pengembangan instrumen penilaian berbasis multiple …digilib.unila.ac.id/57921/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCE PADA PESERTA DIDIK
KELAS IV SEKOLAH DASAR
(Tesis)
Oleh
DODO SEPTIAWAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUGAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Dodo Septiawan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCE PADA PESERTA DIDIK
KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh
DODO SEPTIAWAN
Masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah kurangnya kelayakan
dari instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta
didik kelas IV di Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan mengembangkan
instrumen penilaian berbasis multiple intelligence yang layak dan berkualitas
untuk mengukur pengetahuan peserta didik kelas IV di Sekolah Dasar.
Jenis penelitian yang digunakan merujuk pada teori Borg & Gall. Populasi
pada penelitian ini mencakup peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Sampel ditentukan
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20 siswa kelas IV A SDN 1
Binakarya Buana dan 24 siswa kelas IV B SDN 1 Binakarya Putra. Data
dikumpulkan melalui lembar angket dan soal tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes yang dikembangkan layak
dan berkualitas. Kelayakan teoritis instrumen tes berdasarkan pada penilaian
dari 3 ahli yang memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,32 pada kategori sangat
Dodo Septiawan
baik. Kelayakan empiris instrumen tes berdasarkan analisis butir soal pada uji
validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan distraktor. Berdasarkan
hasil analisis terdapat 30 soal pilihan ganda yang layak dan berkualitas untuk
mengukur pengetahuan peserta didik.
Kata Kunci: Instrumen penilaian, Tes, Multiple Intelligence.
Dodo Septiawan
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF ASSESSMENT INSTRUMENTS BASED ON
MULTIPLE INTELLIGENCE IN CLASS 4th
ELEMENTARY SCHOOL
By
DODO SEPTIAWAN
The problem in this research and development is the lack of feasibility of the
assessment instruments used to measure the knowledge of fourth grade students in
elementary schools. This study aims to develop a decent and quality multiple
intelligence based assessment instrument to measure the knowledge of fourth
grade students in elementary schools.
The type of research used is research and development that refers to the theory of
Borg & Gall. The population in this study included fourth grade students of
Rumbia District Elementary School Central Lampung Regency, Lampung. The
sample was determined using a purposive sampling technique as many as 20
grade IV A students at SDN 1 Binakarya Buana and 24 IV B grade students at
SDN 1 Binakarya Putra. Data was collected through questionnaire sheets and test
questions.
The results of the study showed that the test instruments developed were of good
quality. The theoretical feasibility of the test instrument is based on the
Dodo Septiawan
assessment of 3 experts who obtained an average score of 84.32 in the excellent
category. Empirical feasibility of test instruments based on item analysis on tests
of validity, reliability, power difference, level of difficulty, and distractors. Based
on the results of the analysis there are 30 decent and quality MCQs to measure
students' knowledge.
Keyword: Instrument of assessment, test, multiple intelligence.
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCE PADA PESERTA DIDIK
KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh
DODO SEPTIAWAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUGAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Binakarya Putra, Kecamatan
Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 06
September 1994, sebagai anak kesatu dari dua bersaudara
pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Juwatik.
Pendidikan peneliti dimulai dari jenjang pendidikan dasar diselesaikan peneliti di
SD Negeri 3 Restu Buana pada tahun 2006. Kemudian peneliti melanjutkan ke
sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 2 Rumbia dan selesai pada tahun
2009. Jenjang sekolah lanjutan tingkat atas diselesaikan peneliti di SMA Negeri 1
Rumbia pada tahun 2012, dan pendidikan Sarjana (S1) program studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Lampung lulus pada tahun 2016.
Kemudian pada tahun 2017 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar (MKGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
MOTTO
ونعم الوكيل حسبنا لله
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung”
“Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”
Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi
YOU’LL NEVER WALK ALONE
(Anfield Gank)
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Yang paling utama dari segalanya maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,
membekali dengan ilmu serta menunjukan setiap jalan yang aku lewati. Atas karunia dan kehendak serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya
Tesis yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam tak lupa selalu tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW.
Teriring rasa syukur atas limpahan nikmat-Nya yang tak terhingga,
kupersembahkan karya ini untuk:
Mamak Juwatik dan Bapak Suprapto tercinta Sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih yang tiada terhingga atas semua kasih
sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga dan tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata
cinta dan persembahan.
Adikku Dodit Aditya Muanas Yang selalu memberikan semangat dan keceriaan baru ditengah perjuangan untuk
menyelesaikan Tesis ini.
Untuk “seseorang” yang sedang jauh di jarak tapi dekat di relung hati percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam setiap doaku, semoga keyakinan
dan takdir ini terwujud, insyaAllah jodohnya kita bisa bersama atas ridho dan izin Allah S.W.T.
Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
Semua sahabat seperjuangan MKGSD UNILA angkatan 2017 Dan
Almamater tercinta Universitas Lampung
Ku hentakkan jemari ini dengan penuh perasaan, dan ku akhiri dengan petikan
“Alhamdulillahirobbil’alamin” dan tombol titik pada keyboard laptop ku untuk mengakhiri persembahan ini.
─ D o d o S e p t i a w a n ─
ii
SANWACANA
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul
“Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Multiple Intelligence Pada Peserta
Didik Kelas IV Sekolah Dasar”. Tak lupa shalawat teriring salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang syafaatnya
sangat diinginkan dan dirindukan kelak di Yaumil Akhir. Tesis ini disusun
sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Magister
Pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan Tesis ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti
menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir.Hasriadi Mat Akin., M.P, Rektor Universitas Lampung
yang selalu memberi dorongan untuk kemajuan Universitas Lampung,
sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Lampung yang telah memperlancar dalam penyusunan tesis.
3. Bapak Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah
memfasilitasi dan memberi kemudahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik.
iii
4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang menyetujui
penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., Ketua Program Studi MKGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Penguji
dan Validator Ahli Materi yang telah memberikan saran, kritik, motivasi, dan
semangat kepada penulis demi terselesaikannya tesis ini.
6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. selaku Pembimbing I sekaligus
Pembimbing Akademik atas segala kesediaan dan kesabarannya dalam
memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses
penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Pembimbing II atas jasanya dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan dalam penulisan
tesis ini
8. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., dan Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku
Dosen ahli (Validator) yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
pembuatan pengembangan instrumen ini..
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf MKGSD yang telah banyak memberikan
ilmu dan masukan serta membantu kelancaran penulisan tesis ini. Dan hanya
Tuhan yang bisa membalas semua hal yang telah beliau-beliau berikan
kepada saya.
10. Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu dewan guru dan staf SD Negeri 1 Binakarya
Putra serta SD Negeri 1 Binakarya Buana yang telah memberikan izin dan
membantu peneliti selama penyusunan tesis ini.
iv
11. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 1 Binakarya Putra dan SD Negeri 1
Binakarya Buana, yang telah membantu dengan berpartisipasi aktif sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
12. Adikku tersayang, Dodit Aditya Muanas, dan Ponakan serta Sepupu yang
telah menjadi teman di kala jenuh. Terima kasih atas doa, semangat, dan
keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah disetiap tahapan dalam
menyusun karya ini.
13. Sahabat MKGSD tempat berbagi keceriaan, (Ria, Via, Fajar, Nurul, mba
Erza, mba Ratna, mba Novi, dan Eka) Terimakasih untuk semua sahabat-
sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14. Tidak lupa kepada sahabat dan teman seperjuangan, sependeritaan (CECE WA
Group: Komang, Vierhard, Agung, Izi, Fiki, dan Rohim) perkuliahan tidak akan ada
rasa yang dikenang jika tanpa kalian, tidak ada yang diceritakan pada masa depan.
Terimakasih yang sebesar-besarnya. Juga pak Man Yoga Astawa yang berjasa dalam
memberi dukungan. Mohon maaf jika ada salah kata, sukses buat kita semua. Masa
depan milik kita generasi muda walaupun nantinya kita akan tua.
15. Umumnya untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis
ini. Semoga tak ada lagi duka nestapa di dada, tapi suka dan bahagia juga
tawa dan canda selalu you’ll never walk alone (YNWA).
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dan peningkatan mutu dunia pendidikan terutama ke SD-an.
Bandar Lampung, Juni 2019
Penulis,
Dodo Septiawan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 10
D. Rumusan Masalah .................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 11
G. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 12
H. Spesifikasi Produk.................................................................... 13
II KAJIAN PUSTAKA
A. Instrumen Penilaian .................................................................. 14
1. Pengertian Instrumen Penilaian ........................................... 14
2. Jenis-jenis Instrumen Penlaian ............................................ 16
3. Langkah-langkah Merancang Instrumen Penilaian ............. 18
4. Kualitas Instrumen Penilaian yang Baik ............................. 22
5. Prinsip-prinsip Penilaian ..................................................... 23
B. Multiple Intelligence ................................................................ 24
a. Pengertian Multiple Intelligence.......................................... 24
b. Jenis-jenis Multiple Intelligence .......................................... 27
c. Manfaat Multiple Intelligence ............................................. 29
d. Langkah Pembelajaran Multiple Intelligence ...................... 30
C. Tematik Terpadu ...................................................................... 32
a. Pengertian Tematik Terpadu ............................................... 32
b. Karakteristik Tematik Terpadu............................................ 33
c. Pendekatan Saintifik pada Tematik Terpadu ....................... 34
D. Penelitian yang Relevan ........................................................... 37
E. Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 41
F. Hipotesis Penelitian .................................................................. 44
Halaman
III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 45
B. Prosedur Pengembangan .......................................................... 46
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................... 50
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 50
1. Populasi ............................................................................... 50
2. Sampel ................................................................................. 51
E. Variabel Penelitian ................................................................... 53
1. Definisi Konseptual ............................................................. 53
2. Definisi Operasional ............................................................ 54
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 54
1. Non Tes ................................................................................ 55
2. Tes ....................................................................................... 56
G. Uji Persyaratan Instrumen ........................................................ 56
H. Teknik Analisis Data ................................................................ 60
1. Analisis Data Kuantitatif ..................................................... 60
2. Analisis Data Kualitatif ....................................................... 61
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 63
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi ............................... 63
2. Perencanaan ......................................................................... 64
3. Pengembangan Produk Awal .............................................. 67
4. Uji Coba Awal ..................................................................... 71
5. Hasil Revisi Produk Awal ................................................... 74
6. Uji Coba Lapangan .............................................................. 75
7. Revisi Akhir Produk ............................................................ 78
B. Pembahasan .............................................................................. 79
1. Kelayakan Teoritis Instrumen Penilaian ............................ 81
2. Kualitas Empiris Instrumen Penilaian ................................ 82
3. Kemampuan Multiple Intelligence Peserta Didik .............. 86
C. Kelebihan Instrumen Tes ......................................................... 87
D. Keterbatasan Instrumen Tes ..................................................... 88
V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................... 89
B. Implikasi ................................................................................... 89
C. Saran ......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 94
LAMPIRAN ............................................................................................... 99
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian ........................ 6
2. Spesifikasi Produk Pengembangan ....................................................... 13
3. Langkah Pendekatan Saintifik............................................................... 35
4. Data Peserta Didik Kelas IV SD Kec. Rumbia ..................................... 50
5. Data Sekolah Dasar Kecamatan Rumbia TA. 2018/2019 ..................... 51
6. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli ......................................................... 55
7. Daftar Interpretasi Koefisien “r” ........................................................... 58
8. Indeks Kesukaran Butir Soal ................................................................. 59
9. Indeks Daya Beda ................................................................................. 59
10. Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal ........................................ 60
11. Pemilihan KI dan KD ........................................................................... 65
12. Skor Penilaian Ahli Evaluasi ................................................................ 68
13. Skor Penilaian Ahli Bahasa ................................................................... 69
14. Skor Penilaian Ahli Materi ................................................................... 70
15. Skor Penilaian Praktisi .......................................................................... 70
16. Hasil Uji Validitas Instrumen................................................................ 71
17. Uji Reliabilitas Instrumen ..................................................................... 72
18. Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pilihan ganda ................................ 72
19. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda .......................................... 73
viii
20. Efektivitas Pengecoh Produk Soal Pilihan Ganda ................................ 73
21. Hasil Uji Validitas Instrumen................................................................ 76
22. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 76
23. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pilihan Ganda ......................... 77
24. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda .......................................... 77
25. Efektivitas Pengecoh Produk Soal Pilihan Ganda ................................ 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 43
2. Model Desain Borg dan Gall................................................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik ................................................... 100
2. Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan ............................................. 108
3. Kisi-kisi instrumen penilaian ................................................................ 109
4. Lembar Validasi Dosen Ahli Evaluasi .................................................. 113
5. Lembar Validasi Dosen Ahli Bahasa .................................................... 117
6. Lembar Validasi Dosen Ahli Materi ..................................................... 123
7. Lembar Uji Praktisi Guru ...................................................................... 130
8. Hasil Uji Validitas Instrumen pada small group ................................... 136
9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen pada small group .............................. 137
10. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen pada small group ................... 138
11. Hasil Uji Daya Beda Instrumen pada small group................................ 139
12. Hasil Uji Efektivitas Distraktor Instrumen pada small group ............... 140
13. Hasil Uji Validitas Instrumen pada Ujicoba Lapangan......................... 141
14. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen pada Ujicoba Lapangan ..................... 143
15. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen pada Ujicoba Lapangan ........ 145
16. Hasil Uji Daya Beda Instrumen pada Ujicoba Lapangan ..................... 147
17. Hasil Uji Efektivitas Distraktor pada Ujicoba Lapangan ...................... 149
18. Rencana pelaksanaan pembelajaran ...................................................... 150
19. Dokumentasi Foto ................................................................................. 170
20. Surat Izin Penelitian .............................................................................. 173
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan
semakin besar. Kehidupan di abad ke 21 menuntut berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan
dapat mempersiapkan individu untuk menguasai berbagai keterampilan
tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Hal itu sejalan
dengan pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Upaya dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan sebuah
pembelajaran yang lebih menekankan pada proses yang dilaluinya, karena
secara tidak langsung itu akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.
