pengelolaan limbah b3 pt.biofarma 2014
DESCRIPTION
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang saat ini mulai berkembang pesat. Banyaknya pembangunan industri farmasi berpotensi menghasilkan limbah, yang diantaranya menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu produk farmasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah vaksin dan anti sera. PT. Bio Farma(Persero) merupakan produsen vaksin dan anti sera satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Industri Farmasi masuk kedalam kategori tersebut, sehingga PT. Bio Farma termasuk dalam industri penghasil limbah B3 yang wajib dalam melakukan pengelolaan limbah B3. Jumlah rata-rata limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Bio Farma dari bulan Januari hingga Juni 2014 yakni sebesar 11,845 Ton/bulan. Limbah B3 yang dihasilkan bersumber dari proses produksi dan non produksi, diantaranya oli bekas, bangkai, sekam, logam, produk reject dan kadaluarsa, majun bekas, sludge, limbah klinik, abu insinerator dan barang terkontaminasi lainnya. Pengelolaan yang telah dilakukan meliputi identifikasi, pewadahan, penyimpanan, pemberian simbol dan label, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan dengan insinerator. Hal tersebut merupakan upaya PT. Bio Farma agar limbah B3 yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.TRANSCRIPT
-
- 1-
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI
PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG
Karunia M.S.C. dan Syafrudin
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstrak
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang saat ini mulai berkembang
pesat. Banyaknya pembangunan industri farmasi berpotensi menghasilkan limbah,
yang diantaranya menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Salah satu produk farmasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah vaksin
dan anti sera. PT. Bio Farma(Persero) merupakan produsen vaksin dan anti sera
satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Industri Farmasi masuk
kedalam kategori tersebut, sehingga PT. Bio Farma termasuk dalam industri
penghasil limbah B3 yang wajib dalam melakukan pengelolaan limbah B3.
Jumlah rata-rata limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Bio Farma dari bulan Januari
hingga Juni 2014 yakni sebesar 11,845 Ton/bulan. Limbah B3 yang dihasilkan
bersumber dari proses produksi dan non produksi, diantaranya oli bekas, bangkai,
sekam, logam, produk reject dan kadaluarsa, majun bekas, sludge, limbah klinik,
abu insinerator dan barang terkontaminasi lainnya. Pengelolaan yang telah
dilakukan meliputi identifikasi, pewadahan, penyimpanan, pemberian simbol dan
label, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan dengan insinerator. Hal
tersebut merupakan upaya PT. Bio Farma agar limbah B3 yang dihasilkan tidak
mencemari lingkungan.
Kata Kunci: Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengelolaan Limbah
B3, PT. Bio Farma (Persero).
Abstract
Pharmaceutical industry is one of the industry which today has been developed
rapidly. The increasing development of pharmaceutical industries might
potentially generate some waste, which include hazardous and toxic waste.
Pharmaceutical products which urgently need for human beings are vaccines and
anti sera. In Indonesia, PT. Bio Farma (Persero) is the only producer of vaccines
and anti sera. Based on Goverment Regulation (PP) Number 85/1999 regarding
Hazardous and Toxic Waste Management, pharmaceutical industry include on
that categories, so that PT. Bio Farma has a responsibility to manage their
hazardous and toxic waste. The average amount of hazardous and toxic waste that
have resulted by PT. Bio Farma at January until June 2014 is up to 11, 845
Ton/Month. The hazardous and toxic waste which has been generated, derived
from production and non production process, that include used oil, cadavers,
husks, metal, rejected and expired products, cotton waste used, sludge, clinical
waste, incinerator ash and other contaminated items. Waste management that has
been done by PT Bio Farma in order to prevent the waste contaminate the
environment is including identification, lug, storage, labeling and symboling,
transport, utilization and processing at the incinerator.
Key Word : Hazardous And Toxic Waste, Hazardous And Toxic Waste
Management, PT. Bio Farma (Persero).
-
- 2-
PENDAHULUAN
Industri farmasi saat ini
berkembang sangat pesat. Hal ini
berdampak baik bagi kemajuan
pembangunan di sektor kesehatan.
