pengembangan instrumen pendidikan karakter …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8800/1/tesis...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN INSTRUMEN
PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI DAN
RELIGIUS
DI SMPIT NURUL ISLAM TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
SUNARTO
NIM : 12010180050
Tesis ini diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCA SARJANA
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
ABSTRACT
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan model pendidikan karakter
khususnya mandiri dan religius. Belum optimalnya hasil yang dicapai dari
pendidikan karakter mandiri dan religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran yang
menjadi alasan untuk melakukan peneltian ini. Maka diperlukan solusi mengatasi
persoalan ini, salah satunya dengan memaksimalkan peran guru dan Pembina
asrama dalam proses pendampingan siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian research and development
(R&D) dengan analisis datanya menggunakan pendekatan deskriptif kualitatuf dan
kuantitatif, dengan subyek atau responden para guru dan Pembina asrama.
Identifikasi hasil analisis data secara kualitatif menunjukkan bahwa tingkat
kebutuhan terhadap pendidikan karakter mandiri dan religious masih kurang baik.
Peneliti berpandangan perlu pengembangan model pendidikan dua jenis karakter
tersebut. Dalam ujicoba terbatas secara kuantitas untuk efektifitas model
pengembangan pendidikan karakter mandiri, hasil analisis menunjukkan bahwa t
hitung =-12,223. Dengan nilai df=35 dan nilai signifikasi 0,05, maka dengan t table
= 1,680, Ha diterima, karena t hitung berada di daerah penerimaan Ha. Sementara,
hasil analisis model pendidikan karakter religious menunjukkan bahwa t hitung=-
21,757. Dengan nilai df = 35 dan nilai signifikansi 0,05, maka dengan t table=1,680,
Ha diterima, karena t hitung juga berada di daerah penerimaan Ha. Maka
berdasarkan hasil analisis tersebut, pengembangan model pendidikan karakter
mandiri dan religious tersebut efektif untuk digunakan.
Kata kunci: model pendidikan karakter, mandiri, religius
ABSTRACT
This study aims to develop the education model of character, especially
independent and religious. The optimal results of the independent and religious
character education in SMPIT Nurul Islam Tengaran having not been achieved yet
are the reason for conducting this research. Therefore, we need a solution to
overcome those problems, one of them is by maximizing the role of the teacher and
the boarding supervisor in the process of mentoring students.
This study uses the research methods of research and development (R&D)
with data analysis using a qualitative and quantitative descriptive approach, and the
subjects or respondents are teachers and supervisors.
The identification of qualitative data analysis results shows that the level of
need for independent and religious character education is still poor. Researchers
view that the development of the two types of character education model is needed.
In a quantitatively limited trial for the effectiveness of the independent character
education development model, the results of the analysis show that t arithmetic = -
12,223. With a value of df = 35 and a significance value of 0.05, then with t table =
1.680, Ha is accepted, because t arithmetic is in the Ha reception area. Meanwhile,
the analysis results of the religious character education model show that t arithmetic
= -21,757. With a value of df = 35 and a significance value of 0.05, then with t table
= 1.680, Ha is accepted, because t arithmetic is also in the area of acceptance of Ha.
So based on the results of the analysis, the development of an independent and
religious character education model is effective for being applied.
Keywords: education model of independent, religious
MOTTO
“Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan” (Qs. Arrahman : 33)36
36 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesa, al-
Qur’anul Karim dan Terjemah, Surakarta: Ziyadz Books,2014, 532
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadhirat Allah swt, penggenggam urusan semua makhluk atas
karunia nikmat, rahmat, hidayah dan taufik-Nya, sehingga senantiasa tercurahkan
kepada pemimpin dan tauladan umat Rasulullah Muhammad SAW.
Tesis yang berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Mandiri dan
Religius di Smpit Nurul Islam Tengaran Tahun 2019” ini disusun dalam rangka
memenuhi sebagian persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam IAIN
Salatiga
Dalam penyusunannyaa telah banyak pihak-pihak yang membantu memberikan
bimbingan, masukan dan arahan. Oleh karena iti penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku rektor IAIN Salatiga
semoga Allah SWT memberikan kekuatan,kesehatan kepada beliau dalam
mengemban amanah mulia.
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA., selaku Direktur Program
Pascasarjana IAIN Salatiga dengan segala kebijakannya sehingga memudahkan
dalam penyelesaian tesis ini
3. Bapak Ruwandi, Ph.d., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang terus memotivasi dan membantu kelancaran penyusunan
tesis dari awal sampai akhir.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
MOTTO....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................ 4
C. Signifikansi Penelitian.............................................................. 4
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
1. Penelitian Sebelumnya ........................................................ 5
2. Kerangka Teori .................................................................... 7
E. Metode Penelitian ..................................................................... 12
1. Jenis Penelitian .................................................................... 12
2. Subyek Penelitian ................................................................ 14
3. Teknik Pengambilan Data ................................................... 15
4. Analisis Data ....................................................................... 15
BAB II KEBUTUHAN INSTRUMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER SMPIT NURUL ISLAM TENGARAN
A. Hasil pengamatan lapangan ................................................. 16
B. Hasil wawancara kondisi faktual ......................................... 17
C. Pembahasan ........................................................................ 19
1. Tingkat kebutuhan pendidikan karakter mandiri ........ 20
2. Tingkat kebutuhan pendidikan karakter religius .......... 22
BAB III PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENDIDIKAN
KARAKTER MANDIRI DAN RELIGIUS
A. Hasil penelitian .................................................................... 26
B. Pembahasan ......................................................................... 27
1. Kerangka berpikir .......................................................... 27
2. Rancangan instrumen penilaian pendidikan karakter .... 28
BAB IV UJI EFEKTIVITAS HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI DAN RELIGIUS
A. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Mandiri ......... 36
1. Uji Efektifitas Model Pendidikan Karakter Mandiri .... 36
2. Tingkat siginifikasi model pendidikan karakter mandiri
lama dan baru ................................................................ 40
B. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Religius ......... 48
1. Uji Efektifitas Model Pendidikan Karakter Religius .. 48
2. Tingkat siginifikasi perbedaan model pendidikan
karakter religius lama dan baru .................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 59
B. Saran Pemanfaatan ............................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kisi-kisi instrument untuk mengukur tingkat kebutuhan
pendidikan karakter mandiri tahun pelajaran 2019/2020.............. 19
Tabe 2.2 Hasil kuesioner kebutuhan pendidikan karakter mandiri.......... 21
Tabel 2.3 Kisi-kisi instrument untuk mengukur tingkat kebutuhan
pendidikan karakter religius tahun pelajaran 2019/2020 .............. 23
Tabel 2.4 Hasil kuesioner kebutuhan karakter religius ............................... 24
Tabel 3.1 Penilaian ahli pendidikan .............................................................. 32
Tabel 3.2 Penilaian ahli bahan ajar ............................................................... 32
Tabel 4.1 Instrument mengukur tingkat efektifitas model pengembangan
karakter mandiri 2019/2020 ......................................................... 37
Tabel 4.2 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama pengembangan
pandidikan karakter mandiri .......................................................... 37
Tabel 4.3 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pengembangan
pendidikan karakter mandiri ....................................................... 38
Tabel 4.4 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter mandiri tahun pelajaran 2019/2020 ................................ 39
Tabe 4.5 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan ............................................ 40
Tabel 4.6 Instrument untuk mengukur tingkat efektifitas model
pengembangan pandidikan karakter mandiri ............................. 42
Tabel 4.7 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru
pengembangan pandidikan karakter mandiri ................................ 43
Tabel 4.8 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter mandiri 2019/2020 ......................................................... 45
Tabel 4.9 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan ............................................ 46
Tabel 5.0 Instrument mengukur tingkat efektifitas model pengembangan
karakter mandiri 2019/2020 ......................................................... 48
Tabel 5.1 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama pengembangan
pandidikan karakter religius ........................................................... 49
Tabel 5.2 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pengembangan
pendidikan karakter religius ........................................................ 50
Tabel 5.3 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter mandiri tahun pelajaran 2019/2020 ................................ 51
Tabe 5.4 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan ............................................ 52
Tabel 5.5 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama
pengembangan pandidikan karakter religius ................................ 53
Tabel 5.6 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru
pengembangan pandidikan karakter religius ................................ 55
Tabel 5.7 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter mandiri 2019/2020 .............................................................
Tabel 5.8 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan ................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Design cover Gesit Mandiri ........ ........................................ 29
Gambar 3.2 Revisi cover buku ........ ....................................................... 33
Gambar 4.1 Uji Hipotesis terbatas Model Pengembangan Pendidikan
Karakter Mandiri ...........................................................................
Gambar 4.2 Uji Hipotesis terbatas Model Pengembangan Pendidikan
Karakter Religius ...........................................................................
Gambar 4.3 Uji Hipotesis tahap dua Model Pengembangan Pendidikan
Karakter Mandiri dan Religius ......................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SMPIT Nurul Islam Tengaran yang secara struktural dibawah binaan dinas
pendidikan kebudayaan,pemuda dan olahraga kabupaten Semarang memiliki
kekhasan dibandingkan sekolah pada umumnya, yakni menerapkan sistem
pendidikan boardingschool, dimana seluruh siswa harus mukim di asrama
dengan bimbingan oleh para musyrif dan musyrifah dengan sistem ini
harapannya tercapai apa yang menjadi misi sekolah salah satunya yakni
mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter meliputi aqidah yang bersih,
ibadah dengan cara benar, akhlak baik dan mandiri.37
Peneliti mencermati bahwa dalam proses pelaksanakannya tidak
maksimal masalah yang kami temukan dilapangan kaitanya dengan
kemandirian masih ada siswa yang menyontek saat ulangan, setelah bangun
tidur kondisi tempat tidur berantakan tidak rapi, piring makan kotor berantakan
padahal sudah tersedia tempat mencuci piring, ruang kelas dan kamar tidur
kurang bersih meskipun jadwal terpampang jelas di dinding. Mencermati
beberapa peristiwa tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa itu kesalahan siswa
karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yakni proses pendidikan
jenjang sebelumnya tidak ada pembiasaan kegiatan karakter mandiri,
37Purwoko, Chakim, Lutfi. Panduan SMPIT Nurul Islam Tengaran, Sekolah Berbasis
Pesantren. Nuris Press, 2013, 1
kurangnya penanaman atau pembiasaan perilaku mandiri di keluarga, dan yang
paling terpenting sebab dalam masa belajar sejauhmana peran serta guru,
pembina asrama intensitas dan efektifitasnya melakukan pembimbingan
terhadap siswa. Persoalan berikutnya berhubungan dengan karakter religius
wujud kegiatannya sholat jamaah, membaca Al Qur’an, hafalan Al Qur’an,
biasa wudlu tertib dan benar, dzikir setelah salah, adab adzan dan iqamah
sebagaimana dalam buku panduan SMPIT Nurul Islam Tengaran38.
Efek pendampingan yang kurang baik secara intensitas dan efektif
berimplikasi pada siswa melaksanakan kegiatan secara asal-asalan kurang
termotivasi untuk menjalankannya secara sempurna. Hemat kami
hendaknyanya para guru tidak hanya fokus secara formal memberikan ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih dari itu harus memilik soft
skills, Berthal mendefiniskan soft skill sebagai perilaku personal dan
interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia
seperti membangun tim, pembuatan keputusan, inisiatif, dan komunikasi.
