pengembangan kamus istilah pewayangan sebagai …

175
PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP Skripsi “Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)” Oleh Nama : Laely Rachmawati NIM : 2013840029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI SMP

Skripsi

“Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)”

Oleh

Nama : Laely Rachmawati

NIM : 2013840029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

Page 2: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Skripsi, Agustus 2018

Laely Rachmawati (2013840029)

PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

xvii + 152 halaman, 24 tabel, 20 gambar, 17 lampiran

ABSTRAK

Kamus istilah pewayangan ini sebagai media pembelajaran bahasa

Indonesia. Sebagai pemahaman siswa mengenai budaya, khususnya

nilai-nilai yang terkandung dalam cerita wayang. Tujuan penelitian ini

adalah: 1) Mengembangkan media pembelajaran sebagai media

pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII. 2) Mengetahui

kelayakan dari media pembelajaran kamus istilah pewayangan pada

pembelajaran bahasa Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan

Research and Development. Dengan langkah-langkah penelitian: 1)

Analisis, 2) Desain, 3) Pengembangan, 4) Implementasi, 5) Evaluasi.

Penelitian ini dilakukan di SMP Plus Pewaris Peradaban. Pengembangan

media pembelajaran ini melibatkan 2 ahli sebagai validator desain produk,

melibatkan 2 guru bahasa Indonesia dan melibatkan 32 siswa kelas VIII

SMP Plus Pewaris Peradaban dalam uji coba produk. Instrument yang

digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner dengan skala

Guttman dengan metode Kuder Richardson. Selanjutnya ditabulasi dan

dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas media yang

dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian pada validasi ahli bahasa dan

ahli media diperoleh nilai 0,880%, oleh guru bahasa Indonesia

Page 3: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

ii

memperoleh nilai 0,880% dan oleh siswa memperoleh nilai 872,29%.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengembangan

media pembelajaran kamus istilah pewayangan mendapatkan respon

yang sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan media

pembelajaran kamus istilah pewayangan layak di gunakan sebagai media

pembelajaran bahasa Indonesia.

Kata kunci : Media Pembelajaran, Kamus Istilah Pewayangan, Research

and Development, Produk.

Daftar Pustaka (2002-2017)

Page 4: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

iii

Page 5: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

iv

Page 6: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

v

Page 7: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

vi

Page 8: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

vii

Page 9: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

viii

PERSEMBAHAN

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada semua pihak atas dukungan moral maupun materil

yang sangat berarti sehingga penulis skripsi ini dapat diselesaikan,

diantaranya:

1. Ucapan terima kasih dan rasa syukur yang tak terhingga yang telah

Allah SWT berikan.

2. Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Soleman dan

Ibunda Suyatmi yang selalu mendoakan dan mencurahkan kasih

sayangnya selalu kepadaku.

3. Kakakku Resty Agus Setiawati yang selalu memberi semangat dan

telah membantu mencari sekolah untuk tempat penelitian.

4. Adikku Satrio Nugroho yang selalu memberi semangat selama

pembuatan skripsi ini.

5. Saudara-saudaraku, tante dan, paman yang selalu mendoakan dan

memberi semangat.

6. Bapak Ahmad Fadly, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selalu

sabar membimbingku dari awal pembuatan skripsi hingga

penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti mohon maaf

yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang terdapar dalam penulisan

skripsi ini dan untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Page 10: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

ix

MOTTO

“Sabar bukan tentang

berapa lama kau bisa menunggu.

Melainkan tentang bagaimana perilakumu

Saat menunggu”

” Orang yang paling pemaaf

adalah ia yang mau memaafkan

meski bisa membalas dendam”

(Imam Husain)

Page 11: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

x

KATA PENGANTAR

Bismilahirrohmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkaan ke hadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada umatnya yang selalu

melaksanakan ajarannya.

Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Skripsi ini berjudul

Pengembangan Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMP Plus Pewaris Peradaban ditujukan sebagai

media pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VIlI SMP Plus Pewaris

Peradaban, dengan materi pengenalan budaya. Dalam penulisan skripsi

ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis

ingin menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mugkin dapat

terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan yang baik ini penulis ingin meyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

terutama kepada:

1. Bapak Dr. Iswan, SE., M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.

2. Ibu Khaerunnisa, M.Pd., Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Jakarta dan selaku dosen penguji satu pada sidang skripsi, yang

telah memberikan dorongan dan arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

Page 12: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xi

3. Bapak Ahmad Fadly, M.Hum., pembimbing skripsi yang telah

mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Aida Sumardi, M.Pd., selaku dosen penguji dua pada sidang

skripsi, yang telah memberikan dorongan dan arahan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

5. Orang tua penulis, kakak, adik, saudara, teman, dan sahabat, yang

telah banyak memberikan semangat baik moril maupun materil

dalam melanjutkan studi di Universitas ini serta penyelesaian studi

dengan tepat waktu.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang

telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada

penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi

ini.

Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas,

penulis berdoa semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat

pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

Laely Rachmawati

Page 13: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... v

PAKTA INTEGRITAS ........................................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........................ vii

PERSEMBAHAN .................................................................................. viii

MOTTO ................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................ xi

DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Fokus Penelitian ..................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 5

D. Rumusan Masalah ................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis ....................................................................... 9

B. Kerangka Berpikir ................................................................... 67

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 70

B. Metode Penelitian .................................................................... 71

C. Desain Penelitian .................................................................... 75

D. Subjek Penelitian ..................................................................... 78

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 78

Page 14: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xiii

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 89

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ......................................................................... 92

B. Interpretasi Hasil Penelitian ..................................................... 144

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 147

B. Saran-saran ............................................................................ 148

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 150

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 153

Page 15: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian .......................................... 70

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Bahasa ........................................... 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Ahli Media ............................................. 82

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen untuk Guru ............................................ 83

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen untuk Siswa ........................................... 86

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian ................................................................. 91

Tabel 4.1 Kriteria Penilaian ................................................................. 104

Tabel 4.2 Aspek Perangkat Lunak ...................................................... 105

Tabel 4.3 Aspek Komunikasi Visual .................................................... 106

Tabel 4.4 Aspek Tipe Lema ............................................................... 108

Tabel 4.5 Aspek Pendefinisian ............................................................ 109

Tabel 4.6 Aspek Kebahasaan ............................................................. 111

Tabel 4.7 Aspek Keterbacaan ............................................................. 112

Tabel 4.8 Aspek Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan

Peserta Didik ....................................................................... 113

Tabel 4.9 Aspek Penggunaan Istilah, Simbol, atau Ikon ..................... 114

Tabel 4.10 Aspek Keseluruhan ............................................................ 116

Tabel 4.11 Aspek Tipe Definisi Lema .................................................. 124

Tabel 4.12 Aspek Keterbacaan ............................................................ 126

Tabel 4.13 Aspek Pilihan Kata ............................................................. 128

Tabel 4.14 Aspek Tampilan Menarik ................................................... 129

Tabel 4.15 Aspek Kemanfaatan ........................................................... 131

Tabel 4.16 Aspek Penyajian Materi ..................................................... 132

Tabel 4.17 Rata-rata dari Seluruh Aspek Penilaian ............................. 134

Tabel 4.18 Aspek Tipe Definisi Lema .................................................. 135

Tabel 4.19 Aspek Keterbacaan ............................................................ 137

Tabel 4.20 Aspek Pilihan Kata ............................................................. 138

Tabel 4.21 Aspek Tampilan Menarik ................................................... 139

Tabel 4.22 Aspek Kemanfaatan ........................................................... 141

Tabel 4.23 Aspek Penyajian Materi ..................................................... 142

Page 16: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xv

Tabel 4.24 Nilai Uji Coba Oleh Siswa Secara Keseluruhan ................. 143

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daftar Lema dan Wordform pada AntConc ..................... 69

Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Produk ..................................... 72

Gambar 3.2 Antconc Kumpulan Cerita Wayang ................................. 76

Gambar 3.3 Lexique Pro Penyusunan Kamus Istilah Pewayangan .... 77

Gambar 4.1 Tampilan Awal Kamus Pewayangan ............................... 96

Gambar 4.2 Create New Lexicon ......................................................... 96

Gambar 4.3 Create New Lexicon ........................................................ 97

Gambar 4.4 Create New Lexicon ......................................................... 97

Gambar 4.5 Create New Lexicon ......................................................... 98

Gambar 4.6 Create New Lexicon ......................................................... 98

Gambar 4.7 Basis Data Kamus yang Sudah Siap ............................... 99

Gambar 4.8 Menambah Kelas ............................................................. 100

Gambar 4.9 Menambahkan Gambar .................................................. 101

Gambar 4.10 Mencetak Bentuk Microsoft Word ................................... 101

Gambar 4.11 Mencetak Bentuk Microsoft Word ................................... 102

Gambar 4.12 Kamus Istilah Pewayangan Berbentuk Microsoft Word .. 102

Gambar 4.13 Kamus Istilah Pewayangan Berbentuk Web .................. 103

Gambar 4.15 Sebelum Revisi .............................................................. 119

Gambar 4.16 Setelah Revisi ................................................................. 119

Gambar 4.17 Sebelum Revisi ............................................................... 120

Gambar 4.18 Setelah Revisi ................................................................. 121

Gambar 4.19 Sebelum Revisi ............................................................... 122

Gambar 4.20 Setelah Revisi ................................................................. 122

Page 17: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tampilan Kamus Istilah Pewayangan ................................ 153

Lampiran 2 Profil Sekolah ..................................................................... 156

Lampiran 3 Surat Penelitian .................................................................. 159

Lampiran 4 Surat Balasan Sekolah ........................................................ 160

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................. 161

Lampiran 6 Kompetensi Dasar............................................................... 167

Lampiran 7 Biodata Uji Validasi Ahli Media ........................................... 173

Lampiran 8 Kuesioner Penilaian Oleh Ahli Media ................................. 175

Lampiran 9 Biodata Uji Validasi Ahli Bahasa ........................................ 177

Lampiran 10 Kuesioner Penilaian Ahli Bahasa ..................................... 179

Lampiran 11 Kuesioner Penilaian Untuk Guru ...................................... 180

Lampiran 12 Kuesioner Penilaian Untuk Siswa .................................... 184

Lampiran 13 Aspek Penilaian Siswa ..................................................... 118

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ................................................... 186

Lampiran 15 Kartu Bimbingan ............................................................... 189

Lampiran 16 Kartu Menyaksikan Ujian Skripsi ...................................... 193

Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup Penulis ........................................... 194

Page 18: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

1

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian Wayang merupakan seni tradisional yang

berkembang di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Bali. Ada dua

versi wayang yang dimainkan oleh dalang yaitu orang yang memakai

kostum atau sering dikenal dengan wayang orang dan wayang yang

berwujud boneka dan berasal dari kayu, kulit binatang, dan rumput

sehingga dinamai wayang kayu, wayang kulit, dan wayang rumput.

Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal

dari Mahabharata dan Ramayana yang telah digubah oleh para

pujangga dan empu di Nusantara. Handayani menyatakan cerita

pewayangan selalu memiliki daya tarik tersendiri karena mengandung

unsur seni, hiburan, ataupun ajaran moral bagi kehidupan masyarakat.

(Soetomo, 2000:73)

Cerita wayang disebut sebagai sastra atau cerita tradisional

karena telah lama menjadi milik bangsa dan mewaris secara turun-

temurun kepada tiap generasi, terutama secara lisan pada masyarakat

Jawa. Wayang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Jawa sejak

zaman prasejarah, tetapi pada perkembangannya, ia juga dikenal,

dimiliki, dan dikembangkan oleh berbagai etnis dengan berbagai

bahasa dan sastra daerah yang lain. Dengan demikian, cerita wayang

mampu bertahan sepanjang masa, melewati zaman demi zaman dan

tiap zaman memiliki ciri khas.

Dalam pertunjukan wayang, semua nilai-nilai lokal disampaikan

dalam pagelaran melalui tokoh-tokoh wayang yang dimainkan oleh

sang dalang. Wayang sesuai harkat dan hakikat hidupnya. Seni

budaya dalam pertunjukan wayang sangat penting dalam ikut serta

mendidik moral masyarakat atau anak didik di sekolah, sebab

merekalah penerus bangsa.

Page 19: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

2

Meski memiliki tampilan yang berbeda dengan permainan

daring (game online) atau media permainan remaja lainnya, wayang

tidak menampilkan tindakan anarkis. Di dalam seni cerita atau

pertunjukan wayang kulit terdapat banyak kisah dan narasi yang kaya

akan filosofi hidup, petuah bijak, dan pendidikan moral yang saat ini

dibutuhkan oleh generasi penerus bangsa ini. Oleh karena itu,

generasi muda perlu dikenalkan sehingga mereka menyadari

pentingnya warisan budaya bangsa. Akibatnya, mereka melestarikan

dan mengembangkan dengan inovasi yang positif.

Kebutuhan siswa terhadap layanan teknologi berbasis IT

sangat bervariatif, salah satu kebutuhan adalah kebutuhan akan

ketersediaan kamus dengan berbagai kepentingan mulai dari kamus

yang bersifat umum seperti kamus bahasa hingga kamus istilah-istilah

khusus. Sesuai dengan salah satu ayat yang berkaitan dengan ini,

yang telah peneliti kutip yaitu pada surat An Naml ayat 40:

ك ي ل د إ ت ر ن ي ل أ ب ه ق يك ب آت ا ن اب أ ت ك ل ن ا م م ل ع ه د ن ي ع ذ ل ال ا ك ق ف ر م ط ل ا ف

ر ك ن ش م ر و ف ك م أ أ ر ك ش أ أ ي ن و ل ب ي ي ل ب ل ر ض ن ف ا م ذ ال ه ق ه د ن ا ع ر ق ت س م آه ر

ا م ن إ يم ف ر ي ك ن ي غ ب ن ر إ ر ف ف ن ك م ه و س ف ن ر ل ك ش ي

Artinya:

”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan

membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".

Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di

hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk

mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan

nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka

sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan

barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha

Kaya lagi Maha Mulia".

Ayat di atas menjelaskan tentang inovasi teknologi informasi

yang terus berkembang hingga sekarang. Mulai dari jaman dahulu

adanya media SMS untuk mengirim pesan dalam hitungan detik,

hingga kini banyak sekali hal dari berbagai penjuru dunia yang dapat

Page 20: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

3

di akses via internet. Semakin pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Dewasa ini,

menjadikan kebutuhan terhadap kamus tidak dapat dipungkiri lagi.

Kamus menjadi sebuah buku yang memiliki urgensi tinggi,

apalagi bagi mereka yang berkecimpung di lingkungan akademis.

Bahkan para ilmuwan, cendekiawan, budayawan serta masyarakat

umum pun tidak bisa menghindari kebutuhan akan kamus. Kamus

istilah merupakan kamus yang hanya memuat kata-kata atau

gabungan kata yang menjadi istilah dalam suatu bidang tertentu.

Melestarikan wayang, perlu diintegrasikan dengan pembelajaran

Bahasa dan Sastra di sekolah. Masih kurangnya kamus istilah

pewayangan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di

sekolah. Untuk itu, peneliti berupaya melakukan penelitian

pengembangan kamus istilah pewayangan sebagai media

pembelajaran bahasa Indonesia pada materi Mewariskan Budaya

melalui Teks Prosedur di SMP kelas VII. Upaya ini juga bermanfaat

untuk peningkatan literasi siswa, khususnya di tingkat SMP.

Kemampuan literasi dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Pada saat ini sudah banyak sekolah yang berusaha untuk

meningkatkan kemampuan literasi para siswanya. Secara umum,

upaya yang dilakukan adalah mengadakan pembiasaan atau lebih

dikenal dengan istilah pembudayaan literasi, yakni pembiasaan

melalui pengembangan atau penciptaan budaya literasi. Meskipun

demikian, pengembangan budaya literasi ini masih terkendala

kurangnya media yang mampu menarik minat siswa dalam mengenal

wayang. Oleh karenanya, dibutuhkan media untuk menstimulasi

(membangkitkan) minat siswa agar tertarik dengan pewayangan

Indonesia.

Dengan dasar pemikiran tersebut di atas peneliti terdorong

untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan Kamus

Istilah Pewayangan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMP.

Page 21: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

4

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, persoalan-

persoalan yang muncul dapat difokuskan sebagai berikut:

1. Penentuan korpus data untuk pengembangan kamus istilah

pewayangan.

2. Pengembangan kamus istilah pewayangan

3. Implementasi kamus istilah pewayangan sebagai bahan ajar pada

pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Plus Pewaris Peradaban.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang masih

terlalu luas sehingga tidak dapat diteliti seluruhnya dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, dengan mengembangkan kamus istilah

pewayangan sebagai media pembelajaran dengan rendahnya minat

siswa dalam belajar bahasa Indonesia yang masih kurangnya

referensi dengan menggunakan kamus dalam mata pelajaran bahasa

dan sastra Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan pada pembatasan masalah di

atas, sebagai berikut:

1. Bagaimana tahap pengembangan kamus istilah pewayangan

sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia?

2. Bagaimana tingkat kelayakan produk kamus istilah pewayangan

sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia?

3. Bagaimana perancangan kamus istilah pewayangan sebagai bahan

ajar pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Plus Pewaris

Peradaban?

Page 22: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian pengembangan kamus istilah

pewayangan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia di SMP

ini adalah:

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan kamus

istilah pewayangan berbasis korpus yang berasal dari cerita rakyat

atau kisah wayang.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus ini adalah sebagai berikut.

a) Untuk menjadikan kamus istilah pewayangan sebagai media

pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP.

b) Untuk mengetahui tingkat kelayakan produk kamus istilah

pewayangan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia.

c) Untuk merancang kamus istilah pewayangan sebagai media

pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut;

1. Manfaat Teoretis

a) Kamus istilah pewayangan dapat diimplementasikan kan dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah sebagai

media pembelajaran.

b) Kamus istilah pewayangan berkontribusi dalam pengembangan

ilmu linguistik, khususnya bidang leksikografi atau perkamusan.

c) Untuk meningkatkan wawasan dan menunjang pengetahuan

tentang kamus istilah pewayangan bagi pelajar, mahasiswa

maupun masyarakat umum yang sedang mempelajari budaya

kesenian wayang.

2. Manfaat Praktis

Page 23: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

6

Peneliti meneliti tentang pengembangan kamus istilah

pewayangan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

informasi bagi para peneliti bahasa Indonesia pada khususnya. Di

samping itu bermanfaat pula bagi masyarakat Indonesia sebagai

pemilik bahasa.

Page 24: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

Pada bagian ini dijelaskan hakikat kamus, sejarah kamus dan

penggunaan kamus, kamus istilah, korpus data kamus, Istilah Antconc

dan Lexique pro, pendefinisian kamus, pendefinisian lema

menggunakan teori Genus dan Differentia, istilah pewayangan, dan

istilah kebudayaan.

1. Hakikat Kamus

Secara umum kamus berisi berbagai informasi tentang kata,

penulisan kata, kategori kata, dan makna kata, serta cara

penggunaan kata. Untuk menyusunnya, diperlukan pemahaman

leksikografi dan leksikologi. Kedua istilah itu sering kali disamakan

padahal keduanya merupakan dua istilah yang berbeda. Hal ini

karena leksikografi adalah praktik dari leksikologi. Secara sederhana,

leksikografi disebut sebagai penerapan praktis dari leksikologi.

Hubungan antara leksikografi dengan leksikologi memang dekat

sekali sehingga batas antara keduanya seringkali sulit untuk

ditentukan. Menurut Chaer (2007:177) ilmu mengenai leksikon

disebut leksikologi (pakarnya disebut leksikolog), sedangkan

penulisan mengenai leksikologi disebut leksikografi (pakarnya

disebut leksikograf).

Jadi leksikografi dapat disimpulkan sebagai pembuatan kamus,

tanpa produk kamus tidak dapat disebut leksikografi. Dalam kamus

Van Dale (dalam Boon 2005) lexicon dijelaskan berasal dari bahasa

Yunani yang bermakna ‘kamus’. Webster (2000) menyebutkan

lexicon berarti ‘kamus’ yang berasal dari lexis yang dalam bahasa

Yunani berarti ‘kata’. Dalam sambutannya pada Sanggar Kerja

Internasional tentang Leksikologi dan Leksikografi pada tahun 2002

dan hasilnya diterbitkan pada tahun 2003, Kridalaksana juga

Page 25: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

8

menjelaskan hal yang sama, bahwa leksikon berasal dari bahasa

Yunani yang berarti ‘kata’, namun secara umum istilah tersebut

bermakna ‘kosakata’ atau ‘perbendaharaa kata’ (Nuriah, 2014:120).

Adapun kata kamus menurut Chaer, adalah kata serapan dari

bahasa Arab yaitu qamus (Chaer, 2007:179). Kata qamus itu sendiri

berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu okeanos yang berarti

‘lautan’. Dari sejarah kata kamus ini dapat diketahui bahwa makna

dasar dari kata kamus yaitu sebagai wadah pengetahuan, khususnya

pengetahuan bahasa. Menurut Setiawati menyatakan Kamus adalah

sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi (Kushartanti,

2016:46).

