pengelolaan pariwisata bahari berbasis …

20
ISSN 16935969 Me https://amptajurnal.ac.id/index.p Doi: 10.36275/mws PENGELOLAAN PARI TOURISM DALAM PE Rullyana Pusp 1 Universitas Negeri Yogyak 2 Akademi Pariwisata Buana Wisata Tujuan pengelo (Commu masyara Penelitia prosedu seleksi. dengan diperole pengelo pendapa terbukanya ruang usaha bag perbaikan amenitas pendukung Kata Kunci: Pariwisata bahar MANAGEMENT OF M TOURISM IN INCRE The economic conditions of th several decades, have been c Indonesia's marine resources determine the importance of m increasing revenue of coastal is a qualitative descriptive stu reduction stage, and the selec were randomly selected in e Office, Pokdarwis or Bumdes, tourist destinations, and visito revenue of coastal communitie of open up business space fo environment to supports susta around the tourist destination bridge infrastructure, improve public facilities. Keywords : Marine tourism, co Histori Artikel Submitted: 11 Desember 2019 Reviewed: 10 Januari 2020 Accepted: 10 Februari 2020 Published: 15 Mei 2020 edia Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 php/MWS IWISATA BAHARI BERBASIS COMMU ENINGKATAN EKONOMI MASYARAK pitaningrum Mamengko 1 , dan Erlina Daru Kuntar karta, Yogyakarta, Indonesia, Email: rullyana.mameng Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: erlina@a ABSTRAK dari penelitian ini adalah untuk meng olaan pariwisata bahari berbasis pemberd unity-Based Tourism) dalam meningkatkan pe akat pesisir di wilayah pesisir Pantai Ut an ini merupakan penelitian deskriptif ur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap r Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai U responden yang dipilih secara acak. Has eh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan olaan pariwisata bahari di wilayah pesis atan masyarakat meningkat, terserapnya te gi masyarakat lokal, terpeliharanya lingku g lainnya. ri, community-based tourism, ekonomi masya MARINE TOURISM BASED ON COMMUN EASING REVENUE OF COASTAL COMM ABSTRACT he coastal communities of the North Coastal o categorized as not having adequate livelih s are relatively abundant. The purpose of managing marine tourism based on communi communities in the north coastal of Central J udy, with research procedures namely the de ction stage. Respondents in this study were 5 each City or Regency. Respondents consist , workers in tourist destinations, community l ors. The results obtained have a multiplier ef es, absorption of workforce from local commu or local communities, preservation cleanlin ainable tourism, and also the benefits received on regarding regional development, improve ement of public facilities such as places of community-based tourism, economic EISSN 26858436 UNITY-BASED KAT PESISIR ri 2 [email protected] akparbuanawisata.ac.id getahui pentingnya dayaan masyarakat pendapatan ekonomi tara Jawa Tengah. kualitatif dengan reduksi, dan tahap Utara Jawa Tengah sil penelitian yang n masyarakat dalam sir yang meliputi enaga kerja lokal, ungan sekitar, dan arakat NITY-BASED MUNITIES of Central Java, for hoods, even though this study was to ity-based tourism in Java. This research escription stage, the 56 respondents who ted of the Tourism leaders, sellers at a ffect, i.e. increasing unities, opportunity ness and nature the d by the community ement of road and worship and other

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS COMMUNITY-BASEDTOURISM DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Rullyana Puspitaningrum Mamengko1, dan Erlina Daru Kuntari2

1Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected] Pariwisata Buana Wisata Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnyapengelolaan pariwisata bahari berbasis pemberdayaan masyarakat(Community-Based Tourism) dalam meningkatkan pendapatan ekonomimasyarakat pesisir di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif denganprosedur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahapseleksi. Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengahdengan responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian yangdiperoleh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan masyarakat dalampengelolaan pariwisata bahari di wilayah pesisir yang meliputipendapatan masyarakat meningkat, terserapnya tenaga kerja lokal,

terbukanya ruang usaha bagi masyarakat lokal, terpeliharanya lingkungan sekitar, danperbaikan amenitas pendukung lainnya.

Kata Kunci: Pariwisata bahari, community-based tourism, ekonomi masyarakat

MANAGEMENT OF MARINE TOURISM BASED ON COMMUNITY-BASEDTOURISM IN INCREASING REVENUE OF COASTAL COMMUNITIES

ABSTRACT

The economic conditions of the coastal communities of the North Coastal of Central Java, forseveral decades, have been categorized as not having adequate livelihoods, even thoughIndonesia's marine resources are relatively abundant. The purpose of this study was todetermine the importance of managing marine tourism based on community-based tourism inincreasing revenue of coastal communities in the north coastal of Central Java. This researchis a qualitative descriptive study, with research procedures namely the description stage, thereduction stage, and the selection stage. Respondents in this study were 56 respondents whowere randomly selected in each City or Regency. Respondents consisted of the TourismOffice, Pokdarwis or Bumdes, workers in tourist destinations, community leaders, sellers at atourist destinations, and visitors. The results obtained have a multiplier effect, i.e. increasingrevenue of coastal communities, absorption of workforce from local communities, opportunityof open up business space for local communities, preservation cleanliness and nature theenvironment to supports sustainable tourism, and also the benefits received by the communityaround the tourist destination regarding regional development, improvement of road andbridge infrastructure, improvement of public facilities such as places of worship and otherpublic facilities.

Keywords : Marine tourism, community-based tourism, economic

Histori Artikel

Submitted:11 Desember 2019

Reviewed:10 Januari 2020

Accepted:10 Februari 2020

Published:15 Mei 2020

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS COMMUNITY-BASEDTOURISM DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Rullyana Puspitaningrum Mamengko1, dan Erlina Daru Kuntari2

1Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected] Pariwisata Buana Wisata Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnyapengelolaan pariwisata bahari berbasis pemberdayaan masyarakat(Community-Based Tourism) dalam meningkatkan pendapatan ekonomimasyarakat pesisir di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif denganprosedur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahapseleksi. Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengahdengan responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian yangdiperoleh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan masyarakat dalampengelolaan pariwisata bahari di wilayah pesisir yang meliputipendapatan masyarakat meningkat, terserapnya tenaga kerja lokal,

terbukanya ruang usaha bagi masyarakat lokal, terpeliharanya lingkungan sekitar, danperbaikan amenitas pendukung lainnya.

Kata Kunci: Pariwisata bahari, community-based tourism, ekonomi masyarakat

MANAGEMENT OF MARINE TOURISM BASED ON COMMUNITY-BASEDTOURISM IN INCREASING REVENUE OF COASTAL COMMUNITIES

ABSTRACT

The economic conditions of the coastal communities of the North Coastal of Central Java, forseveral decades, have been categorized as not having adequate livelihoods, even thoughIndonesia's marine resources are relatively abundant. The purpose of this study was todetermine the importance of managing marine tourism based on community-based tourism inincreasing revenue of coastal communities in the north coastal of Central Java. This researchis a qualitative descriptive study, with research procedures namely the description stage, thereduction stage, and the selection stage. Respondents in this study were 56 respondents whowere randomly selected in each City or Regency. Respondents consisted of the TourismOffice, Pokdarwis or Bumdes, workers in tourist destinations, community leaders, sellers at atourist destinations, and visitors. The results obtained have a multiplier effect, i.e. increasingrevenue of coastal communities, absorption of workforce from local communities, opportunityof open up business space for local communities, preservation cleanliness and nature theenvironment to supports sustainable tourism, and also the benefits received by the communityaround the tourist destination regarding regional development, improvement of road andbridge infrastructure, improvement of public facilities such as places of worship and otherpublic facilities.

Keywords : Marine tourism, community-based tourism, economic

Histori Artikel

Submitted:11 Desember 2019

Reviewed:10 Januari 2020

Accepted:10 Februari 2020

Published:15 Mei 2020

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS COMMUNITY-BASEDTOURISM DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Rullyana Puspitaningrum Mamengko1, dan Erlina Daru Kuntari2

1Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected] Pariwisata Buana Wisata Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnyapengelolaan pariwisata bahari berbasis pemberdayaan masyarakat(Community-Based Tourism) dalam meningkatkan pendapatan ekonomimasyarakat pesisir di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif denganprosedur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahapseleksi. Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengahdengan responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian yangdiperoleh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan masyarakat dalampengelolaan pariwisata bahari di wilayah pesisir yang meliputipendapatan masyarakat meningkat, terserapnya tenaga kerja lokal,

terbukanya ruang usaha bagi masyarakat lokal, terpeliharanya lingkungan sekitar, danperbaikan amenitas pendukung lainnya.

Kata Kunci: Pariwisata bahari, community-based tourism, ekonomi masyarakat

MANAGEMENT OF MARINE TOURISM BASED ON COMMUNITY-BASEDTOURISM IN INCREASING REVENUE OF COASTAL COMMUNITIES

ABSTRACT

The economic conditions of the coastal communities of the North Coastal of Central Java, forseveral decades, have been categorized as not having adequate livelihoods, even thoughIndonesia's marine resources are relatively abundant. The purpose of this study was todetermine the importance of managing marine tourism based on community-based tourism inincreasing revenue of coastal communities in the north coastal of Central Java. This researchis a qualitative descriptive study, with research procedures namely the description stage, thereduction stage, and the selection stage. Respondents in this study were 56 respondents whowere randomly selected in each City or Regency. Respondents consisted of the TourismOffice, Pokdarwis or Bumdes, workers in tourist destinations, community leaders, sellers at atourist destinations, and visitors. The results obtained have a multiplier effect, i.e. increasingrevenue of coastal communities, absorption of workforce from local communities, opportunityof open up business space for local communities, preservation cleanliness and nature theenvironment to supports sustainable tourism, and also the benefits received by the communityaround the tourist destination regarding regional development, improvement of road andbridge infrastructure, improvement of public facilities such as places of worship and otherpublic facilities.

Keywords : Marine tourism, community-based tourism, economic

Histori Artikel

Submitted:11 Desember 2019

Reviewed:10 Januari 2020

Accepted:10 Februari 2020

Published:15 Mei 2020

Page 2: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

2 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauanterbesar di dunia. Indonesia memiliki 17.506pulau dan pantai sepanjang 81.000 km, sertalaut seluas 5,8 juta km2. Potensi yang besartersebut seharusnya dapat memberikansumber penghidupan yang layak. Namunpada kenyataannya, kualitas hidupmasyarakat masih tergolong rendah. Untukitu, dibutuhkan peran pemerintah dalammenentukan arah pembangunan daerah(Noer, 2018).

