pengembangan bahan ajar minyak bumi terintegrasi …

82
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA TESIS diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia oleh Devy Lestari 0404517016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 i

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI

TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS SISWA

TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan Kimia

oleh Devy Lestari

0404517016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

i

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …
Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Minyak Bumi Terintegrasi

Konteks Kejuruan untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”

karya,

Nama : Devy Lestari

NIM : 0404517016

Program Studi : Pendidikan Kimia

telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Tesis.

Semarang, ..………..................

Pembimbing I,

Dr. Sri Haryani, M.Si

NIP 19580808 198303 2 002

Pembimbing II,

Dr. Sri Susilogati S, M.Si

NIP 19571112 198303 2 002

iii

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

nama : Devy Lestari

nim : 0404517016

program studi : Pendidikan Kimia, S2

menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Bahan

Ajar Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan

jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap

menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 24 September 2019

Yang membuat pernyataan,

ditempeli meterai

Rp. 6.000

Devy Lestari

NIM 0404517016

iv

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

MOTO DAN PERSEMBAHAN

v

Moto:

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang

menggunakan bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan.

Persembahan:

Keluarga Besar Universitas Negeri Semarang, SMK Negeri 4 Semarang, SMK

Negeri Jateng Di Semarang.

v

Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

ABSTRAK

vi

han aian

Lestari, Devy. 2019. Pengembangan Bahan Ajar Minyak Bumi Terintegrasi

Konteks Kejuruan untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis,

Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr.

Sri Haryani, M.Si. Pembimbing II Dr. Sri Susilogati S, M.Si.

Kata Kunci: bahan ajar, terintegrasi, konteks kejuruan, berpikir kritis

Abad 21 menuntut setiap manusia untuk mampu menyelesaikan masalah

yang dihadapi dengan berpikir kreatif dan kritis. Dunia usaha dan industri

membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan tersebut untuk memenuhi

kebutuhan pasar. SMK merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat

menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia usaha dan industri. Mata

pelajaran kimia dimasukkan ke dalam kelompok muatan peminatan kejuruan

sehingga menegaskan bahwa kimia digunakan untuk memperkuat mata pelajaran

kejuruan di SMK. Oleh karena itu, pembelajaran kimia di SMK seyogyanya

diintegrasikan dengan materi kejuruan siswa. Pembelajaran kimia terintegrasi

dapat terlaksana dengan baik dengan menggunakan bahan ajar yang tepat.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar kimia pada materi

minyak bumi yang diintegrasikan dengan konteks materi kejuruan teknik otomotif

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan demikian, fokus

penelitian ini ialah menghasilkan bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks

kejuruan teknik otomotif dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

Penelitian dan pengembangan bahan ajar ini dilaksanakan di SMK Negeri

Jateng Di Semarang pada uji coba skala kecil dan di SMK Negeri 4 Semarang

pada uji coba skala besar dengan siswa kelas X TKRO sebagai subjek penelitian.

Instrumen utama penelitian yaitu bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks

kejuruan teknik otomotif dan soal tes keterampilan berpikir kritis. Validitas ba

ajar ditinjau dari aspek materi konten kimia, materi konteks kejuruan, kesesu

konten kimia dengan konteks kejuruan, dan kesesuaian bahan ajar dengan

indikator keterampilan berpikir kritis. Uji peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa dilakukan dengan menghitung presentase kenaikan rerata nilai pretest dan

posttest, uji Paired Sampel t-test, dan uji N-Gain.

Hasil uji validasi bahan ajar didapatkan nilai validasi bahan ajar sebesar

3,78 dengan kategori valid pada kriteria sangat baik. Sedangkan uji peningkatan

keterampilan berpikir kritis yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan

nilai dari hasil pretest dan posttest sebesar 35%. Uji t menunjukkan bahwa harga thitung sebesar 25,15 lebih besar dibandingkan harga ttabel sebesar 2,03 sehingga

dapat disimpulkan ada peningkatan nilai yang signifikan dari hasil pretest dan

posttest. Selain itu, uji N-Gain yang telah dilakukan menunjukkan N-Gain rata-

rata kelas sebesar 0,55 dengan kriteria sedang. Uji yang telah dilakukan tersebut

dapat digunakan untuk mengambil simpulan bahwa bahan ajar minyak bumi

terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif yang telah dikembangkan efektif

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

vi

Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

vii

ABSTRACT

Lestari, Devy. 2019. Development of Petroleum Teaching Material Integrated to

Vocational Context to Improve Students’ Critical Thinking Skills. Thesis,

Chemistry Education Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Supervisor I Dr.

Sri Haryani, M.Si. Supervisor II Dr. Sri Susilogati S, M.Si.

Key words: teaching materials, integrated, vocational context, critical thinking

The 21st Century demands that every human being be able to solve the

problems faced by thinking creatively and critically. Business and industry need

workers who have the ability to meet market needs. Vocational Schools are

educational institutions that are expected to produce graduates who can compete in

business and industry. Chemistry subjects are included in the vocational

specialization content group thereby emphasizing that chemistry is used to strengthen

vocational subjects in SMK. Therefore, learning chemistry in vocational schools

should be integrated with students' vocational materials. Integrated chemistry learning

can be carried out well by using appropriate teaching materials.

The purpose of this study is to produce chemical teaching materials on

petroleum materials that are integrated with the context of automotive technical

vocational material to improve students' critical thinking skills. Thus, the focus of this

research is to produce integrated petroleum teaching materials in the vocational

context of automotive engineering and enhancing students' critical thinking skills.

The research and development of teaching materials was carried out at the

Central Java State Vocational School in Semarang on a small scale trial and at the

State Vocational School 4 Semarang on a large scale trial with class X TKRO

students as research subjects. The main research instruments are petroleum teaching

materials integrated with the vocational context of automotive engineering and

critical thinking skills test questions. The validity of teaching materials is reviewed

from the material aspects of chemical content, the material of the vocational context,

the suitability of the chemical content with the vocational context, and the suitability

of the teaching material with indicators of critical thinking skills. The test to improve

students' critical thinking skills is done by calculating the percentage increase in the

average pretest and posttest, Paired Sample t-test, and N-Gain test.

The results of the validation of teaching materials obtained the value of

teaching material validation of 3,78 with a valid category on very good criteria. While

the critical thinking skills improvement test conducted showed an increase in the

value of the results of the pretest and posttest by 35%. The t test shows that the t-

count value of 25,15 is greater than the t-table price of 2,03 so it can be concluded

that there is a significant increase in the value of the results of the pretest and posttest. In addition, the N-Gain test that was carried out showed an average N-Gain grade of

0,55 with moderate criteria. The test that has been carried out can be used to draw the

conclusion that integrated petroleum teaching materials in the vocational context of

automotive engineering that have been developed can effectively improve students'

critical thinking skills.

vii

Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

PRAKATA

viii

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dan menyusun tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Minyak

Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Pertama

kali, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Sri Haryani, M.Si.

(Pembimbing I) dan Dr. Sri Susilogati S, M.Si. (Pembimbing II) yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam penyusunan tesis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

1. Direksi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Kimia

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah

banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh

pendidikan.

4. Bapak dan Ibu Validator yang telah memberikan saran dan masukan terhadap

instrumen yang digunakan pada penelitian.

5. Kepala Sekolah SMK Negeri Jateng Di Semarang dan SMK Negeri 4

Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

viii

Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

ix

6. Guru kimia kelas X TKRO SMK Negeri Jateng Di Semarang dan SMK

Negeri 4 Semarang yang telah membantu terlaksananya penelitian.

7. Siswa kelas X TKRO SMK Negeri Jateng Di Semarang dan SMK Negeri 4

Semarang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan penelitian.

8. Suami, anak, dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan

motivasi dalam penyusunan tesis.

9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Kimia angkatan 2017 yang

telah berbagi suka dan duka selama kuliah hingga terselesaikannya tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

Semarang, Oktober 2019

Devy Lestari

ix

Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

DAFTAR ISI

x

2.1 Kajian Pustaka …………………………….…………………………… 14

2.2 Kerangka Teoretis ……………………………………………………… 16

2.1.1 Bahan Ajar dan Pengembangannya ……………………………… 16

2.1.2 Bahan Ajar Terintegrasi …………………………………………… 21

2.1.3 Kimia di SMK Teknik Otomotif ………………………………… 22

2.1.4 Minyak Bumi ……………………………………………………… 29

2.1.5 Terintegrasi Konteks Kejuruan …………………………………… 44

2.1.6 Keterampilan Berpikir Kritis ……………………………………… 47 2.3 Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 55

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ……………………………………………………… 57

3.2 Prosedur Penelitian ……………………………………………………… 58

3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian …………………………………… 63

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………… 64

3.5 Uji Keabsahan Data, Uji Validitas, dan Reliabilitas …………………… 66

3.6 Teknik Analisis Data …………………………………………………… 68

3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian ……………………………………… 75

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i

PENGESAHAN UJIAN TESIS ………………………………………………. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………………… iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… v

ABSTRAK ……………………………………………………………………. vi

ABSTRACT …………………………………………………………............... vii

PRAKATA ……………………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xiv

BAB

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………… 9

1.3 Cakupan Masalah ……………………………………………………… 9

1.4 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 10

1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 11

1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 11

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ……………………………… 13

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ……………………………… 13

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA

BERPIKIR

x

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

xi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelayakan Bahan Ajar yang Dikembangkan…………………………... 76

4.2 Efektifitas Bahan Ajar yang Dikembangkan …………………………… 122

4.3 Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar yang Dikembangkan ………… 134

V. PENUTUP 5.1 Simpulan ………………………………………………………………… 137

5.2 Implikasi ……………………………………………………………..… 138

5.3 Saran …………………………………………………………………… 138

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 139

LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 147

xi

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

DAFTAR TABEL

xii

Tabel Halaman

2.1 Kompetensi Dasar dan Alokasi Waktu Kimia di SMK Teknologi dan

Rekayasa ................................................................................................... 26

2.2 Integrasi Kompetensi Dasar Kejuruan Teknik Otomotif dengan

Kompetensi Dasar Minyak Bumi .............................................................. 29

2.3 Jenis Fraksi Minyak Bumi dan Kegunaannya ........................................... 32

2.4 Jenis Bensin dan Angka Oktan ................................................................. 36

2.5 Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis ................................................... 50

3.1 Kriteria Validitas Bahan Ajar Aspek Ketepatan Materi Konten

Kimia ......................................................................................................... 69

3.2 Kriteria Validitas Bahan Ajar Aspek Ketepatan Materi Konteks

Kejuruan .................................................................................................... 70

3.3 Kriteria Validitas Bahan Ajar Aspek Kesesuaian Konten Kimia

dengan Konteks Kejuruan ......................................................................... 70

3.4 Kriteria Validitas Bahan Ajar Aspek Kesesuaian Bahan Ajar dengan

Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ..................................................... 71

3.5 Kriteria Validitas Bahan Ajar ................................................................... 72

3.6 Kriteria Tingkat Pencapaian N-Gain ......................................................... 73

3.7 Kriteria Respon Siswa terhadap Bahan Ajar ............................................. 75

4.1 Hasil Integrasi Kurikulum Kejuruan Teknik Otomotif dengan

Konten Kimia ............................................................................................ 79

4.2 Hasil Penilaian Ahli terhadap Ketepatan Konten Kimia .......................... 108

4.3 Deskripsi Saran dan Revisi Ketepatan Konten Kimia dari Validator ....... 109

4.4 Hasil Penilaian Ahli terhadap Ketepatan Konteks Kejuruan .................... 110

4.5 Deskripsi Saran dan Revisi Ketepatan Konteks Kejuruan dari

Validator ................................................................................................... 111

4.6 Hasil Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Konten Kimia dengan

Konteks Kejuruan ..................................................................................... 112

4.7 Deskripsi Saran dan Revisi Kesesuaian Konten Kimia dengan

Konteks Kejuruan dari Validator .............................................................. 112

4.8 Hasil Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Konten Bahan Ajar

dengan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 113

4.9 Deskripsi Saran dan Revisi Kesesuaian Konten Bahan Ajar dengan

Indikator Keterampilan Berpikir Kritis dari Validator ............................. 114

4.10 Hasil Analisis Validitas Keseluruhan Aspek ............................................. 114

4.11 Hasil Penilaian Ahli terhadap Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ..... 117

4.12 Deskripsi Saran dan Revisi Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis

dari Validator ............................................................................................ 118

4.13 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ............................................ 119

4.14 Saran dan Masukan pada Uji Coba Skala Kecil ....................................... 120

4.15 Presentase Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ................................... 131

xii

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tabung Fraksionasi Minyak Bumi ............................................................ 31

2.2 Proses Distilasi Bertingkat Minyak Bumi ................................................. 33

2.3 Reaksi Reforming N-oktana Menjadi Isooktana........................................ 36

2.4 Kode pada Kemasan Pelumas ................................................................... 39

2.5 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 56

3.1 Desain Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar Minyak Bumi

Terintegrasi Konteks Kejuruan ................................................................. 57

4.1 Cuplikan Hasil Wawancara Kebutuhan Bahan Ajar Kimia

Terintegrasi Konteks Kejuruan ................................................................. 87

4.2 Analisis Materi Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan

Teknik Otomotif ........................................................................................ 88

4.3 Tampilan Halaman Sampul Depan (Cover) .............................................. 95

4.4 Tampilan Daftar Isi ................................................................................... 96

4.5 Tampilan Daftar Gambar .......................................................................... 97

4.6 Tampilan Kata Pengantar .......................................................................... 98

4.7 Tampilan Petunjuk Belajar ....................................................................... 99

4.8 Tampilan Halaman Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian

Kompetensi, dan Peta Konsep .................................................................. 100

4.9 Tampilan Halaman Materi Minyak Bumi ................................................. 101

4.10 Tampilan Lembar Kegiatan Siswa ............................................................ 102

4.11 Tampilan Halaman Evaluasi ..................................................................... 103

4.12 Tampilan Daftar Pustaka ........................................................................... 104

4.13 Tindak Lanjut Penambahan Reaksi Kimia pada Proses Cracking ............ 115

4.14 Tindak Lanjut Teks Keluaran Berdasarkan Saran Validator ..................... 116

4.15 Halaman Cover Hasil Revisi Uji Coba Skala Kecil .................................. 121

4.16 Cuplikan Bahan Ajar Berisi Pertanyaan Menantang ................................ 126

4.17 Tampilan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis dalam Bahan Ajar ....... 127

4.18 Hasil Pekerjaan Siswa dalam Menyelesaikan Tahapan Keterampilan

Berpikir Kritis ........................................................................................... 128

4.19 Tampilan Latihan Soal Keterampilan Berpikir Kritis ................................ 130

4.20 Diagram Respon Siswa terhadap Bahan Ajar ............................................ 134

4.21 Analisis Respon Siswa Tiap Pernyataan ..................................................... 134

4.22 Komentar Siswa terhadap Bahan Ajar ....................................................... 135

Page 14: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

DAFTAR TABEL

xiii

Page 15: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Wawancara Observasi Awal Kebutuhan Bahan Ajar Kimia

Terintegrasi Konteks Kejuruan di SMK ...................................................... 147