Namun, pembangunan tersebut juga
memiliki potensi yang besar untuk
menghasilkan limbah, terutama
limbah yang jenis dan
karakteristiknya berbahaya dan
beracun atau dapat dikategorikan
dalam limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
Salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang kesehatan adalah
PT. Bio Farma (Persero). PT Bio
Farma adalah BUMN yang
merupakan satu-satunya produsen
vaksin dan anti sera di Indonesia.
PT. Bio Farma tergolong dalam
Industri Farmasi yang
menghasilkan limbah sisa produk
farmasi dan laboratorium. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.
85 tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), maka limbah yang
dihasilkan PT. Bio Farma adalah
limbah B3 Jenis Sumber Spesifik.
Apabila melihat lokasi PT. Bio
Farma yang terletak di tengah Kota
Bandung sudah sepantasnya
dilakukan pengelolaan Limbah B3
dengan sistematis agar limbah
tertangani dengan baik dan tidak
mencemari lingkungan.
Tujuan dari pelaksanaan
kerja praktek ini antara lain untuk
mengetahui sumber dan jenis
limbah, teknis operasional
pelaksanaan dan membandingkan
teknis operasional yang ada dengan
peraturan yang berlaku. Teknis
operasional pengelolaan limbah B3
yang dilakukan mencakup
pewadahan, pelabelan dan
pemberian simbol, pengangkutan,
penyimpanan, pemanfaatan dan
pengolahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada pasal 1
ayat 21 bahan berbahaya dan
beracun yang selanjutnya disingkat
B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
Langkah pertama yang
dilakukan dalam pengelolaan
limbah B3 adalah
mengidentifikasikan limbah dari
penghasil tersebut apakah termasuk
limbah B3 atau tidak berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun
1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999.
Selain itu limbah B3 dapat
-
-3-
diidentifikasi menurut uji
karakteristik dan atau uji
toksikologi. Berdasarkan uji
karakateristik, limbah B3 dibagi
atas karakteristik:
a. Mudah meledak
b. Mudah terbakar
c. Bersifat reaktif
d. Beracun
e. Menyebabkan infeksi
f. Bersifat korosif
Diantara kriteria tersebut
limbah yang di hasilkan oleh PT.
Bio Farma sebagai produsen vaksin
dan anti sera serta termasuk
kategori industri farmasi adalah
limbah beracun dan infeksius atau
menyebabkan infeksi.
Konsep manajemen limbah
saat ini ialah limbah dipandang
sebagai salah satu bagian dari
besarnya sistem manajemen
limbah. Manajemen limbah B3
dengan konsep Cradel to Grave
merupakan menajemen yang
memerlukan analisis dan kontrol
aktif mulai dari awal terbentuknya
limbah. Ketika limbah B3
memungkinkan untuk dilakukan
pengolahan, maka harus dilakukan
segera diprioritaskan untuk
mengurangi dan menghilangkan
sifat berbahaya dan beracun.Hal
tersebut dapat dilihat dari diagram
Konsep Cradle to Grave pada
gambar berikut ini:
Gambar 1. Diagram Konsep
Cradle to Grave
Sumber: Reinhardt, Peter A.
Gordon, Yudith, 1991: 6
METODOLOGI
Kerja praktek ini
dilaksanakan di PT. Bio
Farma(Persero), Bandung selama
30 hari kerja yang dimulai dari
tanggal 4 Agustus 2014. Dalam
keseluruhan pelaksanaan kerja
praktek ini, terdapat tiga tahapan
yaitu tahap persiapan, pelaksanaan
dan penyusunan laporan.
Dalam menyusun laporan
kerja praktek ini diperlukan data
primer dan sekunder. Motode untuk
mengumpulkan data yang
dipergunakan adalah observasi
lapangan, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan teknik
dalam menganalisis data yang telah
-
-4-
didapatkan adalah dengan
menggunakan metode deskriptif
dan komparatif.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Dasar Hukum
PT. Bio Farma sudah
melakukan pengelolaan limbah
yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pengelolaan Limbah
B3 PT. Bio Farma berdasarkan
pada peraturan utama antara lain
UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 18
Tahun 1999, PP No. 85 Tahun 1999
, PP No. 74 Tahun 2001, Perda
Kabupaten Bandung Barat No. 5
Tahun 2012.
Undang-Undang dan
Peraturan Daerah mengatur tentang
pengelolaan lingkungan yang juga
membahas tentang limbah B3.