Wujud soft skills yaitu kejujuran, tanggung jawab, berlaku adil, kemampuan
bekerja sama, kemampuan beradaptasi, kemampuan komunikasi, toleran,
hormat terhadap sesama, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
memecahkan masalah39. Maka guru memiliki tanggungjawab yang besar
menyelesaikan persoalan tersebut, membersamai dan memantapkan
kepribadian siswa agar dalam proses kegiatan yang berkaitan dengan karakter
38 Purwoko, Chakim, Lutfi. Panduan SMPIT Nurul Islam...14-15 39 Muqowim, Pengembangan SOFT SKILLS GURU,Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani,
2012. 5
mandiri dan religius tercapai target yang diharapkan. Pendidikan mampu
membentuk kesadaran diri peserta didik, Socrates pernah berkata, “Kenalilah
dirimu sendiri!” Konon, Al Ghazali sebagaimana ditulis Muqowim pernah
mengatakan bahwa barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal
Tuhannya (man ’arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu): barang siapa mengenal
hatinya, maka dia akan mengenal dirinya (man ‘arafa qalbahu faqad ‘arafa
nafsahu ).40 Kalau kita perhatikan kedua pernyataan kedua tokoh tersebut
secara empiris terbukti dalam realitas di lapangan, bahwa maksud dan tujuan
pendidikan yang sangat mulia tersebut belum sepenuhnya memenuhi harapan
dan cita-cita pendidikan Islam dan nasional.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian kami bertujuan
memberikan kontribusi dalam pengawalan program yang mendukung
penguatan pendidikan karakter mandiri dan religius melalui sarana
pengembangan instrumen pendidikan karakter sehingga siswa akan konsisten,
termotivasi dan dapat di evaluasi pelaksanakannya . Bagi peneliti menarik
karena beragamnya siswa yang masuk di SMPIT Nurul Islam Tengaran baik
dari SD negeri/ swasta, berasal dari beberapa daerah, profesi orangtua berbeda
dan umumnya siswa sebelumnya belum pernah hidup berasrama. Tentu ini
merupakan tantangan tersendiri bagi pengelola yakni para guru,
musyrif/musrifah mereka rata-rata masih keluarga muda,sebagian besar masih
mahasiswa, harus membimbing siswa SMP yang tengah memasuki masa
remaja dengan berbagai problematikanya serta tuntutan ideal dari walimurid
40 Muqowim, PENGEMBANGAN SOFT SKILLS GURU,.... , 22
agar putranya ada perubahan signifikan baik dalam hal ketaatan ibadah,
karakter yang baik.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Instrumen yang digunakan tanpa petunjuk teknis yang jelas.
b. Instrumen penilaian hanya memunculkan salah satu aspek.
c. Alur laporan instrumen penilaian harus lebih jelas.
2. Batasan Masalah
Masalah ini dikhususkan pada guru SMP, yang berkaitan dengan
pengembangan instrumen karakter mandiri dan religius di SMPIT Nurul
Islam Tengaran Kabupaten Semarang.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tingkat kebutuhan penguatan pendidikan karakter mandiri
dan religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran?
b. Bagaimanakah pengembangan instrumen pendidikan karakter
mandiri dan religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran?
c. Bagaimana efektifitas pelaksanakan pengembangan instrumen
penguatan pendidikan karakter mandiri dan religius di SMPIT Nurul
Islam Tengaran?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a. Mendiskripsikan tingkat kebutuhan SMPIT Nurul Islam Tengaran
terhadap pendidikan karakter mandiri dan religius
b. Mendiskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter mandiri dan
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran?
c. Merumuskan instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri
dan religius
d. Mengetahui tingkat signifikansi efektifitas intrumen pendidikan
karakter mandiri dan religius yang dikembangkan
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah
pengetahuan tentang pengembangan instrument pendidikan karakter
mandiri dan religius di sekolah.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengelola
pendidikan dalam mengembangkan instrumen pendidikan khususnya
pembentukan karakter mandiri dan religius di sekolah.
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian sebelumnya
Penelitian pengembangan sebelumnya yang menghasilkan produk terkait
pendidikan karakter.Penelitian yang berjudul “Pengembangan Model
Pembelajaran Humanis Relegius dalam Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar” yang dilakukan Jamarudin, Abdul Gafur, dan Siti Partini
Suardiman41 telah menghasilkan produk model pembelajaran, yaitu buku
panduan atau pedoman pembelajaran dan perangkat instrument penilaian
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
humanis relegius valid dan efektif untuk menanamkan karakter positif
dalam diri peserta didik. Penelitian yang menghasilkan produk hampir
sama adalah yang menambah khazanah ilmiah khususnya di bidang
pendidikan.
Selanjutnya penelitian,“Pengembangan Instrumen penilaian
pendidikan karakter terpadu” oleh Sultan Sutijan,Hasan Makhfud, Lies
Lestari,Chumdari tujuan penelitian ini (1) menemukan prototype intrumen
penilaian pendidikan karakter terpadu dan (2) menguji validitas intrumen
penilaian pendidikan karakter dan kehandalannya.42 Berikutnya penelitian
oleh Nurhadi, ”Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Spiritual dan
Sosial Pada Pembelajarn IPA Terpadu” tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan instrument penilaian sikap spiritual (nilai ketuhanan) dan
sosial pada pembelajaran IPA terpadu untuk SMP.43 Kemudian penelitian
oleh Peni Nur Hidayati dengan judul tesis,”Pengembangan Intrumen
Penilaian Autentik Dengan Buku Saku Materi Gemar Membaca Kelas 1
MI Se-Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”, penelitian ini menghasilkan
41 Jamarudin, Abdul Gafur, dan Siti Partini Suardiman, “Pengembangan Model
Pembelajaran Humanis Relegius dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, UNY, Volume 2, Nomor 2 ( 2014),114-129
42 Sutijan Sultan, Makhfud Hasan, Lestari Lies,Chumdari,“Pengembangan Instrumen
penilaian pendidikan karakter terpadu”, Jurnal Paedagogia, Vol.18 No.2 Tahun 2015 FKIP Universitas Sebelas Maret, hal. 1-9
43 Nurhadi,Rosidin Undang,Suana Wayan,” Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap
Spiritual dan Sosial Pada Pembelajarn IPA Terpadu” Jurnal.fkip.Unila.vol. 2,no.4(2014),107-118
buku saku instrument penilaian autentik salah satu kontennya penjelasan
dan cara penggunaannya44.
Dari kelima penelitian tersebut bisa disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan tentang model pendidikan karakter yang dilakukan banyak
orang telah menghasilkan produk yang beraneka ragam tetapi muaranya
sama, yaitu menawarkan model pendidikan karakter sebagai solusi
terhadap hambatan-hambatan penanaman karakter yang selama ini masih
menjadi perhatian serius negeri
Selanjutnya, perbedaan penelitian in dengan penelitian sebelumnya
adalah, bahwa penelitian ini mengambil dua dari 18 karakter, yaitu sikap
mandiri dan religius, kemudian dari dua karakter tersebut masing-masing
dikembangkan model pendidikannya. Perbedaan berikutnya obyek
penelitian, SMPIT Nurul Islam Tengaran menjadi pilihan peneliti karena
belum pernah ada penelitian dengan judul sebagaimana diajukan peneliti.
Adapun pengembangan model pendidikan karakter mandiri dan religius
dalam penelitian ini adalah pemberlakuan system control dengan buku
komunikasi kegiatan ibadah harian dan control kemandirian beserta alur
pemberlakuan dan evaluasinya.
E. Kerangka Teori.
1. Pendidikan Karakter.
44 Peni Nur Hidayati, Pengembangan Intrumen Penilaian Autentik Dengan Buku Saku
Materi Gemar Membaca Kelas 1 MI Se-Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”,Tesis,IAIN
Salatiga,2019,15
Karakter menurut Ieke sartika Iriany45 menyatakan, bahwa karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia baik dalam rangka berhubungan
dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia maupun
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan
perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya serta adat istiadat. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia kata “karakter” diartikan tabi’at, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti, yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan
watak.46 pendapat bahwa: Pendidikan karakter adalah suatu proses
pendidikan yang holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan
ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi terbentuknya
generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip
suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.47 Menurut Larry P.
Nucci dan Darcia Narcaez,48 yang dimaksud pendidikan karakter , beliau
menyatakan: “Character education is defined as any school-instituted program,
designed in cooperation with other community institutions, to shape directly and
systematicallya values believed directly to bring aboaut that behavior.”
Sedangkan menurut Mulyasa, pendidikan memiliki makna yang
lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya
45Leke Sartika Iriany, Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Revitalisasi Jati Diri Bangsa,
Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 08; No. 01 (2014), 54-85. 46Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, Edisi keempat,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, 623. 47Hajar Dewantoro,”Makna Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli Pendidikan
Indonesia”, Silabus Media Pendidikan Indonesia 21 Februari 2017, hal.1 48Larry P. Nucci&Darcia Narvaez, Handbook of Moral and Character Education, Taylor &
Francis e-Library, 2008, 80.
berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga
anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi serta
kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam hidup
sehari-hari.49
Berbagai sudut pandang yang dikemukakan oleh para pakar tersebut
kami pahami bahwa ruang lingkup makna karakter memiliki cakupan yang
luas, tidak hanya membahas perilaku baik-buruk, benar-salah, namun lebih
dari itu. Nilai-nilai kebaikan yang mencakup hubungan dengan Tuhan,
diri sendiri, sesama manusia dan bahkan lingkungan yang terwujud dalam
pikiran, perasaan dan perilaku itu hendaknya benar-benar menjadi habits (
kebiasaan).
2. Karakter Mandiri dan Religius.
Karakter mandiri dan religius adalah bagian yang tercantum dari 18 nilai-
nilai pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang sudah
disusun oleh kementrian dinas pendidikan,budaya pemuda dan olah raga.
Kemandirian berasal dari kata diri yang mendapat awalan ke dan akhiran
an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.
Pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari
pembahasan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut
dengan istilah self karena diri itu merupakan inti dari kemandirian.
49 Mulyasa,Menejemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Akasara, 2014, 74
Kemandirian (self reliance) adalah kemampuan untuk mengelola
semua yang dimiliki , tahu bagaiamana mengelola waktu, berjalan dan
berpikir secara mandiri disertai dengan kemampuan mengambil resiko dan
memecahkan masalah. Individu yang mandiri tidak membutuhkana
petunjuk yang detail dan terus menerus bagaiamana mencapai produk
akhir, ia bersandar pada diri sendiri. Kemandirian berkenaan dengan tugas
dan ketrampilan bagaimana mengerjakan sesuatu mencapai sesuatu dan
bagaimana mengelola sesuatu. Kemandirian hendaknya dapat memenuhi
beberapa aspek, sebagaimana dijelaskan menurut Masrun yaitu:
a. Tanggungjawab yaitu kemampuan memikul tanggungjawab,
kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas, mampu menyelesaikan
hasil kerjanya, kemampuan menjelaskan peranan baru, memiliki
prinsip mengenai apa yang benar dan salah dalam berfikir dan
bertindak.
b. Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri.
c. Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan bertindak
secara kreatif.
d. Kontrol diri, control diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian
tindakan dan emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan
melihat sudut pandang orang lain.
Berdasarkan berbagai sudut pandang diatas maka keuntungan dari sikap
mandiri adalah muncul pribadi yang bertanggung jawab karena memiliki
keberanian melakukan sesuatu dengan resiko dan tantangan yang
dihadapinya, menjadi pribadi yang percaya diri karena sudah terbiasa
menghadapi masalah. Orang-orang yang mandiri jauh lebih tenang dalam
menghadapi hidup ini.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan tehnologi yang tentu membawa
dampak positif diberbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, hukum dan
bidang yang lainnya. Namun juga berdampak pada dekadensi moral
disemua lapisan masyarakat dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan
pelaja, pejabat atau profesi lainnya. Sikap religius yang ditanamkan sejak
dini, remaja diharapkan dapat menjadi control terhadap perilaku seseorang
dalam setiap situasi dan kondisi. Karena pada dasarnya sikap religius ini
bersumber pada pemahaman nilai-nilai agama yang diyakini kebenarannya
dan bagaimana pemahaman itu membumi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter menurut R. Stark dan C.Y. Glock50 dalam
bukunya American Piety: The Nature of Religious Commitment, bahwa
relegius meliputi lima dimensi: (a) the belief dimension, yang mengukur
tingkat sejauhmana seseorang menerima hal-hal yang bersifat dogmatis
dalam agamanya, (b) religious practice, yaitu aspek yang mengukur sejauh
mana seseorang melakukan kewajiban ritual dalam agama yang dianutnya,
(c) the experience dimension; berkaitan dengan sejauh mana orang
tersebut pernah mengalami pengalaman yang merupakan keajaiban dari
Tuhannya, seperti do’anya dikabulkan, merasa diselamatkan dan lain-lain,
50Dalam bukunya American Piety: The Nature of Religious Commitment, London:
University of California Press, 1974, 14-16
(d) the knowledge dimension, yaitu tentang seberapa jauh seseorang
mengetahui, mengerti, dan paham tentang ajaran agamanya, dan sejauh
mana seseorang itu mau melakukan aktivitas untuk semakin menambah
pemahamannya dalam hal keagamaan yang berkaitan dengan agamanya,
dan (e) the consequences dimension, yaitu berkaitan dengan sejauh mana
seseorang mau berkomitmen dengan ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Bersumber pada penjelasan pengertian di atas, maka peneliti
memfokuskan pada aspek religious practice, yakni mengukur sejauhmana
aspek seseorang melakukan kewajiban ritual dalam agama yang dianutnya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Model penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode
penelitian ini merupakan sebuah metode yang dapat menghasilkan produk
dalam bidang keahlian tertentu yang diikuti produk sampingan tertentu
serta memiliki efektivitas dari sebuah produk tersebut.26 Metode penelitian
ini menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluations) yang dikembangkan oleh Dick and
Carry (1996). Model ADDIE dikembangkan untuk merancang sistem
pembelajaran.51 Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan
51 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2014, 199-200
instrumen penilaian karakter mandiri dan religius. Instrumen ini
dimaksudkan sebagai. Dalam penilaian autentik, instrumen penilaian
kurikulum 2013 sudah disiapkan oleh pemerintah, namun masih ada
instrumen penilaian yang perlu dikembangkan sehingga lebih
memudahkan guru dan sesuai dengan kondisi siswa dalam setiap proses
pembelajaran.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan model ADDIE adalah
sebagai berikut:
a. Analysis
Pada tahap ini, kegiatan utamanya adalah menganalisis kebutuhan
pengembangan dengan menentukan instrumen penilaian yang
menjadi obyek pengembangan panduan instrumen penilaian autentik
dan menganalisis segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses
pengembangan.
