pengembangan alat penilaian kompetensi berbicara

62
Modul 7 Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara Dr. Titik Harsiati, M.Pd. A. MANFAAT DAN RELEVANSI Pada modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat penilaian menyimak. Keterampilan berbicara dan menyimak memiliki persamaan. Keterampilan menyimak dan berbicara berkaitan dengan wacana lisan. Keterampilan menyimak berkaitan dengan keterampilan memahami wacana lisan, sedangkan keterampilan berbicara berkaitan dengan keterampilan menghasilkan wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi. Keterampilan berbicara termasuk keterampilan produktif. Setelah latihan penyusunan tes membaca, menyimak, dan menulis; calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memahami karakteristik alat penilaian berbicara dan prosedur pengembangannya. Di samping itu, diperlukan latihan-latihan mengembangkan alat penilaian berbicara bagi calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan latihan yang memadai untuk menyusun alat penilaian berbicara, seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar dan proses belajar keterampilan berbicara. Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian berbicara. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal berikut. 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian kemampuan berbicara dan konstruk kemampuan berbicara. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan ragam alat penilaian kemampuan berbicara. PENDAHULUAN

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

Modul 7

Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

Dr. Titik Harsiati, M.Pd.

A. MANFAAT DAN RELEVANSI

Pada modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat penilaian

menyimak. Keterampilan berbicara dan menyimak memiliki persamaan.

Keterampilan menyimak dan berbicara berkaitan dengan wacana lisan.

Keterampilan menyimak berkaitan dengan keterampilan memahami wacana

lisan, sedangkan keterampilan berbicara berkaitan dengan keterampilan

menghasilkan wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi.

Keterampilan berbicara termasuk keterampilan produktif.

Setelah latihan penyusunan tes membaca, menyimak, dan menulis; calon

guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memahami karakteristik alat

penilaian berbicara dan prosedur pengembangannya. Di samping itu,

diperlukan latihan-latihan mengembangkan alat penilaian berbicara bagi

calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan latihan yang memadai

untuk menyusun alat penilaian berbicara, seorang calon guru BI akan

memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar dan proses belajar

keterampilan berbicara.

Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat

berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian berbicara. Secara khusus,

setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal

berikut.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian

kemampuan berbicara dan konstruk kemampuan berbicara.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan ragam alat penilaian kemampuan

berbicara.

PENDAHULUAN

Page 2: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

3. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian

kemampuan berbicara.

B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL

Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan

penyusunan alat berbicara. Modul ini penting dipelajari karena dengan

memahami prinsip penilaian berbicara, seorang guru dapat menyusun alat

penilaian berbicara secara tepat. Materi yang akan Anda pelajari mencakup

(1) pendekatan dalam penilaian dan konstruk kemampuan berbicara serta (2)

ragam alat penilaian kemampuan berbicara dan penyusunan alat penilaian

kemampuan berbicara.

C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran terdiri atas dua tahap. Tahapan pembelajaran

dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.

Kegiatan Belajar 1 : Pendekatan dalam Penilaian Kemampuan Berbicara dan

Konstruk Kemampuan Berbicara

Kegiatan Belajar 2 : Ragam Alat Penilaian dalam Pembelajaran Berbicara

dan Perencanaan Penilaian Keterampilan Berbicara

Page 3: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.3

KEGIATAN BELAJAR 1

Pendekatan dan Konstruk Keterampilan Berbicara

A. PENGARUH PENDEKATAN DISKRIT DAN KOMUNIKATIF

PADA PENILAIAN BERBICARA

Tahun 1970 sampai 1980 pendekatan penilaian bahasa diwarnai

pendekatan struktural dan integratif. Pendekatan struktural melahirkan tes

diskrit. Tes diskrit didasari asumsi bahwa bahasa dapat dipecah-pecah

menjadi bagian-bagian dan dapat dinilai secara terpisah. Pandangan teori

diskrit yang memecah belah unsur kebahasaan dan mengisolasikannya dari

konteks pemakaian berbahasa dipandang orang sebagai kelemahan yang

mendasar. Hal ini seiring dengan munculnya pandangan baru dalam

pembelajaran bahasa. Pendekatan struktural yang selama ini digunakan

sebagai landas pijak dalam pembelajaran bahasa dikritik oleh para pakar

pembelajaran bahasa yang berorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi. Hal ini menandai lahirnya pendekatan komunikatif dalam

pembelajaran bahasa. Pendekatan ini menekankan aspek fungsi komunikatif

bahasa yang bersifat alami dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian,

pengelolaan proses belajar mengajarnya lebih diarahkan pada pemajanan

keterampilan berbahasa dalam berbagai konteks dan situasi berbahasa.

Pada pendekatan diskrit, kemampuan berbicara difokuskan pada

penguasaan pengucapan kata sesuai lafal atau penguasaan kalimat dengan

intonasi secara tepat. Pada pendekatan diskrit, latihan-latihan berbicara

terfokus pada latihan-latihan pengucapan kata dan kalimat sesuai dengan

aturan tata bentukan, tata makna, tata kalimat, dan tata bunyi. Aspek yang

dinilai pada penilaian berbicara terfokus pada ketepatan penggunaan intonasi,

ketepatan struktur kalimat, ketepatan penggunaan kata, dan ketepatan

pelafalan.

Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif berasumsi bahwa pembelajaran bahasa adalah

pembelajaran yang melatih siswa untuk berkomunikasi. Pendekatan

komunikatif dapat dipahami sebagai pengembangan dari pendekatan

Page 4: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

pragmatik dengan cakupan yang jauh lebih luas, lebih beragam, dan lebih

kompleks. Pendekatan komunikatif terhadap bahasa terkait juga dengan

gagasan tentang konteks ekstralinguistik seperti halnya dalam pendekatan

pragmatik, tetapi dengan cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas karena

bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan

bahasa. Dengan menitikberatkan pada fungsi utama sebagai alat komunikasi

itu, pendekatan komunikatif pada penyelenggaraan pembelajaran bahasa dan

tes bahasa tidak pertama-tama mengedepankan struktur bahasa dengan

komponen-komponen dan unsur-unsurnya secara terpisah dan berkecil-kecil.

Pendekatan komunikatif juga tidak mendekati penggunaan bahasa sekadar

sebagai penggabungan unsur-unsur bahasa itu secara integratif seperti pada

pendekatan integratif. Pendekatan komunikatif bahkan juga tidak berangkat

dari pemahaman tentang penggunaan bahasa dengan sekadar

mempertimbangkan peranan unsur-unsur ekstralinguistik, seperti halnya

pendekatan pragmatik. Pendekatan komunikatif menjangkau cakupan yang

lebih luas dengan menelaah penggunaan dan pemahaman bahasa dari fungsi

utamanya, yaitu melakukan komunikasi dengan mengandalkan penggunaan

kemampuan komunikatif. Menurut Brown (2004), kemampuan

berkomunikasi mencakup kemampuan mengekspresikan fungsi-fungsi

komunikasi yang dilakukan masyarakat. Misalnya, komunikasi untuk

meminta maaf, menyatakan terima kasih, meyakinkan, menyetujui, atau tidak

menyetujui.

Pendekatan komunikatif memengaruhi konstruk (bangunan pengertian)

keterampilan berbicara. Penerapan kemampuan komunikatif pada penilaian

berbicara mencakup kemampuan linguistik (linguistic competence),

kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic competence), kemampuan

wacana (discourse competence), dan kemampuan strategis (strategic

competence). Kompetensi linguistik berkaitan dengan kemampuan

kebahasaan (tata bunyi, tata makna, tata bentukan, atau tata kalimat).

Kompetensi kewacanaan berkaitan dengan kemampuan menghasilkan

wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi. Kompetensi

kewacanaan juga mengacu secara khusus pada kemampuan menggunakan

kohesi dan koherensi dalam wacana lisan. Kompetensi strategis mengacu

pada kemampuan penulis menggunakan strategi-strategi tertentu dalam

menghasilkan suatu wacana. Kemampuan sosiolinguistik meliputi

pemahaman latar belakang dan kaidah-kaidah sosiokultural penutur dan

sasaran tutur. Kemampuan berbicara dinilai dalam ranah kemampuan

Page 5: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.5

mengungkapkan fungsi-fungsi komunikasi dalam konteks wicara

(meyakinkan, meminta maaf, menjelaskan, berterima kasih, dan

menyetujui/tidak menyetujui). Aspek ekstralinguistik, seperti intonasi,

gesture, dan mimik, dinilai kesesuaiannya dengan konteks komunikasi.

Tugas berbicara yang digunakan pada pendekatan komunikatif adalah

komunikasi riil yang digunakan masyarakat dalam berbagai ragam

komunikasi.

B. PENDEKATAN SISTEM DAN PENDEKATAN PERFORMANSI

Pendekatan penilaian, menurut Baker (1990), terdiri atas dua jenis.

Pendekatan pertama adalah pendekatan yang mendasarkan pada asumsi

bahwa menilai kemampuan berbahasa adalah menilai penguasaan

kemampuan sistem kebahasaan (tata makna, tata bentukan, tata bunyi, dan

tata kalimat) serta sistem pengetahuan tentang bahasa/keterampilan

berbahasa. Pendekatan kedua adalah pendekatan penilaian yang mendasarkan

pada asumsi bahwa bahasa adalah suatu aksi berbahasa dalam konteks

komunikasi. Asumsi ini melahirkan pendekatan performansi dalam penilaian.

Pendekatan performansi dalam penilaian sejajar dengan pendekatan

pembelajaran bahasa yang disebut pendekatan komunikatif. Penilaian pun

ikut diwarnai pendekatan performansi. Dalam kaitannya dengan keterampilan

berbicara, pendekatan performansi memfokuskan pada kemampuan siswa

untuk menampilkan kemampuan berbicara dalam berbagai konteks

komunikasi secara khusus. Konteks komunikasi mengacu pada (a) latar

wicara (berbicara dengan latar perkawinan, kematian, kampanye, ceramah di

seminar, perpisahan di sekolah, dan sebagainya); (b) tujuan wicara

(menginformasikan, memengaruhi, dan menjelaskan); (c) partisipan

(audiens) yang menjadi sasaran wicara; (d) penggunaan alat bantu (berbicara

dengan alat bantu yang berupa benda/gambar, naskah, atau berbicara tanpa

alat); (e) ragam komunikasi (formal atau informal); serta (f) bentuk wicara

(pidato, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya).

Pendekatan performansi berorientasi pada pengembangan tes

komunikatif berbahasa dengan konteks khusus. Pendekatan ini mengukur

performansi keterampilan berbahasa siswa dalam berbagai konteks secara

khusus. Perbedaan penilaian pada pendekatan sistem dan pendekatan

performansi digambarkan pada tabel berikut.

Page 6: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Dari ulasan tentang pendekatan penilaian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa terdapat persamaan pada pendekatan diskrit dengan pendekatan

sistem. Ada juga persamaan antara pendekatan komunikatif dengan

pendekatan performansi. Karakteristik penilaian keterampilan berbicara

dengan kedua pendekatan tersebut dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 7.1 Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Sistem dan Performansi

Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Sistem

Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Performansi

Acuan penilaian pada ketepatan tata makna, tata bunyi, tata kalimat, tata bentukan

Acuan penilaian pada kemampuan menggunakan dan memahami bahasa dalam berbagai konteks komunikasi

Berfokus pada kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara tepat (ketepatan)

Berfokus pada berbagai keterampilan berbicara dengan menggunakan kata dan kalimat yang sesuai konteks (kesesuaian konteks)

Format tes imitasi (menirukan) Tes unjuk kerja (uji petik)

Tugas berbicara lepas konteks Tugas berbicara kontekstual

Bentuk tes berbicara cenderung bentuk wicara satu arah

Tugas berbicara mencakup berbagai bentuk wicara (satu arah dan multiarah)

Menggunakan rangsang tema Menggunakan berbagai rangsang kontekstual

Memfokuskan pada hasil berbicara Memfokuskan pada hasil dan proses

Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur

Mencakup kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi strategi

Sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia,

pendekatan penilaian yang harus digunakan adalah pendekatan performansi.

Berdasarkan pendekatan performansi tersebut, dirumuskan konstruk

berbicara sebagai sasaran penilaian berbicara, alat penilaian keterampilan

berbicara, dan teknik penilaian berbicara.

C. KONSTRUK KETERAMPILAN BERBICARA

Brown (2004) mengungkapkan bahwa konstruk kemampuan berbicara

mencakup keterampilan mikro dan keterampilan makro. Berdasarkan kajian

terhadap pendekatan-pendekatan dalam penilaian berbicara di atas, dapat

disimpulkan bahwa konstruk keterampilan berbicara mencakup keterampilan

mikro dan keterampilan makro berikut.

