pengelolaan wilayah pesisir di desa lontar …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ane - skripsi...

271
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: RATIH PERMITA SARI 6661091382 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2014

Upload: nguyencong

Post on 03-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA

LONTAR KECAMATAN TIRTAYASA

KABUPATEN SERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

RATIH PERMITA SARI

6661091382

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2014

Page 2: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 3: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 4: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 5: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. – Ibu Kartini

“Kawruh kang marakake reseping ati sasama iku

kawruh donya kang mumpangati”

(Ilmu yang menyebabkan ketentraman hati adalah ilmu dunia yang bermanfaat)

Skripsi ini saya persembahkan ,,,,

Untuk orangtua dan orang-orang tersayang

yang telah banyak membantu dan

memberi dukungannya selalu

Page 6: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

ABSTRAK

Ratih Permita Sari. 6661091382. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Riny

Handayani, S.Si., M.Si. Dosen Pembimbing II: Juliannes Cadith, M.Si

Kata Kunci: Pengelolaan, Wilayah Pesisir

Fokus dalam penelitian ini adalah pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Tujuan penelitian untuk mengetahui

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar. Teori yang digunakan dalam

penelitian adalah teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dari Dahuri

(2008). Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi

dan wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis

data Prasetya Irawan (2005). Hasil penelitian bahwa pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Lontar masih belum optimal karena dalam perencanaan yang dibuat tidak

adanya ikut serta dari masyarakat lokal Desa Lontar, dalam pelaksanaan

pengelolaannya masih banyak kekurangan-kekurangan serta hambatan-hambatan

yang berasal dari masyarakat itu sendiri maupun dari pihak Pemerintah Kabupaten

Serang yang terkait, masih lemahnya pengawasan dari Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang dalam pengelolaan wilayah

pesisir di Desa Lontar, dan Evaluasi yang dilakukan tidak kontinyu. Saran dalam

penelitian yaitu membuat perencanaan yang bersifat bottom up, meningkatkan

kesadaran serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan yang terpadu dan

berorientasi kepada masa depan/keberlanjutan, meningkatkan koordinasi dari tiap

stakeholder secara berkesinambungan dan sistematis, menindak tegas segala

pelanggaran yang tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan wilayah pesisir secara

terpadu agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang semakin parah di Pesisir

Desa Lontar.

Page 7: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

ABSTRACT

Ratih Permita Sari. 6661091382. The Management of the coastal area In the

Village of Lontar Sub-districts Tirtayasa District Serang. Department of Public

Administration. Faculty of Social and Political Science. The 1st advisor : Riny

Handayani, S.Si., M.Si. 2nd

advisor : Juliannes Cadith, M.Si.

Keywords: Management, Coastal Area

Focus in this research is The Management of the coastal area In the Village of

Lontar Sub-districts Tirtayasa District Serang. The purpose of this research to

know the management of the coastal area In the Village of Lontar. Theory used in

this research is theory the management of the coastal area is integrated from

Dahuri (2008). The research method used qualitative observation techniques and

in-depth interviews. Technique of data analysis in this study uses data analysis

Prasetya Irawan (2005). The results showed that the management of the coastal

area in the village of Lontar has still not optimal because in the planning made

the absence of local community participated at the village of ejection, in the

implementation of the operations are still many deficiencies and constraints that

come from the community itself or from the County Government, still weak

monitoring of the Department of Marine, Fishery, Energy, and Mineral Resources

District Serang in the management of the coastal area in the village of Lontar,

and evaluation is not continuous. The recommendation in this research that is

make a planning bottom up, raising awareness and community participation in

the management of an integrated and oriented to the future/sustainability,

improve coordination of stakeholders continuously and systematically, resolutely

crack down on any violations that do not comply with the principles of integrated

coastal area management in order not to damage the environment is getting

worse in the coastal village of Ejection.

Page 8: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

i

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

Pengelolaan Wilayah Pesisir Di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa

Kabupaten Serang. Adapun Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang

senantiasa memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan

moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga

tersusunnya Skripsi ini. Untuk itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang juga

merupakan Dosen Pembimbing Akademik.

Page 9: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

ii

ii

4. Mia Dwianna W, M.Ikom selaku Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan

Umum FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Anis Fuad, S.Sos., M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Riny Handayani S.Si., M.Si Pembimbing I skripsi bagi penulis yang

senantiasa memberikan masukan yang bermanfaat dalam setiap

bimbingan.

9. Julianes Cadith, M.Si Pembimbing II skripsi bagi penulis yang senantiasa

memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penulis selama proses

bimbingan.

10. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah

memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar

mengajar.

11. Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil

DKPESDM Kabupaten Serang Mumun Munawaroh, S.Pi, M.Si yang telah

memberikan data dan informasi kepada Peneliti.

Page 10: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

iii

iii

12. Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Pemukiman, dan

Prasarana Wilayah BAPPEDA Kabupaten Serang Freddy L Sinurat, ST,

M.Si yang telah menjadi narasumber bagi peneliti.

13. Pihak Kecamatan Tirtayasa dan Pihak Desa Lontar yang telah memberikan

data dan informasi kepada Peneliti. Serta seluruh masyarakat Desa Lontar

yang telah menjadi narasumber bagi peneliti.

14. Bapak, Mamah, Mbak. Mas, dan Adik tercinta yang tidak pernah lelah

untuk terus memberikan cinta dan keceriaan serta senantiasa memberikan

semangat dan doa yang begitu tulus.

15. Riski Panji Prakoso yang selalu membantu, memberi semangat dan

dukungannya kepada penulis.

16. Sahabat-sahabat tercinta, Ria Purnama, Rikhnawati, Elisa Tanini, Tiara

Aktobrianti, Lisnawati, Dewi Sartika, Anindya Ayu, Listina Apriasari,

Nuria Pratiwi, Ari Hardiawan, Irsyad Mahdi, Ismet Feridiana, Yan Adi,

Bagus Pratama, Doni Winarno, Lutfi Hardiansyah, Ahmad Fazlurahman,

Indra Miftah, Ryan Pratama, Prima Erfido, Gilang Prama yang selalu

memberikan inspirasi.

17. Teman-teman kelas C Reguler 2009, yang dengan senang hati memberikan

semangat serta dukungan kepada penulis dalam mengerjakan proposal

skripsi ini. Serta tidak lupa juga untuk teman-teman kelas B dan A

angkatan 2009, yang memberikan warna lain kepada penulis selama

perkuliahan.

Page 11: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

iv

iv

18. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu,

terimakasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam

penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan wawasan penulis. Oleh karena itu,

penulis dengan rendah hati memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang

terdapat dalam Skripsi ini, peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Serang, 5 Juni 2014

Ratih Permita Sari

Page 12: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 13

1.3. Pembatasan Masalah ............................................................. 14

1.4. Rumusan Masalah ................................................................. 14

1.5. Tujuan Penelitian .................................................................. 15

1.6. Manfaat Penelitian ................................................................. 15

Page 13: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

vi

1.6.1 Secara Teoritis ............................................................. 15

1.6.2 Secara Praktis .............................................................. 15

1.7. Sistematika Penulisan ........................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................. 23

2.1.1. Definisi Manajemen .................................................... 24

2.1.1.1. Unsur-Unsur Manajemen .............................. 26

2.1.1.2. Fungsi-Fungsi Manajemen ............................. 27

2.1.1.3. Prinsip-Prinsip Manajemen ............................ 30

2.1.2. Karakteristik Umum Pesisir dan Laut ......................... 32

2.1.2.1. Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan

/Laut ............................................................................ 33

2.1.2.2. Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi

Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan ................. 35

2.1.3. Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir ...................... 38

2.1.3.1. Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

..................................................................................... 40

2.1.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah

Pesisir ......................................................................... 40

2.1.3.3. Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah

Pantai ........................................................................... 41

2.1.3.4. Tipologi Perkembangan Daerah Pantai ......... 42

Page 14: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

vii

2.1.3.5. Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan

Daerah Pantai ............................................................. 42

2.1.3.6. Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian

Potensi ........................................................................ 43

2.1.4. Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu ............ 43

2.1.5. Sistem Manajemen (Pengelolaan) Sumberdaya Perairan

Laut yang Komprehensif ............................................ 46

2.2. Kerangka Berpikir ................................................................. 50

2.3. Asumsi Dasar ........................................................................ 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian .................................................................. 54

3.2. Instrumen Penelitian .............................................................. 56

3.2.1. Pengamatan Berperanserta .......................................... 56

3.2.2. Manusia Sebagai Instrumen ........................................ 56

3.3. Informan Penelitian .............................................................. 58

3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 60

3.4.1. Studi Kepustakaan ........................................................ 61

3.4.2. Obsevasi ...................................................................... 61

3.4.3. Wawancara .................................................................. 63

3.4.3.1. Pedoman Wawancara ....................................... 64

3.4.4. Dokumentasi ................................................................ 68

3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 68

Page 15: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

viii

3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................. 71

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................ 73

3.7.1. Lokasi Penelitian ......................................................... 73

3.7.2. Jadwal Penelitian .......................................................... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek ..................................................................... 75

4.1.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang ......................... 75

4.1.2. Deskripsi Wilayah Kecamatan Tirtayasa .................... 79

4.1.3. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................ 81

4.1.4. Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Serang ...... 83

4.1.5. Gambaran Umum Bidang Kelautan Dinas Kelautan,

Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang ......................................................................... 86

4.2. Deskripsi Data Penelitian .................................................... 88

4.3. Daftar Informan Penelitian .................................................. 91

4.4. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian .......................... 94

4.4.1. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

................................................................................................ 95

4.4.2. Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

................................................................................................ 109

4.4.3. Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

................................................................................................ 120

Page 16: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

ix

4.4.4. Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar .... 125

4.5. Pembahasan .......................................................................... 132

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 137

5.2 Saran ...................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 17: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berpikir ......................................................... 53

Gambar 3.1 Proses Analisis Data .................................................................... 71

Gambar 4.1 Strategi Rencana Penataan Kawasan Pantai Lontar Indah ......... 126

Page 18: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Pulau-Pulau di Kabupaten Serang ............................ 5

Tabel 1.2 Nama Desa di Kecamatan Tirtayasa ............................................... 6

Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) ....... 9

Tabel 1.4 Data Perusahaan Penambang Pasir Laut di Kabupaten Serang ...... 10

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen ............................................................. 27

Tabel 3.1 Informan Penelitian ........................................................................ 61

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ..................................................................... 64

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................ 76

Tabel 4.1 Nama Desa di Kecamatan Tirtayasa .............................................. 83

Tabel 4.2 Keterangan Informan ..................................................................... 96

Tabel 4.3 Temuan Lapangan .......................................................................... 140

Page 19: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wilayah pesisir (coastal zone) menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang

dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir

Terpadu disebutkan sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung

pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan

devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk. Wilayah pesisir sangat kaya

akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir.

Sumberdaya pesisir terdiri dari sumberdaya hayati, sumberdaya non-hayati,

sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan dimana sumberdaya hayati terdiri

atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut lain beserta

ekosistemnya. Sumberdaya non hayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut.

Sumberdaya buatan meliputi infrastruktur laut, yang terkait dengan kelautan dan

perikanan. Sedangkan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan

dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan

serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Page 20: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

2

Kecil. Sumberdaya pesisir tersebut mempunyai keunggulan karena tersedia dalam

jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan dengan biaya

yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaran yang

kompetitif. Kondisi perairan pantai yang baik, tidak akan hanya menguntungkan

secara ekologis, tetapi juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat,

baik secara langsung bagi masyarakat sekitar pesisir atau nelayan, maupun secara

tidak langsung bagi masyarakat lainnya.

Kekayaan sumberdaya tersebut mendorong berbagai pihak terkait

(stakeholders) seperti instansi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk

meregulasi dan memanfaatkannya. Masing-masing pihak terkait tersebut

menyusun perencanaannya tanpa mempertimbangkan perencanaan yang disusun

pihak lain, khususnya di wilayah pesisir yang berkembang pesat. Perbedaan fokus

rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang tindih perencanaan

yang bermuara pada konflik pengelolaan. Konflik ini semakin berkembang akibat

lemahnya kemampuan Pemerintah dalam mengkoordinasikan berbagai

perencanaan sektor dan swasta.

Di samping berbagai potensi kewilayahan dan kekayaan sumber daya

tersebut, wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil Indonesia sangat rentan

terhadap perubahan lingkungan dan bencana, mengingat letak dan posisi geografis

Indonesia berada pada daerah “the rings of fire”, sehingga rentan terhadap

bencana alam terutama bencana gempa bumi, tsunami, longsor lahan, banjir dan

sebagainya. Selain itu wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil juga rentan

terhadap bencana akibat kegiatan manusia (man made disaster), seperti erosi

Page 21: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

3

pantai, sedimentasi, intrusi air laut akibat kerusakan ekosistem mangrove,

terumbu karang, padang lamun. (Mukhtasor 2007:xvi)

Diperlukan suatu manajemen yang baik dan terpadu dalam mengelola

serta mengembangkan kawasan pesisir. Walaupun manajemen hanya merupakan

alat saja tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen ini

baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua

potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Mismanagement (salah urus) harus

dihindari, karena mismanagement akan menimbulkan kerugian, pemborosan,

bahkan tujuan tidak akan tercapai.

Dalam Undang-undang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan

pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara

ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam dekade terakhir ini telah terjadi berbagai macam kemunduran

fungsi (kerusakan) di wilayah pesisir Indonesia. Kemunduran fungsi tersebut

sebagian besar disebabkan oleh berkembangnya pemukiman kumuh tanpa sistem

sanitasi yang layak, berkembangnya berbagai jenis industri, serta pembukaan

lahan untuk usaha akuakultur dan pemukiman mewah tanpa melalui studi

kelayakan dan studi dampak proposional. Berbagai dampak dari kemunduran

Page 22: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

4

fungsi tersebut telah terjadi di sebagian besar wilayah pesisir Indonesia.

(www.oseanografi.lipi.go.id)

Provinsi Banten mempunyai 78 pulau-pulau, diperkirakan 1/3 bagian

wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan Provinsi Banten sekitar

11.134,224 km² dengan panjang pantai sekitar 501 km. Kekayaan alam kelautan

dan sumberdaya pesisir yang dimiliki Banten antara lain berupa sumberdaya

perikanan, sumberdaya hayati seperti mangrove (hutan bakau), terumbu karang,

padang lamun, dan termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. (Mukhtar,2013)

Sebagai daerah dengan wilayah berbatasan langsung dengan laut,

Kabupaten Serang memiliki wilayah pesisir yang terdiri dari beberapa kecamatan,

yaitu Kecamatan Anyar, Kecamatan Bojonegara, Kecamatan Cinangka,

Kecamatan Kramatwatu, Kecamatan Pontang, Kecamatan Pulo Ampel,

Kecamatan Tanara, dan Kecamatan Tirtayasa. Selain itu juga wilayah perairan

Kabupaten Serang memiliki pulau-pulau kecil yaitu:

Page 23: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

5

Tabel 1.1

Daftar Nama Pulau-Pulau di Kabupaten Serang

No Nama Pulau Luas (ha) Letak

1 Pulau Sangiang

(Sanghyang) 845,5

Desa Cikoneng

Kecamatan Anyer

2 Pulau Salira 1,875

Desa Mangunrejo

Kecamatan

Bojonegara

3 Pulau Kali (dua pulau,

utara dan selatan)

P. Kali Utara 3

ha, P. Kali

Selatan 3,5 ha

Desa Pulau Ampel

Kecamatan

Bojonegara

4 Pulau Tarahan 11,875

Desa Marga Giri

Kecamatan

Bojonegara

5 Pulau Kemanisan 7,5

Desa Bojonegara

Kecamatan

Bojonegara

6 Pulau Cikantung 1,25

Desa Bojonegara

Kecamatan

Bojonegara

7 Pulau Pamujan Besar 15 Desa Susukan

Kecamatan Pontang

8 Pulau Pamujan Kecil 0,63 Desa Damas

Kecamatan Pontang

9 Pulau Tunda 257,5 Desa Wargasara

Kecamatan Tirtayasa

10 Pulau Panjang 820

Desa Pulo Panjang

Kecamatan Pulo

Ampel Sumber: (www.serangkab.go.id), 2013

Dengan karakteristik seperti di atas, maka pemanfaatan sumberdaya

pesisir secara optimal dan berkesinambungan hanya dapat terwujud jika

pengelolaannya dilakukan secara terpadu, dan menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan yang berkelanjutan. Namun kondisi Teluk Banten Kabupaten

Serang berdasarkan data yang dimiliki FKPN (Front Kebangkitan Petani dan

Nelayan) pada tahun 2003, Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Serang,

Ir.Anang Mulyana mengutarakan bahwa mulai dari perairan Pulo Panjang,

Page 24: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

6

Bojonegara, Keramatwatu, Pontang, Tirtayasa sangat memprihatinkan. Kualitas

lingkungan menurun, bahkan kondisi diberbagai titik teridentifikasi melampaui

standar baku mutu lingkungan.

Kecamatan Tirtayasa memiliki 14 Desa dimana 6 Desa diantaranya

merupakan wilayah pesisir/pantai yaitu Desa Sujung, Desa Lontar, Desa Susukan,

Desa Wargasara, Desa Tengkurak, dan Desa Alang-alang.

Tabel 1.2

Nama Desa di KecamatanTirtayasa

Desa Uraian

Luas Wilayah (KM²) Pantai/Pesisir Dataran

1. Tengkurak

2. Tirtayasa

3. Laban

4. Puser

5. Samparwadi

6. Sujung

7. Kebon

8. Kebuyutan

9. Kemanisan

10. Pontang Legon

11. Susukan

12. Alang-alang

13. Lontar

14. Wargasara

4,15

2,30

2,31

1,55

2,21

9,45

2,45

2,18

1,80

3,22

9,10

4,65

5,45

2,37

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, 2013

Kecamatan Tirtayasa yang letaknya di jalur pantura, mempunyai nilai

strategis karena mempunyai luas laut yang memadai. Desa Lontar merupakan

salah satu daerah pesisir yang berada di Kecamatan Tirtayasa yang memiliki

banyak potensi untuk dikelola namun masih belum optimal.

Page 25: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

7

Berdasarkan keterangan dari Pak Marsyad (Karyawan Tempat Pelelangan

Ikan Desa Lontar) dan Pak Sutiadi dari Front Kebangkitan Petani dan Nelayan

(FKPN), masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang

telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta sehingga menimbulkan

pertentangan-pertentangan di masyarakat Desa Lontar. Serta kurangnya

Sosialisasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Wilayah Pesisir sehingga

banyak Masyarakat Desa Lontar yang tidak mengetahui untuk perencanaan

pembangunan wilayah pesisir di desa mereka.

Masyarakat Desa Lontar sebagian besar mata pencahariannya bergantung

kepada sumberdaya yang ada di wilayah pesisir yaitu sebagai nelayan tradisional

yang terbagi menjadi nelayan tangkap, nelayan budi daya rumput laut, dan

nelayan tambak. Di Desa Lontar terdapat tambak dimana beberapa tambak yang

ada terlihat tidak terurus dan dipenuhi oleh sampah dan lumut. Desa Lontar

memiliki potensi sumberdaya hayati yang cukup baik, yaitu ikan dan rumput laut.

Desa Lontar juga memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai sarana bagi

nelayan tangkap ikan laut untuk menjual hasil tangkap mereka. Menurut

Karyawan TPI Desa Lontar Pak Marsyad, nelayan yang menjual hasil tangkapnya

bukan hanya berasal dari Desa Lontar saja, namun juga terdapat nelayan

pendatang dari desa-desa lain karena menurut para nelayan harga jual ikan lebih

menjanjikan dan juga akses menuju tempat pelelangan ikan Lontar lebih cepat

daripada tempat pelelangan ikan lain. Namun, karena adanya penambangan pasir

laut di perairan Desa Lontar mengganggu dan menghambat ruang gerak dari

Page 26: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

8

nelayan untuk menangkap ikan karena jarak kapal penambang pasir cukup dekat

dan merupakan wilayah nelayan untuk mencari ikan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang nomor 2 Tahun 2013

tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten

Serang, Pantai Lontar termasuk kedalam tempat wisata umum di Kabupaten

Serang. Namun, tempat wisata ini keadaannya tidak terurus dan juga sepi dari

wisatawan karena akses jalan untuk menuju ke Pantai Lontar rusak dan sarana

fasilitas yang masih sangat minim. Selain itu, masih kurangnya Pemerintah dalam

mempromosikan tempat wisata Pantai Lontar Indah ini.

Desa Lontar memiliki banyak potensi untuk dikelola, namun berdasarkan

keterangan dari Kecamatan Tirtayasa yaitu Pak Arsali, dari tiap tahunnya Desa

Lontar merupakan Desa yang paling banyak penduduk miskinnya jika

dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di Kecamatan Tirtayasa. Sesuai

dengan tabel berikut ini:

Page 27: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

9

Tabel 1.3

Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM)

Tahun 2013

No Desa

Jumlah

RSTPM

Jumlah

KK

Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Tengkurak

Tirtayasa

Laban

Puser

Samparwadi

Sujung

Kebon

Kebuyutan

Kemanisan

Pontang Legon

Susukan

Alang-alang

Lontar

Wargasara

207

38

65

106

45

75

62

82

147

122

117

157

527

113

688

979

563

671

615

967

705

476

612

559

1242

687

1028

354

30,08 %

3,88 %

11,54 %

15,79 %

7,31 %

7,75 %

8,79 %

17,22 %

24,01 %

21,82 %

9,42 %

22,85 %

51,26 %

31,92 % Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. 2013

Dari data Tabel 1.3 di atas dapat diketahui bahwa Desa Lontar merupakan

desa yang memiliki Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM)

terbanyak yaitu sebanyak 527 KK (Kepala Keluarga). Dimana indikator dari

penentuan Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) ini adalah dilihat

dari lantai rumah yang sudah berupa keramik atau belum, dan kebanyakan rumah

yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lontar masih berupa gubuk dan berlantaikan

tanah.

Pengelolaan sumberdaya pesisir di Desa Lontar yang sudah dilaksanakan

oleh pemerintah Kabupaten Serang adalah dengan memanfaatkan sumberdaya non

hayati yaitu pasir. Di Desa Lontar terdapat kegiatan aktivitas penambangan pasir

laut. Penambangan pasir laut tersebut merupakan kerjasama antara Pemerintah

Kabupaten Serang dengan pihak swasta, menurut Pak A.Hisyam Gunawan Kepala

Page 28: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

10

Bidang Pertambangan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber Daya

Mineral Kabupaten Serang dimana yang melakukan seluruh kegiatan

penambangan pasir adalah dari pihak swasta sedangkan pemerintah yang

memberikan izin dan hanya sebagai pengawas. Adapun perusahaan-perusahaan

yang mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Pemerintah Kabupaten

Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4

Data Perusahaan Penambang Pasir Laut di Wilayah Perairan Kabupaten Serang

No Perusahaan Lokasi Usaha Jangka

Waktu

Tanggal Terbit

Izin

1. PT. Jetstar Lepas Pantai Utara

Kab. Serang Kec

Tirtayasa

2 Tahun 25 Desember 2011

2. PT. Permata

Sumber Energi

Lepas Pantai Utara

Kab.Serang

Kec.Pulo Ampel

2 Tahun 20 Februari 2013

3. PT. Pentapilindo

Dayajaya

Lepas Pantai Selat

Sunda Kec.Anyer

2 Tahun 19 Juni 2012

4. PT. Sinar Serang Lepas Pantai Utara

Kec. Tirtayasa dan

Kec. Pulo Ampel

2 Tahun 8 Oktober 2012

Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Serang, 2013

Berdasarkan tabel 1.4 di atas perusahaan yang memiliki Izin Usaha

Tambang (IUP) untuk melakukan penambangan pasir laut di Desa Lontar ada 2,

yaitu PT. Jetstar dan PT. Sinar Serang. Adanya kegiatan tambang pasir ini

menurut masyarakat Desa Lontar dapat merugikan dan merusak wilayah pesisir

serta sumberdaya pesisir yang ada. Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah

pesisir yang terintegrasi penting adanya koordinasi yang baik antara pemerintah,

masyarakat, dan perusahaan agar semua pihak terkait dapat merasakan kepuasan

serta keuntungan dari adanya penambangan pasir tersebut. Namun dalam

Page 29: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

11

penambangan pasir di Desa Lontar, menurut Pak Sutiadi dari Front Kebangkitan

Petani dan Nelayan (FKPN) bahwa Pemerintah dirasa tidak memihak kepada

masyarakat, baik dari KOMNAS HAM, POLDA, Kementrian Perikanan dan

Kelautan, Komisi IV DPRI, dan Pemerintah Kabupaten Serang karena tetap

memberikan izin meskipun masyarakat menolak dan meminta kepada Pemerintah

Kabupaten Serang untuk mencabut izin tersebut.

Selain penambangan pasir laut yang dilakukan oleh pihak swasta, di Desa

Lontar juga terdapat penambangan pasir darat yang dilakukan di pesisir-pesisir

pantai oleh masyarakat sekitar. Dimana penambangan pasir yang dilakukan oleh

masyarakat tersebut tidak ada yang memiliki izin usaha tambang dari Pemerintah

Kabupaten Serang.

Dari data yang terdapat di atas, permasalahan-permasalahan yang timbul

dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar adalah Pertama, kurangnya

keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah, pihak swasta,

dan masyarakat.

Kedua, Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam

mengembangkan potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Lontar. Di Desa

Lontar memiliki potensi sumber daya pesisir untuk dikembangkan seperti adanya

tambak, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), serta tempat wisata umum pantai. Namun

potensi yang ada tidak dapat berkembang karena kurangnya perhatian dari

Pemerintah Kabupaten Serang.

Page 30: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

12

Ketiga, masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan

yang telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta sehingga menimbulkan

pertentangan-pertentangan di masyarakat Desa Lontar. Serta kurangnya

Sosialisasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Wilayah Pesisir sehingga

banyak masyarakat yang tidak mengetahui untuk perencanaan pembangunan

wilayah pesisir di desa mereka.

Keempat, adanya pengelolaan sumber daya pesisir yang tidak optimal

yaitu adanya kegiatan penambangan pasir di wilayah Desa Lontar. Penambangan

pasir laut sudah menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan di pesisir Desa

Lontar yaitu semakin bertambahnya abrasi dan akan berdampak buruk bagi

keberlangsungan kehidupan sumberdaya hayati yang ada di laut untuk

kedepannya jika penambangan pasir laut terus menerus dilakukan dan meresahkan

warga terutama nelayan. Di perairan Desa Lontar terdapat dua perusahaan yang

memiliki izin penambangan pasir laut yaitu PT. Jetstar dan PT. Sinar Serang

sedangkan untuk penambangan pasir darat yang dilakukan oleh masyarakat tidak

ada yang memiliki izin. Tujuan utama dari pengelolaan pesisir adalah untuk

memanfaatkannya sumber daya pesisir dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, namun dalam kenyataannya kesejahteraan masyarakat Desa Lontar

belum terpenuhi yang sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan

tradisional yang terbagi menjadi nelayan tangkap, nelayan budi daya rumput, dan

nelayan tambak. Berdasarkan data yang didapat, Desa Lontar memiliki jumlah

rumah tangga sasaran (RTS)/ penduduk miskin yang terbanyak diantara desa

lainnya di Kecamatan Tirtayasa yaitu sebanyak 527 KK (Kepala Keluarga).

Page 31: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

13

Kelima, kurang memihaknya pemerintah kepada masyarakat terkait

aktivitas penambangan pasir laut. Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah

pesisir yang terintegrasi penting adanya koordinasi yang baik antara pemerintah,

masyarakat, dan pengusaha agar semua pihak terkait dapat merasakan kepuasan

serta keuntungan dari adanya penambangan pasir tersebut. Namun dalam

penambangan pasir laut di Desa Lontar, Pak Sutiadi FKPN (Front Kebangkitan

Petani dan Nelayan) berpendapat bahwa Pemerintah dirasa tidak memihak kepada

masyarakat. Itu beberapa masalah yang ditemukan peneliti dalam observasi awal,

maka berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa

Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi masalah, dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi

masalah-masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi

pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

2. Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam

mengembangkan potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Lontar.

3. Masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang

telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta.

Page 32: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

14

4. Kurang tegasnya Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengambil

keputusan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir di Desa Lontar yang

belum memiliki izin.

5. Masih belum terpenuhinya kesejahteraan masyarakat Desa Lontar.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah,

maka peneliti mencoba membatasi masalah penelitiannya. Dalam penelitian ini,

peneliti membatasi bahasan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai

“Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang”.

1.4 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas,

maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut “Bagaimana

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang ?”

Page 33: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

15

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu

administrasi dan pemecahan permasalahan administrasi khususnya mengenai

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang dan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi dalam melakukan

penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya dibidang Manajemen Publik.

1.6.2 Secara praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan saran untuk

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengapa peneliti

mengambil judul penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 34: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

16

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang

akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling

umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan

judul skripsi. Materi dari uraian ini, dapat bersumber pada hasil penelitian

yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, hasil

pribadi, dan intuisi logis. Latar belakang berkaitan timbulnya masalah perlu

diuraikan secara jelas faktual dan logis.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasikan dikaitkan dengan

tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti. Penelitian atau dengan

masalah atau variabel yang akan diteliti.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan

diajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah

dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah identifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah memilih dan

menetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul

penelitian. Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan masalah ini adalah

kalimat pertanyaan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan

yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.

1.5 Tujuan Penelitian

Page 35: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

17

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan

rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang

relevan terhadap masalah dan fenomena yang ada. Setelah memaparkan teori, lalu

membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari deskripsi teori, dan kemudian asumsi dasar yang merupakan

jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

2.1 Tinjauan Pustaka

Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan

permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunya secara teratur

dan rapi yang digunakan untuk merumuskan asumsi dasar. Dengan mengkaji

berbagai teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian

yang jelas, dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta

dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti. Hasil penting lainnya

dari kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut peneliti,

yang didalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur, selain itu

dari kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

2.2 Kerangka Berfikir

Page 36: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

18

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia

mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis biasanya untuk

memperjelas maksud peneliti, kerangka berfikir dapat dilengkapi dengan

sebuah bagan yang menunjukan alur pikir peneliti serta kaitan antar variabel

yang diteliti. Bagan tersebut disebut juga dengan nama paradigma atau model

penelitian.

2.3 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diteliti, dan akan dicari kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai

metode penelitian, informan penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,

dan tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.

3.1 Metodologi Penelitian

Menjelaskan metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Metod

penelitian antara lain dapat berbentu ; ex post facto, experiment, survey,

descriptive, case study, action research, dan sebagainya.

3.2 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang

digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas

Page 37: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

19

instrumen. Sedangkan penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu

sendiri.

3.3 Informan Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dimana sampelnya disebut

informan dan atau key informan yang dipilih secara langsung untuk

pengumpulan data-data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

3.5 Teknik Analisa Data

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki

lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data

sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang

setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan Keabsahan Data digunakan peneliti untuk menguji keabsahan

data.

Page 38: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

20

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Menjelaskan lokasi dan dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat

dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan. Kalau dipandang perlu dapat

sedikit diberi deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan dan disajikan

dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara

jelas, struktur organisasi dari informan atau key informan yang telah

ditetntukan, serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir

pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang

mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya. Keterbatasan ini dapat

dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang

menjadi obyek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 39: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

21

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan

juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan

serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti

baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih

operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada

pengembangan konsep atau teori.

HALAMAN BELAKANG

Daftar Pustaka

Memuat daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Daftar

referensi bisa bersumber dari buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah,

koran, website, dan/atau web blog.

Lampiran

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian seperti:

1. Surat ijin penelitian

2. Lampiran tabel

3. Lampiran gambar

4. Lampiran grafik

5. Instrumen penelitian

Page 40: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

22

6. Riwayat hidup peneliti disertai foto, dan

7. Dokumen lainya yang relevan.

Page 41: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan digunakan

oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang diteliti.

Beberapa definisi teori yang dikemukakan dan disajikan di bawah ini akan

memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradigma penyusun definisi

berpengaruh terhadap konsep dasar teorinya. Snelbecker (1974:31) dalam

Moleong (2006:57) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang

berinteraksi secara sintaksi dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan

menjelaskan fenomena yang diamati.

Definisi berikutnya dikemukakan oleh Marx dan Goodson (1976:235)

dalam Moleong (2006:57) yang menyatakan bahwa teori ialah aturan menjelaskan

proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena

alamiah dan terdiri atas reprensentatif simbolik. Terakhir, Glaser dan Strauss

(1967:1,3,35) dalam Moleong (2006:57) membobolkan konsep dasar teori klasik

dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data

dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif;

selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual

dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan diantara

kategori dan kawasannya. Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang

Page 42: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

24

tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan

pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori (bukan sekedar pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang

relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu

dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan

secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling

tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui

pendefenisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,

sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel

yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2011 : 60)

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Manajemen, dan mengenai

Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu..

2.1.1 Definisi Manajemen

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak

ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Terdapat

beberapa pengertian manajemen menurut para ahli.

Stoner dalam Handoko (2003:2) mengartikan Manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan

Page 43: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

25

(2011:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan

(2011:2) adalah :

“Management in general refers to planning, organizing, controlling,

staffing, leading, motivating, communicating, and decisioan making

activities performed by any organization in order to coordinate the varied

resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some

product or service”. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan

aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien).

Manajemen menurut Harold dan O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3)

adalah :

“Management is getting things done through people. In bringing about

this coordinating of group activities other people”. (Manajemen adalah

usaha mencapai satu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan

demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang

lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,

pengarahan, dan pengendalian).

Manajemen menurut Terry dan Rue (2005:1) Manajemen adalah suatu

proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud

yang nyata.

Manajemen menurut Daft (2002:8) pencapaian sasaran-sasaran organisasi

dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya organisasi. Menurut Siswanto

(2011:2) Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja

Page 44: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

26

untuk mencapai tujuan. Sedangkan Manajemen menurut Millet dalam Siswanto

(2011:1) adalah:

“Is the process of directing and facilitating the work of people organized

in formal groups to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah suatu

proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang

diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan).

Millet lebih menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu

rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan.

Berdasarkan definisi-definisi manajemen yang disampaikan oleh para ahli,

maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses sekelompok

orang atau organisasi untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien.

2.1.1.1 Unsur-unsur Manajemen

Dalam Hasibuan (2011:20) Unsur-unsur manajemen (tools of

management) itu terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and

market atau disingkat 6M.

1. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun

tenaga kerja operasional/ pelaksana.

2. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

3. Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.

4. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mencapai tujuan.

6. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.

Page 45: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

27

2.1.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama. Hal

ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang dilakukan tidak sama.

Berikut fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Tabel 2.1

Fungsi-Fungsi Manajemen

Menurut Ahli Fungsi-Fungsi Manajemen

G.R TERRY 1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

JOHN F. MEE 1. Planning

2. Organizing

3. Motivating

4. Controlling

LOUIS A. ALLER 1. Leading

2. Planning

3. Organizing

4. Controlling

MC NAMARA 1. Planning

2. Programming

3. Budgeting

4. System

HENRY FAYOL 1. Planning

2. Organizing

3. Commanding

4. Coordinating

5. Controlling

HAROLD KOONTZ & CYRIL

O’DONNEL

1. Planning

2. Organizing

3. Staffing

4. Directing

5. Controlling

DR. S.P. SIAGIAN 1. Planning

2. Organizing

3. Motivating

4. Controlling

5. Evaluating

PROF. DRS. OEY LIANG LEE 1. Perencanaan

Page 46: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

28

2. Pengorganisasian

3. Pengarahan

4. Pengkoordinasian

5. Pengontrolan

W.H. NEWMAN 1. Planning

2. Organizing

3. Assembling Resources

4. Directing

5. Controlling

LUTHER GULLICK 1. Planning

2. Organizing

3. Staffing

4. Directing

5. Coordinating

6. Reporting

7. Budgeting

LYNDALL F. URWICK 1. Forecasting

2. Planning

3. Organizing

4. Commanding

5. Coordinating

6. Controling

JOHN D. MILLET 1. Directing

2. Faciliating

a. Perencanaan (planning)

Menurut Hasibuan (2011:40) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan

dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif

yang ada. Sedangkan Perencanaan menurut Harold Koontz and Cyril O’Donnel

dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

“Planning is the function of a manager which involves the selection from

alternatives of objectives, policies, procedures, and programs”. (Perencanaan

adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari

alternatif-alternatif yang ada).

Page 47: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

29

b. Pengorganisasian (organizing)

Hasibuan (2011:40) mendefinisikan bahwa Pengorganisasian yaitu :

“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan ,

menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang

diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada

setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut”.

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

“Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among

persons so that they may work together efficiently and again personal

satisfactions for the purpose of achieving some goal or objective”.

(Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan

yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara

efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal

melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna

mencapai tujuan atau sasaran).

c. Pengarahan (Actuating)

Hasibuan (2011:41) mendefinisikan Pengarahan adalah mengarahkan

semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai

tujuan. Sedangkan Pengarahan menurut G. R. Terry adalah:

“Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to

strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning

and organizing efforts”. (Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok

agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai

tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian).

Page 48: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

30

d. Pengendalian (Contolling)

Pengendalian menurut Earl P.Strong dalam Hasibuan (2011:41) adalah:

“Contolling is the process of regulating the various factors in enterprise

according to the requirement of its plans”. (Pengendalian adalah proses

pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-

ketetapan dalam rencana).

Dan menurut Harold Koontz dalam Hasibuan (2011:41) :

“Control is the measurement and correcting of the performance of

subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans

devised to attain then are accomplished”. (Pengendalian adalah pengukuran dan

perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah

dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara).

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Manajemen

Fayol mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen yang secara

ringkas adalah sebagai berikut :

1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi

pelaksanaan kerja.

2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.

3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-

tujuan organisasi.

4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang

kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.

5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai

tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan

penggunaan satu rencana.

6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum –

kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi.

7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil

baik bagi karyawan maupun pemilik.

8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan

desentralisasi.

9. Rantai skalar (garis wewenang) – garis wewenang dan perintah yang jelas.

Page 49: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

31

10. Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat

dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang hendaknya ditempatkan pada

posisi-posisi atau pekerjaan-pekerjaan yang paling cocok untuk mereka.

11. Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi.

12. Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi

tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi.

13. Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan

menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi.

14. Esprit de Corps (semangat korps) – “kesatuan adalah kekuatan”,

pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggan, kesetiaan dan

rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps.

Disamping itu Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam

kegiatan, yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lain. Kegiatan-

kegiatan tersebut adalah:

(1) Teknik – produksi dan manufacturing produk

(2) Komersial – pembelian bahan baku dan penjualan produk

(3) Keuangan (finansial) – perolehan dan penggunaan modal

(4) Keamanan – perlindungan karyawan dan kekayaan

(5) Akuntansi – pelaporan, dan pencatatan biaya, laba dan hutang, pembuatan

neraca, dan pengumpulan data statistik, dan

(6) Manajerial

2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut

Istilah daratan, pesisir, dan laut (samudera) secara umum telah dikenal luas

oleh masyarakat. Secara fisik, batas-batas antara ketiganya bisa berbeda-beda,

tergantung dari sudut pandang dan pemakaiannya. Namun demikian, terdapat

suatu kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah

peralihan antara daratan dan laut. Bengen dalam Mukhtasor (2007:15)

mendefinisikan wilayah pesisir di daratan sebagai wilayah dimana daratan

berbatasan dengan laut, yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti

pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sedangkan batasan wilayah pesisir di

laut adalah daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti

Page 50: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

32

sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah laut yang dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

Sedangkan dalam Undang-Undang wilayah pesisir (coastal zone) adalah

daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan

di darat dan laut. Kawasan pesisir menurut Adisasmita (2006:50) adalah ruang

daratan yang terkait erat dengan ruang lautan. Kawasan pesisir sebagai suatu

sistem, maka pengembangannya tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan

wilayah secara luas.

Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-

prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, ada 15

prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) yaitu:

1. Wilayah Pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource system) yang

unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam merencanakan dan

mengelola pembangunannya.

2. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam ekosistem air.

3. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan dikelola secara

terpadu.

4. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknya dijadikan faktor utama dalam

setiap program pengelolaan wilayah pesisir.

5. Batas suatu wilayah ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan

yang hendak dikelola serta bersifat adaptif.

6. Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk

mengkonservasi sumberdaya milik bersama.

7. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi sumberdaya

alam harus dikombinasikan dalam suatu program Pengelolaan wilayah

pesisir dan lautan secara terpadu.

8. Semua tingkatan di Pemerintahan dalam suatu wilayah terus diikutsertakan

dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

9. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam

adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir.

10. Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir serta

partisipasi masyarakat lokal dalam program pengelolaan wilayah pesisir.

Page 51: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

33

11. Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah tujuan dari

pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.

12. Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat digunakan untuk

semua sistem sumberdaya wilayah pesisir.

13. Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci keberhasilan

dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

14. Pengelolaan sumberdaya pesisir secara tradisional harus dihargai.

15. Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah

pesisir secara terpadu.

(www.wwf.or.id)

2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan/Laut

Kawasan pesisir meliputi wilayah daratan yang terkait pada

wilayah perairan maupun wilayah laut berpengaruh terhadap wilayah

daratan dan tata guna tanah. Di luar dari batas dari kawasan pesisir dan

laut yang dimaksud itu mungkin saja mencerminkan interaksi antara

pesisir dan laut, tetapi dapat pula tidak terjadi interaksi pesisir dan laut.

