pengembangan industri kerajinan dan mebel …

6
118 Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018 PENDAHULUAN Kontribusi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap perekonomian nasional sangat signifikan. UMKM bahkan dianggap sebagai penyelamat perekonomian nasional negara ketika dilanda krisis ekonomi tahun 1998. Ketangguhan UMKM terhadap krisis ekonomi namun demikian apabila cermati, pada dasarnya banyak UMKM yang kondisinya sangat memprihatinkan. Berbagai masalah menghadang, yakni terkait dengan modal, bahan baku, standarisasi, sumber daya manusia, akses pasar, teknologi, desain dan sebagainya. Kondisi tersebut dengan mudah ditemui diberbagai industri kerajinan pada berbagai bidang termasuk pada industri kerajinan rotan. Resistensi industri perajin rotan terhadap krisis ekonomi, bahwa di sentra industri kerajinan rotan Transang Sukoharjo dimana sebelum krisis tahun 1998 terdapat Sekitar 300 perajin, kini tinggal sekitar 120 perajin yang aktif (Rejeki; 2012, 24). PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL ROTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Agung Purnono Prodi Desain Interior, FSRD ISI Surakarta [email protected] Sumarno Prodi Desain Interior, FSRD ISISurakarta [email protected] Deny Dwi Hartomo Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNS Surakarta [email protected] ABSTRACT Indonesia’s natural and cultural wealth represents an extraordinary gift that is not compared to others in the world, for example rattan and batik. Batik and rattan as Indonesia’s natural and cultural wealth become the base to increase the competitiveness and productivity of the rattan furniture industry in Sukoharjo Regency. The efforts of the improvement are in case of export-oriented industries, especially Surya Rotan and Agung Rejeki Furniture. Product creation and various things related to the market and production are also become a concern in this applied research. This research uses TDA (Total Design Activity) approach. Six aspects in TDA approach include market, specification, concept design, detailed design, manufacture and sales. The activities undertaken include product design, design of appropriate technology, product protection through industrial design rights, exhibitions, and training and production assistance. Rattan as a superior raw material, the ability to process Indonesian rattan, and finishing rattan products with batik is then used as the base of furniture product design. The furniture product design of rattan and rattan finishing become the base for creating furniture products of chairs, tables, and even handicraft products. Keywords: rattan, batik, furniture. Resistensi UMKM terhadap krisis hal ini seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa industri kecil ternyata juga tetap rentan terhadap gejolak ekonomi yang tidak menentu. Oleh karena itu pemberdayaan dan penguatan perlu terus ditingkatkan pada berbagai aspek dan oleh berbagai pihak agar industri kecil tetap mampu bertahan dan bersaing sebagai tumpuan perekonomian nasional. Upaya pemberdayaan masyarakat maupun industri yang menarik untuk dilakukan adalah berbasis pada jati diri, karakteristik, local genius atau kearifan lokal setempat. Hal ini karena banyak industri kerajinan yang tumbuh dan berakar pada kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Surya Rotan dan Agung Rejeki Furnitur adalah salah satu UMKM yang bergerak di bidang rotan terdapat di sentra industri mebel rotan Sukoharjo. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh UKM Mitra mencakup; bahan baku, tenaga produksi, desain, pasar dan managemen usaha. Masyarakat

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

118

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat III

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

PENDAHULUAN

Kontribusi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) terhadap perekonomian nasional sangatsignif ikan. UMKM bahkan dianggap sebagaipenyelamat perekonomian nasional negara ketikadilanda krisis ekonomi tahun 1998. KetangguhanUMKM terhadap krisis ekonomi namun demikianapabila cermati, pada dasarnya banyak UMKM yangkondisinya sangat memprihatinkan. Berbagai masalahmenghadang, yakni terkait dengan modal, bahanbaku, standarisasi, sumber daya manusia, aksespasar, teknologi, desain dan sebagainya. Kondisitersebut dengan mudah ditemui diberbagai industrikerajinan pada berbagai bidang termasuk pada industrikerajinan rotan. Resistensi industri perajin rotanterhadap krisis ekonomi, bahwa di sentra industrikerajinan rotan Transang Sukoharjo dimana sebelumkrisis tahun 1998 terdapat Sekitar 300 perajin, kinitinggal sekitar 120 perajin yang aktif (Rejeki; 2012,24).

PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINANDAN MEBEL ROTAN BERBASIS

KEARIFAN LOKAL

Agung PurnonoProdi Desain Interior, FSRD ISI Surakarta

[email protected]

Sumarno Prodi Desain Interior, FSRD ISISurakarta

[email protected]

Deny Dwi HartomoFakultas Ekonomi dan Bisnis, UNS Surakarta

[email protected]

ABSTRACT

Indonesia’s natural and cultural wealth represents an extraordinary gift that is not compared to others in theworld, for example rattan and batik. Batik and rattan as Indonesia’s natural and cultural wealth become thebase to increase the competitiveness and productivity of the rattan furniture industry in Sukoharjo Regency.The efforts of the improvement are in case of export-oriented industries, especially Surya Rotan and AgungRejeki Furniture. Product creation and various things related to the market and production are also become aconcern in this applied research. This research uses TDA (Total Design Activity) approach. Six aspects inTDA approach include market, specification, concept design, detailed design, manufacture and sales. Theactivities undertaken include product design, design of appropriate technology, product protection throughindustrial design rights, exhibitions, and training and production assistance. Rattan as a superior raw material,the ability to process Indonesian rattan, and finishing rattan products with batik is then used as the base offurniture product design. The furniture product design of rattan and rattan finishing become the base forcreating furniture products of chairs, tables, and even handicraft products.

Keywords: rattan, batik, furniture.

Resistensi UMKM terhadap krisis hal iniseharusnya menyadarkan semua pihak bahwa industrikecil ternyata juga tetap rentan terhadap gejolakekonomi yang tidak menentu. Oleh karena itupemberdayaan dan penguatan perlu terus ditingkatkanpada berbagai aspek dan oleh berbagai pihak agarindustri kecil tetap mampu bertahan dan bersaingsebagai tumpuan perekonomian nasional. Upayapemberdayaan masyarakat maupun industri yangmenarik untuk dilakukan adalah berbasis pada jati diri,karakteristik, local genius atau kearifan lokal setempat.Hal ini karena banyak industri kerajinan yang tumbuhdan berakar pada kondisi sosial dan budayamasyarakatnya.

Surya Rotan dan Agung Rejeki Furnitur adalahsalah satu UMKM yang bergerak di bidang rotanterdapat di sentra industri mebel rotan Sukoharjo.Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh UKMMitra mencakup; bahan baku, tenaga produksi,desain, pasar dan managemen usaha. Masyarakat

Page 2: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

119

Pengembangan Industri Kerajinan dan Mebel Rotan... - Agung Purnono, Sumarno dan Deny Dwi Hartomo

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

perajin rotan di sentra indutri mebel rotan yang telahberjalan hingga puluhan tahun, kearifan lokal sosialdan budaya masyarakatnya yang masih kental olehkarena itu pemecahan masalah pentingnya didasarkanpada kondisi masyarakat yang melingkupinya.Pengembangan industri kerajinan yang bersifat adaptifkreatif oleh karena itu pemberdayaan masyarakatyang bertumpu pada kearifan lokal masyarakatnyasehingga akan menjadi lebih menyasar. Kearifan lokalmerupakan gagasan-gagasna atau nilai-nilai;pandangan-pandangan setempat atau (lokal) yangbersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yangtertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya(Theresia; 2014). Frick berpendapat bahwa local ge-nius, semangat lokal dapat bersumber dari tanah,tumbuh-tumbuhan, lingkungan, iklim, tradisi,kehidupan setempat, pemukiman, budaya dansebagainya (Frick; 2003, 98).

Di era global pendekatan lokal menjadistrategis karena semakin lokal hal apapun justru akansemakin global. Berbagai persoalan yang akandipecahkan melalui pendekatan kearifan lokal bersamaUKM mitra tahap pertama adalah meliputi hal-halsebagai berikut: (a) mencakup aspek bahan bakuperlunya efisiensi produksi, melalui pemanfaatan limbahsisa produksi; (b) pada aspek produksi perlunya TTG(teknologi tepat guna) guna mencapai efektifitas danefisiensi produksi; (c) aspek produk, dalam penciptaanproduk perlunya mempertimbnagkan kearifan lokal; (d)pmberdayaan sumber daya manusia, pemberdayaanpekerja dengan pola ngenek atau nyantrik.

