pengembangan instrumen penilaian berorientasi hots …digilib.unila.ac.id/61457/2/skripsi tanpa bab...

93
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI SMP KELAS VII (Skripsi) Oleh Maudy Sukma Dhini FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS

    (HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI SMP

    KELAS VII

    (Skripsi)

    Oleh

    Maudy Sukma Dhini

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2020

    http://www.kvisoft.com/pdf-merger/

  • ABSTRAK

    PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS

    (HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI UNTUK

    SMP KELAS VII

    Oleh

    MAUDY SUKMA DHINI

    Masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah pengembangan instrumen

    penilaian berorienatasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi

    untuk SMP kelas VII dan kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi

    HOTS (Higher Order Thinking Skill) teks deskripsi untuk SMP kelas VII. Tujuan

    penelitian ini ialah menghasilkan sebuah produk berupa instrumen penilaian

    berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP

    kelas VII dan mengetahui kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi

    HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII.

    Metode dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan atau Research

    and Development (R&D) mengadopsi teori Borg & Gall yang digunakan dalam

    penelitian ini hanya lima tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan produk,

    uji coba produk, revisi produk, dan produk akhir. Teknik pengumpulan data pada

    penilaian ini berupa lembar penilaian berbentuk angket yang ditujukan kepada

    ahli materi dan praktisi (guru Bahasa Indonesia).

  • Hasil penelitian dan pengembangan ini menunjukkan bahwa produk instrumen

    penilaian berorientasi HOTS (higher order thinking skill) mata pelajaran Bahasa

    Indonesia materi teks deskripsi dalam bentuk hard copy yang sesuai dengan

    karakteristik HOTS yaitu, mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis

    permasalahan kontekstual, dan menggunakan bentuk soal beragam. Produk ini

    telah dinyatakan layak digunakan oleh ahli materi dan praktisi (guru Bahasa

    Indonesia). Kelayakan instrumen penilaian sesuai dengan hasil validasi. Validasi

    oleh ahli materi terhadap penyajian materi, kualitas isi, konstruksi, dan

    penggunaan diperoleh nilai 91 dengan rata-rata nilai 4,3 dan rata-rata persentase

    86,6% dengan kriteria layak, dan penilaian oleh praktisi (guru bahasa Indonesia)

    evaluasi terhadap kualitas isi materi, HOTS, dan bahasa diperoleh nilai 41 dengan

    rata-rata ilai 45 dan rata-rata persetase 91,1% dengan kriteria sangat layak.

    Kata kunci: instrumen, HOTS, teks deskripsi, kelayakan

  • PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERORIENTASI HOTS

    (HIGHER ORDER THINKING SKILL) PADA TEKS DESKRIPSI SMP

    KELAS VII

    Oleh

    Maudy Sukma Dhini

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PENDIDIKAN

    pada

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2020

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, Kabupaten Lampung

    Tengah 21 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Juli 1997

    sebagai Anak pertama dari dua bersaudara, putri Bapak

    Kunaryo dan Ibu Mayasari. Pendidikan yang telah

    ditempuh olehp enulis,yaitu SD Negeri 3 Bandar Jaya

    diselesaikan pada tahun 2009, SMP Negeri 3 Terbanggi

    Besar diselesaikan pada tahun 2012, dan SMA Negeri1 Terbanggi Besar

    diselesaikan pada tahun 2015. Tahun 2015 penulis terdaftar sebagai salah satu

    mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia, Jurusan

    Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

    (SBMPTN).

    Selama menjadi mahasiswa penulis pernah tergabung sebagai anggota dalam

    Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJPBS) periode

    2015-2016. Pada tahun 2017 tepatnya pada semester lima penulis mengikuti

    kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta, Bali, Malang, dan

    Yogyakarta. Selain itu, pada tahun 2018 penulis melaksanakan Program

    Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah MenengahAtas Negeri 1 Way Jepara

  • Kabupaten Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata di Desa Labuhan Ratu I,

    Kecamatan Way Jepara , Kabupaten Lampung Timur.

  • MOTO

    َنا اإلْنَساَن ِبَواِلَدْيِه ََحََلْتُه أُمُُّه َوْهن ََالُُه ِِ َوَوصَّي ْ ٍ َوِِ َََل َوْه ا رُي ) َِ (٤١ََاَمْْيِ َأِن اْشُكْر ِل َوِلَواِلَدْيَك ِإَِلَّ اْلَم

    “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

    bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

    tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada

    dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

    (Qs. Luqman : 14)

    “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

    (Ariestoteles)

  • PERSEMBAHAN

    Dengan izin Allah swt.,kupersembahkan karya kecil ini untuk orang tuaku yang

    telah merawat sejak kecil dengan susah payah dan ikhlas memberikan segala yang

    dimiliki untukku.

    Adikku yang selalu mendoakan kesuksesan kakaknya ini.

    Teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku.

    Almamater tercinta Universitas Lampung.

  • SANWACANA

    Penulis bersyukur kehadirat Allah swt.,atas kehendak-Nya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.Skripsi dengan judul “Pengembangan Instrumen

    Penilaian Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) Teks Deskripsi SMP

    Kelas VII” adalah salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan

    Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

    Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam

    penyusunan skripsi ini.Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

    berikut ini.

    1. Dr. Iing Sunarti, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah membimbing penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, memberikan solusi,

    memotivasi, mengarahkan, menjelaskan, memberikan saran, nasihat yang

    amat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

    2. Bambang Riadi, S.Pd.,M.Pd. selaku pembimbing II , sekaligus Dosen

    Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini dengan penuh kesabaran, memberikan masukan,solusi, memotivasi,

    mengarahkan, menjelaskan, memberikan saran, serta nasihat yang amat

    berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

  • 3. Eka Sofia Agustina, S.Pd.,M.Pd. selaku penguji utama yang telah memberikan

    banyak masukan dan saran yang berguna bagi penulis demi kesempurnaan

    dalam penulisan skripsi dengan penuh ketelitian.

    4. Dr. Munaris, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

    Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis selama menempuh

    perkuliahan di Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

    Bahasa dan Seni.

    6. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

    7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

    terima kasih atas ilmu yang berguna yang telah diberikan kepada penulis.

    8. Ibuku Mayasari, yang telah memberikan segala kemampuannya untuk penulis.

    Terima kasih atas kasih sayang tulus yang ibu berikan di setiap hari-hariku.

    Ayahku Kunaryo, terima kasih atas keringat yang ayah hasilkan demi

    membesarkanku. Terima kasih atas doa, pengorbanan, nasihat, keringat, dan

    dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

    9. Adikku Zanisya Salwa, yang sudah memberikan doa dan dukungannya,

    10. Keluarga besarku yang selalu mendoakan dan menantikan kelulusanku dengan

    memberikan dorongan baik moril maupun materil.

    11. Sahabat-sahabatku sejak Sekolah Menengah Pertama Ana Sofia Azizah, Ayu

    Novita Sari Pane, dan Kamila Intani Baisti terima kasih sudah memberikan

    semangat dan dukungan kepada penulis dikala menyelesaikan skripsi ini.

    12. Sahabat-sahabatku sejak Sekolah Menengah Atas (Margabut) Rohma, Cici

    Erniyati, Maharani Ayu, Dewi Nurhalimah, Ni Made Inggit, Rossa Silvia

  • Heryana yang sudah memberikan kebersamaan, semangat, dan dukungan

    kepada penulis. Terima kasih atas persahabatan yang sudah diberikan.

    13. Sahabat-sahabatku tercinta Rosha Gremonia, Dela Alpionita, Ghitsa Ayu

    Maulida, Nola Miranda, Nurfadilla, Rahmiyati, Shara Veronica, Ranadya

    Habsari yang selalu menemani kala suka dan duka, memberikan motivasi dan

    semangat. Terima kasih telah saling mendoakan kesuksesan kita. Terima kasih

    atas persahabatan yang indah ini.

    14. Sahabat-sahabat KKN dan PPLku Ditha Kusumarajni dan Delis Amala.

    Terima kasih sudah memberikan semangat dan mendoakan kebaikan untukku.

    15. Seluruh mahasiwa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    angkatan 2015 (Teman Seperjuangan) yang senantiasa menghibur, memberi

    bantuan, dukungan, dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas

    persahabatan indah yang kalian hadirkan.

    16. Seluruh kakak angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dan adik tingkat angkatan

    2016, 2017, 2018 yang sudah membantu, memberikan dukungan, berteman

    yang sangat berkesan.

    17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    Semoga ketulusan dan kebaikan Bapak, Ibu, serta rekan-rekan mendapat pahala

    dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk

    kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    Bandarlampung, Januari 2020

    Penulis

    Maudy Sukma Dhini

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

    ABSTRAK .......................................................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

    HALAMAN MOTO ........................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

    HALAMAN SANWACANA ............................................................................. vii

    HALAMAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

    ..

