebaran; 2) elemen-elemen penawaran meliputi atraksi, transportasi, infrastruktur, akomodasi dan fasilitas penunjang yang lain; 3) wisatawan sebagai konsumen obyek wisata. Untuk itu diperlukan pengkajian tentang potensi suatu lokasi obyek wisata terlebih dahulu, baik potensi fisik maupun potensi manusia yang terlibat dalam pengembangan tersebut.

Letak atau lokasi merupakan hal yang amat penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Lokasi daerah tujuan wisata yang strategis dan mudah dijangkau oleh wisatawan, berjarak dekat dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun pemerintah merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan. Manusia dengan segala aktivitasnya memerlukan tempat wisata untuk mengurangi rasa jenuhnya, ketegangannya dan untuk memperoleh rasa kesegarannya kembali. Wisatawan yang terbatas waktu maupun keuangannya akan memilih lokasi daerah tujuan wisata yang tidak jauh dari tempat aktivitas sehari-hari (Page, 1999).

Aksesibilitas atau keterjangkauan juga merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata yang mudah dijangkau oleh wisatawan memiliki nilai yang tinggi. Keterjangkauan tidak selalu terkait dengan jarak, tetapi berkaitan dengan kondisi medan, ada tidaknya sarana transportasi atau komunikasi dan kadang-kadang budaya. Keterjangkauan berubah dengan adanya perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi (Suharyono dan Amien, 1994).

Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas lokasi obyek wisata, dalam penelitiannya Subyantoro (2001) menggunakan tolok ukur jarak antara lokasi wisata dengan pusat kegiatan yaitu ibukota propinsi dan ibukota kabupaten, dan tolok ukur waktu tempuh antara dua lokasi tersebut. Tingkat aksesibilitas yang dihasilkan dibagi menjadi 3 katagori yaitu tingkat aksesibiltas tinggi, sedang dan rendah.

Berbagai faktor dapat digunakan untuk pengukuran potensi daerah tujuan wisata, misalnya iklim, keindahan alam, adat istiadat, seni bangunan, pentas seni, pameran, pekan raya, peninggalan sejarah/purbakala, kegiatan masyarakat, fasilitas olah raga dan edukasi untuk rekreasi, kesehatan, belanja, hiburan, infrastruktur, pangan dan akomodasi serta faktor keamanan (Pendit, 2003).

Menurut Sujali (1989), pengembangan kepariwisataan mendasarkan pada sifat, fungsi, kemampuan, jangkauan pemasaran yang akan dicapai. Jangkauan pemasaran dapat bersifat lokal, regional, nasional dan bahkan dapat bersifat internasional. Pengembangan tersebut dapat dilaksanakan diantaranya dengan beberapa teori kutub pertumbuhan atau dengan konsep tempat sentral dari Christaller.

Sebagai langkah awal dalam memilih dan menentukan suatu potensi obyek wisata yang pantas akan dikembangkan, sebelumnya perlu memperhatikan beberapa hal. Langkah tersebut dilaksanakan dengan harapan nantinya akan menghasilkan pembangunan wisata yang optimal, oleh karena itu evaluasi potensi obyek wisata perlu dilakukan (Sujali, 1989).

Untuk mengukur potensi wisata suatu lokasi obyek wisata, Charles E G (1996) menjelaskan bahwa obyek wisata yang menarik mempunyai daya tarik besar untuk mendatang-kan wisatawan. Dari hasil penelitiannya tentang daya tarik wisata suatu obyek wisata, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah faktor alam yang meliputi keindahan alam dan iklim, faktor sosial budaya yang meliputi adat istiadat, seni bangunan,, pentas seni, festival, pagelaran, pameran dan pekan raya, faktor sejarah berupa barang-barang peninggalan purbakala, faktor agama berupa kegiatan upacara keagamanaan, faktor fasilitas rekreasi yang meliputi olah raga dan edukasi, faktor fasilitas kesehatan, berbelanja, hiburan, pangan dan akomodasi serta faktor infrastruktur.