METODE

Lokasi kegiatan secara umum dilaksanakandi UKM Mitra yakni Surya Rotan dan Agung RejekiFurnitur dan di Kampus ISI (Institut Seni Indonesia)Surakarta. Pelaksanaan dilakukan di kampus ISISurakarta adalah untuk koordinasi tim pengabdi,eksperimen, pengembangan ide desain, gambardesain. Adapun pelaksanaan yang dilakuakn di UKMMitra adalah perwujudan hasil pengembangan desaindan pelatihan. Waktu pelaksanaan kegiatan secaraumum, dilaksanakan pada tiap hari Sabtu dan Minggu.

Upaya pemecahan masalah dilakukan melaluibeberapa metode sebagai berikut: (1) metode ceramahplus, yakni metode mengajar yang menggunakan lebihdari satu metode, dengan metode lainnya. Padakegiatan ini perpaduan metode yang digunakan adalahmetode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)– (http://firstiawan.student.fkip.uns.ac.id/2010 /03/10/macam-macam-metode-dalam-mengajar/); (2) metode

pendampingan; (3) desain; (4) pengadaan peralatandan perlengkapan yang bersifat tepat guna maupunyang bersifat pabrikasi.

HASIL PEMBAHASAN

Rotan adalah bahan baku alam yang sifatnyadapat diperbaharui, namun demikian pemanfaatanyang tidak bi jaksana dapat berakibat padaterganggunya keberlanjutan bahan baku rotan danindustri itu sendiri. Efisiensi penggunaan bahan bakuadalah upaya yang paling realistis.

1. Bahan Baku.

Limbah sisa produksi rotan terdapatbermacam-macam karakter, yakni sangat ditentukanoleh jenis pekerjaan, jenis rotan dan jenis bahan bakurotannya. Limbah rotan terjadi karena bahan baku yangtidak memenuhi kualitas atau spesifikasi teknis danestetis untuk sebagai desain produk. Kualitas bahanbaku rotan ditentukan oleh jenis rotan, panjang, di-ameter, warna, asal rotan, cacat, kecerahan,elastisitas, dan panjang ruas rotan (Januminro, 2009).Limbah pada industri rotan dapat digolongkan menjadilimbah akibat proses produksi pada industri hilir danpada industri hulu. Limbah yang muncul akibat prosesproduksi pada industri hilir adalah sebagai berikut:

Upaya efisiensi bahan baku dilakukan denganmendaur ulang dan atau dengan mengguna ulangbahan yang sudah tidak terpakai menjadi bahan barulainnya. Pemanfaatan limbah sisa industri pengolahanrotan, dapat dilakukan baik sebagai bahan utama ataubahan pendukung. Prosentase penggunaan limbahsisa industri pengolahan rotan berkisar antara 50% –100%. Adapun sebagai bahan pendukungpemanfaatan limbah rotan, adalah sebagai aksentuasiatau kombinasi dari sebuah produk, prosentasepenggunaan bahan yakni berkisar kurang dari 30%.

Page 3: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

120

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat III

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

Berikut adalah beberapa produk kerajinanberbahan limbah rotan.

Gambar 1.Produk kerajinan berbasis limbah rotan sebagai

bahan utama.

Gambar 2.Bahan baku rotan sebagai aksen produk kerajinan.

Limbah rotan dengan tingkat kerusakan yangtertentu sehingga sudah tidak dapat dimanfaatakankembali. Pada beberapa industri mebel rotan limbahsisa industri umumnya dijual atau dibuang, dibakardan sebagian sebagai bahan bakar steam.

Gambar 3.Limbah rotan dari hasil sisa proses produksi belumdimanfaat dengan baik untuk bahan bakar steam.