2. Silabus Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan ................................ 149

3. RPP Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan Teknik Otomotif ......... 153

4. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis .............................................. 162

5. Validasi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis ................................. 168

6. Validasi Ketepatan Materi Bahan Ajar Konten Kimia ................................ 182

7. Validasi Ketepatan Materi Bahan Ajar Konteks Kejuruan .......................... 201

8. Validasi Kesesuaian Konten Kimia dengan Konteks Kejuruan ................... 211

9. Validasi Kesesuaian Bahan Ajar dengan Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis .............................................................................................. 240

10. Angket Respon Siswa .................................................................................. 258

11. Analisis Validitas Ketepatan Materi Bahan Ajar Konten Kimia ................. 260

12. Analisis Validitas Ketepatan Materi Bahan Ajar Konteks Kejuruan ........... 261

13. Analisis Validitas Kesesuaian Konten Kimia dengan Konteks

Kejuruan ....................................................................................................... 262

14. Analisis Validitas Kesesuaian Bahan Ajar dengan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ....................................................................... 263

15. Analisis Validitas Ahli Tes Keterampilan Berpikir Kritis ........................... 264

16. Analisis Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ....................................................................... 265

17. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Respon Siswa ........................... 266

18. Data Nilai Pretest dan Posttest .................................................................... 267

19. Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest .................................................... 268

20. Uji Paired Sampel t-Test ............................................................................ 272

21. Uji t Perbandingan Kelas Menggunakan dan Tanpa Bahan Ajar yang Dikembangkan ............................................................................................. 274

22. Analisis Proporsi Ketuntasan Siswa ............................................................ 276

23. Analisis Skor N-Gain ................................................................................... 278

24. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Tiap Indikator ............ 279

25. Analisis Respon Siswa ................................................................................. 282

26. Hasil Mind Mapping Siswa .......................................................................... 284

27. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 285

xiv

Page 16: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu bentuk investasi pendidikan

yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas

Sumber Daya Manusia (Hidayati, 2015). Sekolah Menengah Kejuruan merupakan

salah satu bentuk investasi pendidikan kejuruan ini. Penyelenggaraan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

dan membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal hidup

(Soenarto et al., 2017). Artinya, lembaga pendidikan ini diharapkan dapat

mempersiapkan para lulusan untuk mampu bekerja dan bersaing dengan kompeten

dalam bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

Hasil lembaga pendidikan yaitu sumber daya manusia yang mampu

mengelola sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien

untuk kesejahteraan masyarakat. Lembaga pendidikan harus selalu melakukan

inovasi agar menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Meningkatnya persaingan global yang terjadi saat ini mengharuskan SMK

berkembang mengikuti arah perkembangan dunia kerja.

Berdasarkan informasi yang terus berkembang hingga saat ini, dunia kerja

membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kompetensi sesuai

dengan perkembangan zaman dan tuntutan ekonomi (Boahin & Hofman, 2013).

Permintaan dunia kerja mengenai keterampilan kerja dan kemampuan

1

Page 17: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …
Page 18: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

2

mengembangkan kompetensi diri menyoroti pentingnya berpikir kreatif, berpikir

kritis, memecahkan masalah, serta keterampilan penggunaan teknologi informasi

dan komunikasi (TIK). Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk

mempersiapkan siswa yang kompeten di dunia kerja tidak dapat dikembangkan

melalui pembelajaran tradisional karena pembelajaran ini seringkali mengabaikan

realitas kebutuhan pasar (Lainema & Nurmi, 2006). Di sisi lain, (Boahin &

Hofman, 2013) menyatakan bahwa pembinaan keterampilan kerja dan kompetensi

siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah dan melibatkan

kerja sama tim.

Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri ialah

tenaga yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Hal

ini berakibat pembelajaran di sekolah yang masih mengandalkan pemikiran pada

tingkat yang lebih rendah dan tidak berorientasi pada peningkatan keterampilan

berpikir kritis akan membahayakan kinerja lulusan (Kiener et al., 2014). Oleh

karena itu, HOTS (high order thinking skills), yang di dalamnya terdapat

kreativitas, berpikir kritis, dan pemecahan masalah sangat penting untuk siswa

SMK. Pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan kerja masa

depan dan pengembangan keterampilan akan mempengaruhi karir professional

seorang tenaga kerja.

Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi

yang sangat penting diajarkan kepada siswa (Yotiani et al., 2016). Siswa yang

terbiasa berpikir kritis berarti mampu membuat pertimbangan yang cermat dalam

mengambil keputusan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Page 19: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

3

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan paling penting dalam

segala tingkat pendidikan (Rahma, 2012). Oleh karena itu, paradigma

pembelajaran sudah seharusnya bergeser dari pembelajaran konvensional yang

menekankan pada keterampilan berpikir tingkat rendah ke arah pembelajaran

keterampilan berpikir tingkat tinggi, terutama berpikir kritis merupakan dasar

yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi.

Seharusnya, kurikulum di SMK disesuaikan dengan perkembangan dunia

kerja agar lulusan yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Aspek intelektual,

emosional, sosial, dan motorik dari siswa wajib menjadi perhatian agar

menghasilkan lulusan yang diharapkan. Dalam pencapaian ini, diperlukan inovasi

pengembangan dalam pembelajaran kimia yang meliputi pengembangan

keterampilan ilmiah, kimia untuk kebutuhan masyarakat, dan kimia untuk

menunjang pekerjaan (Bell & Donnelly, 2006). Kompetensi lulusan yang

berkaitan dengan kemampuan kerja di bidang tertentu ditentukan oleh kurikulum

di SMK. Kemampuan kompetensi kejuruan lulusan diperoleh melalui kurikulum

di program produktif dengan didasari oleh nilai-nilai pada program normatif dan

dasar keilmuan pada program adaptif (Purwana, 2010).

Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa dalam

penyusunan kurikulum SMK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu

kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif merupakan

kelompok mata pelajaran yang berfungsi untuk membentuk siswa menjadi pribadi

utuh yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun

makhluk sosial. Kelompok adaptif menitikberatkan pada pemberian kesempatan

Page 20: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

4

kepada siswa untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan

teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan melandasi

kompetensi untuk bekerja. Sedangkan kelompok produktif berfungsi membekali

siswa agar memiliki kompetensi kerja.

Mata pelajaran kimia dimasukkan ke dalam kelompok adaptif bersama

dengan mata pelajaran fisika, matematika, IPA, IPS, KKPI, kewirausahaan, dan

bahasa inggris. Mata pelajaran kimia ini diharapkan dapat membentuk siswa yang

memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan yang terjadi di lingkungan sosial dan lingkungan kerja. Selain itu,

pemberian mata pelajaran kimia diharapkan dapat mendukung siswa dalam

mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni. Namun, tidak semua kompetensi keahlian terdapat mata pelajaran kimia.

Hal ini dikarenakan mata pelajaran dalam pembelajaran di SMK disesuaikan

dengan teori kejuruan yang berkaitan.

Berbeda dengan kurikulum 2006, kurikulum 2013 membagi mata

pelajaran di SMK dalam tiga kelompok yaitu kelompok A, B, dan C. Mata

pelajaran kimia dimasukkan ke dalam kelompok C yaitu muatan peminatan

kejuruan, satu kelompok dengan mata pelajaran kejuruan. Hal ini semakin

menegaskan bahwa mata pelajaran kimia digunakan untuk memperkuat mata

pelajaran atau kompetensi di kejuruan SMK. Pembelajaran kimia di SMK

seharusnya dikaitkan langsung dengan pembelajaran kejuruan.

Belum sejalan dengan tujuan pemberian mata pelajaran di sekolah

kejuruan, hingga saat ini pembelajaran kimia di SMK belum terintegrasi dengan

Page 21: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

5

konteks kejuruan. Hal ini menjadi salah satu penyebab siswa SMK memiliki

anggapan bahwa mata pelajaran kimia tidak menjadi prioritas yang penting

dibandingkan mata pelajaran kejuruan. Selain itu, siswa SMK juga beranggapan

bahwa tidak ada kaitan atau hubungan antara mata pelajaran kimia dengan minat

kejuruan mereka. Pada umumnya siswa SMK lebih menyukai mata pelajaran

kejuruan karena lebih banyak menekankan pada kompetensi kerja praktik

dibandingkan mata pelajaran non kejuruan (Retnoningrum et al., 2016).

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia SMK selain dipengaruhi

oleh strategi pembelajaran juga dipengaruhi beberapa faktor diantaranya padatnya

materi, keterbatasan waktu, minat siswa dan proses pembelajaran. Kenyataan

dilapangan menunjukkan bahwa umumnya guru SMK memberikan materi kimia

hanya dalam bentuk konsep dasar secara teoritis saja. Konsep dasar ilmu kimia

tersebut diberikan secara terpisah tanpa menghubungkan langsung dengan materi

pembelajaran di minat kejuruan siswa, sehingga siswa beranggapan bahwa mata

pelajaran kimia tidak ada keterkaitan materi dengan mata pelajaran lain khususnya

materi di pelajaran kejuruan mereka. Guru cenderung memberikan materi kimia

yang sama untuk semua program keahlian. Padahal materi pembelajaran yang

tidak dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata (kontekstual) semakin

membentuk anggapan siswa bahwa pelajaran kimia di SMK tidaklah penting.

Banyak materi kimia yang dapat dikaitkan dengan materi kejuruan.

Misalnya, materi hidrokarbon dan minyak bumi yang pengaplikasiannya sangat

dekat dengan materi kejuruan teknik otomotif dimana di dalam materi ini terdapat

penjelasan mengenai mutu bensin. Mutu bahan bakar dalam kendaraan,

Page 22: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

6

perbandingan bahan bakar dengan udara dalam mesin kendaraan, dampak

pembakaran bahan bakar, serta cara mengurani dampak pembakaran dapat

dikaitkan langsung dengan materi di bidang otomotif. Seperti mutu bahan bakar

yang ditentukan oleh angka oktan. Kemudian definisi bilang oktan, bagaimana

ketukan yang terjadi di mesin kendaraan dapat terjadi, serta TEL yang berdampak

buruk bagi kesehatan. Jika materi kimia dalam kompetensi dasar yang diberikan

di sekolah menengah kejuruan dihubungkan atau dikaitkan langsung dengan

aplikasi dalam kejuruan siswa, seharusnya tidak ada lagi siswa yang menganggap

pelajaran kimia kurang penting dan tidak dapat mendukung mereka dalam

pembelajaran kejuruan.

Berdasarkan hasil observasi di lima SMK kota Semarang terlihat jelas

bahwa guru-guru kimia di SMK belum melakukan pembelajaran kimia yang

terintegrasi konteks kejuruan. Lima SMK tersebut meliputi SMK Negeri Jateng di

Semarang, SMK Negeri 3 Semarang, SMK Negeri 4 Semarang, SMK

Muhammadiyah 2 Semarang, dan SMK Texmaco Semarang. Alasan paling utama

yaitu karena belum tersedianya buku atau bahan ajar yang mendukung. Guru

kimia di SMK belum mendapat gambaran atau inspirasi untuk mengintegrasikan

materi dalam kimia dengan materi yang diberikan di kompetensi kejuruan sesuai

minat siswa. Ini artinya banyak guru kimia di sekolah kejuruan belum memahami

esensi pembelajaran kimia sebagai pendukung kompetensi keahlian yang harus

dikembangkan (Wiyarsi et al., 2017).

Observasi awal juga dilakukan analisis terhadap beberapa buku atau bahan

ajar yang digunakan oleh guru kimia SMK di kota Semarang. Buku ajar A lebih

Page 23: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

7

lengkap dari segi materi tetapi penugasan atau latihan soal belum sesuai dengan

kurikulum yang terbaru. Sedangkan buku ajar B memiliki materi yang lebih

sedikit dan kurang terperinci dibandingkan buku A tetapi memiliki penugasan

yang lebih sesuai dengan kurikulum terbaru. Ini terlihat dari adanya penugasan

proyek, refleksi, dan penilaian diri. Meskipun begitu, baik buku A maupun buku

B belum ada yang menyertakan keterkaitan materi kimia dengan materi pada

pelajaran kejuruan. Kedua buku ini terdiri dari materi yang hampir sama dengan

kimia di SMA. Sifatnya umum dan tidak memberikan contoh terapan di bidang

kejuruan siswa.

Bahan ajar yang baik harus relevan dengan kondisi masa kini dan dapat

memberikan informasi yang baik untuk siswa. Penggunaan lembar kerja siswa

dari penerbit tertentu sebagai media pembelajaran membuat siswa kurang

mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna karena ilmu yang didapat hanya

sebatas hapalan teori dan latihan soal saja (Febrianti et al., 2015). Seharusnya,

bahan ajar kimia untuk SMK juga harus mampu memberikan informasi yang

bermanfaat sesuai dengan ilmu kejuruan yang dimiliki siswa.

Salah satu cara untuk menanggulangi tanggapan siswa yang menyatakan

bahwa pelajaran kimia kurang penting dan tidak memiliki keterkaitan dengan

mata pelajaran kejuruan yaitu dengan mengintegrasikan materi kimia dengan

materi kejuruan. Materi kimia yang terintegrasi dengan materi program keahlian

akan memotivasi siswa untuk lebih mengetahui arti pentingnya kimia (Widodo,

2017).

Page 24: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

8

Usaha untuk mengatasi kelemahan pembelajaran kimia yaitu dengan

menyediakan buku atau bahan ajar kimia yang diselaraskan dengan kebutuhan

kejuruan (Thompson, 2001). Bahan ajar yang terintegrasi dengan mata pelajaran

produktif Agribisnis Produksi Tanaman dapat menjadikan pembelajaran lebih

bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Retnoningrum et

al., 2016). Pengembangan bahan ajar yang bersifat kontekstual dan aplikasi dalam

kehidupan memberikan respon yang positif dan membawa perubahan sikap

peserta didik terhadap pembelajaran kimia (Asliyani et al., 2014).

Bahan ajar yang diberikan juga dapat disertai dengan berbagai pendekatan

model pembelajaran dengan tujuan yang ditetapkan. Perangkat pembelajaran IPA

dengan kontekstual berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif,

afektif, dan psikomotorik peserta didik (Hayati et al., 2013). Selain itu, perangkat

ini juga menyebabkan peserta didik memberikan respon positif terhadap

pembelajaran. Bahan ajar yang berbasis keterampilan soft skills pada materi

termokimia dapat meningkatkan kemampuan siswa SMK (Purnawan, 2015).

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pembelajaran

kimia di SMK sebaiknya menggunakan bahan ajar yang terintegrasi dengan

konteks kejuruan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan bahan

ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan yang layak, efektif dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan mendapatkan respon yang baik

dari siswa SMK bidang keahlian teknik otomotif.

Page 25: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah

berkaitan dengan pembelajaran kimia di SMK bidang keahlian teknik otomotif

sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan pemberian mata pelajaran kimia dalam kurikulum SMK

diharapkan dapat membentuk siswa yang memiliki dasar pengetahuan

yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang

terjadi di lingkungan sosial dan lingkungan kerja. Namun, kompetensi

dasar kimia di SMK sampai saat ini masih bersifat umum, belum

disesuaikan dengan minat kejuruan siswa.