Adapun menurut Tarigan (2009:163) kamus adalah daftar bentuk-

bentuk lingustik yang telah disosialisasikan dan tersusun secara

bersistem, yang dihimpun dari kebiasaan-kebiasaan bahasa

masyarakat tertentu, dikomentari oleh sang pengarang dengan cara

yang sedemikian rupa sehingga pembaca yang memenuhi syarat

memahami makna setiap bentuk terpisah, dan diberi informasi

mengenai fakta-fakta yang relevan yang ada kaitannya dengan

fungsi tersebut di dalam masyrakatnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa kamus merupakan buku yang berisi seleksi kata yang disusun

secara alfabetis dengan pejelasan makna dan informasi yang

berkenaan dengannya dan dideskripsikan dalam bahasa yang sama

atau berbeda, yang memuat kata dan ungkapan dan memuat

kumpulan istilah atau nama. Biasanya disusun menurut abjad berikut

keterangannya. Kemudian dikompilasi dari kebiasaan bicara,

sedemikian rupa sehingga pembaca mengerti arti yang

didefinisikannya, definisi tersebut mengacu pada genus dan

differentia.

a. Fungsi kamus

Menurut Chaer (2007:184-185) kamus berfungsi

menampung konsep-konsep budaya dari masyarakat atau bangsa

Page 26: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

9

penutur bahasa tersebut oleh karena itu, tidak mengherankan

kalau banyak kebudayaan besar di dunia ini bangga akan kamus

bahasanya itu. Selain berfungsi sebagai wadah penghimpun

konsep-konsep budaya, kamus juga memiliki fungsi-fungsi praktis,

seperti sarana mengetahui makna kata, sarana mengetahui lafal

dan ejaan sebuah kata, sarana untuk mengetahui asal-usul kata,

dan sarana untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kata

lainnya.

Fungsi kamus menurut Tarigan (2009:171) yaitu menjelaskan

arti kata-kata. Mungkin arti kata itu yang berlaku dan terpakai

pada masa sekarang ini saja, atau arti kata sesuai dengan

perkembangannya dari masa ke masa. Menerangkan cara

melafalkan kata dan menerangkan cara menuliskan kata, lebih-

lebih bila huruf alfabet yang ditulis tidak mewakili sepenuhnya

suara yang dilafalkan.

Para ahli lain mengatakan menurut Setiawan (2015:170)

fungsi kamus yang pertama adalah menjelaskan makna atau arti

sebuah kata. Namun, tidak semua kamus tidak semua kamus

dapat memberikan informasi mengenai makna sebuah kata

karena keterbatasan isi. Sebuah kamus yang ideal juga

berfungsi menjelaskan lafal atau ucapan sebuah kata. Pada

bahasa-bahasa yang sistem ejaannya tidak ideal (satu fonem

dilambangkan dengan satu huruf atau sebaliknya) seperti bahasa

Inggris, di dalam kamusnya setiap kata tentu disertai dengan

ejaan fonetis untuk menunjukkan bagaimana lafal kata-kata itu.

Sebuah kamus yang ideal juga berfungsi memberi petunjuk

bagaimana ejaan yang benar dari setiap kata. Memberikan

informasi mengenai kata, seperti asal-usul kata, kategori

gramatikal, bidang pemakaian kata, dan pilihan penggunaan

kata. Asal-usul kata ditandai dengan label-label dalam bentuk

singkatan yang diletakkan di belakang kata, misalnya Jk berasal

dari dialek Jakarta, Jw berasal dari dialek Jawa. Dengan

Page 27: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

10

demikian, sebuah kamus yang ideal juga berfungsi sebagai

sumber pengambilan kata untuk menciptakan istilah. Memang,

dalam hal pengambilan kata untuk sebuah istilah ada skala

proiritasnya. Namun, kata yang diambil tentu bersumber dari

kamus. (Rosmanuddin, 2009:2)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa fungsi kamus merupakan sarana mengetahui makna,

mengetahui ejaan dan sebuah kata, mengetahui berbagai

informasi mengenai kata lainnya. Menerangkan cara melafalkan

kata dan menerangkan cara menuliskan kata, lebih-lebih bila huruf

alfabet yang ditulis tidak mewakili sepenuhnya suara yang

dilafalkan dan sebagai sumber pengambilan kata untuk

menciptakan istilah.

b. Kriteria Kamus

Penyusunan kamus, terdapat kriteria yang menjadi prasyarat

kamus yang ideal. Sterkenburg (2003:5) menyebutkan ada tiga

kriteria, yaitu: (1) kriteria formal, (2) kriteria fungsional dan (3)

kriteria tentang konten. Sementara itu, Setiawan menawarkan

kriteria yang lebih banyak. Ia menyatakan bahwa sebuah buku

dikatakan sebagai kamus apabila memiliki tujuh kriteria, yaitu 1)

kamus merupakan urutan paragraf yang terpisah, 2) kamus

dirancang sebagai rujukan, 3) kamus memiliki dua struktur, 4)

kamus merupakan seperangkat urutan, 5) kamus merupakan

daftar unit bahasa, 6) kamus merupakan buku pelajaran, 7) kamus

menginformasikan tanda bahasa (Setiawan, 2015:23).

Menurut Syihabuddin (2002:31) menyatakan ada empat

syarat yang harus dipenuhi sebuah kamus agar ia menjadi kamus

ideal, kamus yang baik dan memenuhi kriteria itu adalah 1)

kelengkapan, 2) keringkasan, 3) kecermatan, dan 4) kemudahan

penjelasan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kriteria kamus kelengkapan kamus yang ideal, paling tidak

Page 28: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

11

mencakup beberapa hal yaitu menerangkan cara pelafalan kata

yang dijadikan lema atau entri, pemakaian definisi yang baik dan

mudah, penyajian kata pengantar berkenaan dengan khalayak

sasaran kamus. Kamus memiliki kelengkapan, ringkas, cermat,

dan mudah dipahami.

c. Struktur Kamus

Struktur kamus terdiri atas lima bagian, yaitu struktur makro,

struktur mikro, struktur frame, struktur rujuk silang, dan struktur

akses. Namun, tidak semua kamus memiliki semua struktur itu.

Untuk itu perlu adanya kajian yang mendalam yang berkaitan

dengan struktur kamus (Simpson, 2014:87).

Bergenholtz dan Trap menyatakan bahwa mikrostruktur

merupakan struktur kamus yang memberi informasi pada setiap

lema. Lebih lanjut dinyatakan bahwa informasi pada setiap lema

dapat dipilah menjadi lima bagian, yaitu informasi gramatikal,

informasi kolokasi, sinonim dan antonim, contoh penggunaan, dan

equivalensi (Teguh, 2004:4). Sejalan dengan pendapat di atas.

Menurut Hartmann (2001:7) juga menyatakan bahwa struktur

kamus pada mikrostruktur mengacu pada penyusunan informasi

setiap entri dalam kamus.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

struktur kamus yang memberikan informasi pada setiap lema yang

terbagi menjadi struktur mikro, frame, rujuk silang dan akses.

Kemudian memberikan informasi gramatikal, sinonim dan

antonim, dan iformasi kolokasi.

d. Jenis Kamus

Menurut (Chaer, 2007:196-197) ada beberapa kriteria yang

digunakan untuk menyebutkan nama jenis kamus, di antaranya

berdasarkan bahasa sasaran berupa kamus ekabahasa, kamus

dwibahasa, dan kamus aneka bahasa. Jenis-jenis kamus

berdasarkan bahasa sasarannya yaitu:

1) Kamus Ekabahasa

Page 29: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

12

Kamus ekabahasa adalah kamus bahasa yang

sumbernya sama dengan bahasa sasarannya atau dengan

kata lain, kata-kata yang dikamuskan dijelaskan maknanya

dengan kata-kata dari bahasa yang sama.

2) Kamus Dwibahasa

Kamus dwibahasa adalah kamus yang bahasa

sumbernya tidak sama dengan bahasa sasarannya. Dengan

kata lain kata-kata dari bahasa yang dikamuskan dijelaskan

dengan kata-kata dari bahasa lain. Misalnya dalam Kamus

Indonesia-Inggris.

3) Kamus Aneka Bahasa

Kamus aneka bahasa adalah kamus yang kata-kata

bahasa sumber dijelaskan dengan padanannya dalam tiga

bahasa atau lebih.

Menurut Setiawan (2015:200) jenis-jenis kamus berdasarkan

ukurannya yaitu:

1) Kamus Besar

Kamus besar adalah kamus yang memuat semua

kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan,

peribahasa, akronim, singkatan, dan semua bentuk

gramatika dari bahasa tersebut, baik yang masih digunakan

maupun yang sudah arkais.

2) Kamus Terbatas

Kamus terbatas adalah kamus yang jumlah katanya

yang dimasukkan sebagai lema dibatasi, begitu juga dengan

makna dan keterangan-keterangan lain dibatasi. Contohnya

kamus saku, dan kamus pelajar.

Menurut Tarigan (2009:105-107) berikut ini jenis-jenis kamus

berdasarkan isinya.

1) Kamus Lafal

Kamus lafal adalah kamus berisi lema-lema yang

disusun dari a sampai z disertai dengan petunjuk cara

Page 30: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

13

mengucapkan lema-lema tersebut dan tidak ada keterangan

lain.

2) Kamus Ejaan

Kamus ejaan adalah kamus yang mendaftarkan lema

dengan ejaan yang benar, sesuai dengan pedoman ejaan,

serta pemenggalan kata atas suku katanya. Kamus ejaan

berfungsi menunjang pemakaian bahasa baku tulis.

3) Kamus Sinonim

Kamus sinonim adalah kamus yang penjelasan makna

lemanya hanya berupa sinonim dari kata-kata tersebut, baik

dalam bentuk sebuah kata maupun dalam bentuk gabungan

kata.

4) Kamus Antonim

Kamus antonim adalah kamus yang penjelasan

lemanya dalm bentuk kata yang merupakan kebalikannya,

lawannya, atau kontrasnya.

5) Kamus Homonim

Kamus homonim adalah kamus yang mendaftar

bentuk-bentuk yang berhomonim beserta dengan makna

atau penjelasan konsepnya.

6) Kamus Ungkapan/idiom

Kamus ungkapan atau idiom adalah kamus yang

memuat satuan-satuan bahasa berupa kata atau gabungan

kata yang maknanya tidak diprediksi saru unsur-unsur

pembentukannya, baik secara leksikal maupun gramatikal.

7) Kamus Singkatan/Akronim

Kamus singkatan atau kamus akronim dalam kamus

yang hanya memuat singkatan kata dan akronim yang ada

dalam satu bahasa yang dijelaskan dengan kepanjangannya

saja.

Page 31: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

14

8) Kamus Etimologi

Kamus etimologi adalah kamus yang penjelasan

lemanya bukan mengenai makna, melainkan mengenai asal-

usul kata itu, serta perubahan-perubahan bentuknya.

9) Kamus Istilah

Kamus istilah adalah kamus yang hanya memuat kta-

kata atau gabungan kata yang menjadi istilah dalam suatu

bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Oleh karena itu, di dalam

kepustakaan akan kita jumpai misalnya, kamus (istilah)

linguistik, kedokteran, olahraga, ekonomi dan tehnik.

10) Kamus Peribahasa

Kamus peribahasa memuat berbagai jenis pribahasa.

Kamus ini disusun berdasarkan abjad, tetapi dipilih satu kata

sebagai lema untuk menjelaskan peribahasa yang di

dalamnya terkandung kata-kata yang berkaitan dengan

lema.

Para ahli lain mengatakan menurut Lauder (2005:224)

bahwa jenis kamus berdasarkan isinya yaitu terdapat kamus

berbentuk perangkat lunak dan kamus elektronik. Pesatnya

perkembangan teknologi ternyata menyebabkan kamus tidak

hanya disusun dalam lembaran-lembaran kertas. Kamus juga

terdapat dalam bentuk perangkat lunak dan elektronik. Kamus

bentuk perangkat lunak, misalnya, terdapat kamus 2.03.

Kamus ini adalah kamus Indonesia Inggris dan Inggris

Indonesia. Kamus elektronik juga dapat dipakai untuk mencari arti

saute kata. Kamus ini terdapat pada kalkulator-kalkulator merek

casio berjenis fx. Akan tetapi, kekurangan kamus ini adalah tidak

dimunculkannya sublema dari sebuah lema. Selain jenis-jenis

kamus seperti yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula jenis

kamus berdasarkan banyaknya lema (entri) kata, yaitu Unabridged

Dictionary mencakup 400.00-600.00 entri, contohnya Webster’s

Dictionar.

Page 32: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

15

Menurut Svensen (2001:86) kamus monolingual merupakan

kamus yang mendeskripsikan leksikon suatu bahasa dengan

bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan untuk

mendeskripsikan leksikon itu, dengan kata lain hanya ada satu

bahasa dalam kamus monolingual. Pada umumnya kamus

monolingual digunakan oleh penutur asli. Sebaliknya, kamus

bilingual merupakan kamus yang menjelaskan kata dalam suatu

bahasa atau bahasa sumber dan dijelaskan dengan bahasa lain,

yaitu bahasa target.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

jenis kamus berdasarkan bahasa sasaran berupa (kamus kamus

ekabahasa, kamus dwibahasa, dan kamus aneka bahasa),

sedangkan berdasarkan isinya beruapa (kamus besar dan kamus

terbatas) dan berdasarkan isinya berupa (kamus lafal, kamus

ejaan, kamus sinonim, kamus antonim, kamus homonim, kamus

ungkapan/idiom, kamus singkatan, kamus etimologi dan kamus

istilah dan terdapat jenis kamus berupa kamus peribahasa dan

kamus berbentuk perangkat lunak dan kamus berbentuk

elektronik).

Page 33: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

16

2. Sejarah Kamus dan Penggunaan Kamus

a. Sejarah Kamus

Menurut Sterkenburg (2003:8) selama dekade terakhir,

penelitian leksikografis telah menarik perhatian pada

pertanyaan lain yang terkait erat dengannya, yang pertama

kamus monolingual atau kamus dua bahasa dan multibahasa.

Sampai awal 1990an, konsensus umum adalah bahwa kamus

bilingual mendahului yang monolingual. Kesimpulan ini telah

tercapai karena di Asia Barat, dari tahun 2600 SM dan

seterusnya, orang-orang Akkarin, atau Babel, menulis kamus

pada tablet tanah liat untuk membuat bahasa Sumeria dapat

diakses secara tematis, seperti dalam tesaurus.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Bejoint (2000)

menyatakan bahwa perbedaan antara kamus monolingual dan

bilingual sebenarnya cukup jelas. Kamus monolingual

merupakan kamus yang memiliki kesamaan antara bahasa

yang dideskripsikan dan bahasa yang digunakan untuk

mendeskripsikan, sedangkan kamus bilingual merupakan

kamus yang berisi dua bahasa, yaitu satu bahasa yang menjadi

objek deskripsi dan satu bahasa lain sebagai alat untuk

mendeskripsikan (Asmara, 2014:86).

Menurut Hausman dan Gouws dalam (Moerdjik, 2002:9)

menunjukkan bahwa, sejak milenium kedua SM, motif religius

memiliki pengaruh yang nyata terhadap perkembangan

leksikografi. Di India, kamus diperlukan untuk memberi akses

kepada para imam ke bahasa Sanskerta, bahasa dari lagu-lagu

dan teks-teks suci.

Kamus dibutuhkan di China untuk mendapatkan akses ke

karya Konfusius dan kemudian kamus leksikografi masih

diperlukan untuk menjelaskan banyak kata-kata asing dalam

Alquran . Di Eropa, glosarium dan kamus dibutuhkan, seperti

yang akan kita lihat nanti, untuk mengajarkan pendeta yang

Page 34: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

17

bercita-cita bahasa bahasa Inggris dan oleh karena itu gereja

tersebut (Lauder, 2005:50).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa selama dekade terakhir, penelitian leksikografis telah

menarik perhatian pada pertanyaan lain yang terkait erat

dengannya, yang pertama kamus monolingual atau kamus dua

bahasa dan multibahasa. Perbedaan antara kamus

monolingual dan bilingual sebenarnya cukup jelas. Kamus

monolingual merupakan kamus yang memiliki kesamaan

antara bahasa yang di deskripsikan dan bahasa yang

digunakan untuk mendeskripsikan, sedangkan kamus bilingual

merupakan kamus yang berisi dua bahasa, yaitu satu bahasa

yang menjadi objek deskripsi dan satu bahasa lain sebagai alat

untuk mendeskripsikan

b. Perkembangan Elektronik Desain Kamus

Menurut Sterkenburg (2003:215) salah satu

keterbatasan utama ahli leksikografi abad ke-19 dan ke-20

dihadapkan dengan, adalah keterbatasan ruang dalam kamus

kertas. Lain adalah akses terbatas yang mereka miliki ke data

dalam kamus karena hanya menurut abjad memerintahkan

headwords bisa dicari. Kelemahan ini berakibat pada sifat

kamus yang tidak ramah pengguna, seperti penghematan

ruang undecodable perangkat dan inkonsistensi. Pada tahun

2003, rata-rata kamus elektronik yang tersedia di CD-ROM

atau di Internet adalah salinan kamus kertas.

Akibatnya, Mewarisi kelemahan kamus kertas, seperti

samar bentuk informasi, penggunaan cross-references dan

entry word-oriented prinsip pemesanan. Namun, tidak ada

kekurangan ini yang harus menjadi masalah saat kamus

berada diterbitkan sebagai media elektronik. Sebaliknya,

media baru memungkinkan untuk mendefinisikan ulang apa

kamus seharusnya. Tidak hanya bisa informasi yang sudah

Page 35: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

18

ada. Hadir dalam kamus tradisional dibuat lebih eksplisit,

kamus bisa berkembang menjadi sesuatu yang tidak akan

pernah bisa terjadi sebelumnya.

Pada bagian berikut ini akan menguraikan beberapa

kemungkinan menurut Svensen (2001:120) kamus tradisional

hingga kamus elektronik yaitu kamus tercetak biasanya

disimpan di penerbit sebagai teks besar kode antara berbagai

jenis informasi. Headword, pengucapan, bagian pidato,

definisi dan kutipan adalah contoh dari jenis informasi yang

berbeda. Bergantung pada usia dan keadaan perbaikan file,

pengkodean akan bervariasi mengarsipkan instruksi ke

struktur data. Kode typesetting menunjukkan bahwa tertentu.

Bagian dari teks itu dicetak dengan huruf miring atau huruf

tebal. Struktur yang lebih canggih setiap jenis informasi pada

baris baru, dengan tag di depan.

Pada kasus data terakhir struktur program komputer

mengubah tag menjadi kode typesetting sebelumnya

pencetakan.

a) Langkah pertama kamus relatif mudah ini adalah masalah

menyimpan semua kata-kata masuk dalam sebuah indeks

dan menambahkan fasilitas pencarian. Tidak ada lagi

browsing melalui halaman cetak tersebut wajib; mencari

kata masuk secepat kilat.

b) Langkah selanjutnya adalah indeks frasa tetap atau

kalimat contoh atau terjemahan dalam kamus dua bahasa.

Menurut Bejoint (2002:220) fungsi kamus elektronik yang

baik yaitu pemilihan data yang disesuaikan. Menyediakan file

kamus terstruktur dengan baik, perkembangan teknologi bisa

dilakukan kamus sebagai produk akhir kurang statis dan lebih

interaktif. Melihat informasi gramatikal, etimologi dan tanpa

fraseologi.

Page 36: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

19

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

dengan menggunakan kamus elektronik akan memberikan

akses yang lebih mudah. Pengguna tidak akan terbebas dari

kebutuhan, untuk membuat pilihan dan memikirkan jenis

informasi yang dia butuhkan, maka kamus akan

mempermudah semuanya dengan lebih eksplisit. Dengan

menawarkan kemungkinan untuk menggunakan jenis

informasi apa pun yang tersedia sebagai fitur pencarian.

Kamus akan berkembang menjadi alat yang akan keduanya

sangat mirip dengan, dan sangat berbeda dengan

pendahulunya.

3. Kamus Istilah

a. Definisi Kamus Istilah

Sebuah kamus yang ideal berfungsi sebagai sumber

pengambilan kata untuk menciptakan istilah. Memang, dalam

hal pengambilan kata untuk sebuah istilah ada skala

perioritasnya. Namun, kata-kata yang diambil tentu bersumber

dari kamus.

Menurut Chaer (2007:205) kamus istilah adalah kamus

yang hanya memuat kata-kata atau gabungan kata yang

menjadi istilah dalam suatu bidang ilmu atau kegiatan tertentu.

Oleh karena itu, di dalam kepustakaan akan dijumpai misalnya,

kamus (istilah) linguistik, kedokteran, olahraga, ekonomi dan

tehnik. Penjelasan mengenai lemanya ada yang hanya berupa

sinonim dari lema tersebut, ada pula yang berupa uraian

singkat, atau uraian yang cukup panjang. Istilah dalam bahasa

Indonesia sebagian besar diambil dari bahasa asing. Oleh

karena itu, banyak istilah yang masih berupa kata asing, atau

kata asing yang telah disesuaikan lafal dan ejaannya ke dalam

bahasa Indonesia.

Kamus istilah merupakan kamus yang memuat istilah

dengan makna konsepnya dari bidang ilmu tertentu. Buku

Page 37: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

20

acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun

menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian,

atau terjemahannya. Harfianti menyatakan buku yang memuat

kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad

beserta penjelasan tentang makan dan pemakaiannya (Yuliana,

2014:9). Salah satu bentuk kamus adalah kamus istilah. Kamus

Istilah termasuk dalam kategori Kamus Istimewa karena

mempunyai fungsi khusus. Sedangkan pengertian kamus istilah

adalah kamus yang berisi istilah-istilah khusus dalam sebuah

bidang tertentu. Fungsinya adalah untuk kegunaan ilmiah.

Contohnya kamus istilah fiqih (Mahardika, 2016:2).

Menurut Setiawan (2015:61) kamus istilah merupakan

kamus yang mendeskripsikan kosakata yang menyangkut

bidang tertentu. Definisi yang diberikan pada kamus istilah

cenderung lebih rinci dan lengkap. Sebenarnya kamus istilah

menekankan pada cakupan bidang pengetahuan tertentu.

