pengembangan desa pandansari menuju desa …

22
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017 Politeknik Negeri Banjarmasin ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 515 PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA INOVASI WISATA MELALUI LOCAL COMMUNITY BASED ECOTOURISM Widiartanto Departemen Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi adanya urgensi berkaitan dengan relevansi ekowisata terhadap dukungan bagi pelaksanaan pembangunan daerah sehingga akan berdampak pada pengelolaan sumberdaya publik yang lebih baik. Masalah yang dihadapi antara lain berkaitan dengan kurangnya partisipasi komunitas lokal, manajemen usaha yang kurang baik, pemasaran, kualitas SDM, kualitas kelembagaan dan peralatan yang sangat minim. Research question yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimana potensi wisata di Desa Pandansari? b) Bagaimana kesiapan masyarakat lokal dalam pengembangan CBT (community based tourism)? c) Bagaimana dampak sosial pada kawasan ekowisata? d) Bagaimana preferensi wisatawan terhadap ekowisata? e) Bagaimana perhitungan cost and benefit pengembangan ekowisata? dan f) Bagaimana strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat lokal? Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Desa Pandansari memiliki potensi fisik dan non fisik wisata seperti Pasar Desa, Kawasan Perikanan (Kampung Iwak), Sungai (Pandansari Tubing), Pondok Pesantren dan Spot Pemancingan, kesenian rebana, tarian lokal (sedang akan digali dan dikembangkan), institusi dan organisasi berupa BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna dan Kelompok Deswita. Kesiapan dan pengetahuan masyarakat lokal terhadap pengembangan desa inovasi wisata adalah sangat baik, terbukti dengan keterlibatan segenap komponen masyarakat dalam program pemberdayaan melalui desa inovasi wisata. Harapan masyarakat lokal terhadap pengembangan desa inovasi wisata antara lain pembangunan infrastruktur jalan dan sarana bersifat fisik, keterlibatan sebagai sumber mata pencaharian (juru parkir, penjual, pengrajin souvenir, penyedia kuliner, pemandu outbond, dan lain-lain). Dampak sosial lingkungan dari pengembangan desa inovasi wisata adalah berpengaruh positif, terbukti dengan penanaman pohon di sepanjang aliran sungai yang dijadikan objek wisata dan perbaikan talud serta jembatan desa. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengembangan desa inovasi wisata antara lain dikembangkannya kerajinan lokal, diberikannya kesempatan masyarakat lokal untuk berjualan di lokasi wisata, daur ulang sampah untuk produk bernilai ekonomis, memberikan lapangan pekerjaan bagi para pembuat opak, sumber pemasukan bagi Kelompok Deswita dan Pemerintah Desa serta memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk seperti guide, juru parkir, pemandu outbond dan camping. Preferensi wisatawan lebih fokus pada perbaikan akses jalan dan fasilitas, Secara umum, strategi pengembangan Desa Inovasi Wisata di Pandansari saat ini berfokuskan pada pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana wisata. Salah satu rekomendasi yang diusulkan adalah menjalin kerjasama dengan investor swasta dalam rangka mengembangkan potensi wisata di Deswita Pandansari dengan pola kerja sama yang saling menguntungkan. Kata Kunci : ekowisata, pengembangan komunitas, Desa Pandansari

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

515

PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA

INOVASI WISATA MELALUI LOCAL COMMUNITY BASED

ECOTOURISM

Widiartanto

Departemen Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi adanya urgensi berkaitan dengan relevansi ekowisata

terhadap dukungan bagi pelaksanaan pembangunan daerah sehingga akan berdampak pada pengelolaan sumberdaya publik yang lebih baik. Masalah yang dihadapi antara lain

berkaitan dengan kurangnya partisipasi komunitas lokal, manajemen usaha yang kurang

baik, pemasaran, kualitas SDM, kualitas kelembagaan dan peralatan yang sangat minim. Research question yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimana potensi

wisata di Desa Pandansari? b) Bagaimana kesiapan masyarakat lokal dalam pengembangan

CBT (community based tourism)? c) Bagaimana dampak sosial pada kawasan ekowisata? d) Bagaimana preferensi wisatawan terhadap ekowisata? e) Bagaimana perhitungan cost

and benefit pengembangan ekowisata? dan f) Bagaimana strategi pengembangan ekowisata

berbasis masyarakat lokal? Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Desa Pandansari

memiliki potensi fisik dan non fisik wisata seperti Pasar Desa, Kawasan Perikanan (Kampung Iwak), Sungai (Pandansari Tubing), Pondok Pesantren dan Spot Pemancingan,

kesenian rebana, tarian lokal (sedang akan digali dan dikembangkan), institusi dan

organisasi berupa BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna dan Kelompok Deswita. Kesiapan dan pengetahuan masyarakat lokal terhadap pengembangan desa inovasi wisata adalah

sangat baik, terbukti dengan keterlibatan segenap komponen masyarakat dalam program

pemberdayaan melalui desa inovasi wisata. Harapan masyarakat lokal terhadap

pengembangan desa inovasi wisata antara lain pembangunan infrastruktur jalan dan sarana bersifat fisik, keterlibatan sebagai sumber mata pencaharian (juru parkir, penjual, pengrajin

souvenir, penyedia kuliner, pemandu outbond, dan lain-lain). Dampak sosial lingkungan

dari pengembangan desa inovasi wisata adalah berpengaruh positif, terbukti dengan penanaman pohon di sepanjang aliran sungai yang dijadikan objek wisata dan perbaikan

talud serta jembatan desa. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengembangan desa

inovasi wisata antara lain dikembangkannya kerajinan lokal, diberikannya kesempatan masyarakat lokal untuk berjualan di lokasi wisata, daur ulang sampah untuk produk bernilai

ekonomis, memberikan lapangan pekerjaan bagi para pembuat opak, sumber pemasukan

bagi Kelompok Deswita dan Pemerintah Desa serta memberikan lapangan pekerjaan bagi

sebagian penduduk seperti guide, juru parkir, pemandu outbond dan camping. Preferensi wisatawan lebih fokus pada perbaikan akses jalan dan fasilitas, Secara umum, strategi

pengembangan Desa Inovasi Wisata di Pandansari saat ini berfokuskan pada pembangunan

infrastruktur dan sarana prasarana wisata. Salah satu rekomendasi yang diusulkan adalah menjalin kerjasama dengan investor swasta dalam rangka mengembangkan potensi wisata

di Deswita Pandansari dengan pola kerja sama yang saling menguntungkan.

Kata Kunci : ekowisata, pengembangan komunitas, Desa Pandansari

Page 2: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

516

PENDAHULUAN

Inovasi merupakan upaya menciptakan cara/metode, proses dan produk baru yang

memberikan nilai tambah bagi kehidupan manusia. Nilai tambah dapat berupa nilai

ekonomis maupun nilai sosial. Pergeseran peradaban dan perekonomian dunia saat ini

terjadi dari struktur ekonomi berbasiskan sumberdaya (modal, manusia, mesin) menjadi ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy) yang mengandalkan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai keunggulan kompetitif.

Perkembangan yang begitu pesat dalam sistem perekonomian berbasiskan pengetahuan didorong oleh terus berkembangnya inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi

secara cepat. Baik di negara-negara maju maupun negara berkembang, kekuatan inovasi

merupakan penggerak utama pertumbuhan. Oleh karena itu pemerintah telah menetapkan sistem inovasi nasional yang kemudian diteruskan ke daerah menjadi sistem inovasi

daerah. Balitbang Provinsi Jateng telah melakukan berbagai upaya strategis dalam rangka

penguatan sistem inovasi di daerah, atau disebut sebagai Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

SIDa berbentuk jaringan koordinasi, informasi dan komunikasi serta kejasama inovasi yang fokus pada sektor ekonomi unggulan daerah.

Provinsi Jawa Tengah cq Badan Penelitian dan Pengembangan bekerjasama

dengan BPPT sejak 2010 telah berinisiasi mengembangkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

sebagai penjabaran dan difusi program Sistem Inovasi Nasional sebagai upaya peningkatan

daya saing daerah sebagaimana amanat RPJM Jawa Tengah 2013-2018. SIDa berbentuk jaringan koordinasi, informasi dan komunikasi serta kerjasama inovasi yang fokus pada

sektor ekonomi unggulan daerah. Program SIDa Jawa Tengah yang telah dilaunching pada

September 2011 memiliki 3 pilar program prioritas: Pengembangan Kabupaten/Kota Inovatif, Pengembangan SIDa berbasis klaster dan Pengembangan Desa Inovatif. Inovasi

diarahkan pada sasaran wilayah dan sektor yang diwujudkan dalam 3 pilar SIDa, yaitu: 1).

Kabupaten/Kota Inovatif, 2). Desa Inovatif, dan 3). Pengembangan UMKM berbasis

Klaster.