Perencanaan hendaknya dilakukan secaraintegral dan holistik dengan melibatkanmasyarakat lokal sehingga masyarakat dapatmemperoleh manfaat ekonomi sekaligussumber daya alamnya dapat terjaga.Tindakan yang dapat diselaraskan dengan haltersebut di atas adalah pemberdayaanmasyarakat dalam mengelola pariwisatadaerah atau lebih dikenal dengan community-based tourism.

Pendekatan pembangunan pariwisata yangmenempatkan masyarakat sebagai bagianyang tidak terpisahkan dari produk wisatamerupakan esensi dari pembangunan yangberbasis pemberdayaan masyarakat(Adikampana, 2017). Pendekatan inimemiliki nilai strategis yaitu mampumenciptakan produk wisata yang bercirikanbudaya setempat. Pariwisata jika dikeloladengan baik maka akan memberikankontribusi ekonomi secara langsung kepadamasyarakat di sekitar daerah pariwisata.Sehingga secara tidak langsung, pariwisatamemberikan kontribusi signifikan padapendapatan asli daerah (PAD) danpertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah(Rusyidi & Fedryansah, 2018).

Kondisi masyarakat pesisir merupakankelompok masyarakat yang relatif tertinggalsecara ekonomi, sosial (khususnya dalam halakses pendidikan dan layanan kesehatan),dan kultural dibandingkan dengan kelompokmasyarakat lain (Fatmasari, 2014).Masyarakat pesisir, terutama nelayan lekatdengan kemiskinan bahkan disebut kelompokmiskin diantara yang miskin (Sipahelut,2010). Menurut hasil penelitian Widodo

(2011) tentang faktor penyebab kemiskinanmasyarakat pesisir di Kwanyar Barat,Kabupaten Bangkalan adalah rendahnyaakses terhadap modal terutama modalfinansial sehingga menyebabkan nelayantidak mampu mengakses modal fisik berupateknologi penangkapan yang lebih modern.Ketimpangan juga merupakan salah satupermasalahan penyebab kemiskinan. Hal ini,berkaitan dengan keuntungan ekonomi daripemanfaatan sumber daya pesisir dan laut,baru dinikmati oleh kelompok masyarakattertentu seperti juragan kapal dan pengusahaperikanan, namun belum dapat dinikmatioleh masyarakat pesisir dan nelayan. Selainkesenjangan dalam pendapatan, kesenjangandalam kepemilikan justru menjadipermasalahan yang lebih serius (Syarief,2001). Kondisi ini juga terjadi di wilayahpesisir Pantai Utara Jawa Tengah, kondisimasyarakatnya, sebagian besar masih beradadi bawah garis kemiskinan.

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi diIndonesia yang terletak di bagian tengahPulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang.Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.548km2, atau sekitar 28,94% dari luas PulauJawa. Jawa Tengah memiliki 29 kabupatendan 6 kota. Panjang pantai Jawa Tengahkurang lebih 251 km (Peta Laut DISHIDROSTNI AL, 2013) dan terdapat 10 kabupatendan 3 kota yang berbatasan langsung denganLaut Jawa, yang dalam penelitian ini disebutwilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah.Kabupaten dan Kota tersebut adalahKabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, KotaTegal, Kabupaten Pemalang, KabupatenPekalongan, Kota Pekalongan, KabupatenBatang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang,Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.

Penelitian ini memiliki urgensi yaitu dapatmengetahui cara peningkatan pendapatanekonomi masyarakat wilayah pesisir yangsaat ini masih termasuk kategori masyarakatberpendapatan rendah, dengan caramengembangkan pariwisata bahari berbasispemberdayaan masyarakat, sehinggamasyarakat dapat ikut merencanakan,

Page 3: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 3

mengelola, memanfaatkan, dan memeliharapotensi sumber daya alamnya untukmewujudkan pariwisata yang berkelanjutan(sustainable tourism).

LITERATUR REVIEW

Community-Based Tourism

Hiariey (2013) menemukan bahwa strategimeningkatkan peran aktif masyarakat dalampengelolaan wilayah pesisir adalah denganpengelolaan wilayah pesisir berbasismasyarakat (co-management). Dalam strategitersebut, masyarakat memiliki kewenangancukup dalam pengelolaan danterakomodasinya kepentingan masyarakatdalam proses pengelolaan. Sebagaimanadisampaikan Ticoalu et al. (2013) bahwakeberhasilan program karena masyarakat,pemerintah dan pengusaha memilikikontribusi yang relatif sama terhadap moral,ditinjau dari pemberdayaan masyarakatpesisir.

Menurut Tulungen (2001), pendekatanpengelolaan sumberdaya wilayah pesisiryang dapat menjadi rujukan adalah berbasispemberdayaan masyarakat. Konsep ini telahmenjadi pendekatan utama dalampengelolaan sumberdaya pesisir di Indonesiasebagai bagian dari sistem pemerintahanyang desentralistis. Program yang melibatkanpemberdayaan masyarakat di bidangpengelolaan pariwisata disebut CommunityBased-Tourism (CBT).

Community-Based Tourism (CBT)merupakan suatu pendekatan pembangunanpariwisata yang menekankan pada pemberiankesempatan kepada masyarakat lokal untukikut berkontribusi dalam manajemenperencanaan dan pengelolaan pariwisatasetempat, melalui kehidupan yang lebihdemokratis, termasuk dalam pembagian

keuntungan dari kegiatan pariwisata yanglebih adil bagi masyarakat (Adikampana,2017). Pendekatan ini membutuhkan supportdari pemerintah agar bersama-sama denganmasyarakat meningkatkan danmengembangkan pembangunan gunamencapai kesejahteraan bersama.

Seperti hasil penelitian Mardjoeki (2012)yang menyatakan bahwa pemberdayaanmasyarakat pesisir perlu adanya kerja samayang simultan dan lintas sektoral, pendekatanyang paling sesuai dengan kondisi tersebutadalah dengan cara pendekatan partisipatifyaitu suatu pendekatan yang melibatkan kerjasama antara masyarakat setempat danpemerintah. Kemudian Fitriansah (2012)dalam hasil penelitiannya jugamengemukakan bahwa keberhasilanpemberdayaan di pesisir adalah karenaadanya penyadaran kepada masyarakatbahwa program yang mereka jalankan bukansemata‐mata program dari pemerintah, tetapijuga menjadi program mereka sendiri.Terdapat tiga aktor yang memainkanperannya dengan sempurna yakni:pemerintah daerah sebagai pembina danpengarah program, masyarakat lokal sebagaipelaksana utama seluruh kegiatan dankelompok yang memfasilitasi hubungankedua aktor secara transparansi dan terbuka.

Senada dengan hal tersebut, Wearing (Dewi,2013) menyatakan bahwa masyarakat lokalberperan sebagai tuan rumah dan menjadipelaku penting dalam pengembangan desawisata, dalam keseluruhan tahapan mulaitahap perencanaan, pengawasan danimplementasi. Artinya masyarakat lokalmemiliki kedudukan yang sama pentingdengan pemerintah dan swasta sebagai salahsatu pemangku kepentingan dalampengembangan pariwisata, sepertiditunjukkan pada gambar 1.

Page 4: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

4 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Gambar 1. Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan PariwisataSumber: Wearing (Dewi, 2013)

Pengelolaan Pariwisata BerbasisCommunity-Based Tourism

Kunci pengaturan pembangunan pariwisataberbasis Community-Based Tourism,meliputi beberapa hal, yaitu: (1) Adanyadukungan pemerintah; (2) Partisipasi daristakeholder; (3) Pembagian keuntungan yangadil; (4) Penggunaan sumber daya lokalsecara berkesinambungan; (5) Penguataninstitusi lokal; (6) Keterkaitan antara levelregional dan nasional (Pantiyasa, 2011).

Selanjutnya, perspektif pengelolaan wilayahpesisir dapat didasarkan kepada otonomidaerah dengan guideline sebagai berikut: (1)Secara ekologis haruslah dapat menjaminkelestarian sumber daya pesisir; (2) Secaraekonomi dapat mendorong danmeningkatkan taraf hidup masyarakat sertameningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahdengan tetap mempertahankan stabilitasproduktivitas sumber daya pesisir; (3) Secarasosial budaya memberikan ruang bagikearifan lokal dan pemberdayaan masyarakatserta meningkatkan keterlibatan partisipasimasyarakat dalam kebijakan danpembangunan; (4) Secara kelembagaan danhukum dapat menjadi payung dalampengelolaan sumber daya pesisir danmenjamin tegaknya hukum serta penguatankelembagaan; (5) Dalam bidang pertahanandan keamanan sebagai garda terdepan dalammewaspadai potensi-potensi yang akanmengganggu pertahanan dan keamanan baikdi perairan maupun Zona Ekonomi Eksklusif,

terutama dalam menjaga sumber daya pesisirdan kelautan (Masyhudzulhak, 2011).

Terkait dengan hal tersebut, perlu dilakukanpelibatan masyarakat dalam pengelolaankomponen-komponen pengembanganpariwisata yang secara garis besardiklasifikasikan sebagai berikut: (1) Atraksidan aktivitas pariwisata; (2) Akomodasi; (3)Fasilitas dan jasa layanan wisata lainnya; (4)Fasilitas dan jasa layanan transportasi; (5)Infrastruktur lainnya, seperti air, listrik, dantelekomunikasi; (6) Elemen institusional,(Hadiwijoyo, 2012). Selaras dengan yangdiungkapkan oleh Yoeti (2008) bahwaterdapat 3 (tiga) faktor yang dapatmenentukan keberhasilan pengembanganpariwisata sebagai suatu industri, yaitu:tersedianya objek atraksi wisata, adanyafasilitas aksesibilitas, dan bernilai untukdikunjungi atau dilihat (Hadiwijoyo, 2012).

Dalam pengelolaan obyek wisata, hendaknyamencakup 6 (enam) hal dasar, yaitu: (1)Pembinaan produk wisata, (2) Pembinaanmasyarakat wisata, (3) Pemasaran terpadu,(4) Paduan penyebaran, (5) Paduankomunikasi, dan (6) Paduan pelayanan,(Yoeti, 2008).