b. Design
Membuat desain atau kerangka panduan buku saku instrumen
penilaian autentik yang digunakan dalam pembelajaran baik dari segi
susunan maupun tampilan.
c. Development
Pada tahap ini, kerangka panduan buku saku instrumen penilaian
autentik direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan.
d. Implementation
Produk yang telah dibuat kemudian diimplementasikan pada situasi
yang nyata yaitu di dalam kelas. Setelah penerapan implementasi,
dilakukan evaluasi awal untuk membari umpan balik pada penerapan
produk berikutnya.
e. Evaluation
Evaluasi dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pengembangan produk, mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh
sasaran, serta melihat kembali dampak produk yang dikembangkan
dengan cara yang kritis.
2. Subyek Penelitian.
Subyek penelitian merupakan individu yang dilibatkan dalam rangka
mengambil data. Sebagai suatu kelompok, subyek biasanya digunakan
sebagai sampel. Sampel diambil dari kelompok besar individu yang
disebut populasi.52
Berdasarkan pada pengertian tersebut, populasi pada penelitian ini,
baik pada penelitian pendahuluan maupun penelitian untuk menguji
efektifitas produk adalah semua tenaga pendidik Pembina pendidikan
karakter di SMPIT Nurul Islam Tengaran sejumlah 40 orang. Sebagaimana
yang diungkapkan Sugiyono,53 karena jumlah populasi kecil, maka
penentuan jumlah sampel bisa mengacu Isaac dan Michail dengan
menetapkan tingkat kesalahan 5%, maka diperolah 36 orang pendidik
52Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi, 2017.
78. 53Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2016, 86-
87.
sebagai sampelnya. Karena karakter populasi cenderung homogeny, maka
sampel diamabil secara acak (random sampling). Menurut Sukardi54
3. Teknik Pengambilan Data
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah
teknik triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada.55 Adapun macam teknik yang digabungkan dalam
penelitian ini meliputi; obervasi, wawancara, angket (kuesioner).
4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dalam rangka
mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.56 tingkat kebutuhan pendidikan karakter
mandiri dan religius di tempat penelitian dan sekaligus pelaksanakan
pendidikan karakter tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi
analisis untuk membuktikan signifikansi efektifitas model pendidikan
karakter baik mandiri maupun religius. Bentuk hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis asosiatif, yakni dugaan terhadap ada tidaknya hubungan
secara signifikan antara dua variabel atau lebih.
54Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2016, 58. 55 Sugiyono, Metode Penelitian ...,327 56 Sugiyono, Metode Penelitian...., 147-150
BAB II
KEBUTUHAN INSTRUMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER MANDIRI DAN RELIGIUS
SMPIT NURUL ISLAM TENGARAN
A. Hasil Pengamatan lapangan
Peneliti mengumpulkan data di SMPIT Nurul Islam Tengaran dengan
melakukan observasi lapangan, dapat dideskripsikan sebagai berikut; terletak
di dusun Kaligandu desa Klero kecamatan Tengaran kabupaten Semarang
SMPIT Nurul Islam Tengaran merupakan salah satu sekolah yang
menerapakan boarding school berdiri tahun 2007 bernaung di bawah Yayasan
Pendidikan Islam Sabilul Khoirot. Secara hirarki struktural kedinasan,
termasuk binaan kementrian pendidikan kebudayaan pemuda dan olah raga.
Karena menerapkan sisitem boarding school mewajibkan siswanya bermukim
(berasrama), dimana pada pagi hingga siang hari belajar di sekolah selanjutnya
sore hari serta malam hari mengikuti program kepondokan, pembiasaan ibadah
dan penenaman nilai-nilai akhlaq mulia di pondok. Sekolah dan pondok
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Siswa pada jam sekolah, dari pagi
sampai siang hari mendapatkan pelajaran dengan berbagai disiplin ilmu yang
mengacu pada standar isi dinas pendidikan dengan tambahan materi muatan
syar’i berupa; Qur’an hadits, SKI, BTAQ dan bahasa Arab. Selain itu ada
program pengembangan diri untuk menyalurkan minat bakat santri dimana
setiap siswa wajib memilih dan mengikuti kegiatan yang tercakup dalam
program ekstrakurikuler. Program pengembangan diri ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa agar memiliki bekal kemandirian, rasa percaya diri, disiplin,
melatih memiliki rasa tanggung jawab dan berbagai lifeskill lainnya.
Selanjutnya waktu sore hari hingga pagi hari, siswa dibekali dengan berbagai
aspek ibadah, penanaman dan pembiasaan akhlaq mulia, tahsin dan tahfidz Al
Qur’an serta pembiasaan berbahasa Arab dan Inggris. Semua program telah
disetting dalam kerangka pencapaian visi sekolah utamanya dalam sisi akhlaq
mulia dan pembiasaan beribadah.
B. Hasil wawancara kondisi faktual SMPIT Nurul Islam Tengaran
1. Wawancara dengan ketua komite
Berdasarkan wawancara dengan ketua komite : peneliti implementasi
penanaman pendidikan karakter menemukan beberapa hal yang menjadi
catatan penting. Sesuai dengan visi dan misi sekolah pendidikan karakter
terlihat ada upaya maksimal dalam merealisasikan dari semua komponen
mulai pengurus yayasan, komite sekolah, kepala sekolah, guru, karyawan
dan wali murid. Mereka berharap itu menjadi budaya sekolah dan
berdampak pada kepribadian siswa dan seluruh warga sekolah setiap
harinya. Suasana kondusif lingkungan pendidikan bagi tumbuh
kembangnya nilai-nilai karakter diawali dari membangun keteladanan
mulai pucuk pimpinan, dewan guru, pegawai TU sampai pada tim
kebersihan ( crew cleaning service). Permasalahan adanya keluhan dari
walimurid bahwa ada beberapa guru ketika ditanya tentang perkembangan
akhlak, pembiasaan beribadah anaknya tidak bisa menjelaskan secara
mendalam kemungkinan dikarenakan tidak memiliki data yang cukup.
2. Wawancara dengan waka kurikulum
Selanjutnya wawancara dengan waka kurikulum ; proses pembelajaran di
kelas, mengacu pada pelaksanakan kurikulum 2013 sudah dipastikan
bahwa semua guru mempunyai tanggungjawab dalam peran sertanya
membangun karakter siswa. Hal ini terlihat dalam dokumen rencana
pelaksanakan pembelajaran (RPP) yang memuat kompetensi aspek
spiritual, sosial, intelektual dan ketrampilan. Semua aspek ini
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar dengan memasukkan
dan mengawal nilai karakter sesuai dengan tema pembelajarannya.57
Kepala sekolah dan guru senior yang ditunjuk melakukan supervise RPP
salah satunya untuk memastikan program penguatan pendidikan karakter
yang menjadi target yang harus dicapai tercantum. Untuk membantu guru
dalam merumuskan kegiatan tersebut, sekolah mengagendakan In House
Traning (IHT) khusus bagaimana membuat administrasi pembelajaran
salah satunya memasukkan karakter dalam proses bahkan sampai
penilaian. Permasalahannya: ada beberapa yang hanya fokus
menyampaikan materi sebatas menyelesaikan kewajiban menuntaskan
bahan ajar tanpa mempedulikan bagaimana motivasi dalam belajar,
kejujuran mengerjakan tugas, mencermati kebersihan ruang kelas,
57 Tim Pengembang Kurikulum. Dokumen 1 KTSP SMPIT Nurul Islam Tengaran Tahun
Pelajaran 2019/2020, Tengaran, 2019, 12
menyapa siswa menanyakan pembiasaan wudlu, sehingga tidak memiliki
data yang cukup untuk menginformasikan terkait sikap mandiri siswa.
3. Wawancara kesiswaan.
Berdasarkan wawancara dengan bidang kesiswaan menjelaskan seputar
aktifitas siswa dengan berbagai macam ekstrakurikuler kaitanya dengan
nilai-nilai pendidikan karakter di SMPIT Nurul Islam Tengaran,
kegiatannya meliputi ; pramuka ( ekstra wajib), pencak silat, qiroah, sepak
bola, bola voly, melukis, seni kriya. Pada kegiatan pramuka adalah dalam
rangka mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik
terutama sikap peduli. Permasalahan; waktu ekstra yang sangat pendek,
siswa kurang sigap dalam mempersiapkan setiap kegiatan sekolah
C. Pembahasan.
Bagaimana mengetahui tingkat kebutuhan penanaman pendidikan karakter
mandiri dan religius lebih mendalam, peneliti memperkuat dengan berbagai
teknik seperti dokumentasi,observasi lapangan, wawancara dan penyebaran
angket. Selanjutnya dapat kami sampaikan berdasarkan pada penelitian awal
atau pendahuluan dengan melaksanakan wawancara dan penyebaran
kuesioner, penguatan penanaman pendidikan karakter di SMPIT Nurul Islam
Tengaran menunjukkan keseriusan.
Dalam meneliti aspek mandiri tersebut, peneliti membuat kisi-kisi instrumen
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kisi-kisi instrument untuk mengukur tingkat kebutuhan pendidikan
karakter mandiri di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun 2019/2020
Variabel Indikator Jumlah
butir
Nomor butir
pada
instrumen
Target SKL (Standar Kelulusan) 1 1
Kebijakan 1. Program
2. Ekstrakurikuler
1
1
2
3
Pelaksanaan 1. Implementasi di KBM
2. Ekstrakurikuler
1
1
4
5
SDM Penanggungjawab 1 6
Evaluasi Alat Ukur 1 7
Hasil
1. Mandiri menata tempat
tidur setelah bangun tidur
2. Mandiri menyiapkan
seragam tertib dan rapi.