Untuk menjadi pusat pertumbuhaan diperlukan persyaratan tertentu yaitu potensi untuk tumbuh paling maksimal dibandingkan dengan lokasi yang lain. Selanjutnya dengan dioperasikannya tujuan konsep yaitu konsep leading industry, polarization dan spread effect, diasumsikaan akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan lokasi yang lain karena mendapat pengaruh dari lokasi pusat pertumbuhan.

Pengembangan Daerah Tujuan Wisata merupakan usaha memperluas kawasan atau lokasi obyek wisata atau menambah berbagai macam kebutuhan wisatawan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan mengembangkan sarana transportasi, infrastruktur, fasilitas penunjang dan pelayanan, akomodasi maupun adanya berbagai atraksi (Page, 1999). Namun perlu diperhatikan apakah semuanya itu memang diperlukan dan dimanakah berbagai kebutuhan tersebut akan ditempatkan apabila diperlukan. Hal itu memerlukan kajian yang mendalam tentang potensi suatu daerah tujuan wisata. Selanjutnya pengembangan daerah tujuan wisata dapat dilakukan dengan sempurna apabila daerah tersebut mempunyai potensi daya tarik dan secara fisik, sosial, ekonomi dan budaya ada kesesuaian. Artinya daerah tujuan wisata yang dikembangkan sesuai dengaaan kondisi fisik (alam) dan manusia di sekitar daerah tujuan wisata.

Pengembangan daerah tujuan wisata tingkat lokal diperuntukkan bagi suatu obyek atau lebih yang menempati suatu kawasan wisata. Namun pada umumnya pengembangan daerah tujuan wisata tingkat lokal, mulanya hanya satu jenis obyek wisata atau lebih yang selanjutnya dikembangkan lebih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan dan potensi kawasan wisata tersebut. Dalam pengembangannya perlu diperhatikan faktor-faktor lokal di lokasi daerah tujuan wisata yang terdiri dari iklim, kondisi fisik, atraksi, akses, kepemilikan dan penggunaan lahan, pembatas dan pendorong atau pendukung serta faktor-faktor lain. Semua faktor tersebut saling berkaitan atau saling mempengaruhi.

Pengembangan daerah tujuan wisata tingkat nasional merupakan pengembangan kepariwisataan yang perhatian utamanya pada pemilihan atau penentuan wilayah yang paling penting untuk dikembangkan sebagai pintu gerbang kedatangan wisatawan. Penentuan wilayah tersebut berdasarkan potensi yang ada meliputi fasilitas penunjang, atraksi utama dan aksesibilitas.

Sehubungan dengan kondisi kepariwi-sataan di Kabupaten Kediri maka akan dipilih salah satu obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan sehingga akan mempengaruhi obyek wisata yang lainnya. Berdasarkan masalah kepariwisataan yang terdapat di Kabupaten Kediri, dalam penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui potensi daya tarik wisata obyek-obyek wisata di Kabupaten Kediri

2. Mengetahui tingkat aksesibilitas masing-masing obyek wisata di Kabupaten Kediri

3. Menentukan salah satu obyek wisata yang dijadikan pusat pertumbuhan kepariwi-sataan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan atau arahan dalam pengembangan obyek-obyek wisata khususnya dan pengembangan wilayah pada umumnya di Kabupaten Kediri apabila dana yang tersedia relatif terbatas jumlahnya. Dengan diketahuinya satu lokasi sebagai pusat pertumbuhan industri wisata maka pembangunan industri yang lain berkaitan dengan industri wisata dapat dikembangkan lebih lanjut. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model untuk pengembangan atau pembangunan kepariwisataan di suatu wilayah khususnya pada Tingkat Kabupaten atau Pemerintah Daerah Tingkat II

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di 10 lokasi obyek wisata di Kabupaten Kediri. Yaitu Taman Wisata Ubalan, Taman Ria Corah, taman Wisata Gunung Kelud, Candi Surowono, Kawasan Ziarah Puh Sarang, Air Terjun Irrunggolo, Sumber Podang, Pamuksan Sri Aji Joyoboyo, Air Terjun Ngleyangan dan Kawasan Wisata Bendungan Gerak Waru Turi.