Artinya, kamus ini tidak berisi informasi tentang kata yang

digunakan secara umum atau kosakata umum, melainkan berisi

kosakata yang digunakan untuk mendeskripsikan konsep pada

bidang ilmu tertentu, misalnya kamus biologi, kamus linguistik,

dan kamus kedokteran.

Berikut adalah contoh-contoh kamus istilah yaitu:

1) Kamus Istilah Geografi karya Wahyu D.K

2) Kamus Istilah Arkeologi-Cagar Budaya karya R. Cecep Eka

Permana.

3) Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer karya Indra

Darmawan. S.F. M.Si.

4) Kamus Istilah Komputer karya Satya Satria

5) Kamus Istilah Sastra karya Dwi Susanto

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahawa kamus istilah utamanya memuat kosakata atau istilah

yang ada dalam bidang ilmu tertentu atau language for

Page 38: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

21

specialized purposes (LSP). Kamus istilah berbeda dengan

kamus umum. Kamus istilah tidak berisi informasi tentang kata

yang digunakan oleh masyarakat umum dalam bahasa

kesehariannya. Kamus istilah memfokuskan pada kata-kata

untuk tujuan khusus. Kata-kata tersebut merupakan kosakata

yang digunakan untuk mendeskripsikan konsep pada bidang

ilmu tertentu, kata-kata tesebut selanjutnya disebut istilah.

b. Ciri-Ciri Kamus Istilah

Menurut Setiawan (dalam Bowker, 2015:64-67) ciri-ciri

kamus istilah sebagai berikut.

1) Cakupan Bahasa

Kamus istilah dibatasi cakupan bidang ilmu. Cakupan

bidang ilmu akan membatasi kata-kata yang akan menjadi

bahan kamus istilah. Cakupan kamus istilah dapat

maksimal jika mencakup semua istilah yang digunakan

dalam bidang yang dipilih. Cakupan kamus istilah juga

dapat minimal jika kamus hanya mencakup istilah yang

paling sering digunakan.

2) Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam kamus istilah sama

dengan yang digunakan dalam kamus umum, yaitu dapat

monolingual atau bilingual. Oleh karena itu struktur kamus

istilah bergantung pada bahasa yang digunakan dalam

kamus tersebut.

3) Maksud dan Tujuan Pengguna

Maksud dan tujuan pengguna kamus istilah adalah

untuk memfasilitasi komunikasi antarpengguna yang

bekerja dalam satu bidang. Dalam kaitannya dengan

pengguna kamus istilah ada tiga golongan. Pertama,

pengguna kamus adalah pakar dalam bidangnya. Kedua,

pengguna kamus adalah orang yang menekuni bidang

Page 39: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

22

tertentu. Ketiga, pengguna kamus adalah penerjemah

harus memproduksi teks untuk para pakar.

4) Makrostruktur

Makrostruktur mengacu pada penyusunan lema dalam

kamus. Secara umum hampir semua kamus penyusunan

lemanya berdasarkan urutan alfabetis, termasuk kamus

istilah. Namun, ada banyak kamus yang memilih

penyusunan lema berdasarkan penampilan yang

sistematik.

5) Mikrostruktur

Mikrostruktur kamus istilah sering kali dikaitkan

dengan jenis kamus, kamus ekabahasa atau dwibahasa.

Informasi dalam kamus ekabahasa diarahkan pada

pemakaian setiap lema berdasarkan bidang ilmu, yaitu

berupa konsep yang dijabarkan dari sudut pada bidang ilmu

tertentu.

6) Medium

Seperti kamus pada umumnya, kamus istilah juga

dapat dipublikasikan dalam tipe media yang berbeda. Tipe

penerbit yang paling umum adalah dalam bentuk cetak.

Selain dalam bentuk cetak, kamus juga dapat diterbitkan

dalam format digital atau versi elektronik.

Sejalan dengan pendapat di atas ciri-ciri kamus terdapat

struktur makro yang mengacu cara penyusunan entri dalam

kamus termasuk subentrinya. Semua kamus dwilingual yang

menjadi sumber data penelitian memiliki struktur makro yang

sama, yaitu entri disusun berdasarkan urutan huruf. Artinya

urutan entri mana yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian

ditentukan berdasarkan urutan huruf demi huruf yang menjadi

unsur kata (Asmara, 2014:93). Struktur makro mencakup

sejumlah aspek yaitu: penyajian entri pokok, pemilihan entri,

tipografi, hubungan struktur makro dengan padanan kata yang

Page 40: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

23

dirinci atas medan makna, sinonimi, polisemi, homonimi, hirarki

taksonomi, idiom, dan metafora. (Imamuddin, 2014:279)

Menurut Harfianti (2010:67) menyatakan bahwa ciri-ciri

kamus istilah yaitu buku acuan yang memuat kata dan

ungkapan, biasanya disusun meurut abjad berikut keterangan

tentang makna, pemakaian, atau terjemahan. Memuat

kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad

beserta penjelasan makna dan pemakainnya (Yuliana, 2014:9).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri kamus istilah cakupan bahasa, bahasa, maksud

dan tujuan pengguna, makrostruktur, mikrostruktur, medium.

Memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun meurut abjad

berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau

terjemahan.

4. Korpus Data Kamus

a. Sumber Data

Menurut Setiawan (2015:109) leksikografer akan dapat

menjalankan tugasnya untuk menyusun kamus jika tersedia

korpus yang memadai. Korpus leksikografi yang berupa kata-

kata tentu saja jumlahnya ribuan. Apabila semua sumber lisan

dan tulis dikumpulkan akan diperoleh korpus leksikografi yang

melimpah.

Menurut Chaer (2007:125) sangat mungkin dalam korpus

tidak hanya memuat kata yang berasal dari bahasa yang dituju,

tetapi dapat juga berasal dari bahasa lain. Untuk itu diperlukan

program yang memungkinkan seleksi korpus dapat dilakukan

dengan cepat.

Pembatasan dan pengumpulan korpus merupakan dasar

utama pembatasan korpus bukan diukur dari ukuran korpus

(besar atau kecil) dan kehati-hatian dalam merakit korpus.

Pembatasan korpus dilihat dari sisi kehadiran korpus yang

cukup alami dengan memperhatikan berbagai macam cara

Page 41: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

24

bahasa diformulasikan dalam bentuk lisan maupun tulis. Korpus

hanya selalu dan hanya akan diwujudkan dalam bentuk lisan

atau tulisan hasil transkripsi dan teks yang diseleksi dengan

ketat. Namun, pada umumnya korpus leksikografi dibatasi oleh

waktu pengumpulan.

Pengumpulan lema, korpus dapat membantu pekamus

dalam menyusun senarai kata mulai dari frekuensi yang

tertinggi hingga frekuensi yang terendah. Pekamus dapat

memilih berapa kata yang akan ia masukkan ke dalam kamus

sesuai dengan jenis kamus yang akan disusun berdasarkan

frekuensi kemunculannya. Pada tahap penentuan lema, korpus

dengan program konkordansi dapat membantu pekamus untuk

membedakan mana lema/sublema yang berupa kata majemuk

atau idiom dan mana yang bukan (Budiwiyanto, 2006:7).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa korpus leksikografi yang berupa kata-kata tentu saja

jumlahnya ribuan. Korpus tidak hanya memuat kata yang

berasal dari bahasa yang dituju, tetapi dapat juga berasal dari

bahasa lain. Pembatasan korpus dilihat dari sisi kehadiran

korpus yang cukup alami dengan memperhatikan berbagai

macam cara bahasa diformulasikan dalam bentuk lisan maupun

tulis. Pengumpulan lema, korpus dapat membantu pekamus

dalam menyusun senarai kata mulai dari frekuensi yang

tertinggi hingga frekuensi yang terendah.

b. Prinsip Umum Pengumpulan Data Kamus

Menurut Setiawan (2015:111) dalam kerja leksikografi,

tahap pengumpulan data merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan dalam penyusunan. Sebelum

melakukan pengumpulan data ada beberapa prinsip yang harus

dipertimbangkan agar pengumpulan data yang dilakukan

memperoleh hasil yang diinginkan.

Page 42: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

25

Prinsip pengumpulan data kamus ini meliputi aspek

keaslian (autenticity), aspek representatif ini diukur dari dua

kriteria. Suatu kata dianggap representatif apabila kata tersebut

memilki frekuensi yang cukup tinggi digunakan oleh

penuturnya, aspek ketercakupan, kecocokan, prespektif,

sosial, waktu, geografis, aspek bahasa teknik, dan nama diri

(Strenkeburg, 2003:220).

Sejalan dengan pendapat ahli di atas korpus merupakan

sumber data otentik pemakaian bahasa oleh pengguna. Melalui

data yang ada di korpus, konteks, definisi, kelas kata, ranah

penggunaan, ragam, register, contoh, dan sebagainya dapat

diketahui dengan pasti. Penggunaan korpus bersifat

melengkapi kemampuan intuitif pekamus. Melalui korpus,

pekamus dapat menemukan realisasi dari makna suatu kata

(Sugiyono, 2016:11-12).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa tahap pengumpulan data merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan dalam penyusunan. Sebelum

melakukan pengumpulan data ada beberapa prinsip yang harus

dipertimbangkan agar pengumpulan data yang dilakukan

memperoleh hasil yang diinginkan. Prinsip kata berupa aspek

ketercakupan, kecocokan, prespektif, sosial, waktu, geografis,

aspek bahasa teknik, dan nama diri. korpus data kamus

meliputi sumber data kamus, pembatasan dan pengumpulan

korpus, prinsip umum pengumpulan data kamus, kutipan data,

kaidah pengutipan dan pemanfaatan kamus. Penggunaan

korpus dalam penyusunan kamus dewasa ini telah menjadi

tren. Korpus adalah kumpulan teks alami, baik bahasa lisan

maupun bahasa tulis, yang disusun secara sistematis.

c. Kaidah Pengutipan

Kutipan berisi butir leksikal tertentu dengan konteks yang

menyertainya, sedangkan korpus merupakan kumpulan kata

Page 43: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

26

dari berbagai variasi sumber dan berbagai variasi situasi

penggunaan bahasa. Berkas kutipan merupakan fakta bahasa

yang berasal dari penggunaan bahasa baik lisan maupun tulis.

Berkas kutipan tidak boleh diubah dan bukan merupakan

rekayasa seorang leksikografer meskipun dia memiliki

kemampuan menghadirkan kalimat yang mengandung data

terpilih (Marliana, 2014:25).

Menurut Setiawan (2015:127) pengutipan dapat dilakukan

kapan saja tanpa dibatasi waktu. Kutipan juga dapat diambil

dari berbagai sumber baik tulis maupun lisan. Kutipan dapat

dilakukan oleh siapa saja serta mengetahui prinsip-prinsip

pengutipan. Pengutipan harus memenuhi beberapa kaidah

berikut ini.

1) Membatasi jumlah kutipan yang diizinkan dari item dan

sumber yang sama, misalnya dua atau tiga.

2) Jangan menutip suatu kata kecuali konteksnya jelas untuk

makna tertentu.

3) Jangan mengutip kata dalam ucapan dialek.

4) Jangan mengutip kata yang disertai dengan tanda hubung

kecuali untuk membedakan makna sebagai unit yang tak

terpisahkan.

Para pekamus telah menggunakan pengutipan (citation)

sudah sejak lama. Contoh kata-kata contoh kata-kata yang

digunakan diambil dari buku atau sumber lain sebagai dasar

untuk menggambarkan suatu bahasa. Data yang diperoleh

dengan cara pengutipan itu sangat berguna untuk melacak

perubahan dalam bahasa serta untuk mengenali kata-kata dan

frasa baru ketika muncul dalam penggunaan. Hingga saat ini,

pengutipan masih berperan dalam penyusunan kamus

(Budiwiyanto, 2006:10).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kaidah pengutipan harus memiliki prinsip harus

Page 44: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

27

membatasi jumlah kutipan yang diizinkan dari item dan sumber

yang sama, misalnya dua atau tiga. Jangan menutip suatu kata

kecuali konteksnya jelas untuk makna tertentu. Jangan

mengutip kata dalam ucapan dialek. Jangan mengutip kata

yang disertai dengan tanda hubung kecuali untuk membedakan

makna sebagai unit yang tak terpisahkan. Kutipan yang dapat

memberi infromasi data dan keseluruhan konteks yang

melingkupnya. Akan tetapi, kutipan berbeda dengan korpus.

Kutipan berisi butir leksikal tertentu dengan konteks yang

menyertainya, sedangkan korpus merupakan kumpulan kata

dari berbagai variasi sumber dan berbagai variasi situasi

penggunaan bahasa

5. Istilah AntConc dan Lexique Pro

a. AntConc

AntConc merupakan aplikasi yang digunakan untuk

melakukan analisis teks dan konkordansi. Namun,

dibandingkan dengan yang lainnya, aplikasi ini relatif lebih

berkembang dan kaya menu untuk mengolah teks. Artinya,

aplikasi ini mampu melakukan analisis dan penyusunan daftar

kata, dan konkordansi. Lebih dari itu, menu-menu statistik pada

aplikasi ini sangat membantu dan memperkaya analisis

linguistik sampai ke aspek kuantitatif yang lebih luas. Aplikasi

ini bahkan bisa mengolah file dalam ukuran yang besar dan

berisi jumlah kata yang lebih banyak. Tidak hanya itu, aplikasi

ini dapat berjalan dalam sistem operasi Windows, Linux,

maupun MasOS (Hizabullah dkk, 2016:222-223).

Menurut Prihantoro (2016:63-65) AntConc adalah

program-program yang sudah memiliki fungsi-fungsi NLP

namun masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Salah satu

contohnya adalah AntConc . AntConc adalah salah satu

program yang ditulis oleh Dr. Lawrence Anthony. Menurut

penulis, inilah program yang user-interfacenya sangat baik, dan

Page 45: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

28

mudah untuk dipelajari. AntConc banyak digunakan dalam

pengolahan korpus mentah baik oleh para pemula maupun

tingkat mahir.

AntConc menyediakan lemma list, modul lematisasi (mirip

dengan stemming, atau lebih tepatnya lemmatizing dalam

istilah komputasi) untuk bahasa inggris yang struktur datanya

sangat sederhana. Modul ini digunakan untuk mengidentifikasi

bentuk infeksi dan derivasi dari satu lema dan menghitung

frekwensinya, atau bentuk kontraksi. Lemma List pada

AntConc berisi daftar lema dan daftar word form dengan notasi

sebagai berikut. Lema -> wordr form1, word form2, word form3.

Tujuan dari lemma list ini sendiri adalah menunjukan varian

word form yang terdeteksi dalam teks yang di analisis (Jackson,

2002:145).

Untuk menggunakan lemma list ini, klik tool preferences >

wordlist. Pada lemma list, telusuri file lemma list sesuai dengan

folder dimana anda menyimpan file tersebut. Lalu klik Load.

Pada word list range, pilih use all words. Pada pilihan add

words from file, klik open lalu telusuri file lemma list yang sama

pada folder tersebut. Jika semua sudah selesai, klik apply

setelah itu, klik start pada kotak penelusuran.

Page 46: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

29

Gambar 2.1

Daftar Lema dan Wordform pada AntConc

Pertama, komputer mendeteksi token yang ada dalam

teks. Kedua, komputer akan memeriksa, apakah ada dari

beberapa token yang merupakan wordform dari satu lema yang

sama. Apabila ada, maka hasilnya akan ditampilkan. Contoh

pertama, komputer mendeteksi token a sebanyak 14 dan token

an sebanyak 10. Setelah berkonsultasi dengan lemma list, agar

mengetahui bahwa dua token tersebut berasal dari satu lema a

(a -> an). Sehingga ditampilkanlah a pada kolom lemma, serta

a 14 an 10 pada lemma word form (s).

Menurut Simpson (2001:234) selain AntConc ada

beberapa program terpisah seperti AntTag, yang berfungsi

AntTag, yang berfungsi melakukan anotasi. Sedikit berbeda

dengan Xaira dan Wordsmith yang menggabungkan fungsi

anotasi dalam satu program. Karena menggunakan tagger

CLAW BNC, AntTag hanya bisa menganotasi teks berbahasa

Inggris. Teks harus diupload dan dianalisis oleh AntTag terlebih

dahulu, lalu dicopy-paste sebagai file txt, dan diupload ke

AntConc untuk dianalisis. Setelah ditag dan diupload, user bisa

Page 47: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

30

melakukan penelusuran berbasiskan tag yang ada. Bisa juga

usermeng upload korpus yang sudah bertag, misalnya korpus

UI-1M dari Pan Localization Project berikut.

Gambar 2.2

Penelusuran Tag Korpus UI-IM menggunakan AntConc

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

AntConc merupakan aplikasi yang digunakan untuk melakukan

analisis teks dan konkordansi. aplikasi ini relatif lebih

berkembang dan kaya menu untuk mengolah teks. Artinya,

aplikasi ini mampu melakukan analisis dan penyusunan daftar

kata, dan konkordansi.

Page 48: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

31

b. Lexique Pro

Menurut Grubmuller (2003:325) pembuatan kamus dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Setiap kosakata yang telah

diseleksi oleh penulis, kemudian satu persatu mulai dilakukan

entri ke dalam piranti lunak Lexique Pro 3.6 untuk mulai dibuat

kamus. Proses entri kosakata setelah dimasukkan satu persatu

ke dalam piranti lunak Lexique Pro.

Gambar 2.3

Hasil entri dalam Lexique Pro 3.6

Gambar di atas merupakan contoh kosakata yang telah

dimasukkan ke dalam piranti lunak Lexique Pro secara otomatis

akan tersusun secara alfabetik. Kosakata yang terdapat dalam

piranti lunak di atas terlihat bahwa kosakata yang dipilih

sebagai lemma secara khusus berupa kosakata yang

berhubungan dengan bidang pewayangan. Seluruh lemma

yang telah dientri satu persatu kemudian akan disimpan ke

dalam MS. Word yang nantinya akan dibuat sebagai kamus

cetak (Kwary, 2007:17).

Page 49: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

32

Kamus yang dibentuk oleh penulis tidak hanya

memberikan arti dalam bentuk sinonim dan uraian singkat,

namun kamus ini dibuat disertai contoh penggunaan kata

dalam sebuah kalimat, sehingga pengguna tidak hanya

memahami arti namun juga dapat mengaplikasikan dalam

bentuk kalimat yang nantinya dapat digunakan sebagai

penunjang wawasan baik secara lisan maupun tulisan

(Nurfarida dkk, 2016:178-179).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa aplikasi Lexique Pro merupakan aplikasi pembuatan

kamus yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Setiap

kosakata yang telah diseleksi oleh penulis, kemudian satu

persatu mulai dilakukan entri ke dalam piranti lunak Lexique Pro

3.6 untuk mulai dibuat kamus.

6. Pendefinisian Kamus

Pendefinisian kamus merupakan syarat utama dalam

mendefinisikan kata yang harus memiliki makna walaupun tidak

semua kata bermakna. Maka akan dijelaskan pendifinisian kamus

oleh beberapa para ahli.

Menurut Parera (2004:200-201) definisi merupakan usaha

para ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep. Dengan modal

bahasa alami, para ilmuwan memberikan batasan terhadap konsep

dan fakta yang diperoleh. Penyebutan nama pada benda, kerja,

pengalaman, atau sifat dengan kata-kata alami disebut definisi

leksikal. Definisi leksikal dapat dipandang sebagai definisi awal

yang bersifat primitif. Jadi, dapat dikatakan bahwa setiap definisi

leksikal yang terdapat dalam kamus merupakan definisi primitif.

Pembahasan definisi menggunakan bahasa alami. Sebuah

istilah didefinisikan dengan kata-kata yang telah diketahui. Jadi, jika

pemberian definisi menggunakan kata-kata yang belum atau tidak

diketahui, maka akan menimbulkan masalah baru dalam definisi.

Syarat pembahasan definisi yaitu pertama, definisi tidak boleh

Page 50: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

33

bersifat negatif, harus bersifat positif, kedua, definisi tidak boleh

dibahaskan dengan pemarkah syarat; ketiga, definisi harus

kongruen antara kelas istilah definiendum (nomen, verbum,

adjektifa) dan definiens keempat, hubungan antara definiendum

dan definiens dimarkahi dengan kata ialah dan adalah (Jurianto,

2007:11).

Salah satu alasan dasar penyusunan definisi adalah semua

kata yang didefinisikan memiliki makna. Dengan kata lain, syarat

utama definisi kata adalah kata tersebut harus memiliki makna.

Namun tidak semua kata bermakna. Oleh karena itu, leksikografer

harus cermat memilih dan memilah kata yang bermakna (denotasi)

contohnya makan (memasukan sesuatu ke dalam mulut), dan

memilah kata yang tak bermakna contohnya buah bibir (bahan

pembicaraan), dengan mendefiniskan sebuah lema harus

memahami aspek penting pradefinisi.

Aspek-aspek pendefinisian menurut Runangningtias,

(2007:16-20) yaitu leksikografer merasa berhasil dalam tugasnya

apabila kamus yang disusunnya telah mampu memberi informasi

yang lengkap dan memberi kemudahan pengguna dalam mencari

dan memahami setiap leksikon yang dicarinya. Ada banyak cara

yang dapat digunakan untuk menjadikan setiap definisi lema dapat

dengan mudah dipahami oleh pengguna. Dalam kaitannya itu ada

beberapa hal yang harus diketahui sebelum membuat formulasi

definisi sebuah lema.

1) Kosakata target

Aspek petama yang hendaknya diperhatikan sebelum

mendefinisikan sebuah kata adalah memastikan bahwa kata

yang akan didefinisikan adalah kata dalam bahasa target.