3. Mandiri disiplin shalat
berjamaah
4. Mandiri belajar malam
5. Mandiri melengkapi
keperluan belajar
6. Mandiri mengerjakan
setiap ulangan di sekolah
7. Mandiri menyiapkan
perlengkapan ibadah
(peci,mukena,AlQur’an)
8. Mandiri mencuci piring
setelah makan
1
1
1
1
1
1
1
1
8
9
10
11
12
13
14
15
Dari kisi-kisi tersebut kemudian dibuat daftar pertanyaan untuk
dibagikan kepada semua responden penelitian, yaitu para guru dan musyrif di
SMPIT Nurul Islam Tengaran. Daftar pernyataan tersebut dibuat dengan model
atau skala pengukuran rating scale dimana responden menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
1. Tingkat kebutuhan pengembangan aspek karakter mandiri
Hasil penelitian di lapangan melalui kuisioner yang dibagikan kepada 35
guru menunjukkan data sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hasil pengumpulan kuesioner tingkat kebutuhan pendidikan karakter
mandiri di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun 2019/2020
Nomor
Reponden
Jawaban Responden untuk item nomer Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 41
2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 44
3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 40
4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 43
5 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 45
6 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42
7 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 37
8 3 2 3 2 2 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 40
9 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 42
10 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 47
11 4 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 49
12 3 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 48
13 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 43
14 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 49
15 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 45
16 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 48
17 4 4 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 46
18 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 47
19 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 48
20 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 45
21 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48
22 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 47
23 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 40
24 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 2 2 41
25 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 44
26 3 3 4 2 3 3 1 4 3 2 2 2 3 4 3 42
27 4 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 45
28 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 34
29 4 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 2 41
30 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 46
31 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 35
32 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 38
33 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 44
34 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 34
35 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 33
Jumlah Total Skor 1.499
Dari data tersebut dapat dijelaskan, bahwa jumlah skor ideal
(kriterium) untuk seluruh item bila setiap butir mendapat skor tertinggi
maka = 4x15x35= 2100. Data dari skor kuesioner menunjukkan bahwa
jumlah keseluruhan skor= 1.499 Dengan demikian secara prosentase
dapat dilihat ( 1.499 : 2100 )x100%=71 Adapun secara kontinum dapat
dibuat dengan kategori sebagai berikut:
525 1050 1575 2100
1.499
Sangat Kurang Cukup baik Sangat
tidak baik baik
Kebutuhan pendidikan karakter mandiri berdasarkan data tersebut
menjelaskan jawaban responden menyatakan pada posisi cukup dalam
pelaksanakan, namun demikian masih dibutuhkan pengembangan kearah
baik atau sangat baik.
2. Tingkat kebutuhan pengembangan aspek karakter religius
Selanjutnya dalam aspek religius selain melalui pengamatan dan
wawancara, dari penyebaran kuesioner kepada 35 guru, untuk mengetahui
sejauhmana tingkat kebutuhan pendidikan karakter religius tersebut
dengan langkah awal membuat kisi-kisi instrument sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrument untuk mengukur tingkat kebutuhan pendidikan
karakter religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran
2019/2020
Variabel
Indikator
Jumlah
butir
Nomor
butir pada
instrumen
Target 1. SKL (Standar Kelulusan) 1 1
Kebijakan 1. Program
2. Anggaran
1
1
2
3
Pelaksanaan 3. Implementasi di KBM
4. Ekstrakurikuler
1
1
4
5
SDM Penanggungjawab 1 6
Evaluasi Alat Ukur 1 7
Hasil
1. Dzikir setelah salat
2. Respon terhadap sholat jamaah
3. Adab antara adzan dan Iqamah
4. Menjaga wudlu
5. Doa masuk dan keluar masjid
6. Membiasakan puasa sunah
7. Infak Jum’at
8. Sholat sunah rawatib
1
1
1
1
1
1
1
1
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan dari kisi-kisi tersebut kemudian dibuat daftar untuk
dibagikan kepada semua responden penelitian, yaitu guru dan karyawan
SMPIT Nurul Islam Tengaran. Daftar pernyataan tersebut dibuat dengan
model ratingscale dimana responden menjawab salah satu jawaban
kuantitaif yang telah disediakan.
Hasil penelitian di lapangan melalui kuesioner yang dibagikan kepada 35
guru dan karyawan menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil pengumpulan kuesiner tingkat kebutuhan pendidkan karakter
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran 2019/2020
Nomor
Responden
Jawaban Responden untuk item nomer Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 45
2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 43
3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 2 41
4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 46
5 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 35
6 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 38
7 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 42
8 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 33
9 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 3 34
10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 45
11 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48
12 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 47
13 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 40
14 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 2 2 41
15 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 44
16 3 3 4 2 3 3 1 4 3 2 2 2 3 4 3 42
17 4 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 45
18 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 42
19 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 47
20 4 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 49
21 3 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 48
22 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 43
23 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 49
24 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 45
25 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 48
26 4 4 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 46
27 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 46
28 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 45
29 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 44
30 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 40
31 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 43
32 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 45
33 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42
34 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 37
35 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 45
Jumlah Total Skor 1514
Dari data tersebut dapat dijelaskan, bahwa jumlah skor ideal
(kriterium) untuk seluruh item bila setiap butir mendapat skor tertinggi
maka = 4 x 15 x 35 =2100. Data dari skor kuesioner menunjukkan bahwa
jumlah skor=. Dengan demikian secara prosentase dapat dilihat dengan
(1.514 : 2.100)x100%=72%. Adapun scara kontinum dapat dibuat kategori
sebagai berikut:
525 1.050 1.575 2.100
Sangat Kurang 1.514 Baik Sangat baik
Tidak baik baik Cukup baik
Analisa kebutuhan pentingnya pengembangan pendidikan karakter
religius berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden
masih berada di daerah cukup baik tapi belum baik atau sangat baik. Maka
perlu suatu solusi untuk meningkat menjadi baik atau sangat baik.
BAB III
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENDIDIKAN
KARAKTER MANDIRI DAN RELIGIUS
D. Hasil Penelitian
Pembahaasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci sukses
pendidikan. Maksudnya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-
muridnya akan sukses. Guru sebagai figure inspirator dan motivator murid
dalam mengukir masa depannya. Pada sekolah boardingschool pembelajaran
lebih intensif, frekuensinya lebih banyak memungkinkan guru dan siswa
mengalami suatu dinamika dalam menghasilkan respon tertentu. Dalam
pembelajaran tentu ada penilaian dan evaluasi. Peneliti mencermati banyak
guru yang mengalami kesulitan dalam melakukan pendampingan, karena
konsistensi siswa dalam menjalankan program sekolah dan asrama tidak stabil.
Sebenarnya sudah ada mutabaah yaumiyah dalam memantau siswa namun
hanya kolom-kolom tanpa petunjuk teknis penggunaan sehingga
membingungkan guru terlebih guru yang baru masuk. Pengembangan
panduan instrumen pendidikan karakter mandiri dan religius yang kami beri
judul “ Gesit Mandiri” diharapkan mampu menjadi solusi dan semakin baik,
meningkat dari cukup baik menjadi baik atau sangat baik. Perancangan
pengembangan panduan instrumen pendidikan karakter mandiri dan religius
dilakukan dalam 5 tahapan yaitu analysis, design, implementation, evaluation.
E. Pembahasan
a. Kerangka berpikir
Pengembangan instrumen pendidikan karakter mandiri dan religius
bertujuan untuk membantu guru dalam meningkatkan pemantauan dan
menilai. Buku Gesit Mandiri yang berisi instrumen penilaian ini disusun
salah satu panduan bagi guru dalam proses penilaian di lapangan terutama
untuk pendidikan karakter mandiri dan religius siswa SMPIT Nurul Islam
Tengaran. Instrumen penilaian karakter ini berpedoman pada buku
panduan SMPIT Nurul Islam Tengaran Sekolah Berbasis Pesantren.
Melalui buku instrumen pengembangan instrumen pendidikan
karakter mandiri dan religius ini diharapkan guru tidak merasa kesulitan
maupun kebingungan dalam melakukan penilaian baik dalam proses
kegiatan belajar mengajar serta kegiatan di luar kelas. Karena instrumen
pengembangan pendidikan karakter mandiri dan religius ini berguna
dalam proses evaluasi diharapkan hasil yang akan dicapai sinergi dengan
visi dan misi lembaga bersangkutan. Secara umum kerangka pemikiran
penelitian pengembangan dapat dilihat dalam skema dibawah ini:
INPUT PROSES OUTPUT
1. Analisa
Kebutuhan
2. Masalah
1.Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi
Produk Instrumen
penilaian karakter
Mandiri dan religius
2. Rancangan instrumen penilaian pendidikan karakter mandiri dan religius
a. Analysis.
Pada tahap ini melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari
temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang dikembangkan.
Untuk menjawab permasalahan yang muncul dari penelitian awal,
Peneliti menyusun buku instrumen penilaian karakter mandiri dan
religius. Berikutnya analysis panduan instrumen penilaian pendidikan
karakter mandiri dan religius ini dilakukan dalam dua tahap yaitu
analysis kebutuhan pengguna dan analysis intruksional.
1) Tahap analysis kebutuhan digunakan untuk menelusuri
permasalahan-permasalahan apa saja yang muncul dalam proses
instrumen penilaian pendidikan karakter mandiri dan religius.
Hasil identifikasi tahap analysis kebutuhan antara lain :
a) Instrumen penilaian pendidikan karakter mandiri dan religius
harus lebih sederhana dan mudah digunakan sehingga
memudahkan guru dalam penggunaan
b) Instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri dan
religius sesuai dengan misi SMPIT Nurul Islam Tengaran
c) Instrumen penilaian pendidikan karakter mandiri dan religius
yang dapat menilai aspek sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan secara komprehensif.
d) Instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri dan
religius telah dilengkapi dengan rubrik dan indikatornya
bermuatan materi sesuai pendidikan karakter.
2) Tahap analysis Instruksional yaitu dengan
melakukanpenyesuaian materi yang ada pada buku panduan
SMPIT Nurul Islam Tengaran dan buku mutu JSIT ( Jaringan
Sekolah Islam Terpadu) Indonesia yang akan disajikan dalam
bentuk Instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri
dan religius untuk membantu guru dalam melakukan penilaian.
b. Design
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengembang panduan
Instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri dan religius
antara lain:
1) Design cover
GB. 3.1
2) Isi buku instrumen penilaian pendidikan karakter mandiri dan
religius.
Buku instrumen pengembangan pendidikan karakter mandiri dan
religius berisi tentang indikator teknis pelaksanakan yang masuk
aspek mandiri yaitu mandiri menata tempat tidur, mandiri
menyiapkan baju, mandiri belajar malam, mandiri mengerjakan
ulangan di sekolah, mandiri menyiapkan perlengkapan ibadah,
dan aspek religius meliputi pembiasaan dzikir setelah salat, adab
antara adzan dan iqomah, menjaga wudlu, doa masuk dan keluar
masjid, tertib sholat jamaah. Alur penggunaan instrumen
pengembangan karakter mandiri. dan religius:
a) Buku kendali Gesit dibawa oleh guru pembimbing gdengan
jumlah peserta 8 sampai dengan 15 siswa.
b) Pengisian buku Kendali dilakukan pada setiap pekan sekali
bersamaan dengan agenda pengarahan dari pembimbing.
c) Sekolah membentuk Tim PSM ( Penegak Siap Mandiri)
yang akan membantu dalam proses penilaian
d) Pada setiap akhir bulan,tim PSM dan pembimbing
menyetorkan buku kendali Siap Mandiri kepada waka
kesiswaan dan BK.
e) Rekap penilaian oleh tim guru BK, selanjut dilaporkan
kepada wali kelas.
f) Wali kelas menyampaikan instrumen penilaian kepada wali
murid
c. Development
Tahap development (Pengembangan), yaitu: kerangka yang masih
konseptual direalisasikan menjadi produk yang siap
diimplementasikan. Tahap pengembangan panduan instrument
penilaian autentik dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan
kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan guru
yang akan menggunakan panduan instrument penilaian karakter
tersebut. Berikutnya tahap pengujian buku Gesit mandiri baik dari
segi design maupun isi instrumen pengembangan instrumen
pendidikan karakter mandiri dan religius.
1) Uji kelayakan produk.
Tahap pengujian instrumen pengembangan pendidikan karakter
mandiri dan religius dilakukan sesuai dengan rancangan
pengembangan. Pengujian dilakukan dengan melakukan validasi
isi instrumen sistem evaluasi dari ahli pendidikan Hariyanto,
M.Pd Pengawas Tenaga Kependidikan Disdikbudpora Kabupaten
Semarang. Data dan saran yang ada pada instrumen digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan panduan instrumen
pengembangan pendidikan karakter mandiri dan religius. Data
hasil validasi dari ahli pendidikan dan ahli pengembangan bahan
ajar adalah sebagai berikut;
a) Hasil Penilaian Ahli Pendidikan.
Tabel 3.1 Penilaian Ahli Pendidikan
No Nama
Nomor dan skor Item Jumla
h
Rata2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. K 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 37 3,36
2. L 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 33 3,00
Jumlah 6 6 7 6 7 6 7 5 6 7 7 70 7,36
Rata-rata 3 3 3,5 3 3,5 3 3,5 2,5 3 3,5
3,5 35 3,18
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, rata-rata total penilaian ahli
pendidikan tentang instrument penilaian karakter mandiri
religius ini sebesar 3,18 yan berarti termasuk ke dalam kategori
valid dan dapat digunakan.
b) Hasil penilaian ahli pengembangan bahan ajar
Tabel 3.2 Penilaian ahli pengembangan bahan ajar
No Nama Nomor dan Skor Item
Jumlah Rata2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 11 12 13 14 15 16 17 18
1 M 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 56 3,11
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, rata-rata total penilaian ahli
pendidikan tentang instrument penilaian karakter mandiri
religius ini sebesar 3,11 yang berarti termasuk ke dalam
kategori valid.
