pengembangan instrumen tes untuk penilaian higher order thinking skills pada pembelajaran ipa smp...

7
Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES UNTUK PENILAIAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS PADA PEMBELAJARAN IPA SMP DENGAN TEMA “HOMEOSTASTIS TUBUH MANUSIA” DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DDFK PROBLEM SOLVING Oleh: 1) Syifa Nur Afrita 2) Suyoso 3) Dadan Rosana FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] 1) Mahasiswa UNY 2) Dosen Pembimbing Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes yang layak untuk penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan DDFK Problem Solving. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) yang diadopsidari model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Tahap disseminate tidak dilaksanakan, sehingga penelitian hanyasampai tahap develop, yaitu tahap pengembangan dengan uji terbatas. Tahap define merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi permasalahan. Tahap design dilakukan dengan merancang prototype perangkat pembelajaran. Tahap develop dilakukan dengan menggunakan instrumen validasi yang diisi dosen ahli dan guru IPA. Selanjutnya dilakukan uji empiric pada siswa kelas VII SMP N 1 Bantul serta diujikan keseluruhan produk pada siswa kelas VII SMP N 1 Wonosari. Hasil pengembangan instrumen tes dengan pendekatan DDFK Problem Solving valid dan reliabel untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Instrumen tes dapat digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi berdasarkan skor rata-rata pretest dan posttest dengan gain score sebesar 0,4 termasuk dalam criteria sedang. Kata kunci: Instrumen tes, Peningkatan keterampilan tingkat tinggi, Homeostasis Tubuh Manusia, DDFK Problem Solving. Abstract This research aimed to produce Test Instruments for assessing Higher Order Thinking skills by using DDFK Problem Solving approach and improve cognitive ability in science learning. This research used R&D method which was adopted from 4-D model (Define, Design, Develop, and Disseminate). Disseminate phase was not implemented, so this research ended until Develop phase, that was development test of limited testing phase. Define phase was the first stage to define the requirements of learning. At Design phase, developing Test instrument was conducted. Develop phase was accomplished through validation instrument by highly competent lecturer and science teacher. Furthermore, it was necessary to do empirical test of Assessment Test to students grade VII of SMP N 1 Bantul, and also tested of entire product to students grade VII of SMP N 1 Wonosari. The result of developing Test instrument with DDFK problem solving approach was a valid and reliable to measure Higher Order Thinking skill. Test instrument could be used to measure the improvement of Higher Order Thinking skill based on the average score of pre-test and post-test with gain score 0.4 which is also categorized as medium criterion.

Upload: yohanna-nawangsasih

Post on 27-Sep-2015

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita) 1

    PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES UNTUK PENILAIAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS PADA PEMBELAJARAN IPA SMP DENGAN TEMA HOMEOSTASTIS TUBUH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN DDFK PROBLEM SOLVING

    Oleh: 1)Syifa Nur Afrita 2)Suyoso 3)Dadan RosanaFMIPA Universitas Negeri [email protected]

    1)Mahasiswa UNY 2)Dosen Pembimbing

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes yang layak untuk penilaianketerampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan DDFK Problem Solving. Penelitian inimenggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) yang diadopsidari model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Tahap disseminate tidak dilaksanakan, sehingga penelitian hanyasampaitahap develop, yaitu tahap pengembangan dengan uji terbatas. Tahap define merupakan tahap awal untukmengumpulkan informasi dan identifikasi permasalahan. Tahap design dilakukan dengan merancangprototype perangkat pembelajaran. Tahap develop dilakukan dengan menggunakan instrumen validasiyang diisi dosen ahli dan guru IPA. Selanjutnya dilakukan uji empiric pada siswa kelas VII SMP N 1 Bantul serta diujikan keseluruhan produk pada siswa kelas VII SMP N 1 Wonosari. Hasil pengembanganinstrumen tes dengan pendekatan DDFK Problem Solving valid dan reliabel untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Instrumen tes dapat digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi berdasarkan skor rata-rata pretest dan posttestdengan gain score sebesar 0,4 termasuk dalam criteria sedang.