1.2.2 Banyak guru kimia di SMK belum melakukan pembelajaran kimia yang

diintegrasikan dengan konteks kejuruan. Guru kimia di SMK jarang

mengkaitkan materi dalam pembelajaran kimia dengan materi di bidang

produktif atau kejuruan.

1.2.3 Belum ada buku atau bahan ajar yang mengintegrasikan materi kimia

dengan materi kejuruan sehingga guru tidak memiliki acuan untuk

memberikan pembelajaran yang lebih bermakna untuk siswa SMK.

1.2.4 Keterampilan berpikir kritis siswa SMK masih tergolong rendah padahal

keterampilan ini sangat dibutuhkan di era abad 21.

1.3 Cakupan Masalah

Dari penjabaran identifikasi masalah di atas, ruang lingkup cakupan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

Page 26: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

10

1.3.1 Bahan ajar yang dikembangkan berisi materi minyak bumi yang disusun

secara runtut, sistematis, terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif

serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Konten minyak bumi langsung

diaplikasikan dengan kompetensi keahlian teknik otomotif.

1.3.2 Bahan ajar yang dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa sehingga disusun mengikuti indikator

keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) yaitu menganalisis

argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan menantang, mendefinisikan

istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan observasi, mempertimbangkan kredibilitas

suatu sumber, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,

membuat dan menentukan hasil pertimbangan, menentukan suatu

tindakan, serta berinteraksi dengan orang lain.

1.3.3 Bahan ajar yang dikembangkan diimplementasikan di kelas X SMK

Negeri 4 Semarang program keahlian teknik otomotif.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana kelayakan bahan ajar minyak bumi yang terintegrasi konteks

kejuruan untuk siswa SMK bidang keahlian teknik otomotif?

Page 27: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

11

1.4.2 Bagaimana keefektifan bahan ajar minyak bumi yang terintegrasi konteks

kejuruan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMK

bidang keahlian teknik otomotif?

1.4.3 Bagaimana respon siswa siswa SMK bidang keahlian teknik otomotif

terhadap bahan ajar minyak bumi yang terintegrasi konteks kejuruan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian

pengembangan ini bertujuan untuk:

1.5.1 Menganalisis kelayakan bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks

kejuruan untuk siswa SMK bidang keahlian teknik otomotif yang

dikembangkan.

1.5.2 Menganalisis efektifitas bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks

kejuruan efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

SMK bidang keahlian teknik otomotif.

1.5.3 Menganalisis respon siswa terhadap bahan ajar minyak bumi terintegrasi

konteks kejuruan untuk siswa SMK bidang keahlian teknik otomotif.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks

kejuruan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 28: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

12

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menghasilkan tesis

mengenai bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

praktis:

1.6.2.1 Bagi Siswa

Salah satu sumber belajar alternatif yang menarik sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan keterampilan berpikir kritis siswa pada

pembelajaran kimia.

1.6.2.2 Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar yang dapat

digunakan oleh guru-guru SMK bidang keahlian Teknik Otomotif untuk

meningkatkan pemahaman mengenai konten kimia yang diintegrasikan

dengan konteks kejuruan sehingga kualitas pembelajaran kimia dapat

meningkat. Selain itu, dapat digunakan sebagai motivasi dan wawasan

untuk membuat bahan ajar dengan materi yang berbeda.

1.6.2.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan keilmuan dan motivasi serta membekali diri dalam

melaksanakan proses pembelajaran dengan mengaplikasikan bahan ajar

kimia yang terintegrasi konteks kejuruan di SMK.

Page 29: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

13

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu bahan

ajar minyak bumi yang terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif sebagai

upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Karakteristik bahan

ajar yang akan dikembangkan yaitu:

1.7.1 Bahan ajar ini memuat tentang prinsip pengintegrasian ilmu kimia

khususnya materi minyak bumi dengan konteks kejuruan teknik otomotif.

1.7.2 Bahan ajar yang dikembangkan ini berupa bahan ajar cetak berwarna

dalam bentuk buku berukuran A4.

1.7.3 Bahan ajar yang dikembangkan ini disesuaikan dengan indikator

keterampilan berpikir kritis sehingga dapat digunakan untuk melatih

kemampuan berpikir kritis siswa

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi yang diharapkan adalah bahwa penelitian ini akan berhasil melalui

produk bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif

yang telah dikembangkan sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa SMK. Keterbatasan pengembangan produk dalam penelitian ini yaitu:

1.8.1 Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar cetak.

1.8.2 Bahan ajar yang dikembangkan hanya pada materi minyak bumi sehingga

tidak dapat digunakan untuk materi lain.

1.8.3 Pengintegrasian materi minyak bumi hanya dengan kejuruan teknik

otomotif sehingga kejuruan lain belum tentu dapat mengaplikasikannya.

Page 30: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA

BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang

bertujuan untuk membekali siswanya dengan pengetahuan dan keterampilan

sebagai bekal hidup (life skill). Lembaga pendidikan ini diharapkan dapat

mempersiapkan para lulusan sebagai tenaga kerja yang mampu bersaing dengan

kompeten di dunia kerja. Tujuan tersebut direalisasikan dengan struktur

kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap bidang keahlian.

Struktur kurikulum tahun 2017 memasukkan mata pelajaran kimia ke

dalam kelompok C1 yaitu Dasar Bidang Kejuruan, satu kelompok dengan mata

pelajaran produktif. Hal ini semakin menegaskan bahwa mata pelajaran kimia

diberikan di sekolah kejuruan bertujuan untuk mendukung kompetensi keahlian

siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kimia di SMK seharusnya relevan dengan

mata pelajaran kejuruan. Guru kimia di SMK dituntut untuk mampu

mempresentasikan dalam pembelajaran di kelas agar tujuan tersebut tercapai.

Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri ialah

tenaga yang memiliki keterampilan abad 21, diantaranya yaitu kemampuan

berpikir kritis dan memecahkan masalah. Hal ini berakibat pembelajaran di

sekolah yang masih mengandalkan pemikiran pada tingkat yang lebih rendah dan

tidak berorientasi pada peningkatan keterampilan berpikir kritis akan

14

Page 31: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

15

membahayakan kinerja lulusan (Kiener et al., 2014). Keterampilan berpikir kritis

sangat diperlukan dalam memahami materi kimia yang membutuhkan penalaran

lebih. Pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan kerja masa

depan dan pengembangan keterampilan akan mempengaruhi karir professional

seorang tenaga kerja. Oleh karena itu, siswa perlu diajarkan belajar berpikir kritis

secara bertahap melalui kebiasaan yang dilatihkan dalam proses pembelajaran.

Bahan ajar merupakan semua bentuk bahan pembelajaran yang digunakan

untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Bahan ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses belajar mengajar.

Bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan dapat menjadi alternatif media

pembelajaran yang mendukung tujuan pemberian mata pelajaran kimia di sekolah

kejuruan. Penggunaan bahan ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar kimia terintegrasi konteks

kejuruan yang telah dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut: (1)

Pengembangan Bahan Ajar Elektrokimia Terintegrasi Berbasis Kontekstual untuk

SMK Teknik Mesin (Widodo, 2017), (2) Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMK

Teknologi Kelas X Berbasis Kontekstual oleh (Asliyani et al., 2014), dan (3) The

Development of The Chemical Teaching Material Integrated to Nautical Material

to Improve Understanding The Hydrocarbon and Petroleum Concept in The

Shipping Vocational High School (Ariyani et al., 2019).

Selain itu, penelitian mengenai pengembangan bahan ajar untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis juga telah dilakukan, diantaranya yaitu:

Page 32: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

16

(1) Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan Masalah untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa (Suarsana & Mahayukti,

2013) dan (2) Pengembangan Bahan Ajar Hidrolisis Garam Bermuatan Karakter

Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa (Yotiani et al., 2016). Penelitian keduanya menunjukkan bahwa bahan ajar

berperan dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia di

SMK seharusnya terintegrasi dengan konteks kejuruan dan pelaksanaannya dapat

dilakukan menggunakan bahan ajar yang berkaitan. Selain itu, bahan ajar yang

digunakan juga seyogyanya dapat menjadi sarana untuk membangun salah satu

keterampilan abad 21 yaitu keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu,

penelitian yang dikembangkan ini berupa pengembangan bahan ajar kimia

terintegrasi konteks kejuruan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa.

2.2 Kerangka Teoretis

2.2.1 Bahan Ajar dan Pengembangannya

Kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan mencapai

tujuan yang diinginkan jika ditunjang dengan terpenuhinya komponen penting

dalam pembelajaran. Salah satu komponen penting dalam pembelajaran agar

siswa dapat belajar dengan lancar yaitu bahan ajar (Ardiansyah et al., 2017).

Bahan ajar dikatakan penting karena bahan ajar merupakan representasi dari

penjelasan guru di kelas (Chodijah et al., 2012). Selain itu, bahan ajar memiliki

Page 33: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

17

peran sebagai pusat pembelajaran dan berfungsi sebagai alat pembelajaran yang

strategis bagi guru dan siswa (Kristian et al., 2016). Ini artinya, bahan ajar

memiliki peran yang penting dalam menunjang proses pembelajaran.

Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan

ajar memuat rencana dan uruttan pembelajaran berbasis aktivitas yang akan

dilakukan siswa (Muqodas et al., 2015). Bahan ajar dapat berupa cetak atau

perangkat lunak yang disusun secara sistematis dan menarik (Chodijah et al.,

2012). Selain disusun secara sistematis dan menarik, bahan ajar juga dapat

memudahkan siswa dalam mencapai tujuan belajar (Imaduddin, 2013). Bahan ajar

juga dapat didefinisikan sebagai semua bentuk bahan pembelajaran yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas, baik berupa bahan tertulis seperti hand out, buku, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leaflet, wallchart, maupun bahan tidak tertulis seperti

video/film,VCD, radio, kaset, CD audio, foto, gambar, model/maket, CD

interaktif berbasis komputer dan internet (Sholahuddin, 2011). Bahan ajar dapat

membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan dengan efisien karena

pembelajaran dapat bergeser dari teacher center learning menuju students center

learning dan sekaligus meningkatkan karakter baik siswa (Situmorang, 2013).

Dari berbagai pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bahan ajar

merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara

sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa

mencapai tujuan belajar. Bahan ajar memungkinkan siswa untuk mempelajari

Page 34: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

18

kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua

kompetensi secara utuh dan terpadu (Syafiudin et al., 2016).Bahan ajar harus

berisi semua materi yang wajib dikuasai oleh siswa sebagai sarana untuk

menguasai semua kompetensi dasar. Materi pembelajaran (instructional

materials) tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dikuasai siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Bahan ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses belajar

mengajar (Lamb & Annetta, 2013). Bahan ajar yang relevan dibutuhkan dalam

pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan agar tujuan pembelajaran yang

diinginkan dapat tercapai (Wardani et al., 2014). Sebagai tokoh penentu arah

pembelajaran, guru dapat menjadikan bahan ajar sebagai pedoman untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran dan substansi yang harus diajarkan kepada

siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam mengelola pembelajaran jika tidak

mempunyai bahan ajar yang lengkap (Rahmi et al., 2014). Selain itu, bahan ajar

juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi pencapaian dan penguasaan hasil

pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Oleh karena itu, bahan ajar dapat

dikatakan sebagai jembatan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Bahan ajar itu sangat unik dan spesifik. Unik, artinya bahan ajar tersebut

hanya dapat digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran

tertentu. Spesifik artinya isi bahan ajar tersebut dirancang sedemikian rupa untuk

mencapai tujuan tertentu dari audiens tertentu. Sistematika cara penyampaiannya

pun disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang

menggunakannya. Bahan ajar paling tidak mencakup petunjuk belajar, kompetensi

Page 35: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

19

yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, dan lembar kerja siswa

(Majid, 2009).

Seiring majunya ilmu pengetahuan yang menyangkut teori pembelajaran,

inovasi di bidang pembelajaranpun tak dapat dielakkan. Jika guru atau pendidik

hanya terpaku pada bahan ajar konvensional tanpa ada inovasi untuk

mengembangkan bahan ajar, maka kualitas pembelajaran akan menjadi rendah.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bahan ajar harus selalu

dikembangkan sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan

pemecahan masalah (Syafiudin et al., 2016). Trianto juga menuliskan bahwa

keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran bergantung pada

pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan kreativitas dalam mengelola bahan ajar

(Yanti et al., 2015).

Terdapat beberapa alasan mengapa dibutuhkan pengembangan bahan ajar,

yakni antara lain ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik

sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus

memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan

dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Selain itu, pengembangan bahan

ajar juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.

Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan

masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran

yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk

menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut

abstrak, rumit, asing, dan sebagainya. Kekurangsesuaian antara kondisi siswa

Page 36: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

20

dengan tujuan materi yang terdapat dalam bahan ajar tertentu dapat diatasi dengan

mengembangkan bahan ajar sendiri (Wikhdah et al., 2015).

Pengembangan bahan ajar yang inovatif dapat membuat siswa menjadi

lebih aktif dalam belajar. Selain itu, inovasi pengembangan bahan ajar dapat

membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan cara

mengkaitkannya dengan contoh yang kontekstual agar pembelajaran menjadi

lebih bermakna (Rizka et al., 2017). Bahan ajar yang baik harus biasa

menampilkan materi ajar yang sesuai dengan tuntunan kurikulum, mengikuti

perkembangan IPTEK, dan mampu mendukung pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai (Situmorang, 2013).

Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi

yang harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD,

analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Bahan ajar

yang baik harus memiliki kriteria atau standar tertentu seperti kesesuaian metode

dengan materi yang disampaikan, relevansinya dengan kurikulum yang sedang

berlaku saat ini, isi buku atau sudut keilmuannya yaitu apakah teori-teori yang

digunakan di dalam penulisan bahan ajar ini sudah sesuai atau belum (Laksono et

al., 2016). Bahan ajar harus memiliki daya tarik yang kuat karena akan

mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar. Penggunaan bahan ajar yang

tepat dapat meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas (Setiowati et al., 2017).

Selain itu, pengembangan bahan ajar juga dapat membantu memecahkan masalah

dalam hal kesulitan belajar yang berkualitas serta menyediakan kegiatan

pembelajaran yang terencana dengan baik (Somayasa et al., 2013).

Page 37: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

21

2.2.2 Bahan Ajar Terintegrasi

Bahan ajar terintegrasi dapat diartikan sebagai bahan ajar yang memuat

pendekatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir berdasarkan interaksi

dengan lingkungan dan pengalamannya dalam kehidupan. Bahan ajar yang

terintegrasi memungkinkan siswa dapat belajar materi-materi yang berhubungan

di mata pelajaran yang berbeda secara bersamaan. Model bahan ajar yang seperti

ini sangat membantu siswa memperoleh pemahaman mengenai kesinambungan

satu materi dengan materi yang lain. Bahan ajar terintegrasi dapat mendukung

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu antar materi ajar

yang diintegrasikan (Izzatika et al., 2015).

Pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dapat dilakukan untuk

memadukan materi yang dipelajari siswa dengan melihat seluruh pembelajaran

berdasarkan bidang yang diminati. Siswa dapat menyaring dan memadukan

berbagai pengalaman dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Melalui bahan

ajar yang diintegrasikan, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dari sumber

yang berbeda-beda.

Dalam upaya mengembangkan bahan ajar terintegrasi, guru harus

memiliki wawasan yang luas, kreativitas yang tinggi, rasa percaya diri, dan

keberanian dalam mengembangkan materi. Guru dituntut untuk terus belajar dan

menggali informasi agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian

tertentu saja. Selain itu, kebutuhan akan bahan bacaan atau sumber informasi juga

perlu ditambah lebih bervariasi. Sumber informasi yang kaya akan membantu

pengembangan bahan ajar.

Page 38: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

22

Bahan ajar terintegrasi menuntut kemampuan siswa dalam menguraikan,

menghubungkan, serta menemukan keterkaitan materi yang dihubungkan. Hal ini

menjadi dasar bahwa pengembangan bahan ajar terintegrasi harus disesuikan

dengan kepentingan siswa dalam upaya mencapai keberhasilan dalam

pembelajaran. Kurikulum yang menjadi acuan harus berorientasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman siswa sehingga guru dapat mengembangkan materi,

metode, dan evaluasi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan dimaksudkan untuk

memadukan materi kimia dengan materi di kejuruan. Melalui bahan ajar ini, siswa

dapat memperoleh berbagai pengetahuan dari dua bidang ilmu sekaligus. Bahan

ajar terintegrasi dapat membantu siswa mengkaitkan langsung materi kimia

dengan materi kejuruan.

2.2.3 Kimia di SMK Teknik Otomotif

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanahkan bahwa pendidikan kejuruan memiliki tugas untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang bertujuan untuk: (1) memenuhi

kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, (2) meningkatkan pilihan pendidikan

bagi setiap individu, dan (3) menumbuhkan motivasi untuk belajar sepanjang

hayat (Soenarto et al., 2017). Lulusan SMK yang diharapkan yaitu lulusan yang

kompeten di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian dari SMK yang

Page 39: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

23

bersangkutan (Suryania, 2017). Artinya, pendidikan kejuruan adalah pendidikan

untuk menghasilkan lulusan yang dapat bekerja di bidang tertentu.

BSNP mengungkapkan bahwa tujuan adanya SMK yaitu untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

kejuruannya (Purwana, 2010). SMK juga memiliki tujuan mempersiapkan peserta

didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, dapat beradaptasi di

lingkungan kerja, dapat melihat peluang kerja dan dapat mengembangkan diri di

kemudian hari (Susanto, 2012). Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

tersebut direalisasikan dengan struktur kurikulum yang memuat tiga program

yaitu program normatif, adaptif, dan produktif.

Kelompok normatif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi

untuk membentuk siswa menjadi pribadi utuh yang memiliki norma-norma

kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Kelompok adaptif

menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk

memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang

dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan melandasi kompetensi untuk

bekerja. Sedangkan kelompok produktif berfungsi membekali siswa agar memiliki

kompetensi kerja (Hidayati, 2015).

Dengan melihat karakteristik kurikulum di SMK, pembelajaran

terintegrasi sangatlah dibutuhkan. Berbagai alasan yang menyebabkan

pembelajaran terintegrasi di sekolah kejuruan perlu dilakukan, antara lain konsep-

konsep dalam mata pelajaran C1 dengan mata pelajaran C2 dan C3 saling terkait

Page 40: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

24

satu sama lain sehingga mata pelajaran tersebut menjadi satu kelompok yaitu

muatan peminatan kejuruan. Selain itu, untuk memecahkan suatu permasalahan

dalam kehidupan diperlukan berbagai disiplin ilmu sehingga pembelajaran

terintegrasi dapat membantu siswa untuk berlatih memecahkan suatu masalah dari

berbagai sudut pandang kelimuan (Indrawati, 2009).

Khusus untuk pendidikan kejuruan, Grubb dalam Quinn (2013)

memberikan gagasan bahwa ada empat tipe integrasi kurikulum akademis (konten

dasar) dengan kurikulum kejuruan (konten kejuruan). Tipe tersebut meliputi 1)

dengan memasukkan lebih banyak konten akademis dalam program kejuruan, 2)

penggabungan konten akademis dan konten kejuruan, 3) membuat konten

akademik relevan dengan program kejuruan, serta 4) menyelaraskan program

akademik secara horizontal dan vertikal.

Dari keempat tipe integrasi tersebut yang paling memungkinkan untuk

dilakukan oleh guru kimia yaitu tipe yang ketiga. Sebagai salah satu bentuk usaha

dalam mengintegrasikan kurikulum, guru kimia di sekolah kejuruan dapat

mengembangkan pembelajaran dengan konten kimia yang relevan dengan konten

kejuruan yang dibutuhkan oleh siswa kejuruan. Guru kimia di sekolah kejuruan

perlu merepresentasikan pengetahuan dalam konteks otentik, yaitu setting dimana

pengetahuan akan diaplikasikan. Sebagai contoh pada pembelajaran konten kimia

organik, siswa kejuruan Teknik Otomotif lebih membutuhkan pengayaan untuk

konten fraksinasi minyak bumi dan polimer.

Penyampaian pembelajaran kimia yang diintegrasikan dengan mata

pelajaran kejuruan (C2 dan C3) dapat disampaikan melalui dua cara yaitu secara

Page 41: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

25

lisan dan tertulis (Saputro, 2006). Penyampaian secara lisan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, misalnya dengan mengutip beberapa materi kejuruan yang

ada kaitannya dengan materi di pelajaran kimia. Selain itu, dapat pula dengan

memberikan suatu masalah yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kepada siswa.

Penyampaian secara tertulis dapat ditempuh dengan menyusun buku atau bahan

ajar kimia yang diintegrasikan dengan mata pelajaran kejuruan.

Sesuai dengan struktur kurikulum SK Dirjen No. 130 tahun 2017, mata

pelajaran kimia digolongkan pada mata pelajaran dasar bidang keahlian,

khususnya kelompok C1. Mata pelajaran kimia diberikan di sekolah kejuruan agar

siswa tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu hal

dilakukan melainkan juga tentang alasan sesuatu hal harus dilakukan.

Pembelajaran kimia di SMK semestinya relevan dengan mata pelajaran kejuruan

dalam mendukung tercapainya kompetensi keahlian siswa.

Pengintegrasian materi kimia dengan konteks kejuruan diharapkan dapat

mengembangkan potensi pembelajaran kimia dalam penguasaan mata pelajaran

kejuruan. Siswa dapat menguasai mata pelajaran kejuruan dengan dasar aspek

ilmu pengetahuan lain yang mendukung. Pembelajaran terintegrasi kejuruan dapat

membantu peserta didik dalam pembangunan konsep dasar dari pembelajaran

kimia sehingga menguatkan konsep dalam pembelajaran kejuruan (Ariyani et al.,

2019)

Kompetensi dasar mata pelajaran kimia di SMK Teknologi dan Rekayasa

disajikan pada Tabel 2.1.

Page 42: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

26

Tabel 2.1. Kompetensi Dasar dan Alokasi Waktu Kimia di SMK

Teknologi dan Rekayasa

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Alokasi Waktu

3.1 Menganalisis 4.1 Melakukan pemisahan 9 JP

perubahan materi dan campuran melalui praktikum

pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan

dengan berbagai cara sifat kimianya 3.2 Menganalisis lambang 4.2 Mengintegrasikan penulisan 9 JP

unsur, rumus kimia lambang unsur dengan

dan persamaan reaksi rumus kimia pada persamaan

reaksi kimia berdasarkan

kasus-kasus dalam

kehidupan sehari-hari 3.3 Mengkorelasikan 4.3 Menentukan letak unsur 9 JP

struktur atom dalam tabel periodik

berdasarkan berdasarkan konfigurasi

konfigurasi elektron elektron

untuk menentukan

letak unsur dalam

tabel periodik 3.4 Menganalisis proses 4.4 Mengintegrasikan proses 9 JP

pembentukan ikatan pembentukan ikatan kimia

kimia pada beberapa pada beberapa senyawa

senyawa dalam dalam kehidupan sehari hari

kehidupan sehari hari dengan elektron valensi

atom atom penyusunnya 3.5 Menerapkan hukum 4.5 Menggunakan hukum- 9 JP

dasar kimia dalam hukum dasar kimia dalam

perhitungan kimia perhitungan kimia 3.6 Menganalisis sifat 4.6 Membandingkan sifat sifat 15 JP

larutan berdasarkan larutan melalui praktikum

konsep asam basa dan berdasarkan konsep asam

pH larutan (asam kuat basa dan pH larutan (asam

dan asam lemah, basa kuat dan asam lemah, basa

kuat dan basa lemah) kuat dan basa lemah) dalam

dalam kehidupan kehidupan sehari hari

sehari hari 3.7 Menentukan bilangan 4.7 Membandingkan antara 9 JP

oksidasi unsur untuk reaksi oksidasi dengan

mengidentifikasi reaksi reduksi berdasarkan

reaksi oksidasi dan hasil perhitungan bilangan

reduksi oksidasinya 3.8 Mengevaluasi proses

yang terjadi dalam sel

4.8 Mengintegrasikan antara

hasil perhitungan E0

sel

12 JP

elektrokimia dengan proses yang terjadi

Page 43: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

27

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Alokasi Waktu

(menghitung E0

sel,

reaksi reaksi pada sel

volta dan sel

eletrolisa, proses

pelapisan logam) yang

digunakan dalam

kehidupan

3.9 Menganalisis struktur,

sifat senyawa

hidrokarbon serta

dampak pembakaran

senyawa hidrokarbon

terhadap lingkungan

dan kesehatan serta

cara mengatasinya

3.10 Menganalisis proses

teknik pemisahan

fraksi-fraksi minyak

bumi serta

kegunaannya

3.11 Menganalisis struktur,

tata nama, sifat,

penggolongan dan

kegunaan polimer

dalam sel elektrokimia

(menghitung E0

sel, reaksi

reaksi pada sel volta dan sel

eletrolisa, proses pelapisan

logam) reaksi yang

digunakan dalam kehidupan

4.9 Mengatasi dampak

pembakaran senyawa

hidrokarbon terhadap

lingkungan dan kesehatan

berdasarkan hasil analisis

struktur, sifat senyawa

hidrokarbon

4.10 Mempresentasikan proses

teknik pemisahan fraksi-

fraksi minyak bumi serta

kegunaannya.

4.11 Mengintegrasikan kegunaan

polimer dalam kehidupan

sehari hari dengan struktur,

tata nama, sifat,

penggolongan polimer

12 JP

6 JP

9 JP

Total Jam Pelajaran 108

Jika dilihat dari Tabel 2.1 tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kompetensi dasar

yang diberikan masih bersifat sangat umum, belum menjurus ke konteks kejuruan.

Hal ini menjadi salah satu penyebab terbatasnya bahan atau buku ajar kimia yang

terintegrasi konteks kejuruan.

Meskipun kompetensi dasar yang tertuang tersebut masih bersifat umum,

kompetensi dasar ini sudah dipilah oleh pemerintah menyesuaikan kebutuhan

bidang keahlian. Terdapat 142 kompetensi keahlian di SMK dengan 9 jenis

bidang keahlian. Dibutuhkan pemikiran ekstra jika pemerintah harus membuat

Page 44: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

28

kompetensi dasar yang terintegrasi konteks kejuruan untuk semua jenis

kompetensi keahlian.

Banyak materi kimia lain yang dapat dihubungkan dengan materi di

kejuruan. Pada materi pokok perubahan materi dan pemisahan campuran, buku

ajar SMK yang serimg digunakan oleh guru hanya berisi materi secara teoritis

saja. Sebenarnya ketika materi ini diajarkan, dapat diberikan informasi tambahan

tentang aplikasi dalam bidang kejuruan peserta didik. Misalnya, untuk peserta

didik teknik otomotif diberikan informasi bahwa uji emisi pada kendaraan

bermotor merupakan salah satu cara pemisahan campuran yaitu asap.

Salah satu konten kimia yang aplikatif pada program kejuruan teknik

otomotif yaitu konten minyak bumi. Terdapat beberapa kompetensi dasar mata

pelajaran kejuruan teknik otomotif yang memerlukan dasar pengetahuan konten

minyak bumi yang baik. Kompetensi dasar tersebut meliputi memahami sistem

bahan bakar bensin, memahami bahan bakar diesel, menjelaskan pelumas yang

digunakan pada sistem hidrolik dan kandungannya, dan memahami kontaminasi

pada bahan bakar, oli, dan bodi sesuai standar lingkungan. Berdasarkan

kompetensi dasar pada kejuruan teknik otomotif tersebut, konten kimia yang dapat

diajarkan antara lain konsep dan kegunaan fraksinasi minyak bumi, mutu bahan

bakar dalam kendaraan, perbandingan bahan bakar dengan udara dalam mesin

kendaraan, dampak pembakaran bahan bakar, dan cara mengurangi dampaknya.

Integrasi kompetensi dasar kejuruan teknik otomotif dengan kompetensi

dasar minyak bumi yang diadopsi dari Wiyarsi (2016) disajikan pada Tabel 2.2.

Page 45: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

29

Tabel 2.2. Integrasi Kompetensi Dasar Kejuruan Teknik Otomotif dengan

Kompetensi Dasar Minyak Bumi

Kompetensi Dasar

Kimia

Kompetensi Dasar Kejuruan

Teknik Otomotif yang Dapat

Diintegrasikan dengan

Konten Kimia Konteks

Kejuruan Teknik

Pembelajaran Kimia Otomotif

KD Pengetahuan

Menganalisis

proses teknik

pemisahan fraksi-

fraksi minyak bumi

serta kegunaannya

KD Keterampilan

Mempresentasikan

proses teknik

pemisahan fraksi-

fraksi minyak bumi

serta kegunaannya.

- Menerapkan cara perawatan

sistem pelumasan

- Menerapkan cara perawatan

sistem bahan bakar bensin

konvensional/karburator

- Menerapkan cara perawatan

sistem bahan bakar bensin

injeksi (EFI)

- Mendiagnosis kerusakan

sistem pelumasan

- Mendiagnosis kerusakan

sistem bahan bakar bensin

konvensional/karburator

- Mendiagnosis kerusakan

sistem bahan bakar bensin

injeksi (Electronic Fuel EFI)

- Proses pembentukan

minyak bumi

- Fraksinasi minyak

bumi

- Karakteristik dan

kualitas bensin

- Karakteristik dan

kualitas oli

- Proses, manfaat dan

dampak daur ulang oli

pada bidang otomotif

- Reaksi pembakaran

bensin dan dampaknya

- Cara mengatasi

dampak negatif

pembakaran bensin

2.2.4 Minyak Bumi

2.2.4.1 Pembentukan Minyak Bumi

Sumber energi utama yang digunakan untuk bahan bakar rumah tangga,

kendaraan bermotor dan mesin industri berasal dari minyak bumi, batubara dan

gas alam. Ketiga jenis bahan bakar tersebut terbentuk dari peruraian senyawa-

senyawa organik yang berasal dari jasad organisme kecil yang hidup di laut jutaan

tahun yang lalu. Proses peruraian berlangsung lambat di bawah suhu dan tekanan

tinggi, dan menghasilkan campuran hidrokarbon yang kompleks. Sebagian

campuran berada dalam fase cair dan dikenal sebagai minyak bumi. Sedangkan

sebagian lagi berada dalam fase gas dan disebut gas alam.