Pengelolaan Pariwisata Bahari

Dalam praktiknya, pengelolaan pariwisatabahari perlu memperhatikan hal-hal sebagaiberikut: (1) Pengembangan wisata bahariharus mengikuti kaidah-kaidah pembangunanberkelanjutan yang berwawasan lingkungan;

Page 5: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 5

(2) Pengembangan wisata bahari diarahkanpada pola pengembangan ekowisata atauwisata ramah lingkungan yangmengupayakan pemanfaatan lingkunganalam bahari sekaligus juga menyelamatkanlingkungan alam bahari tersebut; (3)Pengembangan wisata bahari harus ditujukanpada upaya meningkatkan pemerataankesempatan, pendapatan, peran serta, dantanggung jawab masyarakat setempat yangterpadu dengan pemerintah dan dunia usaha(Prasiasa dan Hermawan, 2012).

Selanjutnya, pengembangan wisata bahariharus mengacu pada strategi pengembangansebagai berikut: (1) Menjadikan prinsip-prinsip ecotourism sebagai payungpembangunan wisata bahari; (2) Membangunkemitraan antar pelaku, yang lebih bersifattidak struktural, namun lebih mengarah kefungsional; (3) Pengembangan diversifikasikegiatan dan daya tarik wisata maupunproduk seni budaya etnis yang dapatdijadikan daya tarik wisata; (4)Mengembangkan ketertarikan dankomplementaritas antar wilayah dalam suatusistem tata ruang pengembangan pariwisatayang terkait dengan sektor-sektor lain; (5)Mendorong kerjasama bilateral danmultilateral antar negara luar denganpemerintah daerah (pemda) setempat danantar daerah terutama dalam pengembanganwisata bahari dan kegiatan lain termasukkeamanan dan keselamatan kegiatan wisatabahari lintas negara dan daerah (Prasiasa danHermawan, 2012).

METODE

Artikel ini merupakan hasil penelitiankualitatif, penelitian kualitatif dilaksanakanuntuk membangun pengetahuan melaluipemahaman dan penemuan. Pendekatankualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodeyang menyelidiki suatu fenomena sosial danmasalah manusia (Iskandar, 2009). Penelitimembuat suatu gambaran kompleks, menelitikata-kata, laporan terinci dari pandanganresponden, serta melakukan studi pada situasiyang alami.

Tahapan pelaksanaan penelitian yangdigunakan terbagi dalam 5 (lima) tahap yaitu:(1) merumuskan masalah sebagai fokuspenelitian; (2) mengumpulkan data dilapangan; (3) menganalisis data; (4)merumuskan hasil studi; (5) menyusunrekomendasi untuk pembuatan keputusan(Danim & Darwis, 2003). Selaras dengan haltersebut, pengolahan datanya dilakukanmelalui 3 (tiga) prosedur yaitu sebagaiberikut: deskripsi, reduksi, dan seleksi data.

Data primer diperoleh dari hasil wawancaradi lapangan dan observasi. Kemudian datasekunder diperoleh dari peraturan setempat,data statistik dari dinas terkait, dandokumentasi yang terdapat di masing-masingresponden. Metode pengumpulan datamelalui wawancara dengan menggunakandaftar pertanyaan dan wawancara secaramendalam (in depth interview). Observasidilakukan untuk mengamati hasil programpemberdayaan masyarakat yang sudahdilakukan, kelembagaannya, serta relasisosial budaya masyarakat. Responden dalampenelitian ini adalah 56 responden yangdipilih secara acak di masing-masing Kotaatau Kabupaten. Responden terdiri dari DinasPariwisata, Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis) atau Badan Usaha Milik Desa(Bumdes), pekerja di destinasi wisata, tokohmasyarakat, pedagang/ pemilik kios didestinasi wisata, dan pengunjung atauwisatawan.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitianini diilustrasikan dalam gambar 2 berikut ini.

Page 6: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

6 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Gambar 2. Road Map Penelitian

Selanjutnya prosedur pengolahan data,melalui 3 (tiga) tahap utama yaitu: tahapdeskripsi, tahap reduksi, dan tahap seleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Pesisir PantaiUtara Jawa Tengah

Yang dimaksud dengan wilayah pesisirpantai utara Jawa Tengah adalah wilayahyang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.Wilayah tersebut meliputi: bagian utara dariKabupaten Brebes, Kota dan KabupatenTegal, Kabupaten Pemalang, Kota danKabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,Kabuaten Kendal, Kota Semarang,Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Gambar 3. Peta Administratif Jawa TengahSumber: google.com Peta Administratif Jawa Tengah

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

6 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Gambar 2. Road Map Penelitian

Selanjutnya prosedur pengolahan data,melalui 3 (tiga) tahap utama yaitu: tahapdeskripsi, tahap reduksi, dan tahap seleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Pesisir PantaiUtara Jawa Tengah

Yang dimaksud dengan wilayah pesisirpantai utara Jawa Tengah adalah wilayahyang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.Wilayah tersebut meliputi: bagian utara dariKabupaten Brebes, Kota dan KabupatenTegal, Kabupaten Pemalang, Kota danKabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,Kabuaten Kendal, Kota Semarang,Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Gambar 3. Peta Administratif Jawa TengahSumber: google.com Peta Administratif Jawa Tengah

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

6 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Gambar 2. Road Map Penelitian

Selanjutnya prosedur pengolahan data,melalui 3 (tiga) tahap utama yaitu: tahapdeskripsi, tahap reduksi, dan tahap seleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Pesisir PantaiUtara Jawa Tengah

Yang dimaksud dengan wilayah pesisirpantai utara Jawa Tengah adalah wilayahyang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.Wilayah tersebut meliputi: bagian utara dariKabupaten Brebes, Kota dan KabupatenTegal, Kabupaten Pemalang, Kota danKabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,Kabuaten Kendal, Kota Semarang,Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Gambar 3. Peta Administratif Jawa TengahSumber: google.com Peta Administratif Jawa Tengah

Page 7: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 7

Sebagian besar masyarakat pantai utara JawaTengah memiliki mata pencaharian sebagainelayan, selain itu sebagai petani ataupedagang. Para nelayan biasanya langsungmenjual ikan tangkapannya ke pedagang ikandi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yangterletak di masing-masing wilayah, barukemudian oleh pedagang ikan akan langsungdijual ke pembeli dalam bentuk ikan segarmaupun diolah terlebih dahulu menjadi ikanasin, ikan asap, atau olahan ikan lainnya.Selain sebagai nelayan, mata pencaharianlainnya masyarakat pesisir adalah sebagaipetani.

Masyarakat pantai utara Jawa Tengahumumnya membudidayakan tanamanhortikultura seperti sayur mayur maupunbuah-buahan, dan juga bunga melati. Sepertiyang diungkapkan oleh salah satunarasumber di pedukuhan Pantairejo, DesaWonokerto, Kabupaten Pekalongan bahwamata pencaharian utama di dukuh tersebutdahulunya adalah petani melati, karenamenanam melati itu untungnya besar. Sekalitanam untuk jangka waktu 5 tahun, 1 tahunpertama merawat tanaman melati, 4 tahunselanjutnya untuk panen dan setiap harimemetik melati untuk dijual ke pasarsehingga masyarakat mendapatkanpenghasilan setiap harinya. Karena di pesisirPantai Utara Jawa Tengah sering terjadibanjir rob, bahkan pernah terjadi banjir robyang tinggi hingga mencapai ladang melatiwarga, menyebabkan banyak tanaman melatidan hortikultura mati. Lebih parahnya lagi,setelah banjir rob surut, tanahnya tidak dapatlagi digunakan untuk bercocok tanam karenabanjir rob membawa pasir ke daratan danmenimbun ladang warga tersebut. Dengankondisi demikian, maka masyarakat harusmemikirkan alternatif lain untuk memenuhikebutuhannya sehari-hari.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh hasilpenelitian dari Manumono (2008) yangmenyatakan bahwa abrasi tambak dan robmenyebabkan penurunan pendapatan petanitambak dan nelayan sehingga merekamengalami perubahan perilaku yang bersifatnegatif yaitu apriori, apatis dan mengalami

gangguan jiwa. Sebagian petani dan nelayanyang hilang tambaknya beralih menjadiburuh serabutan, nelayan seser ataupunnelayan tangkap (sampan dan jaring), yangsebelumnya juragan berubah menjadi petanipenggarap.

Dari kondisi tersebut, maka alternatif matapencaharian yang dipahami oleh masyarakatadalah kembali melaut (nelayan) ataumenjadi pedagang. Masih sedikit masyarakatyang berpikiran untuk mengembangkandaerahnya dengan cara memaksimalkanpotensi yang ada, kemudian mengelolanyamenjadi mata pencaharian alternatif. Hal inidikarenakan sifat dari masyarakat pesisiryang lebih menyukai mendapatkan uangsecara cepat, namun cepat pulamembelanjakannya. Sedangkan untukmembangun atau mengelola daerah pesisirmenjadi destinasi yang bisa memberikanmata pencaharian, pasti akan memerlukanwaktu yang tidak sebentar.

Terdapat ekosistem terumbu karang danpohon-pohon bakau/ mangrove di sepanjangPantura yang berfungsi untuk menangkisgelombang pasang yang dapat menyebabkanabrasi. Hal ini dapat menjadi potensi yangdapat dikembangkan menjadi wisatakonservasi pantai atau wisata hutanmangrove. Saat ini, potensi pengembanganwisata ini mulai diminati oleh masyarakat,karena adanya beberapa contoh wisata pantaiyang telah berhasil dikelola oleh masyarakat,misalnya: Wisata Mangrove Tapak diSemarang, Maron Mangrove Edupark diSemarang, Puri Maerokoco di Semarang,Hutan Mangrove Mintaragen di Tegal,Wisata Mangrove Park di Pekalongan, danJembatan Merah Hutan Mangrove diRembang.

Wisata hutan bakau atau mangrove sudahsemakin diminati oleh pengunjung denganadanya paket-paket wisata yang menarikmisalnya wisata susur sungai dengan perahusekaligus kuliner hasil laut dengan melihatpemandangan mangrove.

Melihat peluang ini, maka perlu dilakukansosialisasi kepada masyarakat Pantai UtaraJawa Tengah (Pantura) yang masih belum

Page 8: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

8 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

mengembangkan daerahnya untuk dapatmengikuti jejak masyarakat pesisir di daerahlain yang telah berhasil mengembangkandaerahnya, sehingga masyarakat memilikialternatif mata pencaharian untuk dapatmemenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Penerapan Sapta Pesona sebagaiPerwujudan Program PemberdayaanMasyarakat

Peningkatan peran masyarakat dalampembangunan kepariwisataan memerlukanberbagai upaya pemberdayaan(empowerment) agar masyarakat dapatberperan lebih aktif dan optimal sertasekaligus menerima manfaat positif darikegiatan pembangunan yang dilaksanakanuntuk meningkatkan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat dalam kontekspembangunan kepariwisataan dapatdidefinisikan yaitu upaya penguatan danpeningkatan kapasitas, peran, dan inisiatifmasyarakat sebagai salah satu pemangkukepentingan, untuk dapat berpartisipasi danberperan aktif sebagai subjek atau pelakumaupun sebagai penerima manfaat dalampengembangan kepariwisataan secaraberkelanjutan. (Renstra Dit. PemberdayaanMasyarakat, 2010).

