pengembangan alat penilaian non tes

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu dan alat pengukuran itulah yang lazim disebut tes, sebagai contoh yaitu dalam proses belajar mengajar. Perlu diketahui bahwa, keberhasilan siswa dalam proses belajar- mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif psikomotor. Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan beberapa jenis teknik non tes. Teknik non-tes sering kali kurang mendapat perhatian para guru, karena kurang dikenal atau kurang handal dibanding dengan teknik tes. Mengingat alat pengembangan non-tes belum terbiasa dilakukan terutama oleh pendidik. Maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument nontes. Evaluasi Pembelajaran | 1

Upload: deawulandary

Post on 10-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Evaluasi Pembelajaran

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu dan alat pengukuran itulah yang lazim disebut tes, sebagai contoh yaitu dalam proses belajar mengajar. Perlu diketahui bahwa, keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif psikomotor. Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan beberapa jenis teknik non tes.Teknik non-tes sering kali kurang mendapat perhatian para guru, karena kurang dikenal atau kurang handal dibanding dengan teknik tes. Mengingat alat pengembangan non-tes belum terbiasa dilakukan terutama oleh pendidik. Maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument nontes.

B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah1. Apa saja jenis-jenis alat penilaian non-tes itu?2. Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes?

C. TujuanBerdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:1. Menyajikan jenis-jenis teknik non tes2. Menyusun cara pengembangan instrumen teknik nontes

BAB IIPEMBAHASAN

A. Penilaian Non-Tes

Penilaian non-tes merupakan cara penilaian dengan pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Tehnik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian baik secara individu maupun secara kelompok.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif psikomotor. Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan beberapa jenis teknik non tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik daris segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain).

B. Pengembangan Alat Penilaian Non TesPengembangan alat penilaian non-tes adalah berbagai jenis kegiatan yang harus dilaksanakan sehingga pada akhirnya akan diperoleh butir-butir non-tes yang memilki validitas dan reabilitas, serta keterlaksanaanya yang cukup tinggi atau dengan kata lain alat ukur non-tes yang baku.Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan non-tes dikelompokan menjadi beberapa tahap yaitu:1. Merencanakan non-tes (biasanya dengan menggunakan kisi-kisi)Format kisi-kisi dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu (1) komponen identitas, terdiri dari jenis/jenjang sekolah, program studi (jika ada), mapel, semester, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan dan (2) komponen matriks terdiri dari KD, masalah/variabel/pertanyaan, indikator, tujuan, dan nomor urut (jika ada).2. Menulis butir-butir pertanyaan3. Mereview atau menelaah pertanyaan berdasarkan pertimbangan para pakarUntuk mendapat masukan (input) diperlukan pakar yang berpengalaman dan ahli dalam kurikulum, penelitian, mata pelajaran terkait, dan juga praktisi, yaitu guru senior dalam mata pelajaran terkait.4. Mengujicobakan ke lapanganFormat observasi yang sudah diperbaiki berdasarkan saran dan komentar para pakar, sudah siap untuk dibawa ke lapangan, misalnya ke sekolah untuk diujicobakan.5. Mengolah hasil uji cobaInformasi yang terkumpul dari ujicoba lapangan dimanfaatkan untuk menyempurnakan butir-butir yang tercantum dalam format observasi, informasi tersebut ada yang mengenai kesesuaian materi, ketepatan bahasa, dan keterlaksanaan format yang digunakan, informasi ini merupakan bahan pengecekan kembali terhadap kegiatan.6. Menyempurnakan butir-butir pertanyaan yang belum baikInformasi yang diperoleh dari pengolahan hasil ujicoba ditindaklanjuti dengan menyimpan butir-butir yang sudah baik dan menyempurnakan butir-butir yang belum baik. Penyempurnaan dapat dilaksanakan dengan mengganti butir yang lama dengan butir yang baru atau memperbaiki butir yang kurang baik.7. Menyimpan dan memelihara butir-butir pertanyaan non-tesPerangkat alat ukur yang sudah baik bersama dengan kisi-kisi dan daftar pertanyaan disimpan dalam satu map. Upayakan agar ketiga dokumen ini tidak lepas satu dari yang lainnya, misalnya memberi dengan kode yang dapat dikenal.

Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara realtime dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.

Yang termasuk teknik jenis non-tes seperti:1. ObservasiObservasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai instrument evaluasi, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan observasi antara lain:1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena;2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan kegiatan;3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi;4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.Kelemahan observasi, antara lain:1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun dari observi itu sendiri;2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati3) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

Rae mengatakan bahwa observasi dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu pengamatan proses dan pengamatan tingkah laku. Maka tujuan utama observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, (2) untuk mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatifObservasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observer tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya atau evaluator berada diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka.2) Observasi sistematis dan observasi nonsistematisObservasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur struktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.3) Observasi Experimental dan Observasi Non-experimentalObservasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi noneksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada observasi eksperimental, tingkah laku diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan, maka observer perlu persiapan yang benar-benar matang, sedangkan pada observasi noneksperimental pelaksanaannya lebih sederhana.

Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting didalam evaluasi. Untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang terjadi didalam proses pembelajaran, evaluator dapat menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-nama observi yang disusun dalam sebuah daftar yang disebut pedoman observasi. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi.

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:1) Merumuskan tujuan observasi.2) Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.3) Menyusun pedoman observasi.4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru dalam pembelajaran.5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.6) Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

Contoh :Hari/tanggal:Materi:Observer:No.Nama LengkapSkalaJumlah Skor

12345

Jumlah rata-rata persentase

Keterangan:No.AspekSkorKriteria Penilaian

1Kehadiran3Hadir tepat waktu pada saat proses belajar

2Terlambat

1Tidak masuk karena izin/sakit

2Keaktifan3Sering bertanya dan memberi pendapat

2Pernah bertanya dan memberi pendapat

1Tidak pernah bertanya dan memberi pendapat

3Berpikir bersama dengan kelompok3Aktif dalam diskusi kelompok

2Kurang aktif dalam diskusi kelompok

1Tidak aktif dalam diskusi kelompok

4Kejujuran3Jujur pada saat mengerjakan tes

2Kurang jujur pada saat mengerjakan tes

1Tidak jujur pada saat mengerjakan tes

5Kemampuan Berkomunikasi3Cakap dan mampu berkomunikasi lisan di depan kelas dengan jelas

2. Skala SikapSikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan indentik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahakan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru perlu mencari suatu cara atau teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.Dalam pedoman observasi sebenarnya skala sikap dapat langsung diketahui. Namun demikian, skala sikap dijadikan pokok bahasan sendiri agar pengukuran ranah afektif dapat dikembangkan.Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu :1. Kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek.2. Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek.3. Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap objek.

Bentuk skala yang dapat di pergunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:1) Skala LikertSkala likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.2) Skala GuttmanSkala guttman yaitu skala yang mengiginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar salah, ya tidak, pernah tidak pernah, positif- negatif, tinggi rendah, baik buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju.3) Semantik DifferensialSkala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban negatif disebelah kiri garis, atau sebaliknya.4) Rating ScaleDatadata skala yang diperoleh melalui tiga macam skala diatas adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Skala ini lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.5) Skala ThurstoneSkala thurstone ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.

Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1,2,3,4 dan seterusnya.2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti sangat rendah, dibawah rata-rata, diatas rata-rata, dan sangat tinggi.5. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).

Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.a) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikapnya terhadap pelajaran matematikab) Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.c) Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.d) Menentukan skala dan penskoran.

Contoh :Jenis kelamin : ..Umur : .. tahunKelas/ semester : ..

Petunjuk:Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara memri tanda centang () pada koom kosong yang telah disediakan.Pernyataan SSTSRTSSTS

1. Saya tidak perlu memahami tujuan pelajaran matematika2. Pelajaran matematika harus menarik minat siswa3. Konsep-konsep yang ada dalam matematika terlalu abstrak4. Dst.

Keterangan : 1. Sangat tidak setuju; 2. Tidak setuju; 3. Ragu ;4. Setuju ; 5. Sangat setujuTanda tangan responden.

3. WawancaraWawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya.

Tujuan wawancara adalah sebagai berikut :1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.

Kelebihan wawancara adalah sebagai berikut :1. Dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya2. Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar 3. Pelaksaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personalKekurangan wawancara adalah sebagai berikut :1. Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga dan biaya.2. Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan.3. Sering timbul sikap kurang baik dari siswa yang diwawancara dan sikap overaction dari guru yang mewawancarai, sehingga diperlukan adaptasi antara dua pihak tersebut.

Wawancara terdapat dua jenis yang digunakan sebagai alat evaluasi, yaitu1) Wawancara terpimpin (guided interview) Yang dikenal juga dengan wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis adalah wawancara yang sudah memiliki pertanyaan-pertanyaan dalam catatan pribadi. Dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. 2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview)Yang dikenal juga dengan wawancara sederhana (simple interview), wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas. Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya.

Untuk menyusun pedoman wawancara, dapat langkah-langkah sebagai berikut :1) Merumuskan tujuan wawancara2) Membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara.No.MasalahTujuanPertanyaanBentuk Pertanyaan

3) Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defensif.4) Melaksanakan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun, sehingga dapat diperbaiki lagi.5) Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.

Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :a. Hubungan baik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai perlu dipupuk dan dibina sehingga akan tampak hubungan yang akrab dan harmonis.b. Dalam wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas, ramah, terbuka, dan adaptasikan diri dengannya.c. Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.d. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat netral.e. Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana.