Pada kawasan pesisir terdapat banyak penduduk dan pusat-pusat

transportasi, tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian yang penting,

industri (usaha) di bidang perikanan dan pariwisata, serta menempatkan

kawasan tersebut merupakan struktur lahan yang penting untuk lokasi

berbagai fasilitas (prasarana dan sarana) pelayanan umum (ekonomi dan

sosial).

Kawasan pesisir memiliki kekayaan dan kebhinekaan sumberdaya

alam. Pesisir pantai dan habitat (hutan bakau, estuari, daerah tambak,

terumbu karang, rumput laut, delta dan lainnya) merupakan daerah yang

produktif secara biologi tetapi mudah mengalami degradasi karena

Page 52: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

34

dampak ulah manusia atau karena peristiwa alamiah kawasan pesisir telah

mensupport sebagian besar penduduk dunia karena peranannya di bidang

ekonomi dan budaya, kawasan pesisir diharapkan akan menampung

pertumbuhan penduduk pada masa depan.

Penentuan batas kawasan pesisir dan lautan agar dilakukan tidak

secara statis (kaku) melainkan secara dinamis, artinya dapat berkembang

dan bertambah luas karena interaksinya mengalami perkembangan,

misalnya karena penggunaan kapal penangkap ikan yang berkapasitas

lebih besar atau berteknologi lebih maju sehingga daerah penangkapannya

bertambah lebih luas mengarah kepada laut bebas. Sebaliknya kawasan

pesisir dan lautan mungkin saja berkurang luasnya karena peranan pusat-

pusat di kawasan tetangga bertambah besar. Dapat pula kurang intensifnya

interaksi sumberdaya dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di kawasan

pesisir dan lautan.

2.1.2.2 Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam

Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

Reformasi yang dilancarkan setelah tumbangnya pemerintahan

Orde Baru (1997) menuntut pembaharuan dalam berbagai bidang dengan

menerapkan azas-azas transparansi, akuntabilitas, dan desntralisasi. Dalam

bidang pemerintahan, Otonomi Daerah (Otoda) telah dilaksanakan sejak

tanggal 1 Januari 2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

Page 53: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

35

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya (UU.22

Tahun 1999), Pasal 1 h). Kewenangan daerah diwilayah (perairan) laut

meliputi (Pasal 10 ayat 2):

a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut sebatas wilayah

laut (sejauh 4 mil laut diukur dari garis pantai perairan laut)

b. Pengaturan kepentingan administratif

c. Pengaturan tata ruang

d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau

yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah (Pusat)

e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara

Paradigma baru dalam sistem pemerintahan adalah dari sentralisasi

ke desentralisasi (otoda). Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut

mempunyai makna:

- Pengelolaan berorientasi pada mekanisme pasar (demand and market

driven)

- Pengelolaan berbasis sumberdaya dan masyarakat (resources and

community based development)

- Pengelolaan tidak harus seragam tetapi harus sesuai kepentingan dan

budaya masyarakat lokal

- Pengelolaan secara berkeadilan (harus memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan seluruh masyarakat)

Paradigma baru tersebut dijabarkan kepada pendekatan dalam

pengelolaan sumberdaya perairan laut, diantaranya sebagai berikut :

a. Pendekatan komprehensif (holistik), multisektoral dan terpadu

b. Pendekatan secara parsial

c. Pendekatan partisipatif

d. Pendekatan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam

dalam konteks pembangunan di daerah sering dipandang sebagai suatu

kesempatan untuk memanfaatkan sebesar-besarnya. Hingga selesai proses

Page 54: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

36

pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, masyarakat setempat hanya

memperoleh manfaat yang minimal dengan peran yang sangat marginal,

hanya menjadi penonton. Ketika sumberdaya alam tersebut habis, maka

daerah mereka ditinggalkan begitu saja. Hal ini berarti bahwa program

“community development” yang telah dilaksanakan tidak mencapai

sasarannya. Kegagalan atau ketidakberhasilan program pembangunan

daerah pada masa yang lalu medorong untuk memperbaharuinya dengan

paradigma baru. Banyak istilah dilontarkan untuk memperbarui istilah

misalnya “community empowerment developing program” (program

pengembangan pemberdayaan masyarakat), “community based resource

management” (pengelolaan berbasis masyarakat), “community based

management” (pembangunan berbasis masyarakat). Tetapi yang lebih

penting adalah perubahan pendekatan dan paradigma. Nampaknya

program yang telah diformulasikan itu ternyata belum mampu menjangkau

dan memenuhi kepentingan sebagian besar masyarakat.

Apabila dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan khususnya

dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut menerapkan konsep tahapan

pemanfaatan sumberdaya alam berikut: development (pengembangan

konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan), involvement

(mengikutsertakan komunitas lokal yang menjadi sasaran pengembangan),

socialize (mensosialisasikan program pembangunan kepada seluruh

masyarakat), cater (program pembangunan yang dilaksanakan harus

benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat), utilize (melibatkan

Page 55: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

37

tenaga kerja setempat untuk mengerjakan proyek tersebut), dan sensitive

(terdapatnya kepekaan dalam memahami situasi psikologis sosial dan

budaya lokal), maka diharapkan pembangunan pengelolaan sumberdaya

alam di daerah dapat terlaksana dengan lancar, terarah serasi, efektif,

efisien, secara optimal dan berkelanjutan.

Meskipun konsep tahapan pemanfaatan sumberdaya di atas adalah

sangat lengkap tetapi dalam pelaksanaannya mengalami berbagai

hambatan dan keterbatasan, apabila dikaitkan dengan tujuan reformasi

yang menuntut dilaksanakan perubahan dan perbaikan di segala bidang

untuk menerapkan azas transparasi (keterbukaan bagi masyarakat),

akuntabilitas (pertanggungjawaban kepada rakyat), desentralisasi

(memberikan kewenangan kepada daerah-daerah), maka dalam

pengelolaan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya perairan laut, untuk

menerapkan pendekatan yang serasi yang berorientasi kepada:

1. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan mekanisme pasar

(demand and market driven), sehingga tidak terjadi pengrusakan.

2. Menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien, dan efektif) agar pemanfaatan

sumberdaya perairan laut dilakukan secara optimal.

3. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berorientasi kepada masa depan

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

4. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut dilakukan dari

bawah (bottom-up planning and development) agar benar-benar sesuai

dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

5. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut dilakukan secara

terpadu, komprehensif, multi sektoral, spasial, partisipatif, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.

Page 56: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

38

2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir lautan secara garis

besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource)

3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang,

padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan

mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di

wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas

ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Sumber

daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering dapat disalah

tafsirkan sebagai sumber daya yang dieksploitasi secara terus menerus tanpa

batas. (Mulyadi, 2005:44)

Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi,

misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya

minyak, gas) B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit) C (mineral,

industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit).

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki juga memiliki

berbagai macam jasa lingkungan yang sangat potensial bagi kepentingan

pembangunan dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan

yang dimaksud meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan

Page 57: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

39

pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan

dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengatur iklim (climate

regulator), kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi), dan system

penunjang.

2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia

dari sudut pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

dihadapkan pada kondisi yang mendua atau, atau berada di persimpangan

jalan. Disatu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan

atau dikembangkan dengan intensif. Akibatnya, indikasi telah

terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan (potensi lestari)

dari ekosistem pesisir dan lautan. Seperti pencemaran, tangkap lebih (over

fishing), degradasi fisik hanitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul

di kawasan pesisir.

Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan

pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pantai dan lautan yaitu:

1. Perkapalan dan transportasi (tumpukan minyak, limbah padat dan

kecelakaan)

2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi,

modal dan tingkat keahlian)

3. Budidaya peraturan (ekstrensivikasi dan konservasi hutan)

4. Pertambangan (penambangan pasir dan terumbu karang)

5. Kehutanan (penebangan dan konservasi hutan)

6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)

7. Pariwisata (pembangunan infrastruktur dan pencemaran air)

(Mulyadi, 2005:54)

Page 58: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

40

2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir

Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah di pesisir pantai di

Indonesia secara umum antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan

kerja dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada

peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya

di wilayah pesisir dan lautan

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam

pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah

pesisir dan lautan (Mulyadi, 2005:67)

Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan

adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan

yuridikasi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri

kelautan yang kokoh dan maju yang didorong oleh kemitraan usaha yang

erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta pendayagunaan

sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas, maju dan profesional dengan iklim usaha yang sehat serta

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud

kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan

kesejahteraan rakyat secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian

lingkungan hidup.

Page 59: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

41

2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai

Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa

perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi

sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah pantai yang dapat

dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan hasil laut lainnya

(batu karang, tanaman laut, garam laut dan lain-lain) serta potensi

keindahan alam pantai yang dapat dinikmati.

2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai

Ada dua jenis utama dari pola pengembangan pantai:

“Pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang

efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola

perkembangan demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai

di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan

tersebut terjadi karena telah berkembangnya jaringan sarana

perhubungan darat yang menghubungkan daerah - daerah

sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang terjadi

karena berpencar di kota-kota tertentu yang secara historis

mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini

perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada

lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman”

Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembangan sebagai

suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu

kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat

pengolahan atau kegiatan khusus lainnya.

Page 60: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

42

2.1.3.5 Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan Daerah

Pantai

Melihat pada potensi yang dimiliki oleh daerah pantai dan lautnya

baik secara alami maupun secara ekonomis, jelaslah daerah tersebut akan

merupakan daya tarik potensial yang sangat kuat dalam perkembangan

fisiknya potensi dengan sendirinya akan mengakibatkan berbagai

permasalahan baik sosial, budaya dan politik, ekonomi maupun

permaslahan fisik.oleh karena itu pemantauan dan pengembangan

penggunaan tanah pantai adalah penting sekali.

2.1.3.6 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian

Potensi

Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan

fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha

pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan

sebagai berikut:

1. Pengembangan daerah pantai secara mengelompok

2. Sehubungan dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan tanah pantai

tersebut, usaha pengaturan dan pengendalian perlu pula dilandasi oleh

peraturan-peraturan serta pengendalian yang baik

Page 61: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

43

2.1.4 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu

Masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan daerah pesisir yang relatif

pesat, dampaknya terhadap destruksi sumberdaya-sumberdaya yang mudah rusak

itu, dan perannya yang strategis dari lingkungan kawasan pesisir untuk bangsa-

bangsa yang memiliki pesisir pantai telah mendorong untuk mencari solusi

(pemecahan) bahwa pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk pembangunan terus

dilanjutkan tanpa menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdayanya

(lingkungannya). Bentuk-bentuk manajemen kawasan pesisir yang terpilih

(melihat sumber-sumberdaya pesisir dan pemanfaatan sumberdaya secara

komprehensif lebih dari sebagai isu sumberdaya tunggal, dan menterpadukan

banyak penggunaan sumberdaya pesisir dan kebutuhan yang bertentangan ke

dalam suatu proses pengambilan keputusan yang seimbang), telah menjadi alat

(sarana) yang dilakukan oleh bangsa-bangsa dalam mencari pemecahannya.

Menurut Dahuri (2008:12) pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

adalah Suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau

lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara

terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara

berkelanjutan.

Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi:

sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu

pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan,

Page 62: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

44

implementasi, monitoring, dan evaluasi; maka jiwa atau nuansa keterpaduan

tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

Menurut Sorensen dan Mc Creary dalam Dahuri (2008:5) adalah sebagai

berikut :

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu (Integrated Coastal Zone

Management) adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa

lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir dengan cara

melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assesment) tentang kawasan

pesisir beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di

dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan kemudian

merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai

pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaan ini

dilaksanakan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap

aspek sosial ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir

(stakeholders) serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir

yang mungkin ada.

Sedangkan menurut Adisasmita (2006:) Proses manajemen kawasan

pesisir secara terpadu diberikan batasan sebagai berikut yaitu:

Suatu proses dinamis dalam mana suatu strategi yang terkoordinasi

dikembangkan dan diimplementasikan untuk alokasi sumberdaya-sumberdaya

lingkungan, sosial-budaya, dan kelembagaan untuk mewujudkan konservasi dan

penggunaan/pemanfaatan berbagai sumberdaya kawasan pesisir secara

sustainable (berkelanjutan).

Tujuan manajemen kawasan pesisir (Coastal Zone Management) adalah

untuk melindungi, melestarikan dan melakukan restorasi sumberdaya-sumberdaya

alam dimana memungkinkan dan perlu mendorong pertumbuhan dan

pembangunan melalui perencanaan yang sehat secara interdisiplin dan terpadu

terhadap dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek yang

dilakukan dan mengukur serta mengevaluasi konsekuensi-konsekuensinya sesuai

dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.

Page 63: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

45

Dua tahap yang harus ditempuh yaitu tahap penyusunan program serta

pengembangan program secara komprehensif dan tahap implementasi program,

bila memperhatikan bagaimana oseanografi pesisir (coastal oceanography) terkait

pada Coastal Zone Management. Mengingat kondisi saat ini dimana pengelolaan

kawasan pesisir dan laut belum dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan

suatu Atlas Pesisir dan Laut yang dapat menginformasikan tentang potensi

sumberdaya alam, penggunaan lahan, prospek pengembangan dan pemanfaatan

berdasarkan pertimbangan engineering dan science, konflik pengelolaan,

kapasitas kelembagaan, program monitoring parameter biofisik kimiawi dan

sosekbud (sosial, ekonomi dan budaya), penentuan indikator keberhasilan

program dan umpan balik untuk pola pengelolaan yang berwawasan lingkungan.

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang baik membutuhkan suatu

program pengelolaan yang terintegrasi. Program pengelolaan yang terintegrasi

dapat dilaksanakan jika didukung oleh tersedianya informasi-informasi yang

obyektif, akurat dan terbaharui. Tersedianya informasi-informasi yang obyektif,

akurat dan terbaharui tentang wilayah pesisir dan laut pada saat ini dirasakan

sudah sangat mendesak untuk secepatnya disediakan guna membantu penyusunan

kebijakan dan perencanaan pengelolaan pesisir dan laut menjadi terintegrasi

sehingga pengelolaannya dapat lebih efektif dan tepat sasaran. Informasi-

informasi yang obyektif, akurat dan terbaharui tentang pesisir dan laut dapat

diwujudkan dalam bentuk Atlas.

Page 64: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

46

Sejalan dengan Pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang dikenal dengan istilah otonomi daerah, dimana titik

sentral pembangunan terletak di Kabupaten/Kota, maka akan memacu eksploitasi

sumberdaya alam yang tidak terkontrol akan menimbulkan gangguan terhadap

kestabilan ekosistem dan merusak lingkungan hidup sekitarnya.

2.1.5 Sistem Manajemen (Pengelolaan) Sumberdaya Perairan Laut

yang Komprehensif

Manajemen komprehensif pada intinya adalah memilih alternatif langkah

pembinaan dan pengembangan yang terbaik bagi pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya perairan dan laut dalam segala aspek (tujuan) pengelolaan untuk

mendukung pembangunan sumberdaya kelautan secara optimal dan berkelanjutan.

Manajemen komprehensif itu sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya

perairan laut karena meliputi banyak bidang, banyak sektor dan banyak aspek.

Manajemen parsial dan manajemen jangka pendek dipastikan tidak akan berhasil.

Penyusunan model pengelolaan sumberdaya perairan laut harus sejalan dengan

manajemen komprehensif.

Manajemen komprehensif dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut itu

sangat penting peranannya, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1. Memberikan arah pencapaian sasaran dan tujuan pengelolaan sumberdaya

perairan laut yang optimal dan berkelanjutan. Arah yang jelas akan dapat

dijadikan landasan utnuk mengendalikan dan mengevaluasi keberhasilan.

Page 65: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

47

2. Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak, dengan demikian

dapat memberikan manfaat serentak dan serempak kepada seluruh

kelompok atau unsur pembangunan (masyarakat) maritim.

3. Dapat mengantisipasi terjadinya setiap perubahan internal dan

kecenderungan eksternal baik secara global dan nasional maupun regional

dan lokal. Dengan demikian dapat menentukan langkah dan tindakan

bagaimana memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan (hambatan)

secara menyeluruh.

4. Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas secara perspektif adalah

bagaimana mendorong keseimbangan dalam pengelolaan sumberdaya

perairan laut secara efektif dan efisien.

Dalam membangun sistem Manajemen Komprehensif yang meliputi multi

sektor, multi bidang, dan multi aspek itu, harus dilakukan identifikasi berbagai

komponennya sehingga membentuk suatu sistem yang rasional, capable, dan

implementable.

a. Manajemen Sumberdaya Perairan Laut menerangkan prinsip-prinsip:

1. Pengelolaan seluruh sumberdaya perairan laut secara optimal dan

berkelanjutan.

2. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.

3. Didasari oleh prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan efektifitas

4. Transparansi dan Akuntabilitas

b. Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut ditempuh pembinaan dan

pengembangan yang diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan unsur-

unsur maritim yang meliputi: perikanan laut, perhubungan laut, industri

galangan kapal/perahu rakyat, pertambangan/penggalian gol.C, wisata

bahari, tenaga kerja disektor kelautan, masyarakat bahari dan desa pesisir,

lembaga ekonomi dan masyarakat, peraturan perundang-undangan di

bidang kelautan, sumberdaya laut dan lingkungan hidup laut dan pesisir,

pemerintah daerah.

Page 66: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

48

c. Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut harus terus memperhatikan

analisis lingkungan, baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun

eksternal (peluang dan ancaman) agar supaya dapat memilih strategi

kebijakan dan langkah pembinaan dan pengembangan yang tepat dan

serasi.

d. Pengembangan kelembagaan mempunyai peranan yang penting dalam

pengelolaan sumberdaya perairan laut, selain meliputi fungsi dari instansi-

instansi yang menangani masalah pemanfaatan pengelolaan sumberdaya

perairan laut harus pula memperhatikan pula peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perairan laut.

e. Pihak perencana dan pengambil keputusan dalam bidang pengelolaan

sumberdaya perairan laut harus senantiasa menerapkan azas-azas

pembangunan kabupaten gugus kepulauan, meliputi azas kesatuan wilayah

kabupaten ; kesejahteraan masyarakat dan ketertiban umum ; musyawarah,

partisipasi dan kemitraan, kelestarian dan keserasian dan kesimbangan.

f. Secara keseluruhan, harus diupayakan agar semua komponen manajemen

komprehensif di atas dapat terselenggara dalam suasana dan irama yang

harmoni, yang saling melengkapi dan saling menunjang terwujudnya

kepulauan yang mapan mandiri, dan tercapainya kesejahteraan masyarakat

yang lebih tinggi dari generasi ke generasi.

Harmoni bermakna paduan antara keserasian dan tata tertib. Terdapat

tuntutan untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya perairan laut secara

optimal dan tuntutan untuk meningkatkan kesejahteraan seuruh masyarakat bahari

Page 67: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

49

dan pesisir dari generasi ke generasi. Secara keseluruhan berarti peningkatan dan

pengembangan pengelolaan sumberdaya perairan dan laut secara komprehensif

manuju kearah kesempurnaan. Harmoni menjadi ikatan batin yang

mempersatukan semangat, meningkatkan partisipasi, dan memperkuat tekad untuk

mencapai keberhasilan pengelolaan sumberdaya perairan laut meliputi:

1. Pemantapan sistem manajemen komprehensif pengelolaan sumberdaya

perairan laut.

2. Peningkatan pelayanan secara efektif dan efisien kepada masyarakat yang

memanfaatkan sumberdaya kelautan.

Manajemen komprehensif pada dasarnya merupakan manajemen ilmu

pengetahuan (Knowledge Management) yang menerapkan norma-norma ilmu

pengetahuan pada saat yang lalu, pada saat sekarang dan mengantisipasi

kecenderungan-kecenderungan dinamis pada masa depan, maka komponen-

komponennya diperluas, terdiri dari: tujuan/sasaran pembangunan kelautan,

lingkungan internal dan eksternal, aspek kelembagaan dan pendekatan harmoni,

yang dilandasi pula oleh visi dan misi dan landasan konseptual.

Page 68: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

50

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir dalam penelitian, untuk

mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di

lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

Selama peneliti melakukan penelitian peneliti memperoleh data dan

informasi melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta

melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan yaitu kepada Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, Karyawan TPI (Tempat Pelelangan Ikan),

dan FKPN (Front Kebangkitan Petani dan Nelayan). Pada saat melakukan

pengamatan dan observasi langsung di lapangan peneliti menemukan data dan

informasi mengenai masih adanya hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang.

Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana teori Menurut Dahuri

(2008:12), digunakan untuk menganalisa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa

Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang adalah sebagai berikut

Pengelolaan Wilayah Pesisisr Secara Terpadu adalah suatu pendekatan

pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber

Page 69: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

51

daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna

mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi:

sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu

pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi; maka jiwa atau nuansa keterpaduan

tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori ini karena ada kesesuaian

antara masalah yang terdapat pada identifikasi masalah dengan apa yang

dijabarkan dalam teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu menurut

Dahuri (2008:12). Kesesuaian yang muncul antara lain dilihat dari indikator yang

terdapat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu khususnya bagi

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang yaitu terdiri dari empat tahap utama: perencanaan (planning), pelaksanaan,

pengawasan (monitoring), dan evaluasi.

Page 70: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

52

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Identifikasi Masalah:

1. Kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah,

pihak swasta, dan masyarakat.

2. Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengembangkan

potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Lontar.

3. Masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang telah

disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta.

4. Kurang tegasnya Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengambil keputusan

terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir di Desa Lontar yang belum memiliki

izin

5. Masih belum terpenuhinya kesejahteraan masyarakat Desa Lontar.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu menurut Dahuri

(2008:12)

1. Perencanaan (planning)

2. Pelaksanaan

3. Pengawasan (monitoring)

4. Evaluasi

1. Terlaksananya Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Terpadu

2. Pemanfaatan sumberdaya pesisir berorientasi kepada masa depan (berkelanjutan)

untuk pembangunan tanpa menimbulkan dampak kerusakan terhadap

sumberdayanya (lingkungannya).

Page 71: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

53

2.3 Asumsi Dasar

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka

peneliti berasumsi bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan

Tirtayasa Kabupaten Serang masih belum optimal serta terpadu dan masih

diperlukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolannya, dan akan terlaksana dengan

baik apabila pengelolaan wilayah pesisir tersebut memperhatikan mengenai

Perencanaan (planning) bagi wilayah pesisir Desa Lontar, Pelaksanaannya,

Pengawasannya, dan dibutuhkan Evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan

kelebihan dari perencanaan yang ada guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap

berikutnya.

.

Page 72: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:2) metodologi penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendeskripsikan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan

hal tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu cara ilmiah,

data, tujuan, dan kegunaan. Data yang diperoleh melalui itu adalah data empiris

yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid yaitu derajat ketepatan antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:4)

mendefinisikan metodologi kualitatif sedagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistik (utuh).

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Kirk dan Miller

dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

pengamatan pada manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Menurut Alwasilah (2003:148) penelitian kualitatif lebih mengutamakan

comparability dan translatability dari temuan-temuannya, bukannya transfer

Page 73: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

55

temuan-temuan itu terhadap kelompok lain atau populasi yang tidak diteliti.

Karena itu, seleksi sampel dalam penelitian kualitatif tidak statis, melainkan

bersifat dinamis, dari fase ke fase, berurut (sequental), berkembang

(development), dan kontekstual. Moleong (2006:6) mendefinisikan penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif eksploratif, dimana peneliti tertuju pada pemecahan masalah

yang ada pada masa sekarang. Dalam prakteknya tidak terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan klasifikasi data saja tetapi juga menganalisis dan

menginterprestasikan tentang arti data tersebut. Itulah alasan mengapa peneliti

mengambil penelitian eksploratif kualitatif.

Metode eksploratif kualitatif ini berusaha untuk mencari atau menggali

informasi mengenai permasalahan yang ada dalam kaitannya dengan pengelolaan

wilayah pesisir, yakni mengenai “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang”.

Page 74: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

56

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti sendiri. Menurut Moleong (2006:163) ciri khas penelitian kualitatif tidak

dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang

menentukan keseluruhan skenarionya. Kedua hal tersebut diuraikan dalam bagian

ini secara berturut-turut.

3.2.1 Pengamatan Berperanserta

Pengamatan berperanserta menceriterakan kepada peneliti apa yang

dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan

mengadakan pengamatan. Jadi pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai

pada yang sekecil-kecilnya.

3.2.2 Manusia Sebagai Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus

perencana, pelaksana pengumpulan data, penafsir data, dan pada akhirnya ia

menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian

disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Namun, instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data

seperti tes pada penelitian kuantitatif. Ada tiga hal yang dibahas disini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981:128-150) dalam

Moleong (2006:168-173), yaitu mencakup ciri-ciri umum, kualitas yang

diharapkan, dan kemungkinan peningkatan manusia sebagai instrumen.

Page 75: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

57

1. Ciri-ciri Umum Manusia Sebagai Instrumen

Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsive,

dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas

pengetahuan, memproses dan megikhtisarkan, dan memanfaatkan

kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau idiosinkratik.

2. Kualitas yang Diharapkan

Peneliti kualitatif akan senantiasa berhubungan dengan subjeknya.

Hubungan yang memerlukan kualitas pribadi terutama pada waktu

proses wawancara terjadi.

3. Peningkatan Kemampuan Peneliti Sebagai Instrumen

Kemampuan peneliti sebagai instrumen dapat ditingkatkan dengan jalan

pertama-tama peneliti hendaknya selalu pergi kepada situasi baru untuk

memperoleh pengalaman, kemudian berusaha mencatat apa saja yang

terjadi dan mewawancarai beberapa orang serta mencatat apa saja yang

menjadi hasil pembicaraan.

Sehingga dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen penelitian merupakan alat

pengumpul data utama. Hal itu dilakukan jika menggunakan alat yang bukan

manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim

digunakan dalam penelitian klasik maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan

penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan. Selain itu hanya

manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau

Page 76: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

58

objek lainnya, dan hanya manusia yang mampu memahami kaitan kenyataan-

kenyataan dilapangan.

3.3 Informan Penelitian

Dalam Penelitian Kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan

dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin

dalam Penelitian Kualitatif (2009:76-77) menjelaskan objek dan informan

penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus

penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada

judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan

masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang

memahami objek penelitiannya. Jadi, objek penelitiannya yaitu Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang dan

informan penelitiannya diperoleh dengan cara teknik pengambilan sumber data

yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah Purposive. Purposive

adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu atau

paling menguasai obyek/situasi sosial yang diteliti. Pada penentuan informan

dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan kunci (key informan) di

dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan, pemilihan

Page 77: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

59

informan kedua (secondary informan) berfungsi sebagai cara alternatif bagi

peneliti yang tidak dapat menentukan partisipan secara langsung.

Faisal dalam Sugiono (2009:221) dengan mengutip pendapat Spradley

menyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses ekulturasi,

sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti

sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber.

Berdasarkan kriteria diatas, maka dalam penelitian ini yang akan menjadi

informan peneliti adalah semua konstituen yang terlibat langsung dalam

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang. Yang menjadi informan kunci (key informan) dan informan kedua

(secondary informan) Dalam penelitian ini adalah :

Page 78: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

60

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No Informan Jumlah Keterangan

1

Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kabupaten

Serang

1 (Satu) Key Informan

2

Kepala Bidang Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumber Daya Mineral Kabupaten

Serang

1 (Satu) Key Informan

3 Sekdes Desa Lontar 1 (Satu) Key Informan

4 Ketua Kelompok Pengawas

Masyarakat 1 (Satu) Key Informan

5 Karyawan Tempat Pelelangan

Ikan 1 (Satu) Key Informan

6 Ketua Kelompok Usaha Bersama 1 (Satu) Key Informan

7 Masyarakat (Nelayan) 6 (Enam) Secondary Informan

8 Masyarakat (Bukan Nelayan) 3 (tiga) Secondary Informan Sumber: Peneliti 2013

Maka untuk memperoleh akurasi data dan kejenuhan data sampai dirasa

cukup kemungkinan peneliti masih akan terus melakukan penambahan sumber

data/informan lainnya yang dianggap perlu untuk dijadikan narasumber dalam

penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini:

Page 79: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

61

3.4.1 Studi Kepustakaan

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli,

diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis,

dan tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk

pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan

dengan topik penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum

seperti: mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka, analis

dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam

hal ini peneliti melakukan studi kepustakaan melalui hasil penelitian sejenis yang

pernah dilakukan, buku-buku, maupun artikel atau yang memuat konsep atau teori

yang dibutuhkan terkait dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir.

3.4.2 Observasi

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah

observasi atau dengan melakukan pengamatan dapat diklasifikasikan atas

pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pada

pengamatan tanpa peranserta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu

mengadakan pengamatan. Pengamat berperanserta melakukan dua peranan

sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari

kelompok yang diamatinya Moleong (2006: 176)

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis observasi berdasarkan

klasifikasi dari Sugiono (2009:145), dimana observasi dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu observasi berperan serta (participant observation) yaitu peneliti terlibat

Page 80: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

62

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian, dan observasi tidak berperan serta (non

participant observation) yaitu peneliti tidak terlibat kedalam kegiatan yang

diamati hanya sebagai pengamat independen. Dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik observasi tidak berperan serta (non participant observation)

karena peneliti tidak terlibat secara langsung kedalam kegiatan yang diamati.

3.4.3 Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan proses tanya jawab antara peneliti dengan informan baik secara

langsung (face to face) maupun tidak langsung seperti wawancara melalui

telepon, media internet, atau bisa juga dilakukan dalam bentuk wawancara tertulis

melalui surat dengan tujuan untuk menggali informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan topik dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

menggabungkan teknik observasi tidak berperan serta dengan wawancara

mendalam. Wawancara mendalam menurut Bungin (2009:108) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

3.4.3.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para

informan dan memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk

mendapatkan informasi, seperti berikut :

Page 81: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

63

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

Indikator Teori Informan Penelitian Pertanyaan

1. Planning/

Perencanaan

1. Kepala Badan

Perencanaan dan

Pembangunan

Daerah Kabupaten

Serang

2. Kepala Bidang

Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumber

Daya Mineral

Kabupaten Serang

3. Aparat Desa Lontar

4. Masyarakat

(Nelayan)

5. Masyarakat (Bukan

Nelayan)

1. Pihak yang terkait dalam

perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir.

2. Yang ingin dicapai dari

pengelolaan wilayah pesisir

Desa Lontar.

3. Perlu adanya keterpaduan

perencanaan dari berbagai

sektor.

4. Perencanaan dan

Pengelolaan sumberdaya

pesisir dilakukan

berdasarkan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat

(bottom-up planning and

development).

5. Perencanaan dan

Pemanfaatan sumberdaya

pesisir berorientasi kepada

masa depan/ berkelanjutan.

Page 82: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

64

6. Perencanaan dan

Pemanfaatan sumberdaya

pesisir untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

7. Hambatan dalam membuat

dan melaksanakan

perencanaan untuk wilayah

pesisir Desa Lontar.

2. Pelaksanaan 1. Kepala Badan

Perencanaan dan

Pembangunan

Daerah Kabupaten

Serang

2. Kepala Bidang

Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumber

Daya Mineral

Kabupaten Serang

3. Aparat Desa Lontar

4. Karyawan TPI

5. Ketua KUB

6. Masyarakat

1. Pihak yang

bertanggungjawab dalam

mengelola wilayah pesisir.

2. Peranan dan wewenang dari

pihak tersebut.

3. Yang dilakukan Pemerintah

Kabupaten Serang dalam

mengelola wilayah pesisir

Desa Lontar.

4. Koordinasi antara dinas-

dinas terkait dalam

mengelola wilayah pesisir di

Desa Lontar.

5. Hambatan dalam masing-

masing pihak dalam

Page 83: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

65

(Nelayan)

7. Masyarakat (Bukan

Nelayan)

melaksanakan tugasnya.

6. Komunikasi dan koordinasi

Pemerintah dengan

masyarakat.

7. Keterbukaan/ Transparansi

dari Pemerintah dalam

pengelolaan sumberdaya

pesisir di Desa Lontar.

8. Peran serta masyarakat

dalam pengelolaan wilayah

pesisir Desa Lontar.

9. Bantuan yang diberikan oleh

Pemerintah Kabupaten

Serang.

10. Tanggapan mengenai adanya

pengelolaan sumberdaya

pesisir di Desa Lontar.

11. Yang menjadi hambatan

dalam melakukan

komunikasi antara

Pemerintah dengan

Masyarakat Desa Lontar.

12. Komunikasi masyarakat

Page 84: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

66

dengan pihak swasta yang

melakukan pengelolaan

sumberdaya pesisir di Desa

Lontar.

13. Pengembangan dari potensi

yang ada.

3. Pengawasan

(Monitoring)

1. Kepala Badan

Perencanaan dan

Pembangunan

Daerah Kabupaten

Serang

2. Kepala Bidang

Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumber

Daya Mineral

Kabupaten Serang

3. Aparat Desa Lontar

4. Ketua Pokwasmas

5. Masyarakat

(Nelayan)

6. Masyarakat (Bukan

Nelayan)

1. Bentuk pengawasan yang

dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Serang dalam

pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Lontar.

2. Masyarakat ikut dilibatkan

dalam hal pengawasan.

3. Yang Pemerintah/

Masyarakat rasakan menjadi

masalah atau hambatan dalam

hal pengawasan.

4. Yang dilakukan Pemerintah

sebagai penengah/pengendali

antara masyarakat dengan

pihak swasta.

5. Pengembangan yang

dilakukan Pemerintah

Page 85: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

67

Kabupaten dari potensi yang

ada.

4. Evaluasi 1. Kepala Badan

Perencanaan dan

Pembangunan

Daerah Kabupaten

Serang

2. Kepala Bidang

Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumber

Daya Mineral

Kabupaten Serang

3. Aparat Desa Lontar

4. Karyawan TPI

5. Ketua Pokwasmas

6. Ketua KUB

7. Masyarakat

(Nelayan)

8. Masyarakat (Bukan

Nelayan)

1. Sanksi yang diberikan

Pemerintah Kabupaten

Serang kepada penyimpangan

pengelolaan wilayah pesisir

Desa Lontar.

2. Dampak dari pengambilan

keputusan Pemerintah

Kabupaten Serang dalam

kegiatan pengelolaan

sumberdaya pesisir di Desa

Lontar.

3. Kepastian hukum/ payung

hukum yang berlaku.

4. Keadilan dalam pengambilan

keputusan.

5. Acuan dalam Perencanaan

Pembangunan dikatakan

sudah baik.

6. Pendapat mengenai

Pengelolaan Wilayah Pesisir

Desa Lontar.

Page 86: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

68

7. Target yang dicapai.

Sumber : Peneliti 2013

3.4.4 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

ceritera biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Studi dookumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2006:280) analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan mengumpulkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja. Pada penelitian tindakan, analisis datanya lebih banyak menggunakan

pendekatan kualitatif. Sehingga pada penelitian ini teknik analisis data difokuskan

pada paparan data kualitatif.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan proses analisis data dari

Prasetya Irawan yang terdiri dari pengumpulan data mentah, transkip data,

Page 87: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

69

pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi,

penyimpulan akhir. Keseluruhan proses analisis data tersebut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Dari gambar tersebut langkah-langkah praktis dalam proses analisis data dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data mentah

Analisis data dimulai dengan melakukan pengumpulan data mentah,

misalnya dengan wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka. Pada

tahap ini dibutuhkan alat-alat pendukung seperti tape recorder, kamera, dan

lain-lain. Yang dicatat adalah data apa adanya (verbatim), tidak

diperkenankan untuk mencampuradukkan pikiran, pendapat, maupun sikap

dari peneliti itu sendiri.

Gambar 3.1: Proses Analisis Data

Sumber: ( Irawan, 2005:5.28-5.35)

Penyimpulan

akhir

Pembuatan

koding

Transkip data

Penyimpulan

sementara

Kategorisasi

data

Triangulasi

Pengumpulan

data mentah

1

.

2

.

3

.

4

.

5 6 7

Page 88: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

70

2. Transkrip data

Pada tahap ini catatan hasil wawancara dirubah kebentuk tertulis seperti apa

adanya (verbatim), bukan hasil pemikiran maupun pendapat pribadi peneliti.

3. Pembuatan koding

Pada tahap ini membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip. Baca

pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal penting yang

perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data kata kunci ini

kemudian diberi kode.

4. Kategorisasi data

Pada tahap ini peneliti mulai “menyederhanakan” data dengan cara

“mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang di

namakan “kategori”.

5. Penyimpulan sementara

Membuat penyimpulan sementara berdasarkan data yang ada tanpa memberi

penafsiran dari pikiran penulis/peneliti.kesimpulan ini 100% harus

berdasarkan data. Jika ingin memberi penafsiran dari pikiran sendiri maka

tuliskan pada bagian akhir kesimpulan sementara yang disebut dengan

Observer’s Comments (OC).

6. Triangulasi

Temuan yang dihasilkan dicek ulang derajat keshahihan dan keandalannya

dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memperpanjang masa penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi.

Sederhananya teknik triangulasi bertujuan untuk meperkuat temuan-temuan,

Page 89: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

71

adalah proses check dan recheck antara satu sumber data dengan sumber

data lainnya.

7. Penyimpulan akhir

Apabila temuan yang dihasilkan dari penelitian dapat terjamin validitas dan

reliabilitasnya barulah kemudian membuat penyimpulan akhir.

3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada

empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Dalam penelitian Kualitatif dimana uji keabsahan data terhadap data dilakukan

dengan cara:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Sehingga hubungan peneliti dengan narasumber

akan terbentuk raport, akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dalam hal ini peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Selain itu,

Page 90: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

72

dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi

data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal

peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dari berbagai cara atau menggabungkan beberapa

teknik pengumpulan data. Terdapat berbagai macam triangulasi meliputi

triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teknik. Namun dalam hal

ini peneliti lebih cenderung menggunakan triangulasi teknik, dan triangulasi

sumber. Triangulasi teknik peneliti mennggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda seperti observasi, wawancara atau teknik lainnya untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

sama.

4. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti seperti hasil rekaman wawancara dengan

menggunakan alat perekam, dokumentasi seperti foto-foto saat penelitian,

catatan lapangan, dan lain sebagainya.

5. Mengadakan MemberCheck

Page 91: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

73

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh

dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud sumber data atau informan.

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Serang. Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumber Daya Mineral

Kabupaten Serang. dan di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

3.7.2 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan. Berikut ini merupakan jadwal penelitian Pengelolaan Wilayah Pesisir

di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

Page 92: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

74

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Waktu Nov

2012

Des 2012 - Feb

2013

Mar - Sep

2013

Okt

2013

Nov

2013

Des

2013

Jan

2014

Feb

2014

Mar

2014

Apr

2014

Mei

2014

Juni

2014

1 Pengajuan

judul

2

Observasi

awal

3

Penyusunan

Proposal

4

Seminar

Proposal

5

Revisi

Proposal

6

Proses Pencarian

data di

Lapangan

7

Pengolahan

dan analisis data

8

Sidang Laporan

Hasil

Penelitian

9

Revisi

laporan Hasil

Penelitian

Page 93: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan Deskripsi Wilayah

Kabupaten Serang, Deskripsi Wilayah Kecamatan Tirtayasa, Deskripsi Desa

Lontar (Lokasi Penelitian), gambaran umum BAPPEDA Kabupaten Serang, dan

gambaran umum Dinas Kelautan dan Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Serang. Hal tersebut dipaparkan dibawah ini.

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten.

Ibukotanya adalah Ciruas namun saat ini pusat pemerintahannya masih berada di

Kota Serang. Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan

dengan Laut Jawa, dan Kota Serang di Utara, Kabupaten Tangerang di Timur,

Kabupaten Lebak di Selatan, serta Kota Cilegon di Barat.

Secara geografis Kabupaten Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis

karena berada di jalur utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kabupaten

Serang juga dilintasi jalan Negara lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta

api lintas Jakarta-Merak. Selain itu Kabupaten Serang juga merupakan wilayah

transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Page 94: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

76

Luas wilayah Kabupaten Serang adalah 1.467,35 km2. Secara geografis terletak

posisi koordinat antara 105o7’-105

o22’ Bujur Timur dan 5

o50-6

o21’ Lintang

Selatan. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Serang, Sebelah

Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Pandeglang Sebelah Barat :

berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda Sebelah Timur : berbatasan

dengan Kabupaten Tangerang. Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan

wilayah dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai

1.778m di atas permukaan laut. Fisiografi Kabupaten Serang dari arah Utara ke

Selatan terdiri dari wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan

dan pegunungan. Bagian Utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar luas

sampai ke pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang dan Gunung

Batusipat. Di bagian Selatan sampai ke Barat, Kabupaten Serang berbukit dan

bergunung antara lain sekitar Gunung Kencana, Gunung Karang dan Gunung

Gede. Daerah yang bergelombang tersebar di antara kedua bentuk wilayah

tersebut. Hampir seluruh daratan Kabupaten Serang merupakan daerah subur

karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah endapan Alluvial dan batu

vulkanis kuarter. Potensi tersebut ditambah banyak terdapat pula sungai-sungai

yang besar dan penting yaitu Sungai Ciujung, Cidurian, Cibanten, Cipaseuran,

Cipasang dan Anyar, yang mendukung kesuburan daerah-daerah pertanian di

Kabupaten Serang.