    I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7

    2.1 Pembelajaran ..................................................................................................... 7

    2.1.1 Pengertian Pembelajaran ............................................................................. 7

    2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran ................................................................................. 8

    2.1.3 Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 9

    2.2 Penilaian .......................................................................................................... ..9

    2.2.1 Pengertian Penilaian .................................................................................. ..9

    2.3 HOTS (Higher Order Thinking Skill) ............................................................. 16

    2.3.1 Pengertian HOTS ...................................................................................... 16

    2.3.2 Karakteristik HOTS .................................................................................. 35

    2.3.3 Level Kognitif HOTS ................................................................................ 43

  • 2.3.4 Langkah-Langkah Menyusun Soal Penalaran Tinggi atau HOTS

    (Higher Order Thinking Skill) ................................................................... 47

    2.4 Taksonomi Bloom ........................................................................................... 48

    2.4.1 Ranah Kognitif .......................................................................................... 49

    2.4.2 Ranah Afektif ............................................................................................ 51

    2.4.3 Ranah Psikomotorik .................................................................................. 54

    2.5 Teks Deskripsi ................................................................................................. 56

    2.5.1 Pengertian Teks Deskripsi......................................................................... 56

    2.5.2 Ciri-ciri Teks Deskripsi ............................................................................. 57

    2.5.3 Unsur-unsur Teks Deskripsi ...................................................................... 57

    2.5.4 Struktur-strutur Teks Deskripsi ................................................................. 58

    2.5.5 Aspek-aspek Menulis Teks Deskripsi ....................................................... 59

    2.5.6 Langkah-langkah Menulis Teks Deskripsi ............................................... 61

    2.6 Definisi Operasional........................................................................................ 61

    III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 63

    3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 63

    3.2 Prosedur Penelitian.......................................................................................... 63

    3.3Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 68

    3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 69

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 72

    4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 72

    4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 84

    V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 89

    5.1 Simpulan ........................................................................................................ 89

    5.2 Saran ............................................................................................................... 90

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.2.1 ...........................................................................................................11

    Tabel 2.2.2 ...........................................................................................................13

    Tabel 2.2.3 ...........................................................................................................14

    Tabel 2.3.1 ...........................................................................................................20

    Tabel 4.1.1 ...........................................................................................................75

    Tabel 4.1.2 ...........................................................................................................75

    Tabel 4.1.3 ...........................................................................................................79

    Tabel 4.1.4 ...........................................................................................................81

    Tabel 4.2.1 ...........................................................................................................86

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.3.1 .......................................................................................................19

    Gambar 2.3.2 .......................................................................................................22

    Gambar 2.4.1 .......................................................................................................51

    Gambar 2.4.2 .......................................................................................................53

    Gambar 2.4.3 .......................................................................................................56

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang terdiri atas unsur-unsur manusiawi,

    material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam

    mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik 2009:57). Pembelajaran pada

    pendidikan era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan kompetensi

    abad ke-21, yang terdiri atas tiga komponen utama yaitu kompetensi berpikir,

    bertindak, dan hidup di dunia. Komponen bepikir meliputi bepikir kritis, berpikir

    kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi

    komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.

    Komponen hidup di dunia meliputi, inisiatif, mengarahkan diri (self-direction),

    pemahaman global, serta tanggung jawab sosial.

    Salah satu pembelajaran yang terdapat dalam pendidikan yaitupembelajaran

    bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang

    diberikan mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Mata pelajaran Bahasa

    Indonesia memiliki peran penting yang sangat strategis dalam kurikulum 2013.

    Peran utama pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai penghela ilmu

    pengetahuan.

  • 2

    Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

    maka peran bahasa Indonesia akan terus berkembang seiring perkembangan

    bahasa Indonesia itu sendiri.

    Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran

    berbasis teks dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan

    saintifik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada jenjang

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat materi teks deskripsi. Pada materi

    teks deskripsi tersebut terdapat KD 3.1 yaitu, mengidentifikasi informasi dalam

    teks deskripsi dan 4.1 menentukan isi teks deskripsi objek (sekolah, tempat

    wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni yang dibaca/didengar).

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:571) mengidentifikasi adalah

    menentukan atau menetapkan identitas (orang, benda, dan sebagainya) dan

    deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan

    terperinci. Menurut Kundharu & Slamet (2015:159),deskripsi (pemerian) adalah

    ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-

    kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah

    menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca

    sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang

    dialami penulisnya. Sementara itu, menurut Keraf (2017:93) deskripsi atau

    pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis

    untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Pada

    pembelajaranteks deskripsi ini peserta didik diharuskan memiliki pemahaman

    terhadap informasi yang terdapat dalam teks deskripsi.

  • 3

    Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap informasi

    dalam teks deskripsi maka pendidik harus mengadakan sebuah penilaian.

    Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

    pencapaian hasil belajar peserta didik (Setiawati 2018:5). Hasil penilaian ini

    dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian menjadi faktor

    yang sangat penting dalam pelaksanaan sistem pendidikan untuk mengetahui

    pencapaian hasil belajar peserta didik. Terkait dengan isu perkembangan

    pendidikan di tingkat Internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai

    penyempurnaan. Salah satunya pada standar penilaian, dengan mengadaptasi

    secara bertahap model-model penilaian standar internasional.

    Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

    meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill),

    karena keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir

    secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran. Dalam proses penilaian,

    seorang pendidik tak lepas dari penggunaan sebuah instrumen. Menurut Arikunto

    (2017:40), instrumen penilaian merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk

    mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara

    lebih efektif dan efisien. Dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan

    dapat membantu peserta didik meningkatkan berpikir tingkat tinggi, maka

    instrumen atau alat yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik pada

    pembelajaran teks deskripsi KD 3.1 dan 4.1 menggunakan instrumen penilaian

    berorientasi HOTS(Higher Order Thinking Skill).

  • 4

    Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh (Nanga,2019);(Okayana,2019);

    (Hanifah, 2019); (Fitriani, 2019); dan (Martina, 2017), yang menyatakan bahwa

    masih banyak pendidik yang belum menggunakan instrumen penilaian

    berorientasi HOTS. Hasil studi pendahuluan di SMP N 1 Gunung Sugih

    menunjukkan bahwa dalam melakukan penilaian pada pembelajaran teks deskripsi

    pendidik belum menggunakan bentuk soal berorientasi pada HOTS dan belum

    mengenal HOTS. Penggunaan instrumen penilaian seperti itu berdampak pada

    kurangnya kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menalar, sedangkan

    pada saat ini sedang diarahkan pengembangan kompetensi pada keterampilan

    berpikir tingkat tinggi atau HOTS sebagai upaya peningkatan kualitas

    pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, pengembangan instrumen penilaian berorientasi

    HOTS untuk pembelajaran teks deskripsi perlu dilakukan agar penilaian yang

    dilakukan pendidik sesuai dengan Kurikulum 2013. Selain itu, dapat melatih dan

    meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik terhadap materi

    dan informasi yang tedapat pada teks deskripsi sebagai upaya peningkatan

    kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memberi judul penelitian ini yaitu

    “Pengembangan Instrumen Penilaian Berorientasi HOTS(Higher Order Thinking

    Skill) pada Teks Deskripsi untuk SMP Kelas VII”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

  • 5

    1. Bagaimanakah mengembangkan produk berupa instrumen penilaian

    berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk

    SMP kelas VII?

    2. Bagaimanakah kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi HOTS

    (Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini yaitu :

    1. Menghasilkan sebuah produk berupa instrumen penilaian berorientasi

    HOTS(Higher Order Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII

    sebagai alat atau instrumen penilaian yang efektif dan efesien yang dapat

    digunakan dalam melakukan penilaian terhadap pemahaman peserta didik

    dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

    2. Mengetahui kelayakan produk instrumen penilaian berorientasi

    HOTS(HigherOrder Thinking Skill) pada teks deskripsi untuk SMP kelas VII.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian instrumen

    penilaian berorientasi HOTS(Higher Order Thinking Skill) sehingga dapat

    digunakan untuk mengevaluasi peserta didik pada pembelajaran teks

    deskripsi.

  • 6

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif rujukan guru untuk

    membuat instrumen penilaian berorientasi HOTS (Higher OrderThiking Skill)

    di SMP Kelas VII.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

    1. Instrumen penelitian : materi teks deskripsi KD 3.1 mengidentifikasi

    informasi dalam teks deskripsi dan 4.1

    menentukan isi teks deskripsi bahasa Indonesia

    SMP kelas VII .