Contoh format wawancara :Petunjuk :1. Kondisikan agar suasana wawancara menjadi nyaman-akrab dan jauhkan dari situasi formal agar siswa mennjadi terbuka dengan cara santun dan ramah2. Mulailah dengan pertanyaan pendahuluan yang sifatnya informal, misal apa kabar?, siapa nama?, tinggal di mana?, hobi? Cita-cita? dsb.

No.Aspek WawancaraJawaban

01

02

03

04

05

Siapa nama guru matematika yang pernah mengajar anda ? Bagaimana karakter beliau ?

Bagaimana pendapat anda dengan proses pembelajaran yang barusan diikuti ?

Apakah kamu menyenangi matematika ? mengapa ?

Apa saranmu agar pemelajaran matematka bisa menyenagkan semua siswa ?

Catatan :

Interviewer,

4. AngketAngket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kasual. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain :1. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai dan waktu relatif lama.2. Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny3. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.

Adapun kelemahannya, antara lain :1. Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain2. Hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja

Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:1. Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Bentuk angket berstruktur terdiri atas tiga bentuk, yaitu:a. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.b. Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab secara bebas.c. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam bentuk gambar.2. Bentuk angket tak berstruktur yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi kurang dapt dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis secara statistik sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.

Untuk menyusun angket, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:1. Menyusun kisi-kisi angket.2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan, berstruktur atau tak berstruktur. Setiap pertanyaan dan jawaban harus menggambarkan atau mencerminkan data yang diperlukan. Pertanyaan harus diurutkan, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya ada kesinambungan.3. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan.4. Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di lapangan sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya.5. Angket yang sudah diuji cobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi.6. Menggandakan angket sesuai dengan banyaknya jumlah peserta didik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket, yaitu:1. Setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat, tepat, dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti:a. Hindarkan pertanyaan yang ambiguous.b. Kata tambahan, seperti biasanya, sering kali, hendaknya dihindari.2. Jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban.3. Jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat petanyaan.4. Hindari pertanyaan berlaras dua.5. Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, apakah kamu suka belajar komputer dirumah? Pertanyaan ini tidak tepat. Bagaimana jika anak tidak mempunyai komputer? Untuk itu, perlu dibuat dua pertanyaan, seperti (1) apakah kamu mempunyai komputer di rumah? (2) jika ya, apakah kamu senang belajar komputer dirumah?6. Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka harus membagikan lagi angket itu kepada peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak mengembalikan).7. Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket.8. Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlau sedikit.Contoh:KUESIONER MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA I. Pilihlah jawabanKeterangan dan petunjuk: Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang () 4 = Sangat Setuju 3 = Setuju 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak SetujuNo.PernyataanPilihan Jawaban

4321

1.Saya sudah belajar Matematika pada malam hari sebelum pelajaran esok hari.

2.Saya sudah mempersiapkan buku pelajaran Matematika ketika guru memasuki kelas.

3.Matematika adalah pelajaran yang menantang.

4.Saya tidak peduli pada kesulitan pelajaran Matematika

5Dst.

Jumlah

Skor Total

II. Pilihlah salah satu option a, b, atau c !1. Apakah anda aktif mengikuti pembelajaran matematika sesuai jadwal ? a. Ya b. Kadang- kadang c. Tidak2. Apakah anda merasa senang saat guru hadir dan mengajar matematika? a. Ya b. Kadang- kadang c. Tidak3. Apakah anda menyimak pelajaran dengan baik saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung ? a. Ya b. Kadang- kadang c. Tidak4. Apakah anda bertanya saat penjelasan guru dalam pembelajaran matematika kurang dapat dipahami ? a. Ya b. Kadang- kadang c. Tidak5. Apakah setiap materi yang diajarkan dalam matematika bermanfaat bagi anda ? a. Ya b. Kadang- kadang c. Tidak

III. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan apa yang kamu miliki beserta alasannya.1. Bakat apa yang sebenarnya kamu miliki?2. Bagaimana kamu mengetahui bahwa kamu memiliki bakat dibidang itu ?3. Upaya apa yang telah kamu lakukan untuk mengembangkan bakatmu?4. Kendala apakah yang kamu hadapi dalam pengembangan bakat tersebut?5. Prestasi apakah yang pernah kamu raih yang berkaitan dengan bakatmu?

Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda. Jika evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Justru teknik non-tes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKeberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik daris segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain). Adapun jenis-jenis tehnik penilaian non-tes, diantaranya yaitu (1) Pengamatan/observasi; (2) Wawancara; (3) Angket/Kuisioner; (4) Skala Sikap.

B. SaranPenyusunan makalah ini jauh dari sempurna walaupun telah dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan penulisan serta sifat manusia yang fitrahnya lupa dan salah. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya keritikan dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan bersama.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.Nasoetion, Noehi, dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Universitas Terbuka.http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/05/penyusunan-instrumen-non-tes.html

Evaluasi Pembelajaran | 6