Kabupaten Serang terdiri atas 28 kecamatan, yaitu Kecamatan Anyar, Bandung,

Baros, Binuang, Bojonegara, Carenang, Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas,

Ciruas, Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kopo, Kragilan, Kramatwatu, Mancak,

Page 95: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

77

Pabuaran, Padarincang, Pamarayan, Petir, Pontang, Pulo Ampel, Tanara,

Tirtayasa, Tunjung Teja dan Waringin Kurung, yang dibagi lagi atas sejumlah

desa. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Ciruas. Pada tanggal 17 juli 2007

Kabupaten Serang dimekarkan menjadi Kota Serang dan Kabupaten Serang.

Kondisi lahan di Kabupaten Serang terbagi menjadi dua bagian yaitu kawasan

lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya, sebagian besar penggunaan

lahannya terdiri atas persawahan yaitu seluas 54.145,40 Ha yang terdiri dari

sawah tadah hujan seluas 31.079 ha, sawah irigasi seluas 23.066.40 Ha, yang

sebagian besar berada di Serang Bagian Utara yang membentang mulai dari

Kecamatan Kramatwatu Bagian Utara, Kasemen, Pontang, Tirtayasa dan Tanara.

Tegalan seluas 39.912,35 Ha tersebar diseluruh Kabupaten Serang, kebun

campuran seluas 39.159,10 Ha yang sebagian besar berada di Wilayah Serang

bagian Selatan diantaranya Kecamatan Petir, Tunjung Teja, Baros, Curug,

Pabuaran, Padarincang, Ciomas, Gunungsari, Mancak dan Kecamatan Cinangka,

perkampungan seluas 20.121,97 Ha yang tersebar di seluruh Kabupaten Serang,

perumahan seluas 8.680 Ha, dan jasa seluas 3.305,26 Ha sebagian besar

terkonsentrasi di Wilayah Kota Serang dan Kramatwatu, sehingga luas lahan

budidaya secara keseluruhan sejumlah 106.043,01 Ha.

Kawasan lindung di Kabupaten Serang tersebar di seluruh wilayah, yang meliputi

sempadan sungai dan sempadan pantai, sedangkan kawasan lindung selain

sempadan sungai dan pantai, terdapat diwilayah Serang Selatan dan Utara yaitu

diwilayah Ciomas, Padarincang, Mancak dan Kramatwatu, sedangkan diwilayah

Utara terdapat di Kecamatan Bojonegara dan Puloampel. Perkembangan yang

Page 96: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

78

terjadi terhadap keberadaan hutan lindung ini mengalami penurunan, sehingga

diperkirakan telah terjadi penyusutan luas hutan lindung 4361,79 ha dari 17906,61

ha menjadi tinggal 13544,82 ha.

Kabupaten Serang memiliki lahan pertanian sangat luas yang dikelola oleh

masyarakat. Memberikan hasil pertanian yang beragam seperti buah-buahan

pisang, mangga, rambutan dan durian untuk konsumsi lokal dan memasok

kebutuhan buah kota Jakarta. Serang juga memiliki perkebunan rakyat yang

menghasilkan kelapa, kacang tanah, melinjo, kopi, cengkeh, lada, karet, vanili,

kakao dan bumbu-bumbu. Juga untuk memenuhi kebutuhan lokal serta lebih

banyak untuk memasok kebutuhan Jakarta.

Di sektor industri, terdapat dua Zona Industri yaitu Zona Industri Serang Barat

dan Zona Industri Serang Timur . Zona Industri Serang Barat terletak di

Kecamatan Bojonegara, Pulo Ampel dan Kramatwatu dengan luas total 4.000 Ha

berada disepanjang pantai Teluk Banten untuk pengembangan industri mesin,

logam dasar, kimia, maritim dan pelabuhan. Sedangkan Zona industri Serang

Timur terletak di Kecamatan Cikande, Kibin, Kragilan dan Jawilan dengan luas

kawasan industri 1.115 Ha. Terdapat beberapa kawasan industri seperti Nikomas

Gemilang, Indah Kiat dan Cikande Modern. Total perusahaan industri besar dan

sedang di Kabupaten Serang sebanyak 145 perusahaan.

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Serang memiliki sumberdaya

sangat potensial, diantaranya: ikan, udang, molusca, terumbu karang, ranjungan,

bahan tambang dan mineral, wisata serta jasa lingkungan lainnya. Kekayaan dan

Page 97: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

79

sumberdaya laut lainnya memiliki nilai ekonomis penting dan strategis dalam

perekonomian lokal, regional, nasional, dan internasional. Untuk meningkatkan

nilai ekonomi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten

Serang, diperlukan konsep dan strategi pengelolaan secara profesional dan

berkelanjutan dengan melibatkan berbagai instansi teknis terkait, disertai peran

serta dunia usaha dan partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten

Serang semakin beragam seiring dengan semakin meningkatnya berbagai kegiatan

pembangunan, yang diikuti dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang

bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan

pembangunan di wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil disertai dengan berbagai

peruntukannya seperti pemukiman, perikanan, pertanian, pariwisata,

perhubungan, dan lain sebagainya, maka semakin meningkat pula tekanan

eksploitasi terhadap ekosistem dan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

4.1.2 Deskripsi Wilayah Kecamatan Tirtayasa

Kecamatan Tirtayasa memiliki luas 53,19 Km² dari luas Kabupaten

Serang, dengan batas-batas Kecamatan sebagai berikut :

Sebelah utara : Laut Jawa

Page 98: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

80

Sebelah Selatan : Kecamatan Pontang

Sebelah Barat : Kecamatan Pontang

Sebelah Timur : Kecamatan Tanara

Ibu Kota Kecamatan Tirtayasa terletak pada jarak 30 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Serang dan juga Ibu Kota Provinsi Banten. Bentuk topografi wilayah Kecamatan

Tirtayasa sebagian besar merupakan dataran rendah, dengan ketinggian rata-rata

kurang dari 5 meter dari permukaan laut.

Secara administrasi Wilayah Kecamatan Tirtayasa terdiri dari 14 Desa, yang

terbagi menjadi 42 Rukun Warga (RW), dan 132 Rukun Tetangga (RT). Dengan

jumlah penduduk sebanyak 42.374 jiwa, yang terdiri dari 21.113 jiwa penduduk

laki-laki dan 21.261 jiwa penduduk perempuan. Adapun nama-nama Desa yang

ada di Kecamatan Tirtayasa adalah sebagai berikut:

Page 99: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

81

Tabel 4.1

Nama Desa di KecamatanTirtayasa

Desa Uraian

Luas Wilayah (KM²) Pantai/Pesisir Dataran

1. Tengkurak

2. Tirtayasa

3. Laban

4. Puser

5. Samparwadi

6. Sujung

7. Kebon

8. Kebuyutan

9. Kemanisan

10. Pontang Legon

11. Susukan

12. Alang-alang

13. Lontar

14. Wargasara

4,15

2,30

2,31

1,55

2,21

9,45

2,45

2,18

1,80

3,22

9,10

4,65

5,45

2,37

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, 2013

Kecamatan Tirtayasa yang letaknya di jalur pantura, mempunyai nilai strategis

untuk mengembangkan budidaya perikanan, dengan luas lahan tambak 2.024 Ha

dan mempunyai luas laut yang memadai. Walaupun sebagian penduduk di

Kecamatan Tirtayasa masih di Dominasi oleh sektor Pertanian (padi sawah)

dengan luas lahan persawahan 2.493 Ha.

4.1.3 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan

Tirtayasa Kabupaten Serang. Dimana Desa Lontar memiliki luas 5,45 Km² dan

merupakan salah satu Desa yang termasuk wilayah pesisir yang ada di Kecamatan

Tirtayasa. Kawasan pesisir memiliki kekayaan dan kebhinekaan sumberdaya alam

yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat wilayah pesisir tersbut,

Page 100: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

82

pihak swasta, maupun Pemerintah Daerah setempat jika dikelola dengan baik dan

optimal.

Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir lautan secara garis besar

dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut,

serta sumber daya perikanan laut. Sedangkan Sumber daya tidak dapat pulih (non-

renewable resource) meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral

terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya minyak, gas) B (mineral

vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit) C (mineral, industri, termasuk bahan

bangunan dan galian seperti granit dan pasir). Dan Jasa-jasa lingkungan

(environment service) meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi

dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana

pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengatur

iklim (climate regulator), kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi), dan

sistem penunjang.

Masyarakat Desa Lontar sebagian bahkan hampir seluruhnya merupakan bermata

pencaharian sabagai nelayan. Dimana nelayan tersebut terbagi menjadi kedalam

tiga jenis, yaitu nelayan tangkap, nelayan tambak, dan nelayan budidaya rumput

laut. Desa Lontar memiliki banyak potensi untuk dikembangkan yaitu adanya

tambak ikan, rumput laut, tempat wisata umum, dan memiliki Tempat Pelelangan

Ikan sebagai sarana jual beli ikan para nelayan tangkap.

Page 101: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

83

Di Desa Lontar juga terdapat pemanfaatan atau pengelolaan sumberdaya pasir,

baik yang dilakukan oleh pihak swasta maupun oleh masyarakat lokal sekitar

pesisir Lontar. Penambangan pasir ini menimbulkan banyak pertentangan dan

perbedaan pendapat didalam masyarakat. Karena penambangan pasir yang

dilakukan baik oleh pihak swasta ataupun masyarakat tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan lingkungan wilayah pesisir Desa Lontar karena

penambangan pasir termasuk kedalam jenis penambangan galian C, dimana

sumberdaya yang dikelola tersebut (pasir) termasuk kedalam kategori sumberdaya

tidak dapat pulih (non-renewable resource).

Pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar masih belum optimal. Hal tersebut

dapat terlihat dari tujuan pengelolaan wilayah pesisir yang belum terwujud.

Tujuan utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat pesisir itu sendiri. Desa Lontar memiliki banyak potensi

namun berdasarkan data dari Kecamatan Tirtayasa, Desa Lontar merupakan desa

yang memiliki Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM)

terbanyak dibandingkan Desa lain yang ada di Kecamatan Tirtayasa yaitu

sebanyak 527 KK (Kepala Keluarga) pada tahun 2013. Dan data tersebut

bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

4.1.4 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Serang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serang mempunyai tugas

pokok memimpin, merencanakan, mengatur melaksanakan dan mengawasi

penyelenggaraan sebagian tugas Pemerintah Daerah di Bidang Perencanaan

Page 102: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

84

Pembangunan Daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan sebagian tugas

Pemerintah Daerah di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Pengaturan penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah di bidang

Perencanaan Pembangunan.

3. Pelaksanaan penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah di bidang

Perencanaan Pembangunan Daerah.

4. Pengawasan penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah di bidang

Perencanaan Pembangunan Daerah; dan

5. Pelaksanaan tugas tambahan.

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang Kelautan

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Merumuskan dan menetapkan Visi dan Misi Badan;

2. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan;

3. Merumuskan dan menetapkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD);

4. Merumuskan dan menetapkan Rencana Kerja (RENJA) Badan

5. Merumuskan Penetapan Kinerja (TAPKIN) Badan;

6. Merumuskan dan menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan;

7. Merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Badan;

Page 103: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

85

8. Merumuskan dan menetapkan Kebijakan teknis di bidang Perencanaan

Pembangunan Daerah;

9. Merumuskan dan menetapkan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Badan;

10. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk dan bimbingan kepada

bawahannya;

11. Mengkoordinasikan unit satuan kerja bawahannya;

12. Memberikan pelayanan urusan Pemerintahan Daerah di bidang

Perencanaan Pembangunan Daerah;

13. Menandatangani dokumen penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di

bidang Perencanaan Pembangunan Daerah;

14. Mengelola administrasi kepegawaian, keuangan, dan aset daerah di

Badan;

15. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dengan SKPD terkait;

16. Melaksanakan fasilitas dan konsultasi dalam upaya menyelesaikan

permasalahan terkait bidang Perencanaan Pembangunan Daerah;

17. Melaksanakan sosialisasi sesuai dengan lingkup tugasnya;

18. Melaksanakan konsultasi dengan atasannya dan Instansi Pemerintah

yang lebih tinggi;

19. Menyusun evaluasi hasil Rencana Kerja Badan;

20. Menyusun Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)

Badan;

21. Menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Badan;

Page 104: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

86

22. Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Badan;

23. Melakukan pengawasan dan pengendalian pada setiap tahapan

pelaksanaan tugas dan fungsi;

24. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

sesuai bidangnya;

25. Melaksanakan tugas kedinasan lain dalam kapasitas sebagai tim dan

kepanitiaan lintas SKPD.

4.1.5 Gambaran Umum Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang

Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Serang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur,

melaksanakan, dan mengawasi, Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah di

bidang Sumberdaya Kelautan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud, Bidang Kelautan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan rencana kebijakan penyelenggaraan tugas

Pemerintahan Daerah di bidang Sumberdaya Kelautan;

2. Pengaturan penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah di

bidang Sumberdaya Kelautan;

3. Pelaksanaan penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah di

bidang Sumberdaya Kelautan;

Page 105: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

87

4. Pengawasan penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah di

bidang Sumberdaya Kelautan; dan

5. Pelaksanaan tugas tambahan.

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang Kelautan

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyiapkan bahan perumusan Visi dan Misi Dinas di Bidangnya;

2. Menyiapkan bahan perumusan Rencana Strategis (RENSTRA)

Dinas di Bidangnya;

3. Menyusun Rencana Kerja (RENJA) Dinas di Bidangnya;

4. Menyiapkan bahan perumusan Penetapan Kinerja (TAPKIN)

Dinas di Bidangnya;

5. Menyiapkan bahan perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Dinas di Bidangnya;

6. Menyiapkan bahan perumusan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Dinas di Bidangnya;

7. Menyiapkan bahan perumusan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Dinas di Bidangnya;

8. Menyiapkan bahan Kebijakan teknis di bidangnya;

9. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) di bidangnya;

10. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk dan bimbingan

kepada bawahannya;

11. Mengkoordinasikan unit satuan kerja bawahannya;

Page 106: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

88

12. Melaksanakan pelayanan urusan Pemerintahan Daerah di bidang

Kelautan yang meliputi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan

Pulau-pulau Kecil; Penangkapan Ikan; dan Pengawasan dan

Pengendalian

13. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

sesuai bidangnya; dan

14. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya dalam kapasitas sebagai

tim dan atau kepanitiaan lintas SKPD.

Bidang Kelautan sebagaimana dimaksud, membawahi beberapa Seksi sebagai

berikut:

1. Seksi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-pulau Kecil.

2. Seksi Penangkapan.

3. Seksi Pengawasan dan Pengendalian.

4.2 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil

penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan tekhnik

analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Peneliti menggunakan

teori pegelolaan wilayah pesisir secara terpadu menurut Dahuri (2008:12), teori

tersebut menggambarkan beberapa indikator dalam manajemen yaitu planning

Page 107: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

89

(perencanaan), Pelaksanaan, Pengawasan, dan Evaluasi. Kemudian data yang

peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti

peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan orang

yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini

kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui

alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah

catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti

dapatkan baik dari Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Serang yang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis

kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya

berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam

proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan.

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (tiga) sebelumnya, bahwa dalam

prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model

interaktif yang telah dikembangkan oleh Prasetya Irawan, yaitu selama penelitian

dilakukan dengan menggunakan tujuh tahap penting, diantaranya; pengumpulan

data mentah, analisis data dimulai dengan melakukan pengumpulan data mentah,

misalnya dengan wawancara. observasi lapangan, kajian pustaka. Pada tahap ini

dibutuhkan alat-alat pendukung seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. Yang

Page 108: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

90

dicatat adalah data apa adanya (verbatim), tidak diperkenankan untuk

mencampuradukkan pikiran, pendapat, maupun sikap dari peneliti itu sendiri.

Transkip data, pada tahap ini catatan hasil wawancara dirubah kebentuk tertulis

seperti apa adanya (verbatim), bukan hasil pemikiran maupun pendapat pribadi

peneliti. Pembuatan koding, pada tahap ini membaca ulang seluruh data yang

ditranskip.

Baca pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal penting yang

perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data kata kunci ini kemudian

diberi kode. Kategorisasi data, pada tahap ini peneliti mulai “menyedehanakan”

data dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran

yang dinamakan “kategori”. Penyimpulan sementara, membuat penyimpulan

sementara berdasarkan data yang ada tanpa memberi penafsiran dari pikiran

penulis/peneliti. Kesimpulan ini 100% harus berdasarkan data. Jika ingin memberi

penafsiran dari pikiran sendiri maka tuliskan pada bagian akhir kesimpulan

sementara yang disebut dengan Observer’s Comments (OC). Triangulasi, temuan

yang dihasilkan dicek ulang derajat keshahihan dan keandalannya dengan

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memperpanjang masa

penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi.

Sederhananya teknik triangulasi bertujuan untuk memperkuat temuan-temuan,

adalah proses check dan recheck antara satu sumber data dengan sumber data

lainnya. Penyimpulan akhir, apabila temuan yang dihasilkan dari penelitian dapat

terjamin validitas dan reliabilitasnya barulah kemudian membuat penyimpulan

akhir.

Page 109: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

91

Peneliti juga melakukan triangulasi sehingga data yang diperoleh mencapai titik

jenuh. Teknik pengumpulan data dengan triangulasi data yaitu menggabungkan

teknik pengumpulan data interview (wawancara), teknik pengumpulan data

melalui pengamatan langsung di lokus penelitian (observasi) dan teknik

pengumpulan data dokumentasi serta dilengkapi dengan catatan lapangan yang

kemudian diberi kode. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti yaitu triangulasi

sumber, yaitu melakukan wawancara kepada sumber yang berbeda hingga hasil

dari wawancara tersebut mencapai titik jenuh, atau hasil wawancara yang di dapat

dari beberapa sumber tersebut mendapat jawaban yang hampir sama atau bahkan

sama.

4.3 Daftar Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, pemilihan informan penelitiannya

menggunakan tekhnik purposive. Adapun informan-informan yang peneliti

tentukan merupakan orang-orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Karena informan itu sendiri berhubungan langsung dengan masalah

yang sedang diteliti .

Informan penelitian ini selain aparatur pelaksana sebagai key informan yaitu

Kepala Seksi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, Kepala

Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Permukiman, dan Prasarana Wilayah

Page 110: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

92

BAPPEDA Kabupaten Serang, Sekertaris Desa (SEKDES) Desa Lontar,

Karyawan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Desa Lontar, Ketua POKWASMAS

(Kelompok Pengawas Masyarakat) Desa Lontar, dan Ketua Kelompok Usaha

Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar untuk keabsahan data dan untuk

dapat menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun

mengambil informan diluar aparat pelaksana. Informan tersebut diantaranya yaitu

masyarakat yang dibagi menjadi dua yaitu masyarakat nelayan serta masyarakat

bukan nelayan sebagai secondary informan.

Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Kepala Seksi

Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan,

Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, 1 orang Kepala

Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Permukiman, dan Prasarana Wilayah

BAPPEDA Kabupaten Serang, 1 orang Sekertaris Desa (SEKDES) Desa Lontar, 1

orang Karyawan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Desa Lontar, 1 orang Ketua

POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) Desa Lontar, 1 orang Ketua

Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar, 6 orang

masyarakat nelayan, dan 3 orang masyarakat bukan nelayan Desa Lontar sebagai

Secondary Informan.

Page 111: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

93

Tabel 4.2

Keterangan Informan

No Kode informan Nama Jabatan/ pekerjaan Jenis Kelamin

dan Umur

1. I1

Ibu Mumun

Munawaroh, S.Pi,

M.Si.

Kasi Konservasi,

Eksplorasi,

Eksploitasi, dan

Pulau-Pulau Kecil.

Perempuan

46 Tahun

2. I2 Bapak Freddy L

Sinurat, ST, M.Si.

Kepala Sub Bidang

Perencanaan

Pembangunan

Pemukiman, dan

Prasarana Wilayah.

Laki-laki

45 Tahun

3.

I3 Bapak Rusita Sekdes Desa Lontar Laki-laki

43 Tahun

4 I4 Bapak Marsad

Karyawan TPI

(Tempat Pelelangan

Ikan) Desa Lontar

Laki-laki

38 Tahun

5 I5 Bapak Fahruri

Ketua

POKMASWAS

(Kelompok

Masyarakat

Pengawas) Desa

Lontar

Laki-laki

40 Tahun

6 I6 Bapak Yanto S

Ketua KUB

(Kelompok Usaha

Bersama) Bahari Jaya

Bersatu Desa Lontar

Laki-laki

36 Tahun

7. I7-1 Bapak Jaiman

Ketua RW (Nelayan

Rumput Laut)

Laki-laki

46Tahun

8. I7-2 Bapak Asep Nelayan (Rumput

Laut)

Laki-laki

27 Tahun

9 I7-3 Bapak Rosidi .Nelayan (Tangkap) Laki-laki

40 Tahun

10 I7-4 Bapak Nuryanto Nelayan (Tangkap) Laki-laki

31 Tahun

11 I7-5 .Bapak Sidik Nelayan (Tambak) Laki-laki

45 Tahun

12 I7-6 Bapak Jazuli Nelayan (Tambak) Laki-laki

26 Tahun

13 I8-1 Bapak H.Jarnudi Masyarakat (bukan

nelayan)

Laki-laki

43 Tahun

Page 112: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

94

14 I8-2 Ibu Karsinah Masyarakat (bukan

nelayan)

Perempuan

40 Tahun

15 I8-3 Bapak Siman. Masyarakat (bukan

nelayan)

Laki-laki

24 Tahun

(Sumber: Peneliti, 2014)

Informan di atas merupakan informan utama dalam penelitian ini. Adapun data-

data lain yang merupakan sebagai informasi-informasi pelengkap dari informasi

yang telah diberikan oleh informan utama.

4.4 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara

Terpadu menurut Dahuri (2008:12) dimana dalam teori Dahuri proses pengelolaan

ini melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan

(pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah

pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan (integration)

mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Dan

bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama:

perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi.

Page 113: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

95

4.4.1 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

Tahap awal dari proses perencanaan adalah dengan cara mengidentifikasi dan

mendefinisikan isu dan permasalahan yang ada, yang menyangkut kerusakan

sumber daya alam, konflik penggunaan, pencemaran, dimana perlu dilihat

penyebab dan sumber permasalahan tersebut, selanjutnya juga perlu diperhatikan

sumber daya alam dan ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya

dukung, status, tingkat pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budidaya

setempat seperti jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata

pencaharian masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain.

Berdasarkan pendefinisian masalah yang dipadukan dengan informasi tentang

sumber daya alam dan ekosistem serta aspirasi masyarakat selanjutnya disusun

tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berdasarakan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai serta melihat peluang dan kendala yang ada selanjutnya mulai dibuat

perencanaan berupa kegiatan pembangunan dalam bentuk program dan proyek.

Perencanaan yang telah disusun perlu disosialisasikan kembali kepada masyarakat

luas untuk mendapat persetujuan rencana ini baru dimasukkan dalam agenda

pembangunan baik daerah maupun nasional.

Baik di Indonesia maupun di Banten, khususnya Kabupaten Serang sudah

memiliki acuan atau dasar hukum dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir yaitu:

- Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil

Page 114: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

96

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

PER.16/MEN/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil

- Peraturan Bupati Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Strategis

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2011-2030

- Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-

2033

Adapun dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terdapat

pihak-pihak yang terkait, seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi,

Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Untuk pengelolaan pesisir Kabupaten Serang, jadi kita kan sudah menyusun ada

sesuai UU No 27 tahun 2007 ada perencanaan, Rencana Strategis Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K) terus ada Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) nah itu kan pada saat penyusunan itu

kan kita harus mengidentifikasi stakeholder, pihak-pihak terkait itu. Jadi kita

merumuskan satu, ada Instansi Pemerintah bisa Instansi di dalam Pemda

Kabupaten Serang, ada juga Instansi Vertikal (dibawah departemen kelautan,

ada loka wilayah pesisir, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dan UPT

Pelabuhan Perikanan Nusantara). Terus kemudian yang kedua masyarakat, yang

dimaksud masyarakat disini ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kita

libatkan, ada perguruan tinggi yang selama ini juga kita libatkan ada Untirta dan

juga STP, terus ada juga masyarakat langsung disitu kan ada masyarakat pesisir,

untuk di Lontar yaitu nelayan dan pengelola budidaya disana. Pihak swasta tidak

ikut dilibatkan dalam perencanaan karena waktunya khusus dan sifatnya sebentar

dan berganti-ganti sementara untuk penyusunan ini kan butuh waktu setahun dua

tahun.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.15 WIB, Di Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Page 115: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

97

Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat dilihat bahwa dalam penyusunan sebuah

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir terdapat pihak-pihak yang terkait yaitu

Instansi Pemerintah yang terbagi menjadi dua yaitu Instansi Pemerintah Pemda

Kabupaten Serang dan Instansi Pemerintah Vertikal (dibawah Departemen

Kelautan), Kemudian Masyarakat yang juga terbagi menjadi dua yaitu LSM,

Perguruan Tinggi dan masyarakat pesisir. Sedangkan untuk pihak swasta tidak

ikut dilibatkan. Sedikit berbeda dengan Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA

Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Pihak-pihak yang terkait itu ya semua SKPD, semua Dinas yang ada di

Kabupaten Serang itu pasti. Semua stakeholder juga, baik itu pihak swasta, pihak

masyarakat, juga itu untuk perencanaan pengelolaan. Karna yang namanya

perencanaan itu kita menyusun dokumen itu harus dilibatkan masyarakatnya, jadi

istilahnya ada yang namanya konsultasi publik pada saat kita membuat

perencanaan sebelum di finalisasi kita harus melakukan konsultasi publik dengan

masyarakat, perguruan tinggi, LSM, itu pasti ikut serta jadi yang namanya untuk

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir itu semua stakeholder ikut terlibat.

Konsultasi publiknya itu kita memaparkan jadi bentuknya forum, masyarakat kita

undang kita paparkan, ini loh yang namanya kita sudah menyusun perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir nih kedepan seperti ini. Masyarakat bagaimana

apakah sudah sesuai, tapi kita ada aspirasinya yah makanya kita ada penjaringan

informasi. Jadi sebelum dibuat perda, konsultasi publik itu harus.” (Wawancara

dengan I2, 19 Februari 2014, Pukul 15.00 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat dilihat bahwa untuk penyusunan

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pihak-pihak yang terkait adalah Instansi

Pemerintah, Pihak Swasta, dan Masyarakat. Hal tersebut sedikit berbeda dengan

yang dikatakan oleh I1 bahwa pihak swasta tidak ikut dilibatkan dalam pembuatan

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Sedangkan menurut Sekdes Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa “Kalo di perikanan itu yah langsung dengan

orang-orang pelelangan kalo dari perikanan itu kebanyakan dari orang lelang

yang mengelola. Kalo dibidang budidaya, yang mengelola itu kelompok

Page 116: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

98

masyarakat.”. (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.00 WIB, di Desa

Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa pihak yang terkait dalam mengelola

wilayah Pesisir di Desa Lontar terbagi sesuai dengan wilayah yang dikelola oleh

masyarakat yaitu di perikanan langsung dengan orang-orang pelelangan

sedangkan dibidang budidaya, yang mengelola adalah kelompok masyarakat.

Masyarakat pesisir merupakan pihak terpenting karena masyarakat itu sendiri

yang nantinya akan merasakannya secara langsung pengelolaan dari perencanaan

yang sudah ada. Seperti yang diungkapkan oleh Sekdes Desa Lontar, beliau

mengatakan:

“Masyarakat ikut dilibatkan, umpamanya membuat proposal itu kan

pengajuannya dari masyarakat, masyarakat ngajukan ke desa, desa ke

pemerintah, jadi tetap dilibatkan. Toh yang akan menikmati juga masyarakat.”

(Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.03 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa masyarakat Desa Lontar ikut terlibat

dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan cara

mengajukan ke Desa, kemudia Desa ke Pemerintah. Namun lain hal nya

keterangan yang didapatkan dari masyarakat Desa Lontar yang mengungkapkan

bahwa mereka tidak pernah ikut ataupun terlibat dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir. Seperti yang dikatakan oleh Karyawan Tempat

Pelelangan Ikan di Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa “Selama ini kami

melihat dan memandang yah, tidak ada tuh sosialisasi Perda Pengelolaan

Wilayah Pesisir seperti itu, tidak ada.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014,

pukul 11.04 WIB di TPI Desa Lontar)

Page 117: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

99

Berdasarkan wawancara dengan I4 bahwa masyarakat Desa Lontar selama ini

tidak pernah ikut dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir.

Bahkan untuk Peraturan Daerah yang ada saja tidak mengetahuinya. Hal serupa

diungkapkan oleh masyarakat (nelayan), bahwa mereka tidak ikut dilibatkan

dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir, beliau mengatakan

bahwa “Gak tau sih gak ada, mungkin pihak Desa kali kalo itu mah.”

(Wawancara dengan I7-1, 26 Januari 2014, pukul 09.01 di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-1 bahwa masyarakat Desa Lontar tidak ikut

dilibatkan, padahal masyarakat merupakan elemen penting dalam pembuatan

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir karena dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan kepentingan dan kebutuhan

masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi

dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Jadi gini, dokumen itu pada saat disusun sudah melibatkan masyarakat. Tadi itu

ya perwakilan LSM dari kampus seperti itu. Nah setelah disusun, dalam konsep

penyusunan itu kita libatkan, kita ada konsultasi publik. Dengan adanya

konsultasi publik itu kita tau sesuai gak itu dengan keinginan masyarakat nah itu

kita koordinasikan, kalau ada masukan-masukan itu kita akomodir, bahkan

pertemuan itu tidak hanya sekali jadi pertemuan itu beberapa kali gitu. Setelah

sesuai dengan keinginan masyarakat, sesuai juga dengan aturan-aturan yang

memang ada di kita baik aturan Pemerintah Daerah maupun aturan Pemerintah

Pusat baru itu dijadikan peraturan di kita ada yang Perda ada yang Peraturan

Bupati. Bahkan untuk yang rencana strategis kita itu langsung turun ke

kecamatan-kecamatan dan mengumpulkan masyarakat. Jadi visi dan misi itu

masukan dari mereka. Nah programnya itu kita yang mendetilkannya dan

membahasakannya.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.18 WIB,

Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang)

Page 118: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

100

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa setelah perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir disusun, kemudian ada nya konsultasi publik untuk mengetahui

sudah sesuai atau belum dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat pesisir. Dan

masukan-masukan dari masyarakat yang ada akan diakomodir. Adapun yang ingin

dicapai dari pengelolaan wilayah Pesisir di Desa Lontar sudah tercantum di dalam

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun

2013-2033. Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi

dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Nah itu kita kan seperti yang ada di undang-undang no 27 tahun 2007 itu kan

kita ada empat dokumen perencanaan yang harus dibuat oleh masing-masing

kabupaten/kota yang punya pesisir, nah dokumen pertama yang harus dibuat itu

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K). Renstra

pesisir itu kita sudah buat masuk di Perbub no 14 tahun 2011, nah disana ada

visi, misi, strategi, sasaran dan program ada disana. Jadi itu lah tujuan yang

ingin kita capai gitu. Isinya ada disana semua. Caranya kita membuat turunan-

turunan, sekarang ada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP3K) itu pengaturannya dimulai dari sana jadi visi yang ingin dicapai dan

tujuan itu udah ada di RZWP3K.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul

11.20 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa yang ingin dicapai dari pengelolaan

wilayah Pesisir di Kabupaten Serang dan Desa Lontar sudah tercantum didalam

visi dan misi Peraturan Daerah Kabupaten Serang yaitu didalam Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033.

Sedangkan menurut Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang,

beliau mengatakan bahwa:

“Kalo perencanaan pembangunan itu dikatakan baik, ada tahapannya yaitu

perencanaan, ada pelaksanaan, trus ada monitoring nanti pengawasan, terus ada

Page 119: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

101

evaluasi nah gitu jadi kalo misalnya ya perencanaan sampai dengan pelaksanaan

itu sesuai dengan target, sesuai dengan output yang diinginkan itu berarti sudah

perencanaan yang baik. Jadi apa yang kita impikan, apa yang kita targetkan,

outputnya pas waktu pelaksanaan terealisasi itu perencanaannya sudah baik.

Tapi kalo target tidak tercapai belum tentu juga perencanaannya gak baik, liat

juga kendala-kenadalanya apa, hambatannya apa, jadi istilahnya mah

perencanaan itu mah butuh pengawasan butuh kontrol, saat kontrol itu kita

melihat keadaan dilapangan gimana nanti diakhirnya kalo memang mencapai

target itu perencanaannya sudah baik, tapi kalo tidak sesuai dan tidak tercapai

berarti perencanaannya tidak baik.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014,

Pukul 15.10 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa yang ingin dicapai dari pengelolaan

wilayah pesisir harus sesuai dengan tahap-tahap pengelolaan, yaitu dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasi. Dan didalam

melaksanakan ke empat tahap tersebut perlu adanya keterpaduan dari berbagai

sektor seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan

Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Ya, sangat perlu makanya disana kenapa kita mengidentifikasi stakeholder

karena kita memang harus terpadu gitu. Untuk di undang-undang saja sudah

mensyaratkan itu, didalam undang-undang no 27 itu ketua nya bukan Kepala

Dinas Kelautan dan Perikanan, ketua tim nya adalah Kepala BAPPEDA jadi

disini sudah mengindikasikan bahwa ini untuk mencakup seluruh stakeholder

terutama untuk yang di Pemda yang punya kebijakan-kebijakan dari masing-

masing kementrian, masing-masing departemen, masing-masing dinas disatukan

disana. Jadi kalo misalkan kita liat di rencana zonasi itu kita coba memasukkan

ada orang dinas perhubungan, dinas pariwisata. Disini kita anggotanya juga ada

BPBD untuk potensi kebencanaan, Dinas Tata Ruang dimana harus singkron

dengan RTRW, terus karena ada potensi pariwisata kita juga ada Dinas

Pariwisata. Ada juga masukan dari Universitas, dia terkait kajian keilmuannya.”

(Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.23 WIB, Di Dinas Kelautan,

Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa sangat perlu adanya keterpaduan dalam

perencanaan dari berbagai sektor dengan cara mengidentifikasi seluruh

stakeholder terutama untuk yang di Pemerintahan daerah Kabupaten Serang yang

Page 120: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

102

memiliki kebijakan-kebijakan dari masing-masing Kementrian, masing-masing

Departemen, dan masing-masing Dinas disatukan. Hal yang sama pun dikeluarkan

oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau

mengatakan bahwa:

“Iya harus keterpaduan itu ya jadi istilahnya dokumen perencanaan ya kan kalo

kita di BAPPEDA ini dokumen perencanaan itu bisa disusun apabila sudah

melibatkan berbagai sektor. Jadi misalnya nih seperti ini kalo kita mempunyai

dokumen perencanaan mau mengelola pesisir, kan bukan cuma BAPPEDA bukan

hanya Dinas Kelautan tapi ada yang namanya aspek ekonomi, aspek sosial,

kemasyarakatan, aspek lingkungannya juga harus diperhatikan. Makanya perlu

keterpaduan dari berbagai sektor jadi untuk mengelola pesisir ini misalnya

bagaimana biar pengelolaannya bagus berarti kan sosialisasi ke masyarakatnya

harus bagus, gimana supaya pengelolaan cara hidup mereka disana untuk pesisir

itu lebih bagus lagi.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul 15.12 WIB

Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa perlu adanya keterpaduan perencanaan

dari berbagai sektor dan berbagai aspek sehingga pengelolaan yang akan

dilaksanakan berjalan dengan baik.

Dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan

kepentingan dan kebutuhan masyarakat agar program yang direncanakan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan fokus dalam membantu masyarakat untuk

mensejahterakan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan oleh Kasi

Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau

mengatakan:

“Jadi gini, dokumen itu pada saat disusun sudah melibatkan masyarakat. Tadi itu

ya perwakilan LSM dari kampus seperti itu. Nah setelah disusun, dalam konsep

penyusunan itu kita libatkan, kita ada konsultasi publik. Dengan adanya

konsultasi publik itu kita tau sesuai gak itu dengan keinginan masyarakat nah itu

Page 121: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

103

kita koordinasikan, kalau ada masukan-masukan itu kita akomodir, bahkan

pertemuan itu tidak hanya sekali jadi pertemuan itu beberapa kali gitu. Setelah

sesuai dengan keinginan masyarakat, sesuai juga dengan aturan-aturan yang

memang ada di kita baik aturan Pemerintah Daerah maupun aturan Pemerintah

Pusat baru itu dijadikan peraturan di kita ada yang Perda ada yang Peraturan

Bupati. Bahkan untuk yang rencana strategis kita itu langsung turun ke

kecamatan-kecamatan dan mengumpulkan masyarakat. Jadi visi dan misi itu

masukan dari mereka. Nah programnya itu kita yang mendetilkannya dan

membahasakannya.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.25 WIB,

Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa untuk membuat perencanaan wilayah

pesisir ada konsultasi publik dimana masyarakat dapat memberikan masukan-

masukan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang

kemudian selanjutnya Pemerintah Kabupaten Serang yang terkait menyusun dan

membuat kedalam program di dalam Peraturan Daerah. Sama halnya dengan yang

dikatakn oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang,

beliau mengatakan bahwa:

“Ya harus sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Untuk membuat acuan

untuk pengelolaan sumberdaya pesisir itu kita kan harus liat masyarakatnya juga

disana jangan sampai kita membuat perencanaan pengelolaan pesisir itu bertolak

belakang dengan apa yang ada disana gitu. Sebelum kita membuat dokumen

perencanaan kita lihat dulu kondisi existing nya disana itu seperti apa,

masyarakat kehidupannya bagaimana, bagaimana kita juga bisa

mempertahankan malah dokumen perencanaan itu sifatnya kan lebih kepada

memperbaiki apa yang ada gitu. Gimana supaya lebih baik lagi kedepan, jadi kita

tidak merubah secara total mah engga, kita liat juga existing nya seperti apa kalo

memang existing nya itu bagus untuk masa depan kenapa engga kita ikutin gitu,

tapi kalo yang namanya existing nya banyaknya pencemaran ya memang itu kita

harus tindak, kita arahkan.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul

15.14 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan

masyarakat dan jangan sampai bertolak belakang dengan kondisi masyarakat,

Page 122: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

104

serta potensi yang ada diwilayah pesisir tersebut. Sama halnya dengan yang

dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar, beliau

mengatakan “Iya, kalo dilihat dari program-program termasuknya dari tahun-

tahun yang lalu ya memang itu bantuan dari DKP tergantung dari permintaan

masyarakat. Tapi ya semua nya kembali lagi kepada masyarakat dalam

pengelolaannya bisa terus berjalan atau tidak.” (Wawancara dengan I4, 16

Februari 2014, pukul 11.06 WIB di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 bahwa program-program dari Pemerintah

selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat tapi dalam pengelolaannya

berjalan baik atau tidak tergantung dari masyarakat itu sendiri. Dan dalam

pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berorientasi kepada

masa depan/ berkelanjutan agar tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dapat

tercapai tanpa harus merusak atau menghabiskan sumber daya pesisir yang ada.

Seperti yang dikatakan oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten

Serang, beliau mengatakan:

“Untuk membuat acuan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir itu kita kan harus

liat masyarakatnya juga disana jangan sampai kita membuat perencanaan

pengelolaan pesisir itu bertolak belakang dengan apa yang ada disana gitu.

Sebelum kita membuat dokumen perencanaan kita lihat dulu kondisi existing nya

disana itu seperti apa, masyarakat kehidupannya bagaimana, bagaimana kita

juga bisa mempertahankan malah dokumen perencanaan itu sifatnya kan lebih

kepada memperbaiki apa yang ada gitu. Gimana supaya lebih baik lagi kedepan,

jadi kita tidak merubah secara total mah engga, kita liat juga existing nya seperti

apa kalo memang existing nya itu bagus untuk masa depan kenapa engga kita

ikutin gitu, tapi kalo yang namanya existing nya banyaknya pencemaran ya

memang itu kita harus tindak, kita arahkan. Kemudian harus berkelanjutan,

namanya pembangunan semuanya harus berkelanjutan tidak boleh putus disuatu

saat, harus berkelanjutan gitu.” (Wawancara dengan I2, 19 Februari 2014, Pukul

15.17 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Page 123: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

105

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa dalam membuat perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir itu harus berkelanjutan jangan sampai bertolak

belakang dengan kondisi existing yang ada di daerah tersebut. Jika baik bagi

daerah dan lingkungannya maka akan diteruskan namun jika tidak baik dan

mengakibatkan banyaknya pencemaran dan kerusakan lingkungan tidak boleh

diteruskan karena akan menghambat bagi jalannya perencanaan

pengelolaan/program yang lain. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir juga

harus berorientasi kepada masa depan atau berkelanjutan seperti yang dikatakan

oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang

Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang, beliau mengatakan:

“Ya Insyaallah iyah, jadi kan kita balik lagi ke visi misi. Disini visi Kabupaten

Serang wilayah pesisirnya itu yah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

produktif, adil, mandiri, dan berwawasan lingkungan jadi kita pikir itu udah

menunjukkan bahwa kita produktif jadi tidak hanya kita membiarkan tapi kita

juga menghasilkan. Adil, itu kita artinya adil kepada masyarakat juga dan adil itu

untuk seluruh stakeholder jadi industri tidak merasa dirugikan, masyarakat tidak

merasa dirugikan jadi kita bisa bersinergi untuk itu. Mandiri, jadi kita tidak

ketergantungan dengan orang lain gitu, terutama untuk nelayan. Kita inginnya

masyarakat pesisir itu mandiri. Dan yang terakhir berwawasan lingkungan itu

yah harus berkelanjutan atau berorientasi kepada masa depan.” (Wawancara

dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.28 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa perencanaan wilayah pesisir haruslah

memiliki visi misi yang salah satunya adalah berwawasan lingkungan dimana

perencanaan wilayah pesisir harus berorientasi kepada masa depan atau

berkelanjutan. Namun sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh Sekdes

Desa Lontar, beliau mengatakan:

Page 124: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

106

“Yang sudah ada masih memperhatikan lingkungan seperti rumput laut

disamping kita membudidaya dan juga menguntungkan sebagai rumah-rumah

ikan, itu kan juga sudah menjurus ke masa depan juga. Tapi kaya nya kalo untuk

pengelolaan pasir (penambangan pasir) itu hanya untuk jangka pendek karena

tinggal tunggu waktunya akan habis. Sebenarnya tadi nya sawah karena

kendalanya di air, jadi dialihfungsikan menjadi tambak, dan pasirnya

dimanfaatkan.” (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.05 WIB, di

Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa dalam perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir selama ini sudah ada yang bersifat atau berorientasi kepada masa depan

dan berkelanjutan seperti membudidayakan rumput laut, namun masih ada juga

yang belum seperti adanya penambangan pasir. Sama hal nya dengan yang

disampaikan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar, beliau

mengatakan bahwa:

“Memang mestinya mah orientasinya orientasi ke depan yah, untuk rumput laut

jelas merupakan salah satu produk yang sangat membantu potensi yang sangat

membantu buat perekonomian masyarakat namun lagi-lagi dalam hal ini kita

kembalikan lagi ke bagian budidaya nya, tergantung kegigihan dari masyarakat.