    Kata kunci: Instrumen tes, Peningkatan keterampilan tingkat tinggi, Homeostasis Tubuh Manusia, DDFK Problem Solving.

    Abstract

    This research aimed to produce Test Instruments for assessing Higher Order Thinking skills by using DDFK Problem Solving approach and improve cognitive ability in science learning. This research used R&D method which was adopted from 4-D model (Define, Design, Develop, and Disseminate). Disseminate phase was not implemented, so this research ended until Develop phase, that was development test of limited testing phase. Define phase was the first stage to define the requirements of learning. At Design phase, developing Test instrument was conducted. Develop phase was accomplished through validation instrument by highly competent lecturer and science teacher. Furthermore, it was necessary to do empirical test of Assessment Test to students grade VII of SMP N 1 Bantul, and also tested of entire product to students grade VII of SMP N 1 Wonosari. The result of developing Test instrument with DDFK problem solving approach was a valid and reliable to measure Higher Order Thinking skill. Test instrument could be used to measure the improvement of Higher Order Thinking skill based on the average score of pre-test and post-test with gain score 0.4 which is also categorized as medium criterion.

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita)2

    PENDAHULUAN

    Sains adalah salah satu dari cabang ilmu pengetahuan. Menurut Trefil dan Hazen science is a way of asking and answering questions about the physical universe. Oleh karena itu, sains merupakan ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari.Sains sangat melekat dalam kehidupan manusia, sehingga dengan mempelajari sains berarti mempelajari gejala yang timbul dalam kehidupan, yang artinya dengan adanya sains dapat menguak berbagai permasalahan disekitar.

    Pendidikan IPA harus dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pelajaran tersebut seperti yang telah diungkapkan di atas. Pembelajaran IPA Terpadu yang berkembang saat ini belum mampu mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Hal ini terlihat dari Hasil Trends in International Mathematics and Science Studies [TIMSS] 2011 menunjukkan nilai rata-rata matematika hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42 negara, sains di urutan ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406, dan hasil Progress in International Reading Literacy Studi [PIRLS] 2011, di urutan ke-42 dari 45 negara dengan nilai rata-rata 428.

    Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap guru IPA pada beberapa SMP di daerah Gunungkidul, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA SMP masih bersifat tradisional.Kegiatan terpusat pada guru, sedangkan siswa duduk mendengarkan dan mencatat.Model pembelajaran IPA yang berlangsung masih berkutat pada Low Order Thinking (LOT) atau berpikir tingkat rendah.Pembelajaran hanya menilai pada pemahaman dan hafalan saja.Hal ini menyebabkan kurang optimalnya guru dalam upaya mengolah kemampuan siswa. Pada dasarnya guru harus melakukan penilaian baik dalam proses pembelajaran maupun hasil proses pembelajaran. Kurikulum 2013 saat ini menganjurkan diterapkannya penilaian autentik.Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar

    peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Penilaian autentik terdiri atas penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian ini berlaku untuk semua pembelajaran, sehingga pada pembelajaran IPA secara terpadupun penilaian tetap menerapkan pembelajaran autentik

    Mengacu pada langkah nyata persiapan penyediaan generasi untuk masa depan dan sekaligus pendukung implementasi kurikulum 2013 maka perlu dilakukan perombakan pembelajaran di dalam kelas. Menurut BPSDMPK-PMP Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Salah satu bagian penting dari Kurikulum 2013 adalah proses pengembangan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan bernalar dan penelitian ilmiah yang menjadi bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tidak dapat dilepaskan dan aktivitas manusia, karena berpikir merupakanciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Oleh karena itu, sangat penting mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking, HOTS) sebagai prosesmental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory.Salah satu strategi yang tepat untuk mengembangkan HOTS adalah problem solving DDFK, karena problem solving dibangun oleh konsep-konsep pemecahan masalah.DDFK dalam model instruksional ini merupakan kependekan dari keempat istilah Faseinstruksional, yaitu fase mendefinisikan masalah, mendesain solusi, memformulasikan hasil, dan mengkomunikasikan hasil (Kusmawan, U :1998). Permasalahan dalam pembelajaran IPA Terpadu saat ini adalah belum berkembangnya instrumen baik yang berbentuk tes maupun non tes untuk mengembangkan HOTS, padahal instrumen adalah indikator penting untuk mengukur pencapaian tingkat berpikir siswa. Olehkarenanya, secara teoritis pengembangan model instruksional ini didasarkan atas prinsip-prinsip problem solving,

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita) 3

    yang telah lama dipercaya sebagai vehicle untuk mengembangkan Higher Order Thinking skills.