Implikasi diberlakukannya sistem desentralisasi pada sistem pemerintahan telah membuka peluang bagi setiap daerah untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada.

Daerah akan didorong untuk menggali setiap potensi dalam rangka meningkatkan

Pendapatan Asli Daerahnya (PAD). Pemerintah daerah yang memiliki kawasan wisata,

berupaya mengembangkan destinasi wisata di wilayahnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batang dalam rangka mengembangkan wilayah di semua

kecamatan dan desa di Kabupaten Batang.

Pengembangan sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif dan

berkelanjutan perlu diprioritaskan dan dalam bidang pariwisata maka pengembangan

seperti ekowisata harus menjadi pilihan utama. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya

dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh

masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat

setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi

masyarakat setempat.

Desa Inovatif merupakan wilayah yang mampu memanfaatkan sumberdaya dengan

cara yang baru berdasarkan iptek serta kearifan lokal untuk kesejahteraan masyarakat, kemajuan desa dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan melibatkan segenap unsur

desa. Konsep Desa Inovasi dilatarbelakangi kenyataan bahwa sumber daya alam semakin

menurun, jumlah penduduk bertambah, kebutuhan meningkat, sehingga perlu upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya desa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Page 3: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

517

Dalam konteks pengembangan Desa Inovasi, Kabupaten Batang memiliki

keinginan untuk mengembangkan 11 Desa Inovasi sebagai pilot project pengembangan

wilayah di Batang. Salah satu Desa Unggulan yang direncanakan untuk dijadikan sebagai Desa Inovasi adalah Desa Pandansari Kecamatan Warungasem. Desa Pandansari memiliki

8 dusun/lingkungan yang terdiri dari Dusun Kedungluke, Dusun Limbangan, Dusun Jetak,

Dusun Sudimoro, Dusun Pandansari Krajan, Dusun Kepritan, Dusun Watubelah dan Dusun Mrico, dan memiliki 4 RW dan 13 RT. Desa ini terletak di dataran yang memiliki luas

wilayah 184,946 ha dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut beriklim tropis.

Pekerjaan dan mata pencaharian utama penduduk adalah petani, buruh, wiraswasta,

karyawan swasta, PNS, pensiunan dan TNI POLRI. Jumlah penduduk miskin di kelurahan/desa ini sebesar 478 KK (2.231 jiwa).

Desa Pandansari memiliki potensi yang sangat besar berkaitan dengan sumber daya

alam pariwisata dan paling tidak dapat dilihat dari 5 potensi daya tarik wisata yang ada

yaitu :

1. PASAR DESA (Pasar Tradisional Dukuh Sudimoro)

2. KAWASAN PERIKANAN (Kampung Iwak Dukuh Sudimoro)

3. SUNGAI (Pandansari Tubing)

4. PONDOK PESANTREN (Ponpes Nurul Huda Pandansari Krajan )

5. SPOT PEMANCINGAN ALAMI (Kedung Lanjaran Dukuh Mrico)

Semua potensi tersebut belum dikembangkan secara optimal dan saat ini sedang

dalam masa perintisan oleh komunitas lokal dengan pembentukan Kelompok Deswita (Desa Wisata) Pandansari.

Perumusan Masalah

Berbagai potensi wisata tersebut hingga saat ini sudah mulai digarap walaupun

beberapa permasalahan atau kendala dihadapi oleh Kelompok Deswita Pandansari dalam

rangka mengembangan desa inovasi wisata, yaitu antara lain:

Masih kurangnya partisipasi dari komunitas lokal dalam mendukung program desa

wisata

Banyak penduduk desa yang masih acuh dengan keberadaan atau eksistensi desa

mereka yang sesungguhnya memiliki potensi sangat luar biasa di bidang pariwisata.

Mereka lebih senang dengan menjadi pengangguran dari pada ikut andil mengelola

kelompok desa wisata.

Manajemen usaha yang kurang baik

Di dalam pengelolaannya, Kelompok Deswita Pandansari belum menerapkan

prinsip-prinsip manajemen modern dan seringkali masih terjadi pola multi tasking atau satu

orang mengerjakan banyak pekerjaan serta belum di atur dalam job description masing-masing bidang.

Pemasaran

Pemasaran hanya mengandalkan word of mouth atau gethok tular serta sedikit

sentuhan periklanan melalui brosur dan pamflet. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas

maka perlu dipikirkan untuk melakukan komunikasi pemasaran terpadu dengan

pemanfaatan virtual communication seperti situs/web, facebook, dan situs online lainnya.

Kualitas SDM

Rata-rata kualitas SDM adalah berpendidikan SLTP dan SLTA serta sangat minim

pengetahuan tentang dunia dan pengelolaan pariwisata modern.

Page 4: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

518

Kualitas kelembagaan

Kapasitas kelembagaan secara keseluruhan adalah belum baik, tercermin dari

kapasitas organisasi, kapasitas SDM pengelola, kapasitas program dan kapasitas kegiatan.

Peralatan sangat minim

Peralatan untuk menunjang beberapa objek wisata sangat minim, contoh peralatan

untuk Tubing Sungai masih sangat sederhana dengan memanfaatkan bekas ban mobil serta

pelampung sederhana.

Melihat fenomena dan permasalahan di atas maka research question yang bisa

dirumuskan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimana potensi desa inovasi wisata di Desa

Pandansari? b) Bagaimana kesiapan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata berbasis CBT (community based tourism) di Desa Pandansari? c) Bagaimana dampak

lingkungan pada kawasan desa wisata di Desa Pandansari? d) Bagaimana preferensi

wisatawan terhadap desa wisata di Desa Pandansari? e) Bagaimana perhitungan cost and benefit pengembangan desa wisata berbasis masyarakat lokal di Desa Pandansari? dan f)

Bagaimana strategi pengembangan desa wisata berbasis masyarakat lokal di Desa

Pandansari?

KERANGKA TEORI

Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan rencana penelitian ini

adalah terangkum dalam Tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1. Rangkuman Penelitian Terdahulu

No. Peneliti//Judul Tujuan Hasil

1 Kreg Linberg (1996)

“Ecotourism Questioned: Case

studies from Belize”

Mengevaluasi dampak

pengembangan

ecotourism pada tiga aspek yaitu support

finansial untuk

perlindungan kawasan, kemanfaatan pada

dukungan konservasi

dan kemanfaatan untuk

komunitas lokal

Terdapat dampak

yang signifikan

pada tiga aspek yang dievaluasi

2 Agnes Kiss (1996)

“Is community-based

ecotourism a good use of biodiversity conservation

funds?”

Mengkaji peran

ekowisata berbasis

komunitas dalam pendanaan konservasi

keanekaragaman hayati

Terdapat peran

yang terbatas

dikarenakan kecilnya area,

sedikit

masyarakat yang

terlibat, keterbatasan

pendapatan, dan

keterbatasan jaringan

3 Regina Scheyyens (1999)

“Ecotourism and the

empowerment of local communities”

Meneliti dampak

ekowisata terhadap

pemberdayaan komunitas lokal

Dihasilkan

kerangka

pengembangan komunitas lokal

Page 5: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

519

No. Peneliti//Judul Tujuan Hasil

dari berbagai

perspektif yaitu sosial, ekonomi,

psikilogi, dan

politik

4 Lisa M. Champbell (1999) “Ecotourism in rural

developing communities”

Mengkaji tentang potensi benefit dari

pengembangan

ekowisata di Ostional Costa Rica

Teridentifikasi berbagai potensi

sosial, ekonomi,

psikilogi, dan politik serta

adanya intervensi

pemerintah dlam

pengembangan ekowisata

5 Tony Binns and Etienne Nel

(2002)

“Tourism as a local development strategy ini South

Africa”

Meneliti bagaimana

sumber daya ekonomi,

sosial dan lingkungan digunakan untuk

promosi wisatawan

sebagai strategi pengembangan

ekonomi lokal

Sumber daya

ekonomi, sosial

dan lingkungan mempunyai

dampak signifikan

dalam strategi promosi wisata

6 Fred Nelson (2004)

“The Evolution and impacts of community-based ecotourism

in northern Tanzania”

Mengkaji tentang

evolusi dampak ekowisata berbasis

masyarakat di Tanzania

Utara

Terdapat evolusi

dampak atau pengaruh pada

pengelolaan

ekowisata oleh komunitas lokal

7 Samantha Jones (2005)

“Community based

ecotourism: The significane of social capital

Meneliti tentang

dampak ekowisata

berbasis masyarakat terhadap modal sosial

Semakin tinggi

level modal sosial

maka semakin baik pengelolaan

sumber-sumber

ekowisata

8 Agus Muriawan Putra (2006)

“Konsep Desa Wisata”