Page 7: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.7

1. Apa Konstruk Kompetensi Berbicara?

Berdasarkan pendekatan performansi, penilaian keterampilan berbicara

harus mengondisikan agar siswa menunjukkan kemampuan berbicara pada

berbagai konteks komunikasi. Konstruk keterampilan berbicara adalah

kemampuan menyampaikan ide atau perasaan dengan menggunakan bahasa

lisan yang sesuai konteks komunikasi yang melingkupi. Sesuai dengan

konteks; isi, bahasa, dan intonasi disesuaikan dengan tujuan dilakukan

wicara, topik/tema, latar wicara, audiensi, genre wicara (struktur wacana

lisan), dan ragam komunikasi (resmi/tidak resmi). Dari konstruk (bangunan

pengertian) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat penilaian berbicara

adalah produktif, menuntut siswa untuk menggunakan bahasa lisan, mengatur

intonasi/faktor lisan yang lain, menggunakan strategi di hadapan audiensi,

dan bersifat performansi (unjuk kerja). Penilaian keterampilan berbicara

terjadi, baik pada konteks spontan (speed test) maupun memberi waktu yang

cukup untuk merencanakan dalam waktu yang cukup (power test).

Berdasarkan kajian berbagai konstruk kemampuan berbicara, diuraikan

indikator mikro dan indikator makro keterampilan berbicara berikut.

a. Indikator keterampilan mikro

1) Mampu melafalkan kata/kalimat secara tepat.

2) Mampu mengungkapkan kalimat dengan beragam intonasi sesuai jenis

kalimat.

3) Memilih/menggunakan tekanan sesuai dengan penting tidaknya

informasi yang disampaikan kata.

4) Memilih/menggunakan tempo, jeda, dan keras lemahnya suara sesuai

dengan isi yang disampaikan.

5) Memilih/mengungkapkan kata penghubung yang sesuai dengan isi

wacana.

6) Mampu memperbaiki kesalahan penggunaan pelafalan kata/kalimat.

7) Mampu memperbaiki kesalahan penggunaan intonasi pada pembicaraan.

b. Indikator keterampilan makro

1) Mampu mengungkapkan sapaan dengan isi dan intonasi yang sesuai.

2) Mampu membuka pembicaraan dengan isi dan intonasi sesuai konteks

pembicaraan.

3) Mampu memaparkan inti pembicaraan dengan isi yang lengkap dan

sesuai konteks.

4) Mampu memaparkan inti pembicaraan secara runtut dan jelas.

Page 8: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

5) Mampu menggunakan bentuk retorika/strategi sesuai genre dan tujuan

(strategi memengaruhi, menginformasikan/menjelaskan, meng-

gambarkan, dan sebagainya).

6) Mampu mengungkapkan contoh-contoh aktual pada pembicaraannya.

7) Mampu menutup pembicaraan sesuai tujuan.

8) Mampu menggunakan kalimat-kalimat penghubung antara tuturan yang

satu dan tuturan yang lain.

9) Mampu mengungkapkan ajakan, larangan, dan fungsi-fungsi retorika

lainnya dengan intonasi yang sesuai.

10) Mampu berbicara dengan ekspresi yang sesuai isi pembicaraan.

11) Mampu menyesuaikan proporsi isi pembicaraan pada pendahuluan, inti,

dan penutup sesuai dengan tujuan.

12) Mampu menutup sebuah pembicaraan tulisan dengan isi, gaya, dan

bahasa yang sesuai dengan konteks.

13) Mampu mengungkap ide pembicaraan dengan strategi yang sesuai.

Indikator-indikator keterampilan mikro dan keterampilan mikro di atas

dinilai serentak dengan cara memberi tugas wicara tertentu kepada siswa.

Siswa ditugasi melakukan/mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya

sesuai dengan konteks wicara yang ditentukan. Tugas wicara dapat berupa

berbagai rangsang kontekstual yang akan dibahas pada kegiatan belajar

berikutnya.

2. Prinsip Penilaian Berbicara

Dalam upaya menyusun penilaian berbicara dengan validitas konstruk

yang tinggi, penilaian berbicara perlu dilakukan dengan prinsip-prinsip

berikut.

a. Menggunakan rangsang tugas wicara kontekstual

Tugas berbicara harus diberi bingkai konteks yang lebih jelas supaya

wicara yang dilakukan siswa kontekstual. Selain itu, hasil penilaian lebih

mudah dibandingkan dengan kriteria. Tugas wicara yang sangat umum lebih

sulit ditafsirkan. Rangsang yang digunakan untuk penilaian berbicara

mencakup (a) rangsang konteks simulasi yang berisi tema, tujuan wicara, dan

latar serta audiensi yang harus dihadapi; (b) rangsang konteks autentik

(peristiwa nyata dalam konteks kegiatan di sekolah); (c) rangsang tema dan

tujuan wicara; (d) rangsang gambar; (e) rangsang masalah yang harus

Page 9: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.9

dihadapi dengan kegiatan wicara; dan (e) rangsang buku/wacana lain

(memberi komentar/mengkritik secara lisan).

b. Penilaian berbentuk unjuk kerja

Penilaian berbicara menuntut siswa untuk mendemonstrasikan

keterampilan berbicara dengan konteks tertentu. Kemampuan berbicara

berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Berdasarkan konstruk berbicara

yang telah dipaparkan, penilaian berbicara harus bersifat unjuk kerja.

Penilaian berbicara yang memiliki validitas konstruk tinggi harus berupa

demonstrasi siswa untuk menyampaikan ide di depan audiensi dengan

konteks tertentu. Sesuai dengan hakikat dan sifat kegiatan berbicara sebagai

penggunaan kemampuan bahasa yang aktif produktif, tes kemampuan

berbicara ini paling tepat dilaksanakan dengan tes performansi (unjuk kerja).

Penggunaan tes objektif/esai secara tertulis untuk tes kemampuan berbicara

merupakan suatu pemaksaan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan

secara konstruk. Tes tertulis untuk tes kemampuan berbicara tidak sesuai

dengan kegiatan berbicara senyatanya yang sarat dengan unsur-unsur

penggunaan bahasa yang spontan dan tidak dapat diduga sebelumnya. Itu

semua berbeda dengan penggunaan tes objektif yang mempersyaratkan daftar

jawaban yang harus dipersiapkan sebelumnya.

c. Penilaian dilakukan setelah siswa berlatih pada proses pembelajaran

Guru tidak boleh langsung menilai keterampilan berbicara siswa

sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran, siswa

berlatih memproduksi wacana lisan pada berbagai konteks. Dengan belajar,

siswa mengetahui bagaimana menyampaikan ide dalam konteks komunikasi

lisan tertentu. Setelah berlatih bersama, baru dilakukan penilaian, baik

dengan teknik kelompok maupun teknik individu.

d. Fokus pada kesesuaian isi, strategi penyampaian, dan intonasi/unsur

nonverbal dengan konteks wicara

Aspek yang dinilai pada penilaian berbicara terfokus pada kemampuan

mengolah ide dan menyampaikan ide dengan runtut serta menggunakan

pilihan kata, intonasi, ekspresi, dan lafal sesuai konteks. Hal ini sesuai

dengan proses berbicara yang dilakukan pembicara. Pertama-tama, seorang

pembicara perlu memiliki sesuatu pesan, masalah, atau topik tertentu yang

ingin disampaikan kepada mereka yang mendengarkannya. Ide yang dipilih

Page 10: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

disampaikan dengan strategi tertentu. Agar pesan atau topik yang ingin

diungkapkan itu sampai kepada orang yang mendengarkan dan dapat

memahaminya, isi pesan atau topik itu perlu diatur susunannya sedemikian

rupa sehingga memudahkan pemahaman oleh orang yang mendengarkan. Di

samping itu, perlu pula isi pesan diungkapkan secara jelas berdasarkan

pemilihan kata-kata yang tepat, disusun menurut susunan dan kaidah

gramatika, serta dilafalkan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang

sesuai. Semua itu merupakan rambu-rambu yang perlu dicermati dan diikuti

apabila seseorang menginginkan wacana yang diungkapkannya secara lisan

agar dapat dipahami oleh orang kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Itu pula

yang merupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan sebagai sasaran

pelaksanaan tes kemampuan berbicara yang merupakan sasaran untuk

dicermati dan dinilai.

3. Prinsip Penyusunan Alat Penilaian Keterampilan Berbicara

Secara umum, penilaian keterampilan berbicara harus memenuhi prinsip-

prinsip berikut.

a. Tugas berbicara bersifat kontekstual.

b. Rubrik yang digunakan memiliki validitas konstruk yang tinggi.

c. Rubrik jelas dan teperinci sehingga memiliki reliabilitas interater yang

memadai.

d. Menggunakan tugas-tugas kontekstual sebagai rangsang siswa

memproduksi wacana lisan (baik autentik maupun simulatif).

e. Menggunakan teknik unjuk kerja, baik autentik maupun simulatif.

f. Menggunakan peer assessment dan teacher assessment untuk saling

melengkapi.

g. Mencari strategi agar semua siswa mendapat kesempatan

mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya, baik secara individu

maupun secara kelompok.

h. Keterampilan mikro dan makro keterampilan berbicara dinilai secara

terpadu dengan teknik unjuk kerja dan rubrik.

i. Rubrik analitis lebih tepat digunakan dalam penilaian berbicara untuk

mendeteksi secara perinci kelemahan dan kelebihan siswa dan juga

sebagai alat belajar.

j. Penilaian mencakup penilaian hasil dan penilaian proses.

Page 11: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.11

1) Buatlah daftar persamaan antara penilaian pembelajaran berbicara pada

pendekatan komunikatif dan pendekatan performansi!

2) Buatlah ringkasan dengan bahasamu sendiri mengenai perbedaan ciri-ciri

penilaian berbicara pada pendekatan sistem dan pendekatan performansi!

3) Jelaskan perbedaan keterampilan mikro dan keterampilan makro dalam

konstruk kemampuan berbicara beserta contohnya!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di

atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.

1) Persamaan penilaian pembelajaran berbicara pada pendekatan

komunikatif dan pendekatan performansi adalah (a) mengutamakan

kemampuan menampilkan keterampilan berbahasa, (b) memper-

timbangkan konteks sebagai hal yang perlu dipertimbangkan siswa

dalam menghasilkan wacana atau memahami wacana, dan (c) aspek

kebahasaan disesuaikan dengan konteks komunikasi.

2) Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan sistem mencakup (a)

berfokus pada hasil dan kurang memperhatikan proses, (b) kemampuan

menggunakan kata dan kalimat secara tepat (ketepatan), (c) alat penilaian

berbentuk tes objektif ataupun esai, (d) tugas berbicara lepas konteks, (e)

tugas berbicara berupa kalimat dan paragraf/karangan, (f) tugas berbicara

menggunakan rangsang tema, serta (g) aspek kebahasaan menjadi fokus

yang akan diukur.

Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan performansi

mencakup (a) berfokus pada berbagai keterampilan berbicara dengan

menggunakan kata dan kalimat sesuai konteks (kesesuaian konteks), (b)

menggunakan tes produk (hasil kerja), (c) tugas berbicara kontekstual,

(d) bentuk tugas berbicara mencakup berbagai jenis wacana sesuai

konteks, (e) menggunakan berbagai rangsang kontekstual, (f)

memfokuskan pada hasil dan proses, serta (g) menilai secara terpadu

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 12: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi

sosiolinguistik, dan kompetensi strategi.

3) Keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan,

sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan aspek

kewacanaan (kompetensi komunikatif). Contoh keterampilan mikro dan

makro dapat diambilkan dari beberapa daftar keterampilan mikro dan

keterampilan makro konstruk kemampuan berbicara.

Untuk membantu Anda dalam mempertajam pemahaman Anda terhadap

uraian materi modul ini, sebaiknya Anda membaca rangkuman materi yang

tersaji dalam uraian berikut ini.

Terdapat beberapa pendekatan pada penilaian kemampuan

berbahasa, terutama keterampilan berbicara. Pendekatan struktural

melahirkan tes diskrit. Pendekatan komunikatif memunculkan tes

integratif dan tes komunikatif. Pendekatan bahasa sebagai sistem

memunculkan tes bahasa yang berorientasi pada ketepatan penggunaan

tata bentukan, tata makna, dan tata kalimat. Pendekatan bahasa sebagai

performansi melahirkan tes performansi pada berbagai keterampilan

berbahasa. Pendekatan pada penilaian berpengaruh pada cakupan dan

jenis konstruk kemampuan berbicara. Konstruk kemampuan berbicara

terdiri atas keterampilan mikro dan keterampilan makro. Keterampilan

mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan dan keterampilan

makro berkaitan dengan penggunaan aspek kewacanaan (kompetensi

komunikatif).

Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan sistem mencakup

(a) berfokus pada hasil dan kurang memperhatikan proses,

(b) kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara tepat (ketepatan),

(c) alat penilaian berbentuk tes objektif ataupun esai, (d) tugas berbicara

lepas konteks, (e) tugas berbicara berupa kalimat dan paragraf/karangan,

(f) tugas berbicara menggunakan rangsang tema, serta (g) aspek

kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur.

Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan performansi

mencakup (a) berfokus pada berbagai keterampilan berbicara dengan

menggunakan kata dan kalimat sesuai konteks (kesesuaian konteks),

(b) menggunakan tes produk (hasil kerja), (c) tugas berbicara

kontekstual, (d) bentuk tugas berbicara mencakup berbagai jenis wacana

sesuai konteks, (e) menggunakan berbagai rangsang kontekstual,

RANGKUMAN

Page 13: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.13

(f) memfokuskan pada hasil dan proses, serta (g) menilai secara terpadu

kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi

sosiolinguistik, dan kompetensi strategi.

