pengelolaan limbah b3 pt.biofarma 2014

9
 - 1- PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG Karunia M.S.C. dan Syafrudin Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Industri farmasi merupakan salah satu industri yang saat ini mulai berkembang  pesat. Banyaknya pembangunan industri farmasi berpotensi menghasilkan limbah, yang diantaranya menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu produk farmasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah vaksin dan anti sera. PT. Bio Farma(Persero) merupakan produsen vaksin dan anti sera satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Industri Farmasi masuk kedalam kategori tersebut, sehingga PT. Bio Farma termasuk dalam industri  penghasil limbah B3 yang wajib dalam melakukan pengelolaan limbah B3. Jumlah rata-rata limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Bio Farma dari bulan Januari hingga Juni 2014 yakni sebesar 11,845 Ton/bulan. Limbah B3 yang dihasilkan  bersumber dari proses produksi dan non produksi, diantaranya oli bekas, bangkai, sekam, logam, produk reject  dan kadaluarsa, majun bekas, sludge, limbah klinik, abu insinerator dan barang terkontaminasi lainnya. Pengelolaan yang telah dilakukan meliputi identifikasi, pewadahan, penyimpanan, pemberian simbol dan label, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan dengan insinerator. Hal tersebut merupakan upaya PT. Bio Farma agar limbah B3 yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Kata Kunci: Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengelolaan Limbah B3, PT. Bio Farma (Persero). Abstract  Pharmaceutical industry is one of the industry which today has been developed rapidly. The increasing development of pharmaceutical industries might  potentially generate some waste, which include hazardous and toxic waste.  Pharmaceutical products which urgently need for human beings are vaccines and anti sera. In Indonesia, PT. Bio Farma (Persero) is the only producer of vaccines and anti sera. Based on Goverment Regulation (PP) Number 85/1999 regarding  Hazardous and Toxic Waste Management, pharmaceutical industry include on that categories, so that PT. Bio Farma has a responsibility to manage their hazardous and toxic waste. The average amount of hazardous and toxic waste that have resulted by PT. Bio Farma at January until June 2014 is up to 11, 845 Ton/Month. The hazardous and toxic waste which has been generated, derived  from production and non production process, that include used oil, cadavers, husks, metal, rejected and expired products, cotton waste used, sludge, clinical waste, incinerator ash and other contaminated items. Waste management that has been done by PT Bio Farma in order to prevent the waste contaminate the environment is including identification, lug, storage, labeling and symboling, transport, utilization and processing at the incinerator.  Key Word : Hazardous And Toxic Waste, Hazardous And Toxic Waste  Management, PT. Bio Farma (Persero).

Upload: karunia-msc

Post on 05-Nov-2015

304 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

Industri farmasi merupakan salah satu industri yang saat ini mulai berkembang pesat. Banyaknya pembangunan industri farmasi berpotensi menghasilkan limbah, yang diantaranya menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu produk farmasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah vaksin dan anti sera. PT. Bio Farma(Persero) merupakan produsen vaksin dan anti sera satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Industri Farmasi masuk kedalam kategori tersebut, sehingga PT. Bio Farma termasuk dalam industri penghasil limbah B3 yang wajib dalam melakukan pengelolaan limbah B3. Jumlah rata-rata limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Bio Farma dari bulan Januari hingga Juni 2014 yakni sebesar 11,845 Ton/bulan. Limbah B3 yang dihasilkan bersumber dari proses produksi dan non produksi, diantaranya oli bekas, bangkai, sekam, logam, produk reject dan kadaluarsa, majun bekas, sludge, limbah klinik, abu insinerator dan barang terkontaminasi lainnya. Pengelolaan yang telah dilakukan meliputi identifikasi, pewadahan, penyimpanan, pemberian simbol dan label, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan dengan insinerator. Hal tersebut merupakan upaya PT. Bio Farma agar limbah B3 yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.