    2. Materi penelitian : instrumen penilaian berorientasi HOTS (Higher

    Order Thinking Skills)pada materi teks deskripsi

    KD 3.1 mengidentifikasi informasi dalam teks

    deskripsi dan 4.1 menentukan isi teks

    deskripsiSMP kelas VII, antara lain:

    a. mengukur kemampuan berpikir tingat tinggi

    b. berbasis permasalahan kontekstual

    c. menggunakan bentuk soal beragam

  • 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pembelajaran

    Pada subbab ini akan diuraikan mengenai teori pembelajaran. Berikut ini uraian

    selengkapnya mengenai pembelajaran dari beberapa ahli.

    2.1.1 Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran mempunyai arti sebagai suatu kegiatan proses mengajar yang berisi

    serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas dan proses belajar

    yang terjadi pada diri peserta didik berupa perbuatan-perbuatan peserta didik

    untuk menghasilkan perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan

    belajar mengajar (Hamalik, 2009:57). Menurut Amri (dalam Agustina,dkk.,

    2016:10) pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik

    dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi proses

    pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan

    peserta didik.

    Warsita (2008:85) menyatakan pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha

    untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan

    peserta didik, sedangkan Sadiman (1986:7) dalam Warsita (2008:85)

    menyebutkan pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam

  • 8

    memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta

    didik.

    Dalam penelitian ini, pengertian pembelajaran merujuk berdasarkan pendapat

    Hamalik (2009:57) yakni, Pembelajaran mempunyai arti sebagai suatu kegiatan

    proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan

    situasi kelas dan proses belajar yang terjadi pada diri peserta didik berupa

    perbuatan-perbuatan peserta didik untuk menghasilkan perubahan pada diri

    peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar.

    2.1.2 Ciri-Ciri Pembelajaran

    Menurut Hamalik (2009:65), ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem

    pembelajaran, yaitu.

    a) rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan

    unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

    b) kesalingtergantungan(interdependence), antara unsur-unsur sistem

    pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat

    esensial, dan masing-masing memberikan sumbangnya kepada sistem

    pembelajaran.

    c) tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.

    Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan

    sistem yang alami (natural).

  • 9

    2.1.3 Tujuan Pembelajaran

    Menurut Mager dalam Hamalik (2009:77) konsep tujuan pembelajaran

    menitikberatkan pada tingkah laku peserta didik atau perbuatan (performance)

    sebagai output (keluaran) pada diri peserta didik yang dapat diamati.

    Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan

    belajar. Pada mulanya peserta didik tidak dapat menunjukkan tingkah laku

    tertentu, setelah belajar dia dapat melakukan tingkah laku tersebut. Hal ini

    membuktikan bahwa peserta didik telah belajar. Dengan kata lain, proses

    pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah laku peserta didik.

    2.2 Penilaian

    Sebelum melakukan penelitian pengembangan instrumen penilian teks deskripsi

    terlebih dahulu diperlukan pemahaman hakikat penilaian. Berikut ini uraian

    selengkapnya tentang penilaian.

    2.2.1 Pengertian Penilaian

    Menurut Setiawati, dkk (2018:5) penilaian adalah proses pengumpulan dan

    pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

    Penilaian belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek:

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik

    untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.Penilaian

    pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik,

    sedangkan penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta

    didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

  • 10

    Penilaian hasil belajar oleh peserta didik ini bertujuan untuk memantau dan

    mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

    secara berkesinambungan.

    Penyempurnaan Kurikulum 2013 antara lain pada standar isi diperkaya dengan

    kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analisis sesuai dengan standar

    internasional, sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada

    pengembangan instrumen penilaian yang mengukur berpikir tingkat tinggi.

    Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

    meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

    Skill/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk

    berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

    Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi

    guru dalam melakukan penelitian. Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini

    memaksimalkan keterampilan guru dalam melakukan penilaian. Guru dalam

    penilaian ini harus menekankan pada penilaian sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan peserta didik dalam proses

    pembelajaran berorientasi HOTS.

    a) Penilaian Sikap

    Menurut Marzano & Pickering, 1997 (dalam Setiawati, dkk 2018:6) terdapat

    lima dimensi belajar sebagai berikut.

  • 11

    Tabel 2.2.1 Dimensi Belajar dan Peran Guru dalam Dimensi Belajar

    Dimensi Belajar Peran Guru dalam Dimensi Belajar

    Sikap dan Persepsi Membantu siswa mengembangkan sikap dan persepsi

    positif tentang iklim belajar di kelas

    1. Perasaan diterima baik oleh guru maupun teman sebaya

    2. Percaya diri dan sikap menerima orang lain Membantu siswa mengembangkan sikap dan persepsi

    positif tentang tugas-tugas belajar di kelas

    1. Menerima tugas sebagai suatu hal yang menarik dan bernilai

    2. Mempercayai kemampuan untuk menyelesaikan tugas

    3. Memahami tugas dengan jelas

    Memperoleh dan

    mengintegrasikan

    pengetahuan

    Membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif

    1. Menginstruk makna pengetahuan deklaratif 2. Mengorganisasikan pengetahuan deklaratif 3. Menyimpan pengetahuan deklaratif

    Membantu siswa memperoleh pengetahuan

    prosedural

    1. Mengosntruk model pengetahuan prosedural 2. Mempertajam pengetahuan prosedural 3. Menginternalisasikan pengetahuan prosedural

    Memperluas dan

    menyaring

    pengetahuan

    Membantu siswa mengembangkan proses penalaran

    kompleks

    1. Membandingkan 2. Mengklasifikasikan 3. Mengabstrakan 4. Penalaran induktif 5. Penalaran deduktif 6. Mengkontruksi 7. Menganalisis kesalahan 8. Menganalisis perspektif

    Menggunakan

    pengetahuan

    secara bermakna

    Membantu siswa mengembangkan proses penalaran

    kompleks

    1. Membuat keputusan 2. Memecahkan masalah 3. Invention 4. Penemuan eksperimental 5. Inventigasi 6. Analisis system

    Habits of minds

    (perilaku berpikir)

    Membantu siswa mengembangkan perilaku berpikir

    produktif

  • 12

    Mendorong dimensi-dimensi perilaku berpikir

    1. Berpikir kritis a. Melihat keakuratan b. Melihat kejelasan c. Berpikir terbuka d. Menekan sikap impilsif e. Menempatlan diri dalam situasi f. Merespon secara tepat perasaan dan tingkat

    pengetahuan orang lain

    2. Berpikir kreatif a. Tekun b. Mendorong pengetahuan dan kemampuan

    sampai batas akhir

    c. Menghasilkan, percaya, dan menata standar evaluasi diri sendiri

    d. Keluar dari batasan standar yang ditetapkan 3. Pengatahuan diri dalam berpikir

    a. Memonitor pemikiran sendiri b. Merencanakan secara tepat kegiatan

    berpikir

    c. Mengidentifikasi dan menggunakan sumber daya yang dimiliki

    d. Merespon umpan balik secara tepat e. Mengevaluasi efektivitas tindakan

    Ditinjau dari dimensi belajar maka belajar mencakup ranah sikap, pengetahuan,

    dan keterampilan. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan pembelajaran

    yang mencakup semua ranah tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

    maupun penilaiannya.

    Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah

    konsep penilaian pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini.

    Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku

    yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai

    selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan

    pendidik.

  • 13

    Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap, yaitu.

    1. Sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti-1 : menghargai dan menghayati

    ajaran agama yang dianutnya

    2. Sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti-2 : menghargai dan menghayati

    perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),

    santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

    sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

    Komponen sikap spiritual dan sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan

    dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi: religiolitas,

    nasionalisme, integritas, kemandirian, dan gotong royong. Nilai spiritual dan

    sosial merupakan sub-sub nilai yang terkandung dalam PPK, seperti.