1) Asumsi yang mendasari penggunaan tes diskrit dalam penilaian

berbicara adalah ....

A. bahasa adalah suatu sistem yang dapat diajarkan dan dinilai secara

terpisah

B. bahasa dilingkupi berbagai konteks linguistik dan nonlinguistik

C. penggunaan bahasa memerlukan aspek kebahasaan yang sesuai

konteks

D. penggunaan bahasa memerlukan pemahaman aspek kewacanaan

2) Perbedaan tes diskrit dan tes komunikatif dalam keterampilan berbicara

adalah .....

A. tes diskrit berorientasi pada pemilihan kata secara tepat, sedangkan

tes komunikatif berfokus pada pemilihan kalimat secara tepat

B. tes diskrit berorientasi pada pemilihan kata secara tepat, sedangkan

tes komunikatif berfokus pada pemilihan kata yang sesuai konteks

C. tes diskrit berorientasi pada penggunaan kalimat, sedangkan tes

komunikatif berfokus pada penggunaan paragraf

D. tes diskrit berorientasi pada penggunaan aspek kebahasaan,

sedangkan tes komunikatif tidak mempertimbangkan aspek

kebahasaan

3) Konstruk berbicara dalam pendekatan performansi adalah ....

A. terfokus pada pemilihan dan penggunaan kata secara tepat

B. keterpaduan keterampilan mikro dan keterampilan makro

C. keterpaduan penggunaan kalimat dan tanda baca

D. terfokus pada keterampilan menggunakan aspek kewacanaan

4) Perbedaan penilaian berbicara pada pendekatan sistem dan pendekatan

performansi adalah ....

A. pendekatan sistem tugas wicara menirukan lafal dan intonasi,

sedangkan pendekatan performansi menilai penggunaan aspek

kebahasaan

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 14: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

B. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada aspek

kewacanaan, sedangkan pendekatan performansi berfokus pada

penggunaan aspek intonasi

C. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada

kesesuaian penggunaan kata dengan konteks, sedangkan pendekatan

performansi menilai penggunaan kewacanaan sesuai konteks

D. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada ketepatan

penggunaan aspek kebahasaan, sedangkan pendekatan performansi

menilai kesesuaian penggunaan aspek kebahasaan dengan konteks

5) Berikut ini adalah karakteristik pendekatan sistem dalam penilaian

berbicara, kecuali ....

A. berfokus pada penggunaan intonasi dan lafal secara terpisah

B. menilai kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara tepat

C. kemampuan menggunakan aspek kewacanaan dan aspek konteks

D. aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur

6) Contoh kemampuan berbicara secara mikro adalah kemampuan

menggunakan ....

A. ejaan secara tepat

B. kalimat dengan tanda baca secara tepat

C. intonasi sesuai isi kalimat

D. kalimat sesuai dengan tujuan penulisan

7) Perbedaan dari segi bentuk tugas berbicara pada pendekatan sistem dan

pendekatan performansi adalah ....

A. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa kalimat, sedangkan

pada pendekatan performansi tugas membuat paragraf

B. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa tugas membuat

paragraf, sedangkan pada pendekatan performansi tugas membuat

karangan utuh

C. tugas berbicara pada pendekatan sistem tanpa konteks komunikasi,

sedangkan pada pendekatan performansi tugas mempertimbangkan

konteks dan bermakna

D. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa pemilihan kata

secara tepat, sedangkan pada pendekatan performansi tugas

berbicara membuat kalimat secara tepat

8) Konstruk kemampuan berbicara terdiri atas keterampilan mikro dan

keterampilan makro. Perbedaan keterampilan makro dan keterampilan

mikro adalah ....

Page 15: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.15

A. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek

kewacanaan, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan

penggunaan kompetensi strategi

B. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan

secara tepat, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan

penggunaan aspek kebahasaan sesuai konteks

C. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek

kewacanaan, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan

penggunaan aspek kebahasaan

D. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan

dan keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan kompetensi

kewacanaan dan kompetensi strategi

9) Berikut ini merupakan keterampilan mikro dari kemampuan berbicara,

kecuali ....

A. menggunakan berbagai makna kata dalam berbicara

B. menggunakan jeda sesuai dengan konteks wacana

C. menggunakan intonasi sesuai dengan isi kalimat

D. mampu menentukan makna tersirat dari sebuah wacana

10) Berikut ini merupakan keterampilan makro dari kemampuan berbicara,

kecuali ....

A. mampu mengungkapkan sapaan dengan isi dan intonasi yang sesuai

konteks

B. mampu membuka pembicaraan dengan isi dan intonasi sesuai

konteks pembicaraan

C. mampu memaparkan inti pembicaraan dengan isi yang lengkap dan

sesuai konteks

D. mampu menggunakan intonasi dan jeda sesuai dengan isi

pembicaraan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 16: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Page 17: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.17

Kegiatan Belajar 2

Ragam Penilaian Berbicara dan Perencanaan Penilaian Berbicara

agam penilaian berbicara ditinjau dari berbagai hal. Ragam penilaian

berbicara yang akan dibahas ditinjau dari level kemampuan berbicara

dan dari segi teknik penilaian. Sebelum membahas ragam penilaian

berbicara, sebaiknya dipahami dulu tingkatannya.

A. RAGAM TES BERBICARA BERDASARKAN TINGKATAN

KETERAMPILAN BERBICARA

Kemampuan berbicara dapat digolongkan menjadi berbagai tingkat,

mulai dari yang paling rendah, yaitu menirukan, sampai yang paling tinggi

berbicara dengan spontan dan penguasaan yang tinggi. Misalnya, tingkatan

kemampuan berpidato ada beberapa model pidato. Model pertama adalah

pidato impromptu atau pidato tanpa teks, yaitu pidato yang tidak didahului

oleh suatu persiapan apa pun. Model kedua adalah pidato manuskrip atau

pidato dengan teks, yaitu pidato yang dirancang dan dipersiapkan serta ditulis

sebelum berpidato. Model ketiga adalah pidato memoriter atau pidato

hafalan, yaitu pidato dengan menghafal naskah pidato yang telah dibuat

sebelumnya. Model keempat adalah pidato ekstemporer, yaitu jenis pidato

yang dilakukan dengan menulis terlebih dahulu garis besar persoalan yang

akan dikemukakan.

Untuk melakukan tugas wicara yang baik, hendaknya Anda

memperhatikan beberapa langkah-langkah tertentu. Pertama, menentukan

topik yang akan dibicarakan. Kedua, merumuskan tujuan Anda berpidato.

Ketiga, mengenali pendengar. Keempat, mengatur strategi untuk membuka,

menjabarkan inti, memberi contoh, dan menutup pembicaraan. Kelima,

menuliskan garis besar isi pembicaraan. Keenam, menyampaikan wicara di

depan pendengar.

Menurut Brown (2004), ada empat level kemampuan berbicara. Yang

pertama adalah level kemampuan imitatif. Level kemampuan ini berupa

kemampuan melisankan tanda-tanda verbal tertulis. Pada level pertama ini,

kemampuan berbicara menirukan dan menghafalkan pembicaraan model.

R

Page 18: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pada level ini, pembicara tidak memilih dan mengungkapkan idenya secara

independen, tetapi hanya menirukan. Contoh kemampuan berbicara level

imitatif adalah menirukan dan menghafalkan model wicara, kemudian

diulang persis sama.

Tingkatan kemampuan berbicara yang kedua adalah kemampuan

berbicara secara terkontrol dan menulis secara terkontrol. Dibandingkan

dengan level imitatif, level ini menuntut respons siswa untuk menghasilkan

wacana lisan yang lebih banyak dengan pilihan ide sendiri. Contoh level

kedua adalah melanjutkan pidato yang belum lengkap, menyampaikan

pembukaan sebagai pembaca acara, membuka wawancara, dan sebagainya.

Level kemampuan berbicara yang berikutnya adalah level ketiga, yaitu

berbicara dengan memberi kesempatan merencanakan/berlatih kegiatan

wicara secara luas. Misalnya, berpidato dengan diberi kesempatan

mengonsep pembicaraan dengan waktu yang panjang. Pembicara bisa

berlatih membawakan pidato sepuasnya sebelum membawakan pidato. Pada

level keempat, kemampuan berbicara terjadi secara spontan. Dengan waktu

yang relatif singkat, pembicara sudah dapat menyampaikan gagasannya

secara tepat dan sesuai dengan konteks yang ada.

Untuk menilai level kemampuan berbicara, digunakan ragam tes dan

penilaian sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Berbicara Imitatif

Menurut Brown (2004), bentuk penilaian keterampilan berbicara pada

level dasar dapat berupa tes imitatif. Tes imitatif adalah tes berbicara untuk

menirukan kalimat-kalimat yang didengar atau dibaca. Yang termasuk

kemampuan berbicara imitatif adalah kemampuan membaca nyaring kalimat

yang tersedia. Amati contoh berikut!

Tirukan kalimat berikut!

a. Marilah kita jaga kebersamaan ini untuk menciptakan damai di bumi.

b. Selamatkan bumi ini!

Stimulus: bantuan komputer (dengan kalimat berjalan) atau naskah cetak

Respons: lisankan naskah dengan intonasi dan lafal yang sesuai!

Page 19: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.19

2. Tes Berbicara Level Responsif

Kemampuan berbicara responsif berupa kemampuan memberi respons

terhadap apa yang diamati. Siswa diminta mengungkapkan respons lisan

terhadap pertanyaan/masalah atau memparafrasakan wacana yang disediakan.

Amati contoh berikut!

Pertanyaan dan jawaban

Stimulus

a. Apa komentarmu terhadap bedah plastik untuk mempercantik diri?

b. Apa komentarmu terhadap pengaruh rokok terhadap kesehatan?

Respons siswa

Menjawab/mengomentari secara lisan

Memparafrasakan secara lisan wacana tulis

Stimulus

Apabila anak dibesarkan dalam suasana penuh pujian, dia akan

belajar menghargai.

Apabila anak dibesarkan dalam suasana penuh kritikan, dia akan

belajar menyalahkan.

Perintah

Ungkapkan secara lisan dengan kalimatmu sendiri!

3. Penilaian Kemampuan Berbicara Level Intensif

Kemampuan berbicara level intensif menuntut siswa merespons secara

lisan rangsangan dialog yang didengar atau menceritakan isi gambar. Yang

termasuk level kemampuan ini adalah membandingkan beberapa gambar

yang tersedia dan menceritakan urutan gambar. Amati urutan stimulus-

respons berikut!

Stimulus : pertanyaan lisan

Respons siswa: menjawab secara lisan

Stimulus : gambar berseri

Page 20: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Respons siswa:

Menceritakan gambar/menjelaskan gambar

Membandingkan beberapa gambar yang tersedia secara lisan

Menceritakan letak-letak gambar

Stimulus: jadwal

Tugas siswa: mendeskripsikan jadwal secara lisan

Stimulus: sebuah pendapat

Tugas siswa: mengemukakan dukungan secara lisan

Stimulus : gambar dengan urutan bahasa petunjuk

Tugas siswa:

Menjelaskan resep/bahasa petunjuk pada gambar!

4. Penilaian Tingkatan Berbicara Interaktif

Tingkatan tes berbicara interaktif menuntut siswa untuk secara interaktif

memahami yang didengar dan merespons dengan tuturan yang sesuai. Yang

termasuk pada tingkatan kemampuan ini adalah berwawancara, menanggapi

sebuah masalah dalam diskusi, atau melakukan percakapan dari topik yang

ditentukan.

Stimulus: tayangan audiovisual/pertanyaan berwawancara

Tugas siswa: menjawab pertanyaan wawancara

Stimulus: masalah diskusi

Tugas siswa: mendiskusikan masalah

Stimulus: topik

Tugas siswa: melakukan percakapan

Page 21: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.21

5. Penilaian Berbicara Tingkatan Ekstensif

Tingkatan tertinggi kemampuan berbicara adalah kemampuan berbicara

dengan beragam konteks khusus, seperti yang terjadi pada kehidupan riil.

Yang termasuk tingkatan kemampuan ini adalah kemampuan melakukan

presentasi lisan, bercerita, bermain peran berdasarkan masalah yang dihadapi,

atau berpidato dengan konteks tertentu.

Stimulus: ilustrasi konteks

Tugas siswa: melakukan presentasi lisan, bercerita, bermain peran, dan

berpidato sesuai dengan konteks yang disediakan

B. RAGAM PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA

BERDASARKAN TEKNIK PENILAIAN

Ragam penilaian keterampilan berbicara berdasarkan teknik penilaian

diperinci oleh Macmillan dan Gronlund. Menurut Macmillan (2008), teknik

unjuk kerja adalah suatu tes untuk meminta siswa mengerjakan serangkaian

kegiatan (tugas-tugas tertentu) di bawah kondisi terkendali. Penilaian unjuk

kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan

peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk

menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan

unjuk kerja. Unjuk kerja yang dapat diamati, seperti bermain peran,

memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan

peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.