Masyarakat sebagai subyek atau pelakupembangunan berarti bahwa masyarakatmenjadi pelaku penting yang terlibat secaraaktif dalam proses perencanaan,pengembangan kepariwisataan, bersama-sama dengan pemerintah dan swasta.Masyarakat sebagai penerima manfaat berartimasyarakat diharapkan dapat memperolehnilai manfaat ekonomi yang berarti daripengembangan kegiatan kepariwisataanuntuk meningkatkan kualitas hidup dankesejahteraan sosial masyarakat yangbersangkutan.Salah satu aspek yang mendasar bagikeberhasilan pembangunan kepariwisataanadalah terciptanya lingkungan yang kondusifyang mendorong tumbuh danberkembangnya kegiatan kepariwisataan disuatu wilayah. Salah satunya adalah denganperwujudan Sadar Wisata di kalanganmasyarakat, yang meliputi 7 (tujuh) unsurpesona yaitu: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk,Indah, Ramah, dan Kenangan (Karim,Kusuma, & Amalia, 2017). Gambaran posisidan peran penting Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis) dikaitkan dengan pengembangankepariwisataan dapat diilustrasikan padagambar 5 berikut ini.

Gambar 4. Posisi dan Peran Penting Pokdarwis dalam Pengambangan Kepariwisataan

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

8 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

mengembangkan daerahnya untuk dapatmengikuti jejak masyarakat pesisir di daerahlain yang telah berhasil mengembangkandaerahnya, sehingga masyarakat memilikialternatif mata pencaharian untuk dapatmemenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Penerapan Sapta Pesona sebagaiPerwujudan Program PemberdayaanMasyarakat

Peningkatan peran masyarakat dalampembangunan kepariwisataan memerlukanberbagai upaya pemberdayaan(empowerment) agar masyarakat dapatberperan lebih aktif dan optimal sertasekaligus menerima manfaat positif darikegiatan pembangunan yang dilaksanakanuntuk meningkatkan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat dalam kontekspembangunan kepariwisataan dapatdidefinisikan yaitu upaya penguatan danpeningkatan kapasitas, peran, dan inisiatifmasyarakat sebagai salah satu pemangkukepentingan, untuk dapat berpartisipasi danberperan aktif sebagai subjek atau pelakumaupun sebagai penerima manfaat dalampengembangan kepariwisataan secaraberkelanjutan. (Renstra Dit. PemberdayaanMasyarakat, 2010).

Masyarakat sebagai subyek atau pelakupembangunan berarti bahwa masyarakatmenjadi pelaku penting yang terlibat secaraaktif dalam proses perencanaan,pengembangan kepariwisataan, bersama-sama dengan pemerintah dan swasta.Masyarakat sebagai penerima manfaat berartimasyarakat diharapkan dapat memperolehnilai manfaat ekonomi yang berarti daripengembangan kegiatan kepariwisataanuntuk meningkatkan kualitas hidup dankesejahteraan sosial masyarakat yangbersangkutan.Salah satu aspek yang mendasar bagikeberhasilan pembangunan kepariwisataanadalah terciptanya lingkungan yang kondusifyang mendorong tumbuh danberkembangnya kegiatan kepariwisataan disuatu wilayah. Salah satunya adalah denganperwujudan Sadar Wisata di kalanganmasyarakat, yang meliputi 7 (tujuh) unsurpesona yaitu: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk,Indah, Ramah, dan Kenangan (Karim,Kusuma, & Amalia, 2017). Gambaran posisidan peran penting Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis) dikaitkan dengan pengembangankepariwisataan dapat diilustrasikan padagambar 5 berikut ini.

Gambar 4. Posisi dan Peran Penting Pokdarwis dalam Pengambangan Kepariwisataan

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

8 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

mengembangkan daerahnya untuk dapatmengikuti jejak masyarakat pesisir di daerahlain yang telah berhasil mengembangkandaerahnya, sehingga masyarakat memilikialternatif mata pencaharian untuk dapatmemenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Penerapan Sapta Pesona sebagaiPerwujudan Program PemberdayaanMasyarakat

Peningkatan peran masyarakat dalampembangunan kepariwisataan memerlukanberbagai upaya pemberdayaan(empowerment) agar masyarakat dapatberperan lebih aktif dan optimal sertasekaligus menerima manfaat positif darikegiatan pembangunan yang dilaksanakanuntuk meningkatkan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat dalam kontekspembangunan kepariwisataan dapatdidefinisikan yaitu upaya penguatan danpeningkatan kapasitas, peran, dan inisiatifmasyarakat sebagai salah satu pemangkukepentingan, untuk dapat berpartisipasi danberperan aktif sebagai subjek atau pelakumaupun sebagai penerima manfaat dalampengembangan kepariwisataan secaraberkelanjutan. (Renstra Dit. PemberdayaanMasyarakat, 2010).

Masyarakat sebagai subyek atau pelakupembangunan berarti bahwa masyarakatmenjadi pelaku penting yang terlibat secaraaktif dalam proses perencanaan,pengembangan kepariwisataan, bersama-sama dengan pemerintah dan swasta.Masyarakat sebagai penerima manfaat berartimasyarakat diharapkan dapat memperolehnilai manfaat ekonomi yang berarti daripengembangan kegiatan kepariwisataanuntuk meningkatkan kualitas hidup dankesejahteraan sosial masyarakat yangbersangkutan.Salah satu aspek yang mendasar bagikeberhasilan pembangunan kepariwisataanadalah terciptanya lingkungan yang kondusifyang mendorong tumbuh danberkembangnya kegiatan kepariwisataan disuatu wilayah. Salah satunya adalah denganperwujudan Sadar Wisata di kalanganmasyarakat, yang meliputi 7 (tujuh) unsurpesona yaitu: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk,Indah, Ramah, dan Kenangan (Karim,Kusuma, & Amalia, 2017). Gambaran posisidan peran penting Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis) dikaitkan dengan pengembangankepariwisataan dapat diilustrasikan padagambar 5 berikut ini.

Gambar 4. Posisi dan Peran Penting Pokdarwis dalam Pengambangan Kepariwisataan

Page 9: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 9

Dari beberapa pantai yang telah penelitikunjungi di Kabupaten Tegal, Kota Tegal,Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan,Kota Semarang, dan Kabupaten Rembang,hanya Karangjahe Beach yang terletak diKabupaten Rembang yang kegiatanPokdarwisnya telah memenuhi penerapansemua unsur Sapta Pesona. Hal ini terbuktidengan adanya visi yang jelas yaitu“Pemberdayaan Masyarakat Lokal”, sertaadanya struktur organisasi serta tugas pokokdan fungsi yang jelas dari para anggotanya.Struktur organisasi Pokdarwis Karang Jaheterdiri dari: Pembina, Penasehat, danPengurus Harian. Kemudian Pengurus Hariandikelompokkan lagi menjadi Ketua, WakilKetua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggotayang merupakan seksi dari masing-masingbidang.

Dari beberapa destinasi wisata pantai yangdikunjungi dalam 6 (enam) Kota danKabupaten di pesisir Pantai Utara JawaTengah, baru ada 1 (satu) Pokdarwis yangmenerapkan Sapta Pesona secara lengkap,yaitu Pokdarwis Karang Jahe. Pokdarwisyang lainnya, ada yang menerapkan sebagianSapta Pesona, bahkan ada yang sama sekalitidak menerapkannya karena permasalahaninternal dari Pokdarwis sendiri seperti visimisi yang tidak jelas, pembagian kerja yangtidak jelas, tidak adanya struktur organisasi,bahkan sistem upah yang masih tidak jelas.Dari hasil keseluruhan observasi, penelitimenyampaikan contoh penerapan SaptaPesona yang baik dan telah dilakukan olehPokdarwis Karang Jahe, sebagai berikut.

Aman. Adanya petugas keamanan yangbertugas selama pantai Karang Jahemenerima pengunjung yaitu dari jam 06.00hingga waktu magrib setempat. Keamananini meliputi area parkir motor dan mobil yangaman, keamanan pengunjung dan barang-barang bawaan, keamanan bagi pengunjungyang hendak mandi-mandi atau bermain airdi tepi laut.

Tertib. Ketertiban dilihat dari beberapaaspek yaitu petugas penjaga pantai, petugastiket, petugas keamanan, dan petugaskebersihan yang selalu ada dan siap apabila

dibutuhkan. Kemudian dilihat daripengaturan dan pengelolaan parkir baikparkir sepeda motor maupun parkir mobilyang tertata dengan tertib dan rapi.Selanjutnya ketertiban dalam penataan danpengelolaan kios-kios pedagang. Termasuksyarat bahwa setiap KK hanya diperbolehkanmemiliki paling banyak 2 kios untukberjualan, hal ini dalam rangka pemerataandengan seluruh penduduk Desa Punjulharjo,sehingga bagi penduduk yang memilikimodal besar, tidak serta merta menguasailahan untuk membuka beberapa kiossekaligus.

Bersih. Kebersihan menjadi poin utama yangmenjadi perhatian Pokdarwis Karang Jahe.Mereka memahami bahwa kebersihan akanmeningkatkan tingkat kenyamananpengunjung yang akan berdampak padabertambahnya jumlah kunjungan wisatawanmaupun bertambahnya jumlah pengunjungyang loyal. Untuk itu, setiap ada event,petugas kebersihan selalu membersihkan areasetelah selesai event sehingga pagi harinyakondisi area Karang Jahe sudah bersih dansiap menerima pengunjung. Pada hari biasa,terdapat pula tim kebersihan yangmembersihkan area pantai dan telahbekerjasama dengan Dinas LingkunganHidup untuk pengadaan bak sampah yangterpisah dan ada pihak yang secara rutinmengambil sampah-sampah tersebut.Disamping itu, pembinaan kebersihan jugaselalu disosialisasikan ke pedagang-pedagangdi kios-kios untuk bertanggung jawabterhadap kebersihan di area kiosnya masing-masing. Serta adanya himbauan kepengunjung untuk selalu membuang sampahpada tempatnya.

Sejuk. Kerja sama dengan PT Djarum dalamhal penghijauan area sekitar pantai danpendampingan dalam hal penanamanmaupun pemeliharaan. Hal ini pula sebagaisalah satu bentuk bakti sosial yang dilakukanoleh PT Djarum.

