pengembangan indeks kualitas air sebagai alternatif

26

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

���� �����������

� � � � � � � � � � � � � � � �

Volume 12 Nomor 2, Juli 2018 : 53 - 102

Ecolab V

olume 12 N

omor 2, Juli 2018 H

al. 53 - 102

Diterbitkan oleh:Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan - KLHK Kawasan Puspitek, Gedung 219, Jl. Raya Puspitek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Banten - IndonesiaTelp +62-21-7563114, Fax. +62-21-7563115 email : [email protected]

ISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812

Ecolab Vol. 12 No. 2 Hal. 53 - 102 Tangsel,Juli 2018

ISSN1978-5860

Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian Kualitas Air SungaiDewi Ratnaningsih, Retno Puji Lestari, Ernawita Nazir, dan Ridwan Fauzi

Pola Konsumsi Air Pada Perumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air di Perumahan Griya Serpong Tangerang SelatanAlfrida E. Suoth, Sri Unon Purwati dan Yuriska Andiri

Status Deposisi Basah di Beberapa Wilayah Pemantauan di Indonesia Periode 2008-2015Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati , Tuti Budiwati, Asri Indrawati, dan Riri Indriani Nasution

Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS)Isfi Rohmah, Rita, Chris Salim, Bambang Hindratmo, Retno Puji Lestari, dan Ricky Nelson

Kadar Timbel dalam Darah Siswa Sekolah Dasar di Sekitar Peleburan Aki Bekas di Kabupaten Tangerang dan LamonganBambang Hindratmo, Rizqika Rahmani, dan Rita

Page 2: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

Volume 12 Nomor 2, Juli 2018

a. JUDUL (Title Case, Center, 14 pt, Bold) Singkat, jelas dan mencerminkan isib. Nama (para) penulis atau baris kepemilikan (Center, 11 pt, Bold) Ditulis lengkap tanpa gelar, dengan diberi nomor penulis 1,2...dst Instansi, Alamat, Telepon, Fax, dan E-mail. (left,, 8 pt) ditulis paling bawah di halaman pertama.c. ABSTRACT (UPPERCASE,left, 12 pt, Bold) Berisi intisari makalah, cara penyelesaian masalah, dan hasil yang diperoleh, maksimal 300 kata (Sentence case, 11 pt) Keywords: berisi 5 – 8 kata dalam bahasa Inggris. (Sentence case, 10 pt, Italic)d. PENDAHULUAN (UPPERCASE, left, 12pt, Bold)

Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup, serta teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. (Sentence case, 12 pt).

e. METODOLOGI (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisi tentang subjek yang dibahas, alat, bahan, lokasi ( bila ada ) pengukuran, prosedur, dan metode analisis yang

digunakan. (Sentence case,12 pt)f. HASIL DAN PEMBAHASAN (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisipenyajiandatadalambentuktabel,grafik,gambar,diagramdan/ataulainsebagainya.Pembahasandilakukan

terhadap hubungan berbagai variabel baik bebas maupun terikat, analisis tentang keterkaitan data dan kesesuaian hasil penelitian terhadap teori yang digunakan berikut alasannya. (Sentence case,12 pt)

g. SIMPULAN (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisi simpulan dari pembahasan. (Sentence case,12 pt)h. DAFTAR PUSTAKA (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Penulisan daftar pustaka ditulis berdasarkan sistem Vancouver, yaitu menggunakan nomor arab (misal: (1). (1-3) dst)

berdasarkan urutan pemunculan (Sentence case, 12pt).

ISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812

Penangung JawabIr. Herman Hermawan, MM

Redaktur PelaksanaIr. Eva Betty Sinaga, MP

Ketua EditorIr. Rina Aprishanty, MA

Wakil Ketua EditorAlfonsus H. Harianja, SP,M.Sc

Editor PelaksanaIr. Dewi RatnaningsihSri Unon Purwati,S.Si

Dra. Alfrida EsterRita Mukhtar, M.Si

Grace Serepina Saragih, S.Hut, M.ScMuhammad Yusuf, S.Hut, M.Si

Ridwan Fauzi, S.Hut, M. SiMelania Hanny, S.Hut, MT

Editor BahasaRetno Puji Lestari, M.ScRizqika Rahmani, M. Ens

Redaktur PelaksanaIr. Eva Betty Sinaga, M.P

Sekretariat Medyawati, SKMSiti Nurhomsah

MansurAli Fardian, ST., M. Kom

Desain GrafisUki Nugroho

Mitra BestariProf. (r) DR. Yanni Sudiyani (LIPI) Prof. (r) DR. Chairil Anwar Siregar (KLHK)Prof. DR Hefni Effendi (IPB) Prof. (r) DR. Muhayatun Santosa (Batan) DR. Budi Haryanto (UI) Prof. (r) DR. Gustan Pari (KLHK)

Alamat RedaksiPuslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan - KLHK

Kawasan Puspitek, Gedung 219, Jl. Raya Puspitek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Banten - IndonesiaTelp +62-21-7563114, Fax. +62-21-7563115 | email : [email protected]

Percetakan: CV. Sentra Global Asia, Jl. Kayu Manis Timur No. 4D Utan Kayu Utara, Matraman- Jakarta Timur 13120

Pertama terbit : Januari 2007Frekuensi terbit : Dua kali setahun, setiap bulan Januari dan JuliCover : Kepiting mati terkena tumpahan minyak (sumber gambar : intisati.online.com)

Page 3: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

ISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812

DAFTAR ISI

Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian Kualitas Air Sungai .................................................................................................................... 53 - 61Dewi Ratnaningsih, Retno Puji Lestari, Ernawita Nazir, dan Ridwan Fauzi

Pola Konsumsi Air pada Perumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air di Perumahan Griya Serpong Tangerang Selatan ........................................................ 62 - 70Alfrida E. Suoth, Sri Unon Purwati dan Yuriska Andiri

Status Deposisi Basah di Beberapa Wilayah Pemantauan di Indonesia Periode 2008-2015 ....................................................................................................... 71 - 82Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati , Tuti Budiwati, Asri Indrawati, dan Riri Indriani Nasution

Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS) ............................................................. 83 - 92Isfi Rohmah, Rita, Chris Salim, Bambang Hindratmo, Retno Puji Lestari, dan Ricky Nelson

Kadar Timbel dalam Darah Siswa Sekolah Dasar di Sekitar Peleburan Aki Bekas di Kabupaten Tangerang dan Lamongan ..................................................................... 93 - 101Bambang Hindratmo, Rizqika Rahmani, dan Rita

Volume 12 Nomor 2, Juli 2018

Page 4: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif
Page 5: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

iii

ECOLAB

ABSTRACTSISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812 Volume 12 Nomor 12 Juli 2018

PENGEMBANGAN INDEKS KUALITAS AIR SEBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN KUALITAS AIR SUNGAITHE DEVELOPMENT OF WATER QUALITY INDEX AS AN ALTERNATIVE ASSESSMENT OF RIVER WATER QUALITYDewi Ratnaningsih, Retno Puji Lestari, Ernawita Nazir, dan Ridwan Fauzi

ABSTRAKPengembangan Indeks Kualitas Air (IKA) sebagai hasil modifikasi NSF-WQI merupakan proses lanjutan dari penyusunan IKA yang telah dilakukan pada tahun 2016. Pengembangan IKA dilaksanakan dengan melakukan verifikasi terhadap komponen penyusun IKA yang meliputi kurva sub indeks, pembobotan parameter, dan verifikasi lapangan terhadap hasil formulasi IKA. Verifikasi lapangan dilakukan pada delapan lokasi di Sungai Ciliwung. Verifikasi lapangan menunjukkan bahwa nilai IKA yang diperoleh dari hasil pengujian kualitas air di laboratorium dan hasil verifikasi lapangan oleh panelis menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (p<0,01), sehingga rumusan IKA yang telah dikembangkan sesuai digunakan untuk penilaian Sungai Ciliwung. Nilai IKA dikembangkan menjadi enam kriteria yaitu sangat baik (100 ≤ I > 90), baik (90 ≤ I ≥ 80), cukup baik (80< I ≥ 70), sedang (70 < I ≥ 51), marginal (51< I ≥ 36), dan buruk (36< I ≥ 0). Penerapan IKA di lapangan menunjukkan bahwa salah satu sumber mata air Sungai Ciliwung yang berada di wilayah lereng Gunung Pangrango mempunyai nilai 91 dengan kriteria sangat bagus. Sungai Condet sebagai salah satu anak sungai Ciliwung dengan sumber pencemar domestik yang tinggi berada pada nilai 35.5 dengan kriteria buruk. Enam lokasi Sungai Ciliwung lainnya berada pada kriteria marginal sampai baik. Rumusan IKA yang telah diperoleh dapat diaplikasikan untuk instrumen penilaian sungai dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan evaluasi pengendalian pencemaran air sungai.

Kata Kunci: Indek kualitas air (IKA), verifikasi, kurva sub-indeks, parameter, pembobotan, Sungai Ciliwung

ABSTRACT

Development of Water Quality Index (WQI) as a result of NSF-WQI modification is an advanced design process of WQI that has been carried out in 2016. The progress of IKA was determined through verification of the constituent component of WQI, comprising sub index curve, parameter weighting, and field verification of WQI formulation results. Field verification was conducted at eight locations of the Ciliwung River. The results indicated that the WQI score obtained from the water quality testing result in the laboratory and field verification results by panelists conducted at the same time indicated a value that was not significantly different, so that the WQI formulation has been developed as appropriate for the Ciliwung River assessment. The value of WQI developed into six criteria which is very good (100≤ I>90), good (90≤ I ≥80), good enough (80<I ≥70), medium (70<I ≥51), marginal (51<I≥36), and bad (36<I ≥0). The result of IKA application shows that one of the Ciliwung River springs located on the slopes of Mount Pangrango has a value of 91 which is within very good criteria. Condet River categorized as one of the Ciliwung creeks with high domestic pollutants, has a value of 35.5 which is display bad criteria. Six other Ciliwung River locations are on marginal to good criteria. WQI formulation that has been obtained can be applied as the instrument of river assessment and the results can be used for planning and evaluation of river water contamination control.

Keyword : Water quality index (WQI), verification, sub index curve, parameter, weighting, Ciliwung River

Page 6: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

iv

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

ABSTRAK

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kekeliruan dalam memanfaatkan air dapat mengakibatkan krisis air. Pola Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan disebut juga Sustainable Consumption and Production (SCP) merupakan salah satu bagian penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan terkait dengan sumber daya alam yang kita miliki yaitu air. Penelitian ini terkait efisiensi penggunaan air dalam rumah tangga, didata pola konsumsi air pada masyarakat perkotaan dan kebutuhan air perorangan pada perumahan kelas menengah ke bawah. Metode penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden sebesar 100 responden dan penentuan menggunakan metode acak random. Lokasi penelitian di perumahan teratur Griya Serpong Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Perumahan ini tergolong perumahan teratur dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Limbah domestik berupa Grey water berasal dari air buangan dari kegiatan mandi, cuci pakaian, cuci peralatan makan/masak, cuci kendaraan dan siram tanaman, toilet, namun tidak termasuk air yang berasal dari WC merupakan fokus penelitian selain data ekonomi sosial. Hasil penelitian ini apabila dibandingkan dengan penduduk metropolitan sebagai acuan maka masih tergolong pengguna efektif air bersih dengan hasil perhitungan 135,7 liter/orang/hari karena angka ini masih lebih rendah dari konsumsi air yang ditetapkan SNI yaitu sebanyak 150 Liter/orang/hari. Pola konsumsi air penduduk Perumahan Griya Serpong 30% digunakan untuk mandi, 20% untuk cuci pakaian, 16% untuk kegiatan dapur, 14% untuk cuci kendaraan, 10% untuk kegiatan toilet dan sisanya untuk menunjang aktifitas harian lainnya.

Kata Kunci: pola konsumsi air, gray water, kebutuhan air.

ABSTRACT

Water is one of the natural resources that are essentially needed in everyday life. Mishandling in water management can cause a water crisis. The Sustainable Consumption and Production (SCP) is an important part in achieving sustainable development related to the water resources. This research is related to the efficiency of water use in households and the patterns of water consumption in urban communities and individual water needs in middle to lower class housing. The research method was carried out using a questionnaire with a total of 100 respondents and the determination using random method. The research location was undergone in a regular housing classified as lower middle class economy named Griya Serpong Kademangan Village, Setu District, South Tangerang. Domestic waste in the form of Grey water comes from wastewater from bathing, washing clothes, washing eating / cooking utensils, vehicle washing and plant flushing, toilets, but not including water from water closet (WC), is the research focus besides social economic data. The results of this study when compared to the metropolitan population as a reference, are still classified as effective users of clean water with the calculation of 135,7 liters / person / day because this figure is still lower than the water consumption set by SNI as much as 150 liters / person / day. The water consumption pattern of the 30% Griya Serpong Housing is used for bathing, 20% for clothes washing, 16% for kitchen activities, 14% for vehicle washing, 10% for toilet activities and the rest to support other daily activities.

Keyword: consumption behavior, gray water, water consumption.

POLA KONSUMSI AIR PADA PERUMAHAN TERATUR: STUDI KASUS KONSUMSI AIR DI PERUMAHAN GRIYA SERPONG TANGERANG SELATAN

WATER CONSUMPTION PATTERN IN A REGULAR HOUSING: WATER CONSUMPTION CASE STUDY IN GRIYA SERPONG HOUSING AT TANGERANG SELATANAlfrida E. Suoth, Sri Unon Purwati dan Yuriska Andiri

Page 7: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

v

STATUS DEPOSISI BASAH DI BEBERAPA WILAYAH PEMANTAUAN DI INDONESIA PERIODE 2008-2015THE STATE OF WET DEPOSITION IN SEVERAL MONITORING SITES IN INDONESIA 2008-2015

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati , Tuti Budiwati, Asri Indrawati, dan Riri Indriani Nasution

ABSTRAKDeposisi asam terjadi sebagai dampak pencemaran udara akibat peningkatan emisi gas SOx dan NOx. Proses pencucian polutan gas-gas dan partikel yang terserap oleh elemen-elemen hujan kemudian terdeposisi pada permukaan bumi selama hujan menghasilkan deposisi basah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui status deposisi asam melalui pemantauan air hujan di lokasi yang telah ditentukan. Pengumpulan sampel deposisi basah di Indonesia menggunakan rainwater sampler dilakukan di beberapa wilayah yaitu Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang, dan Maros. Di tiap lokasi, dilakukan pengukuran jumlah presipitasi, pH, daya hantar listrik, dan analisis ion-ion. Rerata tahunan pH presipitasi tertimbang selama periode 2008-2015 di Serpong, Bandung, Jakarta, Maros, dan Kototabang masing-masing sebesar 4,86; 5,30; 4,71; 5,39; dan 4,93, dimana seluruhnya lebih rendah dari pH normal air hujan yaitu 5,60. Hasil analisis parameter anion dan kation dalam air hujan menggunakan kromatografi ion menunjukkan adanya perbedaan komposisi di wilayah yang berbeda. Karakteristik pencemar deposisi basah di Serpong (daerah sub perkotaan) menunjukkan bahwa ion NH4

+ dan NO3- paling dominan, sementara

di Jakarta dan Bandung (daerah perkotaan) memperlihatkan adanya pengaruh ion NH4

+ dan nss SO4

2-. Ion H+ dan Cl- terpantau menonjol yang ditemukan di area terpencil, Kototabang, sementara pengaruh ion Na+ dan Cl- terlihat cukup tinggi di Maros yang mewakili daerah pedesaan. Kata kunci: deposisi basah, deposisi asam, kro-matografi ion, pH

ABSTRACTAcid deposition emerged as the result of the impact of air pollution due to the increased emissions of SOx and NOx. The washing out process in which pollutants of gases and particles were absorbed by rain elements and deposited on the earth’s surface during rain, generated wet deposition. This study aims to identify the state of wet deposition through rainwater monitoring in selected sites. Wet deposition samples in Indonesia were collected using rainwater sampler in several sites, namely Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang, and Maros. In each site, measurement of rainwater precipitation, pH, electro conductivity, and analysis of ions were performed. The pH of weighted precipitation annual mean during the period of 2008-2015 in Serpong, Bandung, Jakarta, Maros, and Kototabang were 4,86; 5,30; 4,71; 5,39; and 4,93, respectively, which are lower than normal rainwater pH of 5,60. The result of anion and cation analysis in rainwater using ion chromatography displayed a different composition in each different location. The characteristic of wet deposition pollutant in Serpong (suburban area) showed the NH4

+ and NO3- ions are the most dominant, while

in Jakarta and Bandung (urban area) showed the influence of NH4

+ and nss-SO42-. H+ and Cl- ions

were the prominent feature found in remote areas of Kototabang, while the influence of Na+ and Cl- ions were quite high in Maros, as the representative of rural area.

Keywords:acid deposition, acid rain, ion chroma-tography, pH

Page 8: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

vi

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

PERBANDINGAN METODE SAMPLING KUALITAS UDARA: HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DAN LOW VOLUME AIR SAMPLER (LVAS)COMPARISON OF AIR QUALITY SAMPLING METHOD: HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) AND LOW VOLUME AIR SAMPLER (LVAS) Isfi Rohmah, Rita, Chris Salim, Bambang Hindratmo, Retno Puji Lestari, dan Ricky Nelson

ABSTRAK

Udara ambien merupakan salah satu aspek utama kehidupan yang perlu dipelihara. Adanya pencema-ran udara merupakan indikasi faktor menurunnya kualitas lingkungan yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pengukuran udara ambien sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) dilakukan dengan in-strumen High Volume Air Sampler (HVAS) dan metode gravimetri untuk mengetahui konsentrasi partikulat (TSP, PM10, PM2,5). Beberapa daerah di Indonesia memiliki alat pantau partikulat yang berbeda-beda, salah satunya LVAS (Low Volume Air Sampler). Perbandingan alat LVAS dengan HVAS yang terstandardisasi agar didapatkan korelasi antara kedua metoda tersebut. Telah di-lakukan pengukuran partikulat dengan HVAS dan LVAS jenis Gent sampler di Puslibang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) Serpong pada periode April-Mei 2018. Uji korelasi data kedua instrumen dilakukan dengan analisis data Ms.Excel, perhitungan rumus matematis korelasi Pearson, dan SPSS dengan hasil korelasi mencapai 0,836 dan 0,786 masing-masing untuk PM10 dan PM2,5. Nilai korelasi kedua data bersifat kuat karena nilainya mendekati 1. Uji korelasi Pearson dengan SPSS menunjukan 95% data signifikan dengan arah positif. Nilai dari kedua instrumen menunjuk-kan arah yang sama ketika dibandingkan dengan kondisi suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Nilai korelasi dapat menjadi rumus pemodelan untuk mengetahui nilai yang sebenarnya.

Kata kunci: Korelasi, Partikulat, PM10, PM2,5, TSP.

ABSTRACT

Ambient air is one of the main aspects of life that need to be maintained. Air pollution is one of the factors of declining environmental quality that is harmful to living things. The SNI ambient air monitoring was performed with High Volume Air Sampler (HVAS) instrument and gravimetric method to determine particulate concentration (TSP, PM10, PM2,5). Some areas in Indonesia have different particulate monitor devices, one of them is LVAS (Low Volume Air Sampler). It is necessary to compare the LVAS with standardized method HVAS to obtain method corelation. Particulate measurements were carried out with HVAS and LVAS of Gent sampler type in P3KLL Serpong during April-Mei 2018. The data correlation test of both instruments was carried out by Ms.Excel data analysis, Pearson correlation mathematical formula, and SPSS with correlation result reached 0.836 and 0.786 for PM10 and PM2.5, respectively. The correlation value of both data is strong because the value is approaching 1. Pearson correlation test with SPSS shows 95% of significant data with positive direction. The values of the two instruments show the same direction when compared to the conditions of temperature, humidity, and wind speed. Correlation value can be a modeling formula to find out the true value.