Gronlund (1989) mengungkapkan bahwa tes performansi mencakup

empat hal, yaitu (1) tes tertulis, (2) tes identifikasi, (3) tes simulasi, dan (4)

tes sampel kerja (uji petik). Tes tertulis dalam tes unjuk kerja menekankan

aspek pengetahuan keterampilan dalam kondisi simulasi. Contohnya, siswa

membuat rancangan sebuah eksperimen, tetapi belum melaksanakan

eksperimen yang sesungguhnya. Tes identifikasi mencakup berbagai situasi

tes dalam berbagai tingkatan. Siswa diminta mengidentifikasi peralatan dan

menyebutkan fungsi-fungsinya. Tes identifikasi yang lebih kompleks

mengarah pada kompetensi tertentu. Misalnya, siswa diminta mencari

kerusakan pada rangkaian listrik tertentu serta siswa diminta mengidentifikasi

peralatan dan pelaksanaan perbaikan atau siswa diminta mencari kesalahan

pada pembuatan karya ilmiah tertentu, lalu diminta mengungkapkan cara

Page 22: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

memperbaikinya. Tes identifikasi biasanya digunakan sebagai alat ukur tidak

langsung untuk mengetahui kompetensi. Tes performansi simulasi

menekankan pada prosedur. Siswa diharapkan dapat mengerjakan suatu

tugas, tetapi dalam kondisi simulasi. Bentuk tertinggi dari tes performansi

adalah uji petik atau tes performansi sampel kerja. Pada tahap ini, siswa

diminta mengerjakan tugas-tugas nyata yang merupakan perwujudan dari

kompetensi keseluruhan yang hendak diukur.

Teknik penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan

rubrik dan tugas kontekstual sebagai rangsang siswa menunjukkan

performansinya. Rubrik bisa dalam bentuk daftar cek (ya – tidak). Pada

penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat

nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh

penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.

Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,

misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian,

tidak terdapat nilai tengah. Penilaian unjuk kerja juga dapat menggunakan

skala rentang yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap

penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai dilakukan secara

kontinu ketika pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut,

misalnya, sangat kompeten – kompeten – agak kompeten – tidak kompeten.

Tes unjuk kerja sebagai alat penilaian berbicara menuntut siswa untuk

mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya secara individu. Setiap siswa

mendapat tugas berbicara secara individu dan mendemonstrasikan

kemampuannya, sedangkan penilai mengamati dengan rubrik tertentu.

Kelemahan alat penilaian ini adalah membutuhkan waktu yang banyak.

Kelemahan lain adalah munculnya kebosanan penilai jika tugas berbicara

yang dinilai relatif sama.

Tes unjuk kerja sebagai alat penilaian keterampilan berbicara memiliki

validitas konstruk yang tinggi. Konstruk kemampuan berbicara adalah

kemampuan mengorganisasikan dan menyampaikan ide secara lisan sesuai

dengan konteks komunikasi. Konteks komunikasi di sini mencakup latar

pembicaraan audiensi.

Ditinjau dari keautentikan konteks, dikenal jenis penilaian keterampilan

berbicara autentik dan simulatif. Keterampilan berbicara autentik menilai

keterampilan berbicara siswa dalam konteks autentik. Contoh penilaian

autentik adalah menilai kemampuan siswa berwawancara siswa pada waktu

sekolah menerima kunjungan dari tokoh masyarakat serta menilai

Page 23: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.23

kemampuan siswa mewawancarai ketua panitia pada waktu sekolah

mengadakan acara pentas seni. Contoh penilaian simulatif adalah menilai

keterampilan siswa saling berwawancara dengan temannya yang berperan

sebagai tokoh tertentu. Konteks simulasi ditentukan guru atau bersama-sama

siswa. Berikut ini dicontohkan berbagai penilaian keterampilan berbicara

dengan berbagai rangsang.

Karakteristik keterampilan berbicara seperti diuraikan di atas

menyebabkan pelaksanaan penilaian berbicara harus menggunakan teknik

unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja jelas memerlukan waktu yang banyak.

Dengan demikian, diperlukan strategi-strategi khusus untuk dapat

melaksanakan penilaian berbicara.

Ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, pengumpulan informasi

kompetensi berbicara dapat dilakukan terintegrasi atau terpisah dengan

proses pembelajaran. Pelaksanaan secara terintegrasi berarti melaksanakan

penilaian berbicara setelah tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Pelaksanaan secara terpisah berarti dilaksanakan dengan waktu khusus dalam

suasana ujian praktik. Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara secara

terintegrasi memiliki keuntungan dari segi efisiensi waktu. Hal ini dilakukan

mengingat untuk menilai kompetensi berbicara, diperlukan waktu yang

cukup banyak.

Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara ditinjau dari jumlah

kompetensi dasar dan waktu pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga cara.

Cara pertama adalah melaksanakan penilaian tiap satu kompetensi berbicara

terintegrasi dalam pembelajaran. Pada jenis penilaian ini, seorang guru

menilai satu kompetensi berbicara secara terintegrasi dalam proses

pembelajaran. Cara kedua adalah melaksanakan penilaian beberapa

kompetensi berbicara dengan menyediakan waktu tes tersendiri. Cara kedua

ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang menonjol pada

cara kedua adalah efisiensi waktu dan kepraktisan pelaksanaan. Kelemahan

cara kedua terletak pada adanya keterbatasan latihan kompetensi berbicara

pada waktu pembelajaran. Dengan keterbatasan waktu yang ada,

pembelajaran kompetensi berbicara dilakukan dengan berfokus pada

pemodelan dan analisis model. Kesempatan berlatih sebentar yang diberikan

kepada siswa memungkinkan kegagalan siswa untuk mencapai kompetensi

berbicara. Cara ketiga adalah pelaksanaan penilaian dengan menyediakan

waktu tersendiri dan diintegrasikan dengan kompetensi yang lain (misalnya

diintegrasikan dengan keterampilan menulis, menyimak, atau membaca).

Page 24: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Ditinjau dari keterpaduan dengan kompetensi dasar lain, pelaksanaan

penilaian berbicara dapat dilaksanakan terintegrasi dengan penilaian

keterampilan mendengarkan. Guru merancang pembelajaran menyimak dan

berbicara secara terpadu dan menilainya secara terpadu juga. Pada waktu

siswa membawakan pidato, dinilai kemampuan pidatonya. Pada waktu

menjadi pendengar, siswa dinilai kemampuan mendengarkan. Pembelajaran

dan penilaian secara terpadu ini dari waktu sangat efisien.

Ditinjau dari segi jumlah siswa, strategi pelaksanaan penilaian berbicara

dikelompokkan menjadi dua cara. Cara pertama adalah melaksanakan

penilaian kompetensi berbicara secara individual. Cara kedua pelaksanaan

penilaian kompetensi berbicara adalah melakukan secara

berkelompok/berantai.

Ditinjau dari segi pengintegrasian kompetensi dasar, dikenal beberapa

teknik pelaksanaan yang mencakup (a) pelaksanaan penilaian satu KD secara

kelompok dan terintegrasi dalam pembelajaran, (b) pelaksanaan penilaian

beberapa KD secara kelompok dengan waktu khusus, (c) pelaksanaan

penilaian beberapa KD secara individu dengan waktu khusus, (d)

pelaksanaan penilaian satu KD secara individu dan terintegrasi dalam

pembelajaran.

Berdasarkan teknik penilaian, ragam penilaian keterampilan berbicara

mencakup (a) penilaian unjuk kerja individu, (b) penilaian unjuk kerja tim

(speaking team) dengan penilaian sejawat (peer assessment), dan (c)

penilaian unjuk kerja individu terpadu dengan keterampilan reseptif lisan.

1. Penilaian Unjuk Kerja Individu

Penilaian keterampilan berbicara dengan rangsang serangkaian gambar.

a. Jelaskan secara lisan langkah-langkah mencuci tangan seperti pada

rangkaian gambar berikut!

Page 25: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.25

b. Buatlah kritikan/komentar secara lisan poster-poster berikut!

Poster 1

Poster 2

Page 26: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Poster 3

Poster 4

2. Penilaian Unjuk Kerja secara Individu dalam Kelompok Kecil

Teknik penilaian dilakukan individu dalam kelompok kecil. Sementara

itu, siswa mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya. Guru dan teman

lain dalam kelompok kecil akan menilai dengan rubrik pidato yang

disediakan guru. Untuk itu, alat penilaian yang harus disiapkan guru

mencakup kartu tugas berbicara simulatif dan rubrik keterampilan

berpidato.

Page 27: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.27

3. Penilaian Unjuk Kerja Kelompok di Depan Kelas

Tes unjuk kerja kelompok merupakan tes perbuatan yang menuntut

siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya secara

berkelompok. Penilaian dilakukan secara individu dalam kelompok atau

penilaian secara kelompok. Penilaian berbicara secara individu dalam

kelompok dan penilaian berbicara secara kelompok dicontohkan berikut.

Buatlah kelompok yang terdiri atas lima orang! Jelaskan secara berantai

isi diagram berikut di depan kelas! Isi yang telah dikemukakan anggota

kelompok tidak boleh diulangi lagi oleh anggota kelompok yang lain.

Gunakan intonasi dan jeda yang tepat untuk memperjelas penjelasanmu!

Page 28: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Ketika siswa mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya di depan

kelas, guru dan siswa lain yang tidak maju menilai dengan rubrik berikut.

Berantai menyampaikan pidato juga merupakan contoh penilaian

individu dalam kelompok. Misalnya, siswa melakukan kegiatan berikut.

Buatlah kelompok yang terdiri atas lima orang! Berpidatolah secara

berantai di depan kelas! Isi yang telah dikemukakan anggota kelompok tidak

boleh diulangi lagi oleh anggota kelompok yang lain. Gunakan intonasi dan

jeda yang tepat serta gaya yang sesuai untuk membuat pidatomu menarik!

4. Penilaian Individu Terintegrasi dengan Kompetensi Berbicara yang

Lain

Teknik ini menilai kemampuan berbicara diintegrasikan pada beberapa

kompetensi berbicara. Siswa mendemonstrasikan kemampuan berbicaranya

dengan cara diundi. Setiap siswa bisa mendemonstrasikan beberapa

kompetensi berbicara secara serentak.

5. Penilaian Individu Terintegrasi dengan Kompetensi Reseptif Lisan

Teknik ini menilai kemampuan berbicara diintegrasikan pada beberapa

kompetensi menyimak. Siswa mendemonstrasikan kemampuan berbicaranya

dengan cara diundi. Siswa yang berbicara dinilai kemampuan berbicaranya,

sedangkan siswa yang mendengarkan dinilai kemampuan menyimaknya.

Page 29: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.29

6. Penilaian Kemampuan Berbicara dengan Alat Penilaian Alternatif

a. Penggunaan portofolio dalam kompetensi berbicara

Portofolio berbicara berisi bukti-bukti bahwa siswa pernah melakukan

kegiatan wicara. Isi portofolio bisa berupa dokumen berbicara yang

menunjukkan perkembangan kemampuan berbicara. Dokumen hasil

penilaian berbicara yang berisi komentar teman atau guru dalam pelaksanaan

keterampilan berbicara juga bisa dimasukkan dalam portofolio.

b. Penggunaan jurnal dalam penilaian kompetensi berbicara

Penggunaan jurnal refleksi dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah

yang ditempuh siswa dalam menyiapkan pidato, strategi yang digunakan

untuk mengatasi demam mimbar, strategi untuk menyampaikan dengan urut,

dan sebagainya. Dengan jurnal refleksi ini, diharapkan siswa dapat

merefleksikan perasaannya ketika berbicara di depan umum, langkah yang

dilakukan untuk berpidato, dan strategi-strategi yang digunakan untuk dapat

berbicara secara efektif.

Penggunaan berbagai instrumen alternatif dilakukan pada penilaian

kemampuan berbicara yang dimaknai sebagai alat pembelajaran bahasa yang

lebih luas. Murid hendaknya dibimbing menjadi pribadi yang memanfaatkan

kemampuan berbicara sebagai tujuan yang bermakna. Strategi pengamatan

dapat dipadukan dengan teknik catatan anekdotal, wawancara dan survei,

konferensi dan diskusi, ceklis, menceritakan kembali, tes diagnostik, serta

membaca buku.

c. Penggunaan catatan anekdotal

Catatan anekdotal adalah catatan pengamatan informal yang

menggambarkan perkembangan bahasa dan perkembangan sosial, kebutuhan,

kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi

yang digunakan oleh pembelajar yang tampak bermakna ketika dilakukan

pengamatan. Catatan-catatan ini biasanya berupa komentar singkat yang

sangat spesifik mengenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan

oleh siswa. Wujudnya berupa kumpulan informasi yang didokumentasikan

secara terus-menerus dan menggambarkan perkembangan kemampuan

berbahasa anak secara luas.