Indah. Penataan kios-kios yang tertata rapi,adanya gazebo-gazebo, tempat-tempat dudukbagi pengunjung, wahana bermain, fasilitasperahu hias, pohon-pohon cemara laut yang

Page 10: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

10 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

teduh, melengkapi keindahan pemandanganwisata pantai yang dapat membuatpengunjung betah berkunjung ke pantaiKarang Jahe.

Ramah. Keramahan adalah energi utamadalam pariwisata, ini yang selaludisosialisasikan oleh Pokdarwis kepadasemua pengurus, pengelola, anggota, maupunpemilik dan pekerja di kios-kios pedagang.Sehingga nuansa keramahan akan terasaketika pengunjung datang ke wisata pantaiini.

Kenangan. Untuk membuat kenangan yangbaik tentang wisata Pantai Karang Jahe,Pokdarwis selalu mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam hal layanan, fasilitasbermain, maupun fasilitas umum. Semuaaspek selalu dimonitor dan dikaji dalamforum yang dilakukan setiap bulannya,sehingga segala permasalahan dapatdidiskusikan untuk menemukan solusiterbaik, dan ide-ide dapat ditampung untukdapat direalisasikan jika memang ide itudapat membuat Pantai Karang Jahe menjadilebih baik dan diminati pengunjung.

Pengelolaan dari Pokdarwis Karang Jaheyang baik inilah yang mengantarkan PantaiKarang Jahe menjadi destinasi wisataunggulan di Kabupaten Rembang, kemudiandisusul oleh Pantai Pasir Putih Wates yangjuga dikelola oleh masyarakat dimanamengunggulkan hamparan pohon cemara danpulau gedenya. Bahkan dalam skala regional,yaitu tingkat Jawa Tengah, Pantai KarangJahe atau lebih dikenal dengan Karang JaheBeach mendapatkan peringkat ke-7 sebagaidestinasi wisata yang banyak dikunjungi olehwisatawan pada tahun 2018. Sebagaiinformasi, Karang Jahe Beach mulaiberoperasi dengan dikelola oleh Pokdarwissejak tahun 2016. Dalam waktu 3 (tiga)tahun, Pokdarwis Karang Jahe Beach telahmenunjukkan bahwa dengan pengelolaanyang baik maka dapat memberikan hasilpencapaian yang signifikan. Hal iniseyogyanya dapat memberikan motivasi daninspirasi bagi Pokdarwis-Pokdarwis lainnyadalam mengembangkan destinasi wisata didaerahnya.

Kendala Pengelolaan Destinasi WisataPantai melalui PemberdayaanMasyarakat

Dari sebagian besar narasumber yangmeliputi pengurus Pokdarwis, pedagang kiosyang tergabung dalam anggota Pokdarwis,hingga tokoh masyarakat setempat, yangmeliputi Wisata Mangrove Tapak di KotaSemarang, Puri Maerokoco di KotaSemarang, Karang Jahe Beach di KabupatenRembang, Wisata Jembatan Merah HutanMangrove di Kabupaten Rembang, PantaiPasir Kencana di Kota Pekalongan, PantaiWonokerto di Kabupaten Pekalongan, HutanMangrove Mintaragen di Kota Tegal, PantaiAlam Indah di Kota Tegal, Pantai MuararejaIndah di Kota Tegal, dan Pantai PurwahambaIndah di Kabupaten Tegal mengatakanbahwa kendala utama pengelolaan dengankonsep pemberdayaan masyarakat ini adalahhanya sedikit masyarakat yang mau merintisdestinasi wisata, atau hanya sedikitmasyarakat yang mau bergabung denganPokdarwis. Karena pada awalnya, Pokdarwisini sifatnya adalah sukarela sehinggamasyarakat yang tergabung dalam Pokdarwismenyebut dirinya sebagai relawan.

Karakter masyarakat pesisir adalah mencaripekerjaan yang bisa cepat menghasilkanuang, sehingga banyak masyarakat yanglebih berminat untuk menjadi nelayan daripada mengembangkan wisata pantainya.Baru kemudian setelah melihat hasil yangbaik dalam pengelolaan wisata pantai,masyarakat baru berbondong-bondong untukikut serta berkontribusi dalam Pokdarwis.

Kendala yang kedua dalam hal pengelolaan,setelah 2 (dua) tahun pengelolaan, salah satunarasumber dari Pantai Pasir Kencana diKota Pekalongan mengatakan bahwa ketikawisata pantai tersebut pertumbuhannyalambat, maka akan menurunkan semangatpara anggota Pokdarwis sehingga banyakpengurus yang mencari pekerjaan sampingan,misalnya melaut, sehingga mempengaruhikinerja Pokdarwis dan menjadi tidak fokusdalam pengelolaannya yang pada akhirnyamengakibatkan destinasi wisata menjaditidak berkembang.”

Page 11: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 11

Kendala selanjutnya, masih terkait denganpengelolaan setelah 2 (dua) tahun, sepertiyang disampaikan oleh salah satu narasumberdari Pantai Wonokerto di KabupatenPekalongan, bahwa ketika destinasi wisatatelah memperlihatkan hasil yang bagus, makabanyak sekali pihak-pihak yang inginmengambil bagian dalam pengelolaantersebut. Misalnya dalam hal keamanan, adabanyak pihak di luar pedukuhan tempatdestinasi wisata tersebut yang inginberkontribusi dengan harapan dapatmemperoleh keuntungan dari hasilpengelolaan wisatanya. Atau kebijakan dariDesa setempat untuk menarik dana lebih,dengan alasan pengembangan daerah di desasecara keseluruhan, artinya di luar daripedukuhan tempat destinasi wisata pantaitersebut. Sedangkan, pedukuhan tersebutmasih membutuhkan banyak dana untukpengembangan pedukuhannya, karena matapencaharian sebagai pengelola Pokdarwismaupun pedagang merupakan matapencaharian utama selain nelayan. Belumlagi, adanya tawaran-tawaran mengenaiinvestasi yang belum diketahui bentukkerjasamanya oleh masyarakat setempat.Sehingga dikhawatirkan akan menggeserwarga lokal dalam berwirausaha sebagaipedagang maupun sebagai pengelolaPokdarwis.

Kendala lainnya adalah masalah teknis danoperasional termasuk ego sektoral parapengelola atau anggota Pokdarwis, tetapi halini tidak menjadi masalah besar karena akandapat dicarikan jalan terbaik melaluimusyawarah di dalam forum yangdiselenggarakan setiap 1 (satu) bulan hingga3 (tiga) bulan sekali tergantung kebijakandari masing-masing Pokdarwis. Tetapi adajuga destinasi wisata yang tidak memilikiforum musyawarah atau ada forum tetapitidak ada tindak lanjut dari pengurus.

Dukungan Pemerintah dan DukunganSwasta

Peran Pemerintah dalam hal ini DinasPariwisata sangat dirasakan dalampengelolaan destinasi wisata di Karang JaheBeach. Menurut salah satu narasumber di

Karang Jahe Beach, pendampingan dariPemerintah dimulai dari awal pengelolaanPokdarwis, pengadaan pelatihan-pelatihanSDM, pelatihan berwirausaha, pelatihanSAR, pendampingan di lapangan, pengadaan11 ruko dan 7 gazebo, serta alat-alatoutbound. Disamping itu, pemerintah jugamembantu dalam hal promosi untukmemperkenalkan Karang Jahe Beach kemasyarakat luas sehingga dapatmeningkatkan jumlah pengunjung,diantaranya dengan promosi melalui video,social media, membuat komunitas binaan,ikut serta dalam pameran-pameran baik skalalokal, regional, maupun nasional, danmembuat festival atau event untuk menarikpengunjung datang ke destinasi wisata.

Demikian halnya di Pantai Pasir KencanaKota Pekalongan, Pemerintah membantupembangunan jembatan, spot selfie, kiospedagang, joglo pertunjukan, MCK, dan lainsebagainya. Di Pantai Alam Indah KotaTegal, Pantai Muarareja Indah Kota Tegal,dan Pantai Purwahamba Indah KabupatenTegal, Pemerintah juga membantu dalampengembangan infrastruktur, dimanadiketahui bahwa kondisi jalan di sebagianbesar wilayah Pantai Utara Jawa Tengahyang menuju ke pantai masih kurang layak,sehingga upaya pemerintah adalah perbaikanjalan dan jembatan, kemudian pembangunanMCK, musholla, maupun fasilitas umumlainnya.

Tetapi, ada juga Pokdarwis di wilayah PantaiUtara Jawa Tengah yang hanya mendapatkansedikit bantuan dari pemerintah, misalnyaseperti informasi dari salah satu narasumberdi Pantai Wonokerto Kabupaten Pekalonganbahwa pernah diberikan pelatihan tapi hanyasekali kemudian tidak ada lagi tindak lanjutatau monitoring. Bantuan dari pemerintahberupa suntikan dana untuk membangundestinasi wisata sama sekali tidak ada. Semuamurni dari upaya masyarakat hinggamasyarakat rela tidak mendapatkanpenghasilan karena uang yang didapatkandari tiket masuk itu digunakan untukmembuat fasilitas-fasilitas seperti pagar,

Page 12: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

12 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

tempat duduk pengunjung, area parkir,gazebo, kios-kios, dan lain sebagainya.

Mengenai dukungan swasta, salah satucontoh yang sudah berjalan adalah di pantaiKarang Jahe di Kabupaten Rembang, yaituPT Djarum telah ikut membantu penghijauandi wilayah ini. Hal ini merupakan salah satuprogram CSR (Corporate SocialResponsibility) dari PT Djarum yang murnimerupakan bentuk bakti sosial. Demikianpula di pantai Muarareja di Kabupaten Tegal,Provinsi Jawa Tengah dimana Pacific Paintmemberikan bantuan pengecatan ke kios-kiospedagang agar kios tampak indah danmenarik. Kegiatan ini juga merupakan salahsatu program CSR dari Pacific Paint.Kemudian juga ada pihak swasta yangmembantu membuatkan spot selfie di pantaiMuara Reja, Kabupaten Tegal.