Keywords: Correlation, Particulate, PM10, PM2,5, TSP..

Page 9: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

vii

KADAR TIMBEL DALAM DARAH SISWA SEKOLAH DASAR DI SEKITAR PELEBURAN AKI BEKAS DI KABUPATEN TANGERANG DAN LAMONGAN BLOOD LEAD LEVELS OF ELEMENTARY STUDENTS AROUND USED BATTERY SMELTERS IN TANGERANG AND LAMONGAN REGENCY

Bambang Hindratmo, Rizqika Rahmani, dan Rita

ABSTRAKLogam Timbel (Pb) merupakan salah satu logam berat yang dimanfaatkan secara luas dalam industri aki. Aki timbel yang sudah tidak terpakai masih memiliki nilai ekonomis lewat proses peleburan (smelting), namun logam timbel memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Paparan timbel dalam darah (BLL/ Blood Lead Level) khususnya pada anak-anak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan, masalah kesehatan, bahkan berdampak sosial. Untuk mengetahui tingkat pajanan timbel yang dihasilkan pabrik peleburan aki bekas di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lamongan, dilakukan pengukuran kadar timbel dalam darah siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Baitussa’adah dan SDN Bulu Tengger yang terletak di sekitar pabrik tersebut. Pengukuran konsentrasi timbel dalam darah dilakukan dengan menggunakan Lead Care Portable Analyzer. Telah diperoleh rata-rata konsentrasi timbel dalam darah anak-anak MI Baitussa’adah mencapai 32,0 µg/dL, dengan konsentrasi minimum 15,5 µg/dL, konsentrasi maksimum tidak dapat dipastikan karena melampaui batas maksimum deteksi alat (65 µg/dL). Dari 69 sampel darah anak-anak SDN Bulu Tengger, diketahui rata-rata konsentrasi timbel dalam darah mencapai 11,8 µg/dL, dengan konsentrasi minimum 5 µg/dL, dan konsentrasi maksimum 30,8 µg/dL. Nilai tersebut jauh di atas nilai rujukan WHO tahun 1991 dan The Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC) tahun 2012. Hal ini menunjukkan pajanan timbel dari pabrik peleburan aki bekas sudah sangat membahayakan dan mengancam kesehatan masyarakat sekitar khususnya anak-anak usia sekolah.

Kata Kunci : logam timbel, aki bekas, BLL, lead care, anak-anak, smelter

ABSTRACTLead Metal (Pb) is one of the heavy metals widely used in the accumulator (battery) industry. The lead battery that can be recharged is commonly used. The Lead battery consists of two metal plates, Pb and PbO2 which dissolved in H2SO4. Used Lead batteries still have an economic value by recovering lead through smelting. In addition to these benefits, Lead metal has a negative effect on health. Exposure to Lead in the blood especially in children can lead to decreased levels of intelligence, health problems, and even social impacts. To determine the level of Lead exposure generated by used battery smelters in Tangerang and Lamongan Regency, blood Lead levels in Madrasah Ibtidaiyah (MI) Baitussa’adah and SDN Bulu Tengger students which located around the smelters, were determined. Measurement of Lead concentration in blood was performed using Lead Care Portable Analyzer (ESA Laboratories, Chelmsford, MA, USA). In Tangerang, it was found that the mean BLL was 32,0 μg/dL, with a minimum concentration of 15,5 μg/dL, and a maximum concentration could not be assured since the result was above the instrument’s maximum detection limit (65 μg/dL). The average value is far above the WHO and CDC (1991) and CDC (2012) threshold for blood lead levels of 10 μg/dL and 5 μg/dL respectively. While in Lamongan, it was determined that the mean BLL was 11,8 μg/dL, with a minimum concentration of 5 μg/dL, and a maximum concentration of 30,8 μg/dL This indicates that lead exposure from lead smelters has been very dangerous and threatens the health of surrounding communities, especially school-aged children. Further research is needed in mitigating the impact of lead pollution especially on school-aged children

Keywords: lead, used batteries, children, blood lead levels, lead care, smelter

Page 10: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

viii

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Page 11: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

53

Dewi Ratnaningsih.....: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian...

PENGEMBANGAN INDEKS KUALITAS AIR SEBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN KUALITAS AIR SUNGAI

THE DEVELOPMENT OF WATER QUALITY INDEX AS AN ALTERNATIVE ASSESSMENT OF RIVER WATER QUALITY

Dewi Ratnaningsih1, Retno Puji1 Lestari, Ernawita Nazir1, dan Ridwan Fauzi1

(Diterima tanggal 12 Juli 2018, Disetujui tanggal 8 September 2018)

1 Puslitbang-Kualitas dan Laboratorium Lingkungan KLHK. Kawasan Puspiptek gedung 210, Jl Raya Puspiptek-Serpong, Tangerang Sela-tan, Banten. ([email protected])

ABSTRAKPengembangan Indeks Kualitas Air (IKA) sebagai hasil modifikasi NSF-WQI merupakan proses lanjutan dari penyusunan IKA yang telah dilakukan pada tahun 2016. Pengembangan IKA dilaksanakan dengan melakukan verifikasi terhadap komponen penyusun IKA yang meliputi kurva sub indeks, pembobotan parameter, dan verifikasi lapangan terhadap hasil formulasi IKA. Verifikasi lapangan dilakukan pada delapan lokasi di Sungai Ciliwung. Verifikasi lapangan menunjukkan bahwa nilai IKA yang diperoleh dari hasil pengujian kualitas air di laboratorium dan hasil verifikasi lapangan oleh panelis menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (p<0,01), sehingga rumusan IKA yang telah dikembangkan sesuai digunakan untuk penilaian Sungai Ciliwung. Nilai IKA dikembangkan menjadi enam kriteria yaitu sangat baik (100 ≤ I > 90), baik (90 ≤ I ≥ 80), cukup baik (80< I ≥ 70), sedang (70 < I ≥ 51), marginal (51< I ≥ 36), dan buruk (36< I ≥ 0). Penerapan IKA di lapangan menunjukkan bahwa salah satu sumber mata air Sungai Ciliwung yang berada di wilayah lereng Gunung Pangrango mempunyai nilai 91 dengan kriteria sangat bagus. Sungai Condet sebagai salah satu anak sungai Ciliwung dengan sumber pencemar domestik yang tinggi berada pada nilai 35.5 dengan kriteria buruk. Enam lokasi Sungai Ciliwung lainnya berada pada kriteria marginal sampai baik. Rumusan IKA yang telah diperoleh dapat diaplikasikan untuk instrumen penilaian sungai dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan evaluasi pengendalian pencemaran air sungai.

Kata Kunci: Indek kualitas air (IKA), verifikasi, kurva sub-indeks, parameter, pembobotan, Sungai Ciliwung

ABSTRACTDevelopment of Water Quality Index (WQI) as a result of NSF-WQI modification is an advanced design process of WQI that has been carried out in 2016. The progress of IKA was determined through verification of the constituent component of WQI, comprising sub index curve, parameter weighting, and field verification of WQI formulation results. Field verification was conducted at eight locations of the Ciliwung River. The results indicated that the WQI score obtained from the water quality testing result in the laboratory and field verification results by panelists conducted at the same time indicated a value that was not significantly different, so that the WQI formulation has been developed as appropriate for the Ciliwung River assessment. The value of WQI developed into six criteria which is very good (100≤ I>90), good (90≤ I ≥80), good enough (80<I ≥70), medium (70<I ≥51), marginal (51<I≥36), and bad (36<I ≥0). The result of IKA application shows that one of the Ciliwung River springs located on the slopes of Mount Pangrango has a value of 91 which is within very good criteria. Condet River categorized as one of the Ciliwung creeks with high domestic pollutants, has a value of 35.5 which is display bad criteria. Six other Ciliwung River locations are on marginal to good criteria. WQI formulation that has been obtained can be applied as the instrument of river assessment and the results can be used for planning and evaluation of river water contamination control.

Keyword : Water quality index (WQI), verification, sub index curve, parameter, weighting, Ciliwung River

Page 12: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

54

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

PENDAHULUAN

Pertumbuhan industri dan penduduk yang pesat dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang akan menerima dampak negatif dari pesatnya pertumbuhan tersebut. Pencemaran air menjadi masalah yang terus berlangsung baik untuk air permukaan yang ada di sungai, danau, maupun lautan. Air dalam tanah juga tidak terlepas dari pencemaran yang terjadi. Manusia dengan berbagai aktivitasnya baik di bidang industri, pertanian, peternakan atau rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran air [1], [2], [3]. Di sisi lain kualitas air yang baik, bersih dan sehat menjadi kebutuhan penting bagi manusia dan mahkluk hidup yang lain. Penilaian kualitas air menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar dapat diketahui apakah air yang ada di suatu wilayah sesuai untuk mendukung kebutuhan hidup manusia dan mahluk hidup yang ada di lokasi tersebut [4].

Berbagai metode tersedia untuk melakukan penilaian kualitas air. Informasi yang diperoleh dari berbagai metode tersebut juga bervariasi. Informasi kualitas air ini penting bagi masyarakat dan pengambil kebijakan, namun pada umumnya informasi kualitas air yang disampaikan masih berdasarkan konsentrasi masing-masing parameter, sehingga susah dipahami makna informasi yang disampaikan. Pengambil kebijakan, manajer non teknis di bidang air atau masyarakat biasanya tidak mempunyai waktu untuk mempelajari dan memahami tinjauan data teknis kualitas air. Pengambil kebijakan dan masyarakat membutuhkan informasi sederhana yang mudah dipahami untuk mengetahui bagaimana kualitas air di

wilayah mereka [4], [5], [6].

Penyampaian informasi hasil penilaian kualitas air menjadi penting dipertimbangkan agar mudah dipahami dan dapat digunakan untuk menilai perbaikan yang terjadi jika dilakukan intervensi pengelolaan atau pengendalian pencemaran air. Penggunaan indeks menjadi salah satu alternatif pendekatan yang dapat diaplikasikan [7]. Penggunaan indeks untuk penilaian kualitas air yang telah ada dalam peraturan pemerintah adalah Indeks Pencemar (IP) dan Storet [8]. IP mempunyai konsep dengan semakin tinggi nilai indeks maka semakin menurun kualitas air. Aplikasi IP ini perlu didukung oleh semua data kualitas air yang tercantum dalam peraturan yang ditetapkan agar kesimpulan yang diperoleh representatif terhadap peraturan baku mutu yang diacu [8].

Indeks Kualitas Air dikembangkan dengan konsep bahwa nilai indeks yang semakin tinggi menunjukkan kualitas air yang semakin baik. Indeks kualitas air (IKA) memberikan nilai tunggal terhadap kualitas air yang diperoleh dari integrasi beberapa parameter penyusunnya pada waktu dan lokasi tertentu [7], [9], [10]. IKA digunakan untuk menyederhanakan data kualitas air yang kompleks dan digunakan untuk memberikan indikasi awal secara cepat tentang kondisi kualitas air sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur pengurangan laju pencemaran air. KA dapat memberikan indikasi kesehatan badan air di berbagai titik dan dapat digunakan untuk melacak perubahan dari waktu ke waktu [1], [10].

IKA yang telah disusun pada tahun 2016 mengacu pada metode penyusunan NSF-

Page 13: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

55

Dewi Ratnaningsih.....: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian...

WQI dengan pengambilan keputusan untuk menentukan pembobotan dan kurva sub indeks melalui pendekatan metode Delphi [1], [4]. Tahapan penyusunan IKA tahun 2016 mengikuti pola umum penyusunan IKA yaitu pemilihan parameter, transformasi parameter dengan satuan yang berbeda dalam skala yang umum, penilaian terhadap bobot tiap parameter dan agregasi subindeks untuk mendapatkan skor indeks final [7]. Parameter yang terpilih adalah oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), pH, kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD), fecal coli, kebutuhan oksigen biologis (Biological Oksigen Demand, BOD), amonia (NH3), padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS), Fosfor total (T-P), nitrat (NO3

-) dan padatan terlarut total (Total Dissolved Solid, TDS) [4]. Kurva sub indeks yang dihasilkan untuk masing-masing parameter berbentuk regresi non linear. Nilai IKA merupakan penjumlahan dari jumlah perkalian masing masing konsentrasi parameter dengan faktor pembobot dan nilai subindeks. Klasifikasi kriteria hasil IKA yang disusun tahun 2016 masih menggunakan acuan NSF –WQI IKA menggunakan skala dari nilai 0 sampai 100 untuk memberikan peringkat terhadap kualitas air [4], [10]. NSF-WQI menentukan lima peringkat WQI dalam lima rentang nilai skor yaitu peringkat sangat baik (91-100), baik (71-90), sedang (51-70), buruk (26-50) dan sangat buruk (0-25) [1], [11].

Pengembangan IKA berdasarkan hasil penyusunan pada tahun 2016 bertujuan untuk mendapatkan formulasi IKA yang dapat digunakan untuk penilaian kualitas air sungai yang lebih representatif dan dapat digunakan

sebagai perencanaan dan evaluasi program pengelolaan dan pengendalian pencemaran air.

METODOLOGI

Pengembangan IKA dilakukan terhadap hasil rumusan IKA yang telah disusun tahun 2016 melalui verifikasi terhadap data yang digunakan untuk penyusunan kurva sub-indeks dan pembobotan masing-masing parameter kualitas air sebagai komponen IKA[4]. Verifikasi dilakukan terhadap data penyusunan pembobotan dan data penyusunan kurva sub-indeks dengan menggunakan metode iterasi atau metode grubb yang dikonfirmasi dengan justifikasi teknis yaitu mengacu pada pada justifikasi korelasi hasil untuk karakteristik yang berbeda dari suatu sampel [12]. Rumusan IKA yang diperoleh pada tahun 2016 dan rumusan IKA yang telah diverifikasi komponen penyusunnya dilakukan uji coba perhitungan dengan menggunakan data kualitas air Sungai Ciliwung. Hasil perhitungan IKA dilakukan konfirmasi dengan hasil penilaian langsung di lapangan dengan metode expert judgement yang dilakukan oleh panelis di bidang air.

Panelis memberi nilai kualitas air sesuai dengan kepakarannya dengan melalui observasi secara langsung pada lokasi sungai yang menjadi target dengan pertimbangan faktor faktor yang mempengaruhi kualitas air termasuk sumber pencemar yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap kualitas air. Hasil penilaian di lapangan dengan skor 0-100 akan digunakan sebagai konfirmasi hasil IKA yang diperoleh dari pengukuran kualitas air di laboratorium. Waktu pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas air dilakukan

Page 14: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

56

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

bersamaan dengan penilaian lapangan. Hasil IKA dari pengukuran kualitas air dan hasil penilaian lapangan oleh panelis dilakukan uji t-test.

Klasifikasi kriteria air untuk penamaan hasil IKA dilakukan berdasarkan pertimbangan Kelas Air sesuai Kriteria Mutu Air (KMA) dalam PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air. [13]. Nilai konsentrasi parameter kualitas air dalam KMA kelas I, II, III dan IV diaplikasikan pada rumusan IKA sebagai pertimbangan untuk menentukan batasan klasifikasi kriteria hasil IKA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

H a s i l p e n g e m b a n g a n I K A d e n g a n menggunakan komponen IKA yang telah disusun tahun 2016 diperoleh kurva sub indeks dan pembobotan dari 10 parameter kualitas air yang telah terverifikasi. Persamaan matematika yang telah terverifikasi untuk 10 parameter kualitas air ini digunakan untuk penilaian kualitas air sungai. Kurva sub indeks yang telah diverifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Kurva sub indeks terverifikasi tersebut menyatakan hubungan konsentrasi masing masing parameter kualitas air dengan nilai sub-indeks yang mempunyai rentang nilai 0-100. Persamaan matematika untuk masing masing kurva sub indeks 10 parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1.

Hasil verifikasi terhadap pembobotan sepuluh parameter penyusun IKA diperoleh urutan tertinggi untuk parameter DO kemudian parameter fecal coliform (Tabel 2). Terpilihnya DO sebagai parameter dengan pembobotan tertinggi yang diikuti dengan parameter fecal coliform sama dengan yang dihasilkan oleh NSF-WQI, namun bobot DO dan fecal coliform yang dihasilkan oleh NSF-WQI mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan hasil panelis Indonesia dengan selisih 0,03 yaitu sebesar sebesar 0,17 untuk DO dan 0,16 untuk fecal coliform.

Peranan bobot akhir masing masing parameter ini digunakan untuk faktor pengali nilai sub-indeks masing masing parameter untuk mendapatkan nilai sub total IKA yang digunakan untuk mendapatkan nilai IKA.

Gambar 1. Hasil Kurva Sub Indeks Parameter Indeks Kualitas Air

Page 15: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

57

Dewi Ratnaningsih.....: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian...

Parameter Persamaan kurva subindeks Peruntukan

DO y = -1.3949x4 + 10.848x3 – 23.437x2+23.484x-2E-10

y= 0.3534x5-11.105x4+136.66x3-825.34x2+2463.9x-2859DO <4 DO < 8.5

Fecal coliform

y= 0.0107x2-1.3469x+100y= 3E-06x2-0.0269x+74.829y= -0.0056x+56.477y= -0.0024x+40.467y= -0.0002x+18.974y= -0.0001x=14.04y= -1E-06x+3.3727

FC<100FC<1000FC<5000FC<10000FC<50000FC<100000FC<1000000

COD y= 0.0204x2-1.4479x+99.614y= 0.0692x2-6.0926x+173.01y= -0.0055x2+0.2907x+40.428y= -0.467x+61.471y= -0.0266x+6.4226

COD<20COD<50COD<100COD<125COD<125

pH y= 0.1035x4-0.4796x3+1.5586x2+2.2036x-2.5054y= -0.3809x5+14.769x4-225.01x3+1673.7x2-6045x+8520.9y= 7.6265x2-181.88x+1087.8

pH<5pH<10pH<12

BOD y= 0.4458x3-3.4443x2-1.3145x+99.149y= 0.0287x3-0.9446x2+5.9997x+52.218y= 0.0073x3-0.606x2+14.795x-88.323

BOD<5BOD<20BOD<40

NH3 y= 18703x6-36932x5+27566x4-9960.8x3+1744.5x2-187.12x+100y= 644.68x3-1507.1x2+1092.2x-228.14

NH3<0.7NH3<1

TP y= -0.1347x5+2.483x4-16.702x3+50.051x2-73.42x+100y= -3.58x3+72.356x2-486.46x+1098.4

TP<5TP<8

TSS y= 0.0001x2-0.2667x+96.159y= -0.0399x+74.971y= -0.1673x+94.086y= -0.0004x2-0.3239x+110.1y= 9E-5x2-0.2127x+103.2y= -0.2694x+140.03y= -0.1921x+105.23

TSS<100TSS<150TSS<200TSS<300TSS<400TSS<450TSS<500

NO3 y= -0.0046x3+0.2002x2-4.0745x+97.77y= 1E-6x4+2E-5x3-0.0168x2+0.3103x+36.034y= 0.0039x2-0.8417x+47.227

NO3<30NO3<70NO3<100

TDS y= -6E-6x2-0.0136x+96.357y= -4E-6x2-0.0183x+98.991y= -8E-6x2+0.0252x+17.624

TDS<1000TDS<2000TDS<3500

Tabel 1. Persamaan Kurva Sub-indeks Parameter kualitas Air

PARAMETER BOBOT AHKIRDO 0,14

Fecal Coliform 0,13COD 0,12pH 0,12

BOD 0,11NH3-N 0,09

T-P 0,09TSS 0,07

NO3-N 0,07TDS 0,05

TOTAL 1

Tabel 2. Bobot Akhir Parameter Indeks Kualitas Air

Page 16: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

58

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Rumusan IKA yang dihasilkan tahun 2016 dan rumusan IKA yang telah terverifikasi yang diperoleh diuji coba dengan data kualitas air yang diambil dari Sungai Ciliwung paling hulu yang diasumsikan mempunyai kondisi paling bagus. Sungai Condet yang merupakan anak Sungai Ciliwung di wilayah hilir DKI Jakarta diasumsikan mempunyai kualitas air yang paling buruk. Perhitungan ini digunakan untuk konfirmasi kembali terhadap rumusan yang telah tersusun. Nilai IKA hasil aplikasi menggunakan data kualitas air Sungai Ciliwung tidak jauh berbeda dengan hasil verifikasi lapangan melalui penilaian panelis (Tabel 3). Pengambilan sampel air untuk aplikasi IKA dan verifikasi lapangan dilakukan pada hari yang bersamaan.