Catatan anekdotal dapat dibuat dalam berbagai kegiatan, misalnya

menulis jurnal, memainkan drama, membaca nyaring, diskusi aktif,

pengucapan, kerja mandiri, dan menulis. Latar pembuatan catatan dapat

Page 30: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

berupa kelas secara keseluruhan, kelompok kecil, atau individu. Biasanya,

catatan anekdotal mengenai keadaan murid secara individual, murid yang

berhadapan satu per satu dengan guru, guru mengamati murid, atau anak

bekerja dalam konteks tertentu.

d. Asesmen terhadap strategi berbicara

Dalam kegiatan pembelajaran berbicara, guru acap kali mengamati

siswanya apakah mereka telah memperhatikan model yang dipelajari, apakah

mereka dapat merespons dengan tepat, dan apakah mereka menyukai

aktivitas berbicara. Hal inilah yang merupakan esensi asesmen kelas.

Pengamatan dapat diartikan sebagai kegiatan melihat aktivitas anak dalam

belajar, mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas, dan bagaimana

hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan

sering kali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah

disiapkan.

e. Pengamatan terstruktur terhadap kesulitan-kesulitan murid dalam

berbicara

Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana,

untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan

keputusan. Pengamatan yang dilaksanakan secara teratur dapat membantu

guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak sehingga kelemahan

tersebut dapat ditangani dengan baik. Guru sering melakukan pengamatan

secara tak terstruktur dan tidak membuat catatan-catatan hasil pengamatan.

Perlu diingat bahwa bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka

sulit dapat mengingat semua kegiatan yang dihadapi sehari-hari. Untuk itu,

guru disarankan untuk melakukan pengamatan terstruktur dan mencatat

hasilnya. Selama melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswanya. Guru

disarankan untuk membuat catatan atau rekaman dengan fokus atau tujuan

tertentu. Informasi yang didapat selanjutnya didokumentasikan sehingga

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan program.

Page 31: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.31

Contoh alat penilaian keterampilan berbicara dengan jurnal refleksi

Nama: ...................................... Tanggal: ......................................

Tugas Berbicara: Berwawancara Tempat: .......................................

1. Langkah yang saya lakukan dalam berwawancara adalah ..........................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

.............................................................................................................................

2. Kesulitan saya dalam merumuskan pertanyaan .........................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

3. Kesulitan yang saya alami dalam membuka wawancara adalah ...............

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

4. Kesulitan yang saya alami dalam menutup wawancara adalah .................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

Upaya yang pernah saya coba untuk mengatasi masalah .................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Jurnal Strategi Metakognisi (Berbicara)

Metakognisi adalah kemampuan siswa untuk mengetahui bagaimana

belajar dan bagaimana mengevaluasi kegiatan belajarnya. Strategi

metakognisi dapat dibedakan menjadi empat tahap/jenis: perencanaan,

penggunaan atau penerapan strategi, monitoring, dan evaluasi.

Dalam tahap perencanaan, siswa menganalisis tugas-tugas yang harus

dikerjakan. Pertanyaan yang memandu tahap ini sebagai berikut.

a. Apakah saya memahami cara berpidato?

b. Apa yang saya harapkan dari kegiatan belajar membaca ini?

c. Apa yang belum saya pahami?

d. Apa yang sulit saya pahami?

Page 32: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, siswa masuk pada tahap

evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat

digunakan sebagai berikut.

a. Apa yang telah saya pelajari?

b. Apakah saya telah mengerjakan tugas secara lengkap?

c. Apakah saya sampai pada level memuaskan dalam belajar?

d. Apa yang harus saya kerjakan agar tetap ingin tahu?

Penggunaan strategi metakognisi dapat membantu pembaca untuk

mengontrol kegiatan berbicaranya dan perilaku belajarnya. Keterampilan

sangat diperlukan untuk mengembangkan diri sebagai pembelajar yang

independen.

f. Lembar observasi

Dalam pembelajaran berbicara, guru seharusnya mengamati siswanya,

apakah mereka telah mampu dan berani mendemonstrasikan keterampilannya

dalam berbicara, apakah mereka dapat merespons dengan tepat, dan apakah

mereka menyukai aktivitas berbicara. Hal inilah yang merupakan esensi

asesmen kelas. Dalam penilaian berbicara, pengamatan dapat diartikan

sebagai kegiatan mengamati aktivitas siswa dalam belajar berbicara,

mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas berbicara, dan bagaimana

hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan

acap kali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah

disiapkan.

Dengan pengamatan, guru dapat memperoleh wawasan tentang strategi

pemecahan masalah yang dihadapi siswa dan dapat mengidentifikasi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar berbicara. Itulah

sebabnya pengamatan sering kali dipandang sebagai alat komprehensif untuk

mengumpulkan informasi guna pengambilan keputusan.

Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana,

untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan

keputusan. Pengamatan yang dilaksanakan secara teratur dapat membantu

guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak sehingga kelemahan

tersebut dapat ditangani dengan baik.

Guru sering melakukan pengamatan secara tak terstruktur dan tidak

membuat catatan-catatan hasil pengamatan. Perlu diingat bahwa

bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka sulit dapat

Page 33: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.33

mengingat semua kegiatan yang dihadapi sehari-hari. Untuk itu, guru

disarankan untuk melakukan pengamatan terstruktur dan mencatat hasilnya.

Selama melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswanya, guru disarankan

untuk membuat catatan atau rekaman dengan fokus atau tujuan tertentu.

Informasi yang didapat selanjutnya didokumentasikan sehingga dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan program.

Salah satu cara untuk mengumpulkan data secara sistematis berupa

penggunaan format anekdotal (anecdotal form) yang berisi nama siswa,

tanggal, komentar, dan tindakan yang disarankan. Hal tersebut terlihat dalam

tabel berikut.

Nama Tgl Komentar Saran tindakan

Aldy 3/11 Belum dapat mengomentari masalah

aktual

Berlatih membuat kalimat

komentar dengan alasan

Dewi 12/11 Belum dapat mengurutkan ide Menuliskan garis besar yang

akan diungkapkan

dst

Format di atas digunakan setiap minggu. Pada setiap akhir minggu, guru

dapat mengetahui siswa nama yang belum teramati sehingga kegiatan

pengamatan berikutnya difokuskan pada siswa yang belum diamati.

Berikut disajikan contoh ceklis pengamatan.

Ceklis Pengamatan Tahap Keterampilan Berbicara

Nama Murid : ..........................................

Kelas : ..........................................

Nama Pengamat : ..........................................

No. Aspek yang diamati Peng. I (.....) Peng. I (.....)

Baik Kurang Baik Kurang Keterampilan berbicara secara imitatif

1. Menirukan isi untuk membuka pembicaraan

2. Menirukan intonasi untuk membuka pembicaraan

3. Menirukan gaya bertutur 4. Melafalkan bahasa tertulis 5. Memberi intonasi pada bahasa tulis

Page 34: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

No. Aspek yang diamati Peng. I (.....) Peng. I (.....)

Baik Kurang Baik Kurang yang dilisankan

Berbicara responsif 1. Menjawab pertanyaan secara lisan. 2. Merespons secara lisan semua

rangsang wicara dari lawan tutur.

3. Merespons secara lisan dengan kritis dan kreatif semua rangsang yang dihadapi.

Keterampilan Wicara secara Autentik 1 Mampu menampilkan kemampuan

berbicara pada acara-acara autentik dengan spontan.

2 Mampu menampilkan kemampuan berbicara pada acara-acara autentik dengan waktu perencanaan yang memadai.

3 Mampu menampilkan kemampuan berbicara dengan spontan pada konteks simulasi yang diberikan.

4 Mampu menampilkan kemampuan berbicara dengan perencanaan pada konteks simulasi yang diberikan.

Penafsiran dan saran

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

g. Wawancara

Tujuan pemanfaatan wawancara adalah menyamakan persepsi murid

sebab sering kali muncul perbedaan antara persepsi guru dan murid

sehubungan dengan kegiatan berbicara. Respons murid terhadap wawancara

dapat membangkitkan minat baca anak terhadap kegiatan berbicara.

Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, pembaca masuk pada tahap

evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat

digunakan sebagai berikut.

a. Apa yang telah saya pelajari?

Page 35: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.35

b. Apakah saya telah mengerjakan tugas secara lengkap?

c. Apakah saya sampai pada level memuaskan dalam belajar?

d. Apa yang harus saya kerjakan agar tetap ingin tahu?

C. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENILAIAN

KETERAMPILAN BERBICARA

MacMillan (2008) menjelaskan bahwa pengembangan alat penilaian

suatu kompetensi dilakukan dengan langkah (1) memahami esensi konstruk

suatu kompetensi, (2) menjabarkannya menjadi keterampilan-keterampilan

bawahan esensial yang menjadi indikator suatu kompetensi/penanda

kompetensi, (3) menentukan perilaku-perilaku yang seharusnya dilakukan

agar bisa untuk membuat unjuk kerja yang dituntut pada kompetensi,

(4) menjabarkan ciri-ciri hasil akhir yang akan diamati, (5) menyusun alat

penilaian, dan (6) melaksanakan dan menyimpulkan hasil penilaian.

1. Langkah Perencanaan Penilaian Kemampuan Berbicara

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini dilaksanakan berdasarkan pada

kompetensi dasar tertentu. Langkah merencanakan penilaian berbicara yang

bersumber pada kompetensi dasar mencakup langkah (a) memahami

karakteristik dan konstruk kompetensi dasar, (b) menyusun indikator hasil

dan indikator proses, (c) menentukan alat untuk menilai hasil dan proses,

(d) mengembangkan tugas kontekstual untuk merangsang munculnya

kemampuan berbicara dengan konteks tertentu, (e) menyusun rubrik

penilaian, serta (f) menentukan teknik penilaian.

Selain langkah penyusunan alat penilaian, hal penting yang harus

direncanakan pada perencanaan penilaian berbicara adalah penyusunan tugas

berbicara dan rubrik penilaian berbicara. Bacalah paparan berikut sebagai

bekal merencanakan penilaian berbicara.

a. Tugas kontekstual pada tes keterampilan berbicara

Tugas kontekstual adalah rangsang dengan konteks tertentu yang

menuntut siswa menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan produk

dengan kriteria tertentu. Tugas kontekstual digunakan untuk memberi bingkai

pelaksanaan kompetensi berbicara pada konteks tertentu. Dari tugas

kontekstual inilah, siswa melakukan unjuk kerja. Tugas kontektual juga

berhubungan dengan indikator pencapaian. Beberapa indikator pencapaian

Page 36: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

diukur serentak dengan satu tugas kontekstual. Berikut ini diberi contoh

tugas-tugas kontekstual dalam penilaian produk.

Contoh 1

KD: berpidato dalam konteks perpisahan

Indikator

1) Mampu menyampaikan sapaan dengan intonasi yang sesuai.

2) Mampu membuka pidato dengan isi yang sesuai konteks.

3) Mampu memaparkan isi pidato dengan isi sesuai konteks.

4) Mampu menggunakan intonasi secara tepat sesuai dengan isi

pembicaraan.

5) Mampu berpidato dengan ekspresi yang sesuai.

b. Tugas kontekstual

Berpidatolah dengan peran seakan-akan kamu menjadi wakil kelas XI

yang akan meninggalkan sekolah pada acara perpisahan di sekolahmu.

Lakukan kegiatan pidato tersebut di depan kelas dengan merencanakan dulu

pokok-pokok isi pidato!

c. Pembuatan rubrik dalam penilaian unjuk kerja

Rubrik penilaian dan indikator sangat erat hubungannya. Kata kerja pada

indikator akan menjadi petunjuk pada rubrik. Berdasarkan bentuknya,

terdapat rubrik deskriptif dan rubrik dengan skala angka gradual.

Berdasarkan cara penafsiran, rubrik penilaian dikelompokkan menjadi rubrik

analitis dan rubrik holistik.

Amati langkah penyusunan rubrik berikut.

Langkah pertama: mencermati indikator memperjelas kriteria pada

rubrik.

Langkah awal menyusun rubrik adalah mencermati kriteria pada

indikator. Kriteria pada indikator dikonkretkan pada deskriptor rubrik.

Kriteria pada indikator diperjelas pada rubrik. Misalnya, kriteria mampu

berpidato dengan isi dan intonasi yang sesuai tujuan diperinci menjadi (1)

mampu mengungkapkan sapaan sesuai dengan audiensi, (2) mampu

memaparkan isi dengan runtut, (3) mampu menutup pidato dengan isi sesuai

tujuan, (4) mampu mengungkapkan kalimat dengan tinggi rendah yang

bervariasi sesuai dengan isi pidato, (5) mampu membawakan pidato dengan

lancar, serta (6) mampu bersuara dengan keras sehingga didengar semua

audiensi.

Page 37: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.37

Langkah kedua: menentukan skor maksimal untuk semua munculnya

deskriptor.

Setelah semua indikator pencapaian dijabarkan menjadi deskriptor,

ditentukan skor maksimal tiap-tiap aspek. Penentuan skor maksimal

ditentukan oleh tingkat kepentingan suatu indikator (pahami yang menjadi

prioritas pada rumusan kompetensi dasar).

Langkah ketiga: membuat gradasi (skor atau skala) pada tiap deskriptor.

Setelah ditentukan skor maksimal untuk tiap deskriptor, perlu dijabarkan

gradasi skor dari tiap-tiap indikator. Misalnya, deskriptor menyapa secara

lengkap audiensi dengan intonasi yang sesuai dan dengan skor maksimal 3

digradasikan berikut.