2) Revisi Produk
a) Revisi Ahli Pendidikan
Panduan penilaian karakter mandiri dan religius yang telah
selesai dibuat, kemudian divalidasi oleh ahli pendidikan.
Manurut evaluasi, saran, dan komentar dari ahli pendidikan,
panduan penilaian karakter mandiri dan religius yang di
kembangkan masih mempunyai beberapa kekurangan dan
harus diperbaiki yaitu;
1) Cover layoutnya di perbaiki agar lebih menarik
2) Format penulisan dalam pengembangan instrumen
karakter mandiri dan religius dirapikan.
3) Konten panduan instrumen karakter mandiri dan religius
terlalu sederhana, perlu diperbaiki
4) Keterangan fungsi skor penilaian, rumus dituliskan
Setelah mendapat saran dan masukkan dari ahli pendidikan,
peneliti melakukan revisi produk sebagai berikut:
1) Revisi cover buku
GB. 3.2
“Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang
sedang kesulitan, niscaya akan Allah mudahkan
baginya di dunia dan akhirat” (H.R. Bukhari
dan Muslim)
2) Selanjutnya revisi merapikan format penulisan pada
instrumen karakter mandiri dan religius.
3) Revisi kemasan buku instrumen karakter mandiri dan
religius lebih sederhana.
4) Revisi selanjutnya yaitu menuliskan penjelasan fungsi
skor penilaian yang dituliskan pada item instrumen
karakter mandiri dan religius.
b) Revisi ahli pengembangan bahan ajar.
Panduan instrumen karakter mandiri dan religius yang telah
selesai dibuat, kemudian divalidasi oleh ahli pengembangan
bahan ajar. Menurut evaluasi, saran,dan masukan ahli
pengembangan bahan ajar, panduan intrumen instrumen
karakter mandiri dan religius yang dikembangkan masih
mempunyai beberpa kekurangan dan harus diperbaiki yaitu;
1) Buku instrumen terlalu besar, disederhanakan
2) Contoh penilaian aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dibuat klasifikasi tingkatan sesuai
taksonomi bloom.
c) Setelah mendapat saran dn komentar dari ahli pendidikan,
peneliti melakukan revisi produk sebagai berikut:
1) Buku instrumen karakter mandiri dan religius dibuat
ukuran yang semula besar berukuran 21cmx30cm,
menjadi 14,5cm x 21 cm.
2) Memperjelas kriteria penilaian, dan mengganti kalimat
pada aspek penilaian.
d. Implementation
Pada tahap ini produk instrumen karakter mandiri dan religius
diimplemtasikan dalam situasi yang nyata, yaitu digunakan dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Selama implementasi instrumen
karakter mandiri dan religius digunakan sebagai pedoman penilaian
karakter mandiri dan religius. Penggunaan instrumen karakter mandiri
dan religius dilakukan evaluasi awal untuk umpan balik pada
penilaian instrumen karakter mandiri dan religius.
e. Evaluation
Setelah buku karakter mandiri dan religius untuk instrumen penilaian
karakter mandiri dan religius selesai uji dan dinyatakan layak
digunakan, maka produk di uji cobakan kepada guru sebagai panduan
instrumen penilaian karakter mandiri dan religius untuk mengetahui
apakah produk tersebut membantu guru dan asrama dalam penguatan
penanaman karakter mandiri dan religius. Apabila hasilnya sesuai
maka buku karakter mandiri dan religius tersebut sudah layak
diterapkan sebagai panduan instrumen penilaian karakter mandiri dan
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran.
BAB IV
UJI EFEKTIVITAS HASIL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER
MANDIRI DAN RELIGIUS
A. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Mandiri
1. Uji Efektifitas Pengembangan Model Pendidikan Karakter Mandiri
Dalam menguji tingkat efektifitas model pendidikan karakter yang peneliti
tawarkan adalah dengan membandingkan model yang sudah diterapkan
sebelumnya dengan model baru yang dikembangkan peneliti. Adapun
variabel yang digunakan ada tiga, yaitu alur/sistem control, optimalisasi
penggunaan buku kendali, dan produktifitas (hasil) pengembangan system.
Pengujian untuk mengembangkan model dilakukan melalui dua tahap
yaitu :
a. Pengujian terbatas.
Pengujian terbatas dilakukan pada siswa Uji coba lapangan awal
(preliminary field testing), Peneliti melakukan penelitian terbatas
yang melibatkan 10-15 guru dan siswa 1 kelas. Instrumen penelitian
untuk menguji tingkat efektifitas pengembangan model pendidikan
mandiri dapat dilihat pada table 5 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Instrumen untuk mengukur tingkat efektifitas model
pendidikan karakter mandiri di SMPIT Nurul Islam
Tengaran tahun pelajaran 2019/2020.
Sistem Model
Lama Aspek-aspek Pengembangan Sistem
Sistem Model
Baru
1 2 3 4 Mekanisme pengendalian/kontrol 1 2 3 4
1 2 3 4 Penggunaan buku Siap Mandiri 1 2 3 4
1 2 3 4 Produktifitas buku Siap Mandiri 1 2 3 4
Kuesioner tersebut selanjutnya dibagikan kepada 10 untuk
melakukan uji coba terhadap siswa satu kelas yang berjumlah 30
siswa. Untuk mengukur efektifitas pengembangan model pendidikan
karakter mandiri. memberikan skor; (4) sangat baik, (3) baik, (2)
kurang baik, dan (1) tidak baik. Berikutnya dalam menghitung rata-
rata penilaian terhadap model system lama dan baru pertama-tama
harus ditentukan skor kriterium/idealnya. Skor ideal = 4 x 3 x10=120.
( 4=skor jawaban tertinggi, 3= tiga butir instrument, dan 10 = jumlah
responden). Berikutnya skor ideal untuk setiap butir instrument
=4x10=40 (4=skor tertinggi, 10=skor responden).
Tabel 4.2 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama pendidikan
karakter mandiri di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 1 2 1 4
2 2 2 1 5
3 1 2 1 4
4 2 2 2 6
5 1 1 1 3
6 1 2 1 4
7 2 1 1 4
8 2 2 1 5
9 1 2 1 4
10 2 2 1 5
15 18 11 44
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diperoleh jumlah data =44 dengan
demikian penilaian sistem lama secara keseluruhan = 40 : 120 = 0,36
atau 36% dari penilaian sistem yang diharapkan. Bila dilihat penilaian
system baru berdasarkan alur/sistem mutaba’ah, maka diperoleh = 15
: 40=0,375 atau 37,5% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian untuk
penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku control = 18 : 40 =
0,45 atau 45%. Sedangkan penilaian terhadap produktivitas/hasil
system control = 11 : 40 = 0,275 atau 27,5%. Selanjutnya untuk
menghitung penilaian system model baru cara menghitungnya sama
dengan system model lama di atas = 4 x 3 x 10 = 120, skor ideal setiap
butir = 4 x 10 = 40.
Adapun data penilaian terhadap system model baru sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pendidikan
karakter mandiri di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
pelajaran 2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 3 3 4 10
2 4 3 3 10
3 3 3 4 9
4 4 2 4 10
5 3 2 4 9
6 4 2 4 10
7 4 2 4 10
8 4 3 3 10
9 4 2 3 9
10 4 2 4 10
37 24 36 97
Berdasarkan table. 4.3 tersebut diperoleh jumlah data= 97
Dengan demikian penilaian system baru secara keseluruhan = 97 : 120
= 0,808 atau 80,8% dari penilaian system yang diharapkan. Bila
dilihat penilaian system baru berdasarkan alur/system mutaba’ah,
maka diperoleh = 37: 40 =0,925 atau 92,5% dari kriteria yang
diharapkan. Kemudian untuk penilaian terhadap optimalisasi
penggunaan buku kontrol = 24 : 40 = 0,60 atau 60%. Sedangkan
penilaian terhadap produktifitas/hasil sistem control = 36 : 40 = 0,90
atau 90%. Perbandingan penilaian system model baru dan lama dalam
uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter mandiri di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
pelajaran 2019/2020.
Sistem Model
Lama Aspek-aspek Pengembangan Sistem
Sistem Model
Baru
37,5% Sistem pengendalian/kontrol 92,5%
45,0% Optimalisasi system kendali 60,0%
27,5% Hasil system kendali ( buku Gesit ) 90,0%
36,0% Rata-rata 80,8%
Berdasarkan pada tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa rata-rata penilaian
system model lama 36,0% dan model baru 80,8% . Sistem
pengendalian lama = 37,5 dan system baru 92,5%. Penggunaan buku
siap mandiri system lama =45,0% dan system baru 60,0%.
Produktivitas buku Gesit model lama 27,5% dan baru 90,0% sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam uji coba terbatas sistem model baru
dapat meningkatkan pendidikan karakter mandiri.
b. Tingkat siginifikasi model pendidikan karakter mandiri lama dan
baru
Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi perbedaan system lama
dan baru tersebut, perlu diuji secara statistic dengan t-test
berkorelasi58 (related). Rumusnya sebagai berikut :
t = X̅1 ̅ X̅2
√𝑆1
2
𝑛1+
𝑆22
𝑛2− 2𝑟(
𝑆1
√𝑛1 )(
𝑆2
√𝑛2 )
Untuk dapat menggunakan rumus tersebut, maka perlu dicari terlebih
dahulu korelasi dari penilaian sistem karakter lama dan sistem baru.
Simpangan baku dan varians. Yang dikorelasikan adalah nilai total.
Tabel 4.5 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan
NO X1 X2
1 4 10
2 5 10
3 4 9
58 Sugiyono, METODE PENELITIAN Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta,2017, 307
4 6 10
5 3 9
6 4 10
7 4 10
8 5 10
9 4 9
10 5 10
∑ 𝑋 44 97
X̅ 4,4 9,7
s 0,84 0,48
𝑠2 0,71 0,23
r 0,6 0,6
Selanjutnya dihitung sebagaimana rumus ;
t = 4,4 – 9,9 = -25,821
√0,71
10+
0,23
10− 2.0,6(
0,84
√10 )(
0,84
√10 )(
0,48
√10)
Untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka
t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan t tabel. dengan dk n-
2=8. Berdasarkan lampiran t tabel II dalam distribusi t, untuk uji
satu pihak dengan taraf kesalahan 5%, maka harga tabel =1,860. Bila
harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha atau penolakan Ho.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan
system baru dan lama. Pada pengujian terbatas ini dinyatakan
system kerja baru lebih baik dari system kerja lama.
Daerah penerimaan Ha Daerah
Penerimaan Ho
-25,83 ,860
Gambar 4.1 Uji Hipotesis Model Pendidikan Mandiri
2. Pengujian yang lebih luas.
Pengujian yang lebih luas dilakukan pada 35 guru ( responden ) SMPIT
Nurul Islam Tengaran. Data hasil pengujian dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
Tabel 4.6 Instrumen hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama
pendidikan karakter mandiri dan religius di SMPIT Nurul
Islam Tengaran tahun 2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 3 3 3 9
2 2 3 2 8
3 1 3 2 6
4 2 1 2 5
5 2 2 3 7
6 3 2 1 6
7 2 2 3 7
8 3 2 3 8
9 3 3 3 9
10 2 2 2 6
11 2 2 2 6
12 2 1 2 5
13 2 2 1 5
14 2 2 2 6
15 2 2 2 6
16 2 2 2 6
17 2 2 2 6
18 1 2 2 5
19 2 2 2 6
20 2 3 2 7
21 2 2 2 6
22 2 2 2 6
23 1 2 2 5
24 3 2 2 7
25 3 2 3 8
26 3 4 3 10
27 2 3 3 8
28 2 2 3 7
29 1 3 3 7
30 2 3 2 7
31 2 2 2 6
32 1 2 2 5
33 3 3 3 9
34 2 2 2 6
35 2 2 3 7
73 79 80 232
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut diperoleh jumlah data =241 dengan
demikian penilaian sistem lama secara keseluruhan = 241 : 432 = 0,0558
atau 55,8% dari penilaian system yang diharapkan. Bila dilihat penilaian
system baru berdasarkan alur/system mutaba’ah, maka diperoleh = 76 :
144=0,527 atau 52,7% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian untuk
penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku control = 84 : 144 =
0,583 atau 58,3%. Sedangkan penilaian terhadap produktivitas/hasil
system control = 81 : 144 = 0,563 atau 56,3%.