No Lokasi

Nilai IKA dari Data Hasil Analisis Laboratorim (belum

terverifikasi)

Nilai IKA dengan Data Hasil Analisis

Laboratorim (terverifikasi )

Nilai IKA dengan verifikasi lapangan

1 S. Cisampai. anak S. Ciliwung hulu 92.0 90.9 90.3

2 Sungai Ciliwung, Masjid Nurul Iman 76.4 70.0 64.5

3 Sungai Ciliwung, Jemb. Leuwimalang 82.5 75.9 70.3

4 Sungai Ciliwung, Jemb. Gadog 85.3 80.8 71.3

5 Sungai Ciliwung Jemb. Sempur 80.2 72.9 64.5

6 Sungai Ciliwung Pintu air Manggarai 66.4 59.1 51.0

7 Sungai Ciliwung Gunung Sahari 57.7 50.3 49.3

8 Sungai Condet, anak S. Ciliwung, 42.5 35.5 37.3

Tabel 3. Hasil IKA dan Verifikasi Lapangan di 8 Lokasi

Uji t-test menunjukkan bahwa hasil aplikasi rumusan IKA terverifikasi dengan hasil verifikasi lapangan tidak berbeda nyata (p<0.01). Kondisi ini dapat dikatakan bahwa rumusan IKA yang dikembangkan ini sesuai digunakan untuk penilaian kualitas air Sungai Ciliwung.

Klasifikasi nilai IKA berdasarkan NSF-WQI terdiri dari lima kriteria yaitu sangat baik (90-100), baik (70-90), sedang (50-70), buruk (25-50) dan sangat buruk (0-25). Berdasarkan pertimbangan nilai kriteria mutu air yang terdapat dalam kelas air PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan pertimbangan pakar maka IKA yang baru dikembangkan ditetapkan menggunakan 6 kasifikasi kriteria baru yaitu

SKOR KRITERIA Kesesuaianan dengan nilai Keriteria Mutu Air dalam PP 82/2001.

100 ≤ I > 90 SANGAT BAIK 90 ≤ I ≥ 80 BAIK KELAS I80 < I ≥ 70 CUKUP BAIK KELAS II70 < I ≥ 51 SEDANG KELAS III51< I ≥ 36 MARGINAL KELAS IV36 < I ≥ 0 BURUK

Tabel 4. Klasifikasi Baru Kriteria IKA

Page 17: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

59

Dewi Ratnaningsih.....: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian...

sangat baik, baik, cukup baik, sedang, marginal dan buruk (Tabel 4).

Rumusan IKA yang telah dikembangkan diuji coba dengan menggunakan nilai konsentrasi parameter kualitas air yang terdapat dalam Kriteria Mutu Air untuk kelas I, II, III dan IV dalam PP 82/2001 tentang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Air [13].

Tabel 4. Aplikasi Nilai KMA PP 82/2001 dengan Kalkulator Perhitungan IKA

ParameterNilai KMA kelas I

Satuan Q-nilai Faktor Pembobot

Sub total

DO 6 mg/L 86.68 0.143 12.36

Fecal coliform 100 J/100mL 72.31 0.134 9.70

COD 10 mg/L 87.18 0.120 10.45

pH 7 97.35 0.117 11.38

BOD 2 mg/L 86.31 0.113 9.78

NH3-N 0.5 mg/L 58.45 0.092 5.37

T-P 0.2 mg/L 87.19 0.085 7.41

TSS 50 mg/L 83.07 0.074 6.11

NO3-N 10 mg/L 72.45 0.069 5.02

TDS 1000 mg/L 77 0.053 4.10

TOTAL 1.00 81.68

IKA 81.68

ParameterNilai KMA Kelas II

Satuan Q-nilai Faktor Pembobot

Sub total

DO 4 mg/L 56.12 0.143 8.00

Fecal coliform 1000 J/100mL 50.93 0.134 6.83

COD 25 mg/L 63.95 0.120 7.66

pH 7 97.35 0.117 11.38

BOD 3 mg/L 76.24 0.113 8.64

NH3-N 0.5 mg/L 58.45 0.092 5.37

T-P 0.2 mg/L 87.19 0.085 7.41

TSS 50 mg/L 83.07 0.074 6.11

NO3-N 10 mg/L 72.45 0.069 5.02

TDS 1000 mg/L 77 0.053 4.10

TOTAL 1.00 70.53

IKA 70.53

ParameterNilai KMA Kelas III

Satuan Q-nilai Faktor Pembobot

Sub total

DO 3 mg/L 39.43 0.157 6.19

Fecal coliform 2000 J/100

mL 45.28 0.148 6.69

COD 50 mg/L 41.38 0.132 5.46

pH 7 pH 97.35 0.129 12.53

BOD 6 mg/L 60.41 0.125 7.53

NH3-N mg/L NM NM

T-P 1 mg/L 62.28 0.094 5.83

TSS 400 mg/L 32.52 0.081 2.63

NO3-N 20 mg/L 59.56 0.076 4.55

TDS 1000 mg/L 77 0.059 4.52

TOTAL 1.00 55.94

IKA 55.94

ParameterNilai KMA Kelas IV

Satuan Q-nilai Faktor Pembobot

Sub total

DO 0 mg/L 0.00 0.157 0.00

Fecal coliform 2000 /100 mL 45.28 0.148 6.69

COD 100 mg/L 14.50 0.132 1.91

pH 7 pH 97.35 0.129 12.53

BOD 12 mg/L 37.79 0.125 4.71

NH3-N mg/L NM NM

T-P 5 mg/L 27.36 0.094 2.56

TSS 400 mg/L 32.52 0.081 2.63

NO3-N 20 mg/L 59.56 0.076 4.55

TDS 2000 mg/L 46 0.059 2.73

TOTAL 1.00 38.32

IKA 38.32

Berdasarkan klasifikasi nilai IKA, kualitas air pada KMA kelas I masuk dalam kriteria baik, kelas II pada kriteria cukup baik, kelas III pada kriteria sedang dan kelas IV pada kriteria marginal. Apabila menggunakan klasifikasi kriteria NSF-WQI, kualitas air pada KMA kelas I dan II berada pada kriteria baik, kelas III pada kriteria sedang dan kelas IV pada kriteria buruk.

Page 18: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

60

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Berdasarkan hasil tersebut maka kondisi kuali tas air Sungai Cil iwung selain dapat diinformasikan secara detil dengan menyampaikan masing masing parameter kualitas air yang diukur, juga dapat disampaikan secara sederhana menggunakan nilai IKA. SIMPULAN

Indeks kualitas air yang telah dikembangkan dan terverifikasi dapat diaplikasikan untuk penilaian kualitas air sungai sehingga dapat memberikan informasi kualitas air yang digunakan upaya pengendalian pencemaran air. IKA dapat digunakan untuk membandingkan kualitas air berdasarkan lokasi, wilayah atau dari waktu ke waktu untuk melihat peningkatan atau penurunan kualitas air disuatu lokasi tertentu. Parameter DO kemudian fecal coliform memberikan peran bobot yang penting dalam rumusan IKA yang telah dikembangkan. Rumusan IKA terverifikasi memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan hasil konfirmasi lapangan sehingga rumusan ini sesuai digunakan dalam penilaian kualitas air Sungai Ciliwung. Rumusan IKA ini perlu diujicobakan pada wilayah sungai dengan kondisi geografi yang berbeda.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Narasumber dan Panelis yang telah mem-

KMA PP 82/2001 Hasil IKA Berdasarkan Nilai KMA

KRITERIA NSF-WQI

KRITERIA IKA BARU

Kelas I 81.68 BAIK BAIK

Kelas II 71.76 BAIK CUKUP BAIK Kelas III 55.94 SEDANG SEDANGKelas IV 38.32 BURUK MARGINAL

Tabel 5. Hasil Aplikasi IKA menggunakan nilai KMA PP 82/2001

bantu dalam memberi masukan dan saran, Tim Laboratorium Puslitbang Kualitas dan Labo-ratorium Lingkungan (P3KLL) yang telah membantu dalam analisis sampel penelitian, manajemen P3KLL atas dukungan dana, serta berbagai pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung terlaksananya kajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

(1) S. Tyagi, B. Sharma, P. Singh, and R. Dobhal. (2013). Water quality assessment in terms of water quality index. Am. J. Water Resources., vol. 1, no. 3, pp. 34–38.

(2) E. Tambe and S. Gotmare.(2017). Pollution monitoring study of water samples collected from Vashi Creek by determining water quality index. IJIRSET.vol 6. pp. 6501–6508.

(3) Vaheedunnisha, Shukla S.K.(2013). Water quality assestment of roopsagar pond of Satna using NSF-WQI. IJIRSET.vol.2.pp1386-1388.

(4) D. Ratnaningsih, A. Hadi, Asiah, R. P. Lestari, A. Prajanti (2016). Penentuan parameter dan kurva sub indeks dalam penyusunan indeks kualitas air. Jurnal Ecolab.,vol.10.pp.70-79.

(5) J. D. González, L. F. Carvajal, and F. M.(2012)., Water quality index based on fuzzy logic applied to the Aburra River basin in the jurisdiction of the metropolitan area. Medellin. vol. 79, Nro.171, pp50-58

Page 19: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

61

Dewi Ratnaningsih.....: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian...

(6) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014. Jakarta.

(7) T. Abbasi and S.A. Abbasi (2012), Water Quality Indices. Elsevier.

(8) Kementerian Lingkungan Hidup (2003). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 115 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Jakarta

(9) K. Yogendra and E. T. Puttaiah.(2008). Determination of water quality index and suitability of an urban waterbody in Shimoga Town, Karnataka. Proc. Taal2007: 12th World Lake Conf. 342-346

(10) Semiromi B,Hassani, A.H., Torabian, A. Karbassi,,A.R. and H. Lotfi (2011).Water quality index development using fuzzy logic: A case study of the Karoon River of Iran. African J. Biotechnol.vol.10(50).PP.10125-10133.

(11) US EPA, the City of Boulder, The Keep it Clean Partnership, BCWI, and BCN (2005). National Sanitation Foundation Water Quality Index.[Online]. Available: http://bcn.boulder.co.us/basin/watershed/wqi_nsf.html. [Accessed: 31-Jul-2018]

(12) ISO 13528 (2015). Statistical methods for use in proficiency testing by interlaboratory comparison. Switzerland.

(13) Kementerian Lingkungan Hidup (2001). Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Indonesia.

Page 20: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

62

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

ABSTRAK Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kekeliruan dalam memanfaatkan air dapat mengakibatkan krisis air. Pola Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan disebut juga Sustainable Consumption and Production (SCP) merupakan salah satu bagian penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan terkait dengan sumber daya alam yang kita miliki yaitu air. Penelitian ini terkait efisiensi penggunaan air dalam rumah tangga, didata pola konsumsi air pada masyarakat perkotaan dan kebutuhan air perorangan pada perumahan kelas menengah ke bawah. Metode penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden sebesar 100 responden dan penentuan menggunakan metode acak random. Lokasi penelitian di perumahan teratur Griya Serpong Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Perumahan ini tergolong perumahan teratur dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Limbah domestik berupa Grey water berasal dari air buangan dari kegiatan mandi, cuci pakaian, cuci peralatan makan/masak, cuci kendaraan dan siram tanaman, toilet, namun tidak termasuk air yang berasal dari WC merupakan fokus penelitian selain data ekonomi sosial. Hasil penelitian ini apabila dibandingkan dengan penduduk metropolitan sebagai acuan maka masih tergolong pengguna efektif air bersih dengan hasil perhitungan 135,7 liter/orang/hari karena angka ini masih lebih rendah dari konsumsi air yang ditetapkan SNI yaitu sebanyak 150 Liter/orang/hari. Pola konsumsi air penduduk Perumahan Griya Serpong 30% digunakan untuk mandi, 20% untuk cuci pakaian, 16% untuk kegiatan dapur, 14% untuk cuci kendaraan, 10% untuk kegiatan toilet dan sisanya untuk menunjang aktifitas harian lainnya.

Kata Kunci: pola konsumsi air, gray water, kebutuhan air.

ABSTRACTWater is one of the natural resources that are essentially needed in everyday life. Mishandling in water management can cause a water crisis. The Sustainable Consumption and Production (SCP) is an important part in achieving sustainable development related to the water resources. This research is related to the efficiency of water use in households and the patterns of water consumption in urban communities and individual water needs in middle to lower class housing. The research method was carried out using a questionnaire with a total of 100 respondents and the determination using random method. The research location was undergone in a regular housing classi-fied as lower middle class economy named Griya Serpong Kademangan Village, Setu District, South Tangerang. Domestic waste in the form of Grey water comes from wastewater from bathing, washing clothes, washing eating / cooking utensils, vehicle washing and plant flushing, toilets, but not including water from water closet (WC), is the research focus besides social economic data. The results of this study when compared to the metropolitan population as a reference, are still classified as effective users of clean water with the calculation of 135,7 liters / person / day because this figure is still lower than the water consumption set by SNI as much as 150 liters / person / day. The water consumption pattern of the 30% Griya Serpong Housing is used for bathing, 20% for clothes washing, 16% for kitchen activities, 14% for vehicle washing, 10% for toilet activities and the rest to support other daily activities.

Keyword: consumption behavior, gray water, water consumption.

1,2 Fungsional Pedal pada Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan BLI-KLHK3 Staf pada Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan BLI-KLHK

POLA KONSUMSI AIR PADA PERUMAHAN TERATUR: STUDI KASUS KONSUMSI AIR DI PERUMAHAN GRIYA SERPONG

TANGERANG SELATAN

WATER CONSUMPTION PATTERN IN A REGULAR HOUSING: WATER CONSUMPTION CASE STUDY IN GRIYA SERPONG HOUSING

IN TANGERANG SELATAN

Alfrida E. Suoth1, Sri Unon Purwati2 dan Yuriska Andiri3

Diterima tanggal 30 Juli 2018, Disetujui tanggal 8 September 2018

Page 21: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

63

Alfrida E. Suoth, Sri Unon...: Pola Konsumsi Air Pada Peumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air...

PENDAHULUAN

Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production/SCP) adalah salah satu sub-tema aksi mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan yang telah dicanangkan sejak Deklarasi Rio tahun 1992, dan selanjutnya dikuatkan dengan Johannesburg Plan of Implementation tahun 2002. Konsep konsumsi dan produksi berkelanjutan berfokus pada serangkaian upaya pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan sepanjang daur hidup produk atau jasa, yang terkait dengan kegiatan masyarakat dalam melakukan produksi dan konsumsi setiap hari. SCP dapat menjadi bagian penting dan memberikan solusi bagi aksi mitigasi dan adaptasi menghadapi Perubahan Iklim. Konsep Ekonomi Hijau harus mencakup esensi dari SCP dan harus merangkul berbagai pendekatan, seperti mengubah konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan, bergaya hidup hijau, dan lain sebagainya. Ekonomi hijau harus diterjemahkan sebagai kebijakan inklusif yang bertujuan pada efisiensi sumber daya termasuk didalamnya adalah air(2).

Perkembangan ekonomi dan peningkatan populasi dalam beberapa dekade terakhir telah menyebabkan peningkatan pesat konsumsi air tawar, yang dapat menghambat pembangunan masyarakat. Saat ini, sekitar sepertiga penduduk dunia terancam oleh kurangnya air tawar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, peningkatan kelangkaan air di berbagai wilayah diperkirakan terjadi di masa depan karena berbagai faktor seperti pertumbuhan penduduk, pencemaran sumber daya yang ada, perubahan iklim, dan urbanisasi. Hampir tujuh miliar orang di seluruh dunia diprediksi menghadapi krisis air pada pertengahan abad

ke-21(19)

Sumber daya air merupakan sumber daya yang tidak terbaharukan mengharuskan manusia untuk bertindak bijak dalam pemakaiannya. Penggunaan air di dalam rumah tangga selama ini masih sangat sulit untuk dilakukan pengelolaan tetapi di sisi lain penggunaan air dalam rumah tangga adalah penyumbang terbesar terjadinya krisis air. Dampak konsumsi manusia pada sumber daya air global dapat dipetakan menggunakan jejak air. Konsep jejak air diusulkan dan didefinisikan sebagai “ukuran perampasan manusia terhadap sumber daya air tawar”. Jejak air adalah indikator penggunaan air di mana dimasukkan konsumsi air dan polusi; mereka juga dapat diterapkan untuk memperluas sistem evaluasi sumber daya air dan menyediakan informasi pemanfaatan air untuk pengambilan keputusan(19).

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini, salah satu penyebabnya adalah konsumsi SDA yang berlebihan, pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan (hijau), dan penggunaan air yang berlebihan, berujung pada krisis kekurangan air. Terkait hal tersebut maka penting untuk mengetahui pola konsumsi air dalam rumah tangga untuk masyarakat perkotaan melalui inventarisasi sumber-sumber air limbah domestik (greywater) serta pemakaian air rata-rata per hari untuk kegiatan rumah tangga.

Pemilihan daerah penelitian di Tangerang Selatan karena Kota Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Wilayah

Page 22: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

64

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

KecamaatanJumlah Penduduk (Jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Setu 66667 69391 72170 75002 77881 80811 83777

Serpong 138177 144378 150736 157252 163915 170731 177677

Pamulang 287955 296915 305909 314931 323957 332984 341967

Ciputat 193369 199807 206293 212824 219384 225974 232559

Ciputat Timur 179792 184391 188957 193484 197960 202386 206729

Pondok Aren 305073 316988 329103 341416 353904 366568 379354

Serpong Utara 127471 134232 141237 148494 155998 163755 171749

Kota Tangerang Selatan 1298504 1346102 1394405 1443403 1492999 1543209 1593812

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 13 Maret 2018

Gambar 1: Alur pikir logis penelitian

Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan lebih dari 1 juta jiwa termasuk dalam kelompok Kota Metropolitan. Peningkatan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan dari tahun 2010-2016 tertera pada Tabel 1.

Kebutuhan air per jiwa per hari menurut SNI 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya tercantum 150 L/jiwa/hari pada kota berpenduduk 1 juta jiwa demikian juga berdasarkan acuan dari Departemen Kesehatan menyebutkan kebutuhan air bersih per jiwa perhari adalah 150 Liter. Mengacu pada SNI tersebut maka standar yang dipakai

untuk kebutuhan air di Kota Tangerang Selatan 150 liter air.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan paket data dan informasi pola konsumsi air dalam rumah tangga masyarakat perumahan perkotaan kelas menengah ke bawah yang berlokasi di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, tepatnya di Perumahan Griya Serpong.

METODOLOGI

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang memiliki tahapan pelaksanaan penelitian seperti tertera pada Gambar 1.

Page 23: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

65

Alfrida E. Suoth, Sri Unon...: Pola Konsumsi Air Pada Peumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air...