Populasi adalah semua wisatawan yang datang berkunjung ke obyek wisata. Wisatawan diambil secara accidental sampling. Jumlah sample yang diambil sebanyak 300 wisatawan yang tersebar pada 10 lokasi obyek wisata sehingga masing-masing obyek wisata diambil 30 wisatawan.

Data hasil penelitian diambil dengan cara observasi, wawancara, pengukuran dan diambil dari dokumen yang berkaitan dengan kepariwisataan yang ada pada masing-masing lokasi obyek wisata.

Dalam penelitian ini digunakan 25 komponen daya tarik yaitu 1) tempat penginapan, 2) rumah makan/restoran/warung makan, 3) tempat hiburan/kesenian, 4) tempat pameran, 5) tempat peristirahatan, 6) tempat olah raga, 7) tempat rekreasi edukasi, 8) tempat beribadah, 9) fasilitas keamanan/penjagaan, 10) fasilitas kesehatan, 11) fasilitas komunikasi, 12) kendaraan umum, 13) taman, 14) listrik, 15) ssumber air, 16) tempat berbelanja, 17) tempat peninggalan sejarah, 18) seni bangunan, 19) kegiatan peribadatan, 20) pagelaran/pentas seni, 21) pekan raya yang bersifat komersial, 22) produk lokal berupa makanan, 23) pakaian, 24) kerajinan tangan, 25) peninggalan purbakala/sejarah. Dengan demikian setiap lokasi obyek wisata mempunyai skor antara 0 (minimal) sampai 25 (maksimal).

Untuk mengetahui tingkat potensi daya tarik wisata masing-masing lokasi obyek wisata dihitung berdasarkan komponen daya tarik yang ada, makin banyak terdapat komponen daya tarik atau skornya maka makin tinggi tingkat potensi wisatanya. Kriteria tingkatannya adalah seperti dibawah ini :

- potensi sangat baik skornya 21 25

- potensi baik apabila skornya 16 20

- potensi sedang apabila skornya 11 - 15

- potensi buruk apabila skornya 6 - 10

- potensi sangat buruk skornya 0 5

Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas masing-masing lokasi obyek wisata digunakan kriteria sebagai berikut :

1. Aksesibilitas tinggi apabila

jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh antara 30 menit sampai 60 menit, atau

jarak tempuh kurang dari 25 km dan waktu tempuh antara 30 menit sampai 60 menit atau

jarak tempuh 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh kurang dari 30 menit.2. Aksesibilitas sedang apabila

jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh antara 30 menit sampai 60 menit, atau

jarak tempuih kurang dari 25 km dan waktu tmpuh lebih dari 60 menit, atau

jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktu, tempuh kurang dari 30 menit

3. Aksesibilitas rendah apabila

jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh leih dari 60 menit atau

jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktiu tempuh antara 30 menit sampai 60 menit, atau

jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktu tempuh lebih dari 60 menit.

Untuk menentukan lokasi obyek wisata yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan atau pengembangan kepariwisataan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberi skor pada masing-masing indikator pengukuran setiap lokasi obyek wisata. Indikator pengukuran yang digunakan adalah keindahan alam, kondisi medan, rata-rata jarak antar obyek wisata, tingkat pencemaran lingkungan, perilaku wisatawan dan tingkat keamanan. Skor masing-masing indikator berkisar antara 1 10, sesuai dengan peringkat dari 10 lokasi obyek wisata. Untuk mengetahui peringkat yang diperoleh setiap lokasi obyek wisata pada masing-masing indikator digunakan cara sebagai berikut :

-Kondisi alam diketahui berdasarkan banyak sedikitnya luas lahan yang dipunyai obyek wisata. Untuk pengembangan kepariwisataan selanjut-nya makin luas lahan yang dipunyai makin tinggi skornya.

