pengelolaan konsep arsitek

10
Pengelolaan Konsep Arsitek | 1 Overview Alfin Toffler mengutarakan bahwa sebagai manusia kita cendrung harus selalu membuka mata untuk selalu mengorganisir, membuat dan membuat kembali. Bagi Stanley Fish, pikiran bukanlah struktur yang statis tetapi merupakan kumpulan dari keyakinan, yang merupakan “ an engine change”. Dalam hal ini setiap keyakinan atau konsep hanya menjadi sementara dan governance menjadi tidak kekal. Masalah dari governance adalah memperbolehkan exsistensi dan kebebasan, mengontrol alat dan melanjutkan dukungan untuk memfasilitasi proses dan produksi, keyakinan dari arsitek diperlukan dan digunakan untuk menopang desain mereka. Abstarksi muncul sebagai keahlian dari arsitek yang dibangun dalam berbagai aspek dalam konsepsi mereka, tulisan, gambar dan praktek. Abstraksi memisahkan arsitek, menghadirkan domain mereka menawarkan control bagi mereka. A. Architectural Belief Systems (Sistem keyakinan dalam berarsitektur) 1. The Illusory Face of Beliefs (Dasar Pemikirian sebagai Keyakinan) Charles Jencks, 1973 mengutarakan…Dalam karya Mies, kita dibawa dalam pertanyaan tentang keyakinan, karena berdasarkan keyakinan kita sendiri dalam keberadaan dunia yang sulit dipahami, kita akan merasakan karya ini sebagai symbol yang memadai dari dunia itu, atau alternatifnya sebagai pertunjukan yang indah. Louis Kahn, 1965 mengatakan Engkau tidak tahu apa bangunan itu, sungguh, sebelum kau tahu keyakinan dibelakang bangunan itu,

Upload: bonny-suryawinata

Post on 08-Feb-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 1

Overview

Alfin Toffler mengutarakan bahwa sebagai manusia kita cendrung harus selalu

membuka mata untuk selalu mengorganisir, membuat dan membuat kembali. Bagi Stanley

Fish, pikiran bukanlah struktur yang statis tetapi merupakan kumpulan dari keyakinan, yang

merupakan “ an engine change”. Dalam hal ini setiap keyakinan atau konsep hanya menjadi

sementara dan governance menjadi tidak kekal. Masalah dari governance adalah

memperbolehkan exsistensi dan kebebasan, mengontrol alat dan melanjutkan dukungan untuk

memfasilitasi proses dan produksi, keyakinan dari arsitek diperlukan dan digunakan untuk

menopang desain mereka.

Abstarksi muncul sebagai keahlian dari arsitek yang dibangun dalam berbagai aspek

dalam konsepsi mereka, tulisan, gambar dan praktek. Abstraksi memisahkan arsitek,

menghadirkan domain mereka menawarkan control bagi mereka.

A. Architectural Belief Systems (Sistem keyakinan dalam berarsitektur)

1. The Illusory Face of Beliefs (Dasar Pemikirian sebagai Keyakinan)

Charles Jencks, 1973 mengutarakan…Dalam karya Mies, kita dibawa dalam pertanyaan

tentang keyakinan, karena berdasarkan keyakinan kita sendiri dalam keberadaan dunia

yang sulit dipahami, kita akan merasakan karya ini sebagai symbol yang memadai dari

dunia itu, atau alternatifnya sebagai pertunjukan yang indah.

Louis Kahn, 1965 mengatakan Engkau tidak tahu apa bangunan itu, sungguh, sebelum kau

tahu keyakinan dibelakang bangunan itu, keyakinan seperti halnya identitas yang

merupakan jalan hidup seorang pria. Hal pertama yang dilakukan arsitek addalah memiliki

keyakianan atau menemukan keyakinan baru walaupun kadangkala hanya diawang –

awang saja.

Maksud dari pernyataan diatas adalah betapa pentingnya illusory face atau dasar

pemikiran bagi seorang arsitek. Dengan mengetahui dasar pemikiran seorang arsitek, maka

maksud dan tujuan dari keberadaan suatu karya akan dapat diketahui dan dipahami.

Illusory Face ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan seseorang, seperti

situasi sosial, pendidikan dan lingkungan. Pada tahap awal sebaiknya pemikiran ini

berperan sebagai dasar / landasan pengambil keputusan, namun pada tahap berikutnya

Page 2: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 2

harus dikembangkan (sebagai batu loncatan). Dengan demikian kreatifitas akan dapat terus

berkembang.