Gambar 2: Peta lokasi penelitian di Perumahan Griya Serpong Kelurahan Kademangan Kecamatan Setu Kota tangerang Selatan

Titik sampling dalam penelitian ini adalah rumah warga Perumahan Griya Serpong yang menjadi target penelitian. Titik sampling ditentukan menggunakan metode acak random. Sampling yang dilakukan ditujukan untuk dua (2) macam data yaitu data kualitas gray water parameter kimia-fisika dan data sosial. Data kualitas gray water diperoleh melalui grab sampling dan data sosial diperoleh melalui kuesioner. Perhitungan pola pemakaian air didasarkan pada konversi pemakaian air tiap aktifitas. Uji coba dilakukan terhadap kebutuhan jumlah air yang diperlukan per kegiatan yang selanjutnya ditetapkan sebagai volume konversi. Volume pemakaian air dijumlahkan setelah di konversi ke volume yang di tetapkan. Detail dari pelaksanaan penelitian seperti diuraikan dibawah ini.

a. Lokasi PenelitianLokasi penelitian di Perumahan Griya Serpong di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Perumahan ini memiliki 375 KK (kepala keluarga) yang tergabung dalam RW 06 dan dibagi dalam 5 RT. Kecamatan Setu adalah 1 dari 7 kecamatan

yang berada di bawah Kota Tangerang Selatan dan terdiri dari 1 kelurahan dan 5 desa (9), dengan jumlah 195 RT dan 40 RW. Peta lokasi penelitian dapat dilihat di gambar 2.

Sumber data kependudukan berasal dari Sensus Penduduk dan Survei kependudukan yang dilakukan oleh BPS dan hasil Registrasi Penduduk jumlah penduduk di Kecamatan Setu adalah 72.727 orang dengan jumlah rumah tangga 18.7897 rumah tangga dengan luas wilayah 14,80 km2 (9). Pengambilan data kuesioner dilakukan terhadap 100 responden yang terbagi di 5 RT yang ada di perumahan Griya Serpong. . Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak sederhana dengan mengacu pada pendekatan rumus Slovin (Azh & Suhartini, 2016), pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: n=N/(1+N.E2)

Di mana, n = jumlah sampel; N = jumlah populasi; E = batas kesalahan yang ditoleransi dengan jumlah populasi 72.727 dengan batas kesalahan yang ditoleransi sebesar 10% maka jumlah sampel minimal adalah sebesar 100 responden.

Page 24: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

66

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

KegiatanVolume air yang

dikonversikan tiap kegiatan (Liter)

Sikat gigi 1Cuci pakaian (manual) 100 Cuci Pakaian (mesin) 60Cuci Piring 30Mandi 20Kegiatan toilet 5Bersih rumah 16Siram tanaman 20Cuci kendaraan (motor) 15Air minum 1,4

Tabel 2. Konversi volume air yang digunakan

b. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam penyusunan variabel penelitian ini adalah pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh seluruh responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena atau variabel penelitian adalah kuesioner.

Kuesioner (lihat lampiran) ditujukan untuk perumahan perkotaan kelas menengah ke bawah yang ada di Kota Tangerang Selatan tepatnya di kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu yaitu Perumahan Griya Serpong. Kuesioner diberikan pada 100 responden. Pengumpulan data primer kuesioner dari tanggal 7 s/d 31 Oktober 2016. Contoh diambil secara komposit, dengan menggabungkan contoh (volume sama) yang diambil pada pagi hari pukul 09.00 dan sore pukul 15.00.

c. Analisis DataAnalisis data pengambilan data primer meliputi langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Tahap awal penelitian tahun 2016 adalah melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi inventarisasi semua kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan air dalam rumah tangga.

b. Kuesioner/wawancara pada 100 rumah yang ada di perumahan Griya Serpong. Pemilihan rumah berdasarkan metode acak dan yang disurvei adalah rumah yang peruntukannya untuk rumah tangga (kost tidak termasuk).

c. Kuesioner yang digunakan dalam pengambilan data primer mempunyai 3 variabel dengan 27 instrumen.

d. Data primer yang terkumpul diinput dan dilakukan uji validitas, realibilitas

dengan s is t im komputer untuk memastikan semua data yang diperoleh melalui kuesioner adalah signifikan dan dapat dipercaya.

e. Pengolahan data dan analisa data menggunakan SPSS for windows versi 19.

Metode bersifat arbitrary digunakan untuk memperoleh data pada tabel 2 terkait pemakaian volume air yang dikonversi berdasarkan volume air alat ukur serupa gayung karena keterbatasan alat ukur yang tersedia. Data yang diperoleh merupakan dasar untuk perhitungan data pada tabel 4 terkait data pemakaian air per orang per hari di Perumahan Griya Serpong. Beberapa literatur menyebutkan bahwa perhitungan dilakukan dengan perkiraan, seperti pada SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner dilakukan terhadap 100 responden yang menyebar di 5 RT pada Perumahan Griya Serpong. Pekerjaan dari responden adalah pegawai swasta, guru, wirausaha dan ibu rumah tangga. Dengan jumlah variable

Page 25: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

67

Alfrida E. Suoth, Sri Unon...: Pola Konsumsi Air Pada Peumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air...

Tabel 3. Hasil pengolahan data dalam kuesioner

No. Variabel Sub variabelFrekuensi Terbesar

(%)1 Pekerjaan kepala Rumah Tangga Pegawai swasta 61

2 Luas bangunan rumah > ± 45 m2 63

3 Luas tanah dari rumah 70-100 m2 46

4 Penghasilan dalam RT 3-5 jt 48

5 Pekerjaan tambahan Tidak mempunyai pekerjaan tambahan.

80

6 Pekerjaan istri Ibu Rumah Tangga 67

7 Sumber air untuk Rumah Tangga PDAM 688 Memakai torn untuk menampung

airYa 58

9 Kebutuhan minum dalam seminggu

2 galon 47

10 Alat mandi yang digunakan gayung 8311 Jumlah toilet yang ada di rumah 1 7812 Pengetahuan ttg Air limbah mengetahui 52

13 Setuju penerapan recycle air utk dimanfaatkan kembaki utk siram air.

setuju 49

14 Setuju mengolah kembali Gray Water

setuju 77

15 Setuju penghematan air secara umum

setuju 70

16 Bersedia dalam partisipasi olah Gray Water

bersedia 87

4 dan jumlah instrument 37 serta hasil uji reabilitas data adalah signifikan.

Kesediaan masyarakat berpartisipasi dalam mengolah grey water menunjukkan tingkat yang baik. Terbukti dari data pendapat Masyarakat daerah penelitian yang setuju dalam penerapan pengolahan kembali grey water yaitu dari tingkat sedang sampai baik lihat Tabel 3.

Data pendapatan rumah tangga di daerah penelitian tergolong ekonomi rendah dan berada pada distribusi rendah. Memiliki pengetahuan tentang limbah pada tingkat frekuensi sedang dan mayoritas tidak memiliki pendapatan tambahan dengan kebutuhan air minum satu minggu sebanyak 2 galon. Sumber air yang digunakan oleh responden sebanyak 68 % berasal dari PDAM. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan air limbah grey water 87 %.

Hasil penelitian untuk perumahan kelas menengah ke bawah diperoleh perhitungan jumlah air yang dikonsumsi perorangan adalah 130,1 liter/hari meliputi kebutuhan air untuk mandi, minum, cuci pakaian, cuci peralatan makan/dapur, kebersihan rumah, siram tanaman dan mencuci kendaraan seperti di tunjukkan dalam Tabel 4 .

Keperluan Konsumsi Air(liter)

Sikat gigi 2,2Cuci pakaian 26,9Cuci piring, masak 21,5mandi 39,1Air minum 1,9Membersihkan rumah 5,5Siram tanaman 3,7Kegiatan toilet 13Cuci kendaraan 16,3Total 130,1

Tabel 4. Data pemakaian air per orang/hari di Perumahan Griya Serpong

Page 26: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

68

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Gambar 3. Grafik pola konsumsi air dalam satu rumah tangga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air rata-rata perorangan di Perumahan Griya jumlahnya 130,1 liter belum termasuk air untuk wudhu, jumlah ini masih di bawah jumlah air berdasarkan survei Ditjen Cipta Karya atau dengan kata lain masih hemat dibandingkan dengan hasil survey tahun 2006 sebanyak 144 Litter/hari (7). Penelitian ini dilakukan mengingat pola konsumsi air bersih masyarakat perkotaan berubah dan dipengaruhi faktor :

1. Ukuran keluarga2. Pendapatan perkapita3. Ukuran kota4. Kota asal penduduk5. Tipe meteran6. Pendidikan responden7. Kepadatan ruang

Berdasarkan literatur salah satu penelitian mengasumsikan rata-rata kebutuhan air wudhu untuk kran manual 1.132 mL atau 1,132 liter (12). Maka untuk 5 kali wudhu dalam sehari dibutuhkan 5,56 liter. Sehingga kebutuhan air rata-rata perorangan dengan menambahakan kebutuhan wudhu menjadi 130,1 liter + 5,56 liter = 135,7 liter. Untuk wudhu menggunakan kran air otomatis membutuhkan volume air rata-rata 600 mL atau 0,6 liter yaitu hampir 1/10 lebih sedikit dari jumlah air rata-rata menggunakan kran air manual.

Kota Tangerang Selatan mempunyai penduduk 1.405.170 orang, berdasarkan tabel 5 menurut jumlah penduduk di kategorikan ke dalam kota metropolitan dengan jumlah penduduk berkisar 1.000.000 – 2.000.000. dengan jumlah kebutuhan air 150 – 210 liter/orang/hari (12).

Tabel 5. Standar kebutuhan air rumah tangga berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk

Sumber: (Pedoman konstruksi dan bangunan, Dep PU dalam direktorat Pengairan dan Irigasi Bapenas, 2006 (12)

Jumlah Penduduk Jenis Kota Jumlah Kebutuhan Air (Liter/orang/hari)

2.000.000 Metropolitan 2101.000.000 – 2.000.000 Metropolitan 150 – 210500.000 – 1.000.000 Besar 120 - 150100.000 – 5000.000 Besar 100 - 15020.000 – 100.000 Sedang 90 - 1003.000 – 20.000 Kecil 60 - 100

Page 27: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

69

Alfrida E. Suoth, Sri Unon...: Pola Konsumsi Air Pada Peumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air...

Hasil perhitungan total konsumsi air bersih di Perumahan Griya Serpong adalah 524,7 liter/kepala keluarga. Pemakaian terbanyak untuk kegiatan mandi yaitu 30 % dengan perkiraan jumlah air sebanyak 157,41 Liter untuk mandi. Perkiraan jumlah anggota keluarga sekitar 4 orang. Rata rata responden menjawab dalam sehari mandi 2 kali sehari. Peralatan mandi responden kebanyakan menggunakan gayung dan volume gayung sekali digunakan dapat mencapai 1 liter, dengan demikian volume air mandi menggunakan gayung akan lebih banyak. Penggunaan shower akan mengurangi pemakaian air untuk mandi sehingga dapat menghemat pemakaian air.

Keperluan Konsumsi (L)

Mandi, cuci, kakus 12,0

Minum 2,0

Cuci pakaian 10,7

Kebersihan rumah 31,4

Taman 11,8

Cuci kendaraan 21,1

wudhu 16,2

Lain-lain 21,7

Jumlah 126,9

Tabel 6. Standar kebutuhan air Departemen Pekerjaan Umum

Sumber (Departemen PU, 1994)

Perumahan Griya Serpong mempunyai jumlah kepala keluarga sebanyak 375 KK, berdasarkan hasil penelitian kebutuhan air bersih tiap kepala keluarga sebanyak 524,7 liter, maka kebutuhan air bersih di perumahan Griya Serpong adalah 196.762,5 liter per hari.

SIMPULAN

Penduduk perumahan Griya Serpong tergolong pengguna efektif air bersih sebesar 135,7 liter/jiwa/hari jika dibandingkan dengan standar

pemakaian air pada jenis kota Metropolitan sebesar 150 liter/jiwa/hari. Dengan pola konsumsi air bersih sebesar 30% digunakan untuk mandi, 20% untuk cuci pakaian, 16% untuk kegiatan dapur, 14% untuk cuci kendaraan, 10% untuk kegiatan toilet dan sisanya untuk menunjang aktifitas harian lainnya. Hasil penelitian prosentase terbesar penggunaan air untuk mandi dan kebiasaan menggunakan gayung sebagai alat untuk mandi; maka perlu untuk dibuat pilihan lain untuk menggantikan gayung sebagai alat mandi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada tim pelaksana dan pembina kegiatan RPPI-12 Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Ling-kungan (P3KLL) Serpong.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Rencana Strategis KLHK 2015-2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015

(2) Konferensi APRSCP ke-10 tahun http://www.menlh.go.id/konferensi-ke-10-asia-pacific-roundtable-for-sustainable-consumption-and-production-aprscp//

(3) Said N I, Daur ulang air limbah (water recycle) ditinjau dari aspek teknologi, lingkungan dan ekonomi, BPPT, JAI Vol 2, No.2 tahun 2006

(4) Madonna S, Efisiensi energy melalui penghematan penggunaan air, Universitas Bakrie, Jakarta, Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No. 4 April 2014: 267-274.

Page 28: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

70

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

(5) Santoso A, Karnaningrum N, dkk , Perencanaan Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Alternatif media biofilter (studi kasus: kejawan gebang kelurahan keputih surabaya), prosiding seminar nasional manajemen teknologi XXII, program studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

(6) Soewondo , Yulianto A, The effect of aeration mode on submerged aerobic bio filter Reactor for grey water treatment, journal of applied sciences in environmental sanitation, Volume 3, Number 3: 169-175, September-December, 2008

(7) Survei Kebutuhan air , Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada 2006 http://c ip taka rya .pu .go . id /v3 /news .php?id=101, unduh 06122016, jam18.05

(8) Said N I, Teknologi pengolahan air limbah Dengan proses biofilm tercelup, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 2, Januari 2000

(9) Kota Tangerang Selatan Dalam Angka Tangerang Selatan in Figures 2013, Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2013

(10) Pengambilan Contoh Uji Air dan Air limbah, Standar Nasional Indonesia, SNI. 6989. 59.2008, Badan Standarisasi Nasional (BSN) Tahun 2008

(11) Jufrisal, Zakir M, Perancangan prototype kran wudhu otomatis berbas i s Arduino Uno untuk menghemat air menggunakan sensor ping, Seminar Nasional Teknologi Informasi, komunikasi dan Industri (SNTIKI) Pekanbaru, 11 November 2015

(12) Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006

(13) Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Republik indonesia N o m o r : p . 6 8 / m e n l h k / s e t j e n /kum.1/8/2016 Tentang Baku mutu air limbah domestik, tahun 2016

(14)Fardiaz S, Polusi air dan udara, Bogor : Kanisius; 1992

(15) Efendi H, Telaah Kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan, Bogor : Kanisius ; 2003

(16) Marlina, L, Pencemar Air: sumber, dampak dan penanggulangannya, pengantar ke falsafah sains (PPS702), IPB, June 2004

(17) Alternatif Media Biofilter (Studi Kasus: Kejawan Gebang Kelurahan Keputih Surabaya)

(18) Herlambang A, Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya, JAI Vol 2, N0. 1 tahun 2006

(19) Chen, H. (2015). Using Water Footprints for Examining the Sustainable Development of Science Parks, 5521–5541. ht tp: / /doi .org/10.3390/su7055521

(20) Handayani, D. S, Handayani, Kajian Pustka Potensi Pemanfaatan Grey Water sebagai Air Siram WC dan Siram Tanaman di Rumah Tangga, jurnal Presipitasi Vol 10 No. 1 Maret 2013, ISSN 1907-187X

(21) Sosiawan, H dan Subagyo, K, Strategi Pembagian Air Secara proporsional Untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Air, Pengembangan inovasi Pertanian 2 (4), 2009: 299-305

(22) Widayat Wahyu, Daur Ulang Air Limbah Domestik Kapasitas 0,9 M3 per Jam Menggunakan Kombinasi Reaktor Biofilter Anaerob Aerob dan Pengolahan Lanjutan, JAI Vol 5. No. 1 2009

Page 29: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

71

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

STATUS DEPOSISI BASAH DI BEBERAPA WILAYAH PEMANTAUAN DI INDONESIA PERIODE 2008-2015

THE STATE OF WET DEPOSITION IN SEVERAL MONITORING SITES IN

INDONESIA 2008-2015

Retno Puji Lestari 1, Emalya Rachmawati 2, Tuti Budiwati 3, Asri Indrawati 3, dan Riri Indriani Nasution4

(Diterima tanggal 19 Juli 2018, Disetujui tanggal 16 Agustus 2018

1 P3KLL-KLHK, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, T/F 021-7560981, 15310, [email protected] Ditjen PPU, PPKL-KLHK Jl. DI Pandjaitan Kebon Nanas Jakarta 3 LAPAN, Jl Dr.Djundjunan Bandung4 BMKG, Jl Angkasa Kemayoran Jakarta

ABSTRAKDeposisi asam terjadi sebagai dampak pencemaran udara akibat peningkatan emisi gas SOx dan NOx. Proses pencucian polutan gas-gas dan partikel yang terserap oleh elemen-elemen hujan kemudian terdeposisi pada permukaan bumi selama hujan menghasilkan deposisi basah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui status deposisi asam melalui pemantauan air hujan di lokasi yang telah ditentukan. Pengumpulan sampel deposisi basah di Indonesia menggunakan rainwater sampler dilakukan di beberapa wilayah yaitu Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang, dan Maros. Di tiap lokasi, dilakukan pengukuran jumlah presipitasi, pH, daya hantar listrik, dan analisis ion-ion. Rerata tahunan pH presipitasi tertimbang selama periode 2008-2015 di Serpong, Bandung, Jakarta, Maros, dan Kototabang masing-masing sebesar 4,86; 5,30; 4,71; 5,39; dan 4,93, dimana seluruhnya lebih rendah dari pH normal air hujan yaitu 5,60. Hasil analisis parameter anion dan kation dalam air hujan menggunakan kromatografi ion menunjukkan adanya perbedaan komposisi di wilayah yang berbeda. Karakteristik pencemar deposisi basah di Serpong (daerah sub perkotaan) menunjukkan bahwa ion NH4

+ dan NO3- paling dominan, sementara di Jakarta

dan Bandung (daerah perkotaan) memperlihatkan adanya pengaruh ion NH4+ dan nss SO4

2-. Ion H+ dan Cl- terpantau menonjol yang ditemukan di area terpencil, Kototabang, sementara pengaruh ion Na+ dan Cl- terlihat cukup tinggi di Maros yang mewakili daerah pedesaan. Kata kunci: deposisi basah, deposisi asam, kromatografi ion, pH

ABSTRACTAcid deposition emerged as the result of the impact of air pollution due to the increased emissions of SOx and NOx. The washing out process in which pollutants of gases and particles were absorbed by rain elements and deposited on the earth’s surface during rain, generated wet deposition. This study aims to identify the state of wet deposition through rainwater monitoring in selected sites. Wet deposition samples in Indonesia were collected using rainwater sampler in several sites, namely Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang, and Maros. In each site, measurement of rainwater precipitation, pH, electro conductivity, and analysis of ions were performed. The pH of weighted precipitation annual mean during the period of 2008-2015 in Serpong, Bandung, Jakarta, Maros, and Kototabang were 4,86; 5,30; 4,71; 5,39; and 4,93, respectively, which are lower than normal rainwater pH of 5,60. The result of anion and cation analysis in rainwater using ion chromatography displayed a different composition in each different location. The characteristic of wet deposition pollutant in Serpong (suburban area) showed the NH4

+ and NO3

- ions are the most dominant, while in Jakarta and Bandung (urban area) showed the influence of NH4+ and

nss-SO42-. H+ and Cl- ions were the prominent feature found in remote areas of Kototabang, while the influence of

Na+ and Cl- ions were quite high in Maros, as the representative of rural area.