Leksikografer ketika menyusun kamus monolingual bahasa

Indonesia harus memastikan bahwa kata yang didefinisikan

adalah kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, harus

Page 51: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

34

memastikan bahwa kata yang didefinisikan adalah kosakata

standar.

2) Tipe kata

Tipe kata memiliki dua tipe yaitu ada sebagian kata

memiliki makna dan ada yang takbermakna. Hal itu harus

dicermati sebelum membuat definsi. Hanya kata yang

bermakna yang dapat didefiniskan karena definisi merupakan

formulasi pengertian dari suatu kata yang bermakna. Pertama,

kata yang takbermakna mencakup semua kata yang tergolong

nama diri seperti nama orang, geografis, produk, tempat, dan

sejenisnya. Jika kata masih menggunakan untuk mengacu

nama benda masih bermakna.

3) Kosakata bentuk dasar dan bentuk turunan

Sebuah kata dapat muncul dalam bentuk dasar, dan dapat

pula dalam bentuk turunan. Dalam bahasa Indonesia bentuk

turunan dapat dilakukan dengan proses afiksasi, pemajemukan,

pengulangan, dan abreviasi. Sering kali dijumpai sebuah kata

yang secara wujud seakan merupakan bentuk turunan, tetapi

hakikatnya bentuk dasar atau sebaliknya, kata yang diduga

bentuk dasar ternyata termasuk bentuk turunan.

4) Kosakata umum dan kosakata istilah

Leksikografer harus dapat membedakan kosakata umum

dan kosakata istilah, pembedaan ini cukup penting agar

pendefinsian kata mejadi lebih tepat. Apabila yang dihadapi

adalah kosakata umum, definisi kata tersebut harus

bersadarkan konsep yang selama ini dipahami oleh pengguna

bahasa dan diformulasikan dengan lebih sederhana dan jelas.

Sebaliknya, apabila yang dihadapi adalah kosakata istilah,

pendefinisian kata tersebut harus berdasarkan perspektif

keilmuwan tertentu.

Sedangkan aspek penting pradefinisi menurut (Chaer,

2007:198) yaitu:

Page 52: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

35

1) Makna lugas dan makna kias

Makna lugas merupakan makna kata yang masih relevan

dalam acuannya. Sebaliknya, makna kias merupakan deskripsi

makna kata yang tidak sesuai dengan acuan sebenarnya.

Variasi makna itu sangat bergantung pada konteks

penggunannya. Oleh karena itu, pendefinsian kata tidak bisa

lepas dari konteksnya.

2) Konteks penggunaan

Konteks juga akan menentukan apakah kata yang

dimaksud merupakan kosakata umum atau kosakata istilah.

Dalam sebuah teks sangat mungkin kosakata istilah digunakan

dalam makna umum sehingga menjadi kosakata umum. Dalam

konteks yang berbeda kosakata istilah tersebut digunakan

dalam kontek khusus. Kedua konteks tersebut akan

menentukan jenis definisi dan jenis kamus.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

aspek penting pradefinisi yaitu ada beberapa hal yang harus

diketahui dalam membuat definisi sebuah lema yaitu kosakata

target, tipe kata, kosakata bentuk dasar dan bentuk turunan,

kosakata umum dan kosakata ilmiah, makna lugas dan makna kias,

konteks penggunaan.

a. Kriteria definisi yang baik

Tujuan umum pengguna kamus membuka kamus untuk

mendapat informasi tentang makna suatu kata. Oleh karena itu,

sangat berharap akan mendapat pemahaman informasi yang

didapatkan dari kamus. Untuk itu definisi hendaknya

diformulasikan sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami

oleh pengguna. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa definisi

yang mudah dan baik tergantung dari jenis kamus dan profil

pengguna kamus (Immamuddin, 2014:281).

Jenis kamus monolingual berbeda cara definisi dalam

kamus bilingual. Namun, ada beberapa hal yang dapat

Page 53: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

36

dirumuskan untuk memformulasikan definisi yang baik. Kriteria

definisi yang baik meliputi sederhana dan jelas, definisi bersifat

terbuka, menghindari definisi memutar, dan menghindari

definisi negasi. Pendefinisian sebuah kamus untuk

mendefinisikan sebuah lema juga harus di tentukan jenis dan

pembedanya (Nuriah, 2014:186).

Menurut Setiawan (2015:170) prinsip definisi yang baik

antara lain.

1) Semua kata yang ada dalam definisi harus dijelaskan.

Semua kata yang digunakan untuk memformulasi definisi

hendaknya kosakata yang sudah familiar dan menjadi lema

di dalam kamus yang sama.

2) Kosakata unsur definisi tidak lebih sukar dipahami dari lema

yang didefinsikan. Untuk mendefiniskan lema hendaknya

tidak menggunakan kosakata yang lebih sulit dipahami oleh

pengguna. Lema yang didefinisikan sangat mungkin

merupakan lema yang sederhana dan sudah diketahui

maknanya oleh pengguna.

Namun, kontruksi dan kosakata yang kurang familiar dalam

definisi dapat menyulitkan pengguna dalam memahami definisi.

Lema yang didefinisikan tidak digunakan dalam formulai definisi.

Prinsip ini menuntut kecermatan pembuat definisi agar lema

terdefinisi tidak digunakan dalam formulasi definisi. Fungsi

definisi yang baik merupakan definisi kamus sebagai acuan dan

definisi kamus untuk memproduksi teks.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pendefinisan kamus merupakan syarat utama dalam

mendefinisikan kata yang harus memiliki makna walaupun tidak

semua kata bermakna. Adapun ada beberapa hal yang harus

diketahui dalam membuat definisi sebuah lema yaitu kosakata

target, tipe kata, kosakata bentuk dasar dan bentuk turunan,

kosakata umum dan kosakata ilmiah, makna lugas dan makna

Page 54: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

37

kias, konteks penggunaan. Memiliki fungsi definisi sebagai

acuan, dan definisi kamus untuk memproduksi teks. Memiliki

komponen definisi, model definisi, dan prinsip definisi.

3. Definisi oleh Genus (jenis) dan Differentia (pembeda)

Menurut Riemer (2010:67) definisi yang memperhatikan

genus atau jenis dan differentia atau pembeda. Aristotle dalam

Riemer menjelaskan tentang definisi oleh jenis (genus) dan

pembeda (differentia). Definisi termasuk menentukan kelas yang

lebih luas lagi yang dimiliki oleh suatu kata atau ungkapan yang

akan didefinisikan (definiendum) (disebut jenis definiendum) serta

menunjukan ciri-ciri, perbedaan dari definiendum (pembeda) yang

membedakan dari kelas yang luas. Contoh : a man as rational

animal. Man adalah manusia/mahluk hidup, Man termasuk ke

dalam animal, yang membedakan man dengan animal adalah

rationality.

Banyak permasalahan apabila mendefinisikan melalui jenis

dan pembeda, bisa jadi menggunakan cara ini pemaknaan

menjadi tidak efektif atau tidak mungkin. Apalagi definisi melalui

jenis (genus) dan pembeda (differentia) diharapkan sebagai

definisi kognitif. Hal ini dikarenakan definisi melalui jenis dan sifat

pembeda mensyaratkan dengan sistem kategori (genera) dari hal

yang akan didefinisikan (definienda). Sebagai contoh yang telah

disebutkan sebelumnya yaitu mendefinisikan “man as rational

animal” , makna dari keduanya harus sudah di ketahui

sebelumnya. Tetapi tidak banyak jenis (genus) dan pembeda

(differentia) yang dapat digunakan, untuk beberapa kata banyak

jenis yang kurang relevan serta menghasilkan makna yang tidak

dapat dimengerti. Oleh sebab itu definisi melalui jenis dan

pembeda bukan strategi efektif untuk menghasilkan definisi

kognitif (Poespoprodjo, 2008:67).

Menurut Rescher (2001:30) definisi mempunyai tugas untuk

menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan

Page 55: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

38

singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu

sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak

dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain, maka

definisi yang baik harus memenuhi syarat yaitu: Merumuskan

dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi)

pengertian tertentu. Unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk

mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak

kurang). Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua

barang yang lain. Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu:

Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan

istilah definiendum. Penjelasan yang menjelaskan sesuatu

tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens. Dalam

setiap definiens terbagi lagi menjadi dua, yaitu genera (genus),

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis differentia

(difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat

pembeda.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

definisi menempati posisi utama dalam berbahasa, apabila

menganggap bahwa konsep sangat penting dalam memberi

definisi dan mengasumsikan bahwa konsep ada di dalam makna

kata. Jika konsep berhubungan dengan makna kata dan makna

kata dapat di tangkap oleh definisi, lalu definisi inilah yang akan

mengaktifkan sense selama bahasa dipakai. Oleh karena itu,

pemahaman tentang definisi itu sangat penting begitu pula

penggunaannya. Karena pada dasarnya definisi membantu

pengguna bahasa dalam memahami makna.

7. Istilah Pewayangan

a. Pengertian Wayang

Wayang merupakan salah satu bentuk drama dan teater

yang paling rumit dan halus yang secara terus menerus

dikembangkan dari generasi kegenerasi berikutnya. Kesenian

wayang merupakan seni tradisional yang berkembang di

Page 56: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

39

Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Bali. Cerita pewayangan

selalu memliki daya tarik tersendiri karena mengandung unsur

seni hiburan, ataupun ajaran moral bagi kehidupan masyarakat.

Ada pula yang mengatakan bahwa wayang adalah gambaran

yag berupa bayangan tentang tata kehidupan nenek moyang kita

dan didalamnya terdapat pesan dari tata kehidupan masa

lampau Handayani (dalam Soetomo, 2008:80).

Wayang adalah sebuah mahakarya, salah satu karya

agung dunia karena karya seni wayang mengandung berbagai

nilai, mulai dari falsafah hidup, etika, spiritualitas, musik

(gending-gending gamelan), hingga estetika bentuk seni rupa

yang amat kompleks. Karena wayang telah diakui sebagai salah

satu warisan budaya dunia, ia harus dilestarikan dan itu menjadi

tugas seluruh bangsa, terutama bangsa Indonesia yang memiliki

produk yang sedemikian luhur ini (Nurgiyantoro, 2011:21).

Para ahli lain berpendapat, menurut Lisbijanto (2013:1)

wayang merupakan jenis seni pertunjukan yang mengisahkan

seorang tokoh atau kerajaan dalam dunia perwayangan. Wayang

berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh

spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Cerita wayang

diambil dari buku Mahabarata dan Ramayana. Kesenian wayang

sudah ada di Indonesia sejak zaman Kerajaan Hindu.

Wayang adalah sebuah seni pertunjukan khas Indonesia

yang sudah sangat populer baik itu di dalam atau luar pulau

Jawa. Karya seni ini sudah dikenal masyarakat sejak zaman pra

sejarah. Kemudian pada saat masuknya pengaruh Hindu dan

Budha, cerita dalam wayang mulai mengadopsi kitab

Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. Lalu pada

masa pengaruh Islam, wayang oleh para wali digunakan sebagai

media dakwah yang tentunya dengan menyisipkan nilai-nilai

Islam (Artik, 2012:4).

Berikut adalah contoh-contoh pewayangan yaitu:

Page 57: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

40

1) Wayang wong (wayang orang), adalah kesenian wayang

yang tokoh-tokohnya diperankan oleh manusia. Wayang

orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulityang

diperagakan manusia (Lisbijanto 2013:1).

2) Wayang kulit, adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat

dari bahan kulit. Wayang kulit juga bermakna bayangan,

yang mana ha ni disebabkan penonton juga dapat menikmati

pertunjukan wayang kulit dari belakang layar sehing bisa

melihat bayangannya saja (Lisbijanto 2013:1).

3) Wayang golek, adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat

dari boneka tiga dimensi (Sumukti, 2006:78).

4) Wayang Klithik, adalah wayang yang terbuat dari kayu

berbentuk pipih seperti wayang kulit (Nurgiyantoro, 2011:29).

Menurut Ningrum (2016:5-6) cerita Punakawan dalam

kesenian wayang kulit yaitu pada tokoh-tokoh antara lain:

1) Semar merupakan pusat dari keseluruhan punakawan

sendiri. Semar banyak disegani oleh para kesatria atau

lawan, dimana semar adalah tokoh yang memiliki sifat atau

karakter yang rendah hati, tidak sombong, jujur, serta

menjadi contoh karakter yang baik dan bijaksana.

2) Gareng adalah anak angkat semar dimana gareng

mempunyai karakter yang berbeda, seorang yang tidak

pandai bicara apa yang dikatakannya kadangkadang serba

salah. Gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki

ketidak lengkapan bagian tubuh seperti halnya gareng yang

mengalami kecacatan kaki, cacat tangan, dan mata.

3) Petruk merupakan anak ke dua dari semar, dimana petruk

memiliki karakter yang nakal dan cerdas. Tokoh petruk

dengan bentuk tubuh, tangan dan kakinya panjang yang

menyimbulkan bahwa disetiap pemikiran harus panjang.

Petruk pandai berbicara dan juga sangat lucu, ia suka

Page 58: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

41

menyindir segala hal yang tidak benar dengan lawakan-

lawakannya.

4) Bagong merupakan anak bungsu semar, dimana tokoh

bagong diciptakan dari bayangan semar, bagong memiliki

karakter yang sama halnya dengan saudaranya yaitu gareng

dan petruk, dimana bagong juga suka bercanda dan penuh

dengan kebebasan (berlagak bodoh).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

seni pewayangan merupakan budaya yang sudah menjadi bagian

tak terpisahkan dari budaya Jawa. Ini karena timbulnya seni

pewayangan di Jawa mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan perkembangan sejarah Indonesia (Jawa) sejak masa

sebelum bangsa Hindu datang di Indonesia sampai Indonesia

merdeka saat ini. Wayang kulit merupakan hasil kebudayaan

bangsa Indonesia berbentuk pertunjukan yang mempertontonkan

bisa bayangan boneka kulit pada helai kain (kelir) dari hasil

sorotan lampu pertunjukan (blencong). Tokoh atau karakter

wayang pada pagelarannya dipersiapkan dengan cara

menancapkan bagian bawah wayang pada batang pisang

(gebog). Dalam pertunjukan wayang kulit tradisional dibutuhkan

seorang dalang atau pembawa cerita (lakon), dan diiringi kesenian

musik tradisional gamelan sebagai pendukung pertunjukannya

serta sinden yang membawakan lagu-lagu pengiringnya.

b. Pertunjukan Wayang

Pemain wayang orang haruslah seorang yang mempunyai

keterampilan menari dan menembang. Pemain wayang baik

adalah orang yang bisa memainkan perannya dengan prima,

khusunya dalam tari, tembang, intonasi suara dan

penghayatan atas tokoh yang diperankan. Dalam wayang

kulit, pemain wayang adalah seperangkat wayang kulit

lengkap, tokoh wayang terbuat dari bahan kulit dan diberi

gagang untuk pegangan. (Sutrisno, 2010:8).

Page 59: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

42

Alat musik dalam pertunjukan wayang menurut Amir

(2001:94) setiap pertunjukan wayang selalu diiringi gamelan

yang mengalunkan irama yang dinamis sesuai suasana

adegan. Saat adegan kerabat kerajaan menghadap raja,

irama gamelan terdengar lembut sementara pada adegan

peperangan maka irama gamelan terasa mengehentak

mengikuti gerak pemain yang sedang berperang. Gamelan

merupakan seperangkat alat musik yang menonjolkan

metalafon, gambang, gendang, dan gong. Alat musik

pengiring instrumen gamelan terdiri dari kendang, bonang,

panerus, gender, gambang, suling, siter, clempung, slenthem,

demung, saron, kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul,

peking, da gong. Gamelan yang dipakai untuk mengiringi

pertunjukan yag memiliki nada suara slendro dan pelog.

Sejalan dengan pendapat ahli di atas menurut Anwari

(2016:86) pertunjukan wayang saat ini tidak dilakukan setiap

saat, tetapi dengan jadwal tertentu. tidak semua kota

mempunyai grup kesenian wayang orang. Pertunjukan

wayang kulit biasanya tidak menetap di suatu lokasi. Pentas

wayang kulit tergantung permintaan pentas. Pertunjukan

wayang biasanya diadakan ketika diacara khitanan, syukuran,

perkawinan. Untuk suatu pertunjukan wayang kulit biasanya

dalang membawa satu perangkat gamelan komplit, wayang

kulit, nayaga dan pesinden.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pertunjukan wayang kulit biasanya dilakukan di dalam

gedung, halaman rumah atau tempat terbuka, yang perlu

diperhatikan adalah tempat untuk penonton yang sangat luas

karena biasanya penonton wayang kulit datang dari berbagai

penjuru desa. Pertunjukan wayang selalu diiringi gamelan

yang mengalunkan irama yang dinamis sesuai suasana

adegan. Saat adegan kerabat kerajaan menghadap raja,

Page 60: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

43

irama gamelan terdengar lembut sementara pada adegan

peperangan maka irama gamelan terasa mengehentak

mengikuti gerak pemain yang sedang berperang.

c. Ciri-Ciri Pertunjukan Wayang

Adapun ciri-ciri umum pertunjukan rakyat tradisional

menurut Penum (2007:138) sebagai berikut:

1) Lakon yang dihidangkan pada prinsipnya tanpa

menggunakan naskah cerita tertulis. Biasanya, lakon

dikenal sebagai sejarah, legenda, dongeng, dan cerita

babad. Namun, dewasa ini sudah banyak cerita kehidupan

sehari-hari yang dipentaskan.

2) Cara penyajiannya dilakukan secara spontan, dan

dilakukan secara improvisasi. Nilai dan laku dramatis

diungkapkan secara spontan pula dan tak terduga-duga.

Kita dapat menyaksikan dalam suatu adegan yang

berbeda, misalnya menangis dan tertawa, sedih dan

gembira, keduanya dilakukan secara bergantian.

Adapun ciri-ciri umum pertunjukan rakyat tradisional

menurut Walujo (2007:38) sebagai berikut:

1) Unsur lawakan merupakan gaya permainan yang sangat

dominan di dalam setiap pertunjukan. Apakah cerita yang

dihidupkan tersebut sedih atau gembira, tetapi setiap

celah atau kesempatan selalu menampilkan banyolan

atau humor.

2) Bentuk teater terpadu yang menggunakan seluruh unsur

teater dijalin secara terpadu, tidak hanya menggunakan

dialog dan akting, tetapi cara pengungkapannya dilakukan

juga dengan cara menari dan menyanyi.

3) Setiap pertunjukan selalu menggunakan tabuhan

(perlengkapan musik). Musik di sini bukan sekedar untuk

mengiringi lakon, tetapi merupakan bagian yang tak

terpisahkan.

Page 61: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

44

Adapun ciri-ciri umum pertunjukan rakyat tradisional

menurut Rauf (2010:25) sebagai berikut:

1) Arena permainan di tempat terbuka dan selalu dalam

bentuk arena, dalam perkembangan selanjutnya sering

dipentaskan di pendopo.

2) Sifat teater rakyat adalah sederhana, spontan, dan akrab.

Komunikasi timbal balik sangat kuat dalam hubungan

antarpemain dan penonton.

3) Lama pertuinjukan biasanya lebih dari 5 jam, bahkan ada

yang semalam suntuk. Biasanya lama pertunjukan

tergantung respon penonton.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri pertunjukan wayang yaitu lakon yang

dihidangkan pada prinsipnya tanpa menggunakan naskah

cerita tertulis. Biasanya, lakon dikenal sebagai sejarah,

legenda, dongeng, dan cerita babad. Namun, dewasa ini

sudah banyak cerita kehidupan sehari-hari yang dipentaskan.

Bentuk teater terpadu yang menggunakan seluruh unsur

teater dijalin secara terpadu, tidak hanya menggunakan dialog

dan akting, tetapi cara pengungkapannya dilakukan juga

dengan cara menari dan menyanyi. Lama pertuinjukan

biasanya lebih dari 5 jam, bahkan ada yang semalam suntuk.

Biasanya lama pertunjukan tergantung respon penonton.

8. Istilah Kebudayaan

a. Hakikat kebudayaan

Kebudayaan merupakan pernyataan dan perwujudan

dari kehendak perasaan dan pikiran manusia. Oleh karena itu,

kebudayaan dapat berkembang dari tingkat yang sederhana

menuju yang lebih kompleks atau modern sesuai dengan

tingkat pengetahuan manusia pendukung kebudayaan

tersebut. Kebudayaan manusia yang kompleks tersebut dapat

diperinci ke dalam unsur-unsur yang lebih khusus.

Page 62: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

45

Kebudayaan setiap masyarakat, baik kebudayaan yang

sederhana maupun yang modern memiliki unsur-unsur

kebudayaan. Setiap unsur tersebut akan saling berkaitan dan

membentuk suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Menurut Setiadi dkk, (2006:29) kata budaya berasal dari

bahasa Sansekerta yaitu budhayah, yaitu bentuk jamak kata

buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya yaitu sebagai

segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan

mengubah alam.

Sejalan dengan definisi diatas dapat di jelaskan kembali

bahwa kebudayaan adalah Keseluruhan pengetahuan yang

dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya

adalah perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang

secara selektif dapat dipergunakan untuk memahami dan

mengiterpretasikan lingkungan yang dihadapinya, serta untuk

mendorog dan menciptakan tindakan-tindakan yang

diperlukan. (Suplan (dalam Farid, 2014:3)). Kebudayaan

adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak

hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap

lebih tinggi dan lebih diinginkan. (Siregar, 2002:5).

Kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis dengan

unsur-unsur seperti nilainilai luhur yang dipandang sebagai

“blue print”, cetak biru, sesuatu yang diyakini, dimiliki dan

diakui bernilai oleh sebagian besar masyarakat. Selain nilai,

kebudayaan juga memiliki unsur wujud perilaku (aktivitas) atas

nilai tersebut, kebudayaan juga memiliki artefak (wujud,

material, sebagai hasil aktivitas bersama, berpola atau ada

nilai keajegan). (Djazifah dkk, 2015:30).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek

kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-

kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan

Page 63: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

46

manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok

penduduk tertentu.

b. Perwujudan kebudayaan

Wujud kebudayaan itu adalah sebagai sesuatu

rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.

Menurut Koentjaningrat (dalam Setiadi dkk, 2006:29)

mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau

digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:

1) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Budaya yang

ideal ini merupakan perwujudan dan kebudayaan yang

bersifat abstrak tak dapat diraba, dipegang, ataupun

difoto dan tempatnya ada di alam pikiran masyarakat

dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas

serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

Wujud ini dinamakan dengan sistem sosial, karena

menyangkut tindakan dan kelakuan pola dari manusia

itu sendiri.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya

mausia. Kebudayaan fisik ini merupakan perwuudan

kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk

materi.

Wujud budaya menurut Koentjaraningrat (2001:96)

sesungguhnya meliputi 3 macam, yaitu:

1) Ideas (ide/gagasan) yang menghasilkan sistem

budaya/adat-istiadat.

2) Activities (tindakan) yang menghasilkan sistem sosial.

3) Artifact (artefak) yang menghasilkan kebudayaan fisik.

Wujud kebudayaan menurut Sumaryadi (2004:3)

sesungguhnya meliputi yaitu:

Page 64: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

47

1) Ide, gagasan, nilai, norma, peraturan merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak, kerangka pemikiran

dalam otak, kerangka perilaku yang ideal, berupa

tatanan/peraturan/norma ideal. Termasuk dalam wujud

pertama ini, misalnya: cita-cita, visi dan misi,

norma/aturan-aturan, dan seterusnya.

2) Tindakan/aktivitas merupakan sesuatu yang konkret,

tindakan berpola manusia dalam masyarakat, perilaku

manusia dalam hidup bersosialisasi dan berkomunikasi,

perilaku manusia dalam bergaul dengan sesamanya,

perilaku manusia sehari-hari menurut pola-pola tertentu

berdasarkan adat tata kelakuan. Termasuk dalam

wujud kedua ini, misalnya: proses belajar-mengajar,

proses administrasi, proses kreatif, proses produksi,

dan seterusnya.

3) Kebudayaan fisik merupakan sesuatu yang konkret,

benda-benda hasil karya manusia, baik yang besar-

besar maupun yang kecil-kecil. Termasuk dalam wujud

ketiga ini, misalnya: gedung, ruang, buku, komputer,

candi, dan seterusnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa perwujudan budaya berupa ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, dan peraturan. Berupa tindakan yang

menghasilkan sistem sosial dan berupa artefak atau budaya

fisik sesuatu yang konkret, benda-benda hasil karya

manusia.

c. Subtansi (isi) utama budaya

Subtansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak

dari segala macam ide dan gagasan manusia yang

bermunculan memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik

dalam bentuk maupun sistem pengetahuan, nilai, pandangan

hidup, kepercayaan, persepsi, etos kebudayaan.

Page 65: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

48

1) Sistem pengetahuan

Menurut Setiadi dkk (2006:31) Sistem pengetahuan

yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan

suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal

berusaha memahaminya, seperti alam sekitar, daerah

tempat tinggal, tubuh manusia, sifat dan tingkah laku

sesama manusia. Untuk memahami pengetahuan tersebut

manusia harus melakukan tiga cara yaitu melalui

pengalaman dalam kehidupan sosial, melalui pendidikan

formal dan nonformal, dan melalui petunjuk-petunjuk yang

bersifat simbolis.

2) Nilai

Menurut Setiadi dkk (2006:32) sesuatu dapat

dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga atau

nilai kebenaran, estetika, moral dan agama. Nilai budaya

manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal

yaitu hakikat hidup manusia, karya manusia, waktu

manusia, alam, hubungan antarmanusia.

3) Pandangan Hidup

Menurut Suparman (2002:96) pandangan hidup

merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat

dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di

dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-

citakan oleh suatu masyarakat.

4) Kepercayaan

Menurut Suparman (2002:96) kepercayaan

mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada

dasarnya manusia yang memiliki naluri untuk

menghambakan diri kepada yang Maha tinggi, yaitu

dianggap mampu mengendalikan hidup manusia.

5) Persepsi

Page 66: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

49

Menurut Setiadi dkk (2006:33) persepsi atau sudut

pandang merupakan suatu titik tolak pemikiran yang

tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk

memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.

6) Etos kebudayaan

Menurut Setiadi dkk (2006:33) etos atau jiwa

kebudayaan sering tampak pada gaya perilaku warga

misalnya, kegemaran-kegemaran masyarakat, serta

berbagai benda hasil karya mereka yang dilihat oleh orang

asing.

7) Sistem budaya

Menurut Setiadi dkk (2006:45) salah satu fungsi

sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-

tindakan dan tingkah laku manusia. Mencakup unsur pokok

kebudayaan yaitu sistem norma, organisasi ekonomi, alat-

alat dan lembaga pendidikan dan organisasi kekuatan.

Istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur

kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam

kebudayaan semua bangsa yang terbesar di berbagai penjuru

dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa, sistem

pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem

religi dan sistem kesenian. (Siregar, 2002:35)

Menurut Kluckhohn (2003:13) ada tujuh unsur kebuyaan

yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,

sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian,

sistem religi, dan kesenian.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

unsur budaya memiliki fungsi sebagai hubungan antara suatu hal

dengan tujuan tertentu. menerangkan kaitan antara satu hal

dengan hal lain. Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu

hal yag lain dalam satu sistem yang terintegrasi.

Page 67: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

50

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka

kerangka pemikiran dinyatakan bahwa hipotesis penelitian yang

menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa dalam mempelajari materi bahasa Indonesia yaitu karena guru

menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi ketika

menyampaikan materi, dan rendahnya siswa dalam pemahaman

materi pewayangan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya

referensi dengan menggunakan kamus dan kurangnya minat siswa

terhadap kesenian wayang. Kebutuhan siswa terhadap layanan

teknologi berbasis IT sangatlah bervariatif salah satu kebutuhannya

adalah kebutuhan akan ketersediaan kamus dengan berbagai

kepentingan mulai dari kamus yang bersifat umum hingga kamus

istilah-istilah khusus.

Pengembangan kamus istilah pewayangan ini mengambil

sumber data dari beberapa artikel, majalah, koran, website untuk

mengumpulkan korpus data pada kamus, dan dalam

pendefinisiannya menggunakan Genus dan Differentia. Kemudian

kamus di uji validasi oleh ahli media dan ahli bahasa. Setelah di uji

validasi oleh para ahli dan mendapatkan revisian, penulis

memperbaiki kamus yang telah di revisi oleh para ahli, kemudian

setelah kamus telah diperbaiki maka kamus istilah pewayangan ini

kemudian di uji cobakan ke praktisi pendidikan atau guru setelah guru

melihat kamus dan menilai kemudian kamus istilah pewayangan ini di

uji cobakan ke siswa SMP Plus Pewaris Peradaban pada kelas VII.

Adapun di bawah ini merupakan gambar kerangkar berpikir

sebagai berikut:

Page 68: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

51

Gambar 2.4

Kerangka Berpikir

Salah satu penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari materi bahasa Indonesia yaitu karena guru menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi ketika menyampaikan materi, dan rendahnya siswa dalam pemahaman materi pewayangan.

Pengembangan kamus

istilah pewayangan

Uji Validasi

Kurangnya

media

pembelajaran

berupa

aplikasi

kamus

Kurangnya

minat siswa

terhadap

kesenian

wayang

Genus

dan

Differentia

Artikel,

Majalah,

Koran,

Wibsite

Ahli Bahasa Ahli Media

Siswa SMP dan

Masyarakat

Kamus pewayangan

sederhana

Page 69: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pengambilan subjek data dalam uji coba produk ini dilakukan

di sekolah SMP Plus Pewaris Peradaban sebagai tempat

pengambilan data pada uji coba aplikasi kamus istilah

pewayangan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai

dengan Juli pada tahun 2018, dengan rincian waktu penelitian

sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rincian Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2017 2018

1. Penyususnan

Proposal

2. Penentuan

Instrument

3. Uji Coba

Instrument

4. Pengumpulan

Data

5. Analisi Data

6. Pembuatan

Draff Laporan

7. Penyempurnaa

n Laporan

Page 70: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

53

8. Ujian dan

Perbaikan

B. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam pengembangan kamus istilah

pewayangan adalah Research and Development (R&D). Menurut

Sugiyono (2016:297) Research and Development adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian tentang kamus istilah

pewayangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media

baru melalui proses pembelajaran. Menurut Putra (2016:54) dalam

Endang Mulyatiningsih (2011: 161) Media penelitian dan

pengembangan dalam bidang pendidikan dapat berupa model,

media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi, dan perangkat

pembelajaran seperti kurikulum dan kebijakan sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas penelitian merumuskan tahap

penelitian yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tahapan yang

dirumuskan oleh prnrlitian hanya sampai pada uji coba produk

pengembangan kamus istilah pewayangan untuk siswa dikarenakan

keterbatasan waktu penelitian dalam melakukan penelitian.

Perancangan dan pengembangan media melalui beberapa tahap.

Page 71: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

54

Gambar 3.1

Tahapan Pengembangan Produk

1. Potensi Masalah

Peneliti melihat masalah yang timbul dalam pembelajaran

bahasa Indoneisa yang dipandang merupakan pelajaran yang

mudah terkadang monoton. Berdasarkan hal tersebut peneliti

melihat adanya potensi untuk mengembangkan media

pembelajaran yang erat hubungannya dengan teknologi yang

tidak asing untuk dioperasikan oleh siswa. Melihat

perkembangan teknologi yang pesat terutama pada teknologi

smartphone peneliti melihat adanya potensi yang besar jika

dikembangkan media pembelajran berupa kamus istilah

pewayangan.

Analisis kompetensi dan instruksional yang meliputi

analisis terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) apa yang akan dimuat dalam media ini kemudian

Potensi dan Masalah

Studi Literatur Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Page 72: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

55

dijabarkan ke dalam indikator pembelajaran yang

memungkinkan untuk disajikan dalam bentuk kamus istilah

pewayangan. (Sugiyono, 2013:409)

2. Studi Literatur dan Pengumpulan Data

Tahap selanjutnya adalah literatur dan pengumpulan

informasi yang dilakukan peneliti untuk dapat mengembangkan

media pembelajaran bahasa Indonesia. Dipilihnya aplikasi

lexique pro sebagai operating system dikarenakan

pengembangan media pembelajaran ini lebih mudah leluasa

karena sifatnya yang open source, serta mempunyai potensi

untuk dapat di manfaatkan oleh pengguna maupun sisiwa

dimana saja untuk membantu dalam belajar. (Sugiyono,

2013:411).

3. Desain Produk

Desain produk menjadi awal dalam pengembangan media

pembelajaran berupa tampilan kamus, daftar lema. Media yang

akan dibuat menggunakan alat bantu Antconc dan Lexique Pro,

desain produk juga merupakan acuan utama dalam

pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia.

(Sugiyono, 2013:412)

4. Validasi Desain

Setelah perancangan desain produk awal dilakukan

validitas oleh praktisi ahli bahasa, ahli media, dan pengguna

ataupun siswa.

Pada tahap pertama media awal divalidasi oleh satu ahli

media (Guru TIK) dan satu ahli bahasa (dosen). Hasilnya

berupa saran, komentar, dan masukan yang dapat digunakan

sebagai dasar untuk melakukan revisi I terhadap media yang

dikembangkan. Pada tahap kedua media divalidasi oleh praktisi

pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu guru Bahasa Indonesia

Page 73: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

56

SMP Plus Pewaris Peradaban menggunakan Instrument yang

telah disusun. (Sugiyono, 2013:414)

5. Revisi Desain

Pada tahap ini revisi desain bertujuan memperbaiki desain

produk yang telah di validitasi oleh praktisi ahli bahasa, ahli

media. Sehingga di dapatkan produk pengembangan kamus

yang telah teruji secara internal siap dilakukan uji coba kepada

pengguna ataupun siswa.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produkbertujuan untuk mengetahui kelemahan-

kelamahan yang ada pada pengembangan kamus yang telah

dibuat. Setelah mengetahui hasil uji coba produk maka

dilakukan perbaikan untuk mendapatkan produk yang telah

teruji.

C. Desain Penelitan

1. Deskripsi Sistem

Pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia ini

adalah sebuah media pembelajaran berupa kamus istilah

pewayangan. Bertujuan membantu siswa memahami dan

mengenal budaya serta kesenian wayang yaitu melalui

pembelajaran bahasa Indonesia yang tertuang kedalam kamus.

Melalui alat bantu Antconc dan Lexique Pro.

2. Desain Input dan Output

Perancangan input dan ouput merupakan proses

perancangan tampilan-tampilan yang akan ditampilkan pada

kamus yang akan dibuat melalui alat bantu Antconc dan

Lexique Pro.

Page 74: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

57

a. Halaman Antconc

Halaman awal merupakan tampilan awal untuk masuk

dalam alat bantu Antconc. Halaman ini berupa tampilan

untuk memunculkan file berupa kumpulan cerita wayang.

Gambar 3.2

Antconc Kumpulan Cerita Wayang

- Klik file, open file, klik file yang sudah menjadi Notepad.

- Klik Wordlist, klik star lalu akan muncul daftar lema.

b. Halaman Lexique Pro

Halaman awal merupakan tampilan awal untuk masuk

dalam alat bantu Lexique Pro. Halaman ini berupa tampilan

untuk menyusun kamus istilah pewayangan.

Page 75: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

58

Gambar 3.3

Lexique Pro Penyusunan Kamus Istilah Pewayangan

- Klik file crate New Lexicon, klik Next, lalu klik Create

- Untuk menyesuaikan kode dengan kebutuhan kita, klik

Tools, kemudian pilih Configure (Melalui Tools, kita juga

bisa mengganti jenis dan ukuran fonta (Configure Font

Styles).

- Pilih Display (sebelah kiri), kemudian pilih Edit Settings, klik

Ok

- Klik edit, ketik satu lema kepala (/lx) beserta kelas kata (/ps),

definisi (/dn) dan contoh dalam bahasa sumber (xv).

(Diadaptasi oleh Deny A. Kwary)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalh siswa kelas VII SMP Plus Pewaris

Peradaban. Kelas yang dipilih merupakan kelas yang persentase

ketuntasan belajarnya paling rendah. Sementara itu objek

penelitiannya adalah kelayakan Kamus Istilah Pewayangan yang

Page 76: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

59

digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia kelas

VII.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan

instrumen penelitian berupa kuesioner kepada siswa sebagai uji

coba kamus istilah pewayangan sebagai media pembelajaran

bahasa Indonesia. Media pembelajaran tersebut terlebih dahulu

dilakukan uji validitas produk diberikan kepada ahli bahasa, ahli

media dimaksudkan untuk memproleh produk kamus yang layak.

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup

data kualitatitf dan kuantitatif, yaitu :

a. Data kualitatif merupakan data tentang proses

pengembangan media pembelajaran berupa kritik dan saran

dari ahli materi, ahli media, praktisi pembelajaran akuntansi,

dan siswa.

b. Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang

berupa data penilaian kelayakan tentang media

pembelajaran dari ahli materi, ahli media, praktisi

pembelajaran bahasa Indonesia dan data pendapat/respon

siswa mengenai produk yang telah dikembangkan.

2. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Putra (2016:60) dalam (Sugiyono, 2011; 142). Angket

digunakan untuk mengukur kelayakan media yang

dikembangkan ditinjau dari aspek relevansi materi,

pengorganisasian materi, evaluasi/latihan soal, bahasa,

rekayasa perangkat lunak, dan tampilan visual.

Page 77: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

60

Angket yang digunakan pada penelitian pengembangan

ini untuk memperoleh data dari ahli media, ahli materi, dan

siswa. Sebagai bahan mengevaluasi produk/media

pembelajaran yang dikembangkan. Pada kuesioner tidak

digunakan pertanyaan negatif, karena angket ini digunakan

untuk menilai kelayakan media pembelajaran. Adapun kisi-kisi

angket pada halaman selanjutnya.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pengembangan Kamus Istilah

Pewayangan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMP Untuk Ahli Bahasa

Aspek Indikator Jumlah

No Butir

Tipe Lema a. Tipe lema leksikal standar

memiliki kategori nomina

(n), verba (v), adjektiva

(a), adverbia (adv) dan

numeralia (num).

1

b. Tipe lema gramatikal

mengacu pada lema yang

berperan secara

gramatikal.

2

Pendefinisian

c. Definisi lema bertipe

‘genus dan differentiae’

berupa definisi yang

dijelaskan secara analitis

yaitu memberikan

penjelasan dengan genus

dan ditunjukkan dengan

ciri pembedanya.

3

Page 78: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

61

d. Definisi lema bertipe

sinonim berupa definisi

yang terdiri atas sinonim,

kumpulan sinonim atau

frasa sinonim.

4

e. Definisi lema ostentif

berupa definisi yang

memberikan penjelasan

dengan suatu gambar

5

f. Definisi lema ostentif

berupa definisi yang

memberikan penjelasan

dengan suatu gambar.

6

Kebahasaan g. Ketepatan struktur kata 7

h. Kelugasan makna lema 8

i. Kebakuan Istilah 9

Keterbacaan j. Keterbacaan pesan 10

k. Ketepatan penggunaan

kaidah bahasa

11

Kesesuaian

dengan tingkat

perkembangan

peserta didik

l. Kesesuaian

perkembangan intelektual

peserta didik

12

m. Kesesuaian dengan

tingkat perkembangan

emosional peserta didik

13

Penggunaan

istilah, simbol

atau ikon

n. Konsistensi penggunaan

istilah

14

o. Konsistensi penggunaan

simbol atau ikon

15

Sumber diadaptasi dari Setiawan 2007

Page 79: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

62

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pengembangan Kamus Istilah

Pewayangan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMP Untuk Ahli Media

Aspek Indikator No Butir

Rekayasa

Perangkat Lunak

a. Efektitif dan efisien

penggunaan sumber

daya

1

b. Reliabilitas media 2

c. Kompatibiitas media 3

d. Pemaketan yang

terpadu

4

e. Kelengkapan

dokumentasi

5

f. Usabilitas media 6

Komunikasi

Visual

g. Komunikatif 7

h. Kreatif 8

i. Audio 9

j. Visual 10

k. Animasi 11

l. Ikon Navigasi 12

Sumber diadaptasi dari Romi Satria Wahono (2006) dalam

Skripsinya Ditto Rahmawan “Pengembangan Game Edukatif

Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Akuntansi Di Kelas

Xi Ips Sma Negeri 1 Imogiri Pada Materi Jurnal Penyesuaian

Perusahan Jasa”.

Page 80: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

63

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pengembangan Kamus Istilah

Pewayangan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMP Untuk Guru

Aspek Indikator No Butir

Tipe Definisi Lema a. Lema tersedia secara

alfabetis

1

b. Ada tidaknya kelas kata

dalam lema.

2

c. Ada tidaknya makna dalam

lema.

3

d. Ada tidaknya ragam dalam

lema.

4

e. Ada tidaknya pelafalan

fonetis dalam lema.

5

f. Ada tidaknya contoh

penggunaan dalam lema.

6

g. Ada tidaknya bentuk

turunan dalam lema.

7

h. Ada tidaknya informasi

morfologi dalam lema.

8

i. Ada tidaknya etimologi (asal

lema) di dalam lema.

9

Keterbacaan j. Ketepatan penggunaan

kaidah bahasa

10

k. Keterbacaan pesan 11

Pilihan Kata l. Mengomunikasikan

gagasan berdasarkan

pilihan kata yang tepat

12

m. Mendefinisikan kata tanpa 13

Page 81: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

64

salah penafsiran atau salah

makna

Tampilan Menarik n. Penggunaan istilah, simbol

atau ikon

14

o. Fitur dapat memfalisitasi

pengguna

15

p. Website dapat mudah

digunakan

16

Kemanfaatan q. Kamus ini bermanfaat bagi

siswa

17

r. Kamus dipakai dimana saja

dan kapan saja

18

s. Media pembelajaran ini

dapat digunakan secara

gratis.

19

Penyajian Materi t. Materi terorganisasi dengan

baik

20

u. Kesesuaian dengan

perkembangan kognitif

siswa

21

v. Kesesuaian dengan

perkembangan kognitif

siswa

22

w. Penggunaan media

pembelajaran baru

23

Sumber diadaptasi dari Setiawan 2007 dalam Skripsinya Ika Kurniasih

2014 “Analisis Lema Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar”.

Page 82: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

65

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pengembangan Kamus Istilah

Pewayangan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMP Untuk Siswa

Aspek Indikator No Butir

Tipe Definisi Lema a. Lema tersedia secara alfabetis

1

b. Ada tidaknya kelas kata dalam

lema.

2

c. Ada tidaknya makna dalam

lema.

3

d. Ada tidaknya ragam dalam

lema.

4

e. Ada tidaknya pelafalan fonetis

dalam lema.

5

f. Ada tidaknya contoh

penggunaan dalam lema.