Page 46: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

30

Karena memiliki nilai kerapatan yang lebih rendah dari air, maka minyak

bumi (dan gas alam) dapat bergerak ke atas melalui batuan sedimen yang berpori.

Jika tidak menemui hambatan, minyak bumi dapat mencapai permukaan bumi.

Akan tetapi, pada umumnya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang

tidak berpori dalam pergerakannya ke atas. Hal ini menjelaskan mengapa minyak

bumi juga disebut petroleum (berasal dari bahasa Latin petrus artinya batu dan

oleum artinya minyak).

Cara yang dilakukan untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum yaitu

dengan pengeboran. Pengeboran untuk mengambil minyak bumi (dan gas alam) di

lepas pantai dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menanam jalur pipa di dasar

laut dan memompa minyak (dan gas alam) ke daratan serta membuat anjungan di

mana minyak bumi (dan gas alam) selanjutnya dibawa oleh kapal tanker menuju

daratan. Di darat, minyak bumi (dan gas alam) dibawa ke kilang minyak (refinery)

untuk diolah.

Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi

yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah (crude oil).

Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama

alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana, aromatik, dan senyawa

anorganik. Meskipun kompleks, untungnya terdapat cara mudah untuk

memisahkan komponen-komponennya, yakni berdasarkan perbedaan nilai titik

didihnya. Proses ini disebut distilasi bertingkat. Untuk mendapatkan produk akhir

sesuai dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu

Page 47: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

31

diolah lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan pengotor dalam fraksi, dan

pencampuran fraksi.

2.2.4.2 Fraksi Minyak Bumi dan Kegunaannya

Prinsip pengolahan minyak mentah menggunakan distilasi bertingkat

adalah pemisahan komponen atau fraksi-fraksi minyak bumi melalui perbedaan

titik didih. Dimana fraksi yang memiliki titik didih paling rendah akan keluar

terlebih dahulu disusul oleh fraksi yang memiliki titik didih yang lebih tinggi.

Fraksi yang memiliki titik didih paling rendah adalah gas petroleum, yakni sekitar

20°C, dan fraksi yang memiliki titik didih paling tinggi adalah aspal, sekitar

400°C. Makin ke bawah tabung fraksionasi, makin tinggi suhu tangki tersebut.

Tabung fraksionasi minyak bumi dan jenis fraksi minyak bumi serta kegunaannya

disajikan pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.3.

Gambar 2.1. Tabung Fraksionasi Minyak Bumi

Page 48: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

32

Tabel 2.3. Jenis Fraksi Minyak Bumi dan Kegunaannya

Fraksi Jumlah Titik

Atom (C) Didih (oC)

Kegunaan

Gas 1-4 < 30 Bahan bakar

LPG, sumber

hidrogen

Peteroleum eter 5-6 30 – 90 Pelarut

Bensin 6-9 90 – 175 Bahan bakar

(gasoline) Nafta (bensin 9-12 175 – 200 Zat aditif bensin

berat) Minyak tanah 12-15 175 – 275 Bahan bakar

(kerosin), Avtur rumah tangga,

mesin jet

Solar dan 15-16 250 – 375 Bahan bakar

minyak diesel diesel, industri

Pelumas (oli) 16-20 350 ke atas Pelumas

Parafin/ lilin/ 21-24 350 ke atas Penerangan

malam Aspal 25 ke atas 350 ke atas Pelapis jalan raya

Minyak mentah tidak dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen

murni, melainkan ke dalam fraksi-fraksi, yakni kelompok-kelompok yang

mempunyai kisaran titik didih tertentu melalui proses distilasi bertingkat. Hal ini

dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer-isomer

hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan. Proses distilasi bertingkat ini

dapat dijelaskan pada Gambar 2.2.

Page 49: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

33

Minyak mentah dipanaskan dalam

boiler dengan uap air bertekanan tinggi.

Uap minyak mentah dialirkan ke bagian bawah menara/tanur

distilasi.

Uap minyak mentah bergerak ke atas

melewati pelat-pelat (tray).

Uap minyak mentah menjadi

dingin.

Sebagian uap terkondensasi

membentuk zat cair.

Zat cair yang diperoleh dalam kisaran suhu

tertentu disebut fraksi.

Fraksi senyawa dengan titik didih tinggi akan

terkondensasi di bagian bawah menara.

Fraksi senyawa dengan titik didih rendah

terkondensasi di bagian atas menara.

Fraksi selanjutnya dialirkan ke bagian kilang minyak

lainnya untuk proses konversi.

Gambar 2.2. Proses Distilasi Bertingkat Minyak Bumi

Proses konversi bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan

kuantitas dan kualitas sesuai permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi

kebutuhan fraksi bensin yang tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu

diubah/dikonversi menjadi fraksi rantai pendek. Di samping itu, fraksi bensin

harus mengandung lebih banyak hidrokarbon rantai bercabang/ alisiklik/aromatik

dibandingkan rantai lurus. Jadi, diperlukan proses konversi untuk penyusunan

ulang struktur molekul hidrokarbon. Beberapa jenis proses konversi dalam kilang

minyak dituliskan sebagai berikut.

1. Perengkahan (cracking)

Perengkahan adalah pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul

kecil. Contohnya, perengkahan fraksi minyak ringan/berat menjadi fraksi gas,

bensin, kerosin, dan minyak solar/diesel.

Page 50: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

34

2. Reforming

Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai

bercabang/alisiklik/ aromatik. Sebagai contoh, komponen rantai lurus (C5-C6)

dari fraksi bensin diubah menjadi aromatik.

3. Alkilasi

Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.

Contohnya, penggabungan molekul propena dan butena menjadi komponen

fraksi bensin.

4. Coking

Coking adalah proses perengkahan fraksi residu padat menjadi fraksi minyak

bakar dan hidrokarbon intermediat. Dalam proses ini, dihasilkan kokas (coke).

Kokas digunakan dalam industri alumunium sebagai elektrode untuk ekstraksi

logam Al.

2.2.4.3 Mutu Bensin

Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang

peranan penting sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis

hidrokarbon yang memiliki rantai C6-C9. Kadarnya bervariasi tergantung

komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.

Oleh karena bensin hanya terbakar dalam fase uap, maka bensin harus

diuapkan dalam karburator sebelum dibakar dalam silinder mesin kendaraan.

Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin diubah menjadi gerak.

Pembakaran bensin yang diinginkan adalah yang menghasilkan dorongan yang

Page 51: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

35

mulus terhadap penurunan piston. Hal ini tergantung dari ketepatan waktu

pembakaran agar jumlah energi yang ditransfer ke piston menjadi maksimum.

Ketepatan waktu pembakaran tergantung dari jenis rantai hidrokarbon yang

selanjutnya akan menentukan kualitas bensin.

Alkana rantai lurus dalam bensin seperti n-heptana, n-oktana, dan nonana

sangat mudah terbakar. Hal ini menyebabkan pembakaran terjadi terlalu awal

sebelum piston mencapai posisi yang tepat. Akibatnya timbul bunyi ledakan yang

disebut ketukan (knocking). Pembakaran terlalu awal berarti ada sisa komponen

bensin yang belum terbakar sehingga energi yang ditransfer ke piston tidak

maksimum. Sedangkan alkana rantai bercabang/alisiklik/ aromatik dalam bensin

seperti isooktana tidak terlalu mudah terbakar. Hal ini yang menyebabkan lebih

sedikit ketukan yang dihasilkan, dan energi yang ditransfer ke piston lebih besar.

Oleh karena itu, bensin dengan kualitas yang baik harus mengandung lebih

banyak alkana rantai bercabang/ alisiklik/ aromatik dibandingkan alkana rantai

lurus. Kualitas bensin ini dinyatakan oleh angka oktan. Angka oktan menunjukkan

kemampuan pembakaran suatu bahan bakar yang setara dengan pembakaran

campuran n-heptana dan isooktana. Angka oktan (octane number) dapat dikatakan

pula sebagai ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan

sewaktu terbakar dalam mesin. Angka oktan suatu bensin dapat ditentukan

melalui uji pembakaran sampel bensin untuk memperoleh karakteristik

pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian dibandingkan dengan

karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-heptana dan isooktana. Jika

ada karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana dalam campuran n-heptana

Page 52: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

36

dan isooktana tersebut digunakan untuk menyatakan nilai bilangan oktan dari

bensin yang diuji. Semakin tinggi kadar isooktana maka kualitas pembakaran

semakin baik dan energy yang dihasilkan lebih besar.

Ada beberapa jenis bensin produksi Pertamina, seperti Premium, Pertalite,

Pertamax, dan Pertamax Plus. Angka oktan beberapa jenis bensin diberikan pada

Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Jenis Bensin dan Angka Oktan

Jenis Bensin Angka Oktan

Premium 88 Pertalite 91

Pertamax 92

Pertamax Plus 95

Pertamax Turbo 98

Fraksi bensin dari menara distilasi umumnya mempunyai bilangan oktan

~70. Untuk menaikkan nilai bilangan oktan tersebut, ada beberapa hal yang dapat

dilakukan :

1. Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi hidrokarbon

rantai bercabang melalui proses reforming. Contohnya mengubah n-oktana

menjadi isooktana, seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Reaksi Reforming N-oktana Menjadi Isooktana

2. Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi

bensin.

Page 53: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

37

3. Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat

pembakaran bensin. Pernah menggunakan timbal (Pb), tetapi karena bersifat

racun, maka penggunaannya dilarang dan diganti dengan senyawa organik,

seperti etanol dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).

Beberapa keunggulan dari Pertalite, Pertamax dan Pertamax Plus

dibandingkan Premium adalah:

1. Mempunyai bilangan oktan yang tinggi.

Produsen mobil cenderung memproduksi kendaraan yang menggunakan

perbandingan kompresi mesin yang tinggi. (Perbandingan kompresi mesin

adalah perbandingan volume silinder sebelum dan sesudah kompresi). Hal ini

dimaksudkan agar tenaga mesin menjadi besar dan kendaraan dapat melaju

dengan kecepatan tinggi. Mesin demikian membutuhkan bensin dengan

bilangan oktan yang tinggi.

2. Meningkatkan kinerja mesin agar mesin makin bertenaga

Pertalite, Pertamax dan Pertamax Plus memiliki stabilitas oksidasi yang tinggi

dan juga mengandung aditif generasi terakhir. Pembakaran bensin menjadi

semakin sempurna sehingga kinerja mesin bertambah baik.

3. Bersifat ramah lingkungan

Pertalite, Pertamax dan Pertamax Plus tidak mengandung Pb yang bersifat

racun. Pembakaran yang semakin sempurna juga dapat mengurangi kadar

emisi gas polutan seperti CO dan NOx.

4. Lebih ekonomis dari segi harga bahan bakar dan biaya perawatan

Page 54: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

38

Pertamax dan Pertamax Plus sudah mengandung aditif sehingga praktis dan

tepat takarannya. Aditif juga dapat melindungi mesin sehingga dapat menekan

biaya perawatan.

2.2.4.4 Minyak Pelumas (Oli)

Pelumas adalah zat kimia berwujud cair atau padat, yang diberikan di

antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan

fraksi hasil destilasi minyak bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung yang

memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari

90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling

utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.

Pada dasarnya yang menjadi fungsi utama pelumas adalah mencegah

atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan

logam satu dengan permukaan logam lain yang terus menerus bergerak. Selain

keausan dapat dikurangi, permukaan logam yang terlumasi akan mengurangi

besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas yang ditimbulkan

oleh gesekan akan berkurang. Pelumas juga memiliki fungsi tambahan

diantaranya yaitu sebagai penghantar panas, pelindung mesin, pembersih, dan

pendingin mesin.

Viskositas merupakan kekentalan suatu minyak pelumas yang merupakan

ukuran kecepatan bergerak atau daya tolak suatu pelumas untuk mengalir. Oli

memiliki suhu paling rendah dimana mesin diharapkan beroperasi. Kekentalan oli

berkaitan dengan kemampuan oli bekerja pada suhu yang ekstrim. Oli yang baik

Page 55: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

39

adalah oli yang mempunyai kekentalan stabil/ memiliki daya tahan terhadap suhu

rendah (dingin) dan suhu tinggi (panas). Kemampuan ini akan sangat mendukung

beberapa fungsi oli yang telah disebutkan.

Gambar 2.4. Kode pada Kemasan Pelumas

Ukuran kekentalan pelumas umumnya menggunakan standar SAE (Society

of Automotive Engineering), seperti pada Gambar 2.4 dimana pada kemasan

tertulis SAE 5W-30. Tanda 5W (Winter) berarti pada suhu rendah (dingin), oli

akan tetap memiliki kekentalan 5 dan pada suhu tinggi (panas) oli akan berada

pada tingkat kekentalan 30. Kode 15W-50 mempunyai makna pada suhu terendah

oli akan memiliki derajat kekentalan sebesar 15 dan pada suhu tertinggi oli

memiliki tingkat kekentalan 50. Semakin kecil jarak kekentalan oli maka semakin

baik kualitas oli tersebut. Misalnya, SAE 5W-30 akan lebih baik dari kode SAE

5W-40.

Semakin rendah suhu udara di luar (tempat yang dingin) maka dibutuhkan

oli yang lebih encer atau dengan kode 5W. Negara dingin biasanya memakai oli

dengan kode 5W. Sebaliknya, semakin panas cuaca/ suhu udara di luar maka

Page 56: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

40

dibutuhkan oli dengan tingkat kekentalan yang lebih tinggi, seperti Indonesia akan

lebih baik untuk menggunakan kode SAE 15W-30. Pemakaian kekentalan yang

tidak sesuai dengan suhu suatu negara akan menyebabkan oli tidak bisa bekerja

maksimal. Jika Indonesia menggunakan kode SAE 5W-40 maka oli akan sangat

encer sehingga tidak mampu melakukan tugas pelumasan dengan baik. Begitu

pula sebaliknya jika pada negara dengan cuaca ekstrim dingin menggunakan kode

SAE 15W maka oli akan sangat kental pada saat udara dingin sehingga oli tidak

dapat mengalir pada ruang-ruang antar komponen mesin.

2.2.4.5 Dampak Pembakaran Bahan Bakar dan Cara Mengatasinya

Pembakaran bensin dalam mesin kendaraan mengakibatkan pelepasan

berbagai zat yang dapat mengakibatkan pencemaran udara. Berikut beberapa

penjelasan mengenai dampak pembakaran bahan bakar bensin.