Melakukan studi

pustaka tentang

konsepsi desa wisata

Dihasilkan

pengertian tentang

desa wisata

beserta dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya

9 Gyan P. Nyaupane et al (2006) “The role of community

involvement and number/type

of visitors on tourism impacts:

A controlled comparison of Annapurna, Nepal and

Northwest Yunnan, China”

Mengeksplorasi peran keterlibatan komunitas

lokal dan tipe

pengunjung terhadap

dampak kunjungan wisata pegunungan

Level dari keterlibatan tuan

rumah/komunitas

lokal dalam

pengelolaan wisata dan tipe

wisatawan

membantu menjelaskan

Page 6: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

520

No. Peneliti//Judul Tujuan Hasil

tingkat kunjungan

wisatawan

10 Andrew Lepp (2007) “Residents’ attitudes towards

tourism ini Bigodi village,

Uganda”

Meneliti sikap komunitas lokal

terhadap wisatawan di

Desa Bigodi Uganda

Masyarakat mempunyai sikap

yang positif dan

konsisten terhadap

wisatawan serta

mayarakat yakin bahwa wisatawan

akan menciptakan

pengembangan

masyarakat, meningkatkan

pasar pertanian,

meningkatkan income dan

wisatawan

membawa

keberuntungan buat komunitas

lokal

11 Glenn Laverack and Sopon Thangphet (2007)

“Building community capacity

for locally managed ecotourism

in Northern Thailand”

Mengkaji bagaimana membangun kapasitas

masyarakat dalam

pengelolaan ekowisata

di Thailand Utara

Menunjukkan bahwa strategi

perencanaan

untuk

menginisiasi aksi masyarakat

merupakan faktor

penting dalam keberlangsungan

pengelolaan

ekowisata

12 Susi Lestari (2009) “Pengembangan Desa Wisata

Dalam Upaya Pemberdayaan

Masyarakat (Studi di Desa Wisata Kembang Arum

Sleman)”

Memberikan pemahaman mengenai

usaha mengembangkan

sektor pariwisata di Desa Wisata Kembang

Arum

Terdapat partisipasi aktif

dari komunitas

lokal dalam hal perencanaan,

pelaksanaan

hingga pemeliharaan desa

wisata

Sumber: Disarikan dari Berbagai Jurnal

Desa Inovasi

Desa Inovasi merupakan wilayah yang mampu memanfaatkan sumberdaya dengan

cara yang baru berdasarkan iptek serta kearifan lokal untuk kesejahteraan masyarakat,

kemajuan desa dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan melibatkan segenap unsur desa. Konsep Desa Inovasi dilatarbelakangi kenyataan bahwa sumber daya alam semakin

Page 7: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

521

menurun, jumlah penduduk bertambah, kebutuhan meningkat, sehingga perlu upaya

optimalisasi pemanfaatan sumber daya desa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Peraturan

Bersama Menristek dan Mendagri Nomor 03 dan 36 Tahun 2012).

Desa Wisata

Desa Wisata merupakan "Suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan

suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa

yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi

untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi,

akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.

Pengertian Ekowisata

Apa yang disebut dengan ekowisata atau sering juga ditulis atau disebut dengan

ekoturisme, wisata ekologi, ecotoursism, eco-tourism, eco tourism, eco tour, eco-tour dan sebagainya? Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan

oleh Hector Ceballos-Lascurain dalam www.ekowisata.info yaitu sbb:

"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to

relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of

studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plants and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

Pengertian community-based ecotourism

Sedangkan pengertian ekowisata berbasis komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat.

Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai

perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak

mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata (Nugroho, 2007).

Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi berasal dari kata to participate, yang dapat diartikan ikutserta (Wojowasito dalam Madiun, 2010). Menurut Tosun (2004) partisipasi dapat membuat

masyarakat, penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik itu berskala lokal maupun

nasional. Partisipasi yang dilakukan masyarakat berbeda-beda tingkatannya, akibat dari

perbedaan skala kegiatan.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, dengan jenis

penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif serta digunakan data primer dan sekunder.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, recorder, kuesioner serta panduan wawancara semi terstruktur.

HASIL

Potensi Fisik

Beberapa potensi fisik di Desa Pandansari yang telah diidentifikasi dan

direncanakan akan dikembangkan sebagai daya tarik wisata adalah:

1. Pasar Desa (Pasar Tradisional)

Desa Pandansari memiliki pasar tradisional yang bisa dikembangkan

menjadi pasar yang modern dengan konsep tradisional artinya perlu

Page 8: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

522

penataan infrastruktur agar ada daya tarik bagi pengunjung untuk masuk ke

Pasar Pandansari, Dengan letak desa yang strategis, yakni di segi tiga emas

perbatasaan antara Kecamatan Warungasem, Kecamatan Wonotunggal,

Kecamatan Talun dan Kecamatan Karangdadap serta perbatasan antara

Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan

dengan pengelolaan/manajemen yang baik ditunjang dengan infrastuktur

yang memadai akan memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung

sehingga omset akan naik sebanding dengan jumlah pengunjung pasar.

2. Kawasan Perikanan (Kampung Iwak)

Kampung Iwak merupakan kawasan yang ada di Dusun Sudimoro RT 04

Desa Pandansari. Dengan melimpahnya air di wilayah ini, sedang dirintis

sentra ikan air tawar dengan konsep setiap rumah di wilayah ini melakukan

budidaya ikan sehingga akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi

wisatawan. Adapun konsep yang digagas di wilayah ini adalah wisata

kuliner, pemancingan dan wisata edukatif dengan tema ikan air tawar.

3. Sungai (Pandansari Tubing)

Sejak akhir tahun 2011 telah dirintis Wisata Sungai dengan nama

Pandansari Tubing. Kegiatan ini sudah berjalan dengan keterbatasan

peralatan. Dengan letak desa yang tidak jauh sekitar ± 10 km dari Batang

Kota, Pandansasri memiliki tempat wisata yang luar biasa. Di samping desa

pengrajin opak ternyata Pandansari memiliki alam yang jarang ditemukan

di daerah lain, di Kabupaten Batang ini, yaitu airnya yang bening alami dan

tak pernah mengalami kekeringan. Dengan potensi alam yang dimiliki

sekarang oleh penduduk setempat terutama yang tergabung di ETOM

Adventure Team mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat

Pandansari sebagai desa wisata (Deswita).

Berdasarkan wawancara dengan Ketua Pengelola Deswita Pandansari,

Aminudin, dijelaskan bahwa dalam aktivitas Tubing, peserta akan diajak

meluncur bebas di alur sungai yang berarus ringan dengan ban bagian dalam dari

roda truk atau bus. Layaknya rafting atau arung jeram, peserta juga dilengkapi

helm, pelampung, dan pelindung kaki. ”Perbedaaan antara tubing dan arung

jeram itu hanya pada sarananya. Kalau arung jeram menggunakan perahu,

sedangkan tubing river dengan ban dalam bus. Kegiatanya sama, yaitu

mengarungi sungai dan tubing river Pandansari diberi nama Kopal Etom yang

merupakan singkatan dari Kelompok Pecinta Alam Enak Tentrem Ora

Mendem,” ujar Aminudin.

Meski demikian, risikonya pun tidak seperti arung jeram. Resiko tubing

relatif rendah, biasanya ban dalam yang digunakan bisa saja tersangkut di atas

batu. ”Memang kalau belum biasa tentu merasa ngeri melakukan olahraga yang

satu ini. Kalau tidak bisa menyeimbangkan badan ngimbangi bisa kecemplung

dan jatuh di air sungai. Meski demikian, akan merasakan asyiknya berendam di

air yang jernih,” tandas Aminudin.

Page 9: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

523

Untuk itu, pengelola menyediakan pemandu agar kegiatan tubing bisa

lancar. Petualangan air itu bertambah asyik apabila mampu melewati rintangan,

terutama saat meluncur di terjunan. ”Tubing river di Pandansari ini satu-satunya

di Jateng. Kami memilih lokasi Sungai Pandansari ini karena penuh tantangan

dan rintangan yang mengasyikkan, terutama saat melampui terjunan,” masih

menurut Aminudin. Selain airnya jernih, peserta juga akan dimanjakan oleh

pemandangan alam yang hijau serta persawahan yang membentang luas. Start

dimulai dari Bendung Kupang menuju pintu air di Pandansari. Permainan itu

bisa dilakukan sendiri atau dengan digandeng. ”Permainan tubing kami banderol

Rp 45.000/orang dengan fasilitas helm, rompi, ban dalam dan pemandu. Selain

itu, juga kami sediakan makan dengan menu khas Pandansari, opak sambal,”

ujar Aminudin. Di samping tubing sambil menunggu giliran, peserta bisa

menikmati terapi ikan gratis di area pintu air Desa Pandansari. Di tempat itu ada

ribuan ikan nilem, nila, dan emas.