1) Skor 3 jika mengungkapkan sapaan secara lengkap, yaitu menyebut

audiensi yang hadir, menggunakan intonasi yang tepat, dan

menggunakan lafal secara jelas.

2) Skor 2 jika hanya teramati dua unsur.

3) Skor 1 jika teramati satu unsur.

4) Skor 0 jika tidak teramati semua unsur.

Langkah keempat: menentukan kriteria ketuntasan.

Dari kriteria ketuntasan inilah, akan ditentukan apakah peserta didik

sudah tuntas atau masih harus mengulang/melakukan remedial.

Contoh Rubrik Keterampilan Presentasi Kelompok

No Item penilaian Skor tiap kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kebenaran isi

2 Kejelasan suara

3 Keruntutan penyampaian

4 Kemampuan menanggapi pertanyaan

5 Kerja sama dalam menanggapi pertanyaan

Jumlah

Rerata

1) Kebenaran isi

Skor 3 apabila semua isi konsep yang disampaikan benar.

Skor 2 apabila 75% isi konsep yang disampaikan benar.

Skor 1 apabila 25—50% isi konsep yang disampaikan benar.

Skor 0 apabila dalam penyampaian tidak ada konsep yang isinya benar.

Page 38: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

2) Kejelasan suara

Skor 3 apabila suara cukup keras, jelas, intonasi beragam, dan

bersemangat.

Skor 2 apabila hanya muncul tiga indikator.

Skor 1 apabila hanya muncul dua indikator.

Skor 0 apabila tidak ada indikator yang muncul.

3) Keruntutan penyajian

Skor 3 apabila semua materi yang disajikan secara urut (judul presentasi,

data hasil pengamatan, jawaban pertanyaan, dan simpulan).

Skor 2 apabila hanya tiga materi yang disajikan secara urut.

Skor 1 apabila hanya dua materi yang disajikan secara urut.

Skor 0 apabila penyajian materi tidak urut sama sekali.

4) Kemampuan menanggapi pertanyaan

Skor 3 apabila semua pertanyaan ditanggapi dengan tiga kriteria: jelas,

benar, dan sopan.

Skor 2 apabila semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan dua.

Skor 1 apabila semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan satu

indikator.

Skor 0 apabila tidak ada pertanyaan yang ditanggapi.

5) Kerja sama dalam menanggapi pertanyaan

Skor 3 apabila pertanyaan ditanggapi oleh tiga atau lebih anggota

kelompok.

Skor 2 apabila pertanyaan ditanggapi oleh dua anggota kelompok saja.

Skor 1 apabila pertanyaan ditanggapi oleh satu anggota kelompok saja.

Skor 0 apabila anggota kelompok tidak berbagi tugas dalam menanggapi

pertanyaan.

Skor maksimal 3 × 5 = 15

Skor yangdicapaisiswa

Nilai 100Skor Maksimal

=

Kriteria ketuntasan

Lebih besar atau sama dengan 75% termasuk tuntas.

Kurang 75% tidak tuntas.

Page 39: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.39

Rubrik penilaian dari KD berpidato dicontohkan berikut.

Rubrik Kemampuan Berpidato dengan Model Daftar Cek

No. Deskripsi Ya Tidak

1. Apakah isi sapaan yang diungkapkan sesuai dengan audiensi?

2. Apakah sapaan diungkapkan dengan intonasi dan lafal yang tepat?

3. Apakah mampu membuka pidato dengan isi yang sesuai konteks?

4. Apakah mampu membuka pidato dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai konteks?

5. Apakah mampu memaparkan inti pidato dengan isi sesuai konteks?

6. Apakah mampu memaparkan inti pidato dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai?

7. Apakah mampu menutup pidato dengan isi yang sesuai?

8. Apakah mampu menutup pidato dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai konteks?

Skor maksimal 8 × 5 = 40 (satu jawaban ya diberi skor 5 dan jawaban tidak

diberi skor 0).

Skor yangdicapaisiswaNilai 100

Skor Maksimal=

Kriteria ketuntasan

Lebih besar atau sama dengan 75% termasuk tuntas.

Kurang 75% tidak tuntas.

Contoh 2 pembuatan rubrik penilaian hasil dan penilaian proses

Kompetensi dasar: berwawancara dengan berbagai tujuan

Indikator hasil sebagai berikut.

1) Mampu membuka wawancara sesuai konteks dengan santun.

2) Mampu mengajukan pertanyaan dalam berwawancara dengan isi yang

sesuai tujuan.

3) Mampu mengulas jawaban sebagai pijakan pertanyaan berikutnya.

4) Mampu menutup wawancara sesuai konteks.

5) Mampu menggunakan bahasa sesuai ragam.

6) Mampu menggunakan intonasi sesuai isi kalimat dalam berwawancara.

7) Mampu menyampaikan wawancara dengan lancar.

Page 40: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Indikator proses sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan.

2) Mau bekerja sama untuk saling berlatih berwawancara.

3) Mau menerima kritikan/hasil penilaian teman untuk perbaikan.

4) Kritis mengomentari hasil teman.

5) Kreatif dalam membuka, mengungkapkan pertanyaan inti, dan menutup

wawancara.

6) Percaya diri melakukan wawancara dan berani mengemukakan komentar.

Aspek yang dinilai

Perincian informasi yang akan diperoleh

Alat yang digunakan Waktu dan teknik

pengumpulan informasi

Terintegrasi pada pembelajaran (empat jam pelajaran)

Keterampilan Mampu berwawancara dengan berbagai tujuan

Tugas dan rubrik penyekoran

Terintegrasi dalam proses pembelajaran (setelah pembahasan beberapa model wawancara, siswa berkelompok menilai antarteman dengan rubrik yang telah ditentukan ditambah dengan penilaian guru)

Afektif

Lembar observasi inventori

Terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses diskusi, dibahas penampilan siswa yang membacakan pengumuman)

Wujud alat penilaian

Tugas wawancara

Buatlah kelompok untuk saling mewawancarai dengan konteks berikut!

Yang diwawancarai: dokter Desa Sukamaju

Topik: demam berdarah yang sedang melanda di Desa Sukamaju

Page 41: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.41

Rubrik penilaian wawancara

Nama yang dinilai: .............................

No. Aspek yang Dinilai Pertanyaan Pemandu Skor

1 2 3 4

1. Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan

Apakah semua pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan wawancara?

2. Perincian dan kelengkapan pertanyaan

Apakah jumlah pertanyaan cukup untuk mendapatkan informasi yang ada dalam tujuan?

3. Kreativitas dalam mengajukan pertanyaan

Apakah pewawancara berusaha mengaitkan pertanyaan lanjutan dengan jawaban orang yang diwawancarai? Apakah pewawancara hanya terpaku pada daftar pertanyaan secara kaku?

4. Kejelasan pertanyaan dan kesesuaian dengan mitra bicara

Apakah pertanyaan menggunakan kata tanya yang jelas? Apakah pilihan kata sesuai dengan orang yang diajak bicara?

5 Intonasi dan mimik Apakah intonasi sesuai? Apakah ekspresi wajah bersahabat?

6. Kelancaran Apakah pewawancara lancar mengajukan seluruh pertanyaan?

7. Kewajaran penampilan Apakah penampilan pewawancara wajar atau dibuat-buat?

Jumlah skor =

Page 42: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rubrik Mengungkapkan Tanggapan/Komentar

Hal yang dinilai Perincian Skor

3 2 1

Kejelasan tanggapan Apakah hal yang ditanggapi terfokus?

Ketepatan tanggapan/ kesesuaian dengan topik

Apakah tanggapan sesuai dengan isi/topik yang didiskusikan?

Bukti Apakah tanggapan disertai bukti/contoh-contoh dan logis?

Bahasa yang digunakan Apakah bahasa yang digunakan efektif (struktur kalimat dan pilihan kata tepat)

Penyampaian Apakah tanggapan diungkapkan dengan lancar dan runtut

Penampilan Apakah tanggapan disampaikan dengan tenang dan penuh percaya diri?

3 = baik

2 = sedang

1 = kurang

Penerapan Perencanaan Penilaian Keterampilan Berbicara

Contoh pelaksanaan penilaian berbicara

2. Penerapan Perencanaan Penilaian Hasil dan Penilaian Proses

Langkah perencanaan dan penerapan penilaian hasil dan penilaian

proses memiliki perbedaan. Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia

berdasarkan KTSP berorientasi pada standar-standar yang ditetapkan. Standar

tersebut tertuang pada standar isi, standar kompetensi lulusan, dan standar

penilaian. Penilaian tidak hanya menilai hasil, tetapi juga menilai aspek

afektif pada proses pembelajaran.

Langkah penilaian hasil dan proses mencakup (a) penentuan kompetensi

dasar yang hendak diukur, (b) menjabarkan indikator hasil dan proses, (c)

menentukan rancangan informasi dan alat yang akan digunakan, (d)

menentukan teknik dan prosedur, (e) mengembangkan wujud alat penilaian

(tugas kontekstual dan rubrik/pedoman penyekoran), (f) menentukan batas

skor maksimal dan batas ketuntasan, (g) mengumpulkan data pada waktu

Page 43: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.43

yang telah ditetapkan, (h) menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi,

serta (i) menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas.

Untuk memperjelas langkah perencanaan penilaian hasil dan penilaian

proses dalam pembelajaran berbicara, berikut ini disediakan contoh

penerapan perencanaan penilaian. Amati dengan saksama langkah berikut.

Langkah 1: menentukan kompetensi dasar dan indikator

Kompetensi dasar: mampu berpidato dengan intonasi dan menggunakan

pilihan kata secara tepat

Indikator hasil sebagai berikut.

a. Mampu mengungkapkan sapaan dalam berpidato dengan isi dan

intonasi sesuai konteks.

b. Mampu membuka pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang sesuai

konteks.

c. Mampu menjelaskan inti pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang

sesuai konteks.

d. Mampu menutup pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang sesuai

konteks.

Indikator proses sebagai berikut.

a) Mau memperhatikan tugas, memperhatikan penampilan teman, dan

memperhatikan komentar teman/guru (ketekunan/kepedulian).

b) Berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, berani

dan menjawab/merespons pertanyaan teman (percaya diri).

c) Mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, memberi

bukti yang tepat, dan berpendapat secara perinci tetapi santun (kritis dan

logis).

d) Rasa ingin tahu tinggi (aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari

referensi lain untuk menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta

guru).

e) Berani mencipta, memvariasikan yang sudah ada, dan menyimpulkan

dengan bahasa sendiri (kreatif).

f) Kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu

kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab

bersama).

Page 44: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Langkah 2: membuat rancangan penilaian

Perencanaan tersebut diringkas dengan tabel berikut.

Tabel 7.2 Tabel Perencanaan

Sasaran penilaian

Perincian informasi yang akan diperoleh

Alat yang digunakan

Waktu dan teknik pengumpulan informasi

Hasil Kemampuan siswa mendemonstrasikan keterampilan berpidato di depan pendengar.

Unjuk kerja Waktu penilaian: pada akhir pembelajaran (setelah siswa berlatih baru diambil nilainya), teknik yang digunakan penilaian adalah simulasi dengan alat unjuk kerja individu dalam kelompok kecil (tiap siswa menampilkan kemampuan berpidatonya di depan kelompok kecil). Satu kelas dibagi lima kelompok, sedangkan satu kelompok delapan orang.

Penilaian proses

Sikap positif siswa (keaktifan, kerja sama, tanggung jawab, dan minat dalam berbicara)

Lembar observasi

Terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses eksplorasi model, proses penyimpulan, dan proses latihan)

Proses berbicara (kesulitan siswa dalam berbicara di depan audiensi)

Jurnal refleksi

Langkah 3: menuliskan teknik, prosedur penilaian, dan alat penilaian pada

RPP

Teknik penilaian : unjuk kerja dalam kelompok kecil (penilaian sejawat

dan guru)

Prosedur penilaian : penilaian hasil dilakukan selama pembelajaran setelah

latihan, penilaian proses dilakukan selama proses

pembelajaran dan proses penilaian

Alat penilaian : penilaian hasil dengan alat tugas kontekstual dan

rubrik, sedangkan penilaian proses dengan lembar

observasi

Page 45: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.45

Alat penilaian/instrumen penilaian

Langkah 4: menyusun tugas berbicara

Kartu tugas berpidato (simulatif)

Berpidatolah di depan kelompokmu

seakan-akan kamu menjadi wakil dari

kelas IX pada acara perpisahan di

sekolahmu!

Berpidatolah di depan kelompokmu

seakan-akan kamu menjadi wakil

dari kelas VIII untuk mengucapkan

selamat jalan untuk kakak kelas IX

pada acara perpisahan di sekolahmu!

Berpidatolah di depan kelompokmu

seakan-akan kamu menjadi wakil

orang tua kelas IX pada acara

perpisahan di sekolahmu!

Berpidatolah di depan kelompokmu

seakan-akan kamu menjadi kepala

sekolah yang memberikan sambutan

pada acara perpisahan di sekolahmu!

Langkah 5: menyusun rubrik penilaian

Nama yang dinilai : .............................