2. Principles – Validation and Suspension (Prinsip – prinsip - Pembenaran dan

Pengembangan)

Philip Johnson, 1985 mengatakan Bahwa ia tidak percaya pada prinsip – prinsip.

John Knesl, 1988 mengatakan Tidak dengan prinsip yang tinggi atau terkubur dalam detail

sesuatu yang dimulai, seperti Heinserberg sarankan “somewhere in the middle” (terletak

ditengah – tengah) atau yang kongkrit sebagaimana ditetapkan Adorno.

Prinsip dalam arsitektur berkaitan dengan elemen – elemen perancangan, yang menjadikan

suatu bangunan ada. Keberadaan dari prinsip ini adlah valid, dalam arti harus dapat

dipahami dan diterima orang lain. Keduanya diatas mengingatkan agar jangan sampai

prinsip – prinsip ini diberlakukan sebagai dogma, karena akan dapat menghambat

parkembangan kreatifitas seorang arsitek. Prinsip – prinsip ini harus didudukkan sebagai

suatu hal yang valid namun masih dimungkinkan adanya modifikasi (dapat mengadaptasi

situasi dan kondisi yang berlaku), sehingga memungkinkan bagi arsitektur untuk dapat

dipahami dan diterima disepanjang masa.

3. Dictums as the Denial of Unease (Ungkapan resmi sebagai penolakan akan kegelisahan)

Ludwig Mies van der Rohe, 1923 mengatakan Kurang itu lebih.

Le Cobusier, 1924 mengatakan Sebuah rumah harus memenuhi dua tujuan.

Le Cobusier, 1923 mengutarakan Arsitektur itu sangat mengagumkan, secara benar dan

menambah gubahan massa membawa kebersamaan dalam cahaya. Maka kita dapat melihat

bentuk dalam cahaya, cahaya dan bayangan menyatakan bentuk – bentuk ini seperti kubus,

kerucut, bulat, silinder, atau piramid adalah bentuk dasar yang utama.

Frank Lioyd Wright, 1932 mengetakan Pertimbangkan dengan baik bila sebuah rumah

adalah mesin untuk ditinggali maka arsitektur dimulai ketika konsep dari rumah itu

berakhir.

Robert Venturi, 1966 mengatakan Kurang itu membosankan.

Situasi sosial, pendidikan dan lingkungan akan membentuk atau mewarnai karakter /

watak dari seseorang arsitek dalam proses pengambilan keputusannya. Maka tidak akan

Page 3: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 3

pernah sama dengan arsitek lainnya walaupun mereka hidup di zaman yang sama.

Contohnya antara Frank Lioyd Wright dengan Le Cobusier. Melalui dictum inilah

konsistensi dan integritas seorang arsitek akan dipahami.

Dictum / ungkapan sebagai keputusan desain dari seorang arsitek bersifat individual

walaupun telah memenuhi kaidah rasionalitas. Dictum dalam dunia arsitektur dapat

beraneka – ragam, dapat berupa bentuk penolakan terhadap yang lain atau memperkuat

keberadaan dictum lainnya. Beraneka – ragamnya dictum inilah yang menjadi mesin

pendorong perubahan dalam arsitektur serta berkembangnya kretifitas dalam arsitektur.

4. The Needs of (Ir) rational Beings (Kebutuhan dari tidak / keberadaan yang rasional)

Jonathon Raban, 1974 mengutarakan Gagasan bahwa esensi kota adalah struktur rasional

dan bukti dari irrasional adalah tanda dari peyimpangan dan kemerosotan dari intrinstik

kota yang semuanya dapat dipahami, walaupun mungkin secara administrasi dan psikologi

diperlukan. Tetapi kelihatannya intuisi salah…membaca Mumford, Howard, Geddes,

Corbusier, Park, Weber, Saya tidak akan pernah percaya dalam penataan kota mereka atau

penduduknya…mereka semuanya kelihatannya memiliki kebudayaan yang berbeda dari

milikku.

Roger Scruton, 1983 mengatakan Le Corbusier dan pengikutnya memiliki retorika yang

telah disepakati…yang mengurangi manusia dalam menata proporsinya dimana ditafsirkan

sebagai koleksi ukuran dari kebutuhan, contohnya manusia memerlukan udara, cahaya,

ruang terbuka, berpindah, segalanya, faktanya semua itu bukan arsitektur. Yang harus

dilakukan semua arsitek adalah memastikan manusia siap untuk akses ke komoditas

simple dan kuantitas tersebut. Konsep dari kebutuhan cocok dengan dasar kebenaran dari

“machine a vivre” yang telah direkomendasikan Corbusier kepada kita. Memiliki kualitas

kebersihan dan memberi kesan memajukan ide biologis dari kebutuhan manusia. Kepuasan

dari kebutuhan adalah masalah tingkatan, oleh karena itu efektifnya memenuhi sejumlah

kebutuhan. Kesulitannya adalah menghadirkan arsitektur manusia yang sebenar –

benarnya menjadi bentuk matematika sebenarnya.