TRANSCRIPT

  • - 1-

    PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI

    PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG

    Karunia M.S.C. dan Syafrudin

    Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Abstrak

    Industri farmasi merupakan salah satu industri yang saat ini mulai berkembang

    pesat. Banyaknya pembangunan industri farmasi berpotensi menghasilkan limbah,

    yang diantaranya menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

    Salah satu produk farmasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah vaksin

    dan anti sera. PT. Bio Farma(Persero) merupakan produsen vaksin dan anti sera

    satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 Tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Industri Farmasi masuk

    kedalam kategori tersebut, sehingga PT. Bio Farma termasuk dalam industri

    penghasil limbah B3 yang wajib dalam melakukan pengelolaan limbah B3.

    Jumlah rata-rata limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Bio Farma dari bulan Januari

    hingga Juni 2014 yakni sebesar 11,845 Ton/bulan. Limbah B3 yang dihasilkan

    bersumber dari proses produksi dan non produksi, diantaranya oli bekas, bangkai,

    sekam, logam, produk reject dan kadaluarsa, majun bekas, sludge, limbah klinik,

    abu insinerator dan barang terkontaminasi lainnya. Pengelolaan yang telah

    dilakukan meliputi identifikasi, pewadahan, penyimpanan, pemberian simbol dan

    label, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan dengan insinerator. Hal

    tersebut merupakan upaya PT. Bio Farma agar limbah B3 yang dihasilkan tidak

    mencemari lingkungan.

    Kata Kunci: Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengelolaan Limbah

    B3, PT. Bio Farma (Persero).

    Abstract

    Pharmaceutical industry is one of the industry which today has been developed

    rapidly. The increasing development of pharmaceutical industries might

    potentially generate some waste, which include hazardous and toxic waste.

    Pharmaceutical products which urgently need for human beings are vaccines and

    anti sera. In Indonesia, PT. Bio Farma (Persero) is the only producer of vaccines

    and anti sera. Based on Goverment Regulation (PP) Number 85/1999 regarding

    Hazardous and Toxic Waste Management, pharmaceutical industry include on

    that categories, so that PT. Bio Farma has a responsibility to manage their

    hazardous and toxic waste. The average amount of hazardous and toxic waste that

    have resulted by PT. Bio Farma at January until June 2014 is up to 11, 845

    Ton/Month. The hazardous and toxic waste which has been generated, derived

    from production and non production process, that include used oil, cadavers,

    husks, metal, rejected and expired products, cotton waste used, sludge, clinical

    waste, incinerator ash and other contaminated items. Waste management that has

    been done by PT Bio Farma in order to prevent the waste contaminate the

    environment is including identification, lug, storage, labeling and symboling,

    transport, utilization and processing at the incinerator.

    Key Word : Hazardous And Toxic Waste, Hazardous And Toxic Waste

    Management, PT. Bio Farma (Persero).

  • - 2-

    PENDAHULUAN

    Industri farmasi saat ini

    berkembang sangat pesat. Hal ini

    berdampak baik bagi kemajuan

    pembangunan di sektor kesehatan.

    Namun, pembangunan tersebut juga

    memiliki potensi yang besar untuk

    menghasilkan limbah, terutama

    limbah yang jenis dan

    karakteristiknya berbahaya dan

    beracun atau dapat dikategorikan

    dalam limbah Bahan Berbahaya

    dan Beracun (B3).

    Salah satu perusahaan yang

    bergerak dibidang kesehatan adalah

    PT. Bio Farma (Persero). PT Bio

    Farma adalah BUMN yang

    merupakan satu-satunya produsen

    vaksin dan anti sera di Indonesia.

    PT. Bio Farma tergolong dalam

    Industri Farmasi yang

    menghasilkan limbah sisa produk

    farmasi dan laboratorium. Sesuai

    dengan Peraturan Pemerintah No.