- Kondisi medan, diketahui berdasarkan variasi topografi pada lokasi obyek wisata, variasi topografi ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya perbukitan yang ada dan atau di sekitar lokasi obyek wisata. Makin banyak terdapat perbukitan berarti variasi topografi makin banyak sehingga skornya makin tinggi.

- Jarak antar obyek wisata, ditentukan berdasarkan jauh dekatnya jarak rata-rata dari lokasi obyek wisata yang satu terhadap yang lain, makin dekat makin tinggi skornya., jarak rata-rata menggunakan satuan km, dan dihitung dengan cara merata-ratakan jarak dari satu lokasi obyek wisata ke 9 lokasi obyek wisata yang lain,

-Tingkat pencemaran, diketahui berdasar-kan banyak sedikitnya kotoran atau sampah di lokasi wisata, makin kotor lokasi obyek wisata skornya makin rendah. Banyak sedikitnya kotoran atau sampah dapat diketahui dengan cara pengukuran lapangan yaitu menimbang jumlah sampah dalam satu satuan luas permukaan tanah. Tempat pengukuran ditentukan secara acak meliputi 20 % luas areal lokasi wisata dan setiap kali pengukuran meliputi luas tanah 1m x 1m.

Tingkat keamanan, diketahui berdasar-kan frekuensi terjadinya kecelakaan atau bencana dan kejahatan, makin kecil frekuensi kejadiannya, makin tinggi tingkat skornya.

Perilaku wisatawan, diketahui berdasar-kan keutuhan obyek wisata. Skor makin tinggi apabila obyek wisata makin sedikit mengalami gangguan oleh wisatawan. Misalnya, coretan, perusakan, pencurian barang milik obyek wisata.

Jumlah wisatawan, diketahui berdasar-kan jumlah wisatawan yang berkunjung pada masing-masing obyek wisata selama 5 tahun terakhir, makin banyak jumlah wisatawan makin tinggi skornya.

Dalam meranking indikator apabila dijumpai sejumlah obyek wisata yang sama nilainya maka skornya dibuat rata-rata.

2. Menjumlah skor seluruh indikator untuk setiap lokasi obyek wisata. Skor yang tertinggi dipilih sebagai pusat pertumbuhan.

HASIL PENELITIANSetelah dilakukan identifikasi dari 7 variabel yang ada di Kabupaten Kediri antara lain adalah: kondisi obyek wisata (keindahan), kondisi luas lahan, jarak antar potensi, tingkat pencemaran, tingkat keamanan, perilaku wisatawan dan jumlah wisatawan maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh berikut ini akan dibahas tentang kesesuaian kawasan obyek wisata di Puh Sarang untuk pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Kediri dan bagaimana prospek pengembangan di tempat tersebut pada masa mendatang.

Berdasarkan hasil perhitungan potensi wisata pada masing-masing kawasan wisata di Kabupaten Kediri saat ini, lokasi kawasan obyek wisata Poh Sarang mempunyai potensi wisata yang paling besar. Hal yang paling mendukung besarnya potensi wisata tersebut sehubungan dengan lebih banyaknya fasilitas penunjang pariwisata yang sudah dibangun dibandingkan dengan kawasan obyek wisata dari berbagai tempat sehingga paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan potensi wisata yang paling besar ini kawasan wisata Puh Sarang dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjadi lokomotif bagi kawasan obyek wisata yang lain di Kabupaten Kediri. Dengan kata lain kawasan obyek wisata Puh Sarang dijadikan pusat pertumbuhan kepari-wisataan di Kabupaten Kediri. Dengan berkembangnya kawasan obyek wisata Puh Sarang serta koordinasi yang baik antar pengelola kawasan wisata diharapkan terjadi efek pengembangan ke obyek wisata yang lain, sehingga kawasan wsiata di seluruh Kabupaten Kediri berkembang semua dengan indikasi banyaknya wisatawan yang berkunjung ke masing-masing lokasi obyek wisata.