Dari hasil observasi peneliti ke 3 (tiga)kabupaten dan 3 (tiga) kota di pesisir pantaiutara Jawa Tengah, belum banyak destinasiwisata pantai yang mendapatkan dukunganswasta dalam bentuk CSR. Kerjasamadengan pihak swasta ini dirasakan adalahpengetahuan yang baru bagi banyakpengelola Pokdarwis yang peneliti temui.Adanya ketakutan-ketakutan bahwa nantinyapihak swasta akan meminta kompensasi daribantuannya dan bahkan akan menggeserposisi pengelolaan masyarakat setempatmenjadi issue yang cukup besar di kalanganPokdarwis. Hal ini diperkuat juga denganpengakuan salah satu narasumber bahwa adaperwakilan dari Bank BNI melalui pihakBUMDES yang mendatangi Pokdarwis danmengatakan akan memberikan program CSRberupa membangun MCK dan fasilitaslainnya tetapi dengan syarat memberikansurat jaminan sertifikat tanah.

Dampak Ekonomi Pengelolaan DestinasiWisata melalui PemberdayaanMasyarakat

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Saragih (2003) menyatakan bahwa setiapterjadi perubahan kondisi perekonomian akanmemberikan dampak berarti terhadapperubahan pendapatan asli daerah (PAD).

Daerah yang memiliki perekonomian yangbaik, akan memiliki PAD yang tinggi.Dengan demikian dapat dikatakan bahwasemakin baik kondisi perekonomian suatudaerah akan menunjang terhadappeningkatan PAD. Sehingga dapat dikatakanpula bahwa perekonomian daerahberpengaruh secara positif terhadap PAD.

Pengertian PAD berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitupendapatan yang diperoleh daerah yangdipungut berdasarkan peraturan daerah sesuaidengan peraturan perundang-undangan. PADmerupakan pendapatan yang bersumber darihasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan, dan lain-lain pendapatan aslidaerah yang sah, yang bertujuan untukmemberikan keleluasaan kepada daerahdalam menggali pendanaan dalampelaksanaan otonomi daerah dalam rangkamewujudkan asas desentralisasi. (PenjelasanUU No 33 Tahun 2004).

Menurut Sidik (2002) bahwa salah satutujuan utama dari desentralisasi fiskal adalahterciptanya kemandirian daerah. Pemerintahdaerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal, khususnya melaluipendapatan asli daerah. Daerah yangmemiliki tingkat pertumbuhan pendapatanasli daerah yang positif mempunyaikemungkinan memperbaiki kondisiperekonomian menjadi lebih baik.

Dari hasil wawancara peneliti ke narasumberdi beberapa destinasi wisata yang penulissinggahi, destinasi-destinasi wisata tersebutsebagian besar baru dikelola denganmanajemen Pokdarwis yang baik sekitar 2(dua) hingga 4 (empat) tahun terakhir.Seperti misalnya Karang Jahe Beach barudikelola oleh Pokdarwis sejak tahun 2016.Kemudian Pantai Wonokerto baru dikelolaoleh Pokdarwis pada tahun 2018, PantaiMuarareja dan Pantai Purwahamba sekitartahun 2015, dan lain sebagainya. Perludiketahui bahwa destinasi wisata pantaimulai dibuka untuk masyarakat ada yangsudah memiliki Pokdarwis, ada juga yangbelum memiliki Pokdarwis. Sebelum tahun

Page 13: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 13

2015, bagi destinasi wisata pantai yang telahmemiliki Pokdarwis, pengelolaan Pokdarwismasih dirasa kurang. Perbaikan demiperbaikan dilakukan oleh Pemerintah Daerahsetempat dengan terus mendampingi

Pokdarwis di lapangan maupun memberikanpelatihan-pelatihan.

Tabel 1 di bawah ini menjelaskan tentangpendapatan asli daerah di sektor pariwisatauntuk wilayah pantai utara Jawa Tengah daritahun 2015 hingga tahun 2018.

Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2015 –2018.

No Kota/ Kab Pendapatan Asli Daerah di Sektor Pariwisata

2015 2016 2017 2018

Rp Rp Rp Rp

1 Kab Brebes 1.292.006.650 1.279.481.350 1.352.260.000 1.774.194.100

2 Kab Tegal 4.481.614.800 4.037.931.845 3.802.474.200 7.594.384.240

3 Kota Tegal 930.545.200 561.190.100 863.400.000 1.616.111.175

4 Kab Pemalang 2.137.317.000 2.059.805.700 2.961.228.600 3.240.394.700

5 Kab Pekalongan 2.634.092.000 2.937.600.000 1.812.644.000 3.825.864.000

6 Kota Pekalongan 1.081.989.250 827.888.750 1.500.669.350 1.618.103.750

7 Kab Batang 1.118.909.600 2.751.268.200 6.348.240.795 5.878.540.000

8 Kab Kendal 133.208.504 1.670.460.000 1.343.285.907 1.767.831.450

9 Kota Semarang 18.157.756.234 18.656.657.836 29.076.280.548 30.351.402.985

10 Kab Demak 1.351.246.000 1.355.086.000 1.661.158.125 1.689.516.000

11 Kab Jepara 2.764.942.814 3.172.623.375 1.482.425.000 3.459.014.625

12 Kab Pati 106.506.972 372.583.000 375.535.970 1.037.410.000

13 Kab Rembang 1.407.594.550 2.199.686.462 2.034.490.603 2.409.810.000

Total PAD SektorPariwisata

37.597.729.574 41.882.262.618 54.614.093.098 66.262.577.025

Sumber: Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2015 – 2018

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwasecara keseluruhan, setiap tahunnyapendapatan asli daerah di sektor pariwisataterus meningkat. Pertumbuhan PADpariwisata tersebut secara runtut adalahsebagai berikut: pada tahun 2016 terdapatpeningkatan sebesar 11,40% dari PADpariwisata tahun 2015; kemudian pada tahun2017 terdapat peningkatan sebesar 30,40%dari PAD pariwisata tahun 2016; dan padatahun 2018 terdapat peningkatan sebesar21,33% dari PAD pariwisata tahun 2017,seperti diilustrasikan oleh grafik gambar 7 dibawah ini.

Tingkat Kunjungan Wisatawan

Selain dilihat dari pendapatan asli daerah dibidang pariwisata, tingkat kunjunganwisatawan juga dapat menjadi acuan untuk

melihat pertumbuhan pariwisata yang baikbagi suatu wilayah. Seperti dikemukakanoleh Syahadat (2006) dalam hasilpenelitiannya yang menyatakan bahwa faktorpelayanan, sarana dan prasarana, obyek dandaya tarik wisata alam, dan keamanan secarabersama-sama (simultan) mempunyaipengaruh terhadap jumlah pengunjung.Demikian pula yang diungkapkan olehSihotang, Santoso, dan Iskandar (2015) yangmenyatakan bahwa jumlah wisatawan yangberkunjung mempunyai pengaruh padaPendapatan Asli Daerah melalui pajakhiburan, pajak hotel, dan restoran.

Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dipesisir pantai utara Jawa Tengah sepertidijelaskan pada tabel 2 berikut ini.

Page 14: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

14 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dari Tahun 2014 – 2018

No Kota/ Kab Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik/ Nusantara

2014 2015 2016 2017 2018

Pengunjung Pengunjung Pengunjung Pengunjung Pengunjung

1 Kab Brebes 292.928 413.102 477.395 333.999 473.996

2 Kab Tegal 666.767 805.650 684.238 728.912 1.361.855

3 Kota Tegal 502.789 531.162 559.669 291.292 498.884

4 Kab Pemalang 286.098 271.000 423.148 454.494 563.637

5 Kab Pekalongan 259.659 379.011 371.478 323.800 543.271

6 Kota Pekalongan 234.127 406.530 546.461 255.191 343.791

7 Kab Batang 317.040 452.203 1.008.632 545.057 582.904

8 Kab Kendal 186.470 224.256 164.106 135.825 1.176.643

9 Kota Semarang 2.692.104 2.853.564 3.023.441 4.198.584 5.703.282

10 Kab Demak 1.431.542 1.454.556 1.526.709 1.569.917 1.618.458

11 Kab Jepara 1.485.746 1.649.663 1.753.238 2.132.073 2.556.046

12 Kab Pati 958.625 1.088.341 1.247.109 1.357.237 1.246.786

13 Kab Rembang 392.389 1.395.242 1.222.448 987.193 1.530.245

TOTAL WISNUS 9.706.284 11.924.280 13.008.072 13.313.574 18.199.798

Sumber: Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwaterdapat peningkatan jumlah kunjunganwisatawan nusantara di wilayah pantai utaraJawa Tengah, dengan rincian sebagai berikut:terdapat peningkatan sebesar 22,85% jumlahkunjungan wisatawan nusantara pada tahun2015 dari tahun sebelumnya 2014;selanjutnya peningkatan sebesar 9,09%jumlah kunjungan wisatawan nusantara padatahun 2016 dari tahun sebelumnya 2015;kemudian peningkatan sebesar 2,35% jumlahkunjungan wisatawan nusantara pada tahun2017 dari tahun sebelumnya 2016; danpeningkatan sebesar 36,70% jumlahkunjungan wisatawan melonjak pada tahun2018 dari tahun sebelumnya 2017, sepertidiilustrasikan oleh grafik gambar 8 di bawahini

Pendapatan Per Kapita

Purwanti dan Nugraheni (2001) menyatakanbahwa pengukuran kemajuan sebuahperekonomian dapat pula diukur denganmenggunakan Produk Domestik Bruto (PDB)dimana pada tingkat regional disebut ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB). PDRBmerupakan jumlah barang dan jasa yangdihasilkan oleh suatu perekonomian dalamsatu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.Untuk dapat mengukur pertumbuhanekonomi yang lebih baik lagi dan lebih tepatmencerminkan kesejahteraan penduduk disuatu wilayah, maka digunakanlahPendapatan Per Kapita Produk DomestikBruto. Cara menghitungnya adalah denganmembagi PDB atau PDRB suatu wilayahdengan jumlah penduduk di wilayah tersebut,sehingga dapat disebut juga sebagai PDBatau PDRB rata-rata (Purwanti & Nugraheni,2001).