Sedangkan Peraturan Pemerintah
tersebut mengatur tentang
Pengelolaan Limbah B3 secara
umum. Selain itu terdapat peraturan
penunjang yang diacu oleh
perusahaan untuk melaksanakan
teknis operasional.
Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3
yang telah dilakukan oleh PT. Bio
Farma antara lain identifikasi,
pengemasan, penyimpanan,
pemberian simbol dan label,
pengangkutan dan pengolahan
dengan insinerator.Dalam
melakukan pengelolaan, PT. Bio
Farma menjalin kerjasama dalam
melakukan proses pengolahan
lanjutan, penimbunan dan
pemanfaatan. Kerjasama dalam
pengelolaan limbah B3 padat
dengan PT. PPLI dan limbah B3
cair dengan PT. WGI.
Limbah B3 yang dihasilkan
PT. Bio Farma yaitu padat dan
cair. Berdasarkan karateristiknya
berikut ini daftar limbah B3 yang
dihasilkan:
No Jenis Limbah Karakte-
ristik
a. Limbah Padat B3
1. Bangkai Hewan
Percobaan dan Sekam
Infeksius
2. Kemasan Produk Reject
atau Kadaluarsa
Infeksius
3. Bahan Padat Kimia
Kadaluarsa
Beracun
4. Kain Majun Bekas Beracun
5. Sludge Waste Water
Treatment
Beracun
6. Filter bekas Infeksius
7. Limbah Klinis Infeksius
8. Limbah lampu TL dan
cartrige
Beracun
9. Limbah Cair Sisa Hasil
Produksi
Infeksius
b. Limbah B3 Cair
10. Pelumas Bekas Beracun
11. Cairan Pembersih Beracun
12. Produk Reject dan
Kadaluarsa
Infeksius
13. Limbah Cair
Laboratorium
Infeksius
-
-5-
Tabel 1. Daftar Limbah B3 yang
Dihasilkan dan Karakteristiknya
Inventarisasi
Berdasarkan neraca limbah
B3, timbulan limbah B3 bulan
Januari hingga Juni 2014, rata-rata
timbulan limbah yang dihasilkan
dari bulan Januari hingga Juni
adalah 11,845 Ton. Timbulan
limbah B3 terbanyak dihasilkan
pada bulan Maret yaitu sebesar
12,889 Ton. Sedangkan timbulan
limbah paling sedikit dihasilkan
yaitu pada bulan Januari sebesar
9,844 Ton.
Pengemasan
Tata cara pemasangan dan
persyaratan simbol serta label
dilakukan oleh PT. Bio Farma
mengacu pada peraturan
Kep.05/BAPEDAL/09/1995 tetang
Simbol dan Label Limbah B3.
Namun masih terdapat kesalahan
yang terjadi seperti beberapa dum
ada yang belum dipasang label dan
simbol limbah B3 serta masih ada
label yang belum diisi keterangan
sesuai.
Gambar 2. Pemberian Simbol
Pada Pintu TPS dan Drum
Limbah B3
Penyimpanan Sementara
Persyaratan tentang
bangunan TPS Limbah B3 dapat
dilihat pada
Kep01/BAPEDAL/09/1995. Pada
penerapannya masih terdapat
ketidaksesuai dengan peraturan
yaitu tentang peletakan drum dan
palet di TPS Limbah B3.
Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3
dibagi menjadi pengangkutan
internal dan eksternal.
Pengangkutan internal adalah
proses memindahkan limbah B3
dari sumber ke TPS B3 atau ke
insinerator untuk dibakar.
Sedangkan, pengangkutan eksternal
adalah proses pemindahan limbah
B3 dari penghasil B3 ke pihak
ketiga untuk pengolahan lanjutan
dan atau ditimbun.
Pada pengangkutan
eksternal, PT. Bio Farma
menyerahkan mandat pengangkutan
kepada pihak pengolah limbah B3
langsung yaitu PT. PPLI untuk
limbah B3 padat dan PT. WGI
untuk limbah oli bekas.
Pada tahap pengangkutan
eksternal, digunakan dokumen
manifest untuk mengontrol proses
pengangkutan limbah. Dokumen
manifest yang wajib dimiliki oleh
-
-6-
PT. Bio Farma adalah lembar
manifest 2 (Pengahasil/Pengumpul
mengirim ke BAPEDAL), manifest
3 (Pengangkut mengirim ke
penghasil/pengumpul) dan manifest
7 (Pengangkut mengirim ke
penghasil).