    Menurut Asep dan Abdul (2013:55) Instrumen penilaian dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Kebijakan harus dapat dipertanggungjawabkan sehingga harus ada alat ukur dengan standar yang diharapkan.

    METODE PENELITIANJenis PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian pengembangan Research and Development (R&D).Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Wonosari pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.Target/Subjek Penelitian

    Target atau subjek penelitian adalah instrumen tes.Penilaian Instrumen tes dilakukan oleh Dosen Ahli yang berjumlah 2 orang dan Guru SMP mata pelajaran IPA yang berjumlah 1 orang.Instrumen tes ini diuji empirikkan terhadap siswa kelas VII SMP berjumlah 30 orang dan diujicobakan tehadap siswa kelas VII SMP berjumlah 24 orang.Prosedur

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen tes berupa tes kinerja, portofolio, tugas proyek dan soal uraian. Instrumen tes kinerja, portofolio dan tugas proyek digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan pendekatan DDFK problem solving berdasarkan lembar observasi. Soal uraianyang digunakan ditujukan pada siswa dalam bentuk pretest dan postest. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan belajar siswa.

    Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Dataa. Data tingkat kelayakan instrumen tes

    berdasarkan penilaian dan masukan dari dosen ahli dan guru IPA dengan menggunakan instrumen angket validasi.

    b. Data hasil uji empirik yang dilakukan untuk memvalidasi kelayakan produk instrumen tes(soal uraian) sebelum diujicobakan ke lapangan.

    c. Data presentase peningkatan pemahaman siswa sebelum dan setelah menggunakan penerapan strategi problem solving DDFKdengan menggunakan instrumen lembar observasi.

    d. Peningkatan pemahaman siswa dilihat dari gain score nilai pretest-postest sebelum dan setelah menggunakan instrument tes.

    Teknik Analisis DataTeknik analisis data validasi instrumen tes

    oleh dosen ahli dan guru IPA menggunakan rumus berikut.

    = ................................ (1)Keterangan :X = rerata skor = jumlah total skor tiap aspek = jumlah validator

    Untuk mengetahui kualitas instrumen tes hasil pengembangan dan penskoran dari reviewer acuan yang digunakan pengubah skor menjadi skala empat tersebut menurut Djemari (2006).Tabel 1. Konversi Skor menjadi Skala EmpatNo Rentang Skor Nilai Kategori

    1 X x + 1. Sbi A Sangat Baik2 x + 1. SBi > X x B Baik3 x > X x 1. Sbi C Kurang Baik4 X x 1.Sbi D Sangat Kurang

    Baik

    Reliabilitas instrumen pengamatan dihitung dengan teknik interobserver agreement. Menurut Borich (1994), jika koefisien reliabilitas instrumen (r) 75%, maka instrumen ini dikategorikan sangat baik dan dapat digunakan dalam kegiatan pengamatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah:

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita)4

    Percent agreement (R) = 100

    BA

    BA1 (Borich, 1994).

    Keterangan : A = Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi tinggi.B= Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat lain dengan memberikan frekuensi rendah.

    Dalam penelitian ini, penskoran menggunakan penskalaan politomus dan dianalisis menggunakan PartialCredit Model 1 Parameter Logistic (PCM 1-PL) menggunakan program QUEST. Penetapan fit item secara keseluruhan dengan model dalam program QUEST yang dikembangkan Adam & Kho (1996) didasarkan pada besarnya nilai rata-rata INFIT Mean of Square (INFIT MNSQ) beserta simpangan bakunya atau nilai rata-rata INFIT Mean of INFIT t. Penetapan fit tiap item denganmodel dalam program QUESTdidasarkan pada besarnya nilai INFITMNSQ atau nilai INFIT t item yangbersangkutan. Prosedur secara teoretikmengacu pada prosedur yang dipaparkanWright & Masters, 1982:28-31 pada Subali (2010).