Keterjalinan hubungan antara tujuan pendidikan, kegiatan/proses
pembelajaran, dan evaluasi adalah sedemikian erat sehingga tidak
terpisahkan. Evaluasi diperlukan untuk memantau sejauh mana keberhasilan
kegiatan pembelajaran dalam upayanya mencapai tujuan pendidikan.
2
Berdasarkan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang standar pendidikan
nasional yang menjelaskan bahwa standar penilaian pendidikan berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik. Sesuai penjelasan tersebut maka dibutuhkan suatu tahapan dan
alat/instrumen yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap hasil
peserta didik. Sejalan dengan itu, berdasarkan Permen Nomor 20 Tahun 2007
menjelaskan bahwa:
Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang
dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai
dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan taraf perkembangan peserta didik.
Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu merencanakan konsep
pembelajaran, strategi, dan konstruksi soal berbasis sebagai instrumen yang
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya.
Menurut Mardapi (2012:12) peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.
Keduanya saling terkait antara satu dengan yang lain. Sistem pembelajaran
yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas belajar
yang baik ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya.
Terkait hal tersebut, pendidikan menjadi bidang yang memiliki peranan
penting dalam menciptakan SDM yang memiliki kecakapan abad 21. Upaya
dalam mewujudkan harapan tersebut dibutuhkan manusia yang tidak hanya
cerdas berpikir dari kegiatan menghafal, melainkan kecerdasan berpikir yang
dibentuk dari proses pembiasaan untuk menyelesaikan masalah dan berpikir.
3
Konsep tersebut tertuang dalam kurikulum 2013 yang didesain tematik
terpadu untuk memenuhi tuntutan proses pembelajaran pada abad ke 21.
Pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan yang bersifat saintifik
(ilmiah). Dalam pembelajaran tematik juga menggunakan penilaian autentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Berkaitan dengan konstruksi tersebut, penilaian hasil
belajar harus dilaksanakan dengan baik. Dimulai dari penentuan instrumen
penilaian, penyusunan instrumen, telaah pada instrumen, pelaksanaan
penilaian, analisis hasil penilaian, dan program tindak lanjut dari hasil
penilaian. Menurut Daryanto (2012: 23) dalam bidang pendidikan instrumen
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor – faktor yang diduga
mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar pendidik, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Sejalan dengan itu telah
ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2016 menyebutkan ada beberapa format penilaian yang dapat digunakan yaitu
tes tertulis, observasi, penugasan kelompok atau individu secara objektif.
Dalam mewujudkan penilaian yang autentik dan objektif seorang pendidik
dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan penilaian kepada peserta
didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk mencapai tujuan dan
melibatkan peserta didik dalam membuat kisi-kisi instrumen soal tes, dari
penilaian itulah seorang dapat mengetahui seberapa jauh materi yang dikuasai
oleh peserta didiknya. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus mampu
membuat setiap peserta didik berprestasi, dan menemukan potensi unik yang
4
dimilikinya. Ketika pendidik telah memahami rencana dan tujuan pembuatan
instrumen soal yang sesuai dengan indikator dalam KD (Kompetensi Dasar)
yang harus dikuasai oleh peserta didik, maka pendidik akan dengan mudah
membuat instrumen tes dalam mengukur prestasi dari proses belajarnya.
Namun dalam penerapannya, beberapa pendidik masih belum begitu paham
dengan pentingnya asesment setelah proses pembelajaran. Padahal peranan
pendidik di Sekolah sangatlah penting, pendidik berperan dalam membuat
perencanaan pelaksanaan pembelajaran, memilih materi yang tepat,
pengorganisasian kelas dan memilih alat evaluasi yang tepat untuk mengukur
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirancang. Secara tidak langsung berbagai permasalahan muncul dari
penerapan asesment, salah satunya terkait dengan rendahnya kinerja pendidik
dalam evaluasi ketika merancang penilaian yang tepat untuk menilai hasil
belajar.
Permasalahan tersebut juga muncul di Sekolah yang ada di Kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan hasil observasi
dokumentasi tanggal 27 September 2018 pada 4 Sekolah Dasar Gugus Ki
Hajar Dewantara di Kecamatan Rumbia, terdapat beberapa hambatan dalam
proses penilaian hasil belajar di Sekolah. Diantaranya, instrumen tes hanya
berupa soal yang diambil dari buku, belum menarasikan suatu soal yang
medorong siswa untuk berpikir mengembangkan kecerdasannya dalam
menjawab. Instrumen penilaian belum dapat mengoptimalkan potensi
kecerdasan peserta didik dalam penguasaan konsep materi. Isi didominasi
5
dengan soal yang berorientasi pada kecerdasan logis-matematik saja. Padahal,
pada hakikatnya setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Hal itu menyebabkan peserta didik tidak mengembangkan kecerdasannya,
sehingga mereka belum mampu mengorganisasikan, mengkomunikasikan
serta mengaitkan informasi dan fakta yang ada ke berbagai pembelajaran.
Selain itu peneliti juga melakukan telaah instrumen penilaian yang digunakan
pendidik. Instrumen berupa soal-soal yang di dapatkan dengan
mengumpulkan contoh soal dari ulangan harian, ujian tengah semester, serta
soal di buku paket yang dipakai pendidik.
Idealnya tes yang dilaksanakan oleh pendidik 25% mencakup keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Standar Penilaian BAN, 2012). Sedangkan hasil dari
analisis didapatkan bahwa pemenuhan soal yang menuntun pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi di setiap SD kurang dari 10%. Sebagian besar soal
yang ada hanya mencangkup pada kemampuan mengingat, memahami, dan
penerapan. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang optimal dalam
membangun kecerdasannya, sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan
yang konkret mereka akan merasa kesulitan.
Sedangkan berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan yang dilakukan 1
Oktober 2018 pada 8 orang pendidik kelas IV di SDN 1 Binakarya Buana,
SDN 1 Bina karya Putra, dan SDN 3 Restu Buana, dan SDN 1 Restu Buana
diperoleh hasil sebagai berikut.
6
Tabel 1 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian
No Pertanyaan Tanggapan
Tanggapan
Ya
(%)
Tidak
(%) Ya Tidak
1 Pendidik menggunakan instrumen penilaian yang
dibuat sendiri sesuai materi pembelajaran 2 6 25 % 75 %
2 Pendidik mengalami kesulitan dalam proses
pembuatan instrumen penilaian. 6 2 75 % 25 %
3
Instrumen yang pendidik gunakan sudah memuat
kisi-kisi instrumen yang berlandaskan KI, KD,
Indikator, dan tujuan.
1 7 12,5 % 87,5 %
4 Pendidik membuat butir soal sesuai indikator
pembelajarannya. 2 6 75 % 25 %
5 Pendidik melakukan analisis pada setiap butir soal. 1 7 12,5 % 87,5 %
6 Instrumen yang digunakan mampu mendorong
untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik? 3 5 37,5 % 62,5 %
7
Instrumen penilaian memungkinkan peserta didik
berfikir sesuai dengan gaya belajar (audiotori,
visual, kinestetik).
1 7 12,5 % 87,5%
8 Instrumen penilaian yang dibuat memeperhatikan
kemajemukan kecerdasan dari peserta didik? 0 8 0 100%
9
Mengetahui cara membuat instrumen tes
berbasis kecerdasan majemuk untuk mengukur
pengetahuan peserta didik?
0 8 0 100%
10
Pendidik setuju bila dikembangkan instrumen
penilaian berbasis kecerdasan majemuk (multiple
intelligence) yang valid dan reliabel untuk
mengukur pengetahuan peserta didik?
8 0 100 % 0
Berdasarkan angket 75% menunjukan bahwa instrumen penilaian yang
digunakan pendidik hanya berasal dari buku siswa tanpa melihat kesesuaian
materi yang dikaitkan kontekstual peserta didik. Instrumen penilaian yang
digunakan sebagai alat evaluasi seharusnya disusun sendiri oleh pendidik
yang bersangkutan dan benar-benar dijadikan pedoman dalam evaluasi. Hasil
angket lain menunjukan 75% pendidik mengalami kesulitan dalam membuat
instrumen penilaian. Hasil angket berikutnya menunjukan 87,5% bahwa
instrumen belum memuat kisi yang berlandaskan pada KD dan indikator.
Pembuatan kisi-kisi merupakan salah satu hal terpenting yang dapat dijadikan
pedoman sebelum membuat instrumen penilaian. Menurut Mardapi (2012:
7
88) terdapat sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan
tes hasil atau prestasi belajar, yaitu: menyusun spesifikasi tes, menulis soal
tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal,
memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
Namun faktanya 100% pendidik tidak melakukan analisis butir soal setelah
melakukan penilaian, baik analisis butir soal ulangan harian, UTS maupun
UAS. Sebagian besar pendidik tidak tahu bahwa analisis butir soal berguna
untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan
distraktor. Idealnya instrumen yang digunakan dapat mendorong peserta didik
berpikir untuk mengembangkan kecerdasannya, namun 87,5% menunjukan
bahwa instrumen yang digunakan pendidik belum merujuk pada hal tersebut.
Misalnya soal yang berupa analisis evaluasi saja. Hal ini berarti kualitas soal
yang dibuat oleh pendidik masih menjadi tanda tanya sehingga pencapaian
kecerdasan majemuk pada diri peserta didik tidak diperhatikan atau sering
diabaikan. Melalui angket analisis kebutuhan, pendidik tidak mengetahui cara
mengembangkan instrumen penilaian untuk alat evaluasi yang berkaitan
dengan kemampuan auditori, visual, dan kinestetik. Padahal komponen
tersebut dapat merangsang kemampuan berpikir peserta didik untuk
menonjolkan kemajemukan kecerdasannya. Berdasarkan angket analisis
kebutuhan menyatakan bahwa 100% pendidik setuju jika dikembangkan
instrumen yang mengacu pada konsep kecerdasan majemuk (multiple
intelligence) untuk alat evaluasi hasil belajar peserta didik.
8
Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
membuat menerapkan suatu konsep penilaian yang dapat mendorong peserta
didik mengeluarkan kemampuannya dalam menjawab. Menurut Ibrahim
dalam Istianah (2013: 45) untuk membawa ke arah pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir harus berangkat dari pembelajaran dan
penilaian yang membuat peserta didik aktif. Multiple Intelligence merupakan
salah satu strategi belajar yang layak dikembangkan pada segi penilaian,
seiring dengan tuntutan pembelajaran dalam penerapan tematik terpadu
dengan kebutuhan di abad ke 21. Karakteristik dari multiple intelligence ini
juga mampu mendorong dan mengembangkan pengetahuan dan kecerdasan
peserta didik.
Multiple intelligence sangat menekankan pada pengalaman belajar peserta
didik melalui kecerdasan yang dimiliki dengan kerja secara tim atau
kelompok. Menurut penelitian yang dilakukan Gardner (2011: 15)
menyatakan bahwa setiap individu memiliki lebih dari satu kecerdasan, yang
kemudian disebut kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk adalah adanya
kecerdasan ganda atau lebih dari satu kecerdasan pada seseorang. Gardner
(2011: 98-180) bahwa multiple intelligence setiap individu terdiri dari
linguistic intelligence, music intelligence, logical-mathematical intelligence,
spatial intelligence, bodily-kinesthetic intelligence, dan interpersonal
intelligence. Artinya bahwa dengan menggunakan multiple intelligence ini
mampu mendorong seorang peserta didik mengeluarkan kemampuan berpikir
tingkat tingginya melalui proses atau tahapan dalam setiap sintaknya.
9
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu
strategi pembelajaran yang dapat mengajak peserta didik aktif menyelesaikan.
Mengkaji permasalahan tersebut, peneliti menjadi tertarik untuk memperbaiki
proses pembelajaran pada aspek penilaian melalui pengembangan instrumen
penilaian berbasis dengan strategi multiple intelligence. Hal ini didukung oleh
kajian dari Lee (2014: 96) bahwa instrumen penilaian dapat bermanfaat
dalam banyak hal termasuk prestasi akademik. Derakhshan (2015: 70-71)
yang berhasil menerapkan strategi multiple intelligence dalam kelas untuk
mengoptimalkan kemampuan belajar peserta didik. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa multiple intelligence strategy should be applied in
classes in order to boost up the students’ learning skills. Strategi multiple
intelligence tidak hanya meningkatkan kemampuan tetapi juga
mengoptimalkan kemampuan akademik peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Instrumen tes hanya berupa soal yang diambil dari buku, belum
menarasikan suatu soal yang medorong untuk berpikir mengembangkan
kecerdasannya dalam menjawab.
2. Instrumen penilaian yang digunakan pendidik tidak berkaitan dengan
model pembelajarannya.
3. Pemenuhan instrumen yang menuntun pada kemampuan berpikir tingkat
tinggi tergolong rendah.
10
4. Pendidik tidak membuat kisi-kisi instrumen soal yang berlandaskan KI,
KD, dan Indikator.