Pengolahan dan Pemanfaatan
Limbah B3
Pengolahan termal yang
dilakukan di PT. Bio Farma
menggunakan 2 buah insinerator.
Berdasarkan pada neraca limbah B3
bulan Januari hingga Juni 2014, PT.
Bio Farma menghasilkan limbah
padat yang diinsinerasi sebanyak
61,457 Ton. Seluruh limbah padat
yang dihasilkan, 100 % dibakar
dengan insinerator hingga
menghasilkan abu 6,379 Ton.
Limbah B3 padat yang telah
direduksi sebanyak 55,078 Ton.
Sehingga menghasilkan efisiensi
destruksi dan penyisihan
(Destruction and Removal
Efficiency/ DRE) sebanyak 89,62%.
Hasil DRE belum sesuai dengan
peraturan yang berlaku
(Kep.03/Bapedal/09/1995) yaitu
99,99%.
Selain pengolahan, PT. Bio
Farma juga melakukan pemanfaatan
terhadap limbah oli bekasnya.
Namun, mereka bekerjasama
dengan pihak ketiga untuk
melakukan pemanfaatan, seperti
PT. WGI yang dapat memanfaatkan
limbah oli bekas untuk dijadikan
base oil.
Perizinan dan Perjanjian
Kerjasama
Pengelolaan limbah B3
yang telah dijalankan PT. Bio
Farma saat ini telah mendapatkan
izin dari Kementerian Lingkungan
Hidup Republik Indonesia.
Perizinan tersebut antara lain
adalah Izin Penyimpanan
Sementara Limbah B3, Izin
Pengoperasian Insinerator 1 dan
Izin Pengoperasian Insinerator 2.
Sedangkan perjanjian
kerjasama yang dimiliki antara lain
perjanjian kerjasama dengan PT.
PPLI untuk proses pengangkutan,
pengolahan lanjutan dan
penimbunan limbah B3 padat serta
kerjasama dengan PT. WGI untuk
proses pengangkutan, pengolahan
dan pemanfaatan limbah minyak
pelumas bekas. Perizinan dan
perjanjian kerjasama yang
dilakukan kedua berlah pihak sudah
sah secara hukum dan masih
berlaku sampai saat ini dan sampai
saat berakhirnya masa batas
perjanjian.
Pengawasan dan Pelaporan
Pengawasan dan pelaporan
pengelolaan limbah B3 sangat
berkaitan dengan tingkat kepatuhan
PT. Bio Farma dalam menjalankan
aktivitas pengelolaan
lingkungannya. Pelaporan
dilaksanakan setiap 3 bulan kepada
3 instansi yaitu kepada Badan
Pengelola Lingkungan Hidup
-
-7-
(BPLH) Kota Bandung, BPLH
Provinsi Jawa Barat dan
Kementerian Negara Lingkungan
Hidup-RI. Saat pelaporan
diserahkan laporan tidak hanya
pengelolaan limbah B3 namun
keseluruhan tentang pengelolaan
lingkungan yang dilakukan PT. Bio
Farma.
Pengawasan rutin yang
dilakukan di PT. Bio Farma sudah
terintegrasi dengan baik dan
pelaporan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan limbah B3 sudah
dilaksanakan sesuai dengan standar.
Pengawasan dan pelaporan yang
baik kedepannya akan dapat
meningkatkan hasil kinerja dan
kualitas dalam pengelolaan limbah
B3.
KESIMPULAN
1. Limbah B3 yang dihasilkan oleh
PT. Bio Farma adalah limbah cair
dan padat yang bersumber dari
proses produksi dan non produksi.
Limbah B3 padat yang dihasilkan
antara lain bangkai hewan
percobaan, sekam, kemasan reject
dan kadaluarsa, bahan kimia
kadaluarsa, kain majun bekas,
sludge dari IPAL, filter bekas,
limbah klinis, limbah lampu TL
dan cartrige bekas. Sedangkan
limbah B3 cair yang dihasilkan
adalah limbah cair sisa hasil
produksi, pelumas bekas, cairan
pembersih, produk reject dan
kadaluarsa, serta limbah cair
laboratorium.