6

Keterbacaan g. Ketepatan penggunaan kaidah

bahasa

h. Keterbacaan pesan dalam

lema

Pilihan Kata i. Terdapat gagasan berdasarkan

pilihan kata yang tepat

j. Mendefinisikan kata tanpa

salah penafsiran atau salah

makna

Tampilan Menarik

k. Mendefinisikan kata tanpa

salah penafsiran atau salah

makna

11

l. Fitur dapat memfalisitasi

pengguna

12

m. Website dapat mudah 13

Page 83: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

66

digunakan

Kemanfaatan n. Kamus ini bermanfaat bagi

pengguna

14

o. Kamus ini di gunakan secara

gratis

15

Penyajian Materi p. Dapat menggunakan kamus

dengan mudah

16

q. Dapat menggunakan media

pembelajaran kamus ini untuk

belajar kapan saja dan dimana

saja

17

r. Media pembelajaran kamus ini

berjalan lancar di perangkat

komputer.

18

Sumber diadaptasi dari Setiawan 2007

3. Teknik Pengumpulan Korpus

Untuk mengumpulkan korpus, peneliti pertama-tama

mencari sumber data yang berkaitan erat dengan kamus istilah

pewayangan. Melalui media elektornik seperti koran online,

majalah, artikel, media sosial, dan buku. Data tersedia secara

online untuk dijadikan korpus, file ini harus dikonversi terlebih

dulu dengan menggunakan peranti lunak Solid Converter PDF

Version 3.0. Peranti lunak ini mengubah file berformat .pdf

menjadi .doc yang bisa dibuka dengan menggunakan program

MicroSoft Word. File yang berbentuk .doc tersebut nantinya

akan bisa di Save As menjadi .txt sehingga dapat diproses lebih

lanjut. Selain pengambilan data secara online terdapat pula

bentuk cetakan (buku). Untuk mendapatkan kosakata teknis

dari masing-masing file, peneliti mengunakan dua jenis peranti

lunak.

Pertama, peranti lunak Range digunakan untuk file dari

media online. Peranti lunak ini bisa menunjukkan kata-kata

Page 84: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

67

mana saja yang termasuk kosakata berfrekuensi tinggi,

kosakata akademik, dan kosakata lainnya dalam teks

berbahasa Inggris. Selanjutnya, peranti lunak Concordance

versi 3.2. dugunakan untuk file dari media cetak. Peranti lunak

ini digunakan untuk menghitung secara otomatis frekuensi kata.

Hasil kedua peranti lunak tersebut akan diselaraskan untuk

menghasilkan ekuivalensi yang paling tepat untuk masing-

masing kata yang akan dijadikan entri atau lema dalam kamus

istilah pewayangan yang akan dibuat.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

dengan statistik deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau mengembangkan data yang terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau regreneralisasi (Sugiyono, 2015:254).

Teknik ini dilakukan untuk mengolah dua data yaitu 1) analisis data

uji validitas produk oleh ahli media dan bahasa, sebagai dasar

dalam proses perbaikan atau revisi pada pengembangan kamus

istilah pewayangan. 2) analisis data pada uji coba oleh guru bahasa

indonesia dan oleh siswa sehingga dapat diketahui respon dari

siswa terhadap pengembangan kamus istilah pewayangan ini.

Teknik analisis data uji validitas produk dan uji coba guru dan

siswa ini dilakukan secara kuantitatif. Data uji validitas produk

tersebut diperoleh dari angket uji validitas produk yang diberikan

dan diisi oleh ahli media dan ahli bahasa yang ditentukan.

Sedangkan uji coba oleh guru dan uji coba oleh siswa diperoleh

dari angket yang diberikan pada guru dan siswa. Bahan ajar

dikatakan layak dengan kriteria kelayakan bahan ajar dengan

pengukuran skla likert yaitu ≥60%.

Teknik pengumpulan data yang digunkan dalam penelitian ini

menggunakan angket dalam Skala Guttman. Menurut Riduwan

Page 85: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

68

(2015:90) skala guttman merupakan skala kumulatif yang

mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi.

Jadi skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas

(tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin – tidak yakin, ya – setuju, ya

– tidak, benar – salah. Skala guttman disamping dapat dibuat

bentuk pilihan ganda dan bisa juga dibuat dalam bentuk cheklist.

Jawaban responden dapar berupa skor tertinggi bernilai (1) dan

skor terendah (0).

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian

Nilai (%) Keterangan

0,800 - 10,000 Sangat Tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Cukup Tinggi

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat rendah

Penghitungan penilaian menggunakan metode Kuder

Richardson-20 (KR-20) metode ini berguna untuk mengetahui

realibilitas dari seluruh tes untuk item pertanyaan atau pernyataan

yang menggunakan jawab benar (YA) atau salah (TIDAK). Bila benar

bernilai =1 dan jika salah bernilai =0.

Rumus KR-20

Dimana : 𝑟11= Koefesien realibilitas internal seluruh item

p = Proposisi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proposisi subjek yang menjawab item yang salah

∑pq = Jumlah hasil perkalian p dan q

k = Banyaknya item

s = Standar deviasi dari tes

𝑟11 = (𝑘

𝑘 − 1) (

𝑠2 − ∑𝑝𝑞

𝑠2 )

Page 86: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan sebuah media

pembelajaran bahasa Indonesia di SMP kelas VII, berupa

Pengembangan Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah, dimana sebelum

dilakukan uji coba produk terlebih dahulu rancangan awal di uji

validitas produk dengan ahli bahasa yaitu dosen bahasa Indonesia

dan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dosen bahasa

Indonesia bertindak menilai dan memberi saran mengenai

rancangan pembuatan kamus yang dibuat meliputi: (1) Aspek tipe

lema, (2) Pendefinisian, (3) Kelugasan, (4) Keterbacaan, (5)

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, (6)

Penggunaan istilah, simbol atau ikon.

Sedangkan uji validitas produk dengan ahli media yaitu dengan

Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi bertindak menilai dan

memberi saran mengenai rancangan media pembelajaran kamus

istilah pewayangan yang dibuat meliputi: (1) Rekayasa perangkat

Lunak, (2) Komunikasi Visual. Sedangkan uji validitas produk dengan

Pengguna/Siswa bertindak menilai hasil produk kamus istilah

pewayangan yang dibuat meliputi: (1) Tipe definisi lema, (2)

Keterbacaan, (3) Pilihan Kata, (4) Tampilan Menarik, (5)

Kemanfaatan.

Praktisi ahli pertama (P1) dilalukan oleh ahli media yaitu Zenni

Yudhistira, S.Kom. selaku guru Teknologi dan Informasi Komputer

mengajar pada mata pelajaran Matematikan dan TIK di sekolah

SMPIT dan SMKIT Lukman Al-Hakim Bogor. Praktisi ahli kedua (P2)

dilakukan oleh ahli bahasa yaitu Nurhadi Sulhan, M.Pd. selaku

Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah

Jakarta. Praktisi ketiga (P3) dilakukan oleh Sulastri, S.Pd. selaku

Page 87: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

70

guru Bahasa Indonesia di SMP Plus Pewarisan Peradaban, keempat

(P4) dilakukan oleh Muhammad Taufik, S.Pd. selaku guru bahasa

Indonesia dan Kepala sekolah di SMP Plus Pewarisan Peradaban

dan (P5) dilakukan oleh Siswa dan Siswi di Sekolah SMP Plus

Pewarisan Peradaban.

Pengembanan media pembelajaran kamus istilah pewayangan

ini didasarkan pada kenyataan bahwa guru masih banyak yang

kurang menggunakan media pembelajaran sebagai alat

pembelajaran. Hasil pengembangan ini dimaksudkan untuk

memenuhi tersedianya salah satu media pembelajaran kamus istilah

pewayangan yang dapat meningkatkan minat siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan metode penelitian yang telah dipilih maka, proses

penelitian meliputi:

1. Analisis

Analisis merupakan tahap awal yang harus dilakukan

sebelum menyusun program atau media dalam pembelajaran

karena pada tahap ini permasalahan yang ditemukan dalam

pembelajaran dikaji dan kemudian dirumuskan cara

pemecahannya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan

oleh peneliti di SMP Plus Pewaris Peradaban, terdapat beberapa

hal penting yang menjadi dasar pengembangan media

pembelajaran ini. Beberapa hal diantaranya adalah:

a) Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti menyatakan

bahwa hasil belajar yang dimiliki siswa cukup rendah. Hal ini

ditunjukkan melalui hasil perolehan nilai-nilai yang diambil

oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b) Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa SMP

Plus Pewaris Peradaban memiliki sarana dan prasarana yang

cukup memadai, salah satunya adanya ketersediaan LCD

proyektor. Hal tersebut merupakan salah satu potensi yang

sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan baik.

Page 88: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

71

Guru berada di sekolah tersebut juga dapat mengoperasikan

komputer dan LCD proyektor sehingga memungkinkan untuk

memanfatkan saran tersebut sebagai alat bantu pembelajaran

yang efektif.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti

mengembangkan media pembelajaran kamus istilah pewayangan

menggunakan aplikasi Lexique pro. Aplikasi ini dipilih karena

dianggap mampu menyajikan konten kamus pembelajaran dengan

memadukan gambar, desain yang menarik sehingga siswa

mampu menikmati proses pembelajaran di era pengetahuan

digital.

Oleh karena itu, kamus istilah pewayangan ini dianggap

mampu meningkatkan antusiasisme peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran karena media pembelajaran ini mampu memberikan

pengalaman belajar yang menyenangkan dan lebih efektif.

2. Desain

Tahap desain merupakan tahap persiapan pembuatan

media pembelajaran berupa kamus istilah pewayangan ini

dengan mengumpulkan sumber data dari berbagai artikel, berita,

majalah, koran, dan buku yang membahas tentang pewayangan.

3. Pengembangan

Tahap ini merupakan tahap produksi media dimana

pembuatan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa. Pada tahap ini juga media yang telah selesai dibuat

diperiksa dan divalidasi oleh praktisi ahli agar dapat digunakan di

dalam pemebelajaran. Proses produksi media pembelajaran

kamus pewayangan ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:

Tahap pertama dimulai dengan menyiapkan segala

perangkat untuk membuat media pembelajaran, baik perangkat

keras maupun perangkat lunak, perangkat keras terdiri atas

laptop dan mouse, sedangkan perangkat lunas terdiri dari

software utama pembuat media yaitu Lexique pro. Tahap kedua

Page 89: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

72

merupakan tahap produksi, tahap ini dimulai dari menjalankan

peranti lunak (klik dan enter ikon Lexique pro),

Gambar 4.1

Tampilan awal kamus pewayangan

kemudian mengklik file dan pilih Create New Lexicon,

Gambar 4.2

Create New Lexicon

Pada layar berikut, mengklik next

Page 90: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

73

Gambar 4.3

Create New Lexicon

Pada layar berikut, ketik nama bahasa pada kotak Language

Name. Kode bahasa bisa diketik langsung pada kotak

Language Code, atau dengan memilih kode pada tombol Find

Code.

Gambar 4.4

Create New Lexicon

Pilih bahasa yang digunakan untuk pendefinisian,

Page 91: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

74

Gambar 4.5

Memilih Bahasa di Create New Lexicon

Setelah memilih bahasa pendefinisian klik next,

Gambar 4.6

Create New Lexicon Field Marker

Pada layar berikutnya klik Next hingga muncul layar yang

menunjukkan basis data kamus yang sudah siap isi.

Page 92: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

75

Gambar 4.7

Basis data kamus yang sudah siap

Kemudian untuk menyesuaikan kode dengan kebutuhan

kamus yang dibuat klik Tools pilih Configure pilih Display,

kemudian pilih Edit Settings Baris pertama, \lx, adalah yang wajib

ada. Baris selanjutnya bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan

kita. Untuk latihan ini, silahkan menghapus semua kode di kotak

tersebut dan silahkan gunakan kode berikut.

\lx

\ps

\gn

\rn

\dn

\xv

\xn

Lema kepala

Kelas kata

Gloss

Indeks untuk kamus sebaliknya

Definisi

Contoh dalam bahasa sumber

Terjemahan contoh

Setelah muncul pada layar kemudian mengklik OK.

kemudian ketik data berikut ini (gunakan tombol panah ke bawah

untuk ke baris selanjutnya)

Page 93: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

76

Gambar 4.8

Menambahkan Kelas

Setelah selesai klik tombol save dan klik new record tombol

untuk menambahkan entri baru. Kemudian menambahkan kelas

kata pada lema kepala dengan lebih dari satu subentri.

Gambar 4.9

Menambahkan Gambar

Kemudian untuk menambahkan gambar Buat folder dengan

judul tertentu, misalnya images di dalam folder data Lexique Pro

tempat kamus yang Anda buat. Masukkan gambar ke dalam

folder tersebut. Contoh, salin folder images ke folder data

Lexique Pro. Masukkan kode gambar pc dan ketikkan:

images\celempung.jpg

Page 94: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

77

Gambar 4.10

Mencetak bentuk microsoft word

Setelah selesai, klik Save. Selanjutnya, kita bisa mencetak

dalam bentuk MicroSoft Word (Export as Document) atau dalam

bentuk daring (Export as Web Page).

Gambar 4.11

Mencetak bentuk microsoft word

Page 95: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

78

Gambar 4.12

Kamus istilah pewayangan berbentuk Microsoft Word

Gambar 4.13

Kamus istilah pewayangan berbentuk Web

Tahap terakhir pengembangan ini adalah pasca produksi,

dimana kegiatannya adalah mengevaluasi media yang telah

diproduksi. Kegiatan utama tahap pasca produksi adalah

memvalidasi media pembelajaran.

Validator terdiri dari ahli bahasa dan ahli media. Kamus

istilah pewayangan ini harus melewati tahap validasi karena

pada tahap ini media direvisi oleh validator dan diperbaiki oleh

peneliti hingga media tersebut dianggap layak untuk digunakan

dalam pembelajaran. Penetapan hasil analisis nilai data

didasarkan pada kriteria dibawah ini.

Page 96: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

79

Tabel 4.1

Kriteria Penilaian

Nilai (%) Keterangan

0,800 - 10,000 Sangat Tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Cukup Tinggi

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat rendah

Sumber: Riduwan (2015:98)

a) Validasi Produk Oleh Ahli Bahasa dan Media

1) Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

Aspek rekayasa perangkat lunak ditujukan untuk

mengetahuii kemudahan kemasan atau kepraktisan dalam

penggunaan media pembelajaran yang telah dirancang

sehingga memudahkan dalam pengiprasiannya. Hasil dari

penilaian Praktisi Ahli sebagai berikut.

Page 97: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

80

Tabel 4.2

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

No Aspek yang dinilai Penilaian Total

Skor

Jumlah Keterangan

P1 P2

1 Efektif dan efesien

penggunaan sumber

daya

1 1 2 1,038 Sangat

Tinggi

2 Memiliki alat pengukur

(Reliabilitas) media

1 0 1 0,519 Cukup

Tinggi

3 Kompatibilitas media 1 0 1 0,519 Cukup

Tinggi

4 Pemaketan yang terpadu 0 1 1 0,519 Cukup

Tinggi

5 Kelengkapan

dokumentasi

1 1 2 1,038 Sangat

Tinggi

6 Usabilitas media 1 1 2 1,038 Sangat

Tinggi

Jumlah yang menjawab Benar 6 4 9 4,671

Valid

P 0,6 0,3

q = 1 – p 0,1 0,2 Nilai

Rata-rata

∑ pq 0,6 0,6 1,2

0.778

Simpangan Baku (s) 1.095

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek rekayasa perangkat lunak hasil yang diperoleh adalah

4,671 dengan nilai rata-rata 0,778% tergolong kedalam

kriteria penilaian yang tinggi.

2) Aspek Komunikasi Visual

Page 98: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

81

Aspek ini membantu mengoptimalkan pembelajaran

bergaya visual, sehingga media visual ini sangat berpotensi

dan mempunyai banyak manfaat bagi siswa dengan media

pembelajaran yang lebih menarik dan variatif. Adapun hasil

penilaian dari ahli media sebagai berikut.

Tabel 4.3

Aspek Komunikasi Visual

No Aspek yang dinilai Penilaian Total

Skor

Jumlah Keterangan

P1 P2

1 Kamus istilah

pewayangan ini memiliki

komunikasi visual yang

komunikatif

1 0 1 0,563 Cukup

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini memiliki

komunikasi visual yang

kreatif

1 1 2 1.127 Sangat

Tinggi

3 Kamus istilah

pewayangan ini memiliki

audio

1 0 1 0,563 Cukup

Tinggi

4 Kamus istilah

pewayangan ini bersifat

visual

1 1 2 1.127 Sangat

Tinggi

5 Kamus istilah

pewayangan ini memiliki

animasi

1 1 1 0,563 Cukup

Tinggi

6 Kamus istilah

pewayangan ini memiliki

ikon Navigasi

0 1 1 0,563 Cukup

Tinggi

Jumlah yang menjawab Benar 6 4 8 Cukup

Page 99: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

82

2256,3 Tinggi

P 0,1 0,2

Vallid

q = 1 – p 0,6 0,8 Nilai

Rata-rata

∑ pq 0,6 0,16 0,76

376,1

Simpangan Baku (s) 0,871

aspek rekayasa perangkat lunak hasil yang diperoleh

adalah 2256,3 dengan nilai rata-rata 376,1% tergolong

kedalam kriteria penilaian sangat tinggi.

3) Aspek Tipe Lema

Aspek ini berupa kata masukan dalam kamus diluar

definisi atau penjelas lain yang diberikan dalam entri pada

kamus. Hasill penilaian dari Ahli sebagai berikut.

Tabel 4.4

Aspek Tipe Lema

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Memilki kategori

atau kelas kata

1 1 2 1,451 Sangat

Tinggi

2 Tipe lema

gramatikal

mengacu pada

lema yang

berperan secara

gramatikal.

0 1 1 0,725 Tinggi

Jumlah yang

menjawab Benar

1 2 3 1,452

Valiid P 0,1 0,2

Page 100: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

83

q = 1 – p 0,1 0 Nilai

Rata-

rata

∑ pq

0,1 0,2 0,3

0,726

Simpangan baku (s) 0,547

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek tipe lema hasil yang diperoleh adalah 1,451 dengan

nilai rata-rata 0,726% tergolong kedalam kriteria penilaian

yang tinggi.

4) Aspek Pendefinisian

Aspek definisi yaitu pemberian (deskripsi) atau penjelas

yang membatasi makna kata. Tipe definisi ini menggunakan

tipe definisi genus dan differentiae, tipe definisi sinonim, tipe

definisi contoh, dan ostentif. Berikut tabel penilaian dari Ahli

pada aspek pendefinisian.

Tabel 4.5

Aspek Pendefinisian

No

Aspek yang dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Definisi lema bertipe

‘genus dan differentiae’

berupa definisi yang

dijelaskan secara analitis

yaitu memberikan

penjelasan dengan genus

dan ditunjukkan dengan

ciri pembedanya.

1 1 2 1.224 Sangat

Tinggi

2 Definisi lema bertipe 1 0 1 0.612 Tinggi

Page 101: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

84

sinonim berupa definisi

yang terdiri atas sinonim,

kumpulan sinonim atau

frasa sinonim.

3 Definisi lema bertipe

penggunaan contoh

berupa definisi yang

digunakan untuk

mendefinisikan kata yang

tidak mempunyai acuan di

luar bahasa.

0 1 1 0.612 Tinggi

4 Definisi lema ostentif

berupa definisi yang

memberikan penjelasan

dengan suatu gambar.

1 1 2 1.224 Sangat

Tinggi

Tabel 4.6

Aspek Pendefinisian

Jumlah yang menjawab Benar 3 3 6 2,448

Valiid

P 0,3 0,3 Nilai

Rata-

rata

q = 1 – p

0,1

0,1

∑ pq

0,3 0,3 0,6

0,612

Simpangan baku (s) 0,774

Page 102: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

85

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek pendefinisian hasil yang diperoleh adalah 2,448

dengan Nilai Rata-rata 0,612% tergolong kedalam kriteria

penilaian yang tinggi.

5) Aspek Kebahasaan

Bahasa merupakan komponen yang sangat penting

dalam penyampaian materi yang ada pada media

pembelajaran yang akan dibuat. Karena bahasa yang baik

dapat terjalin komunikasi yang baik sehingga materi yang

ada dapat diterima dan difahami oleh siswa dengan baik.

Berdasarkan tabel dibawah ini hasil penilaian ahli terhadap

Kamus Pewayangan pada aspek kebahasaan.

Tabel 4.6

Aspek Kebahasaan

No Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

Skor

Jumlah Keterangan

P1 P2

1 Ketepatan

struktur kata

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

2 Kelugasan

makna lema

0 1 1 0,683 Tinggi

3 Kebakuan Istilah 0 1 1 0,683 Tinggi

Jumlah yang menjawab

Benar

1 2 4 1,368

Vallid

P 0,1 0,2 Nilai

Rata-

rata

q = 1 – p 0,2 0

∑ pq

0,2 0,2 0,4

0,456

Simpangan baku (s) 0,632

Page 103: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

86

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek Kebahasaan hasil yang diperoleh adalah 1,368

dengan nilai rata-rata 0,456% tergolong kedalam kriteria

penilaian cukup tinggi.

6) Aspek Keterbacaan

Aspek keterbacaan ini meliputi penggunaan kaidah

bahasa yang terdapat pada pendefinisian kamus, berikut

hasil penilaian ahli terhadap media pembelajaran kamus

pewayangan.

Tabel 4.7

Aspek Keterbacaan

No Aspek yang dinilai Penilaian Total

skor

Jumlah Keterangan

P1 P2

1 Keterbacaan pesan 0 1 1 0,683 Tinggi

2 Ketepatan

penggunaan kaidah

bahasa

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

Jumlah yang menjawab

benar (∑p)

2 2 3 1367,68

Vallid

P 0,2 0,2 Nilai

Rata-rata q = 1 – p 0,1 0

∑ pq

0,2 0,2 0,4

683,8

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek Keterbacaan hasil yang diperoleh adalah 1367,68

dengan nilai rata-rata 683,8% tergolong kedalam kriteria

penilaian sangat tinggi.

