pengembangan berkelanjutan obyek wisata candi …

15
PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR YANG BERSTATUS SITUS CAGAR BUDAYA OLEH PT. TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR, PRAMBANAN DAN RATU BOKO, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG Akhmad Luqmanul Hakim dan Rainingsih Hardjo Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Billymoon H1 Nomor 9 Pondok Kelapa, Jakarta Timur, 13450, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata untuk meningkatkan devisa negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Walau sebagai obyek wisata, namun Candi Borobudur juga berstatus cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal tersebut menyebabkan pengembangan sarana dan infrastruktur untuk aktraksi dan hiburan terbatas. Selain, itu Obyek Wisata Candi Borobudur dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara setiap hari, namun masih banyak masyarakat sekitar yang miskin. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism dengan jenis penelitian deskriptif, murni, cross-sectional, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasilnya adalah pihak – pihak yang terkait telah berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan Obyek Wisata Candi Borobudur dan memberikan dampak kepada tiga segi yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan melalui terpenuhinya indikator – indikator dengan adanya berbagai hal seperti pelatihan dan pembinaan masyarakat, promosi dan pemasaran yang dilakukan, konservasi situs cagar budaya. Walau pengembangan berkelanjutan telah dilakukan dengan baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Kata kunci: Candi Borobudur; Berkelanjutan; Pariwisata; Pengembangan Borobudur Temple Tourism Sustainable Development with the Status of Cultural Heritage Sites by PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Balai Konservasi Borobudur and Pemerintah Kabupaten Magelang Abstract Borobudur is used as a tourist attraction to raising national foreign revenue and welfare of the surrounding community. Although as a tourist attraction, but Borobudur status as a cultural heritage that must be preserved. This led to the development of facilities and infrastructure for attraction and entertainment limited. In addition, Borobudur Temple visited by both domestic and foreign tourists every day, but there are still plenty of people around who are poor. This study uses the approach of post-positivism to the type descriptive approach, pure research, cross-sectional research, data collection techniques by depth interviews, observation, and literature study. The result is related parties has been instrumental in the development and utilization of Borobudur Temple and had an impact on three aspects, namely economic, social and environment through compliance indicators - indicators of the presence of a variety of things such as training and community development, promotion and marketing is done, conservation of cultural heritage sites. Although sustainable development has been done well, but there are still some things that need to be improved. Keywords: Borobudur Temple, Development, Sustainability, Tourism Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR YANG BERSTATUS SITUS CAGAR BUDAYA OLEH

PT. TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR, PRAMBANAN DAN RATU BOKO, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

Akhmad Luqmanul Hakim dan Rainingsih Hardjo

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Billymoon H1 Nomor 9 Pondok Kelapa, Jakarta Timur, 13450, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata untuk meningkatkan devisa negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Walau sebagai obyek wisata, namun Candi Borobudur juga berstatus cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal tersebut menyebabkan pengembangan sarana dan infrastruktur untuk aktraksi dan hiburan terbatas. Selain, itu Obyek Wisata Candi Borobudur dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara setiap hari, namun masih banyak masyarakat sekitar yang miskin. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism dengan jenis penelitian deskriptif, murni, cross-sectional, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasilnya adalah pihak – pihak yang terkait telah berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan Obyek Wisata Candi Borobudur dan memberikan dampak kepada tiga segi yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan melalui terpenuhinya indikator – indikator dengan adanya berbagai hal seperti pelatihan dan pembinaan masyarakat, promosi dan pemasaran yang dilakukan, konservasi situs cagar budaya. Walau pengembangan berkelanjutan telah dilakukan dengan baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan.

Kata kunci: Candi Borobudur; Berkelanjutan; Pariwisata; Pengembangan

Borobudur Temple Tourism Sustainable Development with the Status of Cultural Heritage Sites by PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Balai

Konservasi Borobudur and Pemerintah Kabupaten Magelang

Abstract

Borobudur is used as a tourist attraction to raising national foreign revenue and welfare of the surrounding community. Although as a tourist attraction, but Borobudur status as a cultural heritage that must be preserved. This led to the development of facilities and infrastructure for attraction and entertainment limited. In addition, Borobudur Temple visited by both domestic and foreign tourists every day, but there are still plenty of people around who are poor. This study uses the approach of post-positivism to the type descriptive approach, pure research, cross-sectional research, data collection techniques by depth interviews, observation, and literature study. The result is related parties has been instrumental in the development and utilization of Borobudur Temple and had an impact on three aspects, namely economic, social and environment through compliance indicators - indicators of the presence of a variety of things such as training and community development, promotion and marketing is done, conservation of cultural heritage sites. Although sustainable development has been done well, but there are still some things that need to be improved.