    Tabel 2.2.2 Komponen Sikap Spiritual dan Sosial

    Religiotas Nasionalisme Kemandirian Gotong royong Integritas

    1. Cinta damai 2. Toleransi 3. Menghargai

    perbedaan agama

    4. Teguh pendirian 5. Kerja sama lintas

    agama

    6. Anti perundungan dan kekerasan

    7. Persahabatan 8. Ketulusan 9. Tidak

    memaksakan

    kehendak

    10. Melindungi yang kecil

    11. Tersisih 12. Dll

    1. apresiasi budaya bangsa

    sendiri

    2. menjaga kekayaan

    budaya bangsa

    3. rela berkorban 4. unggul dan

    berprestasi

    5. cinta tanah air 6. menjaga

    lingkungan

    7. taat hukum 8. disiplin 9. menghormati

    keragaman

    budaya, suku,

    dan agama

    10. dll

    1. etos kerja (kerja keras)

    2. tangguh tahan banting

    3. daya juang 4. profesional 5. kreatif 6. keberanian 7. pembelajar

    sepanjang

    hayat

    8. dll

    1. menghargai 2. kerja sama 3. inklusif 4. komitmen atas

    keputusan

    bersama

    5. musyawarah muafakat

    6. tolong menolong 7. solidaritas 8. empati 9. anti diskriminasi 10. anti kekerasan 11. sikap kerelawanan 12. dll

    1. cinta pada kebenaran

    2. setia 3. komitmen 4. moral 5. anti korupsi 6. keadilan 7. tanggungjawab 8. keteladanan 9. menghargai

    mertabat

    individu

    (terutama

    penyandang

    disabilitas)

    10. dll

  • 14

    Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang

    dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan. Misalnya,

    penilaian kegiatan pembelajaran mengamati gambar. Pada kegiatan tersebut, guru

    dapat melakukan penilaian sikap ketika siswa mengamati gambar. Sikap yang

    dinilai misalnya karakter mandiri yaitu sub karakter kerja keras, kreatif, disiplin,

    dan berani. Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi, observasi,

    wawancara, catatan, anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu

    (incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Pengamatan sikap dilakukan

    oleh guru pada saat pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada berpikir

    tingkat tinggi.

    Tabel 2.2.3 Contoh Jurnal Pengembangan Sikap

    No Tanggal Nama peserta

    didik Catatan Butir sikap

    Tindak

    lanjut

    1. 20/09/2018 Lela Tidak

    keberatan

    berkelompok

    dengan siapa

    saja dan mau

    berbagi tugas

    dengan

    kelompoknya

    Kerjasama

    Saleh Mau

    melaksanakan

    ibadah apabila

    disuruh

    Beribadah

    (-)

    Perlu

    diberikan

    pengertian

    tentang

    kebutuhan

    beribadah

    Kiki Berani

    mengemukakan

    pendapat saat

    diskusi

    Percaya

    diri

    Marino Mau mengakui

    kesalahan

    Jujur

  • 15

    Tindak lanjut berfungsi untuk mendeteksi siswa yang perlu pembinaan sikap

    berdasarkan catatan sikap yang negatif. Pembinaan dilakukan untuk memperbaiki

    sikap yang tercatat kurang, sampai siswa mempunyai perilaku yang baik. Selain

    jurnal, dalam proses penilaian sikap, guru dapat membuat format penilaian diri

    dan antar teman. Penilaian diri merupakan bentuk penilaian yang meminta

    peserta didik untuk mengemukakan sikap dan perilaku yang positif dan negatif

    dari dirinya.Instrumen yang digunakan berupa penilaian diri.

    Penilaian antarteman merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta didik

    untuk saling menilai sikap dan perilaku keseharian temannya. Penilaian diri dan

    antarteman berfungsi sebagai alat konfirmasi terhadap penilaian yang dilakukan

    oleh pendidik. Penilaian antarteman paling baik dilakukan pada saat peserta didik

    melakukan kegiatan berkelompok. Instrumen penilaian antarteman dapat berupa

    lembar penilaian antarteman yang berisi butir-butir pernyataan sikap positif yang

    diharapkan dengan kolom “YA” atau “TIDAK” atau dengan skala likert.

    b) Penilaian Pengetahuan

    Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah

    maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan,

    secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian

    pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi

    dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu.

  • 16

    Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur

    penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses

    berpikir. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari menyusun

    perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian,

    pengolaham, dan pelaporan serta pemanfaatan hasil penilaian.Teknik

    penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan.

    Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

    meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

    Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik

    untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

    2.3 HOTS (Higher Order Thinking Skill)

    Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen penilaian yang

    berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill). Sebelum melakukan penelitian

    terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang HOTS. Berikut uraian

    selengkapnya tentang HOTS.

    2.3.1 Pengertian HOTS

    Menurut Onosko & Newman (dalam Nugroho, 2018:16) HOTS berarti ”non-

    algoritmik” dan didefinisikan sebagai potensi penggunaan pikiran untuk

    menghadapi tantangan baru. ”Baru” berarti aplikasi yang belum pernah dipikirkan

    siswa sebelumnya. Belum tentu sesuatu yang universal bersifat baru.

  • 17

    HOTS dipahami sebagai kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan

    pembelajaran dengan elemen lain di luar yang guru ajarkan untuk diasosiasikan

    dengannya (Brookhart, 2010). N5. Rajendran (dalam Nugroho, 2018: 16)

    menuliskan bahwa HOTS juga meminta siswa untuk secara kritis mengevaluasi

    informasi, membuat kesimpulan, dan membuat generalisasi. Para siswa juga akan

    menghasilkan bentuk komunikasi orisinil, membuat prediksi, menyarankan solusi,

    menciptakan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

    hari, mengevaluasi gagasan, mengungkapkan pendapat, dan membuat pilihan

    serta keputusan.

    Ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) mencakup

    kemampuan kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Ketrampilan berpikir

    kritis diperlukan dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Higher

    order thinking skills (HOTS) akan berkembang jika individu menghadapi

    masalah yang tidak dikenal, pertanyaan yang menentang, atau menghadapi

    ketidakpastian/dilema. Menurut Lewis dan Smith (dalam Sani 2019:2), berpikir

    tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam

    ingatan dan memperoleh jawaban/solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang

    membingungkan.

    HOTS mencakup tranformasi informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika

    siswa menganalisa, mensintesa atau menggabungkan fakta dan ide,

    mengeneralisasi, menjelaskan, atau sampai pada suatu kesimpulan atau

    interpretasi.

  • 18

    Manipulasi informasi dan ide-ide melalui proses tersebut akan memungkinkan

    siswa untuk menyelesaikan permasalahan, memperoleh pemahaman, dan

    menemukan makna baru, Tomei (dalam Sani 2019:3). HOTS juga disebut

    kemampuan berpikir strategis yang merupakan kemampuan menggunakan

    informasi untuk menyelesaikan masalah, menganalisa argumen, negoisasi isu,

    atau membuat prediksi Underbakke, dkk (dalam Sani 2019:3). Ketrampilan

    berpikir tingkat tinggi (HOTS) mencakup berpikir kritis, berpikir kreatif, problem

    solving, dan membuat keputusan. Menurut Petres (dalam Sani 2019:3), ketika

    sedang menerapkan HOTS, seseorang perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai,

    mengevaluasi fakta, dan menilai kesimpulan. John Dewey (dalam Sani 2019:3),

    menjelaskan tentang proses berpikir sebagai rantai proses produktif yang bergerak

    dari refleksi ke inkuiri (inquiry), kemudian proses berpikir kritis, yang akhirnya

    menuntun pada penarikan kesimpulan yang diperbuat oleh keyakinan orang yang

    berpikir.

    Perlu diperhatikan bahwa ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thiking

    skills) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Jika

    mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT)

    berkaitan dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan

    mengkreasi, sedangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan

    dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis, dan berpikir

    kreatif. Pada umumnya, kemampuan analisis komplek dan analisis sistem

    merupakan bagian dari problem solving sehinggajuga dinyatakan secara tersendiri

    dalam elemen utama HOTS.

  • 19

    Demikian juga, kemampuan berpikir logis dan evaluasi merupakan bagian dari

    berfikir kritis, sehingga elemen utama dari HOTS dapat dibuat lebih sederhana.

    Pada dasarnya ketrampilan bepikir tingkat tinggi mencakup kemampuan berpikir

    tingkat tinggi. Misalnya, untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, siswa

    harus mampu menganalisis permasalahan, memikirkan alternatif solusi,

    menerapkan strategi penyelesaian masalah, serta mengevaluasi metode dan solusi

    yang diterapkan (Sani 2019:3).

    Gambar 2.3.1 Perbedaan HOT dan HOTS

    Telah didiskusikan bahwa dalam HOTS dalam terdapat komponen HOT, misalnya

    untuk dapat melakukan penyelesaian masalah (problem solving), siswa harus

    dapat melakukan analisis dan evaluasi. Demikian juga, untuk dapat berpikir kritis

    atau membuat suatu keputusan, siswa harus dapat menalar, mempertimbangkan,

    menganalisis, dan melakukan evaluasi. Hal tersebut menyebabkan beberapa

    peneliti membuat kesetaraan dengan membandingkan berbagai taksonomi dan

    istilah yang terkait dengan HOTS dan HOT.

    HOT

    analisis

    evaluasi

    kreasi

    HOTS

    berpikir kritis

    berpikir kreatif

    problem solving

    membuat keputusan

  • 20

    Berikut ini diberikan kesetaraan antara istilah yang digunakan oleh Haladyna,

    Webb, Gagne, dan Bloom. Istilah dalam taksonomi Bloom yang digunakan dalam

    revisi yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl.