Penilai : .............................

No. Aspek yang Dinilai Skor

1. Isi a. Kesesuaian dengan konteks ▪ Skor 3 = semua sesuai ▪ Skor 2 = ada bagian yang tidak sesuai ▪ Skor 1 = semua tidak sesuai dengan konteks b. Keruntutan pemaparan ▪ Skor 3 = pemaparan runtut dan mudah diikuti ▪ Skor 2 = ada beberapa bagian yang meloncat-loncat (agak sulit

diikuti) ▪ Skor 1 = pidato berputar-putar dan tidak jelas

2. Intonasi, pelafalan, kekuatan suara (power) a. Intonasi (variasi irama dan tekanan) ▪ Skor 3 = terdapat variasi tinggi rendah dan tekanan sesuai isi pidato ▪ Skor 2 = ada beberapa irama dan tekanan yang monoton ▪ Skor 1 = semua kalimat yang diucapkan monoton/tidak ada variasi b. Kelancaran dan pelafalan (ketepatan melafalkan kata) ▪ Skor 3 = lancar dan tidak terdapat kesalahan pelafalan ▪ Skor 2 = lancar tetapi terdapat sedikit kesalahan pelafalan ▪ Skor 1 = tidak lancar dengan sedikit/banyak kesalahan pelafalan c. Suara ▪ Skor 3 = dapat dijangkau semua pendengar

Page 46: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

No. Aspek yang Dinilai Skor

▪ Skor 2 = dapat dijangkau sebagian pendengar ▪ Skor 1 = sangat lemah tidak dapat didengar

3. Penampilan a. Penggunaan gerakan tubuh (kesesuaian mimik, gerakan kepala, dan tatapan mata) ▪ Skor 3 = seluruh gerakan tubuh dan ekspresi mendukung ▪ Skor 2 = ada beberapa ekspresi/gerakan tubuh yang kurang sesuai ▪ Skor 1 = banyak gerakan tubuh dan ekspresi tidak sesuai b. Percaya Diri ▪ Skor 2 = tatapan mata dan gerak tubuh penuh percaya diri ▪ Skor 1 = tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan keraguan/grogi

Skor Maksimum 20

Rubrik Penilaian Proses

Lembar Observasi

No. Nama Ketekunan Percaya

diri Kerja sama

Berpikir logis dan kritis

Kreatif Skor total

Ketekunan

3 = mau memperhatikan tugas/penjelasan guru, memperhatikan penampilan

teman, dan memperhatikan komentar teman/guru

2 = hanya melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Percaya diri

3 = berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, dan

berani menjawab/merespons pertanyaan teman

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Kritis dan logis

3 = mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, dan

memberi bukti yang tepat

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Page 47: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.47

Rasa ingin tahu tinggi

3 = aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari referensi lain untuk

menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta guru

2 = melakukan dua perilaku atau diminta guru

1 = melakukan salah satu perilaku yang diminta guru

Kreatif

3 = berani mencipta secara mandiri dan memvariasikan yang sudah ada

2 = salah satu

1 = meniru yang sudah ada

Kerja sama

3 = kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu

kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab

bersama)

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Langkah 6: melakukan penilaian afektif dan kesulitan siswa dalam proses

pembelajaran

Menggunakan alat penilaian proses yang dibuat.

Langkah 7: melakukan penilaian hasil dan proses dalam kelompok kecil

Teknik penilaian dilakukan individu dalam kelompok kecil. Ketika siswa

mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya, guru dan teman lain dalam

kelompok kecil akan menilai dengan rubrik pidato yang disediakan guru.

Untuk itu, alat penilaian yang harus disiapkan guru mencakup kartu tugas

berbicara simulatif dan rubrik keterampilan berpidato.

Page 48: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rubrik Mengungkapkan Tanggapan/Komentar

Hal yang dinilai Rincian Skor

3 2 1

Kejelasan tanggapan Apakah hal yang ditanggapi terfokus?

Ketepatan tanggapan/kesesuaian dengan topik

Apakah tanggapan sesuai dengan isi/topik yang didiskusikan?

Bukti Apakah tanggapan disertai bukti/contoh-contoh dan logis?

Bahasa yang digunakan Apakah bahasa yang digunakan efektif (struktur kalimat dan pilihan kata tepat)?

Penyampaian Apakah tanggapan diungkapkan dengan lancar dan runtut?

Penampilan Apakah tanggapan disampaikan dengan tenang dan penuh percaya diri?

3 = baik

2 = sedang

1 = kurang

Contoh Penilaian Afektif

Lembar Evaluasi Diri

Kerja Sama dalam Kelompok

Petunjuk

Secara jujur, nilailah dirimu sendiri dengan diketahui oleh teman lain satu

kelompok yang berkaitan dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam

bentuk angka dengan skor seperti berikut.

4 : apabila selalu dilakukan.

3 : apabila sering dilakukan.

2 : apabila jarang dilakukan.

1 : apabila tidak pernah dilakukan

Page 49: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.49

Nama : .................

Kelas : .................

No. Butir penilaian Nama anggota dan skornya

....... ....... ........ ....... ....... .......

1. Keberadaan saya dalam kelompok

2. Membantu teman yang kesulitan

3. Melaksanakan tugas yang diberikan kelompok

4. Menghargai pendapat teman lain dalam kelompok

5. Menjaga kekompakan kelompok

Jumlah skor

Skor yangdicapaisiswaNilai 100

Skor Maksimal=

Skor maksimum = 20

Contoh Lembar Peer Assessment

Kerja Sama dalam Kelompok

Petunjuk

Secara jujur, nilailah semua temanmu dalam kelompok yang berkaitan

dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam bentuk angka dengan skor

sebagai berikut.

4 : apabila selalu dilakukan.

3 : apabila sering dilakukan.

2 : apabila jarang dilakukan.

1 : apabila tidak pernah dilakukan.

Page 50: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Nama penilai : .....................................

Kelompok : .....................................

Kelas : .....................................

No Butir penilaian

Nama anggota yang dinilai dan skor maksimal 4

....... ....... ........ ....... .......

1 Keberadaan saya dalam kelompok

2 Membantu teman yang kesulitan

3 Melaksanakan tugas yang diberikan kelompok

4 Menghargai pendapat teman lain dalam kelompok

5 Menjaga kekompakan kelompok

Jumlah skor

Skor yangdicapaisiswaNilai 100

Skor Maksimal=

Skor maksimum = 20

D. PROSEDUR PELAKSANAAN PENILAIAN BERBICARA

Pengumpulan informasi kompetensi berbicara dapat dilakukan dalam

suasana resmi ataupun tidak resmi. Artinya, pelaksanaan penilaian terhadap

kompetensi berbicara dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas. Ditinjau

dari waktu pelaksanaan, waktu penilaian kompetensi berbicara dapat

dilakukan dengan menggunakan waktu khusus setelah beberapa kompetensi

dasar berbicara dibelajarkan. Selain itu, pelaksanaan penilaian kompetensi

berbicara dapat dilakukan terintegrasi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini

dilakukan mengingat untuk menilai kompetensi berbicara memerlukan waktu

yang cukup banyak. Pengamatan terhadap penampilan kemampuan berbicara

siswa memerlukan waktu yang tidak sedikit.

Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara ditinjau dari jumlah

kompetensi dasar dan waktu pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga cara.

Cara pertama adalah melaksanakan penilaian tiap kompetensi berbicara

terintegrasi dalam pembelajaran. Pada jenis penilaian ini, seorang guru

menilai satu kompetensi berbicara secara terintegrasi dalam proses

pembelajaran. Cara kedua adalah melaksanakan penilaian beberapa

kompetensi berbicara dengan menyediakan waktu tes tersendiri. Cara kedua

ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang menonjol pada

Page 51: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.51

cara kedua adalah efisiensi waktu dan kepraktisan pelaksanaan. Kelemahan

cara kedua terletak pada adanya keterbatasan latihan kompetensi berbicara

pada waktu pembelajaran. Dengan keterbatasan waktu yang ada,

pembelajaran kompetensi berbicara dilakukan dengan berfokus pada

pemodelan dan analisis model. Kesempatan berlatih sebentar yang diberikan

kepada siswa memungkinkan kegagalan siswa untuk mencapai kompetensi

berbicara. Cara ketiga adalah pelaksanaan penilaian dengan menyediakan

waktu tersendiri dan diintegrasikan dengan kompetensi yang lain (misalnya

diintegrasikan dengan keterampilan berbicara, menyimak, atau membaca).

Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan

penilaian kompetensi berbicara, amati contoh berikut.

1. Pelaksanaan terintegrasi dalam pembelajaran

Pendahuluan, memodelkan, mencoba kelompok, dan dinilai per

kelompok untuk satu KD berbicara.

2. Pelaksanaan penilaian setelah pembelajaran beberapa kompetensi

berbicara

Ditinjau dari strategi pelaksanaan penilaian berbicara terdapat dua cara

pelaksanaan. Cara pertama adalah melaksanakan penilaian kompetensi

berbicara secara individual. Cara kedua pelaksanaan penilaian kompetensi

berbicara adalah melakukan secara berkelompok/berantai. Dalam rangka

mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan penilaian

kompetensi berbicara, amati contoh berikut.

Kelemahan model pelaksanaan kedua adalah memerlukan waktu khusus

yang relatif banyak di luar jam pembelajaran yang telah direncanakan.

Kelebihan model penilaian jenis ini adalah memberikan waktu berlatih yang

cukup pada siswa.

Apabila informasi tentang kompetensi berbicara siswa telah terkumpul

dengan jumlah yang memadai, guru perlu membuat keputusan terhadap

prestasi siswa. Keputusan yang perlu diambil dipandu dengan pertanyaan

berikut.

1. Apakah siswa telah menguasai indikator-indikator pencapaian

kompetensi berbicara dari kompetensi dasar tertentu?

2. Apakah skor kompetensi berbicara yang telah dicapai siswa sama atau

lebih tinggi dibandingkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang

ditentukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia? Apabila skor yang

dicapai siswa kurang dari KKM berarti siswa perlu mengikuti remedial.

Sebaliknya, jika

3. Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?

Page 52: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

4. Apakah siswa perlu menerima pengayaan? Pengayaan apa yang perlu

diberikan?

5. Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran,

pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?

1. Mengamati Pelaksanaan Penilaian dalam Pembelajaran Berbicara

Amati pelaksanaan penilaian pembelajaran berbicara berikut! Analisislah

apa saja yang dinilai dan alat apa saja yang digunakan!

No. Kegiatan Hal yang

dinilai Alat

penilaian

A. Pendahuluan 1. Guru menunjukkan gambar peristiwa seorang reporter. 2. Siswa didorong bertanya jawab tentang cara reporter

melaporkan secara lisan peristiwa/kegiatan yang diamati. 3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

Keaktifan siswa

B. Inti 1. Dua siswa secara spontan diminta maju ke depan kelas

untuk menerima kartu peristiwa yang akan dilaporkan. 2. Setelah membaca selama lima menit, siswa mencoba

menjadi reporter stasiun TV untuk melaporkan peristiwa bencana yang telah dituliskan guru pada kartu peristiwa.

3. Sementara siswa memodelkan reporter, siswa lain diminta menilai berdasarkan rubrik yang ada.

4. Siswa didorong guru untuk menyimpulkan cara melaporkan secara lisan sebuah peristiwa dan membuat contoh pelaporan secara lisan yang tepat dan kurang tepat.

5. Siswa dibagi menjadi enam kelompok. Tiap kelompok terdiri atas enam atau tujuh orang. Di dalam kelompok, tiap siswa praktik melaporkan secara lisan berdasarkan kartu peristiwa yang diterima.

6. Siswa anggota kelompok mengamati temannya yang sedang mencoba melaporkan peristiwa.

7. Guru secara bergantian menilai siswa dengan cara berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

8. Siswa dan guru memilih reporter paling baik serta simpulan ceramah.

9. Siswa merefleksi kekuatan dan kesulitan yang dialami dalam melaporkan secara lisan .

Keaktifan Tanggung jawab Kerja sama

Lembar observasi Jurnal refleksi

C. Penutup Tugas secara kelompok untuk merekam pelaporan peristiwa.

Page 53: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.53

2. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Penilaian Individu dalam Kelompok

Bandingkan pelaksanaan penilaian pembelajaran berbicara di atas

dengan penilaian pembelajaran berbicara berikut!

No Kegiatan Hal yang

Dinilai Alat

penilaian

A. Pendahuluan 1. Guru menunjukkan gambar peristiwa seorang reporter. 2. Siswa didorong bertanya jawab tentang cara reporter

melaporkan secara lisan peristiwa/kegiatan yang diamati. 3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

Keaktifan siswa

B. Inti 1. Dua siswa secara spontan diminta maju ke depan kelas

untuk menerima kartu peristiwa yang akan dilaporkan. 2. Setelah membaca selama lima menit, siswa mencoba

menjadi reporter stasiun TV untuk melaporkan peristiwa bencana yang telah dituliskan guru pada kartu peristiwa.