4. Pondok Pesantren (Ponpes Nurul Huda Pandansari Krajan)

Merupakan perpaduan konsep wisata reliji terutama di dunia pendidikan

Islam yang masih menganut metode Salaf diharapkan ini bisa menjadi tempat

fieldtrip/studi banding dunia pendidikan Islam yang dikelola secara swakelola

oleh Yayasan Ponpes Nurul Huda Desa Pandansari.

5. Spot Pemancingan (Kedung Lanjaran Dukuh Mrico)

Ini merupakan kegiatan pemanfaatan sungai yang ada kedungnya sepanjang

± 200 meter dengan lebar 9 meter sebagi lokasi pemancingan alami.

Potensi sosial budaya merupakan potensi yang terdapat di kehidupan

masyarakat. Berbagai jenis kesenian daerah dan adat istiadat merupakan contoh

potensi sosial budaya. Menurut keterangan Bapak Sutamto Ali selaku Kades

Pandansari, ”untuk saat ini kebudayaan di Desa Pandansari tidak terlalu mencolok,

akan tetapi ada kesenian rebana tradisional. Pada zaman dulu ada satu kebudayaan

khas dari Desa Pandansari yaitu semacam tarian lokal dan saya merupakan salah

satu pelaku dari kesenian budaya tersebut. Sekarang belum ada yang bisa

melestarikannya, rencananya kami akan mengembangkan kebudayaan tersebut.

Saya sebagai pelatihnya dan di rumah saya tersedia ruang khusus untuk kesenian

tersebut. Akan tetapi kami terkendala dengan anggaran untuk pembelian alat seperti

gendhing dan lainnya. Ini akan menjadi potensi wisata yang sangat besar, yaitu

ketika para wisatawan datang kami ingin menyajikan tarian tersebut sebagai ciri

khas tarian di Desa Pandansari.”

Sistem Sosial

Sistem jaringan sosial yang ada di masyarakat Desa Pandansari sangat

mendukung terhadap pembangunan desa wisata akan tetapi jaringan sosial yang

bersifat privat/swasta belum ada yang masuk untuk pengembangan Deswita. Untuk

jaringan sosial masyarakat di Desa Pandansari yang cukup berpengaruh terhadap

pengembangan Deswita Pandansari adalah Karang Taruna dan PKK. Karang

Page 10: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

524

Taruna sebagai penggerak kelompok-kelompok pemuda biasa ikut serta dalam

pengembangan Deswita Pandansari. Sedangkan PKK mengkoordinasikan para

perempuan di Desa Pandansari kaitannya dengan potensi kuliner. Selain itu mereka

juga ikut serta dalam memasarkan adanya wahana wisata air di Desa Pandansari.

Mereka juga tergabung dalam Pokdarwis yang kemarin juga mendapatkan Juara 1

tingkat Kabupaten Batang. Dan saat ini juga sedang mempersiapkan untuk Lomba

Pokdarwis tingkat Provinsi Jawa Tengah pada bulan Agustus mendatang.

Institusi dan Organisasi

Institusi dan Organisasi yang ada di Desa Pandansari yaitu antara lain BPD,

LPMD, PKK, Karang Taruna dan Kelompok Deswita. Hubungan antar institusi dan

organisasi tersebut selama ini berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan wawancara

dengan Kepala Desa Pandansari, Sutamto Ali, dikatakan bahwa “hubungan

organisasi yang ada di Desa Pandansari seperti BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna

dan lainnya sangat baik dan saling mendukung terhadap program pembangunan

pemerintah Desa Pandansari. Hal ini juga sama halnya dengan hubungan

Pemerintah Desa Pandansari dengan Pengelola Deswita Pandansari. Jika ada

kegiatan rutin mereka selalu melibatkan warga maupun organisasi-organisasi yang

ada di Desa Pandansari ini. Seperti warga atau anggota Karang Taruna dijadikan

sebagai juru parkir, ibu-ibu PKK sebagai produsen yang memproduksi opak dan

sambelnya untuk para pengunjung Deswita tersebut.”

Hal ini dipertegas oleh Aminudin selaku Ketua Deswita, “untuk hubungan

dengan pemda harus berlangsung dengan baik, sebagai contoh berkaitan dengan

informasi-informasi dan juga pengajuan bantuan seperti pelampung kita

mengajukan ke pemerintah kabupaten yang otomatis mengetahui kepala desa dan

kecamatan.”

Kesiapan Masyarakat

Pengetahuan Masyarakat

Secara umum masyarakat umum di Desa Pandansari cukup mengetahui

akan keberadaan objek wisata di desanya. Menurt Samidah, salah satu perajin opak,

“wisata di sini ya itu wisata air, berenang dengan ban. Menurut Ponidi, salah

seorang petani, “saya tahu itu wisata air seperti berenang tapi memakai ban bekas

mobil besar. Sekitar tahun 2013-an mulai beroperasi yang dikelola oleh sejumlah

masyarakat di Desa Pandansari yang tergabung dalam komunitas pecinta alam.”

Menurut Aminudin, Ketua Kelompok Deswita, “jadi kami sejak awal sudah

memimpikan hal itu, karena suatu hal maka akhir tahun 2013 baru bisa dirintis. Kita

rilis dengan adanya komunitas Kopal Etom atau komunitas pecinta alam yang ada

di Pandansari. Tujuan yang pertama memang fokus pada pelestarian alam. Kalau

ibarat sampeyan punya kebun kalau tidak difungsikan maka banyak yang buang

sampah di situ, tapi seandainya dirawat dan dibersihkan jadi orang sungkan untuk

membuang sampah di situ. Artinya sejak awal kami sudah berfikir sebelum ada

perumahan dan pencemaran maka sungai ini kami fungsikan sebagaimana mestinya

saat ini. Dengan semaksimal mungkin tanpa mengurangi, merusak dan merubah

Page 11: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

525

sungai tersebut.”

Masih menurut Aminudin, “secara umum masyarakatnya baik-baik. Akan

tetapi sempat ada orang yang mencemooh terhadap kegiatan kita seperti bilang

“wes tuwo-tuwo kok dolanan banyu” ada juga yang bilang seperti “pasukan

lingsang” semacam hewan di air yang suka makan ikan. Akan tetapi pada akhir

tahun 2013 kita buka untuk umum, itu ternyata ramai dan tahun 2014 kita full

kegiatan serta sudah menghasilkan juga. Terlepas itu sebenarnya sudah ada

kegiatan seperti itu ketika saya kecil, istilahnya sekarang hanya inovasi dari hal itu.

Seperti jaman dulu saya dan teman-teman banyak yang “langenan” atau berenang

mengarungi sungai, nah sekarang ibaratnya inovasi dengan ban yang berstandar

rafting tidak seperti dulu yang masih menggunakan pelepah pisang. Ternyata kok

bagus dan kita kembangkan sehingga punya nilai tambah dan jual sendiri.”

Menurut Erni Sulastri, Ketua PKK, “setahu saya mulai akhir tahun 2013

muncul adanya pengembagan wisata air yang masyarakat menyebutnya Desa

Wisata atau Deswita. Deswita dikembangkan oleh para pemuda yang sudah

berumur dengan kerjasama beberapa orang asli Desa Pandansari. Sejauh ini sudah

lumayan para pengunjungnya terutama pada hari libur seperti hari Sabtu dan

Minggu. Sebagai ketua lembaga desa atau PKK di sini saya sangat bangga ada

masyarakat yang mempunyai peran sertanya dalam memajukan desanya yang

melalui pemanfaatan potensi desa. Ya memang sumber air tersebut bukan berasal

dari Desa Pandansari tapi berasal dari desa lain. Akan tetapi aliran sungainya

melewati desa kami dan itu dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat mencuci

baju dan mandi. Ya mungkin dari situlah para pengelola tersebut

mengembangkannya menjadi wisata air seperti menyusuri air menggunakan ban

(body rafting).”

Mengenai peran perempuan di desa, Erni Sulastri menambahkan “kalau

ditanya peran perempuan khususnya yang tergabung dalam PKK dalam

pengembangan Deswita ini belum terlalu terlihat. Ya kami hanya sekadar

mengapresiasi masyarakat yang mempunyai ide tersebut. Dukungannya ya ikut

memasarkan wisata tersebut. Seperti kemarin kelompok sadar wisata (pokdarwis)

Desa Pandansari juara 1 tingkat Kabupaten Batang dan besok bulan Agustus akan

mengikuti lomba sejenis tingkat Provinsi Jawa Tengah. Itu merupakan satu prestasi

desa kami yang memang terbilang baru dalam pengembangan desa wisata.”