Kalo untuk pengelolaan pasir itu sangat kontroversi dilingkungan masyarakat,

pengelolaan pasir nya kan ada dua, ada yang dilaut dan yang di darat, itu mah

gak berorientasi kepada masa depan karena berakibat terjadinya kerusakan di

pesisir Lontar. Dilihat dari pengelolaan hanya sekelompok orang, tidak untuk

kebutuhan masyarakat menyeluruh.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014,

pukul 11.09 WIB di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 bahwa dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir seharusnya berorientasi kepada masa depan dan

dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar sudah menuju ke

arah orientasi masa depan, namun masih ada yang belum berorientasi kepada

masa depan.

Adapun dalam pembuatan perencananaan terdapat hambatan-hambatan.

Konsultasi publik dan menampung aspirasi dari masyarakat merupakan masalah

Page 125: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

107

yang cukup sulit dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir,

Seperti yang dikatakan Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten

Serang, beliau mengatakan:

“Kalo hambatan-hambatan itu sebenarnya tidak terlampau banyak ya, yang

cukup berarti pun gak ada paling hanya masalah menampung aspirasi.

Menampung aspirasi itu kan bukan berarti serta merta kita semua aspirasi tuh

masuk ke dokumen perencanaan, kita juga kan harus milah-milah mana nih yang

menjadi prioritas karena dokumen perencanaan itu kan punya umur juga berapa

tahun. Yang menjadi prioritas juga harus kita liat kemudian mana yang memang

sesuai dengan keadaan di lapangan. Ada aspirasi masyarakat karena memang

ketidaktauan mereka, ketidakmengertian mereka, itu kan mereka masukin saja

tapi begitu kita berikan pehaman ternyata gak cocok, jadi kita berikan pehaman

harus seperti ini, penggunaan ruang disana juga kan harus sesuai dengan

peraturan-peraturan yang berlaku. Jadi paling hambatannya sih ya itu doang

memberikan pengertian kepada masyarakat itu gak segampang membalikan

telapak tangan harus pelan-pelan makanya perlu sosialisasi terus menerus.”

(Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul 15.13 WIB Di BAPPEDA

Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa masyarakat dalam mengaspirasikan

pendapatnya kurang memahami dan kurang mengerti apakah yang mereka

inginkan tersebut cocok atau tidak dengan wilayah pesisir. Dan apakah

merupakan prioritas atau bukan. Hal tersebut merupakan hambatan bagi

Pemerintah Kabupaten dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir. Sedangkan menurut Sekdes Desa Lontar beliau mengatakan bahwa:

“Di dalam Perda, pesisir Desa Lontar termasuk kedalam tempat wisata umum,

namun hambatannya kurangnya pengelolaan dan pendanaan, jadi tempat wisata

nya ini gak bisa berkembang. Kemudian air lautnya dan tanahnya dangkal, jadi

gak bisa buat berenang. Pernah ada dari pihak perorangan dikelola dibuatkan

pendopo/saung segala macam tapi karena tidak memiliki izin akhirnya ditegur

pemerintah untuk mengurus perizinan tapi pihak tersebut tidak meneruskan dan

akhirnya menjadi terbengkalai. Dari pihak Pemerintah belum ada pengelolaan.

Dari pihak Desa sudah sering mengajukan untuk dilakukan pengelolaan dan

bantuan dari Pemerintah tapi tidak ada tindak lanjutnya. Cuma rencana-rencana

doang.” (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.07 WIB, di Desa

Lontar)

Page 126: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

108

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa hambatan dalam perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar adalah dalam hal anggaran atau

pendanaan sehingga wilayah pesisir Desa Lontar tidak dapat berkembangan.

Berdasarkan uraian di atas yang terdapat pada indikator Perencanaan Pengelolaan

Wilayah Pesisir Desa Lontar, bahwa Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di

Kabupaten Serang masih belum maksimal yaitu yang tercantum di dalam

Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Strategis Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2011-2030 dan Peraturan

Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033.

Dikatakan belum maksimal karena untuk Desa Lontar, masyarakat lokal/pesisir di

Desa Lontar tidak ikut serta dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir, dimana dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir

seluruh stakeholder harus terlibat didalamnya dan masyarakat merupakan pihak

yang paling penting untuk memberikan masukan dalam pembuatan perencanaan

wilayah pesisir Kabupaten Serang, terutama untuk wilayah pesisir Desa Lontar.

Dengan tidak terlibatnya masyarakat Desa Lontar dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir mengakibatkan masyarakat tidak mengetahui

perencanaan yang akan dilakukan di Desa mereka, dan perencanaan yang dibuat

masih kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa Lontar. Kurang

sesuainya program yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang dengan

potensi yang dimiliki oleh Desa Lontar yaitu Desa Lontar masuk kedalam wilayah

zona pertambangan sedangkan pesisir Desa Lontar sendiri sudah mengalami

Page 127: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

109

abrasi. Tidak ikut sertanya masyarakat dikarenakan kurangnya komunikasi dan

koordinasi yang baik antara masyarakat Desa Lontar dengan pihak aparat Desa

Lontar. Sehingga perencanaan yang dibuat merupakan perencanaan top down.

4.4.2 Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

Pada tahap pelaksanaan diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat

didalamnya, seperti masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping lapangan dan

pihak lainnya. Pada tahap implementasi/pelaksanaan ini juga diperlukan

kesamaan persepsi antara masyarakat lokal dengan lembaga atau orang-orang

yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat benar-benar

memahami rencana yang akan dilaksanakan.

Selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan

stakeholder yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego

sektoral. Dalam hal ini diperlukan adanya lembaga pelaksana yang melibatkan

semua pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah Daerah, masyarakat lokal,

Investor/swasta, Instansi Sektoral, Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM). Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi,

Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Jadi gini, pengelolaan wilayah pesisir itu kan kalo bisa menyeluruh ya,

menghasilkan tapi juga berwawasan lingkungan. Nah kita existing di Lontar itu

kan sebetulnya masuk kedalam wilayah abrasi. Memang sudah ada upaya dari

pemerintah itu membangun penahan gelombang, sudah banyak juga dari elemen

masyarakat, pemerintah juga yang menanam mangrove. Itu merupakan program

dari pemerintah ada juga program dari swasta agar tidak terjadi abrasi, namun

program tersebut terganggu dan terhambat oleh adanya penambangan pasir di

Page 128: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

110

darat yang dilakukan oleh masyarakat dan tidak memiliki izin.” (Wawancara

dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.30 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa adanya ketidakterpaduan antara

Pemerintah dengan sebagian Masyarakat Desa Lontar dalam melakukan kegiatan

nya di wilayah pesisir Desa Lontar. Pemerintah berusaha untuk menanggulangi

abrasi yang ada namun terhambat oleh penambangan pasir darat di pesisir Desa

Lontar yang dilakukan oleh masyarakat yang belum memiliki izin. Peran serta

masyarakat sangat diperlukan agar perencanaan yang telah dibuat bisa berjalan

dengan baik. Di Desa Lontar peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah

pesisir selain adanya penambangan pasir juga ada pengelolaan sumberdaya pesisir

lainnya, dan sudah cukup baik seperti yang dikatakan oleh Karyawan Tempat

Pelelangan Ikan Desa Lontar, beliau mengatakan:

“Kalo peran dari masyarakatnya sih memang Alhamdulillah yah masyarakat itu

karena melihat potensi alamnya yang luar biasa akhirnya ya bahu membahu

mengerjakan ini itu, yang penting dapet duit. Peran serta masyarakat sangat

maksimal kalo musimnya ikan, mereka ikut nangkep ikan. Tapi tetep mengelola

rumput laut. Ada disini juga masyarakat menanam mangrove.” (Wawancara

dengan I4, 16 Februari 2014, Pukul 11.15 WIB, di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat dilihat bahwa peran serta

masyarakat dalam mengelola sumberdaya pesisir sudah cukup baik seperti

menjadi nelayan tangkap, membudidaya rumput laut, dan menanam mangrove.

Selain pengelolaan sumberdaya hayati seperti yang disebutkan tadi, di wilayah

Desa Lontar juga terdapat pengelolaan sumberdaya pesisir non hayati yang

menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan di pesisir Desa Lontar yaitu

adanya penambangan pasir darat oleh masyarakat yang tidak memiliki izin/ilegal

Page 129: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

111

dan penambangan pasir laut oleh pihak swasta. Seperti yang dikatakan oleh

Karyawan Tempat Pelelangan Ikan, beliau mengatakan bahwa:

“Kalo untuk pengelolaan pasir itu sangat kontroversi dilingkungan masyarakat,

pengelolaan pasir nya kan ada dua, ada yang dilaut dan yang di darat, itu mah

gak berorientasi kepada masa depan karena berakibat terjadinya kerusakan di

pesisir Lontar. Dilihat dari pengelolaan hanya sekelompok orang, tidak untuk

kebutuhan masyarakat menyeluruh.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014,

Pukul 11.19 WIB, di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat dilihat bahwa pengelolaan

sumberdaya pasir di Desa Lontar dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan

tidak berorientasi kepada masa depan. Karena sumberdaya pasir termasuk

kedalam sumberdaya yang tidak bisa pulih, yang jika di ambil secara terus

menerus dan besar-besaran akan habis. Seperti yang dikatakan oleh Sekdes Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa :

“Tapi kaya nya kalo untuk pengelolaan pasir (penambangan pasir) itu hanya

untuk jangka pendek karena tinggal tunggu waktunya akan habis. Sebenarnya

tadi nya sawah karena kendalanya di air, jadi dialihfungsikan menjadi tambak,

dan pasirnya dimanfaatkan.” (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, Pukul

15.15 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat dilihat bahwa pengelolaan

sumberdaya pasir (penambangan pasir) di darat yang dilakukan oleh masyarakat

hanya untuk jangka pendek dan hanya tinggal menunggu waktunya sumberdaya

pasir yang ada di Desa Lontar habis. Hal tersebut tidak berorientasi kepada masa

depan dan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan wilayah pesisir Desa

Lontar untuk kedepannya.

Selain pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, Dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah

Page 130: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

112

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033, di Desa

Lontar juga terdapat pengelolaan tempat wisata, yang diberi nama Pantai Lontar

Indah. Sebelumnya juga sudah ada Rencana Strategi Penataan Kawasan Pantai

Lontar Indah dari DISPORABUDPAR pada tahun 2009-2011, namun hingga saat

ini tidak ada satupun dari rencana tersebut yang terlaksana seperti yang dikatakan

oleh Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Di dalam Perda, pesisir Desa Lontar termasuk kedalam tempat wisata umum,

namun hambatannya kurangnya pengelolaan dan pendanaan, jadi tempat wisata

nya ini gak bisa berkembang. Kemudian air lautnya dan tanahnya dangkal, jadi

gak bisa buat berenang. Pernah ada dari pihak perorangan dikelola dibuatkan

pendopo/saung segala macam tapi karena tidak memiliki izin akhirnya ditegur

pemerintah untuk mengurus perizinan tapi pihak tersebut tidak meneruskan dan

akhirnya menjadi terbengkalai. Dari pihak Pemerintah belum ada pengelolaan.

Dari pihak Desa sudah sering mengajukan untuk dilakukan pengelolaan dan

bantuan dari Pemerintah tapi tidak ada tindak lanjutnya. Cuma rencana-rencana

doang.” (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, Pukul 15.19 WIB, di Desa

Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa belum ada

tindakan apapun dari Pemerintah Kabupaten Serang, dalam hal ini yaitu

DISPORABUDPAR Kabupaten Serang untuk mengelola dan mengembangkan

Pantai Lontar hanya baru sebatas rencana saja, dan tidak ada tanggapan lebih

walaupun pihak Desa Lontar sudah mengajukan untuk dilakukan pengelolaan

tempat wisata di daerah mereka.

Bantuan dari pemerintah sangat lah penting dalam pelaksanaan

pengelolaan wilayah pesisir untuk menunjang berjalannya pengelolaan tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-

Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya

Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

Page 131: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

113

“Ada bantuan dari pemerintah berupa bambu-bambu dan bibit untuk nelayan

tambak, untuk nelayan tangkap berupa alat tangkap. Tahun ini, untuk di Lontar

akan ada rehabilitasi TPI lagi.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, 11.32

WIB, di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1, dapat dilihat bahwa tahun-tahun

sebelumnya sudah ada bantuan untuk para nelayan di Desa Lontar, dan untuk

tahun ini ada bantuan untuk merehabilitasi Tempat Pelelangan Ikan di Desa

Lontar. Hal serupa dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Bantuan dari Pemerintah, kami yang mengusulkan sesuai kebutuhan, selama ini

seperti jaring. Dulu pernah ada bantuan kapal, tapi sudah lama sekali. Bantuan

ada sejak tahun 2008. Tapi kami juga tidak mau selalu minta ke Pemerintah

karena kalo minta terus kapan mandirinya.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari

2014, Pukul 11.25 WIB, di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4, dapat dilihat bahwa sudah pernah ada

bantuan dari Pemerintah/Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang untuk

para nelayan, walaupun sudah lama tidak memberikan bantuan selama ini, sama

halnya seperti yang dikatakan oleh Masyarakat (Nelayan), beliau mengatakan

bahwa “Bantuan dari Pemerintah perahu kecil, bambu, caranya mengajukan ke

Pemerintah, tapi udah lama gak ada bantuan dari Pemerintah.” (Wawancara

dengan I7-1, 26 Januari 2014, Pukul 09.18 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-1 dapat dilihat bahwa untuk

mendapatkan bantuan dari Pemerintah, masyarakat harus mengajukannya namun

tidak selalu dapat dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Serang, dan sudah lama

Pemerintah Kabupaten Serang tidak memberikan bantuan kepada para nelayan

Desa Lontar. Hal tersebut dikarenakan dalam pemberian bantuan dari Pemerintah

Page 132: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

114

bergantian dengan daerah lainnya selain Desa Lontar, seperti yang dikatakan oleh

Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Sudah ada bantuan, terutama nya bibit rumput laut berikut peralatannya lah

untuk membudidayakan, tambang segala macem. Jadi kalo di perikanan juga

sering, kadang-kadang jaring (alat tangkap). Itu bantuan dari DKP (Dinas

Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Serang. Pertambakkannya juga ada

bantuannya dari mulai bibit, sampe pengolahan, pakannya segala sudah berjalan,

tapi karena kendalanya di air, jadi kadang-kadang tuh ini gagal panen. Banyak

faktor nya, salah satunya karena limbah dari sungai ciujung. Tapi, bantuan dari

pemerintah belum maksimal. Jadi umpamanya kita mengajukan 10 kelompok

paling yang di acc cuma 2 atau 3 kelompok itupun tidak tiap tahun kita

mendapatkan kan bergilir dengan Tanara dan Pontang. Jadi bantuan belum

mencukupi karena kebutuhan masyarakat kan banyak.” (Wawancara dengan I3, 26

Januari 2014, Pukul 15.17 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa bantuan yang

diberikan masih belum mencukupi karena kebutuhan masyarakat banyak namun

bantuan yang diberikan tidak bisa selalu mendapatkannya karena harus bergilir

atau bergantian dengan Tirtayasa dan Pontang. Hal tersebut dipertegas oleh Kasi

Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan

Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang,

beliau mengatakan bahwa :

“Jadi kan begini, program dari kita itu kan terbatas sementara yang memerlukan

banyak, tapi selama ini tidak menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi,

mereka mengerti.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.34 WIB, Di

Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1, dapat dilihat bahwa meskipun

Pemerintah tidak bisa selalu memberikan bantuan untuk nelayan Desa Lontar, hal

tersebut bukan merupakan hambatan karena masyarakat Desa Lontar bisa

mengerti meskipun sebenarnya memang membutuhkan.

Page 133: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

115

Selain itu juga di Desa Lontar terdapat pengembangan atau pengolahan

rumput laut, Desa Lontar memiliki potensi rumput laut yang cukup baik yang

dapat menjadi sumber pendapatan dan perekonomian bagi masyarakat Desa

Lontar seperti yang dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa :

“Untuk rumput laut jelas merupakan salah satu produk yang sangat membantu

potensi yang sangat membantu buat perekonomian masyarakat namun lagi-lagi

dalam hal ini kita kembalikan lagi ke bagian budidaya nya, tergantung kegigihan

dari masyarakat.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014, Pukul 11.26 WIB, di

TPI Desa Lontar )

Berdasarkan wawancara dengan I4, dapat dilihat bahwa potensi rumput

laut di Desa Lontar sangat berpotensi sebagai sumber pendapatan dan

perekonomian masyarakat sekitar jika dikelola dengan baik. Maka dari itu,

melihat potensi yang sangat bagus dari rumput laut Pemerintah memberikan

pelatihan untuk mengolah rumput laut menjadi olahan lain, seperti yang dikatakan

oleh Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar,

beliau mengatakan bahwa :

“Hasil olahan rumput laut itu banyak bisa dibuat menjadi dodol, es rumput laut,

kerupuk, amplang, sabun, dan lain-lain. Tapi untuk sekarang hanya bikin dodol,

es rumput laut, sama es krim rumput laut. Karena bahan bakunya mudah dan

tidak perlu modal yang gede, buat peredarannya juga mudah sih. Saya dapet ilmu

nya dari pemerintah dikasih pelatihan. Dari Dinas Kelautan dan Perikanan ada

pertemuan/sosialisasi, bimbingan teknik membuat, cara pemasaran gitu.

Biasanya sih kurang lebih dalam setahun itu tiga kali. Yang saya tau ada 4

kelompok pembudidaya rumput laut, tapi gatau masih jalan apa engga.”

(Wawancara dengan I6, 16 Februari 2014, Pukul 15.11 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I6, dapat dilihat bahwa Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Serang memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa

Lontar untuk mengolah rumput laut menjadi barang jadi seperti dodol, es rumput

Page 134: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

116

laut, kerupuk, amplang, sabun, dan lain-lain. Namun di Desa Lontar saat ini yang

masih aktif terus memproduksi rumput laut hanya satu, yaitu Kelompok Usaha

Bersama Bahari Jaya Bersatu. Hal tersebut dikarenakan untuk pemasaran hasil

olahan rumput laut masih susah. Seperti yang dikatakan oleh Sekdes Desa Lontar,

beliau mengatakan bahwa :

“Pengembangan yang dilakukan dari sumberdaya rumput laut berupa dodol

rumput laut, kerupuk, manisan, sama jus. Dijual hanya di warung-warung sekitar

saja. Kendalanya memang di pemasaran. Kalo ada pemesanan baru produksi.”

(Wawancara dengan I3, 16 Februari 2014, 15.18 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa pemasaran

merupakan kendala bagi pengolah rumput laut, dan hanya bisa dijual di tempat-

tempat terdekat saja, dan hanya saat ada pemesanan baru di produksi untuk ke luar

kota. Dan dari Pemerintah, hanya mengajak untuk mengikuti pameran. Seperti

yang dikatakan oleh Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu

Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa :

“Untuk sementara pemasaran hanya ke pasar-pasar tradisional sekitar. Ada dari

pihak pribadi orang Bogor, yang sanggup memasarkan ke nasional. Dari

pemerintah hanya ikut pameran-pameran saja. Kalo ada yang minta baru

produksi dan kirim ke Cilegon, Depok, tapi yah gitu gak kontinyu.” (Wawancara

dengan I6, 16 Februari 2014, Pukul 15.14 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I6, dapat dilihat bahwa untuk pemasaran

ada yang akan membantu dari pihak pribadi, namun kendalanya permintaan tidak

selalu datang. Sehingga untuk sementara pemasaran hanya ke pasar-pasar

tradisional sekitar saja.

Page 135: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

117

Sedangkan untuk pengelolaan tambak ikan di Desa Lontar kendalanya

adalah di air. Seperti yang dikatakan oleh Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan

bahwa :

“Pertambakkannya juga ada bantuannya dari mulai bibit, sampe pengolahan,

pakannya segala sudah berjalan, tapi karena kendalanya di air, jadi kadang-

kadang tuh ini gagal panen. Banyak faktor nya, salah satunya karena limbah dari

sungai ciujung.” (Wawancara dengan I3, 16 Februari 2014, Pukul 15.20 WIB, Di

Desa Lontar)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3 dapat dilihat bahwa air untuk

pertambakkan di Desa Lontar sudah tercemar oleh sungai ciujung sehingga ikan

yang ada di tambak tidak bisa berkembang dan menyebabkan sering terjadinya

gagal panen. Hal tersebut dipertegas oleh Masyarakat (Nelayan Tambak) Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa “Ya ada aja, bibitnya, pakannya. Tapi karena

airnya kena pencemaran dari limbah sungai ciujung jadinya ikan lama

berkembangnya.” (Wawancara dengan I7-6, 26 Januari 2014, Pukul 10.00 WIB, di

Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-6, dapat dilihat bahwa kendala bagi

pengelolaan tambak ikan Di Desa Lontar adalah air yang sudah mulai terkena

pencemaran dari limbah air sungai ciujung.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pesisir Desa Lontar termasuk kedalam

wilayah tempat wisata umum. Begitupun pada tahun 2011 DISPORABUDPAR

Kabupaten Serang memiliki Strategi Rencana Penataan Kawasan Pantai Lontar

Indah seperti gambar berikut :

Page 136: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

118

Gambar 4.1

Strategi Rencana Penataan Kawasan Pantai Lontar Indah

Sumber: DISPORABUDPAR Kabupaten Serang

Namun sampai saat ini rencana tersebut tidak pernah berjalan atau

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Serang. Seperti yang dikatakan oleh

Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa :

“Di dalam Perda, pesisir Desa Lontar termasuk kedalam tempat wisata umum,

namun hambatannya kurangnya pengelolaan dan pendanaan, jadi tempat wisata

nya ini gak bisa berkembang. Kemudian air lautnya dan tanahnya dangkal, jadi

gak bisa buat berenang. Pernah ada dari pihak perorangan dikelola dibuatkan

pendopo/saung segala macam tapi karena tidak memiliki izin akhirnya ditegur

pemerintah untuk mengurus perizinan tapi pihak tersebut tidak meneruskan dan

akhirnya menjadi terbengkalai. Dari pihak Pemerintah belum ada pengelolaan.

Dari pihak Desa sudah sering mengajukan untuk dilakukan pengelolaan dan

bantuan dari Pemerintah tapi tidak ada tindak lanjutnya. Cuma rencana-rencana

doang.” (Wawancara dengan I3, 16 Februari 2014, Pukul 15.22 WIB, di Desa

Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa belum ada untuk

pengelolaan tempat wisata umum Desa Lontar yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Serang. Sudah ada rencana yang cukup baik, namun belum ada

pelaksanaannya sampai saat ini. Hal tersebut dipertegas oleh Masyarakat

(pedagang) yang ada di sekitar pantai Lontar, beliau mengatakan bahwa:

Page 137: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

119

Kalo untuk tempat wisata ini gak ada yang mengelola. Tumbuh sendiri. Pernah

ada yang mau melestarikan dari pihak pribadi orang Bogor tapi gak jadi karena

mau dibangun hotel segala macem langsung di demo sama masyarakat sininya.

(Wawancara dengan I8-2, 16 Februari 2014, Pukul 17.15 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I8-2, dapat dilihat bahwa belum pernah adanya

pengelolaan tempat wisata umum Desa Lontar oleh Pemerintah Kabupaten

Serang, dan tempat wisata alternatif ini tumbuh sendiri oleh masyarakat sekitar.

Ada pihak swasta yang ingin mengelola tempat wisata Desa Lontar, namun

masyarakat menolak adanya pembangunan di daerah mereka.

Berdasarkan uraian diatas yang terdapat pada indikator pelaksanaan pengelolaan

wilayah pesisir Desa Lontar bahwa, pelaksanaan pengelolaan di Desa Lontar

masih banyak yang belum berjalan. Adapun pengelolaan sumberdaya pesisir yang

sudah berjalan masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki lagi.

Dan adanya pengelolaan wilayah pesisir yang tidak memiliki izin dan berdampak

pada kerusakan lingkungan Desa Lontar. Belum adanya kesiapan dari semua

pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping

lapangan dan pihak lainnya. Pada tahap implementasi/pelaksanaan ini juga

kurangnya kesamaan persepsi antara masyarakat lokal dengan lembaga atau

orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat

kurang memahami bahkan tidak memahami rencana yang akan dilaksanakan.

Selain itu juga lemahnya koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder

yang ada sehingga terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego sektoral.

Page 138: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

120

4.4.3 Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

Tahap yang selanjutnya perlu diperhatikan dalam pengelolaan wilayah

pesisir adalah tahap pengawasan. Pengawasan yang dilakukan sejak dimulainya

proses pelaksanaan perencanaan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas

kegiatan, permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Monitoring

dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada.

Dalam hal pengelolaan wilayah pesisir, Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang pengawasan dilakukan

berdasarkan ada atau tidaknya aduan dari masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh

Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan

Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang,

beliau mengatakan bahwa :

“Pengawasan dalam bentuk monitoring. Jika ada teguran, nanti kita buat surat

teguran, kalo perlu ada penertiban nanti akan ditertibkan oleh Satpol PP jadi

sesuai dengan tugas pokok masing-masing. Monitoring itu ada dua, ada yang kita

monitoring karena memang ada aduan dari masyarakat, ada juga yang tanpa

aduan pun kita akan kesana. Untuk penambangan pasir laut yang ada di Desa

Lontar tidak aduan secara langsung dari masyarakat.” (Wawancara dengan I1, 24

Januari 2014, Pukul 11.35 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1, dapat dilihat bahwa pengawasan yang

dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang yaitu jika ada

teguran atau aduan dari masyarakat sekitar akan dibuatkan surat teguran, dan jika

perlu adanya penertiban akan dilakukan penertiban oleh Satpol PP. Selain dari

pihak Pemerintah, pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat secara umum, dan

ada pula kelompok masyarakat yang dinamakan Kelompok Masyarakat Pengawas

Page 139: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

121

(POKMASWAS), seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi,

Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa :

“Ada kelompok pengawas sumberdaya kelautan dan perikanan dan itu sudah

terbentuk lama dan berjalan lama, namanya kita sebut Pokmaswas (Kelompok

Masyarakat Pengawas) kalo di Lontar itu Banyu Biru ya kalo gak salah. Dia

boleh melaporkan tapi tidak boleh menindak. Jadi kalo melihat ada pelanggaran

atau apa dia cukup membuat laporan ke kita tapi tidak boleh sampe seperti satpol

PP gitu sampe menertibkan.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul

11.37 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1, dapat dilihat bahwa masyarakat ikut

serta dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir yang disebut dengan

POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) dimana tugasnya hanya boleh

melaporkan tapi tidak boleh menindak. Sama hal nya dengan yang dikatakan oleh

Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa :

“Pokwasmas sifatnya hanya mengawasi kegiatan masyarakat yang ada

diwilayahnya, melaporkan, dan mencatat pelanggaran pengelolaan wilayah

pesisir yang terjadi di lapangan, tidak bisa memberikan tindakan kepada

pelanggar tersebut. Dan di koordinasikan tentunya dengan pemerintah. Laporan

diberikan kepada DKP dibagian pengawasan juga.” (Wawancara dengan I5, 16

Februari 2014, Pukul 12.05 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I5, dapat dilihat bahwa Tugas Pokok dari

Kelompok Masyarakat Pengawas adalah mengawasi kegiatan masyarakat,

melaporkan, dan mencatat pelanggaran pengelolaan wilayah pesisir yang terjadi di

Desa Lontar, namun tidak dapat memberikan tindakan kepada pelanggar tersebut.

Di Desa Lontar terdapat pelanggaran pengelolaan sumberdaya pesisir yaitu

adanya penambangan pasir darat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Adanya

pembiaran yang dilakukan oleh Pemerintah padahal kegiatan tersebut tidak

Page 140: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

122

memiliki izin/ilegal dan jelas-jelas merusak lingkungan pesisir Desa Lontar.

Seperti yang dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar,

beliau mengatakan bahwa :

“Kalo dalam hal pengelolaan pasir (penambangan pasir) ya gak ada pengawasan

karena kan ilegal tidak punya izin. Tidak ada sistem yang mengatur. Ada nya

suatu pembiaran dari Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Lebih ironisnya

Kepala Desa ikut bermain dibelakangnya melalui orang-orangnya. Ikut

melakukan pembiaran.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014, Pukul 11.35

WIB, di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4, dapat dilihat bahwa tidak adanya

pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah karena kegiatan penambangan pasir

darat yang dilakukan oleh masyarakat tersebut ilegal/ tidak memiliki izin. Dan ada

nya suatu pembiaran tanpa adanya tindak tegas dari Pemerintah Kabupaten

Serang, maupun Pemerintah Desa Lontar. Hal tersebut dikarenakan pihak Desa,

tidak tega kepada masyarakat karena jika bertindak tegas akan mengakibatkan

pengangguran kepada sejumlah masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Sekdes

Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Pengawasan terhadap penambangan pasir dilaut dulu saat masih jalan mah ada

tim khusus dari masyarakat, dengan cara bergilir, baik didarat dan juga ada yang

dikapal, mengawasinya meliputi kapasitas berapa rit per hari. Kalo yang

penambangan di daratnya ya, karena pasir darat ini ilegal, tahun 2009 izin sudah

dicabut. Tapi karena memang kebutuhan dan juga Desa mau ngomong apa, jadi

istilahnya mah yah mata melihat tapi seolah-olah tidak lihat. Ya karena faktor

tadi, usaha di pasir itu ya di penambangan pasir darat itu lebih dari 200 KK, jadi

karena pertimbangan itu gitu. Kalo pihak Desa keras, untuk melarang si

pengusaha pasir ini otomatis orang-orangnya itu jadi pengangguran. Kita pernah

tegas tapi karena hal itu, jadi gak bisa berbuat banyak sebenernya mah kesel gitu

karena terlalu banyak pelanggaran-pelanggaran. Sering ada dari Satpol PP tapi

hanya ngontrol doang tidak sampai diberhentikan.” (Wawancara dengan I3, 16

Februari 2014, Pukul 15.27 WIB, di Desa Lontar)

Page 141: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

123

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa memang adanya

pembiaran dalam penambangan pasir di pesisir Desa Lontar yang dilakukan oleh

masyarakat dari pihak Pemerintah Desa Lontar dengan alasan kegiatan

penambangan pasir tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,

dan merasa tidak enak jika harus menindak tegas kegiatan tersebut karena akan

mengakibatkan pengangguran kepada sejumlah masyarakat yang bermata

pencaharian menambang pasir di Desa Lontar. Hal tersebut merupakan hambatan

dalam hal pengawasan seperti yang dikatakan oleh Ketua POKMASWAS

(Kelompok Masyarakat Pengawas) Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa “Kalo

hambatannya karena hanya mengawasi dan melaporkan saja, jadi hambatan atau

kendalanya itu ketika laporan tidak ditanggapi oleh Pemerintah Kabupaten.”

(Wawancara dengan I5, 16 Februari 2014, Pukul 12.07 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I5, dapat dilihat bahwa laporan

pelanggaran pengelolaan wilayah pesisir yang diberikan oleh Pokmaswas kepada

Pemerintah tidak ditanggapi merupakan hambatan bagi Pokmaswas dalam

menegakan keadilan bagi pelanggar pengelolaan wilayah pesisir, karena tugas dari

Pokmaswas yang hanya bisa melaporkan kegiatan pelanggaran dalam pengelolaan

wilayah pesisir itu saja.

Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten

Serang merencanakan adanya pembudidayaan rumput laut di Desa Lontar karena

Desa Lontar memliki potensi rumput laut yang bagus. Adapun bantuan yang

diberikan oleh Pemerintah adalah berbentuk barang, untuk mempermudah

pembudidaya rumput laut dalam mengolah menjadi barang jadi. Seperti yang

Page 142: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

124

dikatakan oleh Ketua Usaha Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar,

beliau mengatakan bahwa “Bantuan dari pemerintah dalam bentuk barang, tidak

ada bantuan modal.” (Wawancara dengan I6, 16 Februari 2014, Pukul 15.18 WIB,

di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I6, dapat dilihat bahwa bantuan yang

diberikan pemerintah berbentuk barang, seperti oven, alat untuk membungkus

minuman, dan lain-lain. Namun belum ada bantuan permodalan. Pihak Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang melakukan pengawasannya dengan

mengadakan pertemuan/sosialisasi kurang lebih dalam setahun tiga kali. Seperti

yang dikatakan oleh Ketua Usaha Bersama (KUB) Bahari Jaya Bersatu Desa

Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Dari Dinas Kelautan dan Perikanan ada pertemuan/sosialisasi. Biasanya sih

kurang lebih dalam setahun itu tiga kali. Namun Kendalanya mah modal, dan

juga pemasaran belum bisa menentukan tempat yang pas. Cuaca juga merupakan

salah satu kendala.” (Wawancara dengan I6, 16 Februari 2014, Pukul 15.19 WIB,

di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I6, dapat dilihat bahwa sudah ada

pengawasan yang baik dari Pemerintah Kabupaten Serang namun kendalanya

dalam permodalan, pemasaran, dan juga cuaca yang mempengaruhi dalam

pengolahan rumput laut. Adapun dalam membudidayakan rumput laut Pemerintah

juga telah memberikan penyuluhan-penyuluhan, seperti yang dikatakan oleh

Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa “Pengawasan sih ada, tapi

masyarakat kesadarannya masih kurang. Sudah ada penyuluhan, tapi masyarakat

tidak menjalankan sesuai dengan penyuluhan.” (Wawancara dengan I3, 16

Februari 2014, Pukul 15.28 WIB, di Desa Lontar)

Page 143: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

125

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa sudah ada

pengawasan namun masih kurang sadarnya masyarakat dalam menerapkan

penyuluhan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Serang sehingga hasil nya

kurang baik dan maksimal.

Berdasarkan uraian diatas yang terdapat pada indikator pengawasan

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar bahwa pengawasan dalam pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Lontar masih kurang, terlihat dari pengawasan yang tidak

kontinyu yang dilakukan oleh Pemerintah sehingga rencana yang diinginkan tidak

sesuai karena pada saat pelaksanaan masih terdapat kendala-kendala yang dialami

masyarakat. Selain itu juga tidak adanya pengawasan dan terjadinya pembiaran

yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serang terhadap pelanggaran

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar yaitu adanya penambangan pasir darat

yang tidak memiliki izin.

4.4.4 Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir

adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan bersama secara terpadu dengan melibatkan

seluruh pihak yang berkepentingan. Melalui evaluasi ini akan diketahui

kelemahan dan kelebihan dari pengelolaan yang ada guna perbaikan untuk

pelaksanaan tahap berikutnya.

Dalam pengelolaan wilayah pesisir, suatu evaluasi penting untuk mengetahui

target yang sudah dan belum tercapai, sudah sesuai dengan output yang

Page 144: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

126

diinginkan atau belum. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Sub Bidang Renbang

Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Kalo perencanaan pembangunan itu dikatakan baik, ada tahapannya yaitu

perencanaan, ada pelaksanaan, trus ada monitoring nanti pengawasan, terus ada

evaluasi nah gitu jadi kalo misalnya ya perencanaan sampai dengan pelaksanaan

itu sesuai dengan target, sesuai dengan output yang diinginkan itu berarti sudah

perencanaan yang baik. Jadi apa yang kita impikan, apa yang kita targetkan,

outputnya pas waktu pelaksanaan terealisasi itu perencanaannya sudah baik.

Tapi kalo target tidak tercapai belum tentu juga perencanaannya gak baik, liat

juga kendala-kenadalanya apa, hambatannya apa, jadi istilahnya mah

perencanaan itu mah butuh pengawasan butuh kontrol, saat kontrol itu kita

melihat keadaan dilapangan gimana nanti diakhirnya kalo memang mencapai

target itu perencanaannya sudah baik, tapi kalo tidak sesuai dan tidak tercapai

berarti perencanaannya tidak baik.” (Wawancara dengan I2, 19 Februari 2014,

Pukul 15.19 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2, dapat dilihat bahwa perencanaan pengelolaan

yang baik dikatakan apabila mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan sesuai

dengan target, serta adanya pengawasan yang baik juga, dan diperlukan adanya

evaluasi untuk mengetahui penyebab serta kendala dalam pelaksanaan

pengelolaan.

Dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar, pengelolaan yang dilakukan

masih belum optimal, karena belum dapat mencapai tujuan dari pengelolaan

wilayah pesisir yaitu untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat. Desa Lontar

merupakan Desa yang paling banyak masyarakat miskinnya dari tahun ke

tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik dari masyarakat yang

mengelola sumberdaya pesisir hanya untuk kebutuhan sehari-hari seperti yang

dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil

Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang,

beliau mengatakan bahwa:

Page 145: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

127

“Untuk secara umum memang bisa dibilang begini, penghasilan nelayan itu bisa

dibilang besar ya besar dibilang kecil ya kecil tapi ada beda karakter antara

nelayan dengan bukan nelayan. Jadi gini pendapatan nelayan memang belum

atau dianggap tidak terlalu besar. kemudian untuk nelayan tambak belum tentu

mereka yang punya tambak mereka hanya penggarapnya, begitu juga dengan

nelayan belum tentu punya kapal sendiri, mereka hanya jadi buruh-buruh nelayan

seperti itu. Dan juga karakter dari nelayan yang sekarang dapet uang hari ini

habis.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.21 WIB, Di Dinas

Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1, dapat dilihat bahwa penghasilan masyarakat

Desa Lontar yang sebagian besar merupakan nelayan belum dapat memenuhi atau

mencapai kesejahteraan masyarakat karena belum adanya pengelolaan wilayah

pesisir yang optimal. Adapun dalam pengelolaan tersebut masyarakat mengalami

kendala-kendala. Untuk tambak, Pemerintah Kabupaten Serang sudah

merencanakan dan memberikan bantuan berupa bibit, bambu-bambu, dan pakan

untuk membudidayakan ikan tambak. Namun selalu gagal panen yang diakibatkan

oleh buruknya kualitas air di Desa Lontar. Seperti yang dikatakan oleh Sekdes

Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa:

“Bantuan dari DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Serang untuk

pertambakkannya ada bantuannya dari mulai bibit, sampe pengolahan, pakannya

segala sudah berjalan, tapi karena kendalanya di air, jadi kadang-kadang tuh ini

gagal panen. Banyak faktor nya, salah satunya karena limbah dari sungai

ciujung.” (Wawancara dengan I3, 16 Februari 2014, Pukul 15.30 WIB, di Desa

Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan

pengelolaan tambak ikan di Desa Lontar mengalami kendala berupa air yang

sudah tercemar limbah dari sungai ciujung yang menyebabkan pertambakkan ikan

di Desa Lontar belakangan terakhir ini selalu mengalami gagal panen, ikan yang

dihasilkan tidak berkualitas baik. Selain itu, adanya penambangan pasir darat di

pesisir Desa Lontar sangat berdampak buruk bagi lingkungan Desa Lontar, salah

Page 146: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

128

satu contohnya adalah abrasi yang semakin meluas. Selain itu juga tidak adanya

usaha untuk memperbaiki kembali lingkungan pesisir yang sudah rusak dan hanya

dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja. Seperti yang dikatakan oleh Mayarakat

(Nelayan), beliau mengatakan bahwa:

“Ya dampaknya mah sekarang banyak bekas-bekas penambangan pasir darat. Itu

mah sebenernya bukan tambak. Yang bener-bener tambak mah cuma sedikit. Itu

dulunya sawah, sekarang pasirnya dikerukin jadi pada bolong-bolong gitu.