Selanjutnya untuk menghitung penilaian system model baru cara
menghitungnya sama dengan system model lama di atas = 4 x 3 x 36 =
432, skor ideal setiap butir = 4 x 36 = 144. Adapun data penilaian
terhadap system model baru sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pendidikan
karakter religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
pelajaran 2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 4 4 3 11
2 4 3 4 11
3 3 4 3 10
4 3 4 4 11
5 4 3 3 10
6 3 4 4 11
7 3 4 4 11
8 4 4 3 11
9 4 4 4 12
10 3 2 3 8
11 3 3 3 9
12 3 3 3 9
13 2 3 3 8
14 4 4 4 12
15 4 4 4 12
16 3 3 3 9
17 4 4 3 11
18 4 4 4 12
19 4 4 4 12
20 4 4 3 11
21 4 4 4 12
22 4 3 3 10
23 3 4 4 11
24 4 4 4 12
25 4 3 3 10
26 4 4 4 12
27 3 3 3 9
28 3 3 4 10
29 4 4 3 11
30 3 3 3 9
31 4 4 4 12
32 2 4 3 9
33 4 4 4 12
34 4 4 4 12
35 4 4 4 12
124 127 123 374
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut diperoleh jumlah data= 381
Dengan demikian penilaian system baru secara keseluruhan = 381 : 432
= 0,882 atau 88,2% dari penilaian system yang diharapkan. Bila dilihat
penilaian system baru berdasarkan alur/system mutaba’ah, maka
diperoleh =127:144 =0,882 atau 88,2% dari kriteria yang diharapkan.
Kemudian untuk penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku
control = 130 : 144 = 0,903 atau 90,3%. Sedangkan penilaian terhadap
produktifitas/hasil sistem control = 124 : 144 = 0,861 atau 86,1%.
Perbandingan penilaian system model baru dan lama dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.8 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan karakter
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran
2019/2020.
Sistem Model
Lama
Aspek-aspek Pengembangan Sistem Sistem Model
Baru
52,7% Mekanisme pengendalian/kontrol 88,2%
58,3% Penggunaan buku Siap Mandiri 90,1%
56,3% Produktifitas buku Siap Mandiri 86,1%
55,8% rata-rata 88,2%
Berdasarkan pada tabel 4.8 tersebut terlihat bahwa rata-rata penilaian
system model lama 55,8% dan model baru 88,2% sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem model baru dapat meningkatkan pendidikan
karakter mandiri dan religius siswa.
No X1 X2
1 9 11
2 8 11
3 6 10
4 5 11
5 7 10
6 6 11
7 7 11
8 8 11
9 9 12
10 6 8
11 6 9
12 5 9
13 5 8
14 6 12
15 6 12
16 6 9
17 6 11
18 5 12
19 6 12
20 7 11
21 6 12
22 6 10
23 5 11
24 7 12
25 8 10
26 10 12
27 8 9
28 7 10
29 7 11
30 7 9
31 6 12
32 5 9
33 9 12
34 6 12
35 7 12
∑ 𝑋 233 374
X̅ 23,3 37,4
s 1,30 1,28
S2 1,7 1,6
r 0,3 0,3
t = 23,3 – 37,4 = -14.1
√1,7
10+
1,6
10− 2.0,3(
1,30
√10 )(
1,28
√10 ) √(0.17 + 0.16) − 2.0,3(
1,30
3.16 )(
1,28
3.16 )
= -14.1 = -14.1
√0.33−0.6( 0.41 )( 0.40 ) √0.330− 0.0984
= -14,1 = -14.1 = -14.1 = -29.375
√0,33 − 0,10 √0,23 0.48
Pada pengujian lebih luas, uji satu pihak dengan taraf kesalahan 5%,
maka harga tabel =1,860. Bila harga t hitung jatuh pada daerah
penerimaan Ha atau penolakan Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan
terdapat perbedaan signifikan. Gambar dibawah ini diketahui bahwa Ha
diterima, sehingga dapat dinyatakan model pengembangan pendidikan
karater mandiri dan religius yang baru lebih baik.
Daerah penerimaan Ha Daerah Penerimaan
Ho
-29.37 1,860
Gambar 4.1 Uji Hipotesis Model Pendidikan Mandiri dan Religius
B. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Religius
1. Uji Efektifitas Pengembangan Model Pendidikan Karakter Religius
Dalam menguji tingkat efektifitas model pendidikan karakter religius yang
peneliti tawarkan adalah membuat sistem model optimalisasi peran Tim
GESIT ( Gerakan Santri Ibadah Tertib ) dan buku kontrol Ibadah. Variabel
yang peneliti gunakan ada tiga, yakni alur/system kendali, optimalisasi
penggunaan buku kontrol ibadah, dan produk (hasil) pengembangan
system.
Pengujian untuk mengembangkan model dilakukan melalui dua tahap
yaitu :
a. Pengujian terbatas.
Pengujian terbatas dilakukan pada siswa Uji coba lapangan awal
(preliminary field testing), Peneliti melakukan penelitian terbatas
yang melibatkan 10-15 guru dan siswa 1 kelas. Instrumen penelitian
untuk menguji tingkat efektifitas pengembangan model pendidikan
mandiri dapat dilihat pada table 5 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Instrumen untuk mengukur tingkat efektifitas model
pendidikan karakter religius di SMPIT Nurul Islam
Tengaran tahun pelajaran 2019/2020.
Sistem Model
Lama
Aspek-aspek Pengembangan
Sistem
Sistem Model
Baru
1 2 3 4 Mekanisme pengendalian/kontrol 1 2 3 4
1 2 3 4 Penggunaan buku Siap Mandiri 1 2 3 4
1 2 3 4 Produktifitas buku Siap Mandiri 1 2 3 4
Kuesioner tersebut selanjutnya dibagikan kepada 10 untuk
melakukan uji coba terhadap siswa satu kelas yang berjumlah 30
siswa. Untuk mengukur efektifitas pengembangan model pendidikan
karakter mandiri. memberikan skor; (4) sangat baik, (3) baik, (2)
kurang baik, dan (1) tidak baik. Berikutnya dalam menghitung rata-
rata penilaian terhadap model system lama dan baru pertama-tama
harus ditentukan skor kriterium/idealnya. Skor ideal = 4 x 3 x10=120.
( 4=skor jawaban tertinggi, 3= tiga butir instrument, dan 10 = jumlah
responden). Berikutnya skor ideal untuk setiap butir instrument
=4x10=40 (4=skor tertinggi, 10=skor responden).
Tabel 5.0 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama pendidikan
karakter Religius SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 1 2 2 5
2 2 2 1 5
3 1 2 2 5
4 2 2 2 6
5 1 1 1 3
6 1 2 1 4
7 2 1 1 4
8 2 2 1 5
9 2 1 1 4
10 2 2 1 5
16 17 13 46
Berdasarkan tabel 4.2 idealnya semua skor = 4x3x10=120 dan setiap
butir 4x10=40. Dari tabel tersebut diperoleh jumlah data =46 dengan
demikian penilaian sistem lama secara keseluruhan = 46 : 120 = 0,38
atau 38% dari penilaian sistem yang diharapkan. Bila dilihat penilaian
system baru berdasarkan alur/sistem kendali, maka diperoleh = 16 :
40=0,40 atau 40% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian untuk
penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku control = 17 : 40 =
0,43 atau 43%. Sedangkan penilaian terhadap produktivitas/hasil
system control = 12 : 40 = 0,33 atau 33%.
b. Tingkat siginifikasi perbedaan model pendidikan karakter religius
lama dan baru
Selanjutnya untuk menghitung penilaian system model baru cara
menghitungnya sama dengan system model lama di atas = 4 x 3 x 10
= 120, skor ideal setiap butir = 4 x 10 = 40. Adapun data penilaian
terhadap system model baru sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pendidikan
karakter religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
pelajaran 2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no
Jumlah a b c
1 4 4 3 11
2 3 4 3 10 3 3 3 3 9 4 4 3 3 10
5 3 3 3 9 6 4 3 3 10 7 3 3 4 10 8 3 4 3 10 9 3 3 3 9
10 4 3 3 10 34 33 31 98
Berdasarkan table. 4.3 tersebut diperoleh jumlah data= 98. Dengan
demikian penilaian system baru secara keseluruhan = 98 : 120 =
0,82atau 82% dari penilaian system yang diharapkan. Bila dilihat
penilaian system baru berdasarkan alur/system kendali, maka
diperoleh = 34: 40 =0,85 atau 85% dari kriteria yang diharapkan.
Kemudian untuk penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku
control = 33 : 40 = 0,83 atau 83%. Sedangkan penilaian terhadap
produktifitas/hasil sistem control = 31 : 40 = 0,78 atau 78%.
Perbandingan penilaian system model baru dan lama dalam uji coba
terbatas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan
karakter Religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun
pelajaran 2019/2020.
Sistem Model
Lama
Aspek-aspek Pengembangan Sistem Sistem Model
Baru
40% Sistem pengendalian/kontrol 82%
43% Optimalisasi system kendali 85%
33% Hasil system kendali ( buku Gesit ) 78%
38% Rata-rata 82%
Berdasarkan pada tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa rata-rata penilaian
system model lama 38 % dan model baru 82% . Sistem pengendalian
lama = 40% dan system baru 83%. Optimalisasi system lama =45%
dan system baru 78% . Produktivitas buku Gesit model lama 30% dan
baru 85% sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam uji coba terbatas
sistem model baru dapat meningkatkan pendidikan karakter Religius.
Selanjutnya menentukan korelasi dari penilaian sistem karakter lama
dan sistem baru. Simpangan baku dan varians. Yang dikorelasikan
adalah nilai total.
Tabel 5.3 Nilai-nilai kinerja yang dikorelasikan
NO X1 X2
1 5 11
2 5 10
3 5 9
4 6 10
5 3 9
6 4 10
7 4 10
8 5 10
9 4 9
10 5 10
∑ 𝑋 46 98
X̅ 4,6 9,8
s 0.84 0.63
𝑠2 0.71 0.40
r 0.5 0.5
Selanjutnya dihitung sebagaimana rumus ;
t = 4,6 – 9,8 = -21,757
√0,71
10+
0,40
10− 2.0,5(
0,84
√10 )(
0,63
√10 )
Untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka
t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan t tabel59. dengan dk n-
2=8. Berdasarkan lampiran t tabel II dalam distribusi t, untuk uji satu
pihak dengan taraf kesalahan 5%, maka harga tabel =1,860. Bila harga
59 Sugiyono, METODE PENELITIAN Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta,2017, 309
t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha atau penolakan Ho. Dengan
demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan system
baru dan lama. Pada pengujian terbatas ini dinyatakan system kerja
baru lebih baik dari system kerja lama.
Daerah penerimaan Ha Daerah Penerimaan
Ho
-21.757 1,860
Gambar 4.1 Uji Hipotesis Model Pendidikan Religius
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa Ha diterima, sehingga
dapat dinyatakan, bahwa pengembangan model pendidikan karakter
religius yang baru lebih baik atau efektif dari pada model pendidikan
karakter yang lama.