    Tabel 2.3.1 Istilah Taksonomi Bloom Revisi Oleh Anderson dan Krathwohl

    Haladyna Webb Gagne Bloom (revisi)

    Fakta Mengingat Infromasi Mengigat

    Konsep Tidak ada

    kesetaraan

    Konsep Memahami

    Prinsip, prosedur Aplikasi dasar

    dari

    keahlian/konsep

    Aturan Mengaplikasik

    an

    Berpikir kritis Berpikir strategis Problem

    solving

    Menganalisis

    dan

    mengevaluasi

    Kreativitas Berpikir lanjut Tidak ada

    kesetaraan

    Berkreasi

    Haladyna (dalam Sani 2019:5), menyatakan komplesitas berpikir dan dimensi

    belajar dalam empat tingakatan proses mental, yakni: memahami, menyelesaikan

    masalah, berpikir kritis, dan kreativitas; yang dapat diaplikasikan pada empat jenis

    konten, yakni: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pada taksonomi Webb,

    berpikir strategis terkait dengan kemampuan siswa menggunakan penalaran dan

    mengembangkan rencana atau langkah-langkah proses yang kompleks. Sedangkan

    berpikir lanjut terkait dengan kemampuan siswa melakukan penyelidikan,

    memerlukan waktu untuk berpikir dan memproses kondisi atau masalah atau tugas

    ganda.

    Berpikir kritis adalah pola berpikir konvergen, sedangkan berpikir kreatif adalah

    pola berpikir divergen. Berpikir konvergen merupakan proses mengelolah suatu

    informasi dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh suatu kesimpulan.

  • 21

    Sedangkan berpikir divergen merupakan pengembangan pikiran dari suatu

    informasi menjadi berbagai ide atau sudut pandang. Individu yang mampu

    berpikir kritis dan berpikir kreatif tersebut dibutuhkan oleh seseorang dalam

    menyelesaikan suatu permasalahan yang komplek (Sani 2019:5).

    Dalam Taksonomi Bloom, untuk mengkaji ranah kognisi siswa, Benjamin Samuel

    Bloom bersama M.D. Engelhart, EJ. Frust, W.H. Hill, dan D.R. Kratwohl (dalam

    Nugroho, 2018: 19) menyusun kerangka kategorisasi tujuan pendidikan pada

    tahun 1956. Kerangka tersebut diberi judul The Taxonomy of Educational

    Objectives, The Classification of Educational Goal, Handbook I: Cognitive

    Domain. Kata ”taksonomi” yang dimaksud adalah sistem klasifikasi tujuan

    pendidikan.

    Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam bukunya A Taxonomy for

    Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of

    Educational Objectives (dalam Nugroho, 2018: 19) menyempurnakan handbook

    Bloom. Revisi dilakukan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik

    sehingga handbook bukan lagi sekadar dokumen yang disimpan rapi tapi menjadi

    sarana mengembalikan khitah seorang guru sesuai dengan konteks zamannya.

    Selain itu, revisi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang

    memadukan berbagai hal baru dalam tujuan pendidikan saat ini. Beberapa hal

    praktis dalam domain kognitif telah disempurnakan oleh Anderson dan

    Krathwohl.

  • 22

    HOTS memiliki ciri yang khas. Level kemampuan ini mencakup kemampuan atau

    keterampilan siswa dalam menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),dan

    mencipta (create). Indikator keterampilan menganalis, mengevaluasi dan

    mencipta didasarkan pada teori yang dipaparkan dalam revisi Taksonomi Bloom.

    Gambar 2.3.2 Perubahan Level Kognisi Taksonomi Bloom

    Awal Reviss

    Jika disinergikan dengan taksonomi Bloom, indikator HOTS yang bisa digunakan

    menurut Nugroho (2018: 22) dalam bukunya yang berjudul Higher Order

    Thinking Skills sebagai berikut.

    Evaluasi (Evaluation)

    Mencipta (Create)

    Sintesis (Shyntesis)

    Mengevaluasi (Evaluate)

    Analisis (Analysis)

    Menganalisis (Analyze)

    Aplikasi (Application)

    Mengaplikasikan (Apply)

    Pemahaman (Comprehension)

    Memahami (Understand)

    Pengetahuan (Knowledge)

    Mengingat (Remember)

  • 23

    A. Level Analisis

    Memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-

    nya, baik antarbagian maupun secara keseluruhan. Level analisis terdiri dari ke-

    mampuan atau keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan.

    1. Membedakan

    Kemampuan membedakan merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-

    hari. Di zaman digital ini banyak sekali kabar berita melalui laman media sosial.

    Banyak berita dengan Informasi yang seolah-olah benar, tapi tidak mendukung

    informasi sesungguhnya. Berbagai Infromasi dan data dicampur aduk sehingga

    seolah-olah menghasilkan kesimpulan yang valid. Banyak generasi muda yang

    akhirnya termakan oleh berita palsu (hoax) yang berujung pada kebencian dan

    perpecahaan. Orang yang terbiasa berpikir pada tataran “membedakan" ini akan

    semakin selektif menganalisis kebenaran. Beberapa contoh penanyaan yang bisa

    diajukan sebagai berikut.

    a. lnformasi apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini?

    b. Deskripsikan fakta apa saja yang dapat mendukung sumber informasi!

    c. Bukti-bukti apa saja yang harus dipakai untuk mendukung kesimpulan?

    d. lnformasi manakah yang perlu dikesampingkan?

    e. Sebutkan bukti-bukti informasi yang relevan dalam kasus tersebut!

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Siswa diajak membaca berbagai karangan ilmiah sesuai tingkatan

    sekolah. Di dalam karya ilmiah tersebut terdapat bagian yang berisi

    landasan teori. Siswa diajak menganalisis kesesuaian teori-teori yang

    dipakai. Masih ada bentuk karangan ilmiah siswa yang sekadar

    memasukkan berbagai teori yang tidak relevan hanya untuk menambah

    jumlah halaman.

  • 24

    2. Mengorganisasikan

    Cerita Naruto sangat populer di kalangan siswa. Bagi orang dewasa, misalnya

    guru, mungkin tampak ruwet dan menyulitkan. Jika dicobakan kemampuan

    mengorganisasi siswa menggunakan cerita tersebut. hal ini akan mampu

    dilakukan dengan mudah. Konteks siswa menjadi kata kuncinya. Kadang guru

    memaksakan jalan pikir dan permasalahan orang dewasa kepada anak. Anak akan

    merasa kering, hambar, dan diawang-awang terhadap skenario yang diberikan

    guru. Dengan kemampuan mengorganisasi, siswa dapat membuat skema, bagan

    alir, grafik diagram, dan berbagi grafik pengorganisasian. Dari cerita Naruto

    tersebut. seorang anak bisa diajak membuat silsilah keluarga Naruto, skema relasi

    antardesa atau klan, dan lain-lain.

    Cerita Naruto hanya skenario kecil saja. Guru bisa meningkatkan skenario dengan

    mengibaratkan siswa sebagai hakim terhadap suatu kasus. Hakim akan

    mengorganisasi fakta dan argumen yang dikemukakan oleh jaksa maupun

    pembela dari tersangka. Analisis yang diberikan hakim akan melibatkan interaksi

    yang kompleks antara fakta sejarah, fakta sosial, fakta sains, maupun fakta

    hukum. lnteraksi tersebut bisa dikelompokkan dengan kriteria-kriteria tertentu.

    Berikut ini beberapa contoh pertanyaan pemantik yang bisa disampaikan.

    a. Apakah pola umum yang didapatkan dalam permasalahan ini?

    b. Bagaimana Anda dapat mengorganisasi berbagai ide yang disampaikan?

    c. Bagaimana mengombinasikan ide-ide tersebut?

    d. Buatlah diagram lnteraksi dari berbagai lnformasi tersebut!

    e. Buatlah bagan alir dari proses tersebut sehingga menunjukkan proses

    bermakna!

  • 25

    f. Kelompokkanlah informasi-informasi tersebut menjadi fakta sains yang

    membedakannya dengan fakta sosial!

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Siswa merumuskan plot sebuah novel yang baru dikenaI untuk

    menentukan konflik yang terjadi di dalam cerita tersebut. Siswa dapat

    pula mencermati cerita kehidupan tokoh utama dalam novel.

    Selanjutnya, Siswa membuat grafik kehidupannya. Saat senang berarti

    grafik digambarkan naik, sedang-kan ketika mengalami keterpurukan

    digambarkan dengan grafik menurun.

    3. Mengatribusikan

    Di dalam pergaulan dan komunikasi universal kita harus bisa mengenali suatu

    pernyataan sebagai asumsi, niat, opini, sesuatu yang bias, penilaian awal, pesan

    tersirat, mitos, stigma, atau memang sebuah fakta. Banyak siswa tidak bisa

    membedakan berbagai hal tersebut. Akibatnya, informasi yang sebenarnya berupa

    asumsi, niat, opini, hal bias atau ambigu langsung dijadikan sebuah fakta.