    85 tahun 1999 Tentang Pengelolaan

    Limbah Bahan Berbahaya dan

    Beracun (B3), maka limbah yang

    dihasilkan PT. Bio Farma adalah

    limbah B3 Jenis Sumber Spesifik.

    Apabila melihat lokasi PT. Bio

    Farma yang terletak di tengah Kota

    Bandung sudah sepantasnya

    dilakukan pengelolaan Limbah B3

    dengan sistematis agar limbah

    tertangani dengan baik dan tidak

    mencemari lingkungan.

    Tujuan dari pelaksanaan

    kerja praktek ini antara lain untuk

    mengetahui sumber dan jenis

    limbah, teknis operasional

    pelaksanaan dan membandingkan

    teknis operasional yang ada dengan

    peraturan yang berlaku. Teknis

    operasional pengelolaan limbah B3

    yang dilakukan mencakup

    pewadahan, pelabelan dan

    pemberian simbol, pengangkutan,

    penyimpanan, pemanfaatan dan

    pengolahan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Berdasarkan Undang-

    Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup pada pasal 1

    ayat 21 bahan berbahaya dan

    beracun yang selanjutnya disingkat

    B3 adalah zat, energi, dan/atau

    komponen lain yang karena sifat,

    konsentrasi, dan/atau jumlahnya,

    baik secara langsung maupun tidak

    langsung, dapat mencemarkan

    dan/atau merusak lingkungan

    hidup, dan/atau membahayakan

    lingkungan hidup, kesehatan, serta

    kelangsungan hidup manusia dan

    makhluk hidup lain.

    Langkah pertama yang

    dilakukan dalam pengelolaan

    limbah B3 adalah

    mengidentifikasikan limbah dari

    penghasil tersebut apakah termasuk

    limbah B3 atau tidak berdasarkan

    Peraturan Pemerintah No. 18 tahun

    1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999.

    Selain itu limbah B3 dapat

  • -3-

    diidentifikasi menurut uji

    karakteristik dan atau uji

    toksikologi. Berdasarkan uji

    karakateristik, limbah B3 dibagi

    atas karakteristik:

    a. Mudah meledak

    b. Mudah terbakar

    c. Bersifat reaktif

    d. Beracun

    e. Menyebabkan infeksi

    f. Bersifat korosif

    Diantara kriteria tersebut

    limbah yang di hasilkan oleh PT.

    Bio Farma sebagai produsen vaksin

    dan anti sera serta termasuk

    kategori industri farmasi adalah

    limbah beracun dan infeksius atau

    menyebabkan infeksi.

    Konsep manajemen limbah

    saat ini ialah limbah dipandang

    sebagai salah satu bagian dari

    besarnya sistem manajemen

    limbah. Manajemen limbah B3

    dengan konsep Cradel to Grave

    merupakan menajemen yang

    memerlukan analisis dan kontrol

    aktif mulai dari awal terbentuknya

    limbah. Ketika limbah B3

    memungkinkan untuk dilakukan

    pengolahan, maka harus dilakukan

    segera diprioritaskan untuk

    mengurangi dan menghilangkan

    sifat berbahaya dan beracun.Hal

    tersebut dapat dilihat dari diagram

    Konsep Cradle to Grave pada

    gambar berikut ini:

    Gambar 1. Diagram Konsep

    Cradle to Grave

    Sumber: Reinhardt, Peter A.

    Gordon, Yudith, 1991: 6

    METODOLOGI

    Kerja praktek ini

    dilaksanakan di PT. Bio

    Farma(Persero), Bandung selama

    30 hari kerja yang dimulai dari

    tanggal 4 Agustus 2014. Dalam

    keseluruhan pelaksanaan kerja

    praktek ini, terdapat tiga tahapan

    yaitu tahap persiapan, pelaksanaan

    dan penyusunan laporan.