Keywords: Borobudur Temple, Development, Sustainability, Tourism

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 2: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

PENDAHULUAN

Menurut Salah Wahab (1975) pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang

mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

2003:33). Demikian pula Wisata Candi Borobudur, pengembangannya dilakukan tidak hanya

bermanfaat untuk meningkatkan daya saingnya saja namun juga untuk meningkatkan

kemampuan regional seperti kesejahteraan masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Candi

Borobudur terbagi menjadi 3 zona dimana kewenangan ketiga zona tersebut ditangani oleh 3

lembaga berbeda, yaitu (1) zona 1 ditangani oleh Balai Konservasi Borobudur; (2) zona 2

ditangani oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko; dan (3) zona

3 ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Magelang. Pengembangan Wisata Candi Borobudur

membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka usaha restoran, hotel/penginapan

maupun berdagang cinderamata. Selain pengembangan kegiatan usaha di sektor restoran,

hotel dan perdagangan terdapat beberapa desa wisata yang dikembangkan di sekitar Candi

Borobudur seperti Desa Wanurejo, Desa Candirejo, Desa Borobudur dan lainnya, dimana

masyarakat desa berpartisipasi dalam memperkaya pengalaman wisatawan yang berkunjung

melalui wisata minat khusus. Hal tersebut menjadi hal positif yang dapat menarik minat

wisatawan untuk berkunjung ke Wisata Candi Borobudur.

Walau pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata dapat menarik banyak

wisatawan, namun masih terdapat masalah. Pertama, selain sebagai obyek wisata, Candi

Borobudur juga berstatus sebagai cagar budaya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, suatu cagar budaya perlu dilestarikan dan dipelihara

untuk mencegah kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau perbuatan manusia. Untuk

menjaga kelestarian Candi Borobudur, pemerintah mendirikan suatu Unit Pelayanan Teknis

yaitu Balai Konservasi Borobudur. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi

Borobudur, Balai Konservasi Borobudur mempunyai tugas melaksanakan konservasi dan

pelestarian Candi Borobudur dan Kawasan Cagar Budaya Borobudur. Karena pemanfaatan

Candi Borobudur oleh Unit Taman Wisata Candi Borobudur sebagai objek wisata bertujuan

untuk menarik banyak wisatawan, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan yang

disebabkan oleh perbuatan manusia. Walau tujuan utama wisatawan berkunjung adalah untuk

melihat atau mengagumi kemegahan Candi Borobudur, namun tanpa wisatawan sadari

kedatangan wisatawan dapat mempengaruhi kondisi Candi Borobudur. Oleh sebab itu, dalam

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 3: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

menjalankan tugasnya kedua pihak perlu memiliki hubungan kerjasama yang terintegrasi agar

kondisi Candi Borobudur dapat terjaga dan bertahan untuk masa mendatang.

Kedua, masih ada masyarakat miskin di daerah Kabupaten Magelang. Sebagai sebuah

kabupaten yang memiliki salah satu World Heritage Site yang dimanfaatkan sebagai obyek

wisata seharusnya Kabupaten Magelang dapat menghapus garis kemiskinan di dalam

kehidupan masyarakat, namun faktanya tidak demikian. Lebih dari itu, berdasarkan data dari

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah tercatat bahwa seluruh kecamatan di

Kabupaten Magelang memiliki daerah yang mengalami kemiskinan termasuk Kecamatan

Borobudur walaupun lokasinya berada di sekitar Candi Borobudur. Hal tersebut disebabkan

oleh status PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai salah

satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyebabkan sebagian besar penghasilan dari

pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata masuk ke dalam kas negara.

Alasan utama dari pemanfaatan Candi Borobudur sebagai sektor pariwisata adalah

untuk meningkatkan devisa negara serta untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten

Magelang. Namun, dalam pemanfaatan Candi Borobudur masih terdapat masalah, yaitu (1)

Unit Taman Wisata Candi Borobudur berusaha meningkatkan jumlah wisatawan namun

Candi Borobudur memiliki dua status sebagai obyek wisata dan sebagai situs cagar budaya;

(2) Masih adanya masyarakat miskin di daerah sekitar Candi Borobudur. Melakukan

pengembangan obyek wisata berbasis pengembangan berkelanjutan merupakan kunci untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut, sebab melalui pengembangan berkelanjutan manfaatnya

dapat dirasakan selama jangka panjang. Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata

bertujuan untuk mensejahterakan masayarakat sehingga pengembangan berkelanjutan yang

dilakukan di Obyek Wisata Candi Borobudur harus memenuhi manfaatnya terhadap segi

ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi

Borobudur di segi ekonomi dapat dilihat melalui beberapa hal seperti apakah Obyek Wisata