Ditinjau dari potensi wisatanya, dan dengan menerapkan teori kutub pertumbuhan dan tempat sentral (Peroux dan Christaller) maka kawasan wisata Puh Sarang sangat mendukung untuk dilakukan pengembangan kepariwisataan terlebih dahulu. Namun dalam pemilihan model yang nantinya akan diterapkan untuk pengembangan selanjutnya harus tepat sehingga dapat membantu perkembangan kawasan obyek wisata yang lain di Kabupaten Kediri.

Terdapat satu kelemahan yang sekaligus dapat dijadikan kelebihan sehubungan dengan pemilihan model pengembangan kepariwisataan di kawasan wisata Puh Sarang yaitu jenis wisata ziarah khususnya untuk umat beragama Nasrani, sementara itu potensi wisatawan yang ada di Kabupaten Kediri pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sebagian besar umat Islam yang mungkin tidak tersedia untuk berkunjung ke kawasan wisata Puh Sarang. Dalam penelitian ini tidak teridentifikasi tentang latar belakang agama yang berkunjung

Tabel 1. Identifikasi Obyek Wisata di Kabupaten KediriNo.Obyek WisataabcdefgSkor

1.Bendungan499295,51048,5

2.G.Kelud9,5101523,5738

3.C.Surowono515869236

4.Irrunggolo35363,55,5531

5.Puh Sarang7,5881069957,5

6.Joyoboyo9,5210999654,5

7.Sumber Podang24443,52120,5

8.Tmn Ria Corah137161423

9.Ubalan7,576393,5844

10Ngleyangan662717332

Sumber: Data primer, 2007

Keterangan:

a = kondisi obyek wisata (keindahan)

b = kondisi luas lahan

f = perilaku wisatawan

c = jarak antar potensi

g = jumlah wisatawan

d = tingkat pencemaran

e = tingkat keamanan

ke Puh Sarang sehingga dimungkinkan banyak wisatawan beragama Islam berkunjung ke Puh Sarang untuk menikmati atraksi lainnya bukan untuk berziarah.

Untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang berarti menjaring semua penduduk tanpa membedakan berbagai latar belakang agama atau yang lain, sehingga jika berkunjung ke kawasan wisata Puh Sarang dapat menikmati aatraksi yang ada, diperkirakan atraksi tambahan yang cukup beragam dan bersifat umum sehingga dapat dinikmati oleh siapapun. Namun dengan adanya tambahan atraksi dan fasilitas kepariwisataan yang lain akan menyita ruang yang telah ada daan akan mengurangi nilai wisata ziarah sehubungan dengan banyaknya pengunjung.

Jika kawasan wisata Puh Sarang dikembangkan dengan model pengembangan wisata tingkat lokal, artinya semua fasilitas kepariwisataan maupun atraksi akan dikembangkan baik secara kualitas maupun kuantitas didalam kawasan wisata Puh Sarang, maka akan merombak tata ruang yang ada sekarang. Pengembangan tersebut dimaksud untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengantisipasi kebutuhan wsiatawan selama berada di kawasan obyek wisata Puh Sarang.

Perombakan tata ruang dapat dilakukan seminimal mungkin dengan mengurangi bangunan-bangunan fasilitas penunjang kepariwisataan yang tidak diperlukan oleh wisatawan. Cara seperti ini hanya menjadikan wisatawan lokal yang tidak memerlukan sarana untuk akomodasi sehingga jumlah wisatawan yang dapat dijaring relatif lebih sedikit yaitu penduduk di Kabupaten Kediri dan sekitarnya. Jika ziarah sebagai atraksi utamanya sementara itu sebagian besar penduduk di Kabupaten Kediri dan sekitarnya beragama Islam, bermata pencaharian sebagai petani dan berpenghasilan relatif rendah, maka latar belakang penduduk seperti ini kurang mendukung pengembangan kepariwisataan suatu daerah dan kemungkinan akan lambat berkembang.