Ditambahkan oleh Nasrudin, Ketua Karang Taruna, “potensi wisata di Desa

Pandansari yang sedang dikembangkan saat ini adalah wisata tubing atau wisata

pengarungan sungai menggunakan ban bekas. Sungai ini sumbernya berasal dari

desa lain akan tetapi alirannya mengaliri Desa Pandansari. Oleh karena itu sungai

tersebut difungsikan oleh para pemuda khususnya yang terlibat dalam kegiatan

pecinta alam yang disebut Kopal Etom untuk dijadikan wisata air. Wisata ini

awalnya beroperasi pada tahun 2013-an dan sampai saat ini pengunjungnya juga

cukup banyak, baik dari wisatawan lokal maupun wisatawan luar kota.”

Persepsi dan Harapan Masyarakat

Harapan masyarakat terhadap pembangunan di Desa Pandansari sangat

tinggi, di mana pembangunai masih difokuskan pada infrastruktur jalan dan sarana

Page 12: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

526

yang bersifat fisik. Pembangunan yang berfokus pada Deswita belum begitu ada,

karena terkendala masalah anggaran. Menurut Kades Pandansari, “dari pemerintah

saja untuk tahun 2014 untuk pengembangan Deswita hanya sekitaran 5 – 7 juta saja.

Sebenarnya kami sudah mengusulkan pada Musrenbangdes meskipun bukan untuk

pembangunan prioritas, akan tetapi pada skala Musrenbangkec kami selalu kalah

dan akhirnya alokasi anggaran untuk pembangunan Deswita tersebut juga tidak ada.

Sedangkan hasil dari para pengunjung yang menikmati wahana wisata Deswita

hanya cukup untuk biaya pemeliharaan, pembelian alat dan kesejahteraan para

guidenya. Belum ada kontrak yang jelas mengenai bagi hasil pendapatan dari

Deswita dengan desa apalagi untuk pembangunannya. Ya tadinya sulit untuk

menyatukan persepsi tentang kesiapan masyarakat dengan adanya Deswita

Pandansari, akan tetapi saya bekerja dengan para lembaga yang ada di desa

berembug bersama warga berbicara tentang potensi yang ada di desa kami. Toh

nantinya ini juga kembali lagi ke mereka hasilnya.”

Hal ini dipertegas oleh Aminudin, Ketua Kelompok Deswita, “masyarakat

sangat antusias, ya mungkin kendala kita kan susah untuk merubah mindset

masyarakatnya dalam waktu satu sampai lima tahun ini. Kami mempunyai harapan

desa wisata ini menjadi wisata yang komplit tidak hanya wisata tubing saja. Kita

sudah memetakan ada lima potensi pengembangan dari wisata ini. Pertama tubing

sendiri, kemudian pasar desa bagaimana agar terlihat seperti pasar modern tetapi

transaksi dan cara jualnya masih secara tradisional, ada kampung ikan, kampung

konservasi dan kampung pondok pesantren. Kalau pondok di sini kan masih

menganut salaf atau pengelolaan secara tradisional. Jadi jika para pengunjung ada

yang ingin tahu tentang bagaimana mengelola pondok salaf di era modern, hal itu

akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Deswita kita kan ada

logonya, ini kan logo yang kita buat dan diharapkan menjadi logo resmi dari desa

wisata itu dengan backgroundnya sungai. Jadi deswita bukan tubing, tapi tubing itu

bagian dari kegiatan di Deswita. Itu yang masyarakat belum menyadari hal itu.

Terus kampung konservasi itu kita sudah mulai tanam bekas galian C dengan pohon

pinus dari swadaya pemerintah sebesar 15 hektare, lahan itu milik perorangan

bukan dari perusahaan. Itu kan dulunya-dulunya ladang, karena sulit air jadinya di

jual tanah dan materialnya, kan menjadi habis kandungannya tanahnya. Jadi

kemarin bulan Pebruari kita siasati dan sosialisai kepada para pemilih lahan itu

kami kumpulkan bagaimana kalau saya punya bibit anda tanam sampai besar dan

jual kembali ke kami, kami tidak meminta untungnya berapa tapi yang penting jual

ke kami. Dan disitu juga ada semacam spot untuk para wisatawan yang dikonsep

sebagai pemancingan alami, itulah sebabnya kami sebut sebagai kampung

konservasi. Sebenarnya pemikiran itu sudah kami cetuskan seperti dengan pemdes

dan masyarakat akan tetapi terkadang kita masih berjalan sendiri-sendiri.”

Menurut Nasrudin, Ketua Karang Taruna, “sebaiknya para pemuda yang

ada jangan hanya difokuskan sebagai juru parkir saja, masih banyak profesi yang

bisa dikembangkan seperti guide, pengrajin, penjual dan pengelola home stay.”

Masih menurut Nasrudin, “ untuk infrastruktur yang perlu dikembangkan kalau

menurut saya yang pertama adalah akses jalan sepanjang sungai menuju start

pointnya. Kemudian kami harapkan ada semacam blok-blok untuk masyarakat

Pandansari jualan. Perlu juga semacam home stay bagi mereka yang ingin

Page 13: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

527

menikmati suasana malam dan pagi di Desa Pandansari. Masalah blok untuk jualan

itu kan merupakan upaya meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan untuk

mendukung pengembangan Deswita itu sendiri, sehingga para pengunjung ketika

datang kesini tidak hanya menikmati wahananya tapi juga kuliner khas sini

misalnya seperti opak sambel dan mungkin kuliner lainnya yang nanti akan kami

kembangkan di sini.”

Menurut Ponidi, salah seorang warga, “ya kami sangat mendukung adanya

wisata ini, selain itu biasanya saya diajak sama pengelola untuk ikut serta jika ada

pengunjung yang ingin belajar menanam padi di sawah garapan yang sudah

disediakan. Biasanya pengelola itu bekerjasama denga para pemilik sawah untuk

lahannya digunakan, ya biasanya kami sebagai para buruh tani untuk ikut serta

dalam kegiatan itu. Saya sangat mengapresiasi para masyarakat yang tergabung

dalam komunitas pecinta alam itu yang mengembangkan dan mengelola wisata di

Pandansari. Ya kita maunya untuk ke depannya wisata ini dibangun warung-warung

kecil sepanjang jalan menuju area wisata itu untuk jualan masyarakat disini. Jadi

kan mereka diuntungkan, pengelola juga untung, masyarakat juga untung dan

senang baik untuk secara pendapatan maupun kepuasan. Perbaruhi jalan di Desa

Pandansari yang masih jelek, agar pengunjung juga tidak susah untuk menuju ke

area wisatanya.”

Masih menurut Ponidi, mengenai tanggapan pengunjung, “ya mereka

senang dengan adanya wisata di sini apalagi dengan adanya wisata menanam padi.

Mereka senang belajar di desa ini. Ada juga yang bilang ini harus ditambah

fasilitasnya seperti tempat jualan dan juga penginapan yang tradisional. Seperti

bentuknya rumah dengan dinding bambu atau apa itu lah.”

Harapan dari Samidah, salah seorang perajin opak, “ya sebisa mungkin

untuk operasi wisatanya bisa setiap hari dan tidak hanya akhir pekan saja atau jika

ada event saja. Selain itu juga dibuatkan tempat-tempat untuk jualan di sepanjang

jalan atau di lokasi wisatanya. Kalau persiapan produksi sebenarnya memang bahan

baku singkong jadi sebuah kendala kami disini. Tapi biasanya sudah kami pesan

jauh-jauh hari. Selain itu para pekerja yang siap setiap saat untuk memproduksi

opak itu. Kalau persiapan untuk membangun tempat jualan kami tidak punya modal

untuk hal itu.”

Kelembagaan Masyarakat

Secara umum kelembagaan di Desa Pandansari mulai dari LPMD, BPD

hingga PKK semuanya ada dan saling bersinergi. Sedangkan untuk partisipasi

kelembagaan yang paling menonjol adalah Karang Taruna di mana anggotanya

berasal dari para pemuda khususnya mereka yang mengembangkan Deswita yang

diketuai oleh Pak Aminuddin. Melalui kerja sama yang baik terbukti bahwa Desa

Pandansari berhasil memenangkan lomba Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata)

tingkat Kabupaten Batang dan nanti pada bulan Agustus akan maju dalam tingkat

Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Nasrudin, Ketua Karang Taruna, “hubungan antar lembaga yang

ada di Desa Pandansari khususnya Karang Taruna sangat baik. Kami selalu

bermusyawarah ketika ada kegiatan atau informasi baru. Dan kami rutinitas setiap

Page 14: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

528

hari Sabtu atau malam Minggu mengadakan pertemuan. Begitu juga dengan

pengelola Deswita itu, dengan jalinan dan koordinasi jika mereka ada kegiatan

selalu berkoordinasi tentang keamanan dan juga lainnya.”