Candi Borobudur membuka lapangan usaha untuk masyarakat dan adanya tindakan yang

dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait untuk mengembangkan usaha masyarakat agar

dapat bertahan dalam jangka panjang. Untuk manfaat di segi sosial dapat dilihat melalui

beberapa hal seperti apakah kehidupan nilai sosial budaya masyarakat lokal tidak

tereksploitasi dari aktivitas pariwisata, sarana dan infrastruktur mendukung kebutuhan

wisatawan maupun masyarakat lokal serta pelestarian Candi Borobudur. Sedangkan manfaat

di segi lingkungan dapat dilihat melalui beberapa hal seperti apakah kondisi fisik maupun

kualitas lingkungan sekitar terjaga serta sumber daya mudah diperoleh. Untuk memenuhi

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 4: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

indikator – indikator tersebut, maka ketiga lembaga yang berwenang di 3 zona Candi

Borobudur perlu menjalankan peran masing – masing.

TINJAUAN TEORITIS

Definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang

mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan

menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (SPES, 1992:3).

Pembangunan berkelanjutan kemudian bertujuan menciptakan kehidupan yang lebih baik

untuk semua orang dalam cara yang akan terus berlangsung di masa mendatang seperti di

masa kini. Dengan kata lain, pengembangan berkelanjutan dilakukan berdasar pada prinsip-

prinsip logika pemeliharaan sumber daya dan keadilan di mana sumber daya tersebut dengan

cara yang dapat menguntungkan mereka yang mendapatkannya. Pembangunan berkelanjutan

memiliki tiga dimensi atau pilar, yaitu:

1. Ekonomi berkelanjutan, yang berarti membangkitkan kesejahteraan di level-level

berbeda dalam masyarakat dan menuju ke arah efektifitas biaya dari semua aktivitas

ekonomi.

2. Masyarakat/sosial berkelanjutan, yang berarti menghormati hak-hak manusia dan

peluang yang setara untuk semua masyarakat.

3. Lingkungan berkelanjutan, yang berarti melestarikan dan mempertahankan sumber

daya, khususnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau berharga untuk

mendukung hidup.

Pariwisata berada dalam posisi istimewa dalam kontribusinya untuk pembangunan

berkelanjutan. Pertama, karena pertumbuhan sektor pariwisata dan kontribusinya untuk

perekonomian. Kedua, karena pariwisata merupakan sebuah aktivitas yang melibatkan

hubungan istimewa antara pelanggan (wisatawan), industri, lingkungan dan komunitas lokal.

Hubungan istimewa ini muncul karena tidak seperti sektor-sektor lain, pelanggan (wisatawan)

dari sektor pariwisata berkunjung ke pihak produsen dan produk (obyek wisata). World

Tourism Organization (WTO) dalam United Nations Enviroment Programme (UNEP)

mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai:

“Sustainable tourism development guidelines and management practices

areapplicable to all forms of tourism in all types of destinations, including mass

tourismand the various niche tourism segments. Sustainability principles refer to

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 5: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

theenvironmental, economic and socio-cultural aspects of tourism development, and

asuitable balance must be established between these three dimensions to guarantee

itslong-term sustainability.” (UNEP, 2005:11)

Dalam pariwisata berkelanjutan menurut UNEP terdapat 12 sasaran yang berdampak

kepada ekonomi, sosial dan lingkungan. 12 sasaran dalam pariwisata berkelanjutan tersebut

adalah:

1. Economic Vialibility

Untuk memastikan kelangsungan hidup dan daya saing destinasi pariwisata dan usaha-

usaha yang ada, supaya mereka mampu terus sejahtera dan memberikan keuntungan

dalam jangka panjang.

2. Local Prosperity

Untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata kepada kesejahteraan ekonomi

masyarakat lokal destinasi, termasuk jumlah wisatawan yang menyewa tempat

menginap.

3. Employment Quality

Untuk memperkuat jumlah dan kualitas pekerjaan untuk lokal yang diciptakan dan

didukung oleh pariwisata, termasuk tingkat upah, kondisi pelayanan dan ketersediaan

untuk semua tanpa diskriminasi.

4. Social Equity

Untuk mencari keuntungan ekonomi dan sosial dari pariwisata yang dibagikan secara

luas dan adil.

5. Visitor Fulfillment

Untuk menyajikan pengalaman yang memuaskan dan aman untuk wisatawan.

6. Local Control

Untuk mengajak dan memberdayakan komunitas lokal dalam perencanaan dan

pembuatan keputusan mengenai pengelolaan dan masa depan pengembangan

pariwisata di wilayah mereka.

7. Community Wellbeing

Untuk memelihara dan memperkuat kualitas hidup dalam komunitas lokal, termasuk

struktur sosial dan akses ke sumber daya, amenitas dan sistem pendukung hidup,

menghindari segala bentuk ekploitasi sosial

.