    Pengujian validitas untuk mengetahui fit item dan testi terhadap model mengikuti kaidah bahwa ItemCharacteritic Curve (ICC) akan mendatar (flat) bila besarnya INFIT MNSQ untuk item atau e lebih besar dari satuan logit > 1,30 atau 0,7 Tinggi0,3 g 0,7 Sedangg < 0,3 Rendah

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data hasil penilaian validator terhadap instrumen tes hasil pengembangan ditunjukkan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. Instrumen tes yang dikembangkan meliputi soal uraian, portofolio, tes kinerja dan tugas proyek.

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita) 5

    Tabel 3. Hasil Validasi Instrumen Tes Berupa Soal Uraian Oleh Dosen Ahli Dan Guru IPA

    Tabel 4. Penilaian Akhir Instrumen Tes olehDosen Ahli.

    Tabel 5.Penilaian Akhir Instrumen Tes olehGuru IPA

    Dalam pengukuran reliabilitas dengan menggunakan Percent Agreement (R), maka diperoleh hasil pengembangan yang dapat dilihat pada Tabel 6.Tabel 6. Kesimpulan Percentage Agreement

    Instrumen Tes

    Komponen uji KeteranganPortofolio Reliabel Tes kinerja ReliabelTugas proyek Reliabel

    Pemenuhan validitas dan reliabilitas pada pengembangan instrumen tes berupa soal uraian dilakukan dengan uji empirik. Tabel 7 menunjukkan hasil analisis uji empirik dengan menggunakan program QUEST. Tabel 7. Hasil Estimasi untuk Item (I) dan

    Estimasi untuk Testi/ Person/ Case (N) untuk I = 10 dan N = 30 dengan Level Peluang 0,50 Menurut PCM 1-PL

    No Uraian Estimasi untuk item

    Estimasi untuk

    testi/person

    1 Rata-rata dan simpangan baku

    0,010,25 0,340,72

    2 Rata-rata dan baku yang sudah disesuaikan

    0,010,00 0,340,63

    3 Nilai alpha Cronbach 0,40 0,764 Rata-rata dan simpangan

    baku INFIT MNSQ0,980,26 1,000,79

    5 Rata-rata dan simpangan baku INFIT t

    -0,040,96 -0,051,29

    6 Item/case skor 0 0 07 Item/case skor perfect 0 0

    Tabel 7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan item dalam bentuk tes dinyatakan fit dengan model karena memenuhi persyaratan fit statistics yang dipersyaratkan dalam program QUEST, yakni fit dengan model manakala item-item yang dianalisis memiliki nilai rata-rata INFIT MNSQ mendekati 1,0 dengan simpangan baku 0,0 atau memiliki nilai rata-rata INFIT t mendekati 0,0 dengan simpangan baku 1,0 (Adam & Tonn Kho, 1996: 30 & 91) dalam Subali 2010. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang dianalisis fit menurut PCM -1PL.

    Keandalan tes yang dihitung berdasarkam measurement error yang dihitung berdasarkan estimasi menurut testi (case estimate) (Wright & Master (1999:96) dalam Subali (2010) mencapai 0,76 sehingga keandalannya tergolong tinggi. Perhitungannya didasarkan pada konsistensi internal menggunakan pendekatan klasik sebagai nilai Alpha Cronbach, tergolong tinggi pula, yakni 0,73.