7) Aspek Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta

didik

Page 104: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

87

Berdasarkan aspek ini peneliti akan mengetahui

kesesuaian tingkat perkembangan intelektual siswa,

seberapa mampunya peserta didik memahami media

pembelajaran kamus pewayangan ini. Berikut hasil penilaian

ahli pada aspek kesesuaian tingkat perkemangan peserta

didik.

Tabel 4.8

Aspek Kesesuaian Dengan Tingkat Perkembangan

Peserta Didik

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Kesesuaian

perkembangan

intelektual peserta

didik

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

2 Kesesuaian

dengan tingkat

perkembangan

emosional

peserta didik

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

Jumlah yang

menjawab Benar

2 2 4 2,734

Valiid P 0,2 0,2

Nilai

Rata-

rata

q = 1 – p 0 0

∑ pq

0,2 0,2 0,4

1.367

Simpangan baku (s) 0,632

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta

Page 105: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

88

didik hasil yang diperoleh adalah 2.734 dengan nilai rata-rata

1.367% tergolong kedalam kriteria penilaian sangat Tinggi.

8) . Aspek Penggunaan Istilah, Simbol atau ikon

Aspek ini berupa konsistensinya penggunaan istilah dan

penggunaan simbol dan ikon yang terdapat pada kamus

pewayangan. Berikut hasil penilaian dari praktisi ahli

mengenai aspek penggunaan istilah, simbol dan ikon.

Tabel 4.9

Aspek Penggunaan istilah, simbol atau ikon

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1. Konsistensi

penggunaan

istilah

0 1 1 7,767 Sangat Baik

2. Konsistensi

penggunaan

simbol atau ikon

1 0 1 7,767 Sangat Baik

Jumlah yang

menjawab Benar

1 1 2 15,534

Valiid P 0,1 0,1

Nilai

Rata-

rata

q = 1 – p 0,1 0,1

∑ pq

0,1 0,1 0,2

7,767

Simpangan baku (s) 0,447

Page 106: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

89

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam

aspek Penggunaan Istilah, Simbol atau ikon hasil yang

diperoleh adalah 15.534 dengan nilai rata-rata 7.767%

tergolong kedalam kriteria penilaian sangat Tinggi.

9) Aspek Secara Keseluruhan

Di bawah ini merupakan tabel hasil keseluruhan nilai

dari tiap aspek yang telah didapatkan dari hasil uji coba oleh

ahli media dan ahli bahasa. Adapun penilaiannya sebagai

berikut.

Tabel 4.10

Aspek Keseluruhan

No Aspek yang dinilai Total Keterangan

1 Aspek Rekayasa

Perangkat Lunak

1.095 Sangat Tinggi

2 Aspek Komunikasi Visual 376,1 Sangat Tinggi

3 Aspek Tipe Lema 0,726 Sangat Tinggi

4 Aspek Pendefinisian 0,612 Sangat Tinggi

5 Aspek Lugas 0,456 Cukup Tinggi

6 Aspek Keterbacaan 683,8 Sangat Tinggi

7 Aspek Kesesuaian dengan

tingkat perkembangan

peserta didik

1,367 Cukup Tinggi

8 Penggunaan istilah, simbol

atau ikon

0,447 Cukup Tinggi

Rata-rata 0,880 Sangat Tinggi

(1,095% + 376,1% + 0,726% + 0,612% + 0,456% +

683,80% + 1,367% +0,447%) : 8 = % hasil tersebut 0,880%

maka media pembelajaran dianggap layak berdasarkan

kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya dan

media pembelajaran kamus istilah pewayangan ini siap

untuk di uji coba oleh guru dan siswa

Page 107: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

90

Setelah dilakukan validasi, peneliti melakukan revisi

sesuai dengan masukan validator ahli. Adapun revisiannya

adalah sebagai berikut.

a. Aspek Pendefinisian

Aspek pendefinisian di butir soal “kamus istilah

pewayangan ini menggunakan definisi lema ostentif berupa

definisi yang memberikan penjelasan dengan suatu gambar”.

Mempunyai kriteria baik dengan nilai 70 dari hasil penilaian

oleh para ahli, berdasarkan hal tersebut peneliti melihat

bahwa terdapat potensi yang dapat dikembangkan.

Gambar 4.15

Sebelum Revisi

Page 108: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

91

Gambar 4.16

Setelah direvisi

Desain pertama pada (gambar 4.14) belum

mencantumkan gambar untuk memberikan penjelasan

terhadap pendefinisian setiap lemanya, hanya ada lema,

kelas kata, pendefinisian, dan contoh pengguna saja.

Berdasarkan hal tersebut penulis mencantumkan gambar

pada setiap lemanya untuk yang sulit memahami kata atau

kalimat (gambar 4.15).

b. Aspek istilah, simbol atau ikon

Aspek istilah, simbol atau ikon pada butir soal ” Kamus

istilah pewayangan ini memiliki konsistensi penggunaan

simbol atau ikon” mempunyai kriteria baik dengan nilai 75

dari hasil penilaian oleh praktisi ahli, praktisi ahli

memberikan catatan untuk menambahkan simbol atau ikon

pada setiap lemanya.

Page 109: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

92

Gambar 4.17

Sebelum direvisi

Gambar 4.18

Setelah direvisi

Desain pada (gambar 4.16) belum mencantumkan

simbol atau ikon pada setiap lemanya, berdasarkan revisi

tersebut maka penulis mencantumkan simbol atau ikon

sesuai dengan istilah, agar mempermudah pemaknaan

(Gambar 4.17).

c. Aspek tampilan

Page 110: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

93

Dalam aspek ini praktisi ahli media memberikan revisi

pada kamus istilah pewayangan ini yaitu “kurangnya

background, jika bisa backgroud gambar sesuai dengan

gambar untuk penjelasnya”.

Gambar 4.19

Sebelum direvisi

Gambar 4.20

Setelah direvisi

Pada gambar 4.18 background pada tampilan awal,

gambarnya belum di sesuaikan dengan kamus istilah

pewayangan. Sedangkan pada gambar 4.18 backgroud

Page 111: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

94

tampilan awal sudah disesuaikan dengan kamus istilah

pewayangan.

b) Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap dimana yang

telah direvisi digunakan dalam pembelajaran. Media

pembelajaran pengembangan kamus istilah pewayangan ini

digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

materi warisan budaya pada kelas VIII di SMP Plus Pewaris

Peradaban. Pada tahap ini peneliti membagikan angket yang

harus diisi oleh siswa untuk menilai kelayakan dari produk

yang telah dibuat.

Pertama peneliti menguji coba praktisi pendidikan yaitu

guru bahasa Indonesia yang terdiri dari 2 guru untuk melihat

media pembelajaran yang telah dibuat. Setelah uji coba maka

langkah selanjutnya adalah menguji coba kepada siswanya,

mengenai media pembelajaran pengembangan kamus istilah

pewayangan ini. Adapun hasil penilaian angket pada uji coba

tersebut.

a) Uji coba oleh guru Bahasa Indonesia

1) Aspek Tipe Definisi Lema

Aspek ini bertujuan untuk memberi penjelas

tentang suatu kata, disetiap entri lema, agar siswa

dapat memahami. Adapun penilaiannya sebagai

berikut.

Tabel 4.11

Aspek Tipe Definisi Lema

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P3 P4

1 Lema tersedia

secara alfabetis

1 1 2 0,960 Sangat

Tinggi

2 Ada tidaknya 1 1 2 0,960 Sangat

Page 112: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

95

kelas kata dalam

lema

Tinggi

3 Ada tidaknya

makna dalam

lema.

1 1 2 0,960 Sangat

Tinggi

4 Ada tidaknya

ragam dalam

lema.

1 1 2 0,960 Sangat

Tinggi

5 Ada tidaknya

pelafalan fonetis

dalam lema.

0 1 1 0,480 Cukup

Tinggi

6 Ada tidaknya

contoh

penggunaan

dalam lema.

1 1 2 0,960 Sangat

Tinggi

7 Ada tidaknya

bentuk turunan

dalam lema.

1 1 2 0,960 Sangat

Tinggi

8 Ada tidaknya

informasi

morfologi dalam

lema.

0 1 1 0,480 Cukup

Tinggi

9 Ada tidaknya

etimologi (asal

lema) di dalam

lema.

0 1 1 0,480 Cukup

Tinggi

Jumlah yang

menjawab Benar

6 9 15 0,720

Valiid

P 0,6 0,9

Nilai

Rata-

q = 1 – p 0,3 0

Page 113: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

96

rata

∑ pq

0,18 0,9 1,08

0.800

Simpangan baku (s) 1.039

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat

bahwa tanggapan siswa terhadap aspek pendefinisian

yang mendapatkan nilai 0,720 dengan nilai rata-rata

0,800% pada skala penilaian yang tergolong dalam

kriteria sangat tinggi.

2) Aspek Keterbacaan

Aspek ini bertujuan untuk memahami penggunaan

kaidah bahasa yang terdapat pada pendefinisian kamus

istilah pewayangan.

Tabel 4.12

Aspek Keterbacaan

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki

ketepatan

penggunaan

kaidah bahasa

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki

keterbacaan

pesan dalam lema

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

Jumlah yang

menjawab Benar

2 2 4 2.734

Page 114: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

97

P 0,2 0,2

Nilai

Rata-

rata

Vallid

q = 1 – p 0 0

∑ pq

0,2 0,2 0,4 1.367

Simpangan baku (s) 0,6324

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

dalam aspek Keterbacaan hasil yang diperoleh adalah

2.734 dengan nilai rata-rata 1.367% tergolong ke

dalam kriteria penilaian sangat tinggi.

3) Aspek Pilihan Kata

Aspek ini bertujuan untuk siswa dapat memahami

kaidah penggunaan bahasa yang tepat pada

pendefinisian kamus tanpa salah makna.

Tabel 4.13

Aspek Pilihan Kata

No

Aspek yang dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Kamus istilah

pewayangan ini

terdapat gagasan

berdasarkan pilihan

kata yang tepat

1

1

2

1.367

Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

mendefinisikan kata

tanpa salah

penafsiran atau

1 1 2 1.367 Sangat

Tinggi

Page 115: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

98

salah makna

Jumlah yang menjawab

Benar

2 2 4 2.734

Valiid P 0,2 0,2 Nilai

rata-

rata

q = 1 – p 0 0

∑ pq

0,2 0,2 0,4

1.367

Simpangan baku (s) 0,632

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

dalam aspek pilihan kata hasil yang diperoleh adalah

2.734 dengan nilai rata-rata 1.367% tergolong

kedalam kriteria penilaian sangat tinggi.

4) Aspek tampilan menarik

Aspek ini bertujuan untuk siswa menilai tampilan

yang terdapat pada kamus istilah pewayangan

dengan adanya simbol ikon, gambar, dan peranan

kamus yang dapat mefasilitasi siswa, sehingga mudah

untuk digunakan.

Tabel 4.14

Aspek Tampilan Menarik

No

Aspek yang dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Kamus istilah

pewayangan ini

menggunakan

istilah, simbol atau

ikon

1 1 2 1.224 Sangat tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki fitur dapat

1 1 2 1.224 Sangat tinggi

Page 116: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

99

memfalisitasi anda

3 Kamus istilah

pewayangan

berupa Website ini,

dapat mudah

digunakan

1 1 2 1.224 Sangat tinggi

Jumlah yang menjawab

Benar

3 3 6 3.672

Vallid

P 0,3 0,3

q = 1 – p 0 0

∑ pq

0,3 0,3 0,6

1.224

Simpangan baku (s) 0,774

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

dalam aspek kebahasaan hasil yang diperoleh adalah

3.672 dengan nilai rata-rata 1.224 % tergolong

kedalam kriteria penilaian sangat tinggi.

5) Aspek Kemanfaatan

Aspek ini bertujuan untuk siswa menilai

seberapa manfaatnya media pemblejaran kamus

istilah pewayangan ini bagi kehidupan sehari-hari, dan

mudah diakses secara geratis dimana saja dan kapan

saja.

Tabel 4.15

Aspek Kemanfaatan

No

Aspek yang dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Kamus istilah

pewayangan sangat

bermanfaat bagi siswa

1 1 2 1.367 Sangat Tinggi

Page 117: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

100

2 Kamus istilah

pewayangan media

pembelajaran yang

digunakan secara gratis

1 0 1 0,683 Tinggi

3 Kamus istilah

pewayangan media

pembelajaran yang

digunakan secara gratis

0 1 1 0,683 Tinggi

Jumlah yang menjawab

Benar

2 2 4 1,368

Valiid P 0,2 0,2

Nilai

Rata-rata

q = 1 – p 0,1 0,1

∑ pq

0,2 0,2 0,4

0.456

Simpangan baku (s) 0,6324

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

dalam aspek kebahasaan hasil yang diperoleh adalah

1,368 dengan nilai rata-rata 0,456% tergolong

kedalam kriteria penilaian cukup tinggi.

6) Aspek Penyajian Materi

Aspek ini bertujuan untuk menenkankan pada

bagaimana isi dari materi yang ditampilkan untuk

dapat diterima siswa dalam mempelajari materi

bahasa Indonesia.

Page 118: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

101

Tabel 4.16

Penyajian Materi

No

Aspek yang dinilai

Penilaian Total

skor

Jumlah

Keterangan P1 P2

1 Materi terorganisasi

dengan baik

1 1 2 1,160 Sangat

Tinggi

2 Kesesuaian dengan

perkembangan kognitif

siswa

1 1 2 1,160 Sangat

Tinggi

3 Kaitan materi dengan

kehidupan sehari-hari

0 1 1 0,580 Cukup

Tinggi

4 Penggunaan media

pembelajaran baru

1 1 2 1,160 Sangat

Tinggi

Jumlah yang menjawab

Benar

3 4 7 3,481

P 0,3 0,4 Nilai

Rata-

rata

Vallid

q = 1 – p 0,1 0

∑ pq

0,3 0,4 0,7 0,870

Simpangan baku (s) 0,836

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

dalam aspek kelayakan sebagai media pembelajaran

hasil yang diperoleh adalah 3,481 dengan nilai rata-

rata 0,870% tergolong kedalam kriteria penilaian

sangat tinggi.

1) Rata-Rata Dari Seluruh Aspek Penilaian

Di bawah ini merupakan tabel hasil keseluruhan

nilai dari tiap aspek yang telah didapatkan dari hasil uji

Page 119: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

102

coba oleh guru Bahasa Indonesia. Adapun

penilaiannya sebagai berikut.

Tabel 4.17

Rata-Rata Dari Seluruh Aspek Penilaian

No Aspek yang dinilai Total Keterangan

1 Aspek Tipe Lema 0.800 Sangat Tinggi

2 Aspek Keterbacaan 1,367 Sangat Tinggi

3 Aspek Pilihan Kata 1,367 Sangat Tinggi

4 Aspek Tampilan Menarik 1,224 Sangat Tinggi

5 Aspek Kemanfaatan 0,456 Cukup Tinggi

6 Kelayakan media

pembelajaran

0,870 Sangat Tinggi

Rata-rata 0,880 Sangat Tinggi

(0.800% + 1.367% + 1.367% + 1.224% + 0,456%

+ 0,870%) : 6 = 0,880% hasil tersebut 0,880% maka

media pembelajaran dianggap layak berdasarkan

kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya

dan media pembelajaran kamus istilah pewayangan

ini siap untuk di uji coba oleh siswa.

b) Uji coba oleh siswa

1) Aspek Tipe Definisi Lema

Aspek ini bertujuan untuk memberi penjelas tentang

suatu kata, disetiap entri lema, agar siswa dapat

memahami. Karena media pembelajaran yang baik

yaitu media yang memudahkan siswa dalam

memahami pendefinisian suatu kamus. Adapun hasil

penilaian aspek pendefinisian adalah sebagai berikut:

Page 120: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

103

Tabel 4.18

Aspek Tipe Definisi Lema

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan ini

lemanya tersedia

secara alfabetis

31

16

3,487

Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki kelas kata

dalam lema

29

16 3,487 Sangat

Tinggi

3 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki makna

dalam lema

31 17 3,487 Sangat

Tinggi

4 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki ragam

dalam lema

23 16 3,487 Sangat

Tinggi

5 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki pelafalan

fonetis dalam lema

23 17 3,487 Sangat

Tinggi

Page 121: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

104

6 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki contoh

penggunaan

dalam lema

28 16 3,487 Sangat

Tinggi

Jumlah 20,922 Sangat

Tinggi

Nilai Rata-Rata 3,487 Valid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek tipe definisi lema

mendapatkan nilai 20,922 dengan nilai rata-rata

3,487% pada penilaian ini tergolong dalam kriteria

penilaian sangat tinggi.

2) Aspek Keterbacaan

Aspek ini bertujuan untuk memahami penggunaan

kaidah bahasa yang terdapat pada pendefinisian kamus

istilah pewayangan. Adapun hasil penilaian pada aspek

keterbacaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.19

Aspek Keterbacaan

No

Aspek yang dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki ketepatan

penggunaan kaidah

bahasa

28

14

5,593

Sangat

Tinggi

Page 122: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

105

2 Kamus istilah

pewayangan ini

memiliki contoh

penggunaan dalam

lema

Jumlah 5,593 Sangat

Tinggi

Nilai Rata-rata 11,186 Sangat

Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan

mendapatkan nilai 11,186 dengan nilai rata-rata

5,593% pada penilaian ini tergolong dalam kriteria

penilaian sangat tinggi.

3) Aspek Pilihan Kata

Aspek ini bertujuan untuk siswa dapat memahami

kaidah penggunaan bahasa yang tepat pada

pendefinisian kamus tanpa salah makna.

Tabel 4.20

Aspek Pilihan Kata

No

Aspek yang dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan ini

terdapat gagasan

berdasarkan

pilihan kata yang

tepat

22

12

3,586

Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

16 12 3,586 Sangat

Tinggi

Page 123: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

106

mendefinisikan

kata

Jumlah 7,172 Sangat

Tinggi

Nilai Rata-rata 3,586 Valid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek pilihan kata

mendapatkan nilai 7,172 dengan nilai rata-rata 3,586%

pada penilaian ini tergolong dalam kriteria penilaian

sangat tinggi.

4) Aspek Tampilan Menarik

Aspek ini bertujuan untuk siswa menilai tampilan

yang terdapat pada kamus istilah pewayangan dengan

adanya simbol ikon, gambar, dan peranan kamus yang

dapat mefasilitasi siswa, sehingga mudah untuk

digunakan. Berikut adalah tabel hasil penilaian dari

aspek Tampilan Menarik.

Tabel 4.21

Aspek Tampilan Menarik

No

Aspek yang dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan ini

menggunakan

istilah, simbol atau

ikon

30

17

3,487

Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

28

18

3,454

Sangat

Tinggi

Page 124: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

107

memiliki fitur dapat

memfalisitasi anda

3 Kamus istilah

pewayangan

berupa Website ini,

dapat mudah

digunakan

30 17 3,487

Jumlah 10,428 Sangat

Tinggi

Nilai Rata-rata 5.214 Valiid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek tampilan menarik

mendapatkan nilai 10,428% dengan nilai rata-rata

5.214% pada penilaian ini tergolong dalam kriteria

penilaian sangat tinggi.

5) Aspek Kemanfaatan

Aspek ini bertujuan untuk siswa menilai seberapa

manfaatnya media pemblejaran kamus istilah

pewayangan ini bagi kehidupan sehari-hari, dan mudah

diakses secara geratis dimana saja dan kapan saja.

Tabel 4.22

Aspek Kemanfaatan

No

Aspek yang dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan

sangat bermanfaat

28

14

3,520

Sangat

Tinggi

Page 125: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

108

bagi anda

2 Kamus istilah

pewayangan media

pembelajaran yang

digunakan secara

gratis

29 13 3.553 Sangat

Tinggi

Jumlah 7,073 Sangat

Tinggi

Nilai Rata-rata 3,536 Valiid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek kemanfaatan

mendapatkan nilai 7,073 dengan nilai rata-rata 3,536%

pada penilaian ini tergolong dalam kriteria penilaian

sangat tinggi.

6) Aspek Penyajian Materi

Aspek ini bertujuan untuk menenkankan pada

bagaimana isi dari materi yang ditampilkan untuk dapat

diterima siswa dalam mempelajari materi bahasa

Indonesia.

Tabel 4.23

Aspek Penyajian Materi

No

Aspek yang

dinilai

Penilaian

Siswa

Total

Skor

Jumlah

Keterangan

P5

1 Kamus istilah

pewayangan ini

dapat digunakan

dengan mudah

26

18

3,454

Sangat

Tinggi

2 Kamus istilah

pewayangan ini

29 13 3,553 Sangat

Tinggi

Page 126: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

109

dapat digunakan

dimana saja dan

kapan saja

3 Media

pembelajaran

kamus ini

berjalan lancar di

perangkat

komputer

31 12 3,586 Sangat

Tinggi

Jumlah 10,593 Valiid

Nilai Rata-rata 3,531

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

tanggapan siswa terhadap aspek penyajian materi

mendapatkan nilai 10,593 dengan nilai rata-rata 3,531%

pada penilaian ini tergolong dalam kriteria penilaian

sangat tinggi.