Keywords:acid deposition, acid rain, ion chromatography, pH

Page 30: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

72

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

PENDAHULUAN

Fenomena deposisi asam digambarkan melalui turunnya gas atau cairan bersifat asam dari atmosfer ke permukaan bumi akibat pencemaran udara (1, 2). Apabila terjadi seiring turunnya air hujan, embun, kabut atau salju maka peristiwa tersebut dikategorikan sebagai deposisi basah, sementara bila terjadi perpindahan asam dalam bentuk gas dan partikel tanpa melalui hujan dikategorikan sebagai deposisi kering (2-4). Emisi sulfur dan nitrogen yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama penyebab terjadinya deposisi asam (1, 2, 5). Hujan alami yang tidak membawa zat pencemar umumnya memiliki pH 5,6 (6). Gas-gas pencemar teroksidasi dalam bentuk gas dan aerosol, kemudian bereaksi dengan uap air di atmosfer membentuk senyawa bersifat asam dan menyebabkan terjadinya penurunan pH dalam air hujan dan jatuh ke bumi sebagai deposisi asam (1-4). Proses terjadinya deposisi basah dipengaruhi oleh kesetimbangan konsentrasi gas dan cairan, disosiasi, dan proses reaksi guna berubah fase membentuk larutan. Selain itu terdapat pula interaksi di antara spesies-spesies utama seperti SO2, NO2, dan HCl dengan gas-gas H2O2 dan O3 yang bersifat kompleks (7).

Terdapat 5 lokasi pemantauan di Indonesia yang termasuk dalam Acid Deposition Monitoring Network in East Asia (EANET). Sejak tahun 1998, jaringan pemantauan deposisi asam di Indonesia berada di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup (Deputi Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup) sebagai National Focal Point (NFP). Pusat Sarana Pengendalian

Dampak Lingkungan (Pusarpedal) yang saat ini menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) ditunjuk sebagai National Center (NC) yang melakukan penjaminan mutu seluruh data pemantauan deposisi asam di Indonesia. NC melakukan koordinasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah teknis kegiatan jaringan seperti sampling, verifikasi data, koordinasi uji profisiensi, dan peningkatan kapasitas anggota jaringan. Instansi yang terlibat dalam jaringan EANET untuk pemantauan deposisi basah di Indonesia selain P3KLL adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Masing-masing anggota jaringan melakukan pemantauan secara terpisah di tiap-tiap lokasi.

Pemantauan deposisi asam berlangsung sejak tahun 1998 di Jakarta (BMKG Jakarta) dan Bandung (LAPAN Bandung) yang dikategorikan sebagai daerah urban (perkotaan), Kototabang (GAW Kototabang) sebagai daerah remote (terpencil), serta Serpong (P3KLL) yang awalnya diklasifikasikan sebagai daerah pedesaan berubah menjadi sub perkotaan. Tahun 2008 dilakukan penambahan titik sampling deposisi asam di wilayah timur yang termasuk dalam daerah rural (pedesaan) yaitu di BMKG Maros – Sulawesi Selatan (8). Pemilihan lokasi tersebut diharapkan bersifat representatif untuk wilayah Indonesia bagian Timur.

Indonesia memiliki tiga wilayah iklim yang berbeda (9). Kota Jakarta, Serpong, Bandung, dan Maros terletak di wilayah yang memiliki curah hujan monsunal, sementara Kototabang

Page 31: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

73

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

memiliki curah hujan ekuatorial (5, 9). Wilayah monsunal ditandai dengan kejadian jarangnya atau tidak sama sekali terjadi hujan pada bulan Mei sampai September, sementara pada bulan Januari sampai April dan Oktober sampai Desember umumnya sering terjadi hujan (9, 10). Selain monsunal, ada tipe ekuatorial yang mempunyai dua puncak curah hujan pada Maret dan Oktober dan tipe lokal yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsun (11). Curah hujan umumnya bertambah seiring dengan ketinggian suatu lokasi.

Pola deposisi asam di suatu wilayah dapat diketahui melalui hasil data pemantauan

Lokasi Instansi Klasifikasi Latitude Longitude Ketinggian (m) Periode sampling

Serpong P3KLL Sub perkotaan 06 21’01,9” LS 106 40’04,07” BT 64 setiap hari hujanBandung LAPAN Perkotaan 06⁰53’41,63” LS 107⁰35’11,31” BT 753 setiap hari hujan

Jakarta BMKG Perkotaan 06⁰09’21,51” LS 106⁰50’32,67” BT 7 mingguan

Kototabang BMKG Terpencil 00⁰12’8,70”LS 100⁰19’4,50”BT 845 mingguan

Maros BMKG Pedesaan 04⁰ 59’ 50,29’ LS 119⁰34’ 17,73” BT 1 mingguan

Tabel 1. Lokasi pemantauan deposisi asam di Indonesia

secara kontinyu. Meski bersifat transboundary pollutant (zat pencemar dapat melintas batas wilayah), pengaruh sumber pencemar di sekitar area lokasi titik sampling memegang peranan penting dalam melihat senyawa dominan. Sifat zat pencemar, lokasi sumber pencemar, dan faktor klimatologi yang berbeda mempengaruhi karakter deposisi asam di masing-masing lokasi. Melalui rekapitulasi data tahunan, status deposisi asam dari tiap lokasi dalam periode 2008-2015 dapat diketahui.

METODOLOGI

1. Lokasi Pemantauan

Gambar 1. Peta Lokasi Pemantauan Deposisi Asam EANET di Indonesia

Page 32: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

74

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

2. Alat dan BahanAla t sampl ing yang d ipaka i un tuk mengumpulkan air hujan adalah rain sampler. Sampel air hujan dikumpulkan secara komposit 24 jam di Serpong dan Bandung, sementara di Jakarta, Kototabang, dan Maros, sampel air hujan dikumpulkan secara komposit setiap minggu dalam botol polietilen. Analisis air hujan di lokasi Serpong dan Bandung dilakukan masing-masing di laboratorium P3KLL dan LAPAN, sementara BMKG Jakarta melakukan analisis untuk sampel air hujan dari Jakarta, Maros, dan Kototabang sesuai panduan instruksi kerja yang terdapat dalam EANET Guideline (12). Larutan standar yang dipakai berupa standar komersial anion (Cl-, NO3

-, SO42-) dan kation (Na+, K+, NH4

+, Mg2+, dan Ca2+) 1000 mg/L.

3. MetodeSampel air hujan ditimbang, kemudian dilakukan pengukuran pH dan DHL. Sampel disaring dengan kertas saring sebelum dilakukan pengukuran ion dengan instrumen IC. Apabila tidak langsung dilakukan pengukuran, maka sampel harus diawetkan pada -4OC. Parameter ion-ion Na+, K+, Ca2+,

Mg2+, NH4+, Cl-, NO3

-, dan SO42- dianalisis

menggunakan kromatografi ion, IC DIONEX yang dilengkapi dengan suppressor ASRS dan CSRS ULTRA II, 2mm, kolom anion: IonPac AS12A, dan kolom kation: IonPac CS 12A pada laju alir 1,5 L/menit. Eluen yang digunakan adalah 0,3 mM NaHCO3 dan 2,7 mM Na2CO3 untuk anion dan Methane Sulphonic Acid (MSA) 20 mM untuk kation.

Pengolahan data curah hujan, pH, anion, dan kation diperoleh dari hasil verifikasi sesuai metode yang dipublikasi melalui laporan EANET untuk hasil pemantauan tahunan pada periode 2008-2015 di Pusarpedal-KLH (P3KLL-KLHK), LAPAN Bandung, dan BMKG Jakarta (10, 13).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Curah hujanKlimatologi curah hujan Indonesia terlihat maksimum pada bulan-bulan Desember Januari dan Februari (DJF), dimana rerata curah hujan relatif tinggi mencapai 16 mm/hari di sebagian besar wilayah di Indonesia (14). Sebaliknya, curah hujan relatif lebih rendah pada bulan Juni Juli dan Agustus (JJA). Secara

Gambar 2. Total Presipitasi (Curah Hujan) Tahunan (mm) selama Tahun 2008-2015

Page 33: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

75

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

umum total curah hujan tahunan yang terjadi di Serpong relatif lebih kecil dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sementara total curah hujan tahunan tertinggi terjadi di Maros.

Perubahan curah hujan menunjukkan adanya fluktuasi hujan yang turun selama periode setahun, yang menunjukkan perbedaan curah hujan dengan tahun sebelumnya. ΔRF didefinisikan sebagai jumlah curah hujan pada tahun tertentu dikurangi jumlah curah hujan pada tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah curah hujan pada tahun sebelumnya sebagaimana persamaan berikut DRF=(RFi- RFi-1)/RFi-1 (15).

Perubahan curah hujan bernilai positif menunjukkan bahwa curah hujan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, bila negatif berarti curah hujan yang terjadi

(a) Serpong (b) Bandung (c) Jakarta (d) Kototabang (e) Maros

Gambar 3. Perubahan Curah Hujan (mm) selama Tahun 2008-2015

lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (4). Kejadian hujan dan curah hujan ini akan berhubungan erat dengan proses pembersihan atmosfer, semakin tinggi curah hujan semakin banyak polutan yang tercuci (4). Gambar 3 menunjukkan fluktuasi curah hujan yang terjadi di tiap kota setiap tahunnya.

2. pH air hujan

Gambar 4. pH rata-rata tahunan selama periode 2008-2015

Gambar 5. Rata-rata tahunan pH presipitasi tertimbang selama 2000-2015

Page 34: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

76

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Rata-rata tahunan pH presipitasi tertimbang selama periode 2008-2015 di Serpong adalah 4,86, Bandung (pH 5,30), Jakarta (pH 4,71), Maros (pH 5,39), dan Kototabang (pH 4,93). Perbedaan nilai rerata pH tahunan sejak tahun 2000 dapat dilihat pada gambar 5.

Data pH air hujan hasil pengukuran langsung selama periode 2008-2015 memiliki jumlah sampel lebih banyak untuk lokasi Serpong (n=598) dan Bandung (n=790) dibanding kota-kota lainnya karena sampel diambil berdasarkan setiap kejadian turun hujan. Distribusi frekuensi jumlah pH >5,6 di kota Bandung relatif lebih tinggi dibanding kota lainnya, dengan dominasi berada pada kisaran pH 6,0-6,5 (n=249). Total jumlah sampel dengan pH<5,6 (n=370) di Serpong dengan dominasi kisaran pH 4,5-5,0 menunjukkan indikasi sebagai daerah yang mengalami deposisi asam. Sementara itu pemantauan

yang dilakukan BMKG dalam periode yang sama dilakukan setiap minggu dengan jumlah sampel Jakarta (n=281), Kototabang (n=381), dan Maros (n=304). Gambar 6 menunjukkan distribusi sampel dengan pH<5,6 lebih tinggi di kota Jakarta (n=258) dan Kototabang (n=328), dengan dominasi pH di kisaran 4,5-5,0. Distribusi frekuensi sampel di Maros menunjukkan bahwa pH >5,6 lebih tinggi dengan dominasi sampel air hujan Maros berada pada kisaran 5,0-5,6.

Distribusi frekuensi pH pengukuran harian di kota Serpong dan Bandung selama periode 2008-2015 dalam kisaran pH tertentu ditampilkan dalam Gambar 6, sementara untuk kota Jakarta, Kototabang, dan Maros merupakan distribusi pH mingguan (Gambar 7). Klasifikasi kisaran pH tersebut memperlihatkan adanya perbedaan pola nilai pH hasil pemantauan dalam periode 2008-2015.

Periode sampling: setiap hari hujan (sumber data: P3KLL Serpong dan LAPAN Bandung)

(a) Serpong (b) Bandung

Gambar 6. Distribusi frekuensi pH di Serpong dan Bandung periode 2008-2015.

Page 35: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

77

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

Parameter pH saja atau ion H+ tidak dapat mengilustrasikan dampak deposisi asam terhadap ekosistem, karena derajat kemasaman dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi setelah terdeposit (16). Kemasaman air hujan tergantung pada konsentrasi ion-ion yang terkandung di dalamnya. pH bersifat asam memperlihatkan pengaruh ion-ion yang bersifat asam seperti SO4

2- dan NO3-, sementara

bila bersifat netral atau basa memperlihatkan adanya pengaruh netralisasi akibat tingginya konsentrasi NH4

+ (17) . Efek deposisi asam

(a) Jakarta (b) Kototabang (c) Maros

Gambar 7. Distribusi frekuensi pH di Jakarta, Kototabang, dan Maros selama 2008-2015.Periode sampling mingguan (sumber data: BMKG Jakarta)

akan tergantung pada seberapa banyak asam yang jatuh ke permukaan bumi. Senyawa asam dalam jumlah lebih banyak dapat terdeposisi saat turun hujan deras dengan pH tidak terlalu rendah dibandingkan saat turun hujan bersifat ringan namun dengan kemasaman tinggi. Dengan demikian jumlah deposisi harus diperhitungkan untuk menghitung pH, dimana biasanya akan dirata-ratakan baik secara bulanan atau tahunan sebagai presipitasi tertimbang (weighted-precipitation mean) (18).

Gambar 8. Persentase (%) sampel dengan pH<5,6 selama periode 2008-2015

Page 36: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

78

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Data pH pada Gambar 7 merupakan rerata bulanan presipitasi tertimbang. Persentase jumlah sampel yang masuk ke dalam kategori deposisi asam (pH<5,6) di Serpong sebesar 100% terjadi di tahun 2009, 2012, dan 2015 sementara terendah berada di tahun 2013 sebanyak 67%. Meskipun berfluktuasi, Serpong memiliki kecenderungan terhadap adanya peningkatan nilai pH air hujan. Dibandingkan dengan Serpong dan juga kota-kota lainnya, pH air hujan di Bandung cenderung lebih tinggi karena persentase sampel dengan pH<5,6 relatif rendah, berada pada kisaran 30% tahun 2012.

Berdasarkan hasil pemantauan, air hujan di Jakarta cenderung bersifat masam, dimana rerata bulanan dari tahun 2008-2014 mencapai 100%. Hasil pemantauan BMKG di Kototabang menunjukkan adanya peningkatan jumlah persentase sampel deposisi asam, demikian pula halnya dengan Maros. Pada tahun 2009, Kototabang memiliki persentase sampel deposisi asam sebesar 100% pada tahun 2010, 2012, dan 2013 sementara di Maros menunjukkan pola fluktuatif. Hal ini menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut karena Kototabang merupakan

wilayah yang termasuk dalam wilayah terpencil (remote area) sementara Maros berada dalam kategori pedesaan (rural area).

3. Komposisi anion dan kation dalam air hujanBerdasarkan Gambar 9, karakteristik air hujan di beberapa wilayah yang dikaji menunjukkan terjadinya perbedaan komposisi kimia. Klasifikasi lokasi di tempat yang berbeda akan memberikan perbedaan gambaran jenis pencemar dominan.

Karakteristik pencemar dari parameter deposisi basah di Serpong (daerah sub perkotaan) menunjukkan bahwa ion NH4

+ dan NO3

- merupakan spesies yang paling dominan, Tingginya konsentrasi NO2 di wilayah Serpong sesuai dengan kajian menggunakan Chimere model yang dilakukan di wilayah kabupaten Tangerang dimana terlihat bahwa fluks deposisi NO2 lebih besar dibandingkan nilai fluks deposisi SO2 (19). Di daerah Jakarta dan Bandung (daerah perkotaan) memperlihatkan dominasi ion NH4

+ dan nss SO4

2-. Sumber pencemar utama ditengarai berasal dari kegiatan antropogenik berasal dari emisi kendaraan bermotor dan industri

Gambar 9. Komposisi anion dan kation dalam air hujan di wilayah Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang dan Maros periode 2008-2015Data konsentrasi rerata anion dan kation (mmol/L)

Page 37: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

79

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

(SO2). Terjadinya peningkatan kepadatan penduduk dan kenaikan jumlah volume kendaraan akibat pertumbuhan sektor industri akan memberikan kontribusi terjadinya perubahan (10). Konsentrasi ion-ion dalam deposisi asam dipengaruhi oleh jenis spesies kimia dan kondisi meteorologis (20). Ion H+ dan Cl- merupakan spesies menonjol yang ditemukan di Kototabang, dimana lokasi ini merupakan area terpencil yang terletak di bukit Kototabang sementara di Maros pengaruh ion Na+ dan Cl- sangat besar akibat lokasi sampling yang relatif dekat dengan selat Makassar.

Dalam deposisi asam, asam nitrat dan asam sulfat yang direpresentasikan oleh ion-ion NO3

- dan nss SO42- memegang peranan

penting. Dengan mengetahui rasio kedua asam tersebut, maka senyawa utama penyebab kemasaman dapat diidentifikasi (17). Ion NO3

- dan nss SO4

2- bersifat stabil, dimana kontribusi relatif dari keseluruhan kisaran konsentrasi kedua anion tersebut dapat ditentukan melalui fraksi nitrat untuk total NO3

- dan nss SO42-

dengan persamaan [NO3-]/([NO3

-]+[nss SO42-

]) (16, 17). Hal yang sama berlaku untuk senyawa yang bersifat basa sebagai penetral dan mereduksi kemasaman presipitasi air

hujan. Dalam hal ini direpresentasikan oleh ion-ion NH4

+ dan nss Ca2+ untuk menilai pentingnya pengaruh relatif gas NH3 terhadap CaCO3 melalui persamaan [NH4

+]/([ NH4+]+[

nss Ca2+]) (17).

Fraksi ekivalen nitrat dihitung untuk rerata tahunan selama 2008-2015 memiliki variasi rasio sebesar 0,35-0,56. Nilai maksimum sebesar 0,56 terdapat di Serpong yang menunjukkan bahwa HNO3 berperan lebih signifikan dibandingkan H2SO4 dalam proses asidifikasi air hujan. Di kota-kota lainnya menunjukkan rasio sebesar 0,47 di Jakarta dan Maros, Bandung (0,44), dan Kototabang (0,35). Rasio paling kecil terjadi di Kototabang yang menunjukkan adanya dominasi H2SO4

dibanding HNO3.

Hal yang sama juga diterapkan untuk pengaruh senyawa bersifat basa dengan kisaran rasio fraksi ekivalen amonia sebesar 0,46-0,85. Rasio di Kototabang sebesar 0,46 dan Maros sebesar 0,49 memperlihatkan kecenderungan CaCO3 sebagai basa dominan meskipun jumlah CaCO3 dan NH3 hampir setara. Perbandingan lebih besar dari 0,5 terjadi di Serpong yaitu 0,85, Bandung yaitu 0,75, dan Jakarta sebesar 0,68 menunjukkan NH3 sebagai basa dominan dibanding CaCO3

(a) Fraksi ekivalen nitrat (b) Fraksi ekivalen amonium

Gambar 10. Fraksi ekivalen nitrat (a) dan fraksi ekivalen amonium (b) selama periode 2008-2015

Page 38: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

80

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

sebagai senyawa penetralisasi kemasaman air hujan.

Hasil pemantauan mengindikasikan adanya kesesuaian dengan hasil studi Chao (2010) yang memperlihatkan proporsi NH4

+ di wilayah daratan yang umumnya lebih tinggi dibanding daerah pesisir dan pulau (21). Di kawasan Asia Timur terutama di wilayah continental, NH4

+ merupakan spesies penting dalam presipitasi kimia (21). NH4

+ memberikan kontribusi asidifikasi terhadap tanah dan air permukaan ketika berubah menjadi NO3

- melalui proses nitrifikasi. Beberapa faktor penyebab kenaikan konsentrasi NH3 adalah terbentuknya NH3 yang berasal dari reaksi sublimasi senyawa seperti NH4NO3 atau NH4Cl atau pembentukan senyawa lain yang melibatkan NH3 serta hilangnya ion NO3

- yang berkontribusi pada penguapan NH4NO3 (22). NH3 yang dapat terdeposit dan berubah menjadi NH4

+ sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi NH4

+

dimana NH4+ berlaku sebagai penetral untuk

H2SO4 dan HNO3 (23, 24). Berdasarkan hasil studi hujan asam di Serpong tahun 2005-2007, pada musim hujan pengaruh NH3 terhadap pembentukan komponen NH4

+ dalam partikulat sangat kuat (5, 25).