5. Pendidik tidak melakukan analisis butir soal pada segi validitas dan
reliabilitas untuk mengetahui kualitas soal.
6. Belum adanya instrumen penilaian berbasis kecerdasan majemuk (Multiple
Intelligence).
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini
hanya meneliti masalah tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian
Berbasis Multiple Intelligence Pada Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar.”
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah mengembangkan instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang memenuhi
standar kelayakan?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini
adalah “Menghasilkan produk pengembangan instrumen penilaian berbasis
multiple intelligence pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang
memenuhi standar kelayakan”.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan, sebagai
sumber evaluasi pada pembelajaran tematik khususnya kelas IV di
Sekolah Dasar, dan dapat mengkaji kelebihan serta kekurangan dari
penilaian dengan menggunakan pengembangan instrumen tersebut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian pengembangan ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak sebagai berikut.
a. Peserta didik
Memfasilitasi peserta didik dengan pilihan sumber belajar lain berupa
instrumen penilaian berbasis multiple intelligence yang dapat
mengoptimalkan kecerdasan interpersonal, linguistik, visual, musical,
dan logis-mathematis peserta didik. Memberikan pemahaman yang
lebih kuat setelah mengikuti proses belajar serta mendorong untuk
berpikir memecahkan permasalahan melalui instrumen penilaian ini.
b. Pendidik
Memotivasi Pendidik untuk lebih inovatif dalam merancang konsep
penilaian agar peserta didik mempunyai motivasi dalam mengerjakan
tes. Instrumen penilaian ini dapat menjadi panduan dan alat bantu
dalam mengoptimalkan kecerdasan interpersonal, linguistik, visual,
musical, dan logis-mathematis bagi peserta didiknya.
12
c. Sekolah
Menambah informasi tentang alat bantu/media/sumber belajar berupa
instrumen penilaian dan menjadi alternatif evaluasi yang menarik,
mudah, dan efektif dalam proses pembelajaran di kelas IV SD.
d. Peneliti Selanjutnya
Berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan melalui penelitian
Research and Development (R&D), pendekatan saintifik dan kajian
tentang kecerdasan majemuk yang menjadi dasar peserta didik dalam
mengembangkan pengetahuan pada pendidikan abad 21.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Guna mengarahkan penelitian agar dapat mencapai tujuan yang tepat,
diperlukan adanya ruang lingkup penelitian. Penentuan ruang lingkup
penelitian bertujuan untk menghindari terjadinya uraian yang menyimpang
dari pokok permasalahan yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Bidang Ilmu
Instrumen penilaian keseluruhan memuat mata pelajaran yang ada pada
Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Subtema 1 Lingkungan Tempat
Tinggalku di Kelas IV Sekolah Dasar.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan instrumen tes berbasis
multiple intelligence untuk mengukur pengetahuan peserta didik.
Instrumen asesmen yang dikembangkan adalah instrumen asesmen
kategori tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda. Standar kelayakan
13
instrumen penilaian yang dikembangkan meliputi analisis empiris,
konstruksi, bahasa, dan kesesuaian materi.
3. Lokasi Penelitian dan waktu
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Binakarya
Buana dan SD Negeri 1 Bina karya Putra dan dilaksanakan pada semester
genap tahun ajaran 2018/2019.
4. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah research and development (R&D).
H. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah produk berupa
instrumen penilaian berbasis multiple intelligence untuk peserta didik kelas
IV SD dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 2 Spesifikasi Produk Pengembangan Instrumen Penilaian
No Identifikasi
Produk Keterangan
1 Jenis Instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence
2 Bentuk Soal Pilihan Ganda
3 Aspek yang dinilai Penilaian ranah kognitif
4 Tujuan Mengukur ketercapaian Kompetensi Dasar
5 Tema 8. daerah tempat tinggalku
6 Subtema 1. lingkungan tempat tinggalku
7 Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati (mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
8 Kompetensi Dasar Pembelajaran 1 sampai pembelajaran 6
mencakup semua mata pelajaran tematik.
9 Jumlah Soal Pilihan Ganda (30 soal)
14
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Instrumen Penilaian
1. Pengertian Instrumen Penilaian
Dalam proses pendidikan, instrumen penilaian merupakan bagian yang
penting dalam mengukur hasil pembelajaran disemua bidang studi.
Berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014, instrumen penilaian
adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta
didik, misalnya: tes, dan skala sikap. Arifin (2011: 34) menjelaskan,
bahwa instrumen penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dapat berupa tes atau nontes yang mendorong peserta
didik memberikan penampilan maksimal. Sedangkan menurut Arikunto
(2005:46) instrumen penilaian disebut sebagai alat penilaian atau alat
evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi.
Menambahkan hal tersebut, Daryanto (2012:23) bahwa dalam bidang
pendidikan instrumen penilaian digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor – faktor yang diduga mempunyai hubungan atau
berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa,
keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu.
15
Selanjutnya berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
tentang standar penilaian, instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan:
1. Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2. Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Popham (1995: 3) menjelaskan bahwa, “Educational assessment is a
formal attempt to determine students status with respect to educational
variables of interest”. Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna
mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk
mendapatkan informasi tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari
para pembelajar. Anderson (2001: 11) menjelaskan dalam melaksanakan
asesmen atau proses pengumpulan informasi bertujuan guna membuat
keputusan. Sejalan dengan itu berdasarkan Permendikbud. No.23 Tahun
2016, tentang Standar Penilaian Pendidikan, Pasal 1 angka 2 menetapkan
bahwa asesmen (dalam PP disebut sebagai penilaian) adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik melalui alat atau instrumen yang telah disusun
berdasarkan standar kelayakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian
adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan penilaian atau evaluasi,
16
instrumen penilaian dapat berupa tes maupun non tes yang disusun
sedemikian rupa sesuai standar. Dalam konteks itu yang menjadikan
bahwa instrumen penilaian yang layak dan sesuai standar merupakan
bagian penting dalam mengukur pembelajaran.
2. Jenis-jenis Instrumen Penilaian
Kegiatan mengukur merupakan suatu hal yang berkaitan dengan alat atau
instrumen penilaian. Berdasarkan jenisnya terdapat bermacam-macam
instrumen penilaian yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan menilai
proses serta hasil pembelajaran. Menurut Purwanto (2009:35) Instrumen
tersebut terbagi dua jenis, yaitu; tes dan nontes. Yang termasuk kelompok
tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes
kemampuan akademik. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-
tes adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman
wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. Menurut
Undang (2017: 5) menjelaskan secara garis besar instrumen penilaian
dibagi menjadi dua yaitu tes dan nontes. Instrumen tes merujuk pada
pengetahuan yang meliputi tes tulis, lisan, dan penugasan.
Teknik penilaian atau asesmen menurut BSNP (dalam Arifin, 2009:60)
dibagi menjadi berikut, yaitu: “tes tulis, tes lisan, tes praktik atau tes
kinerja, penugasan, observasi atau pengamatan, asesmen portofolio, jurnal,
wawancara, inventori, penilaian diri, dan penilaian antarteman.” Sejalan
dengan itu menurut Pargito (2015:17) tes dibedakan menjadi 2 yaitu tes
tulis dan tes nontulis. Tes tulis adalah tes di mana soal dan jawaban yang
17
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk bahan tulisan. Sedangkan tes
nontulis merupakan teknik pengukuran yang umum digunakan dan
termasuk dalam kelompok tes verbal. Lebih lanjut Pargito, (2015:17)
menjelaskan bentuk tes tertulis yang sering dipakai dalam proses belajar
mengajar dibagi menjadi dua, yaitu: tes objektif dan tes non objektif. Tes
objektif terdiri dari bentuk soal pilihan ganda, soal dua pilihan jawaban
(benar-salah), dan soal menjodohkan. Selanjutnya tes non objektif meliputi
bentuk soal isian melengkapi, soal jawaban singkat dan soal uraian.
Menurut Harjanto (2006: 280-281) bentuk tes tertulis yang sering dipakai
dalam proses belajar mengajar dibagi menjadi dua, yaitu: tes uraian dan tes
objektif. Pada dasarnya bentuk atau tipe tes objektif antara lain: pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan, dan isian. Anwar, (2009: 31)
menjelaskan bahwa tes pilihan ganda yaitu tes yang terdiri atas satu
pernyataan soal dengan beberapa alternatif jawaban. Alternatif jawaban
yang ditawarkan, hanya satu jawaban yang benar, yang lainya pengecoh.
Tes ini juga dikatakan objektif karena opsi pilihannya hanya satu jawaban
benar, selain itu opsi yang salah.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis instrumen
penilaian meliputi bentuk tes dan nontes. Jenis instrumen yang digunakan
peneliti yaitu instrumen tes yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
meliputi tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda untuk mengukur
hasil belajar berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan dari pendidik.
18
3. Langkah-langkah Merancang Instrumen tes
Langkah dalam mengembangkan tes harus disusun sedemikian rupa
mengikuti tahapan yang runtut dan terstruktur. Puerwanti, et.al., (2008: 15-
19) mengembangkan tes sebagai instrumen penilaian proses dan hasil
belajar adalah menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu
pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap meteri berupa
seperangkat kompetensi dipersyaratkan dan dalam kenyataan di lapangan
sebagian tenaga pengajar menggunakan teknik tes sebagai upaya untuk
mengukur hasil belajar tersebut. Sedangkan langkah-langkahnya dapat
dipahami sebagai berikut:
a. Perencanaan Tes
1. Menentukan cakupan materi yang akan diukur
Langkah ini dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar
spesifikasi. Terdapat lima langkah dalam mengembangkan kisi-kisi
tes, yaitu: (1) menulis kompetensi dasar, (2) menulis materi pokok,
(3) menemukan indikator, (4) menentukan jumlah soal, dan (5)
nomor soal.
2. Menentukan Bentuk tes
Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila
didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia
untuk memerikasa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik jumlah mata pelajaran yang diujikan.
19
3. Menetapkan panjang tes
Langkah menetapkan panjang tes, meliputi beberapa waktu yang
tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan
jumlah butir tes yang akan dikembangkan.
b. Menulis butir soal
1. Menulis draft soal
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir
pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban.
2. Memantapkan validitas isi (content validity)
Validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan
kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep
dan kisi-kisi yang telah disusun, apakah semua materi telah terjabar
dalam butir soal, dan apakah soal yang telah disusun telah pula
sesuai ranah yang akan diukur.
3. Melakukan uji coba (try out)
Melakukan uji coba dapat dilakukan dengan berbagai kepentingan
diantaranya adalah untuk: (1) analisis butir soal, (2) bagaimana
rencana pelaksanaan, (3) memperhatikan penggunaan waktu
pengerjaan, (4) kejelasan format tes, (5) kejelasan petunjuk
pengisian, (6) pemahaman bahasa yang digunakan.
4. Revisi soal
Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis masalah untuk
mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang
20
komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk: (1) eliminasi butir-butir
soal yang jelek, (2) menambah butir-butir baru, (3) memperjelas
petunjuk, dan (4) memodifikasi format dan urutan.
c. Melakukan pengukuran
1. Menjaga objektivitas pelaksanaan tes
Pendidik harus menjaga objektivitas, baik dalam pengawasan,
menjaga kerahasiaan soal, dan kode etik penyelenggaraan tes yang
lain. Setelah ujian dilaksanakan langkah berikutnya adalah koreksi,
kemudian berdasarkan data hasil analisis tersebut akan diambil
keputusan dalam berbagai kepentingan.
2. Memberikan skor pada hasil tes
Untuk memberikan skor sebagai penghargaan terhadap setiap soal
yang dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor
mentah, angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab
benar oleh peserta didik.
3. Melakukan analisis hasil tes
Analisis butir soal pada tes tulis merupakan bagian penting dalam
pengembangan tes agar diperoleh soal yang bermutu. Soal yang
bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi secepat-
cepatnya tentang kemampuan peserta didik. Tujuan kegiatan analisis
adalah menelaah setiap soal agar diperoleh soal yang bermutu
sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir soal melalui
kegiatan revisi soal, dan membuang soal yang tidak efektif. Analisis
21
soal dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif mencakup validasi isi, sedangkan Anlisis kuantitatif
mencakup pengukuran validitas dan reliabilitas soal, tingkat
kesukaran, serta daya pembeda.
Selanjutnya berdasarkan langkah penyusunan tersebut, membuat butir soal
pilihan ganda menurut Mardapi (2012:119) sebagai berikut.
1. Pokok soal harus jelas
2. Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
4. Tidak ada petunjuk jawaban benar
5. Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
6. Pilihan jawaban angka diurutkan.
7. Semua pilihan jawaban logis.
8. Tidak menggunakan negatif ganda.
9. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
10. Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
11. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
Lebih lanjut menurut Harjanto (2006: 280-281) menjelaskan cara
menyusun soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:
a. Statmen harus jelas merumuskan suatu masalah.
b. Statemen dan pilihan tidak merupakan suatu kalimat yang panjang.
c. Pilihan jawaban hendaknya homogen.
d. Memasukan sebagian besar kata kata dalam bagian pokok
pertanyaan
e. Menyatakan pokok pertanyaan dengan positif.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa dalam mengembangkan
tes sebagai instrumen penilaian hasil belajar adalah menyusun seperangkat
alat ukur terhadap meteri atau kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
Langkah pokok yang dilakukan dalam mengembangkan tes pada penelitian
22
ini adalah melakukan perencanaan tes, menulis butir pertanyaan, dan
melakukan analisis tes.