2. Pengelolaan limbah B3 yang telah
dilakukan PT. Bio Farma antara
lain identifikasi, inventarisasi,
pengemasan, pelabelan dan
pemberian simbol, penyimpanan
sementara, pengangkutan internal
dan eksternal serta pengolahan
dengan insinerator. Sedangkan
pemanfaatan dan penimbunan
limbah B3 diserahkan kepada
pihak ketiga yaitu PT. WGI dan
PT. PPLI.
3. Terdapat beberapa poin
pengelolaan yang masih belum
sesuai dengan peraturan
Kep.No.01/Bapedal/09/1995
tentang Tata Cara Persyaratan
Tenis Penyipanan dan
Pengumpulan Limbah B3,
Kep.No.03/Bapedal/09/1995
tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3. Serta
Kep.No.05/Bapedal/09/1995
tentang Simbol dan Label Limbah
B3.
SARAN
1. Lebih memperhatikan kinerja
insinerator agar nilai DRE yang
dihasilkan sesuai dengan baku
mutu yang berlaku.
2. Melakukan pemeriksaan rutin
terhadap operasional
pengelolaan terutama pada tahap
pengemasan, pelabelan,
pemberian simbol, teknis
penyimpanan, kebersihan TPS
B3 dan good house keeping
untuk mencegah terjadinya
ceceran limbah B3 dan menjaga
ketertiban peraturan serta
-
-8-
memberikan sanksi pada
karyawan yang melakukan
kecerobohan.
3. Melakukan perbaikan pada
identifikasi dan inventarisasi
limbah B3 khususnya pada
limbah perkantoran.
4. Melakukan uji karakteristik dan
uji toksisitas minimal satu kali
untuk mengetahui secara pasti
kandugan B3 dan tingkat racun
yang ada pada limbah sehingga
dapat diketahui tindakan
pencegahan kecelakaan kerja
sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Christian,H. 2008. Modifikasi
Sistem Burner. Tugas Akhir
Sarjana Teknik. Universitas
Indonesia. Depok.
Republik Indonesia. 1995.
Keputusan Kepala Bapedal
01/Bapedal/09/1995 tentang
Tata Cara Teknis
Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah B3.
Bapedal. Jakarta.
Republik Indonesia. 1995.
Keputusan Kepala Bapedal
02/Bapedal/09/1995 tentang
Dokumen Limbah B3.
Bapedal. Jakarta.
Republik Indonesia. 1995.
Keputusan Kepala Bapedal
05/Bapedal/09/1995 tentang
Simbol dan Label Limbah B3.
Bapedal. Jakarta.
LaGrega,B.dan Evans. 1994.
Hazardous Waste
Management. New York, USA:
McGraw Hill Book Co.
Nurhayati, I. dan S. A. Triastuti.
2011. Pengelolaan Sampah
Medis Jarum Suntik RS. DR.
Sutomo Surabaya dengan
Insinerator Modifikasi. J.
Teknik Waktu Vol.09 No.1.
Republik Indonesia. 1999.
Peraturan Pemerintah No.18
Tahun 1999 tentang
Pengelolan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1999.
Peraturan Pemerintah No 85
Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Rahmaniar,I. 2009. Evaluasi Sistem
Pengolahan Limbah B3 dengan
Metode Insinarasi dan landfill.
Tugas Akhir Sarjana Teknik.
Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Reinhardt, P.A. dan G.
Judith. 1991. Infectious And
Medical Waste Management.
Michigan, USA: Lewish
Publisher inc.
Syafrudin. 2008. Evaluasi Sistem
Pengelolaan Limbah Padat B3
PT. Indofarma, Tbk Bekasi. J.
Teknik Vo.29 No.3.
Trias, S. 2012. Analisa
Pengoperasian dan Upaya
-
-9-
Peningkatan Kinerja
Insinerator dengan Metode
keseimbangan energi(Studi
Kasus di Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya). Tugas Akhir
Sarjana Teknik. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya.
Republik Indonesia. 2009. Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Watts, R. J. 1997. Hazardous
Wastes: Sources, Pathways,
Receptors. United States: John
Wiley & Sons, Inc.
Website Resmi PT. Bio Farma.
2014.
Http://www.biofarma.co.id/.
Www.geocycle.co.id. 2013.
Panduan Pekerja Kontraktor
Geocycle. PT. Holcim
Indonesia. Bogor.