1. Pembakaran bensin

Pembakaran bensin merupakan penyebab polusi udara terbesar karena sumber

utama gas CO2. Gas ini dihasilkan dari proses pembakaran sempurna. Reaksi

pembakaran sempurna tersebut adalah 2C8H8 + 25O2 → 16CO2 + 18H2O. Gas

CO2 memiliki dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Peningkatan

konsentrasi CO2 mengakibatkan peningkatan suhu lingkungan yang dapat

memicu perubahan iklim yang drastis. Selain itu, kenaikan suhu lingkungan

yang signifikan juga berakibat menipis dan mencairnya es di kutub,

permukaan air laut yang terus naik, serta musim dingin yang berakhir lebih

cepat dan musim panas yang datang lebih awal.

Page 57: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

41

2. Pemakaian TEL pada bensin

Pembakaran bensin menghasilkan partikulat Pb dari knalpot yang

mengakibatkan pencemaran udara, mengganggu pernapasan, gigi rapuh,

kerusakan tulang belakang, terhambatnya kerja enzim, dan terganggunya

pembentukan hemoglobin (Gusnita, 2012). Untuk mengganti TEL digunakan

MTBE (metil tersier butil eter).

3. Pembakaran tidak sempurna

Pembakaran bensin juga menghasilkan gas CO yang beracun dan dapat

berikatan dengan hemoglobin dalam darah dan menghalangi ikatan O2 dengan

hemoglobin. Reaksinya yaitu 2C8H18(l) + 21O2(g) → 8CO(g) + 8CO2(g) +

18H2O(g) atau 2C8H18(l) + 15O2(g) → 8C(s) + 4CO(g) + 4CO2(g) +

18H2O(g). Bila gas O2 yang tersedia cukup, reaksi tersebut akan berjalan

sempurna. Namun jika tidak, maka akan terjadi pembakaran tidak sempurna

yang menghasilkan gas CO. Gas CO yang terhirup dapat berikatan dengan

hemoglobin dalam darah yang seharusnya mengikat O2. Karena kemampuan

gas CO untuk mengikat Hb lebh kuat daripada O2, maka Hb yang telah

berikatan dengan CO akan menjadi HbCO dan tidak bisa lagi mengikat O2

sehingga tubuh akan kekurangan O2. Ambang batas CO di udara adalah < 100

ppm. Udara dengan kadar CO > 100 ppm dapat menyebabkan sakit kepala dan

cepat lelah. Adapun pada kadar CO > 750 ppm dapat menyebabkan kematian.

Sementara itu, karbon (C) menghasilkan serbuk halus jelaga yang jika terhirup

dapat merusak alat pernafasan.

Page 58: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

42

4. Hujan asam

Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida, dampak pembakaran bahan

bakar dalam mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang

dioksida (SO2) karena di dalam minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta

gas oksida nitrogen (NOx) karena untuk membakar bahan bakar (bensin)

dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan udara mengandung

gas nitrogen. Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas

belerang dioksida (SO2) menurut reaksi S(s) + O2(g) → SO2(g). Ketika di

udara, gas SO2 ini dapat teroksidasi menjadi gas SO3 sesuai reaksi SO2(g) +

O2(g) → SO3(g). Gas SO3 ini sangat mudah bereaksi dengan air menghasilkan

asam sulfat, sehingga gas SO3 ini dapat menyebabkan hujan asam seperti

reaksi SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq). Kadar asam yang berlebih dalam

lingkungan juga berakibat buruk bagi lingkungan karena sifatnya yang korosif

sehingga perkaratan pada logam lebih mudah terjadi.Sedangkan pada suhu

tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapat terjadi reaksi antara nitrogen

dan oksigen yang menghasilkan gas oksida nitrogen dalam kadar tinggi. Gas

ini dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga menyebabkan mata perih

dan merah.

Dampak negatif pembakaran bensin sebagai bahan bakar kendaraan

bermotor ini perlu diatasi agar tidak semakin merusak lingkungan. Berikut

beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari pembakaran

bensin.

Page 59: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

43

1. Produksi bensin yang ramah lingkungan, seperti tanpa aditif Pb.

Bahan bakar di Bumi banyak, salah satunya adalah biofuel (bahan bakar yang

terbuat dari makhluk hidup, biasanya tanaman). Biofuel termasuk bahan bakar

yang ramah lingkungan. Biofuel itu bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yakni

bioetanol, biodiesel, dan biogas. Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat

dari minyak kedelai, minyak rapeseed (sejenis bunga), minyak buah jarak,

hingga minyak bunga matahari. Biogas adalah bahan bakar yang berasal dari

hasil fermentasi sampah tumbuhan atau kotoran (manusia atau hewan).

Sedangkan bioetanol adalah alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

seperti gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan, hingga limbah

sayuran. Untuk mendapatkan alkohol, tumbuhan di atas harus melewati proses

fermentasi terlebih dahulu.

2. Penggunaan EFI (Electronic Fuel Injection) pada sistem bahan bakar.

EFI adalah suatu rangkaian penyuplai bahan bakar secara elektronik. Artinya,

sistem suplai bahan bakar dari tanki ke ruang bakar sudah berbasis elektronik.

Prinsip kerja sistem EFI juga menggunakan perbedaan tekanan, namun

perbedaan tekanan ini dibuat lebih tinggi. Sehingga akan meningkatkan

tekanan didalam saluran bensin, ini akan menyebabkan bensin mengabut

secara sempurna.

3. Penggunaan konverter katalitik pada sistem buangan kendaraan.

Konverter katalitik ini berfungsi untuk mengurangi emisi gas buang dari

motor agar lebih ramah lingkungan. Konverter katalitik terbuat dari logam

palladium. Ketika gas buang menyentuh logam akan terjadi reaksi kimia

Page 60: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

44

sehingga beberapa kandungan atau senyawa yang berbahaya dapat

dihilangkan, seperti hidrokarbon.

4. Penghijauan atau pembuatan taman dalam kota.

5. Penggunaan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan yang lebih

ramah lingkungan, seperti tenaga surya dan sel bahan bakar (fuel cell).

2.2.5 Terintegrasi Konteks Kejuruan

Seperti yang telah dipaparkan tentang pembelajaran kimia di SMK, pada

penelitian ini materi minyak bumi akan diintegrasikan dengan konteks kejuruan di

kompetensi keahlian teknik otomotif. Berikut beberapa paparan yang dijelaskan:

a. Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor

Penggunaan bahan bakar Pertamax Plus dengan nilai oktan 95 memberikan

efisiensi lebih baik dibanding penggunaan bahan bakar Pertamax beroktan 92

dan Premium beroktan 88 (Budiharto & Priangkoso, 2013). Hal ini disebabkan

desain mesin kendaraan uji menyesuaikan dengan standar emisi di Indonesia

yaitu standar Euro 2 yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar bensin yang

sesuai dengan Pertamax Plus, sehingga mesin kendaraan mendapatkan

efisiensi terbaiknya.

b. Air Fuel Ratio

Bahan bakar (bensin) yang hendak dimasukan ke dalam ruang bakar haruslah

dalam keadaan yang mudah terbakar. Hal ini dilakukan agar didapatkan

efisiensi tenaga motor yang maksimal. Campuran bahan bakar yang belum

sempurna akan sulit dibakar oleh percikan bunga api dari busi. Bahan bakar

Page 61: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

45

tidak dapat terbakar tanpa adanya udara (O2) yang tentunya dalam keadaan

yang homogen. Jumlah bahan bakar atau bensin yang dipakai dalam

pembakaran harus sesuai dengan aturan. Hal ini dikarenakan bahan bakar yang

melimpah pada ruang bakar tidak akan meningkatkan tenaga dari motor

tersebut melainkan akan merugikan motor sendiri. Semakin banyak bahan

bakar yang tidak terbakar akan meningkatkan filamen pada dinding silinder

(tempat gesekan antara dinding silinder dengan ring piston). Perbandingan

campuran udara dan bahan bakar (AFR) sangat dipengaruhi oleh pemakaian

bahan bakar. Bensin harus dapat terbakar seluruhnya agar menghasilkan

tenaga yang besar dan meminimalkan tingkat emisi gas buang. AFR (Air Fuel

Ratio) adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses pembakaran di

dalam ruang bakar. AFR juga diartikan sebagai komposisi campuran bensin

dan udara (Widodo et al., 2014). Idealnya AFR bernilai 14,7 artinya campuran

terdiri dari 1 bensin dan 14,7 udara biasa (Syahrani, 2006).

c. Electronic Fuel Injection (EFI)

Sistem injeksi bahan bakar elektronik perlahan tapi pasti akan menggantikan

sistem yang sudah lama bertahan (karburasi motor). EFI (Electronic Fuel

Injection) adalah sebuah sistem bahan bakar yang dalam kerjanya dikontrol

secara elektronik agar didapatkan nilai campuran udara dan bahan bakar yang

selalu sesuai dengan kebutuhan motor bakar. Penyemprotan bahan bakarnya

sudah di atur secara elektronik, maka pada EFI dikenal ada komponen yang

bernama injector yang berfungsi untuk menginjeksikan bahan bakar dalam

bentuk kabut yang mudah terbakar. Dengan adanya EFI ini, maka proses

Page 62: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

46

pembakaran yang terjadi diruang bakar akan terjadi secara sempurna sehingga

didapatkan daya motor yang optimal serta didapatkan gas buang yang ramah

lingkungan, sehingga pada saat ini menjadi primadona karena mampu

menjawab tantangan zaman dan mampu menekan angka emisi gas buang serta

mampu memenuhi standard EURO. Pada dasarnya, sistem EFI memiliki 3

komponen utama yakni sensor, ECU (Electronic Control Unit) dan aktuator.

Setiap ada perubahan kondisi penggunaan sepeda motor, ECU akan mengatur

supaya kondisi AFR tetap ideal dan diatur secara digital. Pada sistem EFI

terdapat beberapa sensor diantaranya yaitu sensor udara (oksigen), sensor

putaran mesin, sensor suhu udara, sensor posisi, dan sensor suhu air. Sensor

suhu udara (Intake Air Temperature) akan menjaga pasokan BBM tetap sesuai

(waktu buka injector ditambah atau dikurangi) saat kondisi kepadatan O2

berubah. Jadi sepeda motor yang menggunakan EFI digunakan siang atau

malam tetap optimum atau tenaga tetap sama.

d. Daur Ulang Oli di Bidang Otomotif

Oli merupakan pelumas utama bagi mesin kendaraan. Oli yang buruk akan

meninggalkan ampas atau sisa yang buruk pada mesin. Hal ini dapat

menyebabkan mesin tidak berumur lama. Akibatnya, kendaraan akan sering

mengalami mogok atau mati mesin. Limbah oli bekas tergolong limbah B3

yang berdampak negatif bagi lingkungan. Untuk itu, limbah oli ini dapat

dimanfaatkan kembali dengan cara mendaur ulang. Pemanfaatan kembali

limbah oli di bidang otomotif diataranya yaitu pelumas rantai roda dan gear,

penghilang karat pada knalpot, dan bahan bakar mesin diesel atau mesin

Page 63: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

47

jenset. Selain di bidang otomotif, oli bekas juga dapat dimanfaatkan untuk

pengobatan hewan ternak dan pengawet kayu. Meskipun begitu, pengelolaan

oli bekas tidak boleh dilakukan sembarangan karena berbahaya jika terpapar

pada makhluk hidup.

2.2.6 Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu tantangan pendidikan dewasa ini adalah membangun

keterampilan abad 21 (Suarsana & Mahayukti, 2013). Salah satu tantangan

tersebut yaitu lulusan yang dihasilkan memiliki keterampilan berpikir kritis (Lai,

2011). Siswa yang mendapat bekal keterampilan berpikir kritis dapat mencermati

kebenaraan pendapat orang lain berdasarkan ilmu pengetahuan sehingga siswa

tanpa ada rasa ragu dapat memutuskan atau menilai kebenaran pendapat tersebut

(Rahmawati et al., 2016).

Salah satu kemampuan siswa Indonesia yang rendah pada pemecahan

masalah ialah kurangnya perhatian terhadap pembangunan keterampilan berpikir

kritis (Firdaus et al., 2015). Padahal, dalam memecahkan masalah dan mengambil

keputusan sesuai dengan kebenaran ilmiah, siswa memerlukan keterampilan

berpikir kritis (Hasruddin, 2009) Siswa yang memiliki tingkat kemampuan

berpikir kritis yang tinggi dapat memproses informasi, menganalisis,

mengevaluasi, menalar, dan mampu mengkomunikasikan dengan baik (Kadarsono

et al., 2019). Belajar berpikir kritis bagi siswa dilalui melalui proses menanya,

kapan menanya, apa pertanyaannya, bagaimana menalar, kapan menggunakan

penalaran, dan apa metode yang digunakan untuk menalar (Palinussa, 2013).

Page 64: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

48

Conklin menyatakan bahwa higher order thinking skills meliputi berpikir

kritis dan berpikir kreatif (Arifin, 2016). Berpikir kritis menjadi dasar dari tiga

pola berpikir tingkat tinggi yang lain yaitu berpikir kreatif, pemecahan masalah,

dan pengambilan keputusan (Hasnunidah, 2012). Hal ini dapat diartikan bahwa

diperlukan penguasaan berpikir kritis terlebih dahulu sebelum mencapai tiga pola

berpikir tingkat tinggi yang lain (Habibah et al., 2017).

Berpikir kritis merupakan istilah yang umumnya dikaitkan dengan

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang ditandai dengan analisis yang cermat dan

pertimbangan. Berpikir kritis merupakan berpikir yang masuk akal dan reflektif

yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau

diyakini (Ennis, 1993). Berpikir kritis juga diartikan sebagai keterampilan yang

dimiliki seseorang untuk bersikap rasional dalam memecahkan masalah yang

dihadapi (Dahlia et al., 2018). Fisher mendefinisikan berpikir kritis sebagai

berpikir evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan yang

secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau argumen yang

disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan tindakan (Masfuah et

al., 2011).

Berpikir kritis memiliki arti penting bagi seseorang dalam kehidupan

bermasyarakat, seperti tuntutan pribadi, sosial, dan profeisonalitas (Che, 2002).

Orang-orang yang berpikir kritis secara konsisten berusaha untuk hidup secara

rasional, cukup, dan empati. Ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, orang-

orang yang berpikir kritis, akan tetap belajar menyelesaikan permasalahan

tersebut. Mereka berkomitmen untuk berpikir logis tentang permasalahan sampai

Page 65: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

49

akhirnya selesai. Mereka berjuang untuk menyingkirkan keraguan yang datang ke

dalam pemikirannya dan berusaha untuk melihat situasi dengan cara baru

sehingga dapat dianalisis dan dievaluasi secara logis. Selain itu, mereka akan

merefleksikan apa yang sudah mereka pelajari.

Keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif ini datang

bersama-sama di bawah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang didasarkan pada

pemikiran tingkat yang lebih rendah. Kemampuan berpikir tentang topik pada

tingkat yang lebih tinggi, harus terlebih dahulu memahami topik yang diberikan.