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 6: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

8. Cultural Richness

Untuk menghormati dan meningkatkan warisan sejarah, keaslian budaya, tradisi dan

keistimewaan komunitas lokal.

9. Physical Integrity

Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas bentang alam dan menghindari

kerusakan fisik dan visual lingkungan.

10. Biological Diversity

Untuk mendukung konservasi area-area alami, habitat dan satwa, dan meminimalisir

dampak pada mereka.

11. Resource Efficiency

Untuk meminimalisir penggunaan sumber daya yang langka dan tidak dapat

diperbaharui dalam pengembangan dan pengerjaan pelayanan dan fasilitas pariwisata.

12. Enviromental Purity

Untuk meminimalisir polusi udara, air dan tanah dari usaha-usaha pariwisata dan

wisatawan.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post-positivisme

menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data,

peneliti dan teori. Kedudukan teori bukan sebagai alat ukur atau menguji suatu hipotesa, akan

tetapi sebagai guidance atau pemandu agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan teknik

pengumpulan data wawancara, observasi dan studi literatur. Peneliti dalam melakukan

analisis menggunakan illustrative method dimana peneliti melakukan analisis pengembangan

berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur berdasarkan teori utama yang peneliti gunakan

yaitu teori Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dari World Tourism Organization (WTO).

Teori tersebut diturunkan menjadi indikator – indikator dalam operasionalisasi konsep yang

kemudian indikator – indikator ini digunakan sebagai pedoman analisis dari data – data yang

ditemukan di lapangan. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian terhadap

terjadinya suatu fenomena atau aktivitas tertentu dilakukan. Dalam penelitian ini, lokasi

penelitian adalah wilayah Obyek Wisata Candi Borobudur di daerah Kabupaten Magelang

dimana penelitian difokuskan terhadap pengembangan obyek wisata.

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 7: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian, Obyek Wisata Candi Borobudur telah

mengalami pengembangan ke arah yang baik dengan menyediakan berbagai sarana dan

infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan wisatawan seperti tersedianya pos kesehatan, sarana

dan infrastruktur untuk mempermudah aksesbilitas. Selain itu, meskipun Candi Borobudur

dimanfaatkan sebagai suatu obyek wisata, kondisinya masih berdiri kokoh karena selalu

mengalami perawatan/konservasi secara rutin untuk mengatasi dampak dari lingkungan

maupun aktivitas wisatawan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar – gambar berikut.

Gambar

Gambar 1. Pos Kesehatan Jasa Raharja dan Ambulans di Obyek Wisata Candi Borobudur

Gambar 2. Jalur Masuk Untuk Kondisi Khusus

Gambar 3. Kereta Angkutan Taman di Wisata Candi Borobudur

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 8: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

Gambar 4. Pelapisan dan Tangga Candi Borobudur yang Dilapisi Kayu Karet

PEMBAHASAN

Agar pemanfaatan Candi Borobudur sebagai suatu obyek wisata dapat memberikan

dampak terhadap berbagai pihak, maka perlu adanya pengembangan/pembangunan yang

bersifat berkelanjutan. Berdasarkan United Nations Enviroment Programme (UNEP)

pengembangan pariwisata berkelanjutan harus memiliki dampak terhadap segi ekonomi,

sosial dan lingkungan. Dalam penelitian ini ketiga segi tersebut menjadi variabel sebagai

dasar analisis pengembangan Obyek Wisata Candi Borobudur.

Dalam analisis variabel ekonomi terdapat dimensi – dimensi berikut, economic

viability, local prosperity dan employment quality yang memiliki berbagai indikator. Dalam

pembahasan ditemukan bahwa pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur

telah memberikan manfaat dalam perekonomian berbagai kalangan melalui terpenuhinya

indikator – indikator penelitian. Agar Obyek Wisata Candi Borobudur dapat memberikan

manfaat secara ekonomi bagi masyarakat maka, pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur

telah membuka peluang bagi masyarakat untuk berwirausaha menjadi pedagang. Selain itu,

PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko melalui Unit Taman Wisata

Candi Borobudur telah melakukan berbagai tindakan agar usaha masyarakat dapat

berkembang dan bertahan dalam jangka panjang melalui pelatihan/pembinaan mengenai

manajemen usaha, pelayanan, sopan santun dan cara menyajikan makanan yang bersih dan

sehat. Upaya lain yang dilakukan untuk membantu usaha masyarakat adalah melalui survei

keinginan pasar untuk lebih memahami hal yang dicari oleh wisatawan, kondisi pasar, dan

selera wisatawan. Selain melakukan pelatihan/pembinaan dan survei, PT. Taman Wisata

Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko juga bekerjasama dengan berbagai pihak baik