Efisiensi produksi melalui pemanfaatan limbahsisa produksi yang sudah tidak memungkinkan sebagaibahan baku produk kerajinan atau mebel yakni

sebagai bahan bakar. Pemanfaatan limbah rotansebagai bahan bakar dalam jumlah besar danmemungkinkan untuk berbagai jenis produksi. Olehkarena itu limbah rotan perlunya dibuat menjadi ukuranlebih kecil dan seragam. Proses pengolahan limbahmenjadi rotan dari berbagai macam bentuk dan ukuranmenjadi ukuran yang segaram dan terstandar perlunyaTeknologi Tepat Guna (TTG) pencacah limbah rotan.Berikut di bawah adalah sketsa, desain dan prototipeTTG pencacah limbah rotan.

Gambar 4. Sketsa, desain, dan prototipe TTG steam.

Proses pengolahan rotan meliputi pemanenan,pengolahan rotan mentah, pengolahan rotan setengahjadi, hingga produk rotan. Salah satu proses yangcukup menarik dicermati dalam pengolahan rotanmentah adalah upaya pengawetan rotan melalui prosesperendaman. Perendaman pada mulanya dilakukanoleh para petani rotan atau pelaku industri hulu.Teknologi ini merupakan cara pengawetan bahan yangbersifat turun-temurun, tujuannya adalah untukmenghasilkan bahan baku awet. Upaya pengawetanmelalui perendaman juga umum dilakukan untuk bahanbaku kayu, bambu, dan ijuk. Perendaman kayu ataubambu dilakukan dalam air tenang atau yang mengalir,pada laut maupun air payau, atau dalam lumpur kuranglebih 1-4 bulan. Perendaman dilakukan untukmengeluarkan sel cairan dan agar bakteri anaerobmenyerang kanji di dalam batang kayu atau bambudan mengubahnya menjadi zat yang tidak disukaiserangga sehingga kayu dan bambu tidak dimakanserangga (Frick; 2003, 63-64).

Selama di dalam perendaman terjadi kontakbeberapa senyawa yang saling berpengaruh sehinggaterjadi perubahan warna pada bahan baku rotan,perubahan warna air rendaman, perubahan bau padaair dan rotan serta muncul bau asam pada lingkungansekitar perendaman. Perubahan warna rotan setelahdirendam dimana semula berwaran hijau atau kuningmenjadi seragam berwarna abu-abu (grey). Pada

Page 4: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

121

Pengembangan Industri Kerajinan dan Mebel Rotan... - Agung Purnono, Sumarno dan Deny Dwi Hartomo

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

mulanya perubahan warna rotan dalam perendamanmerupakan indikator kualitas dari bahan baku.Perendaman rotan kini telah bergeser dari upayapengawetan bahan menjadi pewarnaan bahan baku.Rotan berwarna abu-abu bahkan kini sangat diminatioleh pasar luar negeri.

Aktifitas perendaman rotan meliputi pemilahanrotan, merapikan dan mengikat rotan, merendam rotan,mengangkat rotan dari dalam kolam, mengeringkanrotan. Peredaman rotan adalah pekerjaan yang cukupmenjemukan, karena membutuhkan kekuatan fisikyang cukup kuat, tahan terhadap bau, kotor karenalumpur dan air serta membahayakan kesehatan akibatbakteri dalam lumpur. Berat rotan dalam kondisi basahdari perendaman adalah sekitar 300 – 400 kg. UkuranTTG perendaman untuk pertama kali adalah dibangundengan ukuran 7 m x 8 m dengan kedalaman 8 m.

Perendaman bahan rotan yang menghasilkanbahan baku rotan dengan warna yang estetis yaknidari rotan berwarna hijau atau kuning menjadi berwarnaabu-abu (grey) dan seragam. Pada mulanya perubahanwarna rotan akibat perendaman bukanlah sebagaitujuan namun hanya sebagai indikator kualitas daribahan baku telah berubah akibat direndam.Perkembangan tuntutan pasar pada produk-produkramah lingkungan, kini rotan abu-abu (grey) banyakdiminati pasar sebagai produk ramah lingkungandengan pewarnaan alami dipasaran dikenal denganrotan grey. Berikut di bawah ini adalah ilustrasiperubahan warna rotan sebelum dan sesudahdirendam.