Bekasnya udah aja ditinggalin, ngeruk tempat lain lagi.” (Wawancara dengan I7-5,

26 Januari 2014, Pukul 09.00 WIB, Di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-5, dapat dilihat bahwa bekas dari

pengerukan penambangan pasir darat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar

dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja dan kemudian menambang lagi di tempat

lain dan begitu seterusnya sehingga menyebabkan wilayah pesisir Desa Lontar

menjadi rusak namun sampai saat ini belum ada sanksi dari Pemerintah untuk

kegiatan penambangan pasir darat yang dilakukan oleh masyarakat, seperti yang

dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar, beliau

mengatakan bahwa:

“Ya saya bilang tadi, adanya pembiaran oleh Pemerintah. Sampai saat ini belum

ada sanksi untuk pelanggaran pengelolaan wilayah pesisir yaitu penambangan

pasir darat (Galian C). kurang adil dalam kebijakan.” (Wawancara dengan I4, 16

Februari 2014, Pukul 11.37 WIB, di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4, dapat dilihat bahwa sampai saat ini belum ada

sanksi bagi pelanggar pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar. Dan

masyarakat merasa Pemerintah Kabupaten Serang kurang adil dalam mengambil

kebijakan. Sama halnya dengan yang dikatakan masyarakat Desa Lontar, beliau

Page 147: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

129

mengatakan bahwa : “Gak ada sanksi apa-apa dari Pemerintah.” (Wawancara

dengan I7-4, 26 Januari 2014, Pukul 12.03 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-4 dapat dilihat bahwa belum ada sanksi apapun

yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Serang terkait adanya pelanggaran

dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar. Begitu pula yang disampaikan

oleh masyarakat lainnya, beliau mengatakan bahwa: “Gak pernah ada sih dari

Pemerintah, padahal udah dilaporkan.” (Wawancara dengan I7-5, 26 Januari

2014, Pukul 0915 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-5 bahwa meskipun sudah ada laporan yang

disampaikan oleh masyarakat Desa Lontar kepada Pemerintah Kabupaten Serang

terkait adanya pelanggaran pengelolaan di wilayah pesisir Desa Lontar tetap saja

tidak ada tanggapan dan tindak tegas serta sanksi yang diberikan kepada

pelanggar.

Berdasarkan uraian di atas yang terdapat pada indikator evaluasi pengelolaan

wilayah pesisir Desa Lontar bahwa evaluasi yang dilakukan bersamaan pada saat

melakukan pengawasan, evaluasi yang dilakukan tidak kontinyu. Masih banyak

yang harus dievaluasi oleh Pemerintah Kabupaten Serang dalam pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Lontar, karena dalam perencanaan dan pelaksanaannya

masih banyak kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan baik dari

masyarakatnya sendiri, maupun dari Pemerintah Kabupaten Serang sehingga

belum bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 148: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

130

Tabel 4.3

Temuan Lapangan

No Indikator Temuan

1. Perencanaan

- Berdasarkan keterangan dari

DKPESDM bahwa dalam

pembuatan perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir melibatkan seluruh

stakeholder yaitu pihak pemerintah,

dan masyarakat. Namun dalam hal

ini, berdasarkan keterangan dari

masyarakat Desa Lontar mereka

tidak pernah mengikuti kegiatan

yang bersangkutan dengan

pembuatan perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir, yang padahal

merupakan pihak yang paling

penting untuk memberikan masukan

dalam pembuatan perencanaan untuk

Desa Lontar.

- Karena tidak ikut serta dalam

pembuatan perencanaan,

mengakibatkan masyarakat tidak

mengetahui perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir yang

akan dilaksanakan untuk Desa

Lontar.

2. Pelaksanaan

- DKPESDM Kabupaten Serang

sudah memberikan bantuan berupa

penyuluhan, dan alat untuk

membantu masyarakat Desa Lontar

mengolah rumput laut menjadi

barang jadi seperti dodol, es krim,

kerupuk, dll. Namun dalam

pelaksanaannya karena terkendala

pemasaran, yang semula pengolah

rumput laut banyak, sekarang hanya

tinggal satu yang masih membuat

olahan dari rumput laut dan yang

lain lebih memilih untuk menjual

rumput laut mentah kepada pegepul

karena dirasa lebih mudah dan cepat.

- DKPESDM Kabupaten Serang

sudah memberikan penyuluhan cara

memanen rumput laut agar

Page 149: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

131

mendapatkan hasil yang baik.

Namun dalam pelaksanaannya

masyarakat tidak mengikuti cara

tersebut. Berdasarkan keterangan

dari para nelayan, mereka biasanya

memanen lebih cepat dikarenakan

kebutuhan yang mendesak. Sehingga

rumput laut yang dihasilkan

kualitasnya kurang baik.

- Adanya ketidakterpaduan antara

Pemerintah dengan sebagian

Masyarakat Desa Lontar dalam

melakukan kegiatan nya di wilayah

pesisir Desa Lontar. Pemerintah dan

sebagian masyarakat yang peduli

lingkungan berusaha untuk

menanggulangi abrasi yang ada

dengan cara menanam mangrove

namun terhambat oleh penambangan

pasir darat di pesisir Desa Lontar

yang dilakukan oleh masyarakat

sekitar yang tidak memiliki izin.

- Perencanaan juga meliputi

pertambakkan di Desa Lontar.

Namun dalam pelaksanaannya air

yang digunakan untuk tambak

berdasarkan keterangan dari nelayan

sudah tercemar dari limbah air

sungai ciujung. Karena ikan yang

dihasilkan tidak berkembang sesuai

dengan semestinya. Masyarakat

sudah mengadukan kepada

pemerintah namun belum ada

tanggapan apapun.

- Belum ada untuk pengelolaan tempat

wisata umum Desa Lontar yang

dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Serang. Sudah ada

rencana yang cukup baik, namun

belum ada pelaksanaannya sampai

saat ini.

3. Pengawasan

- Pengawasan yang tidak kontinyu

yang dilakukan oleh Pemerintah

sehingga rencana yang diinginkan

tidak sesuai karena pada saat

pelaksanaan masih terdapat kendala-

Page 150: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

132

kendala yang dialami masyarakat.

- Selain itu juga tidak adanya

pengawasan dan terjadinya

pembiaran yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Serang

terhadap pelanggaran pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Lontar yaitu

adanya penambangan pasir darat

yang tidak memiliki izin.

4 Evaluasi

- Evaluasi yang dilakukan tidak

kontinyu

- Tidak ada tindak tegas dari

pemerintah terkait pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Lontar yang

merusak lingkungan pesisir Desa

Lontar dan tidak memiliki izin. Sumber: Peneliti, 2014

4.5 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian,

dimana berdasarkan teori pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu menurut

Dahuri (2008:12) bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap

utama yaitu Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar, Pelaksanaan

Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar, Pengawasan Pengelolaan Wilayah

Pesisir Desa Lontar, dan yang terakhir yaitu Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir

Desa Lontar.

Hal ini terlihat pada point pertama yaitu mengenai Perencanaan Pengelolaan

Wilayah Pesisir. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Kabupaten Serang

sudah berorientasi kepada masa depan atau berkelanjutan dimana hal ini sudah

tercantum dalam Peraturan Bupati Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang

Page 151: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

133

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang

Tahun 2011-2030 yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan

perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran dan strategi yang

luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk memantau

rencana tingkat nasional, dan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2

Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Serang Tahun 2013-2033 yang menentukan arah penggunaan sumber

daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola

ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan

dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah

memperoleh izin. Dengan adanya Peraturan-Peraturan tersebut diharapkan dapat

terwujud dan terciptanya pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di Kabupaten

Serang.

Adapun untuk perencanaan pengelolaan wilayah Pesisir Desa Lontar, masyarakat

Desa Lontar tidak ikut serta dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir, yang justru merupakan pihak paling penting untuk memberikan masukan

dalam pembuatan perencanaan wilayah pesisir Kabupaten Serang, terutama untuk

wilayah Pesisir Desa Lontar. Maka bila dilihat dari proses penelitian yang

dilakukan serta wawancara bahwa Kabupaten Serang memiliki perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir yang belum maksimal, karena masih terdapat

kekurangan karena perencanaan yang dibuat tidak adanya ikut serta dari

masyarakat lokal Desa Lontar.

Page 152: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

134

Selanjutnya point kedua, yaitu Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa

Lontar. Pelaksanaan perencanaan pengelolaan di Desa Lontar sudah berorientasi

kepada masa depan, namun juga masih ada yang tidak berorientasi kepada masa

depan. Ada beberapa yang belum berjalan yaitu pengelolaan tempat wisata umum

dan renovasi tempat pelelangan ikan. Adapun pengelolaan sumberdaya pesisir

yang sudah berjalan masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki

lagi yaitu seperti kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten Serang pada

Kelompok Usaha Bersama yang merupakan program dari Pemerintah Pusat yang

ada di Desa Lontar sehingga sampai saat ini yang masih berjalan hanya satu KUB

saja. Dan adanya pengelolaan wilayah pesisir yang tidak memiliki izin yaitu

penambangan pasir darat yang dilakukan di Pesisir Desa Lontar oleh masyarakat

Desa Lontar dan sekitar yang berdampak pada kerusakan lingkungan Desa Lontar.

Belum adanya kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti

masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping lapangan dan pihak lainnya. Pada

tahap implementasi/pelaksanaan ini juga kurangnya kesamaan persepsi antara

masyarakat lokal dengan lembaga atau orang-orang yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat kurang memahami bahkan tidak

memahami rencana yang akan dilaksanakan. Selain itu juga lemahnya koordinasi

dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga terjadi tumpang

tindih kepentingan dan ego sektoral. Maka bila dilihat dari proses penelitian yang

dilakukan serta wawancara bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir

Desa Lontar masih belum optimal.

Page 153: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

135

Point ketiga ini yaitu Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa

Lontar. Pengawasan yang dilakukan sejak dimulainya proses pelaksanaan

perencanaan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas kegiatan, permasalahan

yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan dengan

melibatkan seluruh pihak yang ada.

Pengawasan dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar masih

kurang, terlihat dari pengawasan yang tidak kontinyu yang dilakukan oleh

Pemerintah sehingga rencana yang diinginkan tidak sesuai karena pada saat

pelaksanaan masih terdapat kendala-kendala yang dialami masyarakat. Selain itu

juga tidak adanya pengawasan dan terjadinya pembiaran yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Serang terhadap pelanggaran pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Lontar yaitu adanya penambangan pasir darat yang tidak memiliki izin.

Maka bila dilihat dari proses penelitian yang dilakukan serta wawancara bahwa

masih lemahnya pengawasan dari Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan

Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang dalam pengelolaan wilayah pesisir di

Desa Lontar.

Point keempat yaitu Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar. Adanya

evaluasi sangatlah penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, Evaluasi dilakukan

bersama secara terpadu dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan.

Melalui evaluasi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari pengelolaan

yang ada guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap berikutnya.

Page 154: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

136

Masih banyak yang harus dievaluasi oleh Pemerintah Kabupaten Serang dalam

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar, karena dalam perencanaan dan

pelaksanaannya masih banyak kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan

baik dari masyarakatnya sendiri, maupun dari Pemerintah Kabupaten Serang serta

masih lemahnya pengawasan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

sehingga belum bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

Point terakhir yaitu point kelima yaitu Koordinasi dan Komunikasi. Lemahnya

koordinasi dan komunikasi di Desa Lontar terlihat pada adanya ketidakterpaduan

dalam membuat perencanaan, dan mengelola sumberdaya pesisir yang ada di Desa

Lontar, dan terlihat dari adanya selisih paham antara masyarakat Desa Lontar

dengan Aparat Desa Lontar.

Maka berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan bahwa

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang belum berjalan secara optimal masih banyak yang perlu diperbaiki dalam

proses pengelolaannya, karena dari tiap indikator yang ditentukan banyak proses

pengelolaan yang belum dijalankan dengan optimal, dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan sampai pengawasan.

Page 155: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

137

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan yang telah

dilakukan tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan

Tirtayasa Kabupaten Serang, maka diperoleh kesimpulan bahwa Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang dapat

dikatakan masih belum berjalan secara optimal karena belum dapat mencapai

tujuan utama dari Pengelolaan Wilayah Pesisir yaitu terwujudnya kesejahteraan

masyarakat pesisir. Dan ditinjau dari beberapa aspek ukuran indikator

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dari Dahuri (2008:12) yang mana

dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, Perencanaan pengelolaan wilayah pesisirnya sudah tercantum

dalam Peraturan Bupati Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Strategis

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2011-2030, dan

Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-

2033. Namun masih belum maksimal karena terdapat kekurangan dalam

perencanaan yang dibuat yaitu tidak adanya ikut serta dari masyarakat lokal Desa

Lontar.

Page 156: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

138

Kedua, dalam Pelaksanaan Pengelolaannya masih banyak kekurangan-

kekurangan serta hambatan-hambatan. Adapun hambatannya berasal dari

lingkungan masyarakat itu sendiri maupun dari pihak Pemerintah Kabupaten

Serang yang terkait, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, Karakter

Masyarakat Pesisir Desa Lontar yang hanya memanfaatkan dan mengelola

sumberdaya pesisir yang ada untuk keperluan sehari-hari saja. Ada tiga hal yang

belum berjalan dengan baik, yaitu belum dikelolanya tempat wisata umum,

program nasional yaitu kelompok usaha bersama dalam mengolah rumput yang

belum diperhatikan dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Serang, dan tambak

ikan. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengelola sumberdaya pesisir

dengan baik. Meskipun sudah ada usaha dari Dinas Kelautan, Perikanan, Energi,

dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang untuk mengembangkan serta

mengelola sumberdaya pesisir dengan baik. Serta adanya sekelompok masyarakat

yang memanfaatkan sumberdaya pesisir non hayati secara berlebihan yaitu

penambangan pasir darat, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan

lingkungan di pesisir Desa Lontar. Dan terdapat ketidakharmonisan antara

masyarakat dengan pihak Desa, sehingga sering terjadi ketidaksamaan persepsi

dan kurang terpadunya dalam mengelola wilayah pesisir Desa Lontar.

Ketiga, masih lemahnya Pengawasan dari Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang dalam pengelolaan wilayah

pesisir di Desa Lontar. Pengawasan yang dilakukan tidak kontinyu dan tidak ada

tindak tegas serta adanya pembiaran yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Page 157: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

139

Serang terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Lontar.

Keempat, Evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan, Perikanan,

Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang dilakukan bersamaan dengan

pengawasan. Sehingga evaluasi yang dilakukan tidak kontinyu.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar

Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, maka peneliti mencoba memberikan

saran-saran mengenai hasil penelitiannya berupa rekomendasi, yaitu:

1. Pemerintah Kabupaten Serang yang terkait membuat perencanaan yang

bersifat bottom up agar program yang direncanakan sesuai dan fokus

kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan

yang terpadu dan berorientasi kepada masa depan/keberlanjutan untuk

memajukan daerah pesisir Desa Lontar, baik dalam sektor perikanan,

rumput laut, pariwisata, maupun pertambangan.

3. Meningkatkan koordinasi dari tiap stakeholder yaitu Dinas Kelautan,

Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, Pihak

Aparat Desa, dan masyarakat pesisir Desa Lontar baik dalam hal

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pembinaan secara

berkesinambungan dan sistematis.

Page 158: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

140

4. Menindak tegas segala pelanggaran yang tidak sesuai dengan prinsip

pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu agar tidak terjadi kerusakan

lingkungan yang semakin parah di Pesisir Desa Lontar.

Page 159: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

138

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Alwasilah, A. Chaedar. 2003. Dasar-Dasar Merancang Dan Melakukan

Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Prenada Media Group

Daft, Richard L, 2002. Manajemen. Editor Wisnu Chandra Kristiaji S.E. Jakarta:

Erlangga

Dahuri, Rokhmin. 2008. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi.

Yogyakarta: BPFE

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Moleong, J. Lexy. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya

Page 160: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

139

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir Dan Laut. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Irawan, Prasetya. 2005. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta

: Universitas Terbuka

Siswanto, B. 2011. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : CV

Alfabeta

Sugiyono. 2011. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta

Terry George R, Leslie W.Rue. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Penerjemah

G.A.Ticoalu. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Sumber Lain:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

Page 161: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

140

Peraturan Bupati Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Strategis

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2011-

2030

Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun

2013-2033

Mita Fitriani. 2011. Skripsi dengan judul Strategi Pengelolaan Pariwisata Pantai

Lontar Indah Di Kabupaten Serang. UNTIRTA

Hakim, Ridha. 2012. http://m.wwf.or.id/index.cfm?24681/Strategi-pengelolaan-

pesisir-dan-laut-Solor-Alor-terpadu-bag-2 (diakses pada tanggal: 20

Januari 2013)

Mukhtar. 2013. http://mukhtar-api.blogspot.com/2013/01/pentingnya-

pengelolaan-tata-ruang.html?m=1 (diakses pada tanggal: 20 Januari 2013)

http://serangkab.go.id/profil_kabupaten/geografi/wilayah_perairan/2011 (diakses

pada tanggal: 20 Januari 2013)

Page 162: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

148

LAMPIRAN

Page 163: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Biodata Mahasiswa

Nama : Ratih Permita Sari

Umur : 23 Tahun

Tempat/Tgl Lahir : Pandeglang, 13 April 1991

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Perumnas Cibeber Kencana Blok C.06

No.15 RT 08 RW 06 Cilegon

No HP : 083813120130

E-mail : [email protected]

2. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Subandio

Nama Ibu : Etik Ratna Ningsih

3. Riwayat Pendidikan

1. SDN : SDN Cilegon 3 (1997 – 2003)

2. SMP : SMP Negeri 1 Cilegon (2003 – 2006)

3. SMA : SMA Negeri 1 Cilegon (2006 – 2009)

4. Perguruan Tinggi (S1) : FISIP UNTIRTA

Ilmu Administrasi Negara (2009-2014)

Page 164: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

150

Page 165: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

151

Page 166: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Jadwal Wawancara Informan

No Kode

informan Nama Jabatan/ pekerjaan

Jenis

Kelamin

dan Umur

Tanggal

Wawancara

Waktu

Wawancara

1. I1

Ibu Mumun

Munawaroh,

S.Pi, M.Si..

Kasi Konservasi,

Eksplorasi,

Eksploitasi, dan

Pulau-Pulau Kecil.

Perempuan

46 Tahun

24 Januari

2014

11:15 –

Selesai

2. I2

Bapak Freddy L

Sinurat, ST,

M.Si.

Kepala Sub Bidang

Perencanaan

Pembangunan

Pemukiman, dan

Prasarana Wilayah.

Laki-laki

45 Tahun

19 Februari

2014

15:00 –

Selesai

3.

I3 Bapak Rusita Sekdes Desa Lontar Laki-laki

43 Tahun

26 Januari

2014

15: 03 –

Selesai

4 I4 Bapak Marsad

Karyawan TPI

(Tempat Pelelangan

Ikan) Desa Lontar

Laki-laki

38 Tahun

16 Februari

2014

11:04 –

Selesai

5 I5 Bapak Fahruri

Ketua

POKMASWAS

(Kelompok

Masyarakat

Pengawas) Desa

Lontar

Laki-laki

40 Tahun

16 Februari

2014

12:05 –

Selesai

6 I6 Bapak Yanto S

Ketua KUB

(Kelompok Usaha

Bersama) Bahari Jaya

Bersatu Desa Lontar

Laki-laki

36 Tahun

16 Februari

2014

15 :11 –

Selesai

7. I7-1 Bapak Jaiman Ketua RW (Nelayan

Rumput Laut)

Laki-laki

46Tahun

26 Januari

2014

09 : 01 –

Selesai

8. I7-2 Bapak Asep Nelayan (Rumput

Laut)

Laki-laki

27 Tahun

26 Januari

2014

09 : 01 –

Selesai

9 I7-3 Bapak Rosidi Nelayan (Tangkap) Laki-laki

40 Tahun

26 Januari

2014

10 :24 –

Selesai

10 I7-4 Bapak

Nuryanto Nelayan (Tangkap)

Laki-laki

31 Tahun

26 Januari

2014

12 : 03 –

Selesai

11 I7-5 Bapak Sidik Nelayan (Tambak) Laki-laki

45 Tahun

26 Januari

2014

09 : 00 –

Selesai

12 I7-6 Bapak Jazuli Nelayan (Tambak) Laki-laki

26 Tahun

26 Januari

2014

10 : 00 –

Selesai

Page 167: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

13 I8-1 Bapak

H.Jarnudi

Masyarakat (bukan

nelayan)

Laki-laki

43 Tahun

26 Januari

2014

15 :45 –

Selesai

14 I8-2 Ibu Karsinah Masyarakat (bukan

nelayan)

Perempuan

40 Tahun

16 Februari

2014

17 : 15 –

Selesai

15 I8-3 Bapak Siman Masyarakat (bukan

nelayan)

Laki-laki

24 Tahun

16 Februari

2014

17 : 30 –

Selesai

Page 168: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 169: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 170: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 171: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 172: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 173: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 174: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 175: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 176: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 177: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 178: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 179: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 180: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 181: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 182: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 183: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 184: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 185: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 186: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 187: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut
Page 188: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

TRANSKIP DATA DAN KODING

Peneliti : Pihak yang terkait dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir.

I 1 : Untuk pengelolaan pesisir Kabupaten Serang, jadi kita kan sudah

menyusun ada sesuai UU no 27 tahun 2007 ada perencanaan, Rencana

Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K) terus ada

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) nah

itu kan pada saat penyusunan itu kan kita harus mengidentifikasi

stakeholder, pihak-pihak terkait itu. Jadi kita merumuskan satu, ada

Instansi Pemerintah bisa Instansi di dalam Pemda Kabupaten Serang, ada

juga Instansi Vertikal (dibawah departemen kelautan, ada loka wilayah

pesisir, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dan UPT Pelabuhan

Perikanan Nusantara). Terus kemudian yang kedua masyarakat, yang

dimaksud masyarakat disini ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang kita libatkan, ada perguruan tinggi yang selama ini juga kita libatkan

ada Untirta dan juga STP, terus ada juga masyarakat langsung disitu kan

ada masyarakat pesisir, untuk di Lontar yaitu nelayan dan pengelola

budidaya disana. Pihak swasta tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan

karena waktunya khusus dan sifatnya sebentar dan berganti-ganti

sementara untuk penyusunan ini kan butuh waktu setahun dua tahun.

1

Peneliti : Yang ingin dicapai dari pengelolaan wilayah pesisir.

I 1 : Nah itu kita kan seperti yang ada di undang-undang no 27 tahun 2007 itu

kan kita ada empat dokumen perencanaan yang harus dibuat oleh masing-

masing kabupaten/kota yang punya pesisir, nah dokumen pertama yang

harus dibuat itu Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RSWP3K). Renstra pesisir itu kita sudah buat masuk di Perbub no 14

tahun 2011, nah disana ada visi, misi, strategi, sasaran dan program ada

disana. Jadi itu lah tujuan yang ingin kita capai gitu. Isinya ada disana

semua. Caranya kita membuat turunan-turunan, sekarang ada Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) itu

pengaturannya dimulai dari sana jadi visi yang ingin dicapai dan tujuan itu

udah ada di RZWP3K.

2

Page 189: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Peneliti : Perlu adanya keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor.

I 1 : Ya, sangat perlu makanya disana kenapa kita mengidentifikasi

stakeholder karena kita memang harus terpadu gitu. Untuk di undang-

undang saja sudah mensyaratkan itu, didalam undang-undang no 27 itu

ketua nya bukan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, ketua tim nya

adalah Kepala BAPPEDA jadi disini sudah mengindikasikan bahwa ini

untuk mencakup seluruh stakeholder terutama untuk yang di Pemda yang

punya kebijakan-kebijakan dari masing-masing kementrian, masing-

masing departemen, masing-masing dinas disatukan disana. Jadi kalo

misalkan kita liat di rencana zonasi itu kita coba memasukkan ada orang

dinas perhubungan, dinas pariwisata. Disini kita anggotanya juga ada

BPBD untuk potensi kebencanaan, Dinas Tata Ruang dimana harus

singkron dengan RTRW, terus karena ada potensi pariwisata kita juga ada

Dinas Pariwisata. Ada juga masukan dari Universitas, dia terkait kajian

keilmuannya.

3

Peneliti : Perencanaan dan Pengelolaan sumberdaya pesisir dilakukan berdasarkan

kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

I 1 : Jadi gini, dokumen itu pada saat disusun sudah melibatkan masyarakat.

Tadi itu ya perwakilan LSM dari kampus seperti itu. Nah setelah disusun,

dalam konsep penyusunan itu kita libatkan, kita ada konsultasi publik.

Dengan adanya konsultasi publik itu kita tau sesuai gak itu dengan

keinginan masyarakat nah itu kita koordinasikan, kalau ada masukan-

masukan itu kita akomodir, bahkan pertemuan itu tidak hanya sekali jadi

pertemuan itu beberapa kali gitu. Setelah sesuai dengan keinginan

masyarakat, sesuai juga dengan aturan-aturan yang memang ada di kita

baik aturan Pemerintah Daerah maupun aturan Pemerintah Pusat baru itu

dijadikan peraturan di kita ada yang Perda ada yang Peraturan Bupati.

Bahkan untuk yang rencana strategis kita itu langsung turun ke

kecamatan-kecamatan dan mengumpulkan masyarakat. Jadi visi dan misi

itu masukan dari mereka. Nah programnya itu kita yang mendetilkannya

dan membahasakannya.

4

Peneliti : Perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir berorientasi kepada

masa depan.

Page 190: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

I 1 : Ya Insyaallah iyah, jadi kan kita balik lagi ke visi misi. Disini visi

Kabupaten Serang wilayah pesisirnya itu yah wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil produktif, adil, mandiri, dan berwawasan lingkungan jadi kita

pikir itu udah menunjukkan bahwa kita produktif jadi tidak hanya kita

membiarkan tapi kita juga menghasilkan. Adil, itu kita artinya adil kepada

masyarakat juga dan adil itu untuk seluruh stakeholder jadi industri tidak

merasa dirugikan, masyarakat tidak merasa dirugikan jadi kita bisa

bersinergi untuk itu. Mandiri, jadi kita tidak ketergantungan dengan orang

lain gitu, terutama untuk nelayan. Kita inginnya masyarakat pesisir itu

mandiri. Dan yang terakhir berwawasan lingkungan.

5

Peneliti : Perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, namun mengapa Desa Lontar merupakan Desa

yang paling banyak masyarakat miskinnya.

I 1 : Untuk secara umum memang bisa dibilang begini, penghasilan nelayan

itu bisa dibilang besar ya besar dibilang kecil ya kecil tapi ada beda

karakter antara nelayan dengan bukan nelayan. Jadi gini pendapatan

nelayan memang belum atau dianggap tidak terlalu besar. kemudian untuk

nelayan tambak belum tentu mereka yang punya tambak mereka hanya

penggarapnya, begitu juga dengan nelayan belum tentu punya kapal

sendiri, mereka hanya jadi buruh-buruh nelayan seperti itu. Dan juga

karakter dari nelayan yang sekarang dapet uang hari ini habis. Kemudian

ada bantuan dari pemerintah berupa bambu-bambu dan bibit untuk

nelayan tambak, untuk nelayan tangkap berupa alat tangkap.

6

Peneliti : Hambatan dalam membuat dan melaksanakan perencanaan untuk

wilayah pesisir Desa Lontar.

I 1 : Jadi gini, pengelolaan wilayah pesisir itu kan kalo bisa menyeluruh ya,

menghasilkan tapi juga berwawasan lingkungan. Nah kita existing di

Lontar itu kan sebetulnya masuk kedalam wilayah abrasi. Memang sudah

ada upaya dari pemerintah itu membangun penahan gelombang, sudah

banyak juga dari elemen masyarakat, pemerintah juga yang menanam

mangrove. Itu merupakan program dari pemerintah ada juga program dari

swasta agar tidak terjadi abrasi, namun program tersebut terganggu dan

terhambat oleh adanya penambangan pasir di darat yang dilakukan oleh

7

Page 191: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

masyarakat dan tidak memiliki izin.

Peneliti : Anggaran yang tersedia untuk membantu masyarakat pesisir untuk

mengelola sumberdaya pesisir.

I 1 : Anggaran ada, tiap tahun kita punya anggaran namun tidak khusus,

misalnya untuk Lontar saja gitu. Kita kan membangunnya itu untuk

seluruh Kabupaten ya, bentuknya ya beda-beda lah tergantung kebutuhan.

Tahun ini, untuk di Lontar akan ada rehabilitasi TPI lagi.

8

Peneliti : Bentuk Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serang

dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar.

I 1 : Pengawasan dalam bentuk monitoring. Jika ada teguran, nanti kita buat

surat teguran, kalo perlu ada penertiban nanti akan ditertibkan oleh Satpol

PP jadi sesuai dengan tugas pokok masing-masing. Monitoring itu ada

dua, ada yang kita monitoring karena memang ada aduan dari masyarakat,

ada juga yang tanpa aduan pun kita akan kesana. Untuk penambangan

pasir laut yang ada di Desa Lontar tidak aduan secara langsung dari

masyarakat.

9

Peneliti : Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan.

I 1 : Ada kelompok pengawas sumberdaya kelautan dan perikanan dan itu

sudah terbentuk lama dan berjalan lama, namanya kita sebut Pokmaswas

(Kelompok Masyarakat Pengawas) kalo di Lontar itu Banyu Biru ya kalo

gak salah. Dia boleh melaporkan tapi tidak boleh menindak. Jadi kalo

melihat ada pelanggaran atau apa dia cukup membuat laporan ke kita tapi

tidak boleh sampe seperti satpol PP gitu sampe menertibkan.

10

Peneliti : Hambatan dalam hal pengawasan.

I 1 : Hambatan dalam pengawasannya, mungkin karena kita tidak dilapangan

jadi tidak bisa 24 jam mengontrol ya.

11

Peneliti : Pengembangan yang dilakukan pemerintah dari potensi yang ada.

I 1 : Pengembangannya yang jelas pengembangan budi daya lah, budi daya

di tambak, budi daya di laut (rumput laut). Budi daya kemudian diolah

menjadi produk lain. Seperti rumput laut dibuat menjadi minuman, abon

ikan, kerupuk tulang ikan, bontot, bandeng cabut duri, dan lain-lain.

12

Peneliti : Komunikasi Pemerintah dengan masyarakat.

I 1 : Komunikasi ya jalan, misalkan ada program pemerintah akan 13

Page 192: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

sosialisasikan kepada masyarakat. Tapi tidak ke semua masyarakat diberi

sosialisasi, hanya perwakilan masyarakat saja. Kemudian melihat

permasalahan yang ada lalu pemerintah membantu memecahkan.

Peneliti : Keterbukaan/ transparansi dari Pemerintah dalam pengelolaan

sumberdaya pesisir Desa Lontar.

I 1 : Kalo menurut saya sudah transparan, dokumen anggaran juga

transparansi dan untuk program yang akan dilakukan juga transparan.

Seperti untuk siapa dan berapa banyak programnya.

14

Peneliti : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar.

I 1 : Peran serta masyarakat cukup baik, ada kelompok-kelompok masyarakat

yang sudah melakukan budi daya. Dan yang dibantu yang sudah punya

lahan.

15

Peneliti : Yang menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi dengan

masyarakat.

I 1 : Jadi kan begini, program dari kita itu kan terbatas sementara yang

memerlukan banyak, tapi selama ini tidak menjadi hambatan dalam

melakukan komunikasi, mereka mengerti.

16

Peneliti : Kepastian Hukum yang berlaku.

I 1 : Untuk kepastian hukum yang berlaku itu Peraturan Daerah No.2 Tahun

2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Serang Tahun 2013-2033 dan Peraturan Bupati No.14 Tahun

2011 tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Serang Tahun 2011-2030.

17

Peneliti : Sanksi yang diberikan Pemerintah Kabupaten Serang kepada

penyimpangan atau pelanggaran dalam pengelolaan wilayah pesisir di

Desa Lontar.

I1 : Jika ada pelanggaran akan diberikan teguran. Untuk Desa Lontar, sudah

ada monitoring dan sedang diproses untuk penambangan pasir yang di

darat.

18

Peneliti : Seperti apa perencanaan pembangunan dikatakan baik.

I2 : Kalo perencanaan pembangunan itu dikatakan baik, ada tahapannya yaitu

perencanaan, ada pelaksanaan, trus ada monitoring nanti pengawasan,

terus ada evaluasi nah gitu jadi kalo misalnya ya perencanaan sampai

19

Page 193: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

dengan pelaksanaan itu sesuai dengan target, sesuai dengan output yang

diinginkan itu berarti sudah perencanaan yang baik. Jadi apa yang kita

impikan, apa yang kita targetkan, outputnya pas waktu pelaksanaan

terealisasi itu perencanaannya sudah baik. Tapi kalo target tidak tercapai

belum tentu juga perencanaannya gak baik, liat juga kendala-kenadalanya

apa, hambatannya apa, jadi istilahnya mah perencanaan itu mah butuh

pengawasan butuh kontrol, saat kontrol itu kita melihat keadaan

dilapangan gimana nanti diakhirnya kalo memang mencapai target itu

perencanaannya sudah baik, tapi kalo tidak sesuai dan tidak tercapai

berarti perencanaannya tidak baik.

Peneliti : Pihak yang terkait dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir.

I2 : Pihak-pihak yang terkait itu ya semua SKPD, semua Dinas yang ada di

Kabupaten Serang itu pasti. Semua stakeholder juga, baik itu pihak

swasta, pihak masyarakat, juga itu untuk perencanaan pengelolaan. Karna

yang namanya perencanaan itu kita menyusun dokumen itu harus

dilibatkan masyarakatnya, jadi istilahnya ada yang namanya konsultasi

publik pada saat kita membuat perencanaan ssbelum di finalisasi kita

harus melakukan konsultasi publik dengan masyarakat, perguruan tinggi,

LSM, itu pasti ikut serta jadi yang namanya untuk perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir itu semua stakeholder ikut terlibat. Konsultasi

publiknya itu kita memaparkan jadi bentuknya forum, masyarakat kita

undang kita paparkan, ini loh yang namanya kita sudah menyusun

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir nih kedepan seperti ini.

Masyarakat bagaimana apakah sudah sesuai, tapi kita ada aspirasinya yah

makanya kita ada penjaringan informasi. Jadi sebelum dibuat perda,

konsultasi publik itu harus.

20

Peneliti : Perlu adanya keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor.

I2 : Iya harus keterpaduan itu ya jadi istilahnya dokumen perencanaan ya kan

kalo kita di BAPPEDA ini dokumen perencanaan itu bisa disusun apabila

sudah melibatkan berbagai sektor. Jadi misalnya nih seperti ini kalo kita

mempunyai dokumen perencanaan mau mengelola pesisir, kan bukan

cuma BAPPEDA bukan hanya Dinas Kelautan tapi ada yang namanya

aspek ekonomi, aspek sosial, kemasyarakatan, aspek lingkungannya juga

21

Page 194: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

harus diperhatikan. Makanya perlu keterpaduan dari berbagai sektor jadi

untuk mengelola pesisir ini misalnya bagaimana biar pengelolaannya

bagus berarti kan sosialisasi ke masyarakatnya harus bagus, gimana

supaya pengelolaan cara hidup mereka disana untuk pesisir itu lebih bagus

lagi.

Peneliti : Acuan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan.

I2 : Ya harus sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Untuk membuat

acuan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir itu kita kan harus liat

masyarakatnya juga disana jangan sampai kita membuat perencanaan

pengelolaan pesisir itu bertolak belakang dengan apa yang ada disana gitu.

Sebelum kita membuat dokumen perencanaan kita lihat dulu kondisi

existing nya disana itu seperti apa, masyarakat kehidupannya bagaimana,

bagaimana kita juga bisa mempertahankan malah dokumen perencanaan

itu sifatnya kan lebih kepada memperbaiki apa yang ada gitu. Gimana

supaya lebih baik lagi kedepan, jadi kita tidak merubah secara total mah

engga, kita liat juga existing nya seperti apa kalo memang existing nya itu

bagus untuk masa depan kenapa engga kita ikutin gitu, tapi kalo yang

namanya existing nya banyaknya pencemaran ya memang itu kita harus

tindak, kita arahkan. Kemudian harus berkelanjutan, namanya

pembangunan semuanya harus berkelanjutan tidak boleh putus disuatu

saat, harus berkelanjutan gitu.

22

Peneliti : Hambatan dalam pembuatan perencanaan.

I2 : Kalo hambatan-hambatan itu sebenarnya tidak terlampau banyak ya,

yang cukup berarti pun gak ada paling hanya masalah menampung

aspirasi. Menampung aspirasi itu kan bukan berarti serta merta kita semua

aspirasi tuh masuk ke dokumen perencanaan, kita juga kan harus milah-

milah mana nih yang menjadi prioritas karena dokumen perencanaan itu

kan punya umur juga berapa tahun. Yang menjadi prioritas juga harus kita

liat kemudian mana yang memang sesuai dengan keadaan di lapangan.

Ada aspirasi masyarakat karena memang ketidaktauan mereka,

ketidakmengertian mereka, itu kan mereka masukin saja tapi begitu kita

berikan pehaman ternyata gak cocok, jadi kita berikan pehaman harus

seperti ini, penggunaan ruang disana juga kan harus sesuai dengan

23

Page 195: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

peraturan-peraturan yang berlaku. Jadi paling hambatannya sih ya itu

doang memberikan pengertian kepada masyarakat itu gak segampang

membalikan telapak tangan harus pelan-pelan makanya perlu sosialisasi

terus menerus.

Peneliti : Peranan dan Wewenang BAPPEDA Kabupaten Serang.

I2 : Peranan dan wewenang BAPPEDA itu kita ya instansi perencana jadi

kita itu lebih kepada pengawasannya saja, gimana aplikasi yang kita

rencanakan dengan apa yang ada di lapangan gitu dia, jadi istilahnya kita

BAPPEDA akan mengawal seluruh dokumen perencanaan yang telah

disusun oleh semua dinas kita liat konsistensi nya kalo dokumen

perencanaan kita sudah susun aplikasinya memang butuh program atau

kegiatan setiap tahun itu kita kawal jangan sampai dokumen perencanaan

disana itu hanya sebagai dokumentasi doang. Kita liat sudah berjalan apa

belum, sudah sesuai apa belum. Kalo tidak sesuai kita akan limpahkan,

nanti akan ada instansi lagi yang akan mengevaluasi. Nah kalo untuk

evaluasi kita, sebatas perencanaan kalo tidak sesuai dan target tidak

tercapai tindakan kita akan memperingatkan. Setiap triwulan pasti kita

lakukan evaluasi.

24

Peneliti : Koordinasi antara dinas-dinas terkait.

I2 : Kalo koordinasi, kalo kita BAPPEDA untuk melaksanakan

koordinasinya itu terkait dengan tupoksi kita semua perencanaan itu

dimulai dengan musrembang, untuk program pembangunan dari

musrembang desa masuk ke musrembang kecamatan kemudian kita

masuk ke forum SKPD, forum SKPD ini nanti antar Dinas semua Dinas

itu melakukan penjaringan aspirasi masyarakat untuk usulan

pembangunan perencanaan ke depan. Setelah forum SKPD kita lakukan

lagi untuk forum gabungan, forum gabungan SKPD ini tujuannya supaya

SKPD itu melakukan program kegiatan harus berbasis kawasan. Harus

mengsingkronkan perencanaan dari dinas-dinas lain jangan sampai

berjalan masing-masing harus berkesinambungan. Setelah forum

gabungan kita baru masuk ke musrembang kabupaten kemudian di

finalisasi rencana kerja pemerintah itu apa. Dipilih yang prioritas karena

anggarannya terbatas. Jadi seperti itu, sekarang itu pembuatan

25

Page 196: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

perencanaan harus bottom up.

Peneliti : Pihak yang terkait dalam pengelolaan Sumberdaya Pesisir.

I3 : Kalo di perikanan itu yah langsung dengan orang-orang pelelangan kalo

dari perikanan itu kebanyakan dari orang lelang yang mengelola. Kalo

dibidang budidaya, yang mengelola itu kelompok masyarakat.

26

Peneliti : Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Serang.

I3 : Sering ada bantuan, terutama nya bibit rumput laut berikut peralatannya

lah untuk membudidayakan, tambang segala macem. Jadi kalo di

perikanan juga sering, kadang-kadang jaring (alat tangkap). Itu bantuan

dari DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Serang.

Pertambakkannya juga ada bantuannya dari mulai bibit, sampe

pengolahan, pakannya segala sudah berjalan, tapi karena kendalanya di

air, jadi kadang-kadang tuh ini gagal panen. Banyak faktor nya, salah

satunya karena limbah dari sungai ciujung. Tapi, bantuan dari pemerintah

belum maksimal. Jadi umpamanya kita mengajukan 10 kelompok paling

yang di acc cuma 2 atau 3 kelompok itupun tidak tiap tahun kita

mendapatkan kan bergilir dengan Tanara dan Pontang. Jadi bantuan belum

mencukupi karena kebutuhan masyarakat kan banyak.

27

Peneliti : Koperasi yang dikelola masyarakat.

I3 : Untuk koperasi dulu ada sekitar tahun 70-75 sekarang udah gak aktip

lagi, macet. Oh iya sekarang di pelelangan ada tapi sama tidak aktif juga.

Ya kemungkinan tidak aktifnya itu dari perguliran, sampe dana habis tidak

kembali lagi. Jadi uang dari nelayan dengan cara menabung terus

disimpan pinjamkan, ya akhirnya macet.

28

Peneliti : Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir.

I3 : Masyarakat ikut dilibatkan, umpamanya membuat proposal itu kan

pengajuannya dari masyarakat, masyarakat ngajukan ke desa, desa ke

pemerintah, jadi tetap dilibatkan. Toh yang akan menikmati juga

masyarakat.