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 9: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

pemerintah maupun non-pemerintah untuk melakukan promosi dan pemasaran guna menarik

wisatawan potensial. Berbagai pihak yang memiliki mata pencaharian di Obyek Wisata Candi

Borobudur juga memperoleh jaminan kerja, seperti pegawai Balai Konservasi Borobudur dan

Unit Taman Wisata Candi Borobudur. Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, Balai

Konservasi Borobudur mewajibkan pegawainya untuk mengikuti layanan BPJS agar

mendapatkan berbagai jaminan sosial. Hal tersebut merupakan penerapan UU No. 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dengan masuknya pegawai Balai Konservasi Borobudur ke

layanan BPJS, maka mereka mendapatkan berbagai jaminan seperti jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Selain mendapatkan berbagai

jaminan sosial dari BPJS, pegawai PNS Balai Konservasi Borobudur juga memiliki tunjangan

keluarga. Hal ini merupakan wujud dari penerapan PP Nomor 7 Tahun 1977 Tentang

Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, namun tunjangan keluarga tersebut tidak diperoleh

pegawai honorer karena belum diangkat sebagai pegawai tetap. Pengangkatan pegawai

honorer menjadi pegawai tetap dapat dilakukan melalui proses rekrutmen CPNS.

Berbeda dengan Balai Konservasi Borobudur, karena PT. Taman Wisata Candi

Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko merupakan salah satu BUMN sehingga pegawainya

tidak berstatus PNS. Untuk jaminan kerja, Unit Taman Wisata Candi Borobudur telah

mengikutsertakan pegawainya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Karena

pegawai Unit Taman Wisata Candi Borobudur tidak berstatus PNS maka mereka tidak

memperoleh tunjangan pensiun namun sebagai gantinya mereka memperoleh Program

Jaminan Pensiun. Terkait pemenuhan kewajiban pasca kerja/pemberian pesangon, Unit

Taman Wisata Candi Borobudur telah melakukan kerjasama dengan PT. Asuransi Jiwasraya

untuk mengikutsertakan pegawainya dalam program Jaminan Hari Tua.

Guide merupakan salah satu kalangan pekerja yang bermata pencaharian di Obyek

Wisata Candi Borobudur, walau demikian sayangnya guide tidak memperoleh jaminan kerja.

Dalam kesehariannya guide memperoleh akses ke berbagai fasilitas yang ada di Candi

Borobudur kecuali pos kesehatan karena guide bukanlah pegawai Unit Taman Wisata Candi

Borobudur ataupun wisatawan. Apabila guide mengalami kecelakaan kerja maka harus

menanggung sendiri biaya perawatannya karena guide juga tidak mengikuti asuransi. Guide

bukanlah pegawai dari instansi manapun melainkan hanya freelance yang tergabung di dalam

organisasi HPI sehingga tidak memiliki berbagai tunjangan kerja dan ataupun tunjangan

pensiun.

Dalam variabel ekonomi, hal lain yang ditemukan dalam pembahasan adalah

Pemerintah Kabupaten Magelang telah melakukan pelatihan/pembinaan terhadap masyarakat

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 10: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

untuk memulai usaha di sektor pariwisata. Usaha yang paling berkembang adalah usaha

homestay yang dapat mempengaruhi lama tinggal wisatawan melalui pelayanan yang

diberikan. Pemerintah Kabupaten Magelang juga memberikan pembinaan kepada masyarakat

desa untuk mengubah desa – desa yang ada menjadi desa wisata untuk menambah variasi

atraksi dan hiburan. Selain itu, ditemukan juga bahwa desa – desa wisata yang paling

berkembang hanya di daerah sekitar Candi Borobudur saja, karena masyarakat di desa – desa

daerah lain lebih memandang bahwa sektor pertanian menjadi sektor primer walaupun nilai

tawar sebagai petani rendah, sehingga pariwisata di Kabupaten Magelang belum banyak

berkembang dan masyarakatnya masih banyak yang miskin.

Dalam analisis variabel sosial terdapat dimensi – dimensi berikut, social equity, local

control, visitor fulfillment, community wellbeing dan cultural richness yang memiliki berbagai

indikator. Dalam pembahasan ditemukan bahwa pihak PT. Taman Wisata Candi Borobudur,

Prambanan dan Ratu Boko melalui Unit Taman Wisata Candi Borobudur telah memenuhi

kewajibannya untuk menjalankan Program Corporate Social Responsibility (CSR) kepada

masyarakat. Hal tersebut merupakan wujud dari pelaksanaan Keputusan Menteri BUMN No:

PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina

Lingkungan yang kemudian diubah dengan PER-08/MBU/2013 sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri BUMN No. 09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli

2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN, yang terdiri atas

program kemitraan yaitu pengelolaan dana bergulir dalam bentuk pinjaman lunak kepada