    Dalam menyusun laporan

    kerja praktek ini diperlukan data

    primer dan sekunder. Motode untuk

    mengumpulkan data yang

    dipergunakan adalah observasi

    lapangan, wawancara dan

    dokumentasi. Sedangkan teknik

    dalam menganalisis data yang telah

  • -4-

    didapatkan adalah dengan

    menggunakan metode deskriptif

    dan komparatif.

    ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Evaluasi Dasar Hukum

    PT. Bio Farma sudah

    melakukan pengelolaan limbah

    yang dihasilkan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan

    yang berlaku. Pengelolaan Limbah

    B3 PT. Bio Farma berdasarkan

    pada peraturan utama antara lain

    UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 18

    Tahun 1999, PP No. 85 Tahun 1999

    , PP No. 74 Tahun 2001, Perda

    Kabupaten Bandung Barat No. 5

    Tahun 2012.

    Undang-Undang dan

    Peraturan Daerah mengatur tentang

    pengelolaan lingkungan yang juga

    membahas tentang limbah B3.

    Sedangkan Peraturan Pemerintah

    tersebut mengatur tentang

    Pengelolaan Limbah B3 secara

    umum. Selain itu terdapat peraturan

    penunjang yang diacu oleh

    perusahaan untuk melaksanakan

    teknis operasional.

    Pengelolaan Limbah B3

    Pengelolaan limbah B3

    yang telah dilakukan oleh PT. Bio

    Farma antara lain identifikasi,

    pengemasan, penyimpanan,

    pemberian simbol dan label,

    pengangkutan dan pengolahan

    dengan insinerator.Dalam

    melakukan pengelolaan, PT. Bio

    Farma menjalin kerjasama dalam

    melakukan proses pengolahan

    lanjutan, penimbunan dan

    pemanfaatan. Kerjasama dalam

    pengelolaan limbah B3 padat

    dengan PT. PPLI dan limbah B3

    cair dengan PT. WGI.

    Limbah B3 yang dihasilkan

    PT. Bio Farma yaitu padat dan

    cair. Berdasarkan karateristiknya

    berikut ini daftar limbah B3 yang

    dihasilkan:

    No Jenis Limbah Karakte-

    ristik

    a. Limbah Padat B3

    1. Bangkai Hewan

    Percobaan dan Sekam

    Infeksius

    2. Kemasan Produk Reject

    atau Kadaluarsa

    Infeksius

    3. Bahan Padat Kimia

    Kadaluarsa

    Beracun

    4. Kain Majun Bekas Beracun

    5. Sludge Waste Water

    Treatment

    Beracun

    6. Filter bekas Infeksius

    7. Limbah Klinis Infeksius

    8. Limbah lampu TL dan

    cartrige

    Beracun

    9. Limbah Cair Sisa Hasil

    Produksi

    Infeksius

    b. Limbah B3 Cair

    10. Pelumas Bekas Beracun

    11. Cairan Pembersih Beracun

    12. Produk Reject dan

    Kadaluarsa

    Infeksius

    13. Limbah Cair

    Laboratorium

    Infeksius

  • -5-

    Tabel 1. Daftar Limbah B3 yang

    Dihasilkan dan Karakteristiknya

    Inventarisasi

    Berdasarkan neraca limbah

    B3, timbulan limbah B3 bulan

    Januari hingga Juni 2014, rata-rata

    timbulan limbah yang dihasilkan

    dari bulan Januari hingga Juni

    adalah 11,845 Ton. Timbulan

    limbah B3 terbanyak dihasilkan

    pada bulan Maret yaitu sebesar

    12,889 Ton. Sedangkan timbulan

    limbah paling sedikit dihasilkan

    yaitu pada bulan Januari sebesar

    9,844 Ton.

    Pengemasan

    Tata cara pemasangan dan

    persyaratan simbol serta label

    dilakukan oleh PT. Bio Farma

    mengacu pada peraturan

    Kep.05/BAPEDAL/09/1995 tetang

    Simbol dan Label Limbah B3.