Dampak Sosial

Dampak sosial yang timbul karena aktivitas wisata di Desa Pandansari bisa

dikatakan sangat positif, misalnya sebagian besar pengembangan Deswita ini ramah

lingkungan dan tidak ada yang merubah atau bahkan merusak lingkungan

alamnnya. Semua dikembangkan masih asli atau sama seperti semula. Justru malah

tahun kemarin pengelola yang tergabung dalam Kopal Etom menanam pohon di

sepanjang aliran sungai yang dijadikan objek wisatanya. Untuk pengembangan

memang sedikit ada perubahan yaitu renovasi terhadap talud yang sudah rusak dan

yang diperkirakan membahayakan para pengunjung. Selain itu jembatan tradisional

masih dibikin asli agar ketika pengunjung melewatinya masih terasa dan sedang

mengarungi desa yang masih alami dengan pemandangan gunung dan sawah yang

membentang. Juga dikenalkan konsep TANDUR atau “tanam mundur” dalam

menanam padi dengan tujuan memberikan edukasi kepada para pengunjung

bagaimana cara menanam padi sebagai warisan nenek moyang kita. Intinya secara

sosial dan lingkungan tidak ada yang dirubah atau dirusak untuk pengembangan

Deswita dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Bupati Batang juga sudah

meninjau ke lokasi dan disimpulkan bahwa berkaitan dengan alam dan kerusakan

lingkungan belum ditemukan hal-hal negatif.

Dampak Ekonomi

Sebagian masyarakat Desa Pandansari adalah para buruh tani dan petani, di

mana pada periode kemarin petani mengalami gagal panen 3 kali berturut-turut.

Secara umum, masyarakat Pandansari bisa dikatakan cukup sejahtera terbukti

dengan banyaknya rumah penduduk yang terbuat dari tembok dan keramik. Selain

itu ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya membuat tempat

makanan dari anyaman bambu seperti tempat nasi, tampah dan sebagainya.

Berbicara masalah potensi ekonomi yang mungkin bisa dikembangkan di Desa

Pandansari melalui Kelompok Deswita adalah perencanaan membangun tempat

jualan sederhana di sepanjang jalan menuju tempat wisata dengan harga jual yang

murah dan harus memenuhi standar perjanjian antara Pengelola Deswita dengan

Pemerintah Desa. Hal ini dipertegas oleh Aminudin, Ketua Kelompok Deswita,

“tidak boleh mahal dan tidak boleh terlalu murah. Seperti jualan makanan khas opak

sambel, kemudian anyaman bambu yang dibuat gelang atau apa yang lebih unik

sehingga pengujung mempunyai oleh-oleh khas dari Pandansari.”

Masih menurut Aminudin, “harapan kami semua bidang kehidupan bisa

dikembangkan potensinya. Seperti contohnya jika kita membangun tempat sampah,

hal itu akan kami jadikan satu isu sebagai pelestarian alam dengan cara belajar

mengolah sampah-sampah yang mempunyai nilai ekonomi tersendiri, misal

sampah plastik. Sudah dibangun tempat pembuangan sampah tapi masyarakat tidak

sadar akan hal itu. Ini merupakan hal pokok yang sedang kami kaji bagaimana

memanfaatkan potensi sampah plastik itu menjadi nilai ekonomi seperti menjadi

Page 15: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

529

tas, dompet, bunga, hiasan lainnya dan sebagainya.”

Bagi para pembuat makanan opak ternyata tempat wisata yang ada

memberikan penghasilan tersendiri bagi mereka. Seperti dikatakan Samidah, salah

satu pembuat opak, “ya syukur pendapatan kami mulai bertambah dengan adanya

para pengunjung wisata di sini. Selain itu biasanya ada yang pesan opak sambal

sampai banyak untuk dijadikan oleh-oleh khas dari Desa Pandansari. Sebelumnya

kan biasanya opak kami jual ke kota atau dikirim ke luar kota. Ada juga untuk

konsumsi sendiri dan dijual di warung-warung yang ada di Pandansari.” Juga

dilakukan kerjasama antara pengelola wisata dengan para pembuat opak, seperti

ditegaskan oleh Samidah, “ada, kerjasamanya ya jika mereka ada tamu yang

booking untuk wisatanya biasanya pengelola mengabari kami untuk memproduksi

opak lebih banyak dari pada biasanya. Kalau bagi hasil memang belum ada mas,

namanya juga penjual kecil-kecilan, yang penting bagi kami adalah kepuasan

pengunjung dan pengelola wisatanya juga terbantu dan kami sebagai penjual juga

terbantu.”

Bagi pengelola wisata, dengan menyajikan perjalaan river tubing sekitar 4

kilo meter yang ditempuh sekitar 1 jam maka per trip dikenakan biaya Rp 300.000,-

untuk tiap 10 orang. Penghasilan yang terkumpul dishare ke pemerintah desa serta

ke pengelola wisata. Bagi anggota komunitas Kopal Etom, selain bisa berpartisipasi

sebagai guide, juga membantu sebagi juru parkir, dan sebagai event organizer untuk

kegiatan outbond dan camping. Sedangkan untuk masyarakat umum, biasanya

berjualan di sekitar objek wisata untuk menjajakan makanan kecil, minuman dan

makanan besar lainnya.

Potensi dan Preferensi Wisatawan

Untuk pengunjung kebanyakan dari wisatawan lokal dan wisatawan dari

luar kota. Pertama kali dibuka justru kebanyakan pengunjungan dari luar kota

seperti Madiun, Jogja, Solo, Semarang, Cirebon dan Jakarta. Secara umum sampai

saat ini pengunjung di Deswita Pandansari semakin bertambah. Beberapa kritik dan

saran banyak sekali dari pengunjung terutama berkaitan dengan akses jalan dan

fasilitas seperti tempat bilas yang masih sangat minim jumlahnya sehingga kalau

pengunjung banyak maka timbul antrian yang panjang. Untuk rest area jika

pengunjung banyak maka disediakn tenda untuk istirahat.

Menurut Nasrudin, Ketua Karang Taruna, “sejauh ini para pengunjung

sangat antusias terhadap wisata baru di Pandansari, malahan ada yang tidak hanya

sekali ke sini. Ya mereka menganggap di sini suasananya masih alami tanpa

sentuhan alam yang diubah atau dirusak. Selain itu dengan adanya wisata alam

seperti menanam padi bersama petani menjadi daya tarik tersendiri bagi para

pengunjung, khususnya mereka yang ingin belajar cara menanam padi seperti

kemarin itu anak TK yang berkunjung dan mencoba wahana menanam padi

bersama petani.”

Strategi Pengembangan Desa Inovasi Wisata

Secara umum, strategi pengembangan Desa Inovasi Wisata di Pandansari

Page 16: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

530

saat ini berfokuskan pada pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana. Seperti

akses jalan khususnya yang menuju ke lokasi Deswita. Selain itu sarana tempat

mandi atau bilas yang sedang direncanakan ke depannya bersamaan dengan

pembangunan penginapan sederhana untuk para pengunjung/wisatawan. Menurut

Bapak Sutamto Ali, Kades Pandansari, “berkaitan dengan strategi khusus kami

selalu mempromosikan desa kami sebagai Desa Wisata dengan daerah lain dan juga

keterlibatan pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di mana

informasi eksistensi Deswita Pandansari sudah masuk dalam website dan katalog

pariwisata mereka. Ya kedepannya jika ada anggaran untuk mengembangkan apa

yang sudah kami rencanakan dalam pembangunan dan pengembangan Deswita itu

ya akan segera kami laksanakan pembangunan dan pengembangannya toh nanti

akan kembali lagi ke masyarakat hasilnya”.

Menurut, Aminudin, Ketua Deswita, “kalau hitungan dananya dari

perintisan hingga saat ini, kami petakan seperti tubing river, body, dan perahu karet.

Ada lagi outbond anak dan dewasa, kemudian kampung konservasi sekitar 500

meter persegi hibah dari pemerintah desa, di mana di kampung itu banyak kolam

ikan sehingga kami sebut sebagai kampung konservasi baik ikan air tawar maupun

ikan sisik. Ya dari total lahan hibah tersebut kami bangun saung dengan suasana

kampung sekaligus pemancingan, dan hal ini bisa dijadikan sebagai studi banding

dari masyarakat luar. Untuk pondok pesantren tinggal di konsep bersama antara

masyarakat dan pengelola pondok pesantren. Untuk pengembangan pasar

dibutuhkan dana yang besar. Konsep kami tentang pasar adalah dibangun secara

modern tapi masih terlihat tradisional. Pasar itu kan milik desa dan seharusnya

sudah ada lembaga sendiri yang mengurusi pasar tersebut, akan tetapi sampai saat

ini kan hanya sebatas retribusi saja. Hal itu juga sama dengan halnya desa wisata

ini yang harus ada kelembagaannya sendiri atau pokjanya. Kalau ditotal dari

anggaran untuk ke lima potensi wisata yang akan dikembangkan itu ya bisa

mencapai miliyaran rupiah.”