4. Kualitas Instrumen Penilaian yang Baik
Kualitas suatu tes hasil belajar sangat ditentukan oleh kualitas item-item
dari instrumen yang digunakan. Instrumen yang baik memiliki kriteria
tertentu melalui suatu proses yang meliputi tahapan-tahapan sebelum
digunakan. Berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016
tentang standar penilaian, instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan: 1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan 3) penggunaan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Menurut Sanjaya ( 2008: 352-353) menjalaskan dalam menyusun kualitas
instrumen yang baik meliputi: Validitas, Reliabilitas, Objectivitas,
Praktibilitas, Ekonomis, Taraf kesukaran, Daya beda, dan Distraktor.
Sedangkan menurut Sevilla (1993: 114), kriteria instrumen yang baik
yaitu:
a. Reliabilitas
adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh
instrumen pengukuran. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan
stabilitas suatu skor dari suatu instrumen pengukur.
b. Validitas
Adalah ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya
yang diukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki
kemampuan mengukur apa yang seharusnya diukur.
c. Sensitivitas
Adalah sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan
diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. (biasanya
terpenuhi bila derajat validitas dan reliabilitas instrumen tinggi)
d. Obyektivitas
23
Adalah derajat pengukuran instrumen bebas dari pendapat penilaian
subyektif, bebas dari bias, dan perasaan orang-orang yang
menggunakan tes.
e. Fisibilitas
Berkaitan dengan aspek-aspek ketrampilan, penggunaan sumberdaya,
dan waktu.
5. Prinsip-prinsip Penilaian
Penilaian berperan penting dalam menentukan kualitas pendidikan,
sehingga dalam merencanakan dan melaksanakan menggunakan instrumen
sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dari penilaian sebagai dasar.
Menurut Sudjana (2012:8) beberapa prinsip dalam penilaian sebagai
berikut.
a. Penilaian dirancang sedemikian rupa agar jelas abilitas yang harus
dinilai, baik materi penilaian, alat penilaian dan interpretrasi hasil
penilaian yang berpatokan pada kurikulum.
b. Penilaian menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar.
Penilaian selalu menjadi salah satu bagian dari proses belajar
mengajar
c. Untuk mendapatkan hasil penilaian objektif harus menggunakan
berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif sehingga segi yang
dinilai tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik.
d. Penilaian hendaknya diikuti dengan tindak lanjut, menjadi bahan
untuk menyempurnakan program pengajaran dan memperbaiki
kelemahan-kelemahan pengajaran.
Sedangkan Menurut Kunandar (2013: 51) penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporanya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
24
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik prosedur
dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip penilaian sebagai berikut:
a. Terencana, berarti harus memiliki susunan penilaian dari mulai rencana
evaluasi sampai alat evaluasi untuk kemajuan peserta didik.
b. Jelas dan adil secara objektif, artinya sesuai dengan keadaan yang ada
tidak dipengaruhi faktor lain.
c. Penilaian harus bersifat efektif dan sistematis dari semua sisi aspek.
d. Memiliki pedoman yang menjadi dasar sebagai bahan
pertanggungjawaban dalam menilai.
e. Terpadu, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
B. Multiple Intelligence
a. Pengertian Multiple Intelligence
Konsep kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) berawal dari karya
Howard Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan
atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif
manusia (Human Cognitif Capacities). Gardner (1993: 36) mendefinisikan
multiple intelligence sebagai strategi yang mempunyai komponen utama
yakni, kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan nyata sehari-hari; kemampuan untuk menghasilkan persoalan-
persoalan baru yang dihadapi untuk diselesaikan; dan kemampuan untuk
25
menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
penghargaan dalam budaya seseorang. Menurut Amstrong (dalam Said,
2015: 31) multiple intelligence adalah suatu cara mengakses informasi
melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta
didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan
bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Baum
(2005: 10) menjelaskan multiple Intelligences as the ability to solve
problems or to create products that are valued within one or more cultural
settings.
Melalui strategi multiple intelligence peserta didik mampu memecahkan
masalah-masalah dengan cara menakjubkan. Hal ini sesuai penjelasan
Campbell (2000: 3) bahwa Multiple Intelligences theory positively
influences teacher beliefs—beliefs about intelligences, instruction, and
student achievement. Multiple intelligence mempunyai metode discovering
ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini
meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki jenis kecerdasan tertentu.
Teori kecerdasan ini disebut dengan kecerdasan majemuk atau multiple
intelligences. Hoerr (2000: 1) menjelaskan bahwa the theory of multiple
intelligences (MI) brings a schools and classrooms become settings in
which a variety of skills and abilities can be used to learn and solve
problems. Pengakuan terhadap kemampuan peserta didik yang beragam
adalah inti dari teori multiple intelligences.
Feldam (dalam Uno 2008: 59) mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan
26
sumber-sumber secara efektif saat dihadapkan dengan tantangan.
Sementara itu, William Stern (dalam Thobroni & Mustofa, 2012: 235)
mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai
dengan tujuannya. Yalmanci (2013: 33) menjelaskan bahwa ketika
menggunakan beberapa strategi kecerdasan dalam belajar maka siswa akan
lebih berhasil di bidang akademik. Lebih lanjut Yalmanci menjelaskan
bahwa kecerdasan ganda yang dapat mendukung individualitas siswa, dan
dengan melakukan itu dapat membuat pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Multiple Intelligence Research adalah instrumen riset
yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan
seseorang. Multiple intelligences merupakan sebuah penilaian yang
melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan
kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Strategi ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia
mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda kongkret maupun hal-hal
yang absrtak. Sementara itu menurut Gardner (dalam Chatib, 2013: 132)
kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun
dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal. Pertama,
kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving).
Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya
nilai budaya (creativity). Lebih lanjut Gardner (dalam Chatib, 2009: 102)
menyatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis.
27
Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan, yaitu
perilaku yang diulang-ulang.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa multiple intelligence ini merupakan suatu cara yang mendorong dan
untuk melakukan proses pembelajaran melalui jalur kecerdasan yang ada
pada masing-masing peserta didik dalam memudahkan penerimaan suatu
pengetahuan dan informasi. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang
dalam memecahkan masalah atau persoalan dalam kehidupan nyata.
Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan, dan
pembiasaan melalui konsep yang telah didapatkan.
b. Jenis-jenis Multiple Intelligence
Konsep Multiple Intelligence berawal dari kajian psikologi yang
menyebutkan ada tujuh keceradasan yang termasuk kecerdasan majemuk
dan selanjutnya diterapkan dalam pendidikan. Ketujuh kecerdasan yang
diidentifikasi oleh Gardner (2011: 1) adalah sebagai berikut.
Linguistic intelligence (berkaitan dengan bahasa), music intelligence
(berkaitan dengan musik, irama, dan bunyi), logicalmathematical
intelligence (berkaitan dengan nalar logika dan matematika), spatial
intelligence (berkaitan dengan ruang dan gambar), bodily-kinaesthetic
intelligence (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), interpersonal
intelligence (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial) dan
intrapersonal intelligence (berkaitan dengan hal-hal yang sangat
mempribadi).
Menambahkan satu kecerdasan dari yang dijelaskan Gardner, Chatib
(2016:136-137) mengidentifikasi kecerdasan majemuk (multiple
intelligence) menjadi delapan antara lain:
28
1. Kecerdasan linguistik meliputi kemampuan membaca, menulis,
berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat.
2. Kecerdasan Matematis-logis meliputi kemampuan berhitung,
bernalar dan berfikir logis, memecahkan masalah.
3. Kecerdasan visual-spasial meliputi kemampuan menggambar,
memotret, membuat patung, mendesain.
4. Kecerdasan musik meliputi kemampuan mencipta lagu,
membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat
musik.
5. Kecerdasan kinestetis meliputi kemampuan gerak motorik dan
keseimbangan.
6. Interpersonal meliputi kemampuan bergaul dengan orang lain,
memimpin, kepekaan sosial tinggi, bekerjasama, empati tinggi.
7. Intrapersonal meliputi kemampuan mengenali diri secara
mendalam, motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai-nilai.
8. Kecerdasan naturalis meliputi kemampuan meneliti gejala-gejala
alam, mengklarifikasi, mengidentifikasi.
Sejalan dengan itu, Amstrong (dalam Derakhsan, 2015: 64) menjelaskan
kemampuan yang lazimnya dimiliki peserta didik berdasarkan delapan
jenis kecerdasan majemuk (multiple intelligence) sebagai berikut.
1) Linguistics: The capacity of using a word effectively whether orally
or in writing. This intelligences includes the ability to manipulate
the syntax or structure of a language, the semantic or meaning of a
language, and the pragmatic use of a language.
2) Logical-Mathematical: The capacity of using numbers effectively.
This intelligences includes sensitivity to logic patterns and
relationship.
3) Spatial: The ability to perceive the visual-spatial word accurately.
This intelligences involves sensitive to color, line, shape, form,
space, and the relationship that exist between these elements.
4) Bodily -Kinesthetic: Expertise in using one’s whole body to express
idea and feeling and facility in using one’s hands to produce or
transform things.
5) Musical: The capacity to perceive, transform, and express musical
forms.
6) Interpersonal: The ability to perceive and make distinctions in the
moods, intentions, motivations, and feeling of other people.
7) Intrapersonal: self-knowledge and the ability to act adaptively on
the basic of that knowledge .This intelligences includes having an
accurate picture of oneself, awareness of inner mood, intentions,
motivations, temperament, and desires.
8) Naturalist: Recognize and classify of the numerous species of an
individual’s environment.
29
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
multiple intelligence pada awalnya terdiri dari tujuh kecerdasan yaitu
kecerdasan linguistik, matematis, spasial, musikal, kinestetik,
interpersonal, dan intrapersonal. Kemudian multiple intelligences
berkembang dengan bertambahnya kecerdasan yaitu kecerdasan naturalis.
Kecerdasan yang diimplementasikan dalam instrumen penilaian berbasis
multiple intelligences ini mengambil pada lima dimensi kecerdasan yaitu
kecerdasan linguistik, visual spasial, logis-matematis, musical, dan
interpersonal. Hal tersebut didasarkan kepada kesesuaian muatan dalam
KD dan dimensi multiple intelligence yang akan menjadi acuan dalam
pembuatan instrumen. Kelima dimensi kecerdasan tersebut dapat saling
keterkaitan dalam menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian tes
berbasis multiple intelligences.
c. Manfaat Multiple Intelligence
Strategi belajar yang diimplementasikan selalu memiliki tujuan untuk
membuat pembaruan dalam proses belajar. Tujuan lain yaitu untuk
meliahat output dari pembelajaran dalam hal pengetahuan dan
keterampilannya. Menurut Derakhshan (2015: 70-71) menyebutkan bahwa
strategi multiple intelligence harus diterapkan di kelas untuk meningkatkan
keterampilan belajar peserta didik. Keteramplian yang dimaksud berupa
keaktifan dalam melakukan sesuatu ataupun berpikir secara kritis, logis,
dan kreatif. Lebih lanjut Darkhsan menjelaskan (2015: 66) penerapan
strategi multiple intelligence dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pendidikan “applying multiple intelligences can be increase the
30
proficiency level of the students would probably satisfy the goal of the
study”.
Menurut Baum (2005: 23) Strategi multiple intelligence pada intinya
memiliki tujuan sebagai berikut.
(1) berbicara dalam menggunakan kecerdasan linguistik, (2) berpikir
logis dan menggunakan angka dalam rangka mengembangkan
kecerdasan logis-matematis, (3) mendapat informasi dari gambar
dalam mengembangkan kecerdasan visual, (4) mengarang lagu dan
menggunakan musik dalam menerima informasi untuk
mengembangkan kecerdasan musikal, (5) berakting dan pengalaman
fisik lainnya dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik tubuh
mereka, (6) mengadakan refleksi diri dan pengalaman sosial dalam
rangka mengembangkan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal
peserta didik. Serta dengan mengadakan kegiatan-kegiatan lainnya
yang dapat mengembangkan ragam kecerdasan yang dimiliki peserta
didik, pada saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
pembelajaran dengan multiple intelligence antara lain untuk melatih
sekaligus mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
setiap peserta didik. Karena seperti hasil penelitian Gardner bahwa
kecerdasan masing-masing individu berbeda-beda. Untuk itu peran
seorang guru harus optimal sebagai fasilitator dalam mengoptimalkan
kecerdasan pada diri peserta didik.
d. Langkah pembelajaran Multiple Intelligence
Multiple intelligences pada dasarnya suatu strategi belajar yang diciptakan
untuk membuat pembelajaran lebih bermakna melalui pengoptimalan
tingkat kecerdasan masing-masing individu. Terdapat tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan multiple intelligence. Menurut Chatib (2016: 135)
langkah-langkah strategi multiple intelligence meliputi (1) komponen inti,
31
(2) stimulus, (3) kompetensi, dan (4) kondisi akhir terbaik. Setiap peserta
didik memiliki komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul
dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya
stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi.
Apabila kompetensi itu terus-menerus dilatih dalam jenjang pencapaian
yang tepat, maka dari kompetensi akan muncul kondisi akhir terbaik yang
sering disebut hasil belajar.
Tahapan-tahapan dalam penerapan strategi multiple intelligence menurut
Richards (2011: 118) terdiri dari 4 tahapan yaitu (1) Tahap membangkit-
kan intelligence, (2) tahap memperkuat intelligence, (3) tahap mengajar
dengan intelligence, dan (4) tahap merefleksikan intelligence peserta didik.