Thom Mayne and Michael Rotondi, 1989 mengatakan Kita membangun arah, hubungan

atau tidak berhubungan antara fungsi dan bentuk. Kedua pernyataan tersebut bermuara

Page 4: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 4

pada fungsi, menjadi proses perancangan dan asumsinya adalah kepuasan merupakan

kebutuhan kita yang paling penting.

Kebutuhan akan adanya rasioanlitas menjadi syarat utama dalam arsitektur, agar dapat

dipahami dan diterima orang lain. Walaupun pada awalnya pendekatan yang digunakan

seorang arsitek bersifat irrasional ini harus terakomodasi didalam arsitektur, menjadi

suatu hal yang sangat penting, seperti yang telah diutarakan oleh Jonathon Raban, Roger

Scruton dan Thom Mayne. Hal ini pun telah dikatakan oleh Amos Rapoport (1982) bahwa

arsitektur adalah ungkapan jiwa dari masyarakat pendukungnya. Kepuasan dari kebutuhan

adalah masalah tingkatan, oleh karena itu efektifnya memenuhi sejumlah kebutuhan.

Kesulitannya adalah menghadirkan arsitektur menusia yang sebenar – benarnya menjadi

bentuk matematika sebenarnya.

5. Personal Volition as the Maverick (Karakter Pribadi sebagai Hal yang Istimewa)

Bernhard Hoetger, 1928 mengutarakan Kebijaksanaan dari dalam dan kebutuhan akan

kreasi artistic akan mematahkan semua pembatasan yang ditentukan oleh resep dan

prinsip…kita menginginkan ruang individual, bukan produk buatan pabrik, kita ingin

personality, bukan norma, bukan skema, bukan penyamaan dan bukan pentipean. Kita

tidak ingin kebrutalan dari persamaan kreatif kita, tidak juga oleh arsitektur, kita ingin

tinggal dalam kehidupan kita sendiri.

Hans Hollein, 1960 mengatakan Bahwa bentuk dalam arsitektur dipengaruhi karakter

individu, yang membangun bentuk tersebut.

Karakter personal yang kuat dari seorang arsitek akan terlihat pada setiap karya

arsitekturnya, sehingga mudah untuk dikenali dan dipahami oleh orang lain. Karakter

personal ini seharusnya dimiliki oleh setiap arsitek, menjadi jati dirinya. Seorang arsitek

hendaknya jangan terjebak dalam pengolahan bentuk semata – mata untuk mencari jati

dirinya. Personality dan individuality yang telah disinggung oleh Bernhard Hoetger, ataupun

pernyataan dari Hans Hollein menunjukkan kalau jati dirinya tidak didapat dari luar,

karena berada di dalam arsitek tersebut.

Page 5: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 5

B. How Architects Conceptualize ( Bagaimana Arsitek Mengkonsep)

1. Abstaction in Architectural Thought (Rangkuman sebagai Pendekatan Arsitektural)

Charles Moore, 1973 mengemukakan Ketertarikan yang utama bagiku adalah

menggunakan elemen – elemen yang familiar, kebanyakan elemen biasa, meletakkannya

bersama dengan cara yang belum dicoba sebelumnya, untuk mendapatkan sesuatu yang

baru, revolusionar dan diluar pikiran dan seringkali tak terduga, dengan hanya

menggunakan elemen yang biasa. Saya pikir itulah cara yang lebih baik untuk membuat

revolusi daripada menciptakan bentukan baru yang aneh.

Alberto Perez Gomez, 1984 mengutarakan Bila konstruksi sebagai proses teknologi

adalah prosa…maka arsitektur adalah puisi, sebagai rangkuman yang tersusun dimana

keberadaannya juga mengandung perumpamaan dari pandangan dunia.

Konsep dalam arsitektur dapat dipahami sebagai rangkuman yang meliputi seluruh aspek

seperti filsafat, keumuman dan kekhususan, mewakili kata – kata, pengkonsepan,

simbolisasi dan klarifikasi (terdiri dari beberapa tingkatan).

Charles Moore mengatakan bahwa rangkuman sebagai sistem penyusunan (codifying)

menyimpan kualitas elemental yang utuh, yang dapat dikenali melalui kualitas formal dari

arsitektur. Rangkuman ini dapat dicapai dengan meninggalkan hal – hal yang tidak relevan,

sebagai pengontrol dan merupakan sarana komunikasi dari konsep.