UMKM, dan program Bina Lingkungan yaitu pengelolaan bantuan kepada lingkungan

dimana perusahaan melakukan kegiatan usaha. Namun, sayangnya masyarakat di luar wilayah

Wisata Candi Borobudur belum mendapatkan manfaat dari Program CSR maupun keberadaan

Candi Borobudur secara signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh Unit Taman Wisata Candi

Borobudur yang hanya memiliki dana terbatas. Dana untuk Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan sudah ditetapkan di dalam Permen BUMN No. 09/MBU/07/2015 Tentang

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN selain itu dalam peraturan ini

ditegaskan bahwa penyaluran Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan diutamakan

kepada wilayah sekitar BUMN. Karena Unit Taman Wisata Candi Borobudur berlokasi di

Kecamatan Borobudur sehingga penyaluran Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan dilaksanakan sebatas di daerah Kecamatan Borobudur. Unit Taman Wisata Candi

Borobudur tidak mempunyai wewenang untuk memberikan bantuan yang melebihi dari yang

telah ditetapkan dalam peraturan. Karena daerah yang paling merasakan manfaat dari Candi

Borobudur adalah wilayah di sekitarnya, sehingga menyebabkan adanya ketidaksetaraan di

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 11: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

Kabupaten Magelang. Sampai saat ini masih banyak daerah miskin di Kabupaten Magelang

terutama di luar Kecamatan Borobudur.

Dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat lokal di kawasan Wisata Candi

Borobudur hanya memiliki kendali di tingkat pemerintahan terendah saja yaitu pemerintahan

desa. Pemerintahan desa di kawasan Wisata Candi Borobudur diberi kewenangan untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerah sekitarnya sebagai penerapan Peraturan

Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Masyarakat lokal akan menentukan

pengembangan desanya menjadi desa wisata dengan mempertimbangkan ciri khas desa yang

dapat menjadi daya tarik. Kemudian kepala desa akan berkoordinasi dengan tingkat

pemerintahan di atasnya untuk memberikan pembinaan/pelatihan. Selain di lingkup desa,

masyarakat lokal yang menjadi pelaku usaha memiliki peran dalam memberikan aspirasinya

melalui Forum Tata Kelola Pariwisata. Forum Tata Kelola Pariwisata dibentuk untuk

mempermudah para stakeholder pariwisata yang ada di kawasan Wisata Candi Borobudur

dalam berkomunikasi dan berperan dalam pengembangan sektor wisata. Dalam hal ini mereka

memiliki wewenang dalam membuat program – program untuk pembinaan/pelatihan

masyarakat yang kemudian dikoordinasikan kepada pihak yang terkait. Walau masyarakat

lokal memiliki peran dalam membuat berbagai keputusan dalam lingkup kecil di tingkatan

pemerintah terendah yaitu pemerintahan desa dan di dalam Forum Tata Kelola Pariwisata,

namun dalam tingkatan pemerintah di atasnya masyarakat kurang dilibatkan. Selama ini

aspirasi masyarakat kurang didengarkan oleh pemerintah pusat dalam pembuatan kebijakan

pemerintah terkait Wisata Candi Borobudur. Kebijakan yang dibuat tidak hanya

mempengaruhi pengembangan Wisata Candi Borobudur saja namun kehidupan masyarakat di

sekitarnya sebab pengembangan yang dilakukan dalam jangka panjang akan mengubah pola

hidup masyarakat menjadi berorientasi pariwisata. Forum Tata Kelola Pariwisata sebagai

Destination Management Organization (DMO) seharusnya menjadi perpanjangan tangan

pemerintah yang bergerak di sektor pariwisata dan menjadi jembatan sentra antara pemerintah

daerah maupun pusat sehingga masyarakat memiliki peluang untuk berperan aktif dalam

pembuatan kebijakan terkait Wisata Candi Borobudur terutama masyarakat sebagai subjek

pariwisata sangat berperan dalam menopang sektor pariwisata.

Dalam hasil penelitian ditunjukkan bahwa Obyek Wisata Candi Borobudur memiliki

berbagai sarana dan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, seperti pos

kesehatan dan ambulans yang berguna saat wisatawan mengalami kecelakaan. Apabila ada

wisatawan yang mengalami kecelakaan, maka akan di bawa ke Pos Kesehatan Jasa Raharja

untuk mendapatkan pertolongan medis. Seandainya kondisi wisatawan sudah kritis, maka

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 12: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

akan dibawa ke Rumah Sakit Muntilan menggunakan ambulans yang tersedia. Biaya

pengobatan selama perawatan wisatawan ditanggung oleh Unit Taman Wisata Candi

Borobudur, namun apabila wisatawan tidak dapat tertolong dan meninggal, maka Unit Taman

Wisata Candi Borobudur akan membayar kompensasi sebagai ganti rugi kepada keluarga dari

wisatawan yang meninggal. Kemudian tersedia jalur masuk untuk difabel, dan kereta taman

yang biasanya digunakan oleh wisatawan untuk mengelilingi zona 2 Obyek Wisata Candi

Borobudur, selain sarana dan infrastruktur tersebut masih ada toilet, restoran, hotel, pusat

customer service dan lain sebagainya, namun atraksi dan hiburan untuk anak – anak masih

kurang.