29

Peneliti : Perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir berorientasi kepada

masa depan/berkelanjutan.

I3 : Yang sudah ada masih memperhatikan lingkungan seperti rumput laut 30

Page 197: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

disamping kita membudidaya dan juga menguntungkan sebagai rumah-

rumah ikan, itu kan juga sudah menjurus ke masa depan juga. Tapi kaya

nya kalo untuk pengelolaan pasir (penambangan pasir) itu hanya untuk

jangka pendek karena tinggal tunggu waktunya akan habis. Sebenarnya

tadi nya sawah karena kendalanya di air, jadi dialihfungsikan menjadi

tambak, dan pasirnya dimanfaatkan.

Peneliti : Kesejahteraan Masyarakat Desa Lontar.

I3 : Kesejahteraan masyarakat dihasilkan dari penghasilan dari laut.

Mayoritas itu nelayan tangkep dan pembudidaya rumput laut juga

budidaya ikan. Kalo ditambak mah budidaya ikan, kalo dilaut yang di

budidaya rumput laut. Lebih dari 1500 orang yang membudidaya rumput

laut bahkan yang tadinya nelayan tangkap, sekarang malah penghasilan

utamanya dari budidaya rumput laut.

31

Peneliti : Hambatan dalam melaksanakan perencanaan untuk wilayah pesisir Desa

Lontar.

I3 : Di dalam Perda, pesisir Desa Lontar termasuk kedalam tempat wisata

umum, namun hambatannya kurangnya pengelolaan dan pendanaan, jadi

tempat wisata nya ini gak bisa berkembang. Kemudian air lautnya dan

tanahnya dangkal, jadi gak bisa buat berenang. Pernah ada dari pihak

perorangan dikelola dibuatkan pendopo/saung segala macam tapi karena

tidak memiliki izin akhirnya ditegur pemerintah untuk mengurus perizinan

tapi pihak tersebut tidak meneruskan dan akhirnya menjadi terbengkalai.

Dari pihak Pemerintah belum ada pengelolaan. Dari pihak Desa sudah

sering mengajukan untuk dilakukan pengelolaan dan bantuan dari

Pemerintah tapi tidak ada tindak lanjutnya. Cuma rencana-rencana doang.

32

Peneliti : Koordinasi dengan Dinas-Dinas terkait dalam mengelola wilayah pesisir.

I3 : Ada koordinasi dengan Dinas Kelautan, koordinasi dengan pihak Dinas

cukup baik. Bantuan-bantuan yang diberikan kan juga campur tangan dari

Dinas. Dari DKP yang sering kunjungan. Hampir tiap tahun mengadakan

pelatihan dari balai besar, pelatihannya berupa tehnik pembudidayaan

rumput laut dengan baik, cara pemanenan dari mulai penanaman, cara

memilih bibit, memilih lokasi yang bagus,

33

Peneliti : Bentuk pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan wilayah pesisir.

Page 198: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

I3 : Pengawasan sih ada, tapi masyarakat kesadarannya masih kurang. Sudah

ada penyuluhan, tapi masyarakat tidak menjalankan sesuai dengan

penyuluhan. Pengawasan terhadap penambangan pasir dilaut dulu saat

masih jalan mah ada tim khusus dari masyarakat, dengan cara bergilir,

baik didarat dan juga ada yang dikapal, mengawasinya meliputi kapasitas

berapa rit per hari. Kalo yang penambangan di daratnya ya, karena pasir

darat ini ilegal, tahun 2009 izin sudah dicabut. Tapi karena memang

kebutuhan dan juga Desa mau ngomong apa, jadi istilahnya mah yah mata

melihat tapi seolah-olah tidak lihat. Ya karena faktor tadi, usaha di pasir

itu ya di penambangan pasir darat itu lebih dari 200 KK, jadi karena

pertimbangan itu gitu. Kalo pihak Desa keras, untuk melarang si

pengusaha pasir ini otomatis orang-orangnya itu jadi pengangguran. Kita

pernah tegas tapi karena hal itu jadi gak bisa berbuat banyak sebenernya

mah kesel gitu karena terlalu banyak pelanggaran-pelanggaran. Sering ada

dari Satpol PP tapi hanya ngontrol doang tidak sampai diberhentikan.

34

Peneliti : Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan.

I3 : Kalo yang di penambangan pasir darat gak ada pengawasan. Kalo untuk

penambangan pasir laut dulu waktu masih jalan yang dari baladika

(jetstar) masyarakat dilibatkan, kalo yang untuk Sinar Serang mah gatau,

masih jalan apa engganya juga gatau. Jangankan masyarakat, pihak desa

saja tidak mengetahui.

35

Peneliti : Yang dilakukan Pemerintah sebagai penengah/pengendali antara

masyarakat dengan pihak swasta.

I3 : Masyarakat dan pengusaha diundang oleh Pemerintah untuk

bermusyawarah. Tapi ya itu, masyarakat menjadi korban, ada orang-orang

yang berkepentingan sendiri. LSM-LSM menggerakkan masyarakat untuk

demo, nanti ketika yang menggerakkan di kasih duit mah udah diem.

Masyarakat gak dapet apa” jadi korban terus, dimanfaatkan. Tapi sekarang

udah gak ada demo lagi. Masyarakat udah jenuh.

36

Peneliti : Pengembangan yang dilakukan dari potensi yang ada.

I3 : Pengembangan yang dilakukan dari sumberdaya rumput laut berupa

dodol rumput laut, kerupuk, manisan, sama jus. Dijual hanya di warung-

warung sekitar saja. Kendalanya memang di pemasaran. Kalo ada

37

Page 199: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

pemesanan baru produksi.

Peneliti : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir.

I3 : Peran serta masyarakat cukup baik, selama tidak ada provokator. 38

Peneliti : Pendapat mengenai pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

I4 : Kalo dari bentuk koordinasi, dalam hal atau dari sisi pengelolaan

wilayah pesisir menurut sesuai dengan poksinya antara tangkap dengan

budidaya sudah mengarah lebih baik. Salah satu contoh, yang dulunya

tidak masuk ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sekarang nelayan sudah

pada masuk ke TPI. Yang tadinya pendapatan daerah tidak bisa tercover

sekarang Alhamdulillah selalu bisa tercover. Dulu hanya ada nelayan

pribumi sekarang sudah ada dari nelayan pendatang dari Lampung,

Tangerang, dari Karangantu.

39

Peneliti : Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

I4 : Kalo dilihat dari pendapatan perkapita masyarakatnya sih masih belum

mencukupi dan masih belum bisa mencapai kesejahteraan masyarakat.

40

Peneliti : Perencanaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

I4 : Iya, kalo dilihat dari program-program termasuknya dari tahun-tahun

yang lalu ya memang itu bantuan dari DKP tergantung dari permintaan

masyarakat. Tapi ya semua nya kembali lagi kepada masyarakat dalam

pengelolaannya bisa terus berjalan atau tidak.

41

Peneliti : Pengelolaan berorientasi kepada masa depan/berkelanjutan.

I4 : Memang mestinya mah orientasinya orientasi ke depan yah, untuk rumput

laut jelas merupakan salah satu produk yang sangat membantu potensi

yang sangat membantu buat perekonomian masyarakat namun lagi-lagi

dalam hal ini kita kembalikan lagi ke bagian budidaya nya, tergantung

kegigihan dari masyarakat. Kalo untuk pengelolaan pasir itu sangat

kontroversi dilingkungan masyarakat, pengelolaan pasir nya kan ada dua,

ada yang dilaut dan yang di darat, itu mah gak berorientasi kepada masa

depan karena berakibat terjadinya kerusakan di pesisir Lontar. Dilihat

dari pengelolaan hanya sekelompok orang, tidak untuk kebutuhan

masyarakat menyeluruh.

42

Peneliti : Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan perencanaan/Perda.

Page 200: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

I4 : Selama ini kami melihat dan memandang yah, tidak ada tuh sosialisasi

Perda Pengelolaan Wilayah Pesisir seperti itu, tidak ada.

43

Peneliti : Pengawasan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar.

I4 : Kalo dalam hal pengelolaan pasir (penambangan pasir) ya gak ada

pengawasan.karena kan ilegal tidak punya izin. Tidak ada sistem yang

mengatur. Ada nya suatu pembiaran dari Pemerintah baik Pusat maupun

Daerah. Lebih ironisnya Kepala Desa ikut bermain dibelakangnya melalui

orang-orangnya. Ikut melakukan pembiaran.

44

Peneliti : Pengembangan dari potensi yang ada.

I4 : Kalo dari sisi wilayah perikanan ada jalur koordinasi yang baik, tapi

tidak ada pengembangan/pengolahan. Disini juga tidak ada koperasi.

45

Peneliti : Bantuan yang diberikan dari Pemerintah.

I4 : Bantuan dari Pemerintah, kami yang mengusulkan sesuai kebutuhan,

selama ini seperti jaring. Dulu pernah ada bantuan kapal, tapi sudah lama

sekali. Bantuan ada sejak tahun 2008. Tapi kami juga tidak mau selalu

minta ke Pemerintah karena kalo minta terus kapan mandirinya.

46

Peneliti : Keterbukaan/Transparasi dari Pemerintah dalam pengelolaan wilayah

pesisir Desa Lontar.

I4 : Yaaa, kurang kayanya kalo dalam keterbukaan mah yah. Ya salah satu

contohnya dengan adanya dulu suatu kebijakan penambangan pasir laut.

Adanya sumbatan dalam keterbukaan masalah penambangan itu, akhirnya

kan masyarakat merasa tidak puas.

47

Peneliti : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir.

I4 : Kalo peran dari masyarakatnya sih memang Alhamdulillah yah

masyarakat itu karena melihat potensi alamnya yang luar biasa akhirnya

ya bahu membahu mengerjakan ini itu, yang penting dapet duit. Peran

serat masyarakat sangat maksimal kalo musimnya ikan, mereka ikut

nangkep ikan. Tapi tetep mengelola rumput laut. Ada disini juga

masyarakat menanam mangrove.

48

Peneliti : Hambatan dalam berkomunikasi dengan Pemerintah.

I4 : Kalo komunikasi dengan Pemerintah, yaitu Dinas Kelautan dan

Perikanan itu baik, tapi kalo dengan pihak Desa itu tersumbat.

Pelayanannya selalu diskriminasi. Jangankan menyampaikan aduan,

49

Page 201: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

bertegur sapa dengan Kepala Desa saja enggan. Banyak yang mengeluh

karena aspirasinya tidak pernah ditanggapi.

Peneliti : Sanksi dari Pemerintah kepada pelanggaran dalam pengelolaan wilayah

pesisir.

I4 : Ya saya bilang tadi, adanya pembiaran oleh Pemerintah. Sampai saat ini

belum ada sanksi untuk pelanggaran pengelolaan wilayah pesisir yaitu

penambangan pasir darat (Galian C). kurang adil dalam kebijakan.

50

Peneliti : Harapan untuk pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar

I4 : Harapannya, dalam pengelolaan dan pembangunan narus ada

kesinergian antara Pemerintah dan masyarakat. Adanya kepekaan

pemerintah dalam pengelolaan SDM dan SDA. Dibutuhkan pemimpin

yang dekat dengan masyarakat.

51

Peneliti : Tugas Pokok POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas).

I5 : Pokwasmas sifatnya hanya mengawasi kegiatan masyarakat yang ada

diwilayahnya, melaporkan, dan mencatat pelanggaran pengelolaan

wilayah pesisir yang terjadi di lapangan, tidak bisa memberikan tindakan

kepada pelanggar tersebut. Dan di koordinasikan tentunya dengan

pemerintah. Laporan diberikan kepada DKP dibagian pengawasan juga.

52

Peneliti : Hambatan dalam mengawasi pelanggaran pengelolaan sumberdaya

pesisir.

I5 : Kalo hambatannya karena hanya mengawasi dan melaporkan saja, jadi

hambatan atau kendalanya itu ketika laporan tidak ditanggapi oleh

Pemerintah Kabupaten.

53

Peneliti : Pengembangan dari potensi yang ada.

I6 : Hasil olahan rumput laut itu banyak bisa dibuat menjadi dodol, es

rumput laut, kerupuk, amplang, sabun, dan lain-lain. Tapi untuk sekarang

hanya bikin dodol, es rumput laut, sama es krim rumput laut. Karena

bahan bakunya mudah dan tidak perlu modal yang gede, buat

peredarannya juga mudah sih. Saya dapet ilmu nya dari pemerintah

dikasih pelatihan. Dari Dinas Kelautan dan Perikanan ada

pertemuan/sosialisasi, bimbingan teknik membuat, cara pemasaran gitu.

Biasanya sih kurang lebih dalam setahun itu tiga kali. Yang saya tau ada 4

kelompok pembudidaya rumput laut, tapi gatau masih jalan apa engga.

54

Page 202: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Peneliti : Wilayah pemasaran hasil olah sumberdaya pesisir.

I6 : Untuk sementara pemasaran hanya ke pasar-pasar tradisional sekitar.

Ada dari pihak pribadi orang Bogor, yang sanggup memasarkan ke

nasional. Dari pemerintah hanya ikut pameran-pameran saja. Kalo ada

yang minta baru produksi dan kirim ke Cilegon, Depok, tapi yah gitu gak

kontinyu.

55

Peneliti : Kendala dalam pengelolaan sumberdaya pesisir.

I6 : Kendalanya mah modal, dan juga pemasaran belum bisa menentukan

tempat yang pas. Cuaca juga merupakan salah satu kendala.

56

Peneliti : Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah.

I6 : Bantuan dari pemerintah dalam bentuk barang, tidak ada bantuan modal. 57

Peneliti : Bentuk pengawasan dari Pemerintah.

I6 : Bentuknya ada pengawasan dan peninjauan dari Pemerintah. 58

Peneliti : Komunikasi Masyarakat dengan Pemerintah

I6 : Komunikasi dengan Pemerintah cukup baik, sudah ada bantuan

walaupun ya gini-gini aja.

59

Peneliti : Pendapat mengenai pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar.

I6 : Pengelolaan wilayah pesisirnya dibilang baik ya baik, engga ya engga.

Karena saya lihat disini tidak ada pengelolaan.

60

Peneliti : Tanggapan adanya pelanggaran dalam pengelolaan (penambangan pasir)

I6 : Ya masyarakat mah ga setuju. Ada nya penambangan pasir ini

mempengaruhi usaha saya, kalo masyarakat ga ada penghasilan usaha jadi

terhambat.

61

Peneliti : Harapan untuk pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar.

I6 : Harapannya ya subur makmur, tidak ada kendala apa-apa. 62

Peneliti : Bantuan yang diberikan Pemerintah.

I 7-1 : Bantuan dari pemerintah perahu kecil, bambu, caranya mengajukan ke

Pemerintah, tapi udah lama gak ada bantuan dari Pemerintah.

63

I 7-2 : Dulu ada dikasih bambu-bambu sama rumput laut. 64

I 7-3 : Pernah di kasih jaring doang. 65

I 7-4 : Kalo buat nelayan tangkap mah ada jaring buat alat tangkap. 66

I 7-5 : Ada bantuan bibit, tapi sekarang mah gak bisa buat tambak. Kendalanya

di air jadi sering gagal panen.

67

Page 203: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

I 7-6 : Ya ada aja, bibitnya, pakannya. Tapi karena airnya kena pencemaran

dari limbah sungai ciujung jadinya ikan lama berkembangnya.

68

Peneliti : Kendala dalam mengelolanya.

I 7-1 : Budidaya rumput laut itu bagusnya mah 45hari, tapi yang terakhir ini

rumput laut saya pada kena limbah. Udah lapor tapi gak ada tanggapan.

69

I 7-2 : Kendalanya pada cuaca, ada faktor limbah juga sih. Jadi sangat

bergantung sama musim.

70

I 7-3 : Kendalanya cuaca, kalo kaya sekarang anginnya suka gede kan gak bisa

ke laut.

71

I 7-4 : Ya cuaca yang paling utama, dulu mah ada penambangan pasir laut juga

cukup menghambat.

72

I 7-5 : Sekarang tambak pada gagal, ya itu tadi kendalanya karena kualitas air. 73

I 7-6 :Ya tadi kendalanya mah air yah karena tercemar. Tapi gak ada tanggapan

dari Pemerintah.

74

Peneliti : Komunikasi dan Koordinasi dengan Pemerintah.

I 7-1 : Dibilang baik mah baik, engga mah engga gitu. Karena saya sudah

melaporkan rumput laut saya tercemar tapi tidak ada tanggapan. Tapi ya

saya juga pernah dikasih bantuan dulu.

75

I 7-2 : Ya cukup baik. 76

I 7-3 : Komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah cukup baik. 77

I 7-4 : Baik sih yah Alhamdulillah. 78

I 7-5 : Ya cukup baik ajalah walaupun kadang gak di tanggepin. 79

I 7-6 : Kalo menurut saya sih kurang komunikasi mah. 80

Peneliti : Milik sendiri atau orang lain.

I 7-1 : Iya punya sendiri saya mah. 81

I 7-2 : Punya sendiri ka nada di laut. 82

I 7-3 : Kalo saya sih kapalnya punya sendiri. 83

I 7-4 : Engga, saya ikut sodara aja. 84

I 7-5 : Bukan saya hanya bantu aja. 85

I 7-6 : Ya bukan punya saya, kalo ga bisa ngambil ikan dilaut, ya ngebantu-

bantu aja biar dapet duit.

86

Peneliti : Pengembangan dari potensi yang ada.

I 7-1 : Ada, dibuat jadi dodol, jeli, kerupuk. Tapi yang mengolahnya ada lagi 87

Page 204: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

bukan nelayan.

I 7-2 : Dibuat kerupuk, dodol, jus, es krim, banyak gitu yah. 88

I 7-3 : Oh engga ada kalo ikan mah langsung dijual di pelelangan. 89

I 7-4 : Engga ada, yang ada mah di daerah Domas Pontang tuh ada dibikin

kerupuk tulang ikan, terus banyak saya mah kurang tau.

90

I 7-5 : Gak ada, jangankan untuk ngolah jadi produk yang lain. Buat

membudidayakannya aja sekarang mah susah.

91

I 7-6 : Gak ada sih yah buat itu mah, belum ada. 92

Peneliti : Target dan tempat pemasaran.

I 7-1 : Kalo disini dijual ke pengepul, nanti pengepul yang jual lagi nya. 93

I 7-2 : Dijual ke pengepul, sama ke pembudidaya rumput laut tapi kadang-

kadang doang. Kebanyakan mah yah ke pengepul dijualnya.

94

I 7-3 : Dijual di pelelangan, ada juga masyarakat luar lontar paling beberapa

orang doang, itu juga kadang-kadang.

95

I 7-4 : Semua nya dijual di pelelangan. 96

I 7-5 : Dijual di pasar-pasar tradisional aja. 97

I 7-6 : Ya cuma ke pasar-pasar deket sini aja. 98

Peneliti : Dampak dari adanya penambangan pasir.

I 7-1 : Gak masalah sih yah saya mah, gak jadi masalah. 99

I 7-2 : Ya berpengaruh juga sih kayanya mah sama kualitas air lautnya kadang

jadi keruh.

100

I 7-3 : Kalo yang penambangan pasir laut kemaren itu mah iyah cukup

mengganggu aktivitas.

101

I 7-4 : Ya dibilang mengganggu mah mengganggu gitu yah. 102

I 7-5 : Ya dampaknya mah sekarang banyak bekas-bekas penambangan pasir

darat. Itu mah sebenernya bukan tambak. Yang bener-bener tambak mah

cuma sedikit. Itu dulunya sawah, sekarang pasirnya dikerukin jadi pada

bolong-bolong gitu. Bekasnya udah aja ditinggalin, ngeruk tempat lain

lagi.

103

I 7-6 : Dampaknya bikin jalan jadi jelek dan rusak. Apalagi pas musim hujan

gini.

104

Peneliti : Masyarakat dilibatkan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir.

Page 205: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

I 7-1 : Ya kalo selama ini mah sih engga ada. 105

I 7-2 : Engga yah gak ada kayanya mah, kalo saya ya ga pernah gitu lah. 106

I 7-3 : Gak ada dilibatin. 107

I 7-4 : Gak pernah yah kalo saya, gatau kalo yang lain. 108

I 7-5 : Sibuk nyari uang, jadi gatau yang kaya gitu. 109

I 7-6 : Gak tau sih gak ada, mungkin pihak Desa kali kalo itu mah. 110

Peneliti : Sanksi yang diberikan Pemerintah kepada pelanggaran pengelolaan

wilayah pesisir.

I 7-1 : Gak ada, buktinya sampe sekarang masih jalan. 111

I 7-2 : Gak ada yah itu jalan terus. 112

I 7-3 : Ya itu mah dibiarkan aja gak pernah ada penertiban. 113

I 7-4 : Gak ada sanksi apa-apa dari Pemerintah. 114

I 7-5 : Gak pernah ada sih dari Pemerintah, padahal udah dilaporkan. 115

I 7-6 : Gak ada selama ini mah. 116

Peneliti : Pendapat mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar.

I 8-1 : Sumber Daya Alam rusak ya rusak, tapi masyarakat mah nurut yang

diatas aja.

117

I 8-2 : Kalo untuk tempat wisata ini gak ada yang mengelola. Tumbuh sendiri.

Pernah ada yang mau melestarikan dari pihak pribadi orang Bogor tapi

gak jadi. Karena mau dibangun hotel segala macem langsung di demo

sama masyarakat sininya.

118

I 8-3 : Pengelolaannya kurang baik masih banyak kekurangan. Sini mah orang-

orang deket aja yang mau. Permainan gak ada, gak ada yang bisa diliat.

Gak bisa buat berenang. Tapi ya merupakan salah satu alternatif tempat

hiburan. Dulu masih bisa berenang, karena ada penambangan pasir jadi

lautnya rusak.

119

Peneliti : Pendapat mengenai adanya pelanggaran dalam pengelolaan wilayah

pesisir di daerah mereka (penambangan pasir).

I 8-1 : Ya gak setuju mah ya gak setuju, tapi apalah daya saya gak bisa apa-apa.

Keuntungannya ada dari CSR. Tapi itu juga gak membantu apa-apa.

120

I 8-2 : Sebetulnya mah gamau, tapi mau gimana lagi. Tidak merasa dirugikan

atau diuntungkan ibu mah.

121

I 8-3 : Ya sebagai warga Lontar mah gak setuju lah. 122

Page 206: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Peneliti : CSR yang diberikan dari pihak pengelola sumberdaya pasir

(penambangan) pasir.

I 8-1 : Kalo dari baladika ada setiap bulan dibagi, ya lupa berapanya mah

karena gak nentu ngasih uangnya. Kalo yang dari SS itu gak tau, gak

pernah ngasih, masih jalan apa engga aja gatau itu mah.

123

I 8-2 : Dikasih CSR dari Baladika berkali-kali. Ora kelingan pira. Akeh. Kalo

sinar serang Cuma sekali 150.000. kalo dari SS itu dikasih semacem

kertas gitu buat tanda dikasih kompensasi perbulannya, tapi selama ini

Cuma ngasih sekali abis itu gak lagi. Malah orang lain mah kertas nya itu

dijualin, dijual nya ke orang-orang SS juga gitu.

124

I 8-3 : CSR iyah ada, tapi ya gak seberapa, ada dari baladika sama sinar serang.

Tapi kalo sinar serang Cuma sekali doang 150.000, kalo baladika kadang

180.000 kadang gak nentu juga sesuai pendapatan merekanya.

125

Peneliti : Masyarakat dilibatkan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir.

I 8-1 : Gak sih, gatau saya mah. Gak terlalu mengerti. 126

I 8-2 : Gatau ibu mah ga pernah ikut kaya gitu. Jualan aja yang penting mah. 127

I 8-3 : Kurang tau juga yah, tapi kalo saya ya belum pernah ikut. 128

Peneliti : Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah.

I 8-1 : Bantuan dari Pemerintah dalam bentuk beras. Gak ada bantuan dari

pemerintah untuk pengelolaan wisata umum. Hanya masyarakat sekitar

saja yang mengelola.

129

I 8-2 : Ada beras. Tapi kalo bantuan dari pemerintah buat tempat wisata ini

mah gak ada. Ibu mah disini udah jualan selama 8 tahun. Tapi selama

jualan disini belum pernah ada bantuan.

130

I 8-3 : Bantuannya paling beras, kalo musim lagi jelek. 131

Peneliti : Sanksi yang diberikan Pemerintah kepada pelanggaran pengelolaan

wilayah pesisir (penambangan pasir)

I 8-1 : Belum ada sanksi apa-apa. Dibiarkan aja oleh Pemerintah. 132

I 8-2 : Gak pernah ada satpol PP buat nindak penambang pasir. 133

I 8-3 : Engga, gak ada sanksi apa pun kalo diliat sampai saat ini sih. Buktinya

masih berjalan terus.

134

Page 207: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

KODING DATA

Kode

1, 20, 26, 29, 43

2

3, 21

4, 5, 6, 22, 30, 41, 42

7, 32, 49, 53, 56, 69,

70, 71, 72, 73, 74

8

9, 10, 11, 34, 35, 44,

53, 58

12,37,45,54,87,88,89,

90, 91, 92

13, 36, 49, 59, 75, 76,

77, 78, 79, 80

14, 47

15, 38, 48

16, 49, 59

17

18, 50, 111, 112, 113,

114, 115, 116, 132,

133, 134

19

23

24

25, 33

Kata Kunci

Pihak yang terkait dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir

Keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor

Acuan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir

Hambatan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

Anggaran pengelolaan wilayah pesisir

Pengawasan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

Pengembangan potensi wilayah pesisir

Komunikasi Pemerintah dengan masyarakat

Keterbukaan/Transparansi Pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya pesisir

di Desa Lontar

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

Hambatan dalam melakukan komunikasi

Kepastian hukum yang berlaku

Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran dalam pengelolaan wilayah

pesisir Desa Lontar

Keterangan Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Kimpraswil

BAPPEDA Kabupaten Serang mengenai perencanaan pembangunan

Hambatan dalam pembuatan perencanaan

Keterangan Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Kimpraswil

BAPPEDA Kabupaten Serang mengenai Peranan dan wewenang BAPPEDA

Koordinasi antara dinas-dinas terkait

Page 208: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

27, 46, 57, 63, 64, 65,

66, 67, 68, 129, 130,

131

28

31, 40,

39, 60, 117, 118, 119

51, 62

81, 82, 83, 84, 85, 86

93, 94. 95. 96. 97. 98

99, 100, 101, 102,

103, 104

105, 106, 107, 108,

109, 110, 126, 127,

128

120, 121, 122

123, 124, 125

Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah untuk pengelolaan pesisir Desa

Lontar

Koperasi yang dikelola masyarakat

Keadaan (Kesejahteraan) masyarakat Desa Lontar

Keterangan masyarakat mengenai pengelolaan wilayah pesisir Desa Lontar

Keterangan masyarakat mengenai harapan untuk pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Lontar

Keterangan masyarakat mengenai kepemilikan sumberdaya pesisir yang

dikelola

Keterangan masyarakat mengenai target dan tempat pemasaran hasil

pengelolaan sumberdaya pesisir Desa Lontar

Keterangan masyarakat mengenai dampak dari adanya penambangan pasir di

pesisir Desa Lontar

Keterangan masyarakat mengenai keterlibatan dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir.

Keterangan masyarakat mengenai adanya pelanggaran dalam pengelolaan

wilayah pesisir di daerah mereka (penambangan pasir).

Keterangan masyarakat mengenai CSR yang diberikan dari pihak pengelola

sumberdaya pasir (penambangan) pasir

Page 209: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Dokumentasi Lapangan

Wawancara dengan Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil

DKPESDM Kabupaten Serang

Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Pemukiman, dan Prasarana Wilayah

BAPPEDA Kabupaten Serang

Page 210: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Wawancara dengan Sekdes Desa Lontar

dan Masyarakat Desa Lontar

Wawancara dengan Karyawan TPI TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

(Tempat Pelelangan Ikan) Desa Lontar Desa Lontar

Page 211: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Wawancara dengan Ketua KUB Bapak Yanto menunjukkan cara

mengolah

(Kelompok Usaha Bersama) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar rumput laut menjadi dodol

Hasil olahan rumput laut KUB (Kelompok Usaha Bersama) Bahari Jaya Bersatu Desa Lontar

(Dodol, Es krim)

Page 212: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

Wawancara dengan Nelayan Desa Lontar Wawancara dengan Masyarakat Desa Lontar

Tempat Wisata Umum Desa Lontar

Lahan bekas galian pasir yang ditinggalkan

Page 213: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Nomor : 2 Tahun 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG

NOMOR 2 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SERANG TAHUN 2013-2033

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pemerintah Daerah

wajib menyusun Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan melibatkan masyarakat berdasarkan

norma, standar dan pedoman yang telah ditetapkan, agar perencanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersinergi dan berkelanjutan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kabupaten Serang Tahun 2012-2032;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

5.Undang-Undang……

Page 214: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

7. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Banten 2010-2031 (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 2 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 32);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan

Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2008 Nomor 772);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 812);

10. Peraturan Daerah Daerah Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten

Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 821);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG

dan

BUPATI SERANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA ZONASI

WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN

SERANG TAHUN 2013-2033.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah…….

Page 215: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 3 -

1. Daerah adalah Kabupaten Serang.

2. Bupati adalah Bupati Serang.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten Serang.

5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan antara pemerintah daerah dan DPRD.

6. Dinas adalah Dinas yang membidangi kelautan dan perikanan.

7. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan

fungsional.

8. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

9. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

10. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala daerah atau beberapa kecamatan.

11. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah pusat kegiatan yang untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.

12. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

13. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

14. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan

struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

15. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang yang selanjutnya disingkat RZWP3K daerah adalah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola

ruang.

16. Garis Pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi, surut tertinggi yang dihitung dengan

rata-rata.

17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional.

18. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut

yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

19.Perairan….

Page 216: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 4 -

19. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi diukur

dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.

20. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000

km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.

21. Pulau-pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan ekosistem dengan perairan disekitarnya.

22. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkhis memiliki hubungan

fungsional.

23. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

24. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

25. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

26. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui

penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.

27. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah Pesisir yang ditetapkan peruntukkannya.

28. Kawasan Konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah kawasan pesisir dan pulau pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah.

29. Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan

dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.

30. Alur Laut adalah perairan yang dimanfaatkan, antara lain, untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil secara berkelanjutan bagi berbagai sektor kegiatan.

31. Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya.

32. Pertanian adalah kawasan untuk kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan

baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

33. Perikanan Budidaya adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan

dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.

34. Perikanan Tangkap adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

35.Pelabuhan………

Page 217: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 5 -

35. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas diujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun

penumpang kedalamnya.

36. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,

serta kegiatan pasca tambang.

37. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai

tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya

berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

38. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

39. Permukiman adalah suatu perumahan kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan

40. Konservasi Pesisir adalah upaya perlindungan,pelestarian dan pemanfaatan

wilayah pesisir serta ekosistimnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisisr dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keberagamannya.

41. Konservasi Maritim adalah perlindungan adat dan budaya maritim yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus, situs sejarah kemaritiman dan

tempat ritual keagamaan atau adat dan sifatnya sejalan dengan upaya konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

42. Konservasi Perairan adalah perairan yang dilindungi, dikelola dengan

system zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

43. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebanya

proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 M (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

44. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

45. Instalasi Militer adalah Instalasi yang digunakan untuk kepentingan mendukung kegiatan militer, contoh : Instalasi Radar AU, depot Amunisi (Badan Pertanahan Nasional).

46. Situs Warisan Dunia adalah sebuah tempat khusus (misalnya hutan, pegunungan, danau, gurun pasir, bangunan, kompleks, atau kota) yang telah dinominasikan untuk program warisan dunia internasional.

47. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau

buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

48.Sumber………

Page 218: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 6 -

48. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang selanjutnya disebut sumber daya adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati sumber

daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya

nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat

instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil.

49. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan

perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.

50. Minabisnis adalah sebagian besar masyarakat di suatu kawasan memperoleh pendapatan dari kegiatan perikanan.

51. Plasma Nutfah adalah substansi yang merupakan sumber keturunan yang

terdapat di dalam setiap kelompok organisme (ikan) yang dimanfaatkan dan dikembangkan agar tercipta suatu jenis unggul atau kultifar.

BAB II

AZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Azas

Pasal 2

RZWP3K daerah didasarkan atas azas :

a. keberlanjutan;

b. konsistensi;

c. keterpaduan;

d. kepastian hukum;

e. kemitraan;

f. pemerataan;

g. peran serta masyarakat;

h. keterbukaan;

i. desentralisasi;

j. akuntabilitas;

k. keadilan; dan

l. budaya.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

RZWP3K daerah bertujuan untuk :

a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya

sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologinya secara

berkelanjutan;

b.menciptakan………

Page 219: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 7 -

b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah

daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;

c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta

mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan

pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan;

dan

d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran

serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau

kecil.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup

Pasal 4

Ruang lingkup RZWP3K daerah meliputi :

a. daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh

perubahan di darat dan laut;

b. ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan; dan

c. ke arah laut sejauh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi.

BAB III

KEDUDUKAN DAN WILAYAH RZWP3K

Bagian Kesatu Kedudukan

Pasal 5

RZWP3K daerah berkedudukan :

a. sebagai acuan dalam penyusunan RZRWP3K, RPWP3K dan RAWP3K;

b. melengkapi RTRW daerah; dan

c. instrumen kebijakan penataan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Bagian Kedua

Wilayah

Pasal 6

(1) Wilayah RZWP3K daerah mencakup ruang darat dan ruang laut menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Batas-batas wilayah RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Serang;

b. sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tangerang;

c. sebelah selatan berbatasan wilayah Kabupaten Pandeglang dan

Kabupaten Lebak; dan

d. sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan Kota Cilegon.

(3) Wilayah RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara

administrasi terdiri atas 8 (delapan ) wilayah kecamatan, meliputi :

a.Kecamatan…….

Page 220: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 8 -

a. Kecamatan Cinangka;

b. Kecamatan Anyar;

c. Kecamatan Pulo Ampel;

d. Kecamatan Bojonegara;

e. Kecamatan Kramatwatu;

f. Kecamatan Pontang;

g. Kecamatan Tirtayasa; dan

h. Kecamatan Tanara.

(4) Luas Wilayah RZWP3K daerah ruang darat dan ruang laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :

a. ruang daratan ± 458,34 km²; dan

b. ruang lautnya ± 1.113 km².

Pasal 7

(1) Wilayah RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), meliputi Pulau-pulau kecil yang terdiri dari :

a. Pulau Lima;

b. Pulau Kubur;

c. Pulau Pisang;

d. Pulau Pamujan Besar;

e. Pulau Pamujan Kecil;

f. Pulau Panjang;

g. Pulsu Semut;

h. Pulau Tarahan;

i. Pulau Kemanisan;

j. Pulau Cikantung;

k. Pulau Kalih Selatan;

l. Pulau Kalih Utara;

m. Pulau Salira;

n. Pulau Tunda;

o. Pulau Sangiang;

p. Pulau Karang Cawene; dan

q. Pulau Karang Parejakah.

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI RZWP3K

Bagian Kesatu

Kebijakan

Pasal 8

Kebijakan perencanaan RZWP3K daerah dikembangkan untuk mewujudkan

tujuan perencanaan RZWP3K daerah meliputi:

a.optimalisasi……..

Page 221: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 9 -

a. optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan pesisir dan pulau-pulau kecil;

b. peningkatan produktivitas pertanian dan pelestarian zona pertanian sebagai

lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan; c. optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan budidaya dan pengembangan

usaha perikanan budidaya secara terpadu dan ramah lingkungan; d. optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan tangkap secara ramah

lingkungan dan berkelanjutan;

e. peningkatan pemanfaatan pelabuhan perikanan; f. pemanfaatan potensi pertambangan secara bertanggung jawab; g. pengembangan industi yang berbasis potensi di wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil;

h. peningkatan fungsi dan kegiatan pariwisata pantai, pariwisata pulau,

budaya/religius/sejarah, dan minat khusus secara berkelanjutan; i. peningkatan sarana pelayanan publik dan sarana pengelolaan lingkungan

permukiman di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

j. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi ekosistem dan lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

k. peningkatan pengelolaan sempadan pantai dalam upaya pelestarian dan perlindungan pantai;

l. peningkatan mitigasi dan adaptasi terhadap ancaman bencana alam dan

perubahan iklim;

m. optimalisasi pengembangan kawasan strategis nasional selat sunda; dan n. pemantapan sistem alur laut bagi keamanan dan keselamatan pelayaran serta

sarana dan prasarana dasar laut.

Bagian Kedua

Strategi

Pasal 9

Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang perencanaan RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disusun strategi penataan perencanaan

RZWP3K daerah. Pasal 10

Strategi optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan pesisir dan pulau-pulau kecil,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, meliputi :

a. peningkatan fungsi kawasan hutan;

b. pelaksanaan reboisasi dan peningkatan kualitas hutan; dan

c. peningkatan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan hutan.

Pasal 11

Strategi peningkatan produktivitas pertanian dan pelestarian zona pertanian sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 huruf b meliputi :

a. mempertahankan luasan zona pertanian;

b. peningkatan prasarana dan sarana pendukung; dan

c. peningkatan pengelolaan pertanian.

Pasal 12

Strategi optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan budidaya dan

pengembangan usaha perikanan budidaya secara terpadu dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c meliputi :

a.peningkatan........

Page 222: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 10 -

a. peningkatan pemanfaatan lahan dan perairan umum untuk kegiatan perikanan budidaya air payau, air tawar dan air laut;

b. pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya air payau, air tawar dan air laut;

c. pengembangan teknologi pasca panen, perikanan budidaya air payau, air tawar dan air laut yang ramah lingkungan;

d. pengembangan sumber daya manusia di bidang perikanan budidaya air

payau, air tawar dan air laut; dan

e. Pengembangan kawasan minawisata dan minawana.

Pasal 13

Strategi optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan tangkap secara ramah lingkungan dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d

meliputi : a. penataan pemanfaatan ruang bagi operasional perikanan tangkap terutama

bagi kelangsungan perikanan tangkap tradisional sesuai dengan potensi,

memperhatikan daya dukung, sistem alur laut, dan efeknya terhadap kelestarian sumberdaya dan lingkungan serta menghindari terjadinya konflik

pemanfaatan ruang; b. pengembangan usaha-usaha perikanan tangkap guna optimalisasi

pemanfaatan potensinya dengan tetap memperhatikan kelestarian

lingkungan dan daya dukung sumberdaya yang ada, mengembangkan alat, metode/cara dan praktek-praktek penangkapan ikan yang ramah lingkungan;

c. pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap, terutama kemampuan armada dan peralatan penangkapan ikan;

d. pengembangan diversifikasi alat penangkapan ikan yang ditujukan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan

e. pengembangan sistem usaha perikanan tangkap berbasis agribisnis secara

terpadu yang ditunjang oleh sarana dan prasarana, tempat pelelangan ikan, cool chain system (CCS), depo-depo bahan bakar untuk nelayan, penanganan hasil, pemasaran hasil, pusat informasi, lembaga keuangan dan fasilitas

lainnya; dan f. pemantapan ruang pantai dan perairan di sekitarnya sebagai tempat atau

pemangkalan perahu nelayan dan aktivitas kenelayanan penunjangnya.

Pasal 14

Strategi peningkatan pemanfaatan pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 huruf e meliputi :

a. pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan;

b. pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;

c. pengembangan fungsi pelabuhan perikanan; dan

d. pengembangan dan penyelarasan fungsi dan peran antar pelabuhan

perikanan.

Pasal 15

Strategi pemanfaatan potensi pertambangan secara bertanggung jawab

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f meliputi :

a. peningkatan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam

pengelolaan potensi pertambangan;

b. penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan potensi pertambangan;

c.pengelolaan…..

Page 223: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 11 -

c. pengelolaan potensi pertambangan dengan memperhatikan daya-dukung lingkungan;

d. kegiatan pasca penambangan harus menjamin keberlanjutan fungsi sumberdaya alam dan lingkungan;

e. melakukan penambangan pada zona yang telah ditetapkan dan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; dan

f. melakukan penambangan pada zona wilayah kewenangan daerah.

Pasal 16

Strategi pengembangan industi yang berbasis potensi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g meliputi :

a. pengembangan sentra industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah;

b. pengembangan industri di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang

berbasis potensi lokal;

c. pengembangan industri kelautan dan perikanan; dan

d. pengembangan industri di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ramah

lingkungan.

Pasal 17

Strategi peningkatan fungsi dan kegiatan pariwisata pantai, pariwisata pulau, budaya/religius/sejarah, dan minat khusus secara berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf h meliputi :

a. peningkatan daya tarik dan promosi wisata;

b. peningkatan manajemen kepariwisataan;

c. pengembangan produk wisata yang sesuai dengan sifat dan karakteristik;

d. pengembangan destinasi pariwisata yang berbasis tata nilai budaya masyarakat, terbebas dari ekses negatif pariwisata;

e. pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan ; dan

f. pemantapan fungsi lindung pada kawasan konservasi yang digunakan untuk kegiatan pariwisata.

Pasal 18

Strategi peningkatan sarana pelayanan publik dan sarana pengelolaan lingkungan permukiman di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf i meliputi :

a. pengembangan penyediaan dan distibusi air bersih, listrik dan

telekomunikasi;

b. rehabilitasi lingkungan permukiman pesisir dan pulau-pulau kecil;

c. peningkatan sarana dan prasarana sanitasi, persampahan dan air limbah;

d. peningkatan pengetahuan penduduk tentang permukiman yang berwawasan lingkungan; dan

e. peningkatan akses di dalam permukiman dan antar permukiman.