    Namun masih terdapat kesalahan

    yang terjadi seperti beberapa dum

    ada yang belum dipasang label dan

    simbol limbah B3 serta masih ada

    label yang belum diisi keterangan

    sesuai.

    Gambar 2. Pemberian Simbol

    Pada Pintu TPS dan Drum

    Limbah B3

    Penyimpanan Sementara

    Persyaratan tentang

    bangunan TPS Limbah B3 dapat

    dilihat pada

    Kep01/BAPEDAL/09/1995. Pada

    penerapannya masih terdapat

    ketidaksesuai dengan peraturan

    yaitu tentang peletakan drum dan

    palet di TPS Limbah B3.

    Pengangkutan

    Pengangkutan limbah B3

    dibagi menjadi pengangkutan

    internal dan eksternal.

    Pengangkutan internal adalah

    proses memindahkan limbah B3

    dari sumber ke TPS B3 atau ke

    insinerator untuk dibakar.

    Sedangkan, pengangkutan eksternal

    adalah proses pemindahan limbah

    B3 dari penghasil B3 ke pihak

    ketiga untuk pengolahan lanjutan

    dan atau ditimbun.

    Pada pengangkutan

    eksternal, PT. Bio Farma

    menyerahkan mandat pengangkutan

    kepada pihak pengolah limbah B3

    langsung yaitu PT. PPLI untuk

    limbah B3 padat dan PT. WGI

    untuk limbah oli bekas.

    Pada tahap pengangkutan

    eksternal, digunakan dokumen

    manifest untuk mengontrol proses

    pengangkutan limbah. Dokumen

    manifest yang wajib dimiliki oleh

  • -6-

    PT. Bio Farma adalah lembar

    manifest 2 (Pengahasil/Pengumpul

    mengirim ke BAPEDAL), manifest

    3 (Pengangkut mengirim ke

    penghasil/pengumpul) dan manifest

    7 (Pengangkut mengirim ke

    penghasil).

    Pengolahan dan Pemanfaatan

    Limbah B3

    Pengolahan termal yang

    dilakukan di PT. Bio Farma

    menggunakan 2 buah insinerator.

    Berdasarkan pada neraca limbah B3

    bulan Januari hingga Juni 2014, PT.

    Bio Farma menghasilkan limbah

    padat yang diinsinerasi sebanyak

    61,457 Ton. Seluruh limbah padat

    yang dihasilkan, 100 % dibakar

    dengan insinerator hingga

    menghasilkan abu 6,379 Ton.

    Limbah B3 padat yang telah

    direduksi sebanyak 55,078 Ton.

    Sehingga menghasilkan efisiensi

    destruksi dan penyisihan

    (Destruction and Removal

    Efficiency/ DRE) sebanyak 89,62%.

    Hasil DRE belum sesuai dengan

    peraturan yang berlaku

    (Kep.03/Bapedal/09/1995) yaitu

    99,99%.

    Selain pengolahan, PT. Bio

    Farma juga melakukan pemanfaatan

    terhadap limbah oli bekasnya.

    Namun, mereka bekerjasama

    dengan pihak ketiga untuk

    melakukan pemanfaatan, seperti

    PT. WGI yang dapat memanfaatkan

    limbah oli bekas untuk dijadikan

    base oil.

    Perizinan dan Perjanjian

    Kerjasama

    Pengelolaan limbah B3

    yang telah dijalankan PT. Bio

    Farma saat ini telah mendapatkan

    izin dari Kementerian Lingkungan

    Hidup Republik Indonesia.

    Perizinan tersebut antara lain

    adalah Izin Penyimpanan

    Sementara Limbah B3, Izin

    Pengoperasian Insinerator 1 dan

    Izin Pengoperasian Insinerator 2.

    Sedangkan perjanjian

    kerjasama yang dimiliki antara lain

    perjanjian kerjasama dengan PT.