Wisata Candi Borobudur membuat peluang masyarakat lokal untuk berinteraksi

dengan wisatawan terutama mancanegara meningkat. Walau masyarakat lokal dan wisatawan

memilki pola kehidupan sosial yang berbeda, namun selama ini dampak terhadap kehidupan

sosial dari interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan mancanegara tidak terlalu

buruk. Terkadang wisatawan yang datang ke Wisata Candi Borobudur terutama wisatawan

mancanegara akan menginap di homestay yang tersedia di sekitar candi karena terdorong rasa

ingin tahu terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal. Kesederhanaan masyarakat yang tidak

dapat wisatawan mancanegara temui di negara asal merupakan hal yang unik. Walau peluang

interaksi masyarakat dengan wisatawan asing meningkat setelah Candi Borobudur

dimanfaatkan sebagai obyek wisata, namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai sosial dan budaya masyarakat lokal.

Walau Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata, namun pelestariannya

masih rutin dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur dengan dibantu oleh Unit Taman

Wisata Candi Borobudur. perawatan rutin yang selalu dilakukan adalah mengatasi

mikroorganisme yang muncul karena rembesan air di dinding batu candi dengan menyikat

dinding batu dan menyemprot dengan air bertekanan. Sedangkan perawatan rutin yang

dilakukan adalah untuk mengatasi kebocoran dan melapisi tangga candi dengan kayu dan

karet agar tidak terjadi keausan akibat gesekan langsung dengan alas kaki wisatawan.

Dalam analisis variabel lingkungan terdapat dimensi – dimensi berikut, phsysical

integrity, biological diversity, resource efficiency dan environmental purity yang memiliki

berbagai indikator. Dalam pembahasan ditemukan bahwa dampak Obyek Wisata Candi

Borobudur terhadap lingkungan alam di sekitarnya tidak terlalu signifikan. Daerah sekitar

Candi Borobudur masuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional maka pembangunan

infrastruktur yang dilakukan terbatas dengan mengacu kepada Perpres No. 58 Tahun 2014

Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Candi Borobudur dan Sekitarnya. Dalam peraturan

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 13: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

tersebut dijelaskan bahwa karakter kawasan pedesaan harus dilindungi dari dampak

pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dapat menurunkan kualitas wilayahnya.

Peraturan tersebut berperan sebagai alat untuk meminimalisir dampak pariwisata kepada

kondisi lingkungan alam sekitar Candi Borobudur. Berdasarkan pernyataan tersebut maka

pembangunan di desa – desa sekitar Candi Borobudur menjadi obyek wisata minat khusus

harus dilakukan tanpa adanya pembukaan lahan pertanian maupun perkebunan milik

masyarakat. Masyarakat di daerah sekitar Candi Borobudurpun mulai menyadari keunikan

dan kesederhanaan desa yang dapat menjadi ciri khas sebagai daya tarik wisata sehingga

setiap pemanfaatan desa menjadi desa wisata dilakukan dengan pembangunan seminimal

mungkin tanpa mengubah kondisi fisik desa secara keseluruhan.

Sedangkan untuk meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh wisatawan di Zona

I, maka Balai Konservasi Borobudur berusaha meningkatkan kesadaran wisatawan dengan

melengkapi Zona I dengan papan peraturan mengenai hal – hal yang dilarang dilakukan oleh

wisatawan, seperti dilarang merokok, dilarang memanjat batu candi, dilarang buang sampah

sembarangan, dilarang coret – coret batu candi, dan dilarang menduduki stupa candi. Untuk

memastikan tidak terjadinya pelanggaran oleh wisatawan maka Unit Taman Wisata Candi

Borobudur membantu dengan menempatkan beberapa petugas keamanan di Zona I yang

berpatroli setiap saat.

Pemanfaatan lahan di desa – desa daerah Candi Borobudur pada umumnya adalah

untuk pemukiman, pekarangan, persawahan dan perkebunan. Perubahan tata guna lahan yang

terjadi hanya sebatas perubahan dari pekarangan menjadi usaha baru seperti toko atau

homestay. Sedangkan lahan persawahan dan perkebunan tidak dibuka untuk dibangun

infrastruktur baru karena persawahan dan perkebunan dapat dijadikan salah satu wisata minat

khusus. Walau ada beberapa desa seperti Desa Ngrajek yang mengubah sebagian lahan

pertanian menjadi kolam ikan karena bertambahnya masyarakat yang menjadi pedagang.