Sedangkan menurut Amstrong (2009: 65-67) memaparkan cara membuat
lesson plan dalam multiple intelligence sebagai berikut.
1) Fokus pada materi yang menjadi pokok pencapaian.
2) Menentukan aktivitas yang dapat dikembangkan berdasarkan topik
materi.
3) Gunakan berbagai metode dan tentukan pula berbagai alternatif
kegiatan yang mendukung.
4) Manfaatkan kegiatan brainstorm.
5) Pilih aktivitas yang diprioritaskan untuk dikemas menarik.
6) Refleksi sesuai lessonplan dengan melibatkan peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan berupa
langkah-langkah strategi multiple intelligence yang terintegrasi menurut
Amstrong (2009: 65-67) yaitu (1) fokus materi dan membuat rencana
pembelajaran (2) melakukan aktivitas dan stimulus (3) menerapkan
metode sesuai materi yang kontekstual (4) mendorong kegiatan yang
32
bersifat brainstrom (5) membuat pembelajaran menarik dan aktif (6)
libatkan peserta didik dalam refleksi dan melakukan penilaian.
C. Tematik Terpadu
a. Pengertian Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu yang diterapkan di SD dalam kurikulum
2013 berlandaskan pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan,
bahwa “Sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, maka
prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju
pembelajaran terpadu”. Lebih lanjut Kemendikbud (2013: 187)
menerangkan pembelajaran tematik terpadu, yang sering juga disebut
sebagai pembelajaran tematik terpadu terintegrasi dikonseptualisasikan
tahun 1970-an. Sedangkan menurut Trianto (2012: 78) pembelajaran
tematik terpadu merupakan suatu pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Menurut Mulyasa (2013: 170)
pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada
tingkat pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan
tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.
Sejalan dengan itu Sofyan dkk. (2016:262) menjelaskan “The integrated
thematic approach is an integrated learning model using a theme to
correlates some subjects in order to give meaningful experience to the
students”. Adapun menurut Sukandi, dkk (2001: 3), pembelajaran tematik
terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan
33
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan
demikian, pelaksanaan kegiatan belajar dengan cara ini dapat dilakukan
dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran
tematik tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran
dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau
beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, tema dan masalah yang dihadapi.
b. Karakteristik Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih
efektif. Menurut Trianto (2012: 91) pembelajaran tematik terpadu
memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut.
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik.
c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik.
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya.
34
f. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Sedangkan menurut Kemendikbud (2013: 26) pembelajaran tematik
terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
a. Berpusat pada anak
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam
satu pemahaman dalam kegiatan)
d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan
lainnya)
e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran)
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam
pembelajaran tematik terpadu adalah berpusat pada peserta didik,
memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel,
dan kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhannya.
c. Pendekatan Saintifik Pada Tematik Terpadu
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Agustin (2014: 91) pendekatan pembelajaran dijelaskan sebagai berikut.
Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang guru terhadap
proses pembelajaran secara umum berdasarkan teori tertentu, yang
mendasari pemilihan strategi dan metode pembelajaran. Dikenal dua
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered) di mana guru bertindak sebagai
sumber belajar bagi peserta didik dan dikenal juga pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered).
35
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Kemendikbud (2014: 3) tentang
salinan standar proses pendidikan dasar dan menengah yang menjelaskan
bahwa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah
pendekatan saintifik yang terdiri dari aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Permendikbud No. 103 tahun
2014 tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan
langkah pembelajaran pendekatan Saintifik pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3 langkah pendekatan saintifik
Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Mengamati (observing)
Mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat, menonton,
dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
Menanya (questioning)
Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya
jawab, berdiskusi tentang informasi yang
belum dipahami, informasi tambahan yang
ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan
informasi/mencoba
(experimenting)
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks, mengumpulkan data dari
narasumber melalui angket, wawancara, dan
memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan.
Menalar/mengasosiasi
(associating)
Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, mengasosiasi, atau
menghubungkan fenomena/ informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola,
dan menyimpulkan.
Mengomunikasikan
(communicating)
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik; menyusun laporan
tertulis; dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Sumber: Kemendikbud (2014: 5-6)
Menurut Prihadi (2014: 2) pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
secara aktif memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui
36
langkah-langkah mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan
data, menganalisis data dan menarik kesimpulan, serta mengomunikasikan
hasil analisis data. Lebih lanjut dilihat sebagai berikut.
1. Mengamati
Mengamati merupakan landasan untuk melakukan kegiatan menanya
atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Mengamati pada dasarnya
melakukan identifikasi hal-hal yang penting terkait dengan materi
pengetahuan yang harus dipelajari, yaitu menemukan unsur-unsur atau
aspek-aspek pengetahuan tersebut.
2. Menanya
Melalui membaca sekilas uraian materi dan melakukan pengamatan
berdasarkan sumber belajar lainnya, peserta didik selanjutnya dapat
mengembangkan sejumlah pertanyaan sebagai langkah awal bagian inti
pembelajaran.
3. Mencoba
Mencoba dapat berupa aktivitas mengumpulkan data atau informasi.
Kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan guru dengan memberikan
acuan kepada peserta didik pengetahuan tentang metode pengumpulan
data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.
4. Menalar
Menalar dapat berupa aktivitas menganalisis data atau informasi.
Menganalisis data pada dasarnya kegiatan untuk menindaklanjuti data
yang diperoleh dengan cara memilah-milah dan mengkatagorikannya
sesuai dengan aspek-aspek yang tercakup dalam pertanyaanpertanyaan
yang diajukan.
5. Menyaji
Menyaji atau mengomunikasikan dengan cara peserta didik secara
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan
ditanggapi oleh kelompok yang lain. Sebaiknya setiap anggota
kelompok berkesempatan untuk terlibat dalam presentasi ini.
6. Mencipta
Kegiatan mencipta untuk suatu mata pelajaran dapat berupa benda yang
merupakan penerapan pengetahuan yang telah dipelajari oleh peserta
didik, misalnya berupa karya teknologi, prakarya, atau karya seni rupa.
Namun karya ciptaan dapat juga berupa karya tulis baik yang berupa
karya ilmiah maupun karya sastra.
Upaya untuk memperkuat implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan
tematik terpadu maka perlu diterapkan pembelajaran yang mampu untuk
mengembangkan pola pikir peserta didik dari hal yang bersifat konkret.
Dalam mengembangkan tersebut didukung oleh suatu strategi belajar yang
37
dapat mendorong peserta didik mengeluarkan kecerdasan masing-masing
individu. Berdasarkan keterangan di atas, maka strategi belajar multiple
intelligence merupakan salah satu metode pembelajaran yang layak
dikembangkan seiring dengan tuntutan pembelajaran dalam penerapan
tematik terpadu dengan pendekatan saintifik. Hal ini selaras dengan
karakteristik multiple intelligence sebagai suatu metode pembelajaran
konstruktivistik berorientasi student centered learning yang mampu
menumbuhkan jiwa kolaboratif, mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, meningkatkan pemahaman akan makna, meningkatkan
kemandirian, pemecahan masalah, dan membangun teamwork.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Derakhshan,et al. (2015: 63-71).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh positif terhadap motivasi
dan aktivitas berpikir peserta didik yang menerapkan teori multiple
intelligence. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya hubungan
antara multiple intelligences (MI) dengan Learning English as a Foreign
Language (LEFL), dan Teaching English as a Foreign Language
(TEFL).
2. Penelitian yang dilakukan Richards (2016: 90-96) mengenai penerapan
multiple intelligence pada pembelajaran dasar. Peserta didik mampu
menggunakan gaya belajarnya yang berbeda dalam kurikulum berbasis
multiple intelligence dengan memuaskan. Hasil penelitiannya adalah
38
adanya peningkatan kekuatan dan kecintaan peserta didik terhadap teori
multiple intelligence.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yalmanci, et al. (2013: 27) mengenai
pengaruh teori pembelajaran berbasis multiple intelligence terhadap
prestasi dan retensi peserta didik pada ilmu pengetahuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis multiple intelligence
berpengaruh positif dan signifikan pada prestasi dan retansi peserta didik
terhadap ilmu pengetahuan tentang materi enzim dibandingkan
menggunakan metode konvensional.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nindi Mediartika dan Nurfina Aznam
(2016) Pengoptimalan kecerdasan majemuk atau multi kecerdasan
dianggap mampu membantu proses pengajaran. Hal ini dibuktikan
penelitian tersebut dihasilkan sebuah instrumen portofolio berbasis
multiple intelligence yang layak untuk digunakan dalam pembelajaran
dan menunjukkan adanya peningkatan berpikir kritis saat siswa
memberikan jawabannya dengan menggunakan portofolio yang
mengoptimalkan multi kecerdasan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Gangadevi & Ravi (2014: 619) tentang
kurikulum berbasis multiple intelligence yang mampu meningkatkan
pendidikan eksklusif untuk mengoptimalkan potensi peserta didik.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ahvan, et al. (2016: 141) dengan hasil
penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
multiple intelligence terhadap peningkatan kinerja akademik.
39
7. Penelitian yang dilakukan oleh Lunenburg (2014: 1-14) tentang
mengaplikasikan Multiple Intelligence di kelas adalah sebuah inovasi
pada perencanaan mengajar. Kajian ini membahas tentang bagaimana
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan
Multiple Intelligence dalam pembelajaran di kelas.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Samsudin, et al. (2015: 53-59) dengan
hasil penelitian yaitu terdapat hubungan yang menunjukkan bahwa
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) memiliki hubungan yang
signifikan dengan pembelajaran sains. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 300 peserta didik kelas 6 SD.
9. Sugiarti, I Kaniawati and L Aviyanti (2017) Development of Assessment
Instrument of Critical Thinking in Physics at Senior High School dalam
Journal of Physics: Conference Series.. Penelitian ini tentang
karakteristik instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis berbasis
open-ended. Instrumen tersebut memenuhi beberapa indikator berupa
analisis argumen, berpikir deduksi, berpikir induksi, dan tampilan
informasi dalam bentuk skenario, teks, grafik dan tabel.
10. Pratiwin,Umi., dan Eka Farida Fasha (2015) tentang Pengembangan
Instrumen Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum 2013 Terhadap Sikap
Disiplin dalam Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (Vol. 1, No. 1,
November 2015, Hal. 123-142). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa HOTS di sini sebagai variabel independen dan sikap
disiplin sebagai variabel dependen. Proses pengembangan instrumen
penilaian HOTS dan sikap disiplin masing-masing terdiri dari 12
40
indikator Instrumen penilaian dikatakan efektif/berhasil, karena mencapai
kesuksesan instrumen penilaian dengan skor HOTS 73,3% dan sikap
disiplin 90% dari skor total.
11. Wahyudi, Sri (2014) pengembangan Instrumen Penilaian Tematik Kelas
IV SD Berbasis Multiple Intelligence. Berdasarkan hasil penelitian ini
mendapat predikat sangat baik, yang berdasarkan dari validasi ahli yang
rata-rata memperoleh skor 4,94 dengan kategori sangat baik.
12. Smith (2014) membuktikan bahwa validitas dan reliabilitas penilaian
diperlukan untuk akreditasi yang valid oleh perguruan tinggi dari praktisi
di bidang apapun. Kejelasan tentang tujuan pembelajaran yang dinilai
perlu untuk pembangunan protokol penilaian yang valid dan dapat
diandalkan. Jadi langkah pertama dalam penilaian yang valid dan dapat
diandalkan hasil belajar kerja-terintegrasi adalah kejelasan dalam
artikulasi tujuan pembelajaran kurikulum WIL.
13. Penelitian Lissa (2012: 27) tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis instrumen penilaian di sekolah, mengembangkan instrumen
penilaian untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan
menguji efektivitas serta kepraktisan instrumen. Jenis penelitian ini
adalah Research and development. Prosedur pengembangan produk
melalui tahap penelitian pendahuluan dan pengembangan. Pada tahap
pendahuluan terbagi menjadi dua, yaitu studi lapangan dan studi literatur.
Tahap pengembangan, yaitu 1) menyusun jenis instrumen, 2) validasi ke
pakar, 3) ujicoba skala terbatas dan 4) ujicoba skala luas.
41
14. Rosidin, Undang., Merta Dhewa Kusuma, Abdurrahman, Agus Suyatna
2017 tentang The Development of Higher Order Thinking Skill (Hots)
Instrument Assessment In Physics Study dalam IOSR Journal of Research
& Method in Education (IOSR-JRME) Volume 7, Issue 1 Ver. V (Jan.
Feb. 2017), PP 26-3. Penelitian ini mengembangan instrumen penilaian
berbasis HOTS. Intrumen penilaian disini berupa tes dalam bentuk soal
pilihan ganda dan uraian.
15. Bentri, Alwen., Abna Hidayati, Ulfia Rahmi (2016) tentang The Problem
Analysis in Applying Instrument ofAuthentic Assessment in 2013
Curriculum dalam International Journal of Science and Research
(IJSR)10 Oktober 2016 (Volume 5, Halaman 1008-1012). Berdasarkan
hasil penelitian tersebut guru kurang optimal terhadap aspek afektif
sesuai dengan indikator. Penilaian aspek kognitif dalam kategori baik.
Para guru telah melakukan berbagai macam penilaian terutama tes esai
dan tes lisan. Penilaian aspek psikomotorik untuk menilai proses tersebut
masih kurang optimal sehingga perlu diintensifkan.