Melihat kondisi seperti tersebut, kemungkinan oleh pengelola Puh Sarang tidak diperkenankan untuk dilakukan perubahan ruang kawasan wisata Puh Sarang secara besar-besaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Puh Sarang kurang sesuai untuk dikembangkan dengan model pengembangan wisata tingkat lokal mengingat berbagai keterbatasan seperti dijelaskan diatas.

Model pengembangan kepariwisataan lain yang dapat diterapkan adalah pengembangan tingkat regional. Dalam model ini, sasaran wisatawan yang dituju adalah penduduk dalam lingkup propinsi atau negara bahkan internasional dan tidak tergantung pada penduduk lokal. Model ini dilaksanakan dengan cara melakukan koordinasi antara pengelola kawasan obyek wisata di seluruh Kabupaten Kediri dengan kawasan wisata Puh Sarang sebagai pusat pengembangan. Meskipun sebagai pusat pengembangan dan sesuai dengan jenis atraksi utama yang ada, kawasan obyek wisata Puh Sarang dibatasi pengembangannya, dipilih beberapa hal yang memang sesuai dengan kondisi setempat sementara pembangunan fasilitas kepariwisataan dapat dialihkan ke kawasan obyek wisata yang lain sesuai dengan karakter masing-masing kawasan wisata.

Dengan tersebarnya pembangunan fasilitas kepariwisataan dan pengembangan atraksi di berbagai kawasan obyek wisata, maka daya tarik wisata masing-masing kawasan akan meningkat. Hal itu dapat menggerakkan mobilitas wisatawan yang sebelumnya hanya terkonsentrasi di kawasan obyek wisata Puh Sarang, untuk menuju ke obyek wisata yang lain yang telah ditingkatkan daya tariknya. Mobilitas wisatawan ini dapat terjadi dan makin tinggi intensitasnya apabila daya tarik wisatanya pada masing-masing kawasan wisata makin tinggi dan antar kawasan obyek wisata mudah dijangkau oleh wisatawan.

Berdasarkan lokasi kawasan obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Kediri, model pengembangan kepariwisataan tingkat regional sesuai untuk diterapkan mengingat banyak obyek-obyek wisata yang berbeda jenis atraksi utamanya dan relatif berdekatan jaraknya, terlebih lagi apabila dalam pengembangannya tersedianya dana yang tidak memadai. Dengan demikian wisatawan yang semula hanya ingin berkunjung di satu atau dua lokasi obyek wisata akan tertarik untuk mengunjungi juga kawasan obyek wisata yang lain karena mudah dijangkau oleh wisatawan. Untuk mencapai hal itu kerja sama antar pengelola kawasan obyek wisata harus dilakukan terutama dalam melakukan kegiatan promosi begitu pula dengan biro-biro perjalanan dalam rangka pembuatan paket-paket wisata.

Model pengembangan pariwisata lain yang dapat menjangkau wisatawan lebih banyak, yaitu disamping wisatawan nusantara juga wisatwan mancanegara. Dalam pengembangan model ini diperlukan persyaratan lebih berat yaitu harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan berkualitas internasionaal dan adanya atraksi wisata yang khas yang tidak banyak terdapat di dunia. Dalam pengembangan kepariwisataan model peran pemerintah sangat diperlukan sehubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan yang harus disediakan serta penyedia sumberdaya manusia, diperlukaan biaya yang sangat besaar dan memerlukan kerjasama dengan pemerintah daerah yang lain.

Melihat persyaratan pengembangan kepariwisataan tingkat nasional tersebut, tidaklah sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Kediri mengingat atraksi utama yang ada meskipun termasuk jarang, yaitu ziarah ke tempat munculnya Bunda Maria, sudah ada tempat lain yang sama jenis atraksinya dan sudah berkembang lebih jauh yaitu Lourdes (Perancis) yang terkenal lebih dahulu. Dengan demikian kurang memungkinkan untuk dipasarkan kepada wisatawan luar negeri, terutama penduduk Eropa, sehingga kemungkinan terjadi kegagalan lebih besar akan terjadi. Disamping itu mengingat kondisi keruangan yang ada tidak memungkinkan untuk menyediakan sumberdaya manusia yang kompeten maupun sarana dan prasarana kepariwisataan yang diperlukan wisatawan manca negara.