    No. Hasil Validasi JumlahDosen

    ahliGuru IPA

    1. Soal valid 4 92. Soal valid dengan revisi 6 13. Soal tidak valid - -

    No. Komponen penilaian

    Skor penilaian

    Skor maksimal

    Nilai Kategori

    1. Instrumen tes (portofolio)

    55 56 A Sangat baik

    2. Instrumen tes (tes kinerja)

    53 56 A Sangat baik

    3. Instrumen tes (tugas proyek)

    55 56 A Sangat baik

    4. Materi penunjang

    27,5 32 A Sangat baik

    Penilaian akhir Instrumen tes

    190,5 200 A Sangat baik

    No. Komponen penilaian

    Skor penilaian

    Skor maksimal

    Nilai Kategori

    1. Instrumen tes (portofolio)

    49 56 A Sangat baik

    2. Instrumen tes (tes kinerja)

    50 56 A Sangat baik

    3. Instrumen tes (tugas proyek)

    54 56 A Sangat baik

    Penilaian akhir Instrumen tes

    153 168 A Sangat baik

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita)6

    Hasil analisis item tes uraian pola divergen PCM 1-PL menggunakan program QUEST dengan batas INFIT MNSQ 0,77 sampai dengan 1,30 seluruh item memenuhi persyaratan.

    Hasil analisis item menunjukkan bahwa semua item memiliki nilai INFIT MNSQ dalam kisaran batas bawah dan batas atas, yakni 0,77 sampai 1,30. Dengan demikian, semua item dapat berfungsi sebagai item pengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran IPA SMP, sehingga dapat difungsikan sebagai dasar untuk penetapan item pengukur HOTS.

    Dalam penggunaan instrumen tes hasil pengembangan diperoleh hasil belajar kognitif siswa berdasarkan hasil penilaian dari soal uraian. Hasil perolehan gain score ditunjukkan pada Tabel 8.Tabel 8. Data Hasil Belajar Siswa berdasarkan

    Nilai Pretest-Postest

    Berdasarkan perhitungan dan hasil analisis data, terjadi peningkatan skor pretest dan postest. Dari skor rata-rata pretest dan postest diperoleh peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan gain score sebesar 0,4 termasuk dalam kriteria sedang.

    Instrumen tes dikembangkan berdasarkan KI dan KD kurikulum 2013 ini tidak hanya mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa tetapi juga mengupayakan kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

    SIMPULAN DAN SARANSimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

    1. Telah dikembangkan instrumen tes dengan pendekatan DDFK Problem Solving yang valid dan reliabel untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). a. Soal uraian, valid berdasarkan hasil

    analisis item menunjukkan bahwa semua item memiliki nilai INFIT MNSQ dalam kisaran batas bawah dan batas atas, yakni 0,77 sampai 1,30. Dan reliabel berdasarkan nilai Alpha Cronbach yang tergolong sedang yakni 0,73.

    b. Tes kinerja, tugas proyek dan portofolio, valid berdasarkan validasi dosen ahli dan guru dengan penilaian sangat baik dan reliabel berdasarkan uji kesetaraan (Borich, 1994) dengan nilai >75%.

    2. Produkinstrumen tesdapat digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan skor rata-rata pretest dan postest diperoleh peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan gain score sebesar 0,4 termasuk dalam kriteria sedang.

    SaranBerdasarkan hasil penelitian yang

    dilakukan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Instrumen tesyang sudah dikembangkan dan

    dihasilkan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam pembelajaran IPA secara kontinu.

    2. Pendekatan DDFK Problem Solving dapat digunakan untuk meningkatkan higher order thinking pada siswa SMP.

    DAFTAR PUSTAKA

    Asep dan Abdul.(2013). Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Presindo

    Borich, Gary D. (1994). Observation Skills for Effective Teaching.2nd. ed. United States of America: Macmillan Publishing Company.

    Djemari Mardapi. (2006). Teknik PenyusunanInstrumen Tes dan Nontes.Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.

    Hake, Richard R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 31 Oktober

    No. Keterangan Skor yang diperoleh siswa

    Gain score

    Pretest Postest

    1 Jumlah 1190,6 1721,9 0.4

    2 Skor rata-rata

    49,6 71,7

    Kategori Sedang

  • Pengembangan Instrumen Tes.... (Syifa Nur Afrtita) 7

    2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

    Kusmawan, Udan.2002. Model instruksional DDFKproblem solving.Diakses pada http://202.159.18.43/jp/21udankusmawan.htm.tanggal 5 Januari 2014.

    Subali, Bambang. (2010). Panduan Praktikum Penilaian, Evaluasi, dan Remidiasi Hasil Belajar Biologi. Yogyakarta : FMIPA UNY.