    Celakanya lagi, informasi tersebut langsung disebarluaskan melalui media sosial,

    karena beranggapan bahwa orang yang pertama kali mampu menyebarkan

    informasi di media sosial adalah orang yang keren.

    Siswa harus dibiasakan berpikir terbuka untuk mengatasi hal tersebut. Siswa dapat

    menganalisis informasi secara kritis melalui keterbukaan cara berpikir. Siswa

    harus mampu menganalisis berbagai informasi menggunakan berbagai sudut

    pandang. Pembiasaan ini bisa dilakukan ketika siswa terbiasa berelasi dengan

    situasi yang majemuk. Siswa seharusnya mudah bergaul dengan orang yang

    berbeda usia, sekolah, agama, suku, adat istiadat, jenis kelamin, pekerjaan, dan

    lain sebagainya. Melalui cara ini siswa akan terasah kemampuan berpikir secara

    divergen dan lateral. Contoh rumusan pertanyaannya sebagai berikut.

    a. Hal mana yang merupakan fakta, opini, dan kesimpulan?

  • 26

    b. Mengapa hal tersebut masih dianggap sebagai asumsi?

    c. Mengapa cerita tersebut hanyalah mitos?

    d. Apa motif di belakang peristiwa tersebut?

    e. Apa saja bukti yang dapat mendukung opini Anda?

    f. Bagaimana sudut pandang penulis terhadap buku tersebut?

    g. Bagaimana dengan sudut pandang yang Iain?

    h. Bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa hal tersebut adalah fakta?

    i. Apa saja yang menjadi pro dan kontra permasalahan tersebut?

    j. Mengapa pernyataan tersebut dianggap bias? Jelaskan!

    k. Apakah berita tersebut kredibel?

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Guru dapat membuat forum debat bagi siswa mengenai sebuah topik

    yang baru mendapat perhatian masyarakat luas. Ada kelompok siswa

    yang pro dan kontra terhadap topik tersebut. Baik kelompok yang pro

    maupun kontra akan menyusun berbagai argumen untuk mendukung

    pendapat mereka. Tentunya para siswa akan mencari sumber informasi

    yang faktual dan valid.

    B. Level Evaluasi

    Pada prinsipnya, level evaluasi merupakan kemampuan dalam mengambil

    keputusan berdasarkan kriteria-kriteria. Level ini terdiri dari keterampilan

    mengecek dan mengkritisi.

    1. Mengecek

    Mengecek atau memeriksa, menurut Anderson dan Krathwohl (dalam Nugroho,

    2018: 31) merupakan proses untuk menemukan inkonsistensi atau kesalahan

    dalam suatu proses atau produk. Dengan mengamati konsistensi ini maka akan

    diperoleh tingkat efektivitas suatu prosedur yang sedang dilakukan.

  • 27

    Kesalahan atau inkonsistensi biasanya terjadi karena argumen yang lemah.

    Kelemahan argumen ini disebabkan karena informasi atau bukti yang diperoleh

    tidak kuat dalam mendukung proses penalaran menjadi suatu kesimpulan. Masih

    banyak siswa yang tidak terbiasa mengevaluasi kekuatan dan kredibilitas suatu

    bukti atau informasi. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tahan membaca

    atau mencermati berbagai pengetahuan dalam jangka waktu yang lama.

    Akibatnya, siswa kurang mampu melihat kekuatan dan kelemahan suatu bukti dari

    berbagai sudut pandang.

    Literasi menjadi salah satu kunci penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.

    Siswa juga kadang tidak sabar dalam melakukan proses menalar. Mereka terbiasa

    dengan cara instan. Berbagai teknologi digital telah mendidik mereka terbiasa

    melakukan segala sesuatu secara instan. Memang sesuatu yang instan bukanlah

    hal yang selalu salah. Meskipun demikian, bagaimana membuat siswa mampu

    berpikir cepat dan menghasilkan kesimpulan yang valid, itulah yang dibutuhkan.

    Proses instan yang sering terjadi adalah proses yang justru grusa-grusu (terburu-

    buru, sembarangan, serampangan, asal selesai). Proses menalar yang seharusnya

    melalui berbagai tahapan kompleks, hanya dilalui dalam proses sederhana agar

    segera memperoleh kesimpulan. Siswa harus dibiasakan tahan dalam melakukan

    evaluasi suatu bukti, data, dan informasi secara detail. Dengan kebiasaan itu.

    siswa akan makin mampu mengevaluasi secara mendalam. Siswa akan makin

    mudah mengevaluasi sumber-sumber laman berita palsu. Menurut Paul dan Elder

    (dalam Nugroho, 2018: 33), suatu informasi harus diperiksa berdasarkan

    kejelasan, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan, logis, dan

    signifikansinya.

  • 28

    Berikut ini merupakan contoh rumusan pertanyaan yang bisa dibuat sebagai

    berikut.

    a. Bagaimana kita yakin bahwa hal ini benar?

    b. Apa saja kekuatan dan kelemahan bukti yang disampaikan?

    c. Mengapa Anda mempercayai argumen tersebut? Mengapa Anda memilih

    informasi yang ini dari pada yang lainnya?

    d. Apa saja peluang yang masih ada dari permasalahan tersebut?

    e. Apakah hal ini benar?

    f. Informasi tambahan apa saja yang diperlukan untuk menjawab permasalahan

    tersebut?

    g. Apa dasar dari alasan tersebut? Jika informasi ini dihilangkan, apa yang

    terjadi dengan kesimpulan tersebut?

    h. Apakah bukti-bukti tersebut cukup kuat digunakan untuk merumuskan

    kesimpulan?

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Guru bisa mencarikan berita palsu (hoax) dari media online Siswa diajak

    untuk mengevaluasi kebenaran sumber berita tersebut.

    2. Mengkritisi

    Mengkritisi merupakan bentuk dari level evaluasi. Bentuk evaluasi berbagai ide

    yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Mengkritisi merupakan

    proses menilai suatu pendapat atau hasil berdasarkan seperangkat kriteria yang

    telah ditentukan. Kriteria yang dibuat haruslah kriteria yang fair dan tidak

    memihak, apalagi hanya demi kepentingan diri sendiri. Kriteria tersebut bisa

    berupa kriteria profesionalisme dan universalitas (kehidupan bersama).

  • 29

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengkritisi didefinisikan sebagai

    tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil

    karya. pendapat, dan sebagainya. Mengkritisi tidak sekadar menanggapi atau

    mengecam, tetapi disertai argumen dan pertimbangan nllai baik atau buruk.

    Menurut Stemberg (dalam Nugroho, 2018: 37), kemampuan mengambil

    keputusan digunakan untuk melatih siswa ketika dihadapkan dengan berbagai

    pilihan. Mengkritisi tidak sekadar menimbang nilai, tetapi juga memahami cara

    berpikir orang lain. Siswa memerlukan sikap diri untuk selalu ingin tahu,

    menyelidik, dan berusaha memahami suatu informasi. Mengkritisi lebih dari

    sekadar berujung pada membuat keputusan. Lebih dari itu, mengkritisi merupakan

    proses pembuatan keputusan yang didukung oleh informasi memadai dan akurat.

    Bekal yang dibutuhkan agar bisa mengkritisi dengan baik adalah kemampuan

    berpikir divergen.

    Berpikir divergen merupakan bentuk dari berpikir kreatif. Berpikir divergen atau

    lateral biasa pula disebut berpikir bercabang (networking). Mengkritisi tidak

    hanya bersandar pada satu sudut pandang saja, tetapi harus dari berbagai sudut

    pandang. Mengkritisi sebuah fenomena tidak bisa dilakukan dengan satu kajian

    ilmu pengetahuan saja, melainkan harus lintas ilmu atau mata pelajaran. Dengan

    lintas kurikulum. pembelajaran akan lebih bermakna (Suryadarma, 2014 b).

    Kriteria yang ditentukan melibatkan berbagai ranah kajian. Harapannya akan

    dihasilkan ide, solusi, keputusan, atau produk yang tepat.

    Ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk memantik kemampuan

    mengkritisi siswa, di antaranya, yaitu:

    a. Mana yang lebih baik? Mengapa?

  • 30

    b. Apa keuntungan dan kerugian jika hal ini tetap dilakukan?

    c. Apa yang Anda pikirkan jika hal tersebut menjadi sebuah solusi?

    d. Buatlah beberapa indikator atau kriteria untuk menilai hal tersebut?

    e. Dari beberapa indikator tersebut, indikator manakah yang paling menentukan

    suksesnya program tersebut?

    f. Dari berbagai solusi tersebut, solusi manakah yang paling efektif dan

    berdampak?

    g. Evaluasilah program kegiatan OSIS di sekolahmu berdasarkan rubrik

    indikator ketercapaian program!