Berdasarkan lokasi Kabupaten Kediri yang berada di bagian tengah Propinsi Jawa Timur dan relatif dekat dengan kota-kota industri seperti Malang, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Gresik yang merupakan tempat tinggal penduduk yang potensial untuk menjadi wisatawan, maka penduduknya potensial untuk menjadi sumber wisatawan bagi Kabupaten Kediri. Begitupula dengan penduduk di Kabupaten Kediri yang mengelilingi Kabupaten Kediri, dengan demikian Kabupaten Kediri mempunyai letak strategis dalam kaitannya dengan lokasi tempat tinggal wisatawan.

Disamping letak yang strategis, dalam pengembangan kepariwisataan dalam wilayah yang luas memerlulkan banyak jenis atraksi wisata agar supaya wisatawan tidak merasa bosan karena hanya menyaksikan jenis atraksi yang mirip atau bahkan sama dari satu tempat ke tempat lain. Kabupaten Kediri mempunyai banyak jenis atraksi utama yang tersebar di beberapa lokasi obyek wisata seperti wisata ziarah, wisata sejarah, wisata alam dengan berbagai macam pemandangan, wana wisata dan sebagainya dengan tingkat keindahan yang bervariasi pula.

Jarak antar lokasi wisata yang relatif dekat juga merupakan salah satu pendukung perkembangan kepariwisataan di suatu daerah. Demikian pula dengan jarak antar lokasi obyek wisata di Kabupaten Kediri, jarak relatif dekat sehingga mudah dijangkau sementara jarak paling jauh hanya 82 km yaitu antara Gunung Kelud sampai Ngleyangan. Namun dengaan adanya sarana dan prasarana transportasi yang baik diantara keduanya melewati beberapa lokasi obyek wisata maka jarak sedemikian jauh tidak menjadi halangan bagi wisatawan.

Hal lain yang juga diperlukan untuk peningkatan secara kualitas dan kuantitas dari atraksi yang ada dan fasilitas penunjang kepariwisataan adalah tersedianya lahan yang cukup luas untuk tempat-tempat tersebut. Sebagian besar luas lahan kawasan obyek-obyek wisata di Kabupaten Kediri mempunyai ukuran yang cukup luas dan jauh dari permukiman sehingga apabila diperlukan untuk peningkatan atraksi maupun berbagai fasilitas penunjang masih mencukupi tanpa mengganggu penduduk. Pembangunan yang mengganggu penduduk mempunyai resiko besar untuk gagal karena diperlukan investasi yang cukup besar untuk memindahkan penduduk dan urusannya menjadi lebih rumit dan memerlukan waktu lama.

Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi umum untuk menuju ke lokasi obyek-obyek wisata, di Kabupaten Kediri juga merupakan factor pendukung untuk berkembangnya kepariwisataan di Kabupaten Kediri, meskipun di beberapa tempat kondisinya belum baik tetapi dalam hal ini masih dapat diperbaiki. Dengan lebih meningkatkan peran swasta dalam menyediakan sarana transportasi maka peran pemerintah cukup banyak berkurang yakni hanya dalam hal pemeliharaan prasarana transportasi saja sehingga tugasnya menjadi lebih mudah dan lebih baik para wisatawan akan lebih mudah dan dapat lebih banyak lokasi obyek wisata dapat dijangkau oleh wisatawan dalam waktu yang relatif singkat, karena pada umumnya wisatawan tidak ingin waktunya terpakai terlalu banyak untuk perjalanan.