Efek deposisi asam di beberapa wilayah baru terlihat dalam jangka panjang karena adanya netralisasi oleh senyawa basa secara alami. Apabila terjadi di lokasi-lokasi yang sensitif, deposisi asam akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan mahluk hidup.

SIMPULAN

Hasil pemantauan periode 2008 sampai 2015 menunjukkan indikasi terjadinya hujan asam

di Jakarta, Serpong, Bandung, Kototabang, dan Maros. Frekuensi pH di bawah 5,6 di Bandung dan Maros relatif lebih kecil dibanding Jakarta, Serpong, dan Kototabang. Fraksi ekivalen nitrat di Serpong >0,5 menunjukkan bahwa HNO3 berperan lebih signifikan dibandingkan H2SO4 dalam proses asidifikasi air hujan, sementara di kota-kota lain <0,5 dimana H2SO4 lebih berkontribusi dibanding HNO3. Fraksi ekivalen amonia >0,5 terjadi di Jakarta, Serpong, dan Bandung mengilustrasikan NH3 sebagai basa dominan dibanding CaCO3 sebagai senyawa penetralisasi keasaman air hujan, sementara di Kototabang dan Maros <0,5 memperlihatkan kecenderungan CaCO3 sebagai basa dominan. Fraksi ekivalen nitrat dan sulfat dapat mengindikasikan potensi sumber pencemar dominan bersifat asam di suatu lokasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada tim pelaksana kegiatan deposisi asam Pusarpedal (P3KLL) Serpong, LAPAN Bandung dan BMKG Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

(1) APIS. Acid deposition 2015 [cited 2016 16 Oktober]. Available from: www.apis.uk/ overview/pollutants/acid-deposition.

(2) EPA. Acid Rain Wasington DC [cited 2014 23 April]. Available from: www.epa.gov.

(3) EANET. Acid Deposition Monitoring Network in East Asia (EANET) [cited 2015 November 3]. Available from: http://www.eanet.asia/event/wspa/wspa.html.

Page 39: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

81

Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati..: Status Deposisi Basah Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indoenesia...

(4) Farhani N, Rachmawati, E., Budiwati, T., Mulyani, T., Sutamihardja, RTM., Lestari, RP. Status Deposisi Asam di Indonesia Tahun 2001-2008. Tangerang: Pusarpedal. KLH; 2010.

(5) Budiwati T, Rachmawati E. Gas NH3 dan potensi pembentukan amonium (NH4+) di daerah rural Serpong-Tangerang. PSTA LAPAN. 2010.

(6) Cowling EB. Acid precipitation i n h i s t o r i c a l p e r s p e c t i v e . Environmental science & technology. 1982;16(2):110A-23A.

(7) Hall DJ, Spanton AM, C.B. P. Review of modelling methods of near-field acid deposition. Bristol: Environment Agency; 2008.

(8) EANET. Interim scientific advisory group of EANET. Guidelines for acid deposition monitoring in East Asia. Niigata: EANET; 2000.

(9) A l d r i a n E , D w i S u s a n t o R . Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature. Int J of Climatol. 2003;23(12):1435-52.

(10) Lestari RP. Tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter deposisi asam. Tangerang Selatan: P3KLL-KLHK, 2016.

(11) Aldrian E. Pemahaman dinamika iklim di negara kepulauan Indonesia sebagai modalitas ketahanan bangsa. BMKG; 2 Juli 2014; Jakarta. Jakarta2014.

(12) EANET. Technical Documents for Wet Deposition Monitoring in East Asia. Niigata: EANET; 2010.

(13) EANET. Data Report of Acid Deposition in East Asia 2014. Niigata: 2015.

(14) Hidayat R, Ando K. Variabilitas curah hujan indonesia dan hubungannya dengan ENSO/IOD: Est imasi menggunakan data JRA-25/JCDAS. J Agromet 2014;28(1):1-8.

(15) Akimoto H, Awang M, Cho S, Hara h, Khummongkol P, Ueda H, et al. Periodic report on the state of acid deposition in East Asia, Part I : Regional Assessment. Niigata: EANET; 2006.

(16) Thepanondh S. A study of wet and dry deposition processes for regional air pollution and atmospheric deposition modeling. Melbourne: Monash University; 2004.

(17) EANET. Third periodic report on the state of acid deposition in East Asia. Part II- National assesment. Niigata: EANET; 2016.

(18) EANET. Rain, etc. (wet deposition) - calculating the deposited amount and average concentration of acid Niigata: EANET; 2010. Available from: http://www.eanet.asia/ product/e_learning/page3_5.html.

(19) Asih DK. Potensi deposisi asam di wilayah industri kabupaten Tangerang dan sekitarnya menggunakan Chimere model. Bogor: IPB; 2015.

(20) EANET. Strategy paper on future direction of monitoring for dry deposition of the EANET (2016-2020). Niigata: EANET, 2015.

(21) Chao G, Zi-Fa W, Gbaguidi EA. Ammonium Variational Trends and the Ammonia Neutralization Effect on Acid Rain over East Asia. Atmospheric and Oceanic Science Letters. 2010;3(2):120-6.

Page 40: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

82

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

(22) Aikawa M, Hiraki T. Difference in the Use of a Quartz Filter and a PTFE Filter as First-Stage Filter in the Four-Stage Filter-Pack Method. Water, Air, & Soil Pollution. 2010;213(1-4):331-9.

(23) Sorooshian A, Shingler T, Harpold A, Feagles C, Meixner T, Brooks P. Aeroso l and prec ip i ta t ion chemistry in the southwestern United States: spatiotemporal t rends and interrelat ionships. Atmospheric Chemistry and Physics. 2013;13(15):7361-79.

(24) Chughtai M, Mustafa S, Mumtaz M. Study of Physicochemical Parameters of Rainwater: A Case Study of Karachi, Pakistan. American Journal of Analytical Chemistry. 2014;5(04):235.

(25) Budiwati T. Kecenderungan temporal deposisi asam di Serpong dan Jakarta (2001-2009): Studi transboundary polutan. In: Rosida TB, Mahmud, Didi Sutiadi, editor. Sains Atmosfer: Teknologi dan Aplikasinya - Buku 2. Bandung: LAPAN; 2013.

Page 41: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

83

Isfi Rohmah, Rita...: Studi Awal Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara:...

ABSTRAKUdara ambien merupakan salah satu aspek utama kehidupan yang perlu dipelihara. Adanya pencemaran udara merupakan indikasi faktor menurunnya kualitas lingkungan yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pengukuran udara ambien sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) dilakukan dengan instrumen High Volume Air Sampler (HVAS) dan metode gravimetri untuk mengetahui konsentrasi partikulat (TSP, PM10, PM2,5). Beberapa daerah di Indonesia memiliki alat pantau partikulat yang berbeda-beda, salah satunya LVAS (Low Volume Air Sampler). Perbandingan alat LVAS dengan HVAS yang terstandardisasi agar didapatkan korelasi antara kedua metoda tersebut. Telah dilakukan pengukuran partikulat dengan HVAS dan LVAS jenis Gent sampler di Puslibang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) Serpong pada periode April-Mei 2018. Uji korelasi data kedua instrumen dilakukan dengan analisis data Ms.Excel, perhitungan rumus matematis korelasi Pearson, dan SPSS dengan hasil korelasi mencapai 0,836 dan 0,786 masing-masing untuk PM10 dan PM2,5. Nilai korelasi kedua data bersifat kuat karena nilainya mendekati 1. Uji korelasi Pearson dengan SPSS menunjukan 95% data signifikan dengan arah positif. Nilai dari kedua instrumen menunjukkan arah yang sama ketika dibandingkan dengan kondisi suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Nilai korelasi dapat menjadi rumus pemodelan untuk mengetahui nilai yang sebenarnya.

Kata kunci: Korelasi, Partikulat, PM10, PM2,5, TSP.

ABSTRACTAmbient air is one of the main aspects of life that need to be maintained. Air pollution is one of the factors of declining environmental quality that is harmful to living things. The SNI ambient air monitoring was performed with High Volume Air Sampler (HVAS) instrument and gravimetric method to determine particulate concentration (TSP, PM10, PM2,5). Some areas in Indonesia have different particulate monitor devices, one of them is LVAS (Low Volume Air Sampler). It is necessary to compare the LVAS with standardized method HVAS to obtain method core-lation. Particulate measurements were carried out with HVAS and LVAS of Gent sampler type in P3KLL Serpong during April-Mei 2018. The data correlation test of both instruments was carried out by Ms.Excel data analysis, Pearson correlation mathematical formula, and SPSS with correlation result reached 0.836 and 0.786 for PM10 and PM2.5, respectively. The correlation value of both data is strong because the value is approaching 1. Pearson correlation test with SPSS shows 95% of significant data with positive direction. The values of the two instruments show the same direction when compared to the conditions of temperature, humidity, and wind speed. Correlation value can be a modeling formula to find out the true value.

Keywords: Correlation, Particulate, PM10, PM2,5, TSP.

PENDAHULUAN

Udara adalah sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya [1]. Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan memengaruhi

PERBANDINGAN METODE SAMPLING KUALITAS UDARA: HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DAN LOW VOLUME AIR SAMPLER

(LVAS)

COMPARISON OF AIR QUALITY SAMPLING METHOD: HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) AND LOW VOLUME AIR SAMPLER (LVAS)

Isfi Rohmah1, Rita2, Chris Salim1, Bambang Hindratmo2, Retno Puji Lestari2, dan Ricky Nelson2

Diterima tanggal 4 Juni 2018 disetujui tanggal 5 September 2018

kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya [2]. Pencemaran udara adalah terakumulasinya zat, gas, dan partikel yang berasal dari kegiatan manusia dan alam ke udara bebas dalam konsentrasi

Page 42: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

84

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

yang cukup tinggi [3]. Pada Lampiran PP No. 41 Tahun 1999 terdapat beberapa parameter baku mutu udara ambien yang merupakan indikator pencemaran udara diantaranya adalah debu atau Total Suspended Particulate (TSP), Particulate matter (PM10, PM2.5). PM10 adalah partikulat berukuran 0,1-10µm/ inhable particulate matter, partikulat ini terdiri dari partikel halus berukuran kurang dari 2,5µm dan sebagian partikel kasar yang berukuran sampai 10 µm [4]. PM2,5 adalah partikulat yang berukuran 0,1-2,5µm, dan partikulat dengan ukuran <100µm termasuk dalam kategori TSP. Partikulat dapat menyebabkan gangguan pada pernapasan (pneumoconiosis), iritasi mata, dan gangguan saluran pernapasan lainnya, bahkan pada ukuran yang paling kecil dapat masuk ke dalam jaringan tubuh yang paling dalam seperti paru-paru dan jantung, apalagi jika partikulat tersebut mengandung bahan berbahaya sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terutama penyakit jantung dan paru-paru.

Salah satu upaya pengendalian pencemaran udara ambien adalah dengan melakukan pengambilan contoh uji partikulat udara ambien. Ketersediaan data untuk kualitas udara sangat minim. Teknik pengambilan sampel partikulat menurut standar pemerintah dilakukan dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode analisis gravimetri. Seiring dengan perkembangan teknologi, partikulat dapat diukur dengan instrumen lainnya, salah satunya adalah dengan instrumen Low Volume Air Sampler (LVAS) yang merupakan instrumen sampling udara ambien dengan volume yang lebih rendah dari HVAS. HVAS

dapat digunakan untuk mengukur TSP, PM10, dan PM2,5.

LVAS merupakan instrumen yang belum standar di Indonesia, sehingga dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan dan perhitungan korelasi PM10 dan PM2,5 LVAS terhadap HVAS. LVAS yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Gent Stack Filter Unit Air Sampler yang biasa digunakan oleh Pusat Sains dan Teknologi Terapan (PSTNT)-Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Dengan perbandingan dan perhitungan korelasi dari dua instrumen tersebut akan didapatkan hubungan korelasi dari hasil pengukuran partikulat HVAS dan LVAS.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal nilai korelasi yang sesuai/kuat antara hasil pengukuran dua alat yang berbeda, sehingga LVAS dapat dipergunakan sebagai alat ukur alternatif yang memiliki hasil yang mendekati dengan HVAS yang merupakan alat ukur standar partikulat yang telah ditentukan dalam PP No 41 Tahun 1999.

METODOLOGI

Pengambilan contoh uji partikulat udara ambien menggunakan alat HVAS dan Gent sampler dilakukan satu kali seminggu selama bulan April-Mei 2018, seluruhnya sebanyak tujuh kali pengukuran. Lokasi pengambilan contoh uji di area P3KLL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan) Kawasan Puspiptek Serpong. Kedua alat tersebut berada pada titik sampling yang berbeda, alat HVAS ditempatkan sekitar 1 meter dari dasar, sedangkan alat Gent sampler berada diatas dak P3KLL sekitar 15 meter dari dasar lantai. Parameter

Page 43: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

85

Isfi Rohmah, Rita...: Studi Awal Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara:...

yang diuji meliputi TSP (Total Suspended Particulate), dan Particulate Matter (PM10, PM2,5). Hasil sampling dari kedua alat dianalisis dengan metode gravimatri untuk mengetahui konsentrasi masing-masing parameter. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan software Ms. Excel dan SPSS.

Pengambilan Contoh Uji dengan HVAS Teknik pengambilan contoh uji dengan alat HVAS mengacu pada SNI 19-7119.3-2005 [5]. HVAS yang digunakan adalah HVAS merk Sibata tipe HV-1000F untuk PM10 & TSP dan tipe HV-1000R untuk PM2,5. Alat yang digunakan adalah satu set HVAS dengan filter holder dan inlet casade impactor PM10 dan PM2,5.

Bahan yang digunakan adalah filter Whatman Glass Microfibe Filters ukuran 20,3 x 25,4 cm merek Sibata tipe EPM 2000. Prinsip kerja dari HVAS adalah menghisap udara dengan pompa vakum sehingga udara akan melalui filter dan partikulat akan terkumpul di permukaan filter. Laju alir udara dijaga 1200L/menit selama 24 jam periode pengukuran. Partikulat di permukaan filter kemudian

Gambar 1. (a) HV-1000R, (b) inlet casade impactor PM10, (c) inlet casade impactor PM2,5.Sumber: sibata.co.jp

ditimbang dengan timbangan (4 digit dibelakang koma) dalam ruangan bersuhu 15-27o C dan kelembaban 0-50%. Untuk mengetahui konsentrasi pertikulat dalam μg/Nm3 dilakukan perhitungan dengan rumus berikut:

(1)

Keterangan :

C : adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3)

W1 : adalah berat filter awal (g)W2 : adalah berat filter akhir (g)V : adalah volum contoh uji udara (m3)106 : adalah konversi g ke μg.

Pengambilan Contoh Uji dengan LVAS (Gent sampler)Gent sampler merupakan rangkaian kontainer hitam & pompa vakum yang diatur dengan pengatur waktu. Rangkaian ini dilengkapi dengan penunjuk waktu, rotameter, penunjuk volume udara dan sebuah unit stacked filter [6]. Kecepatan alir dari Gent sampler adalah sekitar 15-16 liter per menit atau 0,96m3 per jam [7]. Kecepatan alir yang rendah tersebut membuat Gent sampler menjadi salah satu alat yang termasuk Low Volume Air Sampler.

Page 44: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

86

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Teknik pengambilan contoh uji dengan LVAS (Gent sampler) mengacu pada Sampling and Analytical Methodologies for Instrumental Nuetron Activation Analysis of Airborne Particulate Matter, Training Course Series No.4, International Atomic Energy Agency [9] dan Operating Manual for Gent Sampler, RAS/07/013 [10]. Sebelum dilakukan penimbangan, filter dikondisikan pada suhu ruangan 18-250C dan kelembaban maksimum 55%. Pada penelitian ini, penimbangan filter Gent Sampler dilakukan oleh BATAN

Gambar 2. Rangkaian alat Gent sampler (a). Kontainer hitam [8] , (b) Pompa vakum, (c) penunjuk waktu, (d) penunjuk volume udara, (e) penunjuk laju udara Sumber :Dokumentasi pribadi

(Badan Tenaga Nuklir Nasional) Bandung, dikarenakan Institusi tersebut memiliki neraca mikro Mettler Toledo yang mempunyai sensivitas tinggi (6 digit dibelakang koma). Filter yang digunakan adalah filter jenis Nuclepore polikarbonat dengan diameter 47 mm [9] dengan ukuran pori-pori 8mm (kasar) dan 0,4 mm (halus). Filter berukuran pori 8µm yang digunakan untuk penentuan partikel ukuran 2.5-10µm. Konsentrasi PM10 diperoleh dari penjumlahan PM2,5 dengan PM2,5-10 [9].

Gambar 3. (a) filter halus, (b) filter kasar, (c) penyusunan filter Sumber: Dokumentasi pribadi

Page 45: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

87

Isfi Rohmah, Rita...: Studi Awal Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara:...

Penentuan nilai PM2,5 dan PM10 pada Gent Sampler dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(2)

(3)

(4)

Keterangan:

m1 adalah massa sampler partikulat halus pada filter halus (µg)

m2 adalah massa sampler partikulat kasar pada filter kasar (µg)

v1 adalah volume sampler partikulat halus pada filter halus (m3)

v2 adalah volume sampler partkulat kasar pada filter kasar (m3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Pengukuran Partikulat HVAS dan LVASHasil pengukuran menggunakan HVAS menunjukkan konsentrasi TSP berada dibawah

No Tanggal Sampling TSP (µg/Nm3) PM10 (µg/Nm3) PM2,5 (µg/Nm3)1 12-13/4/2018 98 71,5 69,12 18-19/4/2018 121 92,9 93,03 26-27/4/2018 49 32,5 23,34 2-3/5/2018 139 101,0 97,75 8-9/5/2018 95 71,4 66,16 16-17/5/2018 78 58,8 54,87 22-23/5/2018 78 54,8 50,5

Tabel 1. Hasil Pengukuran TSP, PM10, PM2,5 dengan HVAS

baku mutu udara ambien menurut PP 41/1999 yaitu <230 µg/m3. Nilai TSP HVAS tertinggi sebesar 139 µg/Nm3 dalam waktu 24 jam. Konsentrasi PM10 HVAS tertinggi sebesar 101,0 µg/Nm3, nilai tersebut juga masih di bawah baku mutu PP 41/1999 yaitu maksimum 150 µg/Nm3. Hasil pengukuran partikulat dengan HVAS disajikan pada Tabel 1.

Hasil pengukuran menggunakan LVAS (Gent sampler) menunjukkan bahwa konsentrasi PM2,5 dan PM10 tidak sebesar hasil pengukuran dengan menggunakan HVAS. Nilai konsentrasi partikulat seluruhnya berada di bawah nilai baku mutu PP 41/1999. Hasil pengukuran LVAS (Gent sampler) disajikan pada Tabel 2.

Perbandingan nilai PM10 dan PM2,5 dilakukan dengan meletakkan kedua alat di lokasi yang sama dengan waktu operasional yang sama. Hasil perbandingan konsentrasi PM10, PM2,5 dari hasil pengukuran kedua alat disajikan dalam Gambar 4 dan Gambar 5.