    PPLI untuk proses pengangkutan,

    pengolahan lanjutan dan

    penimbunan limbah B3 padat serta

    kerjasama dengan PT. WGI untuk

    proses pengangkutan, pengolahan

    dan pemanfaatan limbah minyak

    pelumas bekas. Perizinan dan

    perjanjian kerjasama yang

    dilakukan kedua berlah pihak sudah

    sah secara hukum dan masih

    berlaku sampai saat ini dan sampai

    saat berakhirnya masa batas

    perjanjian.

    Pengawasan dan Pelaporan

    Pengawasan dan pelaporan

    pengelolaan limbah B3 sangat

    berkaitan dengan tingkat kepatuhan

    PT. Bio Farma dalam menjalankan

    aktivitas pengelolaan

    lingkungannya. Pelaporan

    dilaksanakan setiap 3 bulan kepada

    3 instansi yaitu kepada Badan

    Pengelola Lingkungan Hidup

  • -7-

    (BPLH) Kota Bandung, BPLH

    Provinsi Jawa Barat dan

    Kementerian Negara Lingkungan

    Hidup-RI. Saat pelaporan

    diserahkan laporan tidak hanya

    pengelolaan limbah B3 namun

    keseluruhan tentang pengelolaan

    lingkungan yang dilakukan PT. Bio

    Farma.

    Pengawasan rutin yang

    dilakukan di PT. Bio Farma sudah

    terintegrasi dengan baik dan

    pelaporan pelaksanaan kegiatan

    pengelolaan limbah B3 sudah

    dilaksanakan sesuai dengan standar.

    Pengawasan dan pelaporan yang

    baik kedepannya akan dapat

    meningkatkan hasil kinerja dan

    kualitas dalam pengelolaan limbah

    B3.

    KESIMPULAN

    1. Limbah B3 yang dihasilkan oleh

    PT. Bio Farma adalah limbah cair

    dan padat yang bersumber dari

    proses produksi dan non produksi.

    Limbah B3 padat yang dihasilkan

    antara lain bangkai hewan

    percobaan, sekam, kemasan reject

    dan kadaluarsa, bahan kimia

    kadaluarsa, kain majun bekas,

    sludge dari IPAL, filter bekas,

    limbah klinis, limbah lampu TL

    dan cartrige bekas. Sedangkan

    limbah B3 cair yang dihasilkan

    adalah limbah cair sisa hasil

    produksi, pelumas bekas, cairan

    pembersih, produk reject dan

    kadaluarsa, serta limbah cair

    laboratorium.

    2. Pengelolaan limbah B3 yang telah

    dilakukan PT. Bio Farma antara

    lain identifikasi, inventarisasi,

    pengemasan, pelabelan dan

    pemberian simbol, penyimpanan

    sementara, pengangkutan internal

    dan eksternal serta pengolahan

    dengan insinerator. Sedangkan

    pemanfaatan dan penimbunan

    limbah B3 diserahkan kepada

    pihak ketiga yaitu PT. WGI dan

    PT. PPLI.

    3. Terdapat beberapa poin

    pengelolaan yang masih belum

    sesuai dengan peraturan

    Kep.No.01/Bapedal/09/1995

    tentang Tata Cara Persyaratan

    Tenis Penyipanan dan

    Pengumpulan Limbah B3,

    Kep.No.03/Bapedal/09/1995

    tentang Persyaratan Teknis

    Pengelolaan Limbah B3. Serta

    Kep.No.05/Bapedal/09/1995

    tentang Simbol dan Label Limbah

    B3.

    SARAN

    1. Lebih memperhatikan kinerja

    insinerator agar nilai DRE yang

    dihasilkan sesuai dengan baku

    mutu yang berlaku.

    2. Melakukan pemeriksaan rutin

    terhadap operasional

    pengelolaan terutama pada tahap

    pengemasan, pelabelan,

    pemberian simbol, teknis

    penyimpanan, kebersihan TPS

    B3 dan good house keeping

    untuk mencegah terjadinya

    ceceran limbah B3 dan menjaga

    ketertiban peraturan serta

  • -8-

    memberikan sanksi pada

    karyawan yang melakukan

    kecerobohan.

    3. Melakukan perbaikan pada

    identifikasi dan inventarisasi

    limbah B3 khususnya pada

    limbah perkantoran.

    4. Melakukan uji karakteristik dan

    uji toksisitas minimal satu kali

    untuk mengetahui secara pasti

    kandugan B3 dan tingkat racun

    yang ada pada limbah sehingga

    dapat diketahui tindakan

    pencegahan kecelakaan kerja

    sejak dini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Christian,H. 2008. Modifikasi

    Sistem Burner. Tugas Akhir

    Sarjana Teknik. Universitas

    Indonesia. Depok.

    Republik Indonesia. 1995.

    Keputusan Kepala Bapedal

    01/Bapedal/09/1995 tentang

    Tata Cara Teknis

    Penyimpanan dan

    Pengumpulan Limbah B3.

    Bapedal. Jakarta.

    Republik Indonesia. 1995.

    Keputusan Kepala Bapedal

    02/Bapedal/09/1995 tentang

    Dokumen Limbah B3.

    Bapedal. Jakarta.

    Republik Indonesia. 1995.

    Keputusan Kepala Bapedal

    05/Bapedal/09/1995 tentang

    Simbol dan Label Limbah B3.

    Bapedal. Jakarta.

    LaGrega,B.dan Evans. 1994.

    Hazardous Waste

    Management. New York, USA:

    McGraw Hill Book Co.

    Nurhayati, I. dan S. A. Triastuti.

    2011. Pengelolaan Sampah

    Medis Jarum Suntik RS. DR.

    Sutomo Surabaya dengan

    Insinerator Modifikasi. J.

    Teknik Waktu Vol.09 No.1.

    Republik Indonesia. 1999.

    Peraturan Pemerintah No.18

    Tahun 1999 tentang

    Pengelolan Limbah Bahan

    Berbahaya dan Beracun.

    Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 1999.

    Peraturan Pemerintah No 85

    Tahun 1999 tentang

    Perubahan Atas Peraturan

    Pemerintah No 18 Tahun

    1999 tentang Pengelolaan

    Limbah Bahan Berbahaya

    Dan Beracun. Sekretariat

    Negara. Jakarta.

    Rahmaniar,I. 2009. Evaluasi Sistem

    Pengolahan Limbah B3 dengan

    Metode Insinarasi dan landfill.

    Tugas Akhir Sarjana Teknik.

    Institut Teknologi Bandung.

    Bandung.

    Reinhardt, P.A. dan G.

    Judith. 1991. Infectious And

    Medical Waste Management.

    Michigan, USA: Lewish

    Publisher inc.

    Syafrudin. 2008. Evaluasi Sistem

    Pengelolaan Limbah Padat B3

    PT. Indofarma, Tbk Bekasi. J.

    Teknik Vo.29 No.3.

    Trias, S. 2012. Analisa

    Pengoperasian dan Upaya

  • -9-

    Peningkatan Kinerja

    Insinerator dengan Metode

    keseimbangan energi(Studi

    Kasus di Rumah Sakit Umum

    Haji Surabaya). Tugas Akhir

    Sarjana Teknik. Institut

    Teknologi Sepuluh Nopember.

    Surabaya.

    Republik Indonesia. 2009. Undang-

    Undang No. 32 Tahun 2009

    tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan

    Hidup. Sekretariat Negara.

    Jakarta.

    Watts, R. J. 1997. Hazardous

    Wastes: Sources, Pathways,

    Receptors. United States: John

    Wiley & Sons, Inc.

    Website Resmi PT. Bio Farma.

    2014.

    Http://www.biofarma.co.id/.

    Www.geocycle.co.id. 2013.

    Panduan Pekerja Kontraktor

    Geocycle. PT. Holcim

    Indonesia. Bogor.