Gambar 5.Bahan baku rotan sebelum direndam dan setelah

direndam.

Upaya meningkatkan produktifitas danefisiensi produksi melalui pengadaan alat, selaindengan TTG juga dengan peralatan bersifat masinal.Peralatan yang bersifat masinal yang penting untukditingkatkan adalah pada aspek finishing, adapunperalatan mesin yakni meliputi kompresor, spray gun,blower penyedot debu. Peningkatan kualitas produkdengan finishing menjadi penting, karena dengan fin-

ishing sebuah produk dapat meningkat harga jualnyabahkan mampu mencapai 100% (Iensufie; 2015).

2. Produksi.

Industri mebel rotan ditinjau dari karakterproduksinya umumnya produksi bersifat handycraft.Proses produksi untuk menghasilkan produk lebihmengedepankan keterampilan tangan, sedangkanperalatan mesin adalah sebagai peralatan pendukungdalam proses produksi (Bisuk Siahaan, 2000: 363).Industri bersifat handycraft hanya dapat terbangun darikondisi sosial budaya masyarakatnya. Produksibersifat handycraft tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat sejak zaman dahulu hinggasekarang, bahkan kini menjadi produk unggulanbangsa. Karakter handycaraft pada produksi rotanyang cukup menonjol adalah pada proses anyam. Dipulau Jawa bahkan pada abad 17 anyaman bambudan rotan sudah cukup mengemuka. Memasuki abadke 18 VOC telah memperdagangkan keranjanganyaman rotan Kalimantan dan Sulawesi ke pasarEropa. Industri kerajinan dan mebel rotan di Indone-sia memiliki akar sejarah yang panjang.

Terdapat beberapa pola anyaman rotanrepresentasi dari kemampuan masyarakatnya adalammengolah rotan serta sebagai cermin budayamasyarakatnya. Sebagai cermin masyarakatnya olehkarena itu penamaan anyaman antar satu daerahdengan daerah lain memiliki penamaan yang berbeda-beda. Jenis bahan rotan yang terdiri dari rotan vitrit,rotan irat, rotan berdiameter kecil terdiri dari beberapajenis rotan. Anyaman rotan kombinasi dengan bahanlainnya mendong, luum, benang, veener, dan bambu.Kombinasi antar jenis dan karakter bahan tersebutsehingga setidaknya terdapat 24 jenis anyaman.

3. Produk.

Karakteristik produk pada industri kerajinanrotan dan industri kerajinan kayu perbedaan yangmencolok yakni pada industri kerajinan rotan lebih padapesanan dan tidak adanya stock produk.Pengembangan produk sehingga menjadi sangatpenting bagi industri kerajinan rotan. Salah satu upayapengembangan produk berbasis pada budaya lokalyang cukup menarik untuk dikembangkan adalahproduk rotan dengan kombinasi batik. Batik bagimasyarakat Surakarta merupakan teknik pewarnaandan ornamentasi bada media kain yang telahberlangsung secara turun-temurun. Batik bahkandisebut-sebut sebagai teknologi endogen masyarakatIndonesia. Batik sebagai warisan nenek moyang, di

Page 5: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

122

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat III

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

Surakarta produksi batik telah membentuk sentra-sentra produksi batik menyebar diberbagai daerah.Oleh karena itu banyak masyarakat dapat melakukanproduksi batik di berbagai tempat, namun demikianmedia yang digunakan secara umum adalah kain,meskipun batik juga dapat diaplikasikan pada mediakayu, bambu, kertas dan kulit.

Upaya inovasi produk dengan memberdayakanmasyarakat sekitar berbasis pada potensi kearifanlokal produk kerajinan dan mebel rotan dengan finish-ing batik. (Sumarno, dkk; 2015) batik dapatdiaplikasikan pada media rotan, bahwa pewarnaanalami dapat diaplikasikan pada bahan baku rotan. Hasilterbaik adalah pada bahan baku rotan kupas, hal inikarena pada rotan kupas pori-pori rotan sangatmemungkinkan untuk dapat menyerap bahan pewarna.Hasil kurang maksimal adalah pewarnaan pada jenisrotan asalan, bahan pewarna tidak dapat menempelatau meresap dengan sempurna dikareanakan padadinding luar rotan terdapat jaringan tepi atau perifer/corteks. Hasil yang menunjukan pewarnaan (alamimaupun sintetis) yang maksimal pada bahan bakurotan kupas.