Kondisi alam yaitu topografi dan penggunaan lahan yang bervariasi, misalnya berupa dataran, perbukitan maupun gunung dengan penggunaan lahan sawah, hutan maupun perkampungan yang terdapat di kabupaten Kediri, menimbulkan rasa senang dan tidak membosankan selama melaksanakan perjalanan menuju ke lokasi obyek wisata. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan selama perjalanan wisatanya. Kondisi iklim di Kabupaten Kediri merupa iklim sedang dengan suhu antara 23C-31C sangat cocok untuk kegiatan pariwisata terbuka (out door) karena tidak terlalu dingin maupun tidak terlalu panas, namun perlu diwaspadai sehubungan dengan lebih banyaknya bulan-bulan basah selama satu tahun sehingga dapat mengurangi aktivitas wisatawan di lapangan (area terbuka) karena terjadinya hujan. Disamping itu adanya gangguan bencana alam berupa letusan Gunung Kelud yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga dapat mengganggu jadwal kunjungan wisatawan.

Memperhatikan berbagai faktor seperti diatas dan mengantisipasi beberapa factor negatif yang ada kawasan obyek-obyek wisata di Kabupaten Kediri mempunyai prospek yang baik untuk berkembang dan dikembangkan menjadi tujuaan daerah wisata tingkat lokal, regional maupun nasional.KEMPULAN DAN SARANKesimpulanDari 10 obyek wisata yang ada di Kabupaten Kediri, obyek wisata ziarah Puh Sarang memiliki potensi daya tarik wisata paling tinggi dengan memiliki 21 jenis sarana dan prasarana kepariwisataan,

Aksesibilitas paling mudah adalah obyek wisata Pamuksan Sri Aji Joyoboyo sedangkan aksesibilitas paling sulit adalah Gunung Kelud.Lokasi wisata paling tepat untuk menjadi pusat pertumbuhan kepariwisataan di Kabupaten Kediri adalah kawasan ziarah Puh Sarang.SaranDengan pusat pertumbuhan kepari-wisataan di Kabupaten Kediri adalah kawasan ziarah Puh Sarang, maka model pengembangan yang paling cocok untuk dipilih adalah model pengembangan tingkat regional. Hal ini dapat dimengerti karena dengan latar belakang penduduk yang mayoritas beragama Islam maka apabila dikembangkan dengan model lokal memang agak sulit.

Model pengembangan tingkat regional yang dimaksud adalah dengan sasaran pengunjung dari propinsi atau negara, dimana memiliki latar belakang budaya dan agama yang heterogen. Berkaitan dengan aspek pengembangan regional maka fasilitas sarana dan prasarana yang harus ada perlu lebih diitngkatkan dan dibenahi agar lebih banyak pengunjung yang datang lebih mudah dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Charles, E.G., 1996. Planning for Tourism Development, Quantitative Approach. New York: Paeger Publishers.Inc.Dinas Pariwisata Jawa Timur, 2005. Pariwisata Jawa Timur Tahun 2005 Dalam Angka.Website:www.eastjava.com.Garvajal dan Patri, 1989. Identification and Definition of Region in Greek Tourist Planning. Papers, Regional Science Association.Page, S.J. and Hall, C.M., 1999. The Geography of Tourism Recreation Environment, Place and Space. London : Roudledge.Pendit, N.S., 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya Paramita.

Subyantoro, 2001. Prospek Kawasan Wisata Goa Maharani di Kabupaten Lamongan Untuk Pengembangan Daerah Tujuan Wisata Nasional/Internasional. Surabaya : Lembaga Penelitian Unesa.

Suharyono dan Amien, 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sujali, 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

PETA PARIWISATA KEDIRI

FOTO-FOTO LOKASI WISATA

DI KEDIRI

Patung Airlangga

Di Musium Airlangga*) Staf Pengajar di Prodi Pendidikan Geografi FIS UNESA11391140JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 8, NOMOR 16, DESEMBER 2009 : 1139-11541151Kuspriyanto, Pengembangan Kepariwisataan Di Kabupaten Kediri Sebagai ..