Seorang siswa ketika berpikir tingkat tinggi, harus mengetahui fakta-fakta dasar,

memahami konsep, dan menerapkan apa yang mereka ketahui, sehingga mereka

dapat memilih topik terpisah melalui analisis, membuat penilaian atau sesuatu

yang baru berdasarkan ide. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk

mempelajari masaah secara sistematis dalam menghadapi berbagai tantangan

secara terorganisasi dengan merumuskan pertanyaan inovatif dan merancang

solusi original (Abdurahim, 2016).

Ennis mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir reflektif yang

beralasan dan difokuskan pada penetapan apa yang dipercayai atau yang

dilakukan (Sumarmo et al., 2012). Aspek indikator berpikir kritis diklasifikasikan

menjadi lima, yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun

keterampilan dasar; (3) menyimpulkan; (4) memberikan penjelasan lebih lanjut;

dan (5) mengatur strategi dan taktik (Ennis, 1985). Indikator kemampuan berpikir

kritis dijabarkan lebih rinci sebagai berikut: memfokuskan diri pada pertanyaan,

menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan argumen,

Page 66: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

50

mempertimbangkan sumber yang terpercaya, mengamati dan menganalisis

deduksi, menginduksi dan menganalisis induksi, merumuskan eksplanatori,

kesimpulan dan hipotesis, menarik pertimbangan yang bernilai, menetapkan suatu

aksi, dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam melaksanakann berpikir kritis,

terlibat disposisi berpikir yang dicirikan dengan bertanya secara jelas dan

beralasan, berusaha memahami dengan baik, menggunakan sumber yang

terpercaya, mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, berusaha tetap

mengacu dan relevan ke masalah pokok, mencari berbagai alternatif, bersikap

terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan

bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks, memanfaatkan

cara berpikir orang lain yang kritis, dan bersikap sensisif terhadap perasaan orang

lain.

Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) disajikan pada

Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis

Aspek Indikator Sub Indikator

1. Memberikan

penjelasan

sederhana

1. Memfokuskan

pertanyaan

2. Menganalisis

argumen

Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk

mempertimbangkan

kemungkinan jawaban

Menjaga kondisi pikiran

Mengidentifikasi kesimpulan

Mengidentifikasi alasan

(sebab) yang dinyatakan

(eksplisit)

Mengidentifikasi alasan yang

tidak dinyatakan

Mencari atau menemukan

persamaan dan perbedaan

Page 67: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

51

Aspek Indikator Sub Indikator

Mengidentifikasi kerelevanan

dan tidak relevan

Mencari atau menemukan

struktur argument

Membuat ringkasan

3. Bertanya dan Mengapa?

menjawab Apa intinya?

pertanyaan Apa artinya?

menantang Apa contoh dan bukan

contohnya?

Bagaimana menerapkannya

pada kasus tersebut?

Perbedaan apa yang

menyebabkannya?

Apa faktanya?

Benarkah apa yang anda

katakan?

2. Membangun 4. Mempertimbangkan Ahli

keterampilan kredibilitas Tidak ada konflik interest

dasar (kriteria) suatu Kesepatan antar sumber

sumber Reputasi

Menggunakan prosedur yang

tersedia

Mengetahui resiko terhadap

reputasi

Kemampuan memberikan

alasan

Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi dan Melibatkan sedikit dugaan

mempertimbangkan Menggunakan waktu yang

laporan observasi singkat antara observasi dan

laporan

Melaporkan hasil observasi

sendiri

Mencatat hal-hal yang

diinginkan

Penguatan

Kemungkinan penguatan

Kondisi akses yang baik

Penggunaan teknologi yang

kompeten

Kepuasan observer yang

kredibilitas

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan Kelompok yang logis

mempertimbangkan Kondisi yang logis

Page 68: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

52

Aspek Indikator Sub Indikator

7.

hasil deduksi

Menginduksi dan

Interpretasi pernyataan /

menyatakan tafsiran

Membuat generalisasi

mempertimbangkan

hasil induksi

Mengemukakan kesimpulan

dan hipotesis

Investigasi

8.

Membuat dan

Kriteria berdasarkan asumsi

Latar belakang fakta-fakta

4. Memberikan

9.

menentukan hasil

pertimbangan

Mendefinisikan

Konsekuensi

Penerapan prinsip-prinsip

Mempertimbangkan

alternatif

Mempertimbangkan dan

menentukan

Membuat bentuk definisi :

penjelasan

lanjut istilah dan

mempertimbangkan

suatu definisi

sinonim, klasifikasi, rentang,

ekspresi yang sama,

operasional, contoh dan

bukan contoh

Bertindak dengan

memberikan penjelasan

lanjut

Isi

5. Mengatur

10.

11.

Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Menentukan suatu

Alasan yang tidak dinyatakan

Asumsi yang dibutuhkan,

mengkonstruksi argumen

Mengungkap masalah

strategi dan

taktik tindakan

Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi

yang mungkin

Merumuskan solusi alternatif

Menentukan tindakan

sementara

Memutuskan hal-hal yang

akan dilakukan secara tentatif

Menelaah

12.

Berinteraksi dengan

orang lain

Memonitor

Menyenangkan

Strategi logis

Strategi retorika

Presentasi

Page 69: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

53

Tingkat keterampilan berpikir kritis siswa perlu dinilai. Penilaian

keterampilan berpikir kritis ini memiliki banyak manfaat penting (Ennis, 1993).

Hal penting tersebut diantaranya yaitu (1) dapat mendiagnosis tingkat

keterampilan berpikir kritis siswa; (2) memberikan motivasi kepada siswa untuk

menjadi pemikir kritis yang lebih baik; (3) melakukan penelitian tentang

pembelajaran keterampilan berpikir kritis dan masalah yang dihadapi. Pengukuran

keterampilan berpikir kritis siswa sebaiknya menggunakan soal tes open ended

yang lebih komprehensif.

Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan dalam memahami materi

yang membutuhkan penalaran lebih (Kemdikbud, 2016). Jika tidak ada perbaikan

dalam cara bernalar siswa yang salah maka kesulitan akan terus dihadapi siswa

hingga kelas berikutnya (Bao et al., 2002). Oleh karena itu, siswa perlu diajarkan

belajar berpikir kritis secara bertahap melalui kebiasaan yang dilatihkan.

Proses pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilakukan

seorang guru dengan memberikan stimulasi kepada siswa untuk melakukan

aktivitas keterampilan berpikir kritis. Keterampilan ini dapat dikembangkan jika

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelola secara sengaja untuk

mendukung perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa (Dahlia et al.,

2018). Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah pembelajaran yang semula

berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa dengan pendekatan kontekstual

(Verawati et al., 2017). Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

dapat dimulai dengan memberikan suatu masalah di awal pembelajaran,

melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah, melakukan observasi untuk

Page 70: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

54

menjelaskan fenomena, bereksplorasi, dan melaporkan hasil eksperimen

(Prayogi & Muhali, 2015). Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa sudah banyak dilaksanakan dalam beberapa

penelitian dengan menggunakan berbagai model pembelajaran (Lestari et al.,

2016; Uswatun & Rohaeti, 2015; Kristanto & Susilo, 2015). Hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dilaksanakan

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Selain itu, peningkatan motivasi belajar siswa juga perlu dilakukan dalam

rangka melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Motivasi merupakan tenaga

yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan agar tujuan yang

diinginkan dapat tercapai (Sanderayanti, 2015). Siswa dengan motivasi belajar

yang tinggi akan lebih fokus mengikuti pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai (Rahmawati, 2013). Artinya, siswa yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi akan melakukan usaha dan upaya belajar yang lebih

banyak sehingga memungkinkan siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang

tinggi pula (Nugraha et al., 2017).

Keterampilan berpikir kritis dapat dilatihkan kepada siswa menggunakan

pendekatan yang menekankan pada hubungan antara keterampilan tersebut

dengan pengalaman dan konteks yang lebih khusus (Subiantoro & Fatkhurohman,

2009). Pendekatan ini mengisyaratkan perlunya bahan ajar yang memberikan

kesempatan siswa dalam menggali kontekstualitas pengalaman belajar dan

menerapkan keterampilan berpikir kritis. Proses belajar yang menekankan pada

Page 71: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

55

kemampuan berpikir kritis akan membuat siswa lebih paham terhadap suatu

konsep (Wijayanti et al., 2016).

2.3 Kerangka Berpikir

Mata pelajaran kimia diberikan di sekolah kejuruan untuk mendukung

materi di bidang kejuruan. Seyogyanya, pembelajaran kimia di sekolah kejuruan

ini mengintegrasikan materi kimia dengan materi kejuruan agar fungsi pemberian

mata pelajaran kimia di SMK terwujud. Permasalahan yang mucul yaitu belum

terlaksananya pembelajaran yang terintegrasi antara mata pelajaran kimia dan

mata pelajaran kejuruan oleh guru. Salah satu alasan yang banyak dikemukakan

yaitu belum adanyan bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan.

Solusi dari permasalahan ini yaitu dengan melakukan pengembangan

bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan. Materi minyak bumi memiliki

keterkaitan yang besar dengan kejuruan teknik otomotif sehingga pengembangan

bahan ajar dapat dilakukan dengan mengkaitkan kedua materi tersebut. Integrasi

kedua materi tersebut akan mendorong keingintahuan siswa pada mata pelajaran

kimia karena berhubungan langsung dengan materi kejuruan. Selain itu,

keberadaaan bahan ajar yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa yang merupakan salah satu keterampilan abad

21 yang dibutuhkan di dunia kerja.

Secara ringkas, kerangka berpikir penelitian ini akan dijelaskan pada

Gambar 2.5.

Page 72: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

56

Pembelajaran kimia di sekolah menengah kejuruan

1. Tujuan SMK menghasilkan lulusan yang siap

bekerja di bidangnya, beradaptasi di lingkungan

kerja, dan mengembangkan diri

2. Kimia : kelompok mata pelajaran adaptif (C1

Dasar Bidang Kejuruan)

Harapan

Pembelajaran kimia di SMK

seharusnya dikaitkan langsung

dengan pembelajaran produktif

(C2 dan C3)/ kompetensi kejuruan

Fakta

Guru kimia di SMK belum

melakukan pembelajaran kimia

yang diintegrasikan dengan

konteks kejuruan

Masalah

Belum adanya bahan ajar atau buku yang

dapat digunakan acuan untuk guru dalam

mengajar kimia yang diintegrasikan

dengan konteks kejuruan

Solusi

Diperlukan pengembangan bahan ajar

kimia terintegrasi konteks kejuruan

Keterampilan

berpikir kritis

Keterampilan abad 21

yang dibutuhkan

dalam dunia kerja

Tujuan

Meningkatkan

keterampilan berpikir

kritis siswa

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Page 73: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

137

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar

minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan untuk meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa SMK teknik otomotif maka dapat diambil simpulan sebagai

berikut.

1) Bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif

memenuhi kriteria valid dengan tingkat kesahihan yaitu 3,78 pada kategori

sangat baik.

2) Bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif

mencapai kriteria efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan

syarat yang telah terpenuhi yaitu rerata hasil tes keterampilan berpikir kritis

yang meningkat sebesar 35%, skor N-Gain mencapai 0,55 dengan kriteria

sedang, dan proporsi ketuntasan siswa mencapai 86,11% dengan rerata hasil

posttest keterampilan berpikir kritis siswa secara klasikal sebesar 82,71.

3) Respon siswa terhadap bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan

teknik otomotif menunjukkan sebesar 78% siswa memberikan respon sangat

baik dan 22% siswa memberikan respon baik.

137

Page 74: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

138

5.2. Implikasi

Berdasarkan simpulan tersebut, maka implikasi hasil penelitian yang

diajukan sebagai berikut.

1) Bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif dapat

digunakan sebagai alternatif media pembelajaran yang inovatif di SMK.

2) Bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif

bermanfaat untuk mendukung terselenggaranya pembelajaran kimia yang

terintegrasi materi kejuruan untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi

siswa terhadap ilmu kimia.

5.3. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Pengembangan bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik

otomotif sebaiknya dilakukan juga pada kompentensi dasar yang lain.

2) Bahan ajar minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan teknik otomotif dibuat

sebaiknya dibuat e-book agar akses mendapatkan bahan ajar tersebut menjadi

lebih mudah.

Page 75: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

139

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahim, A. (2016). Keefektifan Model Pembelajaran Resik Ditinjau dari

Sikap, Motivasi, dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SMP.

Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3(2), 137–149.

Ardiansyah, R., Corebima, A, D., & Rohman, F, (2017). Pengembangan Bahan

Ajar Mutasi Genetik pada Matakuliah Genetika. Jurnal Pendidikan: Teori,

Penelitian, Dan Pengembangan, 2(7), 927–933.

Arifin, Z, (2016). Pengembangan Instrumen pengukur Berpikir Kritis Matematika

Siswa SMA Kelas X. Jurnal Theorems (The Original Research of

Mathematics), 1(1), 58–74.

Ariyani, N., Susilaningsih, E., & Mahatmanti, F. W. (2019). Journal of Innovative

Science Education The Development of The Chemical Teaching Material

Integrated to Nautical Material to Improve Understanding The Hydrocarbon

and Petroleum Concept in The Shipping Vocational High School. Journal of

Innovative Science Education, 8(1), 516–524.

Asliyani, Rusdi, M., & Asrial. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMK

Teknologi Kelas X Berbasis Kontekstual. Edu-Sains, 3(2), 1–7.

Bao, L., Hogg, K., & Zollman, D. (2002). Model analysis of fine structures of

student models : An example with Newton’s third law. American Association

of Physics Teachers, 70(7), 766–778. https://doi.org/10.1119/1.1484152

Bauer, K. (2010). Textbooks and Teaching Resources: A Case Study from the

Early Childhood Classroom – Australia. IARTEM E-Journal, 3(2), 81–95.

Bell, J. & Donnelly, J. (2006). A Vocationalized School Science Curriculum?

International Journal of Science Education, 28(12), 1389–1410.

https://doi.org/10.1080/09500690600708600

Boahin, P. & Hofman, A. (2013). Journal of Vocational Education & A

disciplinary perspective of competency-based training on the acquisition of

employability skills. Journal of Vocational Education & Training, 65(3),

385–401. https://doi.org/10.1080/13636820.2013.834954

Budiharto, M. & Priangkoso, T. (2013). Hubungan Jenis Bahan Bakar dengan

Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor Bertransmisi CVT, Semi-Otomatik

dan Manual. Momentum, 9(2), 22–24.

Che, F. S. (2002). Teaching Critical Thinking Skills in a Hong Kong Secondary

School. Asia Pacific Education Review, 3(1), 83–91.

Page 76: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

140

Chodijah, S., Fauzi, A., & Wulan, R. (2012). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang Dilengkapi

Penilaian Portofolio pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian

Pembelajaran Fisika, 1, 1–19.

Dahlia. Ibrohim. & Mahanal, S. (2018). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa SMP Menggunakan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Terbimbing dengan Sumber Belajar Hutan Wisata Bening. Jurnal

Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(2), 188–194.

Destino, M. D., Bharata, H., & Caswita. (2019). Pengembangan Bahan Ajar

Transformasi Geometri Berorientasi pada Kemampuan Bepikir Kritis Siswa.

KREANO Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 10(1), 57–67.