Berdasar pada hasil penelitian (Sumarno dkk;2015) tersebut pada kegiatan pengabdian padamasyarakat ini maka aplikasi batik adalah dilakukanpada rotan kupas. Pada dasarnya semua jenis rotanyang telah dikupas atau dipoles memungkinkan untukdibatik, namun demikian, dimana tujuan kegiatan iniadalah untuk memanfaatkan limbah sisa produksimaka batik dilakukan pada rotan CL. Rotan CL padaindustri mebel dan kerajinan rotan relatif jarangdigunakan hal ini karena kualitas jenis rotan ini kurangbagus, penggunaan jenis rotan ini hanya sebagaibahan pendukung sebagai struktur. Rotan CL akhir-akhir ini juga mulai digunakan sebagai rotan irat.Proses pegolahan rotan asalan menjadi rotan iratmenyisakan beberapa limbah sisa pengolahan beruparotan core. Beberapa kelemahan rotan core sehinggarotan CL berbentuk core sehingga dikategorikansebagai limbah sisa industri.

Pemanfaatan limbah rotan core pada jenisrotan CL sebagai limbah sisa industri rotan padakegiatan ini adalah bagaimana menjadi produk mebeldan kerajinan dengan kombinasi teknik batik. Inovasiproduk kerajinan dan mebel berbasis limbah rotandengan aplikasi batik pada media rotan adalah sebagaiberikut di bawah:

Gambar 6.Rotan batik untuk lukisan.

Aplikasi batik pada media rotan untuk desainproduk furnitur sebagai bentuk inovasi dalam produkmebel rotan kini telah terdaftar di Kementrian Hukumdan Hak Asasi Manusia untuk kategori Desain Industridengan nomor IDD000048730. Inovasi desain yaknimencakup aspek konfigurasi, komposisi garis dankomposisi warna, adapun desain yang dimaksudadalah sebagai berikut:

Gambar 7.Prototipe rotan batik untuk kursi santai.

4. Sumber Daya Manusia.

Perkembangan sentra industri kerajinan danmebel rotan di Desa Trangsan, Kec. Gatak, Kab.Sukoharjo berawal dari kerajinan anyam bambu danbersifat sampingan adapun pekerjaan utamanya adalahpetani, namun lambat laun mampu berkembangmenjadi sentra industri kerajinan rotan (Sumarno,

Page 6: PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN DAN MEBEL …

 

123

Pengembangan Industri Kerajinan dan Mebel Rotan... - Agung Purnono, Sumarno dan Deny Dwi Hartomo

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018

2012). Industri kerajinan dan mebel rotan di DesaTrangsan, Kec. Gatak, Kab. Sukoharjo tumbuh danberkembang sesuai dengan karakteristik lokalmasyarakatnya. Ciri utama industri kerajinan danmebel Desa Trangsan, Kec. Gatak, Kab. Sukoharjoadalah pekerjaan yang ditumpkan pada craftman ship.Salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Jawapada umumnya dan masyarakat Desa Trangsan, Kec.Gatak, Kab. Sukoharjo adalah tenggang rasa, gotongroyong dan saling mengormati antar warga.

Pemberdayaan pekerja dalam meniti karieradalah pola ngenek atau nyantrik. membantu sambilmemuntut i lmu pengetahuan, termasuk jugaketerampilan. Perbedaan pola ngenek dan pelatihanketerampilan yang disenggarakan secara formal,dengan pola ini semua orang berhak untuk mentransferilmu pengetahuan. Kondisi ini sehingga bukan hanyaguru atau pelatih saja yang melakukan transfer ilmudan pengetahuan. Kelebihan pola ini peserta langsungdihadapkan pada permasalahan langsung di lapangandan langsung melakukan adaptasi sosial danpsikologis dengan para pekerja lainnya. Jumlahpeserta sekitar 3 orang. Tahapan peningkatan kareirpada industri kerajinan rotan terbagi menjadi dua arusyakni pada produksi mentah dan finishing.