No Tanggal SamplingHasil (µg/Nm3)

PM2,5 PM kasar PM10

1234567

12/04/201818/04/201827/04/201802/05/201808/05/201816/05/201822/05/2018

7,6025,364,2526,9224,787,0715,80

18,441,484,6210,048,6510,009,92

26,0426,848,8736,9633,4317,0725,72

Tabel 2. Hasil Pengukuran PM2,5 dan PM10 dengan Gent Sampler

Page 46: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

88

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Nilai PM10 dan PM2,5 yang diukur dengan HVAS cenderung memberikan nilai pola yang relatif sama dengan nilai PM10 dan PM2,5 yang diukur menggunakan LVAS (Gent sampler) kecuali pada data sampling ke-7. Pada data perbandingan konsentrasi PM10, 85% data memiliki rasio 0-3.5, sedangkan data yang dengan rasio >3.5 hanya 15%. Pada data perbandingan konsentrasi PM2,5, 71,4% data memiliki rasio 2-5 dan <29% data memiliki rasio >5. Nilai rasio dan pola akan terlihat lebih baik apabila jumlah data lebih banyak dan pengambilan data dilakukan lebih sering. Perbedaan beberapa nilai rasio yang tinggi dan pola yang tidak sama dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu laju alir, total volume udara, dan kondisi meteorologis lainnya seperti kelembaban, arah dan kecepatan angin,

Gambar 4. Perbandingan Hasil Pengukuran PM10 LVAS dan HVAS

Gambar 5. Perbandingan Hasil Pengukuran PM2,5 LVAS dan HVAS

serta suhu pada waktu sampling. Penelitian terdahulu mengenai korelasi beberapa metode dan instrumen pengukuran aerosol di atmosfer yang dilakukan oleh Hitzenbarger, juga menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor lain yang membuat nilai konsentrasi partikulat beberapa alat berbeda, namun tetap dalam satu pola adalah karakteristik dari filter yang digunakan, seperti bahan filter, ukuran filter, face velocities, dan porositas dapat memengaruhi mudah tidaknya suatu partikulat menempel pada filter tersebut [11].

Korelasi Hasil Pengukuran Partikulat HVAS dan LVASHasil kajian korelasi pengukuran konsentrasi PM10 dan PM2,5 LVAS (Gent sampler) terhadap konsentrasi PM10 dan PM2,5 HVAS disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7 dibawah ini:

Page 47: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

89

Isfi Rohmah, Rita...: Studi Awal Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara:...

Perhitungan hasil korelasi menggunakan regresi linear menunjukkan bahwa data perbandingan dua alat tersebut memiliki hubungan linier positif dengan R2 masing-masing 0,701 untuk PM10 dan 0,6169 untuk PM2,5. Nilai R2 yang diperoleh memberikan arti bahwa data kedua alat saling memengaruhi sebesar 70-62%. Kemudian perhitungan nilai korelasi dilakukan dengan analisis data Ms. Excel yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 dibawah ini:Tabel 3. Tabel Hasil Korelasi Data Analisis Ms. Excel Untuk PM10

PM10 HVAS PM10 LVASPM10 HVAS 1PM10 LVAS 0,836374 1

Tabel 4. Tabel Hasil Korelasi Data Analisis Ms. Excel Untuk PM2,5

PM2,5 HVAS PM2,5 LVAS

PM2,5 LVAS 1

PM2,5 LVAS 0,786409 1

Gambar 6. Korelasi Hasil Pengukuran Konsentrasi PM10 Gent sampler Terhadap Konsentrasi PM10 HVAS

Gambar 7. Korelasi Hasil Pengukuran Konsentrasi PM2,5 Gent sampler Terhadap Konsentrasi PM2,5 HVAS

Pada Tabel 3 dan Tabel 4 diatas dijelaskan bahwa nilai korelasi antara PM10 , PM2,5 HVAS dengan PM10, PM2,5 HVAS sebesar 1, hal ini berarti korelasi antara variabel dengan variabel itu sendiri hasilnya akan selalu 1. Nilai korelasi antara kolom PM10 HVAS dengan baris PM10 LVAS sebesar 0,8363 dan pada kolom PM2,5 HVAS dan baris PM2,5 LVAS bernilai 0,7864. Hasil yang sama juga ditemukan pada perhitungan korelasi dengan SPSS, terlihat pada Gambar 8 bahwa nilai (r) korelasi antara HVAS dan LVAS adalah 0,836 dan 0,786 masing-masing untuk PM10 dan PM2,5. Selain itu nilai signifikansi 0,05 menunjukan data 95% data signifikan. Nilai korelasi positif dan tanda bintang (*) satu mengindikasikan data bersifat searah [12].

Page 48: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

90

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Hasil korelasi kedua software tersebut kemudian dikoreksi dengan perhitungan

Gambar 8. Hasil Korelasi Konsentrasi PM10 & PM2,5 HVAS dan LVAS (Gent sampler) dengan SPSS.

No X Y X2 Y2 XY rXY PM10

1 71,5 26,04 5105,8 678,08 1860,676

0,836374

2 92,9 26,84 8623,2 720,39 2492,43 32,5 8,87 1054,4 78,77 288,18574 101,0 36,96 10197,3 1366,04 3732,2845 71,4 33,43 5093,3 1117,88 2386,154

6 58,8 17,07 3452,7 291,52 1003,2737 54,8 25,72 3008,1 661,52 1410,647

TOTAL 482,7 174,9 36534,9 4914,2 13173,6Keterangan, X = PM10 HVAS, Y = PM10 LVAS

Tabel 5. Tabel Hasil Perhitungan Rumus Matematis Korelasi PM10 HVAS dengan PM10 LVAS

No X Y X2 Y2 XY rXY PM2,5

1 69,1 7,60 4769,9 57,76 524,8902

0,786409

2 93,0 25,36 8640,3 643,13 2357,2973 23,3 4,25 542,8 18,06 99,017774 97,7 26,92 9543,7 724,69 2629,8685 66,1 24,78 4363,8 614,18 1637,1146 54,8 7,07 2999,7 50,04 387,44137 50,5 15,80 2554,3 249,64 798,5299

TOTAL 454,4 111,8 33414,5 2357,5 8434,2

Keterangan, X = PM2,5 HVAS, Y = PM2,5 LVAS

Tabel 6. Tabel Hasil Perhitungan Rumus Matematis Korelasi PM2,5 HVAS dengan PM2,5 LVAS

manual dengan rumus matematis korelasi [13] dengan hasil sebagai berikut:

Page 49: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

91

Isfi Rohmah, Rita...: Studi Awal Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara:...

Hasil perhitungan menggunakan rumus matematis korelasi pearson [13] menunjukkan hasil yang sama dengan korelasi menggunakan data analisis Ms. Excel dan SPSS, nilai korelasi yang didapatkan adalan 0,836374 dan 0,786409 masing-masing untuk PM10 dan PM2,5. Nilai korelasi tersebut tergolong kuat karena mendekati 1 [12]. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis dilakukan perhitungan nilai t. Nilai t0 untuk PM10 adalah 3,410 sedangkan PM2,5 adalah 2,847, sedangkan nilai t (t-tabel) adalah 2,571. Nilai t0 PM10 dan PM2,5 keduanya lebih besar dibanding dengan nilai t (t-tabel) sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “Terdapat korelasi hasil pengukuran konsentrasi partikulat udara ambien dari alat High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS)” diterima [12] [13].

SIMPULAN

Hasil pengukuran konsentrasi PM10 dan PM2,5 HVAS dan LVAS (Gent sampler) memiliki kecenderungan pola yang sama. Hasil kajian korelasi PM10 dan PM2,5 LVAS terhadap PM10 dan PM2,5 HVAS adalah hubungan linear positif dengan nilai R2PM10=0,701 dan R2PM2,5 =0,6169. Nilai korelasi yang dihasilkan adalah korelasi kuat dengan nilai r mendekati 1. Hasil tersebut menunjukkan keeratan nilai dari data PM10 dan PM2,5 LVAS terhadap PM10 dan PM2,5 HVAS, sehingga nilai yang dihasilkan LVAS cukup representatif dengan HVAS.

SARAN

Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan memperhatikan kondisi udara ambien optimal selain itu, pengembangan metode ini dapat disempurnakan dengan modelan dari

nilai korelasi kedua data hasil pengukuran HVAS dan LVAS. Setelah itu kajian mengenai korelasi beberapa instrument pengukuran kosentrasi partikulat udara ambien lain yang digunakan di daerah-daerah di seluruh Indonesia dapat dilakukan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini terlaksana atas kerjasama Universitas Surya, P3KLL, dan PSTNT - BATAN Bandung. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim bidang pemantauan serta Bidang Laboratorium Rujukan dan Penguj ian khususnya laboratorium udara – P3KLL, serta semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA(1) Republik Indonesia, Peraturan

Pemerintah Nomor 41: Pengendalian Pencemaran Udara, Jakarta, 1999.

(2) BSNI, “RSNI3 Udara Ambien: Berikan Pendapat untuk Udara Sehat,” 15 September 2016. [Online]. Available: http://bsn.go.id/main/berita/berita_det/7812/RSNI3-Udara-Ambien---Berikan-Pendapat-untuk-Udara-Sehat-#.Wnb4H6iWbIU. [Diakses 04 January 2018].

(3) EPA, “Smart City Air Challenge Resource Page: Air Pollution,” 15 July 2017. [Online]. Available: https:/ /developer.epa.gov/air-pollution/.

(4) Y. Ruslinda and D. Wiranata, “Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar Particulate Matter 10 mm (PM10),” Jurnal TeknikA, pp. 19-28, 2014.

Page 50: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

92

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

(5) Republik Indonesia, Standar Nasional Indonesia 19-7119.3-2005: Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan HVAS dengan Metoda Gravimetri, Jakarta, 2005.

(6) D. P. Atmodjo, N. Suherman dan S. Kurniawati, “SAMPLING PARTIKULAT UDARA PADA LINGKUNGAN UDARA TERBUKA (AMBIEN),” dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir , Bandung, 2011.

(7) W. Maenhaut, F. Francois and J. Cafmeyer, “The “Gent” Stacked Filter Unit (SFU) Sampler for the Collection of Atmospheric Aerosols in Two Size Fractions: Description and Instructions for Installation and Use,” International Atomic Energy Agency, Vienna, 1993.

(8) D. P. D. Atmodjo, N. Suherman dan S. Kurniawati, “Sampling Partikulat Udara Pada Lingkungan Udara Terbuka (Ambien),” dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir , Bandung, 2011.

(9) IAEA, “Sampling and Analytical Methodologies for Instrumental Neutron Activation Analysis of Airborne Paniculate Matter, TRAINING COURSE SERIES No.4,” International Atomic Energt Agency, Vienna, 1992.

(10) A. Markwitz, Operating Manual for Gent Sampler, RAS/07/013, Vienna: IAEA, 2004.

(11) R. Hitzenberger, A. Berner, Z. Galambos, Z. Meanhut, J. Cafmeyer, J. Schwarz, K. Muller, G. Spindler, W. Wieprecht, K. Acker, R. Hillamo dan T. Makela, “Intercomparison of methods to measure the mass concentration of the atmospheric aerosol during INTERCOMP2000—influence of instrumentation and size cuts,” Atmospheric Environment, pp. 6467-6476, 2004.

(12) S. Siregar, Metode Penelitian Kuantitatis Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, Jakarta: Prenamedia Group, 2012.

(13) G. W. Heiman, Basic Statistic for the Behaviour Sciences, Belmont, USA: Wadsworth, 2011.

Page 51: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

93

Bambang HIndratmo, Rizqika Rahmani.. : Kadar Timbel Dalam Darah Siswa Sekolah Dasar.....

ABSTRAKLogam Timbel (Pb) merupakan salah satu logam berat yang dimanfaatkan secara luas dalam industri aki. Aki timbel yang sudah tidak terpakai masih memiliki nilai ekonomis lewat proses peleburan (smelting), namun logam timbel memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Paparan timbel dalam darah (BLL/ Blood Lead Level) khususnya pada anak-anak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan, masalah kesehatan, bahkan berdampak sosial. Untuk mengetahui tingkat pajanan timbel yang dihasilkan pabrik peleburan aki bekas di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lamongan, dilakukan pengukuran kadar timbel dalam darah siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Baitussa’adah dan SDN Bulu Tengger yang terletak di sekitar pabrik tersebut. Pengukuran konsentrasi timbel dalam darah dilakukan dengan menggunakan Lead Care Portable Analyzer. Telah diperoleh rata-rata konsentrasi timbel dalam darah anak-anak MI Baitussa’adah mencapai 32,0 µg/dL, dengan konsentrasi minimum 15,5 µg/dL, konsentrasi maksimum tidak dapat dipastikan karena melampaui batas maksimum deteksi alat (65 µg/dL). Dari 69 sampel darah anak-anak SDN Bulu Tengger, diketahui rata-rata konsentrasi timbel dalam darah mencapai 11,8 µg/dL, dengan konsentrasi minimum 5 µg/dL, dan konsentrasi maksimum 30,8 µg/dL. Nilai tersebut jauh di atas nilai rujukan WHO tahun 1991 dan The Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC) tahun 2012. Hal ini menunjukkan pajanan timbel dari pabrik peleburan aki bekas sudah sangat membahayakan dan mengancam kesehatan masyarakat sekitar khususnya anak-anak usia sekolah.

Kata Kunci : logam timbel, aki bekas, BLL, lead care, anak-anak, smelter

ABSTRACTLead Metal (Pb) is one of the heavy metals widely used in the accumulator (battery) industry. The lead battery that can be recharged is commonly used. The Lead battery consists of two metal plates, Pb and PbO2 which dissolved in H2SO4. Used Lead batteries still have an economic value by recovering lead through smelting. In addition to these benefits, Lead metal has a negative effect on health. Exposure to Lead in the blood especially in children can lead to decreased levels of intelligence, health problems, and even social impacts. To determine the level of Lead exposure generated by used battery smelters in Tangerang and Lamongan Regency, blood Lead levels in Madrasah Ibtidaiyah (MI) Baitussa’adah and SDN Bulu Tengger students which located around the smelters, were determined. Measurement of Lead concentration in blood was performed using Lead Care Portable Analyzer (ESA Laboratories, Chelmsford, MA, USA). In Tangerang, it was found that the mean BLL was 32,0 μg/dL, with a minimum concentra-tion of 15,5 μg/dL, and a maximum concentration could not be assured since the result was above the instrument’s maximum detection limit (65 μg/dL). The average value is far above the WHO and CDC (1991) and CDC (2012) threshold for blood lead levels of 10 μg/dL and 5 μg/dL respectively. While in Lamongan, it was determined that the mean BLL was 11,8 μg/dL, with a minimum concentration of 5 μg/dL, and a maximum concentration of 30,8 μg/dL This indicates that lead exposure from lead smelters has been very dangerous and threatens the health of surrounding communities, especially school-aged children. Further research is needed in mitigating the impact of lead pollution especially on school-aged children

Keywords: lead, used batteries, children, blood lead levels, lead care, smelter

KADAR TIMBEL DALAM DARAH SISWA SEKOLAH DASAR DI SEKITAR PELEBURAN AKI BEKAS DI KABUPATEN TANGERANG DAN

LAMONGAN

BLOOD LEAD LEVELS OF ELEMENTARY STUDENTS AROUND USED BATTERY SMELTERS IN TANGERANG AND LAMONGAN REGENCY

Bambang Hindratmo, Rizqika Rahmani, dan Rita(1)

(Diterima tanggal 1 April 2018, Disetujui tanggal 2 Juli 2018)

Page 52: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

94

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

PENDAHULUAN

Timbel merupakan salah satu logam berat yang banyak dimanfaatkan dalam industri aki. Timbel dalam aki berfungsi sebagai elektroda positif dan negatif tempat berlangsungnya reaksi reduksi oksidasi (redoks) yang menghasilkan energi listrik. Reaksi redoks yang terjadi dalam aki adalah :

Reaksi redoks tersebut dapat dimuat ulang dengan mengalirkan arus listrik kepada sel aki tersebut. Proses ini akan menghasilkan endapan garam sulfat (PbSO4) di kedua lempeng, dan mengurangi performa aki tersebut. Pada ketebalan tertentu deposit ini akan membuat aki tidak dapat dimuat ulang, sehingga aki harus diganti. Aki bekas yang tidak dapat dimuat ulang masih memiliki nilai ekonomis sehingga menjadi buruan pengumpul aki bekas. Lempeng timbel yang terdapat dalam aki bekas dapat didaur ulang melalui proses peleburan dan pemurnian. Pada proses daur ulang inilah terdapat potensi pencemaran lingkungan berupa asap dan debu dari proses peleburan lempeng timbel, limbah cair yang mengandung sulfat dan bau sulfur yang spesifik [1]. Asap dan debu yang mengandung timbel dapat menyebar dan memapar lingkungan, khususnya masyarakat di sekitar pabrik peleburan aki bekas tersebut (smelter). Paparan timbel masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi dan terakumulasi dalam darah, jaringan gigi, tulang bahkan rambut [2].

Menurut penelitian WHO 1991, keracunan timbel pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir prematur, keguguran, atau meninggal.

Sedangkan pada anak-anak akan berdampak negatif pada kecerdasan [2]. Center for Disease Control and Prevention (CDC) USA, sebuah instansi pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pemerintah Amerika Serikat, tahun 2012 menetapkan batasan baru nilai rujukan konsentrasi timbel dalam darah anak-anak sebesar 5 µg/dL, sebelum tahun 2012, sebesar 10 µg/dL, di atas nilai tersebut, timbel dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kecerdasan (IQ) [3].

Berbagai sumber pajanan timbel akan masuk kedalam tubuh anak-anak melalui jalur pernapasan, pencernaan dan kontak dengan kulit. Paparan timbel tersebut dapat menyebabkan dampak kesehatan pada anak-anak misalnya anemia, perilaku anti sosial, gangguan fungsi ginjal, sulit belajar, tekanan darah dan gangguan kardiovaskular meningkat. Anak menjadi tidak konsentrasi pada pelajaran, IQ turun dratis, gangguan penyakit saraf, hipertensi, ganguan pertumbuhan otak, dan sesak napas [4]. Siswa yang memiliki BLL tinggi mempunyai peluang 3,4 kali untuk memiliki tingkat kecerdasan (majemuk) rendah [13]. Bahkan timbel diketahui dapat mempengaruhi saraf anak-anak sehingga bera-kibat pada perubahan perilaku sosial pada saat dewasa yang mengarah pada kriminalitas [5].

Menurut ahli kesehatan, masuknya timbel ke dalam darah anak-anak akan langsung menggantikan Hemoglobin (Hb) dalam darah, sedangkan pada orang tua, timbel akan terdeposit ke dalam tulang, sehingga pengujian timbel dalam darah ini lebih tepat dilakukan terhadap anak-anak [2].

Pada penelitian ini, ditentukan kadar timbel dalam darah anak-anak usia sekolah sebagai biomarker paparan timbel pada manusia.

Page 53: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

95

Bambang HIndratmo, Rizqika Rahmani.. : Kadar Timbel Dalam Darah Siswa Sekolah Dasar.....

Selanjutnya, untuk melihat seberapa banyak pajanan tersebut, diukur kadar timbel dalam darah di daerah sekitar pabrik peleburan aki bekas untuk memastikan bahwa di daerah tersebut telah terjadi paparan timbel pada masyarakat khususnya anak-anak.

METODOLOGI

1. Lokasi Pengambilan Contoh Uji dan Pemilihan Responden Lokasi pengambilan sampel ialah di Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang berjarak ±500 meter dari Kawasan Industri Manis Jaya. Lokasi sampling di Kabupaten Tangerang disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Pengambilan sampel juga dilakukan di Desa

Bulu Tengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur yang berjarak ±3 km dari home industry peleburan aki bekas. Lokasi sampling disajikan pada Gambar 4 dan 5.