Pasal 19

Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi ekosistem dan

lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf j meliputi :

a.penetapan...........

Page 224: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 12 -

a. penetapan sebagian kawasan pesisir dan dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan konservasi untuk kepentingan perlindungan;

b. peningkatan peran serta semua pemangku kepentingan dalam penetapan dan dan pengelolaan zona konservasi perairan

c. pengendalian kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

d. pengembangan usaha-usaha rehabilitasi dan pemulihan ekosistem di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil;

e. penentuan bata-batas yang jelas terhadap daerah-daerah yang dapat dieksploitasi dan daerah-daerah yang perlu dilindungi, dilestarikan dan

dimanfaatkan secara berkelanjutan;

f. peningkatan upaya yang mendorong pemanfaatan sumberdaya hayati dan

ekosistemnya yang bersifat non-ekstraktif yang bermuatan konservasi dalam penggunaannya; dan

g. peningkatan implementasi kearifan lokal dalam kegiatan perlindungan dan pelestarian ekosistem dan lingkungan.

Pasal 20

Strategi peningkatan pengelolaan sempadan pantai dalam upaya pelestarian dan perlindungan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf k meliputi :

a. pengendalian kegiatan-kegiatan di dalam zona sempadan pantai sehingga tidak mengganggu fungsi pantai ;

b. pengembalian fungsi sempadan pantai sesuai peruntukannya ;dan

c. peningkatan peran serta masyarakat dalam penetapan dan pelestarian zona

sempadan pantai.

Pasal 21

Strategi peningkatan mitigasi dan adaptasi terhadap ancaman bencana alam dan

perubahan iklim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf l meliputi :

a. pengendalian kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan risiko

bencana;

b. pengendalian pendirian bangunan permanen dan semi permanen di zona

rawan bencana;

c. peningkatan sarana dan prasarana berkaitan dengan mitigasi bencana; dan

d. peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya mitigasi bencana.

e. peningkatan ketahanan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

f. pengembangan alternatif pemanfaatan sumberdaya yang adaptif terhadap dampak perubahan iklim.

Pasal 22

Strategi optimalisasi pengembangan kawasan strategis nasional selat sunda

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf m meliputi :

a. penegakkan peraturan tata ruang kawasan;

b. pengembangan kegiatan sesuai dengan potensi dan daya dukung lingkungan

Pasal 23……

Page 225: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 13 -

Pasal 23

Strategi pemantapan sistem alur laut bagi keamanan dan keselamatan pelayaran

serta sarana dan prasarana dasar laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf n meliputi :

a. menata sistem alur pelayaran;

b. pemasangan dan pemanfaatan pipa/kabel bawah laut; dan

c. inventarisasi dan pemanfaatan migrasi biota laut.

BAB V

RENCANA STRUKTUR RUANG

WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 24

(1) Rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah

meliputi :

a. pusat-pusat kegiatan;

b. pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

c. sistem jaringan prasarana utama; dan

d. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Pusat-Pusat Kegiatan

Pasal 25

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, terdiri atas :

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

d. Pusat Pelayanan Lokal (PPL).

(2) Rencana pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang.

Bagian Ketiga

Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Paragraf 1

Pengembangan Wilayah Pesisir

Pasal 26

(1) Pengembangan wilayah pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf

b, meliputi :

a.perikanan………..

Page 226: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 14 -

a. perikanan budidaya;

b. perikanan tangkap;

c. industri perikanan dan kelautan; dan

d. pariwisata.

(2) Pengembangan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. budidaya laut, diarahkan pengembangannya di wilayah pesisir

Kecamatan Tirtayasa;

b. budidaya payau, diarahkan di wilayah pesisir Kecamatan Tanara, Pontang dan Kecamatan Tirtayasa; dan

c. budidaya air tawar, diarahkan pengembangannya di Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Kramatwatu.

(3) Pengembangan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa perikanan tangkap tradisional dan modern dengan ditunjang oleh pengembangan pangkalan pendaratan ikan di seluruh

wilayah pesisir Daerah .

(4) Pengembangan industri perikanan dan kelautan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c, berupa pengolahan hasil perikanan.

(5) Pengembangan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa wisata bahari dan wisata sejarah.

Pasal 27

(1) Untuk mendukung pengembangan wilayah pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diarahkan melalui pengembangan kawasan minapolitan

berbasis perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

(2) Pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan budidaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan kepada :

a. Desa Domas Kecamatan Pontang sebagai pusat pengembangan minapolitan; dan

b. Kecamatan Tanara dan Kecamatan Tirtayasa sebagai wilayah penyangga (hinterland) kawasan minapolitan.

(3) Pengembangan kawasan minapolitan berbasis budidaya dan perikanan

tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di Kecamatan Pulo Ampel.

Paragraf 2

Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil

Pasal 28

(1) Pengembangan wilayah pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, meliputi:

a. perikanan budidaya; dan

b. pariwisata bahari.

(2) Pengembangan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, yaitu budidaya laut yang terdiri dari budidaya rumput laut dan keramba jaring apung, diarahkan pada Pulau Panjang, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Pamujan Besar, Pulau Kalih Utara dan Kalih Selatan, Pulau

Tarahan, Pulau Sangiang dan Pulau Tunda.

(3)Pengembangan .......

Page 227: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 15 -

(3) Pengembangan pariwisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diarahkan pada Pantai Pulau Pamujan Kecil, Pulau Pamujan

Besar, Pulau Pisang, dan Pulau Lima, Pantai Pulau Kalih Selatan, Pulau Kalih Utara, Pantai Pulau Sangiang, Pulau Panjang, dan Pulau Tunda yang

kegiatannya meliputi:

a. mina wisata;

b. penyelaman (snorkeling, dan scuba diving);

c. wisata pancing;

d. reef watch;

e. olahraga air;

f. rekreasi pantai; dan

g. pengembangan wisata lainnya sesuai dengan potensi pulau.

(4) Untuk menunjang pengembangan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di wilayah

pengembangan pulau-pulau kecil dapat dikembangkan sebagai Kawasan Konservasi.

Bagian Keempat

Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 29

(1) Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, meliputi :

a. transportasi darat;

b. perkeretaapian; dan

c. transportasi laut.

(2) Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun.

Pasal 30

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. tatanan kepelabuhanan; dan

b. alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. pelabuhan laut umum;

b. pelabuhan laut khusus; dan

c. pelabuhan laut tradisional.

(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari :

a. pelayaran nasional dan internasional di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Anyer;

b.pelayaran……

Page 228: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 16 -

b. pelayaran khusus industri/tambang di Perairan Kecamatan Bojonegara, dan Puloampel.

c. pelayaran wisata di Kecamatan Anyer, Bojonegara, Tirtayasa, Cinangka dan Kecamatan Puloampel ke pulau-pulau lokasi wisata;

d. pelayaran lokal di alur pelayaran keluar/masuk Tempat Pelelangan Ikan Pulau Panjang, Kepuh, Wadas, Terate, Domas, Lontar, Tengkurak, Tenjoayu, Pasauran, Paku, Puloampel dan Tempat Pelelangan Ikan

Tanara menuju daerah penangkapan ikan dan sebaliknya.

Pasal 31

Pelabuhan laut umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf a, terdiri dari :

a. pelabuhan utama internasional berupa pengembangan pelabuhan Bojonegara sebagai satu kesatuan sistem dengan pelabuhan Tanjung Priok DKI Jakarta di Kecamatan Bojonegara; dan

b. pelabuhan pengumpan berupa pengembangan dan pengelolaan pelabuhan Paku di Kecamatan Anyar

Pasal 32

Pelabuhan laut khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf b terdiri dari :

a. pelabuhan batubara/PLTU di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Puloampel; dan

b. dermaga pelayanan pulau dan pariwisata meliputi:

1. dermaga Grenyang di Kecamatan Bojonegara-dermaga Pulau Panjang di Kecamatan Pulo Ampel;

2. dermaga Grenyang di Kecamatan Bojonegara-dermaga Pulau Tunda di Kecamatan Tirtayasa;

3. dermaga Lontar di Kecamatan Tirtayasa-dermaga Pulau Tunda di

Kecamatan Tirtayasa; 4. dermaga Teneng di Kecamatan Cinangka; dan 5. pengembangan dermaga wisata di Kecamatan Anyer melayani wisatawan

menuju Pulau Sangiang. Pasal 33

Pelabuhan laut tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf c yaitu pengembangan tempat pelelangan Ikan menjadi pelabuhan pendaratan Ikan terdiri dari :

a. pelabuhan pendaratan Ikan Pulau Panjang, Kecamatan Pulo Ampel;

b. pelabuhan pendaratan Ikan Kepuh, Kecamatan Bojonegara;

c. pelabuhan pendaratan Ikan Wadas Kecamatan Bojonegara;

d. pelabuhan pendaratan Ikan Terate, Kecamatan Kramatwatu;

e. pelabuhan pendaratan Ikan Domas, Kecamatan Pontang;

f. pelabuhan pendaratan Ikan Lontar, Kecamatan Tirtayasa;

g. pelabuhan pendaratan Ikan Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa;

h. pelabuhan pendaratan Ikan Tenjoayu, Kecamatan Tanara;

i. pelabuhan pendaratan Ikan Pasauran, Kecamatan Cinangka;

j. pelabuhan pendaratan Ikan Paku, Kecamatan Anyar;

k. pelabuhan pendaratan Ikan Pulo Ampel, Kecamatan Pulo Ampel; dan

l. pelabuhan pendaratan Ikan Tanara, Kecamatan Tanara.

Bagian…………

Page 229: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 17 -

Bagian Kelima

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 34

(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d, meliputi :

a. rencana pengembangan sistem jaringan energi;

b. rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;

c. rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air; dan

d. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

(2) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang.

BAB VI

RENCANA POLA RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 35

(1) Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan:

a. kawasan pemanfaatan umum;

b. kawasan konservasi;

c. kawasan strategis; dan/atau

d. kawasan alur laut.

(2) Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Pemanfaatan Umum

Pasal 36

Kawasan pemanfaatan umum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri atas :

a. zona hutan;

b. zona pertanian;

c. zona perikanan budidaya;

d. zona perikanan tangkap;

e. zona pertambangan;

f. zona industri;

g. zona pariwisata; dan

h. zona permukiman.

Paragraf 1……….

Page 230: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 18 -

Paragraf 1

Zona Hutan

Pasal 37

Zona hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a seluas ± 4.569,7 ha

(kurang lebih empat ribu lima ratus enam puluh sembilan koma tujuh hektar) terdiri atas : a. hutan produksi seluas ± 2.138,0 ha (kurang lebih dua ribu seratus tiga

puluh delapan koma nol hektar) meliputi :

1. Kecamatan Kramatwatu;

2. Kecamatan Bojonegara;

3. Kecamatan Pulo Ampel;

4. Kecamatan Anyar; dan

5. Kecamatan Cinangka.

b. hutan rakyat seluas ± 2.431.7 ha (kurang lebih dua ribu empat ratus tiga

puluh satu koma tujuh hektar) meliputi :

1. Kecamatan Bojonegara;

2. Kecamatan Pulo Ampel; dan

3. Kecamatan Cinangka.

Paragraf 2

Zona Pertanian

Pasal 38

Zona pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b seluas ±

21.467,5 ha (kurang lebih dua puluh satu ribu empat ratus enam puluh tujuh koma lima hektar), terdiri atas : a. pertanian lahan basah seluas ± 10.347,2 ha (kurang lebih sepuluh ribu tiga

ratus empat puluh tujuh koma dua hektar) meliputi :

1. Kecamatan Pontang;

2. Kecamatan Tanara;

3. Kecamatan Tirtayasa;

4. Kecamatan Kramatwatu; dan

5. Kecamatan Cinangka.

b. Pertanian non sawah terdiri dari perkebunan seluas ± 11.120,3 ha (kurang

lebih sebelas ribu seratus dua puluh koma tiga hektar) meliputi :

1. Kecamatan Pontang;

2. Kecamatan Tanara;

3. Kecamatan Kramatwatu;

4. Kecamatan Pulo Ampel;

5. Kecamatan Anyar; dan

6. Kecamatan Cinangka.

Paragraf 3………

Page 231: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 19 -

Paragraf 3

Zona Perikanan Budidaya

Pasal 39

(1) Zona perikanan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf c

meliputi:

a. budidaya air payau

b. budidaya air tawar

c. budidaya laut

d. pembenihan

(2) Budidaya air payau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas

kurang lebih ± 21.951,5 ha (kurang lebih dua puluh satu ribu sembilan ratus lima puluh satu koma lima hektar) meliputi

a. Kecamatan Pontang;

b. Kecamatan Tanara;

c. Kecamatan Tirtayasa; dan

d. Kecamatan Kramatwatu.

(3) Budidaya air tawar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. Kecamatan Pontang;

b. Kecamatan Tirtayasa;

c. Kecamatan Kramatwatu;

d. Kecamatan Anyar; dan

e. Kecamatan Cinangka.

(4) Budidaya laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari

pengembangan budidaya rumput laut seluas ± 6241.2 ha (kurang lebih enam

ribu dua ratus empat puluh satu koma dua hektar) dan karamba jaring

apung seluas 9.0 (sembilan) Hektar meliputi :

a. pesisir Kecamatan Pontang ;

b. pesisir Kecamatan Tirtayasa ;

c. pulau Pamujan Kecamatan Pontang ;

d. perairan Pulau Tunda Kecamatan Tirtayasa ;

e. perairan Pulau Tarahan Kecamatan Bojonegara ;

f. perairan Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel ; dan

g. perairan Pulau Sangiang Kecamatan Anyar.

(5) Pembenihan ikan dan udang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

meliputi:

a. Kecamatan Anyar; dan

b. Kecamatan Cinangka

Paragraf 4........

Page 232: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 20 -

Paragraf 4

Zona Perikanan Tangkap

Pasal 40

(1) Zona perikanan tangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d

dengan luas kurang lebih ± 950.315 ha (kurang lebih sembilan ratus lima puluh ribu tiga ratus lima belas hektar) meliputi :

a. sub zona perikanan tangkap 1.a; dan

b. sub zona perikanan tangkap 1.b.

(2) Sub zona perikanan tangkap 1.a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan wilayah penangkapan ikan antara 0-2 mil di perairan daerah

seluas kurang lebih 536,479 ha (lima ratus tiga puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh sembilan hektar) meliputi wilayah perairan :

a. Kecamatan Cinangka;

b. Kecamatan Anyar;

c. Kecamatan Pontang;

d. Kecamatan Tanara;

e. Kecamatan Tirtayasa

f. Kecamatan Bojonegara;

g. Kecamatan Pulo Ampel; dan

h. Kecamatan Kramatwatu.

(3) Sub zona perikanan tangkap 1.b sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan wilayah penangkapan ikan antara 2-4 mil di perairan daerah

seluas kurang lebih ± 413.836 ha (kurang lebih empat ratus tiga belas ribu delapan ratus tiga puluh enam hektar) meliputi wilayah perairan:

a. Kecamatan Cinangka;

b. Kecamatan Anyar;

c. Kecamatan Pontang;

d. Kecamatan Tanara;

e. Kecamatan Tirtayasa;

f. Kecamatan Bojonegara;

g. Kecamatan Pulo Ampel; dan

h. Kecamatan Kramatwatu.

Paragraf 5

Zona Pertambangan

Pasal 41

(1) Zona pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d

meliputi:

a. pertambangan batuan;

b. pertambangan panas bumi;

c. pertambangan minyak dan gas bumi; dan

d. pertambangan mineral logam.

(2) Pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di wilayah pesisir dengan luas ± 832 ha (kurang lebih delapan ratus tiga puluh dua hektar) meliputi :

a.Kecamatan..........

Page 233: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 21 -

a. Kecamatan Bojonegara;

b. Kecamatan Cinangka;

c. Kecamatan Pulo Ampel;

d. Kecamatan Kramatwatu; dan

e. Kecamatan Anyar.

(3) Pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di wilayah perairan dengan luas kurang lebih ± 31.508,7 ha (tiga puluh satu ribu lima ratus delapan koma tujuh hektar) meliputi perairan Laut Jawa di

wilayah utara Pulau Jawa.

(4) Pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di kawasan Kaldera Danau

Banten, meliputi sebagian kecamatan pesisir :

a. Kecamatan Cinangka; dan

b. Kecamatan Anyar.

(5) Sub zona pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas ± 3.999 Km² (kurang lebih tiga ribu sembilan

ratus sembilan puluh sembilan kilometer persegi), meliputi:

a. perairan Laut Jawa di wilayah utara; dan

b. perairan Selat Sunda di wilayah barat.

(6) Zona pertambangan mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. Kecamatan Cinangka;

b. Kecamatan Anyar.

Paragraf 6

Zona Industri

Pasal 42

(1) Zona industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e meliputi :

a. industri besar dan menengah; dan

b. industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan.

(2) Sub zona industri besar dan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a dengan jenis kegiatan berupa Industri Logam Dasar/Hulu, Kimia Dasar, dan Industri Maritim non kelautan dengan luas kurang lebih

4.639.7 (Empat ribu enam ratus tiga puluh sembilan koma tujuh) Hektar meliputi :

a. Kecamatan Bojonegara;

b. Kecamatan Pulo Ampel;

c. Kecamatan Kramatwatu; dan

d. Kecamatan Anyar;

(3) Sub zona industri besar dan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a dengan jenis kegiatan berupa Aneka Industri dengan luas kurang lebih 2.564,9 (dua ribu lima ratus enam puluh empat koma

sembilan) Hektar meliputi :

a. Kecamatan Tanara; dan

b. Kecamatan Tirtayasa.

(4)Sub……..

Page 234: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 22 -

(4) Sub zona industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan dengan basis potensi lokal

meliputi :

a. Kecamatan Bojonegara;

b. Kecamatan Pulo Ampel;

c. Kecamatan Anyar;

d. Kecamatan Pontang;

e. Kecamatan Tirtayasa; dan

f. Kecamatan Tanara.

Paragraf 7

Zona Pariwisata

Pasal 43

(1) Zona pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf f meliputi

a. pariwisata pantai;

b. pariwisata pulau; dan

c. pariwisata religius, sejarah dan budaya.

(2) Pariwisata pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a dengan

wilayah ± 2375.6 ha (kurang lebih dua ribu tiga ratus tujuh puluh lima

koma enam hektar) meliputi :

a. hotel/resort/penginapan di Kecamatan Anyar dan Kecamatan Cinangka;

b. wisata umum pantai Lontar di Kecamatan Tirtayasa;

c. wisata umum di Kecamatan Cinangka : Pantai Karang Suraga, Pantai

Karang Bolong, Pantai Florida, Pantai Tawing, Pantai Cibeureum I dan II, Pantai Palem Cibeureum, Pantai Saung Cibeureum, Pantai Pasir Putih

I, II dan III, Pantai Anyer II, Pantai Batu Hideng, Pantai Muara Cipacung, Pantai Baraya, Pantai Bulakan, Pantai Canda Ria, Pantai Karang Jago,

Pantai Nelayan,Pantai Kelapa Gading, Pantai Karang Kitri, Curug Lawang Desa Cikolelet, Curug Goong, Curug Cihujan;

d. wisata umum di Kecamatan Anyar : Pantai Lestari, Pantai Patra

Sambodo, Pantai Bandulu, Pantai Legan Prima, Pantai Pal Anyer I Pantai Muara Asri, dan Kawah Naga;

e. tempat pemancingan di Desa Domas Kecamatan Pontang;

f. agrowisata dan lembah hijau di Kecamatan Cinangka dan Desa Bandulu Kecamatan Anyer;

g. fishing sport perairan sekitar Pulau Sangiang dan Pulau Tunda;

h. wisata renang perairan pantai Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyar;

i. olahraga air di perairan pantai Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyar; dan

j. volly pantai pantai Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyar.

(3) Pariwisata pulau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan wilayah ± 790,1 ha (kurang lebih tujuh ratus sembilan puluh koma satu

hektar) ditujukan untuk pariwisata bahari meliputi :

a.Pulau...........

Page 235: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 23 -

a. Pulau Pamujan Kecil;

b. Pulau Pamujan Besar;

c. Pulau Pisang;

d. Pulau Lima;

e. Pulau kalih Selatan;

f. Pulau Kalih Utara;

g. Taman Wisata Alam Pulau Sangiang;

h. Pulau Panjang; dan

i. Pulau Tunda.

(4) Pariwisata religius, sejarah dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)huruf c meliputi :

a. kawasan wisata Situ Tasik Ardi dan Wulandira di Desa Pejaten, kawasan

wisata Situs Pangindelan Abang di Desa Margasana, serta kawasan wisata Ziarah Sumur Tujuhbelas di Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu;

b. kawasan wisata Ziarah Sultan Ageng Tirtayasa di Desa Tirtayasa,

Kecamatan Tirtayasa;

c. kawasan wisata Ziarah Syekh Nawawi, Ziarah Nyi Laras, dan Mesjid

Kuna/Petilasan Syekh Nawawi di Desa Tanara, Kecamatan Tanara;

d. kawasan wisata Ziarah Gunung Santri di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara.

Paragraf 8

Zona Permukiman

Pasal 44

(1) Zona permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf g meliputi :

a. permukiman perkotaan;

b. permukiman pedesaan nelayan; dan

c. permukiman pedesaan non nelayan.

(2) Permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dengan luas ± 7.142.9 ha (kurang lebih tujuh ribu seratus empat puluh dua koma sembilan hektar) meliputi :

a. Desa Rancasanggal dan Kubangbaros di Kecamatan Cinangka;

b. Desa Kosambironyok, Bunihara dan Tanjungmanis di Kecamatan Anyar;

c. Desa Sumuranja, Salira, Kedungsoka, Mangunreja, Argawana,

Banyuwangi, dan Margasari di Kecamatan Pulo Ampel;

d. Desa Margagiri, Lambangsari, Wanakarta, Karangkepuh, dan Kertasana di

Kecamatan Bojonegara;

e. Desa Serdang, Toyomerto, Pamengkang, Harjatani, Margatani,

Wanayasa,Pegadingan, Margasana, Lebakwana, Pelamunan; dan Singarajan di Kecamatan Kramatwatu;

f. Desa Pontang, Singarajan, Pontang, Keserangan, Pegandikan, dan Kelapian di Kecamatan Pontang

g. Desa Pontang Legon, Kebuyutan, Kemanisan, Puser, dan Samparwadi di Kecamatan Tirtayasa; dan

h. Desa Cerukcuk, Lempuyang dan Sukamanah di Kecamatan Tanara

(3)Pemukiman…….

Page 236: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 24 -

(3) Permukiman pedesaan nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas ± 72,7 ha (kurang lebih tujuh puluh dua koma tujuh hektar)

meliputi :

a. Desa Umbul Tanjung, Pasauran, Bulakan, Karang Suraga, Kamasan di

Kecamatan Cinangka;

b. Desa Bandulu, Cikoneng, Anyar, dan Desa Tambang Ayam di Kecamatan

Anyar;

c. Desa Argawana, Pulo Ampel Salira, Pulau Panjang di Kecamatan Pulo

Ampel;

d. Desa Mangkunegara, Karangkepuh, Bojonegara, Margagiri di Kecamatan

Bojonegara;

e. Desa Kramatwatu, dan Terate di Kecamatan Kramatwatu;

f. Desa Kubang Puji, Pontang dan Domas di Kecamatan Pontang;

g. Desa Tengkurak, Tirtayasa, Sujung, Lontar, Wargasara di Kecamatan

Tirtayasa; dan

h. Desa Tanara, Pedaleman dan Tenjoayu di Kecamatan Tanara.

(4) permukiman pedesaan non nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas ± 65,8 ha (kurang lebih enam puluh lima koma delapan

hektar) meliputi :

a. Desa Sindanglaya di Kecamatan Cinangka;

b. Desa Sumuranja, Mangunreja, Banyuwangi,dan Margasari di Kecamatan

Pulo Ampel;

c. Desa Tonjong, Teluk Terate, Kramatwatu, dan Pamengkang di Kecamatan Kramatwatu;

d. Desa Sukajaya, Linduk, dan Wanayasa di Kecamatan Pontang;

e. Desa Susukan dan Tirtayasa di Kecamatan Tirtayasa; dan

f. Desa Tanara di Kecamatan Tanara.

Bagian Ketiga

Kawasan Konservasi

Paragraf 1

Umum

Pasal 45

(1) Kawasan konservasi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b, untuk kepentingan perlindungan terdiri atas :

a. zona konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil;

b. zona konservasi perairan;

c. zona sempadan; dan

d. zona bencana alam. Paragraf 2

Zona Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pasal 46

(1) Zona Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (1) huruf a meliputi :

a. ekosistem pesisir;

b. pulau-pulau kecil;

c.cagar ………..

Page 237: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 25 -

c. cagar budaya;

d. hutan lindung;

e. cagar alam;

f. taman wisata alam; dan

g. ruang terbuka hijau.

(2) Zona Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b merupakan satu kesatuan ekosistem yang

diselenggarakan untuk melindungi :

a. kelestarian plasma nutfah perairan beserta ekosistemnya; dan

b. kelestarian ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang unik

dan/atau rentan terhadap perubahan.

(3) Ekosistem Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. ekosistem mangrove seluas ± 421,6 ha (kurang lebih empat ratus dua puluh satu koma enam hektar) di pulau-pulau kecil dan pesisir Kecamatan Tanara, Tirtayasa, Pontang, Kramatwatu, Bojonegara, dan

Kecamatan Pulo Ampel;

b. terumbu karang seluas ± 2.164,5 ha (kurang lebih dua ribu seratus enam

puluh empat koma lima hektar) di perairan Pulau Sangiang, Pulau Panjang, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Pamujan Besar, Pulau Lima, Pulau Kubur, Pulau Tunda, Pulau Pisang; dan

c. ekosistem padang lamun seluas ± 111.2 ha (kurang lebih Seratus sebelas hektar) di perairan sekitar Grenyang sampai Bojonegara, Kepuh, Sekantung, Kuala pasar, Pulau Tunda, Pulau Pamujan, Pulau Kubur,

Pulau Panjang, Pulau Semut dan Tarahan.

(4) Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b meliputi:

Pulau Karang Cawene, Pulau Karang Parejakah, Pulau Sangiang, Pulau Salira, Pulau Kalih Utara, Pulau Kalih Selatan, Pulau Panjang, Pulau Semut, Pulau Cikantung, Pulau Kemanisan, Pulau Tarahan, Pulau Lima, Pulau

Pisang, Pulau Kubur, Pulau Pamujan Besar, Pulau Pamujan Kecil dan Pulau Tunda.

(5) Cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. petilasan Syekh Nawawi Kecamatan Tanara;

b. makam Sultan Ageng Tirtayasa di Kecamatan Tirtayasa;

c. situs pengindelan abang di Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu;

d. kawasan sumur tujuh belas; dan

e. gunung santri di Kecamatan Bojonegara.

(6) Hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu hutan lindung Gunung Gede di Kecamatan Bojonegara.

(7) Cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e yaitu Gunung Tukung Gede di Kecamatan Anyar dan Kecamatan Cinangka.

(8) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f yaitu

taman wisata alam Pulau Sangiang di Kecamatan Anyar.

(9) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi :

a. Kecamatan Anyar;

b. Kecamatan Cinangka;

c. Kecamatan, Pontang;

d. Kecamatan Tanara;

e. Kecamatan Tirtayasa;

f.Kecamatan……….

Page 238: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 26 -

f. Kecamatan Kramatwatu

g. Kecamatan Bojonegara; dan

h. Kecamatan Pulo Ampel. Paragraf 3

Zona Konservasi Perairan

Pasal 47

Zona Konservasi Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf

b terdiri dari Situ, Waduk dan Imbuhan air yang meliputi :

a. Tasik Ardi di Kecamatan Kramatwatu;

b. Waduk Cipaseng di Kecamatan Anyar; Waduk Citawing di Kecamatan

Cinangka; Waduk Ciujung di Kecamatan Pontang; Waduk Lontar di Kecamatan Tirtayasa; dan

c. Imbuhan air di Kecamatan Bojonegara, Anyar, dan Kecamatan Cinangka

Paragraf 4

Zona Sempadan

Pasal 48

Zona sempadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf c terdiri

dari :

a. sempadan alur laut, yang meliputi :

1. alur pelayaran, berupa kawasan dengan luas ± 14.085,7 ha (kurang lebih empat belas ribu delapan puluh lima koma delapan hektar) di perairan

Selat Sunda dan Laut Jawa;

2. alur kabel laut, berupa kawasan dengan luas kurang lebih ± 39.705,8 ha

(Tiga puluh Sembilan ribu tujuh ratus lima koma delapan hektar) di perairan Selat Sunda dan Laut Jawa;

3. alur pipa laut, berupa kawasan dengan luas ± 5.088,0 ha (kurang lebih lima ribu delapan puluh delapan koma nol hektar) di perairan Teluk

Banten dan Laut Jawa; dan

4. alur Jembatasn Selat Sunda (JSS), berupa kawasan dengan luas ± 3.536,1

ha (kurang lebih tiga ribu lima ratus tiga puluh enam koma satu hektar) di perairan Selat Sunda.

b. sempadan pantai berupa kawasan dengan luas ± 2904.2 ha (kurang lebih dua ribu Sembilan ratus empat koma dua hektar) terbentang di sepanjang pantai daerah dan pulau-pulau kecil yang meliputi:

1. Kecamatan Tanara;

2. Kecamatan Tirtayasa;

3. Kecamatan Pontang;

4. Kecamatan Kramatwatu;

5. Kecamatan Bojonegara;

6. Kecamatan Pulo Ampel;

7. Kecamatan Anyar; dan

8. Kecamatan Cinangka.

c.sempadan…..

Page 239: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 27 -

c. sempadan sungai meliputi :

1. Sungai Ciujung di Kecamatan Pontang dan Tirtayasa;

2. Sungai Cidurian di Kecamatan Tanara; dan

3. Sungai Cidanau di Kecamatan Anyar.

d. sempadan jaringan meliputi :

1. jaringan listrik meliputi SUTET (500 kV/(15 m) dan SUTT(150 kV/(15m) di

Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara, Kramatwatu, Anyar dan Cinangka

2. jaringan rel kereta api meliputi sepanjang jalur kereta api kecamatan

Kramatwatu. Paragraf 5

Zona Rawan Bencana

Pasal 49

Zona rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf c

meliputi:

a. banjir di Kecamatan Pontang, Tirtayasa, dan Kecamatan Tanara;

b. tanah longsor di Kecamatan Anyar dan Kecamatan Cinangka;

c. gunung berapi di Kecamatan Padarincang dan Kecamatan Ciomas;

d. gempa bumi dan tsunami di seluruh kecamatan pesisir; dan

e. abrasi pantai di Kecamatan Anyar, Cinangka, Pontang, Tirtayasa dan Kecamatan Tanara.

Bagian Keempat

Kawasan Strategis

Pasal 50

(1) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud 35 ayat (1) huruf c meliputi:

a. Kawasan Strategis Nasional;

b. Kawasan Strategis Provinsi; dan

c. Kawasan Strategis Kabupaten.

(2) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

yaitu kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi kawasan strategis Nasional Selat Sunda.

(3) Kawasan strategis provinsi dan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b dan huruf c diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.

Bagian Kelima

Kawasan Alur Laut

Pasal 51

(1) Kawasan alur laut sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf d terdiri atas :

a. alur pipa dan kabel bawah laut;

b. migrasi biota laut; dan

c. alur pelayaran.

(2)Alur…….

Page 240: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 28 -

(2) Alur pipa dan kabel bawah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. kabel bawah laut yang melintas di perairan Selat Sunda dan Laut Jawa; dan

b. pipa gas yang melintasi perairan Kecamatan Kramatwatu dan Kecamatan Bojonegara kearah laut Jawa.

(3) Alur migrasi biota laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

merupakan alur migrasi lumba-lumba di sekitar perairan Pulau Sangiang dan perairan Kecamatan Pulo Ampel.

(4) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. alur pelayaran internasional dan nasional di perairan Kecamatan Bojonegara dan perairan Kecamatan Anyer;

b. alur pelayaran industri tambang melalui perairan Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Puloampel;

c. alur pelayaran ke pulau-pulau dan lokasi wisata Kecamatan Anyer, Bojonegara, Tirtayasa, Cinangka dan Kecamatan Puloampel;

d. alur pelayaran keluar/masuk TPI Pulau Kalih dan TPI pulau panjang Kecamatan Pulo Ampel, TPI Lontar Kecamatan Tirtayasa, TPI Wadas

Kecamatan Bojonegara, TPI Anyar Kecamatan Anyar, TPI Pasauran Di Kecamatan Cinangka, dari/dan menuju daerah penangkapan ikan dan sebaliknya.

BAB V

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 52

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah

merupakan indikasi program utama penataan ruang wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil dalam rangka :

a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah;

b. perwujudan rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

daerah; dan

c. indikasi program utama memuat uraian tentang program, kegiatan,

sumber pendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dalam tahapan pelaksanaan RZWP3K daerah.

(2) Tahapan pelaksanaan RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terbagi dalam 4 (empat) tahapan, terdiri dari :

a. Tahap I (Tahun 2013 - 2018);

b. Tahap II (Tahun 2018 - 2023);

c. Tahap III (Tahun 2023 - 2028); dan

d. Tahap IV (Tahun 2028 - 2033). (3)Dalam…..

Page 241: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 29 -

(3) Dalam setiap tahapan pelaksanaan pemanfaatan RZWP3K daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan penyelenggaraan

penataan secara berkesinambungan yang meliputi:

a. aspek sosialisasi RZWP3K;

b. aspek zonasi rinci;

c. aspek pemanfaatan ruang;

d. aspek pengawasan dan pengendalian; dan

e. aspek evaluasi dan peninjauan kembali.

Bagian Kedua

Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah

Pasal 53

Perwujudan rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. perwujudan pusat kegiatan;

b. perwujudan pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

c. perwujudan sistem jaringan prasarana utama; dan

d. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.

Bagian Ketiga

Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah

Pasal 54

Perwujudan rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. perwujudan kawasan konservasi;

b. perwujudan kawasan pemanfaatan umum;

c. perwujudan kawasan alur; dan

d. perwujudan kawasan strategis nasional.

Pasal 55

Perwujudan kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf a, terdiri atas :

a. pengelolaan zona konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan setelah melalui pengkajian secara akademi tentang penetapan kawasan konservasi

pada :

1. konservasi ekosistem mangrove di Kecamatan Tanara, Tirtayasa, Pontang,

Kramatwatu, Bojonegara, dan Kecamatan Pulo Ampel;

2. terumbu karang di Pulau Sangiang, Pulau Panjang, Pulau Pamuja Kecil, Pulau Pamuja Besar, Pulau Lima, Pulau Kubur, Pulau Tunda, Pulau

Pisang;

3. padang lamun di Grenyang sampai Bojonegara, Kepuh, Sekantung, Kuala Pasar, Pulau Panjang, Pulau Semut dan Pulau Tarahan.

4.pulau………

Page 242: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 30 -

4. pulau-pulau kecil di Daerah antara lain Pulau Karang Cawene, Pulau Karang Parejakah, Pulau Sangiang, Pulau Salira, Pulau Kalih Utara, Pulau

Kalih Selatan, Pulau Panjang, Pulau Semut, Pulau Cikantung, Pulau Kemanisan, Pulau Tarahan, Pulau Kubur, Pulau Lima, Pulau Gedang,

Pulau Pamujan Besar, Pulau Pamujan Kecil, dan Pulau Tunda.

5. cagar budaya untuk Petilasan Syekh Nawawi; Situs Pengindelan Abang; Kawasan Sumur Tujuh Belas; Gunung Santri Kecamatan Tanara,

Tirtayasa, Kramatwatu dan Bojonegara.

b. Perwujudan pengelolaan zona konservasi maritim dilakukan melalui :

1. pelestarian adat, sejarah dan budaya maritim di semua tempat wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

2. pelestarian mercu suar yang menjadi peninggalan bersejarah di wilayah

pesisir.

c. Perwujudan pengelolaan zona sempadan pantai sebagaimana dilakukan dengan cara:

1. mencegah dan mengendalikan pendirian bangunan di sempadan pantai;

2. mencegah terjadinya kerusakan pantai akibat abrasi dan sedimentasi;

3. mengembangkan tanaman pantai di sempadan pantai; dan

4. melakukan revitalisasi pada pantai yang belum banyak dimanfaatkan.

d. Perwujudan pengelolaan zona rawan bencana dilakukan dengan cara :

1. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;

2. menjamin terlaksananya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan;

3. melindungi cagar budaya dan seluruh lingkungan alam berikut

keanekaragaman hayatinya;

4. mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam

menghadapi bencana;

5. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta dalam

mensosialisasikan daerah rawan bencana;

6. mendorong semangat gotong-royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan; dan

7. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat serta mencegah timbulnya bencana-bencana sosial dan bencana non alam serta

meminimalisasi dampak bencana alam, bencana non alam, serta bencana sosial.

e. Arahan penetapan dan pengelolaan zona konservasi perairan dilakukan di

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui :

1. melakukan identifikasi dan inventarisasi calon kawasan konservasi perairan di wilayah pesisir ; dan

2. melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum dan utamanya masyarakat di sekitar daerah konservasi tentang rencana daerah konservasi perairan.

Pasal 56

Perwujudan kawasan pemanfaatan umum di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf b terdiri atas :

a.perwujudan…….

Page 243: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 31 -

a. perwujudan pengembangan zona hutan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui :

1. memberikan fasilitasi dalam pengelolaan hutan;

2. mengembangkan hutan mangrove;

3. mengembangkan hutan sesuai dengan kondisi tanaman aslinya dan tanaman lain yang sesuai; dan

4. mengembangkan hutan pantai di sempadan pantai.

b. perwujudan pengembangan zona pertanian di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui :

1. fasilitasi lahan pertanian berkelanjutan;

2. memberikan insentif untuk mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan;

3. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menumbuhkan minat generasi muda untuk bertani;

4. mengembangkan pertanian terpadu;

5. mengembangkan jaringan irigasi dan drainase untuk zona pertanian;

6. meningkatkan teknologi pasca panen hasil pertanian; dan

7. tidak melakukan konversi lahan pertanian produktif.

c. perwujudan pengembangan zona perikanan budidaya dilakukan dengan:

1. mengembangkan perikanan budidaya air payau dan budidaya laut di

kawasan minapolitan;

2. mengembangkan perikanan budidaya air tawar di wilayah pesisir pada lokasi yang ditetapkan dalam zonasi wilayah; dan

3. mengembangkan budidaya perikanan air laut pada zona yang ditetapkan dalam zonasi wilayah.

d. arahan pengembangan zona perikanan budidaya melalui :

1. revitalisasi tambak;

2. mengembangkan jaringan irigasi dan drainase untuk kawasan

pertambakan khususnya kawasan minapolitan;

3. meningkatkan kapasitas dan daya dukung sarana dan prasarana perikanan budidaya air payau, air tawar dan air laut;

4. menggunakan teknologi budidaya tambak yang ramah lingkungan di wilayah pesisir;

5. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bidang teknologi dan manajemen perikanan budidaya;

6. menyediakan sarana dan prasaran pembenihan ikan dan udang untuk

mendukung zonasi perikanan budidaya payau dan air tawar;

7. menyediakan kebun bibit rumput laut untuk mendukung pengembangan

budidaya rumput laut; dan

8. membangun industri pengolahan rumput laut.

e.Perwujudan…..