7) Rata-rata dari seluruh aspek penilaian

Di bawah ini merupakan table hasil keseluruhan

nilai pada tiap aspek yang telah didapatkan dari hasil uji

coba oleh siswa sebagai berikut:

Tabel 4.24

Nilai Uji coba oleh siswa secara keseluruhan

No Aspek yang dinilai Total Keterangan

1 Aspek Tipe Definisi Lema 3,487 Sangat Tinggi

2 Aspek Keterbacaan 5,593 Sangat Tinggi

3 Aspek Pilihan Kata 3,586 Sangat Tinggi

4 Aspek Tampilan Menarik 5.214 Sangat Tinggi

Page 127: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

110

5 Aspek Kemanfaatan 3,536 Sangat Tinggi

6 Penyajian Materi 3,531 Sangat Tinggi

Rata-rata 872,29 Sangat Tinggi

(3,487% + 5,593% + 3,586% + 5,214% + 3,536% +

3,531%) : 6 = 872,29% berdasarkan hasil tersebut

872,29% maka media pembelajaran dianggap layak

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

c) Evaluasi

Tahap terakhir dari pengembangan ini adalah

mengevaluasi media yang telah diimplementasikan.

Mengevaluasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

mengklasifikasi penggunaan media dalam pembelajaran

bahasa Indonesia pada materi warisan budaya.

B. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uraian di atas, diperoleh produk penelitian

berupa media pembelajaran kamus istilah pewayangan. Media yang

dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran kamus

istilah pewayangan. Selain bertujuan untuk menghasilkan media

pembelajaran penelitian ini juga untuk mengetahui kelayakan media

pembelajaran kamus istilah pewayngan.

Media pembelajaran Lexique pro merupakan salah satu media

pembuatan kamus, media ini dipilih karena karakteristik media untuk

pembelajaran. Untuk mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, kamus

ini mudah digunakan kapan saja dan dimana saja. Berdasarkan

fungsi-fungsi media pembelajaran yang dipaparkan oleh Munadi (2013

: 37) yaitu: 1) fungsi media pemebelajaran sebagai sumber belajar

karena media pembelajaran kamus istilah pewayangan ini dapat

membantu guru dalam menjembatani proses belajar mengajar, 2)

Page 128: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

111

fungsi manipulatif karena media pembelajaran ini mampu mengatasi

batasan ruang dan waktu, 3) fungsi imajinatif karena media ini mampu

mengembangkan imajinasi siswa, 4) fungsi atensi karena dapat

menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada pembelajaran.

Untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran kamus istilah

pewayangan ini diuji coba oleh guru dan uji coba oleh siswa di SMP

Plus Pewaris Peradaban. Sebelum uji coba oleh guru dan uji coba

oleh siswa terlebih dahulu diuji validasi ahli yang terdiri dari dua ahli

yaitu ahli media dan ahli bahasa.

Validasi media pembelajaran yang dilakukan untuk

mengevaluasi dan memvalidasi media pembelajaran yang dihasilkan.

Hasil validasi media pembelajran berupa pernyataan bahwa media

pembelajaran layak diuji cobakan dengan beberapa revisi. Setelah

dilakukan validasi oleh ahli diperoleh skor rata-rata. 1) Ahli media dan

Ahli Bahasa 0,880%. Pada tahap ini media pembelajaran kamus

istilah pewayangan dikatakan layak diuji coba kepada siswa karena

hasil rata-rata diperoleh ≤ 61%.

Setelah direvisi, media pembelajaran di uji cobakan oleh guru

bahasa Indonesia. Uji coba produk ini dilakukan di SMP Plus Pewaris

Peradaban dengan subyek dua orang guru. Setelah diuji coba oleh

guru kemudian dilakukan uji coba kepada 32 orang siswa pada kelas

VII 1 dan VII 2. Uji coba produk kepada siswa dilakukan untuk

mengetahui kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kelayakan media

pembelajaran adalah angket. Siswa diminta untuk mengisi dan

memberikan komentar terhadap media pembelajaran yang

dikembangkan. Hasil respon siswa terhadap media pembelajaran

yang dikembangkan dalam uji coba oleh guru ini sebesar 0,880% dan

uji coba oleh siswa sebesar 872,29%. Pada tahap uji coba oleh guru

dan uji coba oleh siswa media pembelajaran kamus istilah

pewayangan yang dikembangkan ini layak untuk digunakan karena

Page 129: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

112

hasil rata-rata yang diperoleh dari uji coba oleh guru dan uji coba oleh

siswa ≤ 61%.

Page 130: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV,

dapat disimpulkan bahwa.

1. Pengembangan kamus istilah pewayangan dengan menggunakan

aplikasi Lexique Pro pada pembelajaran bahasa Indonesia.

a. Analisis, merupakan tahap awal yang dilakukan dengan

melakukan analisis kurikulum, analisis kebutuhan dan analisis

materi.

b. Desain, merupakan tahap perancangan kamus istilah

pewayangan.

c. Pengembangan, merupakan tahap pembuatan kamus, revisi

produk dan validasi penilaian kevalidan.

d. Implementasi, merupakan tahap uji coba produk ke lapangan

yang melalui beberapa tahap yaitu, penilaian tampilan

menarik, rekayasa lunak, pendefinisian, tipe lema, dan lain

sebagainya.

e. Evaluasi, merupakan tahap evaluasi dan analisis penilaian

dari aspek-aspek yang telah dilakukan.

2. Tingkat kelayakan produk kamus istilah pewayangan didapatkan

berdasarkan aspek tampilan, perangkat lunak, tipe lema,

pendefisian, kebahasaan, kemanfaatan, keterbacaan, penyajian

materi, tingkat perkembangan siswa dan penggunaan istilah

simbol, atau ikon.

a. Penilaian kevalidan oleh ahli media dengan persentase nilai

71,82% berarti kriteria penilaian yang baik.

b. Penilaian kevalidan oleh ahli bahasa dengan persentase nilai

0,880% berarti kriteria penilaian yang sangat tinggi.

Page 131: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

114

c. Penilaian kevalidan oleh guru Bahasa Indonesia dengan

presentase nilai 0,880% berarti kriteria penilaian yang sangat

tinggi.

d. Penilaian kevalidan siswa dengan presentase nilai 872,29%

berarti kriteria penilaian yang sangat tinggi.

Dari keempat penilaian produk kamus tersebut melalui

beberapa aspek maka produk kamus istilah pewayangan ini sangat

layak digunakan.

B. Saran-saran

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan

penelitian mengenai pengembangan bahan ajar berupa kamus

sebaiknya:

1. Memaksimalkan persiapan dan waktu dalam penelitian agar minim

kendala pada saat proses penelitian sehingga hasil penelitian

lebih maksimal dan akurat.

2. Memperbanyak referensi mengenai kamus istilah pewayangan,

khususnya tata cara dan prosesnya sehingga penelitian dapat

berjalan lebih baik dan lancar.

3. Pada peneliti selanjutnya agar menjalankan proses penelitian

pengembangan dengan kamus istilah pewayangan secara benar

dan teratur agar produk dapat dikembangkan secara masa,

dengan kualitas produk yang lebih baik.

Page 132: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

115

DAFTAR PUSTAKA

Artik. 2012. Peran Wayang Kulit dalam Penguatan Kebudayaan Nasional.

IKIP Veteran Semarang, 30 Agustus 2012.

Asmara, Rangga. 2014. Kesalahan-Kesalahan dalam Penyusunan Kamus

Bahasa Daerah. Prosiding Seminar Internasional, Kajian Leksikografi

dan Leksikologi Mutakhir. Universitas Indonesia, 07 Mei 2014.

Anwari, Budi. 2017. Baboning Pepak Basa Jawa. Sidoarjo: Genta Group

Production.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikolologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Djazifah dkk. 2015. Analisis Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya

Pada Lembaga Pendidikan Nonformal Di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Jurnal: Penelitian Ilmu Pendidikan. Vol 8, No 2.

Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2018. Cerita Wayang. Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Februari 2018.

Farid, Moh. 2014. Dampak Negatif Dan Positif Budaya Osuleng Bagi

Masyarakat Banggai Dalam Upacara Adat Pernikahan Khususnya Di

Desa Oluno. Universitas Negeri Gorontalo. Januari 2013.

Handayani, Sri. 2014. Perkembangan Kesenian Wayang Kulit dalam

Penguatan Kearifan Lokal Di Desa Ketangirejo Kecamatan Godong.

Jurnal Wayang. Vol. 02, No. 1.

Page 133: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

116

Hizbullah dkk. 2014. Penyusunan Model Korpus Al-Qur’an Digital. Jurnal

AL-Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vol .3, No. 3.

Irfanad. 2014. Kelengkapan Pagelaran Wayang Kulit. Raja Wayang.

http://wayanggokil.blogspot.com/2012/03/kelengkapan-dalam-

pagelaran-wayang.html. 30 Maret 2012.

Lisbijanto, Herry. 2013. Wayang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mahardika, Alifia Citra. 2016. Kamus Istilah Medis Berbasis Web

Menggunakan PHP. Universitas Muhammadiyah Surakrta. April

2016.

Marliana, N. Lia. 2014. Penyelesaian Persoalan Yang Dihadapi

Mahasiswa dalam Memahami Leksikologi Sebelum Memasuki Kerja

Menyusun Kamus. Prosiding Seminar Internasional, Kajian

Leksikografi dan Leksikologi Mutakhir. Universitas Indonesia, 07 Mei

2014.

Ningrum, Dessi Stifa. 2016. Peran Tokoh Punakawan dalam Wayang Kulit

Sebagai Media Penanaman Karakter Di Desa Bendosewu

Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Universitas Negeri Malang, 06

Juni 2016.

Nuriah, Zahroh. 2014. Informasi Morfologis Dalam Kamus Sumbang Pikir

Untukk Kamus Etimologi Bahasa Indonesia Mengenai Afiks Serapan

–(IS) ASI. Prosiding Seminar Internasional, Kajian Leksikografi dan

Leksikologi Mutakhir. Universitas Indonesia, 07 Mei 2014.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Wayang dan Pengembangan Karakter

Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter. FBS Universitas Negeri

Yogyakarta. Vol 1 No 1 Oktober 2011.

Page 134: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

117

Nurfarida dkk. 2016. Pembentukkan Kamus Pewayangan Bahasa Jawa-

Indonesia Berbasis Korpus. Prosiding Seminar Leksikografi

Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 25

September 2017 pukul 20:04.

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Prihantoro. 2016. Survei Program Pengolah Korpus untuk Data Bahasa

Indonesia dan Bahasa Derah di Indonesia. Prosiding Seminar

Leksikografi Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa, 25 September 2017 pukul 20:04.

Putra, Ditto Rahmawan. 2016. Pengembangan Game Edukatif Berbasis

Android Sebagai Media Pembelajaran Akutansi Di Kelas XI IPS SMA

Negeri 1 Imogiri pada Materi Jurnal Penyesuaian Perusahaan.

Universitas Negeri Yogyakarta. 15 maret 2016.

Riduwan. 2015. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riemer, Nick. 2010. Introducing Semantics. Cambridge University Press.

Setiawati, Sulis. 2016. Penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KKBI) Dalam Pembelajaran Kosakata Baku Dan Tidak Baku Pada

Siswa Kelas IV SD. Jurnal Gramatika. Vol 2.i1:46.

Siregar, Leonard. 2002. Antropologi dan Konsep Kebudyaan. Jurnal

Antropologi Papua. Vol 1, No 2, Agustus 2002.

Page 135: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

118

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Tantangan Leksikografis Bahasa-Bahasa Daerah di

Indonesia. Prosiding Seminar Leksikografi Indonesia. Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 25 September 2017 pukul

20:04.

Setiawan, Teguh. 2015. Leksikografi. Yogyakarta: Ombak.

Setiadi, Elly dkk. 2006. Ilmu Sosial & Buadaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Sterkenburg, Piet Van. 2003. A Practical Guide to Lexicography.

Amsterdam/Philadelphia: Jhon Behjamins Publishing Company.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Wae, Heri. 2014. Kumpulan Cerita Wayang. Blog Punakawan Suroboyo,

http://punakawan-suroboyo.blogspot.com/2014/07/kumpulan-cerita-

wayang .html 21 Juli 2014.

Walujo, Kanti. 2007. Pagelaran Wayang Dan Penyebaran Informasi

Publik. Jurnal: Masyarakat dan Budaya. Vol 9 No 1.

Yudhi, Munadi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi

Yuliana, Asep Irna. 2014 .Pengembangan Aplikasi Kamus Istilah Psikologi

Berbasis Mobile. Universitas Syarif Hidayatullah. 15 maret 2017.

Page 136: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

119

LAMPIRAN 1

Tampilan kamus istilah pewayangan

Tampilan Background

Tampilan Kamus Istilah Pewayangan Berbasis Microsoft Word

Page 137: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

120

Tampilan Kamus Istilah Pewayangan Berbasis Website

Page 138: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

121

LAMPIRAN 2

PROFIL SEKOLAH SMP PLUS PEWARIS PERADABAN

SMP Plus Pewaris Peradaban yang berada di bawah naungan Yayasan

Pewaris Peradaban 554 didesain khusus menghadapi tantangan global

dan menjawab kebutuhan masyarakat akan Sekolah yang dapat

menumbuhkan karakter tangguh serta bermental pengusaha pada siswa/i-

nya. Lokasi Sekolah di Kp Malang Nengah RT 03/002, (Komplek RM

Saung Sultan) Ciseeng-Bogor 16120. SMP Plus Pewaris Peradaban

memiliki visi untuk terus dapat berperan aktif dalam mencetak generasi

baru Indonesia yang Muda, Kaya, dan Bertaqwa kepada Allah SWT.

Visi :

Melahirkan generasi Muslim yang berkepribadian Islam dan Qur’ani,

unggul dalam Teknologi Informasi dan Bahasa serta berjiwa Enterpreneur.

Misi :

1. Meningkatkan kualitas pembinaan akhlaq.

2. Menyelenggarakan program pembinaan pribadi Qur’ani secara

intensif.

3. Menumbuhkan program pembinaan dan pembiasaan Bahasa

Inggris.

4. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan menyenangkan

(FUNTASE-TIC-EDUTAINMENT).

5. Menumbuhkan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman dan

Islam.

6. Menumbuhkan kemampuan enterprenuership.

7. Menyelenggarakan program Teknologi dan Informasi Terpadu.

Kegiatan Belajar Mangajar

1. Kegiatan belajar mengajar intensif 07.00 s/d 15.00.

2. Belajar mengajar dilakukan di dalam dan luar ruangan.

3. Tersedia beasiswa bagi siswa berprestasi.

4. Lulusan memliki hafalan Al-Qur’an minimal 2 Juz.

5. Lulusan mampu mengoperasikan komputer (office dan internet).

Page 139: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

122

6. Penanan jiwa penguasaha pada siswa sejak siswa sejak usia dini.

Kegiatan Kesiswaan :

1. Osis

2. Pramuka

3. Bela diri

4. Seni musik

5. Kewirausahaan

6. Fusal

7. Outbond

8. Kemah

9. Mabit

10. Filed Trip

Program Unggulan

1. Hafakan Al-Qur’an minimal 2 Juz

2. Materi dan praktik Wirausahaan

3. Teknologi Informasi

Page 140: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

123

LAMPIRAN 3

SURAT PENELITIAN

Page 141: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

124

LAMPIRAN 4

SURAT BALASAN SEKOLAH

Page 142: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

125

LAMPIRAN 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Mata Pelajaran : VII/1

Materi : Mewariskan Budaya Melalui Teks Prosedur

Tema : Pewayangan

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Kompetensi Inti

1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,

percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingn tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadia tampak

mata.

4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar

1) 3.5 Mengidentifikasi teks prosedur tentan cara melakukan

sesuatu dan cara membuat (cara memainkan alat musik/

tarian daerah, cara membuat kuliner khas daerah, cara

Page 143: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

126

memainkan wayang dll.) dari berbagai sumber yang dibaca

dan didengar.

2) 4.5 Menyimpulkan isi teks prosedur (tentang cara memainkan

alat musik daerah, tarian daerah, cara membuat

cinderamata, dan/atau kuliner khas daerah) yang dibaca dan

didengar.

3) 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan teks prosedur

tentang cara melakukan sesuatu dan cara membuat (cara

memainkan alat musik/ tarian daerah, cara membuat kuliner

khas daerah, cara memainkan wayang dll.) dari berbagai

sumber yang dibaca dan didengar.

4) 4.6 Menyajikan data rangkaian kegiatan ke dalam bentuk teks

prosedur (tentang cara memainkan alat musik daerah, tarian

daerah, cara membuat cinderamata, dan/atau kuliner khas

daerah, dll) dengan memperhatikan struktur, unsur,

kebahasaan, dan isi secara lisan dan tulis.

C. Tujuan Pembelajaran

1) Membaca kamus istilah pewayangan dan menentukan jenis teks

prosedur pada teks yang dibaca/didengar pada buku kamus

istilah pewayangan.

2) Memahami media pembelajaran berupa kamus istilah

pewayangan

3) Memahami tokoh, alat musik, ilmu sakti, benda pusaka yang

terdapat pada kamus istilah pewayangan.

4) Siswa dapat memahami tentang bagian-bagian kamus seperti

lemma, kelas kata, pendefinisian kamus.

D. Materi Pembelajaran

1) Menjelaskan tentang kamus istilah pewayangan

2) Menjelaskan tokoh, alat musik, ilmu sakti, benda pusaka yang

terdapat pada kamus istilah pewayangan.

3) Menjelaskan tentang bagian-bagian kamus seperti lema, kelas

kata, pendefinisian kamus.

Page 144: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

127

4) Menjelaskan soal yang terdapat pada kuesioner.

E. Metode Pembelajaran

1) Demonstrasi

2) Tanya jawab

3) Percobaan

F. Sumber Belajar

1) Kamus istilah pewayangan

2) Laptop

3) Infocus

G. Langkah-langkah Pembelajaran

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Siswa merespons salam, berdoa bersama, mengecek

kebersihan sekitar tempat duduk, dan kerapian meja kursi.

b. Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah

dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.

c. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu

menelaah struktur dan kebahasaan teks deskripsi.

d. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan

kegiatan yang akan dilakukan.

e. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan

dan keterampilan.

2) Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi tentang mewariskan budaya

melalui kamus istilah pewayangan.

b. Siswa mencermati kamus istilah pewayangan yang telah di

berikan oleh guru.

c. Siswa membaca kamus dan menentukan tokoh, alat musik,

ilmu sakti, benda pusaka yang terdapat pada kamus istilah

pewayangan.

d. Siswa mencermati tentang bagian-bagian kamus seperti

lema, kelas kata, pendefinisian kamus.

Page 145: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

128

e. Siswa mengisi kuesioner penilaian kamus istilah

pewayangan yang telah diberikan guru.

3) Kegiatan Penutup

a. Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan

pembelajaran.

b. Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan

pembelajaran khususnya kekurangan.

c. Guru menyampaikan umpan balik dalam proses

pembelajaran mewariskan budaya melalui kamus istilah

pewayangan.

d. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca

doa.

H. Penilaian

1) Teknik Penilain

a. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan teknik tes tertulis.

b. Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik kinerja.

2) Instrumen Penilaian

a. Memahami setiap aspek yang terdapat pada butir soal

kuesioner.

b. Menjawab kuesioner dengan butir soal YA dan TIDAK.

c. Kriteria Penilaian

Nilai (%) Keterangan

0,800 - 10,000 Sangat Tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Cukup Tinggi

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat rendah

Page 146: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

129

Page 147: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

130

Lampiran 6

Page 148: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

131

Page 149: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

132

Page 150: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

133

Page 151: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

134

Page 152: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

135

Page 153: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

136

Page 154: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

137

LAMPIRAN 8

Kuesioner Penilaian Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP

Oleh Ahli Media

Page 155: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

138

Page 156: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

139

Page 157: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

140

LAMPIRAN 9

Biodata Uji Validasi

Ahli Bahasa

Page 158: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

141

Page 159: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

142

LAMPIRAN 10

Kuesioner Penilaian Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP

Oleh Ahli Bahasa

Page 160: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

143

LAMPIRAN 11

Kuesioner Penilaian Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP

Untuk Guru

Page 161: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

144

Page 162: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

145

Page 163: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

146

Page 164: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

147

LAMPIRAN 12

Kuesioner Penilaian Kamus Istilah Pewayangan Sebagai Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP

Untuk Siswa

Page 165: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

148

Page 166: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

149

LAMPIRAN 13

Aspek Penilaian Siswa Pada Kamus Istilah Pewayangan sebagai

Media Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Page 167: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

150

LAMPIRAN 14

DOKUMENTASI PENELITIAN

Uji Validasi Oleh Ahli Media

Uji Validasi Oleh Ahli Bahasa

Uji Coba Produk Oleh Guru

Page 168: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

151

Uji Coba Produk Oleh Siswa

Page 169: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

152

Page 170: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

153

Page 171: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

154

Page 172: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

155

LAMPIRAN 16

Kartu Menyaksikan Ujian Skripsi

Page 173: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

156

Page 174: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

157

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Laely Rachmawati

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 21 Januari 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Mawi Desa Bojong Indah Rt 03/01

Kecamatan Parung Kabupaten Bogor 16330.

Riwayat Keluarga

1. Orang Tua : a. Ayah : Soleman

b. Ibu : Suyatmi

2. Kakak : Resty Agus Setiawati, Am.Keb

3. Adik : Satrio Nugroho

Riwayat Pendidikan

1. MI Sirajul Falah, tamat tahun 2007

2. MTS Sirajul Falah, tamat tahun 2010

3. SMA Negeri 1 Ciseeng, tamat tahun 2013

4. Diterima di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Jakarta, tahun 2013

Riwayat Pekerjaan

1. SPG Bindos Store

2. Mengajar di PAUD/KB Birrul Walidain

Page 175: PENGEMBANGAN KAMUS ISTILAH PEWAYANGAN SEBAGAI …

158

LAMPIRAN 18

BIMBINGAN PASCA SIDANG SKRIPSI