Page 15: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 15

Tabel 3. Pendapatan Per Kapita Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018

NoWilayah Pantai Utara

Jawa Tengah

Pendapatan per kapita disesuaikan (rupiah/orang/tahun)

2014 2015 2016 2017 2018

1 Kabupaten Brebes 8.783.610 8.898.000 9.148.000 9.554.000 9.890.000

2 Kabupaten Tegal 8.049.700 8.367.000 8.709.000 9.136.000 9.433.000

3 Kota Tegal 11.519.210 11.748.000 11.849.000 12.283.000 12.830.000

4 Kabupaten Pemalang 6.910.760 7.177.000 7.447.000 7.785.000 8.186.000

5 Kabupaten Pekalongan 8.937.570 9.208.000 9.300.000 9.702.000 10.221.000

6 Kota Pekalongan 11.006.440 11.253.000 11.721.000 11.800.000 12.312.000

7 Kabupaten Batang 8.011.690 8.244.000 8.568.000 8.805.000 9.203.000

8 Kabupaten Kendal 10.125.640 10.419.000 10.631.000 10.863.000 11.257.000

9 Kota Semarang 12.802.480 13.589.000 13.909.000 14.334.000 14.895.000

10 Kabupaten Demak 9.003.500 9.118.000 9.377.000 9.544.000 10.001.000

11 Kabupaten Jepara 9.194.970 9.504.000 9.695.000 9.745.000 10.169.000

12 Kabupaten Pati 9.106.280 9.380.000 9.548.000 9.813.000 10.190.000

13 Kabupaten Rembang 9.013.010 9.122.000 9.453.000 9.736.000 10.191.000

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwarata-rata masyarakat wilayah Pantai UtaraJawa Tengah mengalami peningkatanpendapatan per kapita, dimana peningkatanyang cukup signifikan terjadi di KabupatenRembang, Kabupaten Pekalongan, dan KotaTegal. Terdapat peningkatan sebesar 1,21%pendapatan per kapita pada tahun 2015dibandingkan tahun 2014; selanjutnyapeningkatan sebesar 3,63% pendapatan perkapita tahun 2016 dibandingkan tahun 2015;kemudian peningkatan sebesar 2,99%pendapatan per kapita tahun 2017dibandingkan tahun 2016; dan lonjakanpeningkatan sebesar 4,67% pendapatan perkapita tahun 2018 dibandingkan tahun 2017.Untuk Kabupaten Pekalongan, terdapatpeningkatan sebesar 1,00% pendapatan perkapita tahun 2016 dibandingkan tahun 2015;kemudian peningkatan sebesar 4,32%pendapatan per kapita tahun 2017dibandingkan tahun 2016; dan peningkatansebesar 5,35% pendapatan per kapita tahun2018 dibandingkan tahun 2017. Selanjutnyauntuk Kota Tegal, terdapat peningkatansebesar 1,99% pendapatan per kapita padatahun 2015 dibandingkan tahun 2014;selanjutnya peningkatan sebesar 0,86%

pendapatan per kapita tahun 2016dibandingkan tahun 2015; kemudianpeningkatan sebesar 3,66% pendapatan perkapita tahun 2017 dibandingkan tahun 2016;dan lonjakan peningkatan sebesar 4,45%pendapatan per kapita tahun 2018dibandingkan tahun 2017, sepertidiilustrasikan oleh grafik gambar 9 di bawahini

Pendapatan Destinasi Wisata

Selanjutnya, dilihat dari pendapatan destinasiwisata yang telah berhasil dikelola olehPokdarwis, menurut informasi darinarasumber Pokdarwis di Karangjahe Beachdi Kabupaten Rembang adalah sebagaiberikut: pada tahun 2015 dimana pantaiKarang Jahe belum dikelola oleh Pokdarwis,pendapatan yang diperoleh belum terlihat,pemasukan hanya dari parkir yang dikelolaoleh masyarakat setempat, dan tidak ada tiketmasuk wisata, kemudian pada tahun 2016setelah dibentuk kepengurusan Pokdarwisdan sistem pengelolaan yang baik olehmasyarakat, terdapat pendapatan sebesar Rp881.290.000,00. Selanjutnya pada tahun2017 pendapatan wisata Pantai Karang Jahetelah berhasil mencapai 1 milyar yaitu

Page 16: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

16 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

sebesar Rp 1.128.179.000,00 dan pada tahun2018 pendapatan wisata Pantai Karang Jahemelonjak menjadi Rp 1.610.510.000,00.

Peningkatan pendapatan ini, merupakan hasildari hasil pengelolaan destinasi wisata yangbaik yang meliputi penerapan Sapta Pesona,pengelolaan kepemilikan kios pedagang,kreatifitas para pengelola Pokdarwis dalammenyajikan wahana wisata pantai danhiburan bagi pengunjung, kebersihan dankeamanan destinasi wisata, dukungan daripemerintah dan swasta, serta pengelolaankeuangan yang baik dan jelas.

Selanjutnya, salah satu narasumber pengelolaPokdarwis dari wisata Pantai WonokertoKabupaten Pekalongan juga mengungkapkanbahwa kemajuan wisata Pantai Wonokertomerupakan hasil dari pengelolaan wisatayang baik dari pengurus Pokdarwis danmasyarakat setempat, hal ini terbukti denganpendapatan wisata pantai ini pada tahun 2018mencapai Rp 1.000.000.000,00.

Menurut informasi dari narasumber di PantaiWonokerto Kabupaten Pekalongan, salahsatu bentuk nyata dari pengelolaan destinasiwisata oleh masyarakat adalah pengelolaandalam hal keuangan. Jumlah pemasukanpendapatan, setiap akhir bulan akan dibagidengan kriteria sebagai berikut: 35% untukdiberikan kepada pengurus Pokdarwis dananggota, kemudian 5% untuk pengembanganunit wisata, 20% untuk dana sosial, dan 40%terhitung sebagai pemasukan ke Desasetempat.

Pengembangan unit wisata yangdimaksudkan di sini adalah pengembanganalat-alat untuk menarik pengunjung,perawatan fasilitas, dan pengadaan fasilitaspendukung di unit wisata. Sedangkan danasosial yang dimaksudkan adalah bantuanuntuk membangun masjid di pedukuhansetempat, pembangunan/ pengecatanmusholla, kebersihan lingkungan,pembangunan saluran air, dan lainsebagainya, sehingga warga masyarakat yangtidak bekerja di unit wisata tersebut pundapat menikmati hasil dari pengembanganpariwisata.

Penyerapan Tenaga KerjaDampak selanjutnya dari segi penyerapantenaga kerja. Seperti yang disampaikan olehnarasumber di destinasi wisata Pantai KarangJahe Rembang, wisata Pantai WonokertoPekalongan, dan wisata Pantai Muara RejaTegal, bahwa jumlah pedagang yangmembuka kios antara 50 hingga 70 kios diunit wisata tersebut. Para pedagang itupunmembutuhkan tenaga kerja rata-rata 2karyawan setiap kiosnya, sehinggapenyerapan tenaga kerja lokal cukup banyakdan warga lokal tidak perlu merantau untukmendapatkan pekerjaan.

Dari hasil wawancara peneliti kepada semuaPokdarwis di 3 (tiga) Kota dan 3 (Kabupaten)di atas, dapat diketahui bahwa dampakpengelolaan wisata melalui Pokdarwis inisangat dirasakan oleh masyarakat setempat,diantaranya adalah: penduduk lokal dapatmembuka usaha Homestay maupun berjualandi kios-kios yang telah di sediakan. Kios-kiostersebut ada yang memang sebagai fasilitasbagi warga setempat yang berarti gratis,tetapi ada juga yang disewakan dengan biayasewa yang terjangkau setiap tahunnya, hal inimerupakan kebijakan dari masing-masingPokdarwis. Syarat untuk ikut berjualan diunit wisata tersebut adalah merupakan wargapenduduk lokal dengan dibuktikan KTP danKartu Keluarga. Dengan memfasilitasipenduduk lokal berjualan, dan memanfaatkantenaga kerja lokal sebagai penguruspokdarwis, sebagai tukang parkir, penjagawahana wisata, petugas kebersihan, petugaskeamanan, petugas tiket masuk dan tiketkeluar, hal ini dapat membantu pemerintahdalam upaya mengentaskan kemiskinan danmeningkatkan kemandirian masyarakatdengan berbagai kegiatan yang kreatif daninovatif dalam menyongsong kehidupan yanglebih baik.

SIMPULAN

Keberhasilan dari pengelolaan destinasiwisata, khususnya wisata Pantai di WilayahPesisir Pantai Utara Jawa Tengah tidak lepasdari peran aktif Pokdarwis dalam mengeloladestinasi wisata setempat di dukung oleh

Page 17: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 17

pemerintah, serta adanya peran swasta.Pokdarwis yang berhasil adalah Pokdarwisyang dapat menerapkan Sapta Pesona dalammengelola destinasi wisatanya, yangmeliputi: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah,Ramah, dan Kenangan. Peran Pokdarwis inimeliputi semua aspek, yaitu pengelolaanoperasional destinasi wisata, pengelolaanpedagang kios setempat, pengelolaankebersihan lingkungan, pengelolaankeuangan yang baik, dan pengelolaankerjasama antar masyarakat dan Desa.

Pengelolaan destinasi wisata olehmasyarakat tidak terlepas dari kendala-kendala, diantaranya mengenai karakter darimasyarakat pesisir Pantai Utara Jawa Tengahyang lebih menghendaki pekerjaan yang bisacepat menghasilkan uang, sedangkan untukmerintis Pokdarwis ini merupakan kegiatansosial atau sukarela. Masyarakat pesisirkurang menerima perubahan yang tidaksesuai dengan keinginannya, sulit menerimasesuatu yang dianggap kurangmenguntungkan secara langsung. Masyarakatpesisir lebih menyukai hasil yang terlihatsecara langsung, tidak memerlukan prosesyang panjang. Untuk menerima hal yangbaru, masyarakat pesisir perlu melihat contohkeberhasilan yang nyata.

Upaya pemerintah yang diperlukan untukmendukung gerakan pemberdayaanmasyarakat ini diantaranya adalah melakukanpendampingan dari awal berdirinyaPokdarwis, hingga Pokdarwis sudah dapatberdiri sendiri, yaitu dengan memberikanpelatihan-pelatihan misalnya: pelatihanSDM, pelatihan berwirausaha, pelatihanSAR, pendampingan lapangan, dan lainsebagainya. Dalam hal pengadaan fasilitas,pemerintah juga hadir untuk membantudalam hal infrastruktur yaitu pembangunanjalan dan jembatan menuju ke destinasiwisata, kemudian pembangunan MCK,gazebo, ruko-ruko atau kios pedagang,musholla, dan fasilitas umum lainnya.

Selanjutnya, pemerintah juga aktif dalammempromosikan destinasi wisata didaerahnya, melalui video, social media,membuat komunitas binaan, ikut serta dalam

pameran-pameran baik skala lokal, regional,maupun nasional, dan membuat festival atauevent untuk menarik pengunjung datang kedestinasi wisata.