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Desain pembelajaran mirip dengan ilmu sosial di atas. Siswa bisa

    membaca suatu novel dan mendalami karakter tokoh-tokohnya. Dari

    beberapa tokoh tersebut, siswa bisa menentukan berbagai kriteria tokoh

    mana yang dapat dijadikan teman baik.

    C. Level Mencipta

    Pada level tertinggi ini, siswa mengorganisasi berbagai informasi menggunakan

    cara atau strategi baru atau berbeda dari biasanya. Siswa dilatih memadukan

    bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru, koheren, dan orisinal.

    Kemampuan berpikir kreatif atau inovatif semakin diuji dalam level mencipta.

    Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Nugroho, 2018: 39) ditegaskan bahwa

    kreativitas tidak hanya menunjukkan desain produk yang unik, tetapi juga

    mengombinasikan berbagai sumber informasi untuk menghasilkan produk,

    perspektif, strategi, arti, maupun pemahaman baru. ”Baru”berarti belum ada

    sebelumnya.

  • 31

    1. Merumuskan

    Para guru masih sering membelenggu kemampuan berimajinasi siswa. Guru

    seolah hanya menjejalkan berbagai pendapat masa lalu kepada siswa tanpa

    memberi kesempatan kepada mereka untuk mengukir imajinasi. Membiasakan

    siswa membangun mimpi atau imajinasi akan menjadikannya mampu

    mengungkapkan berbagai ide dan juga menghargai cara pandang orang lain.

    Menurut James Bellanca dan Robin Forgaty (dalam Nugroho, 2018: 41), ada cara

    untuk memunculkan dan mengelola suatu ide yang dikenal dengan istilah DOVE:

    D: Defer judgment

    O: Opt for originality

    V: Variety and vast numbers of ideas are what we are looking for

    E: Expand by association

    Pedoman tersebut memberikan strategi proses bagi siswa agar tidak tergesa-gesa

    dalam melakukan pengukuran dan penilaian, apalagi membuat keputusan. Semua

    ide yang muncul harus mendapat pertimbangan yang seimbang dan mendalam.

    Siswa harus terbuka dan terbiasa memilih ide yang orisinal, berbeda, kreatif, dan

    bahkan aneh (out of the box). Hal ini penting karena keragaman gagasan dan

    sudut pandang itulah yang kita butuhkan. Akhirnya, siswa dapat menyadari

    hubungan berbagai gagasan yang muncul sehingga bisa mengesampingkan

    gagasan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengambilan keputusan.

    Beberapa pertanyaan untuk mengukur kemampuan merumuskan di antaranya,

    yaitu:

    a. Hal apa saja yang dapat digunakan sebagai alternatif menyelesaikan masalah?

  • 32

    b. Berdasarkan masalah ini, apa yang akan terjadi jika...?

    Mengapa?Hipotesisnya adalah...

    c. Apa saja solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

    d. Ide mana sajakah yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan

    tersebut?

    e. Apa yang akan berubah jika ide tersebut dilakukan?

    f. Argumen apa saja yang menguatkan hipotesis tersebut?

    g. Jika menggunakan ide tersebut, apakah solusinya akan lebih efektif?

    h. Buatlah brainstorming untuk mengatasi permasalahan tersebut!

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Siswa diminta membaca novel atau karya sastra lama dengan latar masa

    lalu. Selanjutnya, Siswa bisa diminta untuk membuat cerita baru dengan

    alur yang sama, tetapi dengan konteks situasi dan penokohan saat ini.

    Akhir cerita bisa dibuat menggunakan ide-ide baru.

    2. Merencanakan

    Merencanakan merupakan proses menentukan metode atau strategi dalam rangka

    memecahkan suatu masalah. Tahap-tahap perencanaan tentu saja bukan sekadar

    mengurutkan langkah kerja. Berbagai langkah kerja tersebut merupakan hasil

    perasan dari ide-ide yang akurat dan didesain untuk memperoleh solusi terbaik.

    Merencanakan memiliki kriteria yang SMART, yaitu spesifik (specific), jelas atau

    terukur (measureable), bisa dicapai (achievable), realistis (realistic), dan memiliki

    target waktu (timeline). Berbagai kriteria tersebut hanya akan bisa dimunculkan

    ketika cara berpikir sebelumnya dilakukan dengan benar. Beberapa contoh

    pertanyaan yang bisa dikemukakan, yaitu.

    a. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

    b. Mengapa rencana tersebut perlu dimasukkan?

  • 33

    c. Mengapa rencana ini lebih baik dari yang Iain?

    d. Buatlah rancangan penelitian untuk menjawab fenomena tersebut!

    e. Buatlah rencana secara rinci yang menunjukkan bahwa ide Anda tersebut

    akan menghasilkan solusi terbaik!

    f. Apakah ide Anda akan bisa dijalankan? Jelaskan menggunakan rencana yang

    akan Anda buat!

    g. Mengapa rencana ini tidak mungkin dijalankan?

    h. Apakah rencana tersebut terukur sehingga mampu mengefektifkan waktu?

    i. Apakah rencana tersebut mampu mengefisienkan anggaran kegiatan?

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Siswa diminta membuat artikel persuasif tentang masalah sosial di

    lingkungan sekitarnya. Siswa tidak hanya mendengar atau membaca data

    masalah sosial, tetapi turun langsung ke lapangan untuk mengobservasi

    dan mengoleksi berbagai data tersebut.

    3. Memproduksi

    Memproduksi atau mengonstruksi merupakan tindak lanjut dari merencanakan.

    Berbagai perencanaan diwujudkan menjadi suatu keputusan, kesimpulan, solusi,

    atau produk yang bersifat baru. Kebaruan ini merupakan ciri utama dari level

    mencipta. Dari sisi filsafat pengetahuan, kebaruan produk harus memiliki ranah

    aksiologis. Ranah ini mensyaratkan bahwa produk yang dihasilkan harus

    memiliki nilai manfaat bagi orang lain.

    Beberapa contoh pertanyaannya, yaitu.

    a. Buatlah produk yang berguna bagi masyarakat luas untuk memawab

    permasalahan tersebut!

    b. Solusi baru apa yang dapat digunakan untuk memperbaiki situasi tersebut?

    c. Buatlah media yang cocok untuk hal tersebut!

  • 34

    d. Buatlah cerita singkat situasi tersebut dan solusi yang bisa dilakukan untuk

    mengatasi permasalahan di dalamnya!

    e. Produk manakah yang mampu memenuhi harapan dan keinginan masyarakat?

    f. Buatlah Iaman daring maupun luring yang dapat menjadi sarana mengatasi

    permasalahan tersebut

    Contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

    Siswa diminta membuat naskah pementasan teater. Mereka kemudian

    berlatih dan diminta untuk mementaskan naskah tersebut di hadapan

    siswa kelas lain.

    Permasalahan atau soal yang dapat memicu ketrampilan berpikir tingkat tinggi

    adalah permasalahan komplek yang tidak diselesaikan dengan ingatan sederhana,

    namun membutuhkan penerapan strategi dan proses tertentu. Contoh

    permasalahan seperti itu adalah permasalahan yang digunakan dalam

    pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Permasalahan dalam

    PBL merupakan permasalahan autentik yang tidak terstruktur dengan baik (lil-

    structured problem). Beberapa informasi perlu dicari dalam upaya menyelesaikan

    permasalah seperti itu, sehingga dibutuhkan strategi dan kemampuan berpikir

    produktif. Kemampuan berpikir produktif adalah kemampuan berpikir tingkat

    tinggi, yang mencakup bernalar, mengkombinasi berbagai pengalaman yang

    saling terpisah, menggunakan bukti baru, menambah informasi untuk mengisi

    celah dalam logika, melakukan ekstrapolasi, dan membuat penafsiran (Sani

    2019:5-6),

    Selain tes untuk mengukur kreativitas, ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang

    lain dapat diukur dengan menggunakan tes pilihan berganda.

  • 35

    Sugrue (dalam Sani 2019:6) mengumpulkan informasi dari beberapa penelitian

    dalam studi model problem solving, dan mengidentifikasi tiga format yang

    digunakan untuk mengukur HOTS sebagai berikut.

    1. Memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal menjodohkan)

    2. Membangkitkan (soal dengan jawaban singkat, essay, dan unjuk kerja)

    3. Menjelaskan (memberikan alasan untuk sebuah pilihan atau jawaban atas

    sebuah pertanyaan).