2. Pengujian yang lebih luas.
Pengujian yang lebih luas dilakukan pada 35 guru ( responden ) SMPIT
Nurul Islam Tengaran. Data hasil pengujian dapat dilihat dari tabel berikut
ini :
Tabel 5.4 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model lama pendidikan
karakter mandiri dan religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran
tahun 2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no Jumlah
a b c
1 3 3 3 9
2 2 3 2 8
3 1 3 2 6
4 2 1 2 5
5 2 2 3 7
6 3 2 1 6
7 2 2 3 7
8 3 2 3 8
9 3 3 3 9
10 2 2 2 6
11 2 2 2 6
12 2 1 2 5
13 2 2 1 5
14 2 2 2 6
15 2 2 2 6
16 2 2 2 6
17 2 2 2 6
18 1 2 2 5
19 2 2 2 6
20 2 3 2 7
21 2 2 2 6
22 2 2 2 6
23 1 2 2 5
24 3 2 2 7
25 3 2 3 8
26 3 4 3 10
27 2 3 3 8
28 2 2 3 7
29 1 3 3 7
30 2 3 2 7
31 2 2 2 6
32 1 2 2 5
33 3 3 3 9
34 2 2 2 6
35 2 2 3 7
73 79 80 232
Berdasarkan tabel 5.4 tersebut diperoleh jumlah data =241 dengan
demikian penilaian sistem lama secara keseluruhan = 241 : 432 = 0,0558
atau 55,8% dari penilaian system yang diharapkan. Bila dilihat penilaian
system baru berdasarkan alur/system mutaba’ah, maka diperoleh = 76 :
144=0,527 atau 52,7% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian untuk
penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku control = 84 : 144 =
0,583 atau 58,3%. Sedangkan penilaian terhadap produktivitas/hasil
system control = 81 : 144 = 0,563 atau 56,3%.
Selanjutnya untuk menghitung penilaian system model baru cara
menghitungnya sama dengan system model lama di atas = 4 x 3 x 36 =
432, skor ideal setiap butir = 4 x 36 = 144. Adapun data penilaian terhadap
system model baru sebagai berikut:
Tabel 5.5 Hasil pengukuran tingkat efektifitas model baru pendidikan
karakter religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran
2019/2020.
No.
Responden
Skor untuk butir no Jumlah
a b c
1 4 4 3 11
2 4 3 4 11
3 3 4 3 10
4 3 4 4 11
5 4 3 3 10
6 3 4 4 11
7 3 4 4 11
8 4 4 3 11
9 4 4 4 12
10 3 2 3 8
11 3 3 3 9
12 3 3 3 9
13 2 3 3 8
14 4 4 4 12
15 4 4 4 12
16 3 3 3 9
17 4 4 3 11
18 4 4 4 12
19 4 4 4 12
20 4 4 3 11
21 4 4 4 12
22 4 3 3 10
23 3 4 4 11
24 4 4 4 12
25 4 3 3 10
26 4 4 4 12
27 3 3 3 9
28 3 3 4 10
29 4 4 3 11
30 3 3 3 9
31 4 4 4 12
32 2 4 3 9
33 4 4 4 12
34 4 4 4 12
35 4 4 4 12
124 127 123 374
Berdasarkan tabel 5.5 tersebut diperoleh jumlah data= 381
Dengan demikian penilaian system baru secara keseluruhan = 381 : 432 =
0,882 atau 88,2% dari penilaian system yang diharapkan. Bila dilihat
penilaian system baru berdasarkan alur/system mutaba’ah, maka diperoleh
=127:144 =0,882 atau 88,2% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian
untuk penilaian terhadap optimalisasi penggunaan buku control = 130 :
144 = 0,903 atau 90,3%. Sedangkan penilaian terhadap produktifitas/hasil
sistem control = 124 : 144 = 0,861 atau 86,1%.
Perbandingan penilaian system model baru dan lama dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.6 Perbandingan system model lama dan baru pendidikan karakter
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran
2019/2020.
Sistem Model
Lama
Aspek-aspek Pengembangan Sistem Sistem Model
Baru
52,7% Mekanisme pengendalian/kontrol 88,2%
58,3% Penggunaan buku Siap Mandiri 90,1%
56,3% Produktifitas buku Siap Mandiri 86,1%
55,8% rata-rata 88,2%
Berdasarkan pada tabel 5.6 tersebut terlihat bahwa rata-rata penilaian
system model lama 55,8% dan model baru 88,2% sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem model baru dapat meningkatkan pendidikan
karakter mandiri dan religius siswa.
No X1 X2
1 9 11
2 8 11
3 6 10
4 5 11
5 7 10
6 6 11
7 7 11
8 8 11
9 9 12
10 6 8
11 6 9
12 5 9
13 5 8
14 6 12
15 6 12
16 6 9
17 6 11
18 5 12
19 6 12
20 7 11
21 6 12
22 6 10
23 5 11
24 7 12
25 8 10
26 10 12
27 8 9
28 7 10
29 7 11
30 7 9
31 6 12
32 5 9
33 9 12
34 6 12
35 7 12
∑ 𝑋 233 374
X̅ 23,3 37,4
s 1,30 1,28
S2 1,7 1,6
r 0,3 0,3
t = 23,3 – 37,4 = -14.1
√1,7
10+
1,6
10− 2.0,3(
1,30
√10 )(
1,28
√10 ) √(0.17 + 0.16) − 2.0,3(
1,30
3.16 )(
1,28
3.16 )
74
= -14.1 = -14.1
√0.33−0.6( 0.41 )( 0.40 ) √0.330− 0.0984
= -14,1 = -14.1 = -14.1 = -29.375
√0,33 − 0,10 √0,23 0.48
Pada pengujian lebih luas, uji satu pihak dengan taraf kesalahan 5%, maka
harga tabel =1,860. Bila harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha
atau penolakan Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat
perbedaan signifikan. Gambar dibawah ini diketahui bahwa Ha diterima,
sehingga dapat dinyatakan model pengembangan pendidikan karater
mandiri dan religius yang baru lebih baik.
Daerah penerimaan Ha Daerah Penerimaan
Ho
-29.37 1,860
Gambar 4.1 Uji Hipotesis Model Pendidikan Mandiri dan Religius
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisis sebagaiamana termaktub dalam bab IV dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Penggunaan buku kendali ‘Gesit” cukup membantu memberikan solusi
kebutuhan pendidikan karakter khususnya pendidikan karakter mandiri dan
religius di SMPIT Nurul Islam Tengaran, secara kontinu siswa termotivasi
serta guru dan pembina asrama mudah dalam melakukan evaluasi.
2. Model pengembangan pendidikan karakter mandiri dan religius dengan
penggunaan buku kendali Gesit dan Mandiri sebagai sarana kontrol cukup
membantu peningkatan model pendidikan karakter mandiri dan religius
dalam implementasi dilapangan, hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek
pengembangan sistem yakni mekanisme pengendalian, optimalisasi buku
Siap Mandiri/Gesit dan produktifitas/hasil buku sistem kontrol.
3. Berdasarkan analisis data model pengembangan pendidikan karakter
mandiri dan religius meningkatnya efektifitas model pengembangan
pendidikan karakter mandiri dan religius baik dalam uji coba penelitian
terbatas dan tahap lebih luas. Hasil analisis pada uji coba terbatas untuk
karakter mandiri analisis thitung = -25, 821 dengan df = 8. Selanjutnya
pengembangan pendidikan karaketr religius thitung = -21,757 dengan df =8.
Berikutnya pada uji coba yang lebih luas baik karakter mandiri dan religius
76
Hasil analisis t hitung = -25,830. Nilai df = 32 dan nilai signifikansi 0,05
maka dengan ttabel= 1,860 Ha diterima, sebab t hitung posisi di wilayah
daerah penerimaan Ha. Maka dapat disimpulkan model pengembangan
pendidikan karakter dengan menggunakan buku kontrol yang kami
berinama Gesit efektif untuk digunakan.
B. SARAN
1. Karakter akan terbentuk karena pembiasaan maka harus konsisten
dalam pelaksanakannya agar efektif penugasan harus jelas terevaluasi
pelaksanakannya melibatkan kepala sekolah,guru, pimpinan pondok,
musrif dan musrifah.
2. Untuk mengingatkan siswa perlu penambahan poster afirmasi yang
berkaitan dengan penguatan pendidikan karakter.
3. Perlu adanya reward baik secara individu atau kelompok ( kelas),
reward dalam hal ini tidak harus dalam bentuk barang misalnya semua
guru ringan mengapresiasi setiap kebaikan anak.
4. Kepala Sekolah, guru harus menjadi teladan dalam pendidikan karakter
baik dalam sikap dan perkataan.
5. Walikelas dan guru bimbingan konseling harus lebih komunikatif
menyampaikan perkembangan karakter siswa.
77
PEDOMAN WAWANCARA
1. Adakah visi dan misi sekolah yang mencantumkan pendidikan karakter?
2. Bagaimana bentuk sosialisasi pendidikan karakter di SMPIT Nurul Islam
Tengaran yang bapak dan ibu ketahui?Siapa saja sasaran sosialisasi?
3. Sejauh ini kebijakan apa saja yang bapak dan ibu ketahui dalam
mengimplementasikan visi sekolah yang khusus berkaitan dengan pendidikan
karakter? (Mengacu pada 8 standar pendidikan)
4. Bagaimana keterlibatan warga sekolah dalam mengambil peran terhadap
pendidikan karakter di sekolah?
5. Mengacu visi dan misi sekolah, apakah bapak sudah puas terhadap
perkembangan karakter siswa?
6. Bagaimana kebijakan sekolah di bidang kurikulum yang memuat tentang
pendidikan karakter?
7. Bagaimana kebijakan bapak/ibu di bidang kurikulum kepada para guru dalam
kontribusinya membangun karakter siswa?
8. Apa saja kendala bagi guru dalam memasukkan nilai karakter dalam proses
pembelajarannya? Seperti apa?
9. Bagaimana bentuk optimalisasi peran lingkungan sekolah agar kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya karakter siswa?
10. Bagaimana bentuk evaluasi pendidikan karakter yang diterapkan di SMPIT
Nurul Islam Tengaran?
11. Bagaimana kebijakan sekolah di bidang kesiswaan yang memuat pendidikan
karakter?
78
12.Adakah kegiatan rutin terjadwal/terprogram yang bernuansa pembentukan
karakter siswa? Apa saja?
13.Adakah kegiatan insindental, terproyek yang bernuansa pembentukan karakter
siswa? Apa saja?
14. Apa saja yang menjadi faktor pendukung keterlaksanakan pendidikan karakter
lewat kegiatan kesiswaan?
15. Apakah ada kendala bagi guru dalam memasukkan nilai karakter dalam kegiatan
kesiswaan?Seperti apa?
16. Bagaiamana kebijakan sekolah di bidang BK yang memuat tentang pendidikan
karakter?
17. Apakah ada jadwal rutin interaksi langsung dengan siswa dalam mengawal
pembentukan karakter siswa?
18. Program apa saja yang bapak /Ibu buat dalam mengawal pendidikan karakter?
19. Apa kendala bapak/Ibu dalam mengawal pendidikan karakter siswa?
20. Bagaimana bentuk punishment dan reward bagi siswa berkaitan dengan
pendidikan karakter tersebut?
21. Bagaimana kebijakan sekolah kepada bapak /ibu sebagai guru yang berkaitan
dengan pendidikan karakter siswa?
22. Bagaimana bentuk kegiatan bapak/ibu memasukkan aspek karakter dalam
pembelajaran?
23. Faktor apa saja yang mendukung bapak/ibu memasukkan karakter dalam
pembelajaran?
79
24. Faktor apa saja yang menjadi kendala bapak/ibu memasukkan aspek karakter
dalam pembelajaran?
25. Bagaimana bapak/ibu mengukur keberhasilan pendidikan karakter dalam
pembelajaran yang bapak/Ibu lakukan?
80
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Dakhori, M.M
Jabatan : Ketua Komite
Waktu pelaksanakan : 11 Desember 2019
1. Adakah visi dan misi sekolah bapak yang memuat pendidikan karakter?
Jawab:
Sepengetahuan saya ada.Hal itu bisa terpampang jelas terpasang pada papan
publikasi gerbang sekolah dan bukupanduan SMPIT Nurul Islam Tengaran.
2. Bagaimana bentuk sosialisasi pendidikan karakter di SMPIT Nurul Islam
Tengaran?Kepada siapa saja disosialisasikan?
Jawab:
Sejauh yang kami tahu bentuk sosialisasinya ada yang melalui brosur PSB,
sosialisasi klasikal kepada wali murid, siswa, guru dan semua karyawan.
3. Kebijakan apa saja yang bapak ketahui dalam mengimplementasikan visi
sekolah yang khusus berkaitan dengan pendidikan karakter?
Jawab:
Dalam proses pembelajarn semua guru mata pelajaran wajib memasukkan nilai-
nilai pendidikan karakter. Sekolah melalui dana BOS dan sumber lainnya juha
mengalokasikan kegiatan yang mendukung kegiatan pendidikan karakter.
4. Bagaimana keterlibatan warga sekolah dalam mengambil peran terhadap
pendidikan karakter di sekolah?