Penelitian yang relevan di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan ini yaitu pada penerapan multiple intelligence, penggunaan bahan
ajar berupa instrumen penilaian. Perbedaanya terletak pada subjek penelitian
yang berbeda-beda tingkatan, materi dan bidang kajian penelitian.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Pendidikan abad 21 mengharuskan siswa mengolah informasi yang mereka
pelajari melalui kegiatan menganalisis, menilai, dan mengkreasi. Siswa harus
42
mampu menggunakan informasi yang diperoleh untuk menciptakan sesuatu
yang baru, mampu membuat pendapat yang masuk akal, mengomunikasikan
pengetahuan yang diperoleh, dan bekerjasama dengan siswa lain untuk
membangun kemampuan yang lebih optimal. Mengaplikasikan multiple
intelligence di kelas adalah sebuah inovasi pada perencanaan mengajar.
Perencanaan mengajar berdasarkan multiple intelligence penerapannya
dibutuhkan alat pembelajaran yang mampu mengakomodasi kemampuan
peserta didik yang beragam. Penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan hendaknya berfokus pada bagaimana mengungkapkan
kemampuan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, peneliti merasa
penting untuk mengembangkan instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence.
Instrumen penilaian dipilih agar soal-soal yang diberikan membuat peserta
didik merasa tertantang untuk memecahkan setiap soal sehingga dapat
berkesan di memori peserta didik. Instrumen penilaian yang dikembangkan
berupa tes pilihan ganda. Tes ini mampu mengukur semua ranah kognitif.
Kualitas soal dilihat dari anallisis tingkat kevalidan, reliabel, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan distaktor. Setelah instrumen penilaian disusun,
maka perlu adanya uji coba tes agar tes yang tidak valid, mempunyai daya
pembeda yang jelek, dan tingkat kesukaran yang mudah dapat diperbaiki atau
dapat diganti.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digambarkan dalam
kerangka pikir yang berfungsi melihat alur pikiran secara cepat dan mudah.
43
Kerangka berpikir pengembangan tes akan disajikan pada Gambar 1
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Process
Input
1. Analisis kebutuhan pada penelitian pendahuluan
2. Identifikasi permasalahan berdasarkan analisis kebutuhan
a. Instrumen tes hanya berupa soal yang diambil dari buku
b. Instrumen penilaian tidak berkaitan dengan model
c. Pemenuhan instrumen yang menuntun pada kemampuan berpikir
tingkat tinggi tergolong rendah
d. Guru tidak membuat kisi-kisi dan analisis instrumen soal
e. Belum adanya instrumen penilaian berbasis Multiple Intelligences
a. Menentukan tujuan penilaian
b. Menentukan KD yang sesuai multiple
intelligences
c. Penyusunan kisi-kisi soal
d. Penyusunan instrumen soal
Validasi Teoritik
Ahli Materi, Konstruksi,
Bahasa
Validasi Empirik: Validitas,
Reliabilitas, Daya Pembeda,
Tingkat Kesukaran, Efektivitas
Distraktor
Output
Produk Instrumen Penilaian Berbasis Multiple
Intelligences Pada Peserta Didik Kelas IV Sekolah
Dasar yang Memenuhi Standar Kelayakan
Pelaksanaan
Kisi-kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian (protoype)
Uji Coba Lapangan
(Revisi) Penyempurnaan Produk
44
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir penelitian di
atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hipotesis : Terwujudnya instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang
memenuhi standar kelayakan.
45
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Sugiyono (2013: 407)
menjelaskan R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Jenis
penelitian R&D yang digunakan dalam penelitian ini adalah model desain
Borg dan Gall (1983: 781) yang terdiri atas 10 langkah sebagai berikut.
(1) Research and information collecting; (2) Planning; (3) Develop
preliminary from product (Includes preparation of instructional
materials, procedures, and evaluation instrumens);(4) Preliminary field
testing (Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 to 12 subject); (5)
Main product revision (Revision of product as suggested by the
preliminary field-test result); (6) Main field testing (Conducted in 5 to
15 schools with 30 to 100 subject); (7) Operating product revision
(Revision of product as suggested by the preliminary field-test result);
(8) Operasional field testing (Conducted in 10 to 30 schools involving
40 to 200 subject);(9) Final product revision (Revision of product as
suggested by the preliminary field-test result); (10) Dessimination and
implementation (Borg and Gall, 1983:781). Langkah-langkah R&D
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2 Model Desain Borg dan Gall (1983: 781)
Pengumpulan
informasi awal
Uji coba produk
operasional
Revisi produk
utama
Uji coba
produk utama
Revisi produk
awal
Perencanaan Pengembangan
produk
Uji coba
produk awal
Revisi produk
final Desiminasi
46
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa instrumen
penilaian yang diterapkan pada pembelajaran tematik di kelas IV SD.
Langkah-langkah penelitian R&D yang digunakan dalam penelitian ini
diselesaikan pada tahap tujuh, yaitu melakukan revisi produk utama
berdasarkan hasil uji coba utama. Hal ini dikarenakan langkah delapan dan
selanjutnya harus dilakukan dengan skala besar, desiminasi produk harus
dilakukan setelah melalui quality control sebelum dapat diterbitkan. Langkah
delapan sampai sepuluh memerlukan waktu yang lebih lama sedangkan
penyelesaian tesis ini dibatasi oleh waktu.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan berdasarkan model Borg & Gall (1983: 781) dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Research and Information Collecting (melakukan penelitian dan
pengumpulan informasi)
Penelitian dan pengumpulan data yang meliputi: mengumpulkan sumber
rujukan/kajian pustaka, observasi/pengamatan kelas, dan identifikasi
permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran dan merangkum
permasalahan. Informasi awal juga diperlukan untuk menyokong
pembuatan angket yang akan dikembangkan. Pada tahap ini peneliti
melakukan observasi, mengumpulkan dokumen hasil belajar, dan
penyebaran angket kebutuhan pada tiga sekolah yaitu SDN 1 Binakarya
Buana, SDN 1 Bina Karya Putra, dan SDN 3 Restu Buana dengan sasaran
47
guru kelas IV. Setelah itu peneliti melakukan kajian pustaka untuk
menemukan rujukan yang mendukung informasi yang ada.
2. Planning (melakukan perencanaan)
Melakukan perencanaan yang meliputi identifikasi dan definisi kondisi
awal, penetapan tujuan, dan penentuan urutan penyusunan produk.
Kegiatan ini meliputi:
a. menetapakan tujuan dan hasil belajar dari instrumen penilaian.
b. menentukan KD yang mengungkap berpikir tingkat tinggi
c. pemetaan KD dari KI-3 berupa aspek pengetahuan (kognitif)
berdasarkan tema sesuai dengan pembelajaran yaitu tema Daerah
Tempat Tinggalku subtema Lingkungan Tempat Tinggalku kelas IV.
d. membuat indikator instrumen penilaian berdasarkan KD yang hendak
dicapai meliputi indikator dari tingkatan aspek kognitif.
e. Menyusun kisi-kisi instrumen penilaian yang terdiri dari materi,
tingkatan kognitif yang dibutuhkan, dan indikator soal yang akan
digunakan.
3. Develop Preliminary Form of Product (Pengembangan awal produk)
Mengembangkan produk dari penelitian berupa instrumen penilaian. Hasil
dari desain produk ini adalah sebuah prototype instrumen penilaian.
Pengembangan dasain produk awal, yaitu peneliti merancang instrumen
penilaian berbasis multiple intelligences dengan mengacu pada kisi-kisi
yang telah disusun. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
instrumen penilaian berbasis multiple intelligences. Selanjutnya peneliti
melakukan validasi produk dengan ahli dan praktisi untuk melihat
48
kelayakan instrumen secara teoritis. Produk awal yang divalidasi
mencakup 3 aspek, yaitu aspek materi, evaluasi, dan bahasa. Validasi
dilakukan oleh para ahli atau pakar. Ketiga ahli tersebut melakukan
validasi desain produk terutama dalam penyusunan evaluasi, materi, dan
bahasa pada soal pilihan ganda. Penilaian para pakar dimaksudkan untuk
mendapatkan penilaian serta masukan berupa saran dan kritik terhadap
instrumen penilaian yang dibuat peneliti.
4. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal)
Uji coba awal ini merupakan tahapan dalam menguji kelayakan produk
secara empirik. Validasi empirik yaitu melakukan uji coba satu lawan satu,
uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelas yang dilakukan kepada peseta
didik. Hasil tersebut kemudian diuraikan sebagai berikut.
a. Uji Kelompok Kecil dan Revisi
Setelah validasi ahli, lalu dilakukan revisi produk. Langkah selanjutnya
adalah uji coba kelompok kecil. Uji coba kelompok kecil bertujuan
untuk mengetahui kelayakan secara empirik dari instrumen yang
dikembangkan. Uji kelompok kecil ini melibatkan 6 peserta didik kelas
IV di SDN 3 Restu Buana.
b. Uji Coba Kelas dan Revisi
Uji ini melibatkan 18 peserta didik kelas IV di SDN 3 Restu Buana . Uji
coba kelas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen penilaian
yang dikembangkan dikatakan layak secara empiris melalui uji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda,dan efektivitas
49
distraktor yang selanjutnya akan dibuat analisis serta kesimpulan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data.
5. Main product revision (Melakukan revisi produk utama)
Setelah melakukan uji coba awal dengan melakukan revisi terhadap
produk utama, berdasarkan saran dari validator dan analisis butir soal
ditemukan beberapa kesalahan ataupun kekurangan, maka langkah
selanjutnya adalah merevisi produk tersebut. Hasil tersebut digunakan
untuk perbaikan butir soal yang akan dikembangkan. Butir soal yang telah
diperbaiki selanjutnya dibuat menjadi instrumen tes berupa soal pilihan
jamak yang akan diujicobakan pada kelas utama.
6. Main Field Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama)
Melakukan uji coba lapangan utama saat produk sudah dilakukan revisi
sebelumnya. Uji coba dilaksanakan pada kelompok eksperimen yaitu kelas
IV A SDN 1 Binakarya Buana dan SDN 1 Bina karya Putra dengan satu
kali pengujian. Tahap ini dilakukan untuk menguji produk instrumen
penilaian berbasis multiple intelligence pada aspek kelayakan empiris.
7. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional)
Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan hasil uji coba
lapangan utama, saran dan masukan yang diberikan validator dan praktisi
terkait produk yang dikembangkan. Jika instrumen yang telah diketahui
tidak sesuai dengan standar soal yang baik maka dilakukanlah perbaikan
pada produk tersebut.
50
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Pelaksanaan studi pendahuluan dan uji coba perangkat instrumen penilaian
dilakukan di SD Gugus Ki Hajar Dewantara, sedangkan proses
pengembangan perangkat pembalajaran dilakukan di kampus Universitas
Lampung. Subjek penelitian adalah instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence, sedangkan subjek uji coba produk adalah peserta didik kelas IV
SDN 1 Binakarya Buana dan SDN 1 Bina Karya Putra.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subyek dalam penelitian. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD di Kecamatan
Rumbia Gugus Ki Hajar Dewantara.
Tabel 4. Data Peserta Didik Kelas IV SD di Kecamatan Rumbia
No Nama Sekolah Jumlah
Rombel
Rombel Jumlah
1 2
1 SDN 1 Binakarya Buana 2 20 18 38
2 SDN 1 Bina Karya Putra 2 21 24 45
3 SDN 1 Restu Buana 1 22 - 31
4 SDN 3 Restu Buana 1 27 - 22
Jumlah 132
Sumber : Data Sekolah
51
2. Sampel
Sampel merupakan salah satu unsur dari populasi yang hendak dijadikan
suatu objek penelitian. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini,
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposesive
sampling yang termasuk pada nonprobability sampling. Maka peneliti
dapat menyimpulkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut, sehingga penelitian dapat
menggeneralisasikan karakteristik tersebut pada elemen populasi.
Berdasarkan hal tersebut, sampel yang ditentukan pada penelitian ini yaitu
SDN 1 Binakarya Buana dan SDN 1 Binakarya Putra, dengan rincian
subjek penelitian sebagai berikut.
Tabel 5 Data Sekolah Dasar Kecamatan Rumbia tahun ajaran
2018/2019
No Nama Sekolah
Jumlah
Guru
Peserta Didik Rombel PNS Non PNS
1 SDN 1 Binakarya Buana 9 7 266 11
2 SDN 1 Binakarya Putra 8 9 284 12
Sumber: data administrasi sekolah tahun 2018/2019
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa SDN 1 Binakarya Buana
mempunyai guru yang berstatus PNS sebanyak 9 orang dan yang berstatus
Non PNS 7 orang. Jumlah peserta didik secara keseluruhan sebanyak 266
orang peserta didik yang terbagi dalam 11 rombel. Kemudian SDN 1
Binakarya Putra mempunyai guru yang berstatus PNS sebanyak 8 orang
52
dan yang berstatus Non PNS 9 orang. Jumlah peserta didik secara
keseluruhan sebanyak 284 orang peserta diidk yang terbagi dalam 12
rombel. Penelitian di kelas IV pada sekolah yang tersebut dengan rincian
20 peserta didik kelas IVA di SDN 1 Binakarya Buana dan 24 peserta
didik kelas IV B di SDN 1 Binakarya Putra sebagai subjek penelitian.
Pemilihan kedua sekolah ini didasarkan pada pertimbangan dari mengenai
permasalahan penggunaan instrumen penilaian dan karakteristik peserta
didiknya hampir sama.