Kriteria pemilihan sampel dilakukan sebagai berikut:

a. Sampel diambil pada anak-anak kelas 2, 3, dan 4 Sekolah Dasar yang telah berdiri dan beraktivitas di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lamongan;

b. Responden bersedia dan diizinkan orang tuanya untuk berpartisipasi dalam penelitian;

c. Responden dalam keadaan sehat atau telah sembuh dari sakit minimal 7 hari sebelum pengambilan sampel darah dilakukan.

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel Darah di Kabupaten Tangerang

Gambar 3. Lokasi Kawasan Industri Manis Jaya di Desa Kadu, Kabupaten Tangerang

Page 54: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

96

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Gambar 4. Lokasi Pengambilan Sampel Darah di Kabupaten Lamongan

Gambar 5. Lokasi Kawasan Home Industry Peleburan Aki Bekas di Kabupaten Lamongan

2. Teknik Pengambilan Contoh Ujia. Sebelum melakukan pengambilan contoh

uji darah anak-anak, tim terlebih dahulu melakukan koordinasi dan sosialisasi mengenai pentingnya kegiatan ini dilakukan, penjelasan mengenai bahaya timbel dan cara penanggulangannya. Sosialisasi dihadiri oleh guru dan orang tua murid. Tujuannya agar kegiatan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi masyarakat, dan anak-anak bersedia dijadikan sebagai responden;

b. Pengisian formulir izin/persetujuan oleh orang tua murid dan formulir yang telah ditandatangani dikumpulkan kembali sebagai bukti kesediaan responden;

c. Tim didampingi oleh dokter dan petugas Puskesmas terdekat menjelaskan prosedur pengambilan contoh uji darah anak-anak;

d. Tim menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengambilan contoh

uji darah dan peralatan Lead Care yang digunakan untuk mengukur timbel dalam darah (Lead Care sudah dikalibrasi terlebih dahulu);

e. Anak-anak berbaris melakukan pencucian tangan, pengukuran tinggi badan dan berat badan, dan antri untuk dilakukan pengambilan contoh uji darah;

f. Contoh uji darah diambil pada ujung jari anak-anak dan dilakukan pengukuran kadar timbel;

g. Pengambilan contoh uji dilakukan oleh dokter dan petugas dari Puskesmas yang sudah ditunjuk.

3. Cara Kerja Metode analisis timbel dalam darah dilakukan dengan anodic stripping voltameter yang telah dikembangkan oleh Cooperative Research and Development Agreement dengan CDC-USA, sesuai dengan manual alat Lead Care Portable

Page 55: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

97

Bambang HIndratmo, Rizqika Rahmani.. : Kadar Timbel Dalam Darah Siswa Sekolah Dasar.....

Analyzer (ESA Laboratories, Chelmsford, MA, USA) [12].

Sampel darah yang akan diambil adalah darah perifer melalui ujung jari tangan. Ujung jari tangan ditusuk dengan Tenderlett lancet sekali pakai yang steril. Sekitar 50 µl (4 tetes) darah yang keluar dari ujung jari dikumpulkan pada tabung kapiler untuk analisis timbel. Setelah darah diambil, ujung jari tersebut ditutup dengan plester luka (band aid).

Prosedur analisis tersebut mencakup peletakan sampel darah ke dalam tabung reagent dan memberikan peluang pada sampel darah tersebut untuk berada dalam tabung selama 1 sampai 2 menit, yang kemudian dimasukkan ke dalam alat ukur elektroda Lead Care. Hasil analisis pada elektroda Lead Care bisa dibaca sekitar 3 menit kemudian.

Sampel darah dianalisa kadar timbel di suatu ruangan yang berpendingin. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi lingkungan

dari tempat pengambilan, Hampir semua sampel darah dianalisa pada hari sampel tersebut diambil. Sampel darah yang sudah dianalisa beserta yaitu jarum, tabung darah, kain kasa dan sarung tangan yang sudah digunakan dimusnahkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Analisis Sampel Darah Hasil analisis terhadap 60 sampel darah responden siswa MI Baitussa’adah pada tahun 2015 berkisar antara 11,8 – 65 µg/dL. Terdapat 6 data hasil analisis yang nilainya lebih tinggi dari nilai ambang deteksi maksimum instrumen lead care analyzer yaitu di atas 65 µg/dL. Data tersebut tidak dapat diolah secara statistik karena tidak dapat dipastikan besaran nilainya. Secara umum, keseluruhan data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi timbel dalam darah responden jauh lebih tinggi daripada nilai rujukan CDC yaitu 5 µg/dL [2].

Grafik 1. Hasil Pengukuran Timbel dalam Darah Anak-Anak di Tangerang Tahun 2015

Page 56: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

98

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

Grafik 1 menyajikan hasil pengukuran timbel dalam darah anak-anak di lokasi penelitian Kabupaten Tangerang. Seluruh contoh uji darah siswa mengandung timbel dengan konsentrasi di atas nilai rujukan timbel dalam darah anak-anak yang ditetapkan CDC yaitu 5 µg/dL. Nilai minimum BLL pada contoh uji yaitu 10,3 µg/dL, sementara nilai maksimum konsentrasi timbel yang terdeteksi dalam sampel tidak dapat dipastikan nilainya karena melebih limit deteksi dari instrumen lead care analyzer yaitu sebesar 65 µg/dL. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pusarpedal-KLH dengan BATAN bahwa timbel di udara di Kabupaten Tangerang lebih tinggi dibandingkan kota lainnya, sumber polutan timbel berasal dari industri peleburan aki bekas [6], serta hasil penelitian FKM-UI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan KLH bahwa timbel di dalam darah anak-anak di Tangerang

lebih tinggi dibandingkan timbel dalam darah anak-anak di kota lainnya termasuk Jakarta [7].

Hasil analisis timbel dalam darah anak-anak SDN Bulu Tengger Lamongan, Jawa Timur tahun 2015 berkisar antara 5 – 30,8 µg/dL. Hal ini pun menunjukkan kadar timbel dalam darah anak – anak tersebut diatas nilai rujukan CDC. Grafik 2 menyajikan hasil pengukuran timbel dalam darah anak-anak di lokasi penelitian Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Hasil pengukuran BLL 69 responden menunjukkan nilai BLL bervariasi di atas 5 μg/dL. Nilai minimum BLL pada sampel yaitu 5 µg/dL, dan nilai maksimum konsentrasi timbel yang terdeteksi dalam sampel yaitu 30,8 µg/dL, sehingga rerata nilai BLL pada responden 11,8 µg/dL.

Hasil pengukuran BLL di daerah Tangerang menunjukkan nilai yang sangat tinggi hingga lebih dari 10 kali lipat nilai rujukan. Sementara

Grafik 2. Hasil Pengukuran Timbel dalam Darah Anak-Anak di Lamongan tahun 2015

Page 57: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

99

Bambang HIndratmo, Rizqika Rahmani.. : Kadar Timbel Dalam Darah Siswa Sekolah Dasar.....

hasil pengukuran BLL di daerah Lamongan pun berada di atas nilai rujukan walaupun tidak sebesar BLL siswa di Tangerang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lokasi sampling yang berada dalam radius ±1 km dari kawasan industri. Dalam kawasan industri Manis Jaya, terdapat pabrik yang diduga menggunakan timbel sebagai bahan baku dalam proses produksinya seperti pabrik peleburan aki bekas. Khusus untuk pabrik peleburan aki bekas, pabrik ini merupakan salah satu dari tiga pabrik peleburan aki bekas di Indonesia yang telah mendapatkan izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan telah beroperasi secara penuh sejak tahun 1987 dengan kapasitas produksi 96.000 ton per tahun (data tahun 2016) [8]. Di samping itu, di wilayah sekitar kawasan industri dan sekolah tidak terdapat banyak pepohonan serta merupakan wilayah yang padat penduduk. Kurangnya penghijauan di sekitar lokasi diketahui berpengaruh terhadap absorbsi polutan timbel. Penanaman beberapa jenis pohon yang diketahui dapat menyerap logam timbel di udara dapat meminimalisasi paparan timbel [9].

Sementara itu, hasil pengukuran BLL terhadap responden siswa SDN Bulu Tengger

Tangerang Lamongan

Mean 35.75471698 11.76521739Variance 167.7548331 20.82289003

Observations 53 69

Hypothesized Mean Difference 0

df 62

t Stat 12.88387087

P(T<=t) two-tail 3.45874E-19

t Critical two-tail 1.998971517

Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji t Kadar BLL di Tangerang dan Lamongan

t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances (ᾱ = 0,05)

menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai pengukuran di Tangerang. Hal ini dibuktikan dengan uji t untuk melihat apakah dua set data kadar BLL responden di Tangerang berbeda nyata dengan data kadar BLL responden di Lamongan.

Dengan p value lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka disimpulkan bahwa data hasil pengukuran BLL responden di wilayah Tangerang dan Lamongan berbeda nyata dengan nilai rata-rata BLL responden wilayah Tangerang lebih tinggi daripada nilai BLL responden wilayah Lamongan.

Hal ini berkaitan dengan lokasi sampling pengukuran BLL pada siswa SDN Bulu Tengger Lamongan yang berada di tengah perkampungan dalam radius ±3.5 km dari home industry peleburan aki bekas. Home industry peleburan aki bekas belum beroperasi secara penuh dikarenakan permasalahan izin. Secara teknologi, teknik peleburan aki disana masih menggunakan cara-cara tradisional dengan tungku peleburan dan bahan bakar kayu. Di samping itu, lokasi peleburan aki bekas merupakan area persawahan dan ruang terbuka hijau sehingga emisi partikulat dari kegiatan peleburan aki bekas sebagian dapat terserap [10].

Page 58: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

100

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

SIMPULAN

Kadar timbel dalam darah anak-anak sekolah di wilayah sekitar peleburan aki bekas di Kabupaten Tangerang dan Lamongan rata-rata lebih tinggi dari nilai rujukan yang ditetapkan CDC yaitu 5 µg/dL. Nilai rata-rata BLL responden wilayah Tangerang lebih tinggi 7 kali dari nilai rujukan CDC. Nilai BLL responden di wilayah Tangerang lebih tinggi dari nilai BLL responden di wilayah Lamongan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi sekitar peleburan aki bekas di Tangerang merupakan pemukiman padat penduduk dengan jumlah pepohonan yang minim, selain itu pabrik peleburan aki bekas di Tangerang telah beroperasi penuh sejak 1987. Sementara pada pabrik peleburan aki bekas di wilayah Lamongan, merupakan pabrik yang relatif baru dan belum beroperasi penuh terkait permasalahan izin dan di sekeliling pabrik tersebut merupakan kawasan persawahan dengan pepohonan yang masih cukup banyak.

Gambar 6. Lokasi Peleburan Aki Bekas di Kelurahan Bulu Tengger, Lamongan, Jawa Timur

SARAN

Melihat tingginya nilai BLL responden terutama di wilayah Tangerang, diperlukan respon mitigasi yang tepat untuk meminimalkan efek kesehatan kepada masyarakat di sekitar peleburan aki bekas. Penanaman pohon di sekitar lokasi pabrik perlu digalakkan sehingga dapat menyerap logam Pb dalam udara.

Di samping itu, kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik dapat diberikan suplementasi kalsium untuk menghasilkan efek khelat terhadap timbel yang masuk ke dalam tubuh masyarakat yang terpapar [11].

DAFTAR PUSTAKA

(1) Vest, Heino.2002. Fundamentals of the Recycling of Lead-Acid Batteries

(2) www.who.org. 2017. WHO Lead poisoning health

(3) www.epa.gov/roe.2017. Blood Lead. Report on the Environment

Page 59: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

101

Bambang HIndratmo, Rizqika Rahmani.. : Kadar Timbel Dalam Darah Siswa Sekolah Dasar.....

(4) Chen L, et al. 2012. Lead exposure assessment from study near a lead-acid battery factory in China. Sci Total Environ. 429: 191-198.

(5) Amber L. Beckley, Avshalom Caspi, et al. 2017. Association of Childhood Blood Lead Levels With Criminal Offending. doi:10.1001/jamapediatrics.2017.4005 Author A ff i l i a t i o n s : D e p a r t m e n t o f Psychology and Neuroscience, Duke University, Durham

(6) Santoso, Muhayatun, et al.2011. Preliminary study of the sources of ambient air pollution in Serpong, Indonesia, Atmospheric Pollution Research 2 190‐196

(7) J IC A , E nv i ron ment a l imp ac t Management Agency (Bapedal).1997. The Study on The Integrated Air Quality Management for Jakarta Metropolitan Area,

(8) Buletin Aplindo.2016. Industri Timah Hitam Kekurangan Bahan Baku

(9) Patel, K. S., Sharma, R., et al .2015. Heavy Metal Contamination of Tree Leaves. American Journal of Analytical Chemistry,6,687- 69

(10) Tangahu VB, et al. 2011. A Review on Heavy Metals (As, Pb, and Hg) Uptake by Plants through Phytoremediation. International Journal of Chemical Engineering Volume 2011 (2011), Article ID 939161, 31 pages

(11) h t t p : / / d x . d o i .org/10.1155/2011/939161

(12) Swaran J.S. Flora,Pachauri,Vidhu. 2010. Chelation in Metal Intoxication. Int. J. Environ. Res. Public Health, 7(7), 2745-2788; doi:10.3390/ijerph7072745

(13) Lead Care Portable Analyzer and Reagen Kit Manual.ESA Laboratories, Chelmsford, MA, USA

(14) Budiyono, et al. 2016. Korelasi Timbal dalam Darah dan Tingkat Kecerdasan (Majemuk) Siswa Sekolah Dasar di Sekitar Peleburan Aki Bekas di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lamongan. Jurnal Ecolab https://doi.org/10.20886/jklh.2016.10.1.41-47

Page 60: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

102

Ecolab Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:1. Prof. (r) DR. Yanni Sudiyani - LIPI 2. Prof. (r) DR. Gustan Pari - KLHK3. Prof. DR Hefni Effendi - IPB4. Prof. (r) DR. Chairil Anwar Siregar - KLHK5. DR. Budi Haryanto - UI6. Prof. (r) DR. Muhayatun Santosa - Batan

Sebagai Mitra Bestari atas kesediaannya melakukan review pada Jurnal Ecolab Volume 12 Nomor 2, Juli 2018.

Juli 2018

Dewan Redaksi Ecolab Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup

Page 61: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

Volume 12 Nomor 2, Juli 2018

a. JUDUL (Title Case, Center, 14 pt, Bold) Singkat, jelas dan mencerminkan isib. Nama (para) penulis atau baris kepemilikan (Center, 11 pt, Bold) Ditulis lengkap tanpa gelar, dengan diberi nomor penulis 1,2...dst Instansi, Alamat, Telepon, Fax, dan E-mail. (left,, 8 pt) ditulis paling bawah di halaman pertama.c. ABSTRACT (UPPERCASE,left, 12 pt, Bold) Berisi intisari makalah, cara penyelesaian masalah, dan hasil yang diperoleh, maksimal 300 kata (Sentence case, 11 pt) Keywords: berisi 5 – 8 kata dalam bahasa Inggris. (Sentence case, 10 pt, Italic)d. PENDAHULUAN (UPPERCASE, left, 12pt, Bold)

Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup, serta teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. (Sentence case, 12 pt).

e. METODOLOGI (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisi tentang subjek yang dibahas, alat, bahan, lokasi ( bila ada ) pengukuran, prosedur, dan metode analisis yang

digunakan. (Sentence case,12 pt)f. HASIL DAN PEMBAHASAN (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisipenyajiandatadalambentuktabel,grafik,gambar,diagramdan/ataulainsebagainya.Pembahasandilakukan

terhadap hubungan berbagai variabel baik bebas maupun terikat, analisis tentang keterkaitan data dan kesesuaian hasil penelitian terhadap teori yang digunakan berikut alasannya. (Sentence case,12 pt)

g. SIMPULAN (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Berisi simpulan dari pembahasan. (Sentence case,12 pt)h. DAFTAR PUSTAKA (UPPERCASE, left, 12 pt, Bold) Penulisan daftar pustaka ditulis berdasarkan sistem Vancouver, yaitu menggunakan nomor arab (misal: (1). (1-3) dst)

berdasarkan urutan pemunculan (Sentence case, 12pt).

ISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812

Penangung JawabIr. Herman Hermawan, MM

Redaktur PelaksanaIr. Eva Betty Sinaga, MP

Ketua EditorIr. Rina Aprishanty, MA

Wakil Ketua EditorAlfonsus H. Harianja, SP,M.Sc

Editor PelaksanaIr. Dewi RatnaningsihSri Unon Purwati,S.Si

Dra. Alfrida EsterRita Mukhtar, M.Si

Grace Serepina Saragih, S.Hut, M.ScMuhammad Yusuf, S.Hut, M.Si

Ridwan Fauzi, S.Hut, M. SiMelania Hanny, S.Hut, MT

Editor BahasaRetno Puji Lestari, M.ScRizqika Rahmani, M. Ens

Redaktur PelaksanaIr. Eva Betty Sinaga, M.P

Sekretariat Medyawati, SKMSiti Nurhomsah

MansurAli Fardian, ST., M. Kom

Desain GrafisUki Nugroho

Mitra BestariProf. (r) DR. Yanni Sudiyani (LIPI) Prof. (r) DR. Chairil Anwar Siregar (KLHK)Prof. DR Hefni Effendi (IPB) Prof. (r) DR. Muhayatun Santosa (Batan) DR. Budi Haryanto (UI) Prof. (r) DR. Gustan Pari (KLHK)

Alamat RedaksiPuslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan - KLHK

Kawasan Puspitek, Gedung 219, Jl. Raya Puspitek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Banten - IndonesiaTelp +62-21-7563114, Fax. +62-21-7563115 | email : [email protected]

Percetakan: CV. Sentra Global Asia, Jl. Kayu Manis Timur No. 4D Utan Kayu Utara, Matraman- Jakarta Timur 13120

Pertama terbit : Januari 2007Frekuensi terbit : Dua kali setahun, setiap bulan Januari dan JuliCover : Kepiting mati terkena tumpahan minyak (sumber gambar : intisati.online.com)

Page 62: Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif

���� �����������

� � � � � � � � � � � � � � � �

Volume 12 Nomor 2, Juli 2018 : 53 - 102

Ecolab V

olume 12 N

omor 2, Juli 2018 H

al. 53 - 102

Diterbitkan oleh:Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan - KLHK Kawasan Puspitek, Gedung 219, Jl. Raya Puspitek Serpong, Tangerang Selatan 15310 Banten - IndonesiaTelp +62-21-7563114, Fax. +62-21-7563115 email : [email protected]

ISSN (P) 1978-5860ISSN (E) 2502-8812

Ecolab Vol. 12 No. 2 Hal. 53 - 102 Tangsel,Juli 2018

ISSN1978-5860

Pengembangan Indeks Kualitas Air Sebagai Alternatif Penilaian Kualitas Air SungaiDewi Ratnaningsih, Retno Puji Lestari, Ernawita Nazir, dan Ridwan Fauzi

Pola Konsumsi Air Pada Perumahan Teratur: Studi Kasus Konsumsi Air di Perumahan Griya Serpong Tangerang SelatanAlfrida E. Suoth, Sri Unon Purwati dan Yuriska Andiri

Status Deposisi Basah di Beberapa Wilayah Pemantauan di Indonesia Periode 2008-2015Retno Puji Lestari, Emalya Rachmawati , Tuti Budiwati, Asri Indrawati, dan Riri Indriani Nasution

Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS)Isfi Rohmah, Rita, Chris Salim, Bambang Hindratmo, Retno Puji Lestari, dan Ricky Nelson

Kadar Timbel dalam Darah Siswa Sekolah Dasar di Sekitar Peleburan Aki Bekas di Kabupaten Tangerang dan LamonganBambang Hindratmo, Rizqika Rahmani, dan Rita