Namun sama halnya dengan persawahan dan perkebunan, kolam ikan atau budidaya ikan

sering menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara.

Selain itu keanekaragaman hayati di daerah sekitar Candi Borobudur masih terjaga,

sebab budaya masyarakat yang sederhana sehingga walau banyak desa wisata yang

berkembang namun sedikit pembangunan infrastruktur yang merusak ekosistem. Selain itu,

walau sektor pariwisata mulai berkembang di desa – desa namun sektor pertanian masih

menjadi sektor unggulan. Sehingga produk pertanian yang ada bermacam – macam.

Contohnya untuk persawahan dan perkebunan, mereka memiliki berbagai jenis produk,

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 14: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan untuk peternakan ada ayam, bebek

dan ikan.

Lebih dari itu, masyarakat maupun wisatawan memperoleh akses kepada sumber daya

dengan mudah dan adanya praktek R3 (Reduce, Reuse, Recycle) yang dilakukan untuk

mengolah kotoran gajah menjadi pupuk kompos oleh masyarakat serta pengolahan sampah di

TPA menjadi gas metan sebagai alternatif dari LPG. Walau demikian, pada saat peak season

Obyek Wisata Candi Borobudur berpeluang membawa dampak lingkungan seperti

pencemaran udara akibat kendaraan bermotor yang datang serta polusi suara akibat sound

system yang digunakan saat Waisak melebihi tingkat 70 dBA (dBA adalah satuan ukur dalam

pengukuran tingkat kebisingan) sementara Kementerian Lingkungan melalui KEP-

48/MENLH/11/1996 telah membatasi tingkat kebisingan yang wajar adalah 60 dBA. Walau

tidak berpengaruh terhadap batu candi namun polusi suara dapat berdampak buruk terhadap

kesehatan manusia.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik

dalam penelitian ini adalah ketiga instansi yang berwenang di ketiga zona Candi Borobudur,

yaitu Balai Konservasi Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu

Boko serta Pemerintah Kabupaten Magelang telah menjalankan peran masing – masing

dengan baik dalam pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur dengan

terpenuhinya seluruh indikator. Meskipun demikian, masih ada beberapa bagian yang perlu

dioptimalkan.

SARAN

Dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya,

terdapat beberapa saran yang direkomendasikan oleh peneliti, yaitu:

1. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur bekerjasama dengan Pemerintah

Kabupaten Magelang dan berbagai pihak untuk meningkatkan promosi Wisata Candi

Borobudur dan obyek wisata alternatif di Kabupaten Magelang.

2. Pemerintah Kabupaten Magelang harus lebih giat membina masyarakat agar pola

hidup mereka berorientasi pariwisata sehingga minat masyarakat untuk

mengembangkan objek wisata alternatif meningkat. Objek wisata alternatif diperlukan

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016

Page 15: PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI …

sebab Wisata Candi Borobudur tidak berkontribusi secara signifikan untuk PAD.

Objek wisata alternatif paling tepat di Kabupaten Magelang adalah agrowisata karena

masyarakat sudah memiliki keahlian dasar yang diperlukan yaitu bertani dan memiliki

beragam hasil panen, masyarakat hanya perlu dibina agar pertanian mereka dapat

dikelola dari segi kepariwisataan.

3. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur lebih memperhatikan kebutuhan para

guide dan membuka channel dengan pihak travel untuk mempermudah guide

memperoleh pelanggan.

4. Menambah variasi atraksi dan hiburan untuk anak – anak agar mereka tidak cepat

bosan. Walau Candi Borobudur merupakan objek wisata dengan sejarah yang panjang

namun terkadang anak – anak belum dapat menampilkan apresiasi mereka dan

menganggap Wisata Candi Borobudur membosankan.

5. Aspirasi masyarakat lebih dilibatkan dalam membuat keputusan karena yang paling

menerima dampak dari pengembangan Wisata Candi Borobudur bukan wisatawan

yang hanya berkunjung selama beberapa hari melainkan masyarakat yang tinggal di

sekitar Candi Borobudur secara full-time.

6. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur bekerjasama dengan Balai Konservasi

Borobudur dan Pemerintah Kabupaten Magelang untuk mengatasi dampak lingkungan

dari wisatawan dan event yang dilakukan pada saat peak season.

DAFTAR REFERENSI

Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya

United Nations Environment Programme. 2005. Making Tourism More Sustainable: A Guide for Policy Maker. Madrid: World Tourism Management.

Yayasan SPES. 1992. Pembangunan Berkelanjutan: Mencari Format Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Nomor 130. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168. Sekretariat Negara. Jakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur.

Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016