Page 244: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 32 -

e. Perwujudan pengembangan zona perikanan tangkap dilakukan dengan cara :

1. meningkatkan efektifitas regulasi penataan jumlah armada;

2. menggunakan alat tangkap yang produktif dan ramah lingkungan;

3. meningkatkan teknologi penangkapan ikan;

4. meningkatkan kapasitas armada perikanan tangkap;

5. meningkatkan kapasitas alat bantu penangkapan ikan;

6. meningkatkan kemampuan dan keterampilan nelayan dalam kegiatan

penangkapan ikan di laut lepas;

7. meningkatkan kerjasama antar daerah dalam pengawasan dan pelaksanaan penangkapan ikan; dan

8. meningkatkan hasil produksi perikanan tangkap tidak melebihi daya dukung sumberdaya ikan yang tersedia.

f. perwujudan pengembangan zona pelabuhan dilakukan di pada subzona yang ditetapkan meliputi :

1. pelabuhan perikanan pantai dilakukan dengan cara menambah armada

penangkapan ikan dengan ukuran lebih dari 10 (sepuluh) GT (Gross Tonnage) dan meningkatkan fasilitas fungsional serta penunjang;

2. pelabuhan perikanan dilakukan dengan cara mengembangkan fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang; dan

3. pengembangan tempat pendaratan ikan menjadi pangkalan pendaratan

ikan, meliputi : tempat pendaratan ikan Pulau Panjang, Kepuh, Wadas, Terate, Domas, Lontar, Tengkurak, Tenjoayu, Tanara, Pasauran, Paku,

dan tempat pendaratan ikan Pulau Kalih.

g. perwujudan pengembangan zona pertambangan dilakukan dengan cara :

1. menetapkan regulasi pemanfaatan lahan zona pertambangan mineral

logam, batuan dan mineral bukan logam; dan

2. pemanfaatan zona pertambangan dan pengelolaan pasca pertambangan

mineral logam, mineral bukan logam dan batuan.

h. perwujudan pengembangan zona industri dilakukan dengan cara :

1. mengembangkan industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah di pusat-

pusat pertumbuhan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

2. mengembangkan industri pengolahan hasil perikanan di Kecamatan Pontang, Tanara dan Kecamatan Tirtayasa;

3. mengembangkan sarana pengolahan limbah industri mikro dan kecil dilakukan dalam bentuk pengolahan limbah komunal; dan

4. mengembangkan sarana pengolahan limbah industri menengah dilakukan secara mandiri.

i. perwujudan pengembangan zona pariwisata dilakukan dengan cara :

1. mengembangkan Kecamatan Anyar, Cinangka, dan Kecamatan Tirtayasa sebagai kawasan wisata pantai, agrowisata, dan minat khusus;

2. mengembangkan Pulau Pamujan Kecil, Pulau Pamujan Besar, Pulau Pisang, dan Pulau Lima, Pantai Pulau Sangiang, Pulau Panjang, dan Pulau Tunda, Pulokali Utara dan Pulau Kalih Selatan sebagai pantai Wisata

bahari (pantai pasir putih, selam dan snorkling), fishingsport, untuk keluarga dan minat khusus;

3.mengembangkan……

Page 245: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 33 -

3. mengembangkan Kecamatan Kramatwatu, Bojonegara, Tirtayasa dan Kecamatan Anyar sebagai subzona wisata relegius, budaya dan sejarah;

4. mengembangkan pantai Anyar dan Cinangka sebagai kawasan wisata Pantai, Hotel/Resort/Penginapan berbasis relaksasi dan keluarga.

j. Perwujudan pengembangan zona permukiman dilakukan dengan cara :

1. mengembangakan program perbaikan lingkungan permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman nelayan;

2. mengembangkan permukiman nelayan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. meningkatkan kualitas permukiman perkotaan, permukiman perdesaan

dan permukiman nelayan; dan

4. meningkatkan peran serta masyarakat dalam menyediakan fasilitas

umum, sosial dan ekonomi di permukiman dan antar permukiman;

Pasal 57

Perwujudan kawasan alur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf c terdiri

atas dilaksanakan dengan cara :

a. meningkatkan pengawasan pemanfaatan ruang alur laut untuk jalur

pelayaran di seluruh wilayah pesisir dan-pulau kecil;

b. memasang dan memanfaatkan pipa/kabel bawah laut di Perairan Kecamatan Kramatwatu dan Bojonegara ke Utara dan wilayah pesisir lainnya;

inventarisasi dan memanfaatkan migrasi biota laut di seluruh pesisir pantai

BAB VI

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG RZWP3K

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 58

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan RZWP3K daerah, mencakup :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. arahan pengenaan sanksi.

(2) Pengendalian pemanfaatan RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui penerapan peraturan zonasi, mekanisme perizinan pemanfaatan ruang, dengan berpedoman pada rencana zonasi

rinci.

(3) Pelaksanan pengendalian pemanfaatan RZWP3K daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Bupati melalui Dinas bersama SKPD

terkait melalui kegiatan pengawasan dan penertiban.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Paragraf 1

Umum

Pasal 59........

Page 246: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 34 -

Pasal 59

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58

ayat (1) huruf a, berfungsi sebagai :

a. landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional

pengendalian pemanfaatan ruang di setiap zona/subzona;

b. dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan

c. salah satu pertimbangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengaturan lebih lanjut terhadap pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam struktur ruang dan pola ruang wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil, mencakup :

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan koservasi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemanfaatan umum;

c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi alur laut.

Paragraf 2

Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kawasan Konservasi

Pasal 60

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf a, mencakup :

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi perairan; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai;

Pasal 61

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 60 huruf a, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam, pemanfaatan jasa lingkungan

dan/atau pemungutan hasil hutan bukan kayu, kegiatan pinjam pakai kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan meliputi kepentingan religi, pertahanan dan keamanan, pertambangan,

pembangunan ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi terbarukan, pembangunan jaringan telekomunikasi, pembangunan jaringan instalasi air,

jalan umum, pengairan, bak penampungan air; fasilitas umum, repeater telekomunikasi, stasiun pemancar radio, stasiun relay televisi, sarana keselamatan lalulintas laut/udara, dan untuk pembangunan jalan, kanal

atau sejenisnya yang tidak dikategorikan sebagai jalan umum antara lain untuk keperluan pengangkutan produksi;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi hutan lindung sebagai kawasan lindung; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi.

d. pemantapan kawasan hutan lindung melalui pengukuhan dan penataan

batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya;

e.tidak……

Page 247: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 35 -

e. tidak diizinkan melakukan pemanfaatan ruang yang mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologis serta

kelestarian flora dan fauna pada kawasan hutan lindung;

f. pengendalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan melalui rehabilitasi dan konservasi;

g. reboisasi pada kawasan yang mengalami kritis lingkungan; dan

h. mengintensifkan kegiatan penanggulangan kebakaran hutan di kawasan

hutan lindung.

Pasal 62

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi perairan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf b, mencakup :

a. zona inti;

b. zona perikanan berkelanjutan;

c. zona perikanan tangkap berkelanjutan;

d. zona budidaya rumput laut;

e. zona pariwisata bahari; dan

f. zona pelabuhan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi zona inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perlindungan mutlak

habitat dan populasi, pendidikan, penelitian, dan lalu lintas perahu/boat.

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi penangkapan ikan untuk penelitian, wisata diving, dan snorkeling; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi segala bentuk bangunan, penangkapan ikan dengan segala jenis alat dan cara penangkapan,

semua jenis kegiatan budidaya laut, penjangkaran, pembuangan sampah dan pengaliran limbah, lalu lintas pelayaran kapal, dan olah raga air.

d. zona inti perlu dipertegas batas-batasnya dengan pemasangan tanda

yang mudah dikenali (bahan, bentuk dan warna sesuai peraturan perundang-undangan);

e. tidak diijinkan segala bentuk perubahan peruntukan dari zona inti.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi zona perikanan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup:

a. ketentuan umum peraturan zonasi subzona perikanan tangkap berkelanjutan; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi subzona budidaya rumput laut.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi zona perikanan tangkap berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi aktivitas penangkapan ikan dengan alat, bahan dan cara yang ramah lingkungan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan eksplorasi sumberdaya kelautan dan

perikanan;

b. kegiatan yang diijinkan dengan syarat meliputi pemasangan rumpon, rehabilitasi/restorasi habitat dan populasi ikan, aktivitas pariwisata

bahari di luar waktu penangkapan ikan, dan lalu lintas kapal di luar waktu penangkapan ikan;

c.kegiatan………

Page 248: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 36 -

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi perikanan budidaya, pembuangan air limbah, alterasi habitat kecuali bertujuan untuk melestarikan atau

meningkatkan kualitas lingkungan sebagai habitat alamiah bagi kehidupan liar;

d. hanya diperuntukkan bagi nelayan tradisional yang masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton

(GT);

e. pada subzona perikanan tangkap berkelanjutan tidak dapat dilakukan

kegiatan lain yang tidak selaras atau kegiatan yang dapat mengganggu aktivitas perikanan tangkap serta perlindungan habitat dan populasi ikan;

f. subzona perikanan tangkap berkelanjutan diijinkan dirubah fungsinya sepanjang masih selaras dengan tujuan pengelolaan kawasan perairan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi zona budidaya rumput laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi membudidayakan rumput laut beserta penyediaan/pemasangan peralatan/fasilitas penunjangnya, dan

budidaya kerang-kerangan sistem tumpang sari.

b. kegiatan yang diijinkan dengan syarat meliputi rekreasi air, dan penangkapan ikan tradisional skala subsistem;

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi lalu lintas boat/perahu motor,

olah raga air, penangkapan ikan komersial atau menggunakan alat bergerak, pembuangan/pengaliran limbah dan sampah, pembongkaran terumbu karang hidup, dan pengambilan/penambangan batu karang;

d. subzona budidaya rumput laut diarahkan penataannya untuk menyediakan alur-alur bagi mobilitas dalam memanfaatkan perairan dan keluar masuk menuju pantai;

e. koefisien pemanfaatan perairan untuk budidaya rumput laut adalah

80%, dimana terdapat ruang sebesar 20% untuk alur-alur/lalu lintas perahu yang mendukung kegiatan budidaya;

f. pembudidayaan rumput laut harus menghindari areal terumbu karang dan padang lamun;

g. pengembangan subzona budidaya rumput laut disertai dengan kegiatan pengembangan/peremajaan bibit;

h. tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan lain yang tidak selaras atau kegiatan yang dapat mengganggu rumput laut yang dibudidayakan,

terutama kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran;

i. pada sisi-sisi terluar subzona budidaya rumput laut perlu dipasang rambu-rambu pembatas zona untuk menjaga keamanan dan keselamatan lalu lintas di perairan;

j. perubahan fungsi subzona budidaya rumput laut masih dikumungkinkan sepanjang selaras dengan kaidah-kaidah konservasi perairan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi zona pariwisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:

a. zona pariwisata bahari di atas permukaan laut (marine) pada sub zona

rekreasi pantai, rekreasi air dan olah raga air dengan ketentuan :

1.pemisahan…..

Page 249: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 37 -

1. pemisahan sub zona rekreasi pantai, sub zona rekreasi air berupa kegiatan mandi, renang, berkano dan seluncur air dengan sub zona

olah raga air (water/marine sport) seperti banana boat, jetskie, parasailing, windsurfing, boat surfing dan flying kite;

2. kegiatan yang diperbolehkan: penangkapan ikan skala tradisional yang ramah lingkungan dilakukan di luar jadwal aktivitas wisata;

3. kegiatan yang tidak diperbolehkan: lalu lintas kapal, pemindahan

dan pengambilan biota laut, pembuangan limbah cair dan sampah,

perikanan budidaya, penangkapan ikan dengan alat menetap, pemindahan dan pengambilan biota terumbu karang atau biota laut lainnya yang dilindungi; dan

4. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat: penjangkaran/tambat perahu/boat wisata dengan jangkar tetap.

b. zona pariwisata bahari di atas permukaan laut (marine) pada sub zona

surfing dengan ketentuan :

1. kegiatan wisata bahari yang diperbolehkan untuk dikembangkan

adalah eksklusif untuk aktivitas board surfing;

2. kegiatan lain yang diperbolehkan yaitu perlindungan habitat dan

populasi; dan

3. kegiatan yang tidak diperbolehkan : lalu lintas perahu/boat/kapal,

pemindahan dan pengambilan biota laut, perikanan budidaya,

penangkapan ikan dengan alat menetap maupun bergerak, pemindahan dan pengambilan biota terumbu karang atau biota laut lainnya yang dilindungi.

c. Zona pariwisata bahari di bawah permukaan laut (submarine) pada sub zona scuba diving, snorkeling dan coral viewing dengan ketentuan :

1. kegiatan wisata bahari yang diperbolehkan : scuba diving, snorkeling dan coral viewing (bottom glass boat, submarine, semi-submarine, trekking helmet);

2. kegiatan lain yang diperbolehkan : perlindungan habitat dan populasi, penelitian dan pengembangan sumberdaya, pendidikan;

3. kegiatan yang tidak diperbolehkan : alur pelayaran kapal/perahu/boat kecuali boat wisata, perikanan budidaya,

penangkapan ikan dengan alat menetap maupun bergerak, pemindahan dan pengambilan biota terumbu karang atau biota

laut lainnya, lego jangkar, water sport, pembuangan sampah dan limbah, memberi makan ikan (fish feeding); dan

4. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat : mendirikan ponton,

pengoperasian bottom glass boat, submarine dan semi-submarine,

pemasangan fasilitas penjangkaran tetap, restorasi dan rehabilitasi habitat/ekosistem.

d. batas-batas zona pariwisata dilengkapi dengan tanda-tanda batas;

e. perubahan fungsi zona pariwisata bahari masih dikumungkinkan

sepanjang selaras dengan kaidah-kaidah konservasi perairan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi zona pelabuhan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf f, meliputi :

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan dermaga, dan

navigasi pelayaran;

b.kegiatan………

Page 250: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 38 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rekreasi air di luar jadwal pelayaran, pengerukan kolam dan alur pelabuhan;

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi perikanan budidaya, perikanan tangkap komersial, water sport, diving, mendirikan pontoon,

pembuangan sampah dan air limbah, lego jangkar, pengambilan/pemindahan terumbu karang dan biota laut yang dilindungi;

d. zona pelabuhan dilengkapi dengan fasilitas navigasi pelayaran untuk keamanan dan keselamatan keluar-masuk pelabuhan, fasilitas pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem; dan

e. zona pelabuhan tidak dimungkinkan dirubah fungsinya peruntukannya.

Pasal 63

Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf c, meliputi:

a. penetapan jarak sempadan pantai, mencakup :

1. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat ;

2. lebar sempadan pantai di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat diterapkan khusus untuk segmen-segmen pantai pada kawasan efektif pariwisata dan permukiman penduduk yang telah ada

setelah melalui kajian teknis dari instansi dan/atau pakar terkait dan dituangkan dalam rencana zonasi rinci dan peraturan zonasi kawasan;

3. untuk pantai yang berbatasan langsung dengan jurang (tebing), jarak

sempadannya mengikuti ketentuan sempadan jurang; 4. kawasan pantai yang memiliki batas berupa jalan atau pedestrian di

sepanjang pantai, pengelolaannya dapat didasarkan atas jarak sempadan pantai atau jarak sempadan bangunan dengan jarak minimal sama dengan jarak sempadan pantai yang ditetapkan sebelumnya dan disesuaikan

dengan keserasian tata bangunan dan lingkungan setempat;

b. kegiatan atau bangunan yang diperbolehkan di sempadan pantai, mencakup kegiatan sepanjang tidak berdampak negatif terhadap fungsi lindungnya

mencakup : obyek wisata, rekreasi pantai, olahraga pantai, kegiatan terkait perikanan tangkap, kegiatan pertanian lahan basah, budidaya perikanan,

dan kegiatan ritual keagamaan.

c. bangunan bangunan fasilitas penunjang pariwisata non permanen dan temporer, bangunan umum terkait sosial keagamaan, bangunan terkait

kegiatan perikanan tradisional, budidaya perikanan dan dermaga, bangunan pengawasan pantai, bangunan pengamanan pantai dari abrasi, bangunan

evakuasi bencana, dan bangunan terkait pertahanan dan keamanan;

d. integrasi sinergi antara pada kawasan dengan penggunaan campuran antara kegiatan ritual, penambatan perahu nelayan tradisional serta kawasan

rekreasi pantai; dan

e. pelarangan membuang sampah, limbah padat dan/atau cair.

f. prasarana minimal pada kawasan sempadan pantai, mencakup :

1. tersedianya pantai sebagai ruang terbuka untuk umum;

2. kepemilikan lahan yang berbatasan dengan pantai diwajibkan

menyediakan ruang terbuka publik (public space) minimal 3 meter sepanjang garis pantai untuk jalan inspeksi dan/atau taman telajakan dengan batas ketinggian pagar maksimal 1,5 meter;

3.pengembangan……

Page 251: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 39 -

3. pengembangan program pengamanan dan penataan pantai pada seluruh kawasan pantai rawan abrasi; dan

4. penyediaan tempat-tempat dan jalur-jalur evakuasi pada kawasan pantai yang rawan tsunami.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Pemanfaatan Umum

Pasal 64

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b, terdiri atas :

a. wilayah daratan; dan

b. wilayah perairan pesisir.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemanfaatan umum wilayah

daratan sebagaimana pada ayat (1) huruf a, mencakup:

a. zona hutan produksi;

b. zona hutan rakyat;

c. zona pertanian basah;

d. zona pertanian non-sawah;

e. zona peternakan;

f. Kawasan Agropolitan;

g. zona perikanan;

h. Kawasan Minapolitan;

i. zona pertambangan;

j. zona industri;

k. zona pariwisata;

l. zona permukiman;

m. zona pertahanan dan keamanan;

n. zona industri kelautan dan perikanan;

o. zona prasarana perikanan; dan

p. kawasan peruntukan lainnya;

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemanfaatan umum wilayah daratan sebagaimana pada ayat (1) huruf b, mencakup:

a. zona perikanan tangkap;

b. zona perikanan budidaya laut; dan

c. zona pelabuhan;

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan/zona pada kawasan pemanfaatan umum wilayah daratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a, b, c, d, e, f, g, i, j, k, l, m, dan p diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.

Pasal 65

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf h, mencakup :

a. potensi perikanan tangkap dan pengembangan perikanan budidaya;

b.pengembangan……

Page 252: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 40 -

b. pengembangan perikanan budidaya penempatannya tidak saling mengganggu dengan zona pariwisata bahari dan penggunaan lainnya;

c. fungsional dan hirarki keruangan dengan satuan sistem permukiman;

d. kawasan minapolitan berbasis minabisnis yang meliputi subsistem hulu,

subsistem usaha perikanan, subsistem hilir dan subsistem penunjang;

e. sentra-sentra produksi dan usaha berbasis perikanan dan dilengkapi sarana dan prasarana kegiatan minabisnis seperti jaringan jalan ke pusat produksi,

perbankan, terminal agribisnis atau pasar ikan/budidaya perikanan, pabrik pakan, pabrik pengolahan, cold storage, pasar ikan/budidaya perikanan,

pabrik es, dan lainnya;

f. pusat kegiatan Kawasan Minapolitan sebagai tempat pembinaan, pelatihan, pengembangan, eksibisi, pusat informasi, pemasaran dan pelayanan lainnya;

g. pengembangan kegiatan industri yang terpadu dengan kegiatan perikanan sepanjang tidak merubah fungsi utama.

Pasal 66

Ketentuan umum peraturan zonasi zona industri kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf n, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan industri berbasis sumber daya kelautan dan perikanan, pembangunan kelengkapan sarana dan prasarana penunjang industri, pembangunan fasilitas pergudangan atau terminal

minabisnis; b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat mengganggu

fungsi utama dan peruntukan kegiatan industri; c. pengendalian kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan di daratan

maupun perairan;

d. jaringan pergerakan mencakup jaringan jalan dan jaringan transportasi laut; e. penyediaan prasarana dan sarana minimal meliputi fasilitas dan infrastruktur

pendukung kegiatan industri, tempat parkir untuk fasilitas penunjang

industri, perdagangan dan jasa, dan fasilitas umum lainnya.

Pasal 67

Ketentuan umum peraturan zonasi zona prasarana perikanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (2) huruf o, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dalam menunjang fungsi produksi, penanganan hasil sementara, pengendalian dan pengawasan mutu, pemasaran hasil perikanan, pembinaaan masyarakat nelayan,

pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, kelancaran kegiatan kapal perikanan dan pengumpulan data;

2. pengelolaan tempat pelelangan ikan dalam menunjang pemasaran hasil perikanan, pembinaan nelayan, pembinaan mutu hasil perikanan, dan pendataan statistik perikanan tangkap;

3. pengelolaan pemangkalan perahu nelayan tradisional berukuran panjang maksimal 10 m (sepuluh meter);

4. pengelolaan pasca panen rumput laut berupa penjemuran dan penyimpanan hasil sementara; dan

5. minawisata.

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pengembangan dermaga, dan mendirikan gudang permanen;

c.kegiatan……….

Page 253: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 41 -

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi pembuangan limbah ke lingkungan tanpa perlakukan, kegiatan industri pengolahan hasil perikanan;

d. pangkalan pendaratan ikan perlu dilengkapi fasilitas penunjang meliputi:

1. fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan sekurang-kurangnya 3 GT (tiga gross tonnage);

2. dermaga sekurang-kurangnya sepanjang 50 M (lima puluh meter) dan kedalaman kolam pelabuhan - 2 (minus dua);

3. mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT (enam puluh gross tonnage) kapal perikanan sekaligus;

4. fasilitas fungsional meliputi: fasilitas pemasaran hasil perikanan dan pasar

ikan, fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi, fasilitas suplai air bersih, es, listrik dan bahan bakar, fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan, seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu,

fasilitas perkantoran, fasilitas transportasi, dan instalasi pengolahan air limbah dan persampahan; dan

5. fasilitas penunjang meliputi fasilitas pembinaan nelayan, fasilitas pengelola pangkalan pendaratan ikan, fasilitas sosial dan umum, dan kios IPTEK.

e. tempat pelelangan ikan perlu dilengkapi fasilitas pendataan statistik

perikanan tangkap, lantai lelang ikan, balai pertemuan nelayan, listrik, komunikasi dan air bersih;

f. pemangkalan perahu nelayan tradisional perlu dilengkapi dengan balai

kelompok nelayan dan gudang mesin perahu motor tempel dan alat penangkapan ikan;

g. penjemuran dan penyimpanan sementara hasil budidaya rumput laut perlu dilengkapi lantai jemur, para-para dan gubuk penyimpanan rumput laut;

h. zona prasarana perikanan perlu ditunjang jalan akses untuk memperlancar

distribusi sarana perikanan dan hasil-hasil perikanan.

Pasal 68

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi zona perikanan tangkap sebagaimana

dimaksud pada Pasal 64 ayat (3) huruf a, terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi subzona penangkapan ikan IA; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi subzona penangkapan ikan IB.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi subzona penangkapan ikan IA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :

a. diperuntukkan bagi kegiatan perikanan tangkap dengan spesifikasi alat penangkapan ikan (API), penempatan alat penangkapan ikan dan alat

bantu penangkapan ikan (ABPI) sebagai berikut: 1. pukat tarik pantai (beach seines), bersifat aktif : mesh size >1 inch, tali

ris atas <300 m;

2. penggaruk tanpa kapal (hand dredges), bersifat aktif: bukaan mulut P<2,5 m, T<0,5 m;

3. anco (portable lift nets), bersifat pasif: P<10 m, L<10 m; 4. jala tebar (falling gear not specified), pasif: luasan < 20 m2;

5. jaring insang berpancang (fixed gillnets (on stakes)), statis dan pasif: mesh size >1,5 inch; P <300 m;

6. jala klitik, statis dan pasif: mesh size >1,5 inch;P <500 m;

7. combined gillnets-trammel net, bersifat pasif: mesh size >1 inch; P<1000 m;

8.set………….

Page 254: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 42 -

8. set net, statis: penaju < 400 m, mesh size penaju >8 inch; 9. Bubu (pots), pasif: < 300 buah

10. togo, statis: mesh size >1 inch; P. tali ris <20 m; 11. ambai, status: mesh size >1 inch; P. tali ris <20 m;

12. jermal, statis: mesh size >1 inch; P<10 m; L <10 m; 13. pengerih, statis: mesh size >1 inch; P. tali ris <50 m; 14. sero, statis: penaju < 100m;

15. pancing ulur, pasif; 16. pancing berjoran, pasif;

17. pancing layang-layang, pasif; 18. alat penjepit dan melukai: ladung, tombak, panah;

b. kegiatan lain yang diperbolehkan meliputi perlindungan keanekaragaman

hayati perairan, lalu lintas kapal di luar waktu-waktu penangkapan ikan, minawisata, dan eksplorasi sumberdaya kelautan dan perikanan;

c. kegiatan perikanan tangkap harus memperhatikan alur migrasi biota laut yang dilindungi;

d. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penangkapan ikan

menggunakan alat, bahan, cara dan metode yang tidak ramah lingkungan;

e. kegiatan lain yang tidak diijinkan yaitu perikanan budidaya dan pembuangan limbah;

f. kegiatan yang diijinkan bersyarat yaitu pemasangan alat bantu penangkapan ikan khususnya rumpon.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi subzona penangkapan ikan IB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. diperuntukkan bagi kegiatan perikanan tangkap dengan spesifikasi alat

penangkapan ikan (API), penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan (ABPI) sebagai berikut:

1. pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapa; bersifat aktifl: mesh size >1 inch; tali ris atas <300 m;

2. pukat cincin grup pelagis kecil, bersifat aktif: mesh size >1 inch; tali ris

atas < 600 m;

3. jaring lingkar tanpa tali kerut (without purse lines/lampara), bersifat aktif: mesh size >1 inch; Tali ris atas <150 m;

4. dogol, bersifat aktif: mesh size >1 inch; tali ris atas <40 m;

5. payang, bersifat aktif: mesh size >2 inch; tali ris atas <100 m;

6. lampara dasar, bersifat aktif: mesh size >1 ¾ inch; tali ris atas <30 m;

7. pukat hela dasar berpalang, bersifat aktif: mesh size >1 inch; tali ris atas <10 m;

8. pukat hela dasar berpapan, bersifat aktif: mesh size >1,5 inch; tali ris atas <13,5 m; mesh size >1,5 inch; tali ris atas <13,5 m;

9. penggaruk berkapal, bersifat aktif:bukaan mulut P<2,5 m, T<0,5 m;

10. bagan berperahu, bersifat aktif: mesh size >1 mm; P<5 m; L <5 m; ABPI: lampu <2000 watt;

11. bagan berperahu, bersifat aktif: mesh size >1 inch; P<20 m; L <20 m; ABPI: lampu <2000 watt;

12. jaring insang tetap, bersifat pasif: mesh size >1,5 inch; P <500 m;

13. jaring insang hanyut, bersifat aktif: mesh size >1,5 inch;P <500 m;

14.jaring………….

Page 255: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 43 -

14. jaring insang hanyut, bersifat aktif: mesh size >1,5 inch;P <1000 m;

15. jaring insang lingkar, bersifat aktif: mesh size >1,5 inch; P <600 m;

16. combined gillnets-trammel net, bersifat pasif: mesh size >1 inch; P<1000 m;

17. set net, bersifat statis ; penaju < 400 m,mesh size penaju >8 inch; penaju < 600 m,mesh size penaju >8 inch ; Penaju < 1500 m,mesh size penaju >8 inch;

18. bubu, bersifat pasif: < 300 buah;

19. pukat labuh, bersifat statis dan pasif: mesh size >1 mm; tali ris atas <30

m; mesh size >1 mm; tali ris atas <60 m ; mesh size >1 mm; tali ris atas <90 m;

20. pancing ulur, bersifat pasif;

21. pancing berjoran, bersifat pasit;

22. huhate, bersifat aktif, pancing no.6;

23. squid angling, bersifat pasif: ABPI: lampu<8000 watt;

24. huhate mekanis, bersifat aktif;

25. rawai dasar, bersifat pasif: jumlah <800 mata pancing, no. pancing 6;

26. tonda, bersifat aktif: jumlah tonda <10 buah;

27. pancing layang-layang bersifat pasif;

28. alat penjepit dan melukai: tombak, panah dan ladung.

b. kegiatan lain yang diperbolehkan meliputi perlindungan keanekaragaman hayati perairan, lalu lintas kapal di luar waktu-waktu penangkapan ikan,

dan eksplorasi sumberdaya kelautan dan perikanan;

c. kegiatan perikanan tangkap harus memperhatikan alur migrasi biota laut yang dilindungi;

d. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat, bahan, cara dan metode yang tidak ramah lingkungan;

e. kegiatan lain yang tidak diijinkan yaitu perikanan budidaya dan

pembuangan limbah;

f. kegiatan yang diijinkan bersyarat yaitu pemasangan alat bantu penangkapan ikan khususnya rumpon.

Pasal 69

Ketentuan umum peraturan zonasi zona perikanan budidaya laut sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (3) huruf b, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. budidaya karamba jaring apung (KJA) dengan ketentuan koefisien pemanfaatan ruang perairan 50% atau dengan kepadatan 30 unit KJA

(satu unit berukuran 4 x 4 meter) per hektar, penempatan KJA pada kedalaman perairan di atas 5 meter; komoditi yang dikembangkan atau dibudidayakan meliputi ikan, lobster dan kerang-kerangan.

2. budidaya rumput laut dengan metode long line dengan ketentuan koefisien pemanfaatan ruang perairan 80%.

3. kegiatan lain yang diperbolehkan meliputi penangkapan ikan dengan skala traditional dengan alat pancing, dan kegiatan minawisata.

b.kegiatan.........

Page 256: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 44 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi mendirikan bangunan terapung penunjang kegiatan budidaya laut, dan membangun dermaga, dan

restoran terapung; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi lalu lintar pelayaran, pembuangan

sampah dan air limbah.

Pasal 70

Ketentuan umum peraturan zonasi zona pelabuhan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 64 ayat (3) huruf c, meliputi :

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan dermaga, dan navigasi pelayaran;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rekreasi air di luar jadwal pelayaran, pengerukan kolam dan alur pelabuhan;

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi perikanan budidaya, perikanan tangkap komersial, water sport,, diving, mendirikan pontoon, pembuangan sampah dan air limbah, lego jangkar, pengambilan/pemindahan terumbu

karang dan biota laut yang dilindungi;

d. zona pelabuhan dilengkapi dengan fasilitas navigasi pelayaran untuk

keamanan dan keselamatan keluar-masuk pelabuhan, fasilitas pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem; dan

e. zona pelabuhan tidak dimungkinkan dirubah fungsinya peruntukannya.

Paragraf 4

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Strategis

Pasal 71

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf c, meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis nasional diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat secara terintegrasi dalam rencana pengembangan kawasan konservasi

perairan dan rencana kawasan pemanfaatan umum; b. fasilitas yang perlu dikembangkan untuk mendukung pengelolaan KSN

meliputi pengembangan jalan akses, kegiatan pertahanan/pengawasan,

penempatan dan pemeliharaan simbol negara dan/atau tanda batas negara, fasilitas navigasi pelayaran dan kegiatan pengembangan potensi

dan budaya maritim; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua kegiatan yang tidak

selaras dengan kepentingan pertahanan dan keamanan, kedaulatan

negara, dan pelestarian lingkungan.

Paragraf 5

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Alur Laut

Pasal 72

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk alur laut sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 59 ayat (2) huruf d, meliputi :

a. alur pelayaran;

b. pipa dan kabel listrik bawah laut; dan

c. alur migrasi biota laut.

(2)Ketentuan........

Page 257: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 45 -

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. laut kepulauan indonesia; b. internasional;

c. regional dan wisata; dan d. zonasi alur pelayaran lokal.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pipa dan kabel bawah laut sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup ketentuan umum peraturan zonasi kabel listrik bawah laut.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi alur migrasi biota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup ketentuan umum peraturan zonasi alur migrasi lumba-lumba.

Pasal 73

Ketentuan umum peraturan zonasi alur laut kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a, meliputi :

a. alur laut kepulauan Indonesia diperuntukkan bagi pelayaran dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara asing

di atas laut tersebut untuk melaksanakan pelayaran dan penerbangan damai dengan cara normal;

b. kegiatan lain yang diperolehkan meliputi kegiatan yang selaras dengan pelestarian/perlindungan lingkungan, dan perikanan tangkap dengan alat

bergerak;

c. kegiatan yang tidak diijinkan meliputi pemasangan alat bantu penangkapan ikan (rumpon) dan budidaya laut; dan

d. sisi darat ALKI perlu dilengkapi dengan Pos Pengawasan dan fasilitas penunjangnya, dan navigasi pelayaran.

Pasal 74

Ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf b, meliputi :

a. alur pelayaran internasional diperuntukkan bagi pelayaran yang berhubungan dengan Pelabuhan PELINDO;

b. kegiatan lain yang diperolehkan adalah kegiatan yang selaras dengan

pelestarian/perlindungan lingkungan dan perikanan tangkap dengan alat bergerak;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemasangan alat bantu

penangkapan ikan (rumpon) dan budidaya laut; dan

d. dalam mendukung kelancaran, keamanan dan keselamatan berlayar,

diperlukan peningkatan fasilitas navigasi pelayaran yang ada di Pulo ampel.

Pasal 75

Ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran regional dan wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf c, meliputi :

a. alur pelayaran regional diperuntukkan bagi pelayaran yang berhubungan dengan keberadaan pelabuhan penyeberangan Pelabuhan Grenyang, pelabuhan tradisional dan pelabuhan wisata skala kecil di Kecamatan

Bijonegara dan Pulo ampel;

b. kegiatan lain yang diperolehkan adalah kegiatan yang selaras dengan

pelestarian/perlindungan lingkungan dan perikanan tangkap dengan alat bergerak; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemasangan alat bantu

penangkapan ikan (rumpon) dan budidaya laut.

Pasal 76………….

Page 258: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 46 -

Pasal 76

Ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran lokal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 72 ayat (2) huruf d, meliputi:

a. alur pelayaran lokal diperuntukkan bagi pelayaran diantara pulau-pulau

kecil di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo ampel;

b. kegiatan lain yang diperolehkan adalah kegiatan yang selaras dengan pelestarian/perlindungan lingkungan, perikanan tangkap dengan alat

bergerak. Kegiatan wisata bahari dapat dilakukan di luar jadwal kegiatan pelayaran; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemasangan alat bantu

penangkapan ikan (rumpon), dan budidaya laut.

Pasal 77

Ketentuan umum peraturan zonasi kabel listrik bawah laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3), meliputi :

a. kabel listrik bawah laut diperuntukkan pemasangan kabel listrik sebagai

interkoneksi jaringan listrik Pulau Jawa – Pulau Sumatera;

b. kegiatan lain yang diperbolehkan yaitu pelestarian/perlindungan lingkungan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah semua kegiatan yang selaras dengan peruntukan zona/subzona di permukaan perairan.

d. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi penjangkaran dan eksplorasi

dasar laut.

Pasal 78

Ketentuan umum peraturan zonasi alur migrasi lumba-lumba sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 72 ayat (4), meliputi :

a. alur migrasi diperuntukkan bagi perlindungan migrasi lumba-lumba;

b. kegiatan lain yang diperbolehkan adalah semua kegiatan yang selaras dengan peruntukan zona/subzona di permukaan perairan.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi penangkapan lumba-lumba dan

hewan cetaceans lainnya.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 79

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, ayat (1) huruf

b, merupakan serangkaian izin pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi, meliputi :

a. izin reklamasi;

b. izin pertambangan pasir laut;

c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;

d. izin pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati; dan

e. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)Ketentuan..........

Page 259: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 47 -

(2) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Bupati.

(3) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah mendapatkan izin harus memenuhi peraturan zonasi yang

berlaku di lokasi kegiatan pemanfaatan ruang.

Bagian Keempat

Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 80

(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf c, merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam

pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan apabila pemanfaatan

ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang perlu

dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(4) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan kepada masyarakat melalui instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.

(5) Ketentuan pemberian insentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya) dalam

bentuk :

a. ketentuan pemberian kompensasi insentif;

b. ketentuan pengurangan retribusi;

c. ketentuan pemberian imbalan;

d. ketentuan pemberian sewa ruang dan urun saham;

e. ketentuan penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau

f. ketentuan pemberian kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diberikan oleh

pemerintah daerah provinsi penerima manfaat kepada masyarakat umum.

(6) Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan

terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang diberikan dalam bentuk:

a. keringanan pajak; b. pemberian kompensasi; c. imbalan;

d. sewa ruang; e. urun saham; f. penyediaan infrastruktur;

g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau h. penghargaan.

(7) Ketentuan pemberian disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya) yang diberikan dalam bentuk:

a.ketentuan…….

Page 260: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 48 -

a. ketentuan pemberian kompensasi disinsentif;

b. ketentuan ketentuan persyaratan khusus perizinan dalam rangka

kegiatan pemanfaatan ruang oleh masyarakat umum/lembaga komersial;

c. ketentuan ketentuan kewajiban membayar imbalan; dan/atau

d. ketentuan pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

(8) Apabila pemanfatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak

sejalan dengan rencana zonasi, maka akan dikenakan disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang akan dikembangkan, yang berupa :

a. pengenaan pajak yang tinggi;

b. pembatasan penyediaan infrastruktur;

c. pengenaan kompensasi; dan/atau

d. pinalti.

(9) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak

masyarakat

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif

dan disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 81

(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf d, merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap setiap

orang yang melakukan pelanggaran di bidang perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

(2) Pelanggaran di bidang perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana zonasi;

b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang;

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang

diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau

d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan

perundang-undangan sebagai milik umum.

(3) Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2), pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenakan sanksi meliputi sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

(4) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan

izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana zonasi.

(5) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi administratif berupa :

a.peringatan tertulis………

Page 261: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 49 -

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. denda administratif.

BAB VII

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 82

(1) Setiap orang berhak untuk :

a. mengetahui RZWP3K daerah;

b. menikmati pertambahan nilai ruang, sebagai akibat penataan zonasi di

Daerah dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. memperoleh penggantian yang layak akibat pelaksanaan kegiatan

pembangunan sesuai dengan RZWP3K daerah diselenggarakan dengan

cara musyawarah di antara pihak yang berkepentingan;

d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap

pembangunan yang tidak sesuai dengan RZWP3K daerah; dan

e. mengajukan pembatalan izin dan permintaan penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan RZWP3K daerah kepada pejabat yang

berwenang.

(2) Pemerintah Daerah melalui Dinas yang tugas pokok dan fungsi serta

tanggungjawabnya dibidang perikanan dan kelautan harus memberikan

sosialisasi RZWP3K daerah melalui media informasi dan/atau langsung

kepada aparat dan masyarakat di Daerah.

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 83

(1) Setiap orang wajib :

a. mentaati RZWP3K daerah; dan

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin;

(2) Setiap orang berkewajiban :

a. memberikan informasi berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil;

b. menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil;

c. menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

d. memantau pelaksanaan rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil ;dan/atau

e.melaksanakan……….

Page 262: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 50 -

e. melaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil yang disepakati di tingkat desa.

Bagian Ketiga

Peran Serta Masyarakat

Pasal 84

(1) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil dilakukan melalui :

a. proses perencanaan ruang;

b. pemanfaatan ruang; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang.

(2) Bentuk peran serta masyarakat dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

PENYIDIKAN

Pasal 85

(1) Selain Pejabat Penyidik Polri, penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan zonasi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan zonasi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan

penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang penataan zonasi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung, dan memeriksa

identitas orang atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya, dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang penataan zonasi; dan

l. menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

BAB X……….

Page 263: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 51 -

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 86

(1) Setiap orang yang tidak mentaati RZWP3K Daerah dan memanfaatkan ruang

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah), kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 87

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Serang.

Ditetapkan di Serang

pada tanggal 6 Februari 2013

BUPATI SERANG,

Cap/ttd.

A. TAUFIK NURIMAN

Diundangkan di Serang

pada tanggal 6 Februari 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG,

Cap/ttd.

LALU ATHARUSSALAM R

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2013 NOMOR 2

Salinan sesuai dengan aslinya

Page 264: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 52 -

Page 265: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 1 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG

NOMOR 02 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KABUPATEN SERANG TAHUN 2013-2033

I. UMUM

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Serang memiliki

sumberdaya sangat potensial, diantaranya: ikan, udang, molusca, terumbu karang, ranjungan, bahan tambang dan mineral, wisata serta jasa lingkungan

lainnya. Kekayaan dan sumberdaya laut lainnya memiliki nilai ekonomis penting dan strategis dalam perekonomian lokal, regional, nasional, dan internasional. Untuk meningkatkan nilai ekonomi sumberdaya wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Serang, diperlukan konsep dan strategi pengelolaan secara profesional dan berkelanjutan dengan melibatkan berbagai

instansi teknis terkait, disertai peran serta dunia usaha dan partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di

Kabupaten Serang semakin beragam seiring dengan semakin meningkatnya

berbagai kegiatan pembangunan, yang diikuti dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya

kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil disertai

dengan berbagai peruntukannya seperti pemukiman, perikanan, pertanian,

pariwisata, perhubungan, dan lain sebagainya, maka semakin meningkat pula

tekanan eksploitasi terhadap ekosistem dan sumberdaya di wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk

mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dengan tujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir termasuk para nelayan.

Sinkronisasi program antar lembaga perlu dilakukan untuk meningkatkan

efektivitas dan optimalisasi hasil yang diperoleh serta mengurangi dampak

negatif yang terjadi di wilayah pesisir.

Salah satu instrumen hukum dalam rangka optimalisasi pemanfaatan

sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah dengan

diundangkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disebutkan dalam Pasal 9 ayat (5)

bahwa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditetapkan

dengan Peraturan Daerah, sehingga Pemerintah Daerah Serang perlu

menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil Daerah Serang Tahun 2012-2032.

Peraturan Daerah ........

Page 266: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 2 -

Peraturan Daerah ini merupakan pelengkap dari Peraturan Daerah

Kabupaten Serang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang

yang merupakan acuan dari segala aspek perencanaan pembangunan di

Kabupaten Serang.

Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033, memuat arah kebijakan lintas

sektor dalam pembangunan pesisir dan pulau-pulau kecil, yang meliputi

kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian

terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumberdaya serta proses

alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Peraturan Daerah ini memuat arah kebijakan lintas sektor dalam

pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang meliputi kegiatan

perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap

interaksi manusia dalam memanfaatkan sumberdaya serta proses alamiah

secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13 .........

Page 267: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 3 -

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kegiatan-kegiatan” antara lain: (1) kegiatan pariwisata misalnya membatasi aktivitas pengunjung wisata, jenis wisata, dan lain-lain; (2) pembangunan gedung; (3)

dan lain-lain.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 21

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan pada semua tindakan untuk

mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24 .......

Page 268: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 4 -

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45 ...........

Page 269: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 5 -

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud revitalisasi tambak adalah upaya untuk

memperbaiki tambak yang sudah ada tapi belum difungsikan secara maksimal.

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Cukup jelas

Huruf j

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 56 ...........

Page 270: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 6 -

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud insentif adalah fasilitas atau penghargaan yang disediakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Daerah untuk mendorong berkembangnya

suatu kawasan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71 ........

Page 271: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR …repository.fisip-untirta.ac.id/377/1/ANE - Skripsi Ratih Permita... · atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut

- 7 -

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas

Pasal 84

Cukup jelas

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH SERANG TAHUN 2013 NOMOR 02