Upaya swasta untuk mendukung gerakanpemberdayaan masyarakat ini, yang telahdilakukan adalah adanya CSR (CorporateSocial Responsibility) atau bakti sosialmengenai penghijauan, penanaman cemaralaut, pengecatan kios-kios pedagang,pembangunan tempat spot selfie, pengadaanfasilitas publik, dan lain sebagainya.

Dampak ekonomi pengelolaan destinasiwisata melalui pemberdayaan masyarakatselain peningkatan pendapatan asli daerahdari sektor pariwisata, juga adanyapenyerapan tenaga kerja dari masyarakatlokal, diantaranya adalah sebagai penguruspokdarwis, sebagai tukang parkir, penjagawahana wisata, petugas kebersihan, petugaskeamanan, petugas tiket masuk dan tiketkeluar, dan karyawan di kios-kios pedagang.Selain itu masyarakat juga diuntungkandengan adanya ruang usaha bagi masyarakatlokal untuk berjualan, baik itu berjualanmakanan, souvenir, maupun jasa misalnyajasa fotografi, jasa perahu wisata, penyewaanmotor wisata, sepeda hias, kereta wisata, danpenyewaan tikar.

Masyarakat yang awalnya berprofesi sebagainelayan yang biasanya menjual hasiltangkapan ikannya langsung ke TempatPelelangan Ikan (TPI) maka dapat mengolahmakanannya dengan berbagai olahan danmenjajakannya di kios-kios pedagang didestinasi wisata dengan untung yang lebihbesar. Bahkan di beberapa destinasi wisatapantai, juga telah dikembangkan beberapaHomestay dari masyarakat setempat untukmendukung kegiatan pariwisata didaerahnya. Keberhasilan suatu destinasiwisata akan menimbulkan multiplayer effectbagi masyarakat setempat. Hal ini dapatmembantu pemerintah dalam upayamengentaskan kemiskinan dan meningkatkankemandirian masyarakat.

Masih banyak Pokdarwis di wilayah JawaTengah khususnya di Pantai Utara PulauJawa Tengah yang memerlukan pembinaan

Page 18: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

18 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

terkait tugas, pokok, dan fungsi, serta kinerjaPokdarwis yang baik dan efektif, sehinggaperlu peran serta pemerintah untukmemfasilitasi hal tersebut.

Perlu adanya keberlanjutan programpendampingan dan pelatihan-pelatihankepada masyarakat maupun pengelolaPokdarwis (pelatihan SDM, pelatihan variasiproduk, pelatihan pemasaran, pelatihankeuangan, dan lain-lain), serta monitoringkegiatan-kegiatan masyarakat dan kendala-kendala di lapangan.

Perlu adanya sosialisasi tentang programCSR pihak swasta sehingga meminimalkanadanya miskomunikasi atau pemanfaatan darioknum-oknum tertentu untuk mengambilkeuntungan.

Meningkatkan promosi destinasi wisatamelalui online dan offline, sertapenyelenggaraan berbagai event dankeikutsertaan dalam pameran baik berskalalokal, nasional, maupun internasional.

REFERENSI

Adikampana, I. M. (2017). In PariwisataBerbasis Masyarakat. Denpasar: CakraPress.

Danim, S., & Darwis. (2003). MetodePenelitian Kebidanan: Prosedur,Kebijakan, dan Etik. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.

Dewi, M. H. (2013). Pengembangan DesaWisata Berbasis Partisipasi MasyarakatLokal di Desa Wisata JatiluwihTabanan Bali. Kawistara UGM, Vol 3.

Djamil, M. (2011). Pengelolaan SumberDaya Wilayah Pesisir dalam PerspektifOtonomi Daerah (Tinjauan KotaBengkulu dan Kabupaten BengkuluSelatan). Proceeding Book SimposiumNasional Ilmu Administrasi NegaraUntuk Indonesia, (pp. hal 331 - 339).

Fatmasari, D. (2014). Analisis SosialEkonomi dan Budaya MasyarakatPesisir Desa Waruduwur, KecamatanMundu, Kabupaten Cirebon. Al-AmwalJurnal Kajian Ekonomi dan PerbankanSyari'ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon,Vol 6 No. 1.

Fitriansah, H. (2012). KeberlanjutanPengelolaan Lingkungan PesisirMelalui Pemberdayaan Masyarakat diDesa Kwala Lama Kabupaten SerdangBedagai. Jurnal PembangunanWilayah dan Kota, Vol 8 No 4, hal 360- 370.

Hadiwijoyo, S. S. (2012). PerencanaanPariwisata Pedesaan BerbasisMasyarakat. Salatiga: Graha Ilmu.

Hiariey, L. S. (2013). Peran SertaMasyarakat Pemanfaat Pesisir dalamPengelolaan Wilayah Peisir TelukAmbon Dalam. Jurnal Matematika,Sains, dan Teknologi, Vol 14 No 1, hal48 - 61.

Iskandar. (2009). Metodologi PeneliianKualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Jalan Nasional Rute 1. (2019). Retrievedfrom wikipedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Nasional_Rute_1

Karim, S., Kusuma, B. J., & Amalia, N.(2017). Tingkat Partisipasi Masyarakatdalam Mendukung KepariwisataanBalikpapan: Kelompok Sadar Wisata(Pokdarwis). Jurnal Kepariwisataandan Hospitalitas, Vol 1 No 2.

Manumono, D. (2008). Perubahan PerilakuMasyarakat Kawasan Pesisir AkibatPenurunan Pendapatan SebagaiDampak Abrasi dan Rob di KabupatenDemak. Dinamika Pembangunan

Page 19: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 19

Pertanian dan Perdesaan: Tantangandan Peluang bagi PeningkatanKesejahteraan Petani. Bogor: PusatAnalisis Sosial Ekonmi dan KebijakanPertanian. Departemen Pertanian.

Mardjoeki, H. (2012). PemberdayaanMasyarakat Pesisir Pantai Utara DaerahKabupaten Cirebon. Jurnal Ekonomi,Vol 1 No 1, hal 52 - 57.

Noer, N. M. (2018, March 26). Retrievedfrom www.kompasiana.com:https://www.kompasiana.com/nawawimnoer/5ab89b56dd0fa868be7e2612/sosial-ekonomi-masyarakat-pesisir?page=all

Pantiyasa, I. W. (2011). PengembanganPariwisata Berbasis Masyarakat(Community Based Tourism) dalamPemberdayaan Masyarakat: StudiKasus Di Desa Bedulu, Blah Batuh,Gianyar. Jurnal Ilmiah HospitalityManagement, Vol 1 No 2.

Pemerintah Indonesia. (2004). UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan PemerintahDaerah. Jakarta.

Pemerintah Indonesia. (2010). RencanaStrategis Direktorat JenderalPembangunan dan PemberdayaanMasyarakat Desa. Jakarta.

Pemerintah Indonesia. (2013). Peta LautDISHIDROS TNI AL. Jakarta.

Pemerintah Indonesia. (2015). StatistikPariwisata Jawa Tengah Tahun 2015.Semarang.

Pemerintah Indonesia. (2016). StatistikPariwisata Jawa Tengah Tahun 2016.Semarang.

Pemerintah Indonesia. (2017). StatistikPariwisata Jawa Tengah Tahun 2017.Semarang.

Pemerintah Indonesia. (2018). Badan PusatStatistik Jawa Tengah Tahun 2015.Semarang.

Pemerintah Indonesia. (2018). StatistikPariwisata Jawa Tengah Tahun 2018.Semarang.

Prasiasa, D. P., & Hermawan, H. (2012).Pengembangan Wisata Bahari diIndonesia. Jakarta: Pusat Penelitian danPengembangan KebijakanKepariwisataan.

Rusyidi, B., & Fedryansah, M. (2018).Pengembangan Pariwisata BerbasisMasyarakat. Jurnal Pekerjaan Sosial,Vol 1 No 3, hal 155 - 165.

Saragih, J. P. (2003). Desentralisasi Fiskaldan Keuangan Daerah dalam Otonomi.Bogor: Ghalia Indonesia.

Sidik, M. (2002). Perimbangan KeuanganPusat dan Daerah Sebagai PelaksanaanDesentralisasi Fiskal (Antara Teori danAplikasinya di Indonesia). SetahunImplementasi Kebijaksanaan OtonomiDaerah di Indonesia. Yogyakarta.

Sihotang, Y., Santoso, H. F., & Iskandar, D.(2015). Kaitan Jumlah WisatawanTerhadap Pendapatan Asli DaerahProvindi DKI Jakarta Tahun 2009 -2013. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 7 No1.

Sipahelut, M. (2010). AnalisisPemberdayaan Masyarakat Nelayan diKecamatan Tobelo KabupatenHalmahera Utara. Bogor: Tesis

Page 20: PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS …

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

20 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

Sekolah Pascasarjana Institut PertanianBogor.

Syahadat, E. (2006). Faktor-Faktor YangMempengaruhi Kunjungan Wisatawandi Taman Nasional Gede Pangrango.Jurnal Penelitian Sosial dan EkonomiKehutanan.

Syarief, E. (2001). Pembangunan Kelautandalam Konteks PemberdayaanMasyarakat Pesisir. Majalah PP/Th2001/Edisi-25.

Ticoalu, D. E., Reppie, E., & Telleng, A. T.(2013). Analisis KebijakanPemberdayaan Masyarakat PerikananTangkap di Kota Manado. Jurnal Ilmudan Teknologi Perikanan Tangkap, Vol1 No 3, hal 76 - 80.

Tulungen, J. J. (2001). Program PengelolaanSumber Daya Wilayah Pesisir Terpadudan Berbasis Masyarakat: TelaahKasus di Kabupaten Minahasa,Sulawesi Utara. Prosiding PelatihanPengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir danLautan. Institut Pertanian Bogor.

Widodo, S. (2011). Strategi NafkahBerkelanjutan Bagi Rumah TanggaMiskin di Daerah Pesisir. MakaraSosial Humaniora, Vol 15 No 1, hal 10-20.

Yoeti, O. A. (2008). Ekonomi Pariwisata:Introduksi, Informasi, danImplementasi. Jakarta: Rineka Cipta.

BIODATA PENULIS

Rullyana Puspitaningrum Mamengko, saatini bekerja sebagai Dosen Tetap PNS diUniversitas Negeri Yogyakarta. Bidangkajian yang diminati adalah pariwisata,perhotelan, pemasaran, MICE, danmanajemen. Sinta Id: 6172226.

Erlina Daru Kuntari, saat ini bekerjasebagai Dosen Tetap di Akademi PariwisataBuana Wisata Yogyakarta. Bidang kajianyang diminati adalah pariwisata, ekonomi,dan akuntansi. Sinta Id: 6694407.