Beberapa investor swasta dari Solo dan Semarang sempat menawarkan

kerjasama berupa sharing untuk pembangunan dan perijinan yang menjadi porsi

investor kemudian pengelolaan menjadi porsi masyarakat. Tetap pihak pengelola

Deswita masih menitikberatkan pada upaya pemberdayaan masyarakat di mana

konsepnya dari, oleh dan untuk masyarakat sehingga tawaran tersebut sementara

ditolak. Hal ini dipertegas oleh Aminudin, Ketua Deswita, “artinya kalau

masyarakat suka jualan ya silakan jualan dan lainnya. Kami juga ingin mengarah

ke penyediaan home stay. Artinya setiap rumah menyediakan kamar untuk tamu-

tamu tersebut.”

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Pemda Batang telah memberikan

bantuan stimulan dana sebesar Rp 5 juta untuk memotivasi Kelompok Deswita.

Dana itu digunakan oleh kelompok untuk pembelian alat kemudian dari dana kas

kelompok serta swadaya anggota dan masyarakat terkumpul dana untuk kegiatan

sosial seperti pembagian takjil gratis pada bulan puasa. Jadi fokus kegiatan

kelompok bukan hanya untuk wisata saja, tapi juga untuk kegiatan yang positi

dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Untuk strategi pemasaran menggunakan jaringan, mulai dari jaringan

Page 17: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

531

organisasi, kenalan, pertemanan seperti di media sosial, dan media cetak. Kemudian

yang kedua adalah secara pribadi maupun organisasi berusaha mengikuti event-

event di kabupaten seperti lomba dan sebagainya dan beberapa kali juara 1 di

tingkat kabupaten, sehingga akan memunculkan stigma bahwa di Pandansari ada

wisata baru dan seterusnya. Kelompok Deswita berusaha untuk menjadi wahana

berkumpulnya semua kelompok masyarakat yang ada di Desa Pandansari sehingga

penguatan organisasi juga selalu dilakukan.

Walaupun demikian, partisipasi masyarakat masih menjadi kendala salama

ini. Hal ini dikeluhkan oleh Nasrudin, Ketua Karang Taruna Pandansari,

“masyarakat belum terlalu berpengaruh. Memang kemarin-kemarin beberapa kali

kami coba kumpulkan masyarakat, ya namanya masyarakat belum semuanya bisa

sepenuhnya untuk berkumpul. Jadi itu kendala kita di tengah masyarakat. Ya kalau

masyarakat semua oke maka untuk mengembangkan Deswita ini pastinya akan

lebih baik lagi dan cepat. Jadi ke lima pengembangan itu bukan hanya kami yang

menangani. Harapanya seperti ada pasar, di situ kan ada pemdes, ada pengurus

pasar dan sebagainya yang akan berpikir mencari celah contohnya ada budget yang

harus dicari ke pihak ke tiga dan itu mereka yang punya wewenang, tidak mungkin

dari komunitas kami yang menangani itu semua. Kemudian ada kampung

konservasi yang sudah sosialisasikan di Dukuh Mrico di mana ada Sekdes sebagai

penasehatnya tapi belum jalan kalau kami yang bukan cari kegiatan dan seterusnya.

Kemudian ada pondok pesantren yang telah ada bantuan rusunawa. Kemudian yang

dibutuhkan itu adalah sinergi dan kerja ikhlas, jangan harapkan yang namanya

rintisan akan langsung mendapatkan uang.”

Strategi Diversifikasi Produk Wisata

Beberapa pemikiran yang muncul di Kelompok Deswita berkaitan dengan

diversifikasi produk wisata antara lain pembuatan cindera mata berupa wayang

kertas; jasa sablon kaos khas Pandansari dan Kabupaten Batang; souvenir berupa

kerajinan besek yaitu tempat nasi yang dianyam dari bambu, selain itu ada juga alat-

alat lainnya seperi wakul, tampah, dunak dan sebagainya; dan produk daur ulang

sampah. Kendala yang dihadapi untuk mewujudkan hal tersebut adalah pelatihan

dan pendampingan yang membutuhkan instruktur dari luar serta faktor pendanaan.

Sedangkan potensi kuliner yang bisa dikembangkan antara lain makanan

opak, sejenis kerupuk yang terbuat dari bahan dasar singkong. Hal ini ditegaskan

oleh Ibu Erni Sulastri, Isteri Kepala Desa sekaligus sebagai Ketua PKK, “dahulu

banyak rumah-rumah yang memproduksi opak tersebut akan tetapi sekarang hanya

beberapa rumah saja yang masih beroperasi. Ya keinginan kita mengembangkan

makanan kecil tersebut agar menjadi ciri khas dari desa kita, akan tetapi masih ada

beberapa kendala baik secara lembaga maupun sumber dayanya. Bahan dasarnya

saja kami harus beli dari desa lain. Pengolahan dari bahan hingga menjadi opak

juga masih menggunakan alat tradisional. Tapi sayang dalam packingnya belum

bagus. Untuk ke depanya kami sangat berharap dari pemerintah atau dinas terkait

khususnya untuk mengadakan pelatihan khusus untuk masalah kuliner dalam

mendukung wisata baru di Desa Padansari. Kalau kesenian disini adanya rebanan

yang biasa dimainkan oleh anak-anak sekolah.”

Page 18: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

532

Proses produksi opak ini juga menarik untuk menjadi salah satu atraksi

wisata, hal ini sesuai dengan pernyataan Samidah, salah satu pembuat makanan

opak, “pengunjung wisatawan cukup baik, ada juga yang terkagum-kagum dengan

kuliner opak sambel bagi mereka yang belum tahu. Mereka juga ada yang beberapa

kali ke sini untuk mencoba wisatanya ada juga yang khusus untuk membeli serta

melihat bagaimana cara memproduksi opaknya”.

Strategi Peningkatan Kompetensi Masyarakat Lokal

Keterampilan yang menonjol di masyarakat yaitu berupa perajin besek yaitu

tempat nasi yang dianyam dari bambu. Selain itu ada juga alat-alat lainnya seperi

wakul, tampah, dunak dan sebagainya. Menurut Bapak Sutamto Ali, Kades

Pandansari, “kami belum mampu mengembangkan anyaman tersebut menjadi

souvenir untuk para wisatawan. Akan tetapi kami mempunyai rencana

mengembangkan anyaman tersebut menjadi oleh-oleh seperti gelang dan kalung.

Kendalanya terdapat pada sumber daya manusianya serta dukungan pelatihan untuk

kegiatan tersebut. Masalah bahan bakunya kami sangat siap dan melimpah. Jadi

untuk sementara ini untuk pengembangan souvenir Deswita belum mampu kami

wujudkan, tapi kedepannya kita sudah terpenuhi sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya kami siap.”

Untuk ketrampilan di bidang kuliner yang khas di Desa Pandansari adalah

pembuatan opak yang berbahan dasar singkong. Masih menurut Kades Pandansari,

“kekurangannya ada pada packingnya yang belum ada selain itu nomor registrasi

dari dinas terkait juga belum ada. Untuk kedepannya kami sangat berharap kepada

instansi terkait untuk bisa mengembangkan potensi kuliner khususnya opak yang

ada di Desa Pandansari sebagai ciri khas makanan kecil yang bisa dijadikan oleh-

oleh para pengunjung wisata di Desa Pandansari ini.”

Masyarakat lokal yang terlibat aktif dalam Kelompok Deswita ada sekitar

80 orang. Tahun 2015 ini telah dibuka pendaftaran baru untuk tahun ke-3. Sebagian

besar anggota Deswita adalah penduduk Desa Pandansari, sedangkan anggota

komunitas Kopal Etom boleh dari penduduk luar sedangkan pengelolanya dari

warga setempat. Pemberdayaan anggota Deswita misalnya dalam hal kebutuhan

guide untuk aktifitas tubing, misalkan ada tamu luar berupa rombongan sejumlah

250 orang dan maka diperlukan pemandu sekitar 20 orang.

Beberapa pelatihan organisasi yang rutin dilakukan antara lain pelatihan

dasar kepemimpinan, kemudian untuk pendakian ada pelatihan survival pecinta

alam, karena Kopal Etom berbasis pecinta alam. Khusus untuk pelatihan tubing

sendiri ada pelatihan sekitar 1 minggu dan dilanjutkan dengan on job training untuk

permulaan. Instruktur pelatihan biasanya berasal dari anggota yang secara sukarela

menularkan pengetahuan dan ketrampilannya misalnya dalam hal pelatihan

olahraga arung jeram air serta pelatih khusus bekerja sama dengan pihak Pemda

Batang.