Penjenjangan karier pada produksi mentahyakni mulai dari pembantu umum (menyiapkan bahan,alat, lifting), assemblyng (menyambung, mengikat),membahani (memotong, menekuk, menyambung),membuat konstruksi, menganyam dan finishing(membersihkan, packing, spray).

KESIMPULAN

Bahan baku dan kerajinan rotan adalah bentuklokal genius atau kearifan lokal Indonesia. Di Jawasalah satu kearifan lokal, terkait dengan teknologiproduksi yang cukup mengemuka di antaranya adalahbatik. Upaya mensinergikan berbagai kerafian lokalsebagai upaya menciptakan kemandirian bangsa, diantaranya perlunya sinergisitas industri kerajinan rotandan batik. Beberapa eksperimen dan penciptaanproduk dapat dilakukan dengan menciptakan beberapaproduk kerajinan dan furnitur berbahan rotan denganfinishing batik.

Inovasi berbasis kearifan lokal pada produkindustri termasuk mebel sebaiknya dilakukan ketikadihadapkan pada potensi yang ada di lapangan sepertiketersediaan bahan baku, kualitas produk, prosesproduksi, sumber daya manusia dan lain-lain agarmemiliki daya saing. Bagian dari inovasi tersebutadalah pengetahuan terhadap karakter bahan dasar

rotan merupakan hal penting ketika akan dilakukanpenyelesaian akhir suatu proses produksi melaluifinsihing dengan teknik batik. Pada penelitian inidilakukan eksperimen sehingga mendapatkan metodeyang tepat agar bidang permukaan rotan dapat dibatikdengan baik. Sifat zat warna batik yang hanya bisaterserap pada permukaan berpori mengharuskanlapisan kulit luar batang rotan yang licin harus dikupasdan meninggalkan permukaan bagian dalam yangberpori. Batang-batang rotan tersebut kemudiandisusun menjadi bidang pada sebuah furnitur untukkemudian dilakukan proses pembatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Reid. (2014). Asia Tenggara dalam KurunNiaga 1450-1680, Jilid 1: Tanah di BawahAngin, Terj.Moctar Pabotingi, Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Aprillia Theresia dkk. (2014). Pembangunan BerbasisMasyarakat, Bandung: Alfabeta.

Bisuk Siahaan. (2000). Industrialisasi di Indonesia,Sejak Hutang Kehormatan Sampai BantingStir. Bandung: Penerbit ITB.

Eko Budihardjo dan Sudanti Hardjohubojo. (2009).Wawasan Lingkungan DalamPembangunan Perkotaan. (Bandung:Alumni).

Heinz Frick. (2003). Arsitektur dan Lingkungan,Yogyakarta: Kanisius.

Hen. (2015). Desain dan Riset Pasar untuk DongkrakEkspor, Harian KOMPAS 26 Februari.

Januminro. (2009). Rotan Indonesia. Yogyakarta:Kanisius.

Sri Rejeki. (2012). “Pasang Surut Mebel RotanTransang”, harian KOMPAS, 2 Juli.

Sumarno, dkk. (2015). Inovasi Produk Kerajinan Rotandengan Finishing Pewarnaan Alami.Penelitian kegiatan Perkumpulan UntukPeningkatan Usaha Kecil (PUPUK) bantuanpendanaan dari Promoting Eco FriendlyRattan Products Indonesia (PROSPEK).

Sumarno, Inovasi Desain Furnitur Berbasis Budaya,untuk Meningkatkan Daya Saing SentraIndustri Rotan Ds. Transang, Kec. Gatak,Kab. Sukoharjo, dalam Laporan PenelitianKekaryaan ISI Surakarta, 2012.

Perturan Meteri Perindustrian No. 90/M-Ind/PER/11/2011, dalam Peta Panduan PengembanganKlaster Industri Klaster Nasional, 11.

http://firstiawan.student.fkip.uns.ac.id/2010/03/10/macam-macam-metode-dalam-mengajar/.