Selanjutnya, data nama guru kelas IV pada sekolah yang akan di teliti
adalah sebagai berikut: ibu Tri Karyaningsih, S.Pd. selaku wali kelas IV A
SDN 1 Binakarya Buana dan bapak Gusti Ngurah Agung Saputra, S.Pd.
selaku wali kelas IV B SD Negeri 1 Binakarya Putra. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa wali kelas IV di sekolah dasar yang
menjadi objek penelitian kesemuanya sudah mencapai gelar sarjana
pendidikan atau Strata-I yang menjadi syarat minimum bagi seorang
pendidik
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sampel diambil yaitu SDN 1
Binakarya Buana dan SDN 1 Bina karya Putra. Pertimbangan lain bahwa
SD tersebut adalah Sekolah Negeri favorit yang salah satunya ditunjukkan
dengan penerapan kurikulum 2013 di kecamatan Rumbia.
53
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari atau
diteliti dalam penelitian ini (Sugiyono, 2014: 39). Untuk itu variabel dalam
penelitian ini adalah instrumen penilaian berbasis multiple intelligence.
1. Definisi Konseptual
a. Instumen Penilaian
Menurut Uno (2012: 110) instrumen penilaian adalah alat yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik bertujuan untuk
memperoleh informasi. Dalam bidang pendidikan instrumen penilaian
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor – faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar
guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Daryanto,
2012:23). Instrumen penilaian terlebih dahulu mengkaji KD dan tujuan
yang ada pada indikator.
b. Multiple intelligence
Multiple intelligence menurut Amstrong (dalam Said, 2015: 31)
multiple intelligence adalah suatu cara mengakses informasi melalui
delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta didik,
namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi
dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Inti strategi
pembelajaran multiple intelligence adalah bagaimana guru mengemas
gaya mengajar agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh peserta didik
54
sehingga membuat peserta didik tertarik dan berhasil dalam belajar
dengan waktu yang relatif cepat (Chatib, 2016: 108).
2. Definisi Operasional
a. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian merupakam suatu alat yang digunakan untuk
melakukan penilaian atau evaluasi setelah melakukan proses
pembelajaran. Instrumen penilaian dapat berupa tes maupun non tes
yang disusun sedemikian rupa sesuai standar. Dalam konteks itu yang
menjadikan bahwa instrumen penilaian yang layak dan sesuai standar
merupakan bagian penting dalam mengukur pembelajaran.
b. Multiple Intelligence
Instrumen berbasis multiple intelligence adalah instrumen yang
memanfaatkan kecerdasan majemuk sebagai desain penyusunan
instrumen. Konsep dari multiple intelligence yaitu memadukan
beberapa kecerdasan dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak
melalui pengetahuan. Kecerdasan yang diimplementasikan dalam
instrumen penilaian berbasis multiple intelligence ini mengacu pada
lima kecerdasan yaitu kecerdasan matematis, linguistik, spasial,
musikal, dan interpersonal.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dapat memungkinkan
diperolehnya data yang objektif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini non tes dan tes.
55
1. Non Tes
Teknik non tes yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat kualitatif.
Teknik non tes ysng dilakukan pada penelitian ini melalui kegiatan
observasi, angket, dan pemeriksaan dokumen. Teknit tersebut dilakukan
dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap temuan-temuan yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Pengumpulan dokumen digunakan untuk
melihat data-data yang berkaitan dengan penelitian seperti data sekunder
berupa jumlah peserta didik, nilai hasil belajar, dan hal-hal yang berkaitan
dengan instrumen penilaian, serta profil Sekolah Dasar di gugus Ki Hajar
Dewantara berdasarkan arsip sekolah.
Tehnik non tes berikutnya adalah angket yang diberikan kepada dosen ahli
materi, bahasa, dan ahli evaluasi untuk menguji validasi instrumen
penilaian yang dikembangkan. Pada angket ini menggunakan skala likert
yang masing-masing memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,
yaitu “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”. Kisi-kisi
instrumen validasi oleh ahli dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6 Kisi-kisi Aspek Instrumen Validasi Ahli
No Aspek yang diuji Jumlah Butir
A. MATERI
1. Kesesuaian butir soal dengan kecerdasan berdasar
multiple intelligences 8
2. Kualitas isi instrumen 11
B. EVALUASI
3. Konstruksi Soal 5
56
No Aspek yang diuji Jumlah Butir
4. Rubrik Penilaian 3
C. BAHASA
5. Lugas 3
6. Komunikatif 5
7. Tulisan 2
8. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta
didik 2
9. Penggunaan istilah, simbol, atau gambar 2
2. Tes
Teknik tes digunakan untuk mencari data mengenai hasil belajar peserta
didik. Tes adalah alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data
sebagai ukuran berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilakukan
(Sugiyono, 2013: 198). Teknik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik mengenai materi yang diajarkan. Pada penelitian
ini, tes yang digunakan berupa tes objektif dengan pemilihan butir-butir
soal pilihan jamak yang relevan dengan KD dan indikator yang dibuat.
G. Uji Persyaratan Instrumen
Data yang sudah terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian data
tersebut diolah untuk dianalisis. Analisis data merupakan bagian penting
dalam penelitian ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi
makna untuk pemecahan suatu masalah.
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah kadar keshahihan, ketepatan, atau keakuratan kesimpulan
hasil penelitian sebagai akibat perlakukan (Yusuf, 2014: 174). Instrumen
57
dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur dengan tepat atau sahih apa yang diukur. Pengujian validitas
instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengujian
validitas konstruksi (construct validity). Soal yang akan diuji tingkat
kevalidannya sebanyak 40 item. Untuk mendapatkan instrumen tes yang
valid dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang diukur sesuai dengan
pokok bahasan pada kurikulum yang berlaku.
b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi kompetensi dasar dan indikator.
c. Melakukan pengujian butir soal dengan meminta bantuan sekolah dasar
lain sebagai uji validitas konstruksi.
Pengujian validitas pengetahuan (tes pilihan jamak) menggunakan rumus
Korelasi Product Moment sebagai berikut (Arikunto, 2006: 170):
rxy= 𝐍 ∑ 𝐗𝐘 − {∑ 𝐗} {∑ 𝐘}
√{𝐍∑𝐗𝟐 –( ∑𝐗𝟐)} { 𝐍 ∑ 𝐘𝟐 − {∑𝐘}𝟐
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N = jumlah responden (sampel)
ΣXY = total perkalian skor X dan Y
ΣY = jumlah skor variabel Y
ΣX = jumlah skor variabel X
ΣX2 = total kuadrat skor variabel X
ΣX2 = total kuadrat skor variabel Y
2. Reliabilitas Soal
Reliabilitas merupakan konsintensi atau kestabilan skor suatu instrumen
penelitian terhadap individu yang sama (Sugiyono, 2013: 362). Instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan untuk mengukur
58
objek yang sama berulang-ulang hasilnya relatif sama. Uji reliabilitas
instrumen prestasi belajar dilakukan dengan metode KR-20 (Azwar
Saifuddin, 2014: 73) sebagai berikut.
𝐾𝑅 − 20 = [k
(k − 1)] [1 −
∑ p (1 − p)
Sx2]
Keterangan:
Sx2 : Varians skor tes
K : Banyak item dalam tes
P : Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item.
Hasil tersebut selanjutnya menginterpretasikan besarnya nilai reliabilitas
dengan indeks sebagai berikut.
Tabel 7 Daftar Interpretasi Koefisien “r”
Koefisien r Reliabilitas
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2010: 257)
3. Taraf Kesukaran
Tingkat kesulitan (difficulty index) butir soal menurut Sudjana (2010: 137)
adalah proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap suatu butir soal.
Sedangkan angka yang menunjukkan sulit atau mudahnya suatu butir soal
dinamakan indeks kesulitan (proportion correct). Rumus untuk
menentukan tingkat kesulitan butir soal adalah sebagai berikut.
𝐏 = ∑ 𝐛
𝐍
Keterangan:
P : Tingkat kesulitan butir soal
Σ 𝑏 : Jumlah peserta didik yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes
59
Tabel 8 Indeks Kesukaran Butir Soal
Indeks Kesulitan Butir Soal Keterangan
0 – 0,30 Sulit
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Sudjana (2010: 137)
4. Uji Daya Beda
Daya beda (Descriminating Power) butir soal menurut Sudjana (2010:141)
adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal
membedakan peserta didik yang pandai (kelompok atas) dengan peserta
didik yang kurang pandai (kelompok bawah). Rumus untuk mencari
indeks daya beda menurut Sudjana (2010: 139) adalah sebagai berikut.
𝐃 = 𝐁𝐚 − 𝐁𝐛
𝟏𝟐 𝐍
Keterangan:
D : Daya beda
Ba : jumlah jawaban benar kelompok atas
Bb : jumlah jawaban benar kelompok bawah
N : jumlah peserta tes
Tabel 9 Indeks Daya Beda
Indeks Daya Beda Keterangan 0,71 – 1,00 Sangat baik, dapat digunakan
0,41 – 0,70 Baik, dapat digunakan dengan revisi
0,21 – 0,40 Cukup baik, perlu pembahasan dan revisi
0,00 – 0,20 Kurang baik, dibuang atau diganti
Bertanda negative Buruk sekali
Sumber: Sudjana (2010: 139)
5. Distribusi Pilihan Jawaban (Efektivitas Distaktor)
Pengecoh dari soal-soal yang valid dan memiliki daya pembeda baik
(minimal masuk katagori kurang membedakan) akan dianalisis. Pengecoh
merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban dan
60
bukan hanya sekedar pelengkap pilihan (Purwanto, 2009: 108). Pengecoh
dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama/
mendekati jumlah ideal (Karno To, 2003: 17). dapat dihitung dengan
rumus:
IPc = nPc
(N − nB)/(Alt − 1)× 100%
Keterangan:
IPc = Indeks Pengecoh/Distraktor
nPc = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu
N = Jumlah seluruh subyek yang ikut tes
nB = Jumlah subyek yang menjawab benar pada butir soal itu
Alt = Banyak alternatif jawaban/option (3, 4, atau 5)
Catatan:
Bila semua subyek menjawab benar pada butir soal tertentu (semua sesuai
kunci, maka IPc = 0 artinya buruk semua, pengecoh tidak berfungsi).
Tabel 10 Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal
Kategori Distraktor Nilai Proportion Endorsing
Baik > 0,025
Revisi < 0,0025
Tidak baik/tolak 0,000
Sumber: Karno To (2003: 17)
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Pengujian hipotesis
Ha : Terwujudnya instrumen penilaian berbasis multiple intelligence
pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang memenuhi standar
kelayakan.
Ho : Tidak terwujudnya instrumen penilaian berbasis multiple
intelligence pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang
memenuhi standar kelayakan.
61
Uji kelayakan ini terbagi menjadi dua, yaitu kelayakan teoritik dan
kelayakan empiris. Kelayakan empiris digunakan untuk menganalisis butir
soal. Analisis butir soal digunakan untuk pengujian terhadap kualitas soal
yang diujicobakan pada uji kelompok kecil dan uji coba kelas. Diantaranya
adalah dengan menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda, taraf
kesukaran, dan efektivitas distraktor. Uji coba kelompok dan uji coba
kelas, peneliti menggunakan angket respon praktisi / guru.
Instrumen penilaian dikatakan layak secara teoritik (jika rata-rata jumlah
setiap skor butir soal yang diberikan semua ahli > 50%). Soal dikatakan
layak secara teoritik (jika rata-rata jumlah setiap skor butir soal yang
diberikan semua ahli < 50%).
Angket respon praktisi mengenai penggunaan instrumen penilaian
dikatakan layak pada aspek keterbacaannya dalam penggunaannya (jika
rata-rata persentase jumlah indikator keterbacaan yang diberikan oleh
praktisi > 50%). Angket respon praktisi mengenai penggunaan instrumen
penilaian dikatakan tidak layak jika aspek keterbacaan dalam
menggunakannya tidak mendapat rata-rata persentase jumlah indikator
keterbacaan yang diberikan oleh praktisi < 50%).
2. Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data secara kualitatif dilakukan melalui hasil angket yaitu,
analisis penelaahan untuk mengetahui kelayakan melalui validitas isi
instrumen tes. Data kelayakan produk ditentukan melalui analisis hasil
validasi ahli materi, bahasa, dan evaluasi. Semua data kualitatif berupa
62
kritik, saran, dan tanggapan dari validator dianalisis secara deskriptif
dalam pengembangan instrumen yang sudah disusun oleh peneliti.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang
dikembangkan oleh Miles Huberman. Data yang sudah terkumpul akan
disajikan dalam data deskriptif. Setelah data dimasukkan dibuat kedalam
kesimpulan berupa uraian (Miles Huberman, 2007: 139-140). Miles &
Huberman (2007: 135), membagi langkah analisis sebagai berikut (1)
Reduksi data (reduction), merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. (2) Penyajian data
(display), data yang dihasilkan dari reduksi kemudian disajikan dalam
bentuk uraian, dan (3) Penarikan kesimpulan (conclutions), merupakan
tahap akhir setelah data disajikan berdasarkan hasil penilaian ahli dalam
proses validasi.