Untuk menumbuhkan kebanggaan korps maka diciptakan lagu wajib berupa

mars berjudul “Kopal Etom Tak Memandang Status Sosial” yang bermakna bahwa

komunitas Kopal Etom terdiri dari orang-orang dengan berbagai macam hobby dan

ketrampilan dan dari berbagai macam status. Misalkan ada anggota yang interest

Page 19: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

533

untuk beternak maka diarahkan untuk terjun di sektor peternakan.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Potensi fisik wisata di Desa Pandansari adalah berupa Pasar Desa, Kawasan

Perikanan (Kampung Iwak), Sungai (Pandansari Tubing), Pondok

Pesantren dan Spot Pemancingan.

2. Potensi sosial budaya yang ada di Desa Pandansari adalah kesenian rebana,

tarian lokal (sedang akan digali dan dikembangkan), institusi dan organisasi

berupa BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna dan Kelompok Deswita.

3. Kesiapan dan pengetahuan masyarakat lokal terhadap pengembangan desa

inovasi wisata adalah sangat baik, terbukti dengan keterlibatan segenap

komponen masyarakat dalam program pemberdayaan melalui desa inovasi

wisata.

4. Harapan masyarakat lokal terhadap pengembangan desa inovasi wisata

antara lain pembangunan infrastruktur jalan dan sarana bersifat fisik,

keterlibatan sebagai sumber mata pencaharian (juru parkir, penjual,

pengrajin souvenir, penyedia kuliner, pemandu outbond, dan lain-lain).

5. Dampak sosial lingkungan dari pengembangan desa inovasi wisata adalah

berpengaruh positif, terbukti dengan penanaman pohon di sepanjang aliran

sungai yang dijadikan objek wisata dan perbaikan talud serta jembatan desa.

6. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengembangan desa inovasi wisata

antara lain dikembangkannya kerajinan lokal seperti membuat tempat

makanan dari anyaman bambu seperti tempat nasi, tampah dan sebagainya

untuk dijadikan sebagai souvenir wisata, diberikannya kesempatan

masyarakat lokal untuk berjualan di lokasi wisata, daur ulang sampah untuk

produk bernilai ekonomis, memberikan lapangan pekerjaan bagi para

pembuat opak, sumber pemasukan bagi Kelompok Deswita dan Pemerintah

Desa serta memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk seperti

guide, juru parkir, pemandu outbond dan camping.

7. Preferensi wisatawan lebih fokus pada perbaikan akses jalan dan fasilitas

tempat bilas serta rest area dan tempat parkir.

8. Secara umum, strategi pengembangan Desa Inovasi Wisata di Pandansari

saat ini berfokuskan pada pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana

wisata. Secara khusus, strategi diversifikasi produk wisata antara lain

pembuatan cindera mata berupa wayang kertas; jasa sablon kaos khas

Pandansari dan Kabupaten Batang; souvenir berupa kerajinan besek yaitu

tempat nasi yang dianyam dari bambu, selain itu ada juga alat-alat lainnya

seperi wakul, tampah, dunak dan sebagainya; dan produk daur ulang

sampah.

9. Strategi peningkatan kompetensi masyarakat lokal diarahkan pada

peningkatan ketrampilan pembuatan souvenir wisata, pembuatan kuliner

Page 20: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

534

khas Pandansari, pelatihan dasar kepemimpinan dan pelatihan survival

pencinta alam.

Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang bisa diberikan dalam penelitian ini antara lain

adalah:

1. Perlu digali lagi dan dikembangkan kesenian khas lokal berupa tarian yang

dulu sempat eksis untuk dijadikan sebagai atrakasi pertunjukan di tempat

wisata. Perlu bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

setempat untuk pengembangan kesenian tradisional tersebut dalam rangka

mengintegrasikan kesenian lokal untuk mendukung destinasi wisata di

Pandansari.

2. Menyediakan homestay yang dikelola oleh masyarakat untuk menyediakan

penginapan bagi wisatawan yang akan menginap dengan konsep kuliner

atau makanan yang disuplay oleh komunitas sekitarnya.

3. Bentuk-bentuk cinderamata hasil kerajinan masyarakat setempat

diupayakan mencerminkan hal-hal yang khas dari berbagai objek wisata

yang tersedia.

4. Memperbanyak papan nama, spanduk, baliho dan tanda pengenal maupun

promosi wisata mulai dari arah Kendal-Batang-Pekalongan sehingga

masyarakat akan mengetahui keberadaan objek wisata Deswita Pandansari.

5. Memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan serta pengadaan tempat bilas,

rest area serta tempat parkir bagi wisatawan.

6. Menjalin kerjasama dengan investor swasta dalam rangka mengembangkan

potensi wisata di Deswita Pandansari dengan pola kerja sama yang saling

menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, 2011

Anonymous, Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri Nomor 03 dan 36 Tahun

2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi daerah

Ardiwidjaja, R., 2006, Pariwisata Budaya, Mengapa Tidak Sekarang?

www.budpar.go.id/filedata/747_88-pariwisatabudaya.pdf

Binns, Tony and Nel, Etienne, 2002, Tourism as a local development strategy ini

South Africa, The Geographical Journal, Vol. 168, Issues 3, Pages 235-247

Bobi, 2002, Modul Latihan Pelatihan Pengelolaan Perkotaan Tingkat Dasar:

Permasalahan Keuangan, Kelembagaan dan Peraturan, Magister

Perencanaan Kota dan Daerah, UGM

Champbell, Lisa M., 1999, Ecotourism in rural developing communities, Annals of

Tourism Research, Vol. 26, Issues 3, July, Pages 534-553

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan

dan Pariwisata dan WWF-Indonesia, 2009, Prinsip dan Kriteria Ekowisata

Page 21: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

535

Berbasis Masyarakat

Jones, Samantha, 2005, The Evolution and impacts of community-based

ecotourism in northern Tanzania, Annals of Tourism Research, Vol. 32,

Issues 2, April, Pages 303-324

Kiss, Agnes, 1996, Is community-based ecotourism a good use of biodiversity

conservation funds?, Annals of Tourism Research, Vol. 23, Issues 3, July,

Pages 455-465

Laverack, Glenn, and Thangphet, Sopon, 2007, Building community capacity for

locally managed ecotourism in Northern Thailand, Community

Development Journal, Oxford University

Lepp, Andrew, 2007, Residents’ attitudes towards tourism ini Bigodi village,

Uganda, Tourism Management, Vol. 28, Issues 3, June, Pages 876-885

Lestari, Susi, 2009, Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Pemberdayaan

Masyarakat (Studi di Desa Wisata Kembang Arum Sleman), Skripsi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, Ygyakarta

Linberg, Kreg, 1996, Ecotourism Questioned: Case studies from Belize, Annals of

Tourism Research, Vol. 23, Issues 3, July, Pages 543-562

Madiun, 2010, Nusa Dua Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern,

Udayana University Press, Denpasar

Ndraha, T., 1987, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal

Landas, Bina Aksara, Jakarta

Nelson, Fred, 2004, The Evolution and impacts of community-based ecotourism in

northern Tanzania, International Institute for Environment and

Development, Issues Paper No. 131, November

Nugroho, Iwan, 2007, Ekowisata: Sektor Riil Pendukung Pembangunan

Berkelanjutan, Majalah Perencanaan Pembangunan-BAPPENAS Jakarta,

Edisi 2 tahun ke XII (Januari-Maret): 44-57

Nyaupane, Gyan P., Morais, Duarte B., and Dowler, Lorraine, 2006, The role of

community involvement and number/type of visitors on tourism impacts: A

controlled comparison of Annapurna, Nepal and Northwest Yunnan, China,

Tourism Management, Vol. 27, Issues 6, December, Pages 1373-1385

Pokja Wasantara, 2010, Konsepsi Wawasan Nusantara, Pokja Wasantara,

Lemhannas, Jakarta

Putra, Agus Muriawan, 2006, Konsep Desa Wisata, Jurnal Manajemen Pariwisata,

Juni, Vol. 5, Nomor 1

Scheyvens, Regina, 1999, Ecotourism and the empowerment of local communities,

Tourism Management, 20, 245-249

Subbiah, Kannan and Kannan, Suriyaprabha, 2012, The Management Strategies of

Ecotourism Development in Papua New Guinea, International Journal of

Economics and Management Studies, Vol.1, No.3 (September), 114-120

Tosun, 2004, Expected Nature of Community Participation In Tourism

Development, School of Tourism and Hotel Management, Turkey

Page 22: PENGEMBANGAN DESA PANDANSARI MENUJU DESA …

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017

Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

536

Wall, Geofrey, 1999, Ecotourism: Change, Impact, and Opportunities, Yale F&ES

Bulletin

Wiendu, Nuryanti, 1993, Concept, Perspective and Challenges, Makalah bagian

dari Laporan Konferensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press