3. Sementara siswa memodelkan reporter, siswa lain diminta menilai berdasarkan rubrik yang ada.

4. Siswa didorong guru untuk menyimpulkan cara melaporkan secara lisan sebuah peristiwa dan membuat contoh pelaporan secara lisan yang tepat dan kurang tepat.

5. Siswa dibagi menjadi enam kelompok. Tiap kelompok terdiri atas enam atau tujuh orang. Tiap kelompok berlatih untuk melaporkan peristiwa secara berantai di depan kelas.

6. Tiap kelompok secara bergantian maju ke depan kelas dan menampilkan pelaporan peristiwa secara berantai (sesuai dengan jumlah anggota kelompok). Tiap siswa hanya melaporkan bagian tertentu dari peristiwa. Siswa sambung-menyambung melaporkan peristiwa secara lisan.

7. Guru dan siswa menilai penampilan tiap individu dan memilih penampil terbaik tiap kelompok.

8. Siswa merefleksi kekuatan dan kesulitan yang dialami dalam melaporkan secara lisan.

Keaktifan Tanggung jawab Kerja sama

Lembar observasi Jurnal refleksi

C. Penutup Tugas secara kelompok untuk merekam pelaporan peristiwa

Page 54: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

1) Sebutkan kelemahan menggunakan tes tertulis untuk menilai

keterampilan berbicara! Jelaskan alasan Anda!

2) Buatlah rancangan penilaian untuk kompetensi dasar berwawancara!

3) Jelaskan sasaran penilaian proses dan penilaian hasil dalam

pembelajaran berbicara!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di

atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.

1. Penggunaan tes tertulis tidak sesuai dengan konstruk berbicara yang

produktif lisan.

2. Indikator ditulis dengan cara menjabarkan kompetensi dasar menjadi

perilaku khusus yang mudah diamati. Kompetensi dasar berwawancara

dijabarkan menjadi (a) mampu berwawancara dengan isi pertanyaan

yang sesuai tujuan wawancara, (b) mampu bertanya menggali dengan

menggunakan intonasi dan bahasa yang santun, (c) menggunakan

kalimat dengan struktur yang tepat, (d) mampu membuka,

menyampaikan inti, menutup dengan gaya dan intonasi yang sesuai, serta

(e) menyampaikan wawancara dengan lancar.

3. Sasaran penilaian hasil dalam pembelajaran berbicara adalah

kemampuan siswa berbicara dalam berbagai konteks/ragam komunikasi.

Sasaran penilaian proses adalah tahapan yang dilakukan siswa dalam

menyimak, kesulitan yang dialami dalam menyimak suatu tuturan, dan

aspek afektif yang menjadi fokus.

Untuk membantu Anda dalam mempertajam pemahaman Anda terhadap

uraian materi modul ini, sebaiknya Anda membaca rangkuman materi yang

tersaji dalam uraian berikut ini.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 55: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.55

Sasaran penilaian berbicara mencakup penilaian proses dan hasil.

Sasaran penilaian hasil dalam berbicara adalah kemampuan

menyampaikan tugas wicara dalam berbagai konteks. Sasaran penilaian

proses adalah tahapan yang dilakukan siswa dalam berbicara, kesulitan

yang dialami dalam berbicara, dan aspek afektif siswa.

Alat yang digunakan pada penilaian hasil berbicara adalah unjuk

kerja. Penilaian berbicara memerlukan alat yang berupa tugas

kontekstual (sebagai rangsang siswa berbicara) dan rubrik/pedoman

penyekoran. Alat yang digunakan pada penilaian proses adalah lembar

pengamatan aspek afektif siswa dalam pembelajaran berbicara,

portofolio untuk mengamati perkembangan kemampuan berbicara, daftar

cek perincian kemampuan berbicara berisi kemampuan yang paling

dikuasai dan yang paling tidak dikuasai, jurnal refleksi untuk mengetahui

langkah yang dilakukan siswa dalam berbicara, bagian-bagian yang

sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal

siswa dalam menyimak.

Langkah merencanakan penilaian keterampilan berbicara mencakup

kegiatan (a) mencermati konstruk berbicara yang tergambar pada standar

kompetensi/kompetensi dasar, (b) menjabarkan kompetensi dasar

menjadi indikator-indikator, (c) menyusun tugas kontekstual dan rubrik

penyekoran, serta (d) memilih teknik penilaian (individu/kelompok/

individu dan kelompok).

Langkah menyusun rubrik untuk keterampilan berbicara adalah (1)

mencermati karakteristik kompetensi dasar dan indikator; (2) menyusun

indikator yang relevan dengan konstruk kompetensi dasar, dapat

diukur/diamati (perilaku khusus), dan lengkap mewakili aspek penting

konstruk suatu kompetensi; (3) menyusun tugas kontekstual yang

relevan dengan kompetensi; (4) menentukan aspek penting yang

harus ada agar penampilan keterampilan berbicara dianggap baik;

(5) menyusun perilaku yang teramati (deskriptor) dari suatu kompetensi;

(6) menentukan skor maksimal dan gradasi skor; (7) menentukan bobot

(jika perlu); (8) menata pada tabel yang mudah dibaca; serta

(9) menentukan kriteria penafsiran atau kategori yang mencerminkan

kualitas.

Teknik penilaian berbicara bisa dilakukan dengan menilai individu

dalam kelompok, individu keseluruhan, penilaian kelompok, dan

penilaian gabungan individu kelompok. Ditinjau dari jumlah dan jenis

kompetensi dasar, penilaian berbicara bisa dilakukan dengan

menggabungkan beberapa kompetensi dasar berbicara dan dinilai pada

RANGKUMAN

Page 56: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

waktu bersamaan. Penggabungan juga dapat dilakukan dengan penilaian

kompetensi dasar reseptif lisan (menyimak). Pada penilaian teknik ini,

siswa dinilai secara bergantian dalam hal kompetensi menyimak dan

berbicara. Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu, bukan

hanya sampel serta menggunakan alat dan proses yang memiliki

validitas kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian

menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif

siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,

coopetision (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus

bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja

sama), serta sikap keterbukaan (transparansi). Tentunya, aspek hasil

pemahaman dari wacana yang dituturkan masih menjadi hal utama.

Teknik penilaian berbicara harus menggunakan rangsang tugas

kontekstual yang berupa ilustrasi konteks, rangsang gambar/objek,

rangsang kegiatan, rangsang data autentik, dan rangsang kontekstual lain

yang dapat merangsang siswa menampilkan kegiatan berbicaranya.

1) Penilaian hasil dalam pembelajaran berbicara mencakup hal berikut,

kecuali kemampuan menyampaikan ....

A. ide secara lisan

B. gagasan dengan bahasa yang baku

C. ide dengan intonasi yang sesuai

D. ide dengan lafal yang tepat

2) Berikut ini yang merupakan indikator keterampilan berpidato adalah

kemampuan ....

A. mendemonstrasikan lafal dan intonasi

B. memaknai intonasi sesuai isi

C. memperbaiki tanda baca dan lafal

D. memaknai kata-kata sulit yang dibacakan

3) Berikut ini yang merupakan sasaran penilaian proses dalam

pembelajaran berbicara adalah kemampuan ....

A. menyampaikan isi dengan intonasi yang sesuai

B. menentukan pokok isi yang didengar

C. menutup pembicaraan dengan santun

D. mengomentari secara kritis dengan kalimat santun

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 57: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.57

4) Pak Deni menilai kemampuan berbicara dengan menggunakan tes

objektif. Komentar yang tepat tentang tindakan Pak Deni adalah ....

A. tindakan Pak Deni bisa dibenarkan karena tes objektif dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara

B. tindakan Pak Deni salah karena tes objektif tidak sesuai dengan

konstruk berbicara yang produktif lisan

C. tindakan Pak Deni bisa benar karena tes objektif memiliki beberapa

keuntungan, yaitu lebih efisien

D. tindakan Pak Deni salah karena tes objektif mendorong siswa

menebak

5) Berikut ini indikator kompetensi dasar berwawancara yang perlu ada

pada rubrik, kecuali mampu ....

A. berwawancara dengan isi pertanyaan yang sesuai tujuan wawancara

B. bertanya menggali dengan menggunakan intonasi dan bahasa yang

santun

C. menggunakan kalimat tanya dengan tanda baca secara tepat

D. menyampaikan wawancara dengan lancar

6) Portofolio berbicara digunakan sebagai alat untuk mengetahui ....

A. perhatian siswa dalam pembelajaran berbicara

B. kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas

C. tanggung jawab siswa menyelesaikan tugas sesuai kompetensi dasar

D. perkembangan kemampuan berbicara dan buktinya

7) Jurnal refleksi dalam pembelajaran menyimak berfungsi sebagai alat ....

A. memusatkan perhatian siswa dalam pembelajaran berbicara

B. mendorong kerja sama siswa dalam pembelajaran berbicara

C. pendeteksi kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas berbicara

D. pendeteksi kemampuan menyampaikan isi pembicaraan dengan

intonasi yang sesuai

8) Bu Dewi menyusun alat penilaian berupa rubrik berpidato. Aspek yang

dinilai Bu Dewi adalah intonasi, pilihan kata, dan penggunaan tanda

baca baca secara tepat. Pendapat yang tepat untuk tindakan Bu Dewi

adalah ....

A. tindakan Bu Dewi benar karena tolok ukur kemampuan berbicara

sudah tepat

B. tindakan Bu Dewi benar karena ketiga hal tersebut berkaitan dengan

aspek kebahasaan

Page 58: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

C. tindakan Bu Dewi salah karena seharusnya perlu dinilai juga

sistematika penulisan pidato

D. tindakan Bu Dewi salah karena aspek yang dinilai tidak sesuai

dengan karakteristik keterampilan berbicara

9) Penilaian berbicara bisa dilaksanakan dengan cara di bawah ini,

kecuali ....

A. memadukan beberapa keterampilan berbicara

B. memadukan dengan keterampilan menyimak

C. dinilai secara individu atau kelompok

D. dinilai dengan menggunakan rekaman atau dibacakan orang lain

10) Keuntungan teknik menilai dengan penilaian gabungan individu dan

kelompok adalah ......

A. menggunakan alat yang valid

B. menumbuhkan karakter siswa

C. efisien waktu

D. lebih aktual

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 59: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.59

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) A. Pendekatan diskrit sama itu menilai kemampuan bahasa secara

terpisah.

2) B. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan

pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.

3) B. Keterpaduan keterampilan mikro dan keterampilan makro.

4) D. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan

pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.

5) D. Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur.

6) C. Hanya C yang berkaitan dengan aspek kebahasaan berbicara.

7) C. Pendekatan sistem tanpa konteks, sedangkan pendekatan

performansi diberi konteks.

8) D. Mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan dan

keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan kompetensi

strategi.

9) D. Bukan keterampilan berbicara, tetapi menulis.

10) D. Keterampilan mikro, bukan makro.

Tes Formatif 2

1) C. Karena mencakup proses dan hasil, opsi yang lain tidak mencakup

dua-duanya.

2) B. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.

3) D. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.

4) C. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.

5) C. Lembar pengamatan cocok untuk penilaian proses, yang lain untuk

menilai hasil.

6) D. Portofolio untuk perkembangan kemampuan, sedangkan opsi yang

lain adalah aspek afektif.

7) C. Jurnal alat penilaian adalah proses untuk refleksi kesulitan,

sedangkan opsi yang lain merupakan hasil menyimak dan aspek

yang lain tidak berkaitan.

8) C. Langkah awal menyusun alat penilaian adalah mencermati KD dan

indikatornya supaya mengetahui jenis pemahaman dan tingkat

pemahaman apa yang difokuskan.

Page 60: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.60 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

9) A. Mengintegrasikan beberapa keterampilan menyimak dan berbicara

lebih efektif, sedangkan opsi lain bukan dari segi jumlah

kompetensinya.

10) D. Alasan prinsip pemilihan teknik penilaian adalah efektif dan efisien

serta dapat menumbuhkan karakter siswa dan tidak harus

menggunakan video.

Page 61: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.61

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Alderson, Charles. 2000. Assessing Reading. London: Cambridge University

Press.

Asrijanty. 2004. Penggunaan Kategori Tengah dalam Skala Likert. Jakarta:

Pusat Penilaian Pendidikan.

Athanasou, James. 2002. A Teacher’s Guide to Assessment. Sidney: Social

Science Press.

Baker, David. 1998. Language Testing. London: Edward Arnold Publishing.

Braunger, Jane. 2006. Building a Knowledge Base in Reading. New York:

Dynamic Graphics Inc.

Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom

Practice. New York: Pearson Education, Inc.

Csikszentmihalyi, Mihali. 1996. Creativity. New York: Haper Collin

Publishers Inc.

Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta:

Grasindo.

Elidjen. 2005. Innovation and Creative Thinking Skills. Jakarta: Binus

University.

Gronlund, Norman. 1993. How to Make Achievement Test and Assessment.

Boston: Allyn and Bacon.

McDavid, James C. dan Laura R.L. Hawthorn. 2006. Program Evaluation

and Performance Measurement. New Delhi: Sage Publications India Pvt.

Ltd.

Page 62: Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara

7.62 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Harsiati, T. 2003. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Harsiati, Titik, M. Daras, dan Endah Tripriyatni. 2007. Membaca dan

Pembelajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.