Ennis, R. H. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills.

Educational Leadership, 43(2), 44–48.

Ennis, R. H. (1993). Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice, 32(3),

179–186. https://doi.org/10.1080/00405849309543594

Faraday, S., Overtob, C., & Cooper, S. (2011). Effective Teaching and Learning

ini Vocational Education. London: LSN. Available at

http://policyconsortium.co.uk/wp-content/uploads/2012/01/110052RP-

effective-VET_final-report1.pdf.

Fatmawati, H., Mardiyana, & Triyanto. (2014). Analisis Berpikir Kritis Siswa

dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok

Bahasan Persamaan Kuadrat. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika,

2(9), 899–910. https://doi.org/10.17605/OSF.IO/WSZA9

Febrianti, E., Haryani, S., & Supardi, K. I. (2015). Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Materi Larutan Penyangga Model Problem Based Learning

Bermuatan Karakter untuk Siswa SMA. Journal of Innovative Science

Education, 4(2), 50–58.

Firdaus, Kailani, I., Bakar, M. N. Bin, & Bakry. (2015). Developing Critical

Thinking Skills of Students in Mathematics Learning. Journal of Education

and Learning, 9(3), 226–236.

Gusnita, D. (2012). Pencemaran logam berat timbal (Pb) di udara dan upaya

penghapusan bensin bertimbal. Berita Dirgantara, 13(3), 95–101.

Habibah, F. N., Widodo, A. T., & Jumaeri. (2017). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Kontekstual Berpendekatan Inkuiri Terbimbing Materi Ksp.

Journal of Innovative Science Education, 6(1), 66–74.

Hasnunidah, N. (2012). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada

Pembelajaran Ekosistem Berbasis Konstruktivisme Menggunakan Media

Page 77: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

141

Maket. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(1), 64–74.

Hasruddin. (2009), Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui

Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6(1), 48–60.

Hayati, M. N., Supardi, K. I., & Miswadi, S. S. (2013). Pengembangan

Pembelajaran IPA SMK dengan Model Kontekstual Berbasis Proyek untuk

Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), 53–58.

Hayudiyani, M., Arif, M., & Risnasari, M. (2017). Identifikasi Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas X TKJ Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Jenis

Kelamin Siswa di SMKN 1 Kamal. Jurnal Ilmiah Edutic, 4(1), 20–27.

Hidayati, A. (2015). Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri (Studi Kasus di SMK Negeri 1

Batang), Dalam: Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Surakarta, 07 November 2015. Surakarta: FKIP UNS. Hlm:1-12.

Imaduddin, M. (2013). Modul Q-SETS sebagai Rekayasa Bahan Ajar Kimia yang

Bermuatan Quantum Learning dan Bervisi Salingtemas. Jurnal Pendidikan

Sains Universitas Muhammadiyah Semarang, 1(1), 26–36.

Indrawati. (2009). Keterampilan Proses Sains IPA. Bandung: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Dikdasmen P3GIPA.

Izzatika, A., Supartono, & Susilaningsih, E. (2015). Pengembangan Bahan Ajar

IPA Terintegrasi Pendidikan Karakter Tema Matahari sebagai Sumber

Energi. Journal of Primary Education, 4(1), 24–29.

Kadarsono, M., Suyitno, H., & Waluya, B. (2019). Mathematical Critical

Thinking Ability of Students in CTL Learning Based on Cognitive Style.

Unnes Journal of Mathematics Education Research, 8(8), 89–95.

Kharisma, E. N. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

SMK pada Materi Barisan dan Deret. Jurnal Review Pembelajaran

Matematika, 3(1), 62–75.

Kemdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2016. Jakarta: Kemdikbud.

Kiener, M., Ahuna, K. H., & Tinnesz, C. G. (2014). Documenting critical thinking

in a capstone course: moving students toward a professional disposition.

Educational Action Research, 22(1). 109–121.

https://doi.org/10.1080/09650792.2013.856770

Kristanto, Y. E. & Susilo, H. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Page 78: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

142

Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 22(2), 197-

208.

Kristian, N., Suyono, & Sunaryo. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Menulis

Laporan Skemata Bacaan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan

Pengembangan, 1(2), 203–213.

Lai, E. R. (2011). Critical Thinking : A Literature Review. Pearson, 1–49.

Lainema, T. & Nurmi, S. (2006). Applying an authentic, dynamic learning

environment in real world business. Computers & Education, 47, 94–115.

Doi: https://doi.org/10.1016/j.compedu.2004.10.002

Laksono, P. J., Ashadi, & Saputro, S. (2016). Analis Bahan Ajar Kimia untuk

SMA/MA di Kabupaten Karanganyar pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan Berdasarkan Kurikulum 2013. Dalam: Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Sains (SNPS). Surakarta, 22 Oktober 2016. Surakarta:

UNS. Hlm: 389–394.

Lestari, N., Edi, S. S., & Hartono. (2016). Keefektifan Pembelajaran Problem

Based Learning Berbantuan Pohon Masalah dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Unnes Physics Education Journal,

5(1), 56-62. Doi: https://doi.org/10.15294/upej.v5i1.12706

Lamb, R. L. & Annetta, L. (2013). The Use of Online Modules and the Effect on

Student Outcomes in a High School Chemistry Class The Use of Online

Modules and the Effect on Student Outcomes in a High School Chemistry

Class. Journal of Science Education and Technology, 22(5), 603–613. Doi:

https://doi.org/10.1007/s

Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya Offset.

Masfuah, S., Rusilowati, A., & Sarwi. (2011). Pembelajaran Kebencanaan Alam

dengan Model Bertukar Pasangan Bervisi SETS untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7,

115–120.

Merlianita, D., Cahyono, E., & Saptorini. (2017). Keefektifan Pembelajaran

dengan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Bahan Ajar Bermuatan

Karakter Terhadap Hasil Belajar. Chemistry in Education, 6(2), 49–55.

Muqodas, R. Z., Sumardi, K., & Berman, E. T. (2015). Desain dan Pembuatan

Bahan Ajar Berdasarkan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Sistem.

Journal of Mechanical Engineering Education, 2(1), 106–115.

Nugraha, A. J., Suyitno, H., & Susilaningsih, E. (2017). Analisis Kemampuan

Page 79: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

143

Berpikir Kritis Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar

melalui Model PBL Abstrak. Journal of Primary Education, 6(1), 35–43.

Nugraha, D. A. & Binadja, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks

Bervisi SETS, Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science

Education, 2(1), 27–34.

Palinussa, A. L. (2013). Students’ Critical Mathematical Thinking Skills and

Character: Experiments for Junior High School Students through Realistic

Mathematics Education Culture-Based. Journal on Mathematics Education,

4(1), 75-94.

Prayogi, S. & Muhali. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Aktif Berbasis

Inkuiri (ABI) untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis

Mahasiswa. Jurnal Prisma Sains, 3(1): 346-351.

Purnawan, S. D. (2015). The Development of Soft Skills-Based Study Material of

Chemistry in The Topic of Termochemistry for Vocational High School

Student. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 4(2), 127–134. Doi:

https://doi.org/10.15294/jpii.v4i2.4180

Purwana, B. H. (2010). Penerapan Desain Kurikulum Sistemik untuk

Mengembangkan Kurikulum Program Produktif Sekolah Menengah

Kejuruan. Manajerial, 8(16), 46–53.

Quinn, T. T. (2013). An investigation o curriculum integration in a vocational

school setting: a qualitative study. Education Doctoral Theses. Paper 104.

Available at http://hdl.handle.net/2047/d20003039.

Rahma, A. N. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri

Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk

Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati Siswa Terhadap

Lingkungan. Journal of Educational Research and Evaluation, 1(2), 133–

138.

Rahmawati, B. F. (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jurnal EducatiO, 8(2), 17–27.

Rahmawati, I., Hidayat, A., & Rahayu, S. (2016). Analisis Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa SMP pada Materi Gaya dan Penerapannya. Dalam: Prosiding

Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Malang, 08 Oktober 2016. Malang:

Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Hlm: 1112–1119.

Rahmi, A., Yusrizal, & Maulana, I. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Modul

pada Materi Hidrokarbon di SMA Negeri 11 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan

Sains Indonesia, 2(1), 12–26.

Page 80: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

144

Retnoningrum, A., Dasna, I. W., & Santoso, A. (2016). Penggunaan Pendekatan

Saintifik dalam Bahan Ajar Berbantuan Multimedia Konsep Larutan untuk

SMK Agribisnis Produksi Tanaman. Dalam: Prosiding Semnas Pend. IPA

Pascasarjana UM. Malang, 08 Oktober 2016. Malang: Pascasarjana

Universitas Negeri Malang. Hlm: 542–548.

Rizka, C., Harahap, F., & Edi, S. (2017). Analisis Kebutuhan Mahasiswa pada

Mata Kuliah Bioteknologi di Universitas Negeri Medan. Dalam: Prosiding

Seminar Nasional III Biologi dan Pembelajarannya. Medan, 08 September

2017. Medan: Universitas Negeri Medan. Hlm: 326–332.

Sanderayanti, D. (2015). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Berpikir

Kritis terhdap Hasil Belajar Matematika Siswa di SDN Kota Depok. Jurnal

Pendidikan Dasar, 6(2), 222–231.

Saputro, A. N. C. (2006). Pengintegrasian Nilai-Nilai Relegius dalam Buku

Pelajaran Kimia SMA/MA sebagai Metode Alternatif Membentuk Karakter

Insan Mulia pada Siswa. Dalam: Prosiding Seminar Nasional VIII

Pendidikan Biologi di Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 16 Juli 2011.

Surakarta: UNS. Hlm: 304–310.

Setiowati, H., Utomo, S. B., & Ashadi. (2017). Analisis Bahan Ajar Kimia SMA

pada Materi Kesetimbangan Kelarutan Berdasarkan Sintaks Model Poe

(Predict, Observe, Explain). Dalam: Prosiding Semiar Nasional Pendidikan

Sains (SNPS). Surakarta, 26 Oktober 2017. Surakarta: UNS. Hlm: 157–161.

Sholahuddin, A. (2011). Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis

Reduksi Didaktik : Uji Kelayakan di SMA Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal

Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(2), 166–177.

Sihombing, S. N. & Marheni. (2012). Analisis Kebutuhan dalam Pembelajaran

IPA Kimia untuk Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMP di DKI Jakarta.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2(1), 119–126.

Situmorang, M. (2013). Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi

Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Dalam: Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Lampung, 10-12 Mei 2013. Lampung: Universitas Lampung. Hlm: 237–246.

Soenarto, Amin, M. M., & Kumaidi. (2017). Evaluasi Implementasi Kebijakan

Sekolah Menengah Kejuruan Program 4 Tahun dalam Meningkatkan

Employability Lulusan. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 21(2),

215–227.

Somayasa, W., Natajaya, N., & Candiasa, M. (2013). Pengembangan Modul

Matematika Realistik disertai Asesmen Otentik untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X di SMK Negeri 3 Singaraja. E-

Page 81: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

145

Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3, 1–12.

Suarsana, I. M. & Mahayukti, G. A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi

Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(2), 264–275. Doi:

https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v2i2.2171

Subiantoro, A. B. & Fatkhurohman, B. (2009). Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa dalam Pembelajaran Biologi Menggunakan Media Koran. Jurnal

Pendidikan Matematika Dan Sains, II(XIV), 111–114.

Sumarmo, U., Hidayat, W., & Zukarnaen, R. (2012). Kemampuan dan Disposisi

Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif Matematik. Jurnal Pengajaran MIPA,

17(1), 17–33.

Suryania, F. (2017). Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda dan Peningkatan

Mutu Lulusan di SMK. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Vokasional (SNPV). Yogyakarta, 06 Februari 2017. Yogyakarta: UNY. Hlm:

31–40.

Susanto, H. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah

Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(2), 197–212.

Syafiudin, M., Sumarmi, & Astina, I. K. (2016). Pengembangan Modul Geografi

Pariwisata dengan Project Based Learning untuk Materi Ekowisata Pesisir

dan Laut di Program Studi S1 Pendidikan Geografi Universitas Negeri

Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 1(3),

347–353.

Syahrani, A. (2006). Analisa kinerja mesin bensin berdasarkan hasil uji emisi.

Jurnal SMARTek, 4(4), 260–266.

Tasdelen, U. & Koseoglu, F. (2008). Learner-Friendly Textbooks: Chemistry

Texts Based on a Constructivist View of Learning. Asia Pacific, 9(2), 136-

147.

Thompson, G. W. (2001). Perceptions of oregon secondary principals regarding

integrating science into agricultural science and technology programs.

Journal of Agricultural Education, 42(1), 50–61.

Uswatun, D. A. & Rohaeti, E. (2015). Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis

Inkuiri untuk Meningkatkan Critical Thinking Skills dan Scientific Attitude

Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 138-152. Doi:

http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v1i2.7498.

Verawati, N. N. S. P., Kosim, Gunawan, Jannatin, A., & Arizona, K. (2017).

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis LKM Ceria untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Calon Guru Fisika.

Page 82: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MINYAK BUMI TERINTEGRASI …

146

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa, 5(1), 18–22.

Wardani, W., Nurhayati, S., & Pribadi, T. A. (2014). Unnes Science Education

Journal. Unnes Science Education Journal, 3(2), 557–562.

Widodo, W. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Elektrokimia Terintegrasi

Berbasis Kontekstual untuk SMK. Jurnal Pena Sains, 4(2), 80–87.

Widodo, Y., Lagiyono, & Wibowo, A. (2014). Penentuan Air Fuel Ratio (AFR)

Aktual Pembakaran LPG pada Celah Sempit Tipe Horisontal. Engineering

Jurnal Bidang Teknik, 8(1), 45–51.

Wijayanti, T. F., Prayitno, B. A., & Sunarto. (2016). Pengembangan Modul

Berbasis Berpikir Kritis disertai Argument Mapping pada Materi Sistem

Pernapasan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI

SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Inkuiri, 5(1), 105–111.

Wikhdah, I. M., Sumarti, S. S., & Wardani, S. (2015). Pengembangan Modul

Larutan Penyangga Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) untuk Kelas

XI SMA/MA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 9(2), 1585–1595.

Wiyarsi, A. (2016). Pengembangan Model Pembekalan Kemampuan Merancang

Pembelajaran Sesuai Konteks Kejuruan Berbasis Pedagogical Content

Knowledge dan Collaborative Learning Bagi Calon Guru Kimia. Disertasi

Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiyarsi, A., Fajar, C., Ikhsan, J., & Sukisman. (2017). Pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Kimia Terintegrasi Konteks Kejuruan Untuk Meningkatkan

Profesionalisme Guru SMK di DIY. Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA

Dan Pendidikan MIPA, 1(2), 70–76.

Yanti, E., Haryani, S., & Supardi, K. I. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Koloid

Bermuatan Karakter Berbasis Discovery-Inquiry untuk Meningkatkan

Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA. Journal of Innovative Science

Education, 4(1), 1–9.

Yotiani, Supardi, K, I., & Nuswowati, M. (2016). Pengembangan Bahan Ajar

Hidrolisis Garam Bermuatan Karakter Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia, 10(2), 1731–1742.