Jawab:
Pernah kami lihat seperti satpam, petugas kebersihan dan pegawai lainnya.
Peduli mengingatkan tatkala melihat siswa yang melakukan tindakan melanggar
tatib misalnya ada yang buang sampah sembarangan, corat-coret tembok.
Terlebih guru serta musrif dan musrifah membimbing, mengingatkan tidak
hanya dijam formal, kalo ada hal yang kurang pas biasa di tegur.
81
5. Mengacu visi dan misi sekolah, apakah bapak sudah merasa puas terhadap
perkembangan karakter siswa?
Jawab:
Kalau puas terus terang belum, meskipun saya harus mengakui system boarding
jauh lebih aman dan nyaman dalam menjaga karakter siswa. Karena ada
beberapa anak yang pindah sekolah alasannya di buly, ketaatan ibadah belum
muncul sebagai suatu kesadaran masih harus dipaksa.
6. Apakah bapak sudah merasakan adanya perubahan karakter pada putranya,
khususnya terkait kemandiriannya setelah belajar di SMPT Nurul Islam
Tengaran?
Jawab;
Sudah tapi belum maksimal, hal ini kami merasakan belum menjadi kebiasaan
harus ada system yang sifatnya rutin sehingga menjadi terbiasa.
Peneliti Narasumber
Sunarto, S.Ag Dakhori, MM
82
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Ida Pramuwasti, S.Pd.
Jabatan : Kurikulum
Waktu pelaksanakan : 15 Desember 2019
1. Sejauhmana kebijakan sekolah di bidang kurikulum yang memuat tentang
pendidikan karakter?
Jawab :
Terkait pelaksanakan pendidikan karakter kebijakan bidang kurikulum setelah
dilaksanakannya lisensi oleh JSIT maka dalam proses kegiatan belajar mengajar
baik intra dan ekstra mensinergikan dengan pendidikan karakter.
2. Bagaimana kebijakan bapak/ibu di bidang kurikulum kepada para guru dalam
kontribusinya membangun karakter siswa?
Jawab:
Dalam menyusun RPP guru mencantumkan nilai karakter dengan berpedoman
pada Perpres 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter dan buku
standart mutu JSIT edisi keempat.
3. Apa saja kendala bagi guru dalam memasukkan nilai karakter dalam proses
pembelajarannya ?
Jawab:
Belum semua guru dapat memahami dan memasukkan nilai-nilai karakter dalam
proses dan evaluasi pembelajaran. Masih ada guru yang berorientasi pada target
menyelesaikan materi pelajaran. Sehingga belum dapat mensetting bagaimana
pelajaran dikembangkan sehingga terpenuhi nilai-nilai karakter.
4. Bagaimana bentuk optimalisasi peran lingkungan sekolah agar kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya karakter siswa?
Jawab :
Adanya kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh semua warga sekolah setiap
mengawali pelajar diawali dengan doa, terus adanya poster afirmasi ditempat
83
strategis dengan harapan siswa terisnpirasi untuk senantiasa memiliki akhlak
yang terpuji. Semua siswa baik putra dan putri diharuskan mengikuti sholat
jamaah usai sholat terkadang ada nasehat dari guru atau bacaan ayat dan hadist
yang dibaca oleh santri.
5. Bagaimana evaluasi pendidikan karakter yang diterapkan di SMPIT Nurul
Islam Tengaran selama ini?
Jawab:
Setiap pekan di hari Jum’at jam. 13.00 s.d. 14.00 dilaksanakan rapat seluruh guru
dan pegawai. Dalam rapat ini para guru,wali kelas dan tim BK
menginformasikan tentang perkembangan karakter siswa baik secara umum
kondisi dimasing-masing kelas atau ada yang khusus, siswa yang butuh
treatment. Adanya buku mutabaah di pesantren dan juga buku besar di BK untuk
mencatat hal-hal terkait karakter misalnya kedisplinan, ketertiban dll.
Peneliti Narasumber
Sunarto, S.Ag Ida Pramuwasti, S.Pd.
84
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Sulistyorini, S.Pd.
Jabatan : Waka Kesiswaan SMPIT Nurul Islam Tengaran
Waktu Pelaksanaan : 17 Desember 2019
1. Bagaimana pandangan ibu, program bidang kesiswaan yang memuat pendidikan
karakter sudah efektif sesuai target yang akan dicapai?
Jawab:
Evaluasi kami dan bapak/ibu guru di tim kesiswaan kegiatan yang sudah berjalan
ini ada yang berdampak langsung terhadap karakter siswa seperti kegiatan LDK
yang diikuti oleh pengurus OSIS dan perkemahan santri yang melibatkan seluruh
santri. Tapi memang ada yang belum sesuai dengan harapan.
2. Bagaimana perubahan yang bisa dirasakan dari kegiatan tersebut ? adakah
kegiatan lainnya yang juga bernuansa pendidikan karakter?
Jawab:
Perubahan yang kami lihat dari kegiatan latihan dasar kepemimpinan ( LDK)
anak-anak sigap dalam menjalankan tugas yang diberikan, bisa lebih mandiri
misalnya ada even kegiatan mereka melakukan koordinasi mulai dari persiapan
sampai dengan pelaksanakan. Kegiatan lainnya yang bernuansa pendidikan
karakter yakni kegiatan pramuka,upacara bendera setiap hari Senin,
mengucapkan salam,guru menyambut siswa bersalaman dan mendoakan, PMR
( Palang Merah Remaja), menjadi tim TPDS.
3. Bagaimana tanggapan ibu dengan kegiatan siswa yang terjun langsung
dimasyarakat dampatnya dalam pendidikan karakter ?
Jawab:
Menurut saya sangat baik sekali dan perlu diteruskan sebab memberikan
pengalaman inspiratif dan penuh motivasi karena langsung belajar dengan dunia
nyata. Misalnya kegiatan peduli anak yatim, orang miskin, bakti sosial
membangkitkan semangat siswa untuk peduli, berjiwa mandiri dan termotivasi
85
untuk belajar sungguh-sungguh dengan harapan hidupnya akan banyak
memberikan manfaat.
4. Apa kendala yang dihadapi bidang kesiswaan untuk melaksanakan program
yang bernuansa pendidikan karakter ?
Jawab;
Beberapa kegiatan dalam merancang terkadang tidak ada standard opersional
prosedur yang jelas sehingga kegiatan yang penting terlaksana. Sumber daya
manusia dalam hal ini guru juga terlibat pada kegiatan yang lainnya. Kurangnya
anggaran untuk mendukung kegiatan. Hasil yang sudah dicapai dalam perbaikan
karakter saat memasuki musim libur terkadang kembali terpapar kegiatan
negative dilingkungannya.
5. Bagaimana harapan ibu, untuk kegiatan pendidikan karakter yang menjadi ranah
kesiswaan saat ini dan selanjutnya ?
Jawab;
Tentunya yang sudah diprogramkan dalam rapat kerja bisa dilaksanakan secara
maksimal, sekolah mengakomodir kegiatan insendental yang mungkin belum
direncanakan serta berharap keterlibatan semua pihak guru,
walimurid,masyarakat dan dunia usaha terbuka serta membantu program
kesiswaan khususnya dalam ikapendidikan karakter. Ada penambahan anggran
dari BOS atau sumberlainnya untuk penguatan pendidikan karakter.
Peneliti Waka Kesiswaan
Sunarto, S.Ag. Sulistyorini, S.Pd.
86
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Fita Nur ‘Aini, S.Pd.
Jabatan : Guru BK SMPIT Nurul Islam Tengaran
Waktu Pelaksanaan : 19 Desember 2019
1. Bagaimana program penguatan pendidikan karakter yang dilakukan oleh BK ?
Jawab:
Diawal tahun pelajaran kami tim BK sudah menyusun program kegiatan layanan
konseling yang meliputi pembimbingan individu, kelompok dan klasikal.
2. Apakah ada jadwal rutin interaksi langsung dengan siswa dalam mengawal
pembentukan karakter siswa?
Jawab:
Ada. Setiap pekan di hari Senin ada layanan secara klasikal minimal dua kelas,
menggunakan jam walikelas. Setiap sabtu ada layanan kelompok.
3. Program apa saja yang Bpk/Ibu buat dalam mengawal pendidikan karakter?
Jawab:
Kegiatan parenting yang kami susun bersama walikelas, sosialisasi tata tertib
kepada seluruh siswa dan walimurid. Layanan motivasi belajar untuk siswa
perkelas, motivasi mental untuk siswa yang akan mengikuti lomba. Pemberian
reward kelas terbersih secara sebulan sekali.
4. Apa kendala Bpk/Ibu mengawal pendidikan karakter siswa?
Jawab:
Belum adanya jam tersendiri untuk BK dan kurangnya SDM karena rasio
idealnya adalah 1:150 siswa. Jumlah murid yang ada sekarang 600 siswa
sementara tenaga yang linear dengan layanan BK baru dua guru. Dua guru
diperbantukan di BK memiliki jam mengajar 24 jam. Sehingga beberapa layanan
konseling kurang maksimal.
5. Adakah punishmen dan reward bagi siswa berkaitan dengan pendidikan karakter
tersebut?
87
Jawab:
Tentunya ada. Setiap siswa mendapatkan buku tatib dan juga sepengetahuan
orang tua jika ada yang melakukan pelanggaran baik itu tingkat ringan,sedang
dan berat akan mendaptkan sanksi sebagaimana alur yang sudah diatur
tahapannya. Reward juga diberikan kepada siswa yang rajin membaca
diperpustakaan misalnya, atau siswa atas berbagai masukan banyak pihak
melakukan pembiasaan kegiatan positif baik terhadap dirinya atau orang lain.
Peneliti Narasumber
Sunarto, S.Ag Fita Nur ‘Aini, S.Pd.
88
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Rendi Pamungkas, S.Pd
Jabatan : Guru SMPIT Nurul Islam Tengaran
Waktu Pelaksanaan : 19 Desember 2019
1. Bagaimana kebijakan sekolah kepada bapak/ibu sebagai guru yang berkaitan
dengan pendidikan karakter siswa?
Jawab:
Berdasarkan arahan yayasan dan hasil raker semua guru harus terlibat aktif
dalam pendampingan karakter siswa. Baik formal ketika menjalankan tugas
dalam kelas ataupun non formal kegiatan diluar kelas.
2. Bagaimana bentuk kegiatan bapak/ibu memasukkan aspek karakter dalam
kegiatan formal?
Jawab:
Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan yakni
ketika guru menyusun RPP memasukkan nilai-nilai karakter, misalnya bermain
peran, diskusi, penugasan, presentasi dan kegiatan lainnya.
3. Apa saja aspek yang mendukung bapak/ibu memasukkan karakter dalam
pembelajaran?
Jawab:
Motivasi dari walimurid, visi misi sekolah dan kebijakan dari pemerintah terkait
18 karakter yang kami implementasikan dalam penyusunan RPP. Sebenarnya
contoh-contoh RPP terkarakter juga sudah banyak, hanya kadang karena
banyaknya agenda sekolah kelupaan kurang memperhatikan.
4. Hambatan atau kendala apa yang bapak/ibu temui memasukkan aspek karakter
dalam pembelajaran?
Jawab:
Jujur tidak ada kendala, karena sekolah sudah memfasilitasi. Seandainya ada itu
lebih ke factor internal mungkin kami secara pribadi tidak bisa mengatur waktu
89
secara baik karena Sebenarnya contoh-contoh RPP terkarakter juga sudah
banyak, hanya kadang karena banyaknya agenda sekolah kelupaan kurang
memperhatikan.
5. Bagaimana bapak/ibu mengevaluasi keberhasilan pendidikan karakter dalam
pembelajaran yang bapak/ibu lakukan?
Jawab:
Yang pernah kami lakukan evaluasi itu saat proses melalui pengamatan serta
masukan dari rekan-rekan guru,menyusun soal yang memiliki nilai karakter dan
output siswa. Walikelas dan BK akan mengkonfirmasi hasil evaluasi kami
dengan catatan perkembangan karakter yang dimiliki BK.
Peneliti Narasumber
Sunarto, S.Ag Rendy Pamungkas,S.Pd.
90
DOKUMENTASI
Gambar 1. Visi dan Misi SMPIT Nurul Islam Tengaran
Gambar 2. Poster Afirmasi
91
92
93
94
95