89
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai
berikut:
Instrumen tes yang dikembangkan layak secara teoritis dan empiris untuk
mengukur pengetahuan peserta didik kelas IV sekolah dasar khususnya pada
tema 8 subtema 1. Hal ini dibuktikan dari penilaian 3 ahli yaitu ahli evaluasi,
ahli bahasa, dan ahli materi yang menyatakan bahwa instrumen tes yang
dikembangkan dalam katagori “sangat baik”. Selain itu instrumen penilaian
ini juga memenuhi kriteria layak empiris pada uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, daya beda, dan distraktor. Berdasarkan hasil analisis
instrumen tes yang dilakukan pada tahap uji coba terbatas (small gorup) dan
uji coba lapangan (field test ) dari 40 soal pilihan ganda yang diujikan
diperoleh 30 soal yang layak berkualitas.
B. Implikasi
Alat yang digunakan oleh pendidik untuk mengukur ketercapaian kompetensi
tertentu dan hasil belajar peserta didik adalah instrumen penilaian. Instrumen
penilaian dapat membantu peserta didik dalam mengukur kemampuan kognitif
dalam memahami materi pelajaran yang sudah disampaikan. Penggunaan
90
instrumen penilaian sebagai pedoman bagi pendidik untuk memberikan
penilaian bagi peserta didik melalui tes hasil belajar sesudah mengikuti
pembelajaran. Instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif peserta didik harus layak dan berkualitas. Kelayakan
suatu instrumen tes dapat dilihat dari penilaian ahli evaluasi, ahli materi, dan
ahli bahasa. Sedangkan kualitas suatu instrumen tes dapat dilihat dari analisis
soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya beda, distraktor untuk soal pilihan
ganda, validitas, dan reliabilitas.
Instrumen penilaian yang layak, baik secara teoritik maupun empiris dapat
membantu pendidik mengetahui sejauh mana kualitas soal yang sudah dibuat.
Sehingga, melalui soal yang berkualitas pendidik dapat mengukur
ketercapaian KD dalam kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Pendidik tidak hanya membutuhkan instrumen penilaian yang berkualitas,
tetapi juga instrumen penilaian yang efektif. Berdasarkan adanya instrumen
penilaian yang efektif, dapat membedakan peserta didik dengan kemampuan
sangat baik, baik, cukup, dan rendah. Artinya, jika instrumen penilaian itu
dicobakan dimanapun, mampu memberikan hasil yang sama/mampu
mengukur apa yang diukur. Pengembangan instrumen penilaian dalam
penelitian ini sudah teruji keefektifannya, karena sudah diaplikasikan pada
saat uji lapangan di sekolah-sekolah inti di Kecamatan Rumbia yang
melaksanakan Kurikulum 2013.
Dalam implikasinya, pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus Ki Hajar
Dewantara di Kecamatan Rumbia belum ke arah pengembangan kemampuan
91
berpikir yang mengoptimalkan kecerdasannya. Hal itu terjadi karena pendidik
tidak memahami bagaimana konsep dari kecerdasan pada tiap-tiap individu
beserta komponen dan materinya. Sehingga pada akhirnya pengukuran
terhadap kemampuan peserta didik pada aspek kognitif kurang mendapat
perhatian. Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan majemuk adalah
pendekatan saintifik, karena pendekatan ini dapat menghubungkan materi
dengan dimensi kecerdasan pada situasi nyata yang dialami oleh peserta didik.
Setelah dilakukan pembelajaran terhadap kemampuan ini maka pengukuran
kemampuan kognitif dapat dilakukan. Penilaian dari pengetahuan tiap
individu tanpa didukung oleh pembelajarannya, akan menjadi kurang berarti.
Begitu sebaliknya, apabila pembelajaran yang diterapkan di sekolah sudah
berbasis kepada pengoptimalan kecerdasan majemuk peserta didik namun
proses penilaian masih Lower Order Thinking Skills, artinya instrumen
penilaian yang diberikan tidak dapat memberikan tantangan dan feedback
yang bermakna bagi peserta didik. Melalui instrumen penilaian berbasis
multiple intelligence dapat memotivasi peserta didik untuk terus berusaha
memecahkan soal yang sulit sekalipun, sehingga mereka merasa tertantang
untuk terus belajar sampai kapanpun dan dimanapun dengan kecerdasan yang
sudah mereka miliki.
92
C. Saran
1. Peserta Didik
Peserta didik diharapkan agar dapat menggunakan instrumen penilaian
berbasis multiple intelligence untuk membantu memahami materi dengan
lebih kuat, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dan pemecahan masalah. Karena instrumen penilaian ini memiliki
indikator multiple intelligence yang sudah dipadukan dengan tujuan
pembelajarannya. Selain itu penelitian pengembangan instrumen ini agar
dapat ditekankan lagi pada dimensi kecerdasan logis-mathematis dan
visual peserta didik yang mendapat hasil rendah pada penelitian.
2. Pendidik
Hasil penelitian pengembangan dalam penelitian ini berupa instrumen tes
berbasis multiple intelligence dapat dijadikan referensi dan alat bantu
pendidik dalam melakukan penilaian di kelas IV SD. Dengan instrumen
penilaian ini pendidik dapat membimbing serta memfasilitasi anak
didiknya dalam mengembangkan kecerdasan yang meliputi dimensi
interpersonal, linguistik, visual, musical, dan logis-mathematis. Selain itu
pendidik diharapkan lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar
peserta didik lebih tertarik mengikuti kegiatan belajar.
3. Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, Sekolah diharapkan dapat meningkatkan
mutu dan sarana penunjang untuk mengembangkan instrumen tes kognitif
untuk peserta didik di sekolahnya. Sekolah juga seharusnya memiliki
93
bank-bank soal yang layak dan berkualitas, sehingga soal yang dibuat
dapat memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran dan mampu
menghasilkan output yang lebih baik.
4. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya untuk
dapat mengembangkan instrumen tes berdasarkan kemajemukan
kecerdasan bagi peserta didik di Sekolah Dasar. Selain itu, instrumen
penilaian ini dapat diterapkan melalui kolaborasi dengan pembelajaran
yang membuat peserta didik untuk mengoptimalkan kecerdasannya.
Produk yang dikembangkan tidak hanya bentuk soal pilihan ganda dan
uraian. Kemudian pada dimensi multiple intelligence yang digunakan
sebaiknya mencakup semua dimensi namun tetap disesuaikan antara
Kompetensi dan indikator dari dimensi multiple intelligence.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. 2014. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Refika
Aditama. Bandung.
Ahvan, Yaghoob Raissi, et al. 2016. The correlation of multiple intelligences for
the achievements of secondary students. Academic Journals: Educational
Research and Reviews. Vol. 11(4), Hal. 141-145.
Amstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom. Association
Supervision and Curriculum Development. USA.
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.
Addison Wesley Longman. New York.
Anwar, Syafri. 2009. Penilian Berbasis Kompetensi. UNP Press. Padang.
Anwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
___________. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara.
Jakarta.
__________________. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bumi Aksara. Jakarta.
_________________. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi 6. Rineka Cipta. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2012. Standar Penilaian Pendidikan. BSNP.
Jakarta.
Baum, S & Viens, Julie. 2005. Multiple Intelligences in the Elementary
Classroom. Teacher Collage Press. New York.
Bentri Alwen, Abna Hidayati, Rahmi. 2016. The Problem Analysis in Applying
Instrument of Authentic Assessment in 2013 Curriculum International
Journal of Science and Research (IJSR). Vol. 5, Hal. 1008-1012.
Bialik, M & Fadel, C. 2015. Skill for the 21st Century. Center for Curriculum
Redesign. Boston.
Borg, Walter, & Gall, Meredith Damien. 1983. Education Research. New York.
Briggs, Marry. dkk. 2008. Assessment for Learning and Teaching in Primary
School, Learning Matter. Glasgow.
Campbell, B & Campbell L. 2000. Multiple Intelligences and Student
Achievement. Association Supervision and Curriculum Development. USA.
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia. Kaifa. Bandung.
___________. 2013. Sekolahnya Manusia (Edisi kedua). Kaifa. Bandung.
___________. 2016. Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan
Semua Anak Juara. Kaifa. Bandung.
CoPo, A.R.I. 2015. Students’ initial knowledge state and test design: towards a
valid and reliable test instrument. Journal of College Teaching & Learning.
Vol. 12 (4), Hal. 189-194.
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Derakhshan, Ali, et al. 2015. Multiple Intelligences: Language Learning and
Teaching. International Journal of English Linguistics. Vol. 5, Hal. 63-72.
Gangadevi & Ravi. 2014. Multiple Intelligence Based Curriculum to Enhance
Inclusive Education to Bring Out Human Potential. International Journal of
Advanced Research. Vol. 2(8), Hal. 619-626.
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences. The Theory In Practice. Basic
Books. New. York.
______________. 2011. Frames of Mind; The Theory of Multiple Intelligence
(ebook). Perseus Book Group. New York.
Harjanto. 2006. Perencanaan pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Hendriana, H dan Soemarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika.
Refika Aditama. Bandung.
Hoerr, T.R. 2000. Becoming a Multiple Intelligences School. Association
Supervision and Curriculum Development. USA.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21: Kunci Sukses Kurikulum 2013. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Istianah, Euis. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada
Siswa SMA. Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung. Vol 2 (1). Hal. 43-54
Jasmine, Julia. 2016. Metode Mengajar Multiple Intelligence. Nuansa. Bandung.
Kankam, Boadu, et al. 2015. Teachers’ Perception of Authentic Assessment Techniques
Practice in Social Studies Lessons in senior high schools in Ghana. International
Journal of Educational Research and Information Science. 10 Januari 2015. Vol. 1
(4), Hal. 62-68.
Karno To. 2003. Mengenal Analisis Tes. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
FIP UPI. Bandung.
Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan dan Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas 1.
Pusat Kurikulum. Jakarta.
________________. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.
____________. 2014. Permendikbun Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pembelajaran. Kemendikbud. Jakarta.
____________. 2016. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.
________________. Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lee, Che-Di. 2014. Worksheet Usage, Reading Achievement, Classes’ Lack of Readiness,
and Science Achievement: A Cross-Country Comparison. International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology. Vol. 2(2), Hal. 96-106.
Lewy, Zulkardi, dan Nyimas Aisyah. 2009. Pengembangan Soal Untuk Mengukur
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan
Di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika. Vol. 3( 2), Hal. 14-28.
Lissa. 2012. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Materi Sistem Respirasi dan Ekskresi. Jurnal Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang. Vol. 41 (1), Hal. 27 – 32.
Lunenburg, Fred C. 2014. Applying Multiple Intelligences in the Classroom: A Fresh
Look at Teaching Writing. International Journal of Scholarly Academic
Intellectual Diversity. Vol. 16 (1). Hal 1-14.
Mardapi, D. 2012. Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Miles & Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang metode-
metode Baru. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
_______ 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013: Perubahan dan
Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nindi & Nurfina. 2016. Pengembangan instrumen penilaian portofolio berbasis multiple
intelligence untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Vol. 4 (1), Hal. 52-63
Pargito. 2015. Penilaian Kelas Otentik (Ragam Penilaian Pembelajaran). SC Unila.
Lampung.
Popham, W. J. 1995. Classroom assessment. Allyn and Bacon. Boston.
Pratiwin dan Eka Farida Fasha. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS
Berbasis Kurikulum 2013 Terhadap Sikap Disiplin. Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran IPA. Vol. 1(1) Hal. 123-142.
Prihadi, Bambang. 2014. Penerapan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik dalam Kurikulum 2013 (Prosiding). Jawa Tengah.
Prihantoro, C. Rudy. 2015. The perspective of curriculum in Indonesia on environmental
education. International Journal of Research Studies in Education Vol. 4 (1), Hal.
77-83.
Puerwanti, Endang. et.,al. 2008. Bahan Ajar Cetak Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Bandung.
Purnomo, Edy. 2016. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran. Media
Akademi. Yogyakarta.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Richards, J.C & Rodgers, T.S. 2011. Approach and Methods in Language Teaching (e-
book). Cambridge University Press. New York.
Said, A., & Budimanjaya, A. 2015. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences:
Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa. Kencana Prenada media
Group. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Kencana.
Jakarta.
Sevilla, Consuello, et.al, 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Smith, Calvin. 2014. Assessment of Student Outcomes from Work-Integrated
Learning: Validity and Reliability. Asia-Pasific Journal of Cooperative
Education. Vol. 6, Hal. 210-223.
Sofyan, Herminato., Kokom Komariah. 2016. Pembelajaran PBL dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 6
(3), Hal. 260-271.
Sudjana, Nana. 2012. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
____________. 2010. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya.
Bandung.
Sugiarti, T., I Kaniawati and L Aviyanti. 2017. Development of Assessment
Instrument of Critical Thinking in Physics at Senior High School. Journal of
Physics: Conference Series. Vol. 9(1), Hal. 20-33.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
_______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
_______. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sukandi, Ujang. 2001. Belajar Aktif. Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.
Sunarti dan Rahmawati, Selly. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Andi.
Yogyakarta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Ar-
Ruzz Media. Jogjakarta.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progrsif. Kencana.
Jakarta.
Undang Rosidin, Merta Dhewa, Abdurrahman, Suyatna. 2017. The Development
of Higher Order Thinking Skill (Hots) Instrument Assessment In Physics
Study. IOSR-Journal of Research & Method in Education. Vol. 7, Hal. 26-32.
Uno, Hamzah. 2012. Assesment Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
____________. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta.
Yalmanci, Gurbuzoğlu, et al. 2013. Effects of Multiple Intelligence Theory Based
Teaching on Students’ Achievement & Retention of Knowledge.
International Journal on New Trends in Education and Their Implications,
Vol. 4, Hal. 27-36.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian. Kencana. Jakarta.