    2.3.2 Karakteristik HOTS

    Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk

    penilaian kelas. Untuk menginspirasi pendidik menyusun soal-soal HOTS di

    tingkat satuan pendidikan, Kemendikbud (2017:9-13) secara rinci memaparkan

    karakteristik soal HOTS sebagai berikut.

    A. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    Keterampilan berpikir tingkat tinggi, termasuk kemampuan untuk memecahkan

    masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (criticalthinking), berpikir

    kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen(reasoning), dan kemampuan

    mengambil keputusan (decision making). Dalam taksonomi Bloom membutuhkan

    kemampuan untuk menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6),

    sedangkan The Australian Council forEducational Research (ACER, 2015)

    menyatakan bahwa kemampuan berpikirtingkat tinggi merupakan proses:

    menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep

    pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan.

  • 36

    Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: (a)

    kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; (b) kemampuan

    mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai

    sudut pandang yang berbeda; dan (c) menemukan model-model penyelesaian baru

    yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,

    mengetahui, atau mengulang. ‘Difficulty’ is NOT same as higherorder thinking.

    Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengankemampuan berpikir

    tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak

    umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi,

    tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher

    order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal

    yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di

    kelas. Oleh karena itu, agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat

    tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta

    didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam

    pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan

    berpikir kritis.

    Contoh:

    Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini!

    a. Masjid Istiqlal memiliki menara atau minaret. Tinggi menara tersebut 66,66 meter. Diameter menara tersebut lima meter.

    Bangunan menara tersebut meruncing ke atas. Bagian atas menara

    terdapat pengeras suara.

  • 37

    b. Masjid Istiqlal memiliki kubah ukuran besar. Kubah besar tersebut berdiameter 45 meter dan dilapisi keramik. Kubah tersebut tersebut

    dari kerangka baja stainless steel. Kubah besar tersebut memiliki

    berat 86 ton.

    c. Masjid Istiqlal merupakan masjid nasional Republik Indonesia. Masjid ini berada di pusat Kota Jakarta. Masjid ini terletak di

    Bekas Taman Wilhelmina, di Timur Laut Lapangan Medan

    Merdeka.

    d. Masjid Istiqlal memiliki bedug raksasa. Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimatan Timur. Diameter bedug ini dua meter,

    sedangkan diameter belakang 1,71 meter. Panjang keseluruhan

    bedug ini tiga meter. Berat total bedug ini 2,3 ton.

    Mana sajakah yang merupakan deskripsi umum dan deskripsi

    bagian? Kelompokkan pada tabel berikut.

    Deskripsi umum Deskripsi bagian

    B. Berbasis Permasalahan Kontekstual

    Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan

    sehari-hari, peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep

    pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual

    yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup,

    kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

    teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.

    Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik

    untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan

    (apply), dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran

    di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini

    diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, REACT (Kemendikbud,

    2017:10):

  • 38

    a. Relating, asesmen terkait langsung dengan pengalaman kehidupan nyata.

    b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian

    (exploration),penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).

    c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik

    untukmenerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk

    menyelesaikan masalah-masalah nyata.

    d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan untuk

    mampumengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks

    masalah.

    e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan untuk mentransformasi

    konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

    Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik sebagai

    berikut.

    a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih

    jawaban yang tersedia;

    b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;

    c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang

    benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban

    benar.

    Contoh:

    Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman

    kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)

    siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik

    tradisional angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang

    mendengarnya. Ribuan mahasiswa baru dan civits academica Unpad

    memainkan alat musik tradisinal angklung. Mereka begitu kompak.

    Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang

  • 39

    merupakan rangkauan acara Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri

    Kebudayaan dan Pariwisata ikut terpukau.

    Berikut yang tidak termasuk tema dalam teks tersebut adalah...

    a. harmonisasi alunan nada orkestra

    b. kepiawaian para pemain orkresta

    c. keterpukauan para penonton

    d. proses kehadiran Menteri

    C. Menggunakan Bentuk Soal Beragam

    Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)

    sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapatmemberikan

    informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal

    ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin

    prinsip objektif. Artinya, hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat

    menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang

    sesungguhnya. Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin

    akuntabilitas penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat

    digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian

    PISA) sebagai berikut.

    a. Pilihan ganda

    Pada umumnya soal-soal HOTSmenggunakan stimulus yang bersumber pada

    situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan

    jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh

    (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.

    Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang

    terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi

    pelajarannya dengan baik.

  • 40

    Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan

    stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta

    menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan

    jawaban yang salah diberikan skor 0.

    Contoh:

    Desa wisata religius Buboho merupakan tempat wisata yang indah dan

    asri. Tempat wisata ini sangat sejuk dan dikelilingi oleh kawasan yang

    hijau. Di tempat wisata ini terdapat gubuk-gubuk untuk bersantai. Selain

    itu, di tempat wisata ini terdapat puluhan burung merpati Di tempat wisata

    ini juga terdapat kolam renang dari sumber mata air. Tempat wisata ini

    juga terdapat ratusan fosil kayu yang dipamerkan.

    Teks tersebut merupakan struktur teks deskripsi bagian . . .

    a. Deskripsi umum

    b. Deskripsi bagian

    c. Deskripsi luas

    d. Deskripsi kecil

    b. Pilihan Ganda Kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

    Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta

    didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan

    satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal

    HOTSyang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang

    bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan beberapa pernyataan

    yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih

    benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait

    antara satu dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah

    agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang

    terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila

    peserta didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan

    skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi

    skor 0.

  • 41

    Contoh:

    Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman

    kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)

    siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik

    tradisional angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang

    mendengarnya. Ribuan mahasiswa baru dan civitas academica Unpad

    memainkan alat musik tradisional angklung. Mereka begitu kompak.

    Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan

    rangkaian acara Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan

    Pariwisata ikut terpukau.

    Pernyataan:

    1. Kegiatan diadakan di Universitas Padjajaran

    2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata menghadiri acara tersebut

    3. Alat musik yang dimainkan yaitu musik modern

    4. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Universitas

    Pandjajaran

    5. Kegiatan tersebut dilaksanakan 3 hari berturut-turut

    Pernyataan yang sesuai dengan teks di atas yaitu..

    a. 1,2,3 benar

    b. 1,2,4 benar

    c. 2,3,4 benar

    d. 1,3,5 benar

    c. Isian singkat atau melengkapi

    Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk

    mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau

    simbol.Karakteristik soal isian singkat adalah sebagai berikut.

    a. Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam

    ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan

    siswa.

    b. Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupakata,

    frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.Jawaban yang benar diberikan skor

    1, yang salah diberikan skor 0.

    Contoh:

    1.Penjelasan umum mengenai suatu objek dalam teks deskripsi disebut...

  • 42

    d. Jawaban Singkat atau Pendek

    Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya

    berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik

    soal jawaban singkat adalah sebagai berikut.

    a. Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;Pertanyaan

    atau perintah harus jelas,

    b. Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal

    diusahakan relatif sama;

    c. Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari

    buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau

    menghafal apa yang tertulis dibuku.Setiap langkah/kata kunci yang dijawab

    benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

    Contoh:

    Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman

    kampus Universitas Padjajaran Jalan Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8)

    siang.

    Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik tradisional

    angklung dan memanjakan ribuan pasangan telinga yang mendengarnya.

    Ribuan mahasiswa baru dan civitas academica Unpad memainkan alat

    musik tradisional angklung. Mereka begitu kompak. Permainan mereka

    begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan rangkaian acara

    Dies Natalis Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ikut

    terpukau.

    Alat musik apa saja yang ditampilkan pada acara tersebut...

    e. Uraian

    Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk

    mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara

    mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya

    sendiri dalam bentuk tertulis.

  • 43

    Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau

    pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh

    peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal

    kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih

    dari satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan

    menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta

    didik.

    Contoh:

    Monumen Yogya Kembali berada di Ring Road Utara Yogyakarta.

    Monumen berbentuk kerucut ini terdiri atas tiga lantai. Selain itu,

    monumen ini dilengkapi dengan ruang perpustakaan dan ruang serbaguna.

    Museum ini sering dikunjungi oleh para pelajar dalam kegiatan

    darmawisata.Di area depan museum terdapat replika pesawat. Replika

    pesawat tersebut bernama pesawat Cureng dan pesawat Guntai. Replika

    pesawat Cureng berada didekat pintu timur. Sementara itu, replika pesawat

    Guntai berada di dekat pintu barat. Monumen Yogya Kembali dikelilingi

    oleh kolam yang dibagi menjadi empat jalan menuju bangunan utara. Jalan

    barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu.

    Sementara itu, jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju

    lantai dua.

    Jelaskan isi dalam teks deskripsi tersebut!

    2.3.3 Level Kognitif HOTS

    Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja

    operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda.

    Perbedaan penafsiran ini