Beraneka - ragamnya karya arsitektur yang ada tidak terlepas dari cara merangkum yang

berbeda – beda dari masing – masing arsitek, yang sangat dipengaruhi oleh kreatifitas

individual.

2. The Central Idea : Informing the Act or Enacting the Form (Ide Utama :

menginformasikan gagasan atau yang menjadikan bentuk)

Roger Scruton, 1979 mengatakan …Kata – kata seperti intention dan ide dengan

mentalistiknya, yang subyektif, berorientasi pada seni, dipaksakan lebih jauh pada kita

sebagai instrumen yang perlu dalam pemaparan kritik arsitektur.

Louis Kahn, 1991 mengutarakan Bentuk bukanlah permukaan. Permukaan adalah urusan

desain, namun bentuk adalah realisasi berbagai komponen yang tidak terpisahkan. Kamu

dapat juga mengatakan kalau bentuk dapat dideteksi sebagai sesuatu yang alamiah dan

Page 6: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 6

desain hadir pada momen tertentu untuk berdedikasi pada hukum alam dalam

memberikan terang pada bangunan agar dapat berfungsi dengan baik.

Konsep dalam arsitektur seharusnya memuat ide / gagasan utama, dimana Ide utama ini

bukan hanya sekedar menginformasikan gagasan dari suatu pekerjaan, namun harus dilihat

juga sebagai suatu hal yang menjadikan keberadaan suatu bentuk dalam arsitektur

(rangkaian gagasan).

3. Meme : The Creative Parasite of Architects ( Pandangan yang terekam : Kreatifitas

yang merugikan Arsitek)

Edward de Bono, 1969 mengatakan Kenangan adalah Apa yang telah lalu ketika sesuatu

telah terjadi dan tidak dapat memenuhi suatu hal yang belum terjadi.

John James, 1989 mengutarakan Analisis style seringkali menjadi sistem yang memenuhi

dirinya sendiri (a self – fulfilling system) yang mana selalu mengasumsikan bahwa

perubahan harus selalu diikuti dengan gerak maju yang teratur (orderly progression), dan

kronologinya (tata urutan) harus dapat didasarkan padanya. Sesuatu distabilkan dalam

pengaturan yang telah dikemukakan dan rasional… Pandangan yang terekam telah makin

terlibat terhadap beberapa maksud yang telah diuraikan, dan tidak dengan konsep loncatan

dan lompatan ataupun dengan revolusi melainkan telah digunakan bersamaan dengan yang

kuno ataupun dengan periode dari back - slidding.

Pandangan yang terekam (meme) dapat menjadi ide dalam membuat konsep arsitektur.

Menurut James, pandangan yang terekam dapat menjadi konsep yang statis maupun

dinamis. Pandangan yang terekam merupakan cara yang paling mudah dalam

mengkomunikasikan ide diantara arsitek sebagai konsep yang sederhana dan bersifat

personal.

Namun Dawkins mengingatkan, seharusnya pandangan yang terekam tersebut dipahami

sebagai living structure, tidak sebagai methaphor namun secara teknis. “When you plant a

fertile meme in my mind, you literally parasitize my brain”.

Pandangan – pandangan yang terekam dalam pemikiran seorang arsitek jangan sampai

membatasi ide perancangan, melainkan sebagai panduan atau dasar pijakan untuk

melompat ke arah yang lebih baik.

Page 7: Pengelolaan konsep arsitek

P e n g e l o l a a n K o n s e p A r s i t e k | 7

4. Allowing for Change and Contingency (Mengikuti Perubahan dan Kemungkinan)

John Knesl, 1988 mengutarakan Mendesain struktur bebas yang murni dimana

mengepung struktur hirarki menandakan kode dan sistem tidak berarti bahwa jaringan

wild – looking terjadi / berjalan. Bermula dari biasa, program dan pembukaan radikal

yang memperbolehkan kesempatan untuk masuk mengiyakan segalanya dan

sesuatunya.

Donald Schon, 1983 mengatakan Kemampuan menggambar dan menggambarkan

bagaimana bangunan akan terlihat, menjadikan arsitek sebagai penggagas virtual yang

ulung. Inilah yang saya maksud arsitek sebagai refleksi dari suatu tindakan.

Konsep dalam arsitektur harus dapat mengakomodir adanya perubahan dan

kemungkinan – kemungkinan baru, memungkinkan